I Ketut Sumantra,et. al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 71-80
71
PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI MANGGIS MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBUAHAN MANGGIS DI LUAR MUSIM DI SELEMADEG, TABANAN I Ketut Sumantra, IGN.Alit Wiswasta, I Putu Sujana dan I Ketut Widnyana Jurs. Agroekoteknologi, Univ. Mahasaraswati Denpasar
[email protected]
Ringkasan Eksekutif Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan buah khas daerah tropis dan termasuk komuditas ekspor unggulan. Produksi buah manggis masih rendah dan tidak kontinu sehingga pendapatan yang diperoleh petani manggis juga rendah dan berfluktuasi. Penyebabnya ialah pengetahuan dan ketrampilan petani manggis tentang teknologi membuahkan manggis di luar musim masih rendah karena pengusahaan manggis belum diusahakan secara intensif, disamping itu masyarakat belum menganggap bahwa pembudidayaan manggis sebagai peluang usaha dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dilaksanakan pelatihan dan demonstrasi membuahkan manggis di luar musim dengan tujuan menambah pengetahuan teoritis dan praktis serta pengetahuan kewirahusaan kapada petani berbasis pengembangan teknik pembuahan manggis di luar musim.Pelatihan teknik membuahkan manggis di luar musim telah dapat dilaksanakan yang diikuti sebanyak 25 orang peserta, dan masyarakat sangat antusias dalam mengikuti kegiatan tersebut. Hasil demonstrasi pembuahan manggis di luar musim menunjukkan bahwa pemberian paklobutrazol, etepon, pemupukan dengan Greener, NPK dan pupuk kandang dapat menstimulasi pembungaan 41 hari lebih awal, menghasilkan berat buah tertinggi 57,00 kg per pohon atau terjadi peningkatan 35,70 % di bandingkan dengan cara petani. Kata Kunci : manggis, teknologi pembuahan, di luar musim
Executive Summary Mangosteen (Garcinia mangostana L.) is a typical of tropical fruit and also the most exsports products. While production of the mangosteen is still low and productivity is not continuous so that the income of farmers is declining. This is due the farmer’s knowledge and skills about the technology off-season in mangosteen is still low because the management of mangosteen plant not yet intensively, but on the other hands the people do not think that the cultivation of mangosteen as a business opportunity in everyday life. Therefore, training and demonstrations is conducted to produce off-season of the mangosteen with the aim to increasing knowledge and practical knowledge of farmers based on off-season development technique on fertilization mangosteen. Mangosteen led technical training in the off-season has been followed as many as 25 participants, and the community is very enthusiastic in participating in these activities. Mangosteen fertilization results in demonstrations
72
I Ketut Sumantra,et. al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 71-80
off-season showed that giving paklobutrazol, etepon, fertilizing with Greener, NPK and manure can stimulate flowering 41 days earlier, produced the highest fruit weight of 57.00 kg per tree or increased 35.70% compared to the farmers systems (control). Keywords: mangosteen, fertilization technique, off season A. PENDAHULUAN Buah-buahan sebagai salah satu produk hortikultura mempunyai arti dan peranan sangat penting bagi kebutuhan manusia. Buah-buahan merupakan sumber vitamin dan mineral yang menjamin berlangsungnya proses metabolisme dalam tubuh manusia secara wajar. Meskipun dalam susunan makanan bangsa Indonesia selalu terdapat buah-buahan, tetapi konsumsinya baru sekitar 30 kg/kapita/tahun atau kira-kira hanya 50 % dari konsumsi yang dianjurkan oleh FAO 1. Di samping peranannya dalam meningkatkan gizi, buah-buahan juga berperan sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat petani, sebagai sumber keindahan (aestetitika) dan fungsi konservasi. Dalam fungsinya ini dikaitkan dengan usaha pelestarian jenis tanaman buah-buahan langka guna mendukung usaha pemerintah mengembangkan obyek Agrowisata yang sedang giat-giatnya dicanangkan dewasa ini. Daerah Bali seperti pula daerah lainnya di Indonesia mempunyai beraneka ragam jenis tanaman buah-buahan. Beberapa di antaranya merupakan buah spesifik daerah Bali. Walaupun banyak jenisnya, namun hanya beberapa yang telah dikembangkan dan mendapat prioritas utama dalam program pengembangan tanaman buah-buahan di daerah ini, yaitu mangga, durian, nenas dan papaya 2. Sedangkan jenis-jenis lainnya seperti manggis ( Garcinia mangostana L.) yang kenyataannya secara khas tumbuh di beberapa tempat di daerah Bali belum memperoleh perhatian secara serius. Pedahal tanaman ini mempunyai prospek yang bagus untuk dikembangkan mengingat beberapa keuntungan yang dapat dipertimbangkan. Manggis merupakan buah khas daerah tropis dan termasuk komuditas ekspor unggulan. Ekspor manggis Indonesia meningkat dari 4.743 ton pada tahun 1999 menjadi 8.176 ton pada tahun 20032. Meningkatnya volume ekspor menuntut upaya peningkatan produksi buah baik kuantitas, kualitas maupun kontinuitas produksi. Kabupaten Tabanan merupakan bagian dari Propinsi Bali, daerah ini terdiri dari empat kecamatan yaitu Kecamatan Pupuan, Kecamatan Selemadeg, Penebel, Marga dan Kerambitan dengan luas wilayah 83.933 Ha, terdiri dari lahan sawah 22.842 Ha dan lahan kering 60.799 Ha. Dari lahan kering tersebut luas lahan tegalan/kebun seluas 13.572 Ha. Lahan kebun tersebut sangat potensial untuk ditanami manggis. Jumlah tanaman manggis di Kabupaten Tabanan 51.704 pohon dan yang telah berbuah berjumlah 27.498 pohon3 dan jumlah tanaman manggis yang sudah berumur di atas 70 tahun berjumlah 2.500 pohon4. Di Kabupaten Tabanan, potensi pengembagang manggis terbesar terdapat di wilayah Selemadeg dengan luas mencapai 6662,62 ha dengan penyebaran masingmasing di desa Wanagiri, desa Lumbung, desa Mundeh dan desa Lumbung Kauh dengan luas berturut-turut 412,50 ha, 875,12 ha, 925 ha dan 450 ha. Demikian juga jumlah kelompok tani manggis di Wilayah Selemadeg paling besar dibandingkan
I Ketut Sumantra,et. al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 71-80
73
dengan wilayah lainnya di Kabupaten Tabanan. Pada tahu 2002 jumlah kelompok di daerah Selemadeg sebanyak dua kelompok tani manggis yaitu kelompok tani Dewi Seri dengan jumlah anggota kelompok 203 orang dan kelompok tani manggis Tani Sri Rejeki dengan jumlah anggota kelompok 106 orang3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata produksi manggis masih rendah 30 –70 kg per pohon dan jauh lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia dan India yang produktivitas manggisnya mencapai 200 – 300 kg per pohon3. Di samping itu produktivitasnya tidak kontinyu3. Hasil penelitian Martiningsih3-4 menunjukkan bahwa terdapat sifat biennial bearing pada manggis yaitu sifat berbunga dan berbuah yang tidak setabil sepanjang tahun atau berbuah banyak pada satu tahun (on year) dan berbuah sedikit pada tahun berikutnya (off year). Akibatnya pendapatan yang diperoleh oleh petani juga berfluktuasi karena tidak stabilnya harga. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa penyebab ketidakstabilan tersebut karena dormansi tunas yang panjang5, nisbah C: N rasio6 , kandungan air dan hara tanah7, produksi buah dan biji yang berlebihan serta keletihan tanaman. Martiningsih3-4 melaporkan pola pengusahaan usahatani manggis di daerah Tabanan ternyata kurang intensif terlihat dari pembebanan biaya produksi yang ditanggung petani sangat kecil dimana petani tidak mengeluarkan dana untuk biaya pupuk kandang dan pupuk an organik, tidak menanggung biaya obat, dan sebagian besar petani hanya mengeluarkan biaya tenaga kerja untuk panen saja dan sedikit biaya untuk penyiangan. Hal tersebut berarti petani tidak melakukan proses pemeliharaan tanaman sesuai anjuran. Dennis dan Neilson8 menjelaskan mekanisme biennial bearing terjadi karena buah yang sedang berkembang memproduksi GA3, kemudian ditransfer ke pucuk vegetatif selanjutnya pucuk vegetatif tersebut tumbuh subur dan tidak membentuk bunga pada tahun berikutnya. Zat penghambat tumbuh (retardant) seperti paklobutrazol bersifat menghambat biosintesis geberilin dan mampu menstimulasi pembungaan, meningkatkan jumlah gula tersimpan di pucuk dan mengalihkan asimilat ke pertumbuhan reproduktif 9. Pemberian paklobutrazol dapat menyebabkan dormansi tunas karena meningkatkan biosintesis asam absisat (ABA), sehingga pemberian zat penghambat tersebut perlu dikombinasikan dengan zat pematah dormansi. Beberapa zat pematah dormansi telah dilaporkan efektif mematahkan dormansi seperti etephon pada mangga dan jeruk, KNO3 pada mangga dan apel, Biotan dan Hidrogen Cyanamida pada anggur10. Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dihadapi oleh petani manggis di daerah Selemadeg adalah produksi dan kontinuitas produksi masih rendah karena pengelolaan tanaman belum secara intensif terutama dalam melaksanakan teknologi pembuahan manggis di luar musim. Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan: (1) Memberikan pengetahuan secara teoritis kepada masyarakat tentang teknologi pembuahan manggis di luar musim. (2) Memberikan pengetahuan praktis serta ketrampilan teknis tentang teknologi pembuahan manggis di luar musim dalam bentuk praktek ataupun demostrasi di lapangan. (3) Memberikan pengetahuan kewirausahaan kepada petani manggis berbasis pada pengembangan teknik pembuahaan manggis di luar musim.
74
I Ketut Sumantra,et. al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 71-80
B. SUMBER INSPIRASI Salah satu buah khas tropis yang memenuhi syarat sebagai komuditas ekspor ialah manggis. Ekspor manggis dari Indonesia dan kebutuhan manggis di dalam negeri terus meningkat sejalan dengan kesadaran masyarakat akan kesehatan dan meningikatnya pendapatan. Hal ini merupakan peluang bagi petani manggis untuk meningkatkan produksi baik secara kuantitas, kualitas dan kontinuitas. Propinsi Bali, khususnya Kabupaten Tabanan terutama Kecamatan Slemadeg, manggis merupakan salah satu komuditas unggulan dengan luas areal untuk pengembangan manggis mencapai 6.662,62 Ha dari luas lahan tegalan 13.572 Ha. Namun rerata produksi manggis daerah ini masih rendah dan tidak kontinu dibandingkan dengan Negara lain. Hal ini disebabkan karena pembudidayaannya masih bersifat konvensional. C. METODE Wujud nyata yang dapat disajikan guna mengatasi kesenjangan teknologi dalam teknologi pembuahaan manggis di luar musim maka diberikan informasi baik secara teoritis maupun praktek di lapangan, merupakan realisasi dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Perguruan Tinggi pada umumnya dan Universitas Mahasaraswati pada khususnya. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan meliputi : (1) Pelatihan / materi teoritis. (2) Demontrasi/ kaji terap membuahkan manggis di luar musim dengan mempergunakan zat pengatur tumbuh dan kombinasi pemupukan baik melalui tanah maupun melalui daun. Pendekatan yang dilaksanakan meliputi : 1. Analisis Kebutuhan. Untuk mengetahui peluang dan hambatan dalam usaha menciptakan buah manggis di luar musim maka dilakukan pengumpulan informasi dengan cara wawancara/pengisian angket yang telah berisi daftar pertanyaan-pertanyaan yang terkait dalam kegiatan ini. 2. Analisis Penciptaan Kegiatan yang Produktif. Pengumpulan data dilakukan bersamaan dengan tahap kegiatan 1, meliputi: potensi, hambatan dan produksi sehubungan dengan penciptaan kegiatan usaha produktif dan pemilihan paket teknik pelatihan yang akan dikembangkan. 3. Sosialisasi Program. Kegiatan ini bersifat pendekatan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang manfaat dari kelanjutan program serta dampaknya terhadap tingkat pendapatan masyarakat. Peserta program pelatihan teknologi membuahkan manggis di luar musim sebanyak 25 orang yang berasal dari kelompok tani di Wilayah Selemadeg Barat yaitu Desa Mundeh Kangin, desa Angkah dan Desa Mundeh Kauh. Pelatihan teoritis dan praktik dilakukan selama 2 hari bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta program dalam hal membuahkan manggis di luar musim. Materi teoritis dan praktik yang diberikan meliputi: (1) Teknik memperoleh modal usaha; (2) Teknologi membuahkan manggis di luar musim; (3) Pemasaran buah manggis melalui internet; (4) Pemasaran dan pasca panen buah manggis; (5) Temu usaha, antara petani/ produsen manggis, pedagang/pengepul buah dan Moena Fresh, yaitu perusahan buah terbesar di Pulau Bali. Metode kaji terap/demontrasi tentang pembuahan manggis di luar musim mengikuti motode yang telah dilakukan oleh Martiningsih dan Sumantra (2006) dengan formula sbb:
I Ketut Sumantra,et. al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 71-80
75
Perlakuan 1 terdiri dari: pupuk kandang 10 kg-1 pohon + NPK 2 kg-1 pohon + Paklobutrazol 2 g-1 + Etepon 400 ppm + Greener 2 cc-1 liter. Perlakuan 2 terdiri dari: pupuk kandang 10 kg -1 pohon + NPK 2 kg-1 pohon + Paklobutrazol 2 g-1 + KNO3. Perlakuan 3 terdiri dari: pupuk kandang 10 kg-1 pohon + NPK 2 kg-1 pohon + Paklobutrazol 2 g-1 + Greener 2 cc-1 liter. Perlakuan 4 terdiri dari: pupuk kandang 10 kg-1 pohon + NPK 2 kg-1 pohon + Paklobutrazol 2 g-1. Perlakuan 5 (cara petani) terdiri dari pupuk kandang 10 kg dan NPK 2 kg -1 pohon Evaluasi dilakukan sebelum dan sesudah pelatihan terhadap kemampuan dan penguasaan materi tentang manipulasi pembuahan manggis di luar musim oleh petaani peserta. Evaluasi yang dilakukan meliputi: (a) evaluasi proses, (b) evaluasi hasil dan (c) evaluasi dampak. Evaluasi proses untuk mengetahui sejauhmana proses difusi inovasi teknologi membuahkan manggis di luar musim yang sudah dilakukan oleh masyarakat. Evaluasi dilakukan dengan mengadakan wawancara/pengisian angket kepada peserta program, tokoh formal dan non formal serta instansi terkait yang berhubungan dengan kegiatan ini (Pre-test). Evaluasi hasil dilakukan untuk mengetahui: tingkat produktivitas yang dihasilkan, nilai tambah yang diperoleh dari penggunaan teknologi baru dan mekanisme kelembagaan dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan (Post-test). Evaluasi dampak untuk mengetahui sejauhmana difusi inovasi teknologi maupun kelembagaan yang telah dilakukan dapat diterima dan dicontoh oleh masyarakat sekitarnya (wawancara). D. KARYA UTAMA Karya utama dari pengabdian kepada masyarakat ini adalah : (1) peta kondisi/masalah perkebunan manggis di desa Angkah, Kecamatan Slemadeg, Kabupaten Tabanan yang diperoleh dengan survey dan kajian pendahuluan, (2) demplot pembuahan manggis di luar musim, dan (3) strategi pemasaran lewat pembuatan web site pemasaran manggis. E. ULASAN KARYA (1) Peta Kondisi Perkebunan Manggis Desa Angkah Selemadeg, Tabanan Hasil survai pendahuluan menunjukkan bahwa lahan yang dimiliki petani manggis di desa Angkah, Selemadeg dengan luas lahan rata-rata 2,15 ha dengan ratarata jumlah keluarga sebesar 4,8 orang per kepala keluarga. Pendidikan peserta sebagian besar adalah berpendidikan SMA (57,89 %), berpendidikan SMP (26, 31 %) berpendidikan SD (10,52 %) dan Sarjana (5,26 %). Jumlah tanaman manggis yang dimiliki oleh setiap kepala keluarga rata-rata adalah 34,05 pohon dengan kisaran antara 15 pohon – 100 pohon, sedangkan tanaman manggis berbuah yang dimiliki dengan rata 10,15 pohon setiap kepala keluarga. Umur tanaman yang dimiliki bervariasi setiap kepala keluarga yaitu dengan kisaran 7 – 60 tahun. Produksi dan waktu berbuah tanaman manggis sangat dipengaruhi oleh umur tanaman dan ketingian tempat dimana tanaman manggis ditanam. Pada daerah dengan ketinggian tempat lebih tinggi waktu berbuahnya lebih lambat dibandingkan dengan tanaman manggis yang ditanam pada tempat dengan ketinggian lebih rendah. Tanaman manggis dengan umur 7 tahun sampai dengan 14 tahun dengan
76
I Ketut Sumantra,et. al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 71-80
produksi 20– 90 kg. Sedangkan tanaman manggis dengan umur lebih dari 15 tahun produksinya dapat mencapai 100 – 700 kg per pohon. Hasil survai pendahuluan menunjukkan bahwa tanaman manggis yang diusahakan oleh petani di Selemadeg dalam bentuk tanaman campuran diantara tanaman pokok seperti tanaman pisang, cokelat, kelapa, nangka, cengkeh, durian, kopi dan rambutan. Dengan demikian pola pengelolaan tanaman manggis belum optimal seperti halnya pada tanaman manggis monokultur. Jenis manggis yang ditanam adalah jenis lokal yang dikembangkan dari biji sendiri dan bantuan dari Dinas Pertanian. Jarak tanaman tidak teratur karena ditanam di selala tanaman lainnya seperti coklat, cengkeh, pisang durian dll. Kegiatan pemupukan tanaman dilaksanakan oleh semua petani responden Nampak bahwa semua petani memberikan pupuk organik baik berupa pupuk kandang maupun pupuk hijau dari sampah atau seresah tanaman, namun jumlah dan pelaksanaannya bervariasi. Sedangkan pemberian pupuk an organik hanya dilakukan oleh 50 % reponden. Pemberian pupuk an organik tersebut diberikan bersamaan dengan pemberian pupuk pada tanaman pokok seperti coklat. Jumlah dan waktu pemberiannya juga sangat bervariasi antara 0,1 kg – 1 kg per pohon setiap tahun. Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman mangis belum dilaksanakan mengingat keterbatasan pengetahuan petani dan fasilitas alat pengendalian disamping ada kecenderungan intensifitas pengelolaan tanaman masih rendah. Petani di daerah Selemadeg mempunyai kriteria yang hampir sama untuk pemunggutan hasil. Petani manggis memetik buah pada saat buah berwarna merah ke coklat-coklatan sampai berwarna hitam, kemudian dimasukkan ke dalam wadah tanpa di grading/sortasi (70 %) dan 30 % melakukannya berdasarkan ukuran dan warna buah. Kerusakan buah setelah panen semata-mata disebabkan oleh terjatuh dari pohon akibat alat yang dipergunakan tidak berfungsi maksimal. Buah-buah yang pecah mengeluarkan getah, sehingga getah masuk ke dalam buah dan akhirnya buah mengeluarkan lendir. Kerusakan buah mencapai 5 – 20 %. Informasi tentang pemasaran diperoleh dari pasar yang berlaku saat itu (70,58 %) dan sisanya dari para penyuluh yang bertugas dimasing-masing wilayahnya. Hasil survai pendahuluan menunjukkan bahwa harapan-harapan yang dikemukakan oleh petani responden dalam perbaikan pengembangan manggis dimasa-masa mendatang adalah masalah kultur teknis yang menyangkut usaha penciptaan bibit unggul, mengatasi masalah bearing habit, getah kuning, pembuahan di luar musim, permodalan, pasca panen, kelembagaaan dan pemasaran hasil. (2) Demplot Pembuahan Manggis di Luar Musim Hasil demplot pembuahaan manggis di luar musim menunjukkan bahwa tanaman manggis dapat dimanipulasi untuk berbunga dengan pemberian paklobutrazol. Hal ini ditunjukkan dari hasil demplot bahwa tanaman yang diberikan paklobutrazol mengalami masa berbunga lebih awal antara 34 - 40 hari dibandingkan dengan tanaman yang hanya dipupuk dengan pupuk kandang (pukan) dan NPK (cara petani), dengan waktu muncul bunga pertama mencapai 91,66 hari setelah perlakuan (Tabel 1). Namun diantara tanaman yang diperlakukan dengan paklobutrazol perbedaan waktu muncul bunganya sangat kecil yaitu berkisar antara hari ke 51 – hari ke 57 setelah perlakuan.
I Ketut Sumantra,et. al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 71-80
77
Tanaman yang diperlakukan paklobutrazol menyebabkan persentase ranting berbunga lebih besar. Pada tanaman manggis yang diperlakukan dengan kombinasi paklobutrazol, zat pematah dormansi (Ethepon dan KNO3 dan dipupuk Greener secara teratur menghasilkan jumlah ranting berbunga lebih besar yaitu 24,44 % pada tanaman yang diberi Paklobutrazol, Ethepon, Greener dan pupuk kandang dan NPK (P1). Sedangkan tanaman yang diberi Paklobutrazol, KNO3, Greener, NPK dan pupuk kandang (P2) jumlah ranting berbunga 29,01 % dan 25,50 % pada tanaman yang diberi Paklobutrazol, Greener dan pupuk kandang ( P3). Sedangkan tanaman yang diberikan paklobutrazol tanpa disertai pemberian zat pematah dormansi menghasilkan persentase ranting berbunga 18,96 % dan tidak berbeda nyata dengan tanaman yang hanya dipupuk dengan NPK dan kompos (cara petani) dengan persentese ranting berbunga 15,09 % (Tabel 1). Pemberian paklobutrazol tidak saja mempercepat munculnya bunga juga dapat meningkatkan berat buah per pohon. Hasil demplot menunjukkan bahwa pada tanaman yang diperlakukan secara lengkap (perlakuan 1, 2 dan 3) mampu meningkatkan berat buah per pohon secara nyata 37,81 % pada P1, 31,25 % pada P2, dan 24,35 % pada P3 dibandingkan dengan pelakuan P5 dengan berat buah per pohon 41,60 kg (Tabel 1). Sedangkan pada tanaman yang diperlakukan pukan + NPK + Paklobutrazol tanpa pematah dormansi (P4) menunjukkan peningkatan yang sangat rendah yaitu 11,37 %. Tabel 1. Rata-rata waktu muncul bunga, fruit – set, persentase ranting berbunga, jumlah buah dan berat buah akibat manipulasi pembuahan di luar musim Perla kuan
P1 P2 P3 P4 P5 (cara petani)
Muncul bunga (hsp)
52,00 56,00 59,00 59,33 93,00
Fruit – set (%)
92,00 93,00 93,83 78,83 80,00
Persentase ranting berbunga (%) 25,44 25,01 25,50 20,00 16,00
Jumlah buah per cabang (bh) 19,80 18,86 15,80 11,86 9,53
Berat buah per pohon (kg) 57,00 54,50 51,00 47,00 42,00
Hal ini disebabkan tunas-tunas generatif mengalami dormansi setelah diperlakukan dengan paklobutrazol, sehingga ranting berbuah yang dihasilkan juga rendah. Oleh karena itu untuk mendapatkan buah manggis di luar musim dapat dilakukan dengan pemberian paklobutrazol, kemudian dilanjutkan dengan pemberian zat pematah dormansi untuk meningkat persentase tunas generatif. Untuk meningkatkan persentase pembentukan buah diperlukan pemberian Greener secara periodik. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa tanaman yang diberi paklobutrazol tanpa diikuti pemberian zat pematah dormansi maupun pemupukan lewat daun dengan Greener menghasilkan pertumbuhan tunas generatif kurang seragam. Ketidak seragaman ini disebabkan karena tunas-tunas mengalami dormansi
78
I Ketut Sumantra,et. al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 71-80
cukup panjang sehingga di satu sisi ada tunas yang menghasilkan buah telah mengalami fase pematangan di sisi lain tunas-tunas muda mengalami pertumbuhan. Arteca 9 menyebutkan bahwa pemberian paklobutrazol dapat menyebabkan dormansi tunas karena meningkatkan biosintesis asam absisat (ABA) dan menghambat biosintesis giberelin. Giberilin menstimulasi pertumbuhan dan meningkatkan suplai carbon di pucuk, sedangkan paklobutrazol menghambat pertumbuhan, mengurangi sukrosa dan meningkatkan jumlah gula tersimpan di pucuk11. Pemberian etepon maupun KNO3 dapat menimbulkan berbagai respon fisiologis maupun morfologis tanaman antara lain mendorong pemecahan dormansi tunas, mendorong pembungaan, pembentukan buah mengontrol ekspresi seks dan menghambat perluasan daun12. Etepon larut dalam air membentuk senyawa etilen. Etilen dapat memecahkan dormansi karena dapat meningkatkan sintesis enzim amilase, selulose, PEP karboksilase dan menginduksi sintesis mRNA13. Diseminasi teknologi budidaya manggis yang dikembangkan dalam demplot kepada para petani manggis dilakukan dengan kegiatan pelatihan yang dilaksanakan selama dua hari yaitu pada tanggal 7 Agustus – 8 Agustus 2009, kemudian diikuti kegiatan peninjauan ke lapangan pada areal manggis yang di demonstrasikan. Sebelum kegiatan pelatihan para peserta diberikan beberapa pertanyaan untuk diisi, melalui form yang sudah disediakan oleh Tim Pengabdian (Pre Test). Hasil Pre Test menunjukkan bahwa ketertarikan petani untuk mengikuti pelatihan adalah dengan alasan untuk menambah pengetahuan dan menambah ketrampilan mereka dalam membudidayakan mangis, khususnya dalam teknik membuahkan manggis di luar musim (100 %). Hasil Pre Test menunjukkan bahwa sebagian besar petani menghendaki materi pelatihan berupa: (a) Teknik Budidaya Manggis dan Pembuahaan di luar Musim (b) Cara memperoleh modal usaha, (c) Pemasaran hasil baik secara konvensional maupun dengan teknik modern (Internet). Hasil Pre Test juga menunjukkan bahwa dalam pembudidayaannya, petani belum melakukan usaha/ bercocok tanam manggis secara intensif atau belum sesuai anjuran yang telah direkomendasikan oleh pemeritah (Dinas Pertanian). Tentang pemahaman materi, sebagian besar peserta telah memahami materi pelatihan. Hal ini ditunjukkan dari sikap petani sangat antusias dan tertantang untuk mengembangkan manggis di luar musim karena pertimbangan harga yang tinggi, dan para petani peserta sangat mengetahui manfaat dari mereka mengembangkan manggis karena dorongan ekonomi yang lebih baik. Oleh karena itu para petani sudah memahami kiat berbinis manggis, dengan cara mencari harga jual buah yang lebih mahal pada saat itu. Untuk menunjang promosi tentang suber daya alam khususnya potensi manggis yang ada di desa Angkah, Selemadeg serta membantu dalam pemasaran manggis di daerah ini, maka tim pengabdian membantu promosi dan pemasarannnya melalui pembuatan Web site dengan nama domain “manggisangkah.com” Diharapkan dengan tersedianya media ini para pembeli akan lebih mudah mengenalinnya dengan harapan keberlanjutan dari usaha agribisnis manggis di daerah ini terus meningkat.
I Ketut Sumantra,et. al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 71-80
79
F. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat ditarik dari pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1. Pelaksanaan pelatihan dan demonstrasi membuahkan manggis di luar musim telah dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. 2. Demonstrasi membuahkan manggis di luar musim dapat memajukan pembentukan bunga, meningkatkan fruit-set, persentase ranting berbunga, jumlah buah per cabang, dan berat buah per pohon. 3. Demonstrasi dengan paket pemberian paklobutrazol, etepon, pemupukan dengan Greener, NPK dan pupuk kandang dapat menstimulasi pembungaan 41 hari lebih awal, menghasilkan berat buah tertinggi 57,00 kg per pohon atau terjadi peningkatan 35,70 % di bandingkan dengan cara petani. 4. Untuk memproduksi manggis di luar musim dapat dilakukan dengan pemberian paklobutrazol 2 g per pohon disertai dengan pemberian etepon 400 ppm satu bulan setelah aplikasi paklobutrasol. Pemupukan dilakukan dengan pemberian 10 kg pupuk kandang, 2 kg NPK, Greener 2 cc/l dua minggu sekali. G. DAMPAK DAN MANFAAT KEGIATAN Dampak dan manfaat kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1. Adanya peningkatan kesadaran masyarakat tani akan manfaat dari pengelolaan tanaman manggis di luar musim sebagai peluang usaha; 2. Bertambahnya kemampuan penerapan teknologi petani dalam pengelolaan tanaman manggis di luar musim menjadi produk teknologi yang bernilai ekonomis dan dibutuhkan oleh masyarakat; 3. Membantu menyelesaikan permasalahan kontinuitas produksi buah manggis yang saat ini merupakan masalah serius terutama di musim panen raya (on year) 4. Memberi dampak pada program pemerintah dalam program kebutuhan buahbuahan di dalam negeri maupun pemenuhan kebutuhan ekspor buah manggis.
H. DAFTAR PUSTAKA (1)
(2) (3)
(4)
Rai, Astawa, Sarwadana dan Parwati. Potensi dan Pengembangan Buahbuahan Lokal Sebagai Buah-buahan Unggulan Indonesia. Makala Seminar Internasional, UNUD. 2001.7 hal. Deptan (Departemen Pertanian). Ekspor hortikultura Indonesia. Nilai dan volume ekspor buah-buahan. http.//www.deptan.go.id (21 April 2004). Martiningsih, E., Sumantra, Sujana dan Budiasa, Inventarisasi Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) dan Potensi Pengembangannya di beberapa Kabupaten di Bali. BPTP Denpasar. 2004. Martiningsih, E.. K. Sumantra. Pengaruh Berbagai Perlakuan Manipulasi Pembungaan Terhadap Pembungaan dan Pembuahaan Manggis (Garcinia mangostana) di Luar Musim. Prosiding Seminar Nasional. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian dan BPTP Bali. 2006.hal. 374 – 377.
80
(5)
(6)
(7) (8) (9) (10)
(11) (12) (13)
(14) (15) (16)
I Ketut Sumantra,et. al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 71-80
Hidayat R. Kajian Ritme Pertumbuhan Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L) dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Institut Pertanian Bogor. 2002. Cameron JS., Dennis FG. The Carbohydrat – Nitrogen Relationship and Flowering /Fruiting; Kraus and Kraybill Revisited. Hort. Science 21 (5) 1986.1099 – 1102. Isbandi. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Universitas Gajah Mada. 1983. Dennis FP, Neilsen JC. Physiological factors effecting biennial bearing in tree fruit: The role of seed in apple. Hort. Technology 9 (3): 1999.317-322. Arteca RN. Plant Growth Substances. Principles and aplications. New York, Champan and Hall. 1996. 322 p. Sumantra. Pengaruh Hidrogen Sianamida dan Biotan Terhadap Pertumbuhan, Hasil dan Kualitas Buah Anggur Alphonso lavalle. Program Pasca Sarjana, Universitas Brawijaya, Malang . 1996.115 h. Weaver RJ. Plant Growth Substances in Agriculture. San Fransisco:W.H Freeman and Company. 1972.594 p. Moore TC. Biochemistry and physiology of plant hormones. New York, Spring-Verlag Inc. 1979.274 p. Salisbury FB, Ross CW. Plant Physiology 4 th Edition. Terjemahan Lukman DR, Sumaryono. Fisiologi Tumbuhan. Jilid III Perkembangan Tumbuhan dan Fisiologi Lingkungan. ITB, Bandung. 1992. Leopld AC, Kriedemann PE. Plant Growth and Development. Second edition. USA : Mc Graw-Hill Book Company. 1975. p. 271 –336 Marschner H. Mineral nutrition in higher plants. London; Academic Press Inc.Ltd. 1986. Pesandaran, Hadi. Prospek Komoditi Hortikultura di Indonesia dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi. Makalah Penyusunan Prioritas dan Disain Penelitian Hortikultura, Jakarta. 1994. h. 7 – 29.
I. PERSANTUNAN Penghargaan dan ucapan terimakasih disampaikan kepada DP2M Dikti atas pendanaanya. Penghargaan yang sama disampaikan kepada Rektor, Ketua LP2M Unmas Denpasar, Kepala Desa Angkah Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan dan para petani manggis atas kerjasama dan partisipasi aktifnya.