Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Suku Banyak Pada Siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Kasreman Melalui Penerapan Metode Index Card Match Oleh : Abdul Manan, S.Pd. Email :
[email protected] SMP Negeri 1 Kasreman ABSTRAK Masalah utama dalam pembelajaran Matematika pada siswa kelas VIII-D adalah rendahnya aktivitas belajar yang berakibat pada rendahnya tingkat ketuntasan siswa dalam belajar. Oleh karena itu penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan prestasi belajar matematika materi Suku Banyak pada siswa kelas VIII-D SMP Negeri 1 Kasreman melalui penerapan metode Index Card Match Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kasreman. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-D semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 28 siswa. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yang dimulai bulan November 2013 sampai Desember 2013 Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Index Card Match telah mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Indikator peningkatan tersebut jika siklus I rata-rata aktivitas belajar berkriteria cukup maka pada siklus II meningkat kriteria tinggi sekali. Dengan hasil ini maka metode Index Card Match sangat efektif dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa. Selain itu, penerapan metode Index Card Match telah mampu meningkatkan prestasi belajar siswa yang diindikasikan angka ketuntasan mengalami kenaikan dan angka ketidaktuntasan mengalami penurunan serta rata-raka kelas mengalami kenaikan yang signifikan Kata kunci: peningkatan prestasi, metode index card match PENDAHULUAN
dan
ilmu yang harus dipelajari disetiap
metodologi yang digunakan guru.
Matematika adalah salah satu
jenjang pendidikan. Objek matematika
membosankan.
disebabkan
karena
Hal
ini
bisa
ketidaktepatan
Dalam kegiatan belajar mengajar,
bersifat abstrak. Banyak para siswa
peristiwa yang sering terjadi adalah
mempelajari matematika, karena sifat
pasi,kurang terlibat dan tidak punya
yang tidak senang dan bergairah untuk nya
abstrak,
matematika
adalah
pelajaran yang dianggap sangat sulit
siswa kurang aktif, kurang berpartisi inisiatif. Pertanyaan,gagasan maupun
pendapat sering tidak muncal.Guru
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225
1
bersifat otoriter, penyampaian ilmu
peneliti tertarik untuk mengadakan
sebagai
Matematika
secara
searah,
menganggap murid
penerima,
pencatat
pengingat saja.
dan
Sebagai upaya meningkatkan
peran aktif siswa dalam pembelajaran, maka perlu dikembangkan metode dan media yang tepat yang dapat mengopti
malkan kemampuan siswa. Memberi
kan kesempatan pada siswa untuk bertukar
pemikiran
pendapat, siswa
menanggapi
yang
lain,
penelitian
tentang
dengan
prestasi
belajar
menggunakan
metode Index Card Match. Dengan
model pembelajaran ini diharapkan
peserta didik dapat belajar dengan senang, aktif, penuh semangat, berani
mengungkapkan ide, gagasan, luapan
pikiran/ aktivitas, tidak merasa bosan sehingga prestasi belajar Matematika menjadi lebih baik.
Kenyataan di lapangan masih
menggunakan media yang ada, akan
banyak ditemukan keingintahuan anak
suatu fakta, prosedur, definisi dan teori
suatu kondisi yang dapat memberikan
dapat mengingat lebih lama mengenai
dalam matematika dan memberikan
pengalaman belajar yang tidak sematamata
hanya
pengalaman
belajar
matematika. Untuk itu disini peneliti akan mencoba menggunakan media realia
dengan
metode
kooperatif,
mempunyai
semangat
dengan harapan siswa lebih aktif dalam belajar
dan
belajar yang tinggi. Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan memberikan keleluasaan kepada guru untuk memanajemen kelas
termasuk dalam menerapkan model pembelajaran dengan menggunakan metode
yang
disesuaikan
dengan
situasi dan kondisi sekolah. Untuk itu
yang tinggi itu tidak didukung oleh kesempatan
kepada
mereka
untuk
dapat lebih berkembang. Masih banyak guru mengajar hanya menggunakan
metode konvensional. Guru merupakan satu-satunya sumber utama pengetahu
an. Pembelajaran cenderung text book
oriented dan tidak terkait dengan
kehidupan sehari-hari siswa. Siswa
kesulitan untuk memahami konsep akademik
yang
Konsep-konsep
telah
tersebut
diajarkan. diajarkan
menggunakan cara-cara yang abstrak dan metode konvensional, padahal
mereka sangat memerlukan pemaham
an konsep-konsep yang berhubungan dengan lingkungan kehidupan sehari-
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225
2
hari. Akibatnya, motivasi belajar siswa
yakni
mereka
Suku Banyak pada siswa kelas VIII-D
sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung
mekanistik.
menghafal
dan
Secara realitas, prestasi belajar
Matematika siswa SMP Negeri 1
Kasreman sampai saat masih rendah.
Dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti tampak bahwa sebagian besar
siswa kurang aktif dalam pembelajar an. Khusus kelas VIII-D selain secara umum
siswa kurang aktif dalam
bagaimanakah
peningkatan
prestasi belajar matematika materi SMP Negeri 1 Kasreman melalui
penerapan Metode Index Card Match?. Tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian tindakan kelas ini meningkat
kan prestasi belajar matematika materi Suku Banyak pada siswa kelas VIII-D
SMP Negeri 1 Kasreman melalui penerapan metode Index Card Match
Adapun manfaat yang dapat
pembelajaran juga prestasinya sangat
diambil dari penelitian ini di antaranya
materi Suku Banyak
pengalaman praktis bagi guru dalam
rendah. Dari 28 siswa yang ada, pada siswa
yang
dinyatakan tuntas atau memperoleh
nilai ≥ 70 hanya berjumlah 17 atau 61%
sedangkan
11
atau
39%
dinyatakan belum tuntas atau belum
mencapai standar ketuntasan minimal (SKM).
Untuk itulah, peneliti bermak
sud mengatasi masalah tersebut dengan melaksanakan kelas
dengan
penelitian judul
tindakan
“Peningkatan
Prestasi Belajar Matematika materi
Suku Banyak pada Siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Kasreman melalui Penerapan Metode Index Card Match
Mendasar pada judul penelitian
ini maka masalah dapat dirumuskan
sebagai tambahan pengetahuan dan melaksanakan
pembelajaran
serta
merupakan pengalaman nyata dalam menyusun strategi pembelajaran di sekolah
dan
titik
awal
untuk
mengembangkan model pembelajaran yang lain. Selain itu, bagi siswa, penelitian
ini
diharapkan
dapat
meningkatkan kompetensi siswa dalam mata
pelajaran
Matematika
dan
menumbuhkan aktivitas belajar siswa. Sedangkan bagi peneliti lain, hasil
penelian ini dapat dijadikan satu perbandingan guna mengembangkan penelitian
sejenis
dengan
subjek,
objek, dan sasaran penelitian yang lebih luas.
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225
3
KAJIAN TEORI
Pembelajaran Matematika di SMP
Matematika berasal dari bahasa
latin manthanein atau mathema yang berarti
‘belajar
dipelajari’,
sedang
atau
hal
dalam
yang
Bahasa
Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti,
dengan
yang
kesemuanya
penalaran.
Unsur
berkaitan
utama
pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif
yang bekerja atas dasar
asumsi, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat
logis
dari
sebelumnya,
sehingga
kebenaran kaitan
antarkonsep atau pernyataan dalam
matematika bersifat konsisten. Namun demikian,
materi
matematika
dan
penalaran matematika merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan, yaitu:
materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dipahami dan dilatihkan
melalui
belajar
materi
pembelajaran
sebuah
matematika (Depdiknas, 2005:1) Dalam
konsep
sering
pengalaman
atau
muncul
intuisi,
sebagai
atau
pengalaman peristiwa nyata (yaitu
pemahaman konsep sering diawali
secara induktif). Penalaran induktif didasarkan fakta dan gejala yang
muncul untuk sampai pada perkiraan
tertentu. Tetapi perkiraan ini tetap harus
dibuktikan
secara
deduktif
dengan argumen yang konsisten. Metode Index Card Match
Metode mengajar ialah cara yang
digunakan
oleh
menyampaikan
guru
pelajaran
pelajar.
Karena
metode
mengajar
untuk
kepada
penyampaian
itu
berlangsung dalam interaksi edukatif, dapat
diartikan
sebagai cara yang dipergunakan oleh
guru dalam mengadakan hubungan dengan
pelajar
pada
saat
berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian, metode mengajar merupakan alat untuk menciptakan proses belajar mengajar
Metode
mengajar
bersifat
fleksibel dan sangat tergantung dengan berbagai faktor:
1. Faktor tujuan pembelajaran yang dicapai;
2. Faktor anak didik, yang perlu
mendapat perhatian adalah pada
bakat, minat, intelegensi, tingkat kematangan, usia dan jumlah murid per kelas;
3. Faktor situasi yang mencakup
tempat belajar dan waktu belajar
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225
4
serta lama belajar.
mengadakan hubungan dengan siswa
mengajar. Materi dilihat dari aspek
Oleh karena itu, peranan metode
4. Faktor materi dan fasilitas belajarafektif,
kognitif,
psikomotorik,
fasilitas dilihat dari segi jenis, kualitas dan kuantitas.
5. Faktor kepribadian guru berkaitan dengan
kemampuan
guru,
kemampuan
profesional
senioritas dan pengalaman
personal,
pada saat pengajaran berlangsung. pengajaran
menciptakan metode
adalah
yang
PBM.
alat
Ada
digunakan
untuk
banyak dalam
pembelajaran, di antaranya dan salah
satunya adalah metode index card match.
Pengertian Index Card Match
Sebagai teknik dalam mengajar maka
adalah mencari jodoh kartu tanya
kecakapan pendidik dalam menyampai
an. Istilah metode berasal dari bahasa
metode
membutuhkan
keahlian/
kan materi yang mudah. Metode
sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan/materi pelajaran kepada peserta didik dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi. Ini terbukti
bahwa penyampaian yang komunikatif
lebih disenangi oleh peserta didik walaupun sebenarnya materi disampaikan terlalu
sesungguhnya
menarik
dan
yang
tidak
sebaliknya
penyampaian yang tidak komunikatif tidak disenangi oleh peserta didik,
jawab yang dilakukan secara berpasang Yunani yaitu ”metha” dan ”hodos”. Metha adalah melalui, hodos adalah
jalan atau cara, jadi metode adalah
jalan atau cara yang dilalui untuk mencapai tujuan (Ismail SM, 2008:7) Adapun tujuan metode index card match adalah untuk melatih peserta
didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi
pokok. Adapun ciri-ciri metode index card match di antaranya adalah:
meskipun materi yang disampaikan
1. Metode ini menggunakan kartu
diharapkan terjadi interaksi antara
satu pertanyaan dan satu untuk
menarik. Maka dalam proses mengajar guru, peserta didik dan lingkungannya.
Jadi, metode mengajar adalah salah satu cara yang digunakan guru untuk
2. Kartu di bagi menjadi dua berisi jawaban
3. Metode ini dilakukan dengan cara berpasangan
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225
5
4. Setiap
pasangan
membacakan
pertanyaan dan jawaban
Fungsi penerapan metode index
card match dalam kegiatan pembelajar an di antaranya sebagai berikut.
1. agar anak-anak lebih cermat dalam pembelajaran.
2. anak akan lebih mudah dalam memahami suatu materi.
3. tidak merasakan kejenuhan dalam pembelajaran.
Langkah-langkah penerapan index
card match sebagai berikut:
1. Membuat potong-potongan kertas
sejumlah peserta dalam kelas dan kertas tersebut dibagi menjadi 2 kelompok.
2. Menulis pertanyaan tentang materi
yang telah diberikan sebelumnya pada
potongan-potongan
yang telah disiapkan
3. Kertas
tulisan
kertas
pertanyaan
dan
jawaban
dan
jawaban tersebut dikocok sehingga dicampur
pertanyaan.
antara
4. Setiap peserta dibagi satu kertas, aktifitas ini dilakukan berpasangan, sebagian
peserta
diberi
kertas
jawaban dan yang lainnya kertas pertanyaan.
5. Setelah itu peserta mencari pasang
annya dan duduk berdekatan.
6. Setelah peserta menemukan pasang annya dan duduk berdekatan, setiap pasangan bergantian membacakan
soal yang diperoleh dengan suara keras.
7. Kemudian
kesimpulan.
klarifikasi
dan
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
rancangan penelitian tindakan kelas
(PTK). Rancangan PTK digunakan karena
beberapa
alasan.
Pertama,
masalah yang akan dicarikan solusinya
adalah meningkatkan prestasi belajar dengan
menggunakan
pendekatan
metode Index Card Match. Meteri yang akan diajarkan adalah Suku Banyak.
Penerapan pendekatan kooperatif dan
intervensi yang dilakukan adalah untuk
memperbaiki pembelajaran, meningkat kan hasil belajar, dan menemukan alternatif
penggunaan
pembelajajaran.
Kedua,
metode adanya
kolaborasi antara peneliti dan guru dalam hal perencanaan, pelaksanaan,
dan pengambilan kesimpulan terhadap
pembelajaran Matematika pada materi Suku Banyak Ketiga, refleksi terhadap
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225
6
proses pembelajaran dengan metode
Penetapan Target Penelitian
secara berkelanjutan.
ini
Index Card Match yang dilakukan
Penelitian tindakan kelas ini di
SMP
Negeri
1
Kasreman. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas VIII-D semester ganjil tahun
pelajaran
2013/2014
yang
berjumlah 28 siswa. Penelitian dilaksa nakan selama 2 bulan yang dimulai bulan
November
Desember 2013.
2013
sampai
penelitian
tindakan
kelas meliputi kegiatan pengidenti fikasi masalah yang terdapat di kelas, masalah,
tingkat
pemilihan
keseriusan
masalah
yang
dipecahkan, dan penetapan kriteria
keberhasilan pemecahan masalah yang
dipilih. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas senantiasaa diawali
dengan penelitian awal (preleminary
studies). Pada penelitian ini tindakan awal
dilakukan
secara
kolaboratif
dengan praktisi diawal perencanaan tindakan.
prestasi
maupun
secara
klasikal.
Secara
individu dikatakan tuntas jika anak
memperoleh nilai sesuai SKM pada materi Suku Banyak sebesar 70. dan secara
klasikal
ketuntasan
siswa
mencapai
target
minimal 80% oleh karena itu jika penelitian
belum
tersebut maka akan diulang sampai anak mencapai ketuntasan.
Pelaksanaan tindakan berlang
Persiapan Penelitian
penganalisaan
meningkatnya
Pelaksanaan Penelitian
Prosedur Penelitian Persiapan
adalah
belajar siswa baik secara individu
Seting dan Subjek Penelitian dilaksanakan
Target penelitian tindakan kelas
sung dalam 2 siklus dan dalam setiap siklus
dibagi
atas
4
jam.
Satu
pertemuan menggunakan waktu dua jam pelajaran (2 x 40 menit). Fokus tindakan
setiap
siklus
berupa
implementasi pendekatan kooperatif
dalam pembelajaran Matematika pada
siswa di dalam kelas VIII-D pada Materi Suku Banyak.
Pelaksanaan penelitian tindakan
direncanakan melalui beberapa tahap
yang berlangsung dalam bentuk siklus, yang
dikembangkan
berdasarkan
desain PTK model Kemmis dan Mc Taggart. Model ini pada hakekatnya
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225
7
berupa perangkat atau untaian-untaian
dengan pelaksanaan tindakan yang
empat komponen, yaitu perencanaan,
yang
dengan satu perangkat terdiri dari tindakan, pengamatan, dan refleksi (Depdikbud,
1992:21).
Empat
komponen tersebut merupakan kegiat
an yang dilaksanakan dalam satu siklus.
Observasi
Observasi
telah dilakukan, (3) kendala-kendala ditemui
dalam
pelaksanaan
pembelajaran dan mencari solusinya, dan
(4)
melakukan
interprestasi,
pelaksanaan dan penyimpulan data yang diperoleh.
Teknik Analis Data dilakukan
selama
pembelajaran berlangsung. Pada pelak
sanaan tindakan, peneliti berkedudukan sebagai pengamat untuk memantau secara kritis dan objektif pelaksanaan
pembelajaran serta untuk mengetahui
kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan yang dilakukan oleh guru.
Untuk mendapatkan hasil pengamatan yang komprehensif, peneliti mengguna
kan instrumen pengumpul data yang telah dibuat sebelumnya. Refleksi
Refleski dilaksnakan pada setiap
akhir penerapan tindakan dengan cara mendiskusikan pelaksanaan pembelajar
an yang dilaksanakan. Hal-hal yang dibahas dan didiskusikan, yaitu (1) tindakan yang telah dilakukan, (2)
perbedaan antara perencanaan tindakan
Secara umum teknik analisa
data dalam PTK berbeda dengan
penelitian jenis kuantitatif. Teknik analisa
data
dalam
PTK
biasa
dilakukan berdasarkan tahapan analisa
model mengalir yang dikemukakan Miles
dan
Huberman
(1992:18).
Kegiatan analisis tersebut ada tiga
tahapan yakni (1) tahap reduksi data,
(2) tahap penyajian data, dan (3) tahap pena-rikan kesimpulan. Analisis data dapat dilakukan selama dan sesudah penelitian
dengan
bertumpu
proses dan hasil belajar.
pada
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pratindakan Dari studi pendahuluan yang dilakukan
peneliti
tampak
bahwa
sebagian besar siswa merasa kurang beraktivitas
Belajar
Khusus kelas VIII-D,
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225
Matematika.
selain secara 8
umum siswa kurang beraktivitas juga prestasinya sangat rendah. Dari 28
siswa yang ada, pada materi Suku Banyak siswa yang dinyatakan tuntas atau memperoleh nilai ≥ 70 hanya
berjumlah 17 atau 61% sedangkan 11
atau 39% dinayatakan belum tuntas atau
belum
mencapai
ketuntasan minimal (SKM). Prestasi
belajar
standar
siswa
pratindakan selengkapnya sebagaimana dalam grafik di bawah ini.
dilakukan
tindakan
sebagaimana siklus 1 yang dalam pelaksanaanya
memerlukan 4
jam
pelajaran akhirnya diperoleh hasil yang berupa tingkat aktivitas dan prestasi belajar. selama
Aktivitas
siswa
pelaksanaan
diperoleh
pembelajaran
dikumpulkan kolaborator sedangkan nilai atau prestasi diperoleh setelah
Aktivitas belajar siswa yang
dipeoleh selama pembelajaran berlang
12
sung sebagaimana hasil pengamatan
10
8
kolaborator bahwa dari 28 siswa
6 4 2 50-59
60-69
70-79 Nilai
80-89
90-100
Berdasar grafik di atas dapat
dijelaskan
Setelah
tersebut dibarakan sebagai berikut.
14
0
Hasil Penelitian Siklus I
siswa mengikuti tes siklus I. Hasil
Grafik 1: Prestasi Belajar Pratindakan
Frekwensi
penelitian siklus I dilaksanakan.
bahwa
dari
studi
pendahuluan diketahui bahwa siswa
kelas VIII-D penguasaan materi masih
sangat rendah. Dari 28 siswa (a) siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 17
atau 61% siswa, (b) siswa yang dinyatakan belum tuntas sebanyak 11
atau 39%, dan (c) nilai rata-rata siklus I sebesar 63. Dengan hasil ini maka
tampak 54% siswa memperhati kan dan mencatat penjelasan guru secara
serius, 61% berusaha menerapkan
metode Index Card Match untuk
memahami mati, 61% mendiskusikan hasil bekerja berpasang an dengan teman, 61% berani bertanya baik pada
guru maupun teman dan 46% bersikap kritis atas jawaban yang diberikan oleh guru maupun teman. Dari data tersebut
jika dirata-rata aktivitas siswa secara klasikal sebesar 56% atau kurang aktif Dan setelah mengikuti tes siklus I
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225
9
pada pertemuan kedua diperoleh hasil
sebagaimana siklus II yang dalam
bawah ini.
pelajaran akhirnya diperoleh hasil yang
belajar sebagaimana dalam grafik di Grafik 2: Prestasi Belajar Siklus I 12 10 Jumlah
6
memerlukan 4
jam
berupa tingkat aktivitas dan prestasi belajar.
Aktivitas
selama
8
siswa
pelaksanaan
diperoleh
pembelajaran
dikumpulkan kolaborator sedangkan
4 2 0
pelaksanaanya
50-59 60-69 70-79 80-89 Nilai
90100
Beradasar grafik di atas dapat
nilai atau prestasi diperoleh setelah siswa mengikuti tes siklus II. Hasil tersebut dibarakan sebagai berikut.
Aktivitas belajar siswa yang
dijelaskan bahwa setelah penerapan
dipeoleh
sudah sangat bagus dibanding dengan
pengamatan kolaborator bahwa dari 28
siklus I tingkat penguasaan materi
refleksi awal. Dari 28 siswa (a) siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 21
atau 75% siswa, (b) siswa yang dinyatakan belum tuntas sebanyak 7
atau 25%, dan (c) nilai rata-rata siklus I
sebesar 72. Dengan hasil ini meskipun hasilnya mengalami peningkatan akan
tetapi belum sesuai dengan target penelitian. Dengan hasil ini maka perlu
dilanjutkan pada siklus II dengan catatan masih menggunakan metode
Index Card Match namun dengan beberapa perubahan sehingga hasilnya bisa maksimal.
Hasil Penelitian Siklus II
Setelah dilakukan tindakan
berlangsung
selama
pembelajaran
sebagaimana
hasil
siswa tampak 86% siswa memperhati
kan dan mencatat penjelasan guru secara serius, 82% berusaha menerap
kan metode Index Card Match untuk
memahami mati, 86% mendiskusikan hasil
bekerja
berpasangan
dengan
teman, 96% berani bertanya baik pada
guru maupun teman dan 86% bersikap kritis atas jawaban yang diberikan oleh guru maupun teman. Dari data tersebut
jika dirata-rata aktivitas siswa secara klasikal sebesar 87% atau aktif
Dan setelah mengikuti tes siklus
II pada pertemuan kedua diperoleh
hasil belajar sebagaimana dalam grafik di bawah ini.
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225
10
setiap
Grafik 3: Prestasi Belajar Siklus II 18 16 14 12 10 Jumlah 8 6 4 2 0
siklusnya
tampak
adanya
peningkatan yang cukup. Pembelajaran
yang biasa berpusat pada guru berubah
pada siswa. Aktivitas siswa dalam pembelajaran 50-59 60-69 70-79 80-89 Nilai
nuansa
90100
baru
cukup
dalam
memberikan
pembelajaran.
Kekurangan setiap siklusnya selalu
Berdasar grafik di atas dapat
dijelaskan bahwa setelah penerapan
diperbaiki sehingga meskipun kecil selalu ada peningkatan.
Aktivitas belajar dapat mening
siklus II tingkat penguasaan materi
kat seiring dengan penerapan metode
siklus I. Dari 28 siswa (a) siswa yang
tersebut tersurat jika siklus I rata-rata
sudah sangat bagus dibanding dengan
dinyatakan tuntas sebanyak 27 atau
96% siswa, (b) siswa yang dinyatakan belum tuntas sebanyak 1 atau 4%, dan (c) nilai rata-rata siklus II sebesar 75.
Dengan hasil ini tampak bahwa target penelitian telah tercapai. Dengan hasil
Index
Card
Match.
Peningakatan
aktivitas belajar siswa sebesar 56% maka pada siklus II meningkat menjadi
87%. Dengan hasil ini maka metode Index Card Match sangat efektif dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Dilihat dari hasil tes setiap
perlu
siklusnya juga dapat diidentifikasi
karena telah target aktivitas belajar
Match juga mampu meningkatkan
ini
maka
penelitian
tidak
dilanjutkan pada siklus berikutnya tinggi dan ketuntasan secara klasikal sebesar 80% telah tercapai.
Pembalajaran dengan mengguna metode
Index
Card
Match
tampaknya membawa dampak yang signifikan
bekerjasama.
pada
Dari
siswa
hasil
prestasi belajar siswa. Peningkatan tersebut ditunjukkan dalam tabel di bawah ini.
Pembahasan Hasil Penelitian kan
bahwa penerapan metode Index Card
dalam
observasi
Grafik 4: Peningkatan Prestasi Belajar 18 16 14 12 10 Jumlah 8 6 4 2 0
Ref. Awal Sikus I
Siklus II 50-59
60-69
70-79 Nilai
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225
80-89
90-100
11
dapat
Berdasarkan grafik 4 di atas dijelaskan
bahwa
dengan
penerapan metode Index Card Match telah mampu meningkatkan prestasi
belajar siswa yang diindikasikan (1)
angka ketuntasan mengalami kenaikan yakni jika refleksi awal sebesar 61%
meningkat menjadi 75% pada siklus I dan pada siklus II meningkat menjadi 96%,
(2)
mengalami
angka
ketidaktuntasan
penurunan
yakni
jika
refleksi awal sebesar 39% menurun
menjadi 25% pada siklus I dan menurun menjadi 4% pada siklus II,
(3) rata-raka kelas mengalami kenaikan
dari 63 pada refleksi awal meningkat menjadi
72
pada
siklus
I
dan
meningkat menjadi 75 pada siklus II. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan
dan analisis data pada dua siklus yang
metode
Index
Card
Match
telah
mampu meningkatkan prestasi belajar siswa
yang
diindikasikan
angka
ketidaktuntasan
angka
ketuntasan mengalami kenaikan dan penurunan
serta
mengalami
rata-raka
kelas
mengalami kenaikan yang signifikan. SARAN
Hasil ini membuktikan tingkat
efektivitas
sebuah
pendekatan
kooperatif, oleh karenanya guru baik matematka hendaknya
atau
mau
guru
yang
mencoba
lain dan
menerapkan pendekatan tersebut dalam
pembelajaran. Selain itu, kepada siswa diharapkan bisa menggunakan metode tersebut dalam pembelajaran di kelas maupun di luar kelas.
DAFTAR PUSTAKA
tersaji pada bab IV maka disimpulkan
Azhar Atsyad, 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada..
aktivitas siswa yakni jika siklus I rata-
Arends R. 1997, Classrom Intruction and Management
maka pada siklus II meningkat kriteria
Arikunto, Suharsini 1988, Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta Bina Aksara 2006, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta Bina Aksara
bahwa
telah
terjadi
peningkatan
rata aktivitas belajar berkriteria cukup tinggi sekali. Dengan hasil ini maka metode Index Card Match sangat
efektif dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa. Selain itu, penerapan
Depdiknas 2005, Pendidikan
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225
Kurikulum Matematika, 12
Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Djamaludin Darwis, 2000. Strategi Belajar Mengajar. Semarang: Pustaka Pelajar.
Hamalik 2003, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Standart Kompetensi Guru, Bandung Remaja Rosdakarya IKIP
PGRI Madiun. Pedoman Penulisan Skripsi. Madiun Pusat Penerbit Kampus
Ibrahim, dkk, Proses Belajar dan Mengajar. Universitas Negeri Surabaya Ismail SM, 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan), Semarang: Rasail Media Group. Nurhadi Dr 2004, Pertanyaan dan Jawaban. Gramedia Widya Sarana Indonesia Nasution S 2001, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta Bina Aksara Slameto 2003, Belajar dan faktor faktor yang mempengaruhinya. Jakarta Rineka Cipta Sujana
Nana 2005, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung Sinar baru
Sukirin 1984, Proses Belajar dan Mengajar Penerbit. Penerbit Bumi Aksara
Winkel 1989, Psikologi Pengajaran. Gramedia Jakarta
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225
13