PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK DISKUSI DAN SEMINAR DENGAN TGT Sudaryanti, Sisilya Saman dan Martono FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak Email:
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan dan hasil pembelajaran menyimak diskusi dan seminar dengan Teams Games Tournament pada siswa kelas XI IPS MAS Mujahidin Pontianak tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian tindakan yang dirancang dalam tiga siklus. Alur penelitian meliputi perancanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflekting). Hasil penelitian menunjukkan bahwa menyimak diskusi dan seminar dengan metode Teams Games Tournament pada siswa kelas XI IPS MAS Mujahidin Pontianak tahun pelajaran 2013/2014 berhasil meningkatkan keterampilan siswa. Hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut; pencapaian daya serap siswa sebelum mendapat tindakan sebesar 68% dengan ketuntasan klasikal 55 % meningkat menjadi 71% dengan ketuntasan 68% di siklus I. Pada siklus II daya serap 83% dengan ketuntasan 81% selanjutnya di siklus III daya serap 89 dengan ketuntasan 90%. Dengan demikian metode Teams Games Tournament dapat meningkatkan keterampilan menyimak diskusi dan seminar pada siswa kelas XI IPS MAS Mujahidin Pontianak Kata kunci : TGT, menyimak diskusi, seminar. Abstract: This study aims to decribe how the learning plan, implementation and result of discussion and seminar by using Teams Games Tournament on twelfth graders social 2013/2014 school years. The research used qualitative approach by action research method which designed in three cycles. The study consist of planning, acting, observing, and reflecting. The result research to listen to discussion and seminar by using Teams Games Tournament on twelfth graders social 2013/2014 school year succesfully improve the skill of students. The results of the study are the following learning outcomes; absorption student achievement before getting action by 68% with classical completeness 55% increased to 71% with 68% completeness in the first cycle. In the second cycle absorption of 83% with 81% completeness further further in the third cycle absorption of 89% with 90% completeness. Thus the Teams Games Tournament method in improving listening skill discussion and seminar in twelfth grader in MAS Mujahidin Pontianak. Key Word : TGT, Listening discussion and seminar. 1
S
ejak dari taman kanak-kanak hingga SMA umumnya siswa menerima pelajaran membaca dan menulis. Keterampilan siswa dalam hal membaca dan menulis terus dilatih. Bila dibandingkan dengan kedua keterampilan tersebut, keterampilan menyimak kurang mendapatkan perhatian. Ini tenstu suatu ironi mengingat keterampilan ini sangat dibutuhkan dan merupakan keterampilan dasar komunikasi.Dalam dunia komunikasi, menyimak diakui sebagai suatu keahlian komunikasi verbal yang sulit dan unik dibandingkan dengan komunikasi verbal lainnya sepeti berbicara, menulis dan membaca. Sebab itu sedikit sekali yang dapat melakukannya dengan baik. Kemampuan menyimak yang kita miliki berdampak besar terhadap efektivitas pekerjaan dan hubungan dengan orang lain. Bahkan seorang pembicara yang efektif dan cemerlang pun akan hancur jika ia gagal menyimak dengan baik. Keterampilan menyimak perlu mendapat perhatian serius. Hal ini karena dalam proses belajar mengajar di sekolah, aktivitas menyimak memiliki intensitas yang lebih banyak dilakukan siswa dibanding kegiatan berbicara, membaca, dan menulis. Dari awal proses pembelajaran dimulai, siswa melakukan aktivitas menyimak instruksi, perintah, penjelasan, atau pertanyaan dari guru. Saat proses pembelajaran berlangsung, kegiatan menyimak tetap dilakukan. Misalnya, saat guru menerangkan pelajaran, siswa menyimak penjelasan guru. Saat guru menginstruksikan siswa mengerjakan latihan, siswa menyimak penjelasan tentang latihan yang akan mereka kerjakan. Saat diskusi, siswa menyimak diskusi. Dengan kata lain, sampai di akhir kegiatan pembelajaran aktivitas menyimak tetap dilakukan siswa. Siswa yang terampil dalam menyimak akan terampil pula dalam berkomunikasi. Komunikasi dapat terjalin apabila ada interaksi yang baik antara penyimak yang berperan sebagai penerima pesan dengan pembicara yang berperan sebagai pengirim pesan. Keterampilan tersebut tentu tidak datang dengan sendirinya. Diperlukan latihan mulai dari hal bentuk yang sederhana hingga bentuk yang kompleks. Latihan yang rutin akan membantu seseorang untuk semakin terampil. Sebagai sebuah keterampilan, menyimak memiliki sifat seperti keterampilan berbahasa lain. Keseiringan dan keajegan dalam latihan menyimak memberikan peluang agar hasil simakan lebih baik. Kegiatan menyimak merupakan kegiatan penting yang digunakan dalam proses pembelajaran. Tidak hanya dalam proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, tetapi juga dalam proses pembelajaran lainnya. Hal itu dikarenakan siswa diharapkan dapat menyimak dengan baik agar dapat menuangkan dan menyerap informasi. Keterampilan menyimak diskusi dan seminar penting untuk dikuasai siswa, karena menyimak merupakan satu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara langsung. Menyimak diskusi dan seminar adalah suatu kegiatan reseptif. Dalam kegiatan menyimak diskusi dan seminar, penulis harus menyusun kata-kata yang didengarnya di antara suara-suara lain kemudian menyerapnya sebagai sebuah informasi selanjutnya merespon informasi tersebut sesuai kebutuhan. Keterampilan menyimak diskusi dan seminar tidak bisa dikuasai secara otomatis melainkan harus melalui latihan praktik berulang-ulang. 2
Melalui menyimak diskusi dan seminar, siswa dapat menyerap ide, informasi atau pengetahuannya dari berbagai sumber sehingga siswa memiliki cara pandang yang baik terhadap berbagai peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pembelajaran keterampilan menyimak diskusi dan seminar yang dilaksanakan guru diharapkan dapat memfasilitasi siswa untuk dapat menyimak dengan baik, sehingga siswa dapat menyerap berbagai informasi di sekitarnya. Untuk mendukung pelaksanaan penelitian ini diperlukan beberapa teori yang digunakan di antaranya teori tentang menyimak diskusi dan seminar, pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament. Menyimak merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang memerlukan ketajaman perhatian, konsentrasi, sikap mental yang aktif dan kecerdasan dalam mengasimilasi serta menerapkan setiap gagasan. (Hermawan, 2012:30). Tujuan menyimak menurut Tarigan (2008: 60-61) antara lain untuk memperoleh pengetahuan, menikmati, mengevaluasi, mengapresiasi, mengkomunikasikan ideide, membedakan bunyi-bunyi, memecahkan masalah, dan untuk meyakinkan diri sendiri terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan. Banyaknya aktivitas dalam masyarakat memunculkan bermacam-macam pertemuan kelompok sesuai kepentingan masing-masing. Misalnya pertemuan ilmiah, pertemuan keagamaan, pertemuan politik dan sebagainya. Yuzal (2011:512) membagi pertemuan ilmiah menjadi beberapa jenis, antara lain: Konferensi, Kongres, Seminar, Simposium, Lokakarya, Panel, Diskusi, Forum, Debat, Sarasehan. Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori belajar konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya (Trianto, 2009: 56). Sementara itu, Lickona(2013:241) menjelaskan bahwa sama seperti pendidikan nilai yang berbasis kurikulum, pendidikan kooperatif mengajarkan nilai-nilai dan pengetahuan akademis secara bersamaan. Dengan demikian siswa belajar bersosialisasi sekaligus meningkatkan pengetahuan terhadap keilmuan. Dalam pembelajaran ini guru berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi. Guru bukan hanya memberikan pengetahuan pada siswa tetapi membangun pengetahuan tersebut dalam pikirannya. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan cara berkolaborasi dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Inti utama dari pembelajaran kooperatif adalah interaksi antarsiswa dalam kelompok dan tugas yang jelas. Namun diperhatikan tiga elemen lainnya yang tak kalah penting. Elemen tersebut yaru meminta siswa itu tujuan belajar mengarah pada kegiatan kelompok. Guru meminta siswa secara pribadi bertanggung jawab atas pemahaman mereka. Adanya saling ketergantungan untuk mencapai tujuan. Menurut Lickona (2013: 241), pembelajaran kooperatif memiliki manfaat sebagai berikut; Pembelajaran kooperatif mengajarkan nilai kerjasama, Pembelajaran kooperatif dapat membangun komunitas siswa dalam kelas, Pembelajaran kooperatif mengajarkan keterampilan dasar kehidupan, Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pencapaian akademis, penghargaan diri, dan sikap terhadap 3
sekolah, Pembelajaran kooperatif menawarkan sebuah alternatif untuk mengelompokkan siswa, Pembelajaran kooperatif berpotensi mengurangi aspekaspek negatif persaingan. Menurut Trianto (2010:83) Model pembelajaran Team Games Tournament dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Pertandingan Permainan Tim. TGT dikembangkan secara asli oleh David De Vries dan Keath Edwar (1995). Penekanan pembelajaran ini dengan mengoptimalkan penguasaan konten melalui kompetisi dan juga kooperasi. Para siswa yang berlevel kemampuan berbeda-beda-bekerja sama dalam tim-tim belajar, saling membantu untuk mengurangi kesenjangan-kesenjangan dalam belajar. Selanjutnya para siswa meninggalkan tim mereka untuk berkompetisi dengan siswa dari tim lain dalam suatu turnamen akademis. Strategi ini mengubah usaha penguasaan konten kritis menjadi sebuah teknik pengajaran yang menarik dan sangat efektif. Menurut Slavin (2011: 170) TGT memiliki aktivitas pengajaran yang meliputi pengajaran, belajar tim, turnamen dan rekognisi tim. Pelaksanaan TGT di lapangan dilakukan dengan beberapa tahapan belajar. Tahapan tersebut menjadi ciri khusus bagi pembelajaran TGT sebagai bagian dari pembelajaran kooperatif. Tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut; Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, Menyampaikan informasi (presentasi kelas), Membentuk kelompok atau Tim (Study Team), Membimbing kelompok kerja dalam belajar, Turnamen, terakhir Rekognisi tim. Field (2010:17) membagi tahapan menyimak menjadi Pre Listening (Establish context, Create motivation for listening, Pre-teach only critical vocabulary) Extensive listening (General question on context and attitude of speakers) Intensive listening (Preset questions, Intensive listening, Checking answers to questions) Post listening (Functional language in listening passage, Learners infer the meaning of unknown words from the Sentence in wich they appear) Final play, learners look at transcript. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tindakan. Menurut Emzir (2007:236) penelitian ini juga mempunyai dimensi sosial penelitian mengambil tempat dalam dunia nyata dan bertujuan untuk memecahkan permasalahan yang nyata pula. Metode ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yakni mendeskripsikan peningkatan kemampuan menyimak diskusi dan seminar dengan Team Games Tournament pada siswa kelas XI IPS MAS Mujahidin tahun pelajaran 2013/2014. Bentuk Penelitian Bentuk penelitian ini adalah kualitatif. Sugiyono, (2008:9) mengatakan metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah. Penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang merupakan bentuk kajian yang sistematis reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan 4
tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi ketika praktik pembelajaran dilakukan. Dapat disimpulaknn PTK merupakan bentuk kajian yang sistematis reflektif yang dilakukan oleh pelaku tindakan (guru) dan dilakukan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran. Penelitian tindakan kelas bersifat reflektif artinya dalam proses penelitian, guru sekaligus sebagai peneliti yang memikirkan apa dan mengapa suatu tindakan terjadi di kelas. Berdasarkan pemikiran itu, kemudian guru mencari pemecahannya melalui tindakan–tindakan tertentu. Dengan demikian, guru dituntut untuk peka terhadap permasalahan yang dihadapinya di kelas. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam bentuk siklus yang terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam satu siklus. Siklus I bertujuan untuk mengetahui keterampilan menulis poster pada siswa. Siklus II dipakai sebagai refleksi berikutnya. Secara utuh tindakan yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas seperti digambarkan dalam siklus melalui tahapan sebagai berikut ini. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tes keterampilan merangkum merupakan kegiatan untuk menilai kecakapan siswa dalam memahami sebuah informasi yang diperoleh melalui metode pembelajaran kooperatif Teams Games Tournamen. Kecakapan siswa tersebut dapat dilihat melalui indikator. Indikator pembelajaran adalah mencatat pokok-pokok pembicaraan dengan tepat dan merangkum seluruh isi pembicaraan ke dalam beberapa kalimat dengan runtut dan lengkap. Wujud kemampuan siswa dalam penelitian ini lebih difokuskan pada kemampuan siswa dalam merangkum isi pembicaraan dalam rekaman diskusi. Dengan demikian, tes tertulis berbentuk uraian yang menuntut siswa mengungkapkan ide dengan lengkap dan runtut. Siswa dinyatakan tuntas pembelajaran menyimak diskusi dan seminar jika mencapai KKM 75. Berdasarkan kriteria tersebut diketahui bahwa siswa yang tuntas pada pembelajaran menyimak dengan TGT siklus I sebanyak 21 orang. Jumlah siswa seluruhnya adalah 31 orang. Dengan demikian ketuntasan klasikal mencapai jumlah 68% dengan daya serap 71%. Sedangkan aktivitas siswa selama pembelajaran tampak pada tabel berikut: Tabel 1 Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I No 1 2 3
Aspek yang Diamati A B C
Aktif
Kurang
Tidak
77% 68% 55%
13% 23% 35%
10% 10% 10%
5
4 5 6 7 8
D E F G H Rata-rata
65% 65% 61% 90% 52% 67%
26% 26% 29% 0% 39% 24%
10% 10% 10% 10% 10% 10%
Dari tabel tersebut diketahui bahwa sikap siswa dalam proses pembelajaran yang tergolong aktif sebanyak 67%, kurang aktif sebanyak 24% dan yang tidak aktif mencapai 10 %. Secara lebih rinci diketahui bahwa siswa yang aktif mendengarkan penjelas guru maupun yang menyimak rekaman(A) sebanyak 77%. Siswa yang menyelesaikan LKS (B)sebanyak 68%. Siswa yang aktif bertanya maupun menjawab (C) sebanyak 55%. Siswa yang aktif dalam bekerjasama dengan kelompoknya (D) sebanyak 65%. Siswa yang aktif dan bersemangat dalam mengikuti turnamen (E)65%. Siswa yang aktif terlibat dalam menghitung skor perolehan kelompok (F) sebanyak 61%. Siswa yang aktif menulis rangkuman (G) sebanyak 90% dan siswa mengumpulkan rangkuman tepat waktu (H)sebanyak 52%.. Pada siklus I ini dapat disimpulkan keaktifan siswa yang paling tinggi tampak pada kegiatan menulis rangkuman, kegiatan menyimak penjelasan guru dan menyimak rekaman sudah mulai meningkat. Sedangkan pada kegiatan mengerjakan LKS, bertanya jawab dengan guru, bekerja sama dengan kelompok, mengikuti turnamen, menghitung skor perolehan, menulis rangkuman dan mengumpulkan rangkuman tepat waktu belum memenuhi kriteria yang diinginkan. Sementara itu minat siswa terhadap pembelajaran dari data pada siklus ini diketahui bahwa siswa yang mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh sebanyak 28 atau 90%. Karena merasa senang. Namun dmikian siswa yang senang belajar dengan kelompok barumencapai 77% atau hanya 24 siswa. 94% siswa mengakui bahwa LKS membantu mereka memahami materi karena kejelasan suara rekaman hanya didengar oleh 87% siswa. Demikian juga dengan kegiatan turnamen yang diminati oleh 77% siswa atau 24 orang. 94% siswa mengaku mengerjakan tugas dengan jujur dan mereka mengumpulkan tugas tepat waktu sebanyak 19 orang atau 61%. Siswa yang merasa lebih percaya diri setelah beturnamen sebanyak 77% atau 24 siswa. Hasil Pembelajaran Menyimak Siklus II Berdasarkan hasil refleksi, pembelajaran menyimak dengan metode kooperatif tipe TGT. Hasil belajar pada siklus I belum bisa dikatakan berhasil. Hal ini dikarenakan nilai siswa belum mencapai target yang ditentukan (ketuntasan klasikal mencapai 75%) dan proses belajar mengajarnya belum terlaksana dengan efektif. Oleh karena itu, peneliti dan guru sepakat melaksanakan siklus II untuk mengukur tingkat keberhasilan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT, dalam meningkatkan keterampilan siswa dalam menyimak diskusi dan seminar. 6
Siswa dinyatakan tuntas pembelajaran menyimak diskusi dan seminar jika mencapai KKM 75. Berdasarkan kriteria tersebut diketahui bahwa siswa yang tuntas pada pembelajaran menyimak dengan TGT siklus II sebanyak 25 orang. Jumlah siswa seluruhnya adalah 31 orang. Ketuntasan klasikal pembelajaran menyimak diskusi atau seminar adalah 81% dengan daya serap 83% . Tabel 2 Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II Aspek yang No Aktif Kurang Tidak Diamati 84% 13% 3% 1 A 2 B 90% 6% 3% 3 C 74% 23% 3% 4 D 77% 19% 3% 5 E 77% 19% 3% 6 F 94% 3% 3% 7 G 97% 0% 3% 8 H 65% 32% 3% Rata-rata
82%
15%
3%
Data di atas menunjukkan bahwa sikap siswa yang tergolong aktif sebanyak 82 %, kurang aktif sebanyak 15 % dan yang tidak aktif mencapai 3 %. Lebih rinci siswa yang aktif menyimak penjelasan guru maupun menyimak rekaman seminar sebanyak 84%. Siswa yang aktif mengerjakan LKS sebanyak 90%. Siswa yang aktif bertanya atau menjawab pertanyaan guru jumlahnya sebanyak 74%. Siswa yang aktif bekerja sama dengan kelompoknya berjumlah 77%. Sementara itu siswa yang aktif ketika mengikuti turnamen sebanyak 77%. Siswa yang aktif terlibat dalam menghitung skor perolehan kelompok sebanyak 94%. 97% siswa aktif menulis rangkuman dan siswa yang mengumpulkan rangkuman tepat waktu sebanyak 65%. Siswa mulai aktif pada kegiatan dalam pembelajaran menyimak terutama pada fase menyimak penjelasan guru dan menyimak rekaman, kegiatan mengerjakan LKS, bekerja sama dalam kelompok, mengikuti turnamen, menghitung skor dan menulis rangkuman. Sedangkan pada fase bertanya jawab dan mengumpulkan rangkuman tepat waktu walaupun sudah berangsur meningkat. Berdasarkan data diketahui bahwa siswa yang mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh sebanyak 28 atau 97%. Karena merasa senang. Siswa yang senang belajar dengan kelompok mencapai 97%. 94% siswa mengakui bahwa LKS membantu mereka memahami materi karena kejelasan suara rekaman hanya didengar oleh 87% siswa. Demikian juga dengan kegiatan turnamen yang diminati oleh 97% siswa atau 30 orang. 84% siswa mengaku mengerjakan tugas dengan jujur 19 orang atau 94% dan mereka mengumpulkan tugas tepat waktu 7
sebanyak 77%. Siswa yang merasa lebih percaya diri setelah turnamen sebanyak 90%. Hasil Pembelajaran Menyimak Siklus III Berdasarkan hasil pembelajaran menyimak dengan metode kooperatif tipe TGT pada siklus II, penelitian dilanjutkan ke siklus III. Pada siklus II ketuntasan klasikal telah mencapai target (75%) namun demikian aktivitas siswa belum sesuai dengan harapan. Hal ini dikarenakan nilai siswa belum mencapai target keaktivan yang ditentukan. Siswa yang tuntas pada pembelajaran menyimak dengan TGT siklus III sebanyak 28 orang. Jumlah siswa seluruhnya adalah 31 orang. Ketuntasan klasikal pembelajaran menyimak diskusi dan seminar dengan metode TGT pada siklus III ini adalah 90% dengan daya serap siswa 89%. Tabel 3 Aktivitas Siswa dalam Belajar Siklus III No 1 2 3 4 5 6 7 8
Aspek yang Diamati A B C D E F G H Rata-rata
Aktif
Kurang
Tidak
100% 94% 81% 84% 94% 100% 100% 100% 94%
0% 6% 19% 16% 6% 0% 0% 0% 6%
0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Data tersebut menggambarkan keaktifan siswa mengalami peningkatan. Siswa tergolong aktif sebanyak 94 %, kurang aktif sebanyak 6 % dan yang tidak aktif 0 %. Secara rinci diketahui bahwa siswa yang aktif dalam menyimak penjelasan guru maupun rekaman diskusi sebanyak 100%. Siswa yang aktif mengerjakan LKS sebanyak 94%. Berikutnya siswa yang aktif dalam bertanya jawab dengan guru sebanyak 81%. Siswa yang aktif bekerjasama dengan kelompoknya sebanyak 84%. Ketika melakukan turnamen, siswa yang aktif sebanyak 94%. Siswa yang terlibat aktif dalam menghitung skor kelompoknya sebanyak 100%. Siswa yang aktif merangkum 100% dan siswayang mengumpulkan rangkuman tepat waktu sebanyak 100%. Hal ini lebih meningkat dari siklus I dan II. Dapat disimpulkan pada siklus ini tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran menyimak diskusi dan seminar telah memenuhi kriteria yang diharapkan. Siswa secara aktif terlibat dalam setiap fase kegiatan pembelajaran. 8
Minat siswa terhadap pembelajaran seperti diuraikan berikut ini. Pada siklus III ini, siswa yang menyatakan bersungguh-sungguh mengikuti materi pelajaran sebanyak 100%. Demikian juga dengan yang senang dengan cara guru mengajar dan senang dengan diskusi kelompok. Selain itu siswa juga mengakui bahwa LKS memudahkan mereka dalam memahami materi pelajaran. 100% siswa merasa senang belajar dengan melakukan turnamen dan merasa percaya diri selah melakukannya. Semua siswa mengakui bahwa mereka mengumpulkan tugas tepat waktu. Sementara itu siswa yang mengatakan suara rekaman cukup jelas sebanyak 97% demikian juga dengan pengakuan siswa bahwa cara belajar ini memudahkan mereka memahami pelajan sebanyak 97%. Seangka pengakuan siswa bahwa mereka mengerjakan soal dengan jujur diakui oleh 90% siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa memiliki minat yang baik terhadap pembelajaran. Pembahasan Penelitian tindakan kelas ini telah dilakukan dalam tiga siklus. Melalui tiga siklus tersebut, telah didapatkan beberapa fakta berkaitan dengan ”Peningkatan Keterampilan Menyimak Diskusi dan Seminar dengan Teams Games Tournaments pada Siswa Kelas XI IPS MAS Mujahidin Pontianak Tahun Pelajaran 2013/2014”. Fakta-fakta tersebut berkaitan dengan proses dan hasil belajar siswa dalam menyimak diskusi atau seminar dengan TGT. Berikut ini akan dibahas hal-hal yang terkait dengan hasil penelitian secara singkat dan jelas. Hal-hal tersebut meliputi peningkatan kualitas proses, hasil, dan respon sikap siswa terhadap pembelajaran menyimak diskusi atau seminat dengan TGT. Pembahasan ini diharapkan dapat menggambarkan secara umum hasil penelitian tindakan kelas ini. Pelaksanaan Proses Pembelajaran Menyimak Diskusi dan Seminar dengan TGT Pembelajaran berkaitan erat dengan aktivitas antara guru dan siswa. Ini terjadi karena guru berinteraksi dalam proses pembelajaran. Guru sebagai perencana, pelaksana, dan penilai berkewajiban untuk menciptakan dan menyediakan situasi belajar yang dinamis bagi siswa. Sedangkan, siswa diharapkan dapat melaksanakan kegiatan belajar sesuai dengan arahan dan bimbingan guru. Interaksi antara guru dan siswa merupakan aspek penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan keterampilan menyimak diskusi dan seminar. Peningkatan kualitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran diiringi dengan semakin meningkatnya keaktifan siswa dalam belajar. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang menjadi catatan penting berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran menyimak diskusi dan seminar dengan Team Games Tournament. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, dapat dikemukan bahwa siswa terlihat termotivasi dalam mengikuti pembelajaran menyimak diskusi dan seminar 9
dengan menggunakan TGT. Ketika metode ini digunakan, siswa terlihat begitu senang dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan pembahasan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa penggunaan metode kooperatif tipe TGT telah dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menyimak diskusi dan seminar. Peningkatan kualitas tersebut dapat ditinjau dari aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Baik guru maupun siswa, terlihat semakin aktif dalam pelaksanaan proses pembelajaran menyimak diskusi dan seminar dengan metode kooperatif tipe TGT Keterampilan Menyimak Diskusi dan Seminar Keterampilan menyimak diskusi dan seminar terkait erat dengan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini, hasil belajar siswa menjadi satu di antara fokus masalah. Dengan demikian, hasil belajar siswa diharapkan dapat meningkat setelah pelaksanaan proses pembelajaran menyimak diskusi dengan metode kooperatif TGT. Berikut ini merupakan tabel hasil tes keterampilan menyimak diskusi dan seminar siklus I, II dan III pada siswa kelas XI IPS MAS Mujahidin Pontianak. Hasil ratarata nilai menyimak diskusi dan seminar siswa kelas XI IPS setelah menggunakan metode kooperatif tipe TGT mengalami peningkatan. Pada siklus I dari 31 siswa, siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 atau tuntas belajar berjumlah 21 orang sedangkan siswa yang memperoleh nilai ≤ 75 berjumlah 10 orang termasuk di antaranya 3 orang siswa yang tidak hadir. Ketuntasan Klasikal pada siklus ini adalah 68%. Daya serap siswa sebesar 71%. Selanjutnya di siklus II dari 31 siswa kelas XI IPS, siswa yang memperoleh nilai ≥75 atau tuntas belajar berjumlah 25 orang siswa sedangkan siswa yang memperoleh nilai ≤ 75 sebanyak 5 dan 1 orang siswa tidak hadir. Ketuntasan klasikal pada siklus ini adalah 81%. Daya serap siswa sebesar 83%. Berikutnya pada siklus III dari 31 siswa kelas XI IPS, siswa yang memperoleh ≥75 atau tuntas belajar 28, siswa yang memperoleh nilai ≤ 75 atau tidak tuntas 3 orang. Ketuntasan klasikal pada siklus ini adalah 90% dan daya serap siswa sebesar 89%. Untuk lebih jelas, berikut ini akan disajikan grafik perbandingan antara hasil tes keterampilan menyimak diskusi dan seminar siklus I, II dan III.
10
100%
90% 89% 81% 83%
90% 80%
68%
71%
70%
60%
Ketuntasan
50%
Daya Serap
40% 30% 20% 10% 0% Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Grafik Perbandingan Hasil Tes Keterampilan Menyimak Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan menyimak diskusi atau seminar pada siswa kelas XI IPS MAS Mujahidin pontianak. Peningkatan nilai rata-rata hasil pembelajaran tersebut dinilai berdasarkan pedoman penilaian yang telah disiapkan. Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Menyimak Diskusi dan Seminar dengan Teams Games Tournament Siklus I, II dan III Sikap siswa terhadap proses pembelajaran patut menjadi perhatian guru. Hal ini dikarenakan sikap menjadi cermin motivasi siswa dalam mengikut proses pembelajaran. Dengan demikian, sikap akan menjadi satu di antara faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Sikap siswa tersebut mengalami peningkatan pada tiap siklus, karena pada saat proses pembelajaran berlangsung guru benar-benar memberikan motivasi yang lebih tinggi terhadap siswa, sehingga siswa lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dilakukan agar siswa dapat, menunjukan sikap yang aktif dalam proses belajar-mengajar sehingga bisa mencapai nilai yang begitu memuaskan. Minat Siswa terhadap Pembelajaran Minat siswa tersebut mengalami peningkatan pada tiap siklus, karena pada saat proses pembelajaran berlangsung guru selalu memberikan motivasi siswa, sehingga siswa lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal 11
tersebut dilakukan agar siswa dapat, menunjukkan sikap yang aktif dalam proses belajar-mengajar sehingga bisa mencapai nilai yang memuaskan. Berdasarkan pembahasan tersebut, jelaslah jika penggunaan metode kooperatif tipeTGT dapat meningkatkan respon siswa terhadap proses pembelajaran menyimak diskusi. Respon siswa tersebut tercermin dari keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Dengan demikian, dapatlah dikemukakan bahwa penggunaan metode kooperatif tipe TGT menjadi satu di antara faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan sebuah proses pembelajaran. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada penelitian tindakan kelas dan dari data-data yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.Perencanan pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyimak diskusi dan seminar dengan metode kooperatif tipe Teams Games Tournamen (TGT) sangat baik dan dapat meningkatkan nilai siswa. Pelaksanaan pembelajaran menyimak diskusi dan seminar dengan metode kooperatif tipe Teams Games Tournamen (TGT) yang dilakukan oleh guru dari siklus I, II dan III mengalami peningkatan baik proses maupun hasil (nilai) yang diperoleh siswa. Dalam pelaksanaan siklus I, guru masih terdapat kekurangan dalam pengelolaan kelas dan alokasi waktu. Kelemahan guru pada siklus I berdampak pada aktivitas siswa. Suasana belajar menjadi kurang kondusif. Namun hal tersebut dapat diperbaiki pada siklus II dan III. Pelaksanaan pembelajaran menyimak diskusi dan seminar dengan TGT dirasakan menyenangkan bagi siswa kelas XI MAS Mujahidin Pontianak. Ketuntasan klasikal menyimak diskusi dan seminar dengan metode kooperatif tipe Teams Games Tournamen (TGT) pada siswa kelas XI IPS MAS Mujahidin Pontianak sebagai berikut; Ketuntasan keterampilan menyimak diskusi atau seminar kelas XI IPS MAS Mujahidin Pontianak sebelum tindakan, adalah 55 %. Ketuntasan keterampilan menyimak diskusi atau seminar kelas XI IPS MAS Mujahidin Pontianak sebelum pada siklus 1, adalah 68%. Ketuntasan keterampilan menyimak diskusi atau seminar kelas XI IPS MAS Mujahidin Pontianak pada siklus II, adalah 81 %. Ketuntasan keterampilan menyimak diskusi atau seminar kelas XI IPS MAS Mujahidin Pontianak pada siklus III, adalah 90 % Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut; dalam proses belajar mengajar hendaknya guru dapat mengatur waktu dengan baik, agar materi dapat disampaikan secara tuntas. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran keterampilan menyimak diskusi dan seminar dan meningkatkan hasil belajar siswa, disarankan agar guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia mempunyai kemampuan menyusun strategi pembelajaran dengan baik. Hal ini sangat penting agar pembelajaran dapat berlangsung efektif dengan hasil yang maksimal. Diharapkan 12
guru selalu memberikan motivasi kepada siswa agar lebih bersemangat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Agar para guru Bahasa dan Sastra Indonesia dapat melanjutkan penelitian ini untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa. Selain itu Guru Bahasa Indonesia hendaknya selalu berkreasi dengan metode-metode yang lain dalam mengajarkan keterampilan menyimak agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. DAFTAR RUJUKAN Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: PT Refika Aditama. Emzir. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Grafindo Persada. Field, John. 2008. Listening in the Languange Classroom. Cambridge: University Press. Hermawan, Herry. 2012. Menyimak; Keterampilan Komunikasi yang Terabaikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Lickona, Thomas. 2013. Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar & Baik. New York : Bantam Book. Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik Bandung: Nusa Media. Subagyo, Andreas. 2004. Pengantar RisetKuantitatif & Kualitatif. Bandung : Yayasan kalam Hidup. Tarigan, Henry Guntur.2008. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Yuzal, Indra. 2011. Panduan Praktis Seminar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
13