Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005
PENJADWALAN PRODUKSI DI PT. AA UNIT II UNTUK MEMINIMUMKAN MAKE SPAN Roy Iskandar, Nurhadi Siswanto, Bobby O. P. Soepangkat Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Cokroaminoto 12A, Surabaya 60264
ABSTRAK PT. AA adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri kemasan plastik. Selama ini metoda penjadwalan produksi yang digunakan perusahaan adalah metoda First Come First Serve (FCFS) dan metoda ini tidak bisa mempercepat pemenuhan pesanan pembeli. Tujuan dari penulisan tesis ini adalah merancang penjadwalan produksi perusahaan yang dapat mempercepat pemenuhan pesanan pembeli dengan memperhatikan job susulan, pada mesin injection dan blow molding. Metoda penjadwalan produksi yang diusulkan adalah metoda Longest Processing Time (LPT) yang dibalik jadi Shortest Processing Time (SPT). Penggunaan metoda ini akan membuat make span lebih kecil dibandingkan penggunaan metoda First Come First Serve (FCFS) yang digunakan perusahaan. Dari hasil penelitian diketahui penggunaan metoda LPT dibalik jadi SPT akan membuat make span lebih pendek dibandingkan menggunakan metoda FCFS. Make span untuk mesin injection molding berkurang sebesar 27,039%, untuk mesin blow molding berkurang sebesar 25,886%, dan untuk seluruh mesin unit II berkurang sebesar 27,039%. Rata-rata utilisasi mesin adalah 69.45%. Kata kunci: LPT yang dibalik jadi SPT, FCFS, make span, utilisasi mesin. ABSTRACT The company or PT. AA is a plastic container industry. The company use FCFS method as the method in schedule their production activities and this method can’t meet the need of customers demand of faster product delivery. The aim of this thesis is to design company’s production schedule that meet the need of customers demand of faster product delivery with pay attention in new jobs coming, in injection and blow molding. The production schedule method referred by this thesis is LPT order reverse into SPT order. This method will make the make span shorter than the make span produce by FCFS method. From the result of production schedule using new method, the make span is shorter than the make span of FCFS method. Make span for injection molding shorter 27,039% than its FCFS value, for blow molding shorter 25,886% than its FCFS value, and for the overall machine in unit II the make span is shorter 27,039% than its FCFS value. The average of machine utilization is 69.45%. Keywords: LPT order reverse into SPT order, FCFS, make span, machine utilization. PENDAHULUAN Latar Belakang PT. AA adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang industri kemasan plastik yang berdiri sejak tahun 1973 di kawasan Rungkut Industri Surabaya. PT. AA
ISBN : 979-99735-0-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005
melaksanakan proses produksinya berdasarkan job order dari pembelinya. PT. AA hanya melayani pesanan perusahaan lain dan tidak pernah memasarkan langsung produknya ke pengguna akhir atau masyarakat. Pemenuhan pesanan dari pembeli sering membutuhkan waktu lama dan hal ini tercermin dari umpan balik yang diberikan pembeli melalui pertemuan rutin dengan pihak PT. AA, sehingga hal ini dipandang sangat riskan bagi posisi perusahaan. Oleh karena itu pimpinan perusahaan mencanangkan program percepatan Cycle Time dan program perbaikan penjadwalan produksi, dengan harapan ada percepatan dalam waktu pemenuhan order. Pihak manajemen perusahaan mengamati bahwa make span yang ada pada penjadwalan sekarang masih terlalu panjang. Menurut pihak manajemen hal ini mungkin disebabkan penjadwalan produksi yang ada sekarang belum memperhatikan job susulan. Dari gantt chart penjadwalan produksi perusahaan, terdapat job yang sedang dikerjakan dan job yang belum dikerjakan. Job yang belum dikerjakan ini disebut job susulan. Penjadwalan produksi yang memperhatikan job susulan adalah penjadwalan produksi yang akan menjadwalkan ulang seluruh job, baik yang sedang dikerjakan atau belum dikerjakan, apabila datang job susulan baru. Hal ini yang akan dikerjakan dalam tesis ini. Pekerjaan atau job yang diterima oleh perusahaan selanjutnya disebut sebagai purchase order atau PO dari customer. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:“Bagaimana merancang jadwal produksi baru yang dapat membuat make span lebih pendek dengan memperhatikan job susulan dan target cycle time baru, pada mesin injection dan blow molding.” Tujuan dan Manfaat Tujuan penelitian dalam tesis ini adalah merancang jadwal produksi baru yang dapat membuat make span lebih pendek dengan memperhatikan job susulan dan target cycle time baru, pada mesin injection dan blow molding. Manfaat dari penelitian ini adalah memberi masukan kepada pihak PT. AA, sehingga dapat memiliki penjadwalan produksi baru yang dapat dijadikan referensi dalam rangka percepatan pemenuhan pesanan pembeli. METODA PENJADWALAN YANG DIGUNAKAN Metoda penjadwalan yang digunakan adalah metoda penjadwalan LPT dibalik jadi SPT. Metoda ini akan membuat make span penjadwalan lebih kecil dibanding make span yang dihasilkan metoda FCFS. Algoritma penjadwalan dengan metoda LPT dibalik jadi SPT adalah sebagai berikut: 1. Urutkan pekerjaan dengan aturan Longest Processing Time (LPT). 2. Jadwalkan pekerjaan hasil langkah diatas pada tiap prosesor, dengan melakukan kontrol terhadap pembebanan waktu pengerjaan total secara bertahap pada tiap mesin. 3. Setelah seluruh pekerjaan selesai dibebankan, balikkan urutan pekerjaan pada tiap prosesor sehingga urutannya mengikuti aturan Shortest Processing Time (SPT). 4. Karena kondisi pre-empt berlaku, maka penempatan rangkaian jobs hasil penjadwalan ulang pada tiap mesin tetap memperhatikan job yang sedang dikerjakan pada tiap mesin saat kondisi pre-empt mulai berlaku. Hal tersebut
ISBN : 979-99735-0-3
A-26-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005
menghilangkan set up time pada job pertama dari rangkaian jobs hasil penjadwalan ulang, bila job pertama tersebut sama dengan job yang sedang dikerjakan pada saat kondisi pre-empt mulai berlaku. Contoh perbandingan antara make span yang dihasilkan oleh metoda LPT dibalik jadi SPT dengan make span yang dihasilkan oleh metoda FCFS adalah sebagai berikut: Ada 5 jobs yang akan dijadwalkan, yaitu: II 54 dengan processing time 1.296.000 sec. II 59 dengan processing time 1.312.500 sec. IJ 29 dengan processing time 2.670.000 sec. II 53 dengan processing time 604.800 sec. II 58 dengan processing time 1.505.625 sec. Terdapat 3 mesin injection molding yang akan digunakan untuk memproses 5 jobs tersebut, yaitu mesin nomor 518, 519, dan 520. Waktu set up adalah sebesar 14.400 sec. Algoritma yang akan dilakukan untuk menjadwalkan 5 jobs tersebut menurut metoda penjadwalan LPT dibalik jadi SPT adalah sebagai berikut: 1. Urutkan pekerjaan dengan aturan Longest Processing Time (LPT). IJ 29 dengan processing time 2.670.000 sec. II 58 dengan processing time 1.505.625 sec. II 59 dengan processing time 1.312.500 sec. II 54 dengan processing time 1.296.000 sec. II 53 dengan processing time 604.800 sec. 2. Jadwalkan pekerjaan hasil langkah diatas pada tiap prosesor, dengan melakukan kontrol terhadap pembebanan waktu pengerjaan total secara bertahap pada tiap mesin. 518: 1.312.500 sec. & 1.296.000 sec. : (II 59) & (II 54) 519: 2.670.000 sec. : (IJ 29) 520: 1.505.625 sec. & 604.800 sec. : (II 58) & (II 53) 3. Setelah seluruh pekerjaan selesai dibebankan, balikkan urutan pekerjaan pada tiap prosesor sehingga urutannya mengikuti aturan Shortest Processing Time ( SPT ). 518: 1.296.000 sec. & 1.312.500 sec. : (II 54) & (II 59) 519: 2.670.000 sec. : (IJ 29) 520: 604.800 sec. & 1.505.625 sec. : (II 53) & (II 58) 4. Karena kondisi pre-empt berlaku, maka penempatan rangkaian jobs hasil penjadwalan ulang pada tiap mesin tetap memperhatikan job yang sedang dikerjakan pada tiap mesin saat kondisi pre-empt mulai berlaku. Hal tersebut menghilangkan set up time pada job pertama dari rangkaian jobs hasil penjadwalan ulang, bila job pertama tersebut sama dengan job yang sedang dikerjakan pada saat kondisi preempt mulai berlaku. 518: II 54 (tanpa set up) & II 59 (dengan set up) = 1.296.000 sec. & 1.326.900 sec.
ISBN : 979-99735-0-3
A-26-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005
make span = 1.296.000 sec. + 1.326.900 sec. = 2.622.900 sec. 519: IJ 29 (dengan set up) = 2.684.400 sec. make span = 2.684.400 sec. 520: II 53 (tanpa set up) & II 58 (dengan set up) = 604.800 sec. & 1.520.025 sec. make span = 604.800 sec. + 1.520.025 sec. = 2.124.825 sec. make span group adalah make span mesin yang terpanjang, yaitu make span mesin nomor 519, sebesar 2.684.400 sec. Algoritma penjadwalan perusahaan adalah algoritma FCFS. Hasil penjadwalan yang menggunakan algoritma FCFS adalah sebagai berikut: 518: II 54 (tanpa set up) & IJ 29 (dengan set up) = 1.296.000 sec. & 2.684.400 sec. make span = 1.296.000 sec. + 2.684.400 sec. = 3.980.400 sec. 519: II 58 (dengan set up) = 1.520.025 sec. make span = 1.520.025 sec. 520: II 53 (tanpa set up) & II 59 (dengan set up) = 604.800 sec. & 1.326.900 sec. make span = 604.800 sec. + 1.326.900 sec. = 1.931.700 sec. make span group adalah make span mesin yang terpanjang, yaitu make span mesin nomor 518, sebesar 3.980.400 sec. Perbandingan antara make span yang dihasilkan oleh metoda LPT dibalik jadi SPT dengan make span yang dihasilkan oleh metoda FCFS tampak pada tabel dibawah ini: METODA
FCFS
LPT dibalik jadi SPT
MAKE SPAN
3.980.400 dt
2.684.400 dt
Perbaikan make span yang dihasilkan karena penggunaan metoda LPT dibalik jadi SPT adalah: make span = 3.980.400 dt - 2.684.400 dt x 100 % = 32,560 % 3.980.400 dt Penggunaan metoda penjadwalan LPT dibalik jadi SPT akan membuat make span grup AOKI lebih pendek 32,560 %, bila dibandingkan make span yang dihasilkan metoda penjadwalan FCFS. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Persentase perbaikan make span setelah menggunakan metoda penjadwalan LPT dibalik jadi SPT, untuk seluruh grup mesin adalah sebagai berikut: grup AOKI make span = 3.980.400 dt - 2.684.400 dt x 100 % = 32,560 % 3.980.400 dt grup KM 90-200 make span = 1.814.400 dt - 1.814.400 dt x 100 % = 0 % 1.814.400 dt grup ARB 35
ISBN : 979-99735-0-3
A-26-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005
make span = 2.904.150 dt - 2.904.150 dt x 100 % = 0 % 2.904.150 dt grup ARB 70/50 make span = 2.735.400 dt - 1.828.200 dt x 100 % = 33,165 % 2.735.400 dt grup ARB 85 make span = 3.635.400 dt - 2.339.400 dt x 100 % = 35,650 % 3.635.400 dt grup BA 05 + HBD + BM 08 make span = 2.219.400 dt - 1.807.600 dt x 100 % = 18,555 % 2.219.400 dt grup BAE 10 make span = 1.847.600 dt - 1.847.600 dt x 100 % = 0 % 1.847.600 dt grup BM 08 D make span = 1.814.400 dt - 1.814.400 dt x 100 % = 0 % 1.814.400 dt grup SBM make span = 1.900.800 dt - 1.900.800 dt x 100 % = 0 % 1.900.800 dt grup BA 2 + BW 2 + BAE make span = 2.505.600 dt - 2.347.200 dt x 100 % = 6,322 % 2.505.600 dt grup BW 5000 D + BA 7 + BW 30 + VK 1-25 make span = 3.295.200 dt - 2.442.200 dt x 100 % = 25,886 % 3.295.200 dt untuk seluruh mesin blow molding make span = 3.295.200 dt - 2.442.200 dt x 100 % = 25,886 % 3.295.200 dt untuk seluruh mesin injection molding make span = 3.980.400 dt - 2.904.150 dt x 100 % = 27,039 % 3.980.400 dt untuk seluruh mesin di PT. AA unit II make span = 3.980.400 dt - 2.904.150 dt x 100 % = 27,039 % 3.980.400 dt Pembahasan Perbaikan make span pada grup mesin ada yang sebesar 0% dan hal tersebut dikarenakan jumlah job yang harus dijadwal ulang sangat sedikit, sehingga kemungkinan mendapatkan rangkaian job baru menjadi lebih kecil. Kemungkinan besar rangkaian job hasil penjadwalan ulang menggunakan metoda LPT dibalik jadi SPT akan sama dengan rangkaian job hasil penjadwalan menggunakan metoda FCFS, pada kasus jumlah job yang sedikit.
ISBN : 979-99735-0-3
A-26-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang bisa ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penjadwalan produksi dengan menggunakan metoda penjadwalan LPT yang dibalik jadi SPT akan membuat make span mesin-mesin menjadi lebih kecil, untuk mesin injection molding berkurang sebesar 27,039%, untuk mesin blow molding berkurang sebesar 25,886%, untuk seluruh mesin unit II berkurang sebesar 27,039%. 2. Rata-rata utilisasi mesin adalah 69.45%. Saran Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Perlu dipertimbangkan penggunaan metoda penjadwalan produksi yang dapat membuat make span penjadwalan produksi menjadi lebih kecil daripada make span yang dihasilkan oleh metoda penjadwalan produksi FCFS dan metoda penjadwalan produksi LPT yang dibalik jadi SPT. 2. Kondisi pre-empt layak untuk selalu digunakan pada penyusunan penjadwalan, karena akan membuat penjadwalan produksi lebih mudah untuk diterapkan. DAFTAR PUSTAKA Baker, K.R., 1974, Introduction to Sequencing and Scheduling, John Wiley and Sons Inc., New York. Bedworth, David D., and Bailey, James E., 1987, Integrated Production Control Systems Management, Analysis, Design, 2nd Ed., John Wiley and Sons Inc., New York. Chase, R.B., N.J. Aquilano and F.R. Jacobs, 2001, Operation Management for Competitive Advantage, 9th Ed., Mc Graw Hill Inc., New York. Pinedo, Michael, 2002, Scheduling Theory, Algorithms, and Systems, 2nd Ed., Prentice Hall Inc., New Jersey.
ISBN : 979-99735-0-3
A-26-6