perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI DENGAN METODE PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PALUR 04 MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/ 2012
SKRIPSI
Oleh : ITA SUCI LESTARI K 1208098
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA MEI 2012 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI DENGAN METODE PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PALUR 04 MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/ 2012
Oleh: ITA SUCI LESTARI K1208098
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA MEI 2012
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Ita Suci Lestari. K1208098. PENINGKATAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI DENGAN METODE PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PALUR 04 MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mei 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan: (1) motivasi dalam pembelajaran menulis narasi; dan (2) kemampuan menulis narasi dengan penerapan metode peta pikiran pada siswa kelas IV SD Negeri Palur 04 Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas dalam tiga siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Palur 04 Mojolaban Kabupaten Sukoharjo yang berjumlah 30 siswa. Objek penelitian ini adalah pembelajaran menulis narasi. Sumber data yang digunakan, yaitu: (1) peristiwa, (2) informan, dan (3) dokumen. Peristiwa dalam penelitian ini, yakni kegiatan pembelajaran menulis narasi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Informan dalam penelitian ini adalah guru kelas IV SD Negeri Palur 04 Mojolaban Kabupaten Sukoharjo dan siswa yang berjumlah 30 siswa. Dokumen yang digunakan berupa catatan observasi selama proses pembelajaran, hasil tes siswa berupa tulisan narasi, daftar nilai yang berupa nilai proses dan hasil pembelajaran menulis narasi, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), silabus, catatan hasil wawancara yang ditranskrip, dan foto kegiatan pembelajaran menulis narasi. Teknik pengumpulan data yang diterapkan, yaitu: (1) observasi; (2) wawancara; (3) tes; (4) analisis dokumen. Teknik validitas yang digunakan adalah triangulasi metode dan sumber data. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis komparatif deskriptif dan teknik analisis kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode peta pikiran dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan menulis narasi pada siswa kelas IV SD Negeri Palur 04 Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Hal tersebut teridentifikasi sebagai berikut: (1) proses pembelajaran menulis narasi mengalami peningkatan yang berdasarkan hasil pengamatan pada kondisi awal, siswa yang tampak termotivasi dalam proses pembelajaran hanya sebesar 13 siswa (43%). Peningkatan proses pembelajaran ditandai dengan meningkatnya ketercapaian indikator kinerja yaitu motivasi siswa dalam pembuatan peta pikiran. Pada siklus I siswa yang tampak termotivasi saat diberi tugas menggambar peta pikiran sebesar 15 siswa (50%), pada siklus II sebesar 21 siswa (70%), dan pada siklus III meningkat menjadi 28 siswa (93%). (2) kemampuan menulis narasi mengalami peningkatan dari kondisi awal hanya 12 siswa (40%) yang sudah mencapai batas ketuntasan 70. Pada siklus I dengan rerata nilai siswa sebesar 69 dan terdapat 17 siswa (57%) yang sudah mencapai batas ketuntasan 70, pada siklus II dengan rerata 76 dan terdapat 22 siswa (73%), pada siklus III dengan rerata nilai siswa 81 dan mengalami peningkatan, yaitu 27 siswa (90%) sudah mencapai batas ketuntasan 70. Prosedur penerapan metode peta pikiran yang dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan menulis narasi adalah sebagai berikut:
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(1) guru memberi contoh peta pikiran; (2) siswa melengkapi kata-kata kunci pada ranting cabang dengan tema yang sudah ditentukan; (3) siswa menggambar peta pikiran dengan tema tertentu berdasarkan pengalaman; (4) siswa mewarnai peta pikiran; (5) siswa mengembangkan peta pikiran menjadi karangan narasi sesuai urutan kejadian; (6) siswa merevisi karangan narasi dengan memperhatikan kaidah bahasa; (7) siswa mempresentasikan hasil pekerjaan di depan kelas; (8) guru dan siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang (QS. Al Insyiraah: 6-7).
Tembok penghalang berdiri di sana karena suatu alasan, bukan untuk menghalangi kita. Tembok penghalang itu ada untuk memberi kesempatan kita menunjukkan sekuat apa keinginan kita mencapai sesuatu (Randy Pausch-The Last Lecture)
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring
syukurku pada-Mu,
karya ini
kupersembahkan untuk: 1. Ayahdan ibuku tercinta (Slamet dan Ngatini). Kalianlah inspirasi terbaikku. 2. Kakak-kakakku
tersayang
(Joko
Taryono, Dwi Prawoto, Triyono, Nining, dan Mia) terima kasih kalian selalu ada untukku dan menyayangiku. 3. Keponakanku tersayang: Nuha Sabita dan
Afrah
Qonita
yang
senantiasa
memberikan keceriaan. 4. Seseorang
yang
spesialku,
terima
menjadi kasih
kau
teman selalu
memberiku semangat. 5. Sahabat-sahabatku
yang
selalu
bersamaku (Dian Maya, Intan, Lisdiana, Nunun, Tari, Wartini Wiwit, Zenik) terima kasih
untuk
kebersamaannya
selama ini. 6. Teman-teman
7. Almamater.
commit to user ix
Bahasa
dan
Sastra
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan PENINGKATAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI DENGAN METODE PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PALUR 04 MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan
untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pengesahan skripsi. 2. Dr. H. Muh. Rohmadi, M.Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni yang telah memberikan izin untuk penulisan skripsi. 3. Dr. Kundharu Saddhono, S.S, M.Hum., Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan izin untuk menyusun skripsi. 4. Drs. Swandono, M.Hum., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Program Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNS. 5. Dra. Sumarwati, M. Pd dan Sri Hastuti, S.S., M.Pd selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan sabar kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar. 6. Bapak Sukino, S.Pd., selaku Kepala SD Negeri Palur 04 Mojolaban Kabupaten Sukoharjo yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK).
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Ibu Ida Nursanti, S.Pd.SD., selaku guru kelas IV SD Negeri Palur 04 Mojolaban Kabupaten Sukoharjo yang telah banyak membantu dan berpartisipasi aktif dalam proses penelitian. 8. Siswa-siswi kelas IV SD Negeri Palur 04 Mojolaban Kabupaten Sukoharjo yang telah berpartisipasi aktif sebagai subjek penelitian dan membantu pelaksanaan penelitian. 9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, 14 Mei 2012
Penulis
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI halaman JUDUL
i ..
ii
.
iii
PERSETUJUAN ..............................................................................................
iv
PENGESA
v .
vi viii
PERSEMBAH
..
KATA PE
ix x
DAFTAR ISI .... .............................................................................................
xii xvi
... xviii DAFTAR LAMPIRA
..
xix
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................................
5
C. Tujuan penelitian ..................................................................................
6
D. Manfaat penelitian ................................................................................
6
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori .........................................................................................
9
1. Hakikat Menulis Narasi ...................................................................
9
a. Pengertian Menulis......................................................................
9
b. Manfaat dan Tujuan M
...
10
c. Jenis-
11
d. Tahap-
12
e. Pengertian Narasi
12
f. Ciri-
14
g. Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif
commit to user xii
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Hakikat Motivasi Menulis ...............................................................
15
a. Pengertian Motivasi.......................................................................
15
b. Jenis Motivasi................................................................................
16
c.
17
.................................
d.
18
e. Konsep Aktivitas
18
f. Pola Aktivitas d
20
3. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.............
20
4. Hakikat Pembelajaran Menulis Narasi di Sekolah Dasar.................
21
a. Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar......................................
21
b. Pembelajaran Menulis Narasi di Sekolah Dasar...........................
26
5. Hakikat Metode Peta Pikiran............................................................
27
a. Pengertian Metode Pembelajaran.................................................
27
b. Pengertian Peta Pikiran..................................................................
31
c. Karakteristik Metode Peta Pikiran................................................
33
d. Langkah-langkah Pembuatan Peta Pikiran...................................
34
e. Manfaat Peta Pikiran....................................................................
34
f. Kelebihan dan Kekurangan Metode Peta Pikiran.........................
35
g. Perbedaan Catatan Biasa dengan Peta Pikiran..............................
35
h. Pembelajaran Menulis Narasi dengan Metode Peta Pikiran..........
36
i. Penilaian dalam Menulis Narasi..................................................... 37 B. Penelitian yang Relevan .......................................................................
42
C. Kerangka Berpikir ................................................................................
44
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................
47
B. Subjek Penelitian .................................................................................
48
C. Bentuk dan Strategi P
48
D. Sumber Data Penelitian.........................................................................
49
E. Pengumpulan Data ...............................................................................
50
F. Uji Validitas Data .................................................................................
50
G. Analisis Data ........................................................................................
51
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H. Prosedur Penelitian ...............................................................................
51
I. Indikator KinerjaPenelitian......................................................... .........
58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pratindakan........................................................................ ..
60
B. Deskripsi Hasil Setiap Siklus.................................................................
65
1. Siklus Pertama..................................................................................
65
a. Perencanaan Tindakan................................................................ .
65
b. Pelaksanaan Tindakan............................................................... ..
68
c. Hasil Pengamatan (Observasi) .....................................................
74
d. Analisis dan Refleksi...................................................................
75
2. Siklus Kedua....................................................................................
77
a. Perencanaan Tindakan.................................................................
77
b. Pelaksanaan Tindakan.................................................................
81
c. Hasil Pengamatan (Observasi)................................................ .....
85
d. Analisis dan Refleksi...................................................................
86
3. Siklus Ketiga....................................................................................
87
a. Perencanaan Tindakan.................................................... .............
87
b. Pelaksanaan Tindakan.................................................................
91
c. Hasil Pengamatan (Observasi)................................................ .....
94
d. Analisis dan Refleksi.................................................................. .
95
C. Perbandingan Antarsiklus.............................................................. .....
97
D. Pembah
98
1. Pembuatan Peta Pikiran Meningkatkan Motivasi Menulis Narasi....
99
Motivasi dalam Pembuatan Peta Pikiran...................................... ...
99
2. Pembuatan Peta Pikiran Meningkatkan Kemampuan Menulis Narasi 99 a. Pengungkapan Isi............................................................... ..........
99
b. Pengorganisasian............................................................ .............
100
c. Pemanfaatan Kosakata............................................................ .....
100
d. Pengembangan Bahasa................................................................
100
e. Mekanik........................................................................................ 100 f. Perolehan Nilai Menulis Narasi
commit to user xiv
... 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN........................................ . 102 A. Simpulan............................................................................................. .. 102 B. Implikasi........................................................................................ ....... 103 C. Saran..................................................................................................... 104 DAFTAR PUSTAKA
.. 106
LAMPIRAN
109
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL tabel
halaman
1. Penilaian Proses Pembelajaran
39
2. Model Penilaian Tugas Menulis Narasi dengan Skala Interval.........
41
3. Penilaian Hasil
.
42
4. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian....................
47
5. Indikator Kiner
59
6. Nilai Menulis Narasi Siswa pada Pratindakan
62
7. Pencapaian Indikator pada Siklus I
74
8. Pencapaian Indikator
85
9. Pencapaian Indikator
95
10. Perbandingan Hasil Tin
98
11. Silabus
110
12. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia Tingkat Sekolah Dasar
111
13.
112
14. Lembar Nilai Siswa dalam Pemb
114
15. Lembar Rekapitulasi Motivasi Siswa Kelas IV dalam Pembelajaran Menulis Narasi
115
16. Lembar Observasi Kinerja Guru saat Mengajar
122
17. Lembar Observasi Motivasi Siswa Kelas IV dalam Pembelajaran Menulis Narasi...................................................................................
124
18. Lembar Observasi Motivasi Siswa Kelas IV dalam Pembelajaran Menulis Narasi (Pratindakan)............................................................ 19. Lembar Analisis Hasil Evaluasi dari Guru pada saat Pratindakan...
139 144
20. Daftar Nilai Siswa dalam Pembelajaran Menulis Narasi saat Pratindakan .................................................................................. 21. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar (Pratindakan).......
146 148
22. Lembar Observasi Motivasi Siswa Kelas IV dalam Pembelajaran Menulis Narasi Pada Siklus I............................................................
187
23. Daftar Penilaian Proses Pembelajaran Menulis Narasi pada Siklus I
188
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24. Daftar Nilai Siswa dalam Pembelajaran Menulis Narasi pada Siklus I 189 25. Lembar Observasi Kinerja Guru saat Mengajar pada Siklus I............
190
26. Lembar Observasi Motivasi Siswa Kelas IV dalam Pembelajaran Menulis Narasi pada Siklus II............................................................... 218 27. Daftar Penilaian Proses Pembelajaran Menulis Narasi pada Siklus II
219
28. Daftar Nilai Siswa dalam Pembelajaran Menulis Narasi pada Siklus II................................................................................................
220
29. Lembar Observasi Kinerja Guru saat Mengajar pada Siklus II...........
221
30. Lembar Observasi Motivasi Siswa Kelas IV dalam Pembelajaran Menulis Narasi pada Siklus III............................................................. 248 31. Daftar Penilaian Proses Pembelajaran Menulis Narasi pada Siklus III 249 32. Daftar Nilai Siswa dalam Pembelajaran Menulis Narasi pada Siklus III..............................................................................................
250
33. Lembar Observasi Kinerja Guru saat Mengajar pada Siklus III.........
251
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR gambar
halaman
1. Bagan Peran Aktif dan Partisipasi Siswa dalam Proses Pembelajaran..................................................................................... 20 2. Kerangka Berpikir........................................................................... 46 3. Prosedur Penelitian.......................................................................... 52 4. Foto Pelaksanaan Tindakan Pratindakan....................................
158
5. Gambar Hasil Pekerjaan Siswa Siklus I......................................
177
6. Foto Pelaksanaan Tindakan Siklus I.................................................. 192 7. Gambar Hasil Pekerjaan Siswa Siklus II.....................................
208
8. Foto Pelaksanaan Tindakan Siklus II................................................ 223 9.
238
10. Foto Pelaksanaan Tindakan Siklus III............................................... 253
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN lampiran
halaman
1.
110
2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia Tingkat Sekolah D
111
3. Pedoman Penilaian Hasil Menulis Narasi Siswa.................................. 112 4. Lembar Nilai Siswa dalam Pembel
114
5. Lembar Rekapitulasi Motivasi Siswa Kelas IV dalam Pembelajaran Menulis
115
6. Pedoman Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia (Pratindakan)
116
7. Pedoman Wawancara dengan Siswa Kelas IV (Pratindakan)
118
8. Pedoman Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia (Pascatindakan) 120 9. Pedoman Wawancara dengan Siswa Kelas IV (Pascatindakan) 10. Lembar Observasi Kinerja Guru saat
. 121 ... 122
11. Lembar Observasi Motivasi Siswa Kelas IV dalam Pembelajaran Menulis Narasi...................................................................................... 124 12. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Guru saat Pratindakan.. 126 13. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa saat Pratindakan 131 14. Catatan Lapangan Hasil Observasi Pratindakan
136
15. Lembar Observasi Motivasi Siswa Kelas IV dalam Pembelajaran Menulis Narasi (Pratindakan)..................................................... ........... 139 16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pratindakan................................ 140 17. Lembar Analisis Hasil Evaluasi dari Guru pada saat Pratindakan........ 144 18. Daftar Nilai Siswa dalam Pembelajaran Menulis Narasi saat Pratindakan ........................................................................................... 146 19. Lembar Observasi Kinerja Guru saat Mengajar (Pratindakan)..........
148
20. Hasil Pekerjaan Siswa (Pratindakan)..................................................
151
21. Foto Pelaksanaan Tindakan saat Prat
158
22. Rencana Pelaksanaan Pembel
160
23. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus I......................................... 169 24. Hasil Pekerjaan Siswa
commit to user xix
177
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25. Lembar Observasi Motivasi Siswa Kelas IV dalam Pembelajaran Menulis Narasi Siklus I......................................................................... 187 26. Daftar Penilaian Proses Pembelajaran Menulis Narasi pada Siklus I.. 188 27. Daftar Nilai Siswa dalam Pembelajaran Menulis Narasipada Siklus I 189 28. Lembar Observasi Kinerja Guru saat Mengajar Siklus I..................... 190 29. Foto Pelaksanaan Tindakan Siklus
192
30. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
194
31. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus II........................................ 201 32. Hasil Pekerjaan Siswa pada Siklus II
208
33. Lembar Observasi Motivasi Siswa Kelas IV dalam Pembelajaran Menulis Narasi Siklus II........................................................................ 218 34. Daftar Penilaian Proses Pembelajaran Menulis Narasi pada Siklus II.. 219 35. Daftar Nilai Siswa dalam Pembelajaran Menulis Narasi pada Siklus II................................................................................................. 220 36. Lembar Observasi Kinerja Guru saat Mengajar Siklus II.................... 221 37. Foto
223
38. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (R
225
39. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus III....................................... 232 40. Hasil Pekerjaan Siswa Siklus III
238
41. Lembar Observasi Motivasi Siswa Kelas IV dalam Pembelajaran Menulis Narasi Siklus III....................................................................... 248 42. Daftar Penilaian Proses Pembelajaran Menulis Narasi pada Siklus
249
43. Daftar Nilai Siswa dalam Pembelajaran Menulis Narasi pada Siklus I
250
44. Lembar Observasi Kinerja Guru saat Mengajar Siklus III................... 251 45. Foto Pelaksanaan Tindakan Siklus III
.. 253
46. Rekapitulasi Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Menulis Narasi (Pascatindakan)..................................................................................... 256 47. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa (Pascatindakan)... 257 48. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan
commit to user xx
260
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam komunikasi. Dua atau lebih manusia yang berkomunikasi menggunakan bahasa yang sama dapat membuat mereka memahami maksud dari penyampai pesan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa pengungkapan gagasan ataupun perasaan baik secara lisan maupun tertulis. Bahasa memungkinkan manusia dapat memikirkan suatu masalah secara teratur, terus-menerus, dan berkelanjutan. Sebaliknya, tanpa bahasa peradaban manusia tidak mungkin dapat berkembang baik. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Menulis merupakan satu bentuk keterampilan berbahasa yang paling akhir setelah keterampilan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibanding tiga kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli yang bersangkutan sekalipun. Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan (Nurgiyantoro, 2010: 422). Keterampilan menulis memang menjadi suatu keterampilan berbahasa yang paling sulit untuk dikuasai.Hal itu disebabkan adanya dua unsur yang harus dikuasai oleh penulis, yaitu unsur bahasa dan unsur nonbahasa. Unsur bahasa merupakan unsur yang berkaitan dengan aspek tata bahasa, seperti ejaan, struktur kalimat, kohesi dan koherensi, serta unsur kebahasaan yang lain. Sementara itu, unsur nonbahasa yang dijadikan ide atau gagasan dalam sebuah tulisan meliputi unsur di luar aspek tata bahasa, seperti pengetahuan dan pengalaman penulis. Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan yang mendapat porsi yang lebih dalam pengajaran bahasa mulai dari sekolah dasar. Siswa sekolah dasar diharapkan mulai mengenal dan memahami aspek-aspek dasar keterampilan menulis. Menulis merupakan bagian yang tidak dipisahkan dalam seluruh proses belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Pembelajaran keterampilan menulis pada jenjang sekolah dasar merupakan langkah awal
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
menuju tingkat lanjut ke jenjang pendidikan selanjutnya yang lebih tinggi. Kemampuan menulis ini diajarkan di sekolah dasar sejak kelas I sampai dengan kelas VI. Kemampuan menulis yang diajarkan di kelas I dan kelas II merupakan kemampuan tahap awal atau tahap menulis permulaan sedangkan yang diajarkan di kelas III, IV, V, dan VI disebut pembelajaran menulis lanjut (Slamet, 2008: 72). Menulis merupakan keterampilan yang memerlukan latihan yang berkelanjutan dan terus-menerus. Melalui latihan menulis secara bertahap diharapkan dapat membangun keterampilan menulis siswa agar lebih meningkat lagi. Tujuan pembelajaran menulis adalah siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, dan pengetahuan secara tertulis serta memiliki kegemaran menulis. Secara umum tujuan pembelajaran menulis adalah siswa mampu mengomunikasikan ide atau gagasan/ pendapat secara tertulis ataupun sebagai kegiatan mengekspresikan ilmu pengetahuan, pengalaman hidup, ide, imaji, dan aspirasi. Kemampuan menulis mulai dilatihkan di tingkat sekolah dasar. Di tingkat sekolah dasar mulai ditanamkan dasar-dasar kemampuan menulis.Pada awal kelas tinggi, yaitu di kelas IV, siswa dituntut mampu mengemukakan ide/ pesan dengan ejaan yang benar, kosakata tepat, kalimat yang efektif, dan dengan paragraf yang baik. Berarti di kelas IV sekolah dasar, siswa harus mampu menggunakan ejaan, membuat kalimat, serta menghubungkan kalimat dalam satu paragraf sehingga terbentuk sebuah tulisan atau karangan yang baik. Akan tetapi, fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan menulis siswa masih rendah bila dibandingkan kegiatan berbahasa lainnya. Rendahnya kemampuan menulis terutama pembelajaran menulis narasi, juga terjadi di kelas IV SD Negeri Palur 04 Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Nilai pretes dalam pembelajaran menulis karangan yang diperoleh siswa dari 30 siswa hanya ada 12 orang siswa yang mendapatkan nilai minimal yang telah ditetapkan adalah
70 (kriteria ketuntasan
70), sedangkan 18 siswa lainnya masih
jauh dari batas kriteria ketuntasan minimal. Sebagian besar siswa belum mampu merinci peristiwa dengan baik, isi ceritanya melompat-lompat atau belum mampu mengarang berdasarkan urutan waktu, diksi yang digunakan masih belum sesuai dan cenderung monoton, serta struktur kalimat belum jelas. Berdasarkan hasil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
wawancara yang dilakukan dengan Ibu Ida Nursanti, S.Pd.SD (guru kelas IV SD Negeri Palur 04 Mojolaban, Sukoharjo), diperoleh informasi bahwa rendahnya kualitas hasil pembelajaran menulis narasi di kelas ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (1) siswa belum mampu mengembangkan ide/ isi cerita monoton; (2) siswa belum mampu merinci peristiwa dengan baik; dan (3) siswa belum mampu mengarang berdasarkan urutan waktu/ isi cerita melompat-lompat. Secara umum pembelajaran menulis kurang berjalan dengan baik. Dari berbagai penyebab yang telah disebutkan di atas, sebenarnya penyebab rendahnya kemampuan menulis yang mendasar adalah teknik penyajian pelajaran yang dilakukan guru masih kurang tepat, yaitu cara guru hanya berkutat dengan teknik yang sama dan tanpa variasi. Akibatnya pembelajaran terkesan monoton dan membosankan. Guru lebih banyak menerangkan materi di depan kelas dan terlalu terpancang pada buku teks sebagai satu-satunya sumber belajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa mengenai proses pembelajaran menulis, diperoleh informasi bahwa mereka belum paham tentang karangan narasi. Guru selama ini kurang memberi contoh dan bimbingan tentang cara merinci dan mengurutkan peristiwa dalam menulis narasi. Pembelajaran yang dilakukan selama ini lebih mementingkan hasil daripada proses. Pembelajaran yang demikian membuat siswa kurang termotivasi untuk menulis. Terkait dengan permasalahan di atas, perlu diterapkan suatu metode pembelajaran yang menyenangkan dan menarik perhatian siswa yang mampu membangkitkan motivasi siswa. Suatu metode yang dapat melatih siswa untuk berpikir secara sistematis, membantu dalam memunculkan ide-ide kreatif dan imajinatif. Hal ini dilakukan untuk menunjang kemampuan menulis siswa, khususnya dalam menulis narasi. Berdasarkan hasil diskusi dengan guru, disepakati metode yang tepat untuk meningkatkan keterampilan menulis ini, yaitu dengan metode peta pikiran. Pada dasarnya dengan metode ini, siswa dituntun untuk membuat perencanaan sebelum menulis karangan. Bila dalam perencanaan tulisan dikenal dengan pembuatan kerangka karangan, maka dalam peta pikiran berupa kata kunci yang dilengkapi dengan gambar berwarna yang dipetakan. Selain lebih menarik, kelebihan lain dari peta pikiran ini adalah siswa dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
menambahkan kata kunci di mana pun jika di tengah kegiatan menulis ia mendapatkan ide baru. Peta pikiran tersebut dapat terus berkembang sesuai dengan keinginan penulisnya. Di samping itu, simbol serta gambar berwarna yang digunakan berpotensi mengoptimalkan fungsi kerja otak kanan yang memacu kreativitas dan imajinasi, sehingga diharapkan siswa tidak kehabisan ide dalam menulis. Peta pemikiran merupakan salah satu metode belajar yang dikembangkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an yang didasarkan pada cara kerja otak. Peta pikiran disebut metode karena berupa urutan langkah-langkah yang sistematis. Otak mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, bentuk-bentuk, suara musik, dan perasaan. Otak menyimpan informasi dengan pola dan asosiasi seperti pohon dengan cabang dan rantingnya. Otak tidak menyimpan informasi menurut kata demi kata atau kolom demi kolom dalam kalimat baris yang rapi seperti yang kita keluarkan dalam berbahasa. Untuk mengingat kembali dengan cepat apa yang telah kita pelajari sebaiknya meniru cara kerja otak dalam bentuk peta pikiran. Dengan demikian, proses menyajikan dan menangkap isi pelajaran dalam petapeta konsep mendekati operasi alamiah dalam berpikir. Seperti yang telah dikemukakan oleh Wycoff (2003: 84) bahwa pemetaan pikiran merupakan cara yang sangat baik untuk menghasilkan dan menata gagasan sebelum menulis. Dengan demikian, dapat dikatakan peta pikiran ini sangat tepat jika digunakan dalam pembelajaran menulis termasuk menulis narasi. Bagian yang paling sulit dalam menulis adalah mengetahui hal apa yang akan ditulis, apa temanya dan bagaimana memulainya. Begitu pula dalam menulis narasi. Kendala atau kesulitan yang paling sering ditemui adalah untuk memunculkan ide sebelum menulis dan tidak tahu apa yang akan ditulis. Djuharie dan Suherli (2001:47) mengungkapkan wacana narasi adalah karangan yang mengisahkan suatu peristiwa yang disusun secara kronologis (sistematika waktu) dengan tujuan memperluas wawasan seseorang. Narasi adalah cerita. Cerita ini didasarkan atas urutan kejadian atau peristiwa. Narasi dapat bersifat fakta atau fiksi (cerita rekaan). Oleh karena itu, dalam menulis narasi, kreativitas dan imajinasi sangat diperlukan untuk mengembangkan ide/ gagasan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
menjadi sebuah karangan yang menarik. Imajinasi dan kreativitas merupakan ranah kerja otak kanan. Berdasarkan paparan sebelumnya, diketahui bahwa peta pikiran dengan gambar, warna serta kata kuncinya dapat membangkitkan fungsi kerja otak kanan sehingga memunculkan ide-ide baru yang kreatif dan imajinatif. Lebih jauh lagi, bila dibandingkan dengan metode konvensional yang selama ini diterapkan dalam pembelajaran menulis narasi, metode peta pikiran jauh lebih baik karena melibatkan kedua belahan otak untuk berpikir. Hal ini berbeda dengan metode konvensional yang biasanya masih bersifat teoretis praktis yang hanya mengoptimalkan fungsi kerja otak kiri. Kreativitas dan imajinasi tidak dikembangkan dengan baik melalui metode konvensional tersebut. Oleh karena itu, metode peta pikiran sangat baik untuk diterapkan dalam pembelajaran menulis narasi. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini dilakukan untuk memberikan alternatif pemecahan masalah kepada guru, yakni dengan menerapkan metode peta pikiran sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi pada siswa kelas IV SD Negeri Palur 04 Mojolaban, Sukoharjo. Melalui metode pembelajaran peta pikiran diharapkan dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis narasi. Ketertarikan tersebut akan menumbuhkan kesenangan siswa dalam pembelajaran yang pada akhirnya nanti dapat meningkatkan kemampuan dan hasil pembelajaran menulis narasi siswa. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul Peningkatan Motivasi dan Keterampilan Menulis Narasi dengan Metode Peta Pikiran pada Siswa Kelas IV SD Negeri Palur 04 Mojolaban Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/ B. Rumusan Masalah Masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah menerapkan metode peta pikiran yang dapat meningkatkan motivasi menulis narasi siswa kelas IV SD Negeri Palur 04 Mojolaban Kabupaten Sukoharjo?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
2. Bagaimanakah menerapkan metode peta pikiran yang dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa kelas IV SD Negeri Palur 04 Mojolaban Kabupaten Sukoharjo? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk: 1. Meningkatkan motivasi dalam pembelajaran menulis narasi dengan penerapan metode peta pikiran pada siswa. 2. Meningkatkan kemampuan menulis narasi dengan penerapan metode peta pikiran pada siswa.
D. Manfaat Penelitian Beberapa manfaat dapat diperoleh dari penelitian ini, baik manfaat secara teoretis maupun praktis. 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian ini bermanfaat: a. Sebagai bahan pengembangan teori pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa. b. Dapat memberikan pemahaman tentang penerapan metode peta pikiran pada pembelajaran menulis untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi dan motivasi belajar siswa. c. Digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain dalam upaya melakukan penelitian lebih lanjut. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) Untuk mengetahui kemampuan menulis narasi dan penguasaan kalimat. Dengan mengetahui kemampuan tersebut, mereka dapat mengukur seberapa baik kemampuan yang telah dimiliki. 2) Tumbuhnya motivasi untuk menulis karena dalam pembelajaran siswa diberi kebebasan memetakan pikirannya, sehingga pembelajaran lebih bermakna.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
3) Meningkatkan kemampuan menulis karena metode peta pikiran lebih memberdayakan siswa. 4) Memberikan kesempatan kepada siswa menjadi aktif dan kreatif. b. Bagi Guru 1) Sebagai bahan acuan dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis siswa serta mengembangkan cara mengajar yang menarik. 2) Memperoleh pemahaman secara benar tentang pembelajaran menulis, sehingga mampu memilih strategi pembelajaran yang tepat. 3) Mengetahui metode pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran. 4) Mampu mengatasi permasalahan pembelajaran menulis sehingga hasil belajar. c. Bagi Sekolah 1) Sebagai masukan untuk memberikan dorongan kepada guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar agar menerapkan cara mengajar yang menarik. 2) Dapat menumbuhkan iklim pembelajaran yang kondusif sehingga tercipta kualitas pembelajaran yang baik, aktif, efektif dan inovatif. d. Bagi Peneliti 1) Menambah
pengalaman
peneliti
dalam
penelitian
mengenai
pembelajaran terutama dalam pembelajaran menulis narasi. 2) Peneliti
dapat
melakukan
kajian-kajian
lebih
lanjut
untuk
menyusunsuatu rancangan pembelajaran menulis narasi dengan metode peta pikiran. e. Bagi Peneliti Lain 1) Sebagai acuan pembanding dan pertimbangan dalam penelitian pengajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya keterampilan menulis narasi. 2) Sebagai dasar penelitian lebih lanjut terhadap penelitian tentang keterampilan narasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
3) Sebagai informasi tambahan lebih lanjut untuk memperluas wawasan tentang kemampuan menulis narasi. 4) Diharapkan bagi peneliti lain agar mampu berkolaborasi secara aktif dengan guru dan dapat menciptakan pendekatan pembelajaran baru yang dapat mengembangkan bakat, potensi, dan kreativitas siswa sehingga kualitas pendidikan di Indonesia dapat meningkat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Menulis Narasi a. Pengertian Menulis Menulis adalah bagian dari keterampilan berbahasa, selain mendengar, berbicara, dan membaca. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang menjadi tujuan setiap pengajaran bahasa di sekolah. ktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kompetensi berbahasa paling akhir dikuasai pembelajar bahasa setelah kompetensi mendengarkan, berbicara, dan mem
Hal itu
dapat dimaklumi, sebab kemampuan menulis mensyaratkan penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi tulisan. Baik bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa, sehingga menghasilkan tulisan yang runtut, padu, kohesif, dan koheren. Pendapat lain dikemukakan oleh Lasa (2005: 124) menyatakan,
untuk menulis. Sebab dalam proses penulisan diperlukan kemampuan untuk mengorganisir pemikiran. De Porter (2011:179) juga menambahkan bahwa menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika). Yang merupakan bagian logika adalah perencanaan, outline, tata bahasa, penyuntingan, penulisan kembali, penelitian dan tanda baca. Sementara itu yang termasuk bagian emosional adalah semangat, spontanitas, emosi, warna, imajinasi, gairah, unsur baru, dan kegembiraan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ehsan (mengutip Burroway, 2003) menyatakan,
process(2011: 136). Menulis adalah kegiatan yang imajinatif dan penuangan
commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
dari pengalaman atau pemikiran ke dalam kata-kata dari dirinya sendiri adalah sebuah proses imajinatif. Dari berbagai pendapat tentang menulis dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu rangkaian aktivitas yang melibatkan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika) untuk menyampaikan pesan atau pemikiran ke dalam kata-kata yang dapat dipahami oleh penyampai dan penerima pesan. b. Manfaat dan Tujuan Menulis Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang penting dan besar manfaatnya dalam kehidupan seseorang. Kegiatan menulis merupakan bagian yang tak dapat terpisahkan dalam seluruh proses belajar. Banyak keuntungan yang dapat dipetik dari pelaksanaan kegiatan menulis. Manfaat dari kegiatan menulis menurut slamet (dalam Akhadiah, Arsjad, & Ridwan, 1988) adalah sebagai berikut: (1) dengan menulis, kita dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri kita; (2) melalui kegiatan menulis kita mengembangkan berbagai gagasan; (3) kegiatan menulis memaksa kita lebih menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis; (4) menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkanya secara tersurat; (5) melalui tulisan kita akan dapat meninjau serta menilai gagasan kita sendiri secara lebih objektif; (6) dengan menulis di atas kertas, kita akan lebih mudah memecahkan masalah; (7) kegiatan menulis mendorong kita belajar secara aktif; (8) kegiatan menulis dapat membiasakan kita berpikir serta berbahasa secara tertib (2008: 169). Tujuan dari menulis adalah mengungkapkan ide atau perasaan supaya orang lain tahu apa yang ada dalam pikiran dan perasaan penulis. Tujuan menulis menurut Suparno dan Yunus (2008: 37) adalah sebagai berikut: (1) pembaca ikut berfikir dan bernalar; (2) membuat pembaca tahu hal yang diberitakan; (3) menjadikan pembaca beropini; (4) menjadikan pembaca mengerti; (5) membuat pembaca persuasi oleh isi karangan; (6) membuat pembaca senang menghayati nilai-nilai yang dikemukakan dalam karangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
Setelah mencermati paparan di atas bahwa tujuan menulis adalah mengukapkan pikiran, ide, gagasan ke dalam bentuk tulis agar pembaca mendapatkan informasi, menambah pengetahuan, memahami nilai-nilai yang dikemukakan, dan membuat pembaca terpengaruh oleh isi tulisan atau karangan. c. Jenis-jenis Tulisan Gagasan sebagai substansi dalam karangan dapat disampaikan dan dikembangkan dalam beberapa bentuk yang nanti dapat menjadi penentu jenis sebuah tulisan. Lebih jelasnya Djuharie dan Suherli (2001: 47) membagi karangan atau wacana menjadi lima jenis, yaitu: (1) narasi; (2) eksposisi; (3) argumentasi; (4) deskripsi; dan (5) persuasi. 1) Narasi Narasi adalah karangan yang mengisahkan suatu peristiwa yang disusun secara kronologis (sistematika waktu) dengan tujuan memperluas pengalaman seseorang. 2) Eksposisi Eksposisi
adalah
karangan
yang
menjelaskan,
menerangkan,
memberitahukan, suatu peristiwa atau objek dengan tujuan agar orang lain mengetahuinya. 3) Argumentasi Argumentasi adalah karangan yang mengutarakan gagasan orang lain terhadap gagasan, idependapatyang diungkapkan itu. Wacana argumentasi bertujuan memahamkan terhadap adanya suatu pendapat dan membuat orang lain menerima pendapat, ide, gagasan yang diungkapkan oleh seseorang. 4) Deskripsi Deskripsi adalah karangan yang melukiskan, menggambarkan, memerikan suatu peristiwa atau objek hasil pengindraan dengan menyertakan buktibukti kuat sehingga pembaca seolah-olah terlibat di dalamnya secara langsung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
5) Persuasi Persuasi adalah karangan yang mempengaruhi, mengajak, menganjurkan sesuatu pada orang lain untuk berbuat atau bertindak sesuai dengan yang diharapkan. Dari pengertian kelima jenis karangan atau wacana di atas dapat disimpulkan bahwa sebuah karangan itu bisa memberikan informasi, memperluas
pengetahuan,
menjelaskan, menggambarkan, bahkan bisa
mempengaruhi pembaca untuk bertindak sesuai dengan yang diharapkan oleh penulisnya. d. Tahap-tahap Menulis Kegiatan menulis memiliki tahap-tahap tertentu untuk menghasilkan sebuah tulisan yang baik. Menurut Akhadiah (1988: 2) tahap-tahap menulis secara sederhana terdiri atas tiga tahap yaitu prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Tahap pramenulis mencakup kegiatan menentukan topik, mengungkapkan maksud atau tujuan penulisan, memperhatikan sasaran karangan
(pembaca),
mengumpulkan
informasi
pendukung,
mengorganisasikan ide dan informasi. Tahap penulisan mencakup kegiatan menuangkan dan mengembangkan ide ke dalam karangan. Selanjutnya adalah memeriksa, menilai, dan memperbaiki tulisan. Tahap terakhir adalah pascatulisan atau revisi. e. Pengertian Narasi Wacana jenis narasi yang sering juga disebut naratif, istilahnya berasal dari kata bahasa Inggris narration yang berarti cerita dan narrative yang berarti menceritakan. Sumadi (mengutip dari Chatman, 1980) menyatakan bahwa: Menurut teori struktural, narasi merupakan salah satu jenis wacana yang terdiri atas dua bagian: (1) a story (cerita), yakni isi cerita yang berupa rangkaian kesatuan peristiwa (perbuatan dan kejadian) dan (2) existens terdiri atas karakter (tokoh cerita) dan latar. Adapun discourse (wacana) merupakan bentuk ekspresi atau pernyataan yang digunakan untuk mengomunikasikan content (isi cerita) (2010: 38-45).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Narasi adalah perbuatan atau tindakan dan waktu (rangkaian waktu), rangkaian waktu inilah yang nantinya menjadi pembeda antara narasi dan deskripsi, atau dengan wacana lain. Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Mengenai merupakan suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu
136). Pendapat lain Djuharie dan Suherli mengungkapkan,
acana narasi adalah karangan yang mengisahkan suatu peristiwa yang disusun secara kronologis (sistematika waktu) dengan tujuan memperluas wawasan seseorang (2001:47). Wacana narasi disebut juga karangan kisahan karena isinya menceritakan suatu peristiwa atau kisah seseorang. Bruner (dalam Yazdanpanah, 2010: 4), menyatakan bahwa; Narrative production or storytelling draws on different kinds of knowledge: (a) general knowledge about events; (b) memory sequencing; (c) understanding of time and causality; (d) understanding of people and typical social interaction; (e) understanding and insight into feelings; (f) verb tense and linguistic connectives; and (g) cultural conventions of narratives. Narasiatauceritamengacu padaberbagai jenispengetahuan:(a)pengetahuan umumtentang peristiwa, (b) urutanmemori, (c)pemahaman tentangwaktu dankausalitas, (d) pemahaman orang dan khas social interaksi (e) pemahaman dan wawasan keperasaan, (f) kata kerja tegang dan connectives linguistik, dan (g) konvensi budaya narasi. Suatu peristiwa atau suatu proses dapat juga disajikan dengan mempergunakan metode deskripsi. Oleh karena itu narasi sulit
sekali dibedakan dari
deskripsi, mesti ada
unsur
lain
yang
diperhitungkan, yaitu unsur waktu. Dengan demikian pengertian narasi itu mencakup dua unsur dasar. Unsur yang terpenting dalam sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Apa yang telah terjadi tidak lain daripada tindak-tanduk yang dilakukan oleh orang-orang atau tokoh-tokoh dalam suatu rangkaian waktu. Bila deskripsi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
menggambarkan suatu objek secara statis, maka narasi mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkain waktu. Berdasarkan uraian di atas, narasi dibatasi sebagai bentuk tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman yang dialami manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Atau dapat juga dirumuskan narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha dengan sejelas-jelasnya menceritakan kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. f. Ciri-ciri Narasi Beberapa ciri wacana narasi menurut Djuharie dan Suherli (2001: 48), antara lain: 1) Peristiwa yang diceritakan disusun secara kronologis. Artinya di dalam penyusunan peristiwa-peristiwa itu menggunakan alur cerita atau plot, baik dengan alur maju, alur mundur, alur keras, lembut terbuka, maupun alur tertutup. 2) Narasi itu terdapat tokoh-tokoh yang diungkapkan di dalam wacana tersebut, bahkan lebih jauh disertai perwatakannya. 3) Memperluas pengalaman seseorang, baik memperluas pengalaman lahiriah maupun pengalaman batiniah. Pengalaman lahiriah adalah pengalaman alam nyata, sedangkan pengalaman batiniah adalah pengalaman batin seseorang. g. Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif Menuruf Keraf (2003:136) narasi dibagi menjadi dua, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. 1) Narasi Ekspositoris Narasi ini bertujuan untuk memberi informasi kepada para pembaca, agar pengetahuannya bertambah luas. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Narasi menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa. 2) Narasi Sugestif Narasi sugestif yang bertujuan ingin menciptakan kesan pada para pembaca atau pendengar mengenai obyek narasi. Hal itu berarti berusaha untuk memberi suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
3) Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif Berikut ini disajikan perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi Sugestif menurut Keraf (2003: 138). Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif Narasi Ekspositoris
Narasi Sugestif
(a) Memperluas pengetahuan.
Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat.
(b) Menyampaikan
informasi
Menimbulkan daya khayal.
mengenai suatu kejadian. (c) Didasarkan pada penalaran
Penalaran hanya berungsi sebagai
untuk mencapai
alat untuk menyampaikan makna,
kesepakatan rasional.
sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar
(d) Bahasanya lebih condong
Bahasanya lebih condong ke bahasa
ke bahasa informatif
figuratif dengan menitik beratkan
dengan titik berat pada
penggunaan kata-kata konotatif.
penggunaan kata-kata denotative.
Dari pengertian menulis dan narasi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
menulis
narasi
adalah
kemampuan
seseorang
dalam
mengungkapkan gagasannya dalam rangkaian kalimat/ karangan yang menceritakan suatu peristiwa baik fiksi maupun nonfiksi yang disusun sesuai dengan urutan waktu. 2. Hakikat Motivasi Menulis a. Pengertian Motivasi Banyak pakar yang merumuskan definisi motivasi sesuai dengan kajian yang diperdalamnya, rumusannya beraneka ragam, sesuai dengan sudut pandang dan kajian perspektif bidang telaahnya. Pengertian motivasi menurut Dimyati & Mudjiono (dalam Koeswara, 1989; Siagian, 1989; Schein, 1991;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Biggs & Telfer, 1987) Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar (2002: 80). Sama halnya dengan Purwanto (2002: 71), ia berpendapat, otivasi adalah mempengaruhi tingkah seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau t
.
Tidak jauh dengan pendapat Hamalik (dalam Yamin, 2007: 217) mendefinisikan motivasi adalah perubahan energi dalam diri pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya reaksi untuk mencapai tujuan. Hal ini didukung pendapat Nasution (2002: 58) yang mendeskripsikan bahwa motivasi adalah sesuatu kekuatan atau energi yang menggerakkan tingkah laku seseorang untuk beraktivitas. Selanjutnya, Williams & Burden (dalam Balkir Motivation is a state of cognitive and emotional arousal, which leads to a conscious decision to act, and which gives rise to a period of sustained intellectual and/or physical effort, in order . Sebagai definisi yang lebih rinci menunjukkan, motivasi adalah keadaan terangsang kognitif dan emosional, yang mengarah pada keputusan sadar untuk bertindak, dan yang menimbulkan periode upaya intelektual atau fisik yang berkelanjutan, untuk mencapai ditetapkan sebelumnya tujuan (atau tujuan). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah sesuatu kekuatan atau energi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan positif maupun tujuan negatif. b. Jenis Motivasi Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: (1) motivasi intrinsik, dan (2) motivasi ekstrinsik (Yamin, 2007: 226). Motivasi intrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasar kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
yang datangnya dari luar diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan. Motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Sudrajat ( 2008: 4) berpendapat: Termasuk pada faktor internal adalah: (1) persepsi seseorang mengenai diri sendiri, (2) harga diri, (3) harapan pribadi, (4) kebutuhan, (5) keinginan, (6) kepuasan kerja, (7) prestasi kerja yang dihasilkan. Selain faktor internal, faktor eksternal juga mempengaruhi motivasi seseorang. Faktor eksternal itu antara lain ialah: (1) jenis dan sifat pekerjaan, (2) kelompok kerja di mana seseorang itu bergabung, (3) organisasi tempat bekerja, (4) situasi lingkungan pada umumnya, (5) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah sesuatu kekuatan atau energi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan dan motivasi itu bisa datang dari dalam diri seseorang itu sendiri dan bisa datang dari luar diri seseorang. c. Fungsi Motivasi Motivasi belajar tidak hanya memberikan kekuatan pada daya-daya belajar tetapi juga memberi arah yang jelas. Hamalik (2003: 108) menyatakan fungsi motivasi adalah: (1) mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, (2) motivasi berfungsi sebagai pengarah perbuatan mencapai tujuan yang diinginkan, dan (3) motivasi berfungsi sebagai penggerak. Prinsipprinsip motivasi adalah memberi penguatan, sokongan, arahan pada perilaku yang erat kaitannya dengan prinsip-prinsip dalam belajar yang telah ditemui oleh para ahli ilmu belajar. Dengan adanya motivasi untuk menulis diharapkan siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran menulis narasi. Dalam kegiatan pembelajaran, motivasi merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan belajar siswa. Menurut Davies (dalam Ibrahim, 2003: 44), mengungkapkan bahwa: Motivasi mempunyai pengaruh penting dalam pembelajaran; pertama, motivasi memberi semangat siswa, hal ini membuat siswa menjadi aktif, sibuk, dan tertarik; kedua, motivasi mengarahkan dan mengendalikan tujuan. Siswa yang bermotivasi mampu mengarahkan dirinya untuk melengkapi tugas-tugas, memungkinkan ia mencapai tujuan (khusus) yang diinginkan; ketiga, motivasi itu adalah selektif, selektif dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
menentukan kegiatan yang akan dilakukan. Artinya siswa terpusat perhatian dan pikirannya terhadap apa yang sedang dihadapinya; keempat, motivasi membentuk perilaku siswa. Motivasi mengorganisir berbagai aktivitas siswa. Dari uraian di atas, motivasi merupakan fungsi stimulus tugas dan mendorong siswa untuk berusaha atau berupaya mencapai keberhasilan atau menghindari kegagalan. d. Motivasi Menulis Motivasi adalah sesuatu kekuatan atau energi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Yamin (2007: 221) mengungkapkan bahwa motivasi itu mengkoordinasikan tiga prinsip, yaitu orang akan termotivasi bila ia percaya bahwa (1) suatu perilaku tertentu akan menghasilkan hasil tertentu, (2) hasil tersebut mempunyai nilai positif baginya, dan (3) hasil tersebut dapat dicapai dengan usaha yang dilakukan seseorang. Motivasi tumbuh didorong oleh kebutuhan seseorang, seperti kebutuhan menjadi penulis buku yang hebat dan terkenal. Kemudian motivasinya berkembang mengikuti aktivitas, bagaimana cara mencari dan memperluas pengetahuannya tentang hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan menulis. Ia akan termotivasi untuk belajar menulis sebaik mungkin agar kebutuhannya menjadi penulis tercapai. Hal tersebut diperjelas dengan pendapat Nasution (mengutip ausubel, 1968), menyatakan bahwa ada hubungan antara motivasi dan belajar. Bila belajar itu berhasil, maka akan timbul motivasi itu dengan sendirinya dan keinginan untuk lebih banyak belajar. Sukses dalam belajar akan membangkitkan motivasi belajar (2008: 183). Berdasarkan paparan di atas, dengan kata lain, dalam hal ini yang dimaksud motivasi menulis adalah sesuatu kekuatan atau energi yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan menulis untuk mencapai suatu tujuan. e. Konsep Aktivitas dan Partisipasi Proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan
pengetahuan,
sikap
commit to user
dan
keterampilan.
Pengajar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
diharapkan mengembangkan kapasitas belajar, kompetensi dasar dan potensi yang dimiliki oleh siswa secara penuh. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa sehingga siswa ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Cara menumbuhkan aktivitas dan partisipasi siswa menurut Yamin (2007: 84) adalah sebagai berikut. 1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. 2) Menjelaskan tujuan yang akan dicapai kepada siswa. 3) Memberikan stimulus (masalah, topik dan konsep) yang akan dipelajari. 4) Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya. 5) Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran 6) Memberikan umpan balik. 7) Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes sehingga kemampuan siswa terukur. 8) Menyimpulkan setiap materi yang telah disampaikan di akhir pembelajaran. Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (2002: 119) mengemukakan 7 aspek terjadinya keaktifan siswa. 1) Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan pembelajaran. 2) Tekanan pada aspek afektif dalam pembelajaran. 3) Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran terutama yang berbentuk interaktif antar siswa. 4) Kekompakkan kelas dalam kelompok belajar. 5) Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa dan kesempatan berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran. 6) Pemberian waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siswa baik berhubungan maupun tidak berhubungan dengan pembelajaran. Bertitik tolak dari konsep dan teori aktivitas di atas maka pembelajaran yang dilakukan antara guru dan siswa harus mengacu pada peningkatan aktivitas dan partisipasi siswa. Guru tidak hanya menyampaikan pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada siswa, akan tetapi harus mampu mambawa siswa untuk aktif dalam berbagai bentuk belajar, berupa belajar penemuan, belajar mandiri, belajar kelompok dan belajar memecahkan masalah dan sebagainya. Dengan melibatkan siswa berperan dalam kegiatan pembelajaran, berarti kita mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimiliki siswa secara penuh.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
f. Pola Aktivitas dan Partisipasi Siswa Menurut Yamin (2007: 78-79) pola aktivitas dan partisipasi siswa dijelaskan sebagai berikut. 1) Peran siswa di dalam proses pembelajaran lebih banyak, guru sebagai pembimbing untuk mencapai indikator. 2) Peran aktif dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran adalah untuk tercapainya suatu indikator dari kompetensi dasar yang dikembangkan dari materi pokok. Sebagaimana digambarkan dalam gambar berikut. Peran Aktif dan Partisipasi
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
indikator
Gambar 1. Bagan Peran Aktif dan Partisipasi Siswa dalam Proses Pembelajaran Yamin (2007: 78-79) 3. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Belajar bahasa pada hakikatnya adalahberkomunikasi. Prinsip tersebut terlihat dalam pernyataan Gosong (mengutip dari Richards dan Rogers, 1986: 67; Finnochiaro dan Brumfit, 1985: 91) bahwa, Language learning is learning to communicate (2010: 27). Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan suatu usaha atau program untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan/ kemampuan, dan sikap positif terhadap bahasa. Pembelajaran bahasa Indonesia ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SD berdasarkan standar isi adalah agar siswa memiliki kemampuan: a.
Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
b. c. d. e.
f.
Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. (Widodo: 2009). Tujuan dari pembelajaran bahasa Indonesia menurut Depdikbud (1993: 15)
adalah untuk: a. b.
c.
d. e.
Siswa dapat menggunakan dan menghargai Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Siswa diharapkan tidak hanya menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi, tetapi siswa harus dapat memahami bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya dengan benar. Dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, diharapkan dapat eningkatkan daya pikir (intelektual) dan kemampuan sosial. Siswa memiliki disiplin dalam berfkir dan berbahasa (berbicara dan menulis). Siswa dapat memperluas wawasan dan mengembangkan kepribadian, serta dapat meningkatkan kemampuan berbahasa.
4. Hakikat Pembelajaran Menulis Narasi di Sekolah Dasar a. Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi, unsurunsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran, terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainya. Material meliputi, buku-buku, papan tulis, dan media pembelajaran lainya. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya (Hamalik, 2003:57). Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar (SD) bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Keterampilan menulis sebagai salah satu keterampilan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
berbahasa yang merupakan suatu keterampilan yang perlu dimiliki oleh siswa SD agar mampu berkomunikasi secara tertulis. Pembelajaran menulis merupakan salah satu aspek pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Pembelajaran bahasa, khususnya pembelajaran menulis merupakan bentuk pelajaran yang paling sulit dipelajari dibandingkan dengan ketiga keterampilan berbahasa yang lain. Hal tersebut dapat dikatakan demikian karena kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa yang akan menjadi isi karangan.Keberhasilan pembelajaran kemampuan menulis sangat ditentukan oleh proses pembelajaran menulis itu sendiri. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ernati (2008: 134) yang menyatakan: The student's writing achievement is influenced by the quality of teaching learning process as one of among other various factors. So that the teachers/lectures should always do some efforts and find the solutions of teaching and learning problems faced in the classroom activities. Prestasi siswa menulis dipengaruhi oleh kualitas proses belajar mengajar yang menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan menulis itu sendiri. Jadi guru/ dosen harus selalu melakukan upaya dan mencari solusi belajar mengajar terhadap permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan di kelas. Keterampilan menulis ini dapat dicapai dengan latihan dan bimbingan yang intensif. Tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran menulis di sekolah dasar adalah agar siswa memahami cara menulis berbagai hal yag telah dikemukakan serta mampu mengkomunikasikan ide atau pesan melalui tulisan. Dalam pembelajaran menulis di sekolah dasar siswa harus terlatih secara berulang-ulang. Pengembangan pembelajaran ini banyak bergantung kepada kreativitas seorang guru. Oleh karena itu, guru harus membekali dirinya dengan keterampilan menulis. Guru pun dituntut mampu memilih metode yang sesuai sehingga dapat merangsang kreativitas siswa. Dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang terarah, secara perlahan-lahan guru dapat menggiring siswa memiliki keterampilan menulis sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini setiap guru hendaknya menyadari bahwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
pengajaran menulis tidak ditekankan pada pengetahuan kebahasaan tetapi bagaimana menerapkan pengetahuan tersebut. Selanjutnya, guru bertugas memberikan teori tentang menulis, memotivasi dan memberikan kesempatan pada siswa agar tertarik dengan kegiatan menulis dan berlatih menulis. Guru juga harus bisa membuat siswa mampu mengungkapkan gagasan dalam pikirannya melalui media tulis dengan penggunaan tanda baca, struktur, ejaan yang benar, dan kalimat yang runtut sehingga dapat membuat paragraf yang baik. Dengan demikian pembelajaran menulis dapat diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan guru agar membuat siswa bisa mengembangkan kreativitas dan imajinasinya sehingga tujuan yang diinginkan tercapai. Berikut ini merupakan rambu-rambu yang perlu diperhatikan guru dalam melaksanakan pembelajaran menulis di SD. 1)
Belajar bahasa pada hakikatnya adalah berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran menulis diarahkan pada kemampuan berkomunikasi secara tertulis. 2) Pelaksanaan pembelajaran menulis sebaiknya disajikan secara terpadu, terhadap aspek pembelajaran lain. Namun, dalam hal tertentu dapat difokuskan pada komponen tertentu. Menulis dapat sebagai fokus maupun sebagai tambahan. 3) Pembelajaran menulis harus mengakomodasi semua aspek bahasa mulai terkecil hingga terbesar termasuk ejaan (tata tulis). 4) Pembelajaran menulis diarahkan pada upaya mempertajam kepekaan perasaan siswa termasuk dalam konteks analitik yang mendalam sehingga diharapkan dua hal yaitu berpikir dan bernalar. 5) Pembelajaran menulis harus diajarkan dengan prinsip mudah ke sukar, sederhana ke rumit, lingkungan sempit ke lingkungan yang luas. 6) Perbandingan bobot pembelajaran menulis dengan aspek pembelajaran lainnya harus seimbang. 7) Kegiatan pembelajaran menulis harus menekankan pada kemampuan berbahasa yang mengacu pada konteks atau tema. 8) Kompetensi pembelajaran dalam kurikulum merupakan bahan yang disarankan untuk diajarkan, tetapi dapat dikembangkan sesuai dengan situasi. 9) Waktu yang disediakan dalam setiap pembelajaran menulis harus dapat diatur sesuai dengan keluasan dan kedalaman materi dengan menggunakan pendekatan komunikatif. Adapun metode dapat dipilih sesuai karakteristik pembelajaran yang diinginkan. Kegiatan pembelajaran dapat disetting di dalam maupun di luar kelas. 10) Sumber belajar menulis dapat berupa: (a) buku pelajaran yang diwajibkan, buku pelajaran yang sesuai, buku pelengkap, ensiklopedi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
kamus, (b) media cetak, surat kabar, majalah, (c) media elektronik: radio, TV, video, (d) lingkungan: alam, sosial, budaya, (e) narasumber, (f) pengalaman dan minat anak, serta g) hasil karya anak. 11) Pembelajaran menulis dilakukan secara kontinyu agar anak terampil. 12) Penilaian pembelajaran menulis tetap mengacu pada rambu-rambu umum yang memperhatikan berbagai aspek sesuai jenis kegiatan menulis(Widodo: 2009). Materi pembelajaran keterampilan menulis di sekolah dasar berdasarkan GBPP kurikulum 1994 secara keseluruhan dapat dirangkum sebagai berikut: (1) menulis permulaan; (2) menulis ejaan; (3) menulis daftar; (4) menulis formulir; (5) menulis petunjuk/ penjelasan; (6) menulis karangan deskripsi; (7) menulis cerita (narasi); (8) menulis surat; (9) menulis ringkasan (ikhtisar, rangkuman); (10) menulis hasil percakapan/ wawancara; (11) menulis informasi, pesan, perasaan, pendapat; (12) menulis laporan; (13) menulis paragraf; (14) menulis pengumuman; (15) menulis puisi; (16) menulis karangan berdasarkan percakapan; (17) menulis mading; (18) menulis kerangka
karangan
dan
mengembangkannya;
(19)
menulis
naskah
sambutan/pidato; (20) menulis poster/ iklan; dan (21) menulis daftar riwayat hidup. Pembelajaran keterampilan menulis memiliki berbagai macam bentuk. Salah satunya adalah ketrampilan menulis karangan. Dalam pembelajaran menulis, diharapkan siswa tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan membuat karangan namun juga diperlukan kecermatan untuk membuat argumen, memiliki kemampuan untuk menuangkan ide atau gagasan dengan cara membuat karangan yang menarik untuk dibaca. Di antaranya mereka harus dapat menyusun dan menghubungkan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain sehingga menjadi karangan yang utuh. Pembelajaran menulis di sekolah dasar harus dapat membekali siswa dengan kemampuan dasar menulis (Akhadiah, dkk., 1992: 82). Pembelajaran ini mencakup pengajaran kemampuan menulis permulaan dan menulis lanjut. Sejalan dengan pengajaran membaca permulaan, pengajaran menulis permulaan berakhir di kelas II. Pengajaran menulis dalam arti mengarang yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
sebenarnya baru dimulai di kelas IV. Semua pengajaran menulis ditekankan pada latihan penerapan ejaan. Pengajaran menulis di sekolah dasar terdiri dari tiga langkah, yaitupembelajaran menulis permulaan, pembelajaran ejaan, dan pembelajaran menulis lanjut (Akhadiah, dkk., 1992: 82). 1) Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Permulaan Tujuan pelajaran menulis permulaan ialah agar anak dapat menulis dengan tulisan yang terang, jelas, teliti, dan mudah dibaca. Tulisan yang sudah dibakukan adalah tulisan tegak bersambung dan diusahakan condong tulisan tidak bermacam-macam. Bahan yang diberikan dalam menulis permulaan mengandung makna dan bertitik tolak dari pengalaman siswa. Pelajaran dimulai dengan struktur bahasa yang bermakna, yaitu kalimat. Kemudian unsur-unsurnya dianalisis dan disintesis menjadi struktur kembali. Walaupun tujuan menulis permulaan ini menitikberatkan pada kemampuan menulis dengan tulisan yang terang dan jelas, perlu diingat bahwa setiap tulisan yang ditulis, siswa disuruh membacanya kembali. 2) Langkah-langkah Pembelajaran Ejaan Tujuan pengajaran ejaan mengharapkan siswa mampu menuliskan huruf, kata, tanda baca ataupun kalimat sesuai dengan pedoman ejaan yang berlaku. Siswa diharapkan dapat menggunakan dan menuliskan huruf, kata, unsur serapan, dan tanda baca dengan benar dan sesuai dengan pedoman yang berlaku. Penekanan dalam pembelajaran ejaan di sini bukanlah pada pengetahuan tentang ejaan (teori), tetapi penerapannya. 3) Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Lanjut Setelah siswa memiliki kemampuan menulis permulaan dan penerapan ejaan, dilanjutkan dengan menulis lanjut. Menulis lanjut dimulai di kelas IV. Siswa dituntut mampu melahirkan gagasangagasannya dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Garis besar pokok bahasan menulis lanjut dapat dikelompokkan menjadi: a) pengembangan paragraf;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
b) menulis bermacam-macam surat dan laporan; c) pengembangan bermacam-macam karangan; d) menulis puisi dan naskah drama. b. Pembelajaran Menulis Narasi di Sekolah Dasar Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa di dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Keterampilan menulis narasi merupakan salah satu bagian dari pembelajaran keterampilan menulis secara keseluruhan di sekolah dasar. Menulis narasi ini menjadi salah satu penjabaran dari garis besar pokok bahasan mengenai pengembangan bermacam-macam karangan yang harus diajarkan di sekolah dasar. Di dalam GBPP Kurikulum 1994 tertulis bahwa menulis cerita (narasi) menjadi salah satu materi pembelajaran keterampilan menulis yang harus diajarkan guru kepada siswa sekolah dasar. Di dalam GBPP Kurikulum 1994 disebutkan bahwa setelah siswa memiliki kemampuan menulis permulaan dan penerapan ejaan, dilanjutkan dengan menulis lanjut. Menulis lanjut dimulai di kelas IV. Pada awal siswa mulai mengarang pada tahap menulis lanjut ini, mereka sudah dituntut mampu melahirkan gagasan-gagasan dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar atau mampu mengemukakan ide/pesan dengan ejaan yang benar dengan kosa kata yang tepat, kalimat yang efektif, dan dengan paragraf yang baik. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa siswa SD hendaknya mampu menggunakan ejaan, kosakata, dan mampu membuat kalimat dan menghubung-hubungkan kalimat dalam satu paragraf sesuai dengan tingkat kemampuannya. Pokok bahasan menulis di sekolah dasar, khususnya di kelas IV (subjek penelitian ini), semuanya merupakan tahap menulis lanjut. Pokok bahasan ini dimulai dari memilih judul karangan, memecah judul menjadi sub-subjudul atau membuat kerangka karangan, menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan paragraf (pendalaman). Dalam memilih judul karangan, hendaknya siswa diperkenalkan keempat sumber topik yaitu sumber pengalaman, pengamatan, imajinasi dan pendapat/ penalaran. Terlebih lagi mereka sudah diperkenalkan dengan bentuk karangan narasi, eksposisi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
deskripsi dan argumentasi (Akhadiah, dkk., 1991: 73). Pada saat menulis, usahakan seluruh pancaindera siswa aktif.Penjelasan dari pokok bahasan menulis
lanjut
di
atas
dapat
dikelompokkan
sebagai
berikut:
(1)
pengembangan paragraf; (2) menulis bermacam-macam surat dan laporan; (3) pengembangan bermacam-macam karangan; dan (4) menulis puisi dan naskah drama. Dalam penelitian ini garis besar pokok bahasan menulis lanjut difokuskan pada poin ketiga, yakni pengembangan bermacam-macam karangan khususnya karangan narasi. Fokus perhatian menulis karangan narasi yang paling awal hendaknya dimulai dari lingkungan siswa itu sendiri. Sesuai dengan prinsip narasi yaitu bercerita atau berkisah tentang sesuatu, tentu setiap saat selalu ada yang dapat diceritakan oleh siswa. Misalnya tentang pengalamannya sehari-hari, baik di rumah maupun di sekolah. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah penggunaan bahasa dan bagaimana siswa menghubung-hubungkan antara satu peristiwa dengan peristiwa lain sehingga menjadi sebuah cerita (Akhadiah, dkk, 1992: 95). Sumber topik imajinasi dari cerita yang didengarkan sangat merangsang kreativitas siswa untuk bercerita. Berdasarkan pernyataan di atas, kemudian guru pun berpikir mengenai metode atau teknik pembelajaran yang harus ditempuh agar siswa terangsang bercerita dalam bentuk media tulis. Apa yang dipikirkan guru tersebut merupakan salah satu pemilihan metode atau teknik pembelajaran yang akan diterapkan dalam pengajaran keterampilan menulis. 5. Hakikat Metode Peta Pikiran a. Pengertian Metode Pembelajaran Guru
adalah
yang
bertanggung
jawab
atas
penyelenggaraan
pembelajaran di sekolah, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, karena guru sebagai ujung tombak yang berada langsung di lapangan. Menurut Hamalik (2003: 57), pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
karena itu, dalam pembelajaran seorang guru senantiasa berupaya untuk membuat siswa belajar dengan cara mengaktifkan faktor intern dan ekstern dalam kegiatan belajar. Faktor intern dan ekstern dapat mempengaruhi keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Faktor intern merupakan faktor-faktor yang terdapat di dalam pembelajaran, antara lain guru, siswa, materi, dan sebagainya. Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang berasal dari luar yang juga berpengaruh dalam pembelajaran, misalnya lingkungan.Belajar merupakan proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan kepada suatu tujuan. Proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, memahami sesuatu yang dipelajari. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa dengan cara mengaktifkan faktor intern dan ekstern untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan belajar-mengajar melibatkan beberapa komponen. Adapun yang dimaksud dengan komponen tersebut antara lain. 1) Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. 2) Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajarmengajar, katalisator belajar mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan
berlangsungnya
kegiatan.
Hamalik
(2003:
9)
mengungkapkan bahwa guru merupakan salah satu komponen yang penting dalam kegiatan pendidikan, yang bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, dan memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Lebih lanjut diuraikan bahwa sebagai tenaga profesional yang memiliki kualifikasi, peranan guru dalam pendidikan adalah sebagai fasilitator, pembimbing, evaluator, inovator, dan sebagainya. 3) Tujuan, yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar-mengajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
4) Materi atau isi pelajaran, yakni segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan. 5) Metode, yakni cara yang teratur yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan pelajaran, untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan. 6) Media, yakni bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mereka dapat mencapai tujuan. Media tersebut dapat berupa media elektronik maupun media nonelektronik. Media yang digunakan oleh guru bisa audio, visual, maupun audio-visual. 7) Evaluasi, yakni cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasil dari pembelajaran, apakah berhasil atau tidak. Hamalik (2003: 30) mengungkapkan bahwa aspek-aspek yang dinilai dalam evaluasi didasarkan pada tujuan yang hendak dicapai dan kemampuan apa yang hendak dikembangkan (pengetahuan, sikap, dan keterampilan). Dalam proses pembelajaran terdapat komponen yang sangat penting yakni tercapainya suatu tujuan. Sardiman (2004: 26) membagi tujuan belajar menjadi tiga, yaitu : 1) Untuk mendapatkan pengetahuan Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan,
sebaliknya
kemampuan
berpikir
akan
memperkaya
pengetahuan. 2) Penanaman konsep dan keterampilan Penanaman
konsep atau
merumuskan
konsep memerlukan suatu
keterampilan. Keterampilan memang dapat dididik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan. Demikian juga mengungkapkan perasaan melalui bahasa tulis atau lisan, bukan soal kosakata atau tata bahasa, semua memerlukan banyak latihan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
3) Pembentukan sikap Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk ini dibutukan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model. Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, anak didik akan tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk mempraktikkan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya. Jadi, berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental/ nilai-nilai. Metode pembelajaran adalah cara kerja yang terencana, teratur, dan bersistem dalam suatu pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Metode pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan strategi pengajaran dan membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Hamalik (2003: 26) menyatakan bahwa metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Suatu metode mengandung pengertian terlaksananya kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Metode atau strategi pembelajaran harus menekankan pada kegiatan siswa. Berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 260) dinyatakan bahwa pembelajaran bahasa dan Sastra Indonesia dilaksanakan untuk membantu peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum
KTSP. Agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai diperlukan strategi pembelajaran diantaranya pemilihan dan penggunakan metode yang tepat terutama pada pembelajaran menulis atau mengarang. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru harus dinamis, demokratis, berorientasi pada siswa, dan tidak membosankan juga mampu merangsang siswa kreatif dan inovatif sehingga siswa merasa memiliki kemampuan dan berapresiasi dan timbul ketertarikannya pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
pelajaran menulis. Karena menggunakan metode belajar yang bervariasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk memotivasi siswa untuk belajar. Seperti yang diungkapkan oleh Zahera (2000: 25), bahwa beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk memotivasi siswa, antara lain: guru harus memperjelas tujuan belajar yang akan dicapai; guru harus menggunakan metode yang belajar yang bervariasi; membuat situasi persaingan; mengadakan evaluasi yang berkesinambungan; dan guru harus membuat contoh yang baik. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan cara kerja yang terencana, teratur, dan bersistem. Suatu pembelajaran untuk mencapai tujuan yakni untuk membantu peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Untuk mencapai tujuan tersebut guru harus menerapkan strategi pembelajaran diantaranya pemilihan dan penggunaan metode yang tepat yang mampu membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. b. Pengertian Peta Pikiran Metode peta pikiran sangat tepat digunakan dalam pembelajaran menulis. Wycoff (2003: 84) mengemukakan bahwa pemetaan pikiran adalah cara yang sangat baik untuk menghasilkan dan menata gagasan sebelum menulis. Bagian yang paling sulit dalam menulis adalah mengetahui hal apa yang akan ditulis, apa temanya dan bagaimana memulainya. Dengan pemetaaan pikiran, sebuah tema dijabarkan dalam ranting-ranting tema yang lain sehingga menjadi pengembang gagasan dalam menulis. Menurut Buzan (2008: 4) Metode peta pikiran adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Peta pikiranbisa dibandingkan dengan peta kota. Bagian tengah peta pikiran mirip dengan pusat kota dan mewakili gagasan-gagasan, jalan protokol mewakili pikiran-pikiran utama dalam proses berpikir dan seterusnya. A mind Map is a powerful graphic technique which provides a universal key to unlock the potential of the brain. It harnesses the full range of cortical skills word, image, number, logic, rhythm, colour and spatial awareness-in a single, uniquely powerful manner. In so doing, it gives
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
you the freedom to roam the infinite expanses of your brain. The Mind Map can be applied to every aspect of life where improved learning and clearer thigking will enhance human performance (Buzan, 2008). Teori Buzan (2008: 4) tersebut dengan kata lain menyebutkan bahwa peta pikiran merupakan sebuah teknik grafik yang sangat kuat memberikan sebuah kunci bersama untuk membuka potensi otak. Peta pikiran menggunakan latihan penuh kemampuan selaput otak-kata, angka, gambar, logika, irama, warna, dan ruang kesadaran pada sebuah cara khusus yang sangat kuat, dan unik. Peta pikiran memberimu kebebasan untuk menjelajahi ruang tak terbatas dari otak. Peta pikiran ini bisa dipakai untuk setiap aspek kehidupan untuk memperbaiki pengetahuan
dan pikiran yang akan
meningkatkan kemampuan manusia. Peta pikiran merupakan suatu cara meringkas suatu tema atau pokok pikiran dengan mudah. Cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil kembali informasi tersebut ke luar dari otak. Cara tersebut membantu siswa dalam belajar. Peta pikiran merupakan cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan -
cara kerja
otak, maka informasi yang tersimpan makin baik dan proses belajar semakin mudah. Svantesson (2004: 4) mengatakan bahwa menggunakan peta pembelajaran adalah sebuah upaya efektif untuk menjadi teratur. Metode peta pikiran merupakan teknik atau cara yang mudah merangkum suatu pelajaran yang memiliki suatu topik dengan cara membuat peta pikiran, berbentuk diagram pohon, menuliskan tema atau topik ditengah kertas kemudian menulis kata-kata kunci pada cabang-cabang tema tersebut. Kata kunci merupakan kata-kata tertentu atau kata-kata inti. Kata kunci bagaikan jalan tol yang bisa mempercepat informasi sampai ke otak anak. Melalui kata-kata kunci yang dipilih seperti diagram atau cabang-cabang pohon, informasi akan mudah diterima otak. Menurut Olivia (2008: 65) kata kunci merupakan kata-
sampi
ke otak. Seperti halnya kata kunci, kata-kata ini juga bisa membuka pintu langsung ke otak anak. Suroso (2004: 85) berpendapat bahwa peta pikiran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
merupakan sejenis teknik merangkum suatu persoalan, sejarah, kejadian, atau suatu yang memiliki suatu topik. Namun peta pikiran ini lebih jelas, mendalam, menarik daripada rangkuman. Sebab dalam peta pikiran digunakan teknik grafis dan ruang (baik berupa gambar dan simbol) serta warna untuk menandai ide-ide dalam pikiran. Al-Jarf (2011: 1-2) mengungkapkan bahwa peta pikiran adalah grafik organizer di mana memancarkan kategori utama dari ide pusat dan sub-kategori yang direpresentasikan sebagai cabang yang lebih besar. Ini adalah alat yang dapat digunakan untuk menghasilkan ide-ide, membuat catatan, mengatur pemikiran, dan mengembangkan konsep. Guru dapat menggunakannya untuk meningkatkan belajar. Hal ini berguna untuk pelajar sebagai alat ilustrasi yang membantu dalam mengelola berpikir, mengarahkan pembelajaran, dan membuat koneksi. Itu memungkinkan siswa untuk lebih mengatur, memprioritaskan, dan mengintegrasikan bahan yang disajikan. Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa peta pikiran adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat dalam diri seseorang. Otak menyimpan informasi dalam betuk gambar, simbol, bentuk-bentuk, pola dan asosiasi seperti pohon dan cabang rantingnya. Metode peta pikiran merupakan cara mengembangkan kreatifitas baik dalam memunculkan ide-ide yang cemerlang, menemukan solusi yang inspiratif untuk menyelesaikan masalah maupun menemukan cara-cara baru untuk menjadi kreatif. Metode ini mampu menggali ide-ide yang cemerlang dan mampu membebaskan seluruh potensi kreatif siswa. c. Karakteristik Metode Peta Pikiran Hayati (2009: 27) mengatakan teknik pencatatan dengan menggunakan peta pikiran memiliki karateristik sebagai berikut: 1) Subjek yang menjadi perhatian mengalami kristalisasi dalam citra sentral. 2) Tema utama dari subjek memancar dari citra sentral sebagai cabang. 3) Cabang-cabang terdiri dari citra kunci atau kunci yang dituliskan digaris yang berasosiasi. Topik-topik dengan tingkat kepentingan yang lebih kecil juga digambarkan sebagai cabang-cabang yang melekat pada cabang dari tingkat yang lebih tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
4) Cabang-cabang ini membentuk struktur yang berhubungan. d. Langkah-langkah Pembuatan Peta Pikiran Menurut Buzan (2008: 15) ada tujuh langkah untuk membuat peta pikiran. Tujuh langkah tersebut sebagai berikut: 1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar. Mengapa? Karena memulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan diri dengan lebih bebas dan alami. 2) Gunakan gambar atau foto untuk sentral. Mengapa? Karena sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu otak menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat otak tetap terfokus, membantu otak berkonsentrasi, mengaktifkan otak. 3) Gunakan warna. Mengapa? Karena bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat peta pikiran lebih hidup, menambah energi pada pemikiran kreatif dan menyenangkan. 4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tingkat tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Mengapa? Karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (tiga atau empat) hal sekaligus. Bila cabang-cabang dihubungkan akan lebih mudah dimengerti dan diingat. 5) Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Mengapa? Karena garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis seperti cabang-cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata. 6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Mengapa? Karena kata kunci tunggal memberi banyak daya dan fleksibelitas kepada peta pikiran. 7) Gunakan gambar. Mengapa? Karena gambar sentral, setiap gambar bermakna seribu kata. e. Manfaat Peta Pikiran Beberapa manfaat peta pikiran menurut Buzan, (2008: 6) sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)
merencana; berkomunikasi; menjadi lebih kreatif; menyelesaikan masalah; memusatkan perhatian; menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran; mengingat dengan lebih baik; belajar lebih cepat dan efisien; dan melihat gambar keseluruhan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
f. Kelebihan dan Kekurangan Metode Peta Pikiran 1) Kelebihan Metode Peta Pikiran Kelebihan metode peta pikiran menurut Rostikawati (2009: 17) yaitu dapat membiasakan siswa untuk melatih kreativitas sehingga siswa dapat menciptakan suatu produk kreatif yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya. 2) Kekurangan Metode Peta Pikiran Pembelajaran yang dilakukan dengan metode peta pikiran akan relative lebih lama dan memerlukan banyak peralatan dan warna. Diperlukan imajinasi dan kreativitas yang tinggi untuk menghasilkan peta pikiran yang baik. Tetapi semakin banyak kita berlatih hal ini dapat diatasi, di samping guru memberikan lingkungan yang positif dan motivasi kepada anak. g. Perbedaan Catatan Biasa dengan Peta Pikiran Menurut Sugiarto (dalam Herdian, 2009) peta pikiran adalah metode meringkas bahan yang akan dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau grafik sehingga lebih mudah memahaminya (2004: 75). Berikut ini disajikan perbedaan antara catatan tradisional dengan catatan peta pikiran. Perbedaan Catatan Biasa dan Catatan dengan Peta Pikiran Catatan Biasa
Peta Pikiran
1) hanya berupa tulisan-tulisan saja
berupa tulisan, simbol dan gambar
2) hanya dalam satu warna
berwarna-warni
3) untuk mereview ulang
untuk mereview ulang diperlukan
memerlukan waktu yang lama
waktu yang pendek
4) waktu yang diperlukan untuk waktu yang diperlukan untuk belajar belajar lebih lama 5) statis
lebih cepat dan efektif membuat individu menjadi lebih kreatif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
h. Pembelajaran Menulis Narasi dengan Metode Peta Pikiran Model pembelajaran Peta Pikiran akan sangat bermanfaat bila diterapkan dalam pembelajaran menulis narasi. Seperti yang telah dikemukakan oleh Wycoff (2003: 84) bahwa pemetaan pikiran merupakan cara yang sangat baik untuk menghasilkan dan menata gagasan sebelum menulis. Sehingga dapat dikatakan peta pikiran ini sangat tepat jika digunakan dalam pembelajaran menulis termasuk menulis narasi. Bagian yang paling sulit dalam menulis adalah mengetahui hal apa yang akan ditulis, apa temanya dan bagaimana memulainya. Begitu pula dalam menulis narasi. Kendala atau kesulitan yang paling sering ditemui adalah untuk memunculkan ide sebelum menulis. Tidak tahu apa yang akan ditulis. Dalam
menulis
narasi,
kreativitas
sangat
diperlukan
untuk
mengembangkan ide serta menciptakan kata-kata untuk dirangkai menjadi sebuah wacana narasi yang mampu menceritakan sesuatu dalam bahasa tulis secara runtut berdasarkan urutan tempat dan waktu.Kreativitas diperlukan untuk dapat menuangkan segala ide yang ada dalam pikiran kita ke dalam bentuk kata-kata yang padat namun tetap berisi dan dapat menggambarkan seluruh isi pikiran kita. Narasi biasanya ditulis berdasarkan rekaan atau imajinasi. Namun demikian, narasi yang ditulis juga bisa ditulis berdasarkan pengalaman pribadi penulis, pengamatan atau wawancara. Narasi merupakan sebuah wacana yang berusaha menceritakan sesuatu dalam bahasa tulis secara runtut berdasarkan urutan tempat dan waktu. Sehingga dibutuhkan kreativitas yang tinggi untuk menulis wacana narasi yang baik. Berdasarkan paparan sebelumnya, diketahui bahwa peta pikiran dengan gambar, warna serta kata kuncinya dapat membangkitkan sehingga memunculkan ide-ide cerita yang kreatif. Dengan pemetaan pikiran, sebuah tema atau ide dapat dijabarkan dalam ranting-ranting sehingga memudahkan kita untuk menemukan atau menciptakan kata-kata yang bagus serta sesuai dengan pemikiran kita. Dari kata-kata tadi dapat dirangkai menjadi bentuk narasi yang mampu memberi kemudahan bagi pembacanya untuk memahami seperti apa yang dimaksud oleh penulisnya. Berbeda jika dibandingkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
dengan metode konvensional yang selama ini diterapkan dalam pembelajaran menulis narasi, model pembelajaran peta pikiran jauh lebih baik karena melibatkan kedua belahan otak untuk berpikir. Metode konvensional masih bersifat teoretis praktis yang hanya menggunakan fungsi kerja otak kiri, sehingga kreativitas dan imajinasi tidak berkembang dengan baik. Secara aplikatif, penerapan peta pikiran dalam pembelajaran menulis narasi adalah sebagai berikut: pertama, siswa memilih ide atau objek kemudian menuliskannya di atas selembar kertas kosong. Penulisan berupa kata kunci dari ide yang dipilih disertai dengan simbol atau gambar berwarna; kedua, siswa mencari kata-kata yang berkaitan dengan ide atau objek utama yang sudah dipilih tadi kemudian dituliskan dalam ranting-ranting yang melingkupi ide atau objek utama tadi; ketiga, siswa merangkai kata-kata tadi dengan sebaik mungkin lalu dituangkan ke dalam bentuk wacana narasi. Peta pikiran merupakan metode yang memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat dalam diri seseorang. Otak menyimpan informasi dalam betuk gambar, simbol, bentuk-bentuk, pola dan asosiasi seperti pohon dan cabang rantingnya. Metode peta pikiran merupakan cara mengembangkan kreatifitas baik dalam memunculkan ide-ide yang cemerlang, menemukan solusi yang inspiratif untuk menyelesaikan masalah maupun menemukan cara-cara baru untuk menjadi kreatif. Metode ini mampu menggali ide-ide yang cemerlang dan mampu membebaskan seluruh potensi kreatif siswa. i. Penilaian dalam Menulis Narasi Penilaian merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin dipisahkan dari kegiatan pembelajaran secara umum. Tanpa mengadakan suatu penilaian, kita tidak mungkin dapat menilai dan melaporkan hasil pembelajaran peserta didik secara objektif. Nurgiyantoro (2010: 6) menyatakan bahwa penilaian diartikan suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Sejalan dengan pendapat Suwandi (2011: 9) yang menyatakan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau criteria yang telah ditetapkan. Untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
mengukur keberhasilan tujuan pembelajaran dapat dilihat dari nilai (baik proses maupun hasil) yang dicapai oleh siswa. Oleh karenanya, diperlukan penilaian yang sesuai yang dapat mengukur hal tersebut. Berhubungan dengan hal tersebut maka pembobotan penilaian tidaklah bersifat mutlak. Setiap guru dapat memilih atau membuat model yang dianggapnya paling sesuai. Dengan demikian, dalam menentukan bobot penilaian guru hendaknya memperhatikan kriteria penilaian yang digunakan serta tujuan yang hendak dicapai sehingga penilaian tersebut benar-benar dapat mengukur keberhasilan tujuan pembelajaran baik proses maupun hasil. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian merupakan proses memberi atau menentukan nilai kepada objek tertentu, sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. 1) Penilaian Proses Pembelajaran Penilaian proses pembelajaran merupakan upaya seorang guru memberikan nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan siswa dengan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Penilaian proses dapat dilihat dari sikap siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Sikap bermula dari perasaan suka atau tidak suka yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/ obyek. Sikap juga merupakan ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki seseorang. Sikap dapat dibentuk sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan.
menurut Suwandi (2011: 92) secara umum
sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran meliputi beberapa hal, yakni sikap terhadap materi pelajaran (minat dan motivasi mengikuti pelajaran); sikap terhadap guru/ pengajar; sikap terhadap proses pembelajaran; dan sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran. Penilaian proses yang diukur dalam penelitian ini dilihat dari motivasi siswa dalam pembuatan peta pikiran sedangkan kualitas hasilnya adalah kemampuan siswa dalam menulis narasi. Berdasarkan hal tersebut maka pedoman penilaian proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
yang digunakan dalam pembelajaran menulis narasi adalah sebagai berikut.
No
Nama Siswa
Tabel 1. Penilaian Proses Pembelajaran Motivasi siswa dalam pembuatan peta pikiran
Ket.
a) Kolom penilaian sikap diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut. 1 = sangat kurang (E)
4 = baik (B)
2 = kurang (D)
5 = amat baik (A)
3= cukup (C) b) Motivasi siswa dalam pembuatan peta pikiran Skor 5 : Jika siswa tampak bersungguh-sungguh dan menunjukkan adanya kesenangan dalam mengerjakan setiap tugas yang diberikan; tampak semangat, antusias, dan senang saat diberi tugas membuat peta pikiran (tidak bosan, tidak mengantuk, secara sukarela membacakan pekerjaan yang dibuat). Skor 4 : Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru serta tampak bersemangat dan antusias saat diberi tugas membuat peta pikiran (tidak bosan, tidak mengantuk). Skor 3 : Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan namun kurang bersemangat dan antusias saat diberi tugas membuat peta pikiran (kurang serius). Skor 2 : Jika siswa hanya sekedar mengerjakan tugas yang diberikan dan terlihat tidak bersemangat saat membuat peta pikiran (ogah-ogahan, meletakkan kepala di meja). Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan dan sama sekali tidak bersemangat saat diberi tugas membuat peta pikiran (tampak bosan, tertidur).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
2) Penilaian Hasil Pembelajaran Dalam menilai hasil belajar peserta didik, kita harus menentukan kompetensi apa yang akan diukur dan sesuai dengan pengalaman belajar yang dibelajarkan. Yang pasti, melalui kerja penilaian itu dapat diperoleh informasi tentang peserta didik sebagai capaian pembelajaran yang telah dilakukannya
untuk
kemudian
dianalisis
dan
ditafsirkan
serta
dipergunakan sebagai bahan pengambilan keputusan. Penilaian hasil belajar merupakan suatu cara menetapkan kuantitas dan kualitas hasil belajar. Penilaian terhadap hasil karangan peserta didik sebaiknya menggunakan rubrik penilaian yang mencakup komponen isi dan bahasa masing-masing dengan sub komponennya. Seperti model penilaian menurut Nurgiyantoro (dimodifikasi dari Hartfield, 1985: 91) yang memberi bobot tidak sama untuk setiap komponen, serta rinci dalam melakukan penyekoran yakni dengan model skala interval untuk setiap tingkat tertentu pada setiap aspek yang dinilai. Model penilaian ini, berhubung rinci dan teliti dalam memberikan skor, tentunya lebih dapat dipertanggungjawabkan (2010: 440). Model penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Aspek
I S I
O R G A N I S A S I K O S A K A T A P. B A H A S A M E K A N I K
Tabel 2. Model Penilaian Tugas Menulis Narasi dengan Skala Interval Skor Kriteria 27 30 Sangat Baik Sempurna: tema/ide cerita kreatif/segar*pengembangan tema kreatif*pengembangan ide tuntas*isi wacana dialog dikembangkan dengan baik* substansif. 22 26 Cukup Baik: tema/ide cerita cukup kreatif/segar* pengembangan tema cukup* pengembangan ide terbatas*isi wacana dialog dikembangkan tetapi tidak lengkap* substansi kurang. 17 21 Sedang Cukup: tema/ide cerita terbatas*informasi terbatas*pengembangan tema tidak cukup*pengembangan ide kurang*wacana dialog tidak dikembangkan* substansi tidak cukup. 13 16 Sangat Kurang: tema tidak jelas* tema tidak berkembang* ide mandeg* tidak ada substansi. 18 20 Sangat Baik Sempurna: gagasan diungkapkan dengan jelas * padat* tertata dengan baik*urutan logis*ada kohesif dan koheren. 14 17 Cukup Baik: pengungkapan gagasan kurang lancar*gagasan kurang terorganisasi tetapi ide utama terlihat* bahan pendukung terbatas*urutan logis tetapi tidak lengkap*cukup kohesif dan koheren. 10 13 Sedang Cukup: pengungkapan gagasan tidak lancar*gagasan kacau, terpotong-potong atau melompat-lompat*urutan tidak logis tetapi lengkap* kurang kohesif dan koheren. Sangat Kurang: pengungkapan gagasan tidak komunikatif*gagasan tidak 7 9 terorganisasi*tidak kohesif dan koheren serta tidak layak nilai. 18 20 14 17 10 13 7 9
22 25 18 21 11 17 5 10 5 4 3 2
Sangat Baik Sempurna: pemanfaatan potensi kata sangat baik*pilihan kata dan ungkapan tepat* menguasai pembentukan kata. Cukup Baik: pemanfaatan potensi kata cukup baik*pilihan kata dan ungkapan kadangkadang kurang tepat*cukup menguasai pembentukan kata. Sedang Cukup: pemanfaatan potensi kata terbatas* pilihan kata dan ungkapan kadangkadang kurang tepat*cukup menguasai pembentukan kata. Sangat Kurang: pemanfaatan potensi kata sangat terbatas*sering terjadi kesalahan penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna*tidak menguasai pembentukan kata*pengetahuan tentang kosa kata rendah*tak layak nilai. Sangat Baik Sempurna: konstruksi kalimat lengkap dan efektif*hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk kebahasaan. Cukup Baik: konstruksi kalimat sederhana tetapi efektif*kesalahan kecil pada konstruksi kalimat*terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna tidak kabur. Sedang Cukup: terjadi kesalahan serius dalam rangkaian kalimat*makna membingungkan atau kabur. Sangat Kurang: tidak menguasai aturan sintaksis*terdapat banyak kesalahan* tidak komunikatif*tidak layak nilai. Sangat Baik Sempurna: menguasai aturan penulisan*hanya terdapat beberapa kesalahan ejaan dan tanda baca. Cukup Baik: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan dan tanda baca tetapi tidak mengaburkan makna. Sedang Cukup: sering terjadi kesalahan ejaan dan tanda baca*makna membingungkan atau kabur. Sangat Kurang: tidak menguasai aturan penulisan*terdapat banyak kesalahan ejaan*tulisan tidak terbaca*tak layak nilai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
No.
Tabel 3. Penilaian Hasil Pembelajaran Aspek Penilaian Isi Organis- Kosa Peng. Meka Nama siswa asi kata bahasa -nik
Nilai
Ket.
Sebagaimana yang telah diungkapkan bahwa tes atau penilaian yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran maka penilaian hasil dalam pembelajaran menulis di Kelas IV ini didasarkan pada hasil pekerjaan siswa dalam bentuk menulis narasi. Hal tersebut disesuaikan dengan kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan sekolah di semester II. Pada materi ini KKM yang ditentukan adalah
70, ini berarti bahwa siswa dinyatakan tuntas
dalam pembelajaran jika mendapatkan nilai
70.
B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan tentang penggunaan metode peta pikiran dalam
Kualitas Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Dengan Metode Peta Pikiran (mind mapping) pada siswa kelas VII SLTP Negeri 6 Ngagel Surabaya Tahun Ajaran 2006/ 2007. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil yang menunjukkan terjadi peningkatan kualitas pembelajaran menulis cerita siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian ini yaitu, sama-sama menggunakan metode peta pikiran namun, penelitian tersebut berupaya meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek sedangkan penelitian ini berupaya meningkatkan kemampuan menulis narasi. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Pangemanan dengan judul Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi Siswa Kelas X SMA Avicenna Kabupaten Jombang tahun ajaran 2004/ 2005 dengan Menggunakan Metode Mind Mapping . Dari penelitian tersebut diperoleh hasil yang menunjukkan terjadi peningkatan dalam menulis karangan argumentasi pada tahap pramenulis, menulis, dan pascamenulis. Hal ini sejalan dengan penelitian ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
yaitu, sama-sama menggunakan metode peta pikiran namun, penelitian tersebut berupaya meningkatkan kemampuan menulis karangan argumentasi sedangkan penelitian ini berupaya meningkatkan kemampuan menulis narasi. Penelitian yang relevan berikutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Winarti (2008) yang berjudul, Menggunakan Media Gambar Berseri Siswa Kelas V SD Negeri Tempel Gatak Sukoharjo . Pada penelitian ini terbukti bahwa dengan menggunakan media gambar berseri mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis narasi siswa kelas V SD Negeri Tempel Gatak Sukoharjo. Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran menulis narasi mengalami adanya keberhasilan, siswa dapat menyusun gambar berseri sesuai dengan urutan yang benar dan kemudian disusun menjadi sebuah cerita yang padu.Berdasarkan penelitian ini bahwa media gambar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis narasi. Hal ini sejalan dengan penelitian ini yaitu, sama-sama berupaya meningkatkan
keterampilan
menulis
narasi.
Namun,
penelitian
tersebut
menggunakan media gambar berseri, sedangkan penelitian ini menggunakan metode peta pikiran. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Hayatun (2009) dengan judul
Pembelajaran Kooperatif Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 3
kooperatif learning Jigsaw dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran menulis narasi dan meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 3 Punduhsari. Hal ini sejalan dengan penelitian ini yaitu, sama-sama berupaya meningkatkan keterampilan menulis narasi. Namun, penelitian tersebut menggunakan
metode
Investigasi
kelompok,
sedangkan
penelitian
ini
menggunakan metode peta pikiran. Kajian lain dilakukan oleh Al-Jarf (2011: 1-2) dengan judul Teaching Spelling Skills with a Mind-mapping Software menunjukkan ada interaksi yang signifikan antara metode pengajaran, tingkat kemampuan berbahasa inggris, dan prestasi.Pembelajaran yang dibangun dan dimodifikasi dengan menggunakan peta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
konsep meningkatkan kemampuan kosakata siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian ini yaitu, sama-sama menggunakan metode peta pikiran namun, penelitian tersebut berupaya meningkatkan kemampuan berbahasa inggris sedangkan penelitian ini berupaya meningkatkan kemampuan menulis narasi. Kelima penelitian yang dipaparkan di atas relevan dengan penelitian ini yaitu sama-sama berkaitan dengan pembelajaran menulis narasi dan metode peta pikiran. Penelitian tersebut sebagai bahan reverensi bagi peneliti dalam upaya melakukan penelitian yang lebih baik. C. Kerangka Berpikir Belajar dan mengajar merupakan kegiatan utama dalam pendidikan. Belajar merupakan suatu proses untuk mendapatkan pengetahuan dan menanamkan nilai moral pada anak didik yang berfungsi sebagai bekal hidup. Untuk mencapai keberhasilan dalam belajar ada banyak faktor yang berpengaruh di dalamnya. Di antaranya, adalah cara mengajar guru dan ketertarikan siswa terhadap materi yang dipelajari. Selain itu, penggunaan media dan cara atau model mengajar guru juga akan mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembelajaran. Kemampuan menulis di SD Negeri Palur 04 Mojolaban, Sukoharjo khususnya pada kelas IV masih rendah. Nilai pretes dalam pembelajaran menulis karangan yang diperoleh siswa dari 30 siswa hanya ada 12 orang siswa yang mendapatkan nilai
70 (kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan adalah
70), sedangkan 18 siswa lainnya masih jauh dari batas kriteria ketuntasan minimal. Sebagian besar siswa belum mampu merinci peristiwa dengan baik, Isi ceritanya melompat-lompat atau belum mampu mengarang berdasarkan urutan waktu, diksi yang digunakan masih belum sesuai dan cenderung monoton, serta struktur kalimat belum jelas. Sebenarnya penyebab rendahnya kemampuan menulis yang mendasar adalah teknik penyajian pelajaran yang dilakukan guru masih kurang tepat, yaitu guru lebih banyak menerangkan materi di depan kelas dan terlalu terpancang pada buku teks sebagai satu-satunya sumber belajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa mengenai proses pembelajaran menulis, diperoleh informasi bahwa mereka belum paham tentang karangan narasi. Guru selama ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
kurang memberi contoh dan bimbingan tentang cara merinci dan mengurutkan peristiwa dalam menulis narasi. Pembelajaran yang dilakukan selama ini lebih mementingkan hasil daripada proses. Pembelajaran yang demikian membuat siswa kurang termotivasi untuk menulis. Dari keadaan tersebut, maka perlu diterapkan suatu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa kelas IV SD Negeri Palur 04 Mojolaban, Sukoharjo. Metode pembelajaran tersebut adalah peta pikiran. Metode peta pikiran merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah guru terhadap rendahnya kemampuan menulis narasi siswa. Metode peta pikiran dipilih karena metode tersebut sangat menyenangkan dan mengaktifkan siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran dan pada
akhirnya
dapat
meningkatkan
kualitas
meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa.
commit to user
proses
pembelajaran
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Adapun gambar alur kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut. Pembelajaran Menulis Narasi kelas IV SDN Palur 04 Mojolaban Sukoharjo
Sebelum Tindakan: Konvensional (tanpa peta pikiran)
Selama Tindakan: Berbasis peta pikiran
Prosedur Pembelajaran
Prosedur Pembelajaran
Guru menjelaskan materi mengarang. Guru memberi tugas siswa. mengarang. Siswa mengerjakan tugas. Siswa mempresentasikan hasil pekerjaan. Siswa mengumpulkan tugas.
Guru menjelaskan materi mengarang. Guru memberi contoh karangan narasi dengan gambar peta pikiran. Siswa melengkapi ranting cabang peta pikiran dengan kata kunci yang sudah ditentukan. Siswa membuat peta pikiran dengan tema tertentu. Siswa mewarnai peta pikiran. Siswa mengembangkan peta pikiran menjadi karangan narasi dengan memperhatikan kaidah bahasa. Siswa mempresentasikan hasil pekerjaan.
Kualitas Prosedur dan Hasil Motivasi siswa dalam pembelajaran menulis rendah Kemampuan menulis siswa rendah
Kualitas Prosedur dan Hasil Motivasi siswa dalam pembelajaran menulis meningkat Kemampuan menulis siswa meningkat
Gambar 2. Kerangka Berpikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Palur 04 Mojolaban Kabupaten Sukoharjo yang terletak ±8 km sebelah barat Kota Karanganyar. SD Negeri Palur 04 Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo memiliki 6 ruang kelas. Akan tetapi subjek yang dikenai tindakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 30 siswa. Alasan pemilihan sekolah dan kelas IV sebagai tempat penelitian adalah karena pertama, berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan guru kelas yang sekaligus sebagai guru pengampu mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ditemukan adanya kendala dalam pembelajaran menulis narasi di kelas tersebut. Kedua, sekolah ini sebelumnya belum pernah digunakan sebagai objek penelitian sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang.Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan yakni pada bulan Desember 2011 sampai dengan Mei 2012. Untuk lebih jelasnya rincian waktu dan jenis kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian No
Kegiatan
1
Persiapan survei awal sampai penyusunan proposal Menentukan informan, menyiapkan peralatan dan instrumen Pengajuan surat izin penelitian ke sekolah Pengumpulan data Pelaksanaan Siklus I Pelaksanaan Siklus II Pelaksanaan Siklus III
2
3 4
5
Analisis data
6
Penyusunan laporan
Des. 11
Jan. 12
commit to user 47
Bulan Feb. Mar. 12 12
Apr. 12
Mei 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
B. Subjek Penelitian Untuk mendapatkan informasi, subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Palur 04 Mojolaban, Sukoharjo yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari laki-laki 10 siswa dan perempuan 20 siswa. Pengambilan informasi dari siswa dilakukan dengan cara mengadakan wawancaradan tugas yang dikerjakan siswa untuk kemudian dianalisis sebagai sumber data. C. Bentuk dan Strategi Penelitian Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian yang merupakan hasil kolaborasi antara peneliti dan guru sehingga dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Arikunto,
Suhardjono,
&
Supardi
(2007:
58)
mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. Adapun
karakteristik
penelitian
tindakan
kelas
menurut
Arikunto,
Suhardjono, & Supardi. (2007: 62) antara lain: (1) adanya tindakan yang nyata yang dilakukan dalam situasi yang dialami dan ditujukan untuk menyelesaikan masalah; (2) menambah wawasan keilmiahan dan keilmuan; (3) sumber permasalahan berasal dari masalah yang dialami guru dalam pembelajaran; (4) permasalahan yang diangkat bersifat sederhana, nyata, jelas, dan penting; (5) adanya kolaborasi antara praktisi (guru dan siswa); (6) ada tujuan penting dalam pelaksanaan PTK, yaitu meningkatkan profesionalisme guru, ada keputusan kelompok, bertujuan untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan. Prinsip-prinsip pelaksanaan penelitian tindakan kelas meliputi enam hal, yakni: (1) adanya upaya dari guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran; (2) dilakukannya tahap-tahap yang meliputi persiapan, pelaksanaan observasi, dan evaluasi; (3) penelitian dilakukan sesuai dengan alur dan kaidah ilmiah; (4) masalah yang ditangani adalah masalah yang riil dalam pembelajaran; (5) penelitian bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran; (6) pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
untuk memecahkan permasalahan tidak hanya dilakukan di dalam tetapi dapat juga di luar kelas. Peneliti
berupaya
mengamati
dan
mendeskripsikan
permasalahan-
permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran menulis narasi. Kemudian, peneliti berusaha memberikan alternatif usaha guna mengatasi permasalahan tersebut. Alternatif usaha tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi ke arah perbaikan pembelajaran narasi di kelas. Proses dasar penelitian tindakan kelas didasarkan atas menyusun rencana tindakan bersama, bertindak dan mengamati secara individual dan bersama-sama pula, kemudian mengadakan refleksi atas berbagai kegiatan yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti bersama-sama guru kelas yang juga sebagai guru pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia sebagai pemegang otoritas pengajaran di dalam kelas menyusun rencana tindakan bersama. Kemudian peneliti bersama guru melaksanakan tindakan berdasarkan rencana tindakan yang telah disepakati. Kegiatan pelaksanaan tersebut diikuti pula dengan kegiatan pemantauan mengenai segala peristiwa yang terjadi di dalam kelas. Apabila hasilnya dirasa kurang maksimal (belum sesuai dengan indikator ketercapaian yang telah direncanakan), maka peneliti menentukan kembali perencanaan tindakan selanjutnya untuk siklus berikutnya.Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yang bertujuan untuk menjelaskan dan menggambarkan realita yang ada. Peneliti mencoba memberikan gambaran dan menjelaskan segala peristiwa dalam pelaksanaan tindakan serta hasil penelitian dalam bentuk data tertulis. D. Sumber Data Penelitian Ada tiga sumber data yang dijadikan sebagai sasaran pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini. Sumber data tersebut, meliputi: 1. Tempat dan peristiwa Sumber data dalam penelitian ini adalah proses belajar mengajarmenulis narasi yang berlangsung di dalam kelas yang dialami oleh siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Palur 04 Mojolaban, Sukoharjo dengan metode pembelajaran peta pikiran. 2. Informan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Infoman dalam penelitian ini adalah IbuIda Nursanti, S.Pd.SDselaku guru kelas yang sekaligus sebagai guru pengampu mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dan siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Palur 04 Mojolaban, Sukoharjo yang berjumlah 30 siswa. 3. Dokumen Dokumen yang dijadikan sumber data pada penelitian ini, meliputi catatan hasil observasi selama proses pembelajaran, hasil tes siswa berupa tulisan narasi, daftar nilai, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), silabus, catatan hasil wawancara yang ditranskrip, dan foto kegiatan pembelajaran menulis narasi. E. Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai alat mengumpulkan data sehubungan dengan masalah yang diteliti, yaitu: 1. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan proses pembelajaran menulis narasi untuk melihat perkembangan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. 2. Wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara dengan guru maupun sejumlah siswa untuk mengetahui pendapat mereka mengenai proses pembelajaran menulis narasi. 3. Tes, yaitu dengan memberikan tugas kepada siswa untuk menulis karangan narasi sebelum dan sesudah diberi tindakan dengan penerapan metode peta pikiran. 4. Analisis dokumen, yaitu dengan melihat atau mengamati serta menilai hasil pekerjaan siswa dalam menulis narasi. Hasil pekerjaan ini berupa penilaian unjuk kerja dari tes yang diberikan. Penilaian unjuk kerja ini digunakan untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan pelaksanaan tindakan. F. Uji Validitas Data Teknik-teknik yang digunakan untuk memeriksa keabsahan data adalah triangulasi metode dan triangulasi sumber data (Suwandi, 2011: 65). Triangulasi metode, teknik ini digunakan untuk membandingkan data yang telah diperoleh dari hasil observasi dengan data yang diperoleh dari wawancara. Dalam hal ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
peneliti membandingkan hasil observasi dengan data yang berasal dari siswa yang diperoleh melalui observasidan wawancara terstruktur. Data yang berasal dari guru diperoleh melalui wawancara mendalam yakni mengenai segala hal yang terjadi dan berhubungan dengan kegiatan pembelajaran menulis narasi di kelas tersebut. Triangulasi sumber data, teknik ini digunakan untuk menguji suatu data yang diperoleh dari sumber data yang berbeda. Misalnya, untuk menentukan keabsahan antusias siswa selama mengikuti pembelajaran, peneliti melakukan trianggulasi sumber data dari siswa dengan data dari guru. Dalam hal ini siswa dikatakan antusias jika dalam kegiatan pembelajaran siswa terlihat bersemangat atau aktif baik saat mengerjakan tugas maupun memperhatikan penjelasan guru serta merespon stimulus yang diberikan guru, yang ditunjukkan melalui foto-foto pembelajaran atau pun catatan lapangan. G. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis komparatif deskriptif. Data yang telah terkumpul dari hasil penelitian kemudian dianalisis secara kritis dengan membandingkan hasil tindakan setiap siklus dengan indikator ketercapaian tindakan yang telah ditentukan peneliti sebelumnya. Hasil analisis ini menunjukkan kelebihan dan kekurangan kinerja siswa dan guru dalam proses pembelajaran pada setiap siklus. Analisis dilakukan secara kolaboratif antara guru dan peneliti. Suwandi (2011: 66) menyatakan bahwa teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan teknik analisis kritis. H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah rangkaian tahapan penelitian dari awal hingga akhir. Prosedur dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) meliputi: persiapan, studi/survei awal, pelaksanaan siklus, dan penyusunan laporan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
Pelaksanaan siklus meliputi kegiatan sebagai berikut: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi dan interpretasi; dan (4) analisis dan refleksi.
Berikut ini adalah gambaran singkat mengenai tahapan penelitian yang sdilaksanakan.
Perencanaan Tindakan I
Permasalahan
Pelaksanaan Tindakan I
Pengamatan/ Pengumpulan Data
Refleksi I Siklus I
Permasalahan Baru hasil Refleksi
Perencanaan Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan II
Refleksi II Siklus II
Apabila Permasalahan Belum Terselesaikan
Pengamatan/ PengumpulanD ata
Dilanjutkan ke Siklus Berikutnya
Gambar 3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, Suhardjono & Supardi, 2007: 74) Keterangan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
1. Perencanaan Tindakan Berdasarkan hasil identifikasi dan penetapan masalah peneliti dan guru kemudian berdiskusi untuk menemukan alternatif. Alternatif yang disepakati antara peneliti dan guru adalah penerapan metode pembelajaran peta pikirandalam pembelajaran menulis narasi. Pada tahap ini peneliti menyajikan data yang telah dikumpulkan kemudian bersama guru menentukan solusi yang tepat berdasarkan masalah yang dihadapi. Tahap perencanaan tindakan meliputi: a. Membuat skenario pembelajaran. b. Mempersiapkan sarana pembelajaran. c. Mempersiapkan instrumen penelitian. d. Mengajukan solusi alternatif berupa penerapan metode peta pikiran dalam pembelajaran menulis narasi. Adapun skenario pembelajaran yang direncanakan akan dilaksanakan dalam setiap siklus adalah sebagai berikut: Siklus I a. Peneliti mengusulkan penerapan metode peta pikiran,yaitu dengan menggunakan
gambar peta pikirandalam pembelajaran menulis narasi
serta menjelaskan penerapannya. Langkah-langkah yang ditempuh pada siklus pertama antara lain: 1) guru membuka pelajaran dengan ucapan salam; 2) guru mengondisikan kelas; 3) guru melakukan apersepsi mengenai pengalaman siswa dalam menulis narasi melalui kegiatan tanya jawab; 4) guru memberi motivasi siswa; 5) guru menerangkan tentang narasi dan cara membuat peta pikiran; 6) guru memberi contoh narasi dengan gambar peta pikiran di papan tulis; 7) guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok; 8) guru menugaskan siswa untuk membuat kerangka karangan dalam bentuk peta pikiran dengan tema yang sudah ditentukan guru;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
9) guru menugaskan beberapa siswa untuk membacakan hasil pekerjaan di depan kelas; 10) guru menugaskan siswa untuk mendeskripsikan gambar berdasarkan peta pikiran yang dibuat; 11) guru mengumpulkan narasi siswa; 12) guru bersama siswa merefleksi pembelajaran yang sudah dilaksanakan; 13) guru menyimpulkan pembelajaran, siswa boleh bertanya; dan 14) guru menutup pelajaran dengan ucapan salam. b. Peneliti dan guru menentukan media pembelajaran yang lebih menarik siswa dan memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran, yaitu media gambar peta pikiran dan berwarna. c. Peneliti dan guru bersama-sama menyusun rancangan pembelajaran (RPP) untuk siklus I d. Peneliti dan guru merumuskan indikator pencapaian tujuan. e. Peneliti dan guru bersama-sama membuat lembar penilaian siswa, yaitu instrumen penelitian berupa tes dan nontes. Instrumen tes digunakan untuk menilai tulisan narasi yang ditulis siswa (penilaian hasil) dan instrumen nontes digunakan untuk menilai sikap siswa (penilaian proses) dalam pembelajaran menulis narasi. Instrumen untuk menilai kualitas proses pembelajaran menulis narasi, dinilai berdasarkan rubrik penilaian proses pembelajaran menulis narasiyaitu motivasi siswa dalam pembuatan peta pikiran selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Siklus II a. Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menulis narasi dengan metodepeta pikiran. Langkah-langkah yang ditempuh antara lain: 1) guru membuka pelajaran dengan ucapan salam; 2) guru mengondisikan kelas; 3) guru melakukan apersepsi denganbertanya jawab kepada siswa tentang kisah yang menyenangkan yang pernah mereka alami; 4) guru memberikan motivasi pada siswa dengan memaparkan manfaat menulis dan peta pikiran;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
5) guru memberi contoh narasi siswa yang telah direfleksi pada siklus I di depan kelas; 6) guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis narasi pada siklus I; 7) guru menerangkan tentang penggunaan ejaandan diksi dalam karangan; 8) guru menugaskan siswa untuk membuat peta pikiran secara mandiri dengan memilih tema yang disediakan guru sesuai dengan minat siswa; 9) guru menugaskan siswa untuk menulis narasi berdasarkan peta pikiran yang dibuat; 10) guru mengumpulkan narasi siswa; 11) guru menyimpulkan pembelajaran, merefleksi bersama siswa; dan 12) guru menutup pelajaran dengan ucapan salam. b. Peneliti dan guru sepakat untuk tetap menggunakan media pembelajaran gambar peta pikiran. c. Peneliti dan guru bersama-sama menyusun rancangan pembelajaran (RPP)untuk siklus II d. Peneliti dan guru merumuskan indikator pencapaian tujuan. e. Peneliti dan guru bersama-sama membuat lembar penilaian siswa, yaitu instrumen penelitian berupa tes dan nontes. Instrumen tes digunakan untuk menilai tulisan narasi yang ditulis siswa (penilaian hasil) dan instrumen nontes digunakan untuk menilai sikap siswa (penilaian proses) dalam pembelajaran menulis narasi. Instrumen untuk menilai kualitas proses pembelajaran menulis narasi, dinilai berdasarkan rubrik penilaian proses pembelajaran menulis narasi yaitu motivasi siswa dalam pembuatan peta pikiran selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Siklus III a. Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menulis narasi dengan metode peta pikiran. Langkah-langkah yang ditempuh antara lain: 1) guru membuka pelajaran dengan mengucap salam; 2) guru mengondisikan kelas;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
3) guru melakukan apersepsi dan memotivasi siswa; 4) guru membagikan narasi pertemuansebelumnya kemudian narasi direfleksi bersama-sama, kali ini siswa diminta untuk menunjukkan letak kesalahan; 5) guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis narasi pada siklus II; 6) guru menjelaskan tentang penggunaan tanda bacadan pemilihan diksi dalam menulis karangan narasi; 7) guru menugaskan siswa untuk membuat peta pikiran dengan tema bebas secara mandiri; 8) guru menugaskan siswa untuk membuatnarasi dengan terlebih dahulu melengkapi peta pikirannya; 9) guru mengumpulkan narasi siswa; 10) hasil pekerjaan siswa saling ditukarkan dengan siswa yang lain. Perwakilan siswa membacakan di depan kelas dan siswa lain memberi tanggapan; 11) guru menyimpulkan pembelajaran; dan 12) guru menutup pelajaran dengan ucapan salam. b. Peneliti dan guru sepakat untuk tetap menggunakan media pembelajaran peta pikiran untuk memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran. c. Peneliti dan guru bersama-sama menyusun rancangan pembelajaran (RPP) untuk siklus III. d. Peneliti dan guru merumuskan indikator pencapaian tujuan. e. Peneliti dan guru bersama-sama membuat lembar penilaian siswa, yaitu instrumen penelitian berupa tes dan nontes. Instrumen tes digunakan untuk menilai tulisan narasi yang ditulis siswa (penilaian hasil) dan instrumen nontes digunakan untuk menilai sikap siswa (penilaian proses) dalam pembelajaran menulis narasi. Instrumen untuk menilai kualitas proses pembelajaran menulis narasi, dinilai berdasarkan rubrik penilaian proses pembelajaran menulis narasiyaitu motivasi siswa dalam pembuatan peta pikiranselama kegiatan pembelajaran berlangsung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
2. Pelaksanaan Tindakan Tindakan dilakukan dalam pembelajaran menulis narasi dengan menerapkan metode pembelajaran peta pikiran. Dalam setiap tindakan yang dilakukan selalu diikuti dengan kegiatan pengamatan dan evaluasi serta analisis dan refleksi. Pada tahapan ini, peneliti mengadakan pengamatan apakah tindakan yang telah dilakukan dapat mengatasi masalah yang ada. Selain itu, pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data yang nantinya diolah untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. 3. Observasi Observasi ini dilakukan dengan mengamati dan menginterpretasikan aktivitas penerapan metode pembelajaran peta pikirandalam pembelajaran menulis narasi. Dalam kegiatan ini, peneliti berperan sebagai partisipan pasif. Maksudnya, peneliti berada dalam lokasi penelitian namun tidak berperan aktif. Peneliti hanya mengamati dan mencatat segala aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa pada saat pembelajaran menulis narasi. Setelah itu, peneliti mengolah data untuk mengetahui ada atau tidak peningkatan kualitas hasil dan proses pembelajaran menulis
narasi dengan penerapan metode
pembelajaran peta pikiran tersebut, juga untuk mengetahui kelemahan yang mungkin muncul. 4. Analisis dan Refleksi Tindakan ini dilakukan dengan menganalisis atau mengolah data hasil observasi dan interpretasi sehingga diperoleh kesimpulan bagian yang perlu diperbaiki dan bagian mana yang sudah mencapai tujuan penelitian. Dalam melakukan refleksi, peneliti bekerjasama dengan guru sebagai kolaborator. Selain itu, peneliti dengan guru juga mengadakan diskusi untuk menentukan langkah-langkah perbaikan (solusi pemecahan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan yang telah dilakukan). Setelah itu ditarik kesimpulan terhadap penelitian yang telah dilakukan berhasil atau tidak sehingga berdasarkan kesimpulan tersebut peneliti dan guru dapat menetukan langkah selanjutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
I. Indikator Kinerja Penelitian Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian (Suwandi, 2011: 66). Indikator yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam suatu proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi dan perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran telah dicapai siswa baik individu maupun kelompok.Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya kualitas proses dan hasil belajar dalam pembelajaran menulis narasi. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi
proses dan segi hasil. Proses pembelajaran dikatakan berhasil jika
seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, sosial selama proses pembelajaran. Selain itu, siswa juga menunjukkan kegairahan dan semangat yang tinggi terhadap pembelajaran. Dilihat dari segi hasil pembelajaran dikatakan berhasil jika seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagaian besar (75%) siswa mengalami perubahan positif dan output yang bermutu tinggi serta mendapat ketuntasan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kualitas proses yang diukur dalam penelitian ini dilihat dari motivasi siswa dalam pembuatan peta pikiran yang memperlihatkan kesungguhan, semangat dan antusias siswa, sedangkan kualitas hasilnya adalah kemampuan siswa dalam menulis narasi. Siswa dikatakan berhasil (tuntas) dalam menulis narasi jika mendapatkan nilai
70 dan siswa yang mendapatkan nilai di bawah 70
dinyatakan belum tuntas (KKM yang ditetapkan adalah
70). Berdasarkan hal
tersebut maka indikator dalam penelitian ini dirumuskan seperti pada tabel berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Tabel 5. Indikator Kinerja Penelitian Aspek yang diukur
Persentase pencapaian pada
Cara mengukur
siklus akhir
Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar 75% Motivasi siswa
observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa
dalam pembuatan
yang memperlihatkan
peta pikiran
kesungguhan, semangat dan antusias dalam membuat peta pikiran. Dihitung dari jumlah siswa Kemampuan siswa
yang memperoleh nilai
dalam menulis narasi
70
dalam menulis narasi. Siswa 75%
yang mendapat nilai
70
dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pratindakan Pelaksanaan pratindakan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 15 Februari 2012 selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) di ruang kelas IV SD Negeri Palur 04 Mojolaban, Sukoharjo. Dalam pelaksanaannya, guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan belajar mengajar, sedangkan peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran. Peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dengan duduk di kursi paling belakang untuk mengamati jalannya pembelajaran.Dalam pratindakan ini peneliti melakukan beberapa langkah, yakni: (1) mengamati proses pembelajaran menulis karangan di kelas IV (observasi); (2) wawancara dengan guru; dan (3) wawancara dengan siswa. Hasil wawancara yang dilakukan pada guru, diketahui bahwa hasil pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas IV SD Negeri Palur 04 Mojolaban, Sukoharjo kurang memuaskan. Menurut guru, hasil pembelajaran menulis karangan kurang memuaskan karena siswa masih kesulitan mengembangkan gagasan atau ide, siswa belum mampu merinci peristiwa dengan baik, dan siswa belum mampu mengarang berdasarkan urutan waktu atau isi cerita melompat-lompat. Selama ini dalam sistem pembelajaran, guru lebih banyak menggunakan metode ceramah. Pada awal kegiatan belajar mengajar, siswa lebih banyak mendengarkan
penjelasan
guru
yang
berhubungan
dengan
materi
pembelajaran (secara teoretis). Ini dilakukan guru dengan cara menyampaikan materi secara lisan (mendektekan) pada siswa dan kemudian menulisnya di papan tulis. Hal ini membuat siswa menjadi terlihat pasif karena hanya cenderung diam dan mendengarkan guru. Guru juga tidak memberikan contoh bagaimana cara menulis yang baik dan benar. Hal ini diyakini menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam hal menulis. Oleh karena itu, metode pembelajaran seperti ini dirasa kurang sesuai jika digunakan, karena kurang dapat mengoptimalkan kemampuan siswa
commit to user 60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
khususnya dalam pembelajaran menulis. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa mengenai proses pembelajaran menulis, diperoleh informasi bahwa mereka belum paham tentang karangan narasi. Guru selama ini kurang memberi contoh dan bimbingan tentang cara merinci dan mengurutkan peristiwa dalam menulis narasi. Pembelajaran yang dilakukan selama ini lebih mementingkan hasil daripada proses. Pembelajaran yang demikian membuat siswa kurang termotivasi untuk menulis. Hal ini kemudian berdampak pada hasil kualitas pembelajaran menulis narasi kurang memuaskan. Sementara itu, peneliti mengadakan observasi sebagai partisipan pasif dengan duduk di kursi paling belakang untuk mengamati jalannya pembelajaran yang dipimpin oleh guru. Peneliti mengamati guru yang sedang mengajar di kelas dengan materi keterampilan menulis karangan narasi. Peneliti mengambil posisi di kursi paling belakang supaya dapat mengamati jalannya pembelajaran secara keseluruhan. Berdasarkan kegiatan tersebut, secara garis besar diperoleh gambaran tentang jalannya kegiatan belajar mengajar (KBM) bahasa Indonesia sebagai berikut. 1) Sebelum mengajar, guru membuat rencana pembelajaran yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar. Rencana pembelajaran tersebut sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah tersebut. pembuatan rencana pembelajaran ini tidak melibatkan peneliti. 2) Guru memberikan apersepsi mengenai materi yang akan diajarkan. 3) Guru
menjelaskan
mengenai
materi
menulis
karangan
dengan
menggunakan metode ceramah. 4) Guru meminta siswa untuk membuat sebuah karangan dengan tema bebas. 5) Siswa mengerjakan tugas. 6) Siswa diminta membacakan hasil tulisan di depan kelas, tetapi siswa belum berani maju di depan kelas. 7) Siswa mengumpulkan pekerjaan yang telah diselesaikannya. Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran tersebut, diperoleh gambaran yang menunjukkan motivasi siswa selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
1) Siswa yang tampak termotivasi selama proses pembelajaran sebanyak 13 siswa (43%), sedangkan siswa lainnya sebanyak 17 siswa (57%) tampak diam,
berbicara dengan
temannya,
melamun,
dan sibuk sendiri
(memainkan pulpen, buku, dan penggaris). 2) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa, diperoleh 12 (40%) siswa sudah dapat menulis karangan yang mencapai KKM yaitu mendapatkan nilai
70
sedangkan 18 (60%) siswa yang lain masih perlu perbaikan. Hal ini disebabkan karena siswa belum memahami sepenuhnya tentang menulis yang baik dan benar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 6. Tabel 6. Nilai Menulis Narasi Siswa pada Pratindakan No. 1 2 3 4 5 6
Interval 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 Jumlah
Frekuensi 5 2 4 7 11 1
Persentase 17% 7% 13% 23% 37% 3%
30
100%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nilai menulis narasi pada pratindakan adalah siswa yang berada di rentang nilai 50-54 berjumlah 5 siswa atau 17%. Selanjutnya, siswa yang berada di rentang nilai 55-59 berjumlah 2 siswa atau 7%, siswa yang berada di rentang nilai 60-64 berjumlah 4 siswa atau 13%. Sedangkan siswa yang berada di rentang nilai 65-69 berjumlah 7 siswa atau 23%. Siswa yang berada di rentang nilai 70-74 merupakan rentang nilai yang paling banyak diperoleh siswa yaitu berjumlah 11 siswa atau 37% dan siswa yang berada di rentang nilai 75-79 merupakan rentang nilai yang paling sedikit diperoleh siswa yaitu hanya 1 siswa atau 3%. Capaian nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 51, sedangkan nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 75. Secara keseluruhan, siswa yang sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan
70 berjumlah 12 siswa,
sedangkan siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal berjumlah 18 siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Berdasarkan hasil observasi tersebut, dilakukan analisis sebagai berikut. 1) Beberapa kelemahan yang dimiliki oleh guru yang terlihat dalam kegiatan pratindakan ini, yaitu: a) Penyajian materi yang disampaikan guru membosankan. b) Posisi guru lebih banyak berada di depan kelas menyebabkan kurang dapat berinteraksi dengan siswa. c) Guru belum menggunakan media yang tepat untuk menunjang pembelajaran. d) Metode yang digunakan guru kurang tepat dan belum efektif, yaitu metode ceramah yang dominan. e) Guru belum dapat membangkitkan motivasi siswa. f) Guru tidak mengelola kelas dengan baik, sehingga suasana kelas tidak kondusif. 2) Kelemahan yang bersumber dari siswa, ditemukan beberapa hal sebagai berikut: a) Siswa bosan dengan sistem pembelajaran guru, sehingga tidak memperhatikan penjelasan guru, hal ini terlihat ada siswa yang meletakkan kepalanya di atas meja, mengobrol, dan melamun saat guru menjelaskan materi. b) Masih banyaknya karangan siswa yang belum berhasil mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar atau masih mendapat nilai di bawah KKM (70). Hal tersebut disebabkan masih banyaknya kesalahan yang terdapat pada karangan narasi siswa. Kesalahan tersebut meliputi, siswa sulit mengembangkan ide/ gagasan dengan baik, siswa belum mampu mengarang berdasarkan urutan waktu, siswa belum mampu merinci peristiwa dengan baik. c) Saat mengerjakan tugas siswa saling bertanya-tanya kepada teman, tetapi tidak menanyakan kepada guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Berdasarkan analisis tersebut, berikut ini dikemukakan refleksi dari kekurangan yang ditemukan: 1) Posisi guru tidak hanya di depan kelas ketika memberikan penjelasan kepada siswa. Guru juga harus berkeliling untuk memonitor siswa, agar mereka lebih aktif dalam proses pembelajaran. 2) Supaya siswa menjadi antusias dan tidak merasa bosan dengan pembelajaran, terutama pembelajaran menulis, diperlukan inovasi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan untuk membangkitkan motivasi siswa. 3) Guru harus menyajikan materi narasi dengan jelas dan mudah dipahami siswa dengan media yang tepat. Tujuannya adalah untuk membantu para siswa untuk menjadi subjek belajar, pengamat sekaligus objek dan membantu siswa untuk memiliki tanggung jawab tanpa tergantung penuh pada guru. 4) Guru harus memberikan contoh karangan secara tertulis agar siswa lebih mudah untuk memahami dan memberikan gambaran bagaimana karangan narasi yang baik. 5) Guru mengorganisir siswa ke dalam bentuk kelompok dengan proporsi yang tepat. Kemudian mereka dituntut untuk menganalisis dan bekerja dalam kelompok dengan aturan yang dibuat sendiri sesuai dengan koridor yang telah diberikan. 6) Guru membimbing individu/ kelompok untuk bekerja dan belajar. dalam hal ini guru bersifat fasilitator yang harus selalu siap membantu siswa sewaktu-waktu. Namun demikian guru tidak ikut campur terlalu banyak karena dapat mengganggu siswa. jadi siswa lebih ditekankan untuk berkreasi sendiri. Siswa juga diberikan kesempatan untuk bekerja dengan inisiatifnya sendiri. 7) Berdasarkan penilaian tersendiri guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang telah mempresentasikan hasil kerjanya dengan baik. tujuannya agar mereka merasa dihargai dengan hasil kerja mereka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Berdasarkan analisis di atas, dapat dikemukakan dua hal pokok yang perlu di atasi, yaitu rendahnya motivasi siswa dalam pembelajaran dan kemampuan menulis narasi siswa yang rendah. Implikasinya, tindakan perlu dilakukan untuk mengatasi duahal tersebut. Untuk itu peneliti berdiskusi dengan guru untuk merencanakan langkah selanjutnya pada Senin, 20 Februari 2012. B. Deskripsi Hasil Tindakan Setiap Siklus Berdasarkan pada pratindakan yang dilakukan diketahui bahwa ada dua permasalahan utama yang menyebabkan banyak siswa tidak mencapai batas minimal ketuntasan belajar. Permasalahan pertama adalah motivasi siswa yang rendah dalam pembelajaran, sehingga menyebabkan siswa tidak aktif dalam pembelajaran. Permasalahan kedua adalah kemampuan dan pemahaman siswa dalam menulis narasi masih rendah. Proses penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus yang masing-masing terdiri atas empat tahapan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. 1. Siklus Pertama a. Perencanaan Tindakan Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin, 20 Februari 2012 di ruang guru. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini. Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada sikus pertama akan dilaksanakan pada hari Rabu, 7 Maret 2012 (dua jam pelajaran) dan Sabtu, 10 Maret 2012 (dua jam pelajaran). Tahap perencanaan pada siklus I meliputi kegiatan sebagai berikut: 1)
Peneliti mengusulkan penerapan metode peta pikiranyaitu dengan menggunakan gambar peta pikiran dalam pembelajaran menulis narasi serta menjelaskan penerapannya. Langkah-langkah yang ditempuh pada siklus pertama antara lain:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
a) guru membuka pelajaran dengan mengucap salam; b) guru mengondisikan kelas dengan melakukan presensi dan meminta siswa untuk mempersiapkan buku paket, LKS, serta buku catatan; c) guru melakukan apersepsi mengenai pengalaman siswa dalam menulis melalui kegiatan tanya jawab; d) guru memotivasi siswa supaya rajin berlatih menulis jika ingin menjadi orang sukses; e) guru memberi contoh gambar peta pikiran dan paragraf narasi tentang kegiatan sehari-hari di papan tulis; f) guru melibatkan siswa dalam pembuatan peta pikiran dengan maju ke depan melengkapi ranting cabangdengan kata kunci yang dibuat guru; g) guru dan siswa mengidentifikasi ciri-ciri paragraf narasi; h) siswa
memperdengarkan
penjelasan
tentang
tahap-tahap
mengarang dan cara membuat peta pikiran; i) siswa memperhatikan contoh gambar peta pikiran beserta narasinya; j) siswa membentuk kelompok diskusi yang terdiri dari 5 orang; k) siswa dan kelompoknya
berdiskusi untuk mengidentifikasi
pengalaman yang pernah dialami, untuk dibuat kerangka karangan berbentuk gambar peta pikiran (tema liburan); l) siswa
mewakili
kelompoknya
maju
ke
depan
untuk
mempresentasikan hasil gambar peta pikiran; m) siswa mengumpulkan hasil gambar peta pikiran kepada guru untuk disempurnakan pada pertemuan selanjutnya; n) sampai pada langkah ini, bel selesai pelajaran berbunyi. Guru dan siswa menyimpulkan dan melakukan refleksi pembelajaran lalu menutup dengan salam. Pelajaran dilanjutkan pada hari Sabtu, 10 Maret 2012 pukul 07.00-08.10 (jam ke 1
commit to user
2).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru pada pertemuan kedua dalam pelaksanaan tindakan siklus I adalah: a) guru membuka pelajaran dengan mengucap salam; b) guru mengondisikan kelas dengan melakukan presensi dan meminta siswauntuk mempersiapkan alat tulis; c) guru memberikan motivasi agar semangat dalam mengikuti pelajaran bahwa membuat peta pikiran itu mudah, jika siswa memperhatikan penjelasan guru dan contoh yang sudah diberikan pada pertemuan sebelumnya; d) guru membagikan gambar peta pikiran yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya; e) guru menanyakan kesulitan siswa dalam membuat peta pikiran; f) siswa memperbaiki gambar peta pikiran yang dibuat; g) siswa mengembangkan kerangka karangan (peta pikiran) menjadi paragraf narasi secara individu tidak berkelompok; h) siswa maju ke depan untuk membacakan paragraf narasi yang dibuat dan siswa lain memperhatikan; i) guru mengumumkan hasil peta pikiran dan paragraf narasi terbaik; j) siswa mengumpulkan narasi dan gambar peta pikiran; k) guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan; l) guru bersama siswamelakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan; m) guru menutup pelajaran dengan ucapan salam. 2)
Peneliti dan guru menentukan media pembelajaran yang lebih menarik dan memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran, yaitu media gambar peta pikiran dan berwarna.
3)
Peneliti dan guru bersama-sama menyusun rancangan pembelajaran (RPP) untuk siklus I.
4)
Peneliti dan guru merumuskan indikator pencapaian tujuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
5)
Peneliti dan guru bersama-sama membuat lembar penilaian siswa, yaitu instrumen penelitian berupa tes dan nontes. Instrumen tes digunakan untuk menilai tulisan narasi yang ditulis siswa (penilaian hasil) dan instrumen non tes digunakan untuk menilai sikap siswa (penilaian proses) dalam pembelajaran menulis narasi. Instrumen untuk menilai kualitas proses pembelajaran menulis narasi, dinilai berdasarkan rubrik penilaian proses pembelajaran menulis narasi yang diukur darimotivasisiswasaat pembuatan peta pikiran yang ditandai dengan kesungguhan, semangat, dan antusias saat siswa diberi tugas menggambar peta pikiran. Dari kegiatan diskusi disepakati pula bahwa tindakan dalam siklus I
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu, Rabu, 7 Maret 2012 dan 10 Maret 2012. b. Pelaksanaan Tindakan Seperti yang telah direncanakan, tindakan siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu: Rabu, 7 Maret 2012 dan Sabtu, 10 Maret 2012 di ruang kelas IV SD Negeri Palur 04 Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Masing-masing pertemuan berlangsung 2 x 35 menit. Pada pertemuan pertama, tindakan dilaksanakan pada pukul 08.10-09.20 (jam 2 - 3). Pertemuan kedua, tindakan dilaksanakan pada pukul 07.00-08.10 (jam ke 1
2). Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, pelaksanaan
tindakan siklus Isebagai berikut. 1) Pada pertemuan pertama,guru membuka pelajaran dengan salam kemudian melakukan presensi dengan menanyakan siswa yang tidak masuk. Jumlah siswa yang hadir pada hari itu 30 siswa. Setelah itu guru
mengondisikan
kelas
dengan
meminta
siswa
untuk
mempersiapkan buku paket, LKS serta buku catatan. Suasana kelas tenang. Beberapa siswa berbisik-bisik melihat kehadiran peneliti dalam kelas. Melihat hal itu, guru meminta siswa untuk fokus dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
pembelajaran. Sebelumnya, guru menjelaskan kehadiran peneliti di dalam kelas. Guru melakukan apersepsi mengenai pengalaman siswa dalam menulis melalui kegiatan tanya jawab. Guru menanyakan sudah pernah menulis apa saja selama ini. Beberapa siswa mengungkapkan senang membaca, tetapi jarang menulis karena sulit. Mendengar pernyataan tersebut, selanjutnya guru memotivasi siswa supaya rajin berlatih menulis jika ingin menjadi orang sukses. Guru menjelaskan, banyak orang yang pandai seperti dokter, guru, penulis buku, dan orang pandai lainnya, mereka sukses karena mereka memulainya dengan menulis dan rajin belajar. Mendengar penjelasan guru tersebut, beberapa siswa menganggukan kepala sebagai tanda mereka paham dengan penjelasan guru. Guru mulai memberi materi dengan memberi contoh gambar peta pikiran dan paragraf narasi tentang kegiatan sehari-hari di papan tulis. Berikut contoh peta pikiran dari guru: makan siang
pulang sekolah
tidur siang
siang
nonton televisi
mandi
bermain
bangun tidur pagi
sore
Kegiatanku
sarapan
membantu ibu sekolah belajar
mandi malam
bermain belajar makan malam
tidur nonton televisi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Contoh pengembangan kerangka karangan di atas: Kegiatanku Setiap Hari Pukul 05.00 pagi, saya sudah bangun tidur. Saya membuka jendela kamarku dan menghirup udara pagi yang sejuk. Saya merapikan tempat tidur lalu bergegas mengambil air wudu untuk salat subuh. Setelah salat subuh selesai, saya pergi ke dapur untuk membantu ibu untuk menyiapkan sarapan. Setelah semuanya selesai, saya langsung mandi untuk siap-siap ke sekolah. Sebelum berangkat sekolah saya sarapan terlebih dahulu supaya tidak sakit. Di sekolah saya belajar dengan rajin supaya pintar. Ketika bel istirahat berbunyi, saya dan teman-teman bermain sepak bola di lapangan sekolah yang luas. Pukul 12.00 siang yang panas, saya dan teman-teman pulang sekolah. Sampai di rumah, saya meletakkan tas di meja belajar dan segera ganti baju. Karena sudah lapar, saya makan siang lalu tidur. Setelah bangun tidur, saya nonton acara televisi kesukaanku. Disore harinya, saya pergi bermain bersama teman-teman. Bisa bermain dengan teman-temanku sangat menyenangkan. Pukul 16.00 sore, saya pulang ke rumah membantu ibu menyapu lantai. Setelah selesai membantu ibu, saya pergi mandi. Malam hari saya selalu belajar dan menjadwal pelajaran untuk besuk pagi. Setelah saya selesai belajar, saya makan malam dan nonton acara televisi bersama keluarga. Pukul 20.30 malam, saya pergi tidur agar besuk pagi tidak bangun kesiangan.
Media ini bertujuan untuk memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran menulis narasi dan menarik perhatian siswa karena gambar yang berwarna-warni. Guru memberikan contoh paragraf narasi dengan tema kegiatan sehari-hari. Guru menjelaskan contoh karangan tersebut
dengan cara langsung menunjuk gambar yang
tertempel di papan tulis. Siswa terlihat memperhatikan penjelasan guru dan suasana kelas terkendali, meskipun ada siswa tampak mulai bosan, enggan, dan beraktivitas sendiri. Guru sesekali menegur siswa yang tidak memperhatikan pelajaran. Setelah itu guru menggambar peta pikiran di papan tulis hanya dengan kata kuncinya saja kemudian meminta siswa ke depan untuk melengkapi ranting cabangnya sesuai dengan kata kunci yang sudah ditentukan guru. Pada siklus I ini,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
keberanian siswa masih kurang. Hanya ada 1 siswa yang maju dengan sukarela dan lainnya harus ditunjuk oleh guru terlebih dahulu. Tetapi dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam pembuatan peta pikiran sudah memberikan kesempatan siswa untuk berperan aktif. Siswa tampak tertarik dengan pembelajaran. Minat siswa terhadap pembelajaran mulai tumbuh, hal ini dilihat dari kesungguhan siswa dalam memperhatikan penjelasan guru. Setelah itu, guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tetapi belum dimanfaatkan dengan baik oleh siswa. Selanjutnya, guru mengajak siswa untuk mengidentifikasi ciri-ciri paragraf narasi yang terdiri dari tokoh, tempat, dan waktu. Guru menjelaskan bahwa ketika menulis narasi, siswa harus menuliskannya secara urut berdasarkan waktunya. Kemudian, guru menjelaskan bahwa sebelum mengarang siswa harus menentukan tema apa yang akan mereka tulis, membuat kerangka karangan, dan setelah itu dikembangkan menjadi paragraf narasi yang baik. Guru menjelaskan bagaimana membuat peta pikiran yang nantinya akan menjadi kerangka karangan yang kemudian akan dikembangkan menjadi cerita narasi yang baik. Siswa belajar membuat peta pikiran dan mewarnainya. Siswa tampak tertarik dengan pembelajaran yang mereka lakukan, tapi masih ada siswa yang terlihat bosan dengan menopang dagu di atas meja. Langkah selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok diskusi yang terdiri dari 5 siswa. Siswa bebas menentukan teman kelompok mereka. Dalam pembagian kelompok ini berjalan dengan lancar. Guru menugaskan siswa bersama kelompoknya untuk berdiskusi mengidentifikasi pengalaman mereka (pengalaman liburan yang pernah mereka alami) dan menggambarkannya ke dalam peta pikiran seperti yang sudah dicontohkan guru. Pada kegiatan ini, siswa mulai gaduh. Siswa banyak bertanya pada siswa yang lain. Guru mengingatkan siswa agar tidak gaduh dan segera menyelesaikan tugas yang diberikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Langkah
selanjutnya,
peta
pikiran
yang
dibuat
siswa
dipresentasikan di depan kelas. Setiap kelompok memperoleh kesempatan maju ke depan. Dalam kegiatan ini, siswa masih malumalu dan saling melempar ke sesama anggota kelompok untuk maju ke depan kelas. Guru harus membujuk terlebih dahulu agar mereka mau maju ke depan kelas. Setelah mereka mempresentasikan hasil pekerjaan mereka, guru mengumumkan hasil peta pikiran terbaik dan memberikan pujian bahwa kegiatan pembelajaran yang mereka lakukan sangat baik dan perlu ditingkatkan kembali. Di akhir pembelajaran, pekerjaan siswa dikumpulkan kepada guru. Sampai pada langkah ini, bel ganti jam pelajaran berbunyi, pelajaran dilanjutkan pada
pertemuan
pembelajaran
lalu
berikutnya,
kemudian
menutupnya
dengan
guru
menyimpulkan
salam.
Pembelajaran
dilanjutkan hari Sabtu, 10 Maret 2012 pukul 07.00 ke 1
08.10 WIB (jam
2).
2) Pada pertemuan kedua, guru membuka pelajaran dengan mengucap salam. Guru mengondisikan kelas dengan melakukan presensi dan meminta peserta didikuntuk mempersiapkan alat tulis. Siswa yang hadir berjumlah 30 siswa. Kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa agar semangat dalam mengikuti pelajaran bahwa membuat peta pikiran itu mudah, jika peserta didik memperhatikan penjelasan guru dan contoh yang sudah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Suasana kelas hening sejenak dan setelah beberapa saat kemudian terdengar suara bisik-bisik oleh beberapa siswa. Kemudian guru meminta siswa untuk tetap tenang dan memperhatikan penjelasan guru. Langkah selanjutnya guru membagikan gambar peta pikiran yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya. Guru menanyakan kesulitan siswa dalam membuat peta pikiran. Salah satu siswa mengangkat tangan dan mengatakan bahwa ia masih kesulitan saat harus membuat sub-cabang peta pikiran dan mengeluh gambarnya tidak terlalu bagus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
Kemudian guru menjelaskan bahwa mereka belum terbiasa dan masih menyesuaikan diri karena baru pertama kali. Setelah berlatih terusmenerus, siswa akan terbiasa untuk mengorganisasikan ide dan berpikir secara urut, karena peta pikiran akan memudahkan siswa dalam mengembangkan ide. Jadi siswa harus rajin berlatih agar semua dapat dikuasai dengan baik. Mendengar penjelasan tersebut, siswa menganggukkan
kepala.
Selanjutnya,
siswa
diminta
untuk
memperbaiki gambar peta pikiran yang dibuat agar lebih baik dari yang sebelumnya. Ada siswa yang menunjukan ekspresi kegembiraan menunjukkan ekspresi bermalasannada keberatan. Setelah gambar peta pikiran selesai diperbaiki, siswa mengembangkan kerangka karangan (peta pikiran) menjadi paragraf narasi yang baik secara individu tidak berkelompok. Kondisi kelas mulai gaduh karena siswa saling bertanya antara satu dengan yang lain. Guru menegur agar siswa berdiskusi tetapi dengan suara yang tidak terlalu keras agar tidak mengganggu kelompok lain. Setelah siswa menyelesaikan karangan
narasi, siswa maju ke depan untuk
membacakan paragraf narasi yang dibuat dan kelompok lain memperhatikan. Pada siklus pertama pertemuan kedua ini sudah ada 1 kelompok yang secara sukarela maju ke depan untuk membacakan hasil pekerjaan tanpa harus ditunjuk guru. Keberanian siswa mulai terlihat lebih baik meskipun beberapa kelompok masih malu-malu dan belum berani dan percaya diri. Untuk memberi penghargaan kepada siswa untuk pembelajaran yang telah dilakukan, guru mengumumkan hasil peta pikiran dan paragraf narasi terbaik. Hal ini untuk memotivasi siswa agar pertemuan selanjutnya bisa lebih baik. Di akhir kegiatan, siswa mengumpulkan narasi dan gambar peta pikiran kepada guru. Guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Setelah itu, guru bersama siswamelakukan penilaian atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
refleksi terhadap kegiatan yang sudahdilaksanakan. Guru menutup pelajaran dengan ucapan salam. Dalam tahap ini, guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan pembelajaran menulis narasi di dalam kelas, sedangkan peneliti hanya bertindak sebagai partisipan aktif. c. Hasil Pengamatan (Observasi) Observasi dilaksanakan saat pembelajaran menulis narasi dengan metode peta pikiran berlangsung pada hari Rabu, 7 Maret 2012 pukul 08.10 - 09.20 WIB (jam ke 2 08.10 WIB (jam ke 1
3) dan Sabtu, 10 Maret 2012 pukul 07.00 -
2). Observasi difokuskan pada situasi pelaksanaan
pembelajaran, kegiatan yang dilaksanakan guru serta aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis narasi. Dalam observasi ini, peneliti menggunakan pedoman observasi. Pada saat observasi, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dan duduk dibangku paling belakang. Sesekali, peneliti berada di samping kelas untuk mengambil gambar. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran menulis narasi diperoleh gambaran ketercapaian indikator pelaksanaan siklus I sebagai berikut: 1) Siswa yang tampak termotivasi dalam pembuatan peta pikiran sebanyak 15 siswa (50%), sedangkan 15 siswa (50%) tampak tidak sungguh-sungguh dan antusias mengikuti pembelajaran. 2) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa, diketahui siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 17 siswa (57%), sedangkan sebanyak 13 siswa (43%)belum tuntas karena masih mendapatkan di bawah 70 (KKM). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 7.
No. 1 2
Tabel 7. Pencapaian Indikator pada Siklus I Persentase Aspek Sudah Belum Motivasi siswa dalam pembuatan peta 50% 50% pikiran Kemampuan siswa dalam menulis narasi 57% 43%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
d. Analisis dan Refleksi Berkaitan dengan hasil observasi menunjukkan bahwa indikator penelitian ini belum tercapai, peneliti dan guru berupaya menggali faktor penyebab hal
tersebut, kemudian melakukan analisis bersama-sama.
Adapun hasilnya sebagai berikut. 1) Guru
masih
mendominasi kegiatan pembelajaran.Siswa belum
memanfaatkan kesempatan secara optimal untuk turut aktif dalam pembelajaran. Sehingga situasi pembelajaran masih terlihat pasif. 2) Guru kurang tegas terhadap siswa yang tidak memperhatikan pembelajaran. Dengan kata lain guru kurang bisa mengendalikan kelas, sehingga masih banyak siswa yang ramai sendiri saat kegiatan pembelajaran berlangsung. 3) Berdasarkan hasil pengamatan pada kegiatan diskusi siklus pertama, dari 6 kelompok, ada 2 kelompok yang tidak dikontrol hasil pekerjaannya. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi antara guru dan siswa kurang, karena guru belum memperhatikan siswa secara keseluruhan. 4) Siswa kurang memperhatikan pembelajaran. Beberapa siswa masih sibuk melakukan aktivitasnya sendiri. Dari awal sampai akhir pembelajaran siswa kurang berminat dan kurang antusias mengikuti pembelajaran ini diindikasikan dari sikap siswa yang tampak bosan, mengantuk, menopang dagu saat guru menyampaikan materi. 5) Sebagian siswa kurang mampu mengembangkan ide ke dalam tulisan narasi. Ketidakmampuan siswa mengembangkan ide ke dalam bentuk tulisan narasi tersebut disebabkan kerangka karangan (gambar peta pikiran) sebagai penuangan ide atau gagasan yang dibuat siswa masih banyak terjadi kesalahan. 6) Masih banyaknya karangan siswa yang belum berhasil mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar atau masih mendapat nilai di bawah 70. Hal tersebut disebabkan masih banyaknya kesalahan yang terdapat pada karangan siswa. Kesalahan tersebut meliputi: (1) pengungkapan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
isi/substansi
tulisan
yang
tidak
sesuai
dengan
gambar;
(2)
pengorganisasian tulisan yang belum tepat (urutan cerita masih melompat-lompat); (3) penulisan kosa kata yang belum benar karena masih terdapat penyingkatan kata-kata dan banyaknya penulisan katakata yang tidak baku; (4) penggunaan bahasa yang belum komunikatif serta (5) pemakaian huruf besar dan tanda baca yang belum sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYD). Permasalahan tersebut akan diatasi pada pertemuan siklus II. 7) Guru tidak banyak memberikan balikan atau penguatan. Hal ini menyebabkan siswa tidak mengetahui kekurangan-kekurangan dalam narasi yang dibuatnya. Berdasarkan analisis tersebut, berikut ini dikemukakan refleksi dari kekurangan yang ditemukan. 1)
Guru diharapkan lebih banyak memberi kesempatan siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran, misalnya, sering melakukan tanya jawab dengan siswa untuk merangsang keaktifan siswa.
2)
Guru memberi tindakan tegas bagi siswa yang tidak memperhatikan pembelajaran yang bersifat mendidik dan memotivasi siswa, misalnya dengan memberi pertanyaan.
3)
Guru diharapkan untuk lebih banyak berinteraksi dengan siswa. Sebaiknya guru berkeliling untuk memantau siswa secara keseluruhan sehingga siswa akan lebih aktif dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran karena merasa diperhatikan guru.
4)
Guru menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan agar siswa tidak bosan dan lebih bersemangat dan antusias untuk mengikuti pembelajaran.
5)
Pada saat siswa mengerjakan tugas, sebaiknya guru dapat mengontrol pekerjaan siswa terutama dalam hal penulisan.
6)
Guru diharapkan lebih banyak memberikan balikan atau penguatan terutama pada tulisan yang telah dibuat siswa. Dengan adanya balikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
atau penguatan tersebut siswa dapat mengetahui kesalahannya sehingga ada perbaikan-perbaikan pada tindakan selanjutnya. Adapun dari hasil belajar menulis siswa,pada siklus Idiketahui bahwa terjadi peningkatan kemampuan menulis siswa. Hal ini ditandai dengan jumlah siswa yang mendapatkan nilai tuntas pada siklus I lebih banyak dari pada obeservasi awal, yaitu siswa yang tuntas pada saat observasi awal berjumlah 12 siswa (40%) dan setelah diberi tindakan menjadi 17 siswa (57%). Selain dari hasil pembelajaran, peningkatan juga terlihat pada proses belajar, sudah terlihat peningkatan motivasi siswa. Motivasi siswa pada saat kegiatan pembelajaran
pada siklus I sudah mengalami peningkatan
dibandingkan pada waktu observasi awal. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus I dikatakan belum mencapai hasil yang memuaskan. Peningkatan memang terjadi pada beberapa indikator yang telah ditentukan dibandingkan pada saat survei awal. Akan tetapi, dalam siklus ini hanya 17 siswa yang telah tuntas sedangkan sisanya masih jauh dari batas minimal ketuntasan yang telah ditetapkan (nilai minimal ketuntasan adalah 70). Oleh karenanya, perlu dilaksanakan siklus II untuk memperbaiki proses dan hasil belajar pada siklus I. Siklus II akan dilaksanakan pada hari Rabu, 14 Maret 2012 dan Sabtu, 17 Maret 2012. 2. Siklus Kedua a. Perencanaan Tindakan Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin, 12 Maret 2012 di kantor guru. Peneliti dan guru sepakat bahwa pelaksanaan tindakan selanjutya, pada siklus II akan dilaksanakan pada hari Rabu, 14 Maret 2012 (pertemuan pertama) dan Sabtu, 17 Maret 2012 (pertemuan kedua). Kemudian peneliti dan guru mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan dalam proses penelitian selanjutnya. Dalam kesempatan ini, peneliti juga menyampaikan beberapa kelebihan dan upaya mengatasi kekurangan yang terdapat pada siklus I.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Kelebihan yang sudah mulai tampak selama berlangsunya proses pembelajaran menulis narasisiklus I sebagai berikut: 1) Siswa sudah mulai diberi tindakan yang inovatif, yaitu metode peta pikiran. Guru memberikan pembelajaran dengan menggunakan gambar berupa peta pikiran.
Guru sudah memberikan contoh
untuk
mempermudah pemahaman siswa serta mengajak siswa untuk berpikir dan mengembangkan isi berdasarkan gambar tersebut. 2) Siswa mulai tertarik dengan teknik mengajar guru melalui metode peta pikiran yang dikemas secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Pada siklus I masih terdapat kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, peneliti dan guru mencari solusi untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut. Hal-hal yang disepakati antara lain: 1) guru lebih banyak berinteraksi dengan siswa, posisi guru tidak hanya di depan kelas; 2) guru menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan. Sebelum memulai pelajaran guru mengajak siswa bernyanyi untuk membangkitkan semangat siswa; 3) siswa membuat peta pikiran secara mandiri dengan tema yang ditentukan guru terlebih dahulu, karena melihat pertemuan sebelumnya siswa masih kesulitan menentukan tema; 4) pada saat siswa mengerjakan tugas, guru mengontrol pekerjaan siswa terutama dalam hal penulisan; 5) guru bertindak tegas jika ada siswa yang tidak memperhatikan pembelajaran atau ramai sendiri; dan 6) guru memberikan balikan dan penguatan pada narasi siswa. Disepakati bahwa tindakan siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu Rabu, 14 Maret 2012 dan 17 Maret 2012 di ruang kelas IV SD Negeri Palur 04 Mojolaban, Sukoharjo. Pembelajaran menulis narasi siklus II ini rencananya akan dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menulis narasi dengan metodepeta pikiran. Langkah-langkah yang ditempuh antara lain: a) guru membuka pelajaran dengan mengucap salam; b) guru mengondisikan kelas dengan melakukan presensi dan meminta siswa untuk mempersiapkan buku paket, LKS, serta buku catatan; c) guru membangkitkan semangat siswa dengan menyanyikan lagu -naik k d) guru melakukan apersepsi dengan bertanya tentang kisah menyenangkan yang pernah dialami siswa; e) guru memotivasi siswadengan memaparkan manfaat menulis dan peta pikiran; f) guru membagikan narasi dan gambar peta pikiran pada siklus I; g) guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis narasi pada siklus I; h) guru dan siswa mengidentifikasi kesalahan yang dilakukan dalam menulis narasi pada siklus I; i) siswa memperdengarkan penjelasan tentang manfaat metode peta pikiran dengan penuh perhatian; j) siswa memperdengarkan penjelasan mengenai penggunaan ejaan dan pemilihan kata atau diksi dengan penuh perhatian; k) siswa mengidentifikasi pengalaman yang pernah dialami untuk dibuat gambar peta pikiran secara mandiri (tema olahraga, liburan, lingkungan); l) siswa mempersentasikan hasil gambar peta pikiran ke depan kelas dengan berani dan penuh percaya diri; m) siswa mengumpulkan hasil gambar peta pikiran kepada guru untuk disempurnakan pada pertemuan selanjutnya; n) sampai pada langkah ini, bel selesai pelajaran berbunyi. Guru dan siswa menyimpulkan dan melakukan refleksi pembelajaran lalu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
menutup dengan salam. Pembelajaran dilanjutkan hari Sabtu, 17 Maret 2012 pukul 07.00
08.10 WIB (jam ke 1
2).
Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru pada pertemuan kedua dalam pelaksanaan tindakan siklus II adalah: a) guru membuka pelajaran dengan mengucap salam; b) guru mengondisikan kelas dengan melakukan presensi dan meminta siswauntuk mempersiapkan alat tulis; c) guru membangkitkan semangat siswa dengan menyanyikan lagu -
pelajaran;
d) guru memberikan motivasi untuk tetap semangat dalam mengikuti pelajaran menulis karena menulis merupakan kunci kesuksesan. e) guru membagikan gambar peta pikiran yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya; f) guru menanyakan kesulitan siswa dalam membuat peta pikiran; g) siswa memperbaiki gambar peta pikiran yang dibuat; h) siswa mengembangkan kerangka karangan (peta pikiran) menjadi paragraf narasi; i) siswa maju ke depan untuk membacakan paragraf narasi dengan berani dan percaya diri; j) guru mengumumkan hasil peta pikiran dan narasi terbaik; k) siswa mengumpulkan narasi dan gambar peta pikiran; l) guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan; m) guru bersama siswamelakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan; n) guru menutup pelajaran dengan ucapan salam. 2) Peneliti
dan
guru
sepakat
untuk
tetap
menggunakan
media
pembelajaran gambar peta pikiran. 3) Peneliti dan guru bersama-sama menyusun rancangan pembelajaran (RPP)untuk siklus II.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
4) Peneliti dan guru merumuskan indikator pencapaian tujuan. 5) Peneliti dan guru bersama-sama membuat lembar penilaian siswa, yaitu instrumen penelitian berupa tes dan nontes. Instrumen tes digunakan untuk menilai tulisan narasi yang ditulis siswa (penilaian hasil) dan instrumen nontes digunakan untuk menilai sikap siswa (penilaian proses) dalam pembelajaran menulis narasi. Instrumen untuk menilai kualitas proses pembelajaran menulis narasi, dinilai berdasarkan rubrik penilaian proses pembelajaran menulis narasi yang diukur dari motivasi siswa dalam pembuatan peta pikiran yang ditandai dengan kesungguhan, semangat, dan antusias siswa saat diberi tugas menggambar peta pikiran. b. Pelaksanaan Tindakan Seperti yang telah direncanakan tindakan siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu Rabu, 14 Maret 2012 dan Sabtu, 17 Maret 2012 di ruang kelas IV SD Negeri Palur 04 Mojolaban, Sukoharjo. Masing-masing pertemuan berlangsung 2 x 35 menit. Pada pertemuan pertama, tindakan dilaksanakan pada pukul 08.10 3). Pada pertemuan kedua, dilaksanakan pukul 07.00 1
09.20 WIB (jam 2 08.10 WIB (jam ke
2). Adapun hasil pengamatan peneliti pada proses pembelajaran yang
dilaksanakan pada siklus II adalah sebagai berikut. a. Pada pertemuan pertama, guru membuka pelajaran dengan mengucap salam. Guru mengondisikan kelas dengan melakukan presensi dan meminta siswa untuk mempersiapkan buku paket, LKS, serta buku catatan. Jumlah siswa yang hadir pada hari itu 30 siswa. Guru membangkitkan semangat siswa
-naik
dan bertepuk tangan bersama sebelum memulai pelajaran. Berikut lirik lagunya: Naik-naik ke puncak gunung Naik-naik ke puncak gunung Tinggi-tinggi sekali Kiri-kanan kulihat saja Banyak pohon cemara Kiri-kanan kulihat saja to user commit Banyak pohon cemara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
Siswa antusias dan bersemangat menyanyikan lagu tersebut, meskipun masih ada beberapa siswa yang bermalas-malasan dan tidak serius. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya tentang kisah menyenangkan yang pernah dialami peserta didik. Ada satu siswa yang menjawab tentang pengalamannya memancing yang menyenangkan ketika ditanya guru. Dalam kegiatan ini, keberanian siswa untuk menyatakan pendapat mulai terlihat. Kemudian guru memotivasi siswa dengan memaparkan manfaat peta pikiran yaitu untuk memudahkan mereka dalam mengembangkan ide, mengingat lebih baik, belajar cepat, dan untuk menjadi lebih kreatif. Mendengarkan penjelasan tersebut, siswa menganggukkan kepala. Kegiatan selanjutnya, guru membagikan narasi dan gambar peta pikiran pada siklus I. Guru menanyakan kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam menulis narasi pada siklus I. Ada siswa yang mengungkapkan bahwa dia masih kesulitan bagaimana menulis dengan baik dan benar. Mendengar hal tersebut, guru mengatakan bahwa sebagian besar hasil tulisan narasi mereka memang masih banyak mengalami kesalahan, baik dalam hal pengembangkan ide maupun dalam penggunaan ejaan. Agar siswa lebih paham dan mengetahui kesalahan mereka, guru mengajak siswa secara bersama-sama mengidentifikasi kesalahan yang dilakukan dalam menulis narasi pada siklus I. Mempertimbangkan kesulitan yang masih menjadi kendala siswa, kemudianguru memberikan penjelasantentang penggunaan ejaan dan pemilihan kata atau diksi dalam menulis. Siswa tampak serius memperhatikan penjelasan guru. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, guru lebih sering melakukan tanya jawab, sehingga suasana kelas aktif, tetapi masih terlihat beberapa siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dengan memainkan pensil di atas meja dan berbisik-bisik dengan teman sebangku. Melihat ada siswa yang tidak memperhatikan, guru memberi teguran, dan diberi pertanyaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Semua siswa kemudian serentak memperbaiki posisi duduk dan memperhatikan guru. Setelah guru memberi materi, kemudian siswa diberi tugas untuk mengidentifikasi pengalaman yang pernah dialami untuk dibuat gambar peta pikiran secara mandiri (tema olahraga, liburan, lingkungan). Dalam kegiatan ini, sebagian besar siswa tampak
sung, sesekali guru berkeliling mengontrol pekerjaan siswa. Langkah selanjutnya, siswa mempersentasikan hasil gambar peta pikiran ke depan kelas. Pada siklus II pertemuan pertama ini, ada tiga siswa yang berani maju secara suka rela tanpa dibujuk oleh guru. Kemudian di akhir pembelajaran, siswa mengumpulkan hasil gambar peta pikiran kepada guru. Sampai pada langkah ini, bel berbunyi. Guru menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan lalu menutup dengan salam. Tindakan II dilanjutkan pada hari Sabtu, 17 Maret 2012. b. Pada pertemuan kedua,guru membuka pelajaran dengan mengucap salam. Guru mengondisikan kelas dengan melakukan presensi dan meminta siswauntuk mempersiapkan alat tulis. Jumlah siswa yang hadir 30 siswa. Guru membangkitkan semangat siswa dengan -
untuk
menciptakan suasana yang nyaman dan tidak tegang. Berikut lirik lagunya: Pelangi-pelangi Pelangi-pelangi Alangkah indahmu Merah kuning hijau di langit yang biru Pelukismu Agung siapa gerangan Pelangi-pelangi ciptaan Tuhan Kegiatan ini terlihat menarik bagi siswa. Siswa menyanyikan lagu tersebut dengan gembira, tersenyum dan serentak. Namun pada kegiatan ini, terlihat 3 siswa yang tidak bersemangat dan memainkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
buku. Kemudian guru memberikan motivasi untuk tetap semangat dalam mengikuti pelajaran menulis karena menulis merupakan kunci kesuksesan. Mendengarkan penjelasan tersebut siswa mengangguk. Langkah selanjutnya, guru membagikan gambar peta pikiran yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya. Guru menanyakan kesulitan siswa dalam membuat peta pikiran pada siklus I. Ada siswa yang mengacungkan jari dan mengatakan bahwa ia sudah tidak begitu merasa kesulitan dan mulai terbiasa dalam membuat peta pikiran, bahkan kegiatan menggambar peta pikiran semakin menyenangkan. Mendengarkan hal tersebut, guru memberi pujian dan mengatakan harus lebih semangat dan rajin berlatih supaya lebih baik lagi. Kegiatan berikutnya, siswa memperbaiki gambar peta pikiran yang dibuat. Guru berkeliling mengontrol pekerjaan yang sedang diperbaiki siswa. Setelah siswa menyempurnakan gambar peta pikiran yang mereka buat, siswa mengembangkan kerangka karangan (peta pikiran) menjadi paragraf narasi yang baik. Suasana kelas cukup kondusif, tetapi ada 3 siswa yang bertanya-tanya dan menengok-nengok pekerjaan teman mereka, tetapi setelah ditegur guru akhirnya mereka tenang dan segera menyelesaikan tugasnya. Setelah peta pikiran selesai dikembangkan menjadi narasi yang baik, siswa maju ke depan untuk membacakan paragraf narasi dengan berani dan percaya diri. Pada siklus II pertemuan kedua ini keberanian siswa terlihat lebih baik daripada siklus sebelumnya. Siswa berebut mengacungkan jari untuk maju ke depan. Suasana kelas menjadi aktif namun tetap kondusif. Kemudian di akhir pembelajaran, guru mengumumkan hasil peta pikiran dan narasi terbaik. Siswa yang menjadi terbaik terlihat sangat senang dan tampak gembira. Siswa mengumpulkan narasi dan gambar peta pikiran kepada guru. Kemudian guru bersama siswa menyimpulkan dan melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. Guru menutup pelajaran dengan ucapan salam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
Pada tahap ini, guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan pembelajaran menulis narasi di dalam kelas, sedangkan peneliti hanya bertindak sebagai partisipan pasif. c. Hasil Pengamatan (Observasi) Observasi dilaksanakan saat pembelajaran menulis narasi dengan metode peta pikiran berlangsung yaitu pada hari Rabu, 14 Maret 2012 pukul 08.10 07.00
09.20 WIB (jam ke 2
08.10 WIB (jam ke 1
3) dan Sabtu, 17 Maret 2012 pukul 2). Seperti pada siklus I, observasi
difokuskan pada situasi pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang dilaksanakan guru serta aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan pedoman observasi. Pada saat observasi, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dan duduk di bangku paling belakang. Sesekali, peneliti berada di samping kelas untuk mengambil gambar. Dalam kegiatan ini, guru mengaplikasikan solusi yang telah disepakati dengan peneliti untuk mengatasi kekurangan pada proses pembelajaran menulis narasi pada siklus I. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran menulis narasi diperoleh gambaran ketercapaian indikator pelaksanaan siklus II sebagai berikut: 1) Siswa yang tampak termotivasi dalam pembuatan peta pikiran sebanyak 21 siswa (70%), sedangkan 9 siswa (30%) tampak tidak semangat dan antusias mengikuti pembelajaran. 2) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa, diketahui siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 22 siswa (73%) lainnya belum tuntas karena masih mendapatkan nilai dibawah 70 (KKM). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 8.
No. 1 2
Tabel 8. Pencapaian Indikator pada Siklus II Persentase Aspek Sudah Belum Motivasi siswa dalam pembuatan peta 70% 30% pikiran Kemampuan siswa dalam menulis narasi 73% 27%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
d. Analisis dan Refleksi Berkaitan dengan hasil observasi yang menunjukkan bahwa indikator penelitian ini belum tercapai, peneliti dan guru berupaya menggali faktor penyebab hal tersebut, kemudian melakukan analisis bersama-sama. Adapun hasilnya sebagai berikut. 1) Masih terdapat siswa kurang memperhatikan pembelajaran. Beberapa siswa masih sibuk melakukan aktivitasnya sendiri (memainkan pensil dan berbisik-bisik dengan teman). 2) Masih
terdapat
siswa
yang
kurang
termotivasi
mengikuti
pembelajaran. Hal ini diindikasikan masih adanya siswa yang tidak semangat dan antusias mengikuti pembelajaran (sibuk dan ramai sendiri dengan temannya). 3) Siswa masih ada yang mengalami kesulitan dalam menulis narasi seperti pemakaian tanda baca. 4) Guru kurang mengontrol hasil tulisan siswa, sehingga masih dijumpai kesalahan-kesalahan penulisan yang dilakukan siswa. Selain itu, siswa saat mengerjakan tugas masih ada yang menengok pekerjaan temannya. Berdasarkan analisis tersebut, berikut ini dikemukakan refleksi dari kekurangan yang ditemukan. 1) Guru lebih memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. 2) Gurulebih melibatkan siswa dalam pembelajaran misalnya dengan cara, kegiatan tanya jawab lebih diintensifkan, memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk lebih kreatif dengan ide-idenya (guru sebagai fasilitator dan siap memberi bantuan kapan saja jika siswa membutuhkan). Selain itu, agar siswa lebih fokus maka guru sebaiknya juga dapat mengkondisikan kelas seefektif mungkin sehingga lebih banyak siswa yang berani merespon stimulus yang diberikan guru. 3) Guru lebih mengontrol hasil tulisan siswa agar benar-benar mengetahui perkembangan siswa dalam menulis narasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
Adapun dari hasil belajar menulis siswa,pada siklus II diketahui bahwa terjadi peningkatan kemampuan menulis siswa. Hal ini ditandai dengan jumlah siswa yang mendapatkan nilai tuntas pada siklus II lebih banyak dari pada siklus I, yaitu siswa yang tuntas pada siklus I berjumlah 17 siswa (57%) dan setelah diberi tindakan menjadi 22 siswa (73%). Selain dari hasil pembelajaran, peningkatan juga terlihat pada proses belajar, sudah terlihat peningkatan motivasi siswa. Motivasi siswa pada saat kegiatan pembelajaran pada siklus II sudah mengalami peningkatan signifikan dibandingkan pada siklus I. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus II dikatakan belum mencapai hasil yang memuaskan. Peningkatan memang terjadi pada beberapa indikator yang telah ditentukan dibandingkan pada saat siklus I. Akan tetapi, dalam siklus ini hanya 22 siswa yang telah tuntas sedangkan sisanya masih jauh dari batas minimal ketuntasan yang telah ditetapkan (nilai minimal ketuntasan adalah 70). Oleh karenanya, perlu dilaksanakan siklus III untuk memperbaiki proses dan hasil belajar pada siklus II. Siklus III akan dilaksanakan pada hari Rabu, 21 Maret 2012 dan Sabtu, 24 Maret 2012. 3. Siklus Ketiga a. Perencanaan Tindakan Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II, disepakati bahwa siklus III perlu dilaksanakan. Persiapan dan perencanaan tindakan dilakukan pada hari Senin, 19 Maret 2012 di ruang guru SD Negeri 1 Karanggatak Klego, Kabupaten Boyolali. Peneliti dan guru sepakat bahwa pelaksanaan tindakan selanjutya, pada siklus III akan dilaksanakan pada hari Rabu, 21Maret 2012 (pertemuan pertama) dan Sabtu, 24 Maret 2012 (pertemuan kedua). Dalam kesempatan ini, peneliti kembali menyampaikan hasil observasi dan refleksi terhadap pembelajaran menulis narasi yang dilakukan pada siklus II. Guru yang bersangkutan menyampaikan segala kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran menulis narasi yang telah dilakukan pada siklus II. Kelebihan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
yang tampak selama berlangsunya proses pembelajaran menulis narasi pada siklus II sebagai berikut: 1) guru menerapkan metode peta pikiran dalam pembelajaran, divariasikan dengan ceramah, dan tanya jawab sehingga siswa tidak merasa bosan; 2) interaksi antara guru dan siswa sudah terjalin dengan baik, posisi guru tidak hanya di depan kelas, guru mampu mengelola kelas dengan baik; 3) pada siklus ini siswa bekerja secara individu. Hal ini dimaksudkan agar siswa memiliki kemandirian; 4) hasil karangan narasi siswa lebih baik. Pengembangan gagasan menarik, pengungkapan isi/substansi tulisan sudah sesuai dengan gambar, pengorganisasian tulisan lebih baik (urutan cerita runtut), kesalahan dalam penulisan kosa kata, diksi maupun pemakaian huruf besar dan tanda baca sudah menunjukkan perubahan yang lebih baik dibanding siklus sebelumnya; 5) guru memberikan balikan dan penguatan pada narasi siswa, sehingga siswa
mengetahui
letak
kesalahannya.
Hal
ini
mengakibatkan
meningkatnya kualitas menulis narasi siswa pada siklus II; 6) siswa lebih semangat dan antusias karena suasana pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan dengan mengajak bernyanyi siswa sebelum memulai pelajaran. Pada siklus II masih terdapat kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, peneliti dan guru mencari solusi untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut. Hal-hal yang disepakati antara lain sebagai berikut: 1) guru memaksimalkan tindakan yang telah dilakukan dalam siklus II, yaitu lebih memberikan motivasi, memberikan balikan dan penguatan pada narasi siswa serta memberi hadiah bagi siswa; 2) guru lebih menekankan pada pengontrolan hasil tulisan siswa agar benar-benar mengetahui perkembangan siswa; 3) siswa menulis narasi dengan tema bebas sesuai dengan minat siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
Pembelajaran menulis narasi di siklus III ini rencananya akan dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut: 1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menulis narasi dengan metodepeta pikiran. Langkah-langkah yang ditempuh antara lain: a) guru membuka pelajaran dengan mengucap salam; b) guru mengondisikan kelas dengan melakukan presensi dan meminta siswa untuk mempersiapkan buku paket, LKS, serta buku catatan; c) guru membangkitkan semangat siswa dengan menyanyikan lagu sebelum memulai pelajaran; d)
guru memotivasi siswabahwa tulisan narasi terbaik akan diberi hadiah;
e)
guru membagikan narasi dan gambar peta pikiran pada siklus II;
f)
guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis narasi pada siklus II;
g)
guru dan siswa mengidentifikasi kesalahan yang dilakukan dalam menulis narasi pada siklus II;
h)
siswa memperdengarkan penjelasan tentang pemakaian tanda baca dalam karangan dengan penuh perhatian;
i)
siswa memperdengarkan penjelasan mengenai pemilihan kata atau diksi dengan penuh perhatian;
j) siswa mengidentifikasi pengalaman yang pernah dialami untuk dibuat gambar peta pikiran secara mandiri (dengan tema bebas); k)
siswa mempersentasikan hasil gambar peta pikiran ke depan kelas dengan berani dan penuh percaya diri;
l)
siswa mengumpulkan hasil gambar peta pikiran kepada guru untuk disempurnakan pada pertemuan selanjutnya.
m) sampai pada langkah ini, bel selesai pelajaran berbunyi. Guru dan siswa menyimpulkan dan melakukan refleksi pembelajaran lalu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
menutup dengan salam. Pembelajaran dilanjutkan hari Sabtu, 24 Maret 2012 pukul 07.00
08.10 WIB (jam ke 1
2).
Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru pada pertemuan kedua dalam pelaksanaan tindakan siklus III adalah: a)
guru membuka pelajaran dengan mengucap salam;
b)
guru mengondisikan kelas dengan melakukan presensi dan meminta siswauntuk mempersiapkan alat tulis;
c)
guru membangkitkan semangat siswa dengan menyanyikan lagu -
d)
guru memberikan motivasi dengan mengingatkan bahwa di akhir pembelajaran ada hadiah bagi penulis narasi terbaik;
e)
guru membagikan gambar peta pikiran yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya;
f)
guru menanyakan kesulitan peserta didik dalam membuat peta pikiran;
g)
siswa memperbaiki peta pikiran yang dibuat;
h)
siswa mengembangkan kerangka karangan (peta pikiran) menjadi paragraf narasi yang baik;
i)
siswa maju ke depan untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya dengan berani dan percaya diri;
j)
Guru mengumumkan peta ikiran dan paragraf narasi terbaik;
k)
siswa mengumpulkan narasi dan gambar peta pikiran;
l)
guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan;
m) guru bersama siswa melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan; n)
guru mengumumkan dan memberi hadiah bagi penulis narasi dan peta pikiran terbaik;
o)
guru menutup pelajaran dengan ucapan salam.
2) Peneliti dan guru sepakat untuk tetap menggunakan media pembelajaran gambar peta pikiran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
3) Peneliti dan guru bersama-sama menyusun rancangan pembelajaran (RPP)untuk siklus III. 4) Peneliti dan guru merumuskan indikator pencapaian tujuan. 5) Peneliti dan guru bersama-sama membuat lembar penilaian siswa, yaitu instrumen penelitian berupa tes dan nontes. Instrumen tes digunakan untuk menilai tulisan narasi yang ditulis siswa (penilaian hasil) dan instrumen nontes digunakan untuk menilai sikap siswa (penilaian proses) dalam pembelajaran menulis narasi. Instrumen untuk menilai kualitas proses pembelajaran menulis narasi, dinilai berdasarkan rubrik penilaian proses pembelajaran menulis narasi yang diukur dari motivasi siswa dalam pembuatan peta pikiran yang ditandai dengan kesungguhan, semangat, dan antusias siswa saat diberi tugas menggambar peta pikiran. b. Pelaksanaan Tindakan Seperti yang telah direncanakan, tindakan siklus III dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu Rabu, 21 Maret 2012 dan Sabtu, 24 Maret 2012 di ruang kelas IV SD Negeri Palur 04 Mojolaban, Sukoharjo. Pada pertemuan pertama, tindakan dilaksanakan pada pukul 08.10 (jam ke 2
09.20 WIB
3). Pada pertemuan kedua, dilaksanakan pukul 07.00
WIB (jam ke 1
08.10
2). Adapun hasil pengamatan peneliti pada proses
pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus III adalah sebagai berikut. 1) Pada pertemuan pertama, guru membuka pelajaran dengan mengucap salam. Guru mengondisikan kelas dengan melakukan presensi dan meminta siswa untuk mempersiapkan buku paket, LKS, serta buku catatan. Jumlah siswa yang hadir pada saat itu 30 siswa. Kemudian guru membangkitkan semangat siswa dengan menyanyikan lagu
Kasih Ibu Kasih ibu kepada beta Tak terhingga sepanjang masa Hanya memberi tak harap kembali Bagai sang surya menyinari dunia
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
Pada siklus ketiga pertemuan pertama ini, hampir semua siswa mengikuti apersepsi yang diberikan guru dengan antusias. Semua siswa menyanyikan lagu tersebut dengan bertepuk tangan bersamasama dan kompak. Guru kemudian tidak bosan-bosannya selalu memberikan motivasi kepada siswa. Guru memotivasi siswa bahwa tulisan narasi terbaik akan diberi hadiah. Mendengar hal tersebut,
Langkah berikutnya, guru membagikan narasi dan gambar peta pikiran pada siklus II. Guru menanyakan kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam menulis narasi pada siklus II. Kemudian ada siswa yang mengacungkan jari dan mengatakan bahwa kadang masih bingung dalam pemakain tanda baca saat menulis. Mendengarkan hal tersebut, kemudian guru mengatakan bahwa hasil tulisan narasi pada siklus II sudah bagus, tetapi masih ditemukan kesalahan dalam pemakaian tanda baca. Kemudian guru dan siswa mengidentifikasi kesalahan yang dilakukan dalam menulis narasi pada siklus II. Langkah
selanjutnya,
siswa
memperdengarkan
penjelasan
tentang pemakaian tanda baca dan pemilihan kata dalam karangan dengan penuh perhatian. Situasi pembelajaran tenang.Seluruh siswa memperhatikan guru. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, guru sering melakukan tanya jawab dengan siswa, sehingga kelas menjadi aktif tetapi tetap kondusif. Setelah siswa memperdengarkan penjelasan dari guru, kemudian siswa diberi tugas untuk mengidentifikasi pengalaman yang pernah dialami untuk dibuat gambar peta pikiran secara mandiri (dengan tema bebas). Siswa dengan tenang dan semangat melaksanakan tugas dari guru. Guru berkeliling mengontrol pekerjaan siswa. Setelah itu, siswa mempersentasikan hasil gambar peta pikiran ke depan kelas dengan berani dan penuh percaya diri. Hampir semua siswa yang maju ke depan atas kemauannya sendiri, tanpa harus dibujuk oleh guru seperti siklus-siklus sebelumnya.siswa mengumpulkan hasil gambar peta pikiran kepada guru. Sampai pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
langkah ini, bel berbunyi. Guru bersama siswa menyimpulkan dan merefleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan lalu menutup dengan salam. Tindakan II dilanjutkan pada hari Sabtu, 24Maret 2012. 2) Pada pertemuan kedua, guru membuka pelajaran dengan mengucap salam. Guru mengondisikan kelas dengan melakukan presensi dan meminta siswauntuk mempersiapkan alat tulis. Jumlah siswa yang hadir pada saat itu 30 siswa. Kemudian, guru membangkitkan semangat siswa
-
sebelum
memulai pelajaran. Lirik lagunya sebagai berikut: Layang-layang Kuambil buluh sebatang Kupotong sama panjang Kuraut dan kutimbang dengan benang Kujadikan layang-layang Bermain berlari Bermain layang-layang Bermain kubawa ke tanah lapang Hati gembira dan riang Pada siklus ketiga pertemuan kedua ini, semua siswa mengikuti apersepsi dari guru dengan antusias. Semua siswa menyanyikan lagu tersebut dengan bertepuk tangan dan kompak. Tidak lupaguru memberikan
motivasi
dengan
mengingatkan
bahwa
di
akhir
pembelajaran ada hadiah bagi penulis narasi terbaik. Siswa tampak semangat dan antusias. Langkah selanjutnya, guru membagikan gambar peta pikiran yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya. Guru menanyakan kesulitan siswa dalam membuat peta pikiran. Ada siswa yang mengacungkan jari dan mengatakan bahwa dalam membuat peta pikiran semakin menyenangkan karena sudah tidak mengalami kesulitan lagi. Mereka mengaku sudah terbiasa dan tidak merasa sulit lagi ketika membuat peta pikiran. Mendengarkan hal tersebut, guru memberikan pujian dan mengajak seluruh siswa untuk bertepuk tangan. Kegiatan berikutnya, siswa memperbaiki peta pikiran yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
dibuat. Guru berkeliling mengontrol pekerjaan siswa. Setelah mereka selesai memperbaiki peta pikiran,siswa mengembangkan kerangka karangan (peta pikiran) menjadi paragraf narasi yang baik. Tidak lupa guru bekeliling mengontrol pekerjaan siswa. Kegiatan berikutnya, siswa maju ke depan untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya dengan berani dan percaya diri. Mereka maju dengan suka rela dan tertib, sehingga kelas menjadi aktif. Kemudian, guru mengumumkan peta pikiran dan paragraf narasi terbaik. Yang menjadi terbaik memperoleh hadiah seperti yang sudah dijanjikan guru. Selain itu, terbaik kedua dan ketiga juga memperoleh hadiah. Kegiatan tersebut diakhiri dengan bertepuk tangan. Siswa mengumpulkan narasi dan gambar peta pikiran. Guru bersama siswa menyimpulkan dan merefleksi kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Guru menutup pelajaran dengan ucapan salam. Dalam tahap ini, guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan pembelajaran menulis narasi di depan kelas, sedangkan peneliti hanya bertindak
sebagai
partisipan
pasif
yang
memantau
serta
mendokumentasikan kegiatan pembelajaran. c. Hasil Pengamatan (Observasi) Observasi dilaksanakan saat pembelajaran menulis narasi dengan metode peta pikiran berlangsung yaitu pada hari Rabu, 21 Maret 2012 pukul 08.10 07.00
09.20 WIB (jam ke 2
08.10 WIB (jam ke 1
3) dan Sabtu, 24 Maret 2012 pukul 2). Seperti pada siklus II, observasi
difokuskan pada situasi pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang dilaksanakan guru serta aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan pedoman observasi. Pada saat observasi, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dan duduk di bangku paling belakang. Sesekali, peneliti berada di samping kelas untuk mengambil gambar. Dalam kegiatan ini, guru mengaplikasikan solusi yang telah disepakati dengan peneliti untuk mengatasi kekurangan pada proses pembelajaran menulis narasi pada siklus II. Berdasarkan hasil pengamatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
terhadap proses pembelajaran menulis narasi diperoleh gambaran ketercapaian indikator pelaksanaan siklus III sebagai berikut: 1) Siswa yang tampak termotivasi dalam pembuatan peta pikiran sebanyak 28 siswa (93%), sedangkan 2 siswa (7%) tampak tidak semangat dan antusias mengikuti pembelajaran. 2) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa, diketahui siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 27 siswa (90%) lainnya belum tuntas karena masih mendapatkan nilai dibawah 70 (KKM). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 9.
1
Tabel 9. Pencapaian Indikator pada Siklus III Persentase Aspek Sudah Belum Motivasi siswa dalam pembuatan peta 93% 7% pikiran
2
Kemampuan siswa dalam menulis narasi
No.
90%
10%
d. Analisis dan Refleksi Dari hasil pengamatan peneliti pada tindakan siklus III dapat dikemukakan sebagai berikut. 1) Pada
saat
guru
menyampaikan materi,
seluruh
siswa sudah
memperhatikan dengan baik. Posisi guru tidak terpusat pada satu titik saja, sehingga seluruh siswa dapat dipantau dan mendapatkan perhatian dari guru. 2) Guru memberikan tugas, yaitu membuat kerangka karangan berupa gambar peta pikiran. Semangat dan antusias siswa saat pembuatan peta pikiran meningkat secara signifikan. Dari gambar peta pikiran yang dibuat, siswa diminta mengembangkannya menjadi sebuah karangan narasi. Guru mengontrol pekerjaan siswa dengan baik. 3) Pada saat mengerjakan tugas, seluruh siswa semangat untuk mengerjakan.
Hasil
tulisan
narasi
siswa
memuaskan,
yaitu
pengembangan gagasan menarik, pengungkapan isi/ substansi tulisan sudah sesuai dengan gambar, pengorganisasian isi tulisan baik (urutan cerita runtut), kesalahan dalam penulisan kosa kata, diksi maupun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
pemakaian huruf besar dan tanda bacamenunjukkan perubahan yang lebih baik. 4) Siswa antusias pada saat membacakan hasil pekerjaannya di depan teman-temannya. Hal ini membuktikan bahwa keberanian dan rasa percaya diri siswa terbangun dengan baik 5) Kemampuan menulis narasi siswa pada siklus III ini mengalami peningkatan yang signifikan. Sebagian besar 27 siswa (90%) sudah mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar (KKM 70) dari jumlah keseluruhan yaitu 30 siswa. 6) Adanya reward dari guru yang berupa hadiah, efektif meningkatkan motivasi siswa dalammengikuti apersepsi dan kegiatan KBM dengan ditunjukkanaktif menyampaikan pendapat, serta merespon pernyataan atau stimulus yang diberikan guru. 7) Dapat
dikatakan
bahwa
kekurangan
atau
kelemahan
selama
pelaksanaan tindakan pada siklus III ini hampir tidak terlihat atau telah sesuai dengan yang diharapkan. Ini menunjukkan bahwa guru telah mampu mengatasi kekurangan-kekurangan yang terjadi pada kedua siklus sebelumnya dengan baik. Selain itu, dalam siklus ini sikap siswa dalam pembelajaran juga terlihat semakin baik (saat apersepsi, kegiatan inti, maupun penutup). 8) Guru sudah dapat mengontrol dan memonitor siswa dengan baik, sehingga hasil belajar siswa meningkat. Kualitas pembelajaran menulis narasi mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari tercapainya sejumlah indikatoryang telah diterapkan, seperti meningkatnya motivasi siswa dalam pembelajaran. Di samping itu, kekurangan-kekurangan yang ditemui dalam siklus II telah dapat diatasi dengan baik oleh guru pada siklus III. Teknik-teknik yang diterapkan guru terbukti dapat meningkatkan motivasi siswa terhadap pembelajaran. Adapun dari narasi yang ditulis siswa pada siklus III, diketahui bahwa terjadi peningkatan kemampuan menulis siswa. Skor dalam setiap aspek penulisan narasi mengalami peningkatan, meskipun narasi yang dihasilkan siswa belum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
sempurna. Beberapa kesalahan yang masih ditemui siswa adalah aspek mekanik yang meliputi kesalahan ejaan dan tanda baca. Pada siklus ini, masing-masing skor siswa meningkat tetapi terdapat tiga orang siswa yang belum mencapai batas minimal (70). Dari wawancara yang dilakukan pada tiga siswa tersebut, diketahui bahwa sebenarnya mereka tidak berminat pada pembelajaran menulis narasi. Mereka menganggap menulis narasi adalah kegiatan yang sulit untuk dilakukan. Meskipun begitu, siswa tersebut memiliki sikap yang positif terhadap pembelajaran terbukti dari perhatian mereka pada pembelajaran menulis narasi yang berlangsung. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus III dikatakan berhasil. Peningkatan terjadi pada beberapa indikator dibandingkan siklus sebelumnya. Nilai yang diperoleh siswa sudah mencapai batas ketuntasan meskipun masih ada tiga siswa yang belum mencapai batas ketuntasan belajar minimal tersebut. Meskipun demikian, penelitian dipandang cukup untuk dilaksanakan mengingat kesempatan yang diberikan kepala sekolah untuk melaksanakan tindakan telah habis. C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus Tindakan-tindakan berupa penerapan metode peta pikiran yang dilaksanakan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran menulis narasi siswa kelas IV SD Negeri Palur 04 Mojolaban, Sukoharjo. Hal ini ditunjukkan dengan tercapainya sejumlah indikator yang diterapkan dalam pembelajaran menulis narasi. Setiap siklus yang telah dilaksanakan mengalami peningkatan pada proses pembelajaran dan berpengaruh dalam meningkatnya hasil pembelajaran menulis narasi siswa. Setelah dilakukan deskripsi setiap siklusnya, selanjutnyadilakukan perbandingan perkembangan antarsiklus untuk mendeskripsikan peningkatan yang dicapai dari satu siklus ke siklus berikutnya.
Untuk
memperjelas
deskripsi
perkembangannya,
perlu
disampaikan hasilnya dalam bentuk tabel 10 dan gambar diagram berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
No. 1 2
Tabel 10. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus Persentase Aspek Siklus I Siklus II Motivasi siswa dalam 50% 70% pembuatan peta Kemampuan siswa dalam menulis narasi
57%
Siklus III 93%
73%
90%
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada diagram berikut.
Prosentase Peningkatan
Peningkatan Indikator Setiap Siklus 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
Motivasi siswa saat pembuatan peta pikiran Kemampuan menulis narasi
Siklus I
Siklus II
Siklus III
50%
70%
93%
57%
73%
90%
Gambar 4. Peningkatan Indikator dari Setiap Siklus Peningkatan kualitas pembelajaran menulis narasi berimplikasi pada kemampuan siswa menulis narasi. Kemampuan siswa menulis narasi mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari narasi yang ditulis siswa pada setiap siklus. D. Pembahasan Berdasarkan
pada
permasalahan
yang
dirumuskan
dalam
bagian
pendahuluan serta paparan hasil tindakan, berikut ini dijabarkan pembahasan hasil tindakan yang meliputi kualitas pembelajaran dan kemampuan menulis narasi siswa kelas IV SD Negeri Palur 04 Mojolaban, Sukoharjo.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
1. Pembuatan Peta Pikiran Meningkatkan Motivasi Menulis Narasi Tindakan-tindakan berupa penerapan metode peta pikiran yang dilaksanakan setiap siklus mampu meningkatkan kualitas pembelajaran menulis narasi siswa kelas IV SD Negeri Palur 04 Mojolaban, Sukoharjo. Hal ini dapat dilihat pada indikator berikut: -
Motivasi dalam Pembuatan Peta Pikiran Motivasi siswa dalam pembuatan peta pikiran juga mengalami peningkatan. Hal ini ditandai dengan kesungguhan, semangat dan antusias siswa saat mengerjakan tugas membuat peta pikiran yang diberikan tanpa rasa enggan. Dari pantauan peneliti, motivasi siswa pada siklus I diindikasikan mencapai 50% (15 siswa). Pada siklus II motivasi siswa mengalami peningkatan menjadi70% (21 siswa). Siswa sudah berani bertanya, merespon pertanyaan yang diajukan guru dan berani maju ke depan dengan percaya diri mempresentasikan gambar peta pikiran yang dibuat. Pada siklus III terjadi peningkatan sebesar 23% yaitu menjadi 93% (28 siswa).
2. Pembuatan Peta Pikiran Meningkatkan Kemampuan Menulis Narasi Peningkatan kualitas pembelajaran menulis narasi berimplikasi pada kemampuan siswa menulis narasi. Kemampuan siswa menulis narasi mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari narasi yang ditulis siswa pada setiap siklus. Peningkatan tersebut diindikatori sebagai berikut. a. Pengungkapan Isi Setelah tindakan dilakukan, siswa mampu memilih ide serta mengembangkan secara kreatif. Berbeda dengan kondisi awal, ide yang dipilih siswa lebih segar dan kreatif. Hal ini tampak pada narasi yang ditulis siswa. Pengembangan gagasan menarik, pengungkapan isi/ substansi tulisan sudah sesuai dengan gambar (peta pikiran) yang dibuat. Pada setiap siklusnya, aspek ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
b. Pengorganisasian Setelah
tindakan
dilakukan,
siswa
mampu
mengungkapkan
gagasannya dalam bentuk tulisan dengan baik, sehingga narasi mudah dipahami oleh pembaca. Hal ini tampak pada narasi yang ditulis siswa. Pengembangan gagasan menarik,pengorganisasian isi tulisan baik (urutan cerita runtut, merinci peristiwa dengan baik). Pada setiap siklusnya, aspek ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. c. Pemanfaatan Kosakata Dalam narasi yang dibuat, siswa sudah mampu memanfaatkan kosakata. Pilihan kata yang digunakan sudah menarik dan bervariasi. Hal ini menjadikan narasi siswa tidak lagi membosankan untuk dibaca. d. Pengembangan Bahasa Siswa sudah mampu mengembangkan bahasa dengan baik. Hal ini diindikatori oleh kontruksi/ rangkaian kalimat siswa yang sederhana tapi efektif. Makna kalimat sudah tidak membingungkan. e. Mekanik Kesalahan mekanik yang sebelumnya sering ditemui dalam narasi sudah berkurang meskipun tidak 100%. Penyingkatan kata sudah dapat diminimalisasi. Penggunaan ejaan, diksi dan huruf kapital juga sudah mengalami perbaikan cukup signifikan. f. Perolehan Nilai Menulis Narasi Siswa Meningkat Dari pretes yang dilakukan pada survei awal, diketahui bahwa kemampuan menulis narasi siwa masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari capaian nilai menulis narasi siswa. Pada kegiatan pretes diketahui bahwa hanya ada 12 (40%) siswa yang mencapai batas minimal ketuntasan belajar (70). Delapan belas siswa (60%) yang lain belum mencapai batas minimal ketuntasan belajar. Kisaran nilai yang dicapai siswa yaitu antara 51
75 dengan capaian rata-rata 65. Pada siklus I terdapat peningkatan
nilai menulis narasi siswa. Tujuh belas siswa (57%) telah mencapai ketuntasan belajar. Tiga belas siswa (43%) yang lain belum mencapai batas ketuntasan belajar tetapi mengalami peningkatan. Kisaran nilai yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
dicapai siswa yaitu antara 59
79 dengan capaian rata-rata 69. Pada siklus
II, peningkatan nilai capaian menulis narasi siswa terjadi cukup signifikan. Dari 17 siswa menjadi 22 siswa (73%) telah mencapai ketuntasan belajar. Delapan siswa (27%) yang lain belum mencapai batas ketuntasan belajar tetapi mengalami peningkatan. Kisaran nilai yang dicapai siswa yaitu antara 63
89 dengan capaian rata-rata 76. Pada siklus III, peningkatan
nilai capaian menulis narasi siswa terjadi sangat signifikan. Dari 22 siswa menjadi 27 siswa (90%) telah mencapai ketuntasan belajar. Tiga siswa (10%) yang lain belum mencapai batas ketuntasan belajar tetapi mengalami peningkatan.Kisaran nilai yang dicapai siswa yaitu antara 65 93 dengan capaian rata-rata 81.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Simpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Penerapan metode peta pikiran dapat meningkatkan motivasi menulis narasisiswa kelas IV SD Negeri Palur 04 Mojolaban, Sukoharjo. Hal ini tampak pada kesungguhan, semangat dan antusias siswa saat diberi tugas menggambar peta pikiran dalam proses pembelajaran. Prosedur penerapan metode peta pikiran yang dapat meningkatkan motivasi menulis narasi adalah sebagai berikut: (1) guru memberi contoh peta pikiran; (2) siswa melengkapi kata-kata kunci pada ranting cabang dengan tema yang sudah ditentukan; (3) siswa menggambar
peta pikiran
dengan
tema
tertentu
berdasarkan
pengalaman; dan (4) siswa mewarnai peta pikiran. Berdasarkan hasil pengamatan dalam pembuatan peta pikiran, motivasi siswa menunjukkan peningkatan disetiap siklusnya. Pada siklus I siswa yang tampak termotivasi saat pembuatan peta pikiran sebanyak 50%, pada siklus berikutnya terus mengalami peningkatan menjadi 70% pada siklus II dan 93% pada siklus III. 2. Penerapan metode peta pikiran dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi pada siswa kelas IV SD Negeri Palur 04 Mojolaban, Sukoharjo. Adanya peningkatan kemampuan menulis narasi dilihat dari hasil belajar siswa dalam menulis narasi. Hal ini terbukti dengan meningkatnya hasil belajar siswa dalam
menulis
narasi
yang
penilaiannya
didasarkan
pada
isi,
pengorganisasian, kosakata, pengembangan bahasa, dan mekanik penulisan. Prosedur penerapan
metode peta pikiran yang dapat meningkatkan
kemampuan menulis narasi adalah sebagai berikut: (1) siswa menggambar peta pikiran dengan tema tertentu berdasarkan pengalaman; (2) siswa mengembangkan peta pikiran menjadi karangan narasi sesuai urutan kejadian; (3) siswa menulis karangan narasi dengan memperhatikan kaidah bahasa; (4) siswa mempresentasikan hasil pekerjaan di depan kelas; (5) guru dan siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. Peningkatan
commit to user 102
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
kemampuan siswa terjadi pada siklus I hingga siklus III yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya siswa yang telah mencapai batas ketuntasan (KKM
70). Pada siklus I siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar
sebesar 57% atau sebanyak 17 siswa, pada siklus II meningkat menjadi 73% atau sebanyak 22 siswa, dan pada siklus III sebanyak 90% (27 siswa). B. Implikasi Penelitian ini memberikan gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses dan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya guru, siswa, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar. Pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat akan berpengaruh pada kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran serta rendahnya hasil belajar siswa. Oleh karenanya, dalam memilih metode dalam pembelajaran, guru hendaknya juga memperhatikan kesenangan dan kebermanfaatannya bagi perkembangan peserta didik. Penelitian ini membuktikan bahwa melalui penerapan metode peta pikiran dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa dalam materi menulis narasi. Penerapan kerangka karangan (gambar peta pikiran) dalam pembelajaran merupakan langkah-langkah pembelajaran yang efektif. Dimulai dari apersepsi dengan menyanyikan sebuah lagu dan bertepuk tangan yang bertujuan untuk membangkitkan semangat siswa sebelum memulai pelajaran, dan diakhiri dengan guru memberikan penghargaan atas usaha atau kerja keras yang telah dilakukan siswa serta untuk memacu siswa agar lebih baik dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya. Oleh karenanya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk mengembangkan pengajaran bahasa yang lebih kreatif dan inovatif, seperti dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi tenaga pengajar yang ingin menerapkan metode peta pikiran di kelasnya. Metode peta pikirandapat meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa karena melalui penerapan metode ini tidak sekedar dapat menumbuhkan kesenangan pada diri siswa namun juga dapat melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, memupuk keberanian, serta merespon sesuatu yang ada di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
sekitar. Respon-respon tersebut diungkapkan melalui kegiatan menulis narasi. Dengan demikian, diakhir pembelajaran siswa dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara tertulis dalam bentuk karangan narasi. C. Saran Berkaitan dengan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut. 1. Bagi Siswa Penerepan metode peta pikiran terbukti meningkatkan motivasi dan kemampuan menulis narasi siswa. Siswa disarankan dalam pembelajaran menulis narasi hendaknya menggunakan gambar peta pikiran untuk menata gagasan sebelum menulis. Peta pikiran dapat menimbulkan kesenangan bagi siswa karena berupa tulisan, simbol, dan gambar. Selain itu siswa bebas berkreasi mewarnainya. Dengan adanya rasa senang pada diri siswa maka akan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang dipelajari dan lebih
memudahkan
siswa
untuk
mendalami
materi.
Pada
akhirnya
pembelajaran yang demikian dapat meningkatkan kemampuan dan hasil pembelajaran menulis narasi siswa. 2. Bagi Guru Penerapan metode peta pikiran terbukti meningkatkan motivasi dan kemampuan menulis narasi siswa. Dalam kegiatan pembelajaran guru hendaknya dapat memanfaatkan peta pikiran untuk meningkatkan belajar. Penggunaan media pembelajaran ini selain bertujuan untuk mempermudah siswa dalam mengerjakan tugas juga sebagai sarana bagi guru dalam menyampaikan materi pelajaran. 3. Bagi Sekolah a. Pihak sekolah hendaknya menambah sarana atau fasilitas belajar-mengajar yang dapat digunakan oleh siswa dan guru untuk mendukung dan lebih mengoptimalkan kegiatan pembelajaran. b. Pihak sekolah hendaknya dapat memotivasi dan memfasilitasi guru dalam meningkatkan kemampuan mengajar. Baik dengan mengikut sertakan guru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
dalam
kegiatan
seminar,
workshop,
penataran,
maupun
dengan
mendukung guru untuk melakukan berbagai penelitian dalam pendidikan dan pengajaran. 4. Bagi Peneliti Lain Diharapkan bagi peneliti lain agar mampu berkolaborasi secara aktif dengan guru dan dapat menciptakan pendekatan pembelajaran baru yang dapat mengembangkan bakat, potensi, dan kreativitas siswa sehingga kualitas pendidikan di Indonesia dapat meningkat.
commit to user