Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Ragam Krama dan Krama Inggil dengan Pendekatan Quantum Learning Tri Widiatmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah, FKIP, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, Jl. Letjen. Sujono Humardani No. 1 Sukoharjo, 57512 Telp.: 0271 593156. Fax.: 0271 591065, email:
[email protected] Abstrak, Keterampilan berbicara merupakan sebuah keterampilan yang perlu dikuasai oleh siswa. Dalam proses pembelajaran siswa harus mampu mengembangkan kemampuan berbicara untuk mengkomunikasikan ide dan gagasannya. Dengan penguasaan keterampilan berbicara yang baik maka komunikasi akan berjalan lancar. Pembelajaran Bahasa Jawa ragam krama dan krama inggil merupakan kompetensi keterampilan berbicara yang wajib dimiliki siswa. Aspek kemahiran berbahasa Jawa yang diharapkan sampai para tataran dimilikinya kompetensi berbicara untuk berkomunikasi dengan menggunakan ragam krama dan krama inggil dengan lancar. Dengan pendekatan yang inovatif Quantum Learning, proses pembelajaran lebih bervariasi, aktif dan menyenangkan. Siswa akan lebih mudah memaknai materi yang diberikan guru sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian tindakan kolaboratif. Pelaksanaan penelitian ini, peneliti bekerja sama dengan guru mata pelajaran. Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dengan berkolaborasi, peneliti dan guru bidang studi, melakukan kegiatan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Simpulan penelitian tindakan ini adalah terdapat peningkatan keterampilan berbicara, khususnya pada pemakaian bahasa Jawa ragam krama dan krama inggil. Peningkatan tersebut terjadi setelah pendekatan quntum learning dipahami oleh guru dan dilaksanakan pada proses pembelajaran kompetensi berbicara. Nilai KKM dalam pembelajaran keterampilan berbicara dapat tercapai dan banyak siswa yang mendapat nilai melebihi nilai KKM. Hal dapat dilihat dari peningkatan nilai siswa pada setiap siklus. Pada siklus tiga ketuntasan klasikal mencapai 87,1%, peningkatan yang menggembirakan. Kata-kata kunci: Keterampilan berbicara, krama, krama inggil, pendekatan Quantum Lerning.
The Improving of Javanese Language Speaking Skill ‘Krama’ Variants and High ‘Krama’ by Using Quantum Learning Approach Tri Widiatmi Javanese Literature and Language Education Program, FKIP, Veteran Bangun Nusantara University of Sukoharjo, 57521 Telp.: 0271 593156. Fax.: 0271 591065, email:
[email protected] Abstract, Speaking skill is a skill that has to be mastered by students. In the process of learning, the students have to be able to develop the speaking skill to communicate their ideas and thoughts. A communication will runs well by mastering a good speaking skill. The study of Javanese language in the matter of krama variants and high-krama is a speaking skill competency that obligatory possessed by students. The expected competency aspect of Javanese language is reaching to the existence of speaking skill for communication by using krama variants and high krama fluently. By the Quantum Learning innovative approach, the learning
157
158
JURNAL PENDIDIKAN, VOLUME 22, NOMOR 2, JULI 2013 process get more various, active, and enjoyable. The students can get easier understanding the material given by the teacher, so the learning purposes can be reached maximally. This research uses collaborative classroom action research. In the implementation of this research, the researcher collaboratively works with the subject teacher. The main purpose of a classroom action research is to improve the learning implementations on the classroom. Collaboratively, the researcher and the subject teacher did such planning, implementation, observation, and reflection. The conclusion of this action research is there is an improvement of speaking skill especially on the using of Javanese language of krama variants and high krama. The improvement occurred after quantum learning approach is understood by the teacher and carried out in the process of speaking competency. The passing grade score of speaking skill was gained and many of the students can exceed the passing grade score. This can be seen on the improvement of students’ achievement in each cycle. In the third cycle, the classical thorough gained 87.1%, that was a satisfying improvement. Keywords: speaking skill,’krama’, high’ krama’, Quantum Learning approach.
Pendahuluan Bahasa memegang peranan penting dalam membentuk hubungan yang baik antar sesama manusia. Bahasa adalah alat komunikasi dalam kehidupan manusia Hal ini tidak dipungkiri oleh siapa pun yang hidup di dunia ini. Bahasa itu ada karena para pengguna bahasa sudah menyetujui adanya simbol yang sudah disepakati dan aturan-aturan yang sudah diikuti oleh masyarakat. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat untuk menunjukkan identitas masyarakat pemakai bahasa. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembelajaran bahasa Jawa di Sekolah Menengah Atas nilai ketuntasan pembelajaran dipusatkan pada empat keterampilan berbahasa. Empat aspek itu meliputi aspek: (1) keterampilan menyimak/mendengarkan, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis. Seperti dikemukakan Henry Guntur Tarigan bahwa keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yakni (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis. Setiap keterampilan itu, berhubungan erat sekali dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka-ragam (2008: 1). Keterampilan berbicara merupakan sebuah keterampilan yang perlu dikuasai oleh siswa. Dalam proses pembelajaran siswa harus mampu mengembangkan kemampuan berbicara untuk mengkomunikasikan ide dan gagasannya. Ide dan gasasan tersebut harus dikembangkan dan perlu terus di berikan pelatihan dengan berbagai kegiatan berkaitan dengan keterampilan berbicara. Dengan penguasaan keterampilan berbicara yang baik maka komunikasi akan berjalan lancar. Dengan keterampilan berbicara yang dikuasainya tersebut akan menjadikan bekal yang bermanfaat bagi kehidupan pada masa yang akan datang. Dengan demikian penguasaan keterampilan berbicara tersebut diharapkan siswa akan memperoleh kesuksesan dalam belajarnya. Pembelajaran Bahasa Jawa ragam krama dan krama inggil merupakan kompetensi keterampilan berbicara yang wajib dimiliki siswa. Aspek kemahiran berbahasa Jawa yang diharapkan sampai pada tataran dimilikinya kompetensi berbicara untuk berkomunikasi dengan menggunakan ragam krama dan krama inggil dengan lancar. Siswa akan mampu
Tri Widiatmi, Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Ragam Krama ... 159 menguasai keterampilan berbicara ragam krama dan krama inggil apabila sering berlatih dan diberikan pelatihan oleh guru. Praktik berbicara secara langsung yang diberikan kepada para siswa diharapkan akan lebih menyenangkan dan lebih memudahkan diperolehnya keterampilan berbicara yang harus dikkuasai siswa. Oleh karena itu, keterampilan berbicara ragam krama dan krama inggil, memerlukan proses pembelajaran yang menyenangkan dan menarik agar mudah dipahami peserta didik. Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa betapa pentingnya keterampilan berbicara dalam pembelajaran bahasa. Keterampilan berbicara menggunakan bahasa ragam krama dan krama inggil merupakan keterampilan produktif yang dapat menggambarkan tingkat pemahaman siswa dalam sebuah pembelajaran. Siswa dapat mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pesan, pikiran, gagasan, dan perasaan dengan bahasa sendiri. Keterampilan berbicara dalam pembelajarannya, dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk kegiatan, antara lain dengan diskusi, pidato, bermain peran, wawancara, bercerita. Pada umumnya rendahnya kemampuan berbicara siswa banyak dipengaruhi pembelajaran yang masih konvensional. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah masih dominan dilaksanakan oleh guru. Sehingga dengan metode tersebut, pemberian informasi secara intens dan pemberian penguasaan materi sebanyak-banyaknya bagi siswa akan membawa kepada keberhasilan pembelajaran. Siswa dalam proses belajar pasif, karena hanya mendengarkan guru. Ditinjau dari permasalahan di depan, diperlukan suatu pendekatan yang lebih inovatif yakni pendekatan Quantum Learning. Di dalam Quantum Learning dapat dimaknai sebagai belajar dengan memperhatikan beragam cara atau belajar dengan cara yang bervariasi. Pendekatan ini bertujuan untuk membantu siswa agar lebih responsif dan bergairah dalam proses pembelajaran. Quantum Learning berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas serta menciptakan interaksi yang efektif untuk pembelajaran (Andayani, 2009: 94-95). Melalui pendekatan Quantum Learning, proses pembelajaran lebih bervariasi, aktif dan menyenangkan. Siswa akan lebih mudah memaknai materi yang diberikan guru sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Proses pembelajaran lebih efektif sehingga dapat mempengaruhi kesuksesan siswa dalam belajar dan tujuan pembelajaran akan dicapai. Keterampilan berbicara merupakan aspek kemampuan berbahasa yang harus dimiliki siswa. Keterampilan berbahasa Jawa ragam krama dan krama inggil adalah kompetensi yang harus dimiliki setiap siswa. Dengan keterampilan berbicara tersebut diharapkan ide, gagasan, dan dalam mengemukakan pendapat dapat dilakukan oleh siswa. Secara khusus tujuan dari penelitian dengan pendekatan Quantum Learning ini adalah mengetahui apakah terjadi peningkatan keterampilan berbicara ragam krama dan krama inggil pada siswa kelas X AK1 SMK Tamansiswa Sukoharjo, dengan menerapkan pendekatan Quantum Learning. Keterampilan berbicara. Keterampilan diartikan sebagai pengetahuan, kemampuan, dan nilai-nilai dasar yang direfkeksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Depdiknas: 2007). Keterampilan adalah suatu kemampuan untuk mengeluarkan bakat dalam diri seseorang yang dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Keterampilan juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan tepat sesuai dengan kegiatan yang dilakukan.
160
JURNAL PENDIDIKAN, VOLUME 22, NOMOR 2, JULI 2013
Salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah berbicara, sebab keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya (Tarigan, 1986:86). Keterampilan berbicara menurut Supriyadi (2005:178) bahwa apabila seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial maupun profesional. Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial antar individu. Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaapertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan mendeskripsikan. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya melalui suatu urutan yang teratur: mula-mula pada masa kecil belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu belajar membaca dan menulis. Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Keterampilan ini tidak diperoleh secara otomatis, melainkan harus belajar dan berlatih (Syafi’ie, 1993: 33). Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak (Tarigan: 2008: 3). Berbicara berhubungan erat dengan perkembangan kosa kata yan diperoleh oleh anak, melalui kegiatan menyimak dan membaca. Dalam proses pembelajaran tujuan berbicara adalah untuk mengembangkan kemampuan berbicara siswa. Dalam hal ini kemampuan mengkomunikasikan ide, gagasan, atau pendapat yang ingin diungkapkan. Dalam proses pembelajaran bahasa, keterampilan berbicara siswa diutamakan untuk mengungkapkan pendapat dan perasaan. Quantum Learning sebagai interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi "cahaya". Semua kehidupan adalah energi . Tubuh kita secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar tujuannya adalah meraih sebanyak mungkin cahaya, interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya (Bobbi De Porter dan Henacki, 2013: 16). Pendekatan Quantum Learning mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar (Suyatno, 2004: 31). Pendekatan Quantum Learning adalah pengubahan bermacam-macam, interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar dengan menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah denmagn secara sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, dan keterlibatan aktif siswa dan guru. Asas yang digunakan adalah bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Nyoman S. Degeng (2005: 4) menjelaskan bahwa Quantum Learning ini sebagai "orkestra pembelajaran yang penuh dengan suasana bebas, santai, menakjubkan, menyenangkan, dan menggairahkan”. Penciptaan suasana seperti itu, dapat: (1) dibangun motivasi; (2) ditumbuhkan simpati dan saling pengertian; (3) dibangun sikap takjub kepada pembelajaran; dibangun perasaan saling memiliki; dan (5) dapat memberikan keteladanan. Pembelajaran dengan menggunakan Quantum Learning, guru harus membawa pikiran siswa ke dalam pikiran guru dan sebaliknya pemikiran guru menjadi pemikiran siswa. Dengan demikian. ada kedekatan secara psikologis antara guru dengan siswa. Guru juga harus mengenali gaya belajar siswa, apakah gaya belajarnya visual (mementingkan segala sesuatu yang dilihat), apakah auditif (mementingkan pendengaran), apakah kinestetik (memerlukan gerakan).
Tri Widiatmi, Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Ragam Krama ... 161 Hal-hal yang perlu dilatih dalam Quantum Learning ini menurut Bobbi de Potter dan Mike Hernacki (2005: 24) adalah (1) cara siswa memusatkan perhatian (konsentrasi); (2) cara mencatat yang benar; (3) cara belajar menyiapkan ujian; (4) cara membaca cepat; dan (5) cara menumbuhkan ingatan jangka panjang (long time memory). Dalam pelaksanaannya Quantum Learning memiliki petunjuk yang bersifat spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang bahan ajar, menyampaikan isi pembelajaran, dan memudahkan proses belajar (De Porter, 2005: 4-5). Dalam hal tersebut diuraikan cara-cara efektif pelaksanaaan Quantum Learning sebagai berikut: (1) partisipasi dengan cara mengubah kelas dari kelas yang biasa menjadi kelas yang menarik;(2) memotivasi dan menumbuhkan minat dengan menerangkan kerangka rancangan yang dikenal dengan singkatan TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan); (3) membangun rasa kebersamaan; (4) menumbuhkan dan mempertahankan daya ingat; dan (5) merangsang daya dengar anak didik. Semua itu pada hakikatnya akan menempatkan guru dan murid pada jalur cepat menuju kesuksesan belajar. Pelaksanaan Quantum Learning dalam kegiatan pembelajaran diarahkan pada (1) suasana belajar yang menyenangkan (peralatan, perabotan, bantuan visual/alat peraga yang digunakan selama pembelajaran ataupun yang tergantung di dinding kelas, tampilan guru yang sedap dipandang, dan (2) menekankan sugasti (pemberian komentar positif) dan pembelajaran yang dipercepat, maksudnya siswa cepat dapat belajar dalam memperoleh kemampuan tertentu. Quantum Learning memiliki lima prinsip, (1) segalanya berbicara, bermaksud segala yang terjadi dalam lingkungan kelas semuanya menunjang pengiriman pesan pembelajaran; (2) segalanya bertujuan, bermaksud sebagai semua yang terjadi dalam proses pembelajaran itu mempunyai tujuan; (3) pengalaman sebelum pemberian nama bermakna bahwa proses belajar paling baik terjadi ketika murid telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari; (4) akui setiap usaha, bermakna usaha untuk belajar mengandung resiko. Dengan demikian setiap usaha pantas mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka bahwasannya mereka telah mengmbil keputusan untuk mengambil sebuah langkah; (5) jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan, mengandung maksud bahwa perayaan dapat menjadi sebuah perangsang motivasi bagi setiap murid. Perayaan juga dapat memberikan umpan balik mengenai kemajuan da pula meningkatkan persepsi murid yang benar terhadap pembelajaran yang diikutinya, serta perkembangan emosi yang positif bagi murid dalam belajar. Dalam pelaksanaannya Quantum Learning memiliki petunjuk yang bersifat spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang bahan ajar, menyampaikan isi pembelajaran, dan memudahkan proses belajar (DePorter, 2003:4-5). Cara-cara efektif pelaksanaan Quantum Learning meliputi: (1) partisipasi dengan cara mengubah keadaan kelas dari yang biasa menjadi kelas yang menarik; (2) memotivasi dan menumbuhkan minat dengan menerangkan kerangka rancangan yang dikenal dengan singkatan TANDUR (tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, rayakan); (3) membangun rasakebersamaan; (4) menumbuhkan dan mempertahankan daya ingat; dan (5) merangsang daya dengan anak didik. Semua itu pada hakikatnya akan mendapatkan guru dan siswa pada jalur cepat menuju kesuksesan belajar (Andayani, 2009: 96). Asas utama Quantum Learning bersandar pada konsep Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita kedunia mereka. Ini asas utama atau alasan dasar di
162
JURNAL PENDIDIKAN, VOLUME 22, NOMOR 2, JULI 2013
dalam melaksanakan Quantum Learning. Segala hal yang dilakukan dalam penerapan Quantum Learning selalu menciptakan sebuah interaksi dengan murid, yang didalamnya termasuk penciptaan rancangan bahan ajar, serta prosedur penerapan metode pembelajarannya (DePorter, 2003:6). Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (action research), karena penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memecahakan suatu permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, karena mendeskripsikan atau menggambarkan suatu pendekatan, metode, teknik pembelajaran diterapkan. Dalam pelaksanaanya penelitian ini bertujuan bagaimana hasil yang diinginkan dapat tercapai secara maksimal. Dalam penelitian ini menggunakan bentuk penelitian tindakan kolaboratif, dimana dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti bekerja sama dengan guru mata pelajaran. Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dengan berkolaborasi, peneliti dan guru bidang studi, melakukan kegiatan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian tindakan kelas ini dirancang untuk dilaksanakan dalam tiga siklus. Penelitian dilaksanakan secara kolaborasi antara peneliti dengan kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah suatu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan secara inovatif untuk memecahkan masalah. Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam bentuk spiral yaitu dari siklus yang satu ke siklus berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (observasi), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum dilaksanakan siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SMK Tamansiswa Sukoharjo, tahun pelajaran 2013/2014. Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilaksanakan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013-2014. Subyek penelitian adalah siswa-siswa kelas X AK1 SMK Tamansiswa Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014 pada kompetensi keterampilan berbicara. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), yaitu suatu penelitian yang berisi tindakan-tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas suatu sistem pembelajaran yang dilaksanakan dalam enam siklus. Setiap siklus memiliki empat tahap, yaitu (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi dan interpretasi ; dan (4) analisis dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan melalui lima tahap, yaitu, (1) tahap perencanaan; (2) tahap persiapan; (3) tahap pelaksanaan; (4) tahap pengolahan data; dan (5) tahap penyusunan laporan. Data penelitian tindakan ini yang akan dikumpulkan berupa informasi tentang keterampilan berbicara Bahasa Jawa ragam krama dan krama inggil, motivasi siswa dalam
Tri Widiatmi, Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Ragam Krama ... 163 pembelajaran Bahasa Jawa, dan kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran di kelas. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data meliputi pengamatan, wawancara atau diskusi, dan kajian dokumen. Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik simpulan. Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi dan review informan kunci. Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data yang telah berhasil dikumpulkan adalah teknik analisis kritis. Teknik analisis tersebut mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersamaan saat pengumpulan data dan setelah pengumpulan data. Hasil Penelitian Data penelitian yang diperoleh adalah data observasi berupa pengamatan pengelolaan belajar dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran dan data tes formatif siswa pada setiap siklus. Data lembar observasi yaitu data pengamatan pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Quantum Learning dalam meningkatkan prestasi belajar keterampilan berbicara ragam krama dan krama inggil siswa. Data tes formatif dilaksanakan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada keterampilan berbicara ragam krama dan krama inggil setelah diterapkan pembelajaran inovatif. Dengan pendekatan Quantum Learning, proses pembelajaran lebih bervariasi, aktif dan menyenangkan. Langkah-langkah penelitian yang ditempuh meliputi beberapa tahapan yang harus dilaksanakan pada setiap siklus: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi. Proses pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Siklus I: (a) Tahap Perencanaan. Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa, dan alat-alat pendukung terlaksananya proses pembelajaran. Peneliti bersama guru merencanakan pembelajaran keterampilan berbicara dengan pendekatan Quantum Learning dengan metode TANDUR ( Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan) yang akan digunakan dalam pembelajaran. Menyusun instrumen penilaian, yakni berupa tes dan nontes. Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam keterampilan berbicara dan beberapa soal pendukung. Sedangakan instrumen nontes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati sikap siswa selama pembelajaran berlangsung. (b) Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 4 September 2013 di kelas X AK1 dengan jumlah siswa 31 anak. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengamat, sedangkan yang bertindak sebagai pengajar adalah guru mata pelajaran bahasa Jawa SMK Tamansiswa Sukoharjo. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelaksanaan
164
JURNAL PENDIDIKAN, VOLUME 22, NOMOR 2, JULI 2013
pembelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada siklus I, proses kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan pendekatan Quantum Learning berjalan sesuai rencana, meskipun peran guru dalam mengaktifkan siswa masih kurang, sehingga guru masih sangat mendominasi dalam kegiatan belajar tersebut. Pembelajaran seperti ini tidak berjalan seperti yang diharapkan. Tabel 1. Nilai Kemampuan berbicara bahasa Jawa siklus I No 1 2 3 4
Rincian Pencapaian Hasil Siswa mendapat nilai < 70 Siswa mendapat nilai > 70 Rerata kelas Ketuntasan klasikal
Nilai 22 9 64,1 29%
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa sejumlah 22 siswa memperoleh nilai di bawah nilai ketuntasan minimal dan sembilan siswa memperoleh nilai dia atas ketuntasan minimal. Sedangkan ketuntasan klasikal mencapai 29%. Dari perolehan nilai tersebut dapat terlihat bahwa hal tersebut menunjukkan proses pembelajaran pada siklus I belum berhasil. Dengan demikian perlu dilanjutkan siklus berikutnya. Siklus II: (a) Tahap Perencanaan. Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa, dan alat-alat pendukung terlaksananya proses pembelajaran. Peneliti bersama guru merencanakan pembelajaran keterampilan berbicara dengan pendekatan Quantum Learning dengan metode TANDUR ( Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan) yang akan digunakan dalam pembelajaran. Menyusun instrumen penilaian II, yakni berupa tes dan nontes. Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam keterampilan berbicara dan beberapa soal pendukung. Sedangakan instrumen nontes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati sikap siswa selama pembelajaran berlangsung. (b) Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 11 September 2013 di kelas X AK1 dengan jumlah siswa 31 anak. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengamat, sedangkan yang bertindak sebagai pengajar adalah guru mata pelajaran bahasa Jawa SMK Tamansiswa Sukoharjo. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah direvisi pada siklus I, sehingga kekurangan pada siklus I dapat diperbaiki pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Tabel 2. Nilai Kemampuan berbicara bahasa Jawa siklus II No 1 2 3 4
Rincian Pencapaian Hasil Siswa mendapat nilai < 70 Siswa mendapat nilai > 70 Rerata kelas Ketuntasan klasikal
Nilai 8 23 71,8 74,2%
Tri Widiatmi, Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Ragam Krama ... 165 Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa sejumlah 8 siswa memperoleh nilai di bawah nilai ketuntasan minimal dan 23 siswa memperoleh nilai di atas ketuntasan minimal. Sedangkan ketuntasan klasikal mencapai 74,2%. Dari perolehan nilai tersebut dapat terlihat bahwa proses pembelajaran pada siklus II ada peningkatan dibandingkan pada siklus I. Dari hasil evaluasi pada siklus II menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum maksimal dan masih perlu adanya perbaikan, sehingga perlu dilanjutkan siklus berikutnya. Siklus III: (a) Tahap Perencanaan. Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa, dan alat-alat pendukung terlaksananya proses pembelajaran. Peneliti bersama guru merencanakan pembelajaran keterampilan berbicara dengan pendekatan Quantum Learning dengan metode TANDUR ( Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan) yang akan digunakan dalam pembelajaran. Menyusun instrumen penilaian III, yakni berupa tes dan nontes. Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam keterampilan berbicara dan beberapa soal pendukung. Sedangakan instrumen nontes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati sikap siswa selama pembelajaran berlangsung. (b) Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 18 September 2013 di kelas X AK1 dengan jumlah siswa 31 anak. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengamat, sedangkan yang bertindak sebagai pengajar adalah guru mata pelajaran bahasa Jawa SMK Tamansiswa Sukoharjo. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah direvisi pada siklus II, sehingga kekurangan pada siklus II dapat diperbaiki dan tidak terjadi perulangan kesalahan pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Tabel 3. Nilai Kemampuan berbicara bahasa Jawa siklus III No 1 2 3 4
Rincian Pencapaian Hasil Siswa mendapat nilai < 70 Siswa mendapat nilai > 70 Rerata kelas Ketuntasan klasikal
Nilai 4 27 74,9 87,1%
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa sejumlah 4 siswa memperoleh nilai di bawah nilai ketuntasan minimal dan 27 siswa memperoleh nilai di atas ketuntasan minimal. Sedangkan ketuntasan klasikal mencapai 87,1%. Dari perolehan nilai tersebut dapat terlihat bahwa proses pembelajaran pada siklus III sudah menunjukkan peningkatan yang sangat menggembirakan. Aktivitas siswa dan hasil belajar siswa dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak dalam proses pembelajaran. Untuk selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan yang telah dicapai dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar mencapai hasil yang maksimal.
166
JURNAL PENDIDIKAN, VOLUME 22, NOMOR 2, JULI 2013 Pembahasan
Ketuntasan hasil belajar siswa melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan Quantum Learning dengan metode TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan) yang akan digunakan dalam pembelajaran memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara dengan penerapan pendekatan Quantum Learning guna penngkatan keterampilan berbicara ragam krama dan krama inggil kelas X AK 1 SMK Tamansiswa Sukoharjo pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 dapat dikatakan berhasil dan cukup memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya motivasi siswa dalam aktivitas proses pembelajaran. Pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru meningkat, ini bisa dilihat dari peningkatan nilai pada siklus I, II, dan III yaitu masingmasing 29 %, 74,2 %, dan 87,1 %. Simpulan dan Saran Berdasarkan observasi dan penelitian di lapangan, bahwa guru masih menggunakan pendekatan pembelajaran yang masih konvensional. Pembelajaran konvensional masih dilakukan para pendidikan karena dianggap model pembelajaran yang sudah mapan. Guru masih sangat dominan dalan proses belajar mengajar. Dengan demikian siswa belum diberikan pembelajaran aktif. Siswa sangat pasif dan guru akatif menerangkan materi pelajarannya. Dalam proses pembelajaran konvensional ada anggapan, mengutamakan pemberian informasi kepada peserta didik secara intens akan berdampak pada keberhasilan siswa. Guru ceramah menyampaikan materi pelajaran, dan siswa secara pasif menerima informasi dari guru. Penelitian dilaksanakan di SMK Tamansiswa Sukoharjo kelas X AK 1, khususnya pada pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jawa ragam krama dan krama inggil. Penelitian tindakan ini dilakukan tiga siklus, dan pada setiap siklus meliputi empat tahapan yakni, perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interprestasi, serta analisis dan refleksi. Simpulan penelitian tindakan ini adalah terdapat peningkatan keterampilan berbicara, khususnya pada pemakaian bahasa Jawa ragam krama dan krama inggil. Peningkatan tersebut terjadi setelah pendekatan quntum learning dipahami oleh guru dan dilaksanakan pada proses pembelajaran kompetensi berbicara. Nilai KKM dalam pembelajaran keterampilan berbicara dapat tercapai dan banyak siswa yang mendapat nilai melebihi nilai KKM. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai ketuntasan minimal pada kompetensi berbicara tercapai dan berhasil. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai siswa pada setiap siklus yang telah dilaksanakan pada penelitian tindakan kelas ini. Pada siklus tiga ketuntasan klasikal mencapai 87,1%, hal ini merupakan peningkatan yang menggembirakan. Kualitas proses dan hasil pembelajaran meningkat setelah diterapkan pendekatan Quantum Learning. Pendekatan Quantum Learning ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran di kelas secara
Tri Widiatmi, Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Ragam Krama ... 167 klasikal. Dengan metode TANDUR (Tanamkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan) tujuan pembelajaran tercapai. Dengan demikian bagi guru khususnya bahasa Jawa, pendekatan Quantum Learning ini dapat digunakan sebagai pendekatan alternatif yang menyenangkan dalam pencapaian keterampilan berbicara dan pada kompetensikompetensi yang lain Keberhasilan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan keterampilan berbicara ragam krama dan krama inggil ini karena menggunakan model yang inovatif yakni dengan pendekatan Quantum Learning. Beberapa saran dapat disampaikan: (1) Pendekatan Quantum Learning ini bisa dimanfaatkan guru dalam pembelajaran tidak hanya pada keterampilan berbicara saja, tetapi juga bisa dilaksanakan pada keterampilan menyimak, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis; (2) Kepala Sekolah perlu memotivasi guru agar lebih memperluas wawasan mengenai beragam pendekatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan inovatif. Dengan adanya kesempatan mengembangkan profesionalisme guru dan implementasi berbagai pendekatan pembelajaran tersebut maka diharapkan akan mendorong kemampuan siswa pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Daftar Rujukan Andayani. (2009). Pembelajaran Inovatif Bahasa dan Sastra Indonesia. Surakarta: FKIP UNS Surakarta. DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2013. Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa. Edi Subroto. (1987). Sikap Bahasa Generasi Muda Jawa terhadap Bahasa Jawa di Jawa Tengah. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. _________. (2007). Penggunaan Bahasa Jawa Ragam Krama Generasi Muda Jawa di Wilayah Eks-Karesidenan Surakarta. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Harjana Harjawiyana dan Supriya Th. (2001). Marsudi Unggah-Ungguh Basa Jawa. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Imam Syafi’ie. 1993. Terampil Berbahasa Indonesia I. Jakarta: Depdikbud. Keraf Gorys. (1985). Tata Bahasa Indonesia. Malang: Penerbit YA3. Kongres Bahasa Jawa IV. (2006). Keputusan Kongres Bahasa Jawa IV. Semarang: Panitia Kongres Bahasa Jawa IV. Maryono Dwiraharjo. (1997). Fungsi Krama bagi Masyarakat Tutur Jawa, Studi Kasus di Kotamadya Surakarta. Surakarta: Pustaka Cakra. Padmosusastro, Ki. (1899). Serat Paramasastra. Soerakarta: NV Albert Rusche & Co. Poerwodarminto, W.J.S. (1953). Sarining Paramasatra Djawa. Djakarta: Noorhoff-Kolf NV. Sarwiji Suwandi. (2009). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Buku Ajar. Surakarta: FKIP UNS. Sasangka Sry Satriya Tjatur Wisnu. (1995). Tingkat Tutur Bahasa Jawa Berdasarkan Leksikon Pembentuknya. Surabaya: Yayasan Djojo Bojo. Soepomo Poedjosoedarmo, dkk. (1979). Tingkat Tutur Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
168
JURNAL PENDIDIKAN, VOLUME 22, NOMOR 2, JULI 2013
Sudaryanto (Editor). (1991). Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa. Yogyakarta: Panitia Kongres Bahasa Jawa I Bekerjasama dengan Universitas Duta Wacana. Supriyadi, dkk. (2005). Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud. Sutopo H.B. (2006). Metode Penelitian Kualtatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Suyatno. (2004). Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC. Tarigan. (1986). Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. ______. (2008). Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.