PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIIE SMPK MARIA FATIMA JEMBER MELALUI TEKNIK PS3
Andriana Isbinarni Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak: Keterampilan menulis puisi merupakan salah satu materi pembelajaran bahasa Indonesia pada tingkat saatuan pendidikan SMP. Pembelajaran menulis puisi masih mengalami kendala. Siswa kesulitan menulisakan ide, siswa kesulitan mengembangkan ide, guru kurang kreatif dan inovatif dan sebagainya. Salah satu teknik yang digunkan dalam pembelajaran menulis puisi tentang keindahan alam adalah teknik PS3.Teknik PS3 merupakan pengembangan cooperative learning atau belajar kelompok yang disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan siswa. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa kelas VIIE SMPK Maria Fatima Jember. Pada penelitian kelas ini dilakukan tiga tahap yaitu; perencanaan, dan pengevaluasian. Pada tahap pengevaluasian tindakan yang dilakukan adalah observasi dan refleksi terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Penerapan teknik PS3 dalam pembelajaran menulis puisi dapat meningkatkan proses kemampuan menulis puisi siswa kelas VII E SMPK Maria Fatima Jember tahun ajaran 2013/2014. Hal ini dapat diketahui dari peningkatan hasil observasi dan respon siswa. Secara klasikal persentase keaktifan siswa pada siklus I adalah 90% dan pada siklus II menjadi 100%. Keberanian siswa pada siklus I adalah 37% dan pada siklus II menjadi 75%. Kemudian pada aspek kerjasama pada siklus I adalah 84% dan pada siklus II menjadi 91%. Penerapan teknik PS3 dalam pembelajaran menulis puisi dapat meningkatkan hasil kemampuan menulis puisi siswa kelas VII E SMPK Maria Fatima Jember tahun ajaran 2013/2014. Hal ini dapat diketahui dari perkembangan hasil penelitian selama dua siklus yang diawali refleksi pratindakan. Rata-rata nilai pada refleksi awal 58,9, siklus I menjadi 64,7 dan siklus II menjadi 82,7. Persentase ketuntasan belajar secara klasikal pada refleksi awal adalah 11%, pada siklus I menjadi 37%, dan pada siklus II menjadi 89%. Kata-kata kunci: menulis puisi, unsur intrinsik puisi, karya siswa Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP atau MTs mencakup kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang memiliki aspek mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek ini terintegrasi dalam pembelajaran walaupun dalam penyajian silabus keempat aspek ini masih dapat dipisahkan (Depdiknas,
2007: 816). Aspek kemampuan berbahasa memiliki subaspek mendengarkan, berbicara dan menulis yang berkaitan dengan teks-teks nonsastra, sedangkan kemampuan bersastra memiliki subaspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis yang berkaitan dengan teks-teks sastra.
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 512
Salah satu kemampuan bersastra yang memiliki subaspek menulis berkaitan dnegan teks-teks sastra adalah menulis puisi. Menulis puisi merupakan materi yang disajikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam silabus mata pelajaran bahasa Indonesia SMP dan MTs kelas VII semester genap tercantum standar kompetensi mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi. Standar kompetensi tersebut dijabarkan dalam kompetensi dasar yaitu menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam (Depdikbud, 2007: 860). Pembelajaran menulis kreatif puisi tersebut dapat membantu siswa mengekspresikan pengalaman, perasaan, dan idenya. Beberapa alasan pentingnya pelaksanaan pembelajaran menulis puisi adalah (1) menulis puisi member gambaran yang murni dan menyenangkan, (2) menulis puisi dapat memberikan pengetahuan tentang konsep dunia sekitar siswa, (3) menulis puisi mendorong siswa untuk menghargai bahasa dan mengembangkan kosa kata yang tepat bervariasi, (4) menulis puisi dapat membantu siswa mengidentifikasi orang-orang dan situasi tertentu, (5) menulis puisi dapat membantu siswa mengekspresikan suasana hati dan membantu siswa memahami perasaan mereka sendiri, dan (6) menulis puisi dapat membuka dan menumbuhkan kepekaan serta wawasan siswa terhadap lingkungan. Pembelajaran menulis puisi sangat penting bagi siswa. Oleh karena itu pembelajaran tersebut perlu mendapat perhatian. Kenyataannya dalam pembelajaran menulis puisi siswa mengalami kendala. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan kelas VII E SMPK Maria Fatima Jember diketahui siswa mengalami kendala dalam menulis puisi. Adapun hasil belajar siswa 11 % di bawah KKM. Siswa kelas VII E berjumlah 38 terdiri dari 4 siswa tuntas dan 34 siswa tidak tuntas. Kriteria
ketuntasan minimal kompetensi dasar puisi tersebut adalah 75. Adapun kendala dialami siswa dalam pembelajaran menulis kreatif puisi yaitu: (1) siswa kesulitan menemukan ide, (2) siswa kesulitan mengambangkan ide, (3) siswa kurang menguasai kosa kata, (4) siswa tidak biasa mengemukakan pikiran, perasaan, gagasan, dan pengalaman dalam bentuk puisi. Sedangkan kendala yang dialami guru yaitu: (1) tidak semua guru bahasa Indonesia memiliki kegemaran materi menulis puisi, (2) guru kurang kreatif dan inovatif, (3) teknik pembelajaran menulis puisi tidak bervariasi. Hasil pembelajaran menulis puisi tersebut menunjukkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VII E SMPK Maria Fatima Jember rendah. Kendala-kendala tersebut, dilakukan suatu upaya untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran menulis puisi. Salah satu teknik yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa menulis puisi adalah teknik PS3 (Penginderaan, Sumbang, Serap dan Saran). Pemilihan teknik ini didasarkan pada tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran siswa saling menyumbang, menyerap, dan memberikan saran ide atau kata kepada teman sekelompoknya. Hal ini diharapkan kemampuan siswa dalam menulis puisi akan lebih meningkat. Teknik PS3 merupakan pengembangan dari strategi pembelajaran cooperative learning. Cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman, 2012: 202-203). Menurut Yamine (2011: 2) lima unsur dalam pembelajaran tersebut yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individu, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 513
Tujuan penelitian secara umum adalah mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis puisi siswa kelas VII E SMPK Maria Fatima Jember melalui teknik PS3. Secara rinci tujuan penelitian tersebut diuraikan menjadi dua bagian sebagai berikut. (1) Mendeskripsikan secara objektif peningkatan proses kemampuan menulis puisi (2) Mendeskripsikan secara objektif peningkatan hasil kemampuan menulis puisi siswa kelas VII E SMPK Maria Fatima Jember melalui teknik PS3
METODE Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Arikunto (2008: 16). Model penelitian tindakan kelas ini berbentuk spiral dari tahap satu ke tahap berikutnya. Tiap-tiap tahap meliputi (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Sedangkan langkah-langkah pada tahap berikutnya adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi yang sudah direvisi.
Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas Model Arikunto
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 514
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Siklus I Berdasarkan penilaian proses yang meliputi hasil observasi dan hasil penyebaran angket respon siswa serta penilaian hasil puisi yang diciptakan siswa pada siklus I maka dapat diberikan refleksi sebagai berikut (1) berdasarkan hasil observasi, secara klasikal aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi pada siklus I sangat baik yaitu mencapai 90%. Dalam hal ini sebagian besar siswa telah melakukan penginderaan, sumbang, serap, dan saran. Selain itu, kerjasama siswa dalam kelompok juga sudah baik, yaitu mencapai 84%. Dalam hal ini sebagian besar siswa mau bekerja sama dengan kelompoknya membuat puisi dan mempublikasikannya. Namun pada aspek keberanian, kebanyakan siswa tidak mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan mengemukakan pendapat. Hal ini menunjukkan bahwa secara klasikal keberanian siswa ini sangat kurang, yaitu sebesar 36%. (2) berdasarkan hasil rekapitulasi dari sembilan aspek angket respon siswa terhadap proses pembelajaran menulis puisi pada siklus I pada umumnya baik. Terutama pada aspek kemudahan dalam menemukan kata-kata yang akan ditulis pada larik-larik puisi serta aspek kemampuan berkomunikasi dengan teman termasuk dalam kategori sangat baik, yaitu secara berturut-turut mencapai 92% dan 95%. (3) hasil penilaian terhadap puisi yang diciptakan siswa sebagian besar memperoleh nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yaitu 75. Nilai rata-rata kelas adalah 64,7. Hasil belajar siswa kurang memuaskan, meskipun ada beberapa siswa sudah tuntas. Secara klasikal, terdapat 14 siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau 37%. Sedangkan 24 siswa atau 63% belum mencapai ketuntasan belajar. Secara klasikal, ketuntasan siswa sebesar 37%
tersebut belum mencapai target yang ≥85%). diharapkan (sebesar Berdasarkan hal tersebut, penelitian menulis puisi dilanjutkan pada siklus II (4) Berdasarkan hasil rekapitulasi dari keenam aspek penilaian menulis puisi, pada aspek pengimajinasian dan bahasa figuratif secara klasikal termasuk dalam kategori cukup (75% dan 78%). Pada aspek diksi dan kata-kata konkret secara klasikal dikategori kurang (68% dan 62%). Sedangkan pada aspek versifikasi dan tipografi berkategori sangat kurang (53% dan 53%). Dalam hal ini sebagian besar siswa kurang masih belum mampu dalam menulis puisi terutama pada aspek diksi, kata-kata konkret, versifikasi, dan tipografi. Berdasarkan hal tersebut, penelitian menulis puisi dilanjutkan pada siklus II. Hasil siklus II Berdasarkan penilaian proses yang meliputi hasil observasi dan hasil penyebaran angket respon siswa serta penilaian hasil puisi yang diciptakan siswa pada siklus II maka dapat diberikan refleksi sebagai berikut (1) berdasarkan hasil observasi, secara klasikal aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi pada siklus II sangat baik yaitu mencapai 100%. Dalam hal ini keseluruhan besar siswa telah melakukan penginderaan, sumbang, serap, dan saran. Selain itu, kerjasama siswa dalam kelompok juga sudah baik, yaitu mencapai 91%. Dalam hal ini sebagian besar siswa mau bekerja sama dengan kelompoknya membuat puisi dan mempublikasikannya. Pada aspek keberanian, 28 siswa berani mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan. Dalam hal ini, keberanian siswa pada siklus II ini termasuk dalam kategori cukup (2) berdasarkan hasil rekapitulasi dari sembilan aspek angket respon siswa terhadap proses pembelajaran menulis puisi pada siklus II, secara keseluruhan aspek sudah sangat baik. Aspek yang mendapat
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 515
kriteria sangat baik dan mencapai 100% adalah aspek kesenangan untuk belajar berkelompok, kesenangan terhadap teknik pembelajaran, dan kemampuan berkomunikasi dengan teman (3) hasil penilaian terhadap puisi yang diciptakan siswa sebagian besar memperoleh nilai sama dengan atau di atas kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yaitu 75. Nilai rata-rata kelas menulis puisi pada siklus II ini adalah 82,7. Hasil belajar siswa sudah memuaskan, meskipun ada beberapa siswa sudah tuntas. Secara klasikal, terdapat 34 siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau 89%. Sedangkan 4 siswa atau 11% belum mencapai ketuntasan belajar. Secara klasikal, ketuntasan siswa sebesar 89% tersebut sudah mencapai target yang diharapkan (sebesar ≥85%). Berdasarkan hal tersebut, penelitian menulis puisi tidak dilanjutkan pada siklus III (4) berdasarkan hasil rekapitulasi dari keenam aspek penilaian menulis puisi, secara klasikal pada aspek diksi dan pengimajinasian termasuk dalam kategori sangat baik (91% dan 92%). Pada aspek bahasa figuratif dan tipografi secara klasikal dikategori baik (81% dan 85%). Sedangkan pada aspek versifikasi dan tipografi berkategori cukup (75% dan 72%). Dalam hal ini sebagian besar siswa sudah mampu dalam menulis puisi terutama pada aspek diksi, pengimajinasian, bahasa figuratif, dan tipografi. Berdasarkan hal tersebut, penelitian menulis puisi tidak dilanjutkan pada siklus III. Penilaian proses pada siklus I menggunakan bantuan instrumen lembar observasi dan angket respon siswa. Observasi yang dilakukan adalah pengamatan pada keaktifan, keberanian, dan kerjasama siswa. Berdasarkan hasil observasi, secara klasikal aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi pada siklus I sangat baik yaitu mencapai 90%. Dalam hal ini sebagian besar siswa telah melakukan
penginderaan, sumbang, serap, dan saran. Selain itu, kerjasama siswa dalam kelompok juga sudah baik, yaitu mencapai 84%. Dalam hal ini sebagian besar siswa mau bekerja sama dengan kelompoknya membuat puisi dan mempublikasikannya. Namun pada aspek keberanian, kebanyakan siswa tidak mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan mengemukakan pendapat. Hal ini menunjukkan bahwa secara klasikal keberanian siswa ini sangat kurang, yaitu sebesar 36%. Selain penilaian melalui observasi, untuk menilai proses pembelajaran yang dilakukan peneliti pada siklus I, peneliti menggunakan angket respon siswa terhadap proses pembelajaran menulis puisi. Angket tersebut diberikan kepada 38 siswa yang diisi secara individu. Angket tentang respon siswa terhadap proses pembelajaran menulis puisi terdiri dari sembilan aspek. Kesembilan aspek tersebut meliputi: (1) ketiadaan beban dalam menulis puisi; (2) kemudahan untuk berkonsentrasi; (3) kemudahan dalam menemukan kata-kata yang akan ditulis pada larik-larik puisi; (4) kesenangan untuk belajar berkelompok; (5) kesenangan terhadap teknik PS3; (6) kemampuan berkomunikasi dengan teman; (7) kemudahan menemukan ide; (8) kemudahan mengembangkan ide; dan (9) kebanggaan terhadap karya puisi. Berdasarkan hasil rekapitulasi dari sembilan aspek angket respon siswa terhadap proses pembelajaran menulis puisi pada siklus I pada umumnya baik. Terutama pada aspek kemudahan dalam menemukan kata-kata yang akan ditulis pada larik-larik puisi serta aspek kemampuan berkomunikasi dengan teman termasuk dalam kategori sangat baik, yaitu secara berturut-turut mencapai 92% dan 95%. Namun guru harus lebih memperhatikan dan membantu siswa agar lebih mampu berkonsentrasi selama pelaksanaan pembelajaran dan meningkatkan rasa
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 516
bangga siswa terhadap puisi yang diciptakannya. Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang telah dijelaskan diatas, peneliti sekaligus guru melakukan perbaikanperbaikan yang dituangkan pada rencana pembelajaran pada siklus II. Agar siswa lebih berani untuk bertanya atau menjawab pertanyaan ataupun mengemukakan pendapat, guru memberikan stimulus berupa tambahan poin nilai dan pemberian hadiah kepada siswa yang aktif menjawab. Kemudian agar siswa lebih mampu berkonsentrasi, guru membentuk kembali kelompokkelompok siswa dengan mempertimbangkan penyebaran siswa yang lebih mampu menulis puisi serta jumlah anggota kelompok yang lebih sedikit. Lalu agar siswa lebih bangga terhadap puisi hasil karyanya, guru lebih sering memberikan pujian dan kritik membangun kepada puisi-puisi hasil karya siswa. Penilaian proses pada siklus II menggunakan bantuan instrumen lembar observasi dan angket respon siswa. Observasi yang dilakukan adalah pengamatan pada keaktifan, keberanian, dan kerjasama siswa. Berdasarkan hasil observasi, secara klasikal aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi pada siklus II sangat baik yaitu mencapai 100%. Dalam hal ini sebagian besar siswa telah melakukan penginderaan, sumbang, serap, dan saran. Selain itu, kerjasama siswa dalam kelompok juga sudah baik, yaitu mencapai 91%. Dalam hal ini sebagian besar siswa mau bekerja sama dengan kelompoknya membuat puisi dan mempublikasikannya. Kemudian pada aspek keberanian, kebanyakan siswa sudah mampu mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan. Hal ini menunjukkan bahwa secara klasikal keberanian siswa ini sudah cukup, yaitu sebesar 75%. Selain penilaian melalui observasi, untuk menilai proses pembelajaran yang
dilakukan peneliti pada siklus II, peneliti menggunakan angket respon siswa terhadap proses pembelajaran menulis puisi. Angket tersebut diberikan kepada 38 siswa yang diisi secara individu. Angket tentang respon siswa terhadap proses pembelajaran menulis puisi terdiri dari sembilan aspek. Kesembilan aspek tersebut meliputi: (1) ketiadaan beban dalam menulis puisi; (2) kemudahan untuk berkonsentrasi; (3) kemudahan dalam menemukan kata-kata yang akan ditulis pada larik-larik puisi; (4) kesenangan untuk belajar berkelompok; (5) kesenangan terhadap teknik PS3; (6) kemampuan berkomunikasi dengan teman; (7) kemudahan menemukan ide; (8) kemudahan mengembangkan ide; dan (9) kebanggaan terhadap karya puisi. Berdasarkan hasil rekapitulasi dari sembilan aspek angket respon siswa terhadap proses pembelajaran menulis puisi pada siklus II, secara keseluruhan aspek sudah sangat baik. Aspek yang mendapat kriteria sangat baik dan mencapai 100% adalah aspek kesenangan untuk belajar berkelompok, kesenangan terhadap teknik pembelajaran, dan kemampuan berkomunikasi dengan teman. Apabila dibandingkan dengan siklus I, proses pembelajaran siklus II sudah mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil observasi, pada proses pembelajaran menulis puisi siklus II siswa lebih aktif, lebih berani dan lebih mampu bekerja sama dengan kelompoknya dibanding siklus I. Berdasarkan evaluasi dan hasil analisis proses pembelajaran menulis puisi dengan teknik PS3 diketahui bahwa pada siklus I keaktifan siswa mencapai 90% dengan kualifikasi sangat baik. Pada siklus II keaktifan siswa mencapai 100%. Selain itu keberanian siswa pada siklus I hanya mencapai 37% dengan kualifikasi sangat kurang namun pada siklus II keberanian siswa meningkat menjadi 75% dengan
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 517
kualifikasi cukup. Kemudian pada aspek kerjasama pada siklus I mencapai 84% dengan kualifikasi baik dan meningkat menjadi 91% dengan kualifikasi sangat baik pada siklus II. Berdasarkan hal tersebut peningkatan proses pembelajaran menulis puisi dengan teknik PS3 mengalami peningkatan yang cukup signifikan terutama pada aspek keberanian. Pada aspek kemudahan untuk berkonsentrasi siklus I mencapai 79% dengan kriteria cukup dan pada siklus II meningkat menjadi 92% dengan kualitas sangat baik. Kemudian pada aspek kebanggaan terhadap karya puisi mencapai 79% dengan kualitas cukup pada siklus I dan mengalami peningkatan pada siklus II yaitu mencapai 95% dengan kualitas sangat baik. Hasil penilaian terhadap puisi yang diciptakan siswa pada siklus I sebagian besar memperoleh nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yaitu 75. Nilai rata-rata kelas adalah 64,7. Hasil belajar siswa tersebut kurang memuaskan, meskipun ada beberapa siswa sudah tuntas. Secara klasikal, terdapat 14 siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau 37%. Sedangkan 24 siswa atau 63% belum mencapai ketuntasan belajar. Secara klasikal, ketuntasan siswa sebesar 37% tersebut belum mencapai target yang diharapkan (sebesar ≥85%). Berdasarkan hal tersebut, penelitian menulis puisi dilanjutkan pada siklus II. Berdasarkan hasil rekapitulasi dari keenam aspek penilaian menulis puisi, pada aspek pengimajinasian dan bahasa figuratif secara klasikal termasuk dalam kategori cukup (75% dan 78%). Pada aspek diksi dan kata-kata konkret secara klasikal dikategori kurang (68% dan 62%). Sedangkan pada aspek versifikasi dan tipografi berkategori sangat kurang (53% dan 53%). Dalam hal ini sebagian besar siswa kurang masih belum mampu dalam menulis puisi terutama pada
aspek diksi, kata-kata konkret, versifikasi, dan tipografi. Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang telah dijelaskan diatas, peneliti sekaligus guru melakukan perbaikanperbaikan yang dituangkan pada rencana pembelajaran pada siklus I. Perbaikanperbaikan tersebut lebih ditekankan pada media dan alat bantu pembelajaran yang sekiranya dapat lebih memudahkan siswa untuk menemukan ide dan mengembangkan ide menulis puisi serta lebih mampu memahami aspek-aspek puisi. Hasil penilaian terhadap puisi yang diciptakan siswa pada siklus II sebagian besar memperoleh nilai sama dengan atau di atas kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yaitu 75. Nilai rata-rata kelas adalah 82,7. Hasil belajar siswa tersebut sudah memuaskan, meskipun ada beberapa siswa sudah tuntas. Secara klasikal, terdapat 34 siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau 89%. Sedangkan 4 siswa atau 11% belum mencapai ketuntasan belajar. Secara klasikal, ketuntasan siswa sebesar 89% tersebut sudah mencapai target yang diharapkan (sebesar ≥85%). Berdasarkan hal tersebut, penelitian menulis puisi tidak dilanjutkan pada siklus III. Berdasarkan hasil rekapitulasi dari keenam aspek penilaian menulis puisi, secara klasikal pada aspek diksi dan pengimajinasian termasuk dalam kategori sangat baik (91% dan 92%). Pada aspek bahasa figuratif dan tipografi secara klasikal dikategori baik (81% dan 85%). Sedangkan pada aspek versifikasi dan tipografi berkategori cukup (75% dan 72%). Dalam hal ini sebagian besar siswa sudah mampu dalam menulis puisi terutama pada aspek diksi, pengimajinasian, bahasa figuratif, dan tipografi. Berdasarkan hal tersebut, penelitian menulis puisi tidak dilanjutkan pada siklus III. Perbaikanperbaikan tersebut antara lain. Guru berusaha meningkatkan kemampuan
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 518
siswa dalam penggunaan diksi dan katakata konkret dengan cara memberikan lebih banyak contoh puisi bertemakan keindahan alam. Selain itu guru juga menyediakan kamus umum bahasa Indonesia dan kamus sinonim. Berdasarkan evaluasi dan hasil analisis pembelajaran menulis puisi diketahui bahwa pada siklus I rata-rata nilai menulis puisi siswa adalah 64,7%, ketuntasan secara klasikal 37%, dengan kualifikasi sangat kurang. Sedangkan pada siklus II rata-rata nilai adalah 82,7, ketuntasan secara klasikal 89% dengan kualifikasi baik. Dengan demikian pembelajaran menulis puisi dengan teknik PS3 pada siklus II mengalami peningkatan yang signifikan. Penilaian menulis puisi terdiri dari enam aspek yaitu (1) diksi, (2) pengimajinasian, (3) kata-kata konkret, (4) bahasa figuratif, (5) versifikasi, dan (6) tipografi. Berikut akan dipaparkan secara klasikal peningkatan kemampuan menulis puisi ditinjau dari masingmasing aspek penilaian. Hasil penilaian masing-masing aspek puisi mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Terutama pada aspek versifikasi dan tipografi. Pada siklus I, capaian aspek versifikasi hanya sebesar 53% termasuk dalam kategori sangat kurang. Namun pada siklus II meningkat menjadi 72% dan termasuk dalam cukup. Begitu pula dengan aspek tipografi, pada siklus I kemampuan siswa hanya mencapai 53% dan termasuk kategori sangat kurang. Pada siklus II kemampuan siswa menulis puisi dilihat dari aspek tipografinya meningkat dengan pencapaian sebesar 86% dan termasuk kategori baik. Peningkatan pada hasil pembelajaran menulis puisi tersebut disebabkan antara lain adanya perbaikan-perbaikan yang dilakukan guru pada pembelajaran menulis puisi siklus II. Kemudian apabila dibandingkan dengan pratindakan, hasil kemampuan menulis puisi siswa terus meningkat pada siklus I
dan siklus II. Meskipun pada siklus I ketuntasan siswa secara klasikal belum memenuhi target yang diharapkan. Pada pratindakan hasil menulis puisi siswa sangat rendah, hanya mencapai 11% kemudian meningkat pada siklus I sebesar 24% dan pada siklus II sebesar 89%. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penerapan teknik PS3melalui kegiatan pokok yakni penginderaan, sumbang, serap dan saran ternyata dapat meningkatkan menulis puisi siswa kelas VII E SMPK Maria Fatima Jember tahun ajaran 2013/2014. Secara khusus hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Penerapan teknik PS3 dalam pembelajaran menulis puisi dapat meningkatkan proses kemampuan menulis puisi siswa kelas VII E SMPK Maria Fatima Jember tahun ajaran 2013/2014. Hal ini dapat diketahui dari peningkatan hasil observasi dan respon siswa. Secara klasikal persentase keaktifan siswa pada siklus I adalah 90% dan pada siklus II menjadi 100%. Keberanian siswa pada siklus I adalah 37% dan pada siklus II menjadi 75% . Kemudian pada aspek kerjasama pada siklus I adalah 84% dan pada siklus II menjadi 91%. Penerapan teknik PS3 dalam pembelajaran menulis puisi dapat meningkatkan hasil kemampuan menulis puisi siswa kelas VII E SMPK Maria Fatima Jember tahun ajaran 2013/2014. Hal ini dapat diketahui dari perkembangan hasil penelitian selama dua siklus yang diawali refleksi pratindakan. Rata-rata nilai pada refleksi awal 58,9, siklus I menjadi 64,7 dan siklus II menjadi 82,7. Persentase ketuntasan belajar secara klasikal pada refleksi awal adalah 11%, pada siklus I menjadi 37%, dan pada siklus II menjadi 89%.
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 519
Saran Beberapa saran dapat dikemukakan berkaitan dengan hasil penelitian pembelajaran menulis puisi dengan teknik PS3. Saran-saran yang dimaksud adalah sebagai berikut. Kepala sekolah hendaknya memfasilitasi dan mendorong guru untuk menggunakan teknik PS3 dalam pembelajaran menulis puisi dengan harapan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di SMPK Maria Fatima Jember. Guru sebaiknya juga menggunakan media dan menyediakan alat bantu pembelajaran yang memudahkan siswa untuk menemukan dan mengembangkan ide menulis puisi. Media tersebut misalnya berupa video (audiovisual) yang dapat memudahkan siswa mengindera. Alat bantu pembelajaran yang dimaksud adalah kamus bahasa Indonesia, kamus majas, kamus sinonim, serta contoh puisi-puisi dengan majas, versifikasi dan tipografi yang bervariasi. Teknik PS3 dikembangkan dalam pembelajaran yang bersifat kooperatif. Keberhasilan belajar ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Oleh karena itu guru harus mengontrol kegiatan siswa dalam kelompok. Hendaknya ada peneliti berikutnya yang mengembangkan teknik PS3 selain pada pembelajaran menulis puisi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. DAFTAR RUJUKAN Aminuddin. 2013. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Depdiknas.2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Binamata Raya. Endraswara, S. 2003. Membaca, Menulis, Mengajarkan Sastra. Yogyakarta: Kanisius
Hasanuddin. 2012. Membaca dan Menilai Sajak. Bandung: Angkasa Kosasih. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya. Mistar, Junaidi. 2000. Pedoman Penulisan Tesis. Malang: Program Pascasarjana Universitas Islam Malang. Miharja, Ratih. 2012. Sastra Indonesia. Jakarta. PT. Niaga Suara Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual. Malang: Universitas Malang Pradopo, Rahmat Djoko. 2000. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University. Rahmanto,B. 2000. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius Samosir, Tiarida. 2013. Apresiasi Puisi. Bandung: Yrama Widya. Santoso, Joko. 2013. Pantun Puisi Lama Melayu. Yogyakarta: Araska. Sarumpet, Riris K. Toha. 2002. Apresiasi Puisi Remaja. Jakarta: Gramedia Siswanto, Wahyudi. 2013. Pengantar Teori Sastra. Malang: Aditya Media Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supandi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Tjahjono, Tengsoe. 2011. Mendaki Gunung Puisi. Malang: Bayumedia Publishing Tarigan, Henry Guntur. 2007. Prinsipprinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa __________________. 2008. Menulis Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Wahyuni, Sri.2013. Membedah Proses Kreatif Menulis. Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional. Universitas Islam Malang. Desember 2013. Waluyo, H.I. 2000. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga Wardoyo, Sigit Mangun. 2013. Teknik Menulis Puisi. Yogyakarta: Graha Ilmu
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 520