perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA SESUAI UNGGAH-UNGGUH BASA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 02 BOLON KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh: HARITS EKA MUSTOPA K7108043
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA JUNI 2012 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama
: Harits Eka Mustopa
NIM
: K7108043
Jurusan/Program Studi
: IP/PGSD
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA SESUAI UNGGAH-UNGGUH BASA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 02 BOLON KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012” ini bernar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta,
Juni 2012
Harits Eka Mustopa
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA SESUAI UNGGAH-UNGGUH BASA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 02 BOLON KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh: HARITS EKA MUSTOPA K7108043
SKRIPSI Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendididkan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA JUNI 2012 commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Harits Eka Mustopa. PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA SESUAI UNGGAH-UNGGUH BASA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 02 BOLON KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Mei 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh basa melalui penerapan model pembelajaran kauntum pada siswa kelas III SD Negeri 02 Bolon Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sebanyak 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Tiap pertemuan terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Sebagai subjek adalah siswa kelas III SD Negeri 02 Bolon Colomadu yang berjumlah 24 siswa serta guru. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis deskriptif komparatif yang terdiri dari empat tahap yaitu mengolah data, penyajian data, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa jawa siswa kelas III SD Negeri 02 Bolon Colomadu tahun pelajaran 2011/2012. Peningkatan keterampilan berbicara bahasa jawa tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai keterampilan berbicara bahasa jawa siswa pada setiap siklus yaitu; sebelum tindakan (prasiklus) nilai rata-rata keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa 66,75 dimana siswa mendapat nilai di atas kriteria ketuntasan minimum KKM yaitu 70 hanya 9 siswa (37,5%), siklus I nilai rata-rata keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa meningkat menjadi 73,96 dimana sebanyak 15 (62,5%) siswa memperoleh nilai di atas KKM yaitu 70, dan siklus II nilai rata-rata keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa meningkat lagi menjadi 79,08 dengan 21 siswa memperoleh nilai di atas KKM (87,5%). Kata kunci : keterampilan berbicara, unggah-ungguh basa Jawa, model pembelajaran kuantum.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Harits Eka Mustopa. INCREASE THE JAVANESE LANGUAGE SPEAKING SKILL APPROPRIATE WITH UNGGAH-UNGGUH BASA BY APPLYING OF MODEL QUANTUM LEARNING OF THE STUDENTS IN GRADE III OF STATE PRIMARY SCHOOL 02 OF BOLON, COLOMADU, KARANGANYAR IN THE ACADEMIC YEAR OF 2011/2012. Skripsi : The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, Mei 2012. The objective of the research is to improve the Javanese language speaking skill appropriate with unggah-ungguh basa by applying of model quantum learning of the students in third year of state primary school 02 of Bolon, Colomadu, Karanganyar in the academic year of 2011/2012. The research was classroom action research carried out 2 cycles. Each cycle consited of two meetings, and each meeting consisted 4 phases, namely : planning, implementation, observation, and reflection. The subjects of the research were the 24 students of third year of State Primary School 02 Bolon, Colomadu. Its data werw gathered trough observation, test, and documentation. The data were then analysed by using an interactive model of descriptif comparative analysis including four phases, namely; data reduction, data display, data analysis and conclusion drawing. The result of the research shows that the use of applying of model quantum learning can improve the Javanese language speaking skill of the students in third year of State Primary School 02 Bolon, Colomadu in the academic year of 2011/2012. The improvement is verified by the improved score in the Javanese language speaking skill of the students in each cycle. Pre to the treatment, the average score is 66,75 is just 9 students got score more than minimum criteria is 70 (37,5%). The average scores respectively improve to 73,96 wich 15 students got score more than minimum criteria (62,5%) following the treatment of cycle I and 79,08 wich 21 students got score more than minimum criteria (87,5%) following the treatment of cycle II. Keyword: speaking skill, unggah-ungguh basa Jawa, model quantum learning.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan akan datang kemudahan, maka kerjakanlah urusanmu dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada ALLAH kamu berharap” (QS. Al-Insyirah:6-8) “Mulat angrasa wani, melu nduweni, melu andarbeni” (Pethilan lakon “Kresna Duta”- Ki Nartosabdho) “Ajining diri gumantung ana ing lathi, ajining sarira saka busana” (Pethilan lakon “Dasamuka Lena”- Ki Nartosabdho) “Giri lusi jalma tan kena kinira” (Pethilan Lakon “Banjaran Durna”- Ki Nartosabdho)
Deduga lawan prayoga, myang watara reringa aywa lali, iku parabot satuhu tan kena tininggala, tangi lungguh angedeg tuwin lumaku angucap meneng myang nendra, duga duga aja kari. (Serat Wulangreh Pupuh Pangkur)
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Skripsi ini untuk : Bapak Paimin dan Ibu Welas Sri Winarni tercinta yang telah memberikan motivasi, kasih dan sayangnya yang begitu besar serta ketulus ikhlasannya dalam mendoakan dan mendukung setiap langkah jejak kehidupanku. Semoga ALLAH SWT senantiasa memberikan kesehatan dan mengabulkan doadoamu. Amin Najmudin dan Qomarudin yang telah memberikan motivasi, dukungan, dan doa yang sangat berarti bagiku. Semoga kalian kelak menjadi orang yang lebih hebat. Kakek serta Nenekku yang selalu mendoaakan dan memberikan motivasi serta dukungan moril Keluarga Bapak Mudjiono - Ibu Endang dan Keluarga Besar Sanggar Seni Sarotama yang telah banyak membantu terselesaikannya skripsi ini. FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta almamaterku tercinta tempatku belajar dan menimba ilmu untuk masa depan yang lebih baik
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan nikmat dan karuniaNya kepada kita semua. Atas ridhoNya pula skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini telah melibatkan berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada : 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Seblas Maret Surakarta. 4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd. selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Dr. Peduk Rintayati, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan, bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini. 6. Dra. Lies Lestari, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan, bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini. 7. Bapak Muh. Showan, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Negeri 02 Bolon yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian. 8. Ibu Annety Praptiwi, S.Pd. selaku guru kelas III SD Negeri 02 Bolon yang dengan ikhlas membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian. 9. Guru-guru SD Negeri 02 Bolon yang telah memberikan motivasi dan bantuan dalam melaksanakan penelitian. commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Teman-temanku se-almamater yang telah memberikan semangat dan kerjasamanya. Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah berupaya untuk berbuat yang terbaik, namun demikian disadari hasil yang dicapai masih jauh dari kesempurnaan. Semua itu tidak lain karena keterbatasan penulis dalam pengetahuan maupun pengalaman. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya, penulis tetap berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang budiman. Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut mendapat balasan yang sesuai dari ALLAH SWT. Amin
Surakarta,
Penulis
commit to user xi
Juni 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN …………………………………………....
ii
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK .............................................................................
vi
HALAMAN ABSTRACT...........................................................................
vii
HALAMAN MOTTO..................................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................
ix
KATA PENGANTAR .................................................................................
x
DAFTAR ISI ...............................................................................................
xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xvii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................
4
C. Tujuan Penelitian .....................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................
5
BAB II LANDASAN TEORI .....................................................................
6
A. Kajian Teori .............................................................................
6
1. Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa..................................
6
a. Pengertian Model Keterampilan…...............................
6
b. Pengertian Berbicara………………… ........................
7
c. Pengertian Keterampilan Berbicara...............................
7
d. Bahasa Jawa………………………………. ................
8
e. Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa..........................
9
2. Hakikat Unggah-Ungguh Basa……………........................ commit to userBasa................................. a. Pengertian Unggah-Ungguh
10
xii
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Klasifikasi Unggah-Ungguh Basa Jawa........................
11
c. Tinjauan Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas III SD.......
12
3. Model Pembelajaran Kuantum….........................................
16
a. Model Pembelajaran…………………………………..
16
b. Model Pembelajaran Kuantum………………………..
18
c. Prinsip Pembelajaran Kuantum……………………….
19
d. Penerapan Model Pembelajaran Kuantum Dalam
22
Pembelajaran B. Penelitian yang Relevan ...........................................................
23
C. Kerangka Berfikir ...................................................................
24
D. Hipotesis Penelitian .................................................................
26
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................
27
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................
27
B. Subjek Penelitian .....................................................................
27
C. Sumber Data ............................................................................
27
D. Teknik Pengumpulan Data........................................................
28
E. Validitas Data ...........................................................................
29
F. Tehnik Analisis Data ................................................................
30
G. Indikator Kinerja .......................................................................
31
H. Rancangan Penelitian ...............................................................
32
I.
Prosedur Penelitian ...................................................................
33
BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................
42
A. Diskripsi Lokasi Penelitian ........................................................
42
B. Diskripsi Kondisi Awal .............................................................
42
C. Pelaksanaan Tindakan................................................................
46
1. Siklus I ................................................................................
46
2. Siklus II ...............................................................................
56
D. Deskripsi Hasil Penelitian .........................................................
67
E. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................
68
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .................................... commit to user A. Simpulan ...................................................................................
72
xiii
72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Implikasi ....................................................................................
72
C. Saran .........................................................................................
73
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
74
LAMPIRAN ...............................................................................................
76
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Hal.
1. Rincian Waktu Kegiatan Penelitian ……………………...
76
2. Penerapan Model Pembelajaran Kuantum .........................
37
3. Penerapan Model Pembelajaran Kuantum .........................
39
4. Distribusi Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Pada Kondisi Awal ………………………………………
44
5. Daistribusi Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Siklus I ……….…………………………………………..
53
6. Distribusi Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Siklus I……………………………………………………
63
7. Distribusi Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II ………….………..
66
8. Nilai Rata-Rata dan Presentase Ketuntasan Klasikal Prasiklus, Siklus I dan Siklus II ………………………….
commit to user xv
69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Hal.
1. Klasifikasi Unggah-Ungguh Basa ………………………..
12
2. Kerangka Berpikir ……………………………………......
26
3. Empat Langkah dalam PTK ...............................................
34
4. Grafik Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Pada Kondisi Awal …………………………………………….
44
5. Grafik Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Pada Siklus I …………………………………………………...
54
6. Grafik Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Pada Siklus II …………………………………………………..
64
7. Grafik Peningkatan Nilai Keterampilan Setiap Siklus ......
67
8. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Setiap Siklus………...
70
9. Grafik Peningkatan Presentase Ketuntasan Klasikal……...
70
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Hal.
1. Rincian Waktu Kegiatan Penelitian ...................................
76
2. Kisi-Kisi Soal Evaluasi Pretest …......................................
77
3. Hasil Penilaian Tes Keterampilan Berbicara Prasiklus…...
81
4. Silabus ………………........................................................
84
5. Buku Ajar ………………………………….......................
87
6. RPP Siklus I Pertemuan I………………………................
95
7. RPP Siklus I Pertemuan II ………….................................. 106 8. Daftar Nilai Rata-rata Hasil Penilaian Tes Keterampilan Berbicara Siklus I ………………………………………
118
9. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I............................
121
10. Lembar Aktivitas Siswa Dalam Siklus I...........................
122
11. RPP Siklus II Pertemuan I ………………….................... 124 12. RPP Siklus II Pertemuan II ……………………..............
135
13. Daftar Nilai Rata-rata Hasil Penilaian Tes Keterampilan Berbicara Siklus II ………………………………………
146
14. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II........................
149
15. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II....................
150
16. Daftar Nilai Tes Keterampilan Berbicara Tiap Siklus......
152
17. Dokumentasi Siklus I........................................................
154
18. Dokumentasi Siklus II ......................................................
156
19. Surat Keputusan Dekan ...................................................
159
20. Surat Ijin Penelitian ..........................................................
160
21. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi .......................
161
23. Surat Keterangan Penelitian .............................................
162
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Interaksi terasa semakin penting pada saat manusia membutuhkan eksistensinya diakui. Kegiatan ini membutuhkan alat, sarana atau media, yaitu bahasa. Secara universal pengertian bahasa adalah suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran. Ujaran inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Dengan ujaran inilah manusia mengungkapkan hal yang nyata atau tidak, yang berwujud maupun yang tidak, situasi masa lampau, kini, maupun yang akan datang. Keterampilan keterampilan
berbahasa
menyimak,
(2)
mencakup keterampilan
empat berbicara,
aspek, (3)
yaitu
(1)
keterampilan
membaca, dan (4) keterampilan menulis. Setiap keterampilan mempunyai hubungan
erat
dengan keterampilan-keterampilan lainnya. Keterampilan-
keterampilan tersebut hanya dapat dikuasai dengan jalan praktik dan latihan yang berkelanjutan. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan atau merupakan catur tunggal. (Henry Guntur Tarigan, 1990:1). Peningkatan keterampilan berbahasa tersebut dilaksanakan secara terpadu, kontekstual, dan fungsional dengan fokus pada keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis secara berganti-ganti dan berkesinambungan. Salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari adalah keterampilan berbicara sebagai media komunikasi lisan yang efektif. Sejalan dengan pendapat tersebut, H.G Tarigan (1990:15) berpendapat bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi atikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa lisan yang bersifat produktif, artinya suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menyampaikan gagasan, pikiran atau perasaan sehingga gagasancommit todapat user dipahami orang lain. gagasan yang ada dalam pikiran pembicara 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
Hasil pengamatan di SD Negeri 02 Bolon selama pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), menunjukkan kurangnya keterampilan anak kelas III di SD Negeri 02 Bolon dalam berbahasa Jawa yang baik dan benar sesuai dengan unggah-ungguh basa. Observasi awal yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa minat dan motivasi siswa untuk belajar bahasa Jawa masih rendah. Hal tersebut tampak dalam hasil tes keterampilan berbicara bahasa Jawa pada materi unngah-ungguh basa, masih banyak siswa mendapat nilai di bawah KKM (70). Pada tes tersebut hanya 9 siswa dari 24 siswa atau 37,5% siswa yang mendapat nilai ≥ 70. Berbahasa Jawa yang sesuai dengan unggah-ungguh basa merupakan hal yang sangat penting bagi siswa karena sebagai salah satu usaha meningkatkan rasa kecintaan kita terhadap kebudayaan bangsa dan juga sebagai usaha menanamkan rasa memiliki terhadap kebudayaan Jawa yang semakin dilupakan oleh para generasi muda saat ini. Kenyataan yang ada saat ini adalah anak-anak semakin sulit untuk berbahasa Jawa dengan baik dan benar, mereka lebih suka menggunakan bahasa Indonesia, sehingga dikhawatirkan bahasa Jawa ini akan punah di tengah-tengah orang Jawa itu sendiri. Fenomena yang berkembang saat ini adalah orang tua justru lebih suka mengajarkan atau mengajak anak untuk berkomunikasi dengan bahasa Indonesia daripada menggunakan bahasa Jawa. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada perkembangan kemampuan anak dalam berbahasa Jawa nantinya. Mereka tidak dapat berbahasa Jawa dengan baik bahkan bisa saja mereka tidak dapat berbahasa Jawa sama sekali padahal mereka orang Jawa Tengah asli, karena kebiasaan dari kecil yang lebih sering berkomunikasi dengan bahasa Indonesia daripada menggunakan bahasa Jawa. Padahal kita tahu bahwa di dalam bahasa Jawa ini tidak sekedar mengajari kita tentang berkomunikasi, tetapi lebih jauh lagi kita juga diajari tentang sopan santun, tata krama terhadap orang yang kita ajak berkomunikasi. Di dalam bahasa Jawa, terkandung apa yang disebut dengan unggah-ungguh basa yang di dalamnya ada tingkatan-tingkatan penggunaan bahasa yang berbeda menyesuaikan dengan orang yang kita ajak berkomunikasi. to userpenggunaannya tidak memandang Berbeda dengan bahasa Indonesiacommit yang dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
orang yang kita ajak berkomuniasi. Dengan kenyataan tersebut sudah seharusnya sebagai bangsa yang memiliki bahasa Jawa harus bisa berbahasa Jawa dengan baik dan benar sesuai dengan unggah-ungguh basa. Sebagai upaya untuk melestarikan kebudayaan bangsa. Selain itu, ditinjau dari metode pembelajaran, guru kelas III di SD N 02 Bolon masih menerapkan metode pembelajaran ceramah yang kurang menarik. Begitu masuk kelas, guru memberikan sedikit ceramah tentang materi pelajaran yang telah dicatat sebelumnya, kemudian dilanjutkan dengan memberi siswanya beberapa latihan soal atau tugas. Siswa diminta untuk membuka buku catatan dan mengerjakan buku Lembar Kerja Siswa, atau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Proses pembelajaran dengan model konvensional ceramah masih belum cukup memberikan kesan yang mendalam pada siswa, karena peran guru dalam menyampaikan materi lebih dominan dibandingkan keaktifan siswa sendiri. Guru lebih banyak memberikan penjelasan daripada mencari tahu sejauh mana siswa bisa menerima dan memahami informasi yang disampaikan. Oleh sebab itu, guru harus mempunyai kreativitas tinggi dalam memilih model pembelajaran yang menarik minat siswa. Agar upaya tersebut berhasil maka harus dipilih model pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa serta lingkungan belajar, siswa dapat aktif, interaktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat merupakan kreatifitas seorang guru agar siswa tidak jenuh atau bosan dalam menerima pelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat juga akan memperjelas konsep-konsep yang diberikan kepada siswa senantiasa antusias berfikir dan berperan aktif. Pembelajaran kuantum merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan pada learning with fun. Sugiyanto (2009:67) menyatakan bahwa pembelajaran kuantum merupakan proses pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, tidak membosankan yang menjadi pilihan para guru/ fasilitator. Pembelajaran yang berprinsip untuk membawa dunia pembelajar ke dunia pengajar, dan mengantarkan dunia pengajar ke dunia pembelajar yang lebih kita to user Alami, Namai, Demonstrasikan, kenal dengan konsep TANDUR commit (Tumbuhkan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
Ulangi, Rayakan). Bermula dari pengertian model pembelajaran kuantum tersebut, maka dipilihlah model pembelajaran kuantum untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa. Model ini dipilih karena proses pembelajaran yang mengusahakan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran serta pembelajaran yang berprinsip learning with fun yang akan menarik minat siswa untuk mempelajari unggah-ungguh basa yang tergolong sulit ini. Selain itu penggunaan model pembelajaran kuantum akan menumbuhkan gairah siswa dalam belajar bahasa Jawa. Bertolak dari uraian dan permasalahan yang ada di lapangan untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh basa, maka peneliti akan mengadakan upaya peningkatan keterampilan berbicara melalui penilitian dengan judul Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Sesuai Unggah-Ungguh Basa Melalui Model Pembelajaran Kuantum Pada Siswa Kelas III SD Negeri 02 Bolon Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah penelitian adalah Apakah Penerapan Model Pembelajaran Kuantum dapat Meningkatkan Keterampilan
Berbicara Bahasa Jawa Sesuai
dengan Unggah-ungguh Basa pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri 02 Bolon Kec. Colomadu Kab. Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012?”
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah
Untuk
Meningkatkan
Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Sesuai Dengan Unggah-ungguh Basa pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri 02 Bolon Kec. Colomadu Kab. Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012 Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kuantum. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
D. Manfaat Penelitian Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat : 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan khasanah keilmuan sebagai bahan rujukan bagi penulis yang akan menulis hal yang sama atau hampir sama. b. Temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran bahasa Jawa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) Meningkatnya ketertarikan siswa dalam belajar unggah-ungguh basa melalui penerapan model pembelajaran kuantum sehingga nilai siswa menjadi lebih baik. 2) Meningkatnya keterampilan siswa dalam berbicara bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh basa. 3) Meningkatnya sopan santun serta tata krama siswa dalam pergaulan sehari-hari. b. Bagi Guru 1) Meningkatnya wawasan dan kemampuan guru tentang model pembelajaran kuantum dalam pembelajaran. 2) Bertambahnya pengetahuan dan pengalaman dalam membimbing anak dalam berbicara bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh basa. c. Bagi Sekolah 1) Meningkatnya kualitas pembelajaran berbicara bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh basa dengan diterapkannya model pembelajaran kuantum dalam pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa a. Pengertian Keterampilan Keterampilan seseorang di dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau bidang tertentu jelas berbeda-beda. Keterampilan itu hanya dapat diperoleh melalui proses belajar dan latihan yang berkesinambungan. Dengan keterampilan, seseorang akan mampu menyelesaikan suatu permasalahan dengan pola pikir yang efektif dan efisien. Soemarjadi dalam bukunya mengemukakan “Keterampilan sama artinya dengan cekatan, sedangkan cekatan atau terampil merupakan kepandaian melakukan sebuah pekerjaan dengan cepat dan benar” (2001: 2). Tri Budiharto mengungkapkan bahwa keterampilan berasal dari kata terampil yang artinya adalah mampu bertindak dengan cepat dan tepat. Istilah lain dari terampil adalah cekatan, cakap mengerjakan sesuatu (2008:1-2). Dengan kata lain keterampilan dapat disebut juga kecekatan, kecakapan, atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat. Aksay juga menambahkan tentang pengertian keterampilan yaitu keterampilan adalah usaha untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat, dan tepat dalam menghadapi permasalahan. Dalam pembelajaran, keterampilan dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah perilaku siswa menjadi cekat, cepat dan tepat dalam melakukan atau menghadapi sesuatu (Http://pengertianketerampilan-belajar.blogspot/2009/20/03/html diunduh pada 21-01-2012). Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa keterampilan adalah kemampuan bertindak atau melakukan suatu pekerjaan (tugas) dengan baik, cermat, cepat, dan tepat. Seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan terampil. Demikian pula, apabila seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat juga
tidak dapat dikatakan terampil. Jadi, keterampilan itu commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
berlandaskan pada kecepatan dan ketepatan tertentu sehingga seseorang tidak akan merasakan kesulitan-kesulitan yang berarti dalam pekerjaannya. b. Pengertian Berbicara Berbicara (KBBI, 2007:148) adalah berkata, bercakap, berbahasa, dan melahirkan pendapat dengan perkataan. Berbicara itu mengutarakan isi pikiran atau melisankan sesuatu yang dimaksudkan. Salah satu pakar bahasa, H.G Tarigan berpendapat bahwa “Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan” (1990:15). Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa lisan yang bersifat produktif, artinya suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menyampaikan gagasan, pikiran atau perasaan sehingga gagasangagasan yang ada dalam pikiran pembicara dapat dipahami orang lain. Sejalan dengan pendapat di atas, St. Y. Slamet mengungkapkan bahwa “Berbicara merupakan suatu penyampaian maksud bisa berupa gagasan, pikiran, isi hati seseorang kepada orang lain” (2008:33). Selain itu, dijelaskan juga berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologi, neurologis, semantik, dan linguistik sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting terutama bagi kontrol sosial. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah suatu kegiatan mengujarkan bunyi-bunyi bahasa untuk menyampaikan pesan berupa ide, gagasan, maksud atau perasaan kepada orang lain secara lisan yang bersifat aktif dan produktif. Berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang aktif dari seorang pemakai bahasa, yang menuntut prakarsa nyata dalam penggunaan bahasa untuk mengungkapkan diri secara lisan. c. Pengertian Keterampilan Berbicara H.G. Tarigan berpendapat bahwa “Keterampilan berbicara kemampuan
mengucapkan
bunyi-bunyi
artikulasi
atas
kata-kata
adalah untuk
mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan” (1990:15).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
St. Y. Slamet menyatakan bahwa “Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanistis” (2008:35). Dari pendapat ini dapat dijelaskan bahwa semakin banyak berlatih, semakin dikuasai dan terampil seseorang dalam berbicara. Tidak ada orang yang langsung terampil berbicara tanpa melalui proses berlatih. Di dalam berlatih berbicara, seseorang perlu dilatih diantaranya dari segi pelafalan, pengucapan, intonasi, pemilihan kata (diksi), dan penggunaan bahasa secara baik dan benar. Salah satu jurnal internasional menyatakan Speaking is the productive skill in the oral mode. It, like the other skills, is more complicated than it seems at first and involves more than just pronouncing word. Diartikan bahwa berbicara adalah keterampilan yang sangat produktif dalam segi liguistik. Keterampilan berbicara itu seperti keterampilan lainnya, keterampilan berbicara ternyata lebih rumit dari kelihatannya dan melibatakan lebih dari mengucapkan kata-kata. Betolak dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan seseorang dalam mengungkapkan ide atau gagasan secara lisan bersifat produktif dan mekanistis, yang hanya dapat dikuasai dengan berlatih berbicara dan merupakan bagian tingkah laku hidup manusia yang sangat penting sebagai alat komunikasi kepada orang lain. Keterampilan berbicara merupakan sebuah keterampilan menyampaikan gagasan, informasi atau pesan kepada orang lain dengan menggunakan media yang berupa simbol-simbol fonetis. d. Bahasa Jawa Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan penduduk suku bangsa Jawa di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Selain itu, bahasa Jawa juga digunakan oleh penduduk yang tinggal di beberapa daerah lain seperti Banten terutama kota Serang, kabupaten Serang, kota Cilegon dan kabupaten Tengerang, Jawa Barat khususnya kawasan pantai utara terbentang dari pesisir utara Karawang,
Subang,
Indramayu,
kota
Cirebon
dan
kabupaten
Cirebon
(http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa, diunduh pada tanggal 20 Januari commit to user 2012).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
Poedjosoedarmo dalam Imam Sutardjo menyatakan bahwa “Bahasa Jawa merupakan bahasa yang mengenal adanya tingkat tutur kata (speech levels) yaitu undha usuk atau unggah-ungguh basa. Tingkat tutur ini merupakan variasi berbahasa yang perbedaannya ditentukan oleh anggapan penutur dan relasinya terhadap orang yang diajak berbicara” (2008:43). Sedangkan menurut Samidi bahasa Jawa bukan bahasa
asing tetapi
merupakan bahasa ibu dari orang-orang Jawa terutama yang bertempat tinggal di daerah propinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur (2010: 1). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi orang-orang yang berasal dari Jawa, terutama Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur yang mengenal adanya tingkat tutur kata yang merupakan variasi bahasa yang perbedaannya ditentukan oleh anggapan penutur dan relasinya terhadap orang yang diajak berbicara. e. Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari adalah keterampilan berbicara sebagai media komunikasi lisan yang efektif. H.G. Tarigan (1990:15) berpendapat bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan penduduk suku bangsa Jawa di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Selain itu, bahasa Jawa juga digunakan oleh penduduk yang tinggal di beberapa daerah lain seperti Banten terutama kota Serang, kabupaten Serang, kota Cilegon dan kabupaten Tengerang, Jawa Barat khususnya kawasan pantai utara terbentang dari pesisir utara Karawang,
Subang,
Indramayu,
kota
Cirebon
dan
kabupaten
Cirebon
(http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa, diunduh pada tanggal 20 Januari 2012).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
Poedjosoedarmo dalam Imam Sutardjo menyatakan bahwa bahasa Jawa merupakan bahasa yang mengenal adanya tingkat tutur kata (speech levels) yaitu undha usuk atau unggah-ungguh basa. Tingkat tutur ini merupakan variasi berbahasa yang perbedaannya ditentukan oleh anggapan penutur dan relasinya terhadap orang yang diajak berbicara (2008.43). Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keterampilan berbicara bahasa Jawa adalah kemampuan dalam mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan dalam bahasa Jawa yang mengenal adanya tingkat tutur kata yang memiliki berbagai variasi berbahasa sesuai penutur dan orang yang diajak berbicara tersebut. 2. Hakikat Unggah-ungguh Basa a. Pengertian Unggah-ungguh Basa Bahasa merupakan alat komunikasi dalam pergaulan sehari-hari. Ketika seseorang berbicara selain memperhatikan kaidah-kaidah tata bahasa, juga masih harus memperhatikan siapa orang yang diajak berbicara. Berbicara kepada orang tua berbeda dengan berbicara dengan anak kecil atau yang seumur. Unggah-ungguh basa adalah kata-kata atau bahasa yang ditujukan pada orang yang kita ajak berbicara atau lawan bicara (Aryo Bimo Setiyanto, 2007: 2). Menurut Soepomo Poedjosoedarmo dalam Imam Sutardjo (2008:4 5 ) di dalam bahasa Jawa, tingkat tutur atau speech levels itu lebih dikenal dengan istilah undha usuk atau unggah-ungguh basa, yaitu suatu sistem kode penyampai rasa sopan yang didalamnya terdapat unsur kosa kata tertentu, aturan sintaksis, morfologi dan fonologi tertentu. Poerwadarminta memberikan pengertian unggah-ungguh basa adalah “tata-pranataning basa miturut lungguhing tata krama” (1939:443). Yang dapat diartikan bahwa unggah-ungguh adalah tatanan bahasa menurut duduk tata commit to user kramanya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam berkomunikasi dengan orang lain, yaitu dengan orang yang lebih tua atau orang yang lebih kecil atau yang sebaya itu berbeda bahasanya. Kita berbicara dengan yang lebih tua harus lebih sopan dari pada dengan orang yang lebih kecil atau yang sebaya. Perbedaan bahasa ini yang dinamakan dengan unggah-ungguh basa. b. Klasifikasi Unggah-ungguh Basa Jawa Unggah-ungguh basa Jawa meliputi berbagai ragam bahasa. Setiap ahli bahasa Jawa memberikan klasifikasi yang berbeda-beda. Seperti yang telah tersebut di atas bahwa dalam setiap komunikasi dalam bahasa Jawa memiliki aturan-aturan tersendiri dalam penggunaannya, sesuai dengan situasi pembicara maupun orang yang diajak berbicara. Samidi (2010:75-76) memberikan klasifikasi unggah-ungguh basa sebagai berikut: 1. Basa Ngoko a) Ngoko lugu b) Ngoko andhap 2. Basa Madya a) Madya ngoko b) Madyantara c) Madya krama 3. Basa Krama a) Mudha krama b) Kramantara c) Wredha krama d) Krama inggil 4. Basa Krama Inggil 5. Basa Krama Desa 6. Basa Kedhaton 7. Basa Kasar Sedangkan Harimurti Kridhalaksana (2001:xxii) menyebutkan bahwa secara garis besar unggah-ungguhing basa ini dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni, ngoko, madya, krama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
Seorang pakar bahasa Jawa menyatakan: Dalam unggah-ungguh bahasa Jawa dikenal tiga tingkat tutur ngoko, madya, dan krama.Bahkan ada yang membedakan hanya dua tingkat, yaitu ngoko dan krama. tingkat tutur ngoko berfungsi membawakan rasa kesopanan yang rendah, tingkat tutur kata madya berfungsi membawakanrasa sopan yang sedang-sedang atau setengah-setengah, sedangkan tingkat tutur krama (alus, inggil) berfungsi untuk membawakan rasa kesopanan yang tinggi dan halus (Imam Sutardjo, 2008:45). Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ragam bahasa dalam unggah-ungguh basa dapat diklasifikasikan seperti yang terlihat dalam Gambar 1 sebagai berikut:
Lugu Ngoko Madya Kasar Basa Jawa
Madya Krama Inggil Kedhaton
Gambar 1. Klasifikasi Unggah-ungguh Basa Jawa
c. Tinjauan Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas III SD Pembelajaran
yang
berlangsung
pada
kelas
III
SD
merupakan
pembelajaran tematik, termasuk pada pembelajaran bahasa Jawa. Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang berangkat dari sebuah tema, yang kemudian dikaitkan dengan mata pelajaran lain. Pada pembelajaran bahasa Jawa di kelas III ini materi unggah-ungguh basa dibahas dalam tema “Lingkungan”. Dari tema tersebut dapat kita kaitkan dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan juga Seni Budaya dan Keterampilan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
Di dalam kurikulum mata pelajaran muatan lokal bahasa Jawa (2010:11) terdapat standar kompetensi berbicara Mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan tentang percakapan dan menceritakan pengalaman sendiri dengan santun. Kompetensi dasar melakukan percakapan menggunakan ragam bahasa tertentu. Sedangkan dalam silabus IPA terdapat standar kompetensi yang dapat dikaitkan dengan tema yang ada dalam pembelajaran bahasa Jawa, yaitu memahami kenampakan permukaan bumi, cuaca dan pengaruhnya bagi manusia, serta hubungannya dengan cara manusia memelihara dan melestarikan alam. Kompetensi dasarnya adalah mengidentifikasi cara manusia dalam memelihara dan melestarikan alam di lingkungan sekitar. Sedangkan untuk mata pelajaran SBK di dalam silabus standar kompetensinya yaitu mengapresiasikan diri melalui karya seni musik, dengan kompetensi dasar menyanyikan lagu daerah dan lagu anak- anak dengan iringan sederhana. Berikut penjelasan materi bertolak dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diambil: 1) Bahasa Jawa Sesuai dengan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang terdapat dalam silabus bahasa Jawa, materi pelajaran yang tersaji sesuai dengan penelitian ini adalah materi pelajaran tentang penggunaan unggah-ungguh basa dalam percakapan sehari-hari. Materi unggahungguh yang tersaji dalam pembelajaran bahasa Jawa di kelas III masih sederhana, yaitu sebatas penerapan unggah-ungguh basa ragam bahasa ngoko dan krama. a) Basa ngoko Basa ngoko merupakan bahasa yang masih lugu, karena belum mengalami perubahan-perubahan. Penggunaan basa ngoko adalah sebagai berikut: 1) Terhadap orang yang sudah sangat terbiasa dan seumuran. 2) Terhadap orang yang lebih muda. commit to user 3) Apabila sedang berbicara sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
Contoh: a) Aku arep turu dhisik b) Sepedha motorku anyar iki. c) Aku tak menyang pasar sesuk wae. b) Basa krama Basa krama adalah bahasa yang menghormati terhadap orang yang diajak bicara. Sehingga kata-kata yang dipakai telah mengalami perubahan, yaitu menggunakan kata-kata krama. Penggunaan basa krama diantaranya sebagai berikut: 1) Terhadap orang yang lebih tua usianya. 2) Terhadap
orang
yang
lebih
tinggi
derajat
pangkatnya. 3) Terhadap orang yang belum terbiasa/baru dikenal. 4) Priyayi dengan priyayi. Contoh: a) Ibu nembe mundhut uwos wonten peken. b) Bapak Bupati nembe rembagan. c) Bapak saha ibu nembe wonten wingking griya. 2) Ilmu Pengetahuan Alam Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikaitkan dengan bahasa Jawa, materi yang dapat diambil dari mata pelajaran IPA adalah mengenai usaha-usaha manusia untuk menjaga lingkungan sekitar agar tetap sehat. Lingkungan
sehat
menurut WHO
(World
Health
Organisation) adalah keadaan yg meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yg tidak hanya berarti suatu keadaan yg bebas dari penyakit dan kecacatan(http://kesehatanlingkunganhidup.blogspot.com/2010/07/peng ertian-kesehatan-lingkungan-menurut.html diunduh pada 11-03-2012). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
Lingkungan sehat adalah lingkungan yang bersih. Lingkungan sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Udara bersih dan segar. b. Tanah yang subur. c. Sumber air yang bersih. d. Air sungai yang mengalir terlihat bersih dan jernih. e. Sampah tidak berserakan. f. Banyak tumbuhan hijau yang tumbuh dengan subur. (http://blog.unnes.ac.id/hestyayu/2011/11/01/lingkungan-sehatdan-tidak-sehat/ diunduh pada 11-03-2012) Lingkungan yang sehat merupakan salah satu syarat untuk menjaga kualitas hidup manusia agar tetap baik. Untuk itu manusia perlu menjaga lingkungannya agar tetap baik pula kehidupannya. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan manusia untuk menjaga lingkungan dan melestarikan alam: a) Reboisasi, adalah penanaman kembali hutan-hutan yang gundul. b) Membuat sengkedan atau tanah miring, gunanya adalah untuk mencegah banjir. Biasanya ini dibuat di daerah pegunungan. c) Menjaga kebersihan lingkungan. d) Menghemat penggunaan bahan bakar dari minyak bumi. e) Pembuatan hutan lindung. 3) Seni Budaya dan Keterampilan Siswa yang duduk di SD sangat memerlukan pendidikan seni dan kebudayaan karena hal tersebut membentuk pribadi anak menjadi harmonis
dan
membantu
mengembangkan
kecerdasan
anak.
Kebudayaan merupakan harmonisasi dari logika, etika, estetika, dan kinestika. Ruang lingkup pendidikan seni, yaitu seni rupa, seni musik, seni tari, seni drama. dan keterampilan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
Mata pelajaran SBK dapat dikaitkan dengan mata pelajaran bahasa Jawa dengan mengambil standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dapat dikaitkan dengan materi yang sesuai dengan tema dalam mata pelajaran bahasa Jawa, dalam hal ini adalah tema lingkungan. Standar kompetensi yang dapat dikaitkan yaitu mengapresiasikan diri melalui karya seni musik, dengan kompetensi dasar menyanyikan lagu daerah dan lagu anak- anak dengan iringan sederhana. Pengaplikasiannya dalam pembelajaran bahasa Jawa yaitu dengan memberikan materi nyanyian tembang dolanan kepada anak dengan lagu yang bertemakan lingkungan/alam. Contoh tembang dolanan anak yang bertemakan lingkungan/alam diantaranya: a) Kidang talun Kidang talun mangan kacang talun mil kethemil, mil kethemil si kidang mangan lembayung b) Gajah belang Gajah belang duwe anak belang nuk renggunuk, nuk renggunuk gedene meh podo gunung
3. Model Pembelajaran Kuantum a. Model Pembelajaran Tujuan dari sebuah kegiatan pembelajaran adalah membantu siswa mencapai kegiatan secara optimal untuk dapat belajar lebih mudah dan lebih efektif dimasa datang.
Untuk
pembelajaran secara konseptual tercapainya
mencapai
hal
tersebut
(model pembelajaran) commit to user tujuan pembelajaran.
perlu yang
kerangka
menentukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
Model sendiri mempunyai definisi yaitu suatu representasi dari seseorang atau sesuatu. (http://www.schoonover.com/ResourceCenter/Q_A.html diunduh pada 23-04-2012 ). Pengertian lain yaitu model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan (Departemen P dan K, 1984:75). Berdasarkan beberapa pengertian di atas mengenai model, dapat disimpulkan bahwa model adalah suatu desain atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati. Guru sebagai pendidik melakukan rekayasa pembelajaran. Rekayasa pembelajaran tersebut dilakukan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain. instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar (Dimyati & Mudjiono dalam Sagala, 2005). Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UUSPN No.20 Tahun 2003 dalam Sagala, 2005). Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran (http://instructionaltheorycourse.blogspot.com/2009/02/1introduction_18.h tml, 23 April 2012). Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran, 23 April 2012). Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar,sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. commit user Pembelajaran merupakan bantuan yang todiberikan pendidik agar dapat terjadi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Menurut Winaputra dalam Sugiyanto, model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dsn para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (2009:3). Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan,
metode,
dan
teknik
pembelajaran.
(http://wijayalabs.blogdetik.com/2009/04/11/ diunduh pada 20-01-2012) Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah pedoman yang digunakan pengajar untuk pengelolaan pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. b. Model Pembelajaran Kuantum Sugiyanto menjelaskan bahwa istilah kuantum memang diberi konsep suatu perubahan energi menjadi cahaya selain diyakini adanya ketidakteraturan dan indeterminisme alam semesta (2009:71). Menurut penggabungan
Bobbi
DePorter
sugestologi,
Model
teknik
Quantum
pemercepatan
Learning
merupakan
belajar,
dan
NLP
(Neurolinguistik Program) dengan teori, keyakinan, dan metode ciptaannya sendiri (2007: 16). Victor Selman, Ruth Corey Selman, dalam jurnal internasionalnya yang berjudul “Quantum Learning: Learn Without Learning” (diunduh pada 20 Januari 2012) menyatakan Quantum Education is the “natural” way to learn, motivating commit to user and exciting people to take responsibility for their own education. Artinya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
pendidikan kuantum adalah cara alami untuk belajar, memotivasi dan menggairahkan orang untuk bertanggung jawab pada pendidikan mereka sendiri. Salah satu jurnal internasional yang ditulis Jerry Selman memberikan pengertian lain dari pembelajaran kuantum “Quantum Learning is a powerful and engaging teaching and learning methodology that integrates best educational practices into a unified whole. This synergistic approach to the learning process covers both theory and practice”. Artinya pembelajaran kuantum merupakan metodologi belajar dan mengajar yang melibatkan siswa dan berkekuatan besar yang menggabungkan latihan-latihan pendidikan terbaik kedalam satu kesatuan. Sinergi ini mendekatkan pada proses pembelajaran yang mencakup teori dan latihan. Hal ini mengintegrasikan praktik terbaik berbasis penelitian dalam pendidikan menjadi suatu kesatuan yang utuh, konten yang lebih bermakna dan relevan dengan kehidupan siswa. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat peneliti simpulkan bahwa pembelajaran kuantum mengambil konsep dasar bahwa dalam pembelajaran kuantum menekankan pada interaksi antara pembelajar dengan pembelajar dan interaksi pengajar dengan pembelajar. Dengan menekankan pada pengajar
yang
harus
mengkondisikan
pembelajar
pada
situasi
yang
menyenangkan, menumbuhkan rasa keingintahuan yang tinggi, pengalaman langsung dan penghargaan atas usaha pembelajar. Dengan kata lain model pembelajaran kuantum adalah suatu model pembelajaran yang memberikan trik, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman, daya ingat, serta belajar sebagai proses menyenangkan dan bermakna, sehingga membuat siswa nyaman dan berusaha untuk memperbaiki hasil belajarnya c. Prinsip Pembelajaran Kuantum Prinsip dapat berarti sebuah aturan aksi atau perbuatan yang diterima atau dikenal dan sebuah hukuman, aksioma, atau doktrin fundamental. Ada tiga macam prinsip utama yang membangun sosok pembelajaran kuantum. Ketiga prinsip utama yang dirangkum dalam Sugiyanto (2009:78) adalah sebagai berikut: commit to user 1) Prinsip utama pembelajaran kuantum berbunyi: “Bawalah Dunia Mereka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
(Pembelajar) ke dalam Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia Kita (pengajar) ke dalam Dunia Mereka (Pembelajar)”. 2) Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran merupakan permainan orkestra simfoni. Selain memiliki lagu atau partitur, pemainan simfoni ini memiliki struktur dasar chord. Struktur dasar chord ini dapat disebut prinsip-prinsip dasar pembelajaran kuantum yang antara lain sebagai berikut: a) Ketahuilah bahwa segalanya berbicara b) Ketahuilah bahwa segalanya betujuan c) Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan d) Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran. e) Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan. 3) Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Dengan kata lain, pembelajaran perlu diartikan sebagai pembentukan keunggulan. Oleh karena itu, keunggulan ini bahkan telah dipandang sebagai jantung fondasi pembelajaran kuantum. Keunggulan tersebut antara lain: a) Terapkanlah hidup dalam integritas b) Akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan c) Berbicaralah dengan niat baik d) Tegaskanlah komitmen e) Jadilah pemilik f) Tetaplah lentur g) Tetaplah lentur pertahankanlah keseimbangan. Selain itu Herdian dalam (http://herdy07.wordpress.com/2009/04/29/ model-pembelajaran-quantum/ diunduh pada 21-01-2012) juga menjelaskan beberapa prinsip dasar yang dalam pembelajaran kuantum, prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 1) Bawalah dunia mereka (siswa) ke dalam dunia kita (guru), dan antarkan commit to user dunia kita (guru ke dalam dunia mereka (siswa).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
2) Proses pembelajaran bagaikan orkestra simfoni, yang secara spesifik dapat dijabarkan sebagai berikut: a) Segalanya dari lingkungan. Hal ini mengandung arti baik lingkungan kelas/sekolah sampai bahasa tubuh guru; dari lembar kerja atau kertas kerja yang dibagikan anak sampa rencana pelakanaan pembelajaran, semuanya mencerminkan pembelajaran. b) Segalanya
bertujuan.
Semua
yang
terjadi
dalam
proses
pembelajaran mempunyai tujuan semuanya. c) Pengalaman mendahului pemberian nama. Pembelajaran yang baik adalah jika siswa telah memperoleh informasi terlebih dahulu apa yang akan dipelajari sebelum memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. Ini diilhami bahwa otak akan berkembang pesat jika
adanya
rangsangan
yang
kompleks
selanjunya
akan
menggerakkan rasa keingintahuan. d) Akuilah
setiap
usaha.
Dalam
proses
pembelajaran
siswa
seharusnya dihargai dan diakui setiap usahanya walaupun salah, karena belajar diartikan sebagai usaha yang mengandung resiko untuk keluar dari kenyamanan untuk membongkar pengetahuan sebelumnya. e) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Segala sesuatu yang telah dipelajari oleh siswa sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya. DePorter (2005:7-8) menyatakan ada lima prinsip tetap, prinsip-prinsip tersebut adalah: a) Segalanya Berbicara b) Segalanya Bertujuan c) Pengalaman sebelum Pemberian Nama d) Akui Setiap Usaha e) Jika Layak Dipelajari, Maka Layak Pula Dirayakan! Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa commit to user pembelajaran kuantum berprinsip pada pola pembelajaran yang membawa dunia
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
pembelajar ke dalam dunia pengajar, dan kemudian mengantarkan dunia pengajar ke dalam dunia pembelajar. Proses pembelajaran juga diartikan sebagai permainan orkestra simfoni dimana pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan. d. Penerapan Model Pembelajaran Kuantum Dalam Pembelajaran Didalam model pembelajaran kuantum terdapat pola pembelajaran yang berbeda dari pembelajaran yang biasa atau konvensional. Didalam penerapan pembelajaran model kuantum kita dikenalkan dengan konsep TANDUR yang merupakan akronim dari; Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Unsur-unsur tersebutlah yang telah membentuk basis struktur yang mendasari model pembelajaran kuantum. Konsep TANDUR akan membawa siswa pada kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan mengesankan. Sugiyanto (2009:83) menyatakan bahwa kerangka TANDUR dapat membawa siswa menjadi tertarik dan berminat pada setiap pelajaran apapun mata pelajarannya, tingkat kelas, dengan beragam budayanya, jika pada guru betulbetul menggunakan prinsip-prinsip atau nilai-nilai pembelajaran model quantum. Kerangka perencanaan model pembelajaran kuantum tipe TANDUR dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Tumbuhkan : Menumbuhkan minat dengan memuaskan dan menyertakan diri mereka, memikat mereka, puaskan keingin tahuan mereka. Buatlah mereka tertarik atau penasaran tentang materi yang kana kita ajarkan. 2) Alami : Menciptakan atau mendatangkan pengalaman umum yang dapat memberikan mereka pengalaman belajar, tumbuhkan “kebutuhan untuk mengetahui”. 3) Namai : Menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, dan memberikan “data” tepat saat minat memuncak mengenalkan konsep-konsep pokok dari materi pelajaran. 4) Demonstrasikan : Memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru sehingga mereka menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi dan menunjukkan bahwa mereka tahu. commit to user 5) Ulangi : Merekatkan gambaran keseluruhannya. Ini
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
6) Rayakan
dapat dilakukan melalui pertanyaan postest, ataupun penugasan, atau membuat iktisar hasil belajar. Menegaskan bahwa “aku tahu bahwa aku memang tahu ini”. : Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan serta menegaskan bahwa jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan. Perayaan menambahkan dengan asosiasi positif.
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka model pembelajaran kuantum konsep TANDUR adalah penjelasan dari akronim TANDUR yaitu menumbuhkan minat yang tinggi terhadap materi yang akan dipelajari dengan melibatkan siswa pada iklim pembelajaran yang aktif dan menyenangkan dengan melibatkan siswa dalam mengalami dan menamai proses pembelajaran yang berlangsung. Siswa juga
diajak
untuk
mendemonstrasikan
materi
yang
dipelajari
dengan
menggunakan media pembelajaran yang konkrit dan menarik yang akan menjadikan proses pembelajaran yang telah berlangsung akan lebih berkesan. Selain itu juga perlu diadakan proses evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah berlangsung, dan juga diberikannya suatu reward atau penghargaan atas keberhasilan yang telah dicapai. B. Penelitian yang Relevan Alvany Rufaida (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Permulaan Melalui Model Quantum Learning Pada Siswa Kelas 2 Sekolah Dasar Negeri Karangasem 1 Laweyan Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010” menyimpulkan bahwa terjadinya peningkatan Keterampilan Menulis Permulaan setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan penerapan metode Quantum Learning. Hal tersebut terlihat dari kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 62,5 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 53,3%, siklus I nilai rata-rata kelas 66,2 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 68,9% dan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 70,7 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 71,1%. Pada siklus III nilai rata-rata kelas 73,7 dengan prosentase ketuntasan commit82,2%. to user Jadi setelah diterapkan Model
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
Quantum Learning Pada Siswa Kelas 2 Sekolah Dasar Negeri Karangasem 1 Laweyan Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 terjadi peningkatan keterampilan menulis permulaan, yaitu nilai rata-rata kelas 73,7 dengan prosentase ketuntasan 82,2%. Hasil penelitian tindakan kelas Ratnasari Yulianti tahun 2011 dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Penguasaan Unggah-Ungguh Basa Dalam Pembelajaran Bahasa Jawa Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning Siswa Kelas Va Sdn I Pracimantoro Semester II Tahun Ajaran 2010/2011”. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penguasaan
unggah-
ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa kelas VA SDN I Pracimantoro semester II tahun ajaran 2010/2011 meningkat. Hal ini dapat ditunjukkan data-data sebagai berikut : pada pra tindakan hanya 17,14% siswa yang mendapat nilai ≥ 70, pada siklus I 42,86% siswa telah mendapat nilai ≥ 70 dan pada siklus II 74,29% siswa telah mendapat nilai ≥ 70. Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut di atas, maka dapat peneliti tarik simpulan bahwa model pembelajaran yang sesuai dapat meningkatkan keberhasilan belajar siswa. Sehubungan dengan hal itu, peneliti merasa perlu untuk mengembangkan supaya keterampilan berbicara siswa meningkat dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Dalam penelitian ini penulis menekankan peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jawa sesuai unggahungguh basa pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 02 Bolon Kec. Colomadu Kab. Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012.
C. Kerangka Berpikir Pembelajaran Bahasa Jawa pada kelas III Sekolah Dasar Negeri 02 Bolon, khususnya materi unggah-ungguh basa sampai saat ini masih menggunakan metode yang konvensional, yaitu dengan ceramah monoton, minim metode, tanpa media, dan lain-lain. Pembelajaran yang dilaksanakan kurang melibatkan siswa untuk aktif belajar dan cenderung pasif. Hal itu menyebabkan rendahnya motivasi commit to user siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dari rendahnya motivasi tersebut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
menyebabkan siswa tidak antusias dalam mengikuti pelajaran sehingga sebagian besar siswa tidak menguasai pelajaran yang diajarkan khususnya berbicara bahasa Jawa yang sesuai dengan unggah-ungguh basa. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil tes keterampilan berbicara bahasa Jawa sebelum tindakan yaitu hanya sebesar 37,5% siswa yang mendapat nilai di atas KKM (70) Model pembelajaran kuantum merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah yang disebabkan oleh pembelajaran yang berpusat pada guru. Model
pembelajaran
kuantum
dipilih
karena
model
pembelajaran
ini
mengaktifkan siswa tanpa mereka merasa terbebani, mereka dapat dengan bebas belajar sesuai kemampuan dan gaya belajar mereka, karena dalam model ini dianut sistem keberagaman, bukan keseragaman. Pola belajar seperti ini sangat menyenangkan bagi siswa. Selain itu juga akan menuntut siswa aktif dan kreatif dalam memecahkan masalah pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, maka pada kondisi akhir dapat diperoleh bahwa dengan model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jawa sesuai dengan unggah-ungguh basa pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 02 Bolon, Kec. Colomadu, Kab. Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
Secara skematis kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar 2 sebagai berikut :
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Guru menggunakan model pembelajaran yang konvensional pada pembelajaran unggahungguh basa Menerapkan model pembelajaran kuantum dalam pembelajaran unggah-ungguh basa
Setelah diterapkan model pembelajaran kuantum
Keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa masih rendah yaitu sebesar 37,5% di atas KKM (70)
Siklus I Keterampilan berbicara bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh basa pada siklus I mengalami peningkatan.
Siklus II Dengan sub bab yang berbeda, keterampilan berbicara bahasa Jawa pada siklus II meningkat hingga 70% > KKM
Keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa menjadi tinggi
Gambar 2. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: Model Pembelajaran Kuantum
dapat Meningkatkan Keterampilan
“Penerapan Berbicara
Bahasa Jawa Sesuai Unggah-ungguh Basa pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri 02 Bolon Kec. Colomadu Kab. Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Bolon Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar. Alasan yang mendasari penelitian dilaksanakan di SD Negeri 02 Bolon, yaitu: a. Pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kuantum belum pernah diteliti di SD Negeri 02 Bolon. b. Keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa sesuai unggah-ungguh basa di SD tersebut masih rendah.
2. Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan mulai bulan Januari sampai bulan Mei 2012, adapun rinciannya dapat dilihat pada Tabel 1(Lampiran 1 halaman 76). B. Subjek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SD Negeri 02 Bolon, Colomadu, Karanganyar sebanyak 24 siswa. Dengan pertimbangan bahwa keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa kelas III SD Negeri 02 Bolon dalam pembelajaran Bahasa Jawa masih rendah.
C. Sumber Data Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang rendahnya keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa sesuai unggah-ungguh basa pada pembelajaran Bahasa Jawa, dan kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran (termasuk penggunaan model pembelajaran) di kelas. Data penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi: commit user 1. Informan atau nara sumber, yaitu gurutodan siswa SD Negeri 02 Bolon. 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 2. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran bahasa Jawa dan aktifitas lainnya yang bersangkutan. 3. Dokumen atau arsip yang antara lain berupa Kurikulum, Rencana Pembelajaran, dan hasil belajar siswa. 4. Hasil
pengamatan
pelaksanaan
pembelajaran
menggunakan
model
pembelajaran kuantum
D. Teknik Pengumpulan data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi pengamatan/observasi, tes, dan dokumentasi yang masing-masing secara singkat diuraikan berikut ini: 1. Pengamatan/Observasi Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 199) observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta mencatat secara sistematis. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan, dimana peneliti berperan aktif mengamati dan mengikuti semua kegiatan yang sedang dilakukan. Observasi yang pertama dilakukan peneliti terhadap siswa kelas III SD Negeri 02 Bolon untuk mengetahui keterampilan berbicara bahasa Jawa pada siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi yang selanjutnya yaitu observasi yang dilakukan observer terhadap peneliti tentang pelaksanaan pembelajaran bahasa Jawa dengan menggunakan model pembelajaran kuantum. 2. Tes Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 193) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa kelas III commit SDN 02 to Bolon user setelah model diterapkan. Tes
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 yang diberikan yaitu tes unjuk kerja berbicara bahasa jawa yang sesuai dengan unggah-ungguh basa Jawa. Tes atau evaluasi dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung. Dengan diketahui hasil tes, maka peneliti dapat merencanakan kegiatan yang akan dilakukan agar dapat memperbaiki proses pembelajaran. Selain itu, tes digunakan untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan pelaksanaan tindakan. 3. Dokumentasi Metode ini digunakan untuk memperoleh data lengkap yang berupa data audio visual. Metode ini akan digunakan sebagai perekam data-data penelitian yang terdapat selama proses penelitian baik data yang berupa gambar/ foto maupun video yang memuat aktifitas siswa kelas III SD Negeri 02 Bolon saat penelitian berlangsung. Video yang diambil adalah rekaman dari proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kuantum. Sehingga akan menjadi bukti otentik pelaksanaan penelitian. Data-data yang lain dapat berupa hasil evaluasi siswa kelas III dalam pembelajaran bahasa Jawa terutama materi penggunaan unggah-ungguh basa.
E. Validitas Data Untuk menjamin validitas data dan pertanggungjawaban dan dapat dijadikan dasar yang kuat untuk menarik kesimpulan, teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain trianggulasi. Menurut
Lexy J.
Moleong (2010:330) Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Trianggulasi Metode untuk menjamin validitas data. Jenis trianggulasi metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. Yang ditekankan adalah penggunaan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya. Peneliti akan menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi dan hasilnya diuji dengan pengumpulan data to sejenis commit user dengan menggunakan teknik tes
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 dan dokumentasi pada pelaku kegiatan. Dari data yang diperoleh melalui beberapa teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya.
F. Teknik Analisis Data Analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data model analisis deskriptif komparatif. Menurut Sarwiji Suwandi, analisis deskriptif komparatif dilakukan dengan membandingkan antara hasil tes kondisi awal sebelum dilakukan tindakan, hasil tes setelah siklus I, dan hasil tes setelah siklus II (Sarwiji Suwandi, 2009 : 61). Dengan demikian dapat dilihat adanya perbedaan sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan. Secara garis besar, langkah-langkah dalam analisis deskriptif komparatif dibagi menjadi empat kegiatan, yaitu : 1. Mengolah data Pada tahap awal, peneliti melakukan olah data terhadap data yang diperoleh. Data tersebut berupa nilai siswa pada kondisi awal sebelum tindakan, setelah siklus I dan setelah siklus II. Pengolahan data bertujuan untuk memudahkan dalam penyajian data. Data utama adalah data nilai yang diperoleh dari hasil tes unjuk kerja keterampilan siswa dalam menggunakan unggah-ungguh basa Jawa pada kondisi awal dengan pretest yang dilaksanakan guru, data nilai rata-rata dari siklus I dan data nilai rata-rata dari siklus II. 2. Penyajian data Dalam penelitian ini, penyajian data dilakukan pada saat mengolah dan mengambil tindakan terhadap data yang masuk, kemudian disusun dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan dinarasikan dalam pembahasaan penelitian. Data adalah data nilai tes unjuk kerja keterampilan berbicara yang disajikan kedalam bentuk tabel dan grafik yang kemudian dinarasikan sebagai penjelas dari data yang disajikan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 3. Analisis Pada
tahap
ini,
peneliti
melakukan
analisis
data
dengan
membandingkan hasil belajar siswa pada kondisi awal sebelum tindakan, setelah siklus I, dan setelah siklus II. Kegiatan analisis data ini berpatokan pada indikator kinerja yaitu apabila keterampilan berbicara bahasa Jawa anak meningkat dari sebelum penerapan model pembelajaran kuantum ke setelah penerapan model pembelajaran kuantum, ditunjukkan dengan peserta didik yang mendapat nilai sama atau diatas KKM (70) sebanyak 70% dari 24 peserta didik. 4. Kesimpulan Kegiatan ini dilakukan untuk memantapkan simpulan dari tampilan data agar benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Seluruh hasil analisis data yang terdapat dalam kegiatan analisis
maupun penyajian data diambil suatu
simpulan. Simpulan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jawa yang sesuai dengan unggah-ungguh basa melalui model pembelajaran kuantum pada siswa kelas III SD Negeri 02 Bolon Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar dengan hasil akhir ketuntasan dari peserta didik mencapai sama atau lebih dari 70%.
G. Indikator Kinerja Rumusan kinerja penelitian tindakan kelas adalah adalah peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh basa pada siswa kelas III SDN 02 Bolon yaitu ketercapaian tujuan penelitian pada siklus I sekurangkurangnya 60% siswa mencapai ketuntasan belajar (minimal atau sama dengan KKM yaitu 70), pada siklus II atau yang terakhir sekurang-kurangnya 70% siswa mencapai ketuntasan belajar (minimal atau sama dengan KKM 70).
H. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Proses penelitiannya direncanakan terdiri dari dua siklus. Siklus pertama terdiri dari dua kali tatap to user muka dan siklus kedua terdiri daricommit dua tatap muka, masing-masing kegiatan tatap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 muka adalah dua jam pelajaran (2x35 menit). Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai pengajar yang berkolaborasi dengan melibatkan guru kelas untuk bersama-sama melakukan penelitian. Dalam penelitian ini tiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada setiap siklus adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan Perencanaan dalam kegiatan ini meliputi: a. Identifikasi masalah Identifikasi masalah dilakukan melalui observasi dan tes awal. Hasil tes awal keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa menunjukan 37,5% atau 9 dari 24 siswa yang mendapat nilai di atas KKM. b. Analisis penyebab masalah Penyebab dari permasalahan ini adalah pembelajaran bahasa Jawa di kelas yang masih bersifat konvensional dari awal sampai akhir, sehingga kurang menarik minat siswa untuk belajara bahasa Jawa. c. Menetapkan solusi Berdasarkan hasil analisis, maka peneliti menetapkan model pembelajaran
kuantum
merupakan
solusi
yang
tepat
bagi
permasalahan ini.
2. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan merupakan suatu kegiatan dilaksanakannya skenario pembelajaran yang telah direncanakan. Tindakan ini berupa penerapan model pembelajaran kuantum pada pembelajaran bahasa Jawa. Pada tahap pelaksanaa tindakan ini peneliti melakukannya dalam 2 siklus, dimana dalam setiap siklus adalah 2x pertemuan. Setiap pertemuannya memiliki alokasi waktu 2x35 menit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 3. Pengamatan Pengamatan adalah suatu kegiatan mengamati jalannya tindakan untuk memantau sejauh mana efek tindakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kuantum pada pokok bahasan berbicara bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh basa. Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan terhadap aktifitas siswa dalam pembelajaran serta pengamatan terhadap peneilit selama proses pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh guru kelas yang bertindak sebagai observer. 4. Refleksi Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi siklus I. Peneliti menganalisis pemahaman konsep siswa sesuai dengan nilai saat evaluasi saat pembelajaran serta nilai dari hasil tes unjuk kerja keterampilan berbicara siswa. Dari berbagai aspek penilaian dan pengamatan guru terhadap jalannya pembelajaran, peneliti dapat menilai hal-hal apa saja yang kurang dari siklus I yang kemudian peneliti berkolaborasi dengan guru kelas untuk memperbaiki apa-apa saja yang kurang yang nantinya disempurnakan pada siklus II.
I. Prosedur Penelitian Prosedur yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model spiral tindakan kelas yang diadapatasi dari Hopkins (dalam Zainal Aqib 2006:31) yang digambarkan pada Gambar 3 sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
Identifikasi Masalah
Perencanaan
Refleksi
Aksi
Observasi
Refleksi
Perencanaan ulang
Observasi
Aksi
Gambar 3. Empat langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas Dari Gambar 3 tersebut di atas, pelaksanaan tindakan kelas pada awal, yaitu mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam mempelajari materi unggah-ungguh basa Jawa. Berdasarkan data hasil evaluasi yang diadakan oleh peneliti, didapati bahwa hanya 37,5% siswa yang tuntas KKM. Setelah itu, baru mengadakan perencaan untuk siklus I. Penelitian tindakan kelas ini adalah terdiri dari dua tahap yaitu persiapan dan pelaksanaan penelitian : 1. Persiapan Pada tahap persiapan ini yang dilakukan adalah sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 a. Penyusunan RPP sesuai SK dan KD yang ditetapkan dengan menggunakan model pembelajaran Kuantum. b. Menyiapkan sarana pendukung seperti ruang kelas, materi, sumber, dan media pembelajaran. c. Menyiapkan instrumen tes keterampilan berbicara bahasa Jawa. d. Mempersiapkan lembar observasi siswa dan guru. 2. Pelaksanaan Penelitian Setiap siklus dalam penelitian ini mencakup empat langkah, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Langkah-langkah penelitian yang dilakukan pada tiap tahap ini adalah : a. Siklus I 1) Perencanaan Tahap perencanaan dalam penelitian ini berupa rencana kegiatan yang menentukan langkah-langkah untuk memecahkan masalah sebagai upaya memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran
unggah-ungguh basa selama ini. Pada tahap
perencanaan ini disiapkan rencana pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran
kuantum.
Dengan
menggunakan
rencana
pembelajaran diharapkan tujuan pembelajaran akan terarah. Selain rencana pembelajaran peneliti juga menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari menyusun lembar observasi aktivitas siswa untuk mengamati aktivitas dan interaksi siswa pada saat pembelajaran berlangsung, menyusun lembar observasi kinerja guru untuk mengamati kegiatan guru pada saat melaksanakan pembelajaran, menyusun kisi–kisi soal tes dan menyusun soal tes untuk mengetahui peningkatan pengetahuan siswa terhadap unggah-ungguh basa serta menyusun instrument penilaian tes unjuk kerja siswa untuk menilai keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa yang sesuai unggah-ungguh basa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 2) Pelaksanaan Tindakan Kelas Guru menjelaskan rencana kegiatan dengan melaksanakan skenario
pembelajaran
yang
telah
dibuat
berdasar
rencana
pembelajaran. Adapun langkah –langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kuantum sebagai berikut: a) Kegiatan awal (1) Penyiapan kondisi fisik Aktivitas guru pada tahap ini mengabsen siswa dan menyiapkan bahan pelajaran. (2) Guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran
dan
menginformasikan media pembelajaran yang akan dilakukan. (3) Apersepsi Bernyanyi tembang dolanan. (4) Motivasi Guru bertanya jawab mengenai unggah-ungguh basa Jawa yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. b) Kegiatan inti (1) Pengembangan materi Dalam kegiatan inti aktivitas guru menyampaikan materi pelajaran tentang macam-macam ragam bahasa dalam bahasa Jawa serta memberi contoh setiap ragam bahasa tersebut.
Siswa
diminta
membentuk
kelompok
kecil,
kemudian ditugaskan untuk membuat percakapan sederhana yang berisi ragam basa ngoko dan basa krama. Kemudian siswa diminta untuk mempergakanannya didepan kelas. (2) Penerapan menggunakan model pembelajaran kuantum Penerapan
model
pembelajaran
kuantum
menggunakan TANDUR dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 Tabel 2. Penerapan Model Pembelajaran Kuantum Tanamkan
: Anak diajak untuk bernyayi tembang dolanan
yang
bertemakan
lingkungan/alam seperti Kidang Talun. Anak ditanya secara global tentang unggah-ungguh
basa
yang
mereka
ketahui. Alami
: Guru meminta 2 orang siswa maju kedepan untuk bercakap-cakap dalam bahasa Jawa ngoko. Guru meminta seorang siswa untuk diajak bercakap cakap dalam bahasa Jawa krama.
Namai
: Siswa memberikan contoh penggunaan unggah-ungguh basa dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Demonstrasikan : Siswa memperagakan percakapan yang telah
mereka
buat
dengan
tema
lingkungan yang bersih. Ulangi
: Guru membagikan kartu make a match yang berisi kata bagian tubuh kepada siswa dan meminta siswa untuk mencari pasangan
dari
kartu
yang
mereka
pegang.
Rayakan
: Guru memberikan penghargaan bagi siswa yang paling aktif dan paling terampil dalam berbahasa Jawa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 (3) Menganalisis dan mengevaluasi hasil kerja kelompok Guru membantu siswa mengkaji ulang hasil kerja kelompok, kemudian guru memberikan penguatan materi terhadap hasil kerja kelompok. c) Kegiatan akhir Guru memberikan penguatan dan membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran unggah-ungguh basa jawa, selanjutnya guru meminta siswa untuk belajar di rumah mengulang materi dan memberikan pekerjaan rumah. 3) Pengamatan Pengamatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran untuk mencatat keterampilan siswa dalam berbicara bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh basa meliputi : (1) kejelasan dan ketepatan pelafalan kata-kata, (2) kejelasan intonasi, (3) pemilihan kata-kata yang sesuai dengan unggah-ungguh basa Jawa, (4) ekspresi yang sesuai. Melalui pengamatan dapat diketahui bagaimana sikap dan perilaku siswa dalam kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran sehingga guru dapat memperoleh data tentang tingkat keterampilan menulis siswa. 4) Analisis dan refleksi Pada tahap analisis guru mengadakan evaluasi terhadap proses pembelajaran pada tiap pertemuan, kemudian direfleksikan sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus selanjutnya sebagai penyempurnaan. Refleksi dilakukan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan hasil observasi guru kelas. Refleksi juga dilakukan oleh peneliti berdasarkan hasil tes unjuk kerja siswa untuk melihat dan menganalisis sub-sub keterampilan apa yang kurang dikuasai siswa sehingga dapat dijadikan perbaikan pada siklus II. b. Siklus II Perencanaan tindakan siklus 2 dikaitkan dengan hasil yang telah diperoleh pada siklus 1 sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut yaitu commit to user dengan merevisi dan menyempurnakan lagi pembelajaran dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 penerapan
model
pembelajaran
kuantum
untuk
meningkatkan
keterampilan berbicara bahasa Jawa pada siswa. a) Kegiatan awal (1) Penyiapan kondisi fisik Aktivitas guru pada tahap ini mengabsen siswa dan menyiapkan bahan pelajaran. (2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. (3) Apersepsi Bernyanyi tembang dolanan. (4) Motivasi Guru bertanya jawab tentang materi yang berkaitan dengan unggah-ungguh basa Jawa yang dihubungkan dengan kehidupan siswa sehari-hari. b) Kegiatan inti (1) Pengembangan materi Dalam kegiatan inti aktivitas guru menyampaikan materi pelajaran tentang macam-macam ragam bahasa dalam bahasa Jawa serta memberi contoh setiap ragam bahasa tersebut.
Siswa
diminta
membentuk
kelompok
kecil,
kemudian ditugaskan untuk membuat percakapan sederhana yang berisi ragam basa ngoko dan basa krama. Kemudian siswa diminta untuk mempergakanannya didepan kelas tanpa teks. (2) Penerapan menggunakan model pembelajaran kuantum Penerapan
model
pembelajaran
kuantum
menggunakan TANDUR dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Penerapan Model Pembelajaran Kuantum Tanamkan
: Anak diajak untuk bernyayi tembang dolanan yang bertemakan commit to user lingkungan/alam seperti Lir-ilir.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 Anak ditanya materi tentang unggahungguh basa yang telah mereka pelajari kemarin. Alami
: Guru meminta 2 orang siswa maju kedepan untuk bercakap-cakap dalam bahasa Jawa ngoko dan krama.
Namai
: Siswa memberikan contoh penggunaan unggah-ungguh basa dalam kehidupan sehari-hari.
Demonstrasikan : Siswa memperagakan percakapan yang telah
mereka
buat
dengan
tema
lingkungan yang bersih. Ulangi
: Guru membagikan kartu make a match kepada siswa dan meminta siswa untuk mencari pasangan dari kartu yang mereka pegang.
Rayakan
: Guru memberikan penghargaan bagi siswa yang paling aktif dan paling terampil dalam berbahasa Jawa.
(3) Menganalisis dan mengevaluasi hasil kerja kelompok Guru membantu siswa mengkaji ulang hasil kerja kelompok, kemudian guru memberikan penguatan materi terhadap hasil kerja kelompok. c) Kegiatan akhir Guru memberikan penguatan dan membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran unggah-ungguh basa jawa, selanjutnya guru meminta siswa untuk belajar di rumah mengulang materi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 5) Pengamatan Pengamatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran untuk mencatat keterampilan siswa dalam berbicara bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh basa meliputi : (1) kejelasan dan ketepatan pelafalan kata-kata, (2) kejelasan intonasi, (3) pemilihan kata-kata yang sesuai dengan unggah-ungguh basa Jawa, (4) ekspresi yang sesuai. Melalui pengamatan dapat diketahui bagaimana sikap dan perilaku siswa dalam kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran sehingga guru dapat memperoleh data tentang tingkat keterampilan menulis siswa. 6) Analisis dan refleksi Peneliti menganalisis keterampilan berbicara siswa sesuai nilai saat evaluasi dan hasil observasi saat pembelajaran. Jika siswa yang berhasil saat evaluasi mencapai indikator ketercapaian kinerja sebesar 70%, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Kuantum tersebut telah berhasil dan penelitian dapat dihentikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Bolon KecamatanColomadu Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah.Sekolah ini berdiri pada tahun 1965 dan berstatus negeri dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS) yaitu 101031312013. Kepala SD Negeri 02Bolonsaat ini adalah Muh. Showam, S.Pd. Saat ini SD Negeri 02 Bolon telah terakreditasi dengan nilai B. Hal ini mendorong pihak sekolah untuk meningkatkan kinerja dalam mencapai tujuan pembelajaran yang lebih optimal. Secara geografis SD Negeri 02 Bolon terletak di Desa JetakKecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar. Data personil ketenagaan SD Negeri 02Bolon terdiri dari satu kepala sekolah, enam guru kelas, satu guru agama Islam, satu guru Penjaskes, satu guru Bahasa Inggris, satu guru komputer, dan satu penjaga sekolah. Semua personil telah melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik sesuai dengan tanggungjawabnya. Jumlah siswa SD Negeri 02Bolon pada tahun 2011/ 2012 adalah 94siswa. Siswa kelas I terdiri atas 14 siswa , siswa kelas II terdiri atas 14 siswa, siswa kelas III terdiri atas 24 siswa, siswa kelas IV terdiri atas 12 siswa, Siswa kelas V terdiri atas 15 siswa dan siswa kelas VI terdiri atas 15 siswa. Siswa di SD Negeri 02Bolon berasal dari berbagai latar belakang sosial yang berbedabeda.
B. Deskripsi Kondisi Awal Ketersediaan tenaga pendidik yang memadai serta sarana dan prasarana yang ada diharapkan pembelajaran bisa berjalan dengan lancar. Akan tetapi, rendahnya kesadaran guru dalam pemanfaatan sarana dan prasarana tersebut membuat pembelajaran kurang menarik dan kurang berjalan seperti yang diharapkan. Dengan demikian para siswa SD Negeri 02 Bolon belum mampu mencapai prestasi belajar yang optimal.
commit to user 42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 Bahasa Jawa yang merupakan salah satu mata pelajaran muatan lokal di mana antara satu daerah dengan daerah lain berbeda. Muatan lokal Bahasa Jawa merupakan muatan lokal yang disarankan oleh Tingkat Propinsi Jawa Tengah. Bahasa Jawa khususnya berbicara bahasa Jawa yang sesuai dengan unggahungguh basa memang dianggap sulit karena kata-kata yang bermacam-macam serta aturan-aturan penggunaannya. Siswa cenderung malas dan kurang aktif dalam pembelajaran Bahasa Jawa. Keadaan ini dapat dilihat dari nilai Bahasa Jawa siswa yang cukup rendah pada kondisi awal. Pada materi percakapan bahasa Jawa yang dijelaskan melalui ceramah dan sedikit contoh membuat siswa kesulitan untuk menggunakan dan mengenal kata-kata dalam basa ngoko maupun basa kramayang berakibat siswa kurang terampil berbicara bahasa Jawa yang sesuai dengan unggah-ungguh basa. Siswa hanya mampu meniru dari contoh tanpa mengenali dan memahami penggunaan serta makna dari kata-kata yang mereka tirukan. Selain itu guru hanya menerapkan metode ceramah dengan sedikit latihan yang berakibat siswa tidak cepat mengenali dan kurang aktif. Proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas yang masih bersifat konvensional memberikan dampak pada hasil belajar siswa. Kurangnya keaktifan siswa juga berdampak pada rendahnya keterampilan siswa dalam menggunakan unggah-ungguh basa yang benar dalam percakapan bahasa Jawa. Hal ini terbukti pada hasil tes yang dilakukan peneliti pada siswa kelas III yang menunjukkan masih banyak siswa yang kurang terampil dalam berbahasa Jawa. Tes yang dilakukan oleh peneliti ada dua, yaitu tes tertulis dan tes unjuk kerja. Tes tertulis yang dilaksanakan adalah evaluasi pengetahuan siswa terhadap penggunaan unggah-ungguh basa dalam kehidupan sehari-hari serta pengetahuan siswa akan kosa kata basa ngoko dan basa krama. Sedangkan dalam tes unjuk kerja, siswa diminta untuk bercakap-cakap dengan menggunakan unggah-ungguh basa yang ditentukan oleh guru.Pengambilan nilai prasiklus oleh guru dilakukandengan tes berbicara individu di depan kelas. Siswa diminta untuk memberikan contoh kalimat dengan menggunakan bahasa Jawa ngoko dan krama. Secara detail hasil tes dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 81.Berikut adalah daftar nilai siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 kelas III pada Tabel 4 dalam tes keterampilan berbicara bahasa Jawa kondisi awal secara singkat: Tabel4.Distribusi Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Siswa Kelas III SDN 02 Bolon pada Kondisi Awal (Prasiklus) No.
Nilai
Presentase Ketuntasan (%) 42-51 6 25 BT 52-61 4 16,67 BT 62-71 5 20,83 BT 72-81 4 16,67 T 82-91 1 4,17 T 92-101 4 16,67 T 24 100 Jumlah Nilai rata-rata= 1602:24=66,75 Ketuntasan klasikal= 9:24 x 100%= 37,5%
1 2 3 4 5 6
Frekuensi
Tabel 4 di atas, menunjukkan masih rendahnya kemampuan anak dalam menggunakan dan menerapkan unggah-ungguh basa dalam berbicara bahasa Jawa. Setelah proses pembelajaran yang dilaksanakan guru kelas pada kondisi awal hanya 9 anak yang telah tuntas atau mencapai nilai di atas KKM atau hanya 37,5% saja. Dari data Tabel 4 di atas dapat disajikan dalam grafik pada Gambar 4 sebagai berikut: 10 9 8
Frekuensi
7 6 5 4 3 2 1 0 42-51
52-61
62-71 72-81 Interval Nilai
82-91
92-101
Gambar 4. Grafik Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Siswa Kelas III SDN 02 Bolon pada Kondisi Awal (Prasiklus)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 Nilai keterampilan berbicara prasiklus pada Tabel 4 dan Gambar 4 di atas,menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai dalam interval 42-51 sebanyak 6 siswa (25%), interval nilai 52-61 terdapat 4 siswa (16,67%), interval nilai 62-71 sejumlah 5 siswa (20,83%), terdapat 4 siswa (16,67%) yang mendapat nilai dalam interval 72-81, 1 siswa yang mendapat nilai di interval 82-91 (4,17%), dan interval 92-101 ada 4 siswa (16,67%). Nilai rata-rata kelasadalah 66,75 dengan ketuntasan klasikal sebanyak 9 siswa (37,5%) dari jumlahsiswa. Hasil ini menunjukkan kualitas hasil keterampilan berbicara pada kondisiawal masih rendah sehingga perlu diupayakan peningkatan. Bertolak dari sajian data penilaian proses siswa kelas III pada kondisi awal(prasiklus) dari grafik
di atas maka dapat diindikasikan bahwa
pembelajaranketerampilan berbicara yang diterapkan guru belum mencapai hasil yang optimal. Siswa yangmampu untuk memenuhi kriteria penilaian dengan hasil di atas KKM hanya37,5% atau 9darijumlah siswa yang ada yakni 24 siswa. Sehingga perlu diadakan tindakan peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jawa anak yang sesuai dengan unggah-ungguh basa. Berdasarkan data-data awal yang dikumpulkan oleh peneliti, maka perlu diadakan suatu upaya untuk meningkatkan keterampilan serta pengetahuan siswa dalam materi unggah-ungguh basa Jawa.Salah satu pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah menerapkan model pembelajaran kuantum dalam pembelajaran Bahasa Jawa khususnya pada materi penggunaan unggah-ungguh basa. Untuk mengantisipasi permasalahan di atas, peneliti mengadakan penelitian di kelas III dengan menerapkan model pembelajaran kuantum yang menekankan pada keaktifan siswa, mengkondisikan pembelajaran siswa dalam pola pembelajaran yang menyenangkan dalam rangka membantu siswa mengenali penggunaan-penggunaan dan penerapan unggahungguh basa secara nyata yang dapat membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam berbicara bahasa Jawa.Dengan menerapkan model pembelajaran kuantumdiharapkan keterampilan siswa dalam menggunakan unggah-ungguh basa dalam berbicara bahasa Jawaakan mengalami peningkatan sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 C. Pelaksanaan Tindakan 1. Siklus I Tindakan siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Tiap-tiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada tanggal 2April sampai 7April 2012. Adapun tahapantahapan yang dilakukan sebagai berikut: a. Perencanaan Pada tahapan ini dilakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran Bahasa Jawa yang dilaksanakan di kelas III untuk mengetahui model pembelajaran yang dilakukan guru, serta keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran yang di laksanakan. Dalam proses penelitian siklus I ini untuk mendapatkan hasil yangoptimal sesuai harapan bahwa target yang akan dicapai adalah meningkatnyakualitas proses pembelajaran dan sebesar 70 % siswa tuntas dari hasil tes unjukkerja keterampilan berbicara.Di samping itu untuk mencatat hasil belajar siswa berupa nilai formatif mata pelajaran Bahasa Jawa. Berdasarkan pengamatan terhadap pembelajaran dan hasil belajar diperoleh informasi sebagai data awal bahwa siswa kelas III SD Negeri 02Bolon sebanyak 24 siswa terdapat 9 anak atau 37,5% yang baru dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata sebagian besar siswa belum paham perubahan kata serta penggunaannya dalam percakapan. Bertolak dari kenyataan tersebut diadakan konsultasi dengan guru kelas III mengenai alternatif peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jawa yang sesuai dengan unggah-ungguh basadengan menerapkan model pembelajaran kuantum. Adapun penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan pembelajaran disusun 2 × pertemuan. Masingmasing pertemuan dua jam pelajaran (2 x 35 menit). Pada siklus pertama dilaksanakan selama 1 minggu. Perencanaan RPP mencakup penentuan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 a. Standar Kompetensi 2. Mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan tentang percakapan dan menceritakan pengalaman sendiri dengan santun. b. Kompetensi Dasar 2.1 Melakukan percakapan menggunakan ragam bahasa tertentu. c. Indikator 1. Kognitif Produk 2.1.1
Menyebutkan macam-macam ragam bahasa dalam
Bahasa Jawa. Proses 2.1.2 Mempelajari penggunaan unggah-ungguh basa dalam percakapan sehari-hari. 2. Psikomotor 2.1.3 Melakukan percakapan dengan menggunakan unggahungguh basa yang tepat. 3. Afektif 2.1.4
Menampilkan
percakapan
yang
tepat
dengan
menggunakan unggah-ungguh basa. d. Langkah-langkah/skenario pembelajaran, media, metode dan sumber pembelajaran serta kriteria penilaian. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlampir pada lampiran 6 halaman 92. 2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah: a) Ruang belajar Ruang belajar yang digunakan adalah ruang belajar yang biasa digunakan setiap hari.Kursi diatur sedemikian rupa, bisa perindividu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 atau bisa dibuat kelompok, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman, tenang, dan menyenangkan. b) Mempersiapkan Media Pembelajaran Media pembelajaran yang dipakai adalah berupa beberapa gambar tentang percakapan yang dilakukan oleh orang yang berbedabeda.Media ini memberikan contoh nyata dalam penggunaan berbagai ragam bahasa Jawa. Media yang selanjutnya adalah media kartu make a match.Yaitu media kartu berpasangan dimana nantinya siswa diminta untuk mencari pasangan antara kata dalam basa ngono dan krama.tujuan dari kartu ini adalah sebagai media untuk menambah kosa kata anak. Media yang lain yang juga dipersiapkan adalah audio contoh percakapan dalam bahasa Jawa antara orang yang muda dengan orang yang lebih tua umurnya. c) Buku pelajaran Buku pelajaran Bahasa Jawa digunakan sebagai buku acuan belajar.Adapun buku tersebut yaitu Kulina Basa Jawa olehHaryo W.M, dkk.Intan Pariwara (2011), LKS Wursita Basa oleh Soebardjo dkk. Th.2011. 3) Menyiapkan
Lembar
ObservasiPelaksanaan
Pembelajaran
Guru,
danPenilaian Proses Siswa Penggunaan lembar observasi akan mempermudah menentukan hal-hal apa saja yang harus lebih diutamakan dalam pengamatan. Lembar pengamatan penilaian proses siswa lebih diutamakan pada kerjasama, ketekunan,keaktifan, tanggung jawab, dan perhatian dalam proses pelaksanaanpembelajaran berbicara. Sedangkan lembar observasi yang dibuatuntuk guru lebih diutamakan pada persiapan, jalannya proses kegiatan belajar mengajar serta penerapan model pembelajaran kuantum, danpelaksanaan evaluasi pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 4) Menyiapkan Instrumen Penilaian Peneliti menyusun instrumen penelitian yang berupa penilaiantes. Instrumen tes dinilai dari hasil tes unjuk kerja (praktik)berbicara siswa sesuaikompetensi dasar yang ingin dicapai. b. Pelaksanaan Tindakan Dalam tahapan ini, guru melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kuantum. 1) Pertemuan I Pertemuan I dilaksanakan tanggal 04 April 2012dengan materi unggahungguh basa kaitannya dengan penggunaan percakapan sehari-hari. Kegiatan awal meliputi penyiapan kondisi fisik yaitu aktivitas guru pada tahap ini mengabsen siswa dan menyiapkan bahan pelajaran, guru menyampaikan tujuan pembelajaran bahasa Jawa pertemuan kali ini, yaitu diharapkan setelah pembelajaran nantinya siswa dapat menerapkan unggah-ungguh basa dalam percakapan sehari-hari mereka. Kemudian menginjak apersepsi yaitu bernyanyi tembang Jawa Cublak-cublak Suweng. Pada tahap motivasi guru bertanya jawab untuk menggali sejauh mana pengetahuan siswa terhadap materi unggah-ungguh basa Jawa yang akan mereka pelajari. Pertemuan pertama siklus pertama didapatkan kondisi siswa yang masih kurang semangat mempelajari unggah-ungguh basa, hal ini terlihat dari siswa yang menjawab pertanyaan guru hanya sebagian dan menjawabnya dengan raguragu, suara siswa juga terdengar pelan. Siswa masih kurang berani dalam menjawab pertanyaan maka guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih bersemangat dan tertarik mengikuti pelajaran. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan I. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan. Kegiatan inti pada tahap eksplorasi yaitu guru meminta 2 orang siswa untuk maju ke depan kelas. Siswa tersebut diminta untuk bercakap-cakap dengan bahasa Jawa sebisa mereka. Kemudian guru meminta satu orang siswa lain untuk maju ke depan kelas. Guru mengajak bercakap-cakap dengan siswa tersebut dengan bahasa Jawa. Kedua percakapan tersebut digunakan sebagai stimulus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 siswa untuk berpikir tentang materi yang akan mereka pelajari. Kemudian guru mengadakan tanya jawab seputar percakapan tersebut. Selanjutnya pada tahap elaborasiguru memberikan penjelasan mengenai ragam bahasa dalam bahasa Jawa yang dikenal dengan unggah-ungguh basa. Guru juga memberikan penjelasan tentang penggunaan ragam basa ngoko dan basa krama. Kemudian siswa diminta untuk memberikan contoh penggunaan ragam-ragam bahasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan selanjutnya guru memberikan Lembar Kerja Siswa pada setiap bangku. Siswa diminta untuk membuat percakapan pendek dengan menggunakan ragam basa ngoko dan basa krama.Tema yang diberikan yaitu tentang kebersihan lingkungan rumah. Nantinya siswa diminta untuk memperagakannya di depan kelas. Satu per satu siswa maju untuk memperagakannya secara berpasangan. Guru menilai setiap siswa dengan lembar penilaian yang telah dibuat. Setelah selesai penilaian, guru membahas percakapan yang telah dilakukan oleh siswa tadi. Untuk menambah kosa kata siswa, guru menyediakan kartu make a match. Setiap siswa diberikan satu kartu yang nantinya siswa akan mencari pasangan dari kartu yang mereka pegang pada siswa yang lain. Setelah semua mendapatkan pasangannya masing-masing, setiap pasangan membacakannya dengan lantang. Pada tahap konfirmasi guru memberikan soal evaluasi pada siswauntuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi yang telah mereka pelajari.Dan juga tidak lupa guru memberikan penghargaan kepada siswa yang paling aktif dan terampil dalam menggunakan bahasa Jawa. Kegiatan akhir guru dan siswa melakukan refleksi. Guru memberikan pemantapan materi dan memberi kesempatan bertanya kepada siswa apabila ada yang kurang jelas. Guru berpesan kepada siswa agar mempelajari lagi di rumah materi yang telah dipelajari hari ini.Pelajaran ditutup dengan berdoa bersama. 2) Pertemuan II Pertemuan II dilaksanakan tanggal 07 April 2012 dengan materi yang sama, yaituunggah-ungguh basa kaitannya dengan penggunaan percakapan sehari-hari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 Kegiatan awal meliputi penyiapan kondisi fisik yaitu aktivitas guru pada tahap ini mengabsen siswa dan menyiapkan bahan pelajaran, guru menyampaikan materi yang akan mereka pelajari hari itu, serta apersepsi yaitu bernyayi tembang Jawa Kidang Talun. Pertemuan kedua siklus pertama didapatkan kondisi siswa yang berbeda dengan pertemuan pertama. Siswa nampak cukup bersemangat untuk belajar. Ketika guru mencari tahu sudah sejauh mana pengetahuan mereka tentang unggah-ungguh basa, siswa sudah banyak yang menjawab dengan benar. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan II. Kegiatan inti pada tahap eksplorasi diawali dengan guru memberikan audio percakapan yang telah disiapkan guru, siswa diminta untuk memperhatikan. Kemudian guru mengadakan tanya jawab seputar percakapan tersebut. Kemudian guru meminta beberapa siswa untuk maju kedepan kelas dan memberikan contoh kalimat dalam ragam basa ngoko dan basa krama. Selanjutnya pada tahap elaborasi guru memberikan penjelasan mengenai ragam bahasa dalam bahasa Jawa yang dikenal dengan unggah-ungguh basa. Guru juga memberikan penjelasan tentang penggunaan ragam basa ngoko dan basa krama. Kemudian siswa diminta untuk memberikan contoh penggunaan ragamragam bahasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pada pertemuan II ini guru membentuk siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 siswa. Setiap kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa yang telah disiapkan guru. Siswa diberikan tugas untuk membuat percakapan dengan tokoh-tokoh yang telah ditetapkan oleh guru. Tema yang diberikan yaitu tentang
kebersihan
lingkungan
rumah.
Nantinya
siswa
diminta
untuk
memperagakannya di depan kelas. Guru menilai penampilan setiap siswa hubungannya denga keterampilan berbicara siswa pada lembar penilaian yang telah disiapkan. Setelah selesai penilaian, guru membahas percakapan yang telah dilakukan oleh siswa tadi. Untuk menambah kosa kata siswa, guru menyediakan kartu make a match. Setiap siswa diberikan satu kartu yang nantinya siswa akan mencari pasangan dari kartu yang mereka pegang pada siswa yang lain. Setelah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 semua
mendapatkan
pasangannya
masing-masing,
setiap
pasangan
membacakannya dengan lantang. Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi yang telah mereka pelajari, pada tahap konfirmasi ini guru memberikan soal evaluasi pada siswa.Kemudia guru mengumumkan pada pasangan siswa dengan nilai tertinggi dalam tes melakukan percakapan. Kemudian guru memberikan penghargaan berupa bintang prestasi dan memberikan tepuk tangan. Kegiatan akhir guru dan siswa melakukan refleksi. Guru memberikan pemantapan materi dan memberi kesempatan bertanya kepada siswa apabila ada yang kurang jelas.Gurutak lupa berpesan kepada siswa agar mempelajari lagi di rumah materi yang telah dipelajari hari ini.Kegiatan ditutup dengan berdoa bersama. c. Observasi Tahap observasi siklus I pada hari Rabu dan Jumat, 4-6 April 2012 yaitu dilakukan pengamatan terhadap kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Proses pengamatan dilakukan oleh guru kelas III terhadap peneliti yang melaksanakan pembelajaran sebagai guru kelas III, observasi juga dilakukan terhadap penilaian proses siswa ketika mengikuti pembelajaran berbicara dengan model pembelajaran kuantum. Kegiatan pengamatan ini menggunakan lembar observasi yang sudah dipersiapkan. Pengamatan difokuskan pada tiga aspek yaitu: (1) Lembar observasi kinerja guru (peneliti); (2) Lembar penilaian
aktivitas siswa, dan (3) hasil
penilaian tes unjuk kerja keterampilan berbicara bahasa Jawaoleh siswa. Dalam pengamatan ini, peneliti bertindak sebagai partisipan aktif yang mengendalikan proses pembelajaran. Sementara guru kelas III sebagai pengamat inti dengan duduk di tempat paling belakang agar bisa mengamati dan menilai proses pembelajaran yang dipimpin oleh peneliti secara intensif. Berdasarkan kegiatan observasi tersebut, secara garis besar diperoleh gambaran tentang hasil dan jalannya pembelajaran bahasa Jawa dengan menggunakan model pembelajaran kuantum sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 1) Lembar Observasi Kinerja Guru Pengamatan terhadap aktivitas guru selama mengajar.Pada saat peneliti sebagai guru yang mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kuantum,observer duduk di belakang untuk menilai dengan menggunakan lembar observasi kinerja guru.Hasil observasi kinerja guru siklus I (dilihat pada lampiran 9 halaman 121). 2) Penilaian Proses Aktivitas Siswa Dalam proses pembelajaran siswa sudah terlihat lebih aktif dan bersungguh-sungguh dibandingkan dengan kondisi awal. Secara klasikal terdapat peningkatan terhadap kerjasama, ketekunan, keaktifan, tanggung jawab, dan perhatian dalam diri siswa.Hasil pengamatan terhadap sikap siswa pada siklus I (dilihat pada lampiran 10 halaman 122). 3) Hasil penilaian tes unjuk kerja keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa yang sesuai dengan unggah-ungguh basa. Setelah diadakan tes tindakan pada siklus I diperoleh data nilai keterampilan berbicara.Daftar nilai keterampilan berbicara siswa siklus I (dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 118). Berikut adalah daftar nilai siswa kelas III pada tabel dalam tes keterampilan berbicara bahasa Jawapada siklus I secara singkat. Tabel 5.Distribusi Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Siswa Kelas III SDN 02 Bolon pada Siklus I No. 1 2 3 4 5
Nilai
Frekuensi
Presentase Ketuntasan (%) 46-56 3 12,5 BT 57-67 6 25 BT 68-78 7 29,17 T 79-89 3 12,5 T 90-100 5 20,83 T Jumlah 24 100 Nilai rata-rata= 1775:24= 73,96 Ketuntasan klasikal= 15:24 x 100%= 62,5% Berdasarkan Tabel 5 di atas, data nilai keterampilan berbicara bahasa
Jawa setelah diterapkan model pembelajaran kuantum diperoleh nilai rata-rata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 kelas sebesar 73,96. Selain itu dapat diketahui pula sebanyak 15 orang siswa mendapat nilai diatas KKM atau sebesar 62,5%. Dari
Tabel 6, hasil evaluasi keterampilan berbicara bahasa Jawa
siswa yang sesuai dengan unggah-ungguh basa pada siswa kelas III SD Negeri 02 Bolon Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar setelah diterapkan model pembelajaran kuantum pada siklus I yang telah diterangkan di atas, dapat disajikan dalam bentuk grafik Gambar 5 sebagai berikut: 10 9 8
Frekuensi
7 6 5 4 3 2 1 0 46-56
57-67 68-78 Interval Nilai
79-89
90-100
Gambar 5. Grafik Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Siswa Kelas III SDN 02 Bolon pada Siklus I Pada Gambar 5 di atas, ditunjukkan frekuensi dari masing-masing kelas. Pada kelas 46-56 terdapat sebanyak 3 siswa, pada kelas 57-67 terdapat sebanyak 6 siswa, pada kelas 68-78 terdapat 7 siswa, pada kelas 79-89 terdapat sebanyak 3 siswa, dan pada kelas 90-100 terdapat sebanyak 5 siswa. Dengan jumlah keseluruhan 24 siswa, masih terdapat 9 siswa yang belum tuntas KKM. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketuntasan hasil keterampilan berbicara siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 (KKM) pada siklus I belum mencapai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 indikator ketercapaian 70%, sehingga pembelajaran akan dilanjutkan untuk siklus berikutnya yaitu siklus II. d. Refleksi Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi sebagai berikut: 1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran Bahasa Jawa. Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan meggunakan model pembelajaran kuantum. Keberanian siswa juga belum terlihat maksimal atau masih malu berbicara di depan kelas. 2) Berdasarkan tabel 4 dan 5, hasil evaluasi Bahasa Jawa pada siklus I siswa yang memperoleh nilai ≤ 70 (KKM) ada 9 siswa atau 37,5% dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 (KKM) sebanyak 15 siswa atau 62,5%. Jadi nilai ratarata hasil evaluasi Bahasa Jawa pada siklus I yaitu 73,96 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 sebanyak 15 siswa atau ketuntasan klasikal hanya 62,5%. 3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok dari 2 orang menjadi 4 siswa tiap kelompok. Hal ini bertujuan agar siswa dapat membuat percakapan dengan tokoh yang lebih bervariatif. Sehingga penggunaan unggah-ungguh basa dalam percakapan juga lebih variatif. 4) Siswa kurang percaya diri, terlihat skor nilai pada aspek ekspresi berbicara masih sangat lemah sehingga kegiatan berbicara terasa kaku. 5) Pada siklus I ini siswa masih diperbolehkan membawa buku kedepan, tetapi siswa diusahakan untuk bercakap-cakap tanpa teks. Dari hasil penelitian siklus I, maka peneliti dapat mengulas secara cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Bahasa Jawa tentang keterampilan berbicara bahasa Jawayang diperoleh siswa dengan menerapkan model pembelajaran kuantum sudah dapat dikatakan cukup berhasil. Hal ini dikarenakan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prosentase ketuntasan pada siswa kelas III SD Negeri 02Bolon. Tetapi apabila dilihat dari kriteria ketuntasan minimal masih ada 9 siswa yang belum tuntas. Hal ini dikarenakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 oleh beberapa faktor, maka dari itu pembelajaran Bahasa Jawa perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman pada hasil refleksi siklus I.
2. Siklus II Tindakan siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Tiap-tiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada tanggal 9April sampai 14April 2012. Bertolak dari hasil refleksi pada siklus I, maka peneliti bersama guru kelas III yang sekaligus bertindak sebagai observer, berdiskusi mengenai cara yang tepat untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I. Proses pembelajaran bahasa Jawa dengan materi percakapan yang sesuai dengan unggah-ungguh basa pada siklus II ini, rencananya akan dilakukan dengan beberapa langkah perbaikan dari tindakan siklus I, yaitu: 1) Guru meningkatkan kulitas proses dari aspek tanggung jawab, perhatian, kerjasama, ketekunan, dan keaktifan di dalam proses pembelajaran dengan menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan memotivasi siswa untuk belajar. 2) Guru mengganti tokoh-tokoh serta jalan ceritanya supaya penggunaan ragam basa lebih bervariatif. 3) Guru lebih memotivasi siswa agar berani dan percaya diri tampil bermain drama di depan kelas dengan cara penguatan verbal dan pemberian hadiah bagi kelompok terbaik. 4) Menciptakan situasi belajar yang lebih menyenangkan agar siswa semakin memperhatikan penjelasan dari guru dalam mengikuti pelajaran. 5) Guru selalu memberikan arahan dan perhatian pada siswa agar mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kelompoknya, sehingga kerjasama antar anggota kelompok semakin baik. 6) Guru menyarankan agar siswa mampu mengembangkan kalimat dalam dialog saat memerankan tokoh.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 7) Guru lebih memberikan perhatian kepada siswa dengan cara pendekatan individu dan menegur bagi siswa yang tidak fokus pada proses pembelajaran. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan sebagai berikut: a.
Perencanaan Peneliti dan guru kelas III mendiskusikan rencana tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian siklus II ini untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai harapan bahwa target yang akan dicapai adalah 70% siswa tuntas KKM dari hasil tes unjuk
kerja
keterampilan berbicara.Tahap-tahap
perencanaan pada siklus II meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan pembelajaran disusun 2 × pertemuan. Masingmasing pertemuan dua jam pelajaran (2 x 35 menit). Pada siklus pertama dilaksanakan selama 1 minggu. Perencanaan RPP mencakup penentuan: a. Standar Kompetensi 2. Mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan tentang percakapan dan menceritakan pengalaman sendiri dengan santun. b. Kompetensi Dasar 2.1 Melakukan percakapan menggunakan ragam bahasa tertentu. c. Indikator 1. Kognitif Produk 2.1.1
Menyebutkan macam-macam ragam bahasa dalam
Bahasa Jawa. Proses 2.1.2 Mempelajari penggunaan unggah-ungguh basa dalam percakapan sehari-hari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 2. Psikomotor 2.1.3 Melakukan percakapan dengan menggunakan unggahungguh basa yang tepat. 3. Afektif 2.1.4
Menampilkan
percakapan
yang
tepat
dengan
menggunakan unggah-ungguh basa. d. Langkah-langkah/skenario pembelajaran, media, metode dan sumber pembelajaran serta kriteria penilaian. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlampir pada lampiran 11 halaman 121. 2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah: a)
Ruang belajar Ruang belajar yang digunakan adalah ruang belajar yang biasa digunakan setiap hari. Kursi diatur sesuai dengan kelompok yang akan digunakan siswa nantinya.
b) Mempersiapkan Media Pembelajaran Media pembelajaran yang dipakai adalah berupa beberapa gambar tentang percakapan yang dilakukan oleh orang yang berbedabeda.Media ini memberikan contoh nyata dalam penggunaan berbagai ragam bahasa Jawa. Media yang selanjutnya adalah media kartu make a match.Yaitu media kartu berpasangan dimana nantinya siswa diminta untuk mencari pasangan antara kata dalam basa ngono dan krama.tujuan dari kartu ini adalah sebagai media untuk menambah kosa kata anak. Media lain yang digunakan adalah papan nama untuk tokoh yang akan diperankan siswa nantinya pada saat bermain peran. c) Buku pelajaran Buku pelajaran Bahasa Jawa digunakan sebagai buku acuan belajar.Adapun buku tersebut yaitu Kulina Basa Jawa olehHaryo
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 W.M, dkk.Intan Pariwara (2011), LKS Wursita Basa oleh Soebardjo dkk. Th.2011. 3) Menyiapkan
Lembar
ObservasiPelaksanaan
Pembelajaran
Guru,
danPenilaian Proses Siswa Penggunaan lembar observasi akan mempermudah menentukan hal-hal apa saja yang harus lebih diutamakan dalam pengamatan. Lembar pengamatan penilaian proses siswa lebih diutamakan pada kerjasama, ketekunan, keaktifan, tanggung jawab, dan perhatian dalam proses pelaksanaanpembelajaran berbicara. Sedangkan lembar observasi yang dibuatuntuk guru lebih diutamakan pada persiapan, jalannya kegiatan, danpelaksanaan evaluasi pembelajaran. 4) Menyiapkan Instrumen Penilaian Peneliti menyusun instrumen penelitian yang berupa penilaiantes. Instrumen tes dinilai dari hasil tes unjuk kerja (praktik)berbicara siswa sesuaikompetensi dasar yang ingin dicapai. b. Pelaksanaan Tindakan Dalam tahapan ini, guru melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kuantum. 1) Pertemuan I Pertemuan I dilaksanakan tanggal 09 April 2012dengan materi unggah-ungguh basa kaitannya dengan penggunaan percakapan sehari-hari. Kegiatan awal meliputi penyiapan kondisi fisik yaitu aktivitas guru pada tahap ini mengabsen siswa dan menyiapkan bahan pelajaran, guru menyampaikan materi yang akan mereka pelajari hari itu yaitu mengenai unggah-ungguh basa, serta apersepsi yaitu bernyayi tembang Jawa Gajah Belang. Kemudian untuk motivasi, guru bertanya jawab untuk menggali sejauh mana penerapan unggah-ungguh basa dalam kehidupan sehari-hari siswa.Jumlah siswa yang hadir saat itu 24 siswa, yang berarti bahwa semua siswa hadir. Kegiatan inti pada tahap eksplorasi, guru meminta satu orang siswa untuk maju ke depan kelas. Guru mengajak bercakap-cakap dengan siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 tersebut dengan bahasa Jawa. Kemudian guru mengadakan tanya jawab seputar bahasa yang dipakai dalam percakapan tersebut. Selanjutnya pada tahap elaborasi, guru meminta siswa untuk mengulang tentang penjelasan mengenai ragam bahasa dalam bahasa Jawa yang dikenal dengan unggah-ungguh basayang telah mereka pelajari sebelumnya.Kemudian siswa diminta untuk memberikan contoh penggunaan ragam-ragam bahasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan berikutnya, guru membentuk kelas ke dalam kelompokkelompok kecil yang beranggotakan 3 siswa, kemudian guru membagikan Lembar Kerja Siswa pada setiap kelompok. Guru menjelaskan tugas yang harus mereka kerjakan. Setiap kepompok ditugasi untuk membuat percakapan dengan tokoh yang telah ditentukan.Tema yang diberikan yaitu tentang kebersihan
lingkungan
sekolah.
Nantinya
siswa
diminta
untuk
memperagakannya di depan kelas tanpa menggunakan teks/membawa buku. Guru menilai setiap siswa dengan lembar penilaian yang telah dibuat. Setelah selesai penilaian, guru membahas percakapan yang telah dilakukan oleh siswa tadi. Untuk menambah kosa kata siswa, guru menyediakan kartu make a match. Setiap siswa diberikan satu kartu yang nantinya siswa akan mencari pasangan dari kartu yang mereka pegang pada siswa yang lain. Setelah semua mendapatkan pasangannya masing-masing, setiap pasangan membacakannya dengan lantang. Kegiatan inti pada tahap konfirmasi diisi dengan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi yang telah mereka pelajari.Kemudian guru memberikan bintang penghargaan bagi siswa atau kelompok siswa yang paling baik dalam mengikuti pelajaran hari itu. Kegiatan akhir guru memberikan pemantapan materi dan memberi kesempatan bertanya kepada siswa apabila ada yang kurang jelas. Terakhir, guru menutup pembelajaran dengan berdoa bersama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 2) Pertemuan II Pertemuan II dilaksanakan tanggal 12 April 2012 dengan materi yang sama, yaituunggah-ungguh basa kaitannya dengan penggunaan percakapan sehari-hari. Kegiatan awal meliputi penyiapan kondisi fisik yaitu aktivitas guru pada tahap ini mengabsen siswa dan menyiapkan bahan pelajaran, guru menyampaikan materi apa yang akan mereka pelajari serta apersepsi yaitu bernyanyi tembang Jawa Lir-Ilir. Pertemuan II siklus kedua didapatkan kondisi siswa yang berbeda dengan pertemuan pertama.Pada kegiatan motivasi guru mencari tahu sudah sejauh mana pengetahuan mereka tentang unggah-ungguh basa, siswa sudah banyak yang menjawab dengan benar. Kegiatan inti pada tahap eksplorasi diawali dengan guru memberikan pertanyaan seputar penggunaan unggah-ungguh basa utamanya ragam basa krama dalam kehidupan sehari-hari siswa. Selanjutnya pada tahap elaborasi guru memberikan penjelasan mengenai penggunaan ragam basa krama dalam kehidupan sehari-hari.Pada pertemuan II ini guru membentuk siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3 siswa.Setiap kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa yang telah disiapkan guru.Siswa diberikan tugas untuk membuat percakapan dengan tokoh-tokoh yang telah ditetapkan oleh guru.Tema yang diberikan yaitu tentang kebersihan lingkungan sekolah. Nantinya siswa diminta untuk memperagakannya di depan kelas tanpa menggunakan teks. Guru
menilai
penampilan
setiap
siswa
hubungannya
denga
keterampilan berbicara siswa pada lembar penilaian yang telah disiapkan. Setelah selesai penilaian, guru membahas percakapan yang telah dilakukan oleh siswa tadi.Untuk menambah kosa kata siswa, guru menyediakan kartu make a match. Setiap siswa diberikan satu kartu yang nantinya siswa akan mencari pasangan dari kartu yang mereka pegang pada siswa yang lain. Setelah semua mendapatkan pasangannya masing-masing, setiap pasangan membacakannya dengan lantang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 Pada tahap konfirmasi, untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi yang telah mereka pelajari, guru memberikan soal evaluasi pada siswa.Kemudian guru mengumumkan pada pasangan siswa dengan nilai tertinggi dalam tes melakukan percakapan.Kemudian guru memberikan penghargaan berupa bintang prestasi dan memberikan tepuk tangan. Kegiatan akhir guru dan siswa melakukan refleksi. Guru memberikan pemantapan materi dan memberi kesempatan bertanya kepada siswa apabila ada yang kurang jelas. Guru juga berpesan kepada siswa agar mempelajari lagi di rumah materi yang telah dipelajari hari ini.Kegiatan ditutup dengan berdoa bersama. c. Observasi Tahap observasi siklus I pada hari Senin dan Kamis, 2-6 April 2012 yaitu dilakukan pengamatan terhadap kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Proses pengamatan dilakukan oleh guru kelas III terhadap peneliti yang melaksanakan pembelajaran sebagai guru kelas III, observasi juga dilakukan terhadap penilaian proses siswa ketika mengikuti pembelajaran berbicara dengan model pembelajaran kuantum.Kegiatan pengamatan ini menggunakan lembar observasi yang sudah dipersiapkan. Pengamatan difokuskan pada tiga aspek yaitu: (1) Lembar observasi kinerja guru (peneliti); (2) Lembar penilaian aktivitas siswa, dan (3) hasil penilaian tes unjuk kerja keterampilan berbicara bahasa Jawaoleh siswa. Dalam pengamatan ini, peneliti bertindak sebagai partisipan aktif yang mengendalikan proses pembelajaran. Sementara guru kelas III sebagai pengamat inti dengan duduk di tempat paling belakang agar bisa mengamati dan menilai proses pembelajaran yang dipimpin oleh peneliti secara intensif. Berdasarkan kegiatan observasi tersebut, secara garis besar diperoleh gambaran tentang hasil dan jalannya pembelajaran bahasa Jawa dengan menggunakan model pembelajaran kuantum sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 1) Lembar Observasi Kinerja Guru Pengamatan terhadap aktivitas guru selama mengajar.Pada saat peneliti sebagai guru yang mengajar drama dengan menggunakan model pembelajaran kuantum, observer duduk di belakang untuk menilai dengan menggunakan lembar observasi kinerja guru.Hasil observasi kinerja guru siklus II(dapat dilihat pada lampiran 14 halaman 149). 2) Penilaian Proses Aktivitas Siswa Dalam proses pembelajaran siswa sudah terlihat lebih aktif dan bersungguh-sungguh dibandingkan dengan kondisi awal. Secara klasikal terdapat peningkatan terhadap kerjasama, ketekunan, keaktifan, tanggung jawab, dan perhatian dalam diri siswa.Hasil pengamatan terhadap sikap siswa pada siklus II (dapat dilihat pada lampiran 15 halaman 150). 3) Hasil penilaian tes unjuk kerja keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa yang sesuai dengan unggah-ungguh basa. Setelah diadakan tes tindakan pada siklus II diperoleh data nilai keterampilan berbicara.Daftar nilai keterampilan berbicara siswa siklus II (dapat dilihat pada pada lampiran 13halaman 146). Berikut adalah daftar nilai siswa kelas III pada tabel dalam tes keterampilan berbicara bahasa Jawapada siklus II secara singkat. Tabel6.Distribusi Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Siswa Kelas III SDN 02 Bolon pada Siklus II No. 1 2 3 4 5
Nilai
Frekuensi
Presentase Ketuntasan (%) 46-56 2 8,33 BT 57-67 1 4,17 BT 68-78 7 29,17 T 79-89 9 37,5 T 90-100 5 20,83 T Jumlah 24 100 Nilai rata-rata= 1775:24= 79,08 Ketuntasan klasikal= 21:24 x 100%= 87,5% Berdasarkan Tabel 6, data nilai keterampilan berbicara bahasa Jawa
setelah diterapkan model pembelajaran kuantum diperoleh nilai rata-rata kelas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 sebesar 79,08. Selain itu dapat diketahui pula sebanyak 21 orang siswa mendapat nilai diatas KKM atau sebesar 87,5%. Hal ini dapat diartikan bahwa penelitian ini sudah dikatakan berhasil karena sudah sesuai dengan indikator keberhasilan yaitu pada siklus II dapat mencapai ketuntasan belajar sekurangkurangnya 70% (minimal sama atau sama dengan KKM). Dari
Tabel 6, hasil evaluasi keterampilan berbicara bahasa Jawa
siswa yang sesuai dengan unggah-ungguh basa pada siswa kelas III SD Negeri 02Bolon Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar setelah diterapkan model pembelajaran kuantum pada siklus II yang telah diterangkan di atas, dapat disajikan dalam bentuk grafik Gambar 6 sebagai berikut:
10 9 8
Frekuensi
7 6 5 4 3 2 1 0 46-56
57-67 68-78 Interval Nilai
79-89
90-100
Gambar 6. Grafik Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Siswa Kelas III SDN 02 Bolon pada Siklus II Pada Gambar 6 di atas, ditunjukkan frekuensi dari masing-masing kelas. Pada kelas 46-56 terdapat sebanyak 2 siswa, pada kelas 57-67 terdapat sebanyak 1 siswa, pada kelas 68-78 terdapat 7 siswa, pada kelas 79-89 terdapat sebanyak 9 siswa, dan pada kelas 90-100 terdapat sebanyak 5 siswa. Dengan jumlah keseluruhan 24 siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketuntasan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 hasil keterampilan berbicara siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 (KKM) pada siklus IIsudah mencapai indikator ketercapaian 70%, sehingga tindakan dapat dihentikan. d. Refleksi Berdasarkan hasil observasi, peneliti menyimpulkan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran berbicara siklus II ini telah menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dari siklus I. Secara umum, dapat dilihat semua kelemahan-kelemahan yang ada di dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara pada siklus II ini sudah dapat diatasi dengan baik walaupun masih ada beberapa siswa yang kurang aktif dan kurang bersungguh-sungguh. Namun demikian secara garis besar siswa merasa termotivasi dalam belajar, merasa senang dan terkesan, serta menjadi antusias dalam melakukan kegiatan karena siswa belajar sambil bekerja sama dengan temannya satu kelompok secara kompak. Selain itu, peningkatan kualitas hasil keterampilan berbicara pada siklus II sudah mencapai indikator ketercapaian yaitu 70% dari jumlah siswa yang ada.Oleh karena itu penelitian ini sudah dapat dihentikan dan dinyatakan berhasil. Hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk peningkatan dari hubungan antarsiklus. Untuk hasil penelitian persiklus sudah disajikan pada tahap observasi (pengamatan) pada masing-masing siklus. Berdasarkan pengamatan dari analisis data yang ada, dapat dilihat adanya peningkatan kualitas proses dan hasil siswa kelas III SD N 02 Bolon Kecamatan Colomadu dalam pembelajaran bahasa Jawa materi unggah-ungguh basa pada aspek keterampilan berbicara dengan model pembelajaran kuantum. Peningkatan kualitas hasil ditunjukkan dari sebaran frekuensi nilai keterampilan berbicara dari penilaian aspek lafal, intonasi, pemilihan kata dan kelancaran dalam berbicara bahasa Jawa dengan menerapkan unggah-ungguh basa yang semakin besar (meningkat) pada interval nilai di atas KKM (70) seperti pada Table 7 berikut ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 Tabel 7. Distribusi Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas III SDN 02 Bolon pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II No.
Interval Nilai
46-56 1. 57-67 2. 68-78 3. 79-89 4. 90-100 5. Jumlah Siswa Siswa Tidak Tuntas Siswa Tuntas Nilai Rata-rata Kelas Ketuntasan Klasikal (%)
Prasiklus 6 9 4 1 4 24 15 9 66,75 37,5
Frekuensi Siklus I 3 6 7 3 5 24 9 15 73,96 62,5
Siklus II 2 1 7 9 5 24 3 21 79,08 87,5
Tabel 7 di atas, menunjukkan adanya peningkatan nilai keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa dari prasiklus sampai siklus II. Presentase ketuntasan klasikal meningkat dari prasiklus sebesar 37,5% menjadi 62,5% pada siklus I dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 87,5%. Perbandingan nilai rata-rata kelas dari tiap siklus terjadi peningkatan. Pada prasiklus nilai rata-rata siswa sebesar 66,75, pada siklus I nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 73,96. Selanjutnya nilai rata-rata kelas keterampilan berbicara mengalami peningkatan signifikan pada siklus II menjadi 79,08. Peningkatan tersebut membuktikan bahwa model pembelajaran kuantumtepat untuk membantu meningkatkan hasil keterampilan berbicara bahasa Jawa sesuai dengan unggahungguh basa. Dari Tabel7 perbandingan nilai keterampilan berbicara di atas dapat dibuat grafik pada Gambar 7 sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
10 9 8
Frekuensi
7 6 Prasiklus
5
Siklus I 4
Siklus II
3 2 1 0 46-56
57-67 68-78 Interval Nilai
79-89
90-100
Gambar 7. Grafik Distribusi Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas III SDN 02 Bolon pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Dari Gambar 7 tersebut terlihat bahwa prasiklus (biru) lebih mendominasi pada interval nilai rendah, siklus I (merah) mendominasi interval nilai sedang, dan siklus II (hijau) dominasi pada interval nilai tinggi.
D. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Data Hasil Penilaian Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Prasiklus. Nilai keterampilan berbicara prasiklus berdasarkan pada lampiran menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai dalam interval 42-51 sebanyak 6 siswa (25%), interval nilai 52-61 terdapat 4 siswa (16,67%), interval nilai 62-71 sejumlah 5 siswa (20,83%), terdapat 4 siswa (16,67%) yang mendapat nilai dalam interval 72-81, 1 siswa yang mendapat nilai di interval 82-91 (4,17%), dan interval 92-101 ada 4 siswa (16,67%). Nilai rata-rata kelas adalah 66,75 dengan ketuntasan klasikal sebanyak 9 siswa (37,5%) dari jumlah siswa. Hasil ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 menunjukkan kualitas hasil keterampilan berbicara pada kondisi awal masih rendah sehingga perlu diupayakan peningkatan. 2. Data Hasil Penilaian Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Siklus I Berdasarkan data hasil nilai Bahasa Jawa pada lampiran 7halaman 105nilai keterampilan berbicara bahasa Jawa, siswa yang memperoleh nilaipada kelas 4656 terdapat sebanyak 3 siswa, pada kelas 57-67 terdapat sebanyak 6 siswa, pada kelas 68-78 terdapat 7 siswa, pada kelas 79-89 terdapat sebanyak 3 siswa, dan pada kelas 90-100 terdapat sebanyak 5 siswa. Selain itudiperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 73,96 dapat diketahui pulasebanyak 15 orang siswa mendapat diatas KKM atau sebesar 62,5%.Dengan jumlah keseluruhan 24 siswa, masih terdapat 9 siswa yang belum tuntas KKM. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketuntasan hasil keterampilan berbicara siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 (KKM) pada siklus I belum mencapai indikator ketercapaian 70%, sehingga pembelajaran akan dilanjutkan untuk siklus berikutnya yaitu siklus II. 3. Data Hasil Evaluasi Bahasa Jawa Siswa Kelas III Siklus II Berdasarkan lampiran 13 pada halaman 122, hasil nilai Bahasa Jawa materi keterampilan menulis aksara Jawa, siswa yang memperoleh nilaipada kelas 46-56 terdapat sebanyak 2 siswa, pada kelas 57-67 terdapat sebanyak 1 siswa, pada kelas 68-78 terdapat 7 siswa, pada kelas 79-89 terdapat sebanyak 9 siswa, dan pada kelas 90-100 terdapat sebanyak 5 siswa. Dengan jumlah keseluruhan 24 siswa.Selain itu diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 79,08 juga dapat diketahui pulasebanyak 21 orang siswa mendapat diatas KKM atau sebesar 87,5%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketuntasan hasil keterampilan berbicara siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 (KKM) pada siklus IIsudah mencapai indikator ketercapaian 70%, sehingga tindakan dapat dihentikan dan terbukti berhasil.
E. Pembahasan Hasil Penelitian Dengan melihat dari hasil penelitiandi atas, dapat dijelaskan perhitungan rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan keterampilan siswa dalam berbicara bahasa Jawa kaitannya dengan penerapan unggah-ungguh basa dalam percakapan setelah mendapatkan pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 Bahasa Jawa dengan menerapkan model pembelajaran kuantum. Peningkatan terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II yang masing-masing siklus terdiri atas 2 pertemuan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 8, sebagai berikut:
Tabel 8. Nilai Rata-Rata Hasil Tes Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa dan Prosentase Ketuntasan Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 70
Nilai Rata-rata Sebelum Tindakan 66,75
Berdasarkan
Persentase Ketuntasan (%)
Siklus I
Siklus II
73,96
79,08
perhitungan
nilai
Sebelum Tindakan
rata-rata
Siklus I
Siklus II
62,5
87,5
37,5
padatabel
8,siswa
yang
memperoleh nilai ≥ 70 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini merefleksikan bahwa pembelajaran Bahasa Jawa yang dilaksanakan guru dinyatakan berhasil, karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai yang berarti, ada peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa dengan menerapkan model pembelajaran kuantumpada siswa kelas III SD Negeri 02Bolon Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar. Adapun peningkatan nilai rata-rata klasikal hasil evaluasi Bahasa Jawa dengan menerapkan model pembelajaran kuantumdapat digambarkan dalam bentuk grafik Gambar 8sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 100 90 80 70
Nilai Rata-rata
60
73.96
79.08
66.75
50 40 30 20 10 0 Prasiklus Siklus I Pelaksanaan Tindakan
Siklus II
Gambar 8. Grafik peningkatan nilai rata-rata hasil keterampilan berbicara pada prasiklus, siklus I dan siklus II Sedangkan untuk peningkatan presentase ketuntasan klasikal dapat digambarkan dalam grafik Gambar 9 berikut ini: 100 90 87.5
80 70
Presentase Ketuntasa (%)
60
62.5
50 40 30
37.5
20 10 0 Prasiklus Siklus I Pelaksanaan Tindakan
Siklus II
Gambar 9. Grafik peningkatan presentase ketuntasan klasikal keterampilan berbicara pada prasiklus, siklus I dan siklus II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 Dengan data-data yang telah disajikan diatas dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran bahasa Jawa pada siswa kelas III SD Negeri 02 BolonTahun Pelajaran 2011/2012yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kuantum. Hal ini karena dengan penerapan model pembelajaran kuantum untuk pembelajaran sangat baik karena selain dengan konsep yang dijunjung yaitu konsep TANDUR model pembelajaran kuantum menekankan pada pembelajaran yang menyenangkan, membebaskan siswa berekspresi, berkreasi yang dalam pelaksanaannya anak dibawa pada kondisi pembelajaran yang mereka inginkan dan butuhkan sehingga pembelajaran
terasa
sangat
menyenangkan.
Jadi
pembelajaran
dengan
menerapkan model pembelajaran kuantumdapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jawa yang sesuai dengan unggah-ungguh basa pada siswa kelas III SD Negeri 02Bolon Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus tersebut di atas, ternyata hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya. Dengan menerapkan model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jawa yang sesuai dengan unggah-ungguh basa pada siswa kelas III SD Negeri 02 Bolon Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 66,75 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 37,5%, siklus I nilai rata-rata kelas 73,96 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 62,5% dan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 79,08 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 87,5%.
B. Implikasi Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran kuantum dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa Jawa. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kunatum adalah pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran yang menyenangkan, membebaskan siswa berekspresi, berkreasi yang dalam pelaksanaannya anak dibawa pada kondisi pembelajaran yang mereka inginkan dan butuhkan sehingga pembelajaran terasa sangat menyenangkan. Penerapan prinsip TANDUR dalam pembelajaran bahasa Jawa dapat memicu gairah siswa untuk mempelajari unggah-ungguh basa. Penelitian ini membuktikkan bahwa hasil pembelajaran meningkat setelah diterapkan model pembelajaran kuantum. Oleh karena itu model pembelaran kuantum ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam kegiatan pembelajarannya. Penggunaan
model
pembelajaran kuantum dapat meningkatkan commit to user keterampilan berbicara siswa. Dengan model ini siswa lebih antusias, lebih aktif, 72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan kelompoknya, yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajarnya.
C. Saran Sesuai dengan implikasi dan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain: 1. Bagi Sekolah Hendaknya sekolah meningkatkan kualitas pembelajaran dengan mengupayakan pelatihan bagi guru untuk dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan harapan. 2. Bagi Guru a) Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan merancang model pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga siswa menjadi lebih tertarik dan pembelajaran akan menjadi lebih kondusif dan bermakna. Hal ini membuat siswa tidak mudah bosan dan tetap termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan keterampilan menulis pada materi setiap pelajaran. b) Dalam penyampaian materi guru hendaknya menggunakan media yang sesuai karena dapat memberikan kemudahan terhadap peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap, dan keterampilan tertentu, serta mampu memberikan pengalaman yang berbeda dan bervariasi sehingga merangsang minat peserta didik sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. c) Guru hendaknya mengupayakan tindak lanjut terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kuantum yang akan dilaksanakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 3. Bagi Siswa Siswa diharapkan untuk lebih mencintai dan melestarikan bahasa Jawa sebagai bagian dari kebudayaan daerah sekaligus merupakan akar kebudayaan nasional. 4. Bagi Peneliti Lain Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya lebih cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kuantum guna melengkapi kekurangan yang ada serta sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa yang sesuai dengan unggah-ungguh basa yang belum tercakup dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik.
commit to user