perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA KRAMA DENGAN METODE FISHBOWL PADA SISWA KELAS VII G SMPN 3 MEJAYAN KABUPATEN MADIUN
TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Drajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Minat Utama Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
Oleh: NADHIF DWI SAPUTRA S441302010
PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2015 to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA KRAMA DENGAN METODE FISHBOWL PADA SISWA KELAS VII G SMPN 3 MEJAYAN KABUPATEN MADIUN
TESIS
Oleh NADHIF DWI SAPUTRA S441302010
Komisi
Nama
Tanda Tangan
Pembimbing Pembimbing I
Prof. Dr. Andayani, M. Pd. NIP 1960103011986012001
Pembimbing II
.......................
Prof. Dr. Retno Winarni, M. Pd. NIP 195601211982032003
.......................
Telah dinyatakan memenuhi syarat pada tanggal .....................2015
Ketua Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNS
Prof. Dr. Sarwiji Suwandi., M. Pd. NIP 196204071987031003 commit to user
ii
Tanggal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN PENGUJI PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA KRAMA DENGAN METODE FISHBOWL PADA SISWA KELAS VII G SMPN 3 MEJAYAN KABUPATEN MADIUN TESIS Oleh: NADHIF DWI SAPUTRA S441302010
Tim Penguji Tanda Tangan
Tanggal
………….………….
………
Sekertaris Prof. Dr. St. Y. Slamet, M. Pd. NIP 194612081982031001
………….………….
………
Anggota Penguji
1.Prof. Dr. Andayani, M. Pd. NIP 196010301986012001
………….………….
………
2.Prof. Dr. Retno Winarni, M. Pd. NIP 195601211982032003
………….………….
………
Jabatan Ketua
Nama Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M. Pd. NIP 196204071987031003
Telah dipertahankan di depan penguji pada Ujian Tesis Dinyatakan telah memenuhi syarat pada tanggal................................. 2015 Mengetahui: Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Ketua Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd. Prof. commit to userDr. Sarwiji Suwandi, M. Pd. NIP 196007271987021001 NIP 196204071987031003 iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TEKS Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa: 1. Tesis yang berjudul “PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA KRAMA DENGAN METODE FISHBOWL PADA SISWA KELAS VII G SMPN 3 MEJAYAN KABUPATEN MADIUN” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan (Permendiknas No. 17, tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi teks Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seizin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs Kependidikan FKIP UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya dalam satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Minat Utama Pendidikan Bahasa Jawa PPs Kependidikan FKIP UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa PPs Kependidikan FKIP UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, 18 Februari 2015 Mahasiswa
Nadhif Dwi Saputra NIM S441302010
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Goleka teken, nggonen teteken sing tekun, supaya ketekan sedyamu. Ketika apa yang kita jalani terasa berat, percayalah kita sedang naik level.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Aku persembahkan karya ini kepada Bapak, Ibu, Istri, dan sumber semangatku: Lintang Fazila Navisastra
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis mengucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga tesis yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Berbicara Krama dengan Metode Fishbowl Pada Siswa Kelas VII G SMPN 3 Mejayan Kabupaten Madiun”, dapat tersusun dengan baik dan lancar. Penelitian ini dapat terlaksana dan laporan hasil dapat diwujudkan dalam bentuk tesis karena melibatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, sepantasnya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S. selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar S-2 di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.; 2. Prof. Dr. Ahmad Yunus, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi izin penyusunan tesis; 3. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi izin penyusunan tesis; 4. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Minat Utama Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Prof. Dr. H. Sarwiji Suwandi, M.Pd. yang telah memberi saran dan motivasi untuk segera menyelesaikan tesis ini; 5. Prof. Dr. Andayani, M.Pd. selaku dosen pembimbing I dengan penuh kesabaran dan ketekunan telah memberi saran dan arahan demi kesempurnaan tesis ini; 6. Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd. selaku dosen pembimbing II dengan penuh commit to user demi kesempurnaan tesis ini; kesabaran dan ketelatenan telah memberi bimbingan
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Pang Sugiharto, M.Pd. selaku Kepala SMPN 3 Mejayan yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian di sekolah yang menjadi tanggung jawab pengelolaan dan pengawasannya; 8. Vivin Novalina Herawati, S.Pd, selaku guru mata pelajaran Bahasa Jawa SMPN 3 Mejayan yang telah berkenan menjadi kolaborator dan melaksanakan penelitian tindakan kelas; 9. Teman-teman Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa angkatan Februari 2013 yang selalu berjuang bersama dan saling memberi motivasi; Akhir kata, penulis hanya dapat berdoa semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada semua pihak tersebut di atas dan mudahmudahan tesis ini dapat bermanfaat untuk kita semua, khususnya bagi pendidik dan umumnya bagi pembaca untuk menambah pengetahuannya.
Surakarta, 18 Februari 2015 Penulis
Nadhif Dwi Saputra
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Nadhif Dwi Saputra. S441302010. 2014. Peningkatan Keterampilan Berbicara Krama Dengan Metode Fishbowl Pada Siswa Kelas VII G SMP Negeri 3 Mejayan Kabupaten Madiun. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Minat Utama Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing I: Prof. Dr. Andayani, M.Pd., Pembimbing II: Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan berbicara krama siswa. Peserta didik cenderung kurang tertarik terhadap pembelajaran, sedangkan guru masih menggunakan metode konvensional. Penelitian ini bertujuan meningkatkan kualitas proses pembelajaran berbicara krama dan meningkatkan keterampilan berbicara krama siswa kelas VII G SMPN 3 Mejayan melalui penerapan metode fishbowl. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan subyek penelitian siswa dan guru kelas VII G SMPN 3 Mejayan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, kajian dokumen dan tes. Uji validitas data menggunakan trianggulasi sumber data. Teknik analisis data dengan teknik analisis kritis dan teknik deskriptif komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode fishbowl dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran berbicara krama siswa ditandai meningkatnya kinerja siswa. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa dengan metode fishbowl dapat meningkatkan kemampuan berbicara krama siswa kelas VII G SMPN 3 Mejayan. Hal ini dapat dilihat dari hasil tindakan yang dilakukan selama dua siklus. Pada siklus I siswa tuntas memperoleh nilai di atas KKM (75) meningkat menjadi 19 siswa atau sebesar (68%) dengan nilai rata-rata 74, 5. Pada siklus II ada 26 siswa (89%) yang sudah tuntas, dengan nilai rata-rata 84,6.Pada siklus II ini pencapaian nilai baik secara kualitas proses (kinerja siswa) maupun hasil telah mencapai ketuntasan yang lebih dari 80%. Selanjutnya, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbicara krama dengan menggunakan metode fishbowl dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran berbicara krama dan dapat meningkatkan keterampilan berbicara krama siswa. Kata kunci: berbicara, krama, metode fishbowl.
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Nadhif Dwi Saputra. S441302010. 2014. The Improvement of Speaking Krama with Fishbowl Method in the VII G Graders of SMP Negeri 3 Mejayan. Thesis. Indonesian Language Education Study Program of Javanese Language and Letters Main Concentration. Surakarta Sebelas Maret University. First Counselor: Prof. Dr. Andayani, M.Pd., Second Counselor: Prof. Dr. Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd. Background of this research was low skill on speaking Javanese language krama. Student educated less interested to study, while teacher still use the conventional method. This research aimed to improve the quality of Javanese language krama speaking learning process and to improve Javanese language krama speaking skill method in the VII G Graders of SMP Negeri 3 Mejayan using fishbowl method. This study was a Classroom Action Research (CAR) conducted in four stages: planning, acting, observing, and reflecting. The research method employed was descriptive qualitative one with the students and the teachers of the VII G Grade of SMP Negeri 3 Mejayan as the subjects of research. Techniques of collecting data used were observation, interview, document study and test. The data validation was conducted using data source triangulation. Techniques of analyzing data used were critical and descriptive comparative analysis ones. The result of research showed that the fishbowl method could improve the quality of student’s speaking Javanese language krama learning process. This study also showed that using fishbowl method could improve the speaking Javanese language krama ability of the VII G Graders of SMP Negeri 3 Mejayan. It could be seen from the result of action conducted in two cycles. In cycle I, students obtained the score above KKM (Minimum Passing Criteria) (75) increased to 19 (68%) students with the mean score of 74.5. In cycle II, it increased to 26 (89%) students with the mean score of 84,6. In cycle II, the achievement of score had achieved the passing criteria higher than 80%, in either the process (student performance) or the result (outcome). Subsequently, it could be concluded that the speaking Javanese language krama learning using fishbowl method could improve the quality of speaking Javanese language krama learning process and the student’s speaking Javanese language krama skill. Keywords: speaking, Javanese language krama, fishbowl method.
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SARIPATHI
Nadhif Dwi Saputra. S441302010. 2014. Mundhakake Kaprigelan Wicara Krama Kanthi Metode Fishbowl Tumrap Siswa Kelas VII G SMP Negeri 3 Mejayan Kabupaten Madiun. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Minat Utama Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Panuntun I: Prof. Dr. Andayani, M.Pd., Panuntun II: Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd. Panaliten punika dipunpawadani dening andhapipun pasinaon wicanten krama. Siswa katingal kirang remen kaliyan pasinaon, ewadene dwija taksih ngginakaken metodhe konvensional. Panaliten punika nggadhahi ancas mindhakaken kualitas proses pasinaon wicanten krama lan mindhakaken kaprigelan wicanten krama siswa kelas VII G SMPN 3 Mejayan lumantar pangetraping metodhe fishbowl. Panaliten punika minangka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ingkang dipunlampahi kanthi sekawan tataran inggih punika perencanaan, tindakan, observasi lan refleksi. Metodhe panaliten ingkang dipunginakaken inggih punika metodhe deskriptif kualitatif kanthi subjek panaliten siswa lan dwija kelas VII G SMPN 3 Mejayan. Teknik pangempalan dhata migunakaken observasi, wawancara, kajian dokumen lan tes. Uji validitas dhata ngginakaken triangulasi sumber dhata. Teknik analisis dhata kanthi teknik analisis kritis lan teknik deskriptif komparatif. Asil panaliten nedahaken menawi metodhe fishbowl saged mindhakaken kualitas proses pasinaon wicanten krama siswa, tinengeran kanthi mindhakipun kinerja siswa. Panaliten punika ugi nedahaken menawi kanthi metodhe fishbowl saged mindhakaken kaprigelan wicanten krama siswa kelas VII G SMPN 3 Mejayan. Bab punika tiningalan saking asil tindakan ingkang dipunlampahi dangunipun kalih siklus. Wonten ing siklus I siswa tuntas pikantuk biji sanginggilipun KKM (75) mindhak dados 19 siswa utawi (68%) kanthi biji ratarata 74, 5. Wonten ing siklus II 26 siswa (89%) sampun tuntas, kanthi biji ratarata 84,6. Wonten ing siklus II punika wekasanipun biji kualitas proses kinerja siswa lan kinerja guru sarta asil sampun tuntas utawi langkung saking 80%. Sabibaripun, saged dipundudut menawi pasinaon wicanten krama kanthi pangetraping metodhe fishbowl saged mindhakaken kualitas proses pembelajaran wicanten krama lan saged mindhakaken kaprigelan wicanten krama siswa. Tembung wos: wicara, krama, metodhe fishbowl.
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman JUDUL ............................................................................................................ i PENGESAHAN PEMBIMBING TESIS ......................................................... ii PENGESAHAN PENGUJI TESIS ................................................................. iii PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS ................ iv MOTTO ......................................................................................................... v PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi KATA PENGANTAR .................................................................................... vii ABSTRAK ...................................................................................................... ix ABSTRACT ...................................................................................................... x SARIPATHI ..................................................................................................... xi DAFTAR ISI ................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii BAB I
PENDAHULUAN............................................................................
1
A. Latar Belakang ............................................................................................
1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................
6
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................
7
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................
7
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................
10
A. Tinjauan Pustaka .........................................................................................
10
B. Kajian Teori.................................................................................................
11
commit to user 1. Hakikat Ketrampilan Berbicara....................................................................
11
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Pengertian Berbicara ....................................................................................
11
b. Tujuan Berbicara..........................................................................................
13
c. Metode Pembelajaran Berbicara ..................................................................
14
c. Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara .....................................................
15
d. Penilaian Keterampilan Berbicara................................................................
16
e. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbicara.......................................................
17
2. Hakikat Tingkat Tutur Bahasa Jawa ............................................................
18
a. Pengertian Tingkat Tutur..............................................................................
18
b. Bahasa Jawa Ragam Krama .........................................................................
20
1) Krama Lugu .................................................................................................
21
2) Krama Alus ..................................................................................................
22
c. Pembagian Tingkat Tutur Bahasa Jawa .......................................................
23
1) Ngoko Lugu .................................................................................................
24
2) Ngoko Alus ..................................................................................................
25
3) Krama Lugu .................................................................................................
26
4) Krama Alus ..................................................................................................
26
3. Hakikat Metode Pembelajaran Fishbowl .....................................................
27
a. Pengertian Pembelajaran ..............................................................................
27
b. Metode Pembelajaran...................................................................................
27
c. Metode Fishbowl..........................................................................................
28
d. Prosedur Metode Fishbowl ..........................................................................
29
e. Kelebihan dan Kelemahan Metode Fishbowl .............................................
29
4. Hakikat Kualitas Proses Pembelajaran.........................................................
30
a. Indikator Kualitas Proses Pembelajaran....................................................... commit to user
31
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Kinerja Guru ................................................................................................
31
2) Kinerja Siswa ..............................................................................................
34
C. Kerangka Berpikir .......................................................................................
37
D. Hipotesis Tindakan......................................................................................
39
BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................
40
A. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................................
41
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ....................................................................
41
C. Subjek Penelitian .........................................................................................
41
D. Data dan Sumber Data ................................................................................
42
E. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................................
42
F. Validasi Data................................................................................................
44
G. Teknik Analisis Data...................................................................................
44
H. Indikator Kinerja .........................................................................................
45
I. Prosedur Penelitian .......................................................................................
46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..............................
49
A. Deskripsi Hasil Penelitian ...........................................................................
49
1. Kondisi Pratindakan .....................................................................................
49
2. Deskripsi Siklus 1 ........................................................................................
52
a. Perencanaan Tindakan Siklus I ....................................................................
52
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I.....................................................................
55
c. Observasi Siklus I.........................................................................................
57
d. Refleksi Siklus I ...........................................................................................
62
3. Deskripsi Siklus 2 ........................................................................................
63
a. Perencanaan Tindakan Siklus IIcommit ................................................................... to user
65
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ...................................................................
65
c. Observasi Siklus II .......................................................................................
67
d. Refleksi Siklus II..........................................................................................
73
B. Pembahasan .................................................................................................
74
1. Kondisi Awal Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Krama Siswa dan Kualitas Proses Pembelajaran Berbicara Bahasa Jawa Krama ...................
74
2. Pembelajaran Berbicara Jawa Krama dengan Menggunakan Metode Fishbowl .....................................................................................................
75
3. Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Berbicara Bahasa Jawa Krama dengan Menggunakan Metode Fishbowl ....................................................
76
4. Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Krama dengan Menggunakan Metode Fishbowl .................................................................
76
5. Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Berbicara Bahasa Jawa Krama dengan Menggunakan Metode Fishbowl ....................................................
77
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ......................................
79
A. Simpulan .....................................................................................................
79
B. Implikasi ......................................................................................................
80
C. Saran ............................................................................................................
82
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
84
LAMPIRAN-LAMPIRAN
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Contoh Kosa Kata Madya ............................................................. 22 Tabel 2.2 Contoh Kosa Kata Krama Andhap-Krama Inggil ......................... 23 Tabel 2.2 Instrumen Penilaian Kinerja Guru ................................................ 33 Tabel 2.4 Instrumen Penilaian Kinerja Siswa ................................................ 36 Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ........................................................... 40 Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Kinerja Siswa Siklus I...................................... 58 Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus I ...................................... 59 Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa Siklus I........................................................... 61 Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Kinerja Siswa Siklus II ................................... 69 Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus II ..................................... 70 Tabel 4.7 Hasil Belajar Siswa Siklus II ......................................................... 71 Tabel 4.8 Perbandingan Persentase Ketuntasan Klasikal Siklus I dan Siklus II ......................................................................................... 72 Tabel 4.8 Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa krama Siswa . 73
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .................................................................... 38 Gambar 3.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ............................................. 41 Gambar 4.1 Siswa tidak memperhatikan dan berbicara dengan temannya .. 49 Gambar 4.2 Siswa Ketika Berdiskusi Fishbowl Siklus 1 ............................. 46 Gambar 4.3 Siswa yang Aktif Mendapatkan Penghargaan .......................... 57 Gambar 4.4 Suasana Diskusi Kelompok Siklus I. ........................................ 58 Gambar 4.5 Suasana Pembelajaran Siklus I ................................................. 60 Gambar 4.6 Histogram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I .......................... 62 Gambar 4.7 Suasana Pembelajaran Siklus II ............................................... 66 Gambar 4.8 Suasana Ketika Siswa Berdiskusi Fishbowl ............................. 67 Gambar 4.9 Siswa Mendapat Penghargaan karena Aktif.............................. 68 Gambar 4.10 Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II . ......................................... 72
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 01 Silabus ..................................................................................... 87 Lampiran 02 RPP Prasiklus .......................................................................... 95 Lampiran 03 Lembar Penilaian Kinerja Guru dalam Pembelajaran Prasiklus ................................................................................. 103 Lampiran 04 Catatan Lapangan Kegiatan Pembelajaran Prasiklus ............... 109 Lampiran 05 Catatan Lapangan Hasil Wawancara Siswa Prasiklus ............ 105 Lampiran 06 Catatan Lapangan Hasil Wawancara Guru Prasiklus ............. 107 Lampiran 06a Daftar Hasil Penilaian Kinerja Siswa Prasiklus....................... 109 Lampiran 06b Daftar Hasil Penilaian Kemampuan Berbicara Krama Prasiklus .................................................................................................. 110 Lampiran 07 RPP Siklus I ............................................................................. 112 Lampiran 08 Lembar Penilaian Kinerja Guru dalam Pembelajaran Siklus I...................................................................................... 118 Lampiran 09 Catatan Lapangan Kegiatan Pembelajaran Siklus I ................ 122 Lampiran 10 Catatan Lapangan Hasil Wawancara Siswa Siklus I ............... 126 Lampiran 11 Catatan Lapangan Hasil Wawancara Guru Siklus I ................. 128 Lampiran 12 Daftar Hasil Penilaian Kinerja Siswa Siklus I ......................... 130 Lampiran 13 Daftar Hasil Penilaian Kemampuan Berbicara Krama Siklus I 132 Lampiran 14 RPP Siklus II ........................................................................... 134 Lampiran 15 Lembar Penilaian Kinerja Guru dalam Pembelajaran commit to user Siklus II .................................................................................... 140 xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 16 Catatan Lapangan Kegiatan Pembelajaran Siklus II ............. 144 Lampiran 17 Catatan Lapangan Hasil Wawancara Siswa Siklus II .............. 148 Lampiran 18 Catatan Lapangan Hasil Wawancara Guru Siklus II................ 150 Lampiran 19 Daftar Hasil Penilaian Kinerja Siswa Siklus II ....................... 152 Lampiran 20 Daftar Hasil Penilaian Kemampuan Berbicara Krama Siklus II .................................................................................... 154
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang mempunyai peran sebagai penyampai informasi. Kebenaran seseorang dalam berbahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran informasi yang disampaikan. Berbahasa Jawa yang baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi terkait dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi tertentu yaitu ketika berbicara kepada orang yang lebih tua atau orang yang dihormati, bahasa Jawa krama menjadi prioritas utama. Sementara penggunaan bahasa Jawa ngoko diprioritaskan ketika berbicara dalam situasi mitra tutur merupakan teman sebaya atau orang yang memiliki hubungan yang sudah dekat atau akrab. Berdasarkan aspek-aspek keterampilan berbahasa, berbicara merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan yang sangat penting dimiliki dan dikuasai oleh sesorang. Semua aktivitas manusia terencana didasarkan pada bahasa. Bahasa sendiri mempunyai bentuk dasar berupa ucapan dan lisan. Jadi belajar bahasa pada hakekatnya adalah belajar berkomunikasi, dan berkomunikasi adalah berbicara. Dalam kehidupan bermasyarakat, masyarakat Jawa memiliki sistem atau adat istiadat yang berbeda dengan masyarakat yang lain. Masyarakat Jawa mengenal adanya sistem tingkat tutur. Sistem tingkat tutur masyarakat Jawa dibagi dalam tingkatan-tingkatan yang memiliki fungsi masing-masing di dalam kehidupan bermasyarakat. Ragam ngoko digunakan untuk berkomunikasi dengan teman sebaya. Sementara ragam krama digunakan untuk berkomunikasi kepada orang yang lebih tua atau orang yang dihormati. Masyarakat menganggap anak yang salah dalam menggunakan bahasa Jawa krama kepada orang tua dianggap tidak memiliki sopan santun. Oleh sebab itu, kemampuan berbahasa Jawa siswa sebagai generasi muda Jawa sangat diperlukan. Mereka sebagai generasi muda Jawa memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan budayacommit Jawa, totermasuk bahasa Jawa. Apalagi bahasa user 1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
Jawa memiliki nilai budi pekerti yang dapat membentuk karakter bangsa menjadi lebih baik. Ragam krama pada umumnya dianggap sebagai ragam bahasa Jawa yang paling sulit untuk dipelajari. Diduga penyebabnya antara lain rendahnya perbendaharaan kata siswa, kekurangpahaman siswa terhadap kaidah tingkat tutur bahasa Jawa, dan lingkungan. Berbicara merupakan suatu keterampilan, dan keterampilan tidak akan berkembang apabila tidak dilatih secara terus menerus. Dalam lingkungan pendidikan, para siswa dituntut terampil berbicara dalam proses pembelajaran. Para siswa harus mampu mengutarakan gagasannya. Mereka juga harus menjawab pertanyaan atau mengajukan pendapat, mempertahankan pendapat, menyanggah pendapat siswa lain, atau mempengaruhi alur pemikiran siswa lain. Oleh sebab itu, keterampilan berbicara harus dimiliki oleh semua orang. Seseorang yang memiliki keterampilan berbicara yang baik akan memiliki kemudahan dalam pergaulan dan segala pesan yang disampaikan akan mudah diterima oleh orang lain. Dalam kurikulum muatan lokal (2005:3), tujuan pembelajaran mata pelajaran bahasa Jawa disebutkan sebagai berikut: (1) Siswa menghargai dan membanggakan bahasa Jawa sebagai bahasa daerah dan berkewajiban mengembangkan serta melestarikan, (2) Siswa memahami bahasa jawa dari segi bentuk, makna dan fungsi serta menggunakan dengan tepat untuk bermacammacam tujuan, keperluan dan keadaan misalnya: di sekolah, di rumah, di masyarakat dengan baik dan benar, (3) Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa jawa dengan baik dan benar untuk meningkatkan keterampilan, kemampuan intelektual (berpikir kreatif, menggunakan akal sehat, menerapkan kemampuan yang berguna, menggeluti konsep abstrak, dan memcahkan masalah), kematangan emosional dan sosial, (4) Siswa dapat bersikap lebih positif dalam tata kehidupan sehari-hari dalam lingkungannya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki siswa adalah keterampilan menulis, membaca, berbicara, dan menyimak. Keempat keterampilan berbahasa tersebut dikategorikan menjadi dua jenis yaitu keterampilan yang bersifat reseptif, yaitu keterampilan menyimak dan membaca. Keterampilan yang bersifat produktif, yaitu keterampilan berbicara dan menulis. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
Keterampilan menulis dan berbicara merupakan aspek penting dalam pembalajaran bahasa Jawa. Lewat kemampuan menulis dan berbicara, ide dan gagasan yang telah dimiliki oleh siswa dapat dituangkan. Keberadaan tulisan yang sistematis, kohesif dan koherensif dan kemantapan dalam wicara, kefasihan dalam pelafalan, dan ketepatan intonasi sangat dibutuhkan siswa. Dan, apabila dua kemampuan bahasa tersebut tidak dimiliki oleh secara komperehensif, maka hubungan kemampuan dan menulis bahasa Jawa menjadi tidak seimbang. Keadaan seperti ini akan menghambat ketuntasan belajar siswa. Siswa kelas VII G SMPN 3 Mejayan memiliki kebiasan menulis dan berbicara. Kemampuan produktif ini diperoleh sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Akan tetapi hasil observasi prapenelitian menunjukkan, bahwa keterampilan siswa utamanya dalam berbicara krama masih rendah. Hal ini tampak pada: (1) siswa kurang memberi respon pada pelajaran bahasa Jawa, karena metode yang diterapkan masih dominan konvensional seperti ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Guru masih belum maksimal memanfaatkan model pembelajaran inovatif, (2) pada saat diberi pertanyaan siswa menjawab sekadarnya karena kurang pemahaman terhadap materi yang disampaikan guru. Jawaban yang diberikan masih belum sesuai yang diharapkan, (3) siswa kurang aktif, minat rendah dan kerja sama antarsiswa kurang sehingga dalam mengikuti pelajaran mereka kurang percaya diri baik dalam menjawab pertanyaan mauun berinteraksi dalam kelompok diskusi, (4) siswa takut dan malu bila jawaban yang diberikan salah dan ditertawakan oleh teman-temannya. Berdasarkan prapenelitian yang dilakukan, penyebab masih rendahnya keterampilan berbicara terdapat beberapa permasalahan yang mendasar. Adapun permasalahan yang terdapat bukan saja datang dari faktor kurang profesionalnya seorang guru, akan tetapi juga berasal dari kurang berminatnya siswa akan hadirnya mata pelajaran Bahasa Daerah. Pelajaran Bahasa Daerah dianggap kuno dan sulit untuk dipelajari. Hal ini diperparah oleh keseharian siswa di rumah yang tidak menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Penguasaan materi oleh seorang guru sangat berpengaruh terhadap pengajaran di dalam kelas. Berdasarkan wawancara dengan guru bahasa daerah SMPN 3 Mejayan, diketahui bahwa: (1)user pembelajaran bahasa Jawa masih commit to
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
dominan menggunakan metode ceramah. (2) guru belum maksimal dalam merencanakan dan menerapkan langkah-langkah pembelajaran karena tidak ada rencana pelaksanaan pembelajaran, (3) guru kurang memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran, (4) guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran, sehingga membuat siswa pasif, (5) guru tidak memberikan reward kepada siswa, (6) guru hanya bergantung pada LKS, buku materi atau literatur tertentu tanpa adanya percobaan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kejiwaan siswa. Terbukti dari hasil evaluasi mata pelajaran bahasa Jawa yang diberikan guru kelas SMPN 3 Mejayan khususnya mengenai berbicara Jawa krama hasilnya masih mengecewakan. Belum semua peserta didik mendapatkan nilai yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang sudah ditentukan oleh sekolah. Dari 28 peserta didik, hanya peserta didik berjumlah 9 yang nilainya mencapai KKM. Nilai KKM yang ditentukan yaitu 75. Peserta didik yang nilainya masih dibawah 75 atau belum mencapai KKM ada 19 siswa. Siswa-siswa SMPN 3 Mejayan merupakan siswa-siswa yang berasal dari berbagai kalangan masyarakat. Baik dari kalangan menengah ke bawah dan menengah ke atas. Akan tetapi hasil observasi menyebutkan, bahwa mereka kurang berminat terhadap materi bahasa daerah. Adapun nilai bahasa daerah mereka bisa dikatakan kurang memenuhi persyaratan kategori nilai siswa yang berminat, atau masih di bawah KKM. Sebagai solusi dari permasahan yang mendasar tersebut, maka perlu adanya Penelitian Tindak Kelas (selanjutnya disingkat PTK). PTK memberikan solusi dan alternatif-alternatif pengobatan masalah yang sedang dialami dalam proses belajar mengajar. Tentunya dengan menerapkan metode tertentu yang sekiranya sesuai apabila diterapkan pada siswanya sekaligus mampu membawa kejiwaan siswa menuju tingkat kesenangan yang sesungguhnya terhadap materi pelajaran yang diajarkan. Penelitian PTK bersifat reflektif-kolaboratif. Artinya, apa dan mengapa permasalahan yang timbul hanya terjadi di dalam kelas dan diteliti oleh guru dan peneliti. Menurut Hopkins (dalam Sarwiji, 2011:15) PTK memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) perbaikan commit proses to pembelajaran dari dalam (an inquiry user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
practice from within); (2) usaha kolaboratif antara guru dan dosen (an collaborative effort between school teachers and teacher educators); (3) bersifat fleksibel (a reflective practice made public). Pembelajaran berbicara akan efektif apabila siswa mau mencoba berbicara langsung. Salah satu jenis kegiatan berbicara adalah melalui diskusi. Banyak guru yang kurang menghargai potensi diskusi dalam proses pembelajaran. Mereka berpendapat waktu mengajar dan menyampaikan materi akan tersita untuk berdiskusi. Mereka tidak menyadari bahwa diskusi adalah metode yang ampuh yang dapat digunakan tidak hanya untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah, namun juga untuk pemahaman sebuah materi (Gall dan Maxwell, 2001). Berangkat dari hal tersebut, metode yang akan dipilih dalam PTK ini adalah metode diskusi Fishbowl. Metode Fishbowl adalah metode diskusi yang menekankan pada prinsip belajar berpusat pada pengalaman siswa (the center of students experience). Metode ini bertujuan supaya seluruh anggota kelompok diskusi mendpatkan kesemptan untuk memberikan kontribusi dan mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota lain. Metode ini memiliki struktur pengajaran yang sangat sesuai digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, karena menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali. Semua siswa mendapat kesempatan yang adil dan sama dalam menyumbangkan pemikirannya. Metode ini sangat cocok untuk pelajaran bahasa Jawa pada keterampilan berbicara krama, karena pembelajaran berbicara Jawa dari hari ke hari semakin menunjukkan penurunan minat generasi muda, jadi perlu didukung dengan metode yang efektif dan menarik. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diperlukan perbaikan dan peningkatan terhadap kualitas proses dan keterampilan berbicara krama siswa. Peneliti merumuskan judul penelitian tindakan kelas ini adalah “Peningkatan Keterampilan Berbicara Krama dengan Metode Fishbowl Pada Siswa Kelas VII G SMPN 3 Mejayan Kabupaten Madiun”
commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1.
Apakah penerapan metode Fishbowl dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran berbicara krama pada siswa kelas VII G SMPN 3 Mejayan Kabupaten Madiun?
2.
Apakah penerapan metode Fishbowl dapat meningkatkan keterampilan berbicara krama pada siswa kelas VII G SMPN 3 Mejayan Kabupaten Madiun?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Meningkatkan kualitas proses pembelajaran berbicara krama pada siswa kelas VII G SMPN 3 Mejayan Kabupaten Madiun.
2.
Meningkatkan keterampilan berbicara krama pada siswa kelas VII G SMPN 3 Mejayan Kabupaten Madiun.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini dapat dijadikan landasan pengembangan pembelajaran bahasa Jawa khususnya sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara krama siswa SMP/Mts.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa: 1) Keterampilan berbicara krama siswa meningkat melalui metode Fishbowl. 2) Pembelajaran akan lebih menarik karena berlangsung dalam situasi yang nyaman dan menyenangkan. commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Menumbuhkan motivasi siswa untuk berpern aktif sebaai pelaku utama pembelajaran dengan dasar suka rela, riang, dan gembira.
b. Bagi Guru: 1) Meningkatkan kualitas guru yang inovatif dan kreatif saat kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran berbicara krama. 2) Sebagai upaya untuk menawarkan inovasi baru cara pembelajaran melalui metode Fishbowl dalam meningkatkan keterampilan siswa berbicara krama.
c. Bagi Sekolah: 1) Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam upaya menciptakan inovasiinovasi pembelajaran bagi guru-guru yang lain. 2) Memberikan
kontribusi
dalam
pengembangan
kurikulum
sekolah
berdasarkan indikator-indikator pembelajaran berbicara krama yang telah ditentukan. 3) Memberikan pengalaman bagi sekolah berkaitan dengan penelitian tindakan kelas. 4) Dapat menumbuhkan iklim pembelajaran yang kondusif sehingga tercipta kualitas pembelajaran yang baik, aktif, efektif, dan inovatif.
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
Bagian bab dua ini isinya meliputi deskripsi tentang tinjauan pustaka, landasan teori, dan kerangka berpikir. Tinjauan pustaka menampilkan beberapa penelitian yang memiliki relevansi dengan kompetensi yang ingin diraih dalam penelitian ini, yakni kemampuan berbicara berbahasa Jawa ragam krama. Sementara penelitian sejenis dengan model pembelajaran fishbowl, khususnya dalam konteks pembelajaran bahasa Jawa belum ditemukan. Secara lengkap tinjauan pustaka uraiannya meliputi, pustaka yang menyangkut deskripsi Penelitian Tindakan Kelas (PTK), keterampilan berbicara ragam krama,dan metode fishbowl.
A. Tinjauan Pustaka Penelitian ini merupakan penelitian yang mengacu pada penelitianpenelitian sebelumnya tang sudah pernah dilakukan peneliti sebelumnya. Flor (2013) dalam Use Of Fishbowl Method for A Discussion with A Large Group menyimpulkan bahwa metode Fishbowl cocok untuk digunakan pada diskusi dengan jumlah anggota yang besar, bahkan sampai 50 siswa. Peserta diskusi dapat membuat aturan seperti kontrak belajar sebelum memulai diskusi. Guru sebagai fasilitator harus memandu jalannya diskusi agar ketertarikan siswa tentang materi yang sedang didiskusikan terjaga dan fokus. Relevansi dengan penelitian ini adalah, hasil penelitian tersebut sesuai dengan keadaan kelas VII G SMPN 3 Mejayan yang siswanya berjumlah 28 anak. Biasanya semakin besar jumlah rombongan
belajar,
apabila
diadakan
diskusi
akan
rawan
terjadi
ketidakkondusifan keadaan. Aturan yang dibuat sebelum melakukan diskusi ditujukan untuk menghindari hal tersebut. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu jenis penelitian yang digunakan. Penelitian tersebut merupakan penelitian kualitatif yang meneliti tingkat efektivitas metode fishbowl untuk kelompok besar, sedangkan penelitian ini merupakan penelitian tindakan. Pentingnya melestarikan bahasa Jawa terutama bahasa Jawa Krama juga diteliti oleh Sukoyo (2013) dalamcommit Hubungan Antara Penguasaan Tingkat Tutur to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
dan Sikap Ekstrovert dengan Keterampilan Berbicara Krama Alus Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Universitas Negeri Semarang. Hasil penelitian tersebut menyatakan sikap ekstrovert cukup mempengaruhi keterampilan berbicara krama alus. Penelitian tersebut relevan karena meneliti keterampilan berbicara Krama siswa, hanya bedanya pada jenis penelitian yang digunaan dan juga subjeknya. Penelitian di atas bukan merupakan PTK, dan subjek yang diteliti adalah mahasiswa. Goh (2013) dalam Globalization and Teacher Development for Spoken English Instruction (Globalisasi dan Pengembangan Guru untuk Pembelajaran Berbicara Bahasa Inggris) menyatakan guru tidak boleh melupakan pentingnya mengasah keterampilan mengajar bahasa sehingga dapat meningkatkan modal profesional mereka untuk memediasi dampak globalisasi bagi siswanya. Ide-ide yang terkait mengajar keterampilan berbicara dan menyimak (oracy) dalam bahasa kedua karena pentingnya dua keterampilan berbahasa itu dalam mengembangkan keterampilan penting abad ke-21 dalam dunia global. Relevansi dengan penelitian di atas adalah keterampilan berbicara sangat penting dalam menyongsong era global. Karena semakin global pengetahuan siswa harus segera diimbangi dengan kebudayaan lokal. Syahri (2013) menyatakan dalam jurnalnya yang berjudul Resemblance of Indirectness In Politeness of EFL Learners’ Request Realizations (Kesamaan Ketidaklangsungan Dalam Realisasi Kesantunan Berbahasa Permohonan) bahwa prinsip-prinsip kesantunan secara umum digunakan oleh penutur bahasa manapun saat melakukan beragam tindak tutur. Akan tetapi, penutur bahasa tertentu menerapkan kesantunan sesuai dengan norma-norma budaya yang berlaku. Dalam hal ini bahasa Jawa, ragam krama alus pada zaman sekarang sangat menunjukkan identitas orang Jawa. Semakin sedikit generasi muda Jawa yang menguasai dan menggunakan ragam bahasa ini. Hal ini karena mereka menganggap bahasa Jawa krama alus sulit dan tidak praktis, padahal nilai moral yang terkandung dalam krama alus sangat tinggi. Taylor (2007) dalam Fostering Engaging and Active Discussion in Middle School Classroom mengatakan bahwa metode diskusi Fishbowl dapat menolong guru sekolah menengah untuk memotivasi siswa dalam mengikuti diskusi yang commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
komprehensif di berbagai bidang ilmu. Motivasi dan komitmen adalah dua kunci dalam keberhasilan melakukan diskusi yang komprehensif. Penelitian yang dilakukan Taylor relevan karena sama-sama membahas bagaimana membuat sebuah diskusi yang aktif pada tingkat SMP (Middle School). Salah satu metode diskusi yang disarankan adalah metode fishbowl yang digunakan dalam penelitian ini. Indriyani (2014) dengan judul penelitian Improving Effective Study Groups in Speaking Class through Inside-Outside Circle juga relevan dengan penelitian ini. Peneltitian tersebut menyatakan bahwa metode inside-outside circle adalah metode yang menarik untuk pembelajaran berbicara. Dengan metode ini siswa menjadi lebih aktif. Semua siswa akan mendapatkan kesempatan untuk berbicara, jadi tidak ada siswa yang bersembunyi di belakang punggung temannya seperti pada kelas konvensional. Perlu diketahui, metode inside-outside circle merupakan nama lain dari metode fishbowl seperti yang digunakan pada penelitian ini. Pinandhita (2014) dalam penelitiannya Implementing 3D Animation Film as a Device to Enhance Students‟ Speaking Skill for 1A Grade Students of IKIP PGRI Madiun menyatakan bahwa keterampilan berbicara sangat penting untung menunjang komunikasi yang efektif. Pembelajaran berbicara memerlukan metode yang efektif agar peserta didik aktif dalam pembelajaran. Hal ini menjadi kesamaan dengan penelitian ini, yaitu tentang pembelajaran berbicara., namun metode yang digunakan berbeda. Penelitian yang menggunakan metode yang sama ditulis oleh Yabarmase (2014) Fishbowl Strategy: An Effective Way to Improve Students‟ Speaking Ability. Penelitiannya yang juga berjenis PTK mengungkapkan bahwa sebelum penggunaan metode fishbowl, tingkat ketuntasan siswa hanya mencapai 26,6%. Setelah penerapan metode fishbowl, tingkat ketuntasan naik secara signifikan menjadi 100%. Senada dengan penelitian ini, metode fishbowl sama-sama digunakan untuk meningkatan keterampilan berbicara siswa. Hanya perbedaannya selain setting penelitian, juga bidang bahasa yang diteliti. commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Kajian Teori 1. Hakikat Keterampilan Berbicara a. Pengertian Berbicara Kemampuan berbicara merupakan salah satu dari empat keterampilan bahasa, selain menyimak, membaca dan menulis. Dalam konteks pengajaran bahasa, empat keterampilan ini saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Karenanya setiap siswa yang belajar tentang bahasa harus menguasai empat kompetensi tersebut. Andayani (2010:3) mengemukakan bahwa pada hakikatnya berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa. Lebih jauh Andayani menjelaskan bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima pesan atau informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian. Jika komuniksi berlangsung secara tatap muka, berbicara itu dapat dibantu dengan mimik dan pantomimik pembicara. Harmer (2001:155) menyatakan bahwa sebagian besar kegiatan berbicara melibatkan interaksi dengan satu atau lebih peserta, dimana kegiatan berbicara yang efektif melibatkan banyak mendengarkan, dan memahami tentang bagaimana yang dirasakan peserta lain. Jadi, dapat dikatakan bahwa berbicara melibatkan pembicara dan pendengar. Slamet (2008: 33) menjelaskan, berbicara tidak sekadar pengucapan bunyibunyi atau kata-kata. Berbicara adalah sarana untuk mengkomunikasikan gagasangagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak. Sementara Tarigan (2008: 16) mendefinisikan, berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Dalam pandangan Tarigan berbicara merupakan suatu sistem tandatanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Berbeda dengan Zuhri (2010: 10) memberikan batasan berbicara lebih praktis, yakni mengucapkan kata-kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok commit to user orang, baik kecil maupun besar
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan, berbicara yaitu kemampuan untuk menguasai (mengucapkan) bunyi artikulasi atau berupa kata atau kalimat sebagai sarana untuk mengkomunikasikan perasaan dan gagasan kepada orang lain sesuai dengan kebutuhan. Masih menurut Slamet (2008: 37) bahwa berbicara dapat ditinjau sebagai seni dan sebagai ilmu. Berbicara sebagai seni menekankan penerapannya sebagai alat komunikasi dalam masyarakat, dan yang menjadi perhatiannya antara lain (1) berbicara di muka umum, (2) diskusi kelompok, dan (3) debat. Sedangkan berbicara sebagai ilmu menelaah hal-hal yang berkaitan dengan (1) mekanisme berbicara dan mendengar, (2) latihan dasar tentang ujaran dan suara, (3) bunyibunyi bahasa, dan (4) patologi ujaran (gangguan yang menghambat komunikasi verbal). Tarigan (2008: 17) menandaskan bahwa berbicara memiliki tiga tujuan umum, yakni (1) memberitahukan atau melaporkan (to inform), (2) menjamu dan menghibur (to intertain), dan (3) membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan (to persude). Keberhasilan berkomunikasi atau berbicara seseorang di masyarakat sangat tergantung terhadap kedewasaan atau kematangan pribadinya. Syarat utamanya meliputi empat hal. Meliputi (1) keterampilan sosial (social skill), yakni kemampuan berpartisipasi secara efektif dalam hubungan-hubungan masyarakat (apa yang harus dikatakan, bagaimana cara mengatakannya, bagaimana apabila mengatakannya, dan kapan tidak mengatakannya?), (2) keterampilan semantik (semantic skill), yaitu kemampuan untuk mempergunakan kata-kata dengan tepat dan penuh pengertian, (3) keterampilan fonetik (phonetic skill), yaitu kemampuan membentuk unsur-unsur fonemik bahasa kita secara tepat, dan (4) kemampuan vokal (vocal skill), adalah kemampuan untuk menciptakan efek emosional yang diinginkan dengan suara kita (Tarigan, 2008: 20-22). Dari beberapa pendapat di atas akhirnya dapat disimpulkan, makna berbicara sebagai salah satu keterampilan berbahasa, tentunya tidak saja mengeluarkan bunyi-bunyi bahasa saja, melainkan lebih itu berbicara dalam konteks yang teratur, sistematis dan logis. Dalam berbicara seorang telah mengumpulkan ide, gagasan, pikiran, dan perasaannya kepada orang lain secara lisan agar mampu diterima pesannya commitdengan to user baik. Berbicara adalah kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
menyampaikan pikiran melalui sarana bahasa lisan. Kemampuan berbicara merupakan tuntutan utama yang harus dikuasai seorang guru. Seorang guru yang menuntut siswanya dapat berbicara dengan baik, terlebih dahulu guru tersebut harus mampu memberi contoh berbicara dengan baik. Melalui berbicara, guru dapat mengekspresikan pengetahuan yang dikuasainya secara lisan. Berdasarkan kepentingannya berbicara digunakan di muka umum, dalam diskusi kelompok, dan debat. Tujuan bicara mencakup memberitahukan atau melaporkan, menghibur, dan membujuk atau mengajak. Kunci keberhasilan bicara sangat tergantung pada keterampilan sosial, keterampilan semantik, keterampilan fonetik, dan keterampilan vokal. Hakikat kemampuan berbicara berbahasa Jawa ragam krama dalam penelitian ini adalah bagaimana peserta didik mampu melakukan ujaran atau percakapan dengan orang lain menggunakan ragam krama sesuai dengan unggah-ungguh basa.
b. Tujuan Berbicara Seseorang melakukan kegiatan berbicara secara umum adalah untuk melakukan komunikasi. Komunikasi yang baik tentunya komunikasi yang terarah sesuai dengan maksud dan tujuannya, serta dapat dipahami oleh lawan tutur. Untuk itu seseorang tidak hanya bisa berbicara tetapi diharapkan untuk terampil berbicara. Pengajaran keterampilan berbicara harus mampu memberikan kesempatan kepada setiap individu mencapai tujuan yang dicita-citakan. Adapun untuk mencapai tujuan tersebut perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) kemudahan berbicara, (2) kejelasan, (3) bertanggung jawab, (4) membentuk pendengaran yang kritis, dan (5) membentuk kebiasaan. Pada akhirnya harapan seseorang dalam menyampaikan pesan kepada orang lain adalah untuk mendapatkan responsi atau reaksi. Andayani (2010:4) menyatakan secara umum tujuan berbicara adalah sebagai berikut: (1) mendorong atau menstimulasi; (2) meyakinkan; (3) menggerakkan; (4) menginformasikan; dan (5) menghibur. Sebuah pembicaraaan dikatakan mendorong apabila pembicara berusaha mendorong pendengar untuk tidak mudah putus asa. Pembicara selaku motivator commit kemudian to user memberikan inspirasi kepada memberikan semangat yang diharapkan
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pendengarnya. Pembicara yang berusaha meyakinkan dan mempengaruhi pendengarnya adalah pembicara yang bertujuan untuk meyakinkan pendengarnya. Guna memperkuat pernyataannya, pembicara butuh contoh konkret agar meyakinkan pendengar. Ketika pembicara menghendaki adanya tindakan atau perbuatan dari para pendengar, maka ia bertujuan untuk menggerakkan. Misalnya, aksi penggalangan dana korban bencana alam, dan penandatanganan resolusi. Tujuan
suatu
pembicaraan
dikatakan
menginformasikan
apabila
pembicara ingin memberi tahu pendengar tentang suatu hal yang ia anggap penting untuk dimengerti dan dan dipahami oleh pendengar. Hal ini seperti yang dilakukan seorang guru di depan anak didiknya ketika menjelaskan pokok bahasan. Tujuan terakhir dari seseorang berbicara adalah menghibur. Pembicara dikatakn bertujuan menghibur apabila ia bermaksud menyenangkan atau menggembirakan pendengarnya. Melalui humor yang tepat, pendengar yang tertawa senang merupakan indikasi bahwa merasa terhibur.
c. Metode Pembelajaran Berbicara Pembelajaran
berbicara
mempunyai
sejumlah
komponen
yang
pembahasanya diarahkan pada segi metode pengajaran. Guru harus dapat mengajarkan keterampilan berbicara dengan menarik dan bervariasi. Menurut Tarigan (2008: 106) ada 4 metode pengajaran berbicara antara lain: (1) Pecakapan; percakapan adalah pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu topik tertentu antara dua atau lebih pembaca. Greene dan Petty dalam Tarigan (2008: 106). Percakapan selalu terjadi dua proses yakni proses menyimak dan berbicara secara simultan. Percakapan biasanya dalam suasana akrab dan peserta merasa dekat satu sama lain dan spontanlitas. Percakapan merupakan dasar keterampilan berbicara baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. (2) Bertelepon; Telepon adalah alat komunikasi yang sudah meluas sekali pemakaianya. Keterampilan menggunakan telepon bisnis, menyampaikan berita atau pesan. Penggunaan telepon menuntut syarat-syarat tertentu antara lain: berbicara dengan bahasa yang jelas, singkat dan lugas. Metode bertelepon dapat commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digunakan sebagai metode pengajaran berbicara. Melalui metode bertelepon diharapkan siswa didik berbicara jelas, singkat dan lugas. Siswa harus dapat menggunakan waktu seefisien mungkin. (3) Wawancara; Andayani (2010:7) megemukakan bahwa wawancara merupakan bentuk komunikasi yang khas karena jarang terjadi perubahan pelaku komunikasi. Menurut Tarigan (2008: 126) wawancara atau interview sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya wartawan mewawancara para menteri, pejabat atau tokoh-tokoh masyarakat mengenai isu penting. Wawancara dapat digunakan sebagai metode pengajaran berbicara, pada hakekatnya wawancara adalah bentuk kelanjutan dari percakapan atau tanya jawab. Percakapan dan tanya jawab sudah biasa digunakan sebagai metode pengajaran berbicara. (4) Diskusi; diskusi sering digunakan sebagai kegiatan dalam kelas. Metode diskusi sangat berguna bagi siswa dalam melatih dan mengembangkan keterampilan berbicara dan siswa juga turut memikirkan masalah yang didiskusikan. Guru sekarang masuh sering meremehkan diskusi sebagai salah satu proses pembelajaran, padahal dengan metode yang baik diskusi sangat efektif membanu pemahaman siswa tentang materi yang sedang dipelajari. Diskusi
ialah
proses pelibatan
dua
atau
lebih
individu
yang
berinteraksi secara verbal dan tatap muka, mengenai tujuan yang sudah tentu melalui cara tukar menukar informasi untuk memecahkan masalah (Kim Hoa Nio dalam Tarigan, 2008:128). Diskusi dapat juga berarti pembicaraan antar dua atau lebih orang dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, atau keputusan bersama mengenai suatu masalah (Andayani, 2010:7). Jadi, dapat disimpulkan diskusi adalah pertemuan antara dua orang atau lebih untuk membahas penyelesaian dari suatu masalah.
c. Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara Berbicara adalah suatu kegiatan komunikasi antara 2 orang atau lebih menggunakan bahasa lisan. Maidar dan Mukti (1993: 18) menyatakan dalam berbicara ada beberapa faktor yang menunjang keefektifan berbicara. Faktorfaktor tersebut antara lain : (1) Faktor yang meliputi (a) Ketepatan commitkebahasaan to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ucapan, pengucapan bunyi-bunyian harus tepat, begitu juga dengan penempatan tekanan, durasi, dan nada yang sesuai; (b) Pemilihan kata atau diksi, harus jelas, tepat dan bervariasi sehingga dapat memancing kepahaman dari pendengar; (c) Ketepatan sasaran pembicara, pemakaian kalimat atau keefektivan kalimat memudahkan pendengar untuk menangkap isi pembicaraan. (2) Faktor non kebahasaan yang meliputi (a) Sikap yang tidak kaku; (b) Kesediaan menghargai pendapat; (c) Pandangan ke pendengar; (d) Gerak-gerik atau mimik tepat; (e) Kenyaringan suara; (f) Kelancaran berbicara; (g) Penguasaan topik.
d. Penilaian Keterampilan Berbicara Setiap kegiatan belajar perlu diadakan penilaian, setelah proses belajar mengajar itu selesai. Penilaian ini dapat diperoleh melalui tes. Tes merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur atau mengetahui sejauh mana siswa mampu mengikuti proses belajar mengajar yang telah berlangsung. Cara yang dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu berbicara adalah tes kemampuan keterampilan berbicara. Pada prinsipnya ujian keterampilan berbicara memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbicara yang difokuskan pada praktik berbicara. Penilaian di dalam keterampilan berbicara ditentukan dari 2 hal, yaitu faktor kebahasaan dan faktor non kebahasaan (Nurgiyantoro, 1995: 152). Penilaian dari faktor kebahasaan meliputi: (1) ucapan, (2) tata bahasa, (3) kosa kata, sedangkan penilaian dari faktor nonkebahasaan meliputi: (1) ketenangan, (2) volume suara, (3) kelancaran, (4) pemahaman. Yuwana (2012:124) memberikan contoh penilaian kinerja untuk berbicara yaitu: (1) tekanan dan ucapan sudah standar, (2) tata bahasa digunakan dengan benar tidak lebih dari dua kesalahan, (3) kosakata teknis dan umum digunakan dengan tepat, (4) pembicaraan dalam segala hal lancar, dan (5) pemahaman terhadap segala sesuatu dalam percakapan normal dan koloqi. Selanjutnya aspekaspek yang dinilai dalam berbicara secara lebih singkat meliputi: (1) tekanan, (2) tata bahasa, (3) kosakata, (4) kelancaran, dan (5) pemahaman. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
e. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbicara Pembelajaran berbicara perlu memahami beberapa prinsip-prinsip yang mendasari kegiatan berbicara. Bahasa Jawa itu tidak sulit, tetapi juga tidak semudah membalik telapak tangan, yang penting adalah kemauan dan ketekunan. H. Douglas Brown mengemukakan lima prinsip belajar berbicara yang efektif meliputi: (1) gaya hidup (lifestyle); (2) kemauan (total comittment); (3)mencoba / berlatih (trying); (4)pelajaran dalam kelas (beyond class); (5)strategi (strategy). Masing-masing prinsip tersebut apabila dikaitkan dengan pembelajaran berbicara bahasa Jawa secara ringkas akan dijelaskan sebagai berikut. 1) Gaya hidup (Lifestyle) Praktek dalam kehidupan sehari-hari, jika siswa ingin belajar berbicara bahasa Jawa dengan efektif, siswa harus menjadikan bahasa Jawa sebagai bagian dari kehidupan. Artinya, setiap hari siswa berbicara dengan menggunakan bahasa Jawa, pada setiap ada kesempatan yang ditemui baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Jawa juga disebut sebagai bahasa ibu karena bahasa Jawa telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. 2) Kemauan (Total Comittment) Kemauan untuk menjadikan bahasa Jawa sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Siswa harus memiliki komitmen untuk melibatkan bahasa Jawa dalam hidup secara fisik, secara mental, dan secara emosional. Secara fisik, siswa harus bisa mencoba mendengar, membaca dan menulis. Penggunan berbicara bahasa Jawa terus-menerus dan berulang-ulang, misalnya dalam memahami bahasa Jawa, jangan kata per- kata, tetapi arti secara keseluruhan. Paling penting adalah keterlibatan secara emosional dengan bahasa Jawa, yaitu perlu memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar berbicara bahasa Jawa. 3) Mencoba / Berlatih (Trying) Pada
tahappembelajaran (tahappercobaan), sangat wajar jika melakukan
kesalahan, yang penting adalah mengetahui kesalahan yang dilakukan dan memperbaiki dikesempatan yang berikutnya. Siswa tidak usah malu bertanya dengan menggunakan bahasa Jawa dan totidak commit userusah takut melakukan kesalahan
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dari pertanyaan yang diajukan, sehingga dengan kesalahan itu siswa bisa belajar banyak dari kesalahan yang dilakukan dan berusaha memperbaiki kesalahan tersebut. 4) Pelajaran dalam kelas (Beyond Class) Belajar bahasa Jawa secara formal (di kelas), biasanya jam-jam belajar sangat terbatas, karena seminggu hanya satu jam atau dua jam pelajaran, yang pasti jam belajar di kelas ini tentunya sangat terbatas. Belajar bisa lebih efektif, harus menciptakan kesempatan untuk belajar juga di luar jam-jam belajar di kelas
(informal), seperti:
berdikusi dengan
teman dan berkomunikasi
menggunakan bahasa Jawa dengan teman-teman, dengan percakapan langsung. 5) Strategi Komitmen, keberanian mencoba, dan menjadikan bahasa Jawa sebagai bagian hidup yang telah diterapkan. Langkah selanjutnya adalah menerapkan strategi belajar yang tepat untuk menujang proses belajar. Strategi ini bisa dikembangkan dan disesuaikan dengan kepribadiaan dan gaya belajar masingmasing siswa, misalnya belajar berbicara bahasa Jawa dengan menggunakan bermain peran dan percakapan. Berbicara bahasa Jawa tersebut mencakup tentang bertanya, mendengar, memperbaiki ucapan dan meningkatkan kosa kata siswa dengan gaya belajar.
2. Hakikat Tingkat Tutur Bahasa Jawa a. Pengertian Tingkat Tutur Istilah unggah-ungguh, undha-usuk dan speech levels adalah beberapa istilah serupa yang dimaksudkan sebagai tingkat tutur. Unggah-ungguh basa Jawa selain mengandung makna tingkat-tingkatan, dalam bahasa juga mengandung makna kesantunan atau etika (Sasangka, 2004:10). Menurut Harjodipuro (2000: 19) unggah-ungguh basa oleh orang asing disebut speech level, kemudian dalam bahasa Indonesia disebut tingkat tutur atau tingkat ujaran. Mangunsuwito (2002:288) mengatakan unggah-ungguh basa adalah katakata yang sopan santun, basa-basi. Bentuk unggah-ungguh adalah kata majemuk, atau juga merupakan bentuk perulangan dari kata unggah. Kata unggah mempunyai makna ‘bergerak daricommit atas keto bawah, user naik’. Hal ini berarti unggah-
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
ungguh ditujukan untuk menghormati kepada yang lebih tinggi, baik itu dari segi umur maupun kedudukan. Menjabarkan pengertian unggah-ungguh basa adalah persoalan seorang penutur (O1) harus mampu membedakan penggunaan ragam ngoko dan ragam krama ketika bertutur dengan mitra tutur (O2/O3, dan seterusnya). BJ ragam ngoko adalah bentuk ungkapan biasa yang bernilai keakraban, sedangkan kosa kata krama sebagai bentuk penghormatan. Orang Jawa dikenal sebagai pribadi yang sangat memperhatikan unggah-ungguh, subasita atau tata krama, sebagai watak dasar orang Jawa yang bersahaja dan senang menghormati orang lain. Karenanya, saat berbicara dengan orang lain cenderung menggunakan BJ ragam krama sebagai wujud penghormatan dan sikap santun, kecuali bagi mitra wicara yang dianggap sudah akrab atau status umur dan status sosial di bawahnya. Penggunaan unggah-ungguh basa berpedoman antara lain: (1) faktor umur (contohnya anak kecil dengan orang yang lebih tua atau dewasa), (2) faktor kekerabatan, orang yang status kekeluargaannya lebih muda akan menghormati yang lebih tua, (3) faktor kedudukan, contohnya murid menghormati guru, bawahan menghormati atasan, (4) faktor kualitas pribadi, orang yang berpendidikan tinggi di masyarakat biasanya cenderung lebih dihormati, (5) faktor perkenalan, orang yang baru kenal biasanya akan menggunakan BJ krama untuk menghormati, (6) faktor darah, orang yang memiliki gelar kebangsaan atau berdarah biru lebih dihormati (kendati poin ini sekarang sudah berkurang), dan (7) faktor status ekonomi, sebagian pandangan orang Jawa masih menganggap orang yang secara ekonomi lebih mampu akan lebih dihormati (Harjawiyana, 2001: 13). Krama adalah salah satu tingkatan bahasa dalam Bahasa Jawa. Bahasa ini paling umum dipakai di kalangan orang Jawa. Pemakaiannya sangat baik untuk berbicara dengan orang yang dihormati atau orang yang lebih tua. Membicarakan Krama erat kaitannya dengan kesantunan berbahasa. Kesantunan (politiness), kesopansantunan, atau etiket adalah tatacara, adat, atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Kesantunan merupakan aturan perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu sehingga kesantunan sekaligus menjadi prasyarat yang disepakati oleh perilaku sosial. Oleh karena itu, kesantunan ini biasa disebut “tatakrama”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
Berdasarkan pengertian tersebut, kesantunan dapat dilihat dari berbagai segi dalam pergaulan sehari-hari. Pertama, kesantunan memperlihatkan sikap yang mengandung nilai sopan santun atau etiket dalam pergaulan sehari-hari. Ketika orang dikatakan santun, maka dalam diri seseorang itu tergambar nilai sopan santun atau nilai etiket yang berlaku secara baik di masyarakat tempat seseorang itu megambil bagian sebagai anggotanya. Ketika dia dikatakan santun, masyarakat memberikan nilai kepadanya, baik penilaian itu dilakukan secara seketika (mendadak) maupun secara konvensional (panjang, memakan waktu lama). Sudah barang tentu, penilaian dalam proses yang panjang ini lebih mengekalkan nilai yang diberikan kepadanya. Kedua, kesantunan sangat kontekstual, yakni berlaku dalam masyarakat, tempat, atau situasi tertentu, tetapi belum tentu berlaku bagian masyarakat, tempat, atau situasi lain. Ketika seseorang bertemu dengan teman karib, boleh saja dia menggunakan kata yang agak kasar dengan suara keras, tetapi hal itu tidak santun apabila ditujukan kepada tamu atau seseorang yang baru dikenal. Mengecap atau mengunyah makanan dengan mulut berbunyi kurang sopan kalau sedang makan dengan orang banyak di sebuah perjamuan, tetapi hal itu tidak begitu dikatakan kurang sopan apabila dilakukan di rumah. Ketiga, kesantunan selalu bipolar, yaitu memiliki hubungan dua kutub, seperti antara anak dan orangtua, antara orang yang masih muda dan orang yang lebih tua, antara tuan rumah dan tamu, antara pria dan wanita, antara murid dan guru, dan sebagainya. Dari penjelasan-penjelasan mengenai pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat tutur adalah tingkatan dalam suatu bahasa yang berkaitan dengan tata krama dan sopan santun. Pemakaiannya menuntut keterampilan penggunanya, karena dalam tingkat tutur lawan bicara atau mitra tutur sangat menentukan jenis tingkat tutur mana yang dipakai. Salah dalam menerapkannya akan berkibat anngapn dari mitra tutur bahwa pembicara kurang sopan, atau tidak menghargai mitra tutur.
b. Bahasa Jawa Ragam Krama Prinsip berbicara berbahasa Jawa ragam krama adalah bagaimana sikap seorang penutur (O1) yang menunjukkan rasa hormat kepada mitra tutur (O2, O3, commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan seterusnya). Ragam krama adalah bahasa yang memiliki rasa penghormatan, bahkan lebih tinggi. Penghormatan yang dilandasi sikap santun, perilaku terpuji, kebaikan dan mengikuti aturan (Harjawiyana, 2001: 67). Penghormatan dari perilaku bahasa ini tentunya membawa dampak sikap saling menghormati, rukun, damai, tenggang rasa dan kehidupan harmonis dalam masyarakat. Menurut Suwadji (dalam Harjodipuro 2000: 27) hubungan sopan santun dengan BJ ragam krama yang sangat kuat, yakni (1) ajaran sopan-santun merupakan warisan budaya Jawa yang masih hidup, (2) sopan santun sebagai ciri khas
masyarakat Jawa, (3) sopan santun dalam BJ menganjurkan bahwa
seseorang harus menghormati orang lain, dan (4) sopan santun dapat memperlancar (membangun hubungan harmonis) dalam pergaulan. Ragam krama secara praktis dibedakan menjadi dua, yakni krama lugu dan krama alus. Ragam inilah yang sampai sekarang dipakai oleh penutur masyarakat Jawa dan diajarkan dalam kurikulum BJ di tingkat sekolah dari pendidikan dasar sampai menengah.
1) Krama Lugu Krama lugu bukan diartikan sebagai kosa kata atau tuturan krama yang standar (benar) sesuai unggah-ungguh basa. Krama lugu juga bisa disebut krama madya. Sasangka (2010: 112) mengatakan bahwa krama lugu digunakan untuk menandai suatu ragam yang kosa katanya terdiri atas leksikon krama, madya, netral, dan atau ngoko serta dapat ditambah leksikon krama inggil dan krama andhap. Secara semantis ragam krama lugu (madya) dapat didefinisikan sebagai bentuk ragam krama yang kehalusannya masih rendah. Meski begitu, jika dibanding ngoko lugu dan ngoko alus, krama lugu tetap menunjukkan kadar kehalusan atau penghormatan dalam percakapan. Krama madya atau krama lugu sering dipakai pada kalangan yang kurang mahir bahasa krama dengan baik atau orang kebanyakan. Seperti kalangan petani, pedagang di pasar, dan orang awam lain. Sayang dalam kenyataan masyarakat dewasa ini, ragam krama lugu justru sering digunakan dalam percakapan seharihari, khususnya dalam forum informal. Hal ini terjadi karena satu alasannya bagi commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
generasi muda Jawa adalah sulitnya belajar ragam krama alus. Contoh kosa kata madya seperti terlihat di bawah ini. Tabel 2.1: Contoh Kosa Kata Madya Ngoko kowe teka lunga marang kowe
Madya/ Krama Lugu njenengan dugi ndak teng samang
Krama Inggil panjenengan dumugi tindak dhateng sampeyan
Arti Anda datang pergi menuju kamu
Istilah madya sebenarnya hanya untuk menyebut jenis kosa kata (leksikon) madya yang menandai ragam tersebut, dan tidak digunakan untuk menyebut suatu ragam. Leksikon krama, baik itu krama inggil
jenengan ‘Anda’ dan krama
andhap samang ‘Anda’ fungsinya sama digunakan untuk menghormati mitra tutur (mitra wicara). Dengan begitu dapat disimpulkan, bahwa ragam krama lugu (madya) adalah ragam bahasa yang tidak standar. Ragam ini biasanya digunakan oleh kebanyakan orang yang belum mahir berbahasa Jawa krama alus. Kendati diakui pada kenyataannya di masyarakat, bahwa banyak penutur beranggapan bahasa krama yang digunakan sudah benar (krama alus), padahal kenyataannya bahasa yang digunakan ragam yang salah, krama lugu (madya).
2) Krama Alus Ragam krama alus merupakan ragam BJ yang standar digunakan dalam bahasa keseharian dan bernilai menghormati antara penutur dan mitra tutur. Menurut Sasangka (2010: 119) bahwa ragam krama alus adalah bentuk unggahungguh BJ yang semua kosa katanya terdiri atas leksikon krama dan dapat ditambah dengan leksikon krama inggil dan krama andhap. Meskipun begitu yang menjadi leksikon inti dalam ragam ini hanyalah leksikon yang berbentuk krama. Sedangkan leksikon ngoko atau madya tidak ada dalam ragam ini, kecuali leksikon netral (seperti kata tembok ‘dinding’, motor ‘motor’, meja ‘meja’, dan sebagainya). commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Leksikon krama inggil digunakan untuk menyebutkan pada diri orang lain, sedangkan leksikon krama andhap dikenakan untuk menyebutkan pada sikap penutur atau orang yang kelas sosialnya lebih rendah daripada orang yang diajak berbicara. Hal ini berkaitan dengan prinsip orang Jawa yang andhap asor ‘rendah diri.’ Contoh leksikon krama andhap dan krama inggil dapat dibedakan pada data di bawah ini. Tabel 2.2: Contoh Kosa Kata Krama Andhap-Krama Inggil Ngoko kowe mangan turu omong lunga
Krama Andhap sampeyan nedha tilem matur kesah
Krama Inggil panjenengan dhahar sare ngendika tindak
Arti kamu makan tidur bicara pergi
Dalam tingkat tutur krama (krama alus), selain bentuk kata yang dijadikan krama (kecuali leksokon netral), afiks (imbuhan) juga harus diubah dari ngoko menjadi krama. Seperti imbuhan awalan di- menjadi dipun-, akhiran -e menjadi – ipun, dan akhiran –ake menjadi –aken. Seperti dalam contoh: ditulis → dipun serat ‘ditulis’, sikile → sukunipun ‘kakinya’, nukokake → numbasaken ‘membelikan,’ dan sebagainya. Ragam krama alus merupakan ragam bahasa yang paling sempurna (standar) yang digunakan untuk menghormati mitra tutur. Penggunaan ragam krama alus selalu berpedoman kepada unggah-unggah basa (penggunaan kosa kata berdasarkan tingkat umur dan sosial), yakni menggunakan kosa kata krama inggil (orang yang lebih tinggi status sosial dan umurnya) dan krama andhap (orang yang lebih rendah status sosial dan umurnya. Penggunaan krama diberlakukan pada kata dasar (tembung lingga) dan imbuhan (panambang).
c. Pembagian Tingkat Tutur Bahasa Jawa Bahasa Jawa merupakan bahasa yang mengenal adanya tingkat tutur atau undha-usuk basa atau unggah-ungguh basa. Adanya tingkat tutur dalam bahasa Jawa merupakan adat sopan santun berbahasa Jawa. Adat sopan santun ini commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mencerminkan perilaku kebahasaan yang sebenarnya juga tercermin dari perilaku masyarakat. Menurut Harjawiyana dan Supriya (2001: 17-19) undha-usuk basa dapat di golongkan menjadi dua yaitu undha-usuk basa di zaman kejawen dan undha-usuk basa di zaman modern. Yang dimaksud dengan undha-usuk zaman kejawen adalah zaman Keraton Surakarta dan Ngayogyakarta Hadiningrat, sekitar tahun 1900 Masehi. Undha-usuk di zaman modern ditandai setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Bahasa bersifat dinamis. Artinya akan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman. Hal ini berlaku juga untuk bahasa Jawa. Pembagian undhausuk yang sangat banyak akhirnya mengerucut hanya menjadi dua yaitu ngoko dan krama. Menurut Sudaryanto, 1989 dan Ekowardono, 1993 (dalam Sasangka, 2004: 16), Sudaryanto membagi tingkat tutur bahasa Jawa menjadi ngoko, ngoko alus, krama dan krama alus, sedangkan Ekowardono mengelompokkan unggahungguh bahasa Jawa menjadi dua, yaitu ngoko dan krama. Jika unggah-ungguh ngoko ditambah kata krama inggil, unggah¬ungguh tersebut akan berubah menjadi ngoko alus. Jika unggah-ungguh krama ditambah kata krama inggil, unggah-ungguh tersebut akan berubah menjadi krama alus. Tanpa pemunculan kata krama inggil, unggah-ungguh itu hanya berupa ngoko lugu dan krama lugu. Perubahan undha-unsuk menjadi lebih sederhana sangat logis. Hal ini seiring dengan perubahan sistem pemerintahan, dari zaman monarki, feodalisme ke zaman demokrasi. Perubahan zaman tersebut berdampak pada perubahan politik, ekonomi termasuk unggah-ungguh basa yang semakin sederhana. Zaman demokrasi menginginkan kebebasan, sesuatu yang mudah dan sederhana, termasuk dalam berbahasa. Pembagian unggah-ungguh bahasa Jawa yang sekarang digunakan dalam proses belajar mengajar di sekolah, mengacu pada pendapat Sudaryanto (1989) dan Ekowardono (1993) yang pada dasamya memiliki kesamaan, yaitu: 1) ngoko lugu, 2) ngoko alus, 3) krama lugu, dan 4) krama alus.
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Ngoko Lugu Ngoko Lugu adalah ragam pemakaian bahasa Jawa yang seluruh kalimatnya dibentuk dengan kosakata ngoko (tennasuk kosakata netral). Afiksnya (awalan, akhiran) juga tetap menggunakan afiks ngoko. Ragam ini digunakan oleh peserta tutur yang mempunyai hubungan akrab dan tidak ada usaha untuk saling menghormati. Ragam ngoko lugu digunakan untuk: (1) Berkomunikasi dengan orang yang kedudukan atau statusnya lebih rendah misalnya antara guru dengan murid, orang tua dengan anak, dan antara orang yang sudah akrap. (2) Berkomunikasi yang sifatnya mum, misalnya pengumuman, iklan, menawarkan barang, dan juga dapat digunakan dalam penulisan surat kabar.
2) Ngoko Alus Ngoko alus adalah ragam pemakaian bahasa Jawa yang dasarnya adalah ragam ngoko, namun juga menggunakan kosakata krama inggil, dan atau krama andhap. Ngoko alus digunakan oleh peserta tutur yang mempunyai hubungan akrab, tetapi diantara mereka ada usaha untuk saling menghormati (Hardyanto dan Utami, 2001:47). Afiks yang digunakan adalah afiks ngoko, kecuali awalan -kok, dan akhiran -mu. Awalan dan akhiran -mu diganti dengan kata panjenengan. Harjawiyana dan Supriya (2001:46-49) mengemukakan tentang konsep pembentukan ragam ngoko alus sebagai berikut. (1) Leksikon ngoko untuk menghonnati orang lain diganti menjadi leksikon krama inggil (apabila ada) kalau tidak ada maka tetap menggunakan leksikon ngoko tersebut. (2) Leksikon ngoko yang berhubungan dengan diri pribadi walaupun memiliki leksikon krama inggil, tetap digunakan leksikon ngoko. (tidak boleh menggunakan krama inggil untuk diri pribadi), (3) Leksikon ngoko yang berhubungan dengan hewan, tumbuhtunbuhan, walaupun memiliki kosakata krama inggil, maka tetap digunakan ngoko. Misalnya : ''Perkutut Panjenengan njaluk ngombe 'Perkututmu minta minum.' Kalimat tersebut sudah benar, jangan sampai justru diganti menjadi "Perkutut panjenengan nyuwun unjukan." (4) Tidak digunakan leksikon krama, hanya krama inggil atau ngoko saja, (5) Awalan, sisipan, akhiran tetap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
menggunakan ngoko kecuali awalan - kok, dan akhiran --mu. Awalan -kok dan akhiran --mu diganti dengan kata panjenengan.
3) Krama Lugu Krama adalah ragam pemakaian bahasa Jawa yang seluruh kalimatnya dibentuk dengan kosakata krama, aliknya jugs menggunakan afiks krama. Krama lugu digunakan oleh peserta tutur yang belum atau tidak akrap misalnya baru kenal. Kaidah pembentukan krama lugu adalah sebagai berikut (1) Leksikon ngoko yang memiliki padanan dalam leksikon krama, maka diubah menjadi leksikon krama kecuali, yang tidak memiliki leksikon krama, maka tetap menggunakan leksikon ngoko. (2) Leksikon ngoko yang berhubungan dengan diri pribadi seandainya memiliki padanan dalam leksikon krama maka diubah menjadi krama. (3) Afiks ngoko diubah menjadi krama, misalnya awalan di- diubah menjadi dipun-, awalan kok- diubah menjadi sampeyan, ater-ater dak- diubah menjadi kula. (4) Leksikon yang berhubungan dengan hewan, tumbuh-tumbuhan yang memiliki leksikon krama maka diubah menjadi krama. (Harjawiyana dan Supriya,2001: 46-49)
4) Krama Alus Ragam krama alus adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang semua kosakatanya terdiri atas leksikon krama dan dapat ditambah dengan leksikon krama inggil atau krarna andhap. Meskipun begitu yang menjadi leksikon inti adalah leksikon yang berbentuk krama. Leksikon madya dan ngoko tidak pernah muncul di dalam tingkat tutur krama alus (Sasangka, 2004;111) Harjawiyana dan Supriya (2001: 98-101) menjelaskan tentang kaidah pembentukan ragam krama alus, sebagai berikut. (1) Leksikon ngoko yang memiliki padanan krama inggil maka diubah menjadi krama inggil kecuali yang berhubungan dengan diri pribadi tetap menggunakan krama. (2) Apabila leksikon ngoko tidak memiliki padanan dalam leksikon krama inggil, tetapi hanya memiliki padanan dalam leksikon krama, maka diubah menjadi krama saja. (3) Apabila leksikon ngoko tidak memiliki padanan dalam leksikon krama inggil, maupun krama, tetapi hanya memiliki commit topadanan user dalam leksikon ngoko maka
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diubah menjadi ngoko. (4) Semua afiks diubah menjadi krama. Misalnya dimenjadi dipun-, kok-menjadi panjenengan. Akhiran —e diubah menjadi —ipun, en menjadi panjenengan.
3. Hakikat Metode Pembelajaran Fishbowl a. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan membelajarkan siswa dengan menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:297) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu Pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir. Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka kontruksi sendiri (Sagala, 2007:63). Sehubungan dengan ini, penggunaan pendekatan dan metode yang baik sangat membantu. Penggunaan metode dalam pembelajaran harus dilakukan secara selektif. Hal yang perlu diperhatikan oleh guru adalah kesesuaian antara metode dengan: (1) bahan atau materi pelajaran; (2) tujuan yang ingin dicapai; (3) keadaan dan kemampuan siswa; (4) kemampuan guru yang bersangkutan; (5) tersedianya sumber dan sarananya; dan (6) waktu yang tersedia (Tarigan, 1987:68). Artinya jika guru menguasai materi pelajaran, diharuskan juga menguasai metode pengajaran sesuai dengan kebutuhan materi ajar yang mengacu pada prinsip pedagogik, yaitu dengan memahami karakteristik peserta didik.
b. Metode Pembelajaran Secara umum metode mempunyai arti pola kegiatan guru atau anak didik dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar (Ruqojjah, 2000:13). Dalam belajar commit tooleh user guru dalam mencapai tujuan mengajar, metode sangat dibutuhkan
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
pembelajaran. Metode merupakan cara atau keinginan guru dalam membawa siswa menuju target yang diinginkan secara tepat. Menurut Kasihani (1998:34) metode merupakan satu latar belakang filosofis mengenai pokok bahasan yang hendak diajarkan. Berdasarkan uraian tersebut maka dalam metode maka dipikirkan bagaimana guru memahami dan bagaimana menyampaikan materi agar dapat diterima siswa dengan mudah.
c. Metode Fishbowl Metode Fishbowl merupakan bagian dari pembelajaran kolaboratif yang sesuai untuk aspek berbicara. Barkley (2005:145) mengemukakan dalam metode Fishbowl “an outer circle of students sits around a smaller, inner circle of students”. Siswa dibentuk menjadi kelompok besar dan kelompok kecil. Kelompok besar membentuk lingkaran luar yang melingkari kelompok kecil. Barkley menambahkan “students in the inner circle engage in an in-depth discussion, while students in the outer circle consider what is being said and how it is being said”. Siswa dalam kelompok kecil mempresentasikan hasil kerjanya dengan dikelilingi kelompok luar yang berfungsi sebagai pengamat. Kelompok besar ini mengamati apa yang diucapkan temannya, dan bagaimana bahasa tersebut diucapkan. Bentuk diskusi ini menyebabkan pembelajaran kolaboratif ini disebut Inside Outside Circle (Barkley, 2005:145). Fishbowl adalah strategi pembelajaran yang membantu praktek siswa menjadi kontributor dan pendengar dalam diskusi (Yabarmase, 2014). Siswa mengajukan pertanyaan, pendapat ini, dan berbagi informasi ketika mereka duduk di dalam lingkaran, sedangkan siswa di luar lingkaran mendengarkan dengan seksama ide-ide yang disajikan dan memperhatikan proses diskusi. Kemudian peran dibalik. Strategi ini sangat berguna ketika guru ingin memastikan semua siswa berpartisipasi dalam diskusi, dan ketika guru ingin membantu siswa merefleksikan baaimana sebuah diskusi yang baik, dan ketika guru membutuhkan strategi untuk mendiskusikan topik-topik kontroversial atau sulit. Dalam fishbowl, guru memiliki peran untuk mengontrol, seperti ketika siswa berbicara lebih dari satu menit, guru akan membatasi waktu atau menghentikan siswa itu dan mengundang siswa berikutnya untuk berbicara. commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Prosedur Metode Fishbowl Pembelajaran kolaboratif menjadikan guru hanya sebagai kolaborator dalam pembelajaran. Siswa dituntut untuk menemukan sendiri apa masalah apa yang sedang mereka diskusikan. Pada tahap persiapan guru harus menentukan ia ingin mengutamakan kelompok mana yang ingin dibimbing. Apabila ia ingin membimbing kelompok kecil, ia dapat duduk bersama dengan lingkaran luar agar dapat ikut mengamati presentasi dari kelompok kecil. Sebaliknya apabila guru ingin mengamati kedua kelompok ini, ia dapat memisahkan diri dari kedua lingkaran. Langkah-langkah metode Fishbowl sebagai berikut (1) Perintahkan siswa membentuk kelompok kecil beranggota 3-5 orang lalu membuat lingkaran dalam kelas, kemudian siswa yang tersisa membentuk lingkaran besar mengelilingi lingkaran kecil. (2) Beri siswa pengarahan, misalnya hanya lingkaran kecil yang boleh berbicara, lingkaran luar berfungsi sebagai pengamat. Pengamat disuruh membuat catatan-catatan berkaitan dengan jalannya diskusi, tentu saja nantinya kelompok
luar
ini
diberi
kesempatan
untuk
berbicara
menyampaikan
pendapatnya. (3) Beri siswa masalah yang akan didiskusikan. (4) Tugaskan siswa untuk membuat kesimpulan bagaimana jalannya diskusi.
e. Kelebihan dan Kelemahan Metode Fishbowl Kelebihan metode diskusi kelas model Fishbowl antara lain: (1) Merangsang
kreatifitas anak
didik dalam
bentuk ide, gagasan, dan
terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah. (2) Cocok diterapkan untuk aspek pembelajaran berbicara. Kelemahan metode diskusi kelas model Fishbowl : (1) Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang. (2) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar. (3) Peserta mendapat informasi yang terbatas. (4) Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin.
commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Hakikat Kualitas Proses Pembelajaran a. Pengertian Kualitas Proses Pembelajaran Efektif
tidaknya
proses
pembelajaran
dalam
pencapaian
tujuan
pembelajaran yang dicapai peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor dari lingkungan dan faktor dari diri peserta didik. Faktor internal tersebut seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial, ekonomi serta faktor fisik dan psikis. Selain itu terdapat faktor utama, yaitu kemampuan yang dimiliki peserta didik untuk cepat memahami segala sesuatu. Mendengar istilah kualitas, pemikiran tertuju pada suatu benda atau keadaan yang baik. Kualitas lebih mengarah pada sesuatu yang baik (Glaser dalam Uno, 2011: 153). Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa (Uno Hamzah dalam Uno, 2011: 153). Jadi, membicarakan kualitas pembelajaran artinya mempersoalkan bagaimana kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama ini berjalan dengan baik serta menghasilkan luaran yang baik pula. Agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik dan hasilnya dapat diandalkan, maka perbaikan pengajaran diarahkan pada pengelolaan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan salah satu komponen sistem pendidikan yang dapat menentukan keberhasilan dalam pembelajaran dan mutu pendidikan. Oleh karena itu, untuk memperoleh mutu pendidikan yang baik, diperlukan proses pembelajaran yang berkualitas pula (Sukmadinata, 1999:7). Kualitas proses belajar tergantung pada tiga unsur: (1) tingkat partisipasi dan jenis kegiatan belajar yang dihayati oleh siswa, (2) peran guru dalam proses belajar mengajar dan (3) suasana proses belajar. Makin intensif partisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar makin tinggi kualitas proses belajar itu (Soedijarto, 1993:18). Hidayatullah (2009: 160-166) mengungkapkan agar pembelajaran yang berkualitas terwujud diperlukan suasana pembelajaran yang memadai. Suasana ini menyebabkan baik guru maupun murid merasa nyaman untuk belajar. Untuk mewujudkan suasana pembelajaran yang baik, terdapat tiga indikator yaitu: (a) menyenangkan atau membahagiakan, (b) lingkungan kondusif dan (c) layanan dan penampilan prima. Suasana pembelajaran hendaknya bukan hanya mentransfer commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
31 digilib.uns.ac.id
pengetahuan dari guru kepada peserta didik, tetapi melakukan pendidikan dalam arti keseluruhan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas proses pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran yang dipengaruhi oleh partisipasi siswa, peran guru, serta suasana proses belajar dengan harapan luaran atau tujuantujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai denga hasil yang lebih baik. a. Indikator Kualitas Proses Pembelajaran (1) Kinerja Guru Rusman (2013: 53) mengungkapkan kualitas kinerja guru dinyatakan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial, dan Profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. Barlow dalam Uno (2011: 79-80) mengemukakan bahwa kemampuan guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Dengan demikian, kemampuan guru merupakan kapasitas internal yang dimiliki guru dalam melaksanakan tugas profesinya. Tugas profesional guru bisa diukur dari seberapa jauh guru mendorong proses pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan efisien. Slameto (2010: 97) menjelaskan bahwa dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa. Secara lebih terperinci Slameto (2010: 97) mengungkapkan tiga tugas guru yaitu: (1) mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang; (2) memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar commit to user yang memadai; (3) membantu
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian diri. Dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa. Ia harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikan rupa sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan. Cooper dalam Uno (2011: 80) mengemukakan empat kompetensi guru, yakni: (a) mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia; (b) mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya; (c) mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat, dan bidang studi yang dibinanya; (d) mempunyai keterampilan teknik mengajar. Pendapat lain yang hampir sama dikemukakan oleh Grasser dalam Uno (2011: 80) ada empat hal yang harus dikuasai guru, yakni: (a) menguasai bahan pelajaran, (b) kemampuan mendiagnosis tingkah laku siswa, (c) kemampuan melaksanakan proses pengajaran, dan (d) kemampuan mengukur hasil belajar siswa. Nana Sudjana dalam Uno (2011: 80) telah membagi kompetensi guru dalam tiga bagian, yaitu sebagai berikut: (a) kompetensi bidang kognitif, artinya kemampuan intelektual seperti penguasaan mata pelajaran, pengahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang bimbingan, penyuluhan, pengethuan tentang administrasi kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang kemasyarakatan, serta pengetahuan umum lainnya; (b) kompetensi bidang sikap, artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal berkenaan dengan tugas profesinya. Misalnya sikap menghargai pekerjaannya, menintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap sesame teman profesinya, memiliki kemauan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya; (c) kompetensi perilaku/performance, artinya kemampuan guru dalam berbagai keterampilan/berperilaku, seperti keterampilan mengajar, membimbing menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul atau berkomunikasi dengan siswa, keterampilan menumbuhkan semangat belajar commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
para
siswa,
keterampilan
menyusun
persiapan/perencanaan
mengajar,
keterampilan melaksanakan administrasi kelas, dan lain-lain. Kinerja guru dapat dilihat saat dia melaksanakan interaksi belajar mengajar di kelas termasuk persiapannya baik dalam bentuk program semester maupun persiapan mengajar. Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru, Suwandi (2011: 160-161) menyebutkan indicator/aspek yang dinilai dalam instrumen penilaian kinerja guru. Instrumen tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.2. Instrumen Penilaian Kinerja Guru No
Indikator / Aspek yang Dinilai 1
I 1 2 II 1 2 III A 1 2 B 1 2 3 4 5 6 7 8 9 C 1 2 3 D 1
PRAPEMBELAJARAN Memeriksa kesiapan ruang, alat pembelajaran, dan media. Memeriksa kesiapan siswa. MEMBUKA PEMBELAJARAN Melakukan kegiatan apersepsi. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan rencana kegiatan. KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Penguasaan materi pembelajaran Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan. Pendekatan/strategi pembelajaran Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa. Melaksanakan pembelajaran secara runtut. Menguasai kelas. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect). Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan. Penggunaaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran inovatif. Pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran Menunjukan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar/media pembelajaran. Menghasilkan pesan yang menarik. Melibatkan siswa dalam pembuatan dan pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa to user Menumbuhkan partisipasi aktifcommit siswa dalam pembelajaran.
Skor 2 3
4
perpustakaan.uns.ac.id
2 3 4 5 6 E 1 2 IV 1 2
34 digilib.uns.ac.id
Merespons positif partisipasi siswa. Memfasilitasi terjadinya interaksi guru-siswa dan siswa-siswa. Menunjukan sikap terbuka terhadap respons siswa. Menunjukan hubungan antarpribadi yang kondusif. Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar. Penialain proses dan hasil belajar Memantau kemajuan belajar. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi. PENUTUP Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan. SKOR TOTAL SKOR AKHIR= (Skor Total:112) x 100
(2) Kinerja Siswa Pembelajaran dilukiskan sebagai upaya seseorang yang bertujuan untuk membantu orang belajar. Menurut Darsono dkk (2001: 25)
menjelaskan
pengertian pembelajaran secara humanistik yaitu memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya. Dimyati dan Mudjiono (1999: 297) menambahkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Jadi proses pembelajaran dikatakan berkualitas apabila siswa aktif. Slavin (2009: 4) berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran. Proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik apabila siswa dapat bekerja sama dengan anggota di dalam kelompoknya. Slameto (2010: 44) mengungkapkan dalam proses belajar siswa melatih bekerja sama dalam kelompok berdiskusi. Mereka bertanggung jawab bersama dalam proses memecahkan masalah. Timbulnya pertanyaan, saran dan komentar mendorong mereka untuk berpikir lebih lanjut, dan berusaha memperbaiki kekurangannya. Mutu makna dan efektifitas belajar sebagian besar tergantung pada kerangka sosial tempat belajar itu berlaku. Di sini berlaku prinsip pengajaran sosialisai. Kondisi sosial dalam suatu kelas banyak sekali pengaruhnya atas proses commit to user belajar yang sedang berjalan di kelas itu.
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Seseorang akan lebih baik melakukan tugasnya bila ia melakukannya dalam kelompok dengan orang-orang yang bersamaan tugasnya. Bekerja secara kelompok semacam itu, menimbulkan kecenderungan mencapai kecepatan bekerja yang lebih besar, menimbulkan kesungguhan bekerja, dan menghasilkan ketelitian bekerja. Guru tidak perlu memberi dorongan yang dibutuhkan siswa, cukup hanya memberikan masalahnya, kemudian membiarkan segala sesuatunya berjalan untuk mendapatkan pemecahan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator kualitas pembelajaran siswa meliputi: minat, keaktifan, kerja sama, dan tanggung jawab. Berkenaan dengan hal tersebut, untuk memudahkan dalam penilaian kinerja siswa masing-masing aspek kualitas pembelajaran di atas perlu di jabarkan dalam indikator penilaian. Penjabaran masing-masing aspek kualitas pembelajaran siswa dapat di lihat pada tabel berikut ini.
commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2.4. Instrumen Penilaian Kinerja Siswa Aspek Minat
Keaktifan
Kerja sama
Tanggung Jawab
Keterangan Skor Siswa benar-benar memperhatikan ketika guru melakukan apersepsi dan 5 menjelaskan materi pelajaran, tidak melamun, tidak mengantuk, tidak melihat ke luar ruangan, dan mencatat semua materi dan penjelasan yang diberikan guru. Siswa memperhatikan ketika guru melakukan apersepsi dan menjelaskan 4 materi pelajaran, tidak melamun, tidak mengantuk, tidak melihat ke luar ruangan, dan kadang-kadang terlihat mencatat semua materi dan penjelasan yang diberikan guru. Siswa sudah tidak terlihat melamun, mengantuk, melihat ke luar ruangan, 3 namun masih beberapa kali berbincang-bincang dengan temannya tidak begitu memperhatikan ketika guru melakukan apersepsi dan menjelasan materi pelajaran. Siswa beberapa kali masih terlihat melamun, mengantuk, melihat ke luar 2 ruangan, masih sibuk dengan aktivitas nasing-masing dan tidak memperhatikan ketika guru melakukan apersepsi dan menjelasan materi pelajaran. Siswa sering melamun, mengantuk, melihat ke luar ruangan, sibuk dengan 1 aktivitas nasing-masing dan tidak memperhatikan ketika guru melakukan apersepsi dan menjelasan materi pelajaran. Siswa sangat antusias menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, sangat 5 berani menyatakan pendapat, sangat aktif dalam berdiskusi dan sangat berani menanyakan tentang materi yang belum dipahami. Siswa mau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, berani menyatakan 4 pendapat, aktif dalam diskusi tapi masih sedikit menanyakan tentang materi yang belum dipahami. Siswa mau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, berani menyatakan 3 pendapatnya tapi belum berani menanyakan tentang materi yang belum dipahami. Siswa sudah mau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, tetapi 2 masih belum berani bertanya tentang materi yang belum dipahami. Siswa tidak mau menjawab pertanyaan guru, dan tidak berani bertanya tentang 1 materi yang belum dipahami. Siswa sangat serius bekerjasama dengan siswa kelompok, sangat aktif 5 berdiskusi, dan sangat berani menyampaikan pendapatnya. Siswa serius bekerjasama dengan siswa kelompok, aktif berdiskusi, dan berani 4 berpendapat. Siswa siswa cukup serius bekerjasama dengan siswa kelompok, cukup aktif 3 berdiskusi, dan kurang berani berpendapat. Siswa kurang serius bekerjasama dengan siswa kelompok, kurang aktif 2 berdiskusi, dan tidak berani berpendapat. Siswa sangat kurang serius bekerjasama dengan siswa kelompok, tidak berani 1 aktif berdiskusi, dan tidak pernah berpendapat. Siswa sangat serius dan sangat bertanggung jawab dalam melaksanakan 5 pembelajaran, sangat aktif serta mengerjakan tugas kelompok dan individu. Siswa serius dan bertanggung jawab dalam melaksanakan pembelajaran, aktif, 4 serta mengerjakan tugas kelompok dan individu. Cukup serius dalam mengikuti pembelajaran, cukup bertanggung jawab 3 terhadap apa yang dilakukan, serta mengerjakan tugas kelompok dan individu. Kurang bertanggung jawab dalam mengikuti pembelajaran, malas terhadap apa 2 yang dilakukan, serta kadang-kadang mengerjakan tugas kelompok dan individu. Siswa tidak punya tanggung jawab sama sekali dalam pembelajaran, suka buat 1 gaduh, dan tidak serius serta tidak mengerjakan tugas kelompok dan individu.
commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka Berpikir Seseorang melakukan kegiatan berbicara secara umum adalah untuk melakukan komunikasi. Komunikasi yang baik tentunya komunikasi yang terarah sesuai dengan maksud dan tujuannya, serta dapat dipahami oleh lawan tutur. Karena itu, seseorang tidak hanya bisa berbicara tetapi diharapkan untuk terampil berbicara. Pengajaran keterampilan berbicara harus mampu memberikan kesempatan kepada setiap individu mencapai tujuan yang dicita-citakan. Keterampilan berbicara krama
di SMPN 3 Mejayan Madiun masih
rendah. Hal ini dibuktikan dari nilai ulangan bahasa Jawa khususnya kompetensi berbicara. Siswa yang mencapai batas kelulusan pada KD berbicara ini masih berkisar 40% dari jumlah siswa keseluruhan, terutama pada kelas VII G. Penyebab rendahnya kemampuan berbicara siswa diindikasikaan karena beberapa faktor, antara lain: 1) Motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Jawa masih kurang karena dianggap belajar bahasa Jawa kurang penting dan ketinggalan zaman; 2) Guru kurang tepat dalam menerapkan pendekatan pembelajaran, oleh karena itu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang baik diharapkan hasil dalam penelitian ini dapat diterapkan, yaitu dengan metode Fishbowl. Metode Fishbowl adalah metode diskusi yang menekankan pada prinsip belajar berpusat pada pengalaman siswa. Metode ini bertujuan supaya seluruh anggota kelompok diskusi mendpatkan kesemptan untuk memberikan kontribusi dan mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota lain. Metode ini memiliki struktur pengajaran
yang sangat
sesuai
digunakan untuk mengajarkan
keterampilan sosial, karena menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali. Semua siswa mendapat kesempatan yang adil dan sama dalam menyumbangkan pemikirannya. Metode ini sangat cocok untuk pelajaran bahasa Jawa pada keterampilan berbicara krama, karena pembelajaran berbicara Jawa dari hari ke hari semakin menunjukkan kemerosotan minat generasi muda, jadi perlu didukung dengan metode yang efektif dan menarik. Setelah diterapkan pendekatan pembelajaran tersebut, kualitas proses dan hasil belajar siswa meningkat yang pada akhirnya sasaran utama meningkatnya hasil pembelajaran kemampuan berbicara krama siswa akan ikut meningkat. commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bertolak pada uraian di atas dapat disusun kerangka berpikir sebagai berikut.
Kondisi awal pembelajaran berbicara krama inggil di SMPN 3 Mejayan
Kualitas proses belajar Bahasa Jawa rendah
Guru belum dapat menerapkan metode pembelajaran yang tepat
Kemampuan berbicara krama rendah
Penerapan metode Fishbowl
Kualitas proses berbicara krama siswa meningkat
Keterampilan berbicara krama siswa meningkat
Kondisi akhir, keterampilan berbicara krama inggil meningkat Gambar 1. Kerangka Berpikir
commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Hipotesis Tindakan Metode Fishbowl akan membantu mengembangkan kemampuan berbicara krama alus siswa, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran berbicara krama alus pada siswa kelas VII G SMPN 3 Mejayan Madiun. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut. 1.
Penerapan
metode
Fishbowl
dapat
meningkatkan
kualitas
proses
pembelajaran berbicara krama pada siswa kelas VII G SMPN 3 Mejayan Kabupaten Madiun. 2.
Penerapan metode Fishbowl dapat meningkatkan keterampilan berbicara krama pada siswa kelas VII G SMPN 3 Mejayan Kabupaten Madiun.
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII G SMPN 3 Mejayan . Secara keseluruhan penelitian ini berlangsung selama enam bulan, yaitu bulan Januari dan berakhir pada bulan Juni 2014. Jadwal selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian Tahun, Bulan, Minggu keFeb.2014 Mar.2014 Apr.2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
N o.
Jenis Kegiatan
1.
Penyusunan Proposal
2.
Seminar & Revisi Proposal
3.
Permohonan Izin
X
4.
Penyusunan Instrumen
X X
5.
Siklus I
6.
Siklus II
7.
Siklus III
8.
9.
10 .
1
Jan.2014 2 3 4
1
Feb. 2015 2 3 4
X X X X
X X
X X X X X X
Analisis Data Penyelesaian Naskah Akhir Tesis
X X
X X
Ujian Tesis & Revisi
X X
commit to user
40
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Bentuk dan Strategi Penelitian Penelitian merupakan penelitian kualitatif berupa penelitian tindakan. Sutopo (1990: 19) menjelaskan bahwa tindakan partisipasif adalah kegiatan yang dilakukan sebagai tindakan penelitian yang secara langsung bersumber dari subyek yang diteliti, artinya kekhususan kondisi dengan karakteristik dan semua kebutuhan, keinginan subyek yang diteliti menjadi kegiatan ini. Arikunto (2006: 16) menyatakan terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut.
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan
Refleksi
SIKLUS III
Pelaksanaan
Pengamatan Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas C. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini menitik-beratkan pada siswa kelas VII G SMPN 3 Mejayan tahun pelajaran 2013/2014 yangtoberjumlah 28 siswa terdiri dari 16 lakicommit user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
laki dan 12 perempuan, dan guru Mata Pelajaran (Mapel) Bahasa Jawa di SMP tersebut (Vivin Novalina Herawati, S.Pd.). Adapun objek penelitian ini adalah pembelajaran berbicara berbahasa Jawa ragam krama yang dalam Kurikulum KTSP kelas VII semester gasal disebut Kompetensi Dasar (KD) Menyampaikan pesan secara lisan dengan menggunakan berbagai ragam bahasa Jawa secara baik dan benar. Kelas VII G dipilih sebagai objek penelitian karena berdasarkan pengamatan peneliti, kemampuan berbahasa Jawa ragam krama peserta didik di kelas tersebut masih kurang, dibuktikan dari nilai yang masih di bawah KKM. Kedudukan peneliti adalah pengamat pembelajaran, pengatur pelaksanaan refleksi melalui pendekatan kolaboratif model Fishbowl. Hasil investigasi digunakan untuk menentukan langkah-langkah penelitian pada siklus-siklus berikutnya.
D. Data dan Sumber Data Data yang penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang berupa peristiwa dan informasi tentang keterampilan berbicara bahasa Jawa krama siswa kelas VII G SMPN 3 Mejayan sebelum ditetapkan pendekatan kolaboratif model Fishbowl maupun setelah diterapkan pendekatan tersebut. Adapun
sumber
data
berupa:
(1)
peristiwa
pembelajaran
yaitu
pembelajaran selama di dalam kelas khususnya pembelajaran berbicara melalui kolaboratif model Fishbowl, (2) informan yaitu data yang bersumber dari guru lain yang membantu pelaksanaan penelitian untuk mengamati kegiatan guru maupun kegiatan siswa selama proses pembelajaran, dan (3) dokumen berupa kurikulum KTSP, silabus, RPP yang dibuat oleh guru, dan hasil kerja siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: (1) wawancara, (2) pengamatan, (3) dokumen, dan (4) pemberian tugas/ tes. 1. Wawancara Wawancara dilaksanakan guru dan peneliti sebelum dilaksanakan siklus I, siklus II, dan siklus III. Wawancara dilakukan untuk mengkaji permasalahan-permasalahan dalamto pembelajaran. Sebelum dilaksanakan commit user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siklus I peneliti dan guru membahas mengenai masalah-masalah yang dihadapi berdasarkan hasil pratindakan. Hasil refleksi sikluls I dibahas oleh guru dan peneliti untuk mempersiapkan pelaksanaan siklus II. Hasil refleksi siklus II dibahas oleh guru dan peneliti untuk mencari solusi yang akan diterapkan pada siklus III. Dalam wawancara antara guru dan peneliti untuk membahasa kelemahan dan kelebihan serta sarana penunjang yang berkaitan dengan pembelajaran yang dilakukan guru, serta mengembangkan hasil dari pengamatan dalam proses belajar mengajar. Wawancara juga dilakukan setelah tindakan untuk mengetahui tanggapan dari seoranng guru terhadap pembelajaran yang dilaksanakan, serta tindak lanjut dari seorang guru dalam menerapkan metode tersebut dalam pembelajaran berikutnya.
2. Pengamatan Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti di kelas yang sedang dilaksanakan pembelajaran. Pengamatan terhadap guru dipusatkan pada aktivitas guru dalam pembelajaran dengan pendekatan kolaboratif model Fishbowl. Pengamatan terhadap aktivitas siswa diarahkan pada tingkat peran serta siswa dalam mengikuti pembelajaran.
3. Dokumen Kajian dokumen dilakukan terhadap rencan pembelajaran yang telah disusun oleh guru, antara lain mengacu pada penilaian sertifikasi guru (penilaian rencana dan pelaksanaan pembelajaran), yang mencakup: 1) pra pembelajaran, 2) kegiatan inti pembelajaran meliputi penguasaan materi
pembelajaran,
pendekatan
dan
strategi
pembelajaran,
3)
memanfaatkan sumber belajar atau media pembelajaran, 4) penilaian proses dan hasil belajar, dan 5) menggunakan bahasa. 4. Pemberian tugas/ tes Tes dilakukan untuk mengukur nilai yang dicapai siswa sebelum pelaksanaan
tindakan
dan
setelah
pelaksanaan
tindakan
dalam
pembelajaran. Tes diberikan awal untuk mengetahui peningkatan nilai commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang diperoleh siswa. Guna menghindari subjektivitas penilai, maka dari penilaian ini dilakukan oleh guru dan peneliti sendiri.
F. Validasi Data Teknik yang digunakan untuk uji validitas data dalam penelitian ini adalah triangulasi dan review informasi kunci. Triangulasi adalah teknik uji validitas data dengan memanfaatkan sarana luar data itu untuk keperluan pengecekan terhadap data. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Penerapan triangulasi ini misalnya untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapai siswa dalam berbicara bahasa Jawa krama, siswa melaksanakan tes kemampuan berbicara bahasa Jawa krama, dan mengadakan pengamatan saat pembelajaran berlangsung. Peneliti mewawancarai guru mengenai proses pembelajaran
sehari-hari
dan
pandangan
mereka
terhadap
pendekatan
pembelajaran. Review informan kunci adalah mengonfirmasi data kepada informan pokok sehingga diperoleh kesepakatan antara peneliti dan informan tentang data tersebut. Hal ini dilakukan melalui diskusi antara peneliti dan guru setelah kegiatan atau kajian dokumen. Peneliti dan guru sama-sama mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dengan demikian, apabila ada kekurangan dapat dirumuskan perbaikan pada pertemuan berikutnya.
G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis kritis dan deskriptif komparatif (Suwandi, 2011:65). Teknik deskriptif komparatif merupakan teknik untuk membandingkan hasil antar-siklus. Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoretis maupun ketentuan yang ada (Suwandi, 2011: 66). Analisis kritis yaitu dengan cara membandingkan hasil yang didapat dari pelaksanaan setiap siklus. Hasil tindakan pada setiap siklus dibandingkan dengan hasil tes awal untuk mengetahui presentase peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jawa krama. Teknik analisis kritis tersebut mencakup kegiatan untuk commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja dalam proses pembelajaran berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Dari hasil analisis tersebut kemudian dibahas yang hasilnya dijadikan sebagai dasar penyusunan perencanaan tindakan tahap berikutnya sesuai dengan siklus-siklus yang sudah direncanakan. Sedangkan analisis deskriptif komparatif yaitu memadukan dan membandingkan hasil siklus pertama dengan siklus berikutnya yang kemudian dijadikan dasar untuk menyusun perencanaan pembelajaran pada siklus berikutnya sampai tingkat keberhasilan benar-benar tercapai. Guna mengadakan analisis data secara keseluruhan, maka dipergunakan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Reduksi data Reduksi data adalah pencatatan data-data diuraikan terperinci, dirangkum, dipilih, dan difokuskan hal-hal yang perlu sesuai dengan rumusan masalah penelitian yang telah ditetapkan. 2. Sajian data Setelah dilaksanakan reduksi data, selanjutnya dilakukan penayangan data yaitu suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan penataan data. Penayangan data dilakukan dengan membuat tabulasi data sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. 3. Verifikasi data Dengan membandingkan data sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan, maka akan diperoleh laporan perkembangan tentang kemampuan keterampilan berbicara bahasa Jawa krama masing-masing anak.
H. Indikator Kinerja Indikator yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah kualitas pembelajaran menggunakan pendekatan kolaboratif model Fishbowl serta keterampilan berbicara bahasa Jawa krama kelas VII G SMPN 3 Mejayan. Guna mengetahui peningkatan tersebut digunakan indikator sebagai berikut. 1. Minimal 80% siswa memperoleh nilai 75 atau lebih sebagai batas tuntas dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara berbicara melalui metode fishbowl.
commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Minimal 80% siswa memperoleh nilai 75 atau lebih sebagai batas tuntas, sebab kriteria kelulusan minimal (KMM) untuk mata pelajajaran bahasa Jawa di SMP Negeri 3 Mejayan adalah 75.
I. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas terdiri dari beberapa siklus. Setiap siklus dilaksanakan dengan perubahan yang ingin dicapai. Dengan berpegang pada refleksi awal tersebut maka dilaksanakan penelitian tindakan kelas dengan prosedur yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection) dalam setiap siklus. 1. Perencanaan (Planning) Dalam tahap ini peneliti dijelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal adalah dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Sebelum penelitian ini dilaksanakan terlebih dahulu harus dipersiapkan dengan baik hal-hal yang berkaitan dengan topik penelitian yang mencakup metode yang digunakan, variabel penelitian, alat pengumpul data, dan teknik yang digunakan. 2. Pelaksanaan Tindakan (Action) Pelaksaan tindakan merupakan proses pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan pendekatan kolaboratif model Fishbowl untuk mengatasi kesulitan belajar siswa khususnya dalam menguasai keterampilan berbicara bahasa Jawa krama. Pada tahap ini guru lain sebagai kolaborator penelitian. Dengan kegiatan pembelajaran, kesulitan belajar yang tampak adalah kesulitan siswa mempresentasikan hasil diskusi melalui metode Fishbowl baik kebahasaan dan nonkebahasaan. Maka perlu dilakukan langkah-langkah: a. Melakukan kegiatan pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
47 digilib.uns.ac.id
b. Melakukan organisasi kelas dengan baik, misalnya memperbaiki hubungan antara siswa dengan siswa lain dan siswa dengan lingkungan kelas. c. Mengidentifikasi penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa. Dalam hal ini adalah keterampilan siswa berbicara dalam bahasa Jawa krama yang masih rendah. 3. Observasi (Observation) Observasi adalah kegiatan pengamatan untuk memantau sejauh mana efek tindakan telah mencapai sasaran. Efek dari suatu tindakan terus dimonitor secara reflektif. Data-data yang perlu dikumpulkan adalah datadata kualitatif maupun kuantitatif tentang kemajuan belajar siswa. Monitoring dilakuakn untuk mencari dampak tindakan terhadap proses dan dampak terhadap hasil. Dengan demikian perlu dilakukan tindakan secara teliti untuk mengetahui perubahas yang terjadi setelah diterapkannya pendekatan kolaboratif model Fishbowl. Adapun yang menjadi objek monitoring ada dua yaitu dampak tindakan terhadap proses dan dampak tindakan terhadap hasil. Dengan demikian perlu dilakukan tindakan secara teliti untuk mengetahui perubahan apa saja yang telah terjadi dan seberapa jauh hasil belajar dalam proses instruksional. 4. Refleksi (Reflection) Refleksi adalah evaluasi dengan melakukan perenungan kelemahan dan kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Kekurangan atau kelemahan pada siklus I menjadi bahan dasar perencanaan pada siklus berikutnya. Refleksi kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi pada guru, siswa, dan kelas. Guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan mengapa, bagaimana, dan sejauh mana intervensi telah menghasilkan perubahan secara signifikan. Dengan demikian sebagai peneliti, guru harus mencatat perubahan-perubahan yang terjadi dalam kelas setiap proses pembelajaran. Catatan tersebut berisi perubahan yang berkembang di kelas. Perubahan terjadi pada siswa disajikan dalam commit yang to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bentuk hasil belajar, catatan-atatan tentang hasil prestasi belajar dan perubahan sikap percaya diri, responsive dan ingin tahu. Adapun perubahan yang terjadi pada guru sebagai peneliti, yaitu peningkatan pengetahuan tentang pengelolaan kelas, kepercayaan diri, dan peningkatan keterampilan mengajar. Perubahan pada suasana kelas, seperti perubahan suasana kelas yang mendorong pembelajaran dan suasana kelas yang lebih akrab.
commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan peningkatan kualitas proses pembelajaran dan peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jawa krama dengan menggunkan metode fishbowl siswa kelas VII G SMP Negeri 3 Mejayan Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari deskripsi hasil penelitian dan pembahasan.
A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Kondisi Pratindakan Sebelum dilaksanakan tindakan, aktivitas pada kondisi awal diamati pada pembelajaran. Pengamatan dilakukan pada kinerja siswa yaitu aspek diskusi, kerja sama, dan keaktifan dalam pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama. Kurangnya motivasi dari guru menyebabkan siswa tampak pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Hanya terlihat beberapa siswa yang mengerjakan, sedangkan yang lain menunggu jawaban dari teman yang lain. Beberapa siswa bahkan sama sekali tidak menngerjakan tugas dengan alasan tidak membawa buku atau tidak bisa. Mereka lebih memilih bercakap-cakap dengan temannya, bermain-main sendiri atau dengan teman daripada mengerjakan tugas. Siswa kurang memperhatikan tugas dari guru pada saat pembelajaran, dan masih takut untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru. Kelihatan sekali siswa yang pada dasarnya rajin, dan siswa yang malas.
commit to user Gambar 4.1 Siswa tidak memperhatikan dan berbicara dengan temannya
49
perpustakaan.uns.ac.id
50 digilib.uns.ac.id
Apabila dilihat dari sudut pandang guru, memang sebelum dilaksanakan penelitian tindakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar masih monoton. Penggunaan metode ceramah dan pemberian tugas masih dominan, sehingga siswa pasif dalam pembelajaran. Guru tidak menyiapkan media yang menarik dan bervariasi. Guru kurang sigap dalam merespon pertanyaan siswa. Guru kurang aktif mengelola kelas. Siswa ramai sendiri, kegiatan pembelajaran pun menjadi tidak kondusif. Berdasarkan keterangan tersebut dapt disimpulkan bahwa kinerja guru dalam pembelajaran masih kurang. Pada Rabu, 16 April 2014 pukul 10.00 WIB dilakukan wawancara dengan guru pengajar bahasa Jawa (Vivin Novalina Herwati, S.Pd.) di SMPN 3 Mejayan. Wawancara dilakukan di ruang tamu sekolah, pada jam istirahat. Pertanyaan yang disampaikan kepada guru pengajar berkaitan dengan kondisi pembelajaran Mapel Bahasa Jawa di SMPN 3 Mejayan, potensi, hambatan atau kesulitan yang ada. Dalam wawancara guru berkenan menyampaikan secara terbuka atas kondisi dan problem yang terjadi di sekolahnya selama ini. Dari hasil wawancara dan observasi terhadap guru pengajar akhirnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut (1) kesiapan guru secara materi dalam mengajar Mapel BJ, khususnya kemampuan berbicara ragam krama dan unggah-ungguh basa masih kurang. Guru hanya mengandalkan RPP yang didapatnya dari MGMP, (2) metode mengajar guru cenderung klasikal (ceramah) sehingga kurang menarik perhatian siswa, (3) bahan ajar dan sumber belajar yang digunakan guru masih relatif terbatas (guru hanya mengandalkan modul/lembar kerja siswa), (4) sekolah belum menyediakan media pembelajaran seperti LCD di tiap kelas. Sekolah sebenarnya menyediakan LCD, namun guru harus mengambil sendiri di ruang guru, sedangkan jumlahnya terbatas, dan (5) belum ada strategi mengajar dari guru dalam mensiasati terbatasnya alokasi waktu pelajaran. Setelah selesai wawancara dengan guru pengajar, peneliti minta izin untuk wawancara dengan perwakilan siswa. Akhirnya peneliti diijinkan bertemu dan wawancara dengan dua siswa yang mewakili siswa kelas VII G, dengan kriteria siswa yang memiliki nilai BJ tinggi dan kurang. Wawancara dilakukan setelah pembelajaran BJ jam ke-1 selesai waktunya mulai pukul 08.30. Kepada ketiga siswa diberikan pertanyaan secara bergantian (giliran) sesuai dengan lembar pertanyaan yang sudah commit to user dapat disimpulkan (1) secara materi disiapkan peneliti. Dari hasil wawancara akhirnya pembelajaran unggah-ungguh basa dianggap sulit dan rumit karena siswa kesulitan
perpustakaan.uns.ac.id
51 digilib.uns.ac.id
menghafal dan membedakan kosa kata ngoko-krama (ngoko, netral, krama andhap, dan krama inggil), (2) metode mengajar guru kurang menarik, siswa cenderung banyak mendengarkan ceramah dari guru, dan jarang ada kesempatan tanya-jawab, (3) sumber belajar siswa masih terbatas (cuma LKS), (4) kesempatan berlatih berbicara ragam krama secara langsung di kelas kurang, dan (5) kebiasaan di kelas, di luar kelas, dan asrama (tempat tinggal) peserta didik cenderung berkumunikasi dengan ragam ngoko dan Indonesia. Kualitas pembelajaran berbicara ragam krama pada pratindakan diketahui pula melalui catatan lapangan hasil pengamatan dan penilaian kinerja guru dengan menggunakan instrumen rubrik penilaian kinerja guru. Pada proses kegiatan belajar mengajar prasiklus banyak ditemui kekurangan. Penggunaan metode ceramah dan penugasan siswa untuk mengerjakan LKS menunjukkan guru masih menggunakan metode konvnsional. Proses pembelajaran masih berpusat kepada guru (teacher centered). Guru tidak membentuk siswa dalam kelompok. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru secara individu pada LKS-nya masing-masing. Hal ini memicu siswa untuk bersikap seenaknya sendiri, bercanda, ramai, dan kurang berkonsentrasi pada proses pembelajaran. Setelah waktu yang diberikan habis siswa yang ditunjuk pun kurang maksimal bahkn da yang tidak menyimak. Ini menyebabkan skor akhir guru hanya mendapat 40,6 dan masuk kategori amat kurang. Berdasarkan analisis terhadap pekerjaan siswa yang dilakukan pada Rabu, 16 April 2014 diketahui bahwa dari 28 siswa yang sudah mampu berbicara ragam krama secara baik atau memperoleh nilai 75 ke atas berjumlah 9 siswa (32,14 %), sedangkan 19 siswa lainnya masih memperoleh nilai di bawah 75 (67,85 %). Sementara untuk kompetensi berbicara ragam krama guru memberikan standar nilai batas minimal adalah 75 (KKM). Berdasarkan paparan di atas, diketahui hanya 12 siswa yang sudah tuntas kompetensi atau memenuhi KKM. Penjelasan tersebut mempertegas adanya permasalahan dalam pembelajaran KD Berbicara Sesuai dengan Tingkat Kesantunan (Unggah-ungguh BJ), baik itu secara proses maupun hasil. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan hasil pada peningkatan kemampuan berbicara ragam krama secara baik dan benar, entah itu dalam situasi formal atau informal. Dalam situasi formal penggunaan berbicara ragam krama dilakukan dalam suasana belajar di kelas, baik saat bertanya, menjawab, atau berkomentar dalam suasana commit to user saat siswa berkomunikasi terhadap pembelajaran. Sedangkan situasi informal digunakan
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
guru pengajar atau guru-guru lain di lingkungan sekolah, berkomunikasi dengan keluarga saat di rumah, maupun dengan lingkungan sekitar. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah menitikberatkan kemampuan berbicara ragam krama pada semua peserta didik di kelas VII G SMPN 3 Mejayan. Indikator keberhasilan pada siklus I ditarget naik 50 % dengan kriteria siswa mampu mengenali sebagian kosa kata krama, membedakan kosa kata ngoko-krama, dan memahami letak kesalahannya saat berbicara krama. Pada siklus II dengan indikator peningkatan 80 %, diharapkan siswa mulai lancar mengikuti pola pembelajaran dengan metode fishbowl yang dilakukan oleh guru pengajar. Dengan begitu siswa sudah lebih menguasai kosa kata krama, ungguh-ungguh basa dan kaidah penggunaannya, serta berani atau terbiasa berbicara krama dengan baik dalam suasana diskusi.
2. Deskripsi Siklus I Pada siklus I dilaksanakan pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama dengan metode fishbowl melalui 4 tahap, yaitu: (a) tahap perencanaan (planning), (b) tahap pelaksanaan (acting), (c) tahap observasi (observing), dan (d) tahap refleksi (reflecting). Hasil siklus meliputi hasil tes dan nontes. Hasil tes adalah tes ketrampilan berbicara bahasa Jawa krama menggunakan metode fishbowl, sedangkan hasil nontes meliputi wawancara dan observasi.
a. Perencanaan Tindakan Siklus I Peneliti dan guru mengadakan serangkaian
kegiatan sebelum tindakan
dilaksanakan. Rangkaian kegiatan adalah mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah dengan mengacu pada teori-teori yang relevan, dan merumuskan masalah. Hal dilakukan agar model pembelajaran yang dipilih tepat sasaran. Setelah itu guru menyusun semua perangkat pembelajaran berdasarkan model yang akan dirancang. Perangkat yang disiapkan adalah (1) Silabus, (2) RPP, (3) Pedoman Penilaian, (4) Lembar Kerja Siswa (LKS), (5) Media, (6) Pedoman Wawancara, (7) Lembar Observasi. Pada hari Sabtu tanggal 19 April 2014,
peneliti dan guru mengadakan
pertemuan yang intinya membahas tindak lanjut yang isinya akan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas di kelas VII G SMP Negeri 3 Mejayan pada keterampilan commitdilaksanakan to user berbicara Jawa krama. Pertemuan pertama pada pukul 08.00 bertempat di ruang guru. Setelah pada hari Rabu mengadakan observasi prasiklus, peneliti dan guru
perpustakaan.uns.ac.id
53 digilib.uns.ac.id
telah merencanakan pertemuan ini. Pada hari Sabtu tidak ada jam mengajar jadi peneliti dan guru bisa lebih leluasa dalam menggunakan waktu. Hal pertama yang dibicarakan adalah rencana penelitian tindakan kelas atau PTK yang akan dilaksanakan. Setelah peneliti dan guru berdiskusi tentang apa itu PTK, bagaimana PTK dilaksanakan, manfaat PTK dan bagaimana langkah-langkah dalam PTK, serta hal lain yang berkaitan dengan PTK, terutama PTK kolaborator antara peneliti dan guru yang akan dilaksanakan. Guru dan peneliti sepakat bahwa PTK sangat penting untuk perbaikan pembelajaran. Selain itu, PTK bagi guru sudah bukan hal yang asing lagi sehingga diskusi dapat mengalir dengan baik dan segera mendapatkan titik temu. Diskusi kemudian dilanjutkan untuk membahas PTK dan bagaimana pelaksanaan PTK yang dilaksanakan secara kolaborator. Proses pembelajaran menjadi bahan perbincangan yang menarik antara guru dan peneliti. Peneliti menawarkan untuk mengubah pola pembelajaran berbicara Jawa krama dengan menerapkan metode atau model pembelajaran yang dapat menambah intensitas dan kualitas proses pembelajaran, sehingga ada peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jawa krama pada siswa. Peneliti menawarkan metode fishbowl dalam pembelajaran bahasa Jawa krama. Peneliti menawarkan metode fishbowl dalam pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama. Setelah peneliti dan guru ada kata sepakat tentang pcnggunaan metode tersebut dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jawa krama, kemudian dilanjutkan dengan memberikan bekal tentang bagaimana langkah-langkah (sintak) metode fishbowl dalam pernbelajaran keterampilan berbicara bahasa Jawa krama. Setelah semua jelas dibicarakan terutama tentang bagaimana langkah- langkah PTK pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jawa krama menggunakan metode fishbowl. Kemudian peneliti berkolaborasi dengan guru menyusun perangkat mulai dari silabus dan RPP pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jawa
krama
menggunakan metode fishbowl. Perencanaan pembelajaran tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, yang meliputi: 1) menentukan kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum KTSP SMP N 3 Mejayan, 2) menyusun indikatorindikator, 3) menyusun tujuan pembelajaran, 4) menentukan materi pembelajaran, 5) menentukan langkah-langkah pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama menggunakan metode fishbowl, 6) menentukan buku sumber materi, 7) menentukan media, 8) merancang penilaian. Materi dipilih sesuai dengan kompetensi dasar yang ada pada to user pikiran, gagasan, perasaan dalam silabus, yaitu: Standar Kompetensi: commit Mengungkapkan bentuk menyampaikan pesan dan himbauan secara langsung. Kompetensi Dasar:
perpustakaan.uns.ac.id
54 digilib.uns.ac.id
Menyampaikan pesan/informasi sacara lisan dengan menggunakan berbagai ragam Bahasa Jawa secara baik dan benar. Peneliti dan guru berdiskusi tenting perangkat yang telah dibuat, dan melakukan pembenahan terhadap hal-hal yang masih kurang. Perencanaan tindakan siklus I yang telah disusun bersama-sama, dilaksanakan dalam beberapa tahapan. Pada pertemuan pertama, tahap pertama kegiatan awal kurang lebih sepuluh menit. Selanjutnya adalah tahap penyampaian materi berbicara bahasa Jawa krama kira-kira sepuluh menit. Tahap ketiga siswa ditunjuk untuk memeragakan siswa ketika berbicara kepada orang tua dan evaluasi sekitar lima belas menit. Tahap keempat adalah empat siswa yang telah ditunjuk membentuk lingkaran kecil sedangkan sisa siswa yang lain membentuk lingkaran besar mengelilingi empat siswa tersebut. Siswa dalam lingkaran kecil berdiskusi menggunakan bahasa Jawa krama, sedangkan siswa di lingkaran luar mengamati. Guru dengan acak memerintahkan siswa di lingkaran luar menggantikan siswa di lingkaran kecil. Tahap ini membutuhkan waktu kurang lebih empat puluh menit. Tahap terakhir adalah refleksi. Memasuki pertemuan kedua, pada tahap awal apersepsi sekitar sepuluh menit, dilanjutkan tahap kedua yaitu diskusi dengan membentuk lingkaran kecil dan lingkaran besar (fishbowl) kurang lebih enam puluh menit. Bedanya pada pertemuan kedua ini satu kelas dibagi menjadi dua fishbowl. Tahap terakhir adalah refleksi. Tiap pertemuan ditentukan siswa yang aktif untuk diberikan penghargaan. Setelah pembicaraan dengan guru selesai dan dirasa cukup, serta segala sesuatu telah dipersiapkan untuk dilaksanakan pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jawa krama menggunakan metode fishbowl pada minggu depan, peneliti kemudian berpamitan dengan guru. Peneliti melanjutkan tugas sendiri yaitu menyusun instrumen penelitian. Mulai dari instrumen penilaian kualitas proses pembelajaran yang digunakan untuk menilai kinerja siswa dan kinerja guru, serta instrumen penilaian keterampilan berbicara bahasa Jawa krama untuk mengetahui seberapa besar keterampilan berbicara bahasa Jawa krama siswa setelah dilaksanakannnya pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama menggunakan metode fishbowl. Semua perangkat disusun berdasarkan langkah-langkah metode fishbowl yang terdiri atas pemilihan tema, kerja kelompok, observasi dan penilaian keterampilan berbicara bahasa Jawa krama. Pembelajaran berbicara hahasa Jawa krama dialokasikan dalam dua pertemuan (4x40 menit). Masing-masing pertemuan akan dibagi menjadi commit metode to user fishbowl. beberapa tahap sesuai prosedur pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id
55 digilib.uns.ac.id
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pembelajaran berbicara menggunakan bahasa Jawa krama pada siklus I diawali dengan mengondisikan siswa dalam pembelajaran kooperatif, penjelasan guru tentang berbicara menggunakan bahasa Jawa krama sesuai unggah-ungguh yang benar. Pelaksanaan tindakan pertama ini, dilakukan dalam dua pertemuan (4 jam pelajaran, 4x40 menit). Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 23 April 2014 di ruang kelas VII G selama 2 x 40 menit. Dimulai pukul 07.00 WIB dan diakhiri pukui 08.20 WIB. Pertemuan kedua pada hari rabu tanggal 30 April 2014 di ruang kelas VII G selama 2 x 40 menit. Dimulai pukul 07.00 WIB dan diakhiri pukul 08.20 WIB. Alokasi waktu yang digunakan baik pada pertemuan pertama maupun kedua adalah 2 x 40 menit. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 23 April 2014, dan pertemuan kedua tanggal 30 April 2014. Pada pertemuan pertama, guru memberi penjelasan tentang konsep berbicara bahasa Jawa krama. Kegiatan diawali dengan (1) menyiapkan siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar, (2) bertanya tentang kegiatan sehari-hari dan mengarahkan pada pembicaraan tentang penggunaam berbicara bahasa Jawa krama sehari-hari, dan menunjuk beberapa siswa memeragakan praktik berbicara mereka kepada orang tua ketika dirumah, (3) menyampaikan tujuan pembelajaran, dan (4) mengondisikan siswa membentuk kelompok diskusi fishbowl dengan membuat lingkaran kecil dan lingkaran besar. Setelah mengkondisikan siswa, guru melaksanakan kegiatan inti, yakni menyampaikan materi berbicara bahasa Jawa krama, serta aspek penilaiannya. Setelah itu, siswa diberikan soal berupa kata dalam bahasa Jawa ngoko untuk dicari bahasa Jawa krama-nya. Selanjutnya siswa diwajibkan menggunakan kata tersebut dalam kalimat yang tepat dengan memperhatikan siapa lawan bicara. Langkah-langkah berbicara menggunakan bahasa Jawa krama sudah diberikan guru dalam bentuk lembar kerja siswa. Dalam menyusun kalimat, siswa memperhatikan pilihan kata sesuai dengan unggah-ungguh yang tepat. Pada tahap kegiatan kelompok semua siswa wajib menaati aturan yang disepakati. Siswa yang tidak bisa menemukan kosa kata yang diminta akan digantikan oleh siswa dari lingkaran luar. Guru bertugas memandu jalannya diskusi agar siswa tetap kondusif. Pada akhir diskusi siswa yang paling aktif akan mendapatkan commit to user penghargaan dari guru.
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pertemuan kedua pada siklus I guru mengondisikan siswa dalam kelompok seperti pertemuan sebelumnya untuk membentuk lingkaran. Perbedaanya, pada pertemuan kedua ini seluruh siswa dibagi menjadi dua sama banyak. Tiap kelompok beranggota 14 siswa kemudian membentuk lingkaran besar dan lingkaran kecil untuk mengerjakan tugas dari guru. Siswa yang pada pertemuan pertama mendapatkan penghargaan dijadikan pengawas untuk tiap kelompok. Guru menilai siswa sesuai dengan kriteria penilaian berdasarkan aspek penilaian berbicara yaitu kosakata, tekanan, pemahaman, tata bahasa, dan kelancaran. Kegiatan pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama menggunakan metode fishbowl pada siswa kelas VII G SMPN 3 Mejayan ketika siswa berdiskusi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.2 Siswa Ketika Berdiskusi Fishbowl Siklus I Pada tahap evaluasi, guru bersama-sama dengan siswa bertanya jawab menyampaikan kelebihan dan kekurangan mereka dalam berbicara krama dalam kelompok. Selanjutnya tiap kelompok mempresentasikan perwakilan tiap kelompok untuk diadu dengan kelompok yang lain. Pada akhir pertemuan guru mengumumkan siswa paling aktif yang selanjutnya mendapatkan penghargaan.
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.3 Siswa yang Aktif Mendapatkan Penghargaan c. Observasi Siklus I 1) Pengamatan Kinerja Siswa Siklus I Pengamatan penelitian ini menggunakan instrumen yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Berdasarkan pengamatan, siswa lebih aktif dan lebih senang mengikuti pembelajaran yang diawali dengan model pembelajaran fishbowl. Pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama berjalan cukup lancar meskipun belum semua siswa mencapai KKM. Hal ini tampak pada antusiasme siswa selama proses pembelajaran. Minat siswa untuk dapat bcrbicara bahasa Jawa krama meningkat. Siswa menganggap bahwa pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama dengan metode fishbowl cukup menarik. Mereka bersemangat untuk bekerja di dalam kelompok. Hal ini karena mereka beranggapan bahwa tugas yang dianggap sulit dapat diselesaikan bersama-sama. Kegiatan pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama menggunakan metode fishbowl pada siswa kelas VII G SMPN 3 Mejayan ketika siswa berdiskusi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.4 Suasana Diskusi kelompok Siklus I Metode fishbowl membantu siswa mengatasi kesulitan dalam berbicara bahasa Jawa krama. Siswa yang termasuk dalam kelompok besar dapat bertanya secara bebas pada teman satu kelompok. Kebosanan yang biasanya menjadi kendala dalam pembelajaran berbicara dapat terkurangi dengan cara berdiskusi. Siswa tampak serius mengikuti pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama. Siswa yang menjadi kelompok kecil beberapa masih ada yang masih kaku ketika berbicara. Masih ada siswa yang malu-malu ketika berbicara karena tidak serius. Adapun aspek-aspek yang diamati dan hasil pada pengamatan kinerja siswa siklus I dalam pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama adalah sebagai berikut. Tabel. 4.2 Hasil Pengamatan Kinerja Siswa Siklus I Skor Pertemuan No 1 2 3
Aspek yang Dinilai Keaktifan siswa dalam mendengarkan penjelasan guru Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran Kemampuan siswa dalam merespon dan menjawab pertanyaan guru
4
Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok
5
committugas to user Kemampuan dalam melaksanakan guru
Rerata
I
II
77%
82%
79,5%
78%
81%
79,5%
67%
73%
70%
79%
80%
79,5%
74%
77%
75,5%
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan data hasil pengamatan kinerja siswa di atas, dapat dideskripsikan bahwa siswa lebih aktif, tidak jenuh, dan lebih mudah dalam mengikuti pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama. Siswa lebih kelihatan antusias dan senang dalam berdiskusi dengan model fishbowl. Keaktifan siswa dalam mendengarkan penjelasan mencapai persentase 82%, dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran mencapai persentase 81%. Siswa dalam merespon pertanyaan dan menjawab pertanyaan guru mencapai persentase 73%. Dalam berdiskusi kelompok siswa mencapai persentase 80%. Sedangkan kemampuan siswa dalam melaksanakan tugas guru mencapai persentase 79%. Dengan kata lain intensitas belajar siswa atau kinerja siswa dalam proses pembelajaran lebih baik dibandingkan kondisi sebelumnya.
2) Pengamatan Kinerja Guru Siklus I Rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dirancang dan ditetapkan oleh peneliti dan guru kolaborator telah dilaksanakan sasuai dengan rencana dan aturan atau tahapan demi tahapan metode pembelajaran fishbowl. Dalam pembelajaran, guru belum sepenuhnya bisa mengkondisikan siswa. Masih banyak siswa yang bermain, atau berbicara dengan teman ketika kelompok kecil berdiskusi. Kegiatan guru belum optimal dalam proses pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama menggunakan metode fishbowl. Adapun hasil pengamatan kinerja guru siklus I dalam pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama yang dilakukan peneliti dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus I No.
Kegiatan
1
Skor Pertemuan
Rerata
I
II
Pra Pembelajaran
4
4
4
2
Kegiatan Pendahuluan
2
6
4
3
Kegiatan Inti
43
46
44,5
4
Kegiatan Penutup
3
4
3,5
Skor Perolehan
56
Skor Total
84
Nilai
66,7
Kategori
commit to user
cukup
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel di atas menunjukkan bahwa kinerja guru yang dilakukan selama pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama pada siklus I sudah mengalami peningkatan dibandingkan pada prasiklus. Kegiatan I, yaitu kegiatan pra pembelajaran dengan poin menyiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran serta memeriksa kesiapan siswa mendapat skor 4 pada pertemuan 1 dan skor 4 pada pertemuan 2. Pada kegiatan II, yaitu kegiatan pendahuluan dengan poin memberikan apersepsi dan menginformasikan SK, KD, tujuan, dan indikator yang ingin dicapai dalam pembelajaran mendapatkan skor 2 pada pertemuan 1 dan skor 6 pada pertemuan 2. Kemudian pada kegiatan inti, yaitu yang
terdiri
atas
poin
penguasaan
materi
pembelajaran,
pendekatan/metode
pembelajaran, pemanfaatan sumber/media pembelajaran, pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa, dan penilaian proses dan hasil belajar mendapatkan skor 43 pada pertemuan 1 dan skor 46 pada pertemuan 2. Terakhir, pada kegiatan IV, yaitu kegiatan akhir mendapatkan skor 3 pada pertemuan 1 dan skor 4 pada pertemuan 2. Skor total dari yang diperoleh pada siklus I ini adalah 112 dengan nilai rata-rata 66,7. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran mulai dari apersepsi, guru masih kurang dalam memulai proses pembelajaran yang akan memancing siswa untuk berani bertanya. Dalam pengelolaan kelas guru juga masih kurang respon terhadap siswa yang bemain ketika siswa lain berdiskusi di kelompok tengah. 3 Mejayan ketika pembelajaran berlangsung dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.5 Suasana Siklus I commitPembelajaran to user 3) Penilaian Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Krama Siswa Siklus I
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Setelah peneliti melakukan penilaian pembelajaran berbicara terhadap keterampilan berbicara bahasa Jawa krama siswa, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada siklus I belum mencapai target yang telah ditentukan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa Siklus I Panjang Interval
Frekuensi
Prosentase (%)
76 – 80 71 – 75 66 – 70 61 – 65
8 11 7 2
29 39 25 7
Nilai Rata-rata
74,5
Ketuntasan Klasikal
74%
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa ada delapan siswa (29%) memperoleh nilai lebih dari 76 dengan kategori baik, sebelas siswa (39%) memperoleh nilai 71-75. Namun tujuh siswa (25%) masih ada yang memperoleh nilai 66-70. Sedangkan dengan nilai 61-65 terdapat dua siswa (7%). Melihat hasil data di atas dapat diketahui bahwa masih ada 33% atau 9 siswa yang memperoleh nilai dibawah standar kriteria ketuntasan minimal yaitu nilai 75. Sedangkan siswa yang sudah memenuhi standar kriteria ketuntasan minimal berjumlah 19 orang atau sekitar 68%. Target pencapaian dalam penelitian ini adalah nilai keterampilan berbicara bahasa Jawa krama 80% siswa mencapai nilai minimal 75, sedangkan pada siklus I ini baru ada 68% siswa mencapai nilai minimal 75, maka pembelajaran pada siklus dinyatakan belum tuntas atau belum mencapai target. Dengan demikian perlu dilakukan perbaikan untuk proses pembelajaran siklus II. Guna lebih jelasnya, perolehan hasil ketuntasan belajar siswa pada siklus I digambarkan dalam grafik berikut ini.
commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
persentase
Gambar 4.6 Histogram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
Rentang Nilai
d. Refleksi Siklus I Berdasarkan hasil penilaian keterampilan berbicara bahasa Jawa krama siklus I, siswa kelas VIII G SMP N 3 Mejayan baru mencapai nilai rata- rata 79. Sepuluh siswa masih di bawah nilai ketuntasan belajar atau sekitar 35%, sedangkan delapan belas siswa sudah mencapai nilai di atas ketuntasan belajar atau sekitar 65%. Dari lima aspek kriteria penilaian berbicara bahasa Jawa krama, aspek yang paling rendah perolehan nilainya adalah aspek kosakata yang hanya mencapai rata- rata nilai 71%. Aspek tekanan mencapai nilai rata-rata 78%, aspek pemahaman mencapai nilai rata-rata 77%, aspek tata bahasa mencapai nilai rata-rata 86%, dan aspek kelancaran mencapai nilai rata-rata 86%. Kualitas proses pembelajaran, yang terdiri dari aspek kinerja siswa dan aspek kinerja guru, kinerja siswa mencapai nilai rata-rata 81% dari lima aspek. Kinerja guru dari perencanaan mencapai rata-rata nilai 75%, sedangkan untuk pelaksanaan kinerja guru mencapai rata-rata nilai 78%. Dalam pelaksanaan pembelajaran berbicara bahasa Jawa kruma mcnggunakan metode fishbowl siklus I ada beberapa hal yang menjadi catatan, yaitu: (1) Karena kompetensi siswa cukup beragam, maka guru perlu mengatur penyebaran siswa untuk memperlancar proses pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
63 digilib.uns.ac.id
(2) Guru perlu memberikan perhatian lebih kepada anggota kelompok yang cenderung
individual, sehingga tidak terjadi dominasi 1 atau 2 siswa. (3) Guru perlu lebih tegas menegur siswa yang cenderung pasif atau tidak serius dalam pembelajaran. (4) Guna meningkatkan aktivitas belajar, guru perlu menyiapkan siswa untuk
memahami kosa kata ragam krama agar semua siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. (5) Aspek yang masih belum tercapai siswa adalah kosakata, tekanan dan pemahaman.
Oleh karena itu, pada siklus II ketiga aspek itu perlu mendapat perhatian khusus karena pada siklus I masih kurang. Hal ini juga yang mendasari penelitian ini dilanjutkan pada siklus II.
3. Deskripsi Siklus II Pada siklus II dilaksanakan pembelajaran berbicara bahasa krama dengan metode fishbowl melalui 4 tahap sama seperti pada siklus I, yaitu; (a) tahap perencanaan (planning), (b) tahap pelaksanaan (acting), (c) tahap observasi (observing), dan (d) tahap refleksi (reflecting). Namun pada siklus II perencanaan dibuat berdasarkan hasil siklus 1 yang direfleksi dan dicari solusinya agar pada siklus II nanti target nilai bisa tercapai. Hasil siklus II meliputi hasil tes dan nontes. Hasil tes adalah tes keterampilan berbicara bahasa Jawa krama ketika melaksanakan diskusi fishbowl. Hasil nontes meliputi hasil observasi dan wawancara.
a. Perencanaan Tindakan Siklus II Sebelum tindakan dilaksanakan, peneliti dan guru mengadakan serangkaian kegiatan. Kegiatan tersebut adalah menyususn perencanaan berdasarkan hasil dari siklus I. Setelah pelaksanaan siklus I, dan mendapatkan hasil serta catatan kekurangankekurangan dan kelebihan, maka peneliti dan guru bisa menyusun perencanaan pembelajaran yang lebih sempurna, agar target nilai pada siklus II bisa tercapai. Penyusunan rencana pembelajaran ini dilaksanakan sebelum tindakan siklus II dilaksanakan. Tepatnya pada hari Sabtu 3 Mei 2014 pukul 08.30 di kantor guru, peneliti dan guru kolaborator mengadakan pertemuan membicarakan rencana pelaksanaan siklus II yang disertai penyempurnaan agar target nilai pada siklus II nanti dapat tercapai. to user Berdasarkan hasil nilai keterampilancommit berbicara siklus I, aspek kosakata, tekanan, dan pemahaman. yang sangat perlu diperhatikan, karena masih dibawah rata-rata target nilai
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atau KKM. Rencana penyempurnaannya adalah diawal pembelajaran, guru akan melakukan permainan semacam kuis yang teknisnya dirancang oleh guru sendiri. Hal ini dilaksanakan dengan maksud agar siswa mendapat pengetahuan yang banyak tentang kosa kata bahasa Jawa krama, bagaimana pelafalannya, intonasinya dan bagaimana sikap unggah-ungguh yang benar ketika berbicara kepada orang yang lebih tua yang pada akhimya bisa menambah keterampilan berbicara siswa dengan harapan target minimal nilai berbicara bahasa Jawa krama siswa akan tercapai pada siklus II. Pada siklus II direncanakan dalam 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama 2x40 menit, dan pertemuan ke dua 2x40 menit. Adapun kompetensi yang hendak dicapai sama seperti pada siklus I yaitu; Standar Kompetensi: Mengungkapkan pikiran, gagasan, perasaan dalam bentuk menyampaikan pesan dan himbauan secara langsung. Kompetensi Dasar: Menyampaikan pesan/informasi sacara lisan dengan menggunakan berbagai ragam Bahasa Jawa secara baik dan benar. Perencanaan tindakan siklus II yang telah disusun bersama-sama, dilaksanakan dalam beberapa tahapan. Pada pertemuan pertama, tahap pertama kegiatan awal kurang lebih sepuluh menit. Selanjutnya adalah tahap penyampaian materi berbicara bahasa Jawa krama kira-kira sepuluh menit. Tahap ketiga permainan dan evaluasi sekitar lima belas menit. Tahap keempat adalah diskusi fishbowl kurang lebih empat puluh menit. Tahap terakhir adalah refleksi. Memasuki pertemuan kedua, pada tahap awal apersepsi seitar sepuluh menit, dilanjutkan tahap kedua yaitu presentasi menggunakan diskusi fishbowl tiap kelompok kurang lebih enam puluh menit. Tahap terakhir adalah refleksi. Setelah pembicaraan dengan guru selesai dan dirasa cukup serta segala sesuatu sudah siap untuk melaksanakan pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jawa krama menggunakan metode fishbowl pada siklus II, peneliti kemudian berpamitan dengan guru. Peneliti melanjutkan tugas sendiri yaitu menyusun instrumen penelitian siklus II. Mulai dari instrumen penilaian kualitas proses pembelajaran yang digunakan untuk menilai kinerja siswa dan kinerja guru serta instrumen penilaian keterampilan berbicara bahasa Jawa krama untuk mengetahui seberapa besar keterampilan berbicara bahasa Jawa krama siswa setelah dilaksanakannnya pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama menggunakan metode fishbowl pada siklus II. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
65 digilib.uns.ac.id
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pelaksanaan tindakan siklus II, pertemuan pertama yang sedianya akan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 7 Mei 2014 diruang kelas VII G SMPN 3 Mejayan, akhirnya mundur menjadi hari Jumat tanggal 9 Mei 2014. Hal ini dikarenakan pada hari Rabu Guru kolaborator meminta izin untuk menyelesaikan materi yang belum tuntas. Guru kolaborator ternyata merangkap mengajar seni budaya dan jam yang dipakai sebenarnya adalah jam seni budaya. Siswa telah diberi tahu terlebih dahuu sehingga telah mempersiapkan diri. Pembelajaran dimulai pada pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 08.20 WIB. Pertemuan kedua kembali dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 14 Mei 2014 mulai pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 08.20 WIB diruang kelas VII G SMPN 3 Mejayan. Pembelajaran berbicara menggunakan bahasa Jawa krama pada siklus II diawali dengan evaluasi atau penyampaian kekurangan yang ada pada siklus I, sehingga diharapkan kekurangan yang terdapat pada siklsus I tidak terjadi lagi pada siklus II. Selanjutnya penjelasan guru tentang berbicara menggunakan bahasa Jawa krama sesuai unggah-ungguh yang benar. Pada siklus II ini guru lebih menekankan pada aspek kosakata, tekanan, dan pemahaman.. Karena ketiga aspek tadi yang masih kurang ratarata nilainya. Siswa tetap terbagi dalam 2 kelompok, kelompok kecil terdiri alas 4 siswa dan sisanya mengelilingi membentuk lingkaran. Pelaksanaan tindakan siklus II ini, dilakukan dalam dua pertemuan atau 4 jam pelajaran (4x40 menu). Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat, 9 Mei 2014 di ruang kelas VII G selama 2 x 40 menit. Dimulai pukul 07.00 WIB dan diakhiri pukul 08.20 WIB. Pertemuan kedua pada hari Rabu tanggal 14 Mei 2014 di ruang kelas VII G selama 2 x 40 menit. Dimulai pukul 07.00 WIB dan diakhiri pukul 08.20 WIB. Alokasi waktu yang digunakan baik pada pertemuan pertama maupun kedua pada siklus II adalah 2 x 40 menit. Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 2014, dan pertemuan kedua tanggal 14 Mei 2014. Pada pertemuan pertama siklus II, guru tidak (lagi memberi penjelasan tentang konsep berbicara bahasa Jawa krama, melainkan pada kosakata, tekanan, dan pemahaman.. Kegiatan diawali dengan (1) menyiapkan siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar, (2) menyampaikan tujuan pembelajaran (3), mengajak siswa melakukan permainan yang yang menguji kosakata dan pelafalan siswa, dan (4) membentuk siswa menjadi kelompok kecil dan kelompok besar atau commit to user fishbowl.
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Setelah mengondisikan siswa, guru melaksanakan kegiatan inti, yakni menyampaikan materi berbicara bahasa Jawa krama, serta aspek penilaiannya. Guru membagi sebuah lembar kerja yang berisi macam-macam orang yang harus dihadapi dan pilihan bahasa yang digunakan. Siswa yang berada di kelompok kecil diberi kesempatan pertama untuk menjawab. Selanjutnya guru menunjuk secara acak siswa dari kelompok besar, apabila siswa dari kelompok kecil tidak mampu menjawab. Langkah-langkah berbicara menggunakan bahasa Jawa krama sudah diberikan guru dalam bentuk lembar kerja siswa. Pada pertemuan pertama, siswa harus menentukan bahasa ngoko atau krama yang dipakai, jika melihat siapa yang dihadapi. Siswa harus lebih memperhatikan pemakaian pilihan kata yang sesuai dengan unggahungguh yang tepat. Pada tahap kegiatan kelompok semua siswa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan guru. Guru mendampingi dan membantu jalannya diskusi. Terutama apabila diskusi fishbowl menemui jalan buntu, misalnya semua siswa tidak ada yang mampu menjawab. Siswa dapat kepada guru dalam mengerjakan tugas agar kesulitan yang mereka hadapi dapat teratasi. Kegiatan pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama menggunakan metode fishbowl siklus II pada siswa kelas VII G SMP N 3 Mejayan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.7 Suasana Pembelajaran Siklus II Pertemuan kedua pada siklus II guru mengondisikan siswa dalam kelompok commit to user besar dan kelompok kecil (fishbowl) seperti pertemuan sebelumnya. Bedanya pada
perpustakaan.uns.ac.id
67 digilib.uns.ac.id
pertemuan ini siswa berpasangan dengan temannya untuk mempresentasikan dialog dengan bahasa Jawa krama. Siswa bergantian sebagai kelompok kecil, sedangkan kelompok besar mengamati, sekaligus menilai temannya Guru menilai siswa sesuai dengan kriteria penilaian berdasarkan aspek penilaian berbicara bahasa Jawa krama yaitu kosakata, tekanan, dan pemahaman., tata bahasa, dan kelancaran. Kegiatan pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama menggunakan metode fishbowl siklus II pertemuan 2 pada siswa kelas VII G SMPN 3 Mejayan apat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.8 Suasana Ketika Siswa berdiskusi Fishbowl Pada tahap evaluasi, guru bersama-sama siswa bertanya jawab tentang kesimpulan apa yang mereka peroleh dari diskusi tersebut. Siswa kemudian menuliskan sendiri kesimpulan tersebut pada selembar kertas.
c. Observasi Siklus II 1) Pengamatan Kinerja Siswa Siklus II Pengamatan penelitian pada siklus II ini menggunakan instrumen yang telah dipersiapkan oleh peneliti yang disusun pada awal pembelajaran. Berdasarkan pengamatan, siswa lebih aktif dan lebih senang mengikuti pembelajaran yang diawali dengan model pembelajaran fishbowl. Terlebih lagi ketika siswa terlebih dahulu diajak melakukan permainan untuk menguji kosakata bahasa Jawa krama. Mereka terlihat lebih antusias dan penuh percaya diri.commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama berjalan lancar. Hal ini tampak pada antusiasme siswa selama proses pembelajaran. Terjadi peningkatan minat siswa untuk dapat berbicara bahasa Jawa krama. Siswa semakin menganggap bahwa pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama dengan metode fishbowl menarik. Mereka semakin bersemangat untuk bekerja sama di dalam kelompok. Hal ini karena mereka beranggapan bahwa tugas yang dianggap berat dapat diselesaikan bersama-sama. Kegiatan pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama menggunakan metode fishbowl siklus II pada siswa kelas VII G SMPN 3 Mejayan bertambah menarik karena di tiap siklus ada siswa yang diberi penghargaan karena aktif dalam pembelajaran. Fenomena tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.9 Siswa Mendapat Penghargaan karena Aktif Pada siklus II ini, metode fishbowl sangat membantu siswa mengatasi kesulitan dalam berbicara bahasa Jawa krama. Mereka yakin akan mendapatkan manfaat yang besar yang didapat setelah mereka bisa berbicara menggunakan bahasa Jawa krama. Kebosanan yang biasanya menjadi kendala dalam pembelajaran berbicara dapat terkurangi dengan cara berdiskusi. Siswa tampak lebih serius mengikuti pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama. Dari hasil observasi siklus II yang meliputi lima aspek penilaian kinerja siswa dalam pembelajaran, kinerja siswa mengalami peningkatan. Adapun aspekaspek yang diamati dan hash pada pengamatan kinerja siswa siklus II dalam pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama adalah sebagai berikut. commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.5. Hasil Pengamatan Kinerja Siswa Siklus II Skor Pertemuan No
1
2
Aspek yang Dinilai Keaktifan
siswa
dalam
mendengarkan
penjelasan guru Keaktifan
siswa
dalam
mengikuti
pembelajaran
Rerata
I
II
85%
91%
88%
83%
87%
85%
Kemampuan siswa dalam merespon dan 3
menjawab pertanyaan guru
73%
75%
74%
4
Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok
80%
84%
82%
82%
85%
83,5%
5
Kemampuan dalam melaksanakan tugas guru
Berdasarkan data hasil pengamatan kinerja siswa pada siklus II di atas, dapat dideskripsikan bahwa aspek keaktifan siswa mengalami peningkatan. Siswa tidak lagi canggung dalam proses pembelajaran, tidak lagi takut salah dalam berbicara, dan tampak sekali siswa lebih mudah dalam mengikuti pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama. Siswa Iebih kelihatan antusias dan senang dalam berdiskusi dengan model fishbowl. Keaktifan siswa dalam mendengarkan penjelasan mencapai persentase 89% dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran mencapai persentase 86%. Siswa dalam merespon pertanyaan dan menjawab pertanyaan guru mencapai persentase 85%. Dalam berdiskusi kelompok siswa mcncapai persentase 84%. Sedangkan kemampuan siswa dalam melaksanakan tugas guru mencapai persentase 91%. Dengan kata lain intensitas belajar siswa atau kinerja siswa dalam proses pembelajaran lebih baik dibandingkan kondisi siklus I dan mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
2) Pengamatan Kinerja Guru Siklus II Rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dirancang dan ditetapkan oleh peneliti dan guru kolaborator pada awal siklus II telah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan aturan. Tahapan demi tahapan pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama commit to user menggunakan metode pembelajaran fishbowl pada siklus II selesai dilaksanakan. Dalam
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran, guru sudah sepenuhnya dapat mengkondisikan siswa terutama ketika praktik bermain peran. Siswa yang ketika siklus I masih berbicara dan kurang memperhatikan siswa/ kelompok lain ketika maju bermain peran di depan kelas, kini sudah bisa lebih memperhatikan. Kegiatan guru sudah optimal dalam proses pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama menggunakan metode fishbowl. Adapun hasil pengamatan kinerja guru siklus II tahap perencanaan pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut. Tabel 4.6 Nilai Kinerja Guru pada Siklus II No
Kegiatan
1
Skor Pertemuan
Rerata
I
II
Prapembelajaran
6
8
7
2
Kegiatan Pendahuluan
4
6
5
3
Kegiatan Inti
51
59
55
4
Kegiatan Penutup
5
7
6
Skor Perolehan
73
Skor Total
84
Nilai
86,9
Kategori
Sangat Baik
Tabel di atas menunjukkan bahwa kinerja guru yang dilakukan selama pembelajaran berbicara krama pada siklus II sudah mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I. Kegiatan I, yaitu kegiatan prapembelajaran dengan poin menyiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran serta memeriksa kesiapan siswa mendapat skor 6 pada pertemuan 1 dan skor 8 pada pertemuan 2. Pada kegiatan II, yaitu kegiatan pendahuluan dengan poin memberikan apersepsi dan menginformasikan SK, KD, tujuan, dan indikator yang ingin dicapai dalam pembelajaran mendapatkan skor 4 pada pertemuan 1 dan skor 6 pada pertemuan 2. Pada kegiatan inti, yaitu yang terdiri poin penguasaan materi pembelajaran, pendekatan/metode pembelajaran, pemanfaatan sumber/media pembelajaran, pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa, dan penilaian proses dan hasil belajar mendapatkan skor 51 pada pertemuan 1 dan skor 59 pada pertemuan 2. Terakhir, pada kegiatan IV, yaitu kegiatan akhir commit to user mendapatkan skor 5 pada pertemuan 1 dan skor 7 pada pertemuan 2. Skor total dari
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang diperoleh pada siklus II ini sebanyak 84 dengan nilai rata-rata 86,9 dengan kategori sangat baik. Catatan hasil pengamatan penilaian kinerja guru terlampir.
3) Penilaian Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Krama Siswa Siklus II Peneliti telah melaksanakan pembelajaran dan melakukan penilaian terhadap keterampilan berbicara bahasa Jawa krama menggunakan metode fishbowl pada siklus II, dan dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa khususnya keterampilan berbicara bahasa Jawa krama sudah mencapai target yang telah ditentukan atau memenuhi standar ketuntasan minimal. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.7 Hasil Belajar Siswa Siklus 2 Panjang Interval
Frekuensi
Persentase (%)
71 – 75
3
11
76 – 80
7
25
81 – 85
7
25
86 – 90
9
32
91 – 95
2
7
Nilai Rata-Rata
84,6
Ketuntasan Klasikal
85%
Tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa: 1) siswa yang mendapat nilai 71-75 sebanyak 3 orang, 2) siswa yang mendapat nilai 76-80 sebanyak 7 orang, 3) siswa yang mendapat nilai 81-85 sebanyak 7 orang, 4) siswa yang mendapat nilai 86-90 sebanyak 9 orang, dan 5) siswa yang mendapat nilai 91-95 sebanyak 2 orang. Melihat hasil data tersebut dapat diketahui bahwa lebih dari 80% siswa sudah memperoleh nilai di atas standar kriteria ketuntasan minimal yaitu nilai 75 dengan kata lain target dalam penelitian ini telah tercapai. Guna memberikan gambaran yang jelas mengenai peningkatan ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini.
commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.8 Perbandingan Presentase Ketuntasan Klasikal Siklus I dengan Siklus II No
Jumlah Siswa
Siklus
Tuntas
Tidak Tuntas
Persentase Ketuntasan
1
Siklus I
19
9
67,8%
2
Siklus II
26
2
92,8%
Berdasarkan tabel di atas diperoleh gambaran bahwa persentase ketuntasan pada siklus II meningkat dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus I siswa yang tuntas hanya 19 orang dan yang tidak tuntas sebanyak 9 orang, sedangkan pada siklus II siswa tuntas menjadi 26 orang dan yang tidak tuntas 2 orang. Persentase ketuntasannya pun meningkat dari 67,8% pada siklus I menjadi 92,8% pada siklus II. Guna lebih jelasnya, perolehan hasil ketuntasan belajar siswa pada siklus II digambarkan dalam grafik berikut ini. Gambar 4.9 Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
Guna memberikan gambaran yang jelas berkenaan peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jawa krama siswa kelas VIII G tiap aspek dapat dilihat pada tabel berikut ini.
commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.9. Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Krama siswa Persentase Target Capaian No
Aspek Siklus I
Siklus II
1
Kosakata
68%
80%
2
Tekanan
79%
86%
3
Pemahaman
67%
78%
4
Tata Bahasa
80%
91%
5
Kelancaran
79%
88%
74%
84%
Rata-Rata
d. Refleksi Siklus II Berdasarkan hasil penilaian keterampilan berbicara bahasa Jawa krama siklus II, siswa kelas VII G SMP N 3 Mejayan sudah mencapai nilai rata- rata 84. Dua siswa masih di bawah nilai ketuntasan belajar atau sekitar 7%, sedangkan satu siswa memperoleh nilai tepat KKM yaitu 75. Tujuh siswa sudah mencapai nilai di atas ketuntasan belajar tepatnya nilai rentang 76-80 atau sekitar 25%. Tujuh siswa atau sekitar 25% siswa nendapatkan nilai baik atau mendapatkan rentang nilai antara 81-85. Sembilan siswa berada di rentang nilai 86-90 atau 32%, dan dua siswa mendapat nilai tertinggi 91-95 atau 7%. Dari lima aspek kriteria penilaian berbicara bahasa Jawa krama, aspek yang pertama aspek kosakata mencapai rata- rata nilai 79%. Aspek tekanan mencapai nilai rata-rata 92%, aspek pemahaman mencapai nilai rata-rata 81%, aspek tata bahasa mencapai nilai rata-rata 88%, dan aspek kelancaran mencapai nilai rata- rata 95%. Pada kualitas proses pembelajaran yang terdiri dari aspek kinerja siswa dan aspek kinerja guru, kinerja siswa mencapai nilai rata-rata 87% dari lima aspek. Kinerja guru dari perencanaan mencapai rata-rata nilai 86%, sedangkan untuk pelaksanaan kinerja guru mencapai rata-rata nilai 92%. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
74 digilib.uns.ac.id
B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian siklus I dan siklus II. Dapat dilakukan suatu pembahasan hasil penelitian yang berkaitan dengan teori-teori yang dijadikan acuan dalam penelitian. Pembahasan dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan masalah, tujuan, dan hasil penelitian. Fokus pembahasan dalam penelitian ini adalah penerapan metode fishbowl untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran bahasa Jawa krama siswa kelas VII G SMP N 3 Mejayan kabupaten Madiun. Selain itu, dalam pembahasan ini juga dibahas peningkatan keterampilan berbicara berbicara bahasa Jawa krama dengan penerapan metode fishbowl. Pembahasan dan pokok-pokok temuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Kondisi Awal Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Krama Siswa dan Kualitas Proses Pembelajaran Barbicara Bahasa Jawa Krama Berdasarkan hasil observasi awal, diperoleh hasil bahwa keterampilan berbicara
bahasa Jawa krama siswa masih rendah. Begitu juga dengan kualitas proses pembelajaran bahasa Jawa krama yang belum maksimal. Penyebab rendahnya keterampilan berbicara bahasa Jawa krama siswa diakibatkan oleh kurang tetariknya siswa terhadap pembelajaran. Hal tersebut terjadi adalah sebagai akibat dari proses pembelajaran yang kurang berkualitas. Dalam mengajar, guru masih cenderung menggunakan pola lama. Siswa lebih sering diam, duduk, dengar dan catat dalam mendengarkan pcnjelasan materi guru. Guru merupakan satu-satunya sumber dan menjadi sentral pembelajaran. Siswa kurang berperan secara aktif dalam pembelajaran. Akibatnya pembelajaran menjadi kurang gembira den menyenangkan. Hal inilah yang membawa dampak negatif terhadap keterampilan berbicara bahasa Jawa krama siswa. Berdasarkan hasil observasi di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kualitas proses pembelajaran dengan hasil pembelajaran sangat erat. Kualitas proses pembelajaran akan baik jika kinerja guru dan kinerja siswa juga baik. Guna mewujudkan pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan siswa, harus ada kerja sama dan hubungan atau komunikasi yang baik dan lancar antara guru dengan siswa. Selain itu, inovasi guru dalam memilih strategi dan metode pembelajaran yang tepat untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran merupakan kunci utama keberhasilan dalam pembelajaran. metode pembelajaran yang tepat untuk mengatasi commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
permasalahan dalam pembelajaran merupakan kunci utama keberhasilan dalam pembelajaran.
2.
Pembelajaran Berbicara Bahasa Jawa Krama dengan Menggunakan Metode Fishbowl Berdasarkan hasil pelaksanaan siklus I dan siklus II dapat dinyatakan bahwa
terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama dengan penerapan metode fishbowl. Dengan meningkatnya kualitas proses pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama, terjadi pula peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jawa krama siswa. Siswa dalam kelompok kecil mempresentasikan hasil kerjanya dengan dikelilingi kelompok luar yang berfungsi sebagai pengamat. Kelompok besar ini mengamati apa yang diucapkan temannya, dan bagaimana bahasa tersebut diucapkan. Bentuk diskusi ini menyebabkan pembelajaran kolaboratif ini juga disebut Inside Outside Circle (Barkley, 2005:145). Pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama dengan menggunakan metode fishbowl diawali dengan, (1) guru menyampaikan materi yang akan disajikan, menjelaskan tentang keterampilan berbicara bahasa Jawa krama dan tata cara melaksanaan pembelajaran dengan metode fishbowl dengan singkat, (2) Guru memerintahkan siswa membentuk kelompok kecil beranggota 2-4 orang lalu membuat lingkaran dalam kelas, kemudian siswa yang tersisa membentuk lingkaran besar mengelilingi lingkaran kecil. (3) Siswa diberi pengarahan, hanya lingkaran kecil yang boleh berbicara, lingkaran luar berfungsi sebagai pengamat. Pengamat disuruh membuat catatan-catatan berkaitan dengan jalannya diskusi, tentu saja nantinya kelompok luar ini diberi kesempatan untuk berbicara menyampaikan pendapatnya. (4) Siswa diberi masalah yang akan didiskusikan, dan (5) Siswa ditugaskan untuk membuat kesimpulan bagaimana jalannya diskusi. Jalannya diskusi diamati dan dinilai dari aspek kosakata, tekanan, pemahaman, tata bahasa, kelancaran, berdasarkan tolak ukur yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama menggunakan metode fishbowl mulai siklus I sampai dengan siklus II terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran dan peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jawa krama siswa. commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Berbicara Bahasa Jawa Krama dengan Menggunakan Metode Fishbowl Setelah dilaksanakan pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama menggunakan
metode fishbowl mulai siklus I sampai dengan siklus II terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran pada siswa kelas VII G SMPN 3 Mejayan. Ini terlihat pada meningkatnya kinerja siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran. Berdasarkan kriteria aspek penilaian, kinerja siswa mengalami peningkatan. Siklus I kinerja siswa mencapai rata-rata nilai 78,8, sedangkan pada siklus II mencapai rata-rata nilai 84,3. Begitu pula pada kinerja guru, berdasarkan observasi dan kriteria aspek penilaian mulai dan tahap perencanaan sampai dengan tahap pelaksanaan kinerja guru mengalami peningkatan. Pada siklus I kinerja guru sudah dapat dikatakan cukup dengan nilai rata-rata yang diperoleh sebanyak 66,7. Pada siklus II, kinerja guru semakin meningkat. Nilai rata-rata yang diperoleh sebanyak 86,9 dengan kategori sangat baik. Jadi semua komponen dalam pembelajaran mulai dari siklus I dan II semua mengalami peningkatan baik proses maupun kinerja siswa sangat baik terbukti dari pengamatan dan nilai kinerja siswa maupun guru mengalamai peningkatan.
4.
Peningkatan
Keterampilan
Berbicara
Bahasa
Jawa
Krama
dengan
Menggunakan Metode Fishbowl Sebagaimana telah diuraikan pada awal laporan penelitian ini, masalah yang dihadapi dalam penelitian ini adalah keterampilan berbicara bahasa Jawa krama siswa yang masih rendah. Kompetensi standar minimal yang harus dicapai siswa yang telah ditetapkan dalam kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75, dan ketuntasan secara klasikal adalah 80%. Faktor yang kedua adalah kurangnya kemampuan guru dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali potensi dalam dirinya dan menuangkan gagasan atau ide dalam bentuk lisan. Pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama hendaknya dilaksanakan dengan memberikan keterlibatan Iangsung siswa dalam proses pengamatan sampai dengan penyusunan skenario dan pengembangan ide dan gagasan berbicara bahasa Jawa krama. Ternyata kemampuan siswa sesuai dengan kurikulum belum terpenuhi. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti menerapkan metode fishbowl untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jawa krama agar kemampuan mereka commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
77 digilib.uns.ac.id
mencapai batas KKM, atau memenuhi target penelitian ini yaitu 80% siswa mencapai nilai 75. Pada siklus I, siswa yang sudah tuntas sebanyak sembilan belas siswa atau sebesar 68 %, sedangkan sembilan siswa atau sebesar 33% siswa belum tuntas, sehingga perlu dilanjutkan pembelajaran siklus II. Pada siklus II, siswa yang tuntas berjumlah 26 atau sebesar 93%, sedangkan 7% belum tuntas atau sebanyak 2 siswa. Target dalam penelitian ini adalah 80% siswa telah mencapai nilai di atas KKM yaitu 75. Pada siklus II 93% siswa telah mencapai KKM atau mencapai nilai rata-rata di atas 75. Dengan demikian, pada siklus II target penelitian telah tercapai. Pada siklus I, nilai rata-rata keterampilan berbicara bahasa Jawa krama mencapai 74,5. Ada sembilan belas (68%) siswa memperoleh nilai 74-81 atau berkategori baik. Namun sembilan siswa (33%) masih ada yang memperoleh nilai 66-73 dengan kategori cukup. Pada Siklus I masih ada 33% atau 9 siswa yang memperoleh nilai di bawah standar kriteria ketuntasan minimal yaitu nilai 75. Sedangkan siswa yang sudah memenuhi standar kriteria ketuntasan minimal berjumlah 19 orang atau sekitar 68%. Pada siklus II, nilai rata-rata keterampilan berbicara bahasa Jawa krama siswa mencapai 84,6. Ada dua siswa (11%) memperoleh nilai lebih dari 91 dengan kategori sangat baik, sembilan siswa (32%) memperoleh nilai 86-90 atau berkategori baik. Siswa yang memperoleh nilai dibawah 75 dengan kategori cukup masih ada 2 siswa. Pada siklus II, lebih dari 80% siswa sudah memperoleh nilai di atas standar kriteria ketuntasan minimal yaitu nilai 80.
5.
Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Berbicara Bahasa Jawa Krama dengan Menggunakan Metode Fishbowl Keberhasilan sebuah pembelajaran akan dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Menurut Iskandarwasiss (2008:167) Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran tersebut adalah, 1) karakteristik peserta didik, 2) kompetensi dasar yang diterapkan, 3) bahan ajar, 4) waktu yang tersedia, 5) sarana dan prasarana, 6) strategi mengajar yang diterapkan oleh guru. Hal tersebut sejalan dengan apa yang terjadi pada penelitian ini. Meskipun dalam penelitian ini terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran dan peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jawa Krama dengan menggunakan metode commit to user fishbowl, akan tetapi masih ada kekurangan.
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kekurangan pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jawa krama dengan menggunakan metode fishbowl adalah, 1) menghabiskan waktu yang banyak, 2) masih ada siswa yang tidak mematuhi aturan dan berbisik-bisik dengan teman sebelahnya, 3) situasi sosial yang diciptakan dalam kelas tidak bisa sepenuhnya sama dengan situasi yang terjadi dalam lingkungan, 4) Peserta didik yang kurang berani, yang menjadi pengamat, mungkin enggan menukar peranan (Sudjana, 2010:14). Kelebihan pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jawa krama dengan mcnggunakan metode fishbowl adalah, 1) seluruh siswa dapat berpartisipasi dan mempunyai kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuannya, 2) kegiatan belajar dilakukan dalam suasana gembira dan pengajuan pendapat diajukan secara terbuka, 3) guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan ketika siswa berdiskusi, 4) pertanyaan-pertanyaan akan terarah pada bahan yang dievaluasi karena telah disiapkan terlebih dahulu, 5) pendapat akan bervariasi dan lebih lengkap karena siswa pada kedua lingkaran dapat bertukar tempat dan saling berganti peran.
commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Penelitian
tindakan
kelas
yang
menerapkan
metode
fishbowl
dalam
pembelajaran bahasa Jawa krama untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama dan meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jawa krama telah selesai dilaksanakan dalam dua siklus. Dalam setiap siklusnya ada empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Ketidakberhasilan dalam siklus akan diperbaiki dalam siklus berikutnya. Adapun hasil penelitian selama tindakan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Kualitas proses pembelajaran berbicara bahasa jawa krama siswa kelas VII G SMPN 3 Mejayan mengalami peningkatan setelah penerapan metode fishbowl. Berdasarkan hasil penelitian yang telah selesai dilaksanakan, mulai siklus I sampai dengan siklus II terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran pada siswa kelas VII G SMP N 3 Mejayan. Ini terlihat pada meningkatnya kinerja siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran. Berdasarkan kriteria aspek penilaian, kinerja siswa mengalami peningkatan. Begitu pula pada kinerja guru, berdasarkan observasi dan kriteria aspek penilaian mulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahap pelaksanaan kinerja guru mengalami peningkatan.
2.
Penerapan metode pembelajaran fishbowl dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa jawa krama siswa kelas VII G SMP N 3 Mejayan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah selesai dilaksanakan, terindikasi adanya peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jawa krama dan peningkatan jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar dari siklus 1 hingga siklus II. Pada siklus I, nilai ratarata keterampilan berbicara bahasa Jawa krama mencapai 74. Pada Siklus I masih ada 33% atau 9 siswa yang memperoleh nilai di bawah standar kriteria ketuntasan minimal yaitu nilai 75. Sedangkan siswa yang sudah memenuhi standar kriteria ketuntasan minimal berjumlah 19 orang atau sekitar 68%. Pada siklus II, nilai ratarata keterampilan berbicara bahasa Jawa krama siswa mencapai 86. Pada siklus II lebih dari 93% siswa sudah memperoleh nilai di atas standar kriteria ketuntasan commit to user minimal yaitu nilai 75.
79
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Implikasi Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses dan hasil pembelajaran bergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut bersasal dari pihak guru dan siswa. Faktor dari pihak guru yaitu kemampuan dalam mengembangkan materi, kemampuan guru dalam menyampaikan materi, kemampuan guru dalam mengelola kelas, memilih metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran, serta teknik yang digunakan guru sebagai sarana untuk menyampaikan materi. Kemudian faktor dari siswa yaitu minat, keaktifan, kerja sama dan tanggung jawab siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Faktor-faktor tersebut saling mendukung sehingga harus diupayakan agar semua faktor tersebut dapat terpenuhi. Apabila guru memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan materi dan dalam mengelola kelas serta didukung oleh teknik dan sarana yang memadai, pembelajaran akan berlangsung dengan baik. Selain faktor tersebut, pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan sangat mengefektifkan pembelajaran. Proses pembelajaran menuntut kemampuan guru menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, aktif, dan bermakna. Salah satunya cara yaitu dengan guru memilih metode fishbowl. Metode Fishbowl adalah metode diskusi yang menekankan pada prinsip belajar berpusat pada pengalaman siswa. Metode ini bertujuan supaya seluruh anggota kelompok diskusi mendpatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi dan mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota lain. Metode ini memiliki struktur pengajaran yang sangat sesuai digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, karena menghindari siswa mendominasi pembicaraan, atau siswa diam sama sekali. Semua siswa mendapat kesempatan yang adil dan sama dalam menyumbangkan pemikirannya. Metode ini sangat cocok untuk pelajaran bahasa Jawa pada keterampilan berbicara krama, karena pembelajaran berbicara Jawa dari hari ke hari semakin menunjukkan kemerosotan minat generasi muda, jadi perlu didukung dengan metode yang efektif dan menarik. Setelah diterapkan pendekatan pembelajaran tersebut, kualitas proses dan hasil belajar siswa meningkat yang pada akhirnya sasaran utama meningkatnya hasil pembelajaran kemampuan berbicara krama siswa akan
ikut
meningkat. Pendidikan yang berkualitas dapat diindikasikan dari ketercapaian mutu commit to user (kualitas) proses dan hasil belajar. Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil
perpustakaan.uns.ac.id
81 digilib.uns.ac.id
pembelajaran, dapat diupayakan melalui berbahai hal, di antaranya melalui PTK. PTK merupakan serangkaian aktivitas dari beberapa tindakan yang direncanakan, dilaksanakan, dan direfleksikan, yang dilakukan atas dasar dari permasalahan pembelajaran yang ditemukan. Dengan kata lain, penelitian jenis ini dilakukan untuk memberikan solusi dari permasalahan pembelajaran sehingga didapatkan peningkatan kualitas proses (motivasi belajar siswa) dan hasil yang telah ditentukan. Begitu pula dalam penelitian ini, yang berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran berbicara berbahasa Jawa ragam karma dengan menerapkan metode fishbowl, baik kualitas proses (motivasi belajar) maupun hasilnya. Pemberian tindakan pada siklus I dan siklus II memberikan deskripsi bahwa terdapat kekurangan-kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama berlangsung. Pada siklus berikutnya kekurangan-kekurangan dapat segera teratasi dengan penggunaan cara yang tepat. Setelah pelaksanaan tindakan kemudian dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama, baik secara kualitas proses maupun kualitas keterampilan berbicara bahasa Jawa krama. Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari proses maupun hasil belajar yang dicapai siswa. Pada proses pembelajaran harus dimulai dengan motivasi yang baik, kemudian terwujud interaksi sehingga siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya agar tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik. Perhatian siswa, keaktifan siswa, motivasi belajar, dan keterlaksanaan pembelajaran oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung menunjukkan proses pembelajaran yang berkualitas. Proses pembelajaran yang menuntut terwujudnya motivasi belajar tinggi dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran juga diperlukan dalam pembelajaran bahasa Jawa, khususnya kompetensi berbicara berbahasa Jawa ragam krama. Pada proses latihan ini siswa membutuhkan adanya dorongan dan arahan dari guru, termasuk pemberian motivasi dalam belajar dan berlatih berbicara berbahasa Jawa ragam krama. Dari simpulan yang telah dikemukakan diatas dapat dilihat bahwa pelaksanaan pembelajaran bahasa Jawa krama untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama dan meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jawa krama berjalan efektif dengan menerapkan metode fishbowl. Penelitian ini membuktikan bahwa metode fishbowl dapat meningkatkan commit to userketerampilan berbicara bahasa Jawa kualitas proses pembelajaran dan meningkatkan krama siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang telah dikemukakan pada
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
simpulan di atas. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan pembelajaran bagi guru, metode fishbowl dapat menjadi alternatif metode pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif dan kreatif serta menyenangkan, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jawa krama siswa.
C. Saran Berdasarkan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka peneliti dapat mengemukakan saran sebagai berikut: 1. Bagi Guru a. Guru hendaknya menyiapkan perangkat pemebelajaran yang selengkaplengkapnya sehingga jalannya proses pembelajaran sesui dengan indikator serta fokus pada tujuan indikator pembelajaran yang hendak dicapai. Penyiapan perangkat pemebelajaran itu terkait dengan dinamika yang berkembang di dalam kelas sehingga inovasi strategi pembelajaran selalu dimiliki oleh guru. b. Guna meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jawa krama siswa, guru mata pelajaran bahasa Jawa dapat menggunakan metode fishbowl. c. Guru hendaknya selalu meningkatkan kompetensinya terkait materi berbicara bahasa Jawa krama, sehingga ketika memberikan pelajaran tidak ada yang salah. d. Guru bahasa Jawa hendaknya selalu memotivasi siswanya dengan cara memberikan penghargaan kepada siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan memberikan bimbingan kepada siswa yang memiliki kemampuan rendah. 2. Bagi Siswa a. Siswa hendaknya mempersiapkan diri dengan belajar terlebih dahulu sehingga pembelajaran dapat cepat terserap. b. Siswa harus menyadari bahwa bahasa Jawa krama merupakan upaya untuk menjaga kelestarian bahasa Jawa di kalangan generasi muda. c. Siswa harus berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga mendukung terciptanya pembelajaran yang menyenangkan. d. Siswa diharapkan dapat berlatih belajar tuntas dan mandiri, tidak hanya selama kegiatan
pembelajaran
di
dalam
kelas,
tetapi
juga
harus
mampu
mengaplikasikan bahasa Jawa krama dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun masyarakat.commit to user 3. Bagi Sekolah
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sekolah hendaknya lebih memperhatikan potensi siswa dalam kaitannya dengan potensi nembang macapat, sehingga diharapkan dapat memberikan motivasi bagi siswa untuk lebih mengasah kemampuannya lagi. Sekolah seyogyanya memberikan ruang yang lebih dalam kaitannya perlengkapan pembelajaran serta kelas yang bervariatif sehingga pembelajaran tidak hanya di kelas saja. Pembelajaran bahasa Jawa hendaknya tidak hanya dijadikan pembelajaran yang dianggap biasa saja akan tetapi harus diberi ruang lebih untuk berkreatifitas terutama menunjukkan keunggulannya di bidang seni dan budaya. Deskripsi penelitian ini terbatas pada pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama pada siswa kelas VII G SMP N 3 Mejayan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lain sebagai tindak lanjut untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jawa krama siswa pada kelas dan jenjang lain melaui metode fishbowl. Melalui penelitian tersebut diharapkan dapat memperkaya khazanah pada bidang karya ilmiah khususnya penelitian tindakan kelas dan pada akhimya membantu mengatasi persoalanpersoalan yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran khususnya dalam pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama.
commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Andayani. 2010. Metode Pengajaran Wicara. Surakarta: UNS Press. Ardiana. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Arikunto, Suharsimi. 1991. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Bina Aksara. Baharudin dan Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Barkley, Elizabeth F. 2005. Collaborative Learning Techniques: A Handbook for College Faculty. San Francisco: Josey Bass. Bown, H. Douglas. 2008. Prinsip Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa, Edisi Kelima. Jakarta: kedutaan Besar Amerika di Jakarta. Flor, Patricia, Ann De Meulemeester, Tomas Allen, Karl Isaksson. 2013. Use Of Fishbowl Method for A Discussion with A Large Group. Journal of the European Association for Health Information and Libraries. Vol. 9 (3). pp. 2425. Gall, Meredith Damien dan Maxwell Gillet. 2001. The Discussion Method in Classroom Teaching. Theory Into Practice. Volume XIX Number 2. pp. 98-103. Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia Widiasarana. Goh, Christine C. M. 2013. Globalization and Teacher Development for Spoken English Instruction. Indonesian Journal of Applied Linguistics. Vol. 3 No. 1. pp. 29-38. Hadi, Nur. 2002. Pendidikan Contextual Teaching and Learning. Jakarta: Depdiknas. Hamalik, Omar. 205. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi aksara. Harjawiyana, Haryana dan Supriyo. 2001. Marsudi Unggah-Ungguh Basa Jawa. Yogyakarta: Kanisius. Hariyanto. 2004. Pembelajaran Aktif dan Model Penilaian. Surbaya: Workhsb. Harmer, J. 2001. The Practice of English Language Teaching Third Edition. England: Pearson Education Limited. Hidayatullah, Furqon. 2009. Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka. Indriyani, Ellisa P.H., Teguh Sarosa, and Martono. 2014. Improving Effective Study Groups in Speaking Class through Inside-Outside Circle. The 61st TEFLIN commit to user Oktober 2014. pp. 878-881. International Conference 2014 Proceedings.
perpustakaan.uns.ac.id
85 digilib.uns.ac.id
Syahri, Indawan. 2013. Resemblance of Indirectness In Politeness of Efl Learners’ Request Realizations. Indonesian Journal of Applied Linguistics. Vol. 3 No. 1. pp. 148-165. Kasihani. 1998. Penelitian Tindakan Kelas: Guru sebagai Peneliti. Malang: Pusat Penelitian Pendidikan Dasar dan Menengah. Keputusan Gubernur JATIM. 2005. Kurikulum Bahasa Jawa Untuk Jenjang SD/SDLB/MI DAN SMP/SMPLB/Mts . Surabaya. Lan, Mei Hua. 2013. The Effects Of Reflective Teaching On An Intensive Teacher Training Program. Indonesian Journal of Applied Linguistics, Vol. 3 No. 1. pp. 81-102 Latunussa, Izaak. 1988. Penelitian Kelas Suatu Pengantar. Jakarta: Depdiknas Dirjend Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Tenaga Pendidikan Muhibbin. 2001. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Muliyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution, H. 1982. Asas-Asas Kurikulum. Bandung: C.V. Jemmars Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE UGM. Pinandhita, Fitra. 2014. Implementing 3D Animation Film as a Device to Enhance Students‟ Speaking Skill for 1A Grade Students of IKIP PGRI Madiun. The 61st TEFLIN International Conference 2014 Proceedings. Oktober 2014. pp. 560-563. Poedjasoedarma,Soepomo. 1979. Tingkat Tutur Bahasa Jawa. Jakarta: Depdikbud. Sagala, Syaiful, H. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sasangka, Sry Satriya Tjatur Wisnu. 2004. Unggah-ungguh Bahasa Jawa. Jakarta: Yayasan Paramalingua. Slamet, St.Y. 2007. Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Di Sekolah Dasar. Surakarta: UNS Press. Soedijarto. 1993. Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Gramedia Widiarsa Indonesia. Sudirman. 1991. Ilmu Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sudjana, Nana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Alqasindo. Sukmadinata, Nana Syaodih. 1999. Pengembangan Kurikulum (Teori dan Praktek). commit to user Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Suwandi, Sarwiji. 2011. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) & Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Yuma Pustaka. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (edisi revisi). Bandung: Angkasa. Taylor, D. Bruce. 2007. Fostering Engaging and Active Discussion in Middle School Classroom. Middle School Journal. September 2007. pp. 54-59. Uno, Hamzah B. 2011. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Yabarmase, Dominicus. 2014. Fishbowl Strategy: An Effective Way to Improve Students‟ Speaking Ability. The 61st TEFLIN International Conference 2014 Proceedings. Oktober 2014. pp. 524-526. Yuwana, Setya, Sugeng Adipitoyo, Budi Nuryanta. 2012. Piwulangan Ketrampilan Unggah-Ungguh Basa. Sidoarjo: Media Ilmu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LAMPIRAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRASIKLUS
commit to user
87 LAMPIRAN 01 SILABUS BAHASA JAWA KELAS VII SEMESTER GENAP Kelas/Semester : VII / Genap Standar Kompetensi : 5. Mendengarkan Memahami cerita anak (wacan bocah) melalui kegiatan mendengarkan. 6. Berbicara Mengungkapkan berbagai informasi dan pesan secara langsung. Kompetensi Dasar
Materi Pokok/
Pengalaman
Indikator
Belajar
Penilaian Teknik
Pembelajara n
Bentu k Inst.
Contoh Instrumen
Alokas i Waktu
Sumber Belajar/Sara na
Karakte r
Mendengarkan 5.1 Menemukan tema dan pesan cerita anak (wacan bocah) yang diperdengarkan
Teks wacan bocah
a. Menyimak cerita anak (wacan bocah) yang diperdengarkan (dengan cermat) b.Menemukan tema dari cerita anak (wacan bocah) yang diperdengarkan (cermat dan tepat) c. Menemukan pesan dari cerita anak (wacan bocah) yang diperdengarkan (dengan tepat)
5.1.1 Dapat menyimak Tes tulis Tes isian a. cerita anak (wacan bocah) yang diperdengarkan (dengan penuh konsentrasi dan cermat). b. 5.1.2 Dapat menemukan tema dari cerita anak (wacan bocah) yang diperdengarkan (dengan tepat dan benar).
4 x 40 Sawise nyemak menit wacan bocah mau, temane yaiku ... . Piwulang/am anah kang tinemu ing wacan bocah mau yaiku ... .
5.1.3 Dapat menemukan pesan dari cerita anak (wacan bocah) yang diperdengarkan (dengan tepat dan benar).
Rahardjo, Slamet. Drs, dkk. -- . Pitutur. Surakarta : Pustaka Baru Rubrik wacan bocah dalam majalah berbahasa Jawa Rekaman pembacaan wacan bocah.
Tes lisan Daftar
4 x 40
Kerja Keras, kreatif, komunikatif
88
5.2 Menanggapi
pertanya c. Sapa paraga menit -an utama ing wacan bocah mau ? d. Apa sebabe ..
d. Menyusun 5.2.1 Dapat menyusun urutan urutan kejadian , kejadian , penokohan, setting penokohan, dalam cerita anak setting dari (wacan bocah) cerita anak yang yang diperdengarkan diperdengark (dengan runtut, an (dengan jelas, dan tepat). runtut dan 5.2.2 Dapat menemukan jelas) alur, konflik dari e.menemukan cerita anak (wacan alur, konflik bocah) yang dari cerita diperdengarkan anak (wacan (dengan runtut, bocah) yang jelas dan tepat). diperdengark an (dengan 5.2.3 Dapat menanggapi runtut dan cerita anak (wacan jelas). bocah) yang diperdengarkan f. Menanggapi (dengan cerita anak penalaran yg (wacan logis) bocah) yang diperdengark an (dengan penalaran yg logis).
cerita anak (wacan bocah ).
Berbicara 6.1 Menyampaikan pesan secara lisan dengan
Wicara ; Unggahungguh Basa matur -
a. menyampaika 6.1.1 Dapat n pesan secara lisan dengan ragam
menyampaikan pesan secara
Tes Lisan
Daftar a. Matura 6 x 40 pertanya menit marang -an Bpk/Ibu Gurumu yen
Kreatif, komunik a-tif, berani
89 menggunaka n berbagai ragam bahasa Jawa secara baik dan benar.
ngandhani
basa kramasesuai tatakrama (dengan bahasa yg santun,logis dan jelas). b. Menyampaika n pesan dengan ragam 6.1.2 basa ngoko sesuai tatakrama (dengan santun, logis dan jelas).
lisan dengan menggunakan ragam basa krama sesuai tatakrama (dengan santun,logis dan tepat). Dapat menyampaikan pesan dengan menggunakan ragam basa ngoko sesuai tatakrama (dengan santun,logis dan jelas).
sesuk kowe lan kelompokmu arep sowan ing daleme ! b. Matura marang Bpk?Ibumu yen minggu ngarep kowe arep melu kemah menyang Coban Randha limang dina suwene! c. Kandhaa marang kancamu yen sesuk arep ana pameran buku, manggone ing Perpustakaa n Umum Daerah. Sapa bae oleh nekani, ora mbayar.
90
Standar Kompetensi : 7. Membaca Memahami teks berhuruf Latin dan Jawa dengan teknik membaca cepat dan membaca ekspresif 8. Menulis Mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan menulis kreatif. Kompetensi Dasar
Materi Pokok/
Pengalaman
Indikator
Belajar
Penilaian Teknik
Pembelajar an
Bentuk Inst.
Contoh Instrumen
Alokas i Waktu
Sumber Belajar/Saran a
Karakte r
Teks berhuruf Jawa tentang “Aji Saka”
Mandiri, kreatif, Komunik a-tif
Membaca 7.1
7.1.1 Dapat Membaca a. Membaca Menyimpulk cepat teks membaca cepat teks berhuruf berhuruf an isi suatu cepat teks Jawa,”Ken Jawa teks Dedes” Aksara berhuruf minimal 5 Legena dan kata per berhuruf Jawa minimal Sandhangan. menit Jawa 5 kata (dengan cepat dan dengan permenit tepat). membaca (dengan b. Menyimpulk an isi teks cepat cepat dan berhuruf minimal 5 tepat). Jawa dengan benar kata 7.1.2 Dapat (dengan permenit. menyimpulka cermat dan teliti). n isi teks berhuruf Jawa dengan Membaca
Tes pilihan a. Wacan ing 4 x 40 ganda aksara Jawa menit iki wacanen kanthi premati lan cathetem wektune! b. Sawise rampung anggonmu maca, wangsulana pitakonUji petik pitakon ing kerja ngisor iki prosedur kanthi milih siji dan produk wangsulan sing paling bener! c. Cocogna garapanmu, lan etungen ukuran “maca cepet”mu! 6 x 40
Teks pacelathon
91 ekspresif Pacelathon
benar (dengan
c. Membaca 7.2 Membaca dengan penuh penghayatan dengan intonasi, volume suara, mimik, dan kinetik sesuai dengan isi bacaan pacelathon
cerma dan
bacaan tepat). pacelathon dengan intonasi dan 7.2.1 Dapat volume membaca suara yang bacaan sesuai dengan isi pacelathon bacaan (dengan dengan penuh intonasi dan percaya volume diri). d. Membaca suara yang bacaan sesuai pacelathon dengan dengan isi mimik dan bacaan kinetik yang sesuai (dengan dengan isi penuh bacaan (dengan percaya penuh diri). percaya diri)
7.2.2 Dapat membaca bacaan pacelathon dengan
menit d. Pacelath on iku wacanenkanthi lafal, intonasi, mimik lan kinetik kang trep karo isine kanthi kelompokan!
tema “Kegiatan”
92 mimik dan kinetik yang sesuai dengan isi bacaan (dengan jelas,tepat dan penuh percaya diri) .
Menulis
Basa rinengga a. ; tembung kalimat yang entar, tembung saroja, mengan dung tembung garba, basa rinengga. paribasan, b. sanepan. 8.1
Menulis
Menuliskan 8.1.1 Dapat contoh-contoh menuliskan basa rinengga (dengan contohkreatif dan contoh basa inovatif)). Mengartikan rinengga contoh-contoh (dengan basa rinengga (dengan kreatif dan tepat). inovatiff,) . c. Membuat kalimat 8.1.2 Dapat dengan basa mengartikan rinengga untuk mencontohjelaskan arti contoh basa yg dikandung (dengan rinengga tepat)
Tes tulis Tes Isian
a. Apa tuladhane 4 x 40
tembung entar menit Tes Uraian iku? b. Apa tuladhane tb. Saroja iku ? c. Nabok nyilih tangan iku kalebu apa?
d. Terangna tegese paribasan ing ngisor iki!
e. Tembung entar, Paribasan iki gawenen
Kreatif , Komunik a-tif, mandiri
93 (dengan
ukara supaya terang tegese !
tepat) 8.1.3 Dapat membuat kalimat dengan basa rinengga untuk menjelaskan arti yang 8.2 Membuat parikan
dengan
memperhatikan ciri dan kaidah penulisan parikan.
dikandung (dengan Parikan
d. Menyimpulkan
cermat,kreati kaidah-kaidah f dan parikan dari contoh yang inovatif) . diberikan (dengan cermat,dan tepat). e. Membuat 8.2.1 Dapat parikan sesuai menyimpulka dengan kaidahnya n kaidah(dengan kaidah tepat). parikan dari contoh yang diberikan (dengan
Penuga- Tugas san rumah
4 x 40 menit
f. Saka conto parikan, golekana tata paugeran parikan! g. Gawea tuladha parikan!
94 tepat). 8.2.2 Dapat membuat parikan sesuai dengan kaidah-kaidah parikan (dengan cermat, kreatif dan inovatif).
Mengetahui, Kepala SMP Negeri 3 Mejayan
Mejayan, 9 Januari 2014 Guru Mata Pelajaran
PANG SUGIHARTO, M.Pd. NIP. 19680322 199703 1 005
VIVIN NOVALINA H., S.Pd. NIP.19871116 2011 01 2 020
digilib.uns.ac.id 95
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 02 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: SMP NEGERI 3 MEJAYAN : Bahasa Jawa : VII /II
Standar Kompetensi : Berbicara 6. Mengungkapkan pikiran, gagasan, perasaan dalam bentuk menyampaikan pesan dan himbauan secara langsung Kompetensi Dasar 6.1 Menyampaikan pesan / informasi sacara lisan dengan menggunakan berbagai ragam Bahasa Jawa secara baik dan benar. Indikator : 6.1.3 Dapat menyampaikan pesan secara lisan dengan menggunakan ragam basa krama sesuai tatakrama. 6.1.4 Dapat menyampaikan pesan dengan menggunakan ragam basa ngoko sesuai tatakrama. Alokasi Waktu : 4 x 40 menit A. Tujuan Pembelajaran : 1. Dapat menyampaikan pesan secara lisan dengan menggunakan ragam basa krama sesuai tatakrama. 2. Dapat menyampaikan pesan dengan menggunakan ragam basa ngoko sesuai tatakrama. Karakter siswa yang diharapkan: Kreatif Komunikatif Percaya diri B. Materi Pembelajaran : Teks pesan atau himbauan Tuladha: a. Kepareng matur Pak, kula dipun utus Pak Budi, Inggih bapakipun Marsini, kapurih matur panjenengan bilih dinten punika Marsini boten mlebet amargi sakit Tipus., lan enjing kalawau dipun bekta dhateng rumah sakit. b. Gus, aku mau diutus Pak Budi, Bapake Marsini, mamitake Marsini yen dina iki ora mlebucommit amaraga to lara userTipug, lan esuk mau digawa menyang rumah sakit.
perpustakaan.uns.ac.id
c.
digilib.uns.ac.id 96
Gus , aku mau dikongkon Andi, adhike Marsini, mamitake Marsini yen dina iki ora mlebu amarga lara Tipus, lan esuk mau digawa menyang rumah sakit.
Cara menyampaikan pesan Wacan a. wong kapisan / sing rembugan yaiku murid Wong kapindo / sing diajak rembugan yaiku Pak Guru Wong katelu / sing dirembug yaiku Pak Budi (bapake murid) Basane : Migunakake basa karma amarga murid rembugan karo guru lan sing ngongkon yo wong tuwa. Wacan b. wong kapisan/ sing rembugan yaiku murid Wong kapindho / sing diajak rembugan yaiku murid ( kancane) Wong katelu/ sing dirembug yaiku Pak Budi Basane : Migunakake basa ngoko campuran karma, amarga sing dirembug tatarane padaha, dene kecampuran krama awit sing dirembug ana sing luwih tuwa (Pak Budi) Wacan c. Wong kapisan/ sing rembugan yaiku murid Wong kapindho sing diajak rembugan yaiku murid (kancane) Wong katelu / sing dirembug yaiku adhine murid Basane : migunakake basa ngoko kabeh amarga sing diajak rembugan lan sing dirembug tataran drajate padha lan sangisore.
Unggah-ungguh bahasa Jawa Manut Unggah-ungguhing basa Jawa kang baku kapilah dadi telung warna, yaiku 1. Basa ngoko yaiku basa wantah, tanpa nganggo pakurmatan. Kang migunakake basa ngoko yaiku: a. Bocah kang durung bisa guneman ganep utawa bocah kang durung ngerti unggah-ungguh. b. Wong guneman marang sapdha-padha sing kulina banget c. Wong ngunandika. d. Wong tuwa marang wong kang kaprenah enom e. Wong luhur (pemimpin ) marang andhane. Basa ngoko isih kapilah maneh dadi rong warna, yaiku: (1). basa Ngoko lugu, yaiku basa kang tembung-tembunge ngoko kabeh ora kecampuran tembung madya lan tembung krama. (2) Basa ngoko Andhap, yaiku basa kang tembung-tembunge ngoko kecampuran tembung krama inggil/krama mratelakake ngajeni. 2. Basa krama/ basa kurmat yaiku basa taklim utawa basa kang ngajeni . Dene kanggone: commit a. Wong enom marang wong tuwa.to user b. Murid marang Guru c. Anak marang wong tuwane
digilib.uns.ac.id 97
perpustakaan.uns.ac.id
d. Reh-rehan marang dhedhuwurane. 3. Basa Madya. Yaiku basa kang manggone ana ing antarane krama karo ngoko. Dadi kalah taklim karo krama, nanging luwih taklim tinimbang basa ngoko. Lumrahe awujud wancahaning tembung krama/ kurmat. Kaya umpamane: empun, teng, nggih, ngga, napa, niku, niki Lsp.
C. Metode Pembelajaran 1. Permodelan 2. Pemberian tugas
:
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran: Pertemuan pertama 1. Kegiatan awal Apersepsi Siswa mendengarka model menyampaikan pesan sesuai unggah-ungguh bahasa Jawa. Motivasi Guru menjelaskan tujuan pembelajaran 2. Kegiatan Inti Eksplorasi a. Siswa mendiskusikan kerangka pesan atau himbauan. Elaborasi b. Siswa menyusun pesan atau himbauan dalam bahasa ngoko. c. Siswa mengubah teks pesan berbahasa Jawa ngoko ke krama. Konfirmasi d. Guru meneliti hasil kerja siswa. 3. Kegiatan akhir Guru melakukan evaluasi
Pertemuan kedua 1. Kegiatan awal Apersepsi Siswa meneliti kembali hasil pekerjaannya. Motivasi Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. 2. Kegiatan Inti Eksplorasi a. Siswa memperagakan menyampaian commit pesan to useratau himbauan kepada teman dan guru. Elaborasi b. Siswa saling menilai penampilan temannya.
digilib.uns.ac.id 98
perpustakaan.uns.ac.id
Konfirmasi c. Guru memberikan penilaian dan penguatan materi. 3. Kegiatan akhir Guru mengevaluasi
E. Sumber belajar : 1. Teks pesan himbauan 2. Kerangka teks pesan atau himbauan 3. Cara menyampaikan pesan 4. Unggah-ungguh Bahasa Jawa 5. Buku teks F. Penilaian Teknik : observasi, penugasan Bentuk intsrumen : lembar observasi, Tugas proyek Soal / Instrumen : 1. Tugas Proyek NO 1
INSTRUMEN
SKOR
a. Menuliskan pesan dengan benar dan penggunaan bahasa Jawa ngoko dan krama yang tepat.
4
b. Menuliskan pesan dengan benar dan penggunaan bahasa Jawa yang kurang tepat atau sebaliknya.
3
c. Menuliskan pesan dan penggunaan bahasa keduanya kurang tepat
2
d. Hanya menuliskan pesan dalam satu bahasa
1
e. Tidak menuliskan apa-apa
0
commit to user
digilib.uns.ac.id 99
perpustakaan.uns.ac.id
2. Lembar observasi NO
1
INSTRUMEN
3
2
Ketepatan intonasi (tepat/kurang tepat/ tidak tepat) Ketepatan Volume ( jelas/ kurang jelas /tidak jelas) Ketepatan ekspresi ( Tepat, kurang tepat/ tidak tepat)
Skor Maksimal
: 13
Nilai akhir
=
Skor Perolehan Skor Maksimal
X 100
Mengetahui, Kepala SMP Negeri 3 Mejayan
Mejayan, 9 Januari 2014 Guru Mata Pelajaran
PANG SUGIHARTO, M.Pd. NIP. 19680322 199703 1 005
VIVIN NOVALINA H., S.Pd. NIP.19871116 2011 01 2 020
commit to user
1
digilib.uns.ac.id100
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 03 INSTRUMEN PENILAIAN PENILAIAN KINERJA GURU BERBICARA JAWA KRAMA PRASIKLUS Skor No.
Indikator/Aspek yang Dinilai 1
I
PRAPEMBELAJARAN
1
Memeriksa kesiapan ruang, alat pembelajaran, dan media
2
Memeriksa kesiapan siswa
II
MEMBUKA PEMBELAJARAN
1
Melakukan kegiatan apersepsi
2
Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan rencana kegiatan
2
√ √
√ √
III
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
A
Penguasaan materi pembelajaran
1
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
2
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
√
3
Mencapai tujuan komunikatif
√
4
Menggunakan struktur logika
√
5
Menggunakn unsur-unsur kebahasaan
√
6
Menggunakan unsur sosio-kultural
√
B
Pendekatan/strategi pembelajaran
1 2
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kebutuhan siswa
3
Melaksanakan pembelajaran secara runtut
4
Menguasai kelas
5
Melaksanakan pembelajaran bersifat kontekstual
6 7 8
√
Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effects) useryang Melaksanakan pembelajaran sesuai commit dengan to waktu telah dialokasikan Penggunaan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar
√ √ √ √ √ √ √ √
3
4
digilib.uns.ac.id101
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran 9
Penggunaan model pembelajaran inovatif
C
Pemanfaatan sumber/media pembelajaran
1
Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar/media pembelajaran
√
2
Menghasilkan pesan yang menarik
√
3
Melibatkan siswa dalam pembuatan dan pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran
√
D 1
√
Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
√
2
Merespon positif partisipasi siswa
√
3
Memfasilitasi terjadinya interaksi guru-siswa dan siswasiswa
√
4
Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa
√
5
Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif
√
6
Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar
√
E
Penilaian proses dan hasil belajar
1
Memantau kemajuan belajar
√
2
Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi
√
IV 1 2
PENUTUP Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, kegiatan, atau tugas sebagai bagian dari remidi/pengayaan
SKOR TOTAL SKOR AKHIR=(SKOR TOTAL:128)X100
√ √ 52 40,625
Keterangan: 1 = sangat tidak baik; 2 = tidak baik; 3 = cukup baik; 4 = baik; 5 = sangat baik commit to user Keterangan Predikat: 90-100 = amat baik; 75-89 = baik; 60-74 = cukup; 50-59 = kurang; 0-49 = amat kurang
digilib.uns.ac.id102
perpustakaan.uns.ac.id
CATATAN REFLEKTIF: Pada proses kegiatan belajar mengajar prasiklus banyak ditemui kekurangan. Penggunaan metode ceramah dan penugasan siswa untuk mengerjakan LKS menunjukkan guru masih menggunakan metode konvnsional. Proses pembelajaran masih berpusat kepada guru (teacher centered). Guru tidak membentuk siswa dalam kelompok. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru secara individu pada LKS-nya masing-masing. Hal ini memicu siswa untuk bersikap seenaknya sendiri, bercanda, ramai, dan kurang berkonsentrasi pada proses pembelajaran. Setelah waktu yang diberikan habis siswa yang ditunjuk pun kurang maksimal bahkn da yang tidak menyimak. Ini menyebabkan skor akhir guru hanya mendapat 40,6 dan masuk kategori amat kurang.
Madiun, 16 April 2014 Pengamat
Nadhif Dwi Saputra, S.Pd.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id103
Lampiran 04 CATATAN LAPANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PRASIKLUS
Hari/Tanggal
: Rabu, 16 April 2014
Waktu
: 07.00 - 08.20
Tempat
: Ruang Kelas VII G SMPN 3 Mejayan
Jenis
: Prasiklus
Informan
: Siswa dan Guru Kelas VII G
Setting: Observasi awal ini dilakukan di ruang kelas VII G SMP Negeri 3 Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun. Di kelas terdapat 1 pasang meja kursi guru, 14 meja siswa yang tiap mejanya diisi dengan 2 kursi siswa, 1 papan tulis jenis whiteboard, 2 papan pengumuman, 1 data administrasi kelas, gambar Presiden dan Wakil Presiden serta gambar Garuda Pancasila. Di bagian belakang ruang kelas terdapat 4 kata-kata mutiara serta spanduk besar bertuliskan PAPAN PAJANGAN HASIL KARYA SISWA dimana berbagai hasil portofolio siswa ditempel. Di pojok belakang juga terdapat gantungan berisi alat-alat kebersihan seperti sapu dan kemoceng. Suasana kelas masih gaduh karena siswa baru saja masuk kelas setelah membaca Asmaul Husna. Kebijakan kepala sekolah, sebelum masuk kelas seluruh siswa berbaris sesuai kelasnya masing-masing untuk kemudian dipimpin salah satu perwakilan membaca Asmaul Husna. Bahasa Jawa jatuh pada jam pertama dan kedua, jadi siswa baru saja selesai membaca Asmaul Husna. Setelah guru masuk keadaan kelas mulai kondusif, kemudian guru mengindisikan siswa agar siap menerima pelajaran.
Deskripsi: Guru memerintahkan salah satu siswa untuk memimpin berdoa. Setelah berdoa selesai, guru mengabsen siswa dengan cara menanyakan siapa siswa yang tidak hadir pada hari itu. Peneliti duduk di bagian belakang sambil mengamati proses kegiatan belajar mengajar. Pada awalnya memang siswa tampak bertanya-tanya dan berbisik-bisik melihat kehadiran peneliti, namun hal tersebut langsung dijelaskan oleh guru bahwa peneliti tidak akan mengganggu commit to user jalannya pembelajaran.
digilib.uns.ac.id104
perpustakaan.uns.ac.id
Memulai jalannya pembelajaran guru menggunakan apersepsi singkat dengan cara melempar sebuah pertanyaan tentang bahasa Jawa krama. Siswa menjawab secara serampangan bersama-sama dan tidak jelas. Guru kemudian menyuruh siswa membuka LKS masing-masing pada materi berbicara krama. Siswa bergantian ditunjuk membaca keras materi dan contoh yang ada di LKS. Beberapa siswa ketika ditunjuk menggantikan temannya untuk membaca terlihat kebingungan. Hal ini menandakan siswa tersebut tidak menyimak. Setelah sesi membaca selesai, guru menugaskan siswa untuk mengerjakan soal yang ada di LKS. Guru memberikan waktu 10 menit untuk mengerjakan. Selama proses mengerjakan siswa mulai seenaknya sendiri. Ada yang sibuk dengan hal-hal kecil seperti uang, pinjam bolpoin kesana kemari, dan malah bercengkerama dengan teman di sekitarnya. Guru sering sekali mengingatkan siswa untuk segera menyelesaikan tugas. Guru memberi tanda bahwa waktu yang diberikan telah habis, kemudian menunjuk siswa untuk membacakan hasil kerjanya satu per satu. Beberapa kesalahan dibahas bersama kemudian oleh guru diberi contoh yang benar. Setelah semua membacakan hasil kerjanya guru menutup pembelajaran pada hari itu dan pembelajaran pun selesai.
Refleksi: Proses belajar mengajar prasiklus masih menunjukkan metode konvensional, dimana pusat pembelajaran berada pada guru seorang. Guru tidak menggunakan media apapun selain LKS. Kesalahan terbesar terdapat pada penilaian. Aspek yang dinilai adalah berbicara namun siswa malah diperintahkan untuk menulis. Ketika mempresentasikan hasil kerjanya siswa juga membaca, tidak murni menyampaikan hasil kerjanya secara lisan. Hal ini tidak sesuai dengan aspek yang dinilai yaitu berbicara. Kegiatan observasi prasiklus ini dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui kondisi kegiatan belajar mengajar di kelas VII G SMPN 3 Mejayan pada pokok bahasan berbicara Jawa krama. Melalui observasi awal ini peneliti dapat menentukan rencana penyelesaian masalah tersebut pada pertemuan selanjutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id105
Lampiran 05 CATATAN LAPANGAN HASIL WAWANCARA SISWA PRASIKLUS Hari/Tanggal
: Rabu, 16 April 2014
Waktu
: 07.00-08.20
Tempat
: Ruang Kelas VII G SMPN 3 Mejayan
Jenis
: Prasiklus
Informan
: Kukuh Dwi Setiawan
Peneliti
: Bagaimana sehabis diajar oleh Bu Vivin, pelajarannya apa?
Kukuh
: Bahasa Jawa
Peneliti
: Menurut kamu cara mengajar Bu Vivin hari ini bagaimana?
Kukuh
: Kalau menurut saya cara mengajar Bu Vivin kurang menarik, Pak.
Peneliti
: Alasannya kurang menarik apa?
Kukuh
: Bosan, Pak. Tiap hari Cuma disuruh menulis, mengerjakan, mengerjakan (LKS)
Peneliti
: Kalau menurut kamu biar pelajaran bahasa Jawa itu menarik, ditambah apa?
Kukuh
: Ya ditambah permainan-permainan, Pak
Peneliti
: (Maksudnya) Seperti diskusi?
Kukuh
: Ya, Pak.
Peneliti
: Kalau menurut kamu pelajaran Bahasa Jawa itu sulit apa tidak?
Kukuh
: Tidak. Biasa saja, Pak. (Peneliti kurang yakin dengan jawaban ini)
Peneliti
: Tapi kalau melihat teman-teman kamu berbicara bahasa Jawa itu banyak yang salah, kan?
Kukuh
: Iya, Pak. (sambil tersenyum)
Peneliti
: Menurut kamu penyebabnya apa?
Kukuh
: Itu Pak... apa istilahnya... (mulai bingung)
Peneliti
: Apa mungkin di zaman yang semakin modern bahasa Jawa dianggap kuno?
Kukuh
: Iya, Pak.
Peneliti
: Ya saya kira cukup, terimakasih. commit to user
digilib.uns.ac.id106
perpustakaan.uns.ac.id
CATATAN LAPANGAN HASIL WAWANCARA SISWA PRASIKLUS Hari/Tanggal
: Rabu, 16 April 2014
Waktu
: 07.00-08.20
Tempat
: Ruang Kelas VII G SMPN 3 Mejayan
Jenis
: Prasiklus
Informan
: Arifiyah
Peneliti
: Nama kamu siapa?
Arifiyah
: Arifiyah
Peneliti
: Kelas berapa?
Arifiyah
: Tujuh G
Peneliti
: Menurut kamu pelajaran bahasa Jawa itu bagaimana?
Arifiyah
: Sulit, Pak.
Peneliti
: Kenapa kamu mengatakan sulit?
Arifiyah
: Karena belum diterapkan di keluarga.
Peneliti
: Jadi kamu di rumah tidak memakai Bahasa Jawa?
Arifiyah
: Tidak, sulit lho, Pak.
Peneliti
: Tidak apa-apa memang kebanyakan begitu sekarang, namun sesulit apapun kan di sekolah ada pelajarannya. Menurut kamu cara mengajar Bu Vivin yang seperti tadi bagaimana?
Arifiyah
: Kalau menurut saya membosankan karena langsung disuruh mengerjakan.
Peneliti
: Kalau caranya menerangkan materi?
Arifiyah
: Caranya menerangkan jelas, tapi bagi teman lainnya tidak tahu.
Peneliti
: Menurut kamu pembelajaran bahasa Jawa kalau Cuma dari LKS cukup apa tidak?
Arifiyah
: Tidak. Perlu ditambah biar lebih menarik.
Peneliti
: Menurut kamu biar lebih menarik ditambah apa?
Arifiyah
: ditambah permainan, dan disuruh apa itu... seperti kuis, diskusi.
Peneliti
: Kalau di rumah pakai Bahasa Jawa apa tidak?
Arifiyah
: Tidak, Pak.
Peneliti
: Ya sudah terimakasih
Arifiyah
: Ya, Pak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id107
Lampiran 06 CATATAN LAPANGAN HASIL WAWANCARA GURU PRASIKLUS Hari/Tanggal : Rabu, 16 April 2014 Waktu
: 10.00-10.15
Tempat
: Ruang Tamu SMPN 3 Mejayan
Jenis
: Prasiklus
Informan
: Vivin Novalina Herawati, S.Pd. (Guru Bahasa Jawa)
Peneliti
: Permisi ya, Bu. Saya ingin melakukan wawancara dengan Ibu tentang pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama yang baru saja Ibu lakukan tadi. Apakah Ibu berkenan?
Ibu Vivin : Iya Pak, silakan. Peneliti
: Begini, Bu setiap pembelajaran yang baik harusnya didahului dengan perencanaan yang baik. Apakah sebelum mengajar sudah membuat perencanaan yang baik sesuai dengan materi yang akan disampaikan?
Ibu Vivin : Sudah Pak, ya RPP itu kan perencanaan sebelum kita mengajar. Peneliti
: RPP yang membuat Anda sendiri, Bu?
Ibu Vivin : Tidak, Pak. Itu saya dapat dari MGMP Guru Bahasa Daerah Kabupaten Madiun. Peneliti
: Jadi Anda belum membuat perencanaan sendiri ya, Bu. Di MGMP apa tidak dibuat bersama-sama?
Ibu Vivin : Sebenarnya di sekolah ini guru bahasa Jawanya selain saya ada satu lagi, yaitu Bu Titik. Beliau, karena lebih senior, mewakili SMP N 3 Mejayan di MGMP, karena aturan MGMP hanya satu guru tiap sekolah, Pak. Peneliti
: Jadi begitu, tapi kenapa anda belum membuat perencanaan sendiri, Bu?
Ibu Vivin : Kan sudah ada yang dari MGMP. Saya kira dari MGMP itu sudah cukup, Pak. Peneliti
: Saya lihat tadi siswa mengerjakan LKS, Ibu sendiri yang membuat?
Ibu Vivin : Itu juga buatan MGMP, Pak. Seluruh Kabupaten dianjurkan memakainya. Peneliti
: Apa kendala yang Anda hadapi ketika pembelajaran berbicara Jawa krama?
Ibu Vivin : Kalau hubungannya dengan pembelajaran berbicara Jawa krama banyak, Pak. Peneliti
: Misalnya apa, Bu?
Ibu Vivin : Anak sekarang menganggap commit pelajaran to bahasa user Jawa itu kuno. Sudah mulai banyak dari mereka yang tidak menggunakannya di keluarga. Kalau masih di tataran ngoko
digilib.uns.ac.id108
perpustakaan.uns.ac.id
mungkin bisa, tapi kalau sudah masuk krama sulit sekali bagi mereka. Seperti asing di telinga mereka. Peneliti
: Kondisi pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama yang ada sekarang bagaimana?
Ibu Vivin : Sebenarnya kelas VII G ini termasuk pintar-pintar, jika dibandingkan dengan kelas VII yang lain. Tapi untuk bahasa Jawa memang masih kurang. Sekitar 50% menurut saya sudah mampu berbicara Jawa krama seperti Kukuh, Arifiyah, dll. Tapi yang lain masih belum bisa. Terlihat jika mereka akan izin ke belakang atau ingin berbicara dengan saya, mereka lebih memilih memakai bahasa Indonesia, padahal sudah saya wajibkan memakai bahasa Jawa krama khusus dengan saya. Peneliti
: Saya dengar ada murid pindahan dari luar Jawa Bu? Bagaimana anda mengatasinya?
Ibu Vivin : Ohya namanya Rijal, dia dari Papua. Tetap saya motivasi sedikit-sedikit semester 2 ini mulai bisa meskipun baru “Nggih Bu” tapi dia mau mencoba. Biasanya saya pasangkan dengan siswa yang pintar agar bisa membantunya. Peneliti
: Selama pembelajaran berlangsung anda pernah memakai media, metode, atau pendekatan tertentu?
Ibu Vivin : Ya seperti itu tadi cara saya mengajar, Pak. Peneliti
: Baiklah terima kasih, Bu saya kira cukup.
Ibu Vivin : Ya Pak, sama-sama.
Refleksi: Berdasarkan hasil wawancara prasiklus dengan Ibu Vivin menunjukkan bahwa pada umumnya siswa masih belum menguasai berbicara dengan bahasa Jawa krama. Sudah ada 50% siswa yang berkemampuan baik, namun masih cenderung menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara dengan guru. Selain itu dari segi perencanaan guru juga belum matang. Dapat dilihat dari RPP yang masih memakai buatan MGMP tanpa dilakukan penyesuaian. Dalam pembelajaran pun guru masih berpusat pada LKS. Guru juga belum menggunakan metode atau pendekatan tertentu untuk menunjang pembelajaran.
commit to user
digilib.uns.ac.id109
perpustakaan.uns.ac.id
No
No Induk
1 2 3 4 5
3894 3895 3896 3897 3898
3899 6 7 3900 8 3901 9 3902 10 3903 11 3904 12 3905 13 3906 14 3907 15 3908 16 3909 17 3910 18 3911 19 3912 20 3913 21 3914 22 3915 23 3916 24 3917 25 3918 26 3919 27 3920 28 3921 Jumlah Rata-Rata Presentase (%)
DAFTAR HASIL PENILAIAN KEMAMPUAN BERBICARA KRAMA PRASIKLUS Aspek yang Diamati Nama Siswa L/P Skor Nilai 1 2 3 4 5 AJIB RAHMAN L 3 3 3 3 3 15 60 AKARINA DWI WULANDARI P 5 4 4 3 4 20 80 ALDO PRATAMA L 3 4 3 4 3 17 68 ANANDA P 4 3 4 3 4 18 72 ARIEN ROYAN R L 3 3 3 3 3 15 60 ARIFIYAH NUR A
P
AULIYA AMEILUL JANNAH AVILIO ANANG KURNIANTO DAVIDS DWI SYAHPUTRA DIMAS ADI SURYA DYAS FILLAH A ELSA PRITANTI GUNTUR SETYO NUR CAHYO IVANDA MELIN R KHOFIFAH MA'RIFATIN NK KUKUH DWI SETIAWAN KURNIA SOLIHIN MAHMUD SYAIFUDIN MOCH. SYAFIUDDIN M MIFTAHUL HUDA MUHAMMAD RIZQI WIJAYA RENALDY DWI SAPUTRA RIJAL FAJRI DWI C RISMA NUR ASWIN SABNA ANANDA P SITI MAISYAROH WINDY ARISKA YOHANA OLGA VISI WIJAYA
P L L L L P L P P L L L L L L L L P P P P P
5 5 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 5 4 3 3 4 4 4 3 100 98 6,9 6,8 71
70
4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 2 4 3 3 4 3 97 6,7
4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 95 6,6
4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 97 6,7
22 17 17 19 16 18 19 15 19 18 19 20 17 16 15 19 16 14 16 19 15 19 17 487 33,6
88 68 68 76 64 72 76 60 76 72 76 80 68 64 60 76 64 56 64 76 60 76 68 1948 134
69
68
69
348
1391
Keterangan Aspek nilai: Keterangan Predikat: 1. Keaktifan Siswa dalam mendengarkan penjelasan Skor Predikat guru 90 – 100 Amat baik 2. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran 75 – 89 Baik 3. Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan 60 – 74 Cukup guru dan mengajukan pertanyaan 50 – 59 Kurang commit to user 4. Keaktifan siswa pada saat diskusi fishbowl 0 - 49 Amat Kurang 5. Kemampuan siswa dalam melaksanakan tugas guru
Predikat Kurang Baik Cukup Cukup Kurang Amat Baik Cukup Cukup Baik Cukup Cukup Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Cukup Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Cukup Baik Kurang Baik Cukup
digilib.uns.ac.id110
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR HASIL PENILAIAN KEMAMPUAN BERBICARA KRAMA PRASIKLUS
No
No Induk
3894 3895 3896 3897 3898 3899 3900 3901 3902 3903 3904 3905 3906 3907 3908 3909 3910 3911 3912 3913 3914 3915 3916 3917 3918 3919 3920 3921 Jumlah Rata-Rata Presentase (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Nama Siswa
L/P
AJIB RAHMAN AKARINA DWI WULANDARI ALDO PRATAMA ANANDA ARIEN ROYAN R ARIFIYAH NUR A AULIYA AMEILUL JANNAH AVILIO ANANG KURNIANTO DAVIDS DWI SYAHPUTRA DIMAS ADI SURYA DYAS FILLAH A ELSA PRITANTI GUNTUR SETYO NUR CAHYO IVANDA MELIN R KHOFIFAH MA'RIFATIN NK KUKUH DWI SETIAWAN KURNIA SOLIHIN MAHMUD SYAIFUDIN MOCH. SYAFIUDDIN MOHAMMAD MIFTAHUL HUDA MUHAMMAD RIZQI WIJAYA RENALDY DWI SAPUTRA RIJAL FAJRI DWI C RISMA NUR ASWIN SABNA ANANDA P SITI MAISYAROH WINDY ARISKA YOHANA OLGA VISI WIJAYA
L P L P L P P L L L L P L P P L L L L L L L L P P P P P
Aspek yang Diamati Skor Nilai Predikat 1 2 3 4 5 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 101 7 72
3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3
3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 5 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3
3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4
3 4 4 4 3 5 4 3 4 4 4 4 3 4 4 5 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4
15 20 18 18 18 21 17 16 19 19 18 18 16 21 18 20 18 16 16 17 19 17 15 18 19 17 18 18
KETERANGAN: < 75 TIDAK TUNTAS, ≥ 75 TUNTAS
Keterangan Aspek nilai: 1. Kosakata 2. Tekanan 3. Pemahaman 4. Tata Bahasa 5. Kelancaran
Keterangan Predikat: Skor Predikat 90 – 100 Amat baik 75 – 89 Baik 60 – 74 Cukup 50 – 59 Kurang commit to user 0 - 49 Amat Kurang
60 80 72 72 72 84 68 64 76 76 72 72 64 84 72 80 72 64 64 68 76 68 60 72 76 68 72 72
Kurang Baik Cukup Cukup Cukup Baik Cukup Cukup Baik Baik Cukup Cukup Cukup Baik Cukup Baik Cukup Cukup Cukup Cukup Baik Cukup Kurang Cukup Baik Cukup Cukup Cukup
digilib.uns.ac.id111
perpustakaan.uns.ac.id
SIKLUS I
commit to user
digilib.uns.ac.id112
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 07 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I (RPP)
Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Alokasi Waktu
: SMP NEGERI 3 MEJAYAN : Bahasa Jawa : VII /II : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : Berbicara 6. Mengungkapkan pikiran, gagasan, perasaan dalam bentuk menyampaikan pesan dan himbauan secara langsung Kompetensi Dasar 6.1 Menyampaikan pesan / informasi sacara lisan dengan menggunakan berbagai ragam Bahasa Jawa secara baik dan benar. Indikator : 6.1.5 Dapat membedakan tingkatan bahasa Jawa yang dipakai sesuai dengan lawan bicara yang dihadapi. 6.1.6 Dapat menyampaikan pesan dengan menggunakan ragam basa krama sesuai unggah-ungguh basa yang benar. Alokasi Waktu : 4 x 40 menit A. Tujuan Pembelajaran : Setelah pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat berbicara atau berdialog dengan orang yang lebih tua sesuai dengan unggah-ungguh yang benar. Karakter siswa yang diharapkan: Kreatif Komunikatif Percaya diri B. Materi Pembelajaran : Teks pesan atau himbauan Tuladha: e. Kepareng matur Pak, kula dipun utus Pak Budi, Inggih bapakipun Marsini, kapurih matur panjenengan bilih dinten punika Marsini boten mlebet amargi sakit Tipus., lan enjing kalawau dipun bekta dhateng rumah sakit. f. Gus, aku mau diutus Pak Budi, Bapake Marsini, mamitake Marsini yen dina iki ora mlebu amaraga lara Tipus, lan esuk mau digawa menyang rumah sakit. g. Gus , aku mau dikongkon commit toAndi, useradhike Marsini, mamitake Marsini yen dina iki ora mlebu amarga lara Tipus, lan esuk mau digawa menyang rumah sakit.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id113
Cara menyampaikan pesan Wacan a. wong kapisan / sing rembugan yaiku murid Wong kapindo / sing diajak rembugan yaiku Pak Guru Wong katelu / sing dirembug yaiku Pak Budi (bapake murid) Basane : Migunakake basa karma amarga murid rembugan karo guru lan sing ngongkon ya wong tuwa. Wacan b. wong kapisan/ sing rembugan yaiku murid Wong kapindho / sing diajak rembugan yaiku murid ( kancane) Wong katelu/ sing dirembug yaiku Pak Budi Basane : Migunakake basa ngoko campuran karma, amarga sing dirembug tatarane padaha, dene kecampuran krama awit sing dirembug ana sing luwih tuwa (Pak Budi) Wacan c. Wong kapisan/ sing rembugan yaiku murid Wong kapindho sing diajak rembugan yaiku murid (kancane) Wong katelu / sing dirembug yaiku adhine murid Basane : migunakake basa ngoko kabeh amarga sing diajak rembugan lan sing dirembug tataran drajate padha lan sangisore.
Unggah-ungguh bahasa Jawa Manut Unggah-ungguhing basa Jawa kang baku kapilah dadi telung warna, yaiku 4. Basa ngoko yaiku basa wantah, tanpa nganggo pakurmatan. Kang migunakake basa ngoko yaiku: a. Bocah kang durung bisa guneman ganep utawa bocah kang durung ngerti unggah-ungguh. b. Wong guneman marang sapdha-padha sing kulina banget c. Wong ngunandika. d. Wong tuwa marang wong kang kaprenah enom e. Wong luhur (pemimpin ) marang andhane. Basa ngoko isih kapilah maneh dadi rong warna, yaiku: (1). basa Ngoko lugu, yaiku basa kang tembung-tembunge ngoko kabeh ora kecampuran tembung madya lan tembung krama. (2) Basa ngoko Andhap, yaiku basa kang tembung-tembunge ngoko kecampuran tembung krama inggil/krama mratelakake ngajeni. 5. Basa krama/ basa kurmat yaiku basa taklim utawa basa kang ngajeni . Dene kanggone: a. Wong enom marang wong tuwa. b. Murid marang Guru commit to user c. Anak marang wong tuwane d. Reh-rehan marang dhedhuwurane.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id114
6. Basa Madya. Yaiku basa kang manggone ana ing antarane krama karo ngoko. Dadi kalah taklim karo krama, nanging luwih taklim tinimbang basa ngoko. Lumrahe awujud wancahaning tembung krama/ kurmat. Kaya umpamane: empun, teng, nggih, ngga, napa, niku, niki Lsp.
C. Metode dan Model Pembelajaran : 3. Metode : Permodelan, Penugasan, Tanya Jawab 4. Model : Fishbowl
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran: Pertemuan pertama 4. Kegiatan awal Apersepsi a. Guru bertanya siapa saja yang menggunakan bahasa Jawa Krama dalam berbicara dengan orang tuanya. b. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai oleh siswa. c. Guru menjelaskan langkah-langkah kerja yang harus dilakukan oleh siswa Motivasi Guru menjelaskan tujuan pembelajaran 5. Kegiatan Inti Eksplorasi a. Siswa membentuk kelompok beranggotakan lima orang, siswa yang lain membentuk lingkaran di luar kelompok kecil tersebut. b. Guru membagi daftar kosakata ngoko dan menjelaskan langkah-langkah kerja. Elaborasi a. Siswa yang berada di tengah mencari bahasa Krama dari bahasa Ngoko yang diberikan. b. Siswa yang berada di tengah bergantian menjawab, apabila ada siswa yang tidak dapat menjawab, siswa di lingkaran luar diberikan kesempatan mengacungkan tangan. c. Siswa yang berada di lingkaran luar diberikan kesempatan masuk ke kelompok kecil di tengah apabila dapat menjawab. d. Siswa membuat kesimpulan. Konfirmasi a. Guru memberikan penilaian terhadap kegiatan yang dilakukan siswa b. Guru memberikan penguatan terhadap hasil kerja siswa. 6. Kegiatan akhir a. Guru membuat simpulan tentang bahasa Jawa ragam Krama. b. Guru memilih 3 anak yang paling aktif dalam diskusi untuk mendapatkan reward. commit to user c. Guru menjelaskan tugas yang harus dikerjakan siswa pada pertemuan berikutnya.
digilib.uns.ac.id115
perpustakaan.uns.ac.id
Pertemuan kedua 4. Kegiatan awal Apersepsi Guru mengecek kehadiran siswa. Guru bertanya tentang tugas yang diberikan siswa Motivasi Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. 5. Kegiatan Inti Eksplorasi a. Siswa memperagakan menyampaian pesan atau himbauan kepada teman dan guru. Elaborasi b. Siswa saling menilai penampilan temannya. Konfirmasi c. Guru memberikan penilaian dan penguatan materi. 6. Kegiatan akhir Guru mengevaluasi
E. Sumber belajar : 6. Teks pesan himbauan 7. Kerangka teks pesan atau himbauan 8. Cara menyampaikan pesan 9. Unggah-ungguh Bahasa Jawa 10.
Buku teks
F. Penilaian Teknik : observasi, penugasan Bentuk intsrumen : lembar observasi, Tugas proyek Soal / Instrumen :
commit to user
digilib.uns.ac.id116
perpustakaan.uns.ac.id
1. Penilaian Proses No 1.
2.
3.
4.
5.
Aspek yang dinilai Keaktifan Siswa dalam mendengarkan penjelasan guru Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru dan mengajukan pertanyaan Keaktifan siswa pada saat diskusi fishbowl Kemampuan siswa dalam melaksanakan tugas guru
Teknik Penilaian Pengamatan
Waktu Penilaian Proses
Instrumen Penilaian Lembar Pengamatan
Keterangan Diamati ketika proses pembelajaran berlangsung
Daftar Hasil Penilaian Kinerja Siswa No
Nama Siswa 1
Aspek yang Diamati 2 3 4 5
Skor Nilai
1 2 3 Jumlah Rata-rata Persentase Keterangan Aspek nilai: 1. Minat 2. Keaktifan Siswa 3. Kerja Sama 4. Tanggung Jawab
Keterangan Predikat: Skor Predikat 90 - 100 Amat baik 75 - 89 Baik 60 - 74 Cukup 50 - 59 Kurang 0 - 49 Amat Kurang
Pedoman penskoran Nilai akhir = jumlah skor x 5 = ….
commit to user
Predi-kat
digilib.uns.ac.id117
perpustakaan.uns.ac.id
2. Penilaian Hasil No 1. 2. 3. 4. 5.
Aspek yang dinilai Kosakata Tekanan Pemahaman Unggah-Ungguh Kelancaran
Teknik Penilaian Pengamatan
Waktu Penilaian Proses
Instrumen Penilaian Lembar Pengamatan
Keterangan Diamati ketika proses pembelajaran berlangsung
Daftar Hasil Penilaian Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Krama No
Nama Siswa
Aspek yang Diamati 1 2 3 4 5
Skor
Nilai
Predikat
1 2 3 Jumlah Rata-rata Persentase Keterangan Aspek nilai: 1. Kosakata 2. Tekanan 3. Pemahaman 4. Tata Bahasa 5. Kelancaran
Keterangan Predikat: Skor Predikat 90 – 100 Amat baik 75 – 89 Baik 60 – 74 Cukup 50 – 59 Kurang 0 - 49 Amat Kurang
Pedoman penskoran Nilai akhir = Jumlah skor x 5 = …… Mengetahui, Kepala SMP Negeri 3 Mejayan
PANG SUGIHARTO, M.Pd. NIP. 19680322 199703 1 005
Mejayan, April 2014 Guru Mata Pelajaran
VIVIN NOVALINA H., S.Pd. NIP.19871116 2011 01 2 020 commit to user
digilib.uns.ac.id118
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 08 INSTRUMEN PENILAIAN PENILAIAN KINERJA GURU BERBICARA JAWA KRAMA SIKLUS 1 PERTEMUAN 1 Skor No.
Indikator/Aspek yang Dinilai 1
2
I
PRAPEMBELAJARAN
√
1
Memeriksa kesiapan ruang, alat pembelajaran, dan media
√
2
Memeriksa kesiapan siswa
II
MEMBUKA PEMBELAJARAN
1
Melakukan kegiatan apersepsi
√
2
Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan rencana kegiatan
√
3
III
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
A
Penguasaan materi pembelajaran
1
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
√
2
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
√
3
Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran
B
Pendekatan/strategi pembelajaran
1 2
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kebutuhan siswa
4
√
√ √
3
Melaksanakan pembelajaran bersifat kontekstual
√
4
Melaksanakan pembelajaran dengan metode fishbowl
√
5
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu
C
Pemanfaatan sumber/media pembelajaran
1
Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar/media pembelajaran
2
Menghasilkan pesan yang menarik commit to user
√
√ √
digilib.uns.ac.id119
perpustakaan.uns.ac.id
D 1 2 3
Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran Memfasilitasi terjadinya interaksi guru-siswa dan siswasiswa Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar
√ √ √
E
Penilaian proses dan hasil belajar
1
Memantau kemajuan belajar
√
2
Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi
√
IV 1 2
PENUTUP Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, kegiatan, atau tugas sebagai bagian dari remidi/pengayaan
√ √
JUMLAH
52
SKOR TOTAL
84
JUMLAH RATA-RATA
61,90
Keterangan: 1 = sangat tidak baik; 2 = tidak baik; 3 = cukup baik; 4 = baik Keterangan Predikat: 90-100 = amat baik; 75-89 = baik; 60-74 = cukup; 50-59 = kurang; 0-49 = amat kurang
commit to user
digilib.uns.ac.id120
perpustakaan.uns.ac.id
INSTRUMEN PENILAIAN PENILAIAN KINERJA GURU BERBICARA JAWA KRAMA SIKLUS 1 PERTEMUAN 2 Skor No.
Indikator/Aspek yang Dinilai 1
2
I
PRAPEMBELAJARAN
1
Memeriksa kesiapan ruang, alat pembelajaran, dan media
√
2
Memeriksa kesiapan siswa
√
II
MEMBUKA PEMBELAJARAN
1
Melakukan kegiatan apersepsi
2
Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan rencana kegiatan
√
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
A
Penguasaan materi pembelajaran
1
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
√
2
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
√
3
Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran
B
Pendekatan/strategi pembelajaran
2
Melaksanakan pembelajaran bersifat kontekstual
4
Melaksanakan pembelajaran dengan metode fishbowl
5
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu
C
Pemanfaatan sumber/media pembelajaran
1
Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar/media pembelajaran
2
Menghasilkan pesan yang menarik
D
√
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kebutuhan siswa
3
commit to user Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa
4
√
III
1
3
√ √ √ √ √
√ √
digilib.uns.ac.id121
perpustakaan.uns.ac.id
1 2 3
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran Memfasilitasi terjadinya interaksi guru-siswa dan siswasiswa Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar
√ √ √
E
Penilaian proses dan hasil belajar
1
Memantau kemajuan belajar
√
2
Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi
√
IV 1 2
PENUTUP Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, kegiatan, atau tugas sebagai bagian dari remidi/pengayaan
√ √
JUMLAH
60
SKOR TOTAL
84
JUMLAH RATA-RATA
71,42
Keterangan: 1 = sangat tidak baik; 2 = tidak baik; 3 = cukup baik; 4 = baik Keterangan Predikat: 90-100 = amat baik; 75-89 = baik; 60-74 = cukup; 50-59 = kurang; 0-49 = amat kurang
commit to user
digilib.uns.ac.id122
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 09 CATATAN LAPANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SIKLUS I Hari/Tanggal : Rabu, 23 April 2014 Waktu
: 07.00-08.20
Tempat
: Ruang Kelas VII G SMPN 3 Mejayan
Jenis
: Siklus I Pertemuan 1
Informan
: Siswa dan Guru SMPN 3 Mejayan
Setting: Kegiatan Pembelajaran dilakukan di ruang kelas VII G SMP Negeri 3 Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun. Di kelas terdapat 1 pasang meja kursi guru, 14 meja siswa yang tiap mejanya diisi dengan 2 kursi siswa, 1 papan tulis jenis whiteboard, 2 papan pengumuman, 1 data administrasi kelas, gambar Presiden dan Wakil Presiden serta gambar Garuda Pancasila. Di bagian belakang ruang kelas terdapat 4 kata-kata mutiara serta spanduk besar bertuliskan PAPAN PAJANGAN HASIL KARYA SISWA dimana berbagai hasil portofolio siswa ditempel. Di pojok belakang juga terdapat gantungan berisi alat-alat kebersihan seperti sapu dan kemoceng. Suasana kelas masih gaduh karena siswa baru saja masuk kelas setelah membaca Asmaul Husna. Kebijakan kepala sekolah, sebelum masuk kelas seluruh siswa berbaris sesuai kelasnya masing-masing untuk kemudian dipimpin salah satu perwakilan membaca Asmaul Husna. Bahasa Jawa jatuh pada jam pertama dan kedua, jadi siswa baru saja selesai membaca Asmaul Husna. Setelah guru masuk keadaan kelas mulai kondusif, kemudian guru mengindisikan siswa agar siap menerima pelajaran. Deskripsi: Guru masuk kelas selanjutnya setelah itu baru mengkondisiakan beberapa siswa yang masih gaduh berbicara sendiri. Peneliti duduk di bagian belakang sambil mengamati proses belajar mengajar tanpa harus menganggu jalannya proses pembelajaran. Kegaitan pembelajaran pada pertemuan ini membahas tentang keterampilan berbicara bahasa Jawa krama. Pada minggu sebelumnya guru sudah menerangkan juga materi tentang huruf Jawa. Kegiatan Pembelajaran diawali dengan guru mengingatkan pelajaran minggu lalu dan menanyakan pada bagian apa saja yang belum dikuasai siswa.
commit to user
digilib.uns.ac.id123
perpustakaan.uns.ac.id
Kegiatan pembelajaran selanjutnya guru membacakan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Guru kemudian mengingatkan siswa dengan materi minggu sebelumnya. Siswa masih banyak yang bercanda dan berbicara sendiri di belakang. Pada pertemuan ini untuk pertama kalinya metode fishbowl diterapkan, karena itu guru menjelaskan tata cara melaksanakan diskusi fishbowl. Dimulai dari langkah-langkah kemudian aturan-aturan yang harus ditaati. Pada kegiatan inti siswa dikondisikan untuk membentuk lingkaran besar. Guru menunjuk empat siswa untuk menjadi kelompok yang berada di lingkaran kecil. Siswa yang ditunjuk sempat tidak mau, namun akhirnya setelah dibujuk oleh guru kalau semua akan kebagian berada di tengah, siswa kooperatif. Guru membagikan kertas berisi instruksi yang harus dikerjakan. Awalnya siswa bingung karena memang ini baru pertama. Setelah berjalan satu putaran, siswa pun mulai menikmati dan kondisi pembelajaran menjadi lebih kondusif dan menyenangkan. Pada akhir pembelajaran siswa telah merasakan menjadi kelompok yang berada di tengah. Guru kemudian mengajak siswa menyimpulkan pembelajaran pada hari tersebut secara bersama-sama. Empat siswa ditunjuk maju ke depan kelas untuk mendapatkan penghargaan sebagai siswa paling aktif dalam pembelajaran pada hari itu. Refleksi: Setelah dilakukan tindakan ternyata perlu dilakukan perbaikan, perbaikan itu setting tempat duduk untuk pertemuan berikutnya serta penyiapan kelas yang kondusif dipersiapkan. Kemudian guru harus menerangkan bagaimana diskusi fishbowl itu dilaksanakan agar siswa cepat dalam membentuk lingkaran dan waktu yang terbatas tidak terbuang percuma. Guru harus dapat memanfaatkan alokasi waktu yang telah disediakan, sehingga waktu yang terbatas dapat dimaksimalkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id124
CATATAN LAPANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SIKLUS I Hari/Tanggal
: Rabu, 30 April 2014
Waktu
: 07.00-08.20
Tempat
: Ruang Kelas VII G SMPN 3 Mejayan
Jenis
: Siklus I Pertemuan 2
Informan
: Siswa dan Guru SMPN 3 Mejayan
Setting: Kegiatan Pembelajaran ini dilakukan di ruang kelas VII G SMP Negeri 3 Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun. Di kelas terdapat 1 pasang meja kursi guru, 14 meja siswa yang tiap mejanya diisi dengan 2 kursi siswa, 1 papan tulis jenis whiteboard, 2 papan pengumuman, 1 data administrasi kelas, gambar Presiden dan Wakil Presiden serta gambar Garuda Pancasila. Di bagian belakang ruang kelas terdapat 4 kata-kata mutiara serta spanduk besar bertuliskan PAPAN PAJANGAN HASIL KARYA SISWA dimana berbagai hasil portofolio siswa ditempel. Di pojok belakang juga terdapat gantungan berisi alat-alat kebersihan seperti sapu dan kemoceng. Suasana kelas masih gaduh karena siswa baru saja masuk kelas setelah membaca Asmaul Husna. Setelah guru masuk keadaan kelas mulai kondusif, kemudian guru mengondisikan siswa agar siap menerima pelajaran.
Deskripsi: Pada pertemuan kedua siklus I ini guru terlihat lebih siap. Siswa juga tampak antusias dalam menghadapi pembelajaran. Setelah berdoa, guru memberikan salam dan siswa menjawab dengan serempak. Setelah itu guru memberikan pertanyaan tentang pembelajaran yang telah disamapaikan minggu kemaren. Setelah itu guru mengulas sedikit tentang materi tembang macapat yang telah dipelajari. Pada pertemuan ini guru memberitahukan siswa bahwa akan terdapat variasi diskusi fishbowl dibanding pertemuan terdahulu. Apabila minggu sebelumnyasatu kelas dijadikan satu lingkaran besar dan satu lingkaran kecil, maka pada pertemuan ini masing-masing lingkaran akan dibagi menjadi dua. Pertama guru memanggil siswa yang di pertemuan sebelumnya mendapatkan penghargaan untuk maju. Siswa tersebut diinstruksikan untuk menjadi pengawas di commit to user tiap-tiap kelompok. Siswa yang lain dibagi menjadi 2 sama banyak kemudian tiap-tiap bagian membentuk lingkaran. Setelah itu tiap lingkaran menunjuk 2 siswa untuk berada di tengah.
digilib.uns.ac.id125
perpustakaan.uns.ac.id
Siswa yang ditunjuk mengawasi menjalankan tugasnya sebagai pengawas kelompok masingmasing. Diantara dua kelompok fishbowl, kelompok 2 ternyata lebih aktif dalam menjalankan diskusi, sedangkan kelompok dua tampak ramai. Guru sebagai fasilitator sering mengingatkan agar siswa lebih berkonsentrasi. Ketika diskusi dirasa cukup, guru memerintahkan tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas secara bergantian. Guru melakukan penilaian pada tiap siswa yang maju ke depan kelas. Pada akhir pembelajaran, siswa diajak menarik kesimpulan secara bersama-sama hasil pembelajaran pada hari tersebut. Guru kemudian membacakan empat orang siswa yang aktif untuk mendapatkan penghargaan. Pembelajaran diakhiri dengan penjelasan materi yang harus dipersiapkan minggu depan.
Refleksi: Saat pembentukan kelompok, siswa sudah dapat memaksimalkan waktu agar tidak terbuang. Siswa lebih cepat dan tidak terjadi siswa mogok maju ketika ditunjuk guru. Kendala dalam pertemuan ini adalah antara dua kelompok fishbowl, tampak sekali perbedaan yang terjadi. Kelompok dua tampak lebih aktif daripada kelompok satu. Hal ini diakibatkan siswa yang ditunjuk sebagi pengawas di kelompok satu kurang tegas mengatur temannya. Guru masih kurang sigap dalam menghadapi situasi ini. Walaupun demikian secara keseluruhan pertemuan pertama dalam siklus I ini sedikit mengatasi permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran pertemuan sebelumnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id126
Lampiran 10 CATATAN LAPANGAN HASIL WAWANCARA SISWA SIKLUS I
Hari/Tanggal : Rabu, 30 April 2014 Waktu
: 08.25 WIB
Tempat
: Ruang kelas VII G
Jenis
: Wawancara terstruktur
Informan
: Ivanda Melin R.
Peneliti
:
Selamat pagi, namanya siapa?
Ivanda
:
Selamat pagi, Pak. Saya Ivanda.
Peneliti
:
Ivanda kan baru saja menjalani pembelajaran bahasa Jawa dengan Ibu Vivin, menurut Ivanda bagaimana pembelajaran tadi?
Ivanda
:
Seru, Pak.
Peneliti
:
Seru bagaimana maksudnya?
Ivanda
:
Ya beda dengan biasanya.
Peneliti
:
Tadi diskusinya namanya apa masih ingat?
Ivanda
:
Ikan dalam akuarium (fishbowl)
Peneliti
:
Menurut Ivanda lebih senang mana dibanding pertemuan yang lalu?
Ivanda
:
Enak ini, Pak. Lebih bisa paham.
Peneliti
:
Itu kok dapat tanda Smile kenapa?
Ivanda
:
Karena paling aktif, Pak.
Peneliti
:
Senang mendapat penghargaan dari guru?
Ivanda
:
Senang pak.
Peneliti
:
Bagian mana yang masih belum paham?
Ivanda
:
Bahasa krama-nya banyak, Pak. Belum hapal semua.
Peneliti
:
Oke terimakasih, ya.
Ivanda
:
Ya. Pak
Refleksi: Dari hasil wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran berbicara Jawa krama lebih menyenangkan dengan digunakannya metode fishbowl. Siswa yang mendapat penghargaan juga merasa bangga karena keaktifannya dihargai oleh guru. Hal ini diharapkan commit to user memacu teman yang lain.
digilib.uns.ac.id127
perpustakaan.uns.ac.id
CATATAN LAPANGAN HASIL WAWANCARA SISWA SIKLUS I
Hari/Tanggal : Rabu, 30 April 2014 Waktu
: 08.30 WIB
Tempat
: Ruang kelas VII G
Jenis
: Wawancara terstruktur
Informan
: Renaldy Dwi Saputra
Peneliti
:
Selamat pagi, namanya siapa?
Renaldy
:
Selamat pagi, Renaldy, Pak..
Peneliti
:
Setelah diajar Ibu Vivin ini tadi, menurut kamu bagaimana pembelajaran tadi?
Renaldy
:
Asyik, Pak.
Peneliti
:
Sudah pernah apa belum diajak berdikusi seperti tadi?
Renaldy
:
Belum, Pak.
Peneliti
:
Apa namanya tadi?
Renaldy
:
Fishbowl.
Peneliti
:
membantu memahami materi apa tidak?
Renaldy
:
Membantu sekali, tidak terasa kalau sedang pelajaran Pak.
Peneliti
:
Materi berbicara bahasa Jawa krama sulit tidak?
Renaldy
:
Sulit, Pak.
Peneliti
:
Bagian mana yang masih belum paham?
Renaldy
:
Bahasa krama-nya itu belum hapal, Pak
Peneliti
:
Oke terimakasih, ya.
Renaldy
:
Ya. Pak
Refleksi: Dari hasil wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran berbicara Jawa krama lebih menyenangkan dengan digunakannya metode fishbowl. Siswa merasakan pembelajaran jadi seperti permainan. Kesulitan siswa adalah belum hapal kosakat bahasa Jawa krama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id128
Lampiran 11 CATATAN LAPANGAN HASIL WAWANCARA GURU SIKLUS I Hari/Tanggal : Rabu, 30 April 2014 Waktu
: 09.50-10.15
Tempat
: Ruang Perpustakaan SMPN 3 Mejayan
Jenis
: Wawancara Terstruktur
Informan
: Vivin Novalina Herawati, S.Pd.
Peneliti
: Selamat pagi, Bu Vivin.
Ibu Vivin
: Selamat pagi, silahkan duduk Pak.
Peneliti
: Terima kasih, Pak.
Ibu Vivin
: Bagaimana apa ada yang dapat saya bantu?
Peneliti
: Ketika ibu melaksanakan pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama dengan metode fishbowl apakah ada kesulitan?
Ibu Vivin
: Untuk awal-awal memang ada, karena saya belum mengerti tentang metode ini sebelumnya, dan merupakan metode baru bagi saya.
Peneliti
: Apa yang anda lakukan untuk mengatasi kendala tersebut Bu?
Ibu Vivin
: Ya saya mempelajari terus metode yang njenengan tawarkan ini, serta melihat contoh video yang Anda tunjukkan kepada saya.
Peneliti
: Dalam pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama dengan metode fishbowl apakah materi pembelajaran bisa disampaikan dengan mudah?
Ibu Vivin
: Ya. Memang lebih mudah tersampaikan, dan anak bisa langsung mempraktikkannya.
Peneliti
: Bagaimana kondisi anak-anak sekarang Bu, mengenai keterampilan berbicara bahasa Jawa krama?
Ibu Vivin
: Lebih bagus daripada sebelumya.
Peneliti
: Apakah anda sudah pernah menerapkan metode fishbowl sebelumnya pada pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama?
Ibu Vivin
: Belum pernah sama sekali Pak, wong ya baru tahu dari anda ini.
Peneliti
: Berarti ini pengalaman ibu menggunakan metode fishbowl yang pertama, ya Bu?
Ibu Vivin
: Ya, Pak.
Peneliti
: Saya rasa sudah cukup Bu. Saya ucapkan terima kasih atas commit to user kerjasamanya.
Ibu Vivin
: Sama-sama, Pak.
digilib.uns.ac.id129
perpustakaan.uns.ac.id
Refleksi: Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, diperoleh informasi bahwa guru meskipun baru sekali ini mencoba metode fishbowl, namun sudah dapat memahaminya dengan bantuan video dari peneliti. Sebagaian besar siswa sudah merasa senang ketika belajar berbicara bahasa Jawa krama. Siswa lebih mudah mempelajari huruf Jawa dengan metode fishbowl. Metode ini membawa siswa belajar dalam suasana yang menyenangkan. Ada beberapa kendala yang di hadapai diantaranya siswa masih membutuhkan waktu lama untuk membentuk formasi fishbowl. Hal ini dapat diatasi ketika dipertemuan kedua siswa sudah pernah mempraktekkan sehingga menjadi lebih efisien dalam penggunaan waktu.
commit to user
digilib.uns.ac.id130
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 12 DAFTAR HASIL PENILAIAN KINERJA SISWA SIKLUS I PERTEMUAN 1 SMP NEGERI 3 KINERJA MEJAYAN DAFTAR HASIL PENILAIAN SISWA SIKLUS I TAHUN PELAJARAN 2013/2014 No No Induk 1 3894 2 3895 3 3896 4 3897 5 3898 6 3899 7 3900 8 3901 9 3902 10 3903 11 3904 12 3905 13 3906 14 3907 15 3908 16 3909 17 3910 18 3911 19 3912 20 3913 21 3914 22 3915 23 3916 24 3917 25 3918 26 3919 27 3920 28 3921 Jumlah Rata-Rata Presentase (%)
Nama Siswa AJIB RAHMAN AKARINA DWI WULANDARI ALDO PRATAMA ANANDA ARIEN ROYAN R ARIFIYAH NUR A AULIYA AMEILUL JANNAH AVILIO ANANG KURNIANTO DAVIDS DWI SYAHPUTRA DIMAS ADI SURYA DYAS FILLAH A ELSA PRITANTI GUNTUR SETYO NUR CAHYO IVANDA MELIN R KHOFIFAH MA'RIFATIN NK KUKUH DWI SETIAWAN KURNIA SOLIHIN MAHMUD SYAIFUDIN MOCH. SYAFIUDDIN MOHAMMAD MIFTAHUL HUDA MUHAMMAD RIZQI WIJAYA RENALDY DWI SAPUTRA RIJAL FAJRI DWI C RISMA NUR ASWIN SABNA ANANDA P SITI MAISYAROH WINDY ARISKA YOHANA OLGA VISI WIJAYA
L/P L P L P L P P L L L L P L P P L L L L L L L L P P P P P
Aspek yang Diamati Skor Nilai 1 2 3 4 5 2 3 2 3 3 13 65 3 4 3 3 3 16 80 3 2 2 3 2 12 60 3 3 3 4 3 16 80 3 3 3 3 3 15 75 4 4 3 4 4 19 95 3 3 3 3 3 15 75 3 3 2 3 3 14 70 3 3 2 3 3 14 70 3 3 2 3 3 14 70 3 4 3 3 3 16 80 4 4 3 3 3 17 85 2 3 2 2 3 12 60 2 3 3 4 4 16 80 4 3 3 3 3 16 80 3 4 3 4 3 17 85 3 3 2 3 3 14 70 3 3 3 3 2 14 70 3 3 3 3 3 15 75 2 3 2 3 3 13 65 4 3 3 3 3 16 80 3 3 3 3 2 14 70 2 3 2 3 3 13 65 4 3 3 3 3 16 80 4 3 3 4 4 18 90 3 3 3 3 3 15 75 4 3 3 4 3 17 85 3 2 3 3 2 13 65 86 87 75 89 83 420 2100 5,9 6 5,2 6,1 5,7 29 75 77 78 67 79 74 75 75
Keterangan Aspek nilai: Keterangan Predikat: 1. Keaktifan Siswa dalam mendengarkan penjelasan Skor Predikat guru 90 – 100 Amat baik 2. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran 75 – 89 Baik 3. Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan 60 – 74 Cukup guru dan mengajukan pertanyaan 50 – 59 Kurang 4. Keaktifan siswa pada saat diskusi fishbowl 0 - 49 Amat Kurang 5. Kemampuan siswa dalam melaksanakan tugas guru commit to user
Predikat Cukup Baik Kurang Baik Baik Amat Baik Baik Cukup Cukup Cukup Baik Baik Kurang Baik Baik Baik Cukup Cukup Baik Cukup Baik Cukup Cukup Baik Baik Baik Baik Cukup
digilib.uns.ac.id131
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR HASIL PENILAIAN KINERJA SISWA SIKLUS I PERTEMUAN 2 SMP NEGERI 3 MEJAYAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 No No Induk 1 3894 2 3895 3 3896 4 3897 5 3898 6 3899 7 3900 8 3901 9 3902 10 3903 11 3904 12 3905 13 3906 14 3907 15 3908 16 3909 17 3910 18 3911 19 3912 20 3913 21 3914 22 3915 23 3916 24 3917 25 3918 26 3919 27 3920 28 3921 Jumlah Rata-Rata Presentase (%)
Nama Siswa AJIB RAHMAN AKARINA DWI WULANDARI ALDO PRATAMA ANANDA ARIEN ROYAN R ARIFIYAH NUR A AULIYA AMEILUL JANNAH AVILIO ANANG KURNIANTO DAVIDS DWI SYAHPUTRA DIMAS ADI SURYA DYAS FILLAH A ELSA PRITANTI GUNTUR SETYO NUR CAHYO IVANDA MELIN R KHOFIFAH MA'RIFATIN NK KUKUH DWI SETIAWAN KURNIA SOLIHIN MAHMUD SYAIFUDIN MOCH. SYAFIUDDIN MOHAMMAD MIFTAHUL HUDA MUHAMMAD RIZQI WIJAYA RENALDY DWI SAPUTRA RIJAL FAJRI DWI C RISMA NUR ASWIN SABNA ANANDA P SITI MAISYAROH WINDY ARISKA YOHANA OLGA VISI WIJAYA
L/P L P L P L P P L L L L P L P P L L L L L L L L P P P P P
Aspek yang Diamati 1 2 3 4 5 2 3 2 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 2 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 92 91 82 90 86 6,3 6,3 5,7 6,2 5,9 82 81 73 80 77
Skor Nilai 13 65 17 85 14 70 17 85 15 75 19 95 16 80 16 80 16 80 14 70 16 80 17 85 13 65 18 90 16 80 17 85 15 75 16 80 15 75 14 70 17 85 15 75 14 70 16 80 18 90 15 75 17 85 15 75 441 2205 30,4 78,8 78,8 78,8
Predikat Cukup Baik Cukup Baik Baik Amat Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Cukup Baik Baik Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Cukup Baik Baik Baik Baik Baik
Keterangan Aspek nilai: Keterangan Predikat: 1. Keaktifan Siswa dalam mendengarkan Skor Predikat penjelasan guru 90 – 100 Amat baik 2. Keaktifan siswa dalam mengikuti 75 – 89 Baik pembelajaran 60 – 74 Cukup 3. Kemampuan siswa dalam menjawab 50 – 59 Kurang pertanyaan guru dan mengajukan pertanyaan 0 - 49 Amat Kurang 4. Keaktifan siswa pada saat diskusi fishbowl 5. Kemampuan siswa dalam melaksanakan tugas to user commit guru Lampiran 13 DAFTAR HASIL PENILAIAN KEMAMPUAN BERBICARA KRAMA SIKLUS I
digilib.uns.ac.id132
perpustakaan.uns.ac.id
SMP NEGERI 3 MEJAYAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 KKM: 75 No No Induk 1 3894 2 3895 3 3896 4 3897 5 3898 6 3899 7 3900 8 3901 9 3902 10 3903 11 3904 12 3905 13 3906 14 3907 15 3908 16 3909 17 3910 18 3911 19 3912 20 3913 21 3914 22 3915 23 3916 24 3917 25 3918 26 3919 27 3920 28 3921 Jumlah Rata-Rata Presentase (%)
Nama Siswa
L/P
AJIB RAHMAN AKARINA DWI WULANDARI ALDO PRATAMA ANANDA ARIEN ROYAN R ARIFIYAH NUR A AULIYA AMEILUL JANNAH AVILIO ANANG KURNIANTO DAVIDS DWI SYAHPUTRA DIMAS ADI SURYA DYAS FILLAH A ELSA PRITANTI GUNTUR SETYO NUR CAHYO IVANDA MELIN R KHOFIFAH MA'RIFATIN NK KUKUH DWI SETIAWAN KURNIA SOLIHIN MAHMUD SYAIFUDIN MOCH. SYAFIUDDIN MOHAMMAD MIFTAHUL HUDA MUHAMMAD RIZQI WIJAYA RENALDY DWI SAPUTRA RIJAL FAJRI DWI C RISMA NUR ASWIN SABNA ANANDA P SITI MAISYAROH WINDY ARISKA YOHANA OLGA VISI WIJAYA
L P L P L P P L L L L P L P P L L L L L L L L P P P P P
Aspek yang Diamati 1 2 3 4 5 2 3 2 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 2 3 3 4 3 2 4 3 3 3 2 3 2 4 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 4 3 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 76 88 75 90 88 5,2 6,1 5,2 6,2 6,1 68 79 67 80 79
Skor Nilai 13 65 16 80 14 70 15 75 14 70 16 80 15 75 15 75 15 75 14 70 16 80 15 75 15 75 16 80 16 80 16 80 14 70 15 75 14 70 14 70 16 80 14 70 13 65 15 75 15 75 15 75 16 80 15 75 417 2085 28,8 74,5 74,5 74
KETERANGAN: < 75 TIDAK TUNTAS, ≥ 75 TUNTAS
Keterangan Aspek nilai: 1. Kosakata 2. Tekanan 3. Pemahaman 4. Tata Bahasa 5. Kelancaran
Keterangan Predikat: Skor Predikat 90 – 100 Amat baik 75 – 89 Baik 60 – 74 Cukup 50 – 59 Kurang 0 - 49 Amat Kurang
commit to user
Predikat Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Cukup Cukup Baik Cukup Cukup Baik Baik Baik Baik Baik
digilib.uns.ac.id133
perpustakaan.uns.ac.id
SIKLUS II
commit to user
Lampiran 14
digilib.uns.ac.id134
perpustakaan.uns.ac.id
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II (RPP)
Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Alokasi Waktu
: SMP NEGERI 3 MEJAYAN : Bahasa Jawa : VII /II : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : Berbicara 6. Mengungkapkan pikiran, gagasan, perasaan dalam bentuk menyampaikan pesan dan himbauan secara langsung Kompetensi Dasar 6.1 Menyampaikan pesan / informasi sacara lisan dengan menggunakan berbagai ragam Bahasa Jawa secara baik dan benar. Indikator : 6.1.7 Dapat membedakan tingkatan bahasa Jawa yang dipakai sesuai dengan lawan bicara yang dihadapi. 6.1.8 Dapat menyampaikan pesan dengan menggunakan ragam basa krama sesuai unggah-ungguh basa yang benar. Alokasi Waktu : 4 x 40 menit A. Tujuan Pembelajaran : Setelah pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat berbicara atau berdialog dengan orang yang lebih tua sesuai dengan unggah-ungguh yang benar. Karakter siswa yang diharapkan: Kreatif Komunikatif Percaya diri B. Materi Pembelajaran : Teks pesan atau himbauan Tuladha: h. Kepareng matur Pak, kula dipun utus Pak Budi, Inggih bapakipun Marsini, kapurih matur panjenengan bilih dinten punika Marsini boten mlebet amargi sakit Tipus., lan enjing kalawau dipun bekta dhateng rumah sakit. i. Gus, aku mau diutus Pak Budi, Bapake Marsini, mamitake Marsini yen dina iki ora mlebu amaraga lara Tipus, lan esuk mau digawa menyang rumah sakit. j. Gus , aku mau dikongkon Andi, adhike Marsini, mamitake Marsini yen dina iki ora mlebucommit amargatolara Tipus, lan esuk mau digawa menyang user rumah sakit.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id135
Cara menyampaikan pesan Wacan a. wong kapisan / sing rembugan yaiku murid Wong kapindo / sing diajak rembugan yaiku Pak Guru Wong katelu / sing dirembug yaiku Pak Budi (bapake murid) Basane : Migunakake basa karma amarga murid rembugan karo guru lan sing ngongkon ya wong tuwa. Wacan b. wong kapisan/ sing rembugan yaiku murid Wong kapindho / sing diajak rembugan yaiku murid ( kancane) Wong katelu/ sing dirembug yaiku Pak Budi Basane : Migunakake basa ngoko campuran karma, amarga sing dirembug tatarane padaha, dene kecampuran krama awit sing dirembug ana sing luwih tuwa (Pak Budi) Wacan c. Wong kapisan/ sing rembugan yaiku murid Wong kapindho sing diajak rembugan yaiku murid (kancane) Wong katelu / sing dirembug yaiku adhine murid Basane : migunakake basa ngoko kabeh amarga sing diajak rembugan lan sing dirembug tataran drajate padha lan sangisore.
Unggah-ungguh bahasa Jawa Manut Unggah-ungguhing basa Jawa kang baku kapilah dadi telung warna, yaiku 7. Basa ngoko yaiku basa wantah, tanpa nganggo pakurmatan. Kang migunakake basa ngoko yaiku: a. Bocah kang durung bisa guneman ganep utawa bocah kang durung ngerti unggah-ungguh. b. Wong guneman marang sapdha-padha sing kulina banget c. Wong ngunandika. d. Wong tuwa marang wong kang kaprenah enom e. Wong luhur (pemimpin ) marang andhane. Basa ngoko isih kapilah maneh dadi rong warna, yaiku: (1). basa Ngoko lugu, yaiku basa kang tembung-tembunge ngoko kabeh ora kecampuran tembung madya lan tembung krama. (2) Basa ngoko Andhap, yaiku basa kang tembung-tembunge ngoko kecampuran tembung krama inggil/krama mratelakake ngajeni. 8. Basa krama/ basa kurmat yaiku basa taklim utawa basa kang ngajeni . Dene kanggone: a. Wong enom marang wong tuwa. b. Murid marang Guru c. Anak marang wong tuwane commit to user d. Reh-rehan marang dhedhuwurane.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id136
9. Basa Madya. Yaiku basa kang manggone ana ing antarane krama karo ngoko. Dadi kalah taklim karo krama, nanging luwih taklim tinimbang basa ngoko. Lumrahe awujud wancahaning tembung krama/ kurmat. Kaya umpamane: empun, teng, nggih, ngga, napa, niku, niki Lsp.
C. Metode dan Model Pembelajaran : 5. Metode : Permodelan, Penugasan, Tanya Jawab 6. Model : Fishbowl D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran: Pertemuan pertama 7. Kegiatan awal Apersepsi d. Guru bertanya siapa saja yang menggunakan bahasa Jawa Krama dalam berbicara dengan orang tuanya. e. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai oleh siswa. f. Guru menjelaskan langkah-langkah kerja yang harus dilakukan oleh siswa Motivasi Guru menjelaskan tujuan pembelajaran 8. Kegiatan Inti Eksplorasi a. Siswa membentuk kelompok beranggotakan lima orang, siswa yang lain membentuk lingkaran di luar kelompok kecil tersebut. b. Guru membagi daftar kosakata ngoko dan menjelaskan langkah-langkah kerja. Elaborasi a. Siswa yang berada di tengah mencari bahasa Krama dari bahasa Ngoko yang diberikan. b. Siswa yang berada di tengah bergantian menjawab, apabila ada siswa yang tidak dapat menjawab, siswa di lingkaran luar diberikan kesempatan mengacungkan tangan. c. Siswa yang berada di lingkaran luar diberikan kesempatan masuk ke kelompok kecil di tengah apabila dapat menjawab. d. Siswa membuat kesimpulan. Konfirmasi c. Guru memberikan penilaian terhadap kegiatan yang dilakukan siswa d. Guru memberikan penguatan terhadap hasil kerja siswa. 9. Kegiatan akhir a. Guru membuat simpulan tentang bahasa Jawa ragam Krama. b. Guru memilih 3 anak yang paling aktif dalam diskusi untuk mendapatkan reward. c. Guru menjelaskan tugas yang harus dikerjakan siswa pada pertemuan berikutnya. commit to user
digilib.uns.ac.id137
perpustakaan.uns.ac.id
Pertemuan kedua 7. Kegiatan awal Apersepsi Guru mengecek kehadiran siswa. Guru bertanya tentang tugas yang diberikan siswa Motivasi Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. 8. Kegiatan Inti Eksplorasi a. Siswa memperagakan menyampaian pesan atau himbauan kepada teman dan guru. Elaborasi b. Siswa saling menilai penampilan temannya. Konfirmasi c. Guru memberikan penilaian dan penguatan materi. 9. Kegiatan akhir Guru mengevaluasi
E. Sumber belajar : 11. Teks pesan himbauan 12.
Kerangka teks pesan atau himbauan
13.
Cara menyampaikan pesan
14.
Unggah-ungguh Bahasa Jawa
15.
Buku teks
F. Penilaian Teknik : observasi, penugasan Bentuk intsrumen : lembar observasi, Tugas proyek Soal / Instrumen :
commit to user
digilib.uns.ac.id138
perpustakaan.uns.ac.id
1. Penilaian Proses No 1.
2.
3.
4.
5.
Aspek yang dinilai Keaktifan Siswa dalam mendengarkan penjelasan guru Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru dan mengajukan pertanyaan Keaktifan siswa pada saat diskusi fishbowl Kemampuan siswa dalam melaksanakan tugas guru
Teknik Penilaian Pengamatan
Waktu Penilaian Proses
Instrumen Penilaian Lembar Pengamatan
Keterangan Diamati ketika proses pembelajaran berlangsung
Daftar Hasil Penilaian Kinerja Siswa No
Nama Siswa 1
Aspek yang Diamati 2 3 4 5
Skor Nilai
1 2 3 Jumlah Rata-rata Persentase Keterangan Aspek nilai: 5. Minat 6. Keaktifan Siswa 7. Kerja Sama 8. Tanggung Jawab
Keterangan Predikat: Skor Predikat 90 - 100 Amat baik 75 - 89 Baik 60 - 74 Cukup 50 - 59 Kurang 0 - 49 Amat Kurang commit to user
Predi-kat
digilib.uns.ac.id139
perpustakaan.uns.ac.id
Pedoman penskoran Nilai akhir = jumlah skor x 5 = …. 3. Penilaian Hasil No 1. 2. 3. 4. 5.
Aspek yang dinilai Kosakata Tekanan Pemahaman Tata Bahasa Kelancaran
Teknik Penilaian Pengamatan
Waktu Penilaian Proses
Instrumen Penilaian Lembar Pengamatan
Keterangan Diamati ketika proses pembelajaran berlangsung
Daftar Hasil Penilaian Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Krama No
Nama Siswa
Aspek yang Diamati 1 2 3 4 5
Skor
Nilai
Predikat
1 2 3 Jumlah Rata-rata Persentase Keterangan Aspek nilai: 1. Kosakata 2. Tekanan 3. Pemahaman 4. Tata Bahasa 5. Kelancaran
Keterangan Predikat: Skor Predikat 90 – 100 Amat baik 75 – 89 Baik 60 – 74 Cukup 50 – 59 Kurang 0 - 49 Amat Kurang
Pedoman penskoran Nilai akhir = Jumlah skor x 5 = …… Mengetahui, Kepala SMP Negeri 3 Mejayan
PANG SUGIHARTO, M.Pd. NIP. 19680322 199703 1 005
Mejayan, Mei 2014 Guru Mata Pelajaran
VIVIN NOVALINA H., S.Pd. NIP.19871116 2011 01 2 020 commit to user
digilib.uns.ac.id140
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 15 INSTRUMEN PENILAIAN PENILAIAN KINERJA GURU BERBICARA JAWA KRAMA SIKLUS 2 PERTEMUAN 1 Skor No.
Indikator/Aspek yang Dinilai 1
2
3
I
PRAPEMBELAJARAN
1
Memeriksa kesiapan ruang, alat pembelajaran, dan media
√
2
Memeriksa kesiapan siswa
√
II
MEMBUKA PEMBELAJARAN
1
Melakukan kegiatan apersepsi
√
2
Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan rencana kegiatan
√
4
III
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
A
Penguasaan materi pembelajaran
1
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
√
2
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
√
3
Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran
√
B
Pendekatan/strategi pembelajaran
1 2
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kebutuhan siswa
3
Melaksanakan pembelajaran bersifat kontekstual
4
Melaksanakan pembelajaran dengan metode fishbowl
5
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu
C
Pemanfaatan sumber/media pembelajaran
1
Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar/media pembelajaran
2
Menghasilkan pesan yang menarik
√ √ √ √
√ √
commit to user
D
√
Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa
digilib.uns.ac.id141
perpustakaan.uns.ac.id
1 2 3
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran Memfasilitasi terjadinya interaksi guru-siswa dan siswasiswa Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar
√ √ √
E
Penilaian proses dan hasil belajar
1
Memantau kemajuan belajar
√
2
Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi
√
IV 1 2
PENUTUP Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, kegiatan, atau tugas sebagai bagian dari remidi/pengayaan
√ √
JUMLAH
64
SKOR TOTAL
84
JUMLAH RATA-RATA
76,19
Keterangan: 1 = sangat tidak baik; 2 = tidak baik; 3 = cukup baik; 4 = baik Keterangan Predikat: 90-100 = amat baik; 75-89 = baik; 60-74 = cukup; 50-59 = kurang; 0-49 = amat kurang
commit to user
digilib.uns.ac.id142
perpustakaan.uns.ac.id
INSTRUMEN PENILAIAN PENILAIAN KINERJA GURU BERBICARA JAWA KRAMA SIKLUS 2 PERTEMUAN 2 Skor No.
Indikator/Aspek yang Dinilai 1
2
3
4
I
PRAPEMBELAJARAN
1
Memeriksa kesiapan ruang, alat pembelajaran, dan media
√
2
Memeriksa kesiapan siswa
√
II
MEMBUKA PEMBELAJARAN
1
Melakukan kegiatan apersepsi
√
2
Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan rencana kegiatan
√
III
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
A
Penguasaan materi pembelajaran
1
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
√
2
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
√
3
Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran
√
B
Pendekatan/strategi pembelajaran
1 2
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kebutuhan siswa
√ √
3
Melaksanakan pembelajaran bersifat kontekstual
√
4
Melaksanakan pembelajaran dengan metode fishbowl
√
5
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu
√
C
Pemanfaatan sumber/media pembelajaran
1
Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar/media pembelajaran
√
2
Menghasilkan pesan yang menarik
√
D
commit to user Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa
digilib.uns.ac.id143
perpustakaan.uns.ac.id
1 2 3
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran Memfasilitasi terjadinya interaksi guru-siswa dan siswasiswa Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar
E
Penilaian proses dan hasil belajar
1
Memantau kemajuan belajar
2
Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi
IV 1 2
√ √ √
√ √
PENUTUP Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, kegiatan, atau tugas sebagai bagian dari remidi/pengayaan
√ √
JUMLAH
77
SKOR TOTAL
84
JUMLAH RATA-RATA
91,66
Keterangan: 1 = sangat tidak baik; 2 = tidak baik; 3 = cukup baik; 4 = baik Keterangan Predikat: 90-100 = amat baik; 75-89 = baik; 60-74 = cukup; 50-59 = kurang; 0-49 = amat kurang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id144
Lampiran 16 CATATAN LAPANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SIKLUS II Hari/Tanggal
: Jumat, 2 Mei 2014
Waktu
: 07.00-08.20
Tempat
: Ruang Kelas VII G SMPN 3 Mejayan
Jenis
: Siklus II Pertemuan 1
Informan
: Siswa dan Guru SMPN 3 Mejayan
Setting: Kegiatan Pembelajaran dilakukan di ruang kelas VII G SMP Negeri 3 Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun. Di kelas terdapat 1 pasang meja kursi guru, 14 meja siswa yang tiap mejanya diisi dengan 2 kursi siswa, 1 papan tulis jenis whiteboard, 2 papan pengumuman, 1 data administrasi kelas, gambar Presiden dan Wakil Presiden serta gambar Garuda Pancasila. Di bagian belakang ruang kelas terdapat 4 kata-kata mutiara serta spanduk besar bertuliskan PAPAN PAJANGAN HASIL KARYA SISWA dimana berbagai hasil portofolio siswa ditempel. Di pojok belakang juga terdapat gantungan berisi alat-alat kebersihan seperti sapu dan kemoceng. Suasana kelas masih gaduh karena siswa baru saja masuk kelas setelah membaca Asmaul Husna. Kebijakan kepala sekolah, sebelum masuk kelas seluruh siswa berbaris sesuai kelasnya masing-masing untuk kemudian dipimpin salah satu perwakilan membaca Asmaul Husna. Bahasa Jawa jatuh pada jam pertama dan kedua, jadi siswa baru saja selesai membaca Asmaul Husna. Setelah guru masuk keadaan kelas mulai kondusif, kemudian guru mengindisikan siswa agar siap menerima pelajaran. Deskripsi: Pertemuan telah sampai pada siklus II. Telah banyak pengalaman yang didapat oleh guru dan siswa. Guru membuka pertemuan dengan memberikan salam yang dijawab serempak. Ingatan siswa kembali digali dengan pertanyaan-pertanyaan dari guru. Pada siklus I kemampuan Kosakata siswa masih kurang, karena itu pada pertemuan I siklus II ini guru mengajak siswa melakukan permainan tebak kata. Guru menginstruksikan aturan main dan seiswa dengan segera memahami cara bermainnya. Guru menunjuk siswatoyang commit usermendapat penghargaan pada pertemuan sebelumnya untuk memimpin permainan ini. Siswa tampak menikmati jalannya permainan. Pada
digilib.uns.ac.id145
perpustakaan.uns.ac.id
akhir permainan terdapat siswa yang mendapatkan hukuman bernyanyi karena dalam permainan berada di posisi terakhir. Siswa yangt lain tampak terhibur melihat temannya bernyanyi. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan membentuk lingkaran besar dan lingkaran kecil atau diskusi fishbowl. Siswa tampak sudah terlatih sehingga kurang dari satu menit posisi duduk sudah siap. Diskusi berjalan lancar, dan ditutup dengan siswa menuliskan sendiri kesimpulan dari hasil pembelajaran. Guru pun menutup pembelajaran, setelah menunjuk siswa yang aktif dalam pembelajaran untuk mendapatkan penghargaan. Refleksi: Sebenarnya pada pertemuan ini siswa sudah mulai bosan dengan materi pembelajaran yang terus berkutat pada berbicara bahasa Jawa krama. Untuk mengatasinya guru dengan cerdik mengajak siswa melakukan permainan yang selain mengatasi kebosanan, juga meningkatkan kosakata siswa. Pada pertemuan berikutnya guru perlu meningkatkan tingkat kesulitan materi, serta memikirkan agar siswa tidak jenuh dalam pembelajaran.
commit to user
digilib.uns.ac.id146
perpustakaan.uns.ac.id
CATATAN LAPANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SIKLUS II Hari/Tanggal
: Rabu, 7 Mei 2014
Waktu
: 07.00-08.20
Tempat
: Ruang Kelas VII G SMPN 3 Mejayan
Jenis
: Siklus II Pertemuan 2
Informan
: Siswa dan Guru SMPN 3 Mejayan
Setting: Kegiatan Pembelajaran dilakukan di ruang kelas VII G SMP Negeri 3 Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun. Di kelas terdapat 1 pasang meja kursi guru, 14 meja siswa yang tiap mejanya diisi dengan 2 kursi siswa, 1 papan tulis jenis whiteboard, 2 papan pengumuman, 1 data administrasi kelas, gambar Presiden dan Wakil Presiden serta gambar Garuda Pancasila. Di bagian belakang ruang kelas terdapat 4 kata-kata mutiara serta spanduk besar bertuliskan PAPAN PAJANGAN HASIL KARYA SISWA dimana berbagai hasil portofolio siswa ditempel. Di pojok belakang juga terdapat gantungan berisi alat-alat kebersihan seperti sapu dan kemoceng. Suasana kelas masih gaduh karena siswa baru saja masuk kelas setelah membaca Asmaul Husna. Kebijakan kepala sekolah, sebelum masuk kelas seluruh siswa berbaris sesuai kelasnya masing-masing untuk kemudian dipimpin salah satu perwakilan membaca Asmaul Husna. Bahasa Jawa jatuh pada jam pertama dan kedua, jadi siswa baru saja selesai membaca Asmaul Husna. Setelah guru masuk keadaan kelas mulai kondusif, kemudian guru mengindisikan siswa agar siap menerima pelajaran. Deskripsi: Pada pertemuan ini siswa kembali dikondisikan melaksanakan pola duduk diskusi fishbowl. Bedanya pertemuan ini sekaligus guru melakukan penilaian. Siswa bergantian maju untuk mempresentasikan keterampilannya. Siswa yang lain ikut menilai kemampuan temannya. Kondisi pembelajaran tampak kondusif dan siswa menikmati jalannya pembelajaran.
commit to user
digilib.uns.ac.id147
perpustakaan.uns.ac.id
Refleksi: Guru harus lebih kreatif melaksanakan pembelajaran dengan cara memberikan variasi berupa permainan-permainan. Guru juga harus memotivasi siswa agar tidak jenuh. Guru kadang kurang menguasai materi sehingga beberapakali tampak tidak konsisten dalam membenarkan hasil kerja siswa.
commit to user
digilib.uns.ac.id148
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 17 CATATAN LAPANGAN HASIL WAWANCARA SISWA SIKLUS II
Hari/Tanggal : Rabu, 30 April 2014 Waktu
: 08.25 WIB
Tempat
: Ruang kelas VII G
Jenis
: Wawancara terstruktur
Informan
: Moch. Syafiuddin
Peneliti
:
Selamat pagi, namanya siapa?
Udin
:
Selamat pagi, Udin, Pak..
Peneliti
:
Bagaimana Din senang mana diajar Bu Vivin seperti dulu Cuma mengerkjakan LKS atau seperti barusan tadi?
Udin
:
Senang yang sekarang Pak
Peneliti
:
Diskusi fishbowl membantu apa tidak dalam memahami materi?
Udin
:
Membantu, Pak. Jadi lebih mudah.
Peneliti
:
Lebih mudahnya bagaimana?
Udin
:
Ada kelompok ikan dan akuarium. Kalau kita pas jadi ikan tidak bisa, di kelompok akuarium ada yang membenarkan Pak.
Peneliti
:
Bu vivin mengajarnya menarik apa tidak?
Udin
:
Seru pak. Ada permainannya juga
Peneliti
:
Oke terimakasih, ya.
Udin
:
Sama-sama, Pak.
Refleksi: Dari Hasil wawancara diatas menunjukan kalau siswa sangat tertarik dan senang dengan pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama yang disajikan guru. Ternyata metode pembelajaran fishbowl dapat membuat siswa senang. Siswa sangat tertarik mengikuti pembelajaran salah satunya karena selain diskusi guru juga mengajak siswa melaksanakan permainan. Siswa sudah tidak merasa kesulitan lagi belajar berbicara bahasa Jawa krama yang disajikan guru.
commit to user
digilib.uns.ac.id149
perpustakaan.uns.ac.id
CATATAN LAPANGAN HASIL WAWANCARA SISWA SIKLUS II
Hari/Tanggal : Rabu, 30 April 2014 Waktu
: 08.30 WIB
Tempat
: Ruang kelas VII G
Jenis
: Wawancara terstruktur
Informan
: Muhammad Rizqi Wijaya
Peneliti
:
Selamat pagi, namanya siapa?
Rizqi
:
Selamat pagi, Rizqi, Pak..
Peneliti
:
Sudah hampir 4 pertemuan kita melaksanakan pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama. Masih merasakan ada kesulitan nggak, Riz?
Rizqi
:
Tidak ,Pak
Peneliti
:
Apa bedanya pembelajaran tadi dibanding ketika Bu Vivin masih menerangkan dan hanya mengerjakan LKS?
Rizqi
:
Lebih menyenangkan ini, Pak. Jadi cepat paham.
Peneliti
:
Menyenangkannya dimana?
Rizqi
:
Ya ada ikan, ada akuarium. Seperti permainan jadi tidak terasa kalo pelajaran
Peneliti
:
Kok dapat tanda Smile itu kenapa?
Rizqi
:
Karena aktif Pak
Peneliti
:
Oke terimakasih, ya.
Rizqi
:
Sama-sama, Pak.
Refleksi: Dari Hasil wawancara diatas menunjukan kalau siswa sangat tertarik dan senang dengan pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama yang disajikan guru. Ternyata metode pembelajaran fishbowl dapat membuat siswa senang. Siswa sangat tertarik mengikuti pembelajaran salah satunya karena selain diskusi guru juga mengajak siswa melaksanakan permainan. Siswa sudah tidak merasa kesulitan lagi belajar berbicara bahasa Jawa krama yang disajikan guru.
commit to user
digilib.uns.ac.id150
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 18 CATATAN LAPANGAN HASIL WAWANCARA GURU SIKLUS II Hari/Tanggal
: Rabu, 7 Mei 2014
Waktu
: 10.00-10.15
Tempat
: Ruang Perpustakaan SMPN 3 Mejayan
Jenis
: Wawancara Terstruktur
Informan
: Vivin Novalina Herawati, S.Pd.
Peneliti
:
Permisi bu, maaf menganggu. Saya mau wawancara dengan Ibu berkaitan dengan pembelajaran yang baru saja Ibu laksanakan?
Ibu Vivin
:
Ya Pak, silahkan.
Peneliti
:
Ketika ibu membuat rancangan pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama dengan metode fishbowl apakah ada kesulitan?
Ibu Vivin
:
Kalau kesulitan jelas ada pak. Apalagi waktu pertama kali menggunakannya karena baru bagi saya. Tetapi ketika sudah diterapkan beberapa kali lamalama jadi terbiasa jadi mudah..
Peneliti
:
Berarti
sekarang
anda
sudah
tahu
langkah-langkahnya
ya?
Jika
dibandingkan dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya. Ibu Vivin
:
Sudah,Pak.
Peneliti
:
Berkaitan dengan pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama pada siklus dua ini, apakah masih kesulitan dalam menerapkan metode fishbowl?
Ibu Vivin
:
Kalau kesulitan tidak, paling hanya mengatur anaknya saja yang cenderung ramai dikelas dan trus bagaimana biar mereka bisa tenang dan teratur, paling hanya seperti itu saja pak.
Peneliti
:
Kalau langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode fishbowl apakah masih ada kendala?
Ibu Vivin
:
Kalau langkah-langkahnya sudah bisa. Mungkin hanya kendala siswa yang ramai dan ada satu dua anak yang pasif.
Peneliti
:
Dampak apa yang ibu rasakan terkait penerapan metode fishbowl terhadap siswa?
Ibu Vivin
:
Dampaknya sangat positif, anak-anak cenderung mudah memahami penggunaan bahasa Jawa krama yang biasanya mereka hanya menghafal commit to user sekarang mereka harus bisa menerapkannya. Sehingga mereka merasa lebih mudah dalam berbicara bahasa Jawa krama.
digilib.uns.ac.id151
perpustakaan.uns.ac.id
Peneliti
:
Bagaimana kondisi siswa kalau dilihat dari segi keaktifannya Bu?
Ibu Vivin
:
Anak-anak menjadi sangat aktif sekali. Saya rasakan pembelajaran menjadi terpusat kepada siswa. Saya hanya menjadi fasilitator.
Peneliti
:
Dari segi materi bagaimana keterampilan berbicara bahasa Jawa krama siswa sekarang ini bu?
Ibu Vivin
:
Kalau dibandingkan dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya anak-anak sangat mengalami peningkatan, terutama dengan metode seperti ini menjadi lebih meningkat lagi. Karena biasanya mereka hanya diberi soal dan menjawab. Dengan permainan seperti ini mereka terarik dan mau belajar.
Peneliti
:
Kendala apa saja yang ibu rasakan selama pembelajaran berlangsung?
Ibu Vivin
:
Kendala jelas ada pak, namanya anak kan bermacam-macam, selain itu ada satu siswa yang pindahan dari Papua, Dia sangat kesulitan sekali karena baru mengenal bahasa Jawa pada semester ini.
Peneliti
:
Apakah anak tersebut ada peningkatan bila dibandingkan dengan pertemuan-pertemuan awal sebelumnya?
Ibu Vivin
:
Ada pak. Paling tidak anak sudah mengenal bahasa Jawa yang mudah seperti iya ‘nggih’, dan bahasa Jawa yang ngoko.
Peneliti
:
Jadi bisa dikatan penerapan metode fishbowl memberikan dampak positif bagi siswa ya Bu?
Ibu Vivin
:
Sangat positif sekali terlihat dari kemajuan nilai hasil belajar anak-anak.
Peneliti
:
Terimakasih banyak informasi dan waktunya bu.
Ibu Vivin
:
Ya, Sama-sama pak.
Refleksi: Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dapat ditarik kesimpulan bahwa metode fishbowl telah dilaksanakan dengan baik. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi, namun. guru telah dapat mengatasinya dengan baik. metode fishbowl juga berdampak pada hasil belajar siswa, dapat ditunjukkan dari hasil ketuntasan belajar siswa. Selama pembelajaran berlangsung siswa juga menjadi lebih aktif. Dari keseluruhan proses pembelajaran berbicara bahasa Jawa krama, dapat disimpulkan bahwa metode fishbowl berdampak positif.
commit to user
digilib.uns.ac.id152
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 19 DAFTAR HASIL PENILAIAN KINERJA SISWA SIKLUS II PERTEMUAN 1 SMP NEGERI 3 MEJAYAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 No No Induk
Nama Siswa
L/P
1 3894 2 3895 3 3896 4 3897 5 3898 6 3899 7 3900 8 3901 9 3902 10 3903 11 3904 12 3905 13 3906 14 3907 15 3908 16 3909 17 3910 18 3911 19 3912 20 3913 21 3914 22 3915 23 3916 24 3917 25 3918 26 3919 27 3920 28 3921 Jumlah Rata-Rata Presentase (%)
AJIB RAHMAN AKARINA DWI WULANDARI ALDO PRATAMA ANANDA ARIEN ROYAN R ARIFIYAH NUR A AULIYA AMEILUL JANNAH AVILIO ANANG KURNIANTO DAVIDS DWI SYAHPUTRA DIMAS ADI SURYA DYAS FILLAH A ELSA PRITANTI GUNTUR SETYO NUR CAHYO IVANDA MELIN R KHOFIFAH MA'RIFATIN NK KUKUH DWI SETIAWAN KURNIA SOLIHIN MAHMUD SYAIFUDIN MOCH. SYAFIUDDIN MOHAMMAD MIFTAHUL HUDA MUHAMMAD RIZQI WIJAYA RENALDY DWI SAPUTRA RIJAL FAJRI DWI C RISMA NUR ASWIN SABNA ANANDA P SITI MAISYAROH WINDY ARISKA YOHANA OLGA VISI WIJAYA
L P L P L P P L L L L P L P P L L L L L L L L P P P P P
Aspek yang Diamati Skor Nilai 1 2 3 4 5 3 3 2 3 3 14 70 4 3 3 4 4 18 90 3 3 3 3 3 15 75 3 4 3 3 4 17 85 3 3 3 4 3 16 80 4 4 3 4 4 19 95 4 3 3 3 3 16 80 4 3 3 3 3 16 80 3 4 3 3 3 16 80 3 3 2 3 3 14 70 4 3 3 3 3 16 80 4 4 3 3 3 17 85 3 3 3 2 4 15 75 3 4 3 4 3 17 85 4 3 3 3 4 17 85 3 4 4 4 4 19 95 3 3 3 3 3 15 75 3 4 2 3 3 15 75 3 3 3 3 4 16 80 3 3 3 3 3 15 75 4 3 3 4 3 17 85 4 3 3 3 3 16 80 3 3 3 3 3 15 75 3 3 3 3 3 15 75 3 4 3 4 3 17 85 3 3 3 3 4 16 80 4 4 3 3 3 17 85 4 3 3 3 3 16 80 95 93 82 90 92 452 2260 6,55 6,4 5,7 6,2 6,3 31,2 80,7 85 83 73 80 82 81 81
Keterangan Aspek nilai: Keterangan Predikat: 6. Keaktifan Siswa dalam mendengarkan penjelasan Skor Predikat guru 90 – 100 Amat baik 7. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran 75 – 89 Baik 8. Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan 60 – 74 Cukup guru dan mengajukan pertanyaan 50 – 59 Kurang 9. Keaktifan siswa pada saat diskusi fishbowl 0 - 49 Amat Kurang commit to user 10. Kemampuan siswa dalam melaksanakan tugas guru
Predikat Cukup Baik Baik Baik Baik Amat Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Baik Baik Baik Amat Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
digilib.uns.ac.id153
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR HASIL PENILAIAN KINERJA SISWA SIKLUS I PERTEMUAN 2 SMP NEGERI 3 MEJAYAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 No No Induk
Nama Siswa
L/P
1 3894 2 3895 3 3896 4 3897 5 3898 6 3899 7 3900 8 3901 9 3902 10 3903 11 3904 12 3905 13 3906 14 3907 15 3908 16 3909 17 3910 18 3911 19 3912 20 3913 21 3914 22 3915 23 3916 24 3917 25 3918 26 3919 27 3920 28 3921 Jumlah Rata-Rata Presentase (%)
AJIB RAHMAN AKARINA DWI WULANDARI ALDO PRATAMA ANANDA ARIEN ROYAN R ARIFIYAH NUR A AULIYA AMEILUL JANNAH AVILIO ANANG KURNIANTO DAVIDS DWI SYAHPUTRA DIMAS ADI SURYA DYAS FILLAH A ELSA PRITANTI GUNTUR SETYO NUR CAHYO IVANDA MELIN R KHOFIFAH MA'RIFATIN NK KUKUH DWI SETIAWAN KURNIA SOLIHIN MAHMUD SYAIFUDIN MOCH. SYAFIUDDIN MOHAMMAD MIFTAHUL HUDA MUHAMMAD RIZQI WIJAYA RENALDY DWI SAPUTRA RIJAL FAJRI DWI C RISMA NUR ASWIN SABNA ANANDA P SITI MAISYAROH WINDY ARISKA YOHANA OLGA VISI WIJAYA
L P L P L P P L L L L P L P P L L L L L L L L P P P P P
Aspek yang Diamati Skor Nilai 1 2 3 4 5 3 3 3 3 3 15 75 4 4 3 4 4 19 95 3 3 3 3 3 15 75 4 4 3 4 4 19 95 4 3 3 4 3 17 85 4 4 3 4 4 19 95 4 3 3 3 3 16 80 4 3 3 3 3 16 80 3 4 3 3 3 16 80 4 3 2 3 3 15 75 4 4 3 3 3 17 85 4 4 3 4 4 19 95 3 3 3 2 4 15 75 4 4 3 4 4 19 95 4 3 3 3 4 17 85 3 4 4 4 4 19 95 3 4 3 3 3 16 80 4 4 3 3 3 17 85 3 3 3 3 4 16 80 3 3 3 3 3 15 75 4 4 3 4 3 18 90 4 3 3 3 3 16 80 3 3 3 3 3 15 75 4 3 3 4 3 17 85 4 4 3 4 4 19 95 3 3 3 3 4 16 80 4 4 3 4 3 18 90 4 3 3 3 3 16 80 102 97 84 94 95 472 2360 7,03 6,7 5,8 6,5 6,6 32,6 84,3 91 87 75 84 85 84 84
Keterangan Aspek nilai: Keterangan Predikat: 1. Keaktifan Siswa dalam mendengarkan Skor Predikat penjelasan guru 90 – 100 Amat baik 2. Keaktifan siswa dalam mengikuti 75 – 89 Baik pembelajaran 60 – 74 Cukup 3. Kemampuan siswa dalam menjawab 50 – 59 Kurang pertanyaan guru dan mengajukan pertanyaan 0 - 49 Amat Kurang 4. Keaktifan siswa pada saat diskusi fishbowl 5. Kemampuan siswa dalam melaksanakan tugas commit to user guru Lampiran 20
Predikat Baik Amat Baik Baik Amat Baik Baik Amat Baik Baik Baik Baik Baik Baik Amat Baik Baik Amat Baik Baik Amat Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Amat Baik Baik Baik Baik
digilib.uns.ac.id154
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR HASIL PENILAIAN KEMAMPUAN BERBICARA KRAMA SIKLUS II SMP NEGERI 3 MEJAYAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 KKM: 75 No No Induk 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
3894 3895 3896 3897 3898 3899 3900 3901 3902 3903 3904 3905 3906 3907 3908 3909 3910 3911 3912 3913 3914 3915 3916 3917 3918 3919 3920 3921 Jumlah Rata-Rata Presentase (%)
Nama Siswa
L/P
AJIB RAHMAN AKARINA DWI WULANDARI ALDO PRATAMA ANANDA ARIEN ROYAN R ARIFIYAH NUR A AULIYA AMEILUL JANNAH AVILIO ANANG KURNIANTO DAVIDS DWI SYAHPUTRA DIMAS ADI SURYA DYAS FILLAH A ELSA PRITANTI GUNTUR SETYO NUR CAHYO IVANDA MELIN R KHOFIFAH MA'RIFATIN NK KUKUH DWI SETIAWAN KURNIA SOLIHIN MAHMUD SYAIFUDIN MOCH. SYAFIUDDIN MOHAMMAD MIFTAHUL HUDA MUHAMMAD RIZQI WIJAYA RENALDY DWI SAPUTRA RIJAL FAJRI DWI C RISMA NUR ASWIN SABNA ANANDA P SITI MAISYAROH WINDY ARISKA YOHANA OLGA VISI WIJAYA
L P L P L P P L L L L P L P P L L L L L L L L P P P P P
Aspek yang Diamati Skor Nilai 1 2 3 4 5 3 3 3 4 3 16 80 4 3 3 4 4 18 90 3 3 3 4 3 16 80 4 4 3 3 4 18 90 3 3 3 4 3 16 80 4 4 3 4 4 19 95 3 4 3 3 4 17 85 3 3 3 4 3 16 80 3 4 3 4 3 17 85 3 3 3 4 4 17 85 3 3 3 4 3 16 80 3 3 3 4 4 17 85 2 3 2 3 4 14 70 4 4 3 4 4 19 95 3 4 3 4 4 18 90 3 4 4 4 3 18 90 3 4 3 4 4 18 90 4 4 3 3 3 17 85 3 3 3 3 3 15 75 3 3 3 3 4 16 80 3 4 4 4 3 18 90 3 3 3 4 4 17 85 2 3 3 3 3 14 70 4 4 4 3 3 18 90 4 3 4 3 4 18 90 3 3 3 4 4 17 85 4 4 3 4 3 18 90 3 3 3 3 4 16 80 90 96 87 102 99 474 2370 6,21 6,6 6 7 6,8 32,7 84,64 80 86 78 91 88 85 84,6
KETERANGAN: < 75 TIDAK TUNTAS, ≥ 75 TUNTAS
Keterangan Aspek nilai: 6. Kosakata 7. Tekanan 8. Pemahaman 9. Tata Bahasa 10. Kelancaran
Keterangan Predikat: Skor Predikat 90 – 100 Amat baik 75 – 89 Baik 60 – 74 Cukup 50 – 59 Kurang 0 - 49 Amat Kurang commit to user
Predikat Baik Amat Baik Baik Amat Baik Baik Amat Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Cukup Amat Baik Amat Baik Amat Baik Amat Baik Baik Baik Baik Amat Baik Baik Cukup Amat Baik Amat Baik Baik Amat Baik Baik