Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 2, April 2016
ISSN 2087-3557
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW Parjimin SD Negeri 01 Kebonsari Kabupaten Pekalongan Provinsi Jawa Tengah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui apakah model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi menjaga keutuhan NKRI. (2) Mengetahui apakah model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam memahami materi menjaga keutuhan NKRI. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terselesaikan dalam dua siklus. Setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Metode pengambilan data menggunakan metode tes dan non tes. Metode non tes yang digunakan yaitu observasi, dan dokumentasi. Alat pengambilan data yang digunakan berupa soal-soal tes dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran model Jigsaw dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran PKn pokok bahasan memahami pentingnya NKRI yang ditunjukkan dari nilai tes evaluasi siswa pada siklus II. Penerapan pembelajaran model Jigsaw juga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran PKn yang dilihat dari hasil observasi aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung. © 2016 Didaktikum Kata Kunci: Cooperative Learning; Jigsaw; Keutuhan NKRI
PENDAHULUAN Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak–hak dan kewajibannya untuk menjadi Warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamalkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang diberikan kepada siswa kelas V saat ini kurang diminati siswa karena materinya terlalu luas dan sulit untuk dipahami anak usia 10–11 tahun, sehingga dalam pembelajaran siswa kurang serius memperhatikan. Apalagi guru mengajar secara monoton tidak menggunakan strategi yang bervariasi hanya membuat siswa jenuh. Padahal anak berusia ini masih membutuhkan bimbingan dan perhatian dari guru. Sehubungan dengan hal tersebut maka nilai Pendidikan Kewarganegaraan kurang memuaskan. Dari hasil rata-rata ulangan pada semester I yang dilaksanakan sebanyak 3 kali diperoleh hasil sebagai berikut: pertama 59, kedua 63, ketiga 62. Berdasarkan data di atas ada kemungkinan rendahnya nilai rata–rata yang diperoleh siswa kelas V pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diakibatkan materi yang terlalu tinggi dan luas dengan alokasi waktu 2 jam/minggu. Sehingga kurang mendapat perhatian yang serius dari siswa. Dapat juga akibat dari kurangnya pendekatan atau metode pembelajaran yang kurang bervariasi dari guru, dimana siswa lebih banyak sebagai pendengar yang baik, pembelajaran terfokus pada guru, siswa hanya sebagai 38
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 2. (2016)
obyek. Seiring reformasi bidang pendidikan yang telah dan akan terus digulirkan melalui berbagai inovasi untuk menyongsong era baru dan paradigma baru, maka perlu pemberdayaan guru dan peningkatan kinerjanya dalam kegiatan pembelajaran, sehingga potensi peserta didik dapat berkembang secara optimal. Dalam hal ini guru harus dan mampu menyajikan program pengajaran yang aktual dan fungsional bagi siswa, serta menciptakan situasi dan kondisi yang melibatkan semua komponen untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Belajar dilakukan oleh siswa sendiri, bukannya apa yang dilakukan oleh guru. Pengalaman belajar sebagai interaksi antara siswa dengan lingkungan mengimplikasikan bahwa siswa adalah seorang peserta yang aktif, yaitu beberapa unsur dari lingkungan itu menarik perhatianya, dari ia berinteraksi terhadap lingkungan tersebut (Suprayekti, 2003). Sehubungan dengan hal tersebut guru dapat memilih pendekatan atau metode pembelajaran yang tepat. Salah satu metode pembelajaran adalah Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, asih, asuh, antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata. Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya: saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosisal yang secara sengaja diajarkan (Abdurrahman & Bintoro, 2000). Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran bersama-sama dalam suatu kelompok dengan sejumlah anggota antara tiga sampai lima orang siswa. Para anggota bekerjasama dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan guru. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Di samping itu pembelajaran kooperatif juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan komperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. Pelaksanaan model Cooperative Learning diperlukan interaksi antar siswa. Oleh sebab itu dalam menyelesaikan tugas dari guru, para siswa perlu berdiskusi, termasuk mengemukakan pendapatnya yang dapat dipahami oleh anggota lainnya, sehingga anggota tersebut dapat meningkatkan kemampuan intelektualnya. Dalam hal ini guru cukup menyediakan lembar kerja (LKS) untuk dikerjakan secara kelompok, memantau bimbingan kepada kelompok yang memerlukan dan validasi hasil kerja kelompok. Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model atau metode pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa, sehingga kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa meningkat. Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe diantaranya metode pembelajaran NHT (Numbered Heads Together), TPS (Think Pair Share), Jigsaw, Role Playing dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini peneliti memilih untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Metode Jigsaw merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri 4-6 siswa secara heterogen, bekerjasama dan saling ketergantungan yang positif serta bertanggung jawab terhadap ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari/ dikuasai kemudian menyampaikan materi yang telah dikuasai tersebut kepada kelompok lain.
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW Parjimin
39
Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah: (1) Apakah model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi NKRI? (2) Apakah model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam memahami materi NKRI? Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk: (1) Mengetahui apakah model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi menjaga keutuhan NKRI. (2) Mengetahui apakah model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam memahami materi menjaga keutuhan NKRI. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian Tindakan Kelas. Prosedur Penelitian Tindakan menurut Arikunto (2009) model bagan penelitian tindakan secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 01 Kebonsari Kecamatan Karangdadap Kabupaten Pekalongan. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Kebonsari yang berjumlah 27 siswa. Penelitian dilakukan di semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi: metode tes, observasi, dan dokumentasi. Validasi data yang digunakan yaitu uji validasi permukaan, yang dilakukan dengan cara mengujicobakan soal tes pada kelas V di sekolah lain. Selain diujicobakan kepada siswa soal tersebut juga dikonsultasikan kepada guru lain. Setelah soal dinyatakan valid maka soal tersebut digunakan sebagai instrumen penelitian. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila ada peningkatan aktivitas belajar dan kemampuan siswa dalam memahami pentingnya keutuhan NKRI. Kemampuan siswa dalam memahami materi diambil dari penilaian tes tertulis siswa, dan aktivitas belajar diambil dari penilaian lembar observasi aktivitas siswa, apabila terjadi peningkatan hasil belajar mata pelajaran PKn materi NKRI bagi siswa kelas V SD Negeri 01 Kebonsari, dan tercapainya ketuntasan belajar minimal 75% dari KKM yang telah ditetapkan (KKM ≥ 70).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Siklus I 1. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada perencanaan siklus I adalah menelaah materi pembelajaran PKn kelas V semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 yang akan dilakukan tindakan penelitian, menyusun instrumen penelitian, seperti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyusun lembar observasi aktivitas siswa, menyusun lembar observasi kinerja guru, menyusun soalsoal tes evaluasi siklus I. Tindakan siklus I akan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan dengan alokasi waktu 2x35 menit, yaitu pukul 07.15 – 08.25. Pelaksanaan tindakan siklus I berupa pelaksanaan skenario pembelajaran yang telah direncanakan, yaitu dengan menerapkan langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Secara garis besar kegiatan belajar mengajar dibagi menjadi tiga tahap, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan meliputi tiga tahap yaitu: a. Kegiatan Awal
40
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 2. (2016)
Pada kegiatan awal pembelajaran, guru mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa, mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti pelajaran, menyampaikan topik yang akan dipelajari, memberikan motivasi, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran model jigsaw. Kemudian guru mengajukan pertanyaan tentang pokok bahasan. b. Kegiatan Inti Kegiatan yang dilakukan adalah: Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa aga aktif dalam kegiatan pembelajaran. Kemudian, guru menyampaikan materi yang akan dipelajari secara singkat. Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Guru memberikan tugas yang harus diselesaikan secara kelompok, dan guru membimbing kelompokkelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas. Guru mengadakan evaluasi tentang materi yang telah dipelajari, yaitu masing-masing kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerjanya, yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan merangkum. Kegiatan terakhir yaitu guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil mempresentasikan hasilnya dengan baik dan benar. c. Kegiatan Penutup Pada kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi dan menutup pelajaran dengan salam penutup. Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan meliputi tiga tahap yaitu: a. Kegiatan Awal Pada kegiatan awal pembelajaran, guru mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa, mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti pelajaran, menyampaikan topik yang akan dipelajari, memberikan motivasi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran konstruktivisme. Kemudian guru mengajukan pertanyaan tentang pokok bahasan. b. Kegiatan Inti Kegiatan yang dilakukan adalah: Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa aga aktif dalam kegiatan pembelajaran. Kemudian, guru menyampaikan materi yang akan dipelajari secara singkat. Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Guru memberikan tugas yang harus diselesaikan secara kelompok, dan guru membimbing kelompokkelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas. Guru mengadakan evaluasi tentang materi yang telah dipelajari, yaitu masing-masing kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerjanya, yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan merangkum. Kegiatan terakhir yaitu guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil mempresentasikan hasilnya dengan baik dan benar. c. Kegiatan Penutup Pada kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi dan menutup pelajaran dengan salam penutup. 3. Observasi Observasi dilakukan oleh rekan peneliti untuk mengambil data mengenai aktivitas belajar siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, mulai dari kegiatan awal/ pembukaan, kegiatan inti sampai dengan kegiatan penutup. 4. Refleksi Refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan pada kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis proses dan hasil pembelajaran. Kemudian hasil refleksi digunakan sebagai acuan untuk merencanakan perbaikan pada tindakan selanjutnya.
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW Parjimin
41
Siklus II 1. Perencanaan T indakan siklus II merupakan upaya perbaikan terhadap tindakan siklus I. Tahapan yang dilakukan sama dengan tahapan pada siklus I, namun pada siklus II ada beberapa hal yang perlu ditekankan dan ditambahkan, yaitu: Pertama, sebelum melaksanakan pembelajaran siklus II guru lebih menekankan kembali mengenai langkah-langkah pembelajaran model jigsaw yang akan diterapkan. Kedua, guru harus mendorong siswa aktif pada kegiatan diskusi kelompok. 2. Pelaksanaan Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat yaitu pembelajaran yang mengacu pada langkah-langkah pembelajaran model jigsaw. Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan dengan alokasi waktu 2x35 menit, yaitu dari pukul 07.15-08.25. Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan meliputi tiga tahap yaitu: a. Kegiatan Awal Pada kegiatan awal pembelajaran, guru mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa, mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti pelajaran, menyampaikan topik yang akan dipelajari, memberikan motivasi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran model jigsaw. Kemudian guru mengajukan pertanyaan tentang pokok bahasan. b. Kegiatan Inti Kegiatan yang dilakukan adalah: Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa agar aktif dalam kegiatan pembelajaran. Kemudian, guru menyampaikan materi yang akan dipelajari secara singkat. Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Guru memberikan tugas yang harus diselesaikan secara kelompok, dan guru membimbing kelompokkelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas. Guru mengadakan evaluasi tentang materi yang telah dipelajari, yaitu masing-masing kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerjanya, yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan merangkum. Kegiatan terakhir yaitu guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil mempresentasikan hasilnya dengan baik dan benar. c. Kegiatan Penutup Pada kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi dan menutup pelajaran dengan salam penutup. Pertemuan kedua siklus II dilaksanakan meliputi tiga tahap yaitu: a. Kegiatan Awal Pada kegiatan awal pembelajaran, guru mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa, mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti pelajaran, menyampaikan topik yang akan dipelajari, memberikan motivasi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran model jigsaw. Kemudian guru mengajukan pertanyaan tentang pokok bahasan. b. Kegiatan Inti Kegiatan yang dilakukan adalah: Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa agar aktif dalam kegiatan pembelajaran. Kemudian, guru menyampaikan materi yang akan dipelajari secara singkat. Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Guru memberikan tugas yang harus diselesaikan secara kelompok, dan guru membimbing kelompokkelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas. Guru mengadakan evaluasi tentang materi yang telah dipelajari, yaitu masing-masing kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerjanya, yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan merangkum. Kegiatan terakhir yaitu guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil mempresentasikan hasilnya dengan baik dan benar.
42
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 2. (2016)
c.
Kegiatan Penutup Pada kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi dan menutup pelajaran dengan salam penutup. 3. Observasi Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran siklus II untuk mengetahui akibat dari tindakan yang telah dilakukan. Hasil observasi pada siklus II dibandingkan dengan hasil observasi pada siklus I apakah ada peningkatan atau tidak. 4. Refleksi Refleksi dilaksanakan setiap akhir siklus, dimaksudkan untuk mengetahui berbagai masalah yang muncul pada pelaksanaan tindakan siklus II. Kekurangan pada siklus I telah diperbaiki pada pembelajaran siklus II dan hasilnya siswa lebih aktif dan dapat bekerjasama dengan baik dan diikuti pula dengan nilai hasil belajar siswa yang meningkat. Peningkatan pemahaman siswa terhadap materi menjaga keutuhan NKRI setelah menerapkan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Peningkatan Pemahaman Menjaga Keutuhan NKRI No Keterangan Kondisi Awal 1 Nilai Tertinggi 80 2 Nilai Terendah 30 3 Rata-rata 59,26 4 Ketuntasan klasikal (%) 40,74%
Siklus I 90 50 71,48 70,37%
Siklus II 100 60 80,00 88,89%
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.
Peningkatan Pemahaman Siswa terhadap Materi Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Rata-rata 100
90 80
80 71,48 60
59,26 50 30
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Gambar 1. Grafik Peningkatan Pemahaman Siswa terhadap Materi Berdasarkan tabel 1 dan gambar 1 dapat diketahui sebelum dilakukan tindakan (kondisi awal) nilai rata-rata kelas sebesar 54,55 setelah tindakan siklus I mengalami peningkatan menjadi 71,59, dan kembali mengalami peningkatan pada tindakan siklus II menjadi 78,18. Persentase ketuntasan belajar pada kondisi awal sebesar 45,45 setelah tindakan siklus I meningkat menjadi 68,18 dan meningkat lagi setelah tindakan siklus II menjadi 86,36. Untuk peningkatan aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada tabel 2 dan gambar 2: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW Parjimin
43
Tabel 2. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Keterangan
Siklus I
Siklus II
Rata-rata
57,30
73,80
Peningkatan Nilai Rata-rata Aktivitas Belajar Siswa
73,87 80
57,3
NILAI
60
Siklus I
40
Siklus II
20 0 Siklus I
Siklus II
Gambar 2. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Dari tabel 2 dan gambar 2 dapat diketahui bahwa skor aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dari siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Pada kegiatan siklus I, skor rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 57,3 kemudian mengalami peningkatan setelah tindakan siklus II menjadi 73,87. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran model jigsaw dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi menjaga keutuhan NKRI yang ditunjukkan dari hasil tes evaluasi siklus II, dan penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada saat pembelajaran PKn yang dilihat dari hasil observasi aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung. PENUTUP Penerapan pembelajaran model jigsaw dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi keutuhan NKRI yang ditunjukkan dari hasil tes evaluasi siklus II. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada saat pembelajaran PKn yang dilihat dari hasil observasi aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Inovasi yang dilakukan pada siklus II yaitu 1) sebelum melaksanakan pembelajaran siklus II guru lebih menekankan kembali mengenai langkah-langkah pembelajaran model jigsaw yang akan diterapkan, 2) guru harus mendorong siswa aktif pada kegiatan diskusi kelompok. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih, peneliti tujukan kepada tim pembimbing Penelitian Tindakan Kelas, Bapak Dr. Eko Supraptono, M.Pd, Kepala UPT Dindikbud Karangdadap, Kolaborator, Guru, serta siswa kelas V SDN 01 Kebonsari Kabupaten Pekalongan atas kerjasamanya.
44
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 2. (2016)
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman dan Bintoro. 2000. Memahami Dan Menangani Siswa Dengan Problema Belajar. Jakarta : Depdiknas Arikunto, Suharsimi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Suprayekti. 2003. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta. Direktorat Tenaga Kependidikan, Dikdasmen, Depdiknas.
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW Parjimin
45