Najamuddin & Syamsu: Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ipa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Siswa Kelas V Sdn Inti Tondo Palu Timur
Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa Kelas V Sdn Inti Tondo Palu Timur Najamuddin Laganing & Syamsu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNTAD Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kualiatas pembelajaran IPA pada siswa SDN Inti Tondo Palu dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas V dengan jumlah siswa 41 orang. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, materi untuk siklus I yaitu pesawat sederhana, dan untuk siklus II yaitu sifat-sifat cahaya. Hasil penelitian pada siklus I didapatkan ketuntasan klasikal sebesar 78,04% dan nilai rata-rata 75,8, aktivitas guru berada pada kategori baik yaitu dengan rata-rata persentase aktivitas guru 90,6% dan aktivitas siswa berada pada kategori cukup yaitu dengan rata-rata persentase aktivitas siswa 81.25%. Pada siklus II ketuntasan belajar klasikal sebesar 90,24% dan nilai rata-rata 76,43, aktivitas guru berada pada kategori sangat baik yaitu dengan ratarata persentase aktivitas guru 96,35% dan aktivitas siswa berada pada kategori baik yaitu dengan rata-rata persentase aktivitas siswa 93,76%. Berdasarkan indikator penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas V SDN Inti Tondo Palu. Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif, Tipe STAD, Kualitas Pembelajaran IPA Pendahuluan Persoalan pendidikan di Indonesia selayaknya dilakukan serempak pada seluruh wilayah oleh semua pihak secara proporsional, namun cara tersebut sangat sulit dilakukan sehingga perlu ada prioritas. Tanpa mengurangi arti dan pentingnya jalur dan jenis pendidikan lain, pendidikan dasar, khususnya pada tingkat Sekolah Dasar memiliki posisi sangat starategis karena menjadi landasan bagi pendidikan selanjutnya. Pendidikan dasar yang bermutu akan memberikan landasan yang kuat bagi pendidikan menengah dan pendidikan tinggi yang bermutu pula. Sekolah dasar juga memiliki populasi terbesar (sekitar 30 juta orang) dibandingkan dengan siswa SLTP dan SLTA. Upaya untuk meningkatkan aktifitas siswa di dalam proses pembelajaran mulai banyak diterapkan di dunia pendidikan khususnya di Sekolah Dasar. Salah satu upaya tersebut adalah melalui penerapan suatu model pembelajaran kooperatif. Dengan penerapan model pembelajan ini, diharapkan guru tidak lagi mendominasi kegiatan praktik pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif dirancang untuk memberikan
Jurnal DIKDAS, No.1, Vol.1, September 2012
Najamuddin & Syamsu: Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ipa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Siswa Kelas V Sdn Inti Tondo Palu Timur
kesempatan
kepada
seluruh
siswa
secara
bersama-sama
untuk
membangun
pengetahuannya sendiri. Pembelajaran kooperatif didasarkan pada suatu ide bahwa siswa bekerja sama dalam belajar kelompok dan sekaligus masing-masing
bertanggung jawab pada
aktivitas belajar anggota kelompoknya sehingga seluruh anggota kelompok dapat menguasai materi pembelajaran dengan baik. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru yang mengajarkan mata pelajaran IPA di SDN Inti Tondo, guru yang bersangkutan hanya mengunakan model dan metode pembelajaran yang dikuasainnya saja atau dengan kata lain pembelajaran yang kurang bervariasi dan bersifat monoton. Sehingga siswa menjadi bosan dan tidak bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Ini terlihat pada nilairatarata yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPA di kelas V SDN Inti Tondo dari tahun ajaran 2008/2009 sampai 2010/2011, seperti yang terlihat pada Tabel 1, berikut ini. Tabel 1: Nilai rata-rata ujian semester siswa kelas V SDN Inti Tondo Palu No 1 2
Nilai rata-rata
Semester
Tahun 2008/2009
Tahun 2009/2010
I
70,10
60,99
II
70,37
68,26
Sumber: Dokumen nilai ujian semester kelas V SDN Inti Tondo. Tabel 1 diatas menunjukan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa dari tahun 2008/2009 sampai 2010/2011 pada mata pelajaran IPA semester I maupun pada semester II mengalami penurunan. Hal ini dapat dijadikan pertimbangan oleh guru untuk berupaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui penggunaan model atau metode baru dalam pembelajaran di kelas. Untuk itu, penulis bermaksud mengembangkan perangkat pembelajaran konstuktivis berorientasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dengan harapan dapat meningkatkan keterlibatan dan partisipatif siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran IPA sehingga ketuntasan belajar siswa dapat dicapai. Mengingat, model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang bersifat konstruktivis.
Jurnal DIKDAS, No.1, Vol.1, September 2012
Najamuddin & Syamsu: Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ipa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Siswa Kelas V Sdn Inti Tondo Palu Timur
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kemampuan awal berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA-Fisika di SMP kelas dua (Sadiyo, 2010). Liliek Sri Wahyuti (2009) juga menyimpulkan bahwa siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif metode STAD mempunyai prestasi belajar lebih baik daripada siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran matematika SMP kelas VII. Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas V SDN Inti Tondo Palu?” Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam siklus berulang. Adapun alur penelitian ini mengacu pada model Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri atas kegiatan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi (Depdiknas, 2003:19). Diagram alur desain penelitian ini di tunjukan pada gambar 3.1. 0
4
3
a
1
2
a b
8
7
b
Keterangan 0 : Pratindakan 1 : Rencana siklus 1 2 : Pelaksanaan siklus 1 3 : Observasi siklus 1 4 : Refleksi siklus 1 5 : Rencana siklus 2 6 : Pelaksanaan siklus 2 7 : Observasi siklus 2 8 : Refleksi siklus 2
5
: Siklus 1 : Siklus 2
Gambar 1. Desain Penelitian Tindakan Kelas.
6
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Inti Tondo Palu. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V yang mengikuti mata pelajaran IPA semester genap tahun ajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa 41 orang yang terdiri dari 20 orang siswa laki-laki dan 21 orang siswa perempuan.
Jurnal DIKDAS, No.1, Vol.1, September 2012
Najamuddin & Syamsu: Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ipa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Siswa Kelas V Sdn Inti Tondo Palu Timur
Pelaksanan tindakan ini dilaksanakn dalam siklus berulang. Setiap siklus dilaksanakn sesuai dengan perubahan tingkah laku yang ingin dicapai. Rencana tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi : a). Perencanaan Tindakan, b). Pelaksanaan Tindakan, c). Observasi, dan d). Refleksi. Dalam penelitian ini, ada beberapa faktor yang akan diselidiki. Faktor-faktor tersebut adalah: Siswa: melihat aktivitas dan hasil belajar sains siswa kelas V SDN Inti Tondo Palu selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, Guru:
mengamati pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif; yaitu data yang diperoleh berupa data hasil observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru serta data hasil wawancara. Data kuantitatif; yaitu data yang diperoleh dari hasil tes belajar siswa. Sumber data yang diperlukan dalam penelitian yaitu: dari guru, berupa data yang diperoleh dari hasil observasi saat pembelajaran berlangsung dan, dari siswa, berupa data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan tes. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga cara, yaitu: 1)Tes, diberikan kepada siswa untuk mengetahui hasil belajar IPA dan mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan tindakan setiap siklus yang diberikan setiap akhir tindakan. 2) Observasi, dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pelaksanaannya dilakukan dengan mengisi format yang telah disiapkan oleh peneliti dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas siswa dan aktivitas guru pada saat pelaksanaan tindakan dan, 3) Wawancara, dilakukan setelah evaluasi tindakan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa pada saat mengikuti proses pembelajar. Tahap pelaksanaan PTK ini meliputi: 1) pra tindakan, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah observasi, wawancara dengan guru mata pelajaran IPA SDN Inti Tondo Palu untuk mengetahui nilai hasil belajar dan kondisi kelas yang akan dijadikan subyek penelitian. Siklus I, meliputi tahap: a) perencanaan, pada tahap ini peneliti menyusun perencanaan berupa (a) menetapkan materi ajar yaitu pesat sederhana, (b) membuat skenario pembelajaran, (c ) membuat RPP, (d) menyiapkan LKS, (e) menyiapkan alat dan bahan praktikum, (f) membuat format penilaian afektif dan psikimotor siswa dalam pembelajaran, (g) membuat lembar observasi aktivitas siswa
Jurnal DIKDAS, No.1, Vol.1, September 2012
Najamuddin & Syamsu: Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ipa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Siswa Kelas V Sdn Inti Tondo Palu Timur
dan guru, (h) mempersiapkan tes hasil belajar yang diberikan pada akhir siklus I, b) pelaksanaan tindakan, dalam PTK ini mengikuti skenario pembelajaran yang telah dibuat, berupa kegiatan: (a) kegiatan awal; Memberikan Motivasi pada siswa, menuliskan judul konsep pesawat sederhana, menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dimiliki siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, (b) kegiatan inti; mengatur siswa dalam kelompoknya masing-masing, secara klasikal menjelaskan materi pokok, menjelaskan LKS, meminta siswa untuk melakukan kegiatan penyelidikan yang berkaitan dengan materi pesawat sederhana, meminta siswa mengisi LKS kelompok yang telah disediakan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami, membimbing siswa melakukan keterampilan proses sains, meminta siswa untuk mempresentasikan hasil kegiatan penyelidikan yang dilakukan, kemudian ditanggapi oleh kelompok lain, (c) kegiatan akhir; membantu siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran, memberikan evaluasi untuk mengetahuan tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang telah dipelajari, memberikan tugas rumah atau PR. a. Observasi Pada saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran, dilakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan aktivitas guru. Pada tahap ini peneliti melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Untuk mengetahui presentase nilai rata-rata aktivitas siswa dan guru digunakan persamaan sebagai berikut: Persentase nilai rata rata
jumlah skor x 100 % skor maksimal
... (1)
Adapun kriteria taraf keberhasilan tindakan yaitu 90 % NR 100 % 80 % NR 90 % 70 % NR 80 % 60 % NR 70 % 0 % NR 60 % Kegiatan
: : : : :
selanjutnya
Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang yaitu
memberikan
(Kasriani, 2007:23) tes
akhir
tindakan
dengan
menggunakan tes formatif siklus I. Setelah itu dilakukan wawancara untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa selama pelaksanaan tindakan siklus I. b. Refleksi
Jurnal DIKDAS, No.1, Vol.1, September 2012
Najamuddin & Syamsu: Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ipa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Siswa Kelas V Sdn Inti Tondo Palu Timur
Pada tahap ini dilakukan evaluasi berdasarkan data yang diperoleh dari lembar observasi, wawancara dan tes hasil tindakan siklus I, kemudian berdasarkan hasil observasi dan analisis evaluasi yang dilakukan pada siklus I, maka dilakukan refleksi guna melihat kekurangan yang terjadi pada saat pembelajaran, kemudian memmbuat rencana untuk tindakan pada siklus II. Siklus II Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada siklus pertama akan diulang pada siklus berikutnya dengan materi berbeda yaitu materi sifat-sifat cahaya telah memperoleh reflteksi dari siswa sebagai subyek penelitian. Pada siklus ini akan dikembangkan tahapan-tahapan yang ada pada siklus pertama dengan saran yang diajukan oleh siswa. Pada akhir siklus ini akan dilakukan tes untuk mengukur penguasaan konsep IPA seperti halnya dilakukan pada siklus pertama. Hasil tes yang diperoleh siswa pada siklus berikutnya diharapkan akan lebih baik dari hasil tes pada siklus I. Hasil yang diperoleh pada siklus ini dikumpulkan serta dianalisis. Hasilnya digunakan untuk menetapkan suatu kesimpulan. Teknik analisa data yang digunakan dalam menganalisa data kuantitaif yang diperoleh dari hasil tes belajar siswa dan menentukan presentase ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
a. Daya Serap Individu Analisa data untuk mengetahui daya serap masing-masing siswa digunakan rumus sebagai berikut : DSI
dengan :
X Y
x 100 %
... ( 2 )
X = Skor yang diperoleh siswa Y = Skor maksimal soal DSI = Daya Serap Individu
Suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara individu jika presentase daya serap individu sekurang-kurangnya 65 % (Depdiknas, 2001: 37) b.
Ketuntasan Belajar Klasikal Analisa data untuk mengetahui ketuntasan belajar seluruh siswa yang menjadi
sampel dalam penelitian ini, maka digunakan rumus sebagai berikut KBK
N S
X 100 %
. . .( 3 )
Jurnal DIKDAS, No.1, Vol.1, September 2012
Najamuddin & Syamsu: Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ipa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Siswa Kelas V Sdn Inti Tondo Palu Timur
dengan :
N S
= Banyaknya siswa yang tuntas = Banyaknya siswa seluruhnya
KBK = Ketuntasan Belajar Klasikal Suatu kelas dikatakan tuntas belajar klasikal jika rata-rata 80 % siswa telah tuntas secara individual. c.
Daya Serap Klasikal Analisa data untuk mengetahui daya serap klasikal atau daya serap seluruh
sampel penelitian, maka digunakan rumus sebagai berikut :
DSK
dengan :
P I
P I DSK
X 100 %
... ( 4 )
= Skor Total Persentase = Skor ideal Seluruh siswa = Daya Serap Klasikal
Suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika presentasi daya serap klasikal sekurang-kurangnya 65 %. Analisa data kualitatif dalam penelitian ini dilakukan selama dan setelah pengumpulan data. Adapun tahap-tahap kegiatan analisis data kualitatif adalah 1) mereduksi data, 2) menyajikan data, dan 3) penarikan kesimpulan dan verifikasi. (a) mereduksi data adalah
proses
kegiatan
menyeleksi,
memfokuskan,
dan
menyederhanakan semua data yang telah diperoleh, mulai dari awal pengumpulan data sampai penyusunan laporan penelitian, (b) penyajian data yang dimaksud adalah penyajian sekumpulan data yang diolah menjadi informasi. Setelah dikumpulkan, data kemudian disajikan dalam bentuk tabel atau grafik yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan, (c) verivikasi/penyimpulan adalah proses penampilan intisari, dari sajian yang telah terorganisir tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat atau informasi yang singkat dan jelas. Dalam penelitian ini ada 3 (tiga) aspek yang dinilai, yaitu: aspek Kognitif berupa alat ukur yang digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari kemampuan siswa menjawab tes tertulis dengan benar, aspek Afektif berupa alat ukur yang digunakan berupa lembar penilaian karakter dan keterampilan social yang terdiri dari 11 kategori yaitu; logis, berpikir kreatif, jujur, bekerja secara teliti, bertanggung jawab, peduli, berprilaku santun, bekerjasama, menyampaikan pendapat, menjadi pendengar yang baik, dan menanggapi pendapat
Jurnal DIKDAS, No.1, Vol.1, September 2012
Najamuddin & Syamsu: Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ipa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Siswa Kelas V Sdn Inti Tondo Palu Timur
orang lain.. Setiap item penilaian akan diberikan skor 1 (Sangat Kurang), 2 (Kurang), 3 (Cukup), 4 (Baik), dan 5 (Sangat Baik). Selanjutnya dihitung presentase rata-rata dengan mengunakan persaman: Presentase nilai rata-rata (NR) =
Jumlah Skor x 100 % ...............(3.4) Skor Maksimal
Data yang terkumpul kemudian dikelompokkan (kategorisasai) dengan skala lima berdasarkan teknik kategorisasi standar (Depdiknas, 2003:78) sebagai berikut : Tabel 3.1. Pedoman Penilaian Aspek Afektif Proporsi (%) Kategori 85 – 100 A ( Sangat Baik ) 65 – 84 B ( Baik ) 55 – 64 C ( Cukup ) 35 – 54 D ( Kurang ) 0 – 34 E ( Sangat Baik )
1. Aspek Psikomotor Pada aspek psikomotor, alat ukur yang digunakan berupa lembar penilaian kinerja yang terdiri dari 3 kategori, yaitu: 1)kemampuan/ketrampilan yang dinilai 2) kemampuan mengorganisasikan tugas, kerja, atau kegiatan,dan 3) ketepatan melaksanakan tugas. Setiap kategori akan diberikan skor 1(Sangat Kurang), 2 (Kurang), 3 (Cukup), 4 (Baik), dan 5 (Sangat Baik). Selanjutnya dihitung presentase rata-rata dengan mengunakan persaman (3.4), kemudian dikelompokkan (kategorisasi) dengan skala lima berdasarkan teknik kategorisasi standar (Depdiknas, 2003:78) sebagai berikut : Tabel 3.2. Pedoman Penilaian Aspek Psikomotor Proporsi (%) 85 – 100 65 – 84 55 – 64 35 – 54 0 – 34
Kategori A ( Sangat Baik ) B ( Baik ) C ( Cukup ) D ( Kurang ) E ( Sangat Baik )
Indikator kinerja 1.
Indikator Data Kuantitatif Indikator yang menunjukkan keberhasilan penelitian menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu dtandai dengan nilai yang diperoleh siswa
Jurnal DIKDAS, No.1, Vol.1, September 2012
Najamuddin & Syamsu: Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ipa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Siswa Kelas V Sdn Inti Tondo Palu Timur
pada tes formatif mencapai ketuntasan perorangan, yaitu jika memperoleh nilai telah tuntas, dan peningkatan hasil belajar siswa sebesar 10% dari siklus sebelumnya. 2.
Indikator Data Kualitatif Indikator data kualitatif dapat dilihat dari aspek afektif, psikomotor serta hasil
observasi terhadap aktivitas siswa dan aktivitas guru selama proses pembelajaran. Penelitian ini dinyatakan berhasil, jika ketiga aspek tersebut telah berada dalam kategori baik. Dan hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa senang dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan Hasil Dan Pembahasan Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengadakan observasi pada hari selasa 25 Januari 2011. Kegiatan yang dilakukan pada observasi ini adalah mengadakan pertemuan dengan kepala SDN Inti Tondo Palu. Pada pertemuan tersebut peneliti menyampaikan maksud dan tujuan mengadakan observasi. Setelah disetujui, maka pada tanggal 26 Februari 2011 peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa kelas V SDN Inti Tondo untuk mengetahui dengan jelas keadaan siswa dan melakukan pengumpulan data sehubungan dengan data-data yang dibutuhkan serta melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA di kelas tersebut dalam upaya melakukan kesepakatan tentang materi yang akan dijadikan bahan penelitian. Pada tanggal 29 Februari 2011 peneliti mulai melakukan penelitian di kelas tersebut. Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I Kegiatan yang dilakukan pada tindakan siklus I meliputi pra tindakan, pelaksanaann tindakan, observasi dan refleksi. Adapun masing-masing kegiatan tersebut dijelaskan sebagai berikut: Pra tindakan Pada kegiatan ini ada beberapa hal yang dilakukan peneliti sehubungan dengan persiapan dalam melakukan penelitian yaitu:
Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan pokok bahasan pesawat sederhana (lampiran 1)
Membuat skenario pembelajaran (lampiran 2)
Membuat LKS per kelompok (lampiran 3)
Menyiapkan media yang mendukung kegiatan pembelajaran
Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa (lampiran 4 dan 5)
Menyiapkan tes yang akan diberian pada tiap pertemuan
Jurnal DIKDAS, No.1, Vol.1, September 2012
Najamuddin & Syamsu: Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ipa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Siswa Kelas V Sdn Inti Tondo Palu Timur
Menetapkan mitra untuk melakukan pengamatan (observer)
Menentukan kelompok siswa berdasarkan kriteria pembentukan kelompok pembelajaran kooperatif tipe STAD (lampiran 6)
Pelaksanaan tindakan siklus I Pembelajaran dilaksanakan pada tanggal 9 dan 16 Maret 2011, selanjutnya pada tanggal 22 Maret 2011 dilakukan evaluasi siklus I. Setiap pertemuan di siklus I berlangsung selama 3 jam pelajaran atau 3 x 35 menit. Pelaksanaan tindakan ini menggunakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan materi pembelajaran adalah pesawat sederhana. Pada pertemuan pertama siklus I, indikator pembelajaran yaitu: 1.
Dengan kalimat sendiri, siswa dapat mendiskripsikan pengertian pesawat sederhana.
2.
Dengan seperangkat media gambar, siswa dapat melakukan identifikasi berbagai jenis pesawat sederhana.
3.
Dengan menggunakan media gambar, siswa dapat mengelompokan alat-alat yang termasuk pengungkit berdasarkan golongannya.
4.
Dengan kalimat sendiri, siswa dapat mendiskripsikan hubungan antara besarnya beban dengan besarnya kuasa yang diberikan.
5.
Disajikan permasalahan sehari-hari
yang berhubungan dengan pesawat
sederhana, siswa dapat mengaplikasikan prinsip pesawat sederhana untuk memecahkannya. Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Pada kegiatan awal, guru membuka pembelajaran dan mengecek kesipan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran, memberikan motivasi serta melakukan apersepsi terhadap materi sebelumnya yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Ini dmaksudkan agar siswa dapat membuka wawasannya dengan mengingat kembali segala hal yang terkait dengan materi pembelajaran. Kegiatan awal ini dilakukan kurang lebih 10 menit sebelum masuk pada kegiatan inti. Kegiatan inti berlangsung kurang lebih 65 menit, pada kegiatan inti, sebelum masuk pada kegiatan kerja kelompok, guru menjelaskan materi pokok sesuai dengan indikator pembelajaran. siswa dan guru melakukan tanya jawab sehubungan dengan materi pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan membagi siswa kedalam beberapa
Jurnal DIKDAS, No.1, Vol.1, September 2012
Najamuddin & Syamsu: Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ipa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Siswa Kelas V Sdn Inti Tondo Palu Timur
kelompok belajar. Pembagian kelompok ini berdasarkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yakni memperhitungkan prestasi setiap siswa, jenis kelamin, agama, dan lain sebagainya. Jumlah siswa di dalam kelas yaitu 41 orang sehingga memungkinkan pembagian siswa ke dalam 9 kelompok yang tiap kelompok ada yang berjumlah 4 – 5 orang. Setelah dilakukan pembagian kelompok kemudian dilanjutkan dengan pembagian LKS yang bertujuan agar siswa bekerjasama di dalam kelompok dalam mengerjakan tugas yang diberikan. LKS berhubungan dengan melakukan pengamatan untuk mengelompokan pengungkit berdasarkan golonganya. Guru menyajikan beberapa gambar alat-alat yang masuk dalam kategori pengungkit kemudian siswa diperintahkan untuk mengelompokan gambar alat-alat tersebut kedalam pengungkit berdasarkan golongannya. Setelah itu Guru dalam kegiatan ini hanya bersifat mengarahkan dan memberikan bimbingan langsung kepada setiap kelompok yang belum mengerti atau mengalami kesulitan. Selanjutnya pada akhir kegiatan inti setiap kelompok mempresentasikan hasil pengamatan mereka. Kegiatan penutup berlangsung kurang lebih 20 menit. Di kegiatan penutup ini guru memeriksa LKS siswa dan memeberikan kuis kepada siswa berupa beberapa soal yang berhubungan dengan materi pembelajaran, yang pada intinya kuis ini dijadikan sebagai nilai yang merupakan pemberian siswa kepada kelompoknya. Pada akhir kegiatan penutup, siswa dengan bantuan guru membuat kesimpulan dari hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan. Tidak lupa pula guru memberikan tugas kelompok kepada siswa dengan tujuan agar siswa terus belajar dan berkerjasama dalam mengerjaan tugas yang diberikan. Pada pertemuan kedua siklus I, indikator pembelajaran yaitu: 1.
Melakukan identifikasi kegiatan yang menggunakan pesawat sederhana.
2.
Menggolongkan berbagai alat rumah tangga sebagai pengungkit, bidang miring, katrol dan roda. Pada pertemuan ini proses pembelajaran hampir sama dengan pertemuan
pertama tetapi pada kegiatan inti siswa melakukan percobaan berdasarkan indikator yang ada. Pada pertemuan ketiga siklus I, tidak diakukan proses pembelajaran, pada pertemuan ketiga ini hanya dilakukan evaluasi keseluruhan untuk siklus I dengan tes seperti yang terlihat pada lampiran 8. dari hasil evaluasi siklus I tersebut terlihat bahwa
Jurnal DIKDAS, No.1, Vol.1, September 2012
Najamuddin & Syamsu: Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ipa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Siswa Kelas V Sdn Inti Tondo Palu Timur
ada 9 orang siswa yang tidak tuntas dalam proses pembelajaran. ini berdasarkan KKM mata pelajaran untuk IPA. Untuk hasil analisis tes akhir siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Hasil Analisis Tes Akhir Siklus I NO
ASPEK PEROLEHAN
HASIL
1
Skor tertinggi
96,6
2
Skor terendah
50
3
Nilai rata-rata
75,8
4
Banyaknya siswa yang tidak tuntas
9 orang
5
Banyaknya siswa yang tuntas
32 orang
6
Ketuntasan belajar klasikal
78,04%
Sumber: Pengolahan Data Penelitian, Februari 2011 Nilai rata-rata siswa pada evaluasi siklus I yaitu 75,8 dengan ketuntasan belajar klasikal 78,04% (lampiran 9). Ini berarti siklus I pada penelitian ini belum mencapai ketuntasan belajar klasikal yakni lebih besar atau sama dengan 80%. Nilai yang diperoleh siswa tersebut sangat jauh dari yang diharapkan. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh guru kepada para siswa yang tidak tuntas dalam hasil belajarnya diperoleh beberada sebab yaitu: 1.
Guru terlalu cepat dalam menyampaikan materi pembelajaran
2.
Ada beberapa siswa kurang mengerti dengan beberapa materi dalam pembelajaran
3.
Sebagian siswa tidak belajar ketika akan menghadapi ujian/evaluasi
4.
Menurut sebagian siswa beberapa butir soal dalam evaluasi terbilang sulit. Sedangkan berdasarkan catatan lapangan selama proses pembelajaran, tidak
berhasilnya proses pembelajaran pada siklus I ini karena beberapa faktor yaitu: 1.
Pada waktu kegiatan kelompok, terdapat beberapa kelompok yang selama proses pembelajaran didominasi oleh siswa yang berkemampuan tinggi dan sedang (Pada pertemuan pertama siklus I).
2.
Pengelolaan kelas yang kurang maksimal, ini terlihat dari banyaknya siswa yang ribut di dalam kelas.
3.
Siswa segan bertanya tentang materi yang dianggap belum dimengerti kepada guru.
Jurnal DIKDAS, No.1, Vol.1, September 2012
Najamuddin & Syamsu: Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ipa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Siswa Kelas V Sdn Inti Tondo Palu Timur
Dengan demikian, untuk penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak secara langsung dapat membuat siswa secara keseluruhan aktif dalam proses pembelajaran. Observasi Observasi dilakukan oleh observer yang telah ditunjuk sebelumnya, dalam kegiatan observasi ini observer mengamati kegiatan peneliti yang sebagai guru dan siswa selama proses pembelajaran. Dari hasil observasi pada pertemuan pertama siklus I diperoleh persentase nilai rata-rata untuk siswa 77,5% atau dalam kategori cukup baik. Selanjutnya pada pertemuan kedua di siklus I diperoleh nilai rata-rata 85,0% atau dalam kategori baik pula. Dari persentase nilai rata-rata hasil observasi siswa tersebut dapat dilihat bahwa ada peningkatan aktifitas siswa di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.2. Hasil observasi guru di pertemuan petama sikus I memperoleh nilai rata-rata 87,5% atau dalam kategori baik. Selanjutnya hasil observasi pada pertemuan kedua siklus I diperoleh persentase nilai rata-rata untuk guru 93,75% dalam kategori sangat baik pula. Dari hasil observasi tindakan guru selama proses pembelajaran, terlihat peningkatan aktivitas guru di dalam proses pembelajaran. Ini menandakan bahwa peneliti yang berperan sebagai guru berusaha untuk meningkatkan perbaikan dalam proses pembelajaran di kelas. Untuk hasil observasi guru dapat dilihat pada Tabel 4.3. Refleksi Sesuai dengan hasil wawancara, catatan lapangan dan observasi pada sklus I, diperoleh kesan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD belum terlaksana dengan baik. Oleh karena itu peneliti melanjutkan penelitian ke siklus II yang berhubungan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tabel 4.2. Persentase Nilai Rata-Rata Hasil Observasi Siswa Pada Siklus I Siklus I Tahap Indikator Yang Diamati Pertemuan Pertemuan 01 02 Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran 4 4 yang disampaikan guru Awal Siswa memperhatikan informasi/materi yang 3 3 disampaikan guru Motivasi 3 3 Inti Siswa memperhatikan materi yang 3 4 disampaikan oleh guru
Jurnal DIKDAS, No.1, Vol.1, September 2012
Najamuddin & Syamsu: Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ipa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Siswa Kelas V Sdn Inti Tondo Palu Timur
Akhir
Siswa mengajukan pertanyaan Siswa belajar dalam kelompok siswa mengerjakan LKS dan melakukan percobaan/pengamatan Siswa melakukan Presentasi kelompok Siswa menjawab tugas yang diberikan guru siswa berusaha untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik dan menerima penghargaan dari guru baik secara individu maupun kelompok Presentase nilai rata-rata (%)
2 2
3 3
3
4
3 4
3 3
4
4
77,5
85,0
Sumber: Pengolahan Data Penelitian, Februari 2011 Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pelaksanaan tindakan siklus II sama dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I, yang dilakukan mulai dari pra tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Pra tindakan Pada tahap pra tindakan di siklus II ini, dilakukan kegiatan berupa persiapan yang berhubungan dengan penelitian yaitu: 1.
Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan pokok bahasan sifat-sifat cahaya (lampiran 10)
2.
Menyiapkan LKS (lampiran 11)
3.
Menyiapkan media yang mendukung kegiatan pembelajaran
4.
Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa
5.
Menyiapkan tes yang akan diberian pada tiap pertemuan
6.
Menetapkan mitra untuk melakukan pengamatan (observer) Tabel 4.3. Persentase Nilai Rata-Rata Hasil Observasi Guru Pada Siklus I Siklus I Tahap
Awal
Indikator Yang Diamati
Pertemuan Pertemuan 02 01
Menyampaikan tujuan pembelajaran
4
4
Memotivasi siswa
3
3
Menjelaskan materi pembelajaran
3
4
Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa
3
4
Inti
Jurnal DIKDAS, No.1, Vol.1, September 2012
Najamuddin & Syamsu: Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ipa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Siswa Kelas V Sdn Inti Tondo Palu Timur
Akhir
Membentuk kelompok siswa dan membimbing siswa dalam belajar Membagikan LKS dan siswa mengisi LKS dan membimbing siswa dalam melakukan percobaan/pengamatan Memberikan evaluasi kepada seluruh siswa baik secara individu maupun kelompok Memberikan penghargaan kepada siswa baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok Presentase nilai rata-rata (%)
3
3
4
4
4
4
4
4
87,5
93,75
Sumber: Pengolahan Data Penelitian, Februari 2011 Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada tanggal 23 Maret serta tanggal 1 dan 2 April 2011 Dengan pembelajaran masih menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam pelaksanaan pembelajaran kali ini masuk pada materi sifat-sifat cahaya. Pada pertemuan pertama indikator pembelajaran yang akan dipelajari adalah: 1.
Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.
2.
Melakukan percobaan untuk mengetahui sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, gelap).
3.
Menemukan perbedaan sifat cahaya yang mengenai benda (bening, berwarna, gelap). Kegiatan yang dilakukan pula sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang telah disusun. Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan penyampaian tujuan pembelajaran, memberikan motivasi
dan melakukan
apersepsi
sehubungan dengan materi
pembelajaran. Serta memberikan penjelasan kepada siswa bahwa mereka harus bekerja sama secara berkelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. kegiatan awal pembelajaran dilaksanakan kurang lebih 10 menit. Pada kegiatan inti, guru melakukan pembelajaran berdasarkan fase-fase dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD. Yakni guru menjelaskan materi pokok pembelajaran, membagi siswa kedalam kelompok, membagikan LKS dan membimbing siswa dalam melakukan kegiatanya. Di kegiatan inti pada siklus II ini guru lebih memperhatikan kerja masing-masing kelompok.
Jurnal DIKDAS, No.1, Vol.1, September 2012
Najamuddin & Syamsu: Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ipa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Siswa Kelas V Sdn Inti Tondo Palu Timur
Seperti yang diharapkan hampir sebagian besar siswa aktif dalam kegiatan kelompok, walaupun pada kenyataanya masih ada sebagian kecil siswa yang terlihat tidak aktif dalam kegiatan kelompok. Siswa masih berada pada kelompok yang telah dibentuk sebelumnya yakni 9 kelompok. Pada kegiatan penutup siswa diberikan evaluasi berupa kuis, untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada materi yang diajarkan dan juga hasil kuis tersebut dijadikan nilai pemberian setiap siswa pada kelompoknya. Pada akhir kegiatan penutup guru memberikan penghargaan kepada kelompok siswa yang mengerjakan LKS dengan baik. Pada pertemuan kedua di siklus II, indikator yang diajarkan yaitu: 1.
Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung
2.
Melakukan percobaan untuk mengetahui sifat-sifat bayangan yang terbentuk pada cermin datar.
Proses pembelajaran sama dengan pertemuan pertama siklus II. Pada pertemuan ketiga di siklus II, diadakan evaluasi akhir untuk siklus II dengan tes dapat dilihat pada lampiran 12. Dari hasil tes tersebut terdapat 4 orang siswa yang tidak tuntas sesuai dengan KKM yang ditetapkan untuk mata peajaran IPA. Hasil analisis tes akhir siklus II dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Hasil Analisis Tes Akhir Siklus II NO
ASPEK PEROLEHAN
HASIL
1
Skor tertinggi
94
2
Skor terendah
60
3
Nilai rata-rata
76,43
4
Banyaknya siswa yang tuntas
37 orang
5
Banyaknya siswa yang tidak tuntas
4 orang
6
Ketuntasan belajar klasikal
90,24%
Sumber: Pengolahan Data Penelitian, Februari 2011 Nilai rata-rata siswa pada siklus II adalah 76,43. Dengan ketuntasan belajar klasikal adalah 90,24% (lampiran 13). Ini berarti ketuntasan belajar klasikal melebihi target yang ditetapkan 80%. Dengan kata lain pembelajaran pada siklus II dinyatakan berhasil. Telah diuraikan sebelumnya bahwa masih ada 4 orang siswa pada siklus II ini
Jurnal DIKDAS, No.1, Vol.1, September 2012
Najamuddin & Syamsu: Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ipa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Siswa Kelas V Sdn Inti Tondo Palu Timur
yang tidak tuntas dalam proses pembelajaran. Setelah dilakukan wawancara dengan ke4 siswa tersebut diperoleh data sebagai berikut: 1. Mereka tidak belajar sebelum menghadapi ujian 2. Soal yang diberikan terlalu sulit 3. Beberapa siswa kurang mengerti dengan beberapa materi pembelajaran. Menurut siswa hal-hal tersebut yang menyebabkan mereka memperoleh nilai yang kurang pada ujian siklus II ini. Berdasarkan catatan lapangan yang diperoleh selama proses pembelajaran, keberhasilan tindakan pada siklus II ini disebabkan oleh: 1. Siswa sudah mulai bekerja sama dengan anggota kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan 2. Guru lebih membimbing siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan. 3. Guru tidak terlalu cepat dalam menjelaskan materi pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak secara langsung dapat dimengerti oleh siswa, dengan berulang kali digunakan pada akhirnya siswa dapat mengerti. Serta peran guru sebagai pembimbing dalam proses pembelajaran sangat diperlukan. Observasi Observasi pada siklus II yang mengamati aktivitas siswa dan guru, diperoleh data sebagai berikut: Pada pertemuan pertama siklus II persentase nilai rata-rata untuk siswa
85,0% atau dalam kategori baik, selanjutnya pada pertemuan kedua siklusII
persentase nilai rata-rata siswa 92,5% atau dalam kategori sangat baik. Data ini menunjukan bahwa ada peningkatan aktivitas yang cukup baik selama proses pembelajaran. Hasil observasi siswa siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.5. Persentase nilai rata-rata untuk hasil observasi guru pada pertemuan pertama siklus II sebesar 95,75% atau dalam kategori sangat baik. Selanjutnya untuk pertemuan kedua siklus IImasuk dalam kategori sangat baik pula dengan presentase nilai rata-ratanya sebesar 96,87%. Hasil observasi guru pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.5. Persentase Nilai Rata-Rata Hasil Observasi Siswa Pada Siklus II Siklus II Tahap Indikator Yang Diamati Pertemuan Pertemuan 01 02 Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran 4 4 Awal yang disampaikan guru Siswa memperhatikan informasi/materi yang 3 4
Jurnal DIKDAS, No.1, Vol.1, September 2012
Najamuddin & Syamsu: Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ipa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Siswa Kelas V Sdn Inti Tondo Palu Timur
Inti
Akhir
disampaikan guru Motivasi Siswa memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru Siswa mengajukan pertanyaan Siswa belajar dalam kelompok siswa mengerjakan LKS dan melakukan percobaan/pengamatan Siswa melakukan Presentasi kelompok Siswa menjawab tugas yang diberikan guru siswa berusaha untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik dan menerima penghargaan dari guru baik secara individu maupun kelompok Presentase nilai rata-rata (%)
3
3
3
4
3 4
3 4
4
4
3 4
4 3
3
4
85,0
92,5
Sumber: Pengolahan Data Penelitian, Februari 2011 Refleksi Berdasarkan catatan lapangan dan hasil observasi diperoleh kesan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang telah direncanakan cukup baik. Siswa di dalam proses pembelajaran memberikan kesan yang baik, terlihat pada kerjasama siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan, serta siswa terlihat pula lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran yang diberikan. Tabel 4.6. Persentase Nilai Rata-Rata Hasil Observasi Guru Pada Siklus II Siklus II Tahap
Awal
Inti
Akhir
Indikator Yang Diamati
Pertemuan Pertemuan 02 01
Menyampaikan tujuan pembelajaran
4
4
Memotivasi siswa
3
3
Menjelaskan materi pembelajaran
3
4
Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa
4
4
4
4
4
4
4
4
Membentuk kelompok siswa dan membimbing siswa dalam belajar Membagikan LKS dan siswa mengisi LKS dan membimbing siswa dalam melakukan percobaan/pengamatan Memberikan evaluasi kepada seluruh siswa baik secara individu maupun kelompok
Jurnal DIKDAS, No.1, Vol.1, September 2012
Najamuddin & Syamsu: Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ipa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Siswa Kelas V Sdn Inti Tondo Palu Timur
Memberikan penghargaan kepada siswa baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok Presentase nilai rata-rata (%)
4
4
95,75
96,87
Sumber: Pengolahan Data Penelitian, Februari 2011 Pengujian Indikator Kinerja Berdasarkan hasil belajar siswa pada siklus I dengan nilai-rata siswa 75,8 dan ketuntasan belajar klasikal 76,43% mengalami peningkatan pada siklus II dengan nilai rata-rata siswa 78,04 dan ketuntasan belajar klasikal 90,24%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Inti Tondo. Selain itu, hasil observasi aktivitas guru dan siswa termasuk kategori baik dan sangat baik. Temuan Penelitian Berdasarkan refleksi, catatan lapangan dan hasil observasi pada siklus I dan siklus II, peneliti dapat mengemukakan temuan penelitian sebagai berikut: 1. Pembelajaran kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengajarkan siswa untuk bertanggung jawab dan berkerjasama dalam memecahkan suatu permasalahan yang ada di dalam kelompok. 2. Penggunaan LKS pada proses pembelajaran lebih memberikan semangat siswa untuk
belajar
dibandingkan
dengan
siswa
hanya
bersifat
menerima
pembelajaran. 3. Pembagian kelompok siswa dengan berbagai perbedaan baik jenis kelamin, tingkat kecerdasan dan lain sebagainya menumbuhkan hubungan sosial yang baik sebab antara siswa yang satu dengan lainnya saling melengkapi dan saling membutuhkan. Pembahasan Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan kualitas pembelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam penelitian ini dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini memfokuskan pada upaya pemecahan masalah, sehingga siswa harus melakukan kooperatif untuk mendapatkan informasi agar dapat menemukan konsep mentalnya sendiri dengan mengikuti petunjuk guru berupa diskusi dan pertanyaanpertanyaan yang mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran. Model pembelajaran
Jurnal DIKDAS, No.1, Vol.1, September 2012
Najamuddin & Syamsu: Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ipa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Siswa Kelas V Sdn Inti Tondo Palu Timur
kooperatif yang dipakai adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD, oleh karena itu dalam pembentukan kelompok harus dibuat heterogen dengan memperhatikan berbagai faktor seperti, perbedaan kemampuan akademik dan jenis kelamin, ras, agama, dan tingkat ekonomi. Tujuan pembentukan kelompok ini agar terjadi interaksi antar siswa didalam kelompoknya, dengan harapan siswa yang memiliki kemampuan akademik yang lebih tinggi dapat membantu proses pemahaman konsep bagi teman yang berkemampuan lebih rendah. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, ada beberapa hal yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini yaitu pada hasil tes siklus I, nilai rata-rata yang diperoleh siswa hanya 75,8. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai 78,04%. Terdapat 9 orang siswa yang tidak tuntas, artinya, hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kondisi ini, menunjukan bahwa siswa masih kurang dalam penguasaan materi serta guru masih perlu melakukan banyak perbaikan dalam pengolahan pembelajaran. Hasil temuan di lapangan ini, maka dilakukan perbaikan pada siklus II, nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus II yaitu 76,43, dan ketuntasan belajar klasikal mencapai 90,24%. Masih ada 4 orang siswa yang tidak tuntas. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa mencapai target yang ditetapkan. Pencapaian target pada penelitian ini dapat dilihat pula pada hasil aktivitas siswa dan guru selama mengikuti dan melaksanakan pembelajaran di kelas. Pada pertemuan pertama di siklus I, aktivitas siswa belum mencapai target yang diharapkan. Ini terjadi karena beberapa sebab yaitu: 1. Model pembelajaran yang digunakan berbeda dengan pembelajaran yang sering digunakan di kelas 2. Terdapat beberapa kelompok yang kegiatannya didominasi siswa yang kemampuan akademiknya tinggi. 3. Pengelolaan kelas yang kurang maksimal 4. Siswa kurang mengajukan pertanyaan selama proses pembelajaran 5. Sebagian siswa kurang memperhatikan pembelajaran yang diberikan. Berdasarkan hasil observasi aktivitas yang dilakukan oleh siswa, belum mencapai target yang diharapkan selama proses pembelajaran namun persentase nilai rata-rata aktivitas siswa selama pertemuan pertama siklus I yaitu 77,5% atau berada dalam kategori cukup baik.
Jurnal DIKDAS, No.1, Vol.1, September 2012
Najamuddin & Syamsu: Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ipa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Siswa Kelas V Sdn Inti Tondo Palu Timur
Pertemuan kedua siklus I, aktivitas siswa mengalami peningkatan. Ini berdasarkan pada hasil observasi siswa yang memperoleh persentase nilai rata-rata 85,0%
yang berada pada kategori baik. Ini disebabkan karena siswa telah mulai
memahami model pembelajaran yang diberikan, bekerjasama dalam memecahkan masalah dalam kelompok dan mulai memperhatikan pembelajaran yang diberikan. Hasil observasi guru yang dilaksanakan pada pertemuan pertama dan kedua di siklus I mengalami peningkatan pula. Yakni persentase nilai rata-rata pada pertemuan pertama 87,5% yang berada dalam kategori baik mengalami peningkatan menjadi 93,75% yang berada pada kategori sangat baik. Hal ini didasarkan pada kemauan guru untuk melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran terutama pada pemberian penjelasan tentang model pembelajaran yang digunakan, penguasaan materi pembelajaran dan pengelolaan kelas yang baik. Namun setelah diadakan evaluasi siklus I terdapat 9 orang siswa yang tidak tuntas dengan ketuntasan belajar klasikal mencapai 78,04 dibawah target yang diharapkan. Ini berarti guru masih harus lebih banyak melakukan perbaikan dalam pembelajaran. Pada pertemuan pertama siklus II, diperoleh hasi observasi aktivitas siswa sebesar 85,0% yang berada pada kategori baik. Sedangkan pada pertemuan kedua diperoleh hasil observasi siswa sebesar 92,5% yang berada pada kategori sangat baik. Ini menandakan bahwa siswa telah memberikan respon yang baik selama mengikuti pembelajaran di kelas. Selanjutnya pada hasil observasi guru selama pertemuan pertama dan kedua berada pada kategori sangat baik dengan persentase nilai rata-rata pada pertemuan pertama 95,75% dan pada pertemuan kedua 96,87%. ini menandakan bahwa guru melakukan pembelajaran di kelas dengan baik. Setelah dilakukan evaluasi siklus II diperoleh persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 90,24%, nilai tersebut melebihi standar KKM yang ditentukan, walaupun masih terdapat 4 orang siswa yang tidak tuntas dalam proses pembelajaran. Secara umum, dapat dilihat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa, ini terbukti dari berkurangnya siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran yaitu dari 9 orang siswa yang tidak tuntas pada pembelajaran di siklus I menjadi 4 orang siswa yang tidak tuntas pada siklus II. Kesimpulan Dan Saran Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Jurnal DIKDAS, No.1, Vol.1, September 2012
Najamuddin & Syamsu: Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ipa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Siswa Kelas V Sdn Inti Tondo Palu Timur
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan materi pesawat sederhana dan sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN Inti Tondo Palu. 2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SDN Inti Tondo Palu. Berdasarkan kesimpulan dan kondisi selama dalam penelitian maka disarankan: 1. Dalam pembelajaran di kelas guru perlu menggunakan kelompok belajar yang mempertimbangkan status sosial siswa yang beragam dalam tiap kelompok, agar siswa lebih berkerjasama tanpa melihat perbedaan yang ada pada mereka. 2. Disarankan pula dalam penggunaan model pembelajaran yang bermacammacam, sebaiknya guru perlu menggunakan media-media pembelajaran yang ada, agar lebih memudahkan guru dalam menyampaikan pembelajaran di dalam kelas. 3. Guru perlu menggunaan LKS dalam pembelajaran agar lebih mengarahkan siswa pada inti pembelajaran yang diberikan. serta agar siswa lebih aktif dalam menemukan hal-hal yang terkait dengan pembelajaran sehingga pembelajaran yang diberikan lebih tersimpan lama dalam memori siswa. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2002. Revisi V. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Erni Purnaningtyas. 2010. Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa Kelas IV SD Inpres 8 Mamboro. Skripsi tidak diterbitkan. Palu Strata Satu Universitas Tadulako Danim, Sudarwan. 2004. Bunga Rampai Keberhasilan Guru Dalam Pembelajaran Tahun 2004 TK, SD dan SMP. Jakarta: Depdiknas Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Gani, Erni. 2010. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Sifat-Sifat Benda Melalui Penggunaan Media Gambar di Kelas 2 SDN 2 Talise. Skripsi tidak diterbitkan. Palu Program Strata Satu Universitas Tadulako. Hamalik, Oemar. 1985. Media Pendidikan. Bandung: Penerbit Alumni. Liliek, S W, 2009. Efektifitas Metode Pembelajaran Kooperatif STAD dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Aktivitas Siswa
Jurnal DIKDAS, No.1, Vol.1, September 2012
Najamuddin & Syamsu: Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ipa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Siswa Kelas V Sdn Inti Tondo Palu Timur
SMP Negeri Kota Surakarta, Thesis (tidak dipublikasi), PPS Universitas Sebelas maret, Surakarta. Ngalim purwanto. 2002. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya, Nur Asma. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas Riska Larasati. 2005. Analisis Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam Pengaruhnya Terhadap Upaya Peningkatan Hasil Belajar Akutansi dalam Pokok Bahasan Pencatatan Transaksi Perusahaan Dagang Mata Pelajaran Akutansi pada Siswa Kelas II Semester I SMU Negeri 7 Purworejo. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Sadiyo, 2010, Pembelajaran Sains dengan Kooperatif Tipe Jigsaw dan Stad ditinjaua dari kemampuan awal dan gaya belajar, Thesis (tidak dipublikasi), PPS Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Usman, H.B. 2004. Strategi Pembelajaran Kontemporer Suatu Pendekatan Model.Palu: Universitas Tadulako Press.
Jurnal DIKDAS, No.1, Vol.1, September 2012