PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI DISKUSI TIPE SYNDICATE GROUP SISWA KELAS V SD NEGERI KREMBANGAN PANJATAN KULON PROGO TAHUN AJARAN 2015/ 2016
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Asih Kurniawati NIM 11108244095
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MARET 2016
i
MOTTO
“Tidak ada yang lebih penting dalam hidup selain kemampuan berkomunikasi dengan baik.” (Paul W. Swets)
v
PERSEMBAHAN Seiring rasa syukur ke hadirat Allah Subhaanahu wa Ta’ala atas segala nikmat yang telah diberikan oleh-Nya dan mengharap ridha-Nya, karya ini penulis persembahkan kepada: 1) Kedua orang tua yang telah memberikan doa, semangat, dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini. 2) Almamater PGSD FIP Universitas Negeri Yogyakarta. 3) Agama, nusa, dan bangsa.
vi
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI DISKUSI TIPE SYNDICATE GROUP SISWA KELAS V SD NEGERI KREMBANGAN PANJATAN KULON PROGO TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh Asih Kurniawati NIM 11108244095 ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan proses pembelajaran keterampilan berbicara melalui diskusi tipe syndicate group siswa kelas V SD Negeri Krembangan Panjatan Kulon Progo Tahun Ajaran 2015/ 2016 dan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara melalui diskusi tipe syndicate group siswa. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model siklus yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan. Subjek penelitian ini adalah siswa yang berjumlah 17 siswa dan objeknya adalah keterampilan berbicara siswa. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pada proses pembelajaran berbicara menggunakan metode diskusi tipe syndicate group dengan langkah-langkah pelaksanaan yaitu: guru mengemukakan masalah, guru membagi siswa dalam kelompok syndicate group, siswa melakukan diskusi kelompok, setiap kelompok melaporkan hasil diskusi, dan guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi. Peningkatan tersebut terlihat dari siswa dapat bekerja sama melakukan diskusi, bertanggung jawab memberikan gagasan, dan berpartisipasi dalam menyimpulkan hasil diskusi. Pada siklus I siswa kurang bekerjasama dengan teman sekelompok dalam berdiskusi, maka dilanjutkan pada siklus II. Peningkatan keterampilan berbicara siswa rata-rata meningkat dari kondisi awal rata-rata 59.70% dengan kategori kurang. Pada pada siklus I nilai ratarata yang diperoleh yaitu 61.46% termasuk kategori cukup. Sedangkan, pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 71,54% termasuk kategori baik. Kata kunci: keterampilan berbicara, metode diskusi tipe syndicate group, siswa SD.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas ke hadirat Allah Swt atas segala nikmat yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga, sahabat dan pejuang akhir zaman. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat pada umumnya. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini mendapat bimbingan, motivasi dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan penelitian ini, antara lain: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan menimba ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta dalam mewujudkan masa depan. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan kesempatan dalam penelitian ini. 3. Ketua Jurusan PSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memotivasi peneliti. 4. Ibu Dra. Murtiningsih, M.Pd. dan Ibu Aprilia Tina Lidyasari, M. Pd, yang telah membimbing dan memotivasi kepada penulis dalam menyusun skripsi. 5. Bapak Drs Purwono, PA. M.Pd sebagai pembimbing akademik dalam menyelesaikan studi di PGSD FIP UNY. 6. Kepala Sekolah SD N Krembangan Panjatan Kulon Progo yang telah memberikan izin dalam penelitian ini. 7. Ibu guru dan siswa kelas V yang telah memberikan informasi dalam menyusun skripsi. 8. Seluruh dosen PGSD FIP UNY yang telah memberikan banyak bekal ilmu dan inspirasinya. 9. Teman-teman kelas D angkatan 2011, dari kalian semua juga penulis banyak mendapat pengalaman berharga yang menginspirasi.
viii
10. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. Penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi yang membaca. Terima kasih atas bantuan semua pihak semoga menjadi amal ibadah dan mendapat balasan dari Allah Swt.
Yogyakarta, 27 Januari 2016 Penulis
ix
DAFTAR ISI
hal HALAMAN JUDUL. .......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN. ........................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN .........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN. .........................................................................
iv
MOTTO ........................................................................................................
v
PERSEMBAHAN. ...........................................................................................
vi
ABSTRAK .......................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
viii
DAFTAR ISI. ...................................................................................................
x
DAFTAR TABEL. ...........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR. ......................................................................................
xiv
DAFTAR DIAGRAM BATANG ....................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN. ...................................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...........................................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................................
6
C. Batasan Masalah.........................................................................................
7
D. Rumusan Masalah ......................................................................................
7
E. Tujuan Penelitian .......................................................................................
7
F. Manfaat Penelitian .....................................................................................
8
BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Berbicara...............................................................................
9
1. Pengertian Berbicara ..............................................................................
9
2. Tujuan Berbicara .....................................................................................
11
3. Jenis-jenis Berbicara ...............................................................................
12
4. Unsur-unsur Berbicara yang Baik ...........................................................
14
5. Aspek Berbicara dalam Pengajaran Bahasa Indonesia di SD .................
14
6. Perkembangan Berbicara dan Berbahasa ................................................
16
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara ..................
18
x
8. Langkah-langkah Keterampilan Berbicara .............................................
21
9. Pembelajaran Berbicara di SD ................................................................
22
B. Metode Diskusi Syndicate Group ................................................................
22
1. Pengertian Metode Diskusi .....................................................................
22
2. Pengertian Metode Diskusi Tipe Syndicate Group ................................
26
3. Kegunaan Metode Diskusi......................................................................
27
4. Kelebihan Diskusi Tipe Syndicate Group ..............................................
28
5. Langkah-langkah Keterampilan Berbicara melalui Diskusi Syndicate Group ...........................................................
29
C. Karakteristik Siswa Kelas V SD ................................................................
29
D. Kerangka Pikir............................................................................................
30
E. Hipotesis Tindakan ......................................................................................
32
F. Definisi Operasional Variabel......................................................................
32
1. Keterampillan Berbicara .........................................................................
32
2. Metode Diskusi Tipe Syndicate Group ..................................................
33
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...........................................................................................
35
B. Subjek dan Objek Penelitian ......................................................................
35
C. Setting Penelitian .......................................................................................
35
D. Desain Penelitian ........................................................................................
35
E. Teknik Pengumpulan Data .........................................................................
41
F. Instrumen Penelitian...................................................................................
42
G. Teknik Analisis Data ..................................................................................
44
H. Indikator Keberhasilan ...............................................................................
45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..............................
46
A. Hasil Penelitian………................................................................................
46
B. Pembahasan.................................................................................................
74
C. Keterbatasan Penelitian.................................................................................
75
xi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan....................................................................................................
76
B. Saran..............................................................................................................
76
DAFTAR PUSTAKA .…..................................................................................
78
LAMPIRAN .....................................................................................................
80
xii
DAFTAR TABEL hal Tabel 1. Kisi-kisi Penilaian Keterampilan Berbicara ............................................... .
43
Tabel 2. Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa ....................................... .. 44 Tabel 3. Kriteria Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V…………………………..
45
Tabel 4. Rentang Skor Persentase Observasi Aktifitas Siswa ........................ .. 46 Tabel 5. Rekapitulasi Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V pada Kondisi Awal ............................................................................ .
47
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Keterampilan Berbicara Siswa pada Kondisi Awal ............................................................................ .. 48 Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus I ..... .. 54 Tabel 8. Rekapitulasi Data Distribusi Frekuensi Keterampilan Berbicara pada Siklus I ...................................................................................... .. 55 Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus II .................................................................................... .
62
Tabel 10. Rekapitulasi Data Distribusi Frekuensi Keterampilan Berbicara pada Siklus I ..................................................................................... .. 63 Tabel 11. Rekapitulasi Data Distribusi Frekuensi Keterampilan Berbicara pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II ...................................... .. 64 Tabel 12. Distribusi Peningkatan Keterampilan Berbicara Kondisi Awal…….
65
Tabel 13. Distribusi Peningkatan Unsur-unsur Keterampilan Berbicara pada Kondisi Awal ........................................................................... .. 66 Tabel 14. Distribusi Peningkatan Unsur-unsur Keterampilan Berbicara pada Kondisi Awal ........................................................................... .. 67 Tabel 15. Distribusi Peningkatan Unsur-unsur Keterampilan Berbicara pada Siklus I ..................................................................................... .. 69 Tabel 16. Distribusi Peningkatan Unsur-unsur Keterampilan Berbicara pada Siklus II ................................................................................... .. 70 Tabel 17. Distribusi Unsur-unsur Peningkatan Keterampilan Berbicara ......... .. 72 Tabel 18. Distribusi Peningkatan Aspek-aspek Keterampilan Berbicara pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II ...................................... ... 73 xiii
DAFTAR GAMBAR hal Gambar 1. Formasi Kelas Diskusi Kelompok Kecil Jenis Sindikat (Syndicate Group)…........................................................................
28
Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa melalui Diskusi Tipe Syndicate Group ............... .. 32 Gambar 3. Proses Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc. Targgart tahun 2010….............................................................. 35
xiv
DAFTAR DIAGRAM BATANG Hlm Diagram Batang 1. Keterampilan Berbicara pada Kondisi Awal….................... 48 Diagram Batang 2. Peningkatan Keterampilan Berbicara pada Siklus I............. 56 Diagram Batang 3. Rata-rata Keterampilan Berbicara melalui Metode Diskusi Syndicate Group pada Siklus II..... 65 Diagram Batang 4. Rata-rata keterampilan berbicara melalui Metode Diskusi Tipe Syndicate Group...................
66
Diagram Batang 5. Unsur-unsur Keterampilan Berbicara pada Kondisi Awal.... 69 Diagram Batang 6. Unsur-unsur Keterampilan Berbicara pada Siklus I.............. 72 Diagram Batang 7. Unsur-unsur Keterampilan Berbicara pada Siklus II............. 71 Diagram Batang 8. Unsur-unsur Keterampilan Berbicara…............................... 73
xv
DAFTAR LAMPIRAN hal Lampiran 1. Jadwal Kegiatan PTK…............................................................... 81 Lampiran 2. Kisi-kisi Keterampilan Berbicara.................................................. 82 Lampiran 3. Rubrik Keterampilan Berbicara..................................................... 83 Lampiran 4. Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan pada Kondisi Awal..............................
84
Lampiran 5. Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan pada Siklus 1 Pertemuan1..................... 86 Lampiran 6. Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan pada Siklus 1 Pertemuan 2.................... 88 Lampiran 7. Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan pada Siklus 1 Pertemuan 3.................... 90 Lampiran 8. Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan pada Siklus 2 Pertemuan 1................... 92 Lampiran 9. Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan pada Siklus 2 Pertemuan 2................... 94 Lampiran 10. Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan pada Siklus 2 Pertemuan 3.................... 96 Lampiran 11. Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan………………………… 98 Lampiran 12. Hasil Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan Pada Kondisi Awal................................ 100 Lampiran 13. Hasil Penilaian Keterampilan Berbicara Kelas V SD Negeri Krembangan Pada Siklus I Pertemuan I....................... 101 Lampiran 14. Hasil Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan Pada Siklus I Pertemuan II..................... 102 Lampiran 15. Hasil Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan Pada Siklus I Pertemuan III.................... 103 Lampiran 16. Hasil Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan Pada Siklus II Pertemuan I.................... 104 xvi
Lampiran 17. Hasil Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan Pada Siklus II Pertemuan II.................... 105 Lampiran 18. Hasil Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan Pada Siklus II Pertemuan III................. 106 Lampiran 19. RPP Siklus I...............................................................................
107
Lampiran 20. RPP Siklus II................................................................................ 113 Lampiran 21. Hasil diskusi siswa....................................................................... 119 Lampiran 22. Foto Kegiatan Siswa saat Pembelajaran....................................... 122 Lampiran 23. Surat Pernyataan Expert Judgement RPP..................................... 124 Lampiran 24. Surat Pernyataan Expert Judgement instrument......................... 125 Lampiran 25. Surat Permohonan Expert Jugment Intrumen Penelitian........... 126 Lampiran 26. Surat Keterangan Penelitian dari SD.......................................... 127 Lampiran 27. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Fakultas.......................... 128 Lampiran 28. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Pemerintah DIY............. 129 Lampiran 29. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Pemerintah Kab. Kulon Progo........................................................................ 130
xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan interaksi antar manusia yang tidak dapat dipisahkan. Komunikasi berlangsung dalam lingkungan tertentu, dengan komunikasi manusia dapat melangsungkan suatu kegiatan. Dalam dunia pendidikan khususnya Sekolah Dasar juga memerlukan kegiatan dan proses komunikasi untuk memperlancar pembelajaran. Salah satunya interaksi komunikasi antara guru dengan muridnya. Jika komunikasi guru dilakukan dengan baik, maka siswa akan lebih mudah untuk menyerap materi yang disampaikan. Komunikasi yang digunakan perlu adanya bahasa. Keterampilan berbahasa manusia dapat berkembang di lingkungan tempat tinggalnya. Menurut Yosal Iriantara dan Usep Syaripudin (2013: 84), bukan hanya bahasa verbal yang digunakan manusia, melainkan juga bahasa nonverbal. Bahasa verbal yaitu berbicara dengan orang lain untuk menyampaikan sebuah pesan. Sedangkan, bahasa nonverbal yaitu gerakan tangan, ekspresi wajah, gerak tubuh, dan sebagainya. Bahasa verbal dan nonverbal tidak disadari selalu dilakukan manusia secara bersamaan. Bahasa digunakan untuk berbicara disekolah, seperti halnya saat guru menjelaskan materi terkadang guru melakukan gerakan tangan dan ekspresi wajah. Meski digunakan dalam pembelajaran, keterampilan berbahasa lebih diperhatikan untuk menunjang proses belajar mengajar. Keterampilan berbahasa tersebut menunjang siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Jika siswa aktif maka keterampilan berbicara akan terlatih.
1
Bahasa yang digunakan yaitu bahasa Indonesia. Menurut Khaerudin Kurniawan (2012: 4), bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi bangsa Indonesia, baik lisan maupun tulisan. Dengan demikian, bahasa sebagai alat dalam berkomunikasi dengan orang lain termasuk di Sekolah. Lingkungan Sekolah dapat dijadikan tempat untuk belajar bahasa yang baik selain bahasa yang digunakan di rumah maupun di masyarakat. Semakin sering berlatih menggunakan bahasa, maka akan terampil dalam keterampilan berbahasa. Keterampilan berbicara di Sekolah berperan penting dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Keterampilan berbicara harus dikuasai oleh para siswa Sekolah Dasar karena keterampilan berbicara tidak terlepas dari proses pembelajaran di kelas. Keterampilan berbicara melatih siswa untuk bertanya dan mengeluarkan ide atau gagasannya. Keterampilan berbicara siswa dapat dikembangkan jika siswa berlatih tanpa berlatih keterampilan siswa tidak berkembang. Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Menurut Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuchdi (1999: 244), keterampilan berbicara tersebut mencakup unsur kebahasaan dan nonkebahasaan. Unsur kebahasaan yaitu tekanan, ucapan, nada dan irama, persendian, kosa kata atau diksi, dan struktur kalimat yang digunakan. Sedangkan, unsur nonkebahasaan yaitu kelancaran, pengungkapan materi wacana, keberaniaan, keramahan, ketertiban, semangat, sikap, dan perhatian. Permasalahan di Sekolah yang sering terjadi bahwa keterampilan berbahasa masih kurang mendapat perhatian, seperti dikutip dari pendapat Haryadi dan Zamzami (1997: 1), bahwa pengajara n keterampilan berbahasa di Sekolah Dasar kurang menekankan pada praktik berbahasa. Siswa lebih banyak menguasai
2
pengetahuan bahasa dari pada keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa yang diajarkan guru lebih banyak teori dari pada praktik langsung. Siswa yang kurang berani dan kurang menguasai topik akan merasa takut untuk mengeluarkan ide atau gagasannya, sehingga siswa kurang terampil dalam keterampilan berbicara. Berdasarkan unsur-unsur yang disebutkan beberapa diantaranya sesuai dengan kriteria siswa kelas V SD Negeri Krembangan yang kurang menguasai unsur kebahasaan dan nonkebahasaan. Terbukti selama ini guru sering menyuruh siswa untuk mengeluarkan ide atau gagasan, namun siswa menjawab dengan 3 atau 5 kata dalam kegiatan berbicara. Pada masa perkembangan siswa umur 10-11 tahun kata yang mampu disampaikan mencapai ribuan. Keterampilan berbicara dapat terampil jika seseorang berlatih terus menerus. Orang yang berbicara tanpa disadari setiap harinya, kapan pun dan di mana pun, sehingga komunikasi yang disampaikan banyak. Menurut ahli komunikasi seseorang mampu memproduksi kata 1.000– 8.000 kata setiap harinya (Daeng, dkk. 2011: 24). Keterampilan berbicara siswa meski di kelas aktif namun pelafalan, kosa kata, dan struktur kalimat yang digunakan siswa masih rendah. Siswa kurang memahami pelafalan, kosa kata, dan struktur kalimat, sehingga dalam penggunaannya kurang tepat. Terkadang saat proses belajar mengajar siswa menggunakan dua bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa, sehingga siswa kurang terampil dalam menempatkan bahasa yang digunakan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas V SD Negeri Krembangan pada hari Jumat tanggal 10 April 2015 ada 9 siswa dari 17 siswa yang masih rendah dalam keterampilan berbicara. Terbukti siswa lebih senang berbicara
3
diluar kelas dari pada berbicara pada saat proses pembelajaran. Dalam pembelajaran masih ada siswa yang masih kurang terampil dalam berbicara di kelas. Dibuktikan dengan siswa yang diam ketika tidak paham dan mereka tidak bertanya. Saat berbicara siswa kurang jelas dalam melafalkan kosa kata. Keterampilan berbicara siswa kurang terampil karena guru lebih banyak berbicara dari pada siswa. Hal tersebut menyebabkan tidak semua siswa terampil dalam berbicara. Siswa yang dapat mengeluarkan ide atau gagasan 9 dari 17 siswa, meskipun mereka hanya dapat mengeluarkan beberapa kata. Sedangkan, 8 dari 17 siswa lainnya mereka ada yang kurang berani mengemukakan ide atau gagasan saat ditanya, tidak bisa tetapi tidak bertanya, dan tidak paham tetapi bermain mengganggu teman di kelas. Banyak siswa yang kurang memerhatikan guru pada saat pembelajaran berbicara. Terkait keterampilan berbicara siswa yang masih rendah itu disebabkan siswa kurang berkonsentrasi. Metode yang digunakan guru kurang menarik siswa untuk aktif berbicara, sehingga siswa lebih senang berbicara dengan temannya pada proses pembelajaran. Komunikasi yang kurang dilakukan siswa membuat siswa senang bermain, baik bermain di lingkungan luar maupun bermain game. Sebagian besar anak lebih senang bermain game online baik di handphone maupun di komputer. Anak yang bermain game terkadang lupa waktu. Jika anak bermain dengan teman maka anak akan sering berkomunikasi. Keterampilan berbicara anak akan terampil dan berkembang. Perkembangan keterampilan berbicara siswa kelas V Sekolah Dasar atau berumur 10-11 tahun menurut Allen, K.Eileen & Marotz, Lynn R (2010: 208), perkembangan berbicara untuk kelas tinggi Sekolah Dasar
4
seperti: dapat menguasai bahasa, senang berbicara dan berargumentasi, menggunakan struktur bahasa yang lebih panjang dan kompleks, menguasai dalam menyusun kalimat sesuai dengan kaidah, menguasai kosa kata yang komplek, menjadi pendengar yang suka berpikir, mengerti bahwa kalimat dapat memiliki arti yang bertujuan, memahami konsep ironi dan sarkasme, menguasai beberapa gaya bahasa. Dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa, peneliti dan guru sepakat menggunakan salah satu metode diskusi tipe syndicate group karena metode tersebut belum pernah diterapkan. Menurut JJ Hasibuan dan Moedjiono (2006: 20), syndicate group adalah suatu kelompok yang ada di kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3 – 6. Diskusi tipe syndicate group dapat membuat siswa berbicara dengan teman pada saat berdiskusi dan bertanya saat kurang paham. Metode diskusi tipe syndicate group akan membuat siswa lebih aktif dari pada guru. Keaktifan siswa akan berpengaruh dengan keterampilan berbicara. Dengan demikian, untuk dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa, maka salah satu alternatif untuk masalah tersebut yaitu dengan menggunakan metode diskusi tipe syndicate group. Metode diskusi memiliki beberapa jenis, salah satunya diskusi tipe syndicate group. Diskusi tipe syndicate group memiliki kelebihan diantaranya seperti siswa dapat belajar memecahkan masalah, berbagi pengalaman dengan teman, melatih siswa bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan oleh guru. Metode diskusi tersebut mudah untuk dilaksanakan karena sumber pembelajaran diskusi sudah disediakan oleh guru. Selain itu, yang perlu diperhatikan dalam diskusi tipe
5
syndicate group yaitu guru harus menguasai materi dan menyiapkan sumber materi lain seperti buku, koran, majalah, dan lain-lain. Beberapa masalah yang ada, penulis memberikan salah satu alternatif untuk keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri Krembangan dengan menggunakan metode diskusi tipe syndicate group. Diharapkan siswa dapat menguasai keterampilan berbicara setelah melakukan diskusi tipe syndicate group. Penggunakan diskusi tipe syndicate group guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir kritis, memotivasi, berbagi pengalaman dalam diskusi, dan pelajaran yang diperoleh di Sekolah. Dengan demikian, keterampilan berbicara siswa kelas V dapat meningkat. Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti mengadakan penelitian di SD Negeri Krembangan dengan judul “Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Diskusi Tipe Syndicate Group Siswa Kelas V di SD N Krembangan Panjatan Kulon Progo Tahun Ajaran 2015/2016”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut. 1.
Keterampilan berbicara siswa masih rendah terbukti dari 17 siswa ada 8 siswa yang kurang berani mengemukakan ide.
2.
Siswa kurang dapat melafalkan kosa kata dengan jelas.
3.
Siswa dalam menyusun kalimat belum sesuai dengan kaidah.
4.
Keterampilan berbicara siswa yang masih rendah itu disebabkan kurangnya konsentrasi siswa pada saat pembelajaran.
5.
Metode yang digunakan guru kurang menarik siswa untuk aktif berbicara.
6
C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka batasan masalah penelitian ini yaitu: 1. Keterampilan berbicara siswa masih rendah terbukti dari 17 siswa ada 8 siswa yang kurang berani mengemukakan ide. 2. Metode yang digunakan guru kurang menarik siswa untuk aktif berbicara. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam pembelajaran adalah, seperti berikut. 1. Bagaimana meningkatkan proses pembelajaran berbicara melalui diskusi tipe syndicate group siswa kelas V SD Negeri Krembangan Panjatan Kulon Progo Tahun Ajaran 2015/ 2016? 2. Bagaimana meningkatkan keterampilan berbicara melalui diskusi tipe syndicate group siswa kelas V SD Negeri Krembangan Panjatan Kulon Progo Tahun Ajaran 2015/ 2016? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut. 1. Meningkatkan proses pembelajaran melalui diskusi tipe syndicate group siswa kelas V SD Negeri Krembangan Panjatan Kulon Progo Tahun Ajaran 2015/ 2016.
7
2. Meningkatkan keterampilan berbicara melalui diskusi tipe syndicate group siswa kelas V SD Negeri Krembangan Panjatan Kulon Progo Tahun Ajaran 2015/ 2016. F. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peserta didik, pendidik, dan lembaga pendidikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. sebagai berikut. 1.
Secara teoritis Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi guru dan siswa dalam meningkatkan keterampilan berbicara.
2.
Secara praktis
a. Siswa Diskusi tipe syndicate group dapat membuat siswa menjadi aktif dalam pembelajaran berbicara. b. Guru Bagi guru selaku pendidik, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi tentang inovasi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan dalam pembelajaran berbicara melalui diskusi tipe syndicate group. c. Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan Sekolah dapat mengadakan workshop sebagai sumber pelatihan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa melalui diskusi tipe syndicate group yang di sosialisasikan kepada guru.
8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Berbicara Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi. Seseorang akan menggunakan berbicara sebagai alat komunikasi dengan orang lain. Keterampilan berbicara yang dibahas yaitu untuk siswa Sekolah Dasar. Pengertian keterampilan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Sedangkan, dalam bidang bahasa keterampilan diartikan sebagai kesanggupan pemakaian bahasa untuk menanggapi secara betul stimulus lisan atau tulisan, menggunakan pola gramatikal dan kosa kata secara tepat, atau menerjemahkan dari satu bahasa ke bahasa lain. Keterampilan berbicara sebagai penunjang keberhasilan dalam mencapai pembelajaran. Oleh sebab itu, keterampilan berbicara dapat diajarkan sejak anak masuk sekolah. Tidak hanya itu saja peran orang tua juga dibutuhkan untuk mengajarkan keterampilan berbicara di rumah, sehingga kemampuan dan keterampilan berbicara anak lebih mahir. Beberapa ahli bahasa mendefinisikan pengertian berbicara. Menurut Haryadi dan Zamzami (1996: 54), berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, dan isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain Depdikbud. Secara khusus Henry Guntur Tarigan dalam Haryadi dan Zamzami
9
(1996: 54), menyatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyibunyi artikuasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sri Hastuti (1993: 68), berbicara atau berkomunikasi lisan sebagai peristiwa penyampaian maksud (ide, pikiran, dan isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan, sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain. Sedangkan, menurut Daeng Nurjamal, Warta Sumirat, dan Riadi Darwis (2011: 4), berbicara merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan secara lisan kepada orang lain. Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi dengan mempergunakan suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang didalamnya terjadi pemindahan pesan dari satu sumber ke tempat yang lain. Dalam berkomunikasi tentu ada pihak yang berperan sebagai penyampai maksud dan penerima maksud agar komunikasi terjalin dengan baik, maka kedua pihak juga harus bekerja sama dengan baik. Kerja sama yang baik itu dapat diciptakan dengan memperhatikan beberapa faktor, antara lain (1) siapa yang diajak berkomunikasi; (2) situasi; (3) tempat; (4) isi pembicaraan; (5) media atau metode yang digunakan (Saleh Abbas, 2006: 83). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, berbicara adalah suatu perilaku manusia yang dilandasi dengan ide, pikiran, dan perasaan kemudian diekpresikan melalui lisan sebagai alat komunikasi. Agar komunikasi terjalin dengan baik, maka perlu memperhatikan faktor komunikasi. Faktor tersebut yaitu orang yang diajak berbicara, situasi, tempat dan isi pembicaraan. Dengan demikian, kedua pihak yang berbicara saling bekerja sama dengan baik. Daeng Nurjamal, Warta Sumirat, dan Riadi Darwis (2011: 23), berbicara sebagai suatu keterampilan yang dapat dikuasai seseorang apabila berlatih. Tidak ada seseorang yang dapat terampil tanpa adanya proses belajar. Keterampilan
10
berbicara dapat terampil jika seseorang mau berlatih terus menerus tanpa disadari seseorang berbicara setiap harinya, kapan pun dan di mana pun, sehingga komunikasi yang disampaikan banyak. Menurut ahli komunikasi seseorang mampu memproduksi kata 1.000 – 8.000 kata setiap harinya (Daeng, dkk. 2011: 24). Sabarti Akhadiah, dkk. (1991: 145), keterampilan berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang kompleks, di mana tidak hanya mencakup persoalan ucapan atau lafal dan intonasi. Berbicara yang menyangkut berbagai aspek kebahasaan dan nonkebahasaan. Sementara Menurut Djago Tarigan (1991: 145), keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanistis. Dengan demikian, seseorang dapat
dikatakan terampil
berbicara
apabila dapat
menyampaikan gagasan, pikiran, dan perasaan secara lisan kepada orang lain. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara merupakan kemahiran seseorang untuk mengungkapkan pendapat, ide, atau gagasan melalui bahasa secara lisan. Siswa yang memperhatikan aspek kebahasaan dan non kebahasaan dalam pembelajaran di kelas akan terampil. Guru seharusnya memperhatikan aspek kebahasaan dan nonkebahasaan sebagai acuan mengajar. 2. Tujuan Berbicara Pada umumnya tujuan keterampilan berbicara adalah untuk menghibur, menginformasikan,
menstimulasi,
meyakinkan,
atau
menggerakkan
pendengarnnya. Menurut Djago Tarigan (1991: 156), tujuan pembicara biasanya dapat dibedakan menjadi lima jenis, yakni: (1) berbicara menghibur; (2) berbicara menginformasikan; (3) berbicara menstimulus; (4) berbicara meyakinkan; dan (5)
11
berbicara menggerakkan. Sedangkan, menurut Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuchdi (1999: 54), secara umum tujuan pembicaraan yaitu: a) mendorong atau menstimulasi; b) meyakinkan; c) menggerakkan; d) menginformasikan; dan e) menghibur. Berdasarkan beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan berbicara yaitu:
mendorong
atau
menstimulasi;
meyakinkan;
menggerakkan;
menginformasikan; dan menghibur. Seseorang tidak dapat melakukan berbicara tanpa adanya tujuan berbicara. Biasanya, seseorang berbicara dengan maksud untuk menginformasikan berita atau menghibur dengan mengobrol dengan seseorang yang dekat. Oleh sebab itu, tujuan berbicara menunjang keterampilan berbicara. 3. Jenis-jenis Berbicara Jenis-jenis berbicara menurut Haryadi dan Zamzami (1996: 58), dibagi menjadi dua, di antaranya sebagai berikut: 1) Berbicara terapan atau fungsional (the speech art); Berbagai model praktik berbicara untuk penekanan berbicara terapan atau fungsional antara lain: a) Berbicara di muka umum seperti: pemberitahuan, perundingan, bujukan, dan kekeluargaan. b) Berbicara pada konferensi seperti: diskusi, debat, dan prosedur parlementer. 2) Pengetahuan dasar berbicara (the speech science); Pengetahuan ilmu berbicara sangat menunjang kemahiran serta keberhasilan untuk praktik berbicara dengan orang lain. Untuk itu diperlukan pendidikan berbicara (speech education) yang dapat mempermudah praktik berbicara.
12
Menurut Haryadi dan Zamzami (1996: 59), ada tiga konsep dasar pendidikan berbicara, seperti berikut. 1) Hal-hal yang berkenaan dengan hakikat atau sifat-sifat dasar ujaran. 2) Hal-hal berhubungan dengan proses intelektual yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan berbicara. 3) Hal-hal yang memudahkan seseorang untuk mencapai keterampilan berbicara. Dengan kata lain, berbicara dapat ditinjau dari seni dan ilmu. Kedua jenis tersebut mempermudah praktik bebicara baik di sekolah maupun di masyarakat. Diskusi yang diterapkan di Sekolah dapat melatih keterampilan berbicara siswa. Menurut Logan, dkk. dalam Djago Tarigan (1991: 156), setiap situasi menuntut keterampilan berbicara tertentu. Situasi tersebut dibedakan menjadi dua yaitu informal dan formal. Jenis- jenis kegiatan berbicara informal meliputi: (1) tukar pengalaman; (2) percakapan; (3) menyampaikan berita; (4) menyampaikan pengumuman; (5) bertelepon; dan (6) memberi petunjuk menurut Logan, dkk. dalam Djago Tarigan (1991: 156). Di samping kegiatan berbicara informal, ada pula kegiatan berbicara formal. Jenis-jenis kegiatan berbicara formal tersebut mencakup: (1) ceramah; (2) perencanaan dan penilaian; (3) interview; (4) prosedur parlementer; dan (5) bercerita menurut Logan, dkk. dalam Djago Tarigan (1991: 156). Sedangkan, menurut Haryadi dan Zamzami (1996: 61), berikut ini jenis-jenis berbicara dengan berbagai kegiatan berbicara, yaitu: 1) bercerita; 2) berdialog; 3) berpidato; dan 4) diskusi.
13
Berdasarkan beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis berbicara antara lain: bercerita, berdialog, berpidato, diskusi, bertukar pengalaman, dan percakapan. Jenis-jenis tersebut penunjang kemahiran dan keberhasilan dalam kegiatan berbicara dengan orang lain. Jenis berbicara dapat mempermudah siswa dalam melatih keterampilan berbicara. 4. Unsur-unsur Berbicara yang Baik Burhan Nurgiyantoro (2010: 420), mengemukakan kriteria berbicara yang baik seperti: keakuratan dan keaslian gagasan, kemampuan berargumentasi, keruntutan penyampaian gagasan, pemahaman, ketepatan kata, ketepatan kalimat, ketepatan stile penuturan dan kelancaran. Pandapat lain dari Sardjono (2005: 2), agar komunikasi informasi dapat berlangsung dengan baik ada empat komponen yang harus berfungsi dengan baik, yaitu (1) suara, (2) artikulasi, (3) kelancaran, dan (4) kemampuan berbahasa. Jika salah satu dari beberapa komponen tersebut tidak berfungsi dengan baik dapat menyebabkan terjadinya gangguan komunikasi (Communication disorders). Berdasarkan teori yang disebutkan, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur berbicara yang baik yaitu keruntutan penyampaian gagasan, pemahaman, suara, artikulasi, kelancaran, dan kemampuan berbahasa. 5. Aspek Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Guru SD bertanggung jawab melatih keterampilan berbicara siswa. Pelatihan siswa dilakukan pada proses belajar mengajar dalam semua pokok bahasan Bahasa Indonesia. Namun, agar pelatihan dapat berlangsung sesuai rencana, maka guru perlu menyusun tujuan yang mengacu untuk melatih keterampilan berbicara siswa. Dalam melatih siswa, hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu aspek kebahasaan dan
14
nonkebahasaan. Pembelajaran keterampilan berbicara perlu memperhatikan berbagai hal. Menurut Sabarti Akhadiah, dkk (1991: 154), hal-hal yang harus diperhatikan yaitu: a.
Pelafalan bunyi Mengenai rumusan lafal Bahasa Indonesia bahwa ucapan atau lafal yang baku dalam Bahasa Indonesia adalah ucapan yang bebas dari ciri-ciri lafal daerah. b. Penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi, dan ritme Penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi, dan ritme yang sesuai merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara dan suatu topik pembicaraan akan kurang menarik jika tidak sesuai. c. Penggunaan Kata dan Kalimat Dalam keterampilan berbicara perlu memperhatikan pilihan kata yang digunakan pada waktu mengomunikasikan sesuatu secara lisan. d. Aspek nonkebahasaan tersebut mencakup: 1) Kenyaringan suara Kenyaringan suara berkaitan dengan keras tidaknya suara yang dihasilkan. 2) Kelancaran Kelancaran penyampaian pembicaraan dari awal sampai akhir dan mengerti apa yang akan dikatakan. 3) Sikap berbicara Sikap saat berbicara berkaitan dengan rasa percaya diri siswa posisi tegak dan pandangan tidak menunduk atau pandangan ke atas. 4) Gerak-gerik dan mimik muka Antara gerak tubuh dan mimik muka haruslah selaras, karena kedua hal tersebut saling berkaitan untuk mendukung suatu pernyataan dalam pembicaraan. 5) Santun berbicara Santun berbicara berkaitan dengan penggunaan bahasa yang baik dengan memperhatikan siapa pendengarnya dalam berbicara. Sri Hastuti (1993: 73), menambahkan bahwa dalam keterampilan berbicara perlu diperhatikan juga aspek-aspek yang dapat mempengaruhi keefektifan berbicara yaitu: (1) pelafalan atau pengucapan; (2) diksi (pilihan kata); (3) struktur kalimat; (4) intonasi. Sedangkan, aspek nonkebahasaan yaitu: (1) sikap wajar dan tenang; (2) pandangan terarah kepada lawan bicara (3) kesediaan menghargai pendapat orang lain; (4) gerak-gerak dan mimik yang tepat; (5) volume suara; (6) kelancaran dan kecepatan; (7) penalaran; (8) pengusaan topik.
15
Sedangkan, menurut Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuchdi (1999: 244), bahwa dalam menentukan penilaian aspek kebahasaan terdiri dari: (1) tekanan; (2) ucapan; (3) nada dan irama; (4) persendian; (5) kosa kata atau diksi; dan (6) struktur kalimat yang digunakan. Sedangkan, aspek nonkebahasaan terdari dari: (1) kelancaran; (2) pengungkapan materi wacana; (3) keberaniaan; (4) keramahan; (5) ketertiban; (6) semangat; (7) sikap; (8) perhatian. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyederhanakan aspek kebahasaan yaitu: (1) pelafalan; (2) intonasi; (3) struktur kalimat; dan (4) kosakata. Sedangkan, aspek nonkebahasaan yaitu: (1) penguasaan topik; (2) kenyaringan suara; (3) kelancaran; dan (4) sikap berbicara. Semua yang disebutkan merupakan aspek keterampilan berbicara. aspek tersebut sebagai penunjang berjalannya diskusi dan sebagai intrumen aktivitas keterampilan berbicara siswa dan guru melalui metode diskusi tipe syndicate group. 6. Pekembangan Berbicara dan berbahasa Menurut (Allen, K.Eileen & Marotz, Lynn R, 2010: 208), perkembangan berbicara untuk kelas tinggi Sekolah Dasar adalah: 1) Dapat menguasai bahasa Bahasa yang digunakan masih diperlukan perbaikan meskipun hanya sedikit. 2) Senang berbicara dan berargumentasi Sering tidak pernah berhenti dengan siapapun yang mau mendengarkan saat berbicara. 3) Menggunakan struktur bahasa yang lebih panjang dan kompleks Saat sudah senang berbicara, maka bahasa yang digunakan akan lebih panjang dan banyak. 4) Semakin menguasai kosa kata yang komplek Kosa kata yang dikuasai akan bertambah sebanyak 4000 sampai 5000 kata baru tiap tahun. 5) Menjadi pendengar yang suka berpikir Pada saat mendengarkan pembicaraan orang lain, maka dia akan berpikir. Pemikiran tersebut melatih untuk dapat berpendapat.
16
6) Mengerti bahwa kalimat dapat memiliki arti yang bertujuan Kalimat yang bertujuan itu digunakan untuk melaksanakan perkataan yang dikatakan. 7) Memahami konsep ironi dan sarkasme Konsep ironi dan sarkasme mempunyai selera humor dan senang menceritakan lelucon, teka-teki, dan sajak untuk menghibur orang lain. Selain itu, sarkasme merupakan bahasa yang kasar. 8) Menguasai beberapa gaya bahasa Gaya bahasa dapat berubah-ubah berdasarkan situasi yang dialami seperti gaya formal, gaya kasual dan gaya ungkapan populer dan kata rahasia. Pendapat lain dari Rita Eka Izzaty (2008: 109), perkembangan bicara anak yaitu: a) bertambahnya kosa kata yang berasal dari berbagai sumber; b) anak akan berusaha mengerti komunikasi yang disampaikan; c) anak menggunakan keterampilan berbicara sebagai bentuk komunikasi; d) jika masa kanak-kanak awal anak suka mengobrol, maka kini banyaknya berbicara makin lama makin berkurang; e) anak perempuan berbicara banyak dari pada anak laki-laki; dan f) anak laki-laki berpendapat banyak berbicara kurang sesuai dengan perannya. Berdasarkan kedua pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa perkembangan berbicara dan berbahasa anak antara lain: menguasai kosa kata dari beberapa sumber, senang berbicara (mengobrol dengan teman) dan beragurmentasi, menggunakan keterampilan berbicara sebagai bentuk komunikasi, dan dapat menguasai beberapa gaya bahasa. Perkembangan berbicara dan berbahasa yang telah disebutkan sesuai dengan perkembangan berbicara siswa kelas V SD.
17
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara Menurut Haryadi dan Zamzami (1997: 56), faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara seperti berikut: 1) Faktor Fisik Pada saat berbicara seseorang memanfaatkan faktor fisik yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa. Bahkan organ tubuh yang lain kepala, tangan, dan mimik muka pun dimanfaatkan dalam berbicara. 2) Faktor Psikologis Faktor psikologis memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kelancaran berbicara. Stabilitas emosi, misal: tidak saja berpengaruh terhadap kualitas suara yang dihasilkan oleh alat ucap tetapi juga berpengaruh terhadap keruntutan bahan pembicaraan. 3) Faktor Neorologis Faktor neorologis yaitu jaringan saraf yang menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga, dan organ tubuh lain yang ikut dalam aktivitas berbicara. Dengan demikian, penyebab gangguan berbicara dapat dilihat dari keadaan neurologisnya. 4) Faktor Semantik Faktor semantik yang berhubungan dengan makna. Perubahan makna adalah makna yang mengalami perkembangan. Perubahan makna menyangkut banyak hal, meliputi: pelemahan, pembatasan, penggantian, penggeseran, perluasan, dan kekaburan makna.
18
5) Faktor Linguistik Faktor lingustik yang berkaitan dengan struktur bahasa selalu berperan dalam kegiatan berbicara. Bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan kata-kata harus disusun menurut aturan tertentu agar bermakna. Selain itu, faktor lingustik (kebahasaan) dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal itu sendiri terdari dari lingkungan keluarga. Sedangkan, faktor eksternal, terdiri dari lingkungan sosial yaitu teman sebaya. Yunus Abidin (2012: 127-128), ide yang telah diolah oleh pembicara dengan menggunakan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa yakni kemampuan linguistik yang diikuti oleh organis yang menggunakan organ tubuh penghasil bunyi secara optimal. Selain itu juga didukung oleh kemampuan psikologis dalam melakukan pembicaraan. Selanjutnya, pada praktik dilengkapi dengan kemampuan performa. Berdasarkan pendapat tersebut ada beberapa faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara. Beberapa faktor tersebut adalah sebagai berikut. a. Kepekaan terhadap fenomena Faktor ini berhubungan dengan keterampilan berbicara yang menjadikan sebuah fenomena sebagai sebuah sumber ide. Seorang pembicara yang baik akan menjadikan segala sesuatu yang ada di sekitarnya walaupun sekecil apapun. b. Kemampuan kognisi atau imajinasi Pembicara yang baik akan mampu menentukan kapan ia menggunakan kemampuan kognisinya untuk menghasilkan pembicaraan dan kapan ia harus menggunakan imajinasinya.
19
c. Kemampuan berbahasa Dalam faktor bahasa, pembicara yang baik hendaknya menguasai seluruh tataran lingustik dari fonem hingga semantik-pragmatik. d. Kemampuan psikologis Kemampuan psikologis berhubungan dengan kejiwaan pembicaraan. Seseorang yang mampu mengemas ide dengan baik bisa saja kurang mampu menyampaikan ide tersebut secara lisan karena terganggu karena tidak memiliki keberanian untuk berbicara. e. Kemampuan performa Seorang pembicara yang baik akan menggunakan berbagai gaya yang sesuai dengan kondisi, situasi, dan tujuan pembicaraan. Cara berbicara yang baik dan menarik pada saat berkomunikasi dengan seseorang. Penyampaian pesan dengan sarana suara mempunyai daya tarik tersendiri. Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan di atas, dapat dinyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi berbicara yaitu faktor fisik, faktor linguistik, faktor neorologi, faktor sematik, faktor psikologis, faktor fenomena, faktor kognisi atau imajinasi, dan faktor performa. Faktor yang mempengaruhi keterampilan berbahasa yakni kemampuan linguistik menggunakan organ tubuh menghasilkan bunyi secara optimal. Selain itu, didukung oleh kemampuan psikologis dalam melakukan pembicaraan. Selanjutnya, pada praktik dilengkapi dengan kemampuan performa.
20
8. Langkah-langkah Keterampilan Berbicara Tarigan dalam Retno Isnaeni (2011: 15), menyatakan bahwa langkah-langkah dalam berbicara seperti berikut. a. Memilih pokok pembicaraan yang menarik hati. Dalam memilih pokok pembicaraan yang perlu diperhatikan yaitu topik pembicaraanya agar tidak membosankan, sehingga dapat disenangi oleh pendengar. b. Membatasi pokok pembicaraan. Berbicara yang efektif yaitu menyampaikan pokok atau inti dari persoalan agar pendengar mudah paham yang dibicarakan. c. Mengumpulkan bahan-bahan. Bahan pembicaraan perlu dikumpulkan supaya materi yang disampaikan bermanfaat. d. Menyusun bahan Sebelum berbicara sebaiknya pembicara menyiapkan bahan yang akan disampaikan. Berdasarkan langkah-langkah berbicara di atas, dapat dinyatakan bahwa berbicara memerlukan langkah-langkah untuk memilih pokok pembicaraan, membatasi pokok pembicaraan, mengumpulkan bahan-bahan, dan menyusun bahan. Langkah-langkah tersebut digunakan agar pembicaraan yang disampaikan dapat dipahami oleh pendengar. Dengan demikian, langkah-langkah berbicara dapat mempermudah informasi yang akan disampaikan dengan singkat, padat, dan jelas.
21
9. Pembelajaran Berbicara di SD Terjadinya pembelajaran di kelas diawali dengan kegiatan guru memahami kurikulum, mengetahui karakteristik siswa, menentukan materi, memilih sumber dan alat peraga. Dalam kompetensi Bahasa Indonesia dikatakan bahwa fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Dengan demikian, seluruh warga sekolah dituntut untuk terampil berbahasa agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik. Menurut Saleh Abbas (2006: 85), bahwa komunikasi dapat berupa pikiran, gagasan, persetujuan, keinginan, penyampaian informasi, dan lain-lain. Perlu diperhatikan bahwa dalam penyampaian komunikasi terdapat aspek kebahasaan dan nonkebahasaan. Setelah guru memahami pembelajaran, maka implementasi akan berhasil. Dengan demikian, guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik. B. Metode Diskusi Tipe Syndicate Group 1. Pengertian Metode Diskusi Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai pemecahan masalah menurut JJ. Hasibuan dan Moejiano (2006: 20). Metode diskusi dapat diartikan sebagai siasat “penyampaian” bahan ajar yang melibatkan siswa menjadi aktif untuk berbicara dan menemukan pemecahan masalah pendapat Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1999: 144). Dalam metode diskusi siswa akan lebih aktif karena saat salah satu siswa berbicara, maka yang lainnya akan
22
mendengarkan. Metode diskusi lebih efektif untuk diterapkan pada saat pembelajaran. Macam-macam diskusi ada 9 menurut JJ Hasibuan dan Moedjiono (2006: 2022) di antaranya: 1) Whole group Kelas merupakan satu kelompok diskusi. Whole group yang ideal apabila jumlah anggota tidak lebih dari 15 orang. 2) Buzz group Satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri dari 4-5 orang. Tempat diatur agar siswa dapat bertatap muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi diadakan di tengah pelajaran atau di akhir pelajaran dengan maksud memahamkan bahan pelajaran. Hasil belajar diharapkan ialah agar setiap siswa dapat membandingkan pengertian, persepsi, informasi, dan interprestasi yang berbeda-beda, sehingga dapat dihindarkan dari kesalahan dan kekeliruan. 3) Panel Suatu kelompok kecil dibagi menjadi 3-6 orang, mendiskusikan suatu objek tertentu. Duduk dalam suatu susunan semi melingkar dan dipimpin oleh moderator. Panel ini secara fisik dapat berhadapan dengan audience, dapat juga secara tidak langsung (misalnya panel di televisi) pada suatu panel yang murni, audience tidak ikut serta dalam diskusi.
23
4) Syndicate group Suatu kelompok yang ada di kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 3-6 orang. Setiap kelompok kecil melaksanakan tugas terentu. Guru menjelaskan garis besar masalah kepada siswa, untuk menggambarkan aspek-aspek masalah. Kemudian tiap-tiap kelompok (syndicate) diberi tugas untuk mempelajari suatu aspek tertentu. Guru menyediakan referensi atau sumber-sumber informasi yang lainnya. 5) Brain storming group Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera. Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar anggota kelompok belajar menghargai pendapat orang lain. Menumbuhkan rasa percaya pada diri dalam mengembangkan ide-ide yang ditemukannya dapat dianggap benar. 6) Symposium Beberapa orang membahas tentang berbagai aspek dari suatu subjek tertentu, dan membacakan di muka peserta simposium secara singkat (5-20 menit). Kemudian diikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari para penyanggah, dan juga dari pendengar. Bahasan dan sanggahan itu selanjutnya, dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil simposium. 7) Informal debate Kelas dibagi menjadi dua tim besar dan mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memerhatikan peraturan dalam debat formal. Bahan yang cocok diperdebatkan yaitu bersifat problematis bukan yang bersifat faktual.
24
8) Colloquium Beberapa siswa sumber menjawab pertanyaan dari audience. Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa mewawancarai orang sebagai sumber. Hasil yang diharapkan ialah siswa akan memperoleh pengetahuan dari orang pertama. 9) Fish bowl Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua untuk mengadakan diskusi. Tempat duduk diatur setangah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi. Kelompok pendengar mengelilingi kelompok diskusi seolah-olah melihat ikan yang berada di mangkuk (fish bowl). Moedjiono dan Dimyati (1992: 54), jenis-jenis diskusi yaitu kelompok dadakan (buzz group), kelompok sindikat (syndicate group), sumbang pendapat (brainstorming), seminar, diskusi panel, koloqium, dan debat informal. Sedangkan, menurut Suprihadi Saputro, Zainul Abidin, dan I Wayan Sutama (2000: 181- 184), jenis-jenis diskusi yaitu diskusi kelompok besar, diskusi kelompok kecil (buzz group discussion), diskusi panel, diskusi kelompok sindikat, brain storming group, symposium, informal debate, colloqium, dan fish bowl. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, difokuskan pada metode diskusi tipe syndicate group yang sesuai dalam pembelajaran keterampilan berbicara untuk kelas tinggi khususnya kelas V SD Negeri Krembangan. Diskusi tipe syndicate group merupakan kelompok kecil yang mudah untuk dilaksanakan. Kelompok yang ada di kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 3-6 orang. Guru menjelaskan garis besar masalah kepada siswa setelah itu siswa berdiskusi. Untuk mempermudah siswa dalam memecahkan masalah siswa diberi refrensi buku.
25
2. Pengertian Metode Diskusi Tipe Syndicate Group Syndicate group adalah suatu kelompok yang ada di kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 3-6 orang menurut JJ Hasibuan dan Moedjiono (2006: 20). Setiap kelompok kecil melaksanakan tugas tertentu. Guru menjelaskan garis besar masalah kepada siswa, menggambarkan aspek-aspek masalah. Kemudian tiap-tiap kelompok (syndicate) diberi tugas untuk mempelajari suatu aspek tertentu. Guru menyediakan referensi atau sumber-sumber informasi yang lainnya. Menurut Suprihadi Saputro, Zainul Abidin, dan I Wayan Sutama (2000: 182), menjelaskan bahwa kelompok sindikat adalah suatu kelompok yang dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 3-6 orang. Masing-masing kelompok melaksanakan tugas tertentu. Setelah itu guru menjelaskan garis besar masalah kepada siswa. Kemudian tiap-tiap kelompok (syndicate) diberi tugas untuk dipelajari. Sedangkan, menurut Moedjiono dan Dimyati (1992: 56), diskusi syndicate group atau kelompok sindikat merupakan salah satu jenis diskusi kelompok kecil yang terdiri dari 3-6 orang. Kelompok sindikat mengerjakan tugas yang berbeda dengan kelompok lainnya. Setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya ke depan kelas dalam suatu pleno atau diskusi kelas. Guru berperan menjelaskan garis besar masalah dalam kelompok sindikat. Beberapa pendapat yang dikemukan di atas, dapat disimpulkan bahwa diskusi tipe syndicate group adalah kelompok kecil yang terdiri dari 3-6 orang. Guru menyampaikan garis besar masalah yang akan dibahas. Setelah itu hasil diskusi dilaporkan ke depan kelas. Meskipun guru telah menjelaskan di sini guru juga
26
menyediakan sumber informasi yang lain. Agar siswa lebih mudah untuk memecahkan masalah. Langkah-langkah penggunaan diskusi menurut JJ Hasibuan dan Moedjiono (2006: 23-24) di atas, dijadikan pedoman oleh peneliti dalam langkah-langkah pelaksanaan metode diskusi tipe syndicate group sebagai berikut. a. Guru mengemukakan masalah sebagai pokok masalah yang akan siswa diskusikan. b. Guru membagi siswa dalam kelompok syndicate group. c. Guru menyediakan referensi atau sumber-sumber informasi yang lainnya. d. Siswa melakukan diskusi dalam kelompok. e. Setiap kelompok melaporkan hasil diskusi. f. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi. 3. Kegunaan Metode Diskusi Diskusi sebagai metode mengajar yang diperlukan apabila guru hendak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan kemampuannya, berfikir kritis, menilai peranannya dalam diskusi, memandang masalah dari pengalaman sendiri dan pelajaran yang diperoleh di Sekolah, memotivasi, dan mengkaji lebih lanjut (Suprihadi Saputro, Zainul Abidin, dan I Wayan Sutama, 2000: 184). Untuk menilai aktivitas siswa saat melakukan pembelajaran dengan menerapkan metode diskusi tipe syndicate group, peneliti menggunakan lembar observasi. Untuk mengukur keterampilan berbicara melalui diskusi tipe syndicate group. lembar observasi siswa mengacu pada kegunaan metode diskusi menurut
27
Suprihadi Saputro, Zainul Abidin, dan I Wayan Sutama. Dalam menilai keterampilan berbicara peneliti dan guru bekerja sama menentukan nilai. 4. Kelebihan Diskusi Tipe Syndicate Group Kelebihan metode diskusi tipe syndicate group atau kelompok sindikat (syndicate group) menurut Moedjiono dan Dimyati (1992: 56), yaitu: a) melatih keterampilan berbicara siswa; b) siswa belajar memecahkan dan mempelajari suatu masalah bersama; c) Guru menyediakan referensi atau sumber-sumber informasi yang lainnya; d) setiap kelompok berbagi pengalamannya; dan e) siswa belajar bertanggung jawab. Formasi kelas untuk melaksanakan diskusi tipe sindikat (syndicate group) dapat digambarkan sebagai berikut. Guru
siswa siswa siswa
siswa
siswa
Fasilitator& Pembimbing
siswa
siswa
siswa
siswa
siswa
siswa
siswa
siswa
Gambar 1: Formasi Kelas Diskusi Kelompok Kecil Jenis Sindikat (Syndicate Group) (Sumber: Moedjiono dan Moh. Dimyati)
28
Berdasarkan gambar di atas, dijelaskan bahwa guru sebagai fasilitator, pembimbing, dan penyedia sumber belajar. Guru akan membimbing jalannya diskusi. Kemudian kelompok yang sudah dibentuk akan berdiskusi di mana setiap siswa yang ada dalam kelompok tersebut saling berinteraksi satu sama lain untuk memecahkan masalah yang telah diberikan oleh guru. 5. Langkah-langkah Keterampilan Berbicara melalui Diskusi Syndicate Group Langkah-langkah penggunaan diskusi menurut JJ Hasibuan dan Moedjiono (2006: 23-24) di atas, dijadikan pedoman oleh peneliti dalam langkah-langkah pelaksanaan metode diskusi tipe syndicate group sebagai berikut. a. Guru mengemukakan masalah yang akan siswa diskusikan sebagai pokok masalah. b. Guru membagi siswa dalam kelompok syndicate group. c. Guru memberikan referensi untuk menyesaikan masalah yang diberikan. d. Siswa melakukan diskusi dalam kelompok. e. Setiap kelompok melaporkan hasil diskusi. f. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi. C. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar Menurut Peaget dalam Sugihartono, dkk. (2007: 109), tahap perkembangan berpikir anak Sekolah Dasar yaitu tahap operasional kongkrit (7-12 tahun). Pada usia tersebut anak mempunyai rasa ingin tahu, senang bermain, senang belajar bersama, dan memelihara komunikasi dengan teman sebaya. Anak juga mampu
29
berpikir logis mengenai objek dan kejadian, meskipun masih terbatas karena anak belum sepenuhnya paham dengan hal-hal yang bersifat konkret. Usia anak kelas V SD sekitar 11 tahun, masa tersebut termasuk masa kelas tinggi Sekolah Dasar. Menurut Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: 116), masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 9/10 tahun – 12/13 tahun biasanya mereka duduk di kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar. Adapun karakteristik masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar seperti: a) perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari, b) ingin tahu, ingin belajar, dan realitis, c) timbul minat kepada pelajaran-pelajaran tertentu, d) anak memandang nilai sebagai ukuran prestasi belajar, dan suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama. Berdasarkan pendapat di atas, merupakan karakteristik siswa kelas tinggi yang perlu diperhatikan oleh guru untuk dipahami. Karakteristik pada masa siswa kelas tinggi salah satunya ingin tahu, ingin belajar, dan realitis. Karakteristik tersebut dijadikan sebagai pijakan oleh peneliti dalam memilih metode diskusi tipe syndicate group yang diharapkan dapat memberikan peningkatan dalam keterampilan berbicara. D. Kerangka Pikir Keterampilan berbicara merupakan salah satu hal yang terpenting. Pada kenyataannya masih ada beberapa siswa yang yang keterampilan berbicaranya masih rendah. Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam keterampilan berbicara kurang menarik, sehingga siswa suka berbicara sendiri dengan teman. Dengan demikian, siswa menjadi tidak aktif dalam keterampilan berbicara tetapi
30
guru karena guru lebih banyak berbicara dibandingkan siswa. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka peneliti memberi alternatif dengan menggunakan metode diskusi. Metode diskusi dapat membuat siswa aktif dan siswa juga mendapat kesempatan untuk melatih keterampilan berbicara dalam memecahkan masalah. Namun pembelajaran menggunakan metode diskusi semacam ini keberhasilannya tergantung dengan anggota kelompok itu sendiri untuk memanfaatkan kesempatan berpartisipasi dalam pembelajaran. Metode diskusi mempunyai beberapa jenis, sehingga yang diambil yaitu diskusi tipe syndicate group. Keterampilan berbicara dengan menggunakan metode diskusi tipe syndicate group diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih aktif dalam diskusi. Metode diskusi tipe syndicate group adalah kelompok kecil yang terdiri dari 3-6 orang. Guru menyampaikan garis besar masalah yang akan dibahas. Setelah itu hasil diskusi dilaporkan ke depan kelas. Meski guru telah menjelaskan di sini guru juga menyediakan sumber informasi agar siswa lebih mudah untuk memecahkan masalah. Dengan demikian, siswa lebih tertarik untuk belajar dengan menggunakan metode diskusi. Metode diskusi syndicate group mudah untuk dilaksanakan. Keberhasilan proses pembelajaran menggunakan metode diskusi yang dilaksanakan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain aspek kebahasaan dan nonkebahasaan. Dalam proses belajar berbahasa di Sekolah, anak dapat mengembangkan keterampilan berbicara melalui diskusi tipe syndicate group. Berdasarkan uraian yang telah jelaskan, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di SD Negeri Krembangan dengan judul “Peningkatan Keterampilan
31
Berbicara melalui Diskusi Tipe Syndicate Group Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan Panjatan Kulon Progo tahun ajaran 2015/ 2016.
Keterampilan berbicara siswa masih rendah seperti: pelafalan, kosa kata, dan struktur kalimat.
1. Guru mengemukakan masalah. 2. Guru membagi siswa dalam Metode diskusi tipe syndicate group kelompok syndicate group. 3. Guru memberikan referensi untuk menyesaikan masalah Melatih siswa untuk terampil dalam yang diberikan. berbicara 4. Siswa melakukan diskusi. 5. Setiap kelompok melaporkan hasil diskusi. Siswa dapat berpartisipasi 6. Guru membimbing siswa mengemukakan ide untuk menyimpulkan hasil diskusi. Gambar 2: Bagan Kerangka Berpikir Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa melalui Diskusi Syndicate Group
E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka pikir yang telah dikemukakan di atas, peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini yaitu “Keterampilan berbicara dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode diskusi tipe syndicate group pada siswa kelas V SD Negeri Krembangan”. G. Definisi Operasional Variabel Variabel di batasi agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut: 1. Keterampilan berbicara Keterampilan berbicara adalah kemahiran siswa mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan
32
pikiran, gagasan, dan perasaan secara lisan. Keterampilan berbicara tersebut mencakup aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Aspek kebahasaan yaitu: (1) pelafalan; (2) intonasi; (3) struktur kalimat; dan (4) kosakata. Sedangkan, aspek nonkebahasaan yaitu: (1) penguasaan topik; (2) kenyaringan suara; (3) kelancaran; dan (4) sikap berbicara. 2. Metode Diskusi Tipe Syndicate Group Metode diskusi tipe syndicate group adalah suatu kelompok yang ada di kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 3-6 orang. Langkah-langkah penggunaan metode diskusi tipe syndicate group atau kelompok sindakat seperti: 1) guru mengemukakan masalah sebagai pokok masalah yang akan siswa diskusikan; 2) guru membagi siswa dalam kelompok sindikat; 3) guru memberikan referensi untuk menyesaikan masalah yang diberikan; 4) siswa melakukan diskusi dalam kelompok; 5) setiap kelompok melaporkan hasil diskusi; dan 6) guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi.
33
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2006: 3), mengemukakan bahwa PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2010: 9), PTK atau Clasroom Action Research (CAR) adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan oleh guru di kelas. Pada hakekatnya penelitian tindakan merupakan sebuah rangkaian riset dan tindakan yang dilakukan dalam rangkaian guna memecahkan masalah. Sedangkan, Burns berpendapat dalam Wina Sanjaya, (2009:25), mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah penerapan berbagai fakta yang ditemukan untuk memecahkan masalah dalam situasi sosial untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan dengan melibatkan kolaborasi dan kerja sama para peneliti dan praktisi. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka ciri utama dari penelitian tindakan adalah serangkaian riset untuk memecahkan masalah yang terjadi di kelas. PTK sangat membantu guru untuk meningkatkan hasil pembelajaran. PTK dilaksanakan pada saat guru mengajar di kelas dengan melakukan tindakan kepada siswa. Dengan demikian, PTK merupakan penelitian yang mengangkat masalahmasalah nyata yang dialami oleh guru. Diharapkan dengan adanya PTK guru dapat
34
meningkatkan kualitas mengajar, sehingga siswa dalam belajar mendapatkan hasil yang maksimal. B. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Krembangan. Jumlah keseluruhan kelas V yaitu 17 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Sedangkan, objek penelitian ini adalah keterampilan berbicara. C. Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan dimulai pada bulan Februari sampai November 2015. Sedangkan, observasi dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2015/ 2016 bulan Oktober 2015. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan di dalam kelas V SD Negeri Krembangan. D. Desain Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model PTK yang dikembangkan Kemmis dan Mc Targart. Model ini menyatukan antara penerapan acting dan observing yang tidak dapat dipisahkan.
Maksudnya, kedua kegiatan harus
dilakukan dalam satu kesatuan waktu, ketika tindakan dilaksanakan begitu pula observasi juga harus dilaksanakan (Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010: 20). Untuk lebih tepatnya, berikut ini bentuk desainnya. Keterangan Model siklus Kemmis dan Mc Targgart yaitu: Siklus I I. perencanaan; II. pelaksanaan; III. observasi; dan IV. refleksi.dsb
Gambar 3. Proses Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Targgart tahun 2010
35
Berikut penjabaran langkah-langkah dari tiap siklus pada peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas V melalui diskusi tipe syndicate group. 1. Perencanaan Perencanaan adalah langkah yang dilakukan ketika akan memulai tindakannya (Suharsimi Arikunto, 2010: 17). Perencanaan menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Selanjutnya, peneliti melakukan perencanaan antara lain: (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); (2) membuat instrumen untuk siswa; (3) alat untuk mendokumentasikan pada saat pembelajaran berlangsung. Perencanaan yang telah disiapkan menjadi pedoman dalam mengajar. Perencanaan disesuaikan dengan materi yang diajarkan agar tidak kebingungan dalam melaksanakannya. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan adalah implementasi dari perencanaan yang sudah dibuat (Suharsimi Arikunto, 2010: 18). Perlu diingat pelaksanaan yang telah dibuat berusaha ditaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, akan tetapi harus berlaku wajar dan tidak dibuat-buat dalam melaksanakan. Menghindari kekakuan dalam melaksanakan pembelajaran. Oleh karena itu, perencanaan yang telah disusun harus jelas dan lengkap. Tentu saja diperbolehkan memodifikasi, selama tidak mengubah prinsip. Dalam melaksanakan proses pembelajaran yang perlu dipersiapkan yaitu RPP, buku, media, dan lain-lain. Peneliti bersama guru merancang RPP yang digunakan dalam pembelajaran yang telah direncanakan. Penelitian ini direncanakan ke dalam dua siklus. Namun, apabila keterampilan berbicara melalui
36
diskusi tipe syndicate group belum mengalami peningkatan, maka penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya. Berikut ini rancangan penelitian yang dilaksanakan. Siklus I Pertemuan I Kegiatan Inti 1.
Siswa memperhatikan penjelasan masalah yang akan disampaikan oleh guru. (Guru mengemukakan masalah sebagai pokok masalah yang akan siswa diskusikan)
2.
Siswa membentuk kelompok sesuai perintah guru. (guru membagi siswa dalam kelompok syndicate group)
3.
Siswa diberi kesempatan bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami dari materi yang telah dijelaskan.
4.
Siswa mendengarkan pengarahan yang disampaikan oleh guru untuk melakukan diskusi dan guru membagikan Lembar Kerja Siswa yang akan siswa diskusikan.
5.
Guru membagikan referensi yang membantu siswa dalam berdiskusi.
6.
Setelah paham dengan pengarahan yang telah disampaikan siswa melakukan diskusi dengan anggota kelompok. (siswa melakukan diskusi dalam kelompok)
7.
Kemudian setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas. (setiap kelompok melaporkan hasil diskusi)
8.
Guru melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai materi atau masalah yang dibahas.
9.
Perwakilan kelompok satu per satu maju untuk menjelaskan hasil diskusinya.
37
10. Guru memberi penjelasan terhadap hasil diskusi tersebut. 11. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok. (guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi) Pertemuan II Kegiatan Inti 1.
Guru menjelaskan materi keterampilan berbicara dan menampilkan gambar untuk bahan diskusi. (Guru mengemukakan masalah sebagai pokok masalah yang akan siswa diskusikan)
2.
Guru menjelaskan diskusi tipe syndicate group.
3.
Siswa diminta berkelompok untuk mendiskusikan masalah yang diberikan oleh guru. (guru membagi siswa dalam kelompok syndicate group)
4.
Siswa diberikan Lembar Kerja Siswa oleh guru.
5.
Guru membagikan referensi yang membantu siswa dalam berdiskusi.
6.
Siswa berdiskusi dengan teman sekelompok. (siswa melakukan diskusi dalam kelompok)
7. Guru membimbing siswa dalam diskusi. 8.
Setelah selesai berdiskusi siswa diminta membacakan hasil diskusi. (setiap kelompok melaporkan hasil diskusi)
9. Siswa dan guru bertanya jawab mengenai masalah yang telah siswa diskusikan. 10. Perwakilan kelompok satu per satu maju untuk menjelaskan hasil diskusinya. 11. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran. (guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi)
38
Pertemuan III Kegiatan Inti 1.
Guru mengulas pembelajaran sebelumnya yaitu masalah yang telah dibahas. (Guru mengemukakan masalah sebagai pokok masalah yang akan siswa diskusikan)
2.
Guru menjelaskan materi keterampilan berbicara dan menampilkan gambar untuk bahan diskusi.
3.
Guru menjelaskan diskusi tipe syndicate group.
4.
Siswa diminta berkelompok untuk mendiskusikan masalah yang diberikan oleh guru. (guru membagi siswa dalam kelompok syndicate group)
5.
Siswa diberikan Lembar kerja Siswa oleh guru.
6.
Guru membagikan referensi yang membantu siswa dalam berdiskusi.
7.
Siswa berdiskusi dengan teman sekelompok. (siswa melakukan diskusi dalam kelompok)
8.
Guru membimbing siswa dalam diskusi.
9.
Setelah selesai berdiskusi siswa diminta membacakan hasil diskusi. (setiap kelompok melaporkan hasil diskusi)
10. Siswa dan guru bertanya jawab mengenai masalah yang telah siswa diskusikan. 11. Perwakilan kelompok satu per satu maju untuk menjelaskan hasil diskusinya. 12. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran. (guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi)
39
3. Observasi Observasi adalah proses mencermati jalannya pelaksanaan tindakan (Suharsimi Arikunto, 2010: 18). Hal-hal yang diamati pada proses pembelajaran antara lain: aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran. Dalam observasi yang baik yaitu mencatat segala yang terjadi di lapangan sebagai laporan. Hasil observasi yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran berlangsung. Jika terjadi kekurangan, maka peneliti berusaha mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut. Peran guru membantu peneliti agar dalam proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Observasi yang dilakukan adalah pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan siswa selama penelitian berlangsung. Dalam pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode diskusi tipe syndicate group, peneliti dapat mengetahui siswa yang paham dan tidak paham dalam keterampilan berbicara. Siswa yang paham akan berdiskusi sesuai perintah guru untuk mengukur keterampilan berbicara, sedangkan siswa yang tidak paham akan diam dan mengganggu temannya. Dalam pembelajaran keterampilan berbicara menggunakan metode diskusi tipe syndicate group terlihat perubahan metode mengajar guru. Awalnya pembelajaran berbicara hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan, tetapi dalam siklus pertama ini pembelajaran keterampilan berbicara menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung.
40
4. Refleksi Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau (Suharsimi Arikunto, 2010: 19). Siswa diminta mengingat kembali peristiwa yang telah dilakukan untuk perbaikan siklus berikutnya. Selanjutnya, peneliti berdiskusi dengan guru untuk melihat kekurangan, hambatan dan temuan-temuan keterampilan berbicara dalam pembelajaran. Refleksi dilakukan untuk melihat keberhasilan pembelajaran. Berdasarkan refleksi di atas, dapat disimpulkan bahwa temuan-temuan dalam proses pembelajaran mencakupi peningkatan keterampilan berbicara. Temuan-temuan tersebut sebagai acuan untuk merangcang siklus berikutnya. Untuk merefleksi hasil penelitian pada siklus I, peneliti menganalisis dan mengkaji hasil keterampilan berbicara. Hasil dari siklus I dijadikan pedoman untuk melakukan tindak lanjut pada siklus yang II. Hasil dari refleksi yang ditemukan pada saat penelitian dapat bermanfaat untuk mencari cara terbaik dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa. E. Teknik Pengumpulan Data Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh menggunakan teknik observasi. 1. Observasi Observasi atau pengamatan adalah proses pengambilan data dalam penelitian di mana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian yang dikemukakan oleh Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2010: 66). Untuk mencapai tujuan pengamatan diperlukan pedoman observasi. Observasi dilakukan untuk mengetahui keterampilan berbicara siswa kelas V dalam mengikuti diskusi di kelas. Sebelum
41
dilaksanakan observasi peneliti membuat lembar observasi yang dijadikan pedoman. Modifikasi Sabarti Akhaidah, Sri Hastuti,dan Ahmad Rofiudin dijadikan acuan untuk kisi-kisi observasi. F. Instrumen Penelitian Intsrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis (Suharsimi Arikunto, 2010 : 203). Intsrumen dalam penelitian ini adalah pedoman observasi. 1. Lembar Pedoman Observasi Observasi (pengamatan) partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif dalam proses pelaksanaan tindakan (Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010: 52). Pengamatan ini dapat dilaksanakan dengan pedoman pengamatan berupa observasi kegiatan di kelas dan catatan harian. Untuk mengamati peneliti membuat lembar observasi sebagai pedoman. Lembar observasi digunakan untuk melakukan pengamatan dan pencatatan secara logis selama pelaksanaan berlangsung. Lembar observasi digunakan untuk melihat keterampilan berbicara melalui diskusi tipe syndicate group. Kisi-kisi instrumen observasi merujuk pada aspek berbicara yang telah dimodifikasi Sabarti Akhaidah, Sri Hastuti, dan Ahmad Rofiudin.
42
Tabel 1. Kisi-kisi Penilaian Keterampilan Berbicara No a.
b.
Aspek yang Diamati
Bobot
Kebahasaan 1. Pelafalan 2. Intonasi 3. Struktur kalimat 4. Diksi/ kosa kata Nonkebahasaan 5. Penguasaan topik 6. Kenyaringan suara 7. Kelancaran 8. Sikap berbicara Jumlah Skor
15 15 15 10 15 15 10 5 100
(ModifikasiSabarti Akhaidah, Sri Hastuti, dan Ahmad Rofiudin) Tabel 2. Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa No a.
Aspek yang Diamati 1. Pelafalan
2. Intonasi
3. Struktur kalimat
4. Diksi/ kosakata b.
Rubrik
Skor
Kebahasaan Pelafalan sangat jelas dalam berbicara. Pelafalan jelas dalam berbicara. Pelafalan kurang jelas dalam berbicara. Intonasi sangat tepat dalam berbicara. Intonasi tepat dalam berbicara. Intonasi kurang tepat dalam berbicara. Struktur kalimat sangat tepat dalam berbicara. Struktur kalimat tepat dalam berbicara. Struktur kalimat kurang tepat dalam berbicara. Kosakata sangat tepat dalam berbicara Kosakata tepat dalam berbicara Kosakata kurang tepat dalam berbicara
15 10 5 15 10 5 15 10 5 10 5 3
Penguasaan topik sangat tepat disampaikan. Penguasaan topik tepat disampaikan. Penguasaan topik kurang tepat disampaikan. Kenyaringan suara dalam berbicara sangat jelas. Kenyaringan suara dalam berbicara jelas. Kenyaringan suara dalam berbicara kurang jelas. Kelancaran sangat tepat dalam berbicara. Kelancaran tepat dalam berbicara. Kelancaran kurang tepat dalam berbicara. Sikap berbicara sangat tepat. Sikap berbicara tepat. Sikap berbicara kurang tepat.
15 10 5 15 10 5 10 5 3 5 3 2
Nonkebahasaan 5. Penguasaan topik
6. Kenyaringan suara
7. Kelancaran
8. Sikap berbicara
43
G. Teknik Analisis Data Analisis data adalah data yang telah terkumpul setelah melakukan kegiatan dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2010:335), menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, dan membuat kesimpulan, sehingga dapat mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Penelitian tindakan kelas menggunakan deskriptif kualitatitif dan deskriptif kuantitatif. 1. Data Kuantitatif Data hasil observasi keterampilan berbicara siswa yang dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Hasil skor dijumlahkan, kemudian dibagi jumlah siswa (Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010: 157). Rumus yang digunakan untuk mencari rata-rata keseluruhan siswa dalam satu kelas sebagai berikut.
Nilai rata − rata =
Jumlah nilai seluruh siswa Jumlah siswa
Untuk mengetahui keterampilan berbicara siswa dengan mengobservasi. Terlebih dahulu menentukkan kriteria yang akan dijadikan pedoman dalam mengambil kesimpulan. Cara menganalisis data obsevasi aktivitas siswa yaitu menghitungnya dengan cara menyajikan data perolehan skor ke dalam rumus presentase. Menurut Suharsimi Arikunto (2005: 44), kriteria tersebut berupa presentase sebagai berikut.
44
Tabel 3. Kriteria Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V No 1. 2. 3. 4. 5.
Interval (%) 90-100 70-89 60-69 40-59 0-39
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
(modifikasi Suharsimi Arikunto) 2. Data Kualitatif Data kualitatif diperoleh dari observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran keterampilan berbicara. Pengamatan siswa terdiri dari 8 aspek keterampilan berbicara dan 3 aspek penilaian sikap siswa. Berdasarkan rating skala dengan perhitungan yang ada, maka kriteria ketentuan pada aspek aktivitas siswa yang di amati. Standar tersebut menggunakan panduan dari Suharisimi Arikunto (2005: 44). Tabel 4. Rentang Skor Persentase Observasi Aktifitas Siswa No 1 2 3 4
Persentase (%) 90-100 70-89 60-69 40-59
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang
H. Indikator Keberhasilan Keberhasilan tindakan yaitu suatu perenungan bersama mengenai tindakan yang sudah dilaksanakan (Suharsimi Arikunto, 2010: 10). Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya keterampilan berbicara menggunakan metode diskusi tipe syndicate group yang dilihat selama proses pembelajaran berlangsung. Penelitian dikatakan berhasil dan akan dihentikan apabila : 1. Nilai observasi siswa dalam proses keterampilan berbicara menggunakan diskusi tipe syndicate group dari pra-tindakan ke siklus I dan ke siklus II. 2. Rata-rata siswa satu kelas telah memenuhi standar keberhasilan yaitu 70.
45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini, menyajikan hasil penelitian tindakan kelas yang berupa hasil observasi. Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari kondisi awal, tindakan pada siklus I dan II. Hasil observasi pada kondisi awal merupakan keterampilan berbicara sebelum menggunakan metode diskusi tipe syndicate group. Sedangkan, hasil observasi pada siklus I dan II merupakan perbaikan keterampilan berbicara setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi tipe syndicate group. Hasil observasi menggunakan data analisis kuantitatif dan hasil nontes berupa hasil observasi yang menggunakan teknik analisis deskripsi data kualitatif. 1. Kondisi Awal a. Proses Pembelajaran Berbicara pada Kondisi Awal Pembelajaran pada kondisi awal menunjukkan siswa terlihat kurang antusias, sehingga pembelajaran berbicara pada pelajaran Bahasa Indonesia menjadi kurang menarik. Pembelajaran menggunakan metode ceramah membuat siswa cenderung hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran. Keterampilan berbicara siswa dalam pelafalan, kosa kata, dan struktur kalimat yang digunakan belum terampil. Selain itu, masih adanya siswa yang terlihat senang berbicara dengan teman dari pada bertanya kepada guru saat tidak paham dalam proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil observasi pada kondisi awal, pembelajaran berbicara belum
46
menggunakan metode yang bervariasi secara optimal, sehingga siswa kurang tertarik dalam proses pembelajaran. b. Hasil Observasi Keterampilan Berbicara pada Kondisi Awal Observasi pada kondisi awal merupakan keterampilan berbicara sebelum dilakukan tindakan penelitian. Observasi keterampilan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri Krembangan dengan jumlah keseluruhan 17 siswa. Siswa juga kurang dapat melafalkan kosa kata dengan jelas, dan siswa dalam menyusun struktur kalimat belum sesuai dengan kaidah. Keterampilan berbicara siswa yang masih rendah itu disebabkan kurangnya konsentrasi siswa pada saat pembelajaran. Metode diskusi tipe syndicate group belum diterapkan oleh guru. Hasil yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5. Rekapitulasi Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V pada Kondisi Awal
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Nama AEF TR MABU FAR NN RH DAY RAR YS SNW NFM NF FZ IA AF MZ SAR
Jumlah skor Persentase
Kondisi Awal Peneliti Guru 60 53 53 53 58 65 56 53 70 63 58 56 58 65 58 63 70 1012 59,52
47
60 53 53 53 58 65 56 53 70 61 58 58 58 65 63 63 70 1017 59,82
Rata-rata 60 53 53 53 58 65 56 53 70 62 58 57 58 67,5 60,5 63 70 1014,5 59,67
Tabel di atas, menunjukkan bahwa pada kondisi awal rata-rata keterampilan berbicara siswa dengan nilai 59,67%. Penilaian hasil observasi pada kondisi awal oleh guru rata-rata 59,88% nilai tersebut diperoleh 9 siswa dengan kategori kurang, 5 siswa dengan kategori cukup, dan 2 siswa dengan kategori baik. Sedangkan, oleh peneliti dengan rata-rata 52,52% nilai tersebut diperoleh 10 siswa dengan kategori kurang, 5 siswa dengan kategori cukup, dan 2 siswa dengan kategori baik. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V pada Kondisi Awal No 1 2 3 4 5
Rentang Nilai 90-100 70-89 60-69 40-59 0-39 Jumlah
Frekuensi 2 6 9 17
Persentase (%) 11.76 35.29 52.94 59,67
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
Rata-rata
X=
1014,5 17
= 59.67
Tabel di atas, menunjukkan bahwa rata-rata keterampilan berbicara pada siswa kelas V SD Negeri Krembangan termasuk ke dalam kategori cukup yaitu 59.67%. Dari 17 siswa, 2 siswa atau sebesar 11.76% termasuk ke dalam kategori baik, 6 siswa atau sebesar 35.29% termasuk ke dalam kategori cukup dan masih terdapat 9 siswa atau sebesar 52.94% masuk ke dalam kategori kurang. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa sebagian besar siswa dalam pembelajaran keterampilan berbicara masih termasuk ke dalam kategori kurang. Berdasarkan data tersebut, maka diperlukan suatu perbaikan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa yang belum terampil. Tindakan yang dilakukan salah satunya adalah menggunakan metode diskusi syndicate group dalam pembelajaran keterampilan berbicara.
48
Persentase 60
52.94 35.29
40 20
11.76
0 40-59 kurang
60-69 cukup
70-89 baik
persentase
Diagram Batang 1. Keterampilan Berbicara pada Kondisi Awal
2. Siklus I a. Proses Keterampilan Berbicara pada Siklus I Siklus I merupakan pemberlakuan tindakan awal penelitian dengan menggunakan metode diskusi syndicate group. Penelitian siklus I ini dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan, yaitu tanggal 7, 12, dan 17 Oktober 2015. Tindakan siklus I ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah diajarkan kompetensi dasar keterampilan berbicara kepada siswa dengan menggunakan metode diskusi syndicate group. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I diperoleh dari hasil observasi. Hasil observasi ini berdasarkan pada 8 aspek yang harus diperhatikan dalam keterampilan berbicara yaitu: pelafalan, intonasi, struktur kalimat, kosa kata, penguasaan topik, kenyaringan topik, kenyaringan suara, kelancaran, dan sikap berbicara. 1) Tahap Perencanaan Keterampilan Berbicara Tahap Perencanaan pada siklus I dilakukan dengan menyiapkan RPP yang akan digunakan pada siklus I. Pada tahap perencanaan dibuat juga lembar observasi keterampilan berbicara dan lembar observasi aktivitas siswa dalam
49
pembelajaran. Selain itu, referensi buku yang akan digunakan dalam pembelajaran. 2) Tahap Pelaksanaan Tindakan Keterampilan Berbicara a) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 7 Oktober 2015 dengan tema peristiwa alam. Pertemuan pertama dilakukan pada jam pertama, sehingga sebelum memulai pelajaran, siswa berdoa terlebih dahulu dan dipimpin oleh ketua kelas. Setelah siswa siap, guru menyampaikan apersepsi dengan bertanya pada siswa. Guru kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran melalui diskusi tipe syndicate group. Selanjutnya, siswa diberi penjelasan tentang diskusi dan unsur-unsur ketempilan berbicara. Kemudian guru bersama siswa berdiskusi untuk melatih keterampilan berbicara. Unsurunsur tersebut kemudian dijelaskan oleh guru kepada siswa mulai dari pelafalan, intonasi, struktur kalimat, kenyaringan suara, kelancaran, dan sikap berbicara. Siswa bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami. Setelah itu, guru menampilkan gambar bengawan solo yang sedang kering dan guru memberi contoh apa saja yang akan siswa diskusikan berdasarkan gambar tersebut. Kemudian siswa mendengarkankan penjelasan guru mengenai unsur-unsur keterampilan berbicara dengan menggunakan diskusi tipe syndicate group tersebut. Selanjutnya, perwakilan kelompok diskusi diminta untuk membacakan hasil diskusi di depan kelas secara bergantian. Guru bersama peneliti mengamati keterampilan berbicara siswa b) Pertemuan Kedua
50
Pertemuan kedua dilaksanakan tanggal 12 Oktober 2015 dengan tema peristiwa alam. Pada hari ini guru bersama guru membahas unsur-unsur keterampilan berbicara dengan menggunakan gambar bengawan solo sebelumnya. Berdasarkan hasil penilaian keterampilan berbicara ada beberapa hal yang kurang terlihat pada diskusi siswa. Aspek tersebut adalah kosa kata, penguasaan topik, dan kenyaringan topik. Kemudian siswa yang kurang jelas dijelaskan kembali oleh guru mengenai unsur-unsur keterampilan berbicara dengan menggunakan diskusi tipe syndicate group tersebut. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok oleh guru, setelah itu siswa berdiskusi. Siswa bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami kepada guru. Selanjutnya, siswa membacakan hasil diskusi di depan kelas dan saling tanya jawab. Setelah itu, perwakilan kelompok maju ke depan untuk berbicara masalah yang telah didiskusikan bersama kelompok. Guru bersama peneliti mengamati keterampilan berbicara siswa. c) Pertemuan Ketiga Pertemuan ketiga dilaksanakan tanggal 17 Oktober 2015 dengan tema peristiwa alam. Pertemuan diawali dengan berdoa terlebih dahulu. Kemudian guru memberikan apersepsi berupa pertanyaan mengenai pelajaran yang telah dipelajari. Selanjutkan, dengan guru bertanya pada siswa. Kemudian guru membagi kelompok menjadi 4 kelompok dan meminta siswa bekerja sama untuk memecahkan masalah sesuai Lembar Kerja Siswa yang telah dibagikan. Siswa diminta untuk mendiskusikan masalah tersebut. Kemudian setiap kelompok membacakan hasil diskusi sesuai masalah. Selanjutnya, siswa diberi
51
kesempatan untuk membacakan hasil diskusi di depan kelas dan saling tanya jawab. Setelah itu, perwakilan kelompok maju ke depan untuk berbicara masalah yang telah siswa diskusikan bersama kelompok. Guru bersama peneliti mengamati keterampilan berbicara siswa. 3) Tahap Observasi Tindakan Observasi ini dilakukan untuk mengamati perilaku siswa dan guru selama proses pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode diskusi syndicate group. Observasi dilaksanakan pada setiap pertemuan untuk melihat apakah metode yang digunakan bermanfaat pada siswa. Guru dan peneliti bekerja sama menilai keterampilan berbicara siswa. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pembelajaran keterampilan berbicara menggunakan diskusi tipe syndicate group pada siklus I sangat bermanfaat bagi siswa. Pada siklus ini I ini telah dilaksanakan tindakan berupa penjelasan unsur-unsur keterampilan berbicara. Berdasarkan tabel hasil observasi selama 3 kali pertemuan yang terlampir dalam lembar lampiran diperoleh bahwa jumlah persentase dari siklus I menunjukkan 61.46% dengan kategori baik. Adapun penjelasan aspek-aspek keterampilan berbicara adalah sebagai berikut. (1) Untuk aspek pelafalan dalam pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode diskusi tipe syndicate group sebesar 71,56% dengan kategori baik. (2) Untuk intonasi dengan metode diskusi tipe syndicate group sebesar 62,74% dengan kategori cukup.
52
(3) Untuk aspek struktur kalimat dengan metode diskusi tipe syndicate group sebesar 34,96% dengan kategori kurang. (4) Untuk aspek kosa kata dengan metode diskusi tipe syndicate group sebesar 39,8% dengan kategori kurang. (5) Untuk aspek penguasaan topik dengan metode diskusi tipe syndicate group sebesar 64,37% dengan kategori cukup. (6) Untuk aspek kenyaringan suaradengan metode diskusi tipe syndicate group sebesar 58,49% dengan kategori cukup. (7) Untuk aspek kelancaran dengan metode diskusi tipe syndicate group sebesar 86,76% dengan katagori baik. (8) Untuk aspek sikap berbicara dengan metode diskusi tipe syndicate group sebesar 92,15 % dengan katagori sangat baik. 4) Tahap Refleksi Pada siklus I pembelajaran berbicara kurang berjalan dengan baik dan optimal. Hasil observasi tindakan siklus I telah mengalami peningkatan tetapi belum mencapai nilai 70. Dari hasil refleksi, terlihat keterampilan siswa dalam berbicara yaitu: peningkatan unsur pelafalan, struktur kalimat, dan kosa kata. Sedangkan, dari hasil refleksi bersama guru terungkap juga bahwa masih ada beberapa aspek dan kriteria yang perlu ditingkatkan dalam memaksimalkan keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan metode diskusi syndicate group. Refleksi yang perlu diperbaiki dalam pembelajaran diskusi yakni: a. Siswa kurang memperhatikan pengarahan guru setelah dibentuk kelompok. (kelompok diskusi telah dibentuk sebelum guru memberikan pengarahan)
53
b. Ada 5 siswa yang kurang berpartisipasi dalam diskusi untuk menyimpulkan hasil diskusi. Refleksi yang ditemukan akan menjadi perencanaan siklus II. Ada 2 siswa setiap kelompok bertanya untuk menanyakan apakah ide yang mereka kemukakan benar atau tidak. Ada 5 siswa yang kurang berpartisipasi dalam diskusi karena siswa malu mengungkapkan pendapat untuk menyimpulkan hasil diskusi, sehingga perlu bimbingan guru agar berani. b. Hasil Observasi Keterampilan Berbicara pada Siklus I Pada observasi siklus I dilaksanakan dalam 3 pertemuan. Jika dilihat dari kondisi awal ke siklus I pertemuan I persentasenya naik dari 59,67% menjadi 61.46%, sehingga dari setiap pertemuan ada peningkatan sedikit demi sedikit. Keseluruhan hasil observasi pelaksanaan keterampilan berbicara pada siklus I dapat dilihat dari tabel berikut. Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus I No.
Nama
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
AEF TR MABU FAR NN RH DAY RAR YS SNW NFM NF FZ IA AF MZ SAR
P 65 61 53 53 65 0 65 58 70 70 63 63 63 70 65 63 70
G 70 61 53 53 65 0 65 56 70 70 63 65 65 65 65 63 70
R 67,5 61 53 53 65 0 65 57 70 70 63 64 64 67,5 65 63 70
P 63 63 58 58 70 65 63 0 75 70 63 63 63 70 65 63 75
Siklus I G R 70 66,5 63 63 58 58 58 58 70 70 65 65 63 63 0 0 75 75 70 70 63 63 63 63 63 63 70 70 63 64 63 63 75 75
P 70 65 58 58 65 70 65 58 75 0 70 65 70 70 65 65 75
Jumlah skor 1017 1019 1018 1047 1052 1049,5 1064 Persentase 59,82 59,94 59,88 61,58 61,88 61,73 62,58 Keterangan: P = nilai peneliti, G = nilai guru, dan R = rata-rata
54
G 70 65 58 58 70 70 65 58 75 0 70 65 70 75 65 65 75
R 70 65 58 58 67,5 70 65 58 75 0 70 65 70 72,5 65 65 75
1074 63,17
1069 62,88
Tabel di atas, menunjukkan bahwa pada hasil observasi keterampilan berbicara siklus I pertemuan I nilai rata-rata peneliti yaitu 59,82% dan guru 59,94% dari nilai tersebut telah diperoleh nilai rata-rata pertemuan I yaitu 59,88%. Pertemuan II nilai rata-rata peneliti yaitu 61,58% dan guru 61,88% dari nilai tersebut telah diperoleh nilai rata-rata pertemuan II yaitu 61,73%. Sedangkan, pertemuan III nilai rata-rata peneliti yaitu 62,58% dan guru 63,17% dari nilai tersebut telah diperoleh nilai rata-rata pertemuan II yaitu 62,88%. Pada siklus I dari setiap pertemuan mengalami peningkatan sedikit demi sedikit. Tabel 8. Rekapitulasi Data Distribusi Frekuensi Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus I No
Rentang Skor
1. 2. 3. 4. 5.
90-100 70-89 60-69 40-59 0-39 Rata-rata
Pertemuan I F (%) 3 18.75 10 62,5 3 18.75 59,88
Pertemuan II F (%) 5 31,25 9 56,25 2 12,5 61,73
Pertemuan III F (%) 7 43,75 6 37,5 3 18,75 62,88
Rata-rata Siklus I
X=
184,49 3
= 61.46
Tabel di atas, menunjukkan hasil observasi keterampilan berbicara siklus I rata-rata nilai sebesar 61.46% dengan kategori cukup. Rata-rata ini menunjukkan terjadinya peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode diskusi syndicate group dibandingkan dengan rata-rata pada kondisi awal, walaupun peningkatannya belum maksimal. Tabel di atas, menunjukkan dari 17 siswa, 3 siswa atau sebesar 18.75% termasuk ke dalam kategori kurang, 10 siswa atau sebesar 62,5% termasuk ke dalam kategori cukup, dan 3 siswa atau sebesar 18.75% termasuk ke dalam kategori baik.
55
Sedangkan, pada pertemuan II menunjukkan nilai rata-rata siswa naik menjadi 61.73% dengan kategori cukup. Dari 17 siswa, 2 siswa atau sebesar 12,5% termasuk ke dalam kategori kurang, 9 siswa atau sebesar 56,25% termasuk ke dalam kategori cukup, dan 5 siswa atau sebesar 31,25% termasuk ke dalam kategori baik. Pada pertemuan III menunjukkan nilai rata-rata siswa naik lagi menjadi 62.88 dengan kategori cukup. Dari 17 siswa, 3 siswa atau sebesar 18,75% termasuk ke dalam kategori kurang, 6 siswa atau sebesar 37,5% termasuk ke dalam kategori cukup, dan 7 siswa atau sebesar 43,75% termasuk ke dalam kategori baik.
Rata-rata Siklus I 70 60 50 40 30 20 10 0
59.88
61.73
62.88
pertemuan I
pertemuan III
pertemuan III
rata-rata
Diagram Batang 2. Peningkatan Keterampilan Berbicara pada Siklus I 3. Siklus II a. Proses Pembelajaran Berbicara pada Siklus II 1) Tahap Perencanaan Tindakan Siklus II Tahap perencanaan pada siklus II dilakukan dengan menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan pada siklus II, dengan fokus pada peningkatan keterampilan siswa dalam berbicara. Pada pembelajaran siklus II ini, guru dan peneliti merevisi kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I. Pada siklus
56
II langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan sama halnya dengan siklus I. Untuk membedakannya dengan siklus I adalah guru memberikan perlakuan kepada siswa yang kurang aktif berbicara. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, adapun aspek yang perlu ditingkatkan yaitu pelafalan, struktur kalimat, dan kosa kata. Dalam pembelajaran diskusi siswa yang kurang aktif berbicara. Pembelajaran keterampilan berbicara menggunakan metode diskusi syndicate group pada siswa kelas V SD Negeri Krembangan perlu dilanjutkan pada siklus II. Hasil refleksi pada siklus I menjadi acuan untuk diperbaiki. Guru dan peneliti memperbaiki rencana pembelajaran dengan lebih baik. Perencanaan siklus II agar siswa menjadi lebih baik dalam memecahkan masalah melalui diskusi tipe syndicate group antara lain: a. Guru memberikan pengarahan terlebih dahulu baru dibentuk kelompok diskusi, sehingga siswa dapat paham. b. Guru membimbing 5 siswa untuk dapat berpartisipasi dalam diskusi untuk menyimpulkan hasil diskusi. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus II a) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2015 dengan tema peristiwa alam. Pertemuan pertama dilakukan pada jam 09.40, sehingga sebelum memulai pelajaran guru hanya memberikan salam. Setelah siswa siap, guru menyampaikan apersepsi dengan bertanya pada siswa. Guru kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu diskusi. Guru memberikan pengarahan
57
terlebih dahulu sebelum dibentuk kelompok. Siswa disuruh duduk dengan kelompoknya yang telah dibagi. Siswa diberikan Lembar Kerja Siswa untuk didiskusikan bersama kelompok. Dalam diskusi guru memberikan peraturan agar tidak banyak bertanya dan berbicara yang bukan mengenai diskusi. Apabila mau bertanya nanti setelah sesi tanya jawab agar waktu yang digunakan sesuai dengan RPP dan tidak membutuhkan waktu tambahan untuk diskusi. Setelah itu, guru memberikan waktu 30 menit untuk berdiskusi. Selesai tidak selesai berdiskusi semua kelompok harus membacakan hasil diskusi. Selanjutnya, perwakilan kelompok diskusi diminta untuk membacakan hasil diskusi di depan kelas secara bergantian. Guru bersama peneliti mengamati keterampilan berbicara siswa. b) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua dilaksanakan tanggal 23 Oktober 2015 dengan tema peristiwa alam. Pertemuan kedua dilakukan pada jam pertama, sehingga sebelum memulai pelajaran siswa berdoa terlebih dahulu. Setelah siswa siap, guru menyampaikan apersepsi dengan bertanya pada siswa. Guru kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu diskusi. Guru memberikan pengarahan terlebih dahulu sebelum dibentuk kelompok. Siswa disuruh duduk dengan kelompoknya yang telah dibagi. Siswa diberikan Lembar Kerja Siswa untuk didiskusikan bersama kelompok. Dalam diskusi guru memberikan peraturan agar tidak banyak bertanya dan berbicara yang bukan mengenai diskusi. Apabila mau bertanya nanti setelah sesi tanya jawab agar waktu yang digunakan sesuai dengan RPP dan tidak
58
membutuhkan waktu tambahan untuk diskusi. Setelah itu, guru memberikan waktu 30 menit untuk berdiskusi. Selesai tidak selesai berdiskusi semua kelompok harus membacakan hasil diskusi. Selanjutnya, perwakilan kelompok diskusi diminta untuk membacakan hasil diskusi di depan kelas secara bergantian. Guru bersama peneliti mengamati keterampilan berbicara siswa. c) Pertemuan Ketiga Pertemuan ketiga dilaksanakan tanggal 24 Oktober 2015 dengan tema peristiwa alam. Pertemuan pertama dilakukan pada jam 09.40, sehingga sebelum memulai pelajaran guru hanya memberikan salam. Setelah siswa siap, guru menyampaikan apersepsi dengan bertanya pada siswa. Guru kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu diskusi. Guru memberikan pengarahan terlebih dahulu sebelum dibentuk kelompok. Siswa disuruh duduk dengan kelompoknya yang telah dibagi. Siswa diberikan Lembar Kerja Siswa untuk didiskusikan bersama kelompok. Dalam diskusi guru memberikan peraturan agar tidak banyak bertanya dan berbicara yang bukan mengenai diskusi. Apabila mau bertanya nanti setelah sesi tanya jawab agar waktu yang digunakan sesuai dengan RPP dan tidak membutuhkan waktu tambahan untuk diskusi. Setelah itu, guru memberikan waktu 30 menit untuk berdiskusi. Selesai tidak selesai berdiskusi semua kelompok harus membacakan hasil diskusi. Selanjutnya, perwakilan kelompok diskusi diminta untuk membacakan hasil diskusi di depan kelas secara bergantian. Guru bersama peneliti mengamati keterampilan berbicara siswa.
59
3) Tahap Observasi Tindakan Siklus II Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pembelajaran berbicara pada siklus II ini terlihat bahwa metode diskusi tipe syndicate group yang digunakan sangat bermanfaat bagi siswa. Pada siklus II ini telah dilaksanakan tindakan berupa guru memisah siswa yang sering mengganggu teman. Berdasarkan tabel hasil rekapitulasi pengamatan selama 3 kali pertemuan pada lembar lampiran yang terlampir dapat diperoleh bahwa jumlah persentase dari keseluruhan total aspek yang diamati menunjukkan 71,54% dengan kategori baik pada siklus II. Adapun penjelasannnya adalah sebagai berikut. (1) Untuk aspek pelafalan dalam pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode diskusi tipe syndicate group sebesar 83,65% dengan kategori sangat baik. (2) Untuk intonasi dengan metode diskusi tipe syndicate group sebesar 66,66% dengan kategori cukup. (3) Untuk aspek struktur kalimat dengan metode diskusi tipe syndicate group sebesar 52,93% dengan kategori kurang. (4) Untuk aspek kosa kata dengan metode diskusi tipe syndicate group sebesar 53,72% dengan kategori kurang. (5) Untuk aspek penguasaan topik dengan metode diskusi tipe syndicate group sebesar 77,77% dengan kategori baik. (6) Untuk aspek kenyaringan suara dengan metode diskusi tipe syndicate group sebesar 66,66% dengan kategori cukup.
60
(7) Untuk aspek kelancaran dengan metode diskusi tipe syndicate group sebesar 94,07% dengan katagori sangat baik. (8) Untuk aspek sikap berbicara dengan metode diskusi tipe syndicate group sebesar 94,07% dengan katagori sangat baik. 4) Tahap Refleksi Siklus II Pada siklus II ini, peneliti mengamati perkembangan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Data yang diperoleh dijadikan sebagai bahan diskusi dan refleksi. Hasil refleksi diperoleh yaitu Ada 1 siswa yang pada saat diskusi tidak dapat mengatur emosinya karena tidak disetujui pendapatnya. Terlihat juga bahwa peningkatan keterampilan berbicara melalui penggunaan metode diskusi tipe syndicate group telah memenuhi indikator keberhasilan 70 yaitu dengan perolehan skor rata-rata nilai siswa menjadi 71.54%. Oleh karena itu, penelitian mencukupkan sampai pada siklus II karena telah ada peningkatan dan memenuhi indikator keberhasilan. b. Hasil Observasi pada Siklus II Observasi yang telah dilakukan mendapat hasil untuk melihat keterampilan berbicara siswa dalam proses pembelajaran. Pada siklus II nilai rata-rata 71.54% yang telah memenuhi indikator keberhasilan yaitu 70. Keseluruhan hasil tes pelaksanaan berbicara pada siklus II dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
61
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus II Siklus II Nama P G R P G R P G R AEF TR MABU FAR NN RH DAY RAR YS SNW NFM NF FZ IA AF MZ SAR
75 70 63 63 0 80 65 63 80 70 65 70 70 80 70 70 80 1134 66,7
70 70 63 63 0 80 65 63 80 70 65 70 70 80 70 70 80 1129 66,7
72,5 70 63 63 0 80 65 63 80 70 65 70 70 80 70 70 80 1131,5 66,55
75 70 63 63 75 80 75 65 80 70 65 80 70 80 65 70 75 1221 71,82
75 70 63 63 80 80 75 63 80 75 70 80 70 80 65 70 75 1234 72,58
75 70 63 63 77,5 80 75 63 80 72,5 67,5 80 70 80 65 70 75 1227,5 72,20
80 70 75 70 0 90 75 70 90 90 75 75 75 90 75 90 90 1280 75,29
Jumlah skor Persentase Keterangan: P = nilai peneliti, G = nilai guru, dan R = rata-rata
80 70 75 70 0 90 75 75 90 90 80 80 80 90 75 90 90 1300 76,47
80 70 75 70 0 90 75 72,5 90 90 77,5 77,5 77,5 90 75 90 90 1290 75,88
Tabel di atas, menunjukkan bahwa pada hasil observasi keterampilan berbicara siklus II pertemuan I nilai rata-rata peneliti yaitu 66,7% dan guru 66,7% dari nilai tersebut telah diperoleh nilai rata-rata pertemuan I yaitu 66,55%. Pertemuan II nilai rata-rata peneliti yaitu 71,82% dan guru 72,58% dari nilai tersebut telah diperoleh nilai rata-rata pertemuan II yaitu 72,20%. Sedangkan, pertemuan III nilai rata-rata peneliti yaitu 75,29%% dan guru 76,47% dari nilai tersebut telah diperoleh nilai rata-rata pertemuan II yaitu 75,88%. Pada siklus II dari setiap pertemuan mengalami peningkatan sedikit demi sedikit.
62
Tabel 10. Rekapitulasi Data Distribusi Frekuensi Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus II No
Rentang Skor
Pertemuan I F 11 5 -
1 90-100 2 70-89 3 60-69 4 40-59 5 0-39 Rata-rata
(%) 68,75 31,25 66,55
Pertemuan II F (%) 12 70,58 5 29,41 72,20
Pertemuan III F 6 10 -
(%) 37,5 62,5 75,88
Rata-rata Siklus II
X=
214,63 3
= 71,54
Tabel 7 di atas, menunjukkan hasil tes keterampilan berbicara siklus II. Pada pertemuan I nilai rata-rata mencapai 66,55% dengan kategori cukup. Tabel di atas menunjukkan dari 16 siswa, 5 siswa atau sebesar 31,25% termasuk ke dalam kategori cukup, 5 siswa atau sebesar 68,75% termasuk ke dalam kategori baik. Sedangkan, pada pertemuan II menunjukkan nilai rata-rata siswa naik menjadi 72,20% dengan kategori baik. Dari 17 siswa, 5 siswa atau sebesar 29,41% termasuk ke dalam kategori cukup dan 12 siswa atau sebesar 70,58% termasuk ke dalam kategori baik. Pada pertemuan III menunjukkan nilai rata-rata siswa naik menjadi 75,88% dengan kategori baik. Dari 16 siswa, 6 siswa atau sebesar 37,5% termasuk ke dalam kategori sangat baik, dan 10 siswa atau sebesar 62,5% termasuk ke dalam kategori baik.
Rata-rata 80
66.55
75.88
72.2
60 40 20 0 pertemuan I
pertemuan II
pertemuan III
rata-rata
Diagram Batang 3. Rata-rata Keterampilan Berbicara melalui Metode Diskusi Syndicate Group pada Siklus II
63
Tabel 11. Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II No.
Nama
1. AEF 2. TR 3. MABU 4. FAR 5. NN 6. RH 7. DAY 8. RAR 9. YS 10. SNW 11. NFM 12. NF 13. FZ 14. IA 15. AF 16. MZ 17. SAR Jumlah Skor Presentase
Kondisi Awal
PI
Siklus I P II
P III
PI
Siklus II P II
P III
60 52 53 52 58 65 56 53 70 62 58 57 58 67,5 60,5 63 70 1015 59,70
67,5 61 53 53 65 0 65 57 70 70 63 64 64 67,5 65 63 70 1018 59,88
66,5 63 58 58 70 65 63 0 75 70 63 63 63 70 64 63 75 1049,5 61,73
70 65 58 58 67,5 70 65 58 75 0 70 65 70 72,5 65 65 75 1069 62,88
72,5 70 63 63 0 80 65 63 80 70 65 70 70 80 70 70 80 1131,5 66,55
75 70 63 63 77,5 80 75 63 80 72,5 67,5 80 70 80 65 70 75 1227,5 72,20
80 70 75 70 0 90 75 72,5 90 90 77,5 77,5 77,5 90 75 90 90 1290 75,88
Tabel di atas, menunjukkan bahwa dari kondisi awal dengan pra-tindakan mendapat nilai rata-rata 59,70%. Pada siklus I pertemuan I meningkat dengan nilai rata-rata 59,88%, pertemuan II meningkat dengan nilai 61,73%, dan pertemuan III meningkat menjadi 62,88%. Sedangkan, siklus II pertemuan I nilai rata-rata 66,55%, pertemuan II meningkat menjadi 72,20%, dan pertemuan III meningkat kembali menjadi 75,88%. Setiap pertemuan terlihat bahwa siswa mengalami peningkatan dari observasi penilaian keterampilan berbicara yang dilakukan oleh guru dan peneliti. Hal ini membuktikan bahwa siswa mengalami peningkatan dengan menggunakan metode diskusi tipe syndicate group.
64
Tabel 12. Distribusi Peningkatan Keterampilan Keterampilan Berbicara pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
No 1 2 3 4 5
Rentang Nilai 90-100 70-89 60-69 40-59 0-39
Rata-rata
Kondisi Awal F % 2 11.76 6 35.29 9 59.94 59.67
Siklus I F 7 6 3 -
% 43.75 37.57 18.76 61.49
Siklus II F 6 10 -
% 37.5 62.5 -
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
71.54
Tabel di atas, menunjukkan peningkatan nilai keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri Krembangan pada kondisi awal sebelum diberi tindakan, pada siklus I dan siklus II setelah dikenai tindakan. Dari 17 siswa, pada kondisi awal nilai rata-rata 59.67%. Pada kondisi awal sebanyak 9 siswa atau 59.94% dengan kategori kurang, sebanyak 6 siswa atau 35.29% dengan kategori cukup, dan sebanyak 2 siswa atau 11.76% dengan kategori baik. Pada siklus I rata-rata 61.49%, sebanyak 3 siswa atau 18.76% dengan kategori kurang, sebanyak 6 siswa atau 37.57% dengan kategori cukup, dan sebanyak 7 siswa atau 43.75% dengan kategori baik. Sedangkan, pada siklus II rata-rata 71.54%, sebanyak 10 siswa atau 62.5% dengan kategori baik dan sebanyak 6 siswa 37.5% dengan kategori sangat baik. Berikut ini diagram batang pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II.
65
Rata-rata 75
71.54
70 65 60
61.49
59.67
55 50 Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II rata-rata
Diagram Batang 4. Rata-rata keterampilan berbicara melalui Metode Diskusi Tipe Syndicate Group Unsur keterampilan berbicara pada kondisi awal dalam pembelajaran. Unsur keterampilan berbicara dengan data observasi guru dan peneliti. Adapun data pada kondisi awal adalah sebagai berikut. Tabel 13. Data Peningkatan Unsur Keterampilan Berbicara pada Kondisi Awal
Aspek yang dinilai Pelafalan Intonasi Struktur kalimat Kosa kata Penguasaan topik Kenyaringan suara Kelancaran Sikap berbicara
Kondisi Awal (%) Nilai Peneliti 66,66 66,66 39,21 39,41 66,66 58,82 64,7 88,23
Nilai Guru 66,66 66,66 41,17 40,58 66,66 58,82 64,7 85,88
Rata-rata 66,66 66,66 40,19 39,99 66,66 58,82 64,7 87,05
Tabel di atas, menunjukkan bahwa rata-rata nilai pada kondisi awal dari nilai yang telah dihitung dengan nilai peneliti dan guru yaitu unsur pelafalan 66,66%, intonasi 66,66%, struktur kalimat 40,19%, kosa kata 39,99%, penguasaan topik 66,66%, kenyaringan suara
58,82%, kelancaran 64,7%, dan sikap berbicara
87,05%. Pada kondisi awal ke siklus I unsur-unsur berbicara mengalami
66
peningkatan tetapi ada juga yang tidak meningkat. Berikut ini, diagram batang unsur-unsur berbicara pada kondisi awal.
rata-rata 100 80 60 40 20 0
87.05 66.66
66.66
66.66 40.19
58.82
64.7
39.99
Diagram Batang 5. Unsur-unsur Keterampilan Berbicara pada Kondisi Awal Tabel 14. Data Peningkatan Unsur Keterampilan Berbicara pada Siklus I Aspek yang diamati
Siklus Pertemuan 2 P G R
P
Pertemuan 1 G
R
62,74
66,66
64,7
72,54
74,5
73,52
76,47
76,47
76,47
62,74
62,74
62,74
62,74
62,74
62,74
62,74
62,74
62,74
39,21
35,29
37,25
33,33
35,29
34,31
33,33
33,33
33,33
38,82
40
39,41
36,47
36,47
36,47
43,52
43,52
43,52
5.
Penguasaan topik
62,74
62,74
62,74
64,7
62,74
63,72
64,7
68,62
66,66
6.
Kenyaringan suara
56,86
58,83
57,84
47,05
62,74
54,89
62,74
62,74
62,74
88,23
85,29
86,76
88,23
88,23
88,23
85,29
85,29
85,29
89,41
89,41
89,41
91,76
94,11
92,93
94,11
94,11
99,11
No. 1. 2. 3. 4.
7. 8.
Pelafalan Intonasi Struktur kalimat Kosa kata
Kelancaran Sikap berbicara
P
Pertemuan 3 G R
Keterangan: P = nilai peneliti, G = nilai guru, dan R = rata-rata Tabel di atas, merupakan peningkatan unsur keterampilan berbicara dari siklus I. Unsur pelafalan mengalami peningkatan dari rata-rata 64,7% kemudian
67
menjadi 73,52% pada pertemuan II, kemudian menjadi 76,47% pada pertemuan III. Unsur intonasi tidak mengalami peningkatan atau penurunan pada pertemuan I siklus I rata-rata nilai 62.74%, pada pertemuan II rata-rata 62.74% dan pada pertemuan III rata-rata 62.74%. Unsur struktur kalimat mengalami penurunan dari rata-rata 37.25% pada pertemuan I siklus I. Setelah itu, mengalami penurunan menjadi 34.31% pada pertemuan II dan turun kembali menjadi 33,33% pada pertemuan III. Unsur kosa kata mengalami penurunan dari rata-rata 39.41% pada pertemuan I siklus I menjadi rata-rata 36.47% pada pertemuan II dan mengalami peningkatan menjadi rata-rata 43.52% pada pertemuan III siklus I. Unsur penguasaan topik pada pertemuan I rata-rata sebesar 62.74% dan mengalami peningkatan pada pertemuan II rata-rata menjadi 63.72% dan meningkat kembali rata-rata menjadi 66.66% pada pertemuan III pada siklus I. Unsur kenyaringan suara pada pertemuan I rata-rata sebesar 57,84% kemudian pertemuan II mengalami penurunan rata-rata yaitu 54,89% dan pertemuan III mengalami peningkatan rata-rata menjadi 62,74% pada siklus I. Unsur kelancaran pada pertemuan I rata-rata sebesar 86.76% meningkat pada pertemuan II rata-rata menjadi 88.23% dan mengalami penurunan rata-rata menjadi 85,29% pada pertemuan III siklus I. Unsur sikap berbicara pada pertemuan I rata-rata sebesar 89.41% mengalami peningkatan pada pertemuan II rata-rata menjadi 92,93% dan mengalami peningkatan rata-rata menjadi 94.11% pada pertemuan III siklus I. Berikut ini, tabel rekapitulasi unsur-unsur berbicara pada siklus I.
68
Tabel 15. Data Peningkatan Unsur Keterampilan Berbicara pada Siklus I Aspek yang dinilai Pelafalan Intonasi Struktur kalimat Kosa kata Penguasaan topik Kenyaringan suara Kelancaran Sikap berbicara
Siklus I Per.I (%) 64,7 62,74 37,25 39,41 62,74 57,84 86,76 89,41
Per.II (%) 73,52 62,74 34,31 36,47 63,72 54,89 88,23 92,93
Per.III (%) 76,47 62,74 33,33 43,52 66,66 62,74 85,29 94,11
Rata-rata 71,56 62,74 43,96 39,8 64,37 58,49 86,76 92,15
Tabel di atas, menunjukkan bahwa pada siklus I pertemuan I unsur pelafalan sebesar 64,7%, pertemuan II sebesar 73,52%, dan pertemuan III sebesar 76,47%, sehingga rata-rata pelafalan siklus I sebesar 71,56%. Pada pertemuan I intonasi sebesar 62,74%, pertemuan II sebesar 62,74%, dan pertemuan II sebesar 62,74%, sehingga rata-rata intonasi siklus I sebesar 62,74%. Pada pertemuan I struktur kalimat sebesar 37,25%, pertemuan II sebesar 34,31%, dan pertemuan III sebesar 33,33%, sehingga rata-rata struktur kalimat siklus I sebesar 34,96%. Pertemuan I kosa kata sebesar 39,41%, pertemuan II sebesar 36,47%, dan pertemuan III sebesar 43,52%, sehingga rata-rata kosa kata siklus I 39,8%. Pada pertemuan I penguasaan topik sebesar 62,74%, pertemuan II sebesar 63,72%, dan pertemuan III sebesar 66,66%, sehingga rata-rata penguasaan topik siklus I sebesar 64,37%. Pada pertemuan I kelancaran sebesar 57,84%, pertemuan II sebesar 54,89%, dan pertemuan III sebesar 62,74%, sehingga rata-rata kelancaran siklus I sebesar 58,49%. Pada pertemuan I kenyaringan suara sebesar 86,76%, pertemuan II sebesar 88,23%, dan pertemuan III sebesar 85,29%, sehingga rata-rata kenyaringan suara sebesar 86,76%. Pada pertamuan I sikap berbicara sebesar 89,41%, pertemuan II sebesar 92,93%, dan pertemuan III sebesar 94,11%, sehingga
69
rata-rata sikap berbicara sebesar 92,15%. Berikut ini, diagram batang unsur keterampilan berbicara siklus I.
Diagram Batang 6. Unsur-unsur Keterampilan Berbicara pada Siklus I
Rata-rata
Axis Title
siklus I 71.56
92.15
86.76 64.37
62.74
pelafalan
intonasi
58.49
34.96
39.8
struktur kalimat
kosa kata penguasaan kenyaringan kelancaran sikap topik suara berbicara
Tabel 16. Data Peningkatan Unsur Keterampilan Berbicara pada Siklus I No. 1. 2. 3. 4.
Aspek yang diamati Pelafalan Intonasi Struktur kalimat Kosa kata
Siklus Pertemuan 2 P G R
P
Pertemuan 1 G
R
78,43
78,43
78,43
82,35
82,35
82,35
80,39
100
90,19
62,74
62,74
62,74
66,66
66,66
66,66
70,58
70,58
70,58
39,21
39,21
39,21
49,01
52,94
50,97
68,62
68,62
68,62
49,41
49,41
49,41
53,52
52,35
52,93
58,82
58,82
58,82
P
Pertemuan 3 G R
5.
Penguasaan topik
74,5
74,5
74,5
76,47
78,43
77,45
80,39
80,39
80,39
6.
Kenyaringan suara
62,74
62,74
62,74
68,62
68,62
68,62
68,62
68,62
68,62
94,11
94,11
94,11
100
100
100
94,11
94,11
94,11
94,11
94,11
94,11
100
100
100
94,11
94,11
94,11
7. 8.
Kelancaran Sikap berbicara
Keterangan: P = nilai peneliti G = nilai guru R = rata-rata Tabel di atas, merupakan peningkatan unsur keterampilan berbicara dari siklus I. Unsur pelafalan mengalami peningkatan dari rata-rata 78,43%
70
kemudian menjadi 82,35% pada pertemuan II, kemudian menjadi 90,19% pada pertemuan III. Unsur intonasi peningkatan pada pertemuan I siklus I rata-rata nilai 62.74%, pada pertemuan II mengalami peningkatan rata-rata 66.66% dan pada pertemuan III mengalami peningkatan rata-rata 70.58%. Unsur struktur kalimat mengalami peningkatan dari rata-rata 39.21% pada pertemuan I siklus I. Setelah itu, mengalami peningkatan menjadi 50.97% pada pertemuan II dan mengalami peningkatan kembali menjadi 68,62% pada pertemuan III. Unsur kosa kata mengalami peningkatan dari rata-rata 49.41% pada pertemuan I siklus I menjadi rata-rata 52.93% pada pertemuan II dan mengalami peningkatan menjadi rata-rata 58.82% pada pertemuan III siklus I. Unsur penguasaan topik pada pertemuan I rata-rata sebesar 74.5% dan mengalami peningkatan pada pertemuan II rata-rata menjadi 77.45% dan meningkat kembali rata-rata menjadi 80.39% pada pertemuan III pada siklus I. Unsur kenyaringan suara pada pertemuan I rata-rata sebesar 62,74% kemudian pertemuan II mengalami peningkatan rata-rata yaitu 68,62% dan pertemuan III rata-rata menjadi 68,62% pada siklus I. Unsur kelancaran pada pertemuan I rata-rata sebesar 94.11% meningkat pada pertemuan II rata-rata menjadi 100% dan mengalami penurunan rata-rata menjadi 94,11% pada pertemuan III siklus I. Unsur sikap berbicara pada pertemuan I rata-rata sebesar 94.11% mengalami peningkatan pada pertemuan II rata-rata menjadi 100% dan mengalami peningkatan rata-rata menjadi 94.11% pada pertemuan III siklus I. Berikut ini, tabel rekapitulasi unsur-unsur berbicara pada siklus II.
71
Tabel 17. Data Peningkatan Unsur Keterampilan Berbicara pada Siklus II Aspek yang dinilai Pelafalan Intonasi Struktur kalimat Kosa kata Penguasaan topik Kenyaringan suara Kelancaran Sikap berbicara
Per.I (%) 78.43 62.74 39.41 49.41 74.5 62.74 94.11 94.11
Siklus II Per.II (%) 82.35 66.66 50.97 52.93 77.45 68.62 100 100
Per.III (%) 90.19 70.58 68.62 58.82 80.39 68.62 94.11 94.11
Rata-rata 83.65 66.66 52.93 53.72 77.44 66.66 94.07 94.07
Tabel di atas, menunjukkan bahwa pada siklus II pertemuan I unsur pelafalan sebesar 78,43%, pertemuan II sebesar 82,35%, dan pertemuan III sebesar 90,19%, sehingga rata-rata pelafalan siklus I sebesar 83,65%. Pada pertemuan I intonasi sebesar 62,74%, pertemuan II sebesar 66,66%, dan pertemuan II sebesar 70,58%, sehingga rata-rata intonasi siklus I sebesar 66,66%. Pada pertemuan I struktur kalimat sebesar 39,21%, pertemuan II sebesar 50,97%, dan pertemuan III sebesar 68,62%, sehingga rata-rata struktur kalimat siklus I sebesar 58,93%. Pertemuan I kosa kata sebesar 49,41%, pertemuan II sebesar 52,93%, dan pertemuan III sebesar 58,82%, sehingga rata-rata kosa kata siklus I 53,72%. Pada pertemuan I penguasaan topik sebesar 74,5%, pertemuan II sebesar 77,45%, dan pertemuan III sebesar 80,39%, sehingga rata-rata penguasaan topik siklus I sebesar 77,44%. Pada pertemuan I kelancaran sebesar 62,74%, pertemuan II sebesar 68,62%, dan pertemuan III sebesar 68,62%, sehingga rata-rata kelancaran siklus I sebesar 66,66%. Pada pertemuan I kenyaringan suara sebesar 94,11%, pertemuan II sebesar 100%, dan pertemuan III sebesar 94,11%, sehingga rata-rata kenyaringan suara sebesar 94,07%. Pada pertamuan I sikap berbicara sebesar
72
94,11%, pertemuan II sebesar 100%, dan pertemuan III sebesar 94,11%, sehingga rata-rata sikap berbicara sebesar 94,07%. Berikut ini, diagram batang unsur keterampilan berbicara siklus II.
Rata-rata siklus II 94.07
83.65
77.44
66.66 52.93
pelafalan
intonasi
struktur kalimat
94.07
66.66
53.72
kosa kata penguasaan kenyaringan kelancaran topik suara
sikap berbicara
Diagram Batang 7. Unsur-unsur Keterampilan Berbicara pada Siklus II c. Hasil Observasi Penilaian Sikap Siswa pada Pembelajaran Berbicara Tabel 18. Distribusi Peningkatan Aspek-aspek Keterampilan Berbicara pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
No 1 2 3 4 5
Rentang Nilai
90-100 70-89 56-69 40-55 0-39 Rata-rata
Kondisi Awal F % 4 23.52 10 58.82 3 17.64
Siklus I F 8 9 -
% 47.05 52.94 -
Siklus II F 8 9 -
% 47.05 52.94 -
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa pada kondisi awal ada 3 siswa atau 23.52% dengan kategori sangat kurang, ada 10 siswa atau 58.82% dengan kategori kurang, dan ada 4 siswa atau 23.52% dengan kategori cukup. Pada siklus I mengalami peningkatan yaitu ada 9 siswa atau 52.94% dengan kategori cukup dan ada 8 siswa atau 47.05% dengan kategori baik. Sedangkan, pada
73
siklus II penilaian siswa mengalami peningkatan kembali yaitu ada 9 orang atau 52.94% dengan kategori baik dan ada 8 siswa atau 47.05% dengan kategori sangat baik. Berikut ini diagram batang aspek keterampilan berbicara.
Rata-rata 100
52.94 47.05
58.82 50 17.64
52.94 47.05
23.52
0 kondisi awal sangat kurang
siklus I kurang
siklus II cukup
baik
sangat baik
Diagram Batang 8. Unsur-unsur Keterampilan Berbicara B. Pembahasan 1. Peningkatan Proses Keterampilan Berbicara Pembelajaran pada kondisi awal menunjukkan siswa terlihat kurang antusias, sehingga pembelajaran berbicara pada pelajaran Bahasa Indonesia menjadi kurang menarik. Keterampilan berbicara siswa dalam pelafalan, kosa kata, dan struktur kalimat yang digunakan belum terampil. Selain itu, masih adanya siswa yang terlihat senang berbicara dengan teman dari pada bertanya kepada guru saat tidak paham dalam proses pembelajaran berlangsung. Siklus I merupakan pemberlakuan tindakan awal penelitian dengan menggunakan metode diskusi syndicate group. Penelitian siklus I ini dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Tindakan siklus I ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah diajarkan kompetensi dasar keterampilan berbicara kepada siswa dengan menggunakan metode diskusi syndicate group. Temuan pada siklus I yang harus dilakukan pada siklus II yaitu guru memberikan
74
pengarahan terlebih dahulu baru dibentuk kelompok diskusi, sehingga siswa dapat pahamdan guru membimbing 5 siswa untuk dapat berpartisipasi dalam diskusi untuk menyimpulkan hasil diskusi. Sedangkan, pada siklus II ini telah dilaksanakan tindakan berupa guru memisah siswa yang sering mengganggu teman. 2. Peningkatan Hasil Keterampilan Berbicara Pada kondisi awal nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa 59.67%. Pada siklus I nilai rata-rata 61.46% dengan pertemuan I 59,88%, pertemuan II 61,73%, dan pertemuan III 62,88%. Sedangkan, siklus II rata-rata 71,54% pertemuan I 66,55%, pertemuan II 72,20%, dan pertemuan III 75,88%. C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini masih memiliki keterbatasan penelitian yaitu: a. Siswa kelas V tidak semuanya hadir dalam pembelajaran, pada siklus I ada 3 siswa dan siklus II ada 2 siswa. b. Dalam proses pembelajaran ada 5 siswa yang cukup sulit untuk dikondisikan, meski sudah diarahkan dan diberi pengertian oleh guru.
75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pada proses pembelajaran berbicara menggunakan metode diskusi tipe syndicate group dengan langkah-langkah pelaksanaan yaitu: guru mengemukakan masalah, guru membagi siswa dalam kelompok syndicate group, siswa melakukan diskusi kelompok, setiap kelompok melaporkan hasil diskusi, dan guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi. Peningkatan tersebut terlihat dari siswa dapat bekerja sama melakukan diskusi, bertanggung jawab memberikan gagasan, dan berpartisipasi dalam menyimpulkan hasil diskusi. Pada siklus I siswa kurang bekerjasama dengan teman sekelompok dalam berdiskusi, maka dilanjutkan pada siklus II. Peningkatan keterampilan berbicara siswa rata-rata meningkat dari kondisi awal rata-rata 59.70% dengan kategori kurang. Pada pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 61.46% termasuk kategori cukup. Sedangkan, pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 71,54% termasuk kategori baik. B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. 1. Bagi Guru Guru yang sudah memahami metode diskusi tipe syndicate group dapat berbagi pengetahuan dengan guru lain untuk diterapkan.
76
2. Bagi Kepala Sekolah Kepala Sekolah sebaiknya mensosialisasikan metode diskusi tipe syndicate group untuk memotivasi guru lain agar menerapkan pembelajaran yang menyenangkan. 3. Bagi Peneliti Bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan metode diskusi tipe syndicate group diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut di Sekolah lain.
77
DAFTAR PUSTAKA Ahmad Rofi uddin dan Darmiyati Zuhdi. (1999). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas tinggi. Jakarta: depdikbud. Allen, K.Eileen & Marotz, Lynn R. (2010). Profil perkembangan anak. Penerjemah: Valentino. Jakarta: Indeks. Burhan Nurgiyantoro. (2010). Penilaian pembelajaran bahasa berbasis kompetensi. Yogyakarta: BPFE. Daeng Nurjamal, Warta Sumirat, dan Riadi Darwis. (2011). Penuntun perkuliahan Bahasa Indonesia di perguruan tinggi terampil Berbahasa. Bandung: Alfabeta. Djago Tarigan. (1991). Materi pokok pendidikan Bahasa Indonesia 1. Jakarta: depdikbud. Dwi Siswoyo, dkk. (2011). Ilmu pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Haryadi dan Zamzami. (1996). Peningkatan keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Primary School Teacher Developmen Project). Isjoni. (2007). Pembelajaran visioner. Pekanbaru: Pustaka Belajar. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. (2009). Strategi pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. JJ. Hasibuan dan Moedjiono. (2006). Proses belajar mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Khaerudin Kurniawan. (2012). Bahasa Indonesia keilmuan untuk perguruan tinggi. Bandung: Refika Aditama. Kunandar. (2008). Langkah mudah penelitian tindakan kelas sebagai pengembangan profesi guru. Jakarta: Rajawali Pers. Moedjiono dan Moh Dimyati. (1993). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Depdikbud. Muhammad. (2011). Metode penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar-ruzz media. Mulyani Sumantri dan Johar Permana. (1999). Strategi belajar dan mengajar. Jakarta: Depdikbud. Nana Sudjana. (2002). Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung: Penerbit Sinar Baru Algesindo. Nana Syaodih Sukmadinata. (2010). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
78
Retno Isnaeni. (2011). Upaya peningkatan keterampilan berbicara menggunakan model kooperatif tipe two stay two pada siswa kelas V SD Negeri 1 Panarukan Purbalingga. Laporan Penelitian. FIP UNY. Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan peserta didik. Yogyakarta: UNY Press. Sabarti Akhadiah M.K dkk. (1991). Bahasa Indonesia I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Saleh Abbas. (2006). Pembelajaran Bahasa Indonesia yang efektif di sekolah dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sardjono. (2005). Terapi wicara. Jakarta: Depdikbud. Sri Hastuti. (1993). Buku pegangan kuliah pendidikan Bahasa Indonesia. Yogyakarta: UPP IKIP Yogyakarta. Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2005). Manajemen penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. .(2010). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Suprihadi Saputro, Zainul Abidin, dan I Wayan Sutama. (2000). Strategi pembelajaran. Malang: Depdiknas Universitas Negeri Malang. Suryosubroto. (2002). Proses belajar mengajar di sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. (2013). Strategi belajar mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama. (2010). Mengenal penelitian tindakan kelas. Jakarta: PT Indeks. Wina Sanjaya. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Yosal Iriantara dan Usep Syaripudin. (2013). Komunikasi pendidikan. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Yunus Abidin. (2012). Pembelajaran bahasa berbasis pendidikan karakter. Bandung: PT Refika Aditama.
79
LAMPIRAN
80
Lampiran 1 JADWAL KEGIATAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI DISKUSI TIPE SYNDICATE GROUP KELAS V SD N KREMBANGAN PANJATAN KULON PROGO No Hari Pertemuan Siklus I 1. Rabu, 07 Oktober 2015 2. Senin, 12 Oktober 2015 3. Sabtu, 17 Oktober 2015 Siklus II 1. Senin, 19 Oktober 2015 2. Jumat, 23 Oktober 2015 3. Sabtu, 24 Oktober 2015
81
Waktu 07.30-08.40 WIB 09.40-10.50 WIB 07.00-08.10 WIB 09.40-10.50 WIB 07.30-08.40 WIB 09.40-10.50 WIB
Lampiran 2 Kisi-kisi Penilaian Keterampilan Berbicara No a.
Aspek yang Diamati Bobot Kebahasaan 1. Pelafalan 15 2. Intonasi 15 3. Struktur kalimat 15 4. Kosa kata 10 b. Non Kebahasaan 1. Penguasaan topik 15 2. Kenyaringan suara 15 3. Kelancaran 10 4. Sikap berbicara 5 100 Jumlah Skor (Modifikasi Sabarti Akhaidah, Sri Hastuti, dan Ahmad Rofiudin)
82
Lampiran 3 Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa No Aspek yang Diamati a. Kebahasaan 1. Pelafalan
2. Intonasi
3. Struktur kalimat
4. Kosakata b.
Rubrik
Skor
Pelafalan sangat jelas dalam berbicara. Pelafalan jelas dalam berbicara. Pelafalan kurang jelas dalam berbicara. Intonasi sangat tepat dalam berbicara. Intonasi tepat dalam berbicara. Intonasi kurang tepat dalam berbicara. Struktur kalimat sangat tepat dalam berbicara. Struktur kalimat tepat dalam berbicara. Struktur kalimat kurang tepat dalam berbicara. Kosakata sangat tepat dalam berbicara Kosakata tepat dalam berbicara Kosakata kurang tepat dalam berbicara
15 10 5 15 5 2 15 10 5 10 5 3
Nonkebahasaan
Penguasaan topik sangat tepat disampaikan. 5. Penguasaan topik Penguasaan topik tepat disampaikan. Penguasaan topik kurang tepat disampaikan. Kenyaringan suara dalam berbicara sangat jelas. 6. Kenyaringan suara Kenyaringan suara dalam berbicara jelas. Kenyaringan suara dalam berbicara kurang jelas. Kelancaran sangat tepat dalam berbicara. 7. Kelancaran Kelancaran tepat dalam berbicara. Kelancaran kurang tepat dalam berbicara. Sikap berbicara sangat tepat. 8. Sikap berbicara Sikap berbicara tepat. Sikap berbicara kurang tepat. (Modifikasi Sabarti Akhaidah, Sri Hastuti, dan Ahmad Rofiudin)
83
15 10 5 15 10 5 10 5 3 5 3 2
Lampiran 4 Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan pada Kondisi Awal No
Kode Nama
Aspek yang Dinilai Skor Total Kebahasaan Non Kebahasaan 1 2 3 4 5 6 7 8 1. AEF 10 10 5 5 10 10 5 5 60 2. TR 10 10 5 3 10 5 5 5 53 3. MABU 10 10 5 3 10 5 5 5 53 4. FAR 10 10 5 3 10 5 5 5 53 5. NN 10 10 5 5 10 10 5 3 58 6. RH 10 10 10 5 10 10 5 5 65 7. DAY 10 10 5 3 10 10 5 3 56 8. RAR 10 10 5 3 10 5 5 5 53 9. YS 10 10 10 5 10 10 10 5 70 10. SNW 10 10 5 5 10 10 10 3 63 11. NFM 10 10 5 5 10 10 5 3 58 12. NF 10 10 5 3 10 10 5 3 56 13. FZ 10 10 5 3 10 10 5 5 58 14. IA 10 10 5 5 10 10 10 5 65 15. AF 10 10 5 3 10 10 5 5 58 16. MZ 10 10 5 3 10 10 10 5 63 17. SAR 10 10 10 5 10 10 10 5 70 Jumlah skor 170 170 100 67 170 150 110 75 1012 Persen (%) 66,66 66,66 39,21 39,41 66,66 58,82 64,7 88,23 59,52 Rata-rata 53 Nilai Terendah 70 Nilai Tertinggi Keterangan: Aspek 1 = Pelafalan Aspek 5= Penguasaan topik Aspek 2= Intonasi Aspek 6= Kenyaringan suara Aspek 3= Struktur kalimat Aspek 7= Kelancaran Aspek 4= Kosa kata Aspek 8=Sikap berbicara Krembangan, 05 Oktober 2015 Mengetahui, Peneliti
Asih Kurniawati NIM 11108244095
84
Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan pada Kondisi Awal No
Kode Nama
Aspek yang Dinilai Skor Total Kebahasaan Nonkebahasaan 1 2 3 4 5 6 7 8 1. AEF 10 10 5 5 10 10 5 5 60 2. TR 10 10 5 3 10 5 5 5 53 3. MABU 10 10 5 3 10 5 5 5 53 4. FAR 10 10 5 3 10 5 5 5 53 5. NN 10 10 5 5 10 10 5 3 58 6. RH 10 10 10 5 10 10 5 5 65 7. DAY 10 10 5 3 10 10 5 3 56 8. RAR 10 10 5 3 10 5 5 5 53 9. YS 10 10 10 5 10 10 10 5 70 10. SNW 10 10 10 3 10 10 5 3 61 11. NFM 10 10 5 5 10 10 5 3 58 12. NF 10 10 5 5 10 10 5 3 58 13. FZ 10 10 5 5 10 10 5 3 58 14. IA 10 10 5 5 10 10 10 5 65 15. AF 10 10 5 3 10 10 10 5 63 16. MZ 10 10 5 3 10 10 10 5 63 17. SAR 10 10 10 5 10 10 10 5 70 Jumlah skor 170 170 110 69 170 150 110 69 1017 Persen (%) 66,66 66,66 41,17 40,58 66,66 58,82 64,7 85,88 59,82 Rata-rata 53 Nilai Terendah 70 Nilai Tertinggi Keterangan: Aspek 1 = Pelafalan Aspek 5= Penguasaan topik Aspek 2= Intonasi Aspek 6= Kenyaringan suara Aspek 3= Struktur kalimat Aspek 7= Kelancaran Aspek 4= Kosa kata Aspek 8=Sikap berbicara Krembangan, 05 Oktober 2015 Mengetahui, Guru Kelas V
Dra. Kasiyem, S.Pd. NIP 19670420 200801 2 009
85
Lampiran 5 Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan pada Siklus 1 Pertemuan 1 No
Kode Nama
Aspek yang Dinilai Skor Total Kebahasaan Nonkebahasaan 1 2 3 4 5 6 7 8 1. AEF 10 10 5 5 10 10 10 5 65 2. TR 10 10 5 3 10 10 10 3 61 3. MABU 10 10 5 3 10 5 5 5 53 4. FAR 10 10 5 3 10 5 5 5 53 5. NN 10 10 5 5 10 10 10 5 65 6. RH 0 7. DAY 10 10 5 5 10 10 10 5 65 8. RAR 10 10 5 5 10 5 10 3 58 9. YS 10 10 10 5 10 10 10 5 70 10. SNW 10 10 10 5 10 10 10 5 70 11. NFM 10 10 5 3 10 10 10 5 63 12. NF 10 10 5 3 10 10 10 5 63 13. FZ 10 10 5 3 10 10 10 5 63 14. IA 10 10 10 5 10 10 10 5 70 15. AF 10 10 5 5 10 10 10 5 65 16. MZ 10 10 5 3 10 10 10 5 63 17. SAR 10 10 10 5 10 10 10 5 70 Jumlah skor 160 160 100 66 160 145 150 76 1017 Persen (%) 62,74 62,74 39,21 38,82 62,74 56,86 88,23 89,41 59,82 Rata-rata 53 Nilai Terendah 70 Nilai Tertinggi Keterangan: Aspek 1 = Pelafalan Aspek 5= Penguasaan topik Aspek 2= Intonasi Aspek 6= Kenyaringan suara Aspek 3= Struktur kalimat Aspek 7= Kelancaran Aspek 4= Kosa kata Aspek 8= Sikap berbicara Krembangan, 07 Oktober 2015 Mengetahui, Peneliti
Asih Kurniawati NIM 11108244095
86
Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan pada Siklus 1 Pertemuan 1 No
Kode Nama
Aspek yang Dinilai Skor Total Kebahasaan Nonkebahasaan 1 2 3 4 5 6 7 8 1. AEF 15 10 5 5 10 10 10 5 70 2. TR 10 10 5 3 10 10 10 3 61 3. MABU 10 10 5 3 10 5 5 5 53 4. FAR 10 10 5 3 10 5 5 5 53 5. NN 10 10 5 5 10 10 10 5 65 6. RH 0 7. DAY 10 10 5 5 10 10 10 5 65 8. RAR 10 10 5 3 10 10 5 3 56 9. YS 15 10 5 5 10 10 10 5 70 10. SNW 10 10 10 5 10 10 10 5 70 11. NFM 10 10 5 3 10 10 10 5 63 12. NF 10 10 5 5 10 10 10 5 65 13. FZ 10 10 5 5 10 10 10 5 65 14. IA 10 10 5 5 10 10 10 5 65 15. AF 10 10 5 5 10 10 10 5 65 16. MZ 10 10 5 3 10 10 10 5 63 17. SAR 10 10 10 5 10 10 10 5 70 Jumlah skor 170 160 90 68 160 150 145 76 1019 Persen (%) 66,66 62,74 35,29 40 62,74 58,82 85,29 89,41 59,94 Rata-rata 53 Nilai Terendah 70 Nilai Tertinggi Keterangan: Aspek 1 = Pelafalan Aspek 5= Penguasaan topik Aspek 2= Intonasi Aspek 6= Kenyaringan suara Aspek 3= Struktur kalimat Aspek 7= Kelancaran Aspek 4= Kosa kata Aspek 8= Sikap berbicara Krembangan, 07 Oktober 2015 Mengetahui, Guru Kelas V
Dra. Kasiyem, S.Pd. NIP 19670420 200801 2 009
87
Lampiran 6 Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan pada Siklus 1 Pertemuan 2 No
Kode Nama
Aspek yang Dinilai Skor Total Kebahasaan Nonkebahasaan 1 2 3 4 5 6 7 8 1. AEF 10 10 5 3 10 10 10 5 63 2. TR 10 10 5 3 10 10 10 5 63 3. MABU 10 10 5 3 10 10 5 5 58 4. FAR 10 10 5 3 10 10 5 5 58 5. NN 15 10 5 5 10 10 10 5 70 6. RH 10 10 5 5 10 10 10 5 65 7. DAY 10 10 5 3 10 10 10 5 63 8. RAR 0 9. YS 15 10 5 5 15 10 10 5 75 10. SNW 15 10 5 5 10 10 10 5 70 11. NFM 10 10 5 3 10 10 10 5 63 12. NF 10 10 5 3 10 10 10 5 63 13. FZ 10 10 5 3 10 10 10 5 63 14. IA 15 10 5 5 10 10 10 5 70 15. AF 10 10 5 5 10 10 10 5 65 16. MZ 10 10 5 3 10 10 10 5 63 17. SAR 15 10 10 5 10 10 10 5 75 Jumlah skor 185 160 85 62 165 160 150 80 1047 Persen (%) 72,54 62,74 33,33 36,47 64,7 47,05 88,23 91,76 61,58 Rata-rata 58 Nilai Terendah 75 Nilai Tertinggi Keterangan: Aspek 1 = Pelafalan Aspek 5= Penguasaan topik Aspek 2= Intonasi Aspek 6= Kenyaringan suara Aspek 3= Struktur kalimat Aspek 7= Kelancaran Aspek 4= Kosa kata Aspek 8= Sikap berbicara Krembangan, 12 Oktober 2015 Mengetahui, Peneliti
Asih Kurniawati NIM 11108244095
88
Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan pada Siklus 1 Pertemuan 2 No
Kode Nama
1. AEF 2. TR 3. MABU 4. FAR 5. NN 6. RH 7. DAY 8. RAR 9. YS 10. SNW 11. NFM 12. NF 13. FZ 14. IA 15. AF 16. MZ 17. SAR Jumlah skor Persen (%)
1 15 10 10 10 15 10 10 15 15 10 10 10 15 10 10 15 190 74,5
Aspek yang Dinilai Skor Total Kebahasaan Nonkebahasaan 2 3 4 5 6 7 8 10 5 5 10 10 10 5 70 10 5 3 10 10 10 5 63 10 5 3 10 10 5 5 58 10 5 3 10 10 5 5 58 10 5 5 10 10 10 5 70 10 5 5 10 10 10 5 65 10 5 3 10 10 10 5 63 0 10 10 5 10 10 10 5 75 10 5 5 10 10 10 5 70 10 5 3 10 10 10 5 63 10 5 3 10 10 10 5 63 10 5 3 10 10 10 5 63 10 5 5 10 10 10 5 70 10 5 3 10 10 10 5 63 10 5 3 10 10 10 5 63 10 10 5 10 10 10 5 75 160 90 62 160 160 150 80 1052 62,74 35,29 36,47 62,74 62,74 88,23 94,11 61,88 Rata-rata 58 Nilai Terendah 75 Nilai Tertinggi
Keterangan: Aspek 1 = Pelafalan Aspek 2= Intonasi Aspek 3= Struktur kalimat Aspek 4= Kosa kata
Aspek 5= Penguasaan topik Aspek 6= Kenyaringan suara Aspek 7= Kelancaran Aspek 8= Sikap berbicara Krembangan, 12 Oktober 2015 Mengetahui, Guru Kelas V
Dra. Kasiyem, S.Pd. NIP 19670420 200801 2 009
89
Lampiran 7 Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan pada Siklus 1 Pertemuan 3 No
Kode Nama
Aspek yang Dinilai Skor Total Kebahasaan Nonkebahasaan 1 2 3 4 5 6 7 8 1. AEF 15 10 5 5 10 10 10 5 70 2. TR 10 10 5 5 10 10 10 5 65 3. MABU 10 10 5 3 10 10 5 5 58 4. FAR 10 10 5 3 10 10 5 5 58 5. NN 10 10 5 5 10 10 10 5 65 6. RH 15 10 5 5 10 10 10 5 70 7. DAY 10 10 5 5 10 10 10 5 65 8. RAR 10 10 5 3 10 10 5 5 58 9. YS 15 10 10 5 10 10 10 5 75 10. SNW 0 11. NFM 15 10 5 5 10 10 10 5 70 12. NF 10 10 5 5 10 10 10 5 65 13. FZ 15 10 5 5 10 10 10 5 70 14. IA 15 10 5 5 10 10 10 5 70 15. AF 10 10 5 5 10 10 10 5 65 16. MZ 10 10 5 5 10 10 10 5 65 17. SAR 15 10 5 5 15 10 10 5 75 Jumlah skor 195 160 85 74 165 160 145 80 1064 Persen (%) 76,47 62,74 33,33 43,52 64,7 62,74 85,29 94,11 62,58 Rata-rata 58 Nilai Terendah 75 Nilai Tertinggi Keterangan: Aspek 1 = Pelafalan Aspek 5= Penguasaan topik Aspek 2= Intonasi Aspek 6= Kenyaringan suara Aspek 3= Struktur kalimat Aspek 7= Kelancaran Aspek 4= Kosa kata Aspek 8= Sikap berbicara Krembangan, 17 Oktober 2015 Mengetahui, Peneliti
Asih Kurniawati NIM 11108244095
90
Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan pada Siklus 1 Pertemuan 3 No
Kode Nama
Aspek yang Dinilai Skor Total Kebahasaan Nonkebahasaan 1 2 3 4 5 6 7 8 1. AEF 15 10 5 5 10 10 10 5 70 2. TR 10 10 5 5 10 10 10 5 65 3. MABU 10 10 5 3 10 10 5 5 58 4. FAR 10 10 5 3 10 10 5 5 58 5. NN 15 10 5 5 10 10 10 5 70 6. RH 10 10 5 5 15 10 10 5 70 7. DAY 10 10 5 5 10 10 10 5 65 8. RAR 10 10 5 3 10 10 5 5 58 9. YS 15 10 10 5 10 10 10 5 75 10. SNW 0 11. NFM 15 10 5 5 10 10 10 5 70 12. NF 10 10 5 5 10 10 10 5 65 13. FZ 15 10 5 5 10 10 10 5 70 14. IA 15 10 5 5 15 10 10 5 75 15. AF 10 10 5 5 10 10 10 5 65 16. MZ 10 10 5 5 10 10 10 5 65 17. SAR 15 10 5 5 15 10 10 5 75 Jumlah skor 195 160 85 74 175 160 145 80 1074 Persen (%) 76,47 62,74 33,33 43,52 68,62 62,74 85,29 94,11 63,17 Rata-rata 58 Nilai Terendah 75 Nilai Tertinggi Keterangan: Aspek 1 = Pelafalan Aspek 5= Penguasaan topik Aspek 2= Intonasi Aspek 6= Kenyaringan suara Aspek 3= Struktur kalimat Aspek 7= Kelancaran Aspek 4= Kosa kata Aspek 8= Sikap berbicara Krembangan, 17 Oktober 2015 Mengetahui, Guru Kelas V
Dra. Kasiyem, S.Pd. NIP 19670420 200801 2 009
91
Lampiran 8 Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan pada Siklus 2 Pertemuan 1 No
Kode Nama
Aspek yang Dinilai Skor Total Kebahasaan Nonkebahasaan 1 2 3 4 5 6 7 8 1. AEF 15 10 5 5 15 10 10 5 75 2. TR 15 10 5 5 10 10 10 5 70 3. MABU 10 10 5 3 10 10 10 5 63 4. FAR 10 10 5 3 10 10 10 5 63 5. NN 0 6. RH 15 10 10 5 15 10 10 5 80 7. DAY 10 10 5 5 10 10 10 5 65 8. RAR 10 10 5 3 10 10 10 5 63 9. YS 15 10 10 5 15 10 10 5 80 10. SNW 10 10 10 5 10 10 10 5 70 11. NFM 10 10 5 5 10 10 10 5 65 12. NF 10 10 5 5 15 10 10 5 70 13. FZ 15 10 5 5 10 10 10 5 70 14. IA 15 10 5 10 15 10 10 5 80 15. AF 15 10 5 5 10 10 10 5 70 16. MZ 15 10 5 5 10 10 10 5 70 17. SAR 10 10 10 10 15 10 10 5 80 Jumlah skor 200 160 100 84 190 160 160 80 1134 Persen (%) 78,43 62,74 39,21 49,41 74,5 62,74 94,11 94,11 66,7 Rata-rata 63 Nilai Terendah 80 Nilai Tertinggi Keterangan: Aspek 1 = Pelafalan Aspek 5= Penguasaan topik Aspek 2= Intonasi Aspek 6= Kenyaringan suara Aspek 3= Struktur kalimat Aspek 7= Kelancaran Aspek 4= Kosa kata Aspek 8= Sikap berbicara
Krembangan, 19 Oktober 2015 Mengetahui, Peneliti
Asih Kurniawati NIM 11108244095
92
Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan pada Siklus 2 Pertemuan 1 No
Kode Nama
Aspek yang Dinilai Skor Total Kebahasaan Nonkebahasaan 1 2 3 4 5 6 7 8 1. AEF 15 10 5 5 10 10 10 5 70 2. TR 15 10 5 5 10 10 10 5 70 3. MABU 10 10 5 3 10 10 10 5 63 4. FAR 10 10 5 3 10 10 10 5 63 5. NN 0 6. RH 15 10 10 5 15 10 10 5 80 7. DAY 10 10 5 5 10 10 10 5 65 8. RAR 10 10 5 3 10 10 10 5 63 9. YS 15 10 10 5 15 10 10 5 80 10. SNW 10 10 10 5 10 10 10 5 70 11. NFM 10 10 5 5 10 10 10 5 65 12. NF 10 10 5 5 15 10 10 5 70 13. FZ 15 10 5 5 10 10 10 5 70 14. IA 15 10 5 10 15 10 10 5 80 15. AF 15 10 5 5 10 10 10 5 70 16. MZ 15 10 5 5 10 10 10 5 70 17. SAR 10 10 10 10 15 10 10 5 80 Jumlah skor 200 160 100 84 185 160 160 80 1129 Persen (%) 78,43 62,74 39,21 49,41 74,5 62,74 94,11 94,11 66,7 Rata-rata 63 Nilai Terendah 80 Nilai Tertinggi Keterangan: Aspek 1 = Pelafalan Aspek 5= Penguasaan topik Aspek 2= Intonasi Aspek 6= Kenyaringan suara Aspek 3= Struktur kalimat Aspek 7= Kelancaran Aspek 4= Kosa kata Aspek 8= Sikap berbicara
Krembangan, 19 Oktober 2015 Mengetahui, Guru Kelas V
Dra. Kasiyem, S.Pd. NIP 19670420 200801 2 009
93
Lampiran 9 Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan pada Siklus 2 Pertemuan 2 No
Kode Nama
1. AEF 2. TR 3. MABU 4. FAR 5. NN 6. RH 7. DAY 8. RAR 9. YS 10. SNW 11. NFM 12. NF 13. FZ 14. IA 15. AF 16. MZ 17. SAR Jumlah skor Persen (%)
Aspek yang Dinilai Skor Total Kebahasaan Nonkebahasaan 1 2 3 4 5 6 7 8 15 10 10 5 10 10 10 5 75 15 10 5 5 10 10 10 5 70 10 10 5 3 10 10 10 5 63 10 10 5 3 10 10 10 5 63 15 10 5 5 15 10 10 5 75 10 10 15 10 10 10 10 5 80 15 10 10 5 10 10 10 5 75 10 10 5 5 10 10 10 5 65 15 10 10 5 10 15 10 5 80 10 10 10 5 10 10 10 5 70 10 10 5 5 10 10 10 5 65 15 10 5 10 15 10 10 5 80 15 10 5 5 10 10 10 5 70 15 10 10 5 15 10 10 5 80 10 10 5 5 10 10 10 5 65 10 10 5 5 15 10 10 5 70 10 10 10 5 15 10 10 5 75 210 170 125 91 195 175 170 85 1221 82,35 66,66 49,01 53,52 76,47 68,62 100 100 71,82 Rata-rata 63 Nilai Terendah 80 Nilai Tertinggi
Keterangan: Aspek 1 = Pelafalan Aspek 2= Intonasi Aspek 3= Struktur kalimat Aspek 4= Kosa kata
Aspek 5= Penguasaan topik Aspek 6= Kenyaringan suara Aspek 7= Kelancaran Aspek 8= Sikap berbicara Krembangan, 23 Oktober 2015 Mengetahui, Peneliti
Asih Kurniawati NIM 11108244095
94
Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan pada Siklus 2 Pertemuan 2 No
Kode Nama
1. AEF 2. TR 3. MABU 4. FAR 5. NN 6. RH 7. DAY 8. RAR 9. YS 10. SNW 11. NFM 12. NF 13. FZ 14. IA 15. AF 16. MZ 17. SAR Jumlah skor Persen (%)
Aspek yang Dinilai Skor Total Kebahasaan Nonkebahasaan 1 2 3 4 5 6 7 8 15 10 10 5 10 10 10 5 75 15 10 5 5 10 10 10 5 70 10 10 5 3 10 10 10 5 63 10 10 5 3 10 10 10 5 63 15 10 10 5 15 10 10 5 80 10 10 15 10 10 10 10 5 80 15 10 10 5 10 10 10 5 75 10 10 5 3 10 10 10 5 63 15 10 10 5 10 15 10 5 80 10 10 10 5 15 10 10 5 75 10 10 10 5 10 10 10 5 70 15 10 5 10 15 10 10 5 80 15 10 5 5 10 10 10 5 70 15 10 10 5 15 10 10 5 80 10 10 5 5 10 10 10 5 65 10 10 5 5 15 10 10 5 70 10 10 10 5 15 10 10 5 75 210 170 135 89 200 175 170 85 1234 82,35 66,66 52,94 52,35 78,43 68,62 100 100 72,58 Rata-rata 63 Nilai Terendah 80 Nilai Tertinggi
Keterangan: Aspek 1 = Pelafalan Aspek 2= Intonasi Aspek 3= Struktur kalimat Aspek 4= Kosa kata
Aspek 5= Penguasaan topik Aspek 6= Kenyaringan suara Aspek 7= Kelancaran Aspek 8= Sikap berbicara Krembangan, 23 Oktober 2015 Mengetahui, Guru Kelas V
Dra. Kasiyem, S.Pd. NIP 19670420 200801 2 009
95
Lampiran 10 Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan pada Siklus 2 Pertemuan 3 No
Kode Nama
Aspek yang Dinilai Skor Total Kebahasaan Nonkebahasaan 1 2 3 4 5 6 7 8 1. AEF 15 10 10 5 10 15 10 5 80 2. TR 10 10 10 5 10 10 10 5 70 3. MABU 10 10 10 5 15 10 10 5 75 4. FAR 10 10 10 5 10 10 10 5 70 5. NN 0 6. RH 15 10 15 5 15 15 10 5 90 7. DAY 15 10 10 5 10 10 10 5 75 8. RAR 10 10 10 5 10 10 10 5 70 9. YS 15 10 10 10 15 15 10 5 90 10. SNW 15 15 15 5 15 10 10 5 90 11. NFM 10 10 10 5 15 10 10 5 75 12. NF 10 10 10 5 15 10 10 5 75 13. FZ 10 15 10 5 10 10 10 5 75 14. IA 15 15 10 10 15 10 10 5 90 15. AF 15 10 10 5 10 10 10 5 75 16. MZ 15 15 10 10 15 10 10 5 90 17. SAR 15 10 15 10 15 10 10 5 90 Jumlah skor 205 180 175 100 205 175 160 80 1280 Persen (%) 80,39 70,58 68,62 58,82 80,39 68,62 94,11 94,11 75,29 Rata-rata 70 Nilai Terendah 90 Nilai Tertinggi Keterangan: Aspek 1 = Pelafalan Aspek 5= Penguasaan topik Aspek 2= Intonasi Aspek 6= Kenyaringan suara Aspek 3= Struktur kalimat Aspek 7= Kelancaran Aspek 4= Kosa kata Aspek 8= Sikap berbicara
Krembangan, 23 Oktober 2015 Mengetahui, Peneliti
Asih Kurniawati NIM 11108244095
96
Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan pada Siklus 2 Pertemuan 3 No
Kode Nama
Aspek yang Dinilai Skor Total Kebahasaan Nonkebahasaan 1 2 3 4 5 6 7 8 1. AEF 15 10 10 5 10 15 10 5 80 2. TR 10 10 10 5 10 10 10 5 70 3. MABU 10 10 10 5 15 10 10 5 75 4. FAR 10 10 10 5 10 10 10 5 70 5. NN 0 6. RH 15 10 15 5 15 15 10 5 90 7. DAY 15 10 10 5 10 10 10 5 75 8. RAR 15 10 10 5 10 10 10 5 75 9. YS 15 10 10 10 15 15 10 5 90 10. SNW 15 15 15 5 15 10 10 5 90 11. NFM 15 10 10 5 15 10 10 5 80 12. NF 15 10 10 5 15 10 10 5 80 13. FZ 15 15 10 5 10 10 10 5 80 14. IA 15 15 10 10 15 10 10 5 90 15. AF 15 10 10 5 10 10 10 5 75 16. MZ 15 15 10 10 15 10 10 5 90 17. SAR 15 10 15 10 15 10 10 5 90 Jumlah skor 225 180 175 100 205 175 160 80 1300 Persen (%) 100 70,58 68,62 58,82 80,39 68,62 94,11 94,11 76,47 Rata-rata 70 Nilai Terendah 90 Nilai Tertinggi Keterangan: Aspek 1 = Pelafalan Aspek 5= Penguasaan topik Aspek 2= Intonasi Aspek 6= Kenyaringan suara Aspek 3= Struktur kalimat Aspek 7= Kelancaran Aspek 4= Kosa kata Aspek 8= Sikap berbicara
Krembangan, 24 Oktober 2015 Mengetahui, Guru Kelas V
Dra. Kasiyem, S.Pd. NIP 19670420 200801 2 009
97
Lampiran 11 Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan
98
99
Lampiran 12 Hasil Penilaian Siswa pada Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara melalui Diskusi Tipe Syndicate Group Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan Pada Kondisi Awal Performan
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Nama Siswa AEF TR MABU FAR NN RH DAY RAR YS SNW NFM NF FZ IA AF MZ SAR Jumlah Presentase
Kerja sama 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 60
Jumlah Skor Partisipasi Tanggung jawab 1 1 1 1 1 3 1 1 3 1 1 1 1 1 1 3 3 25 29.41
3 3 3 1 3 3 3 1 3 3 3 3 1 3 3 3 3 45 52.94
7 7 7 5 7 9 7 5 9 7 7 7 5 7 7 9 9 121 7.11
Krembangan, 05 Oktober 2015 Mengetahui, Guru Kelas V
Dra. Kasiyem, S.Pd. NIP 19670420 200801 2 009
100
Nilai 4.7 4.7 4.7 3.4 4.7 6 4.7 3.4 6 4.7 4.7 4.7 3.4 4.7 4.7 6 6
Lampiran 13 Hasil Penilaian Siswa pada Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara melalui Diskusi Tipe Syndicate Group Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan Pada Siklus I Pertemuan I Performan
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Nama Siswa AEF TR MABU FAR NN RH DAY RAR YS SNW NFM NF FZ IA AF MZ SAR Jumlah Persentase
Kerja sama 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 60
Jumlah Skor Partisipasi Tanggung jawab 3 3 1 1 1 3 1 1 3 1 1 1 1 1 1 3 3 29 34,11
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 60
9 9 7 7 7 9 7 7 9 7 7 7 7 7 7 9 9 131 7.70
Krembangan, 07 Oktober 2015 Mengetahui, Guru Kelas V
Dra. Kasiyem, S.Pd. NIP 19670420 200801 2 009
101
Nilai 6 6 4.7 4.7 4.7 6 4.7 4.7 6 4.7 4.7 4.7 4.7 4.7 4.7 6 6
Lampiran 14 Hasil Penilaian Siswa pada Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara melalui Diskusi Tipe Syndicate Group Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan Pada Siklus I Pertemuan II Performan
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Nama Siswa AEF TR MABU FAR NN RH DAY RAR YS SNW NFM NF FZ IA AF MZ SAR Jumlah Persentase
Kerja sama 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 60
Jumlah Skor Partisipasi Tanggung jawab 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 60
5 5 5 5 5 3 3 3 5 3 3 3 3 5 3 3 5 67 78.82
11 11 11 11 11 9 9 9 11 9 9 9 9 11 9 9 11 169 9.94
Krembangan, 12 Oktober 2015 Mengetahui, Guru Kelas V
Dra. Kasiyem, S.Pd. NIP 19670420 200801 2 009
102
Nilai 7.4 7.4 7.4 7.4 7.4 6 6 6 7.4 6 6 6 6 7.4 6 6 7.4
Lampiran 15 Hasil Penilaian Siswa pada Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara melalui Diskusi Tipe Syndicate Group Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan Pada Siklus I Pertemuan III Performan
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Nama Siswa AEF TR MABU FAR NN RH DAY RAR YS SNW NFM NF FZ IA AF MZ SAR Jumlah Persentase
Kerja sama 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 60
Jumlah Skor Partisipasi Tanggung jawab 5 3 3 3 5 3 5 3 5 3 3 5 5 5 3 5 5 69 81.17
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 60
11 9 9 9 11 9 11 9 11 9 9 11 11 11 9 11 11 171 10.05
Krembangan, 17 Oktober 2015 Mengetahui, Guru Kelas V
Dra. Kasiyem, S.Pd. NIP 19670420 200801 2 009
103
Nilai 7.4 6 6 6 7.4 6 7.4 6 7.4 6 6 7.4 7.4 7.4 6 7.4 7.4
Lampiran 16 Hasil Penilaian Siswa pada Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara melalui Diskusi Tipe Syndicate Group Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan Pada Siklus II Pertemuan I Performan
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Nama Siswa AEF TR MABU FAR NN RH DAY RAR YS SNW NFM NF FZ IA AF MZ SAR Jumlah Persentase
Kerja sama 5 5 5 3 5 3 5 3 5 5 5 5 5 3 5 5 5 77 90.58
Jumlah Skor Partisipasi Tanggung jawab 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 3 3 5 57 67.05
3 3 3 5 3 5 3 5 5 3 3 3 5 5 3 5 3 65 76.47
13 11 11 11 11 11 11 11 13 11 11 11 13 13 11 13 13 199 11.70
Krembangan, 19 Oktober 2015 Mengetahui, Guru Kelas V
Dra. Kasiyem, S.Pd. NIP 19670420 200801 2 009
104
Nilai 8.7 7.4 7.4 7.4 7.4 7.4 7.4 7.4 8.7 7.4 7.4 7.4 8.7 8.7 7.4 8.7 8.7
Lampiran 17 Hasil Penilaian Siswa pada Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara melalui Diskusi Tipe Syndicate Group Siswa Kelas V SD Negeri Krembangan Pada Siklus II Pertemuan II Performan
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Nama Siswa AEF TR MABU FAR NN RH DAY RAR YS SNW NFM NF FZ IA AF MZ SAR Jumlah Persentase
Kerja sama 5 5 3 3 5 5 5 5 5 5 3 3 5 5 5 5 5 77 90.58
Jumlah Skor Partisipasi Tanggung jawab 5 3 3 3 3 3 3 3 5 3 3 3 3 5 3 5 5 56 65.88
5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 83 97.64
15 13 11 11 13 13 13 11 15 13 11 11 13 15 13 15 15 211 13
Krembangan, 23 Oktober 2015 Mengetahui, Guru Kelas V
Dra. Kasiyem, S.Pd. NIP 19670420 200801 2 009
105
Nilai 10 8.7 7.4 7.4 8.7 8.7 8.7 7.4 10 8.7 7.4 7.4 8.7 10 8.7 10 10
Lampiran 18 Hasil Penilaian Siswa pada Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara melalui Diskusi Tipe Syndicate GroupSiswa Kelas V SD Negeri Krembangan Pada Siklus II pertemuan III Performan
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Nama Siswa AEF TR MABU FAR NN RH DAY RAR YS SNW NFM NF FZ IA AF MZ SAR Jumlah Persentase
Kerja sama 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 3 5 5 79 92,94
Jumlah Skor Partisipasi Tanggung jawab 5 5 5 3 5 5 3 3 5 3 3 3 5 5 5 5 5 73 85.88
5 3 5 5 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 79 92,94
15 13 13 13 13 13 13 13 15 13 13 13 13 15 13 15 15 216 12.70
Krembangan, 24 Oktober 2015 Mengetahui, Guru Kelas V
Dra. Kasiyem, S.Pd. NIP 19670420 200801 2 009
106
Nilai 10 8.7 8.7 8.7 8.7 8.7 8.7 8.7 10 8.7 8.7 8.7 8.7 10 8.7 10 10
Lampiran 19 RPP Siklus I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan pendidikan Kelas / semester Mata pelajaran Tema Alokasi waktu
: SD Negeri Krembangan : V/ 1 : Bahasa Indonesia : Peristiwa Alam : 3 pertemuan (6 x 35 menit)
A. STANDAR KOMPETENSI BAHASA INDONESIA Mengungkapkan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama. B. KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA Mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang memerhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. C. INDIKATOR BAHASA INDONESIA 1. Mengidentifikasi pokok-pokok persoalan yang ada di teks. 2. Memberikan pendapat dan saran (komentar) dengan alasan yang logis dan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa terhadap persoalan faktual yang dikemukakan teman. D. TUJUAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA 1. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan pokok persoalan berdasarkan aspek berbicara dengan tepat. 2. Melaluidiskusi kelompok, siswa dapat berpendapat dan memberi saran berdasarkan persoalan dengan benar. 3. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat bekerja sama, berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam memecahkan persoalan dengan baik.
107
E. KARAKTER SISWA YANG DIHARAPKAN 1. 2. 3. 4. 5.
Religius Tanggung jawab Kerja sama Percaya diri Partisipasi
F. MATERI BAHASA INDONESIA
Teks bacaan dengan tema faktual sehari-hari
G. PENDEKATAN, MODEL &METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan Model Metode
: Student center : Cooperative learning : Diskusi, tanya jawab, dan pemberian tugas.
H. LANGKAH- LANGKAH PEMBELAJARAN 1. Kegiatan Awal a) b) c) d) e)
Mengucapkan salam dan dilanjutkanberdoa Mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran Melakukan presensi Menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran Melakukan apersepsi dan motivasi
2. Kegiatan Inti Pertemuan I : 2x 35 menit (BAHASA INDONESIA) 1. Siswa memperhatikan penjelasan masalah yang akan disampaikan oleh guru. (Guru mengemukakan masalah yang akan siswa diskusikan sebagai pokok masalah) 2. Siswa membentuk kelompok sesuai perintah guru. (guru membagi siswa dalam kelompok sindikat) 3. Siswa diberi kesempatan bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami dari materi yang telah dijelaskan.
108
4. Siswa mendengarkan pengarahan yang disampaikan oleh guru untuk melakukan diskusi dan guru membagikan LKS yang akan di diskusikan siswa. 5. Guru membagikan referensi yang akan membantu siswa dalam berdiskusi. 6. Setelah paham dengan pengarahan yang telah disampaikan siswa melakukan diskusi dengan anggota kelompok. (siswa melakukan diskusi dalam kelompok) 7. Kemudian setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya kedepan kelas. (setiap kelompok melaporkan hasil diskusi) 8. Guru melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai materi atau masalah yang dibahas. 9. Guru memberi penjelasan terhadap hasil diskusi tersebut. 10. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok. (guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi) Pertemuan II : 2 x 35 menit (BAHASA INDONESIA) Kegiatan Inti 1. Siswa memperhatikan penjelasan masalah yang akan disampaikan oleh guru. (Guru mengemukakan masalah yang akan siswa diskusikan sebagai pokok masalah) 2. Siswa membentuk kelompok sesuai perintah guru. (guru membagi siswa dalam kelompok sindikat) 3. Siswa diberi kesempatan bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami dari materi yang telah dijelaskan. 4. Siswa mendengarkan pengarahan yang disampaikan oleh guru untuk melakukan diskusi dan guru membagikan LKS yang akan di diskusikan siswa. 5. Guru membagikan referensi yang akan membantu siswa dalam berdiskusi. 6. Setelah paham dengan pengarahan yang telah disampaikan siswa melakukan diskusi dengan anggota kelompok. (siswa melakukan diskusi dalam kelompok)
109
7. Kemudian setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya kedepan kelas. (setiap kelompok melaporkan hasil diskusi) 8. Guru melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai materi atau masalah yang dibahas. 9. Guru memberi penjelasan terhadap hasil diskusi tersebut. 10. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok. (guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi) Pertemuan III : 2 x 35 menit (BAHASA INDONESIA) Kegiatan Inti 1. Siswa memperhatikan penjelasan masalah yang akan disampaikan oleh guru. (Guru mengemukakan masalah yang akan siswa diskusikan sebagai pokok masalah) 2. Siswa membentuk kelompok sesuai perintah guru. (guru membagi siswa dalam kelompok sindikat) 3. Siswa diberi kesempatan bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami dari materi yang telah dijelaskan. 4. Siswa mendengarkan pengarahan yang disampaikan oleh guru untuk melakukan diskusi dan guru membagikan LKS yang akan di diskusikan siswa. 5. Guru membagikan referensi yang akan membantu siswa dalam berdiskusi. 6. Setelah paham dengan pengarahan yang telah disampaikan siswa melakukan diskusi dengan anggota kelompok. (siswa melakukan diskusi dalam kelompok) 7. Kemudian setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya kedepan kelas. (setiap kelompok melaporkan hasil diskusi) 8. Guru melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai materi atau masalah yang dibahas. 9. Guru memberi penjelasan terhadap hasil diskusi tersebut.
110
10. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok. (guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi) 3. Kegiatan Akhir a) Siswa mendengarkan pesan moral yang diberikan guru b) Guru menutup pembelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam. I.
SUMBER DAN MEDIA BELAJAR Sumber Belajar 1. Buku Bahasa Indonesia Media Belajar: 1. Gambar-gambar cuaca alam di indonesia
J. PENILAIAN 1. Teknik Tes Nontes 2. Bentuk Tes Penilaian dilaksanakan selama proses. 3. Kriteria Penilaian a) Performansi (sikap/ afektif) No Aspek Kriteria * kerja sama sangat baik * kerja sama cukup Kerja sama 1. * kerja sama kurang
2.
3.
Partisipasi
Tanggung jawab
Skor 5 3 1
* partisipasi sangat aktif * partisipasi cukup aktif * partisipasi kurang aktif
5 3 1
* tanggung jawab sangat baik * tanggung jawabcukup * tanggung jawab kurang
5 3 1
111
b) Lembar Penilaian Performan
No
Nama Siswa
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
AEF TR MABU FAR NN RH DAY RAR YS SNW NFM NF FZ IA AF MZ SAR
Kerja sama
Jumlah Skor Partisipasi Tanggung jawab
Nilai
Jumlah CATATAN : Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Mengetahui, Kepala Sekolah
Krembangan, 07 Oktober 2015 Guru Kelas V
(Prawata, S.Pd. SD) NIP. 19610412 198303 1 019
(Dra. Kasiyem) NIP. 19670420 200801 2 009
112
Lampiran 20 RPP Siklus II RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan pendidikan Kelas / semester Mata pelajaran Tema Alokasi waktu
: SD Negeri Krembangan : V/ 1 : Bahasa Indonesia : Peristiwa Alam : 3 pertemuan (6 x 35 menit)
A. STANDAR KOMPETENSI BAHASA INDONESIA Mengungkapkan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama.
B. KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA Mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang memerhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. C. INDIKATOR BAHASA INDONESIA 1.
Mengidentifikasi pokok-pokok persoalan yang ada di teks.
2. Memberikan pendapat dan saran (komentar) dengan alasan yang logis dan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa terhadap persoalan faktual yang dikemukakan teman. D. TUJUAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA 1. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan pokok persoalan berdasarkan aspek berbicara dengan tepat.
113
2. Melaluidiskusi kelompok, siswa dapat berpendapat dan memberi saran berdasarkan persoalan dengan benar. 3. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat bekerja sama, berpartisipasi dan bertanggungjawabdalam memecahkan persoalan dengan baik. E. KARAKTER SISWA YANG DIHARAPKAN 1. 2. 3. 4. 5.
Religius Tanggung jawab Kerja sama Percaya diri Partisipasi
F. MATERI BAHASA INDONESIA
Teks bacaan dengan tema faktual sehari-hari
G. PENDEKATAN, MODEL &METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan : Student center Model : Cooperative learning Metode : Diskusi, tanya jawab, dan pemberian tugas.
H. LANGKAH- LANGKAH PEMBELAJARAN 1. Kegiatan Awal a) Mengucapkan salam dan dilanjutkanberdoa b) Mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran c) Melakukan presensi d) Menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran e) Melakukan apersepsi dan motivasi
2. Kegiatan Inti Pertemuan I : 2 x 35 menit (BAHASA INDONESIA) 1. Siswa memperhatikan penjelasan masalah yang akan disampaikan oleh guru. (Guru mengemukakan masalah yang akan siswa diskusikan sebagai pokok masalah)
114
2. Siswa membentuk kelompok sesuai perintah guru. (guru membagi siswa dalam kelompok sindikat) 3. Siswa diberi kesempatan bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami dari materi yang telah dijelaskan. 4. Siswa mendengarkan pengarahan yang disampaikan oleh guru untuk melakukan diskusi dan guru membagikan LKS yang akan di diskusikan siswa. 5. Guru memberi tahu bahwa diskusi dilakukan selama 30 menit tidak boleh lebih. 6. Setelah paham dengan pengarahan yang telah disampaikan siswa melakukan diskusi dengan anggota kelompok. (siswa melakukan diskusi dalam kelompok) 7. Kemudian setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya kedepan kelas. (setiap kelompok melaporkan hasil diskusi) 8. Guru melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai materi atau masalah yang dibahas. 9. Guru memberi penjelasan terhadap hasil diskusi tersebut. 10. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok. (guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi) Pertemuan II : 2 x 35 menit (BAHASA INDONESIA) Kegiatan Inti 1. Siswa memperhatikan penjelasan masalah yang akan disampaikan oleh guru. (Guru mengemukakan masalah yang akan siswa diskusikan sebagai pokok masalah) 2. Siswa membentuk kelompok sesuai perintah guru. (guru membagi siswa dalam kelompok sindikat) 3. Siswa diberi kesempatan bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami dari materi yang telah dijelaskan.
115
4. Siswa mendengarkan pengarahan yang disampaikan oleh guru untuk melakukan diskusi dan guru membagikan LKS yang akan di diskusikan siswa. 5. Guru memberi tahu bahwa diskusi dilakukan selama 30 menit tidak boleh lebih. 6. Setelah paham dengan pengarahan yang telah disampaikan siswa melakukan diskusi dengan anggota kelompok. (siswa melakukan diskusi dalam kelompok) 7. Kemudian setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya kedepan kelas. (setiap kelompok melaporkan hasil diskusi) 8. Guru melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai materi atau masalah yang dibahas. 9. Guru memberi penjelasan terhadap hasil diskusi tersebut. 10. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok. (guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi) Pertemuan III : 2 x 35 menit (BAHASA INDONESIA) Kegiatan Inti 1. Siswa memperhatikan penjelasan masalah yang akan disampaikan oleh guru. (Guru mengemukakan masalah yang akan siswa diskusikan sebagai pokok masalah) 2. Siswa membentuk kelompok sesuai perintah guru. (guru membagi siswa dalam kelompok sindikat) 3. Siswa diberi kesempatan bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami dari materi yang telah dijelaskan. 4. Siswa mendengarkan pengarahan yang disampaikan oleh guru untuk melakukan diskusi dan guru membagikan LKS yang akan di diskusikan siswa. 5. Guru memberi tahu bahwa diskusi dilakukan selama 30 menit tidak boleh lebih.
116
6. Setelah paham dengan pengarahan yang telah disampaikan siswa melakukan diskusi dengan anggota kelompok. (siswa melakukan diskusi dalam kelompok) 7. Kemudian setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya kedepan kelas. (setiap kelompok melaporkan hasil diskusi) 8. Guru melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai materi atau masalah yang dibahas. 9. Guru memberi penjelasan terhadap hasil diskusi tersebut. 10. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok. (guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi) 3. Kegiatan Akhir a) Siswa mendengarkan pesan moral yang diberikan guru b) Guru menutup pembelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam. I.
SUMBER DAN MEDIA BELAJAR Sumber Belajar 1. Buku Bahasa Indonesia Media Belajar: 1. Gambar-gambar cuaca alam di indonesia.
J. PENILAIAN 1. Teknik Tes Nontes 2. Bentuk Tes Penilaian dilaksanakan selama proses.
117
3. Kriteria Penilaian c) Performansi (sikap/ afektif) No
Aspek
1.
Kerja sama
2.
Partisipasi
3.
Tanggung jawab
Kriteria * kerja sama sangat baik * kerja sama cukup * kerja sama kurang
Skor 5 3 1
* partisipasi sangat aktif * partisipasi cukup aktif * partisipasi kurang aktif
5 3 1
* tanggung jawab sangat baik * tanggung jawabcukup * tanggung jawab kurang
5 3 1
d) Lembar Penilaian No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Nama Siswa
Kerja sama
Performan Partisipasi Tanggung jawab
Jumlah Skor
Nilai
AEF TR MABU FAR NN RH DAY RAR YS SNW NFM NF FZ IA AF MZ SAR Jumlah
CATATAN : Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10. Mengetahui, Kepala Sekolah
Krembangan, 07 Oktober 2015 Guru Kelas V
(Prawata, S.Pd. SD) NIP. 19610412 198303 1 019
(Dra. Kasiyem) NIP. 19670420 200801 2 009
118
Lampiran 21 Hasil diskusi siswa 1. Hasil diskusi pada kondisi awal
119
2. Hasil diskusi pada siklus I
120
3. Hasil diskusi pada siklus II
121
Lampiran 22 Foto Kegiatan Siswa saat Pembelajaran Siklus I Peretemuan I
Siswa bertanggung jawab memecahkan masalah
Siswa bekerja sama dalam berdiskusi Pertemuan II
Siswa bekerja sama dalam berdiskusi
Siswa melakukan diskusi
Pertemuan III
Guru mengemukakan masalah yang akan dibahas
Siswa berpartisipasi menjawab pertanyaan
122
Siklus II Pertemuan I
Siswa diskusi secara berkelompok
Siswa membacakan hasil diskusi kelompok Pertemuan II
Siswa mendengarkan teman yang membacakan hasil diskusi
Siswa bekerja sama memecahkan masalah Pertemuan III
Siswa dan guru bertanya jawab
Siswa mendengarkan guru menyimpulkan hasil diskusi
123
Lampiran 23. Surat Pernyataan Expert Judgement RPP
124
Lampiran 24. Surat Pernyataan Expert Judgement instrumen
125
Lampiran 25. Surat Permohonan Expert Jugment Intrumen Penelitian
126
Lampiran 26. Surat Keterangan Penelitian dari SD
127
Lampiran 27. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Fakultas
128
Lampiran 28. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Pemerintah DIY
129
Lampiran 29 Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Pemerintah Kab. Kulon Progo
130