Warneri, Peningkatan Hasil Belajar Akuntansi ...
Peningkatan Hasil Belajar Akuntansi Keuangan Melalui Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Warneri* Abstract: This research aimed is toimproving the students’ learning achievement and activities through improving accounting learning process by implementing jigsaw type cooperative learning model.Using action research method, this research was done through planning, implementation, observation and reflection. This action research was conducted in two cycles. Every cycle was done in eight metings.The data of learning achievement were collected through materials comprehension test before the action, after the first cycle action, after the second cycle action, and after all actions had been completed. The data of the students’ activities were collected through observations during the teaching and learning processes were administered. The research resulted in the improvement of learning achievement and activities in the process of learning accounting through the implementation of jigsaw type cooperative learning model. Keywords: Learning Achievement,Financial Accounting,Cooperative Learning, Jigsaw Type Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa dengan cara memperbaiki proses pembelajaran akuntansi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas XI IPS SMA Negeri 1 Bengkayang Kalimantan Barat.Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan dengan alur perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian tindakan ini dilaksanakan 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan 8 kali pertemuan.Data hasil belajar diperoleh melalui tes pemahaman materi sebelum pelaksanaan tindakan, setelah tindakan siklus 1, setelah tindakan siklus 2 dan setelah pelaksanaan tindakan berakhir. Data keaktifan belajar siswa diperoleh melalui pengamatan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Hasil penelitian diperoleh bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran akuntansi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Kata kunci: Hasil Belajar Akuntansi Keuangan dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw PENDAHULUAN Hasil wawancara dan observasi terhadap guru dan peserta didik diperoleh informasi bahwa masih terdapat guru akuntansi dalam melaksanakan proses pembelajaran selalu menggunakan pendekatan konvensional, guru masih berperan sebagai pusat proses belajar, guru mengetahui ragam metode, model dan strategi dalam pembelajaran tapi tidak mempunyai keberanian untuk memulai dengan hal tersebut. Demikian pula dengan sumber pendukung
*
dalam pembelajaran akuntansi seperti media,bahan ajardan lembar kerja siswa belum dimanfaatkan secara optimal. Di samping hal tersebut pada dasarnya guru juga kurang memperhatikan aspek sosial dalam proses pembelajaran, karena masalah waktu yang terbatas dan penilaian hasil belajar sebagian besar hanya dinilai berdasarkan kemampuan peserta didik menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Sebagian besar peserta didik beranggapan bahwa mata pelajaran akuntansi keuangan adalah pelajaran yang tergolong sulit dan susah untuk dipahami, rumit dalam arti kata
Warneri, FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak, Jalan Prof. Dr. Hadari Nawawi Pontianak Telepon 081345440189, Email :
[email protected], id
53
6_warneri.indd 53
07/11/2016 11:28:20
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 1 April 2016
mesti adanya proses pemahaman yang mendalam terhadap suatu pokok bahasan awal agar nanti dapat mengikuti pokok bahasan lanjutannya, hal ini dikarenakan materi pada mata pelajaran akuntansi merupakan pelajaran yang berkesinambungan dan berlanjut dari satu pokok bahasan satu dengan pokok bahasan berikutnya karena materi-materi tersebut merupakan rangkaian siklus yang berkesinambungan dan disamping hal tersebut diakui pula oleh peserta didik kurangnya sumber belajar dan bahan ajar yang tersedia. Penguasaan teknologi instruksional merupakan sesuatu yang mutlak bagi tenaga pendidik, karena visi dan misi pendidikan yang direncanakan tanpa ada dukungan tenaga pendidik yang profesional dan menguasai teknologi instruksional maka hasilnya kurang maksimal. Dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan, guru harus mempersiapkan diri dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan, khususnya tentang desain instruksional agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Seperti yang dikemukakan bahwa:” Effective teaching is a complex occupation requiring the development of knowledge and essensial teaching skills, as well as continuous professional growth” (Moore, 2005:8). Rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran akuntansi, khususnya materi siklus akuntansi keuangan perusahaan jasa jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Dari 36 peserta didik diketahui ketuntasan belajar hanya dicapai oleh 10 orang peserta didik atau 27,78 % dengan nilai ratarata ulangan harian mata pelajaran akuntansi kelas XI IPS adalah 61, dengan nilai tertinggi 78 dan nilai terendah 40, hal ini menunjukkan bahwa perolehan nilai masih dibawah rata-rata yang diharapkan, yaitu 70. Rendahnya hasil belajar mata pelajaran akuntansi, khsusnya materi siklus akuntansi keuangan perusahaan jasa tidak hanya karena kesalahan peserta didik, tetapi juga disebabkan oleh proses pembelajaran yang kurang menarik. Persoalan mendasar yang hingga kini masih sangat dilematis dan sering dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran adalah membangun suasana pembelajaran yang aktif partisipatif yang mampu melibatkan peserta didik dalam interaksi dialogis dan berkualitas dengan guru atau sesama peserta didik. Akibat hal ini iklim kelas dalam proses pembelajaran pun kurang menarik dan
kurang menyenangkan. Kenyataannya peserta didik dalam proses pembelajaran akuntansi kebanyakan hanya sebagai penerima pasif, peserta didik kurang responsif dan adanya kecenderungan untuk menolak berinteraksi dengan guru. Sebagian besar dalam proses pembelajaran peserta didik cenderung pasif, kurang menunjukkan gairah, minat dan antusias dalam belajar. Sejalan dengan perkembangan zaman diera globalisasi dan informasi guru sudah seharusnya memahami kemajuan dan perkembangan teknologi informasi sehingga dapat mengajarkan peserta didik bagaimana caranya mendapatkan informasi dan bukan lagi yang sepenuhnya memberikan informasi, seperti dikatakan bahwa: learning Theory is descriptive rather than design (or instrumental) theory, for it describes the learning process. For example, schema thepry and information-processing theory describe processes thet are belaived to accur within leaners’heads (Reigeluth, 2003: 10-11). Dengan kehadiran teknologi pendidikan (educational technology) guru dapat mengoptimalkan pemanfaatan educational technology untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dengan tekonologi yang terus berkembang tuntutan untuk profesionalisme terus diupayakan seperti yang dikemukakan: Many professionals ini education, however, know that teachers require training in the operation and use of the new technologies if they are to be competent in their work with students and colleagues ( Ely, 2002: 31). Persoalan yang banyak terjadi di lapangan yang dihadapi oleh guru adalah lemahnya proses pembelajaran yang terjadi, kegagalan dalam proses pembelajaran jika dikaji lebih lanjut dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu; keterbatasan media pembelajaran,minimnya ketersediaan bahan ajar, kurangnya profesionalisme guru dalam proses pembelajaran, guru kurang memaksimalkan metode dan model pembelajaran yang terus berkembang dalam proses pembelajaran. Modelmodel pembelajaran dapat dikelompokan, yaitu: (1) Kelompok model pembelajaran memproses informasi (tinformation-processing family); (2) Kelompok model pembelajaransocial (the social family); (3) Kelompok model pembelajaran personal(the personal family); (4) Kelompok model pembelajaran sistem perilaku(the behavioral system family). (Joice, 2011: 31)
54
6_warneri.indd 54
07/11/2016 11:28:20
Warneri, Peningkatan Hasil Belajar Akuntansi ...
Model pembelajaran yang dapat untuk diterapkan oleh guru, salah satunya adalah model cooperative learning tipe jigsawdiharapkan akan dapat membantu para peserta didik untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi akuntansi keuangan, dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw inipeserta didik dapat mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan dalam menyelesaikan pembelajaran akuntansi keuangan . Model cooperative learning tipe jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai subyek pembelajaran (student oriented), dengan suasana kelas yang demokratis dan peserta didiknya saling membelajarkan dan memberikan kesempatan yang lebih besar dalam memberdayakan potensi peserta didik secara maksimal.Melalui penerapan model cooperative learning dengan tipe jigsaw diharapkan kepada peserta didik dapat lebih aktif dalam menyalurkan pengetahuan, gagasan dan menerima gagasan dari peserta didik lainnya. Adanya interaksi yang lebih baik dalam kelompok dapat menumbuhkembangkan sikap positif terhadap pemahaman akuntansi, sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi peserta didik yang pada akhirnya bermuara pada hasil belajar akuntansi peserta didik. Pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw dikembangkan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik agar dapat mengembangkan keahlian dalam menyelesaikan kasus-kasus soal dan persoalan dalam pembelajaran akuntansi keuangan yang saling berkesinambungan dari topik bahasan yang satu dengan topik bahasan yang lainnya. Model cooperative learning tipe jigsawdilakukan dengan cara bekerjasama antar peserta didik yang dimulai dari kelompok inti, kemudian dilanjutkan pada kelompok ahli, setelah itu kembali lagi bekerjasama pada kelompok inti semula. Pada kelompok inti masing-masing anggotanya mendapatkan sub topik yang berbeda. Misalnya kelompok satu anggotanya 6 orang memiliki sub topik yang berbeda, demikian juga dengan kelompok yang lainnya. Setelah dibahas dalam kelompok inti tersebut, kemudian peserta didik yang mempunyai sub topik yang sama pada kelompok lain membentuk kelompok tersendiri demikian pula dengan sub topik yang lainnya, kelompok ini yang dinamakan kelompok ahli. Kelompok ahli
tersebut mempunyai tugas untuk menginformasikan keahliannya atau pengetahuannya kepada kelompok ahli lain sehingga mereka mendapatkan apa yang mereka pelajari. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan bahwa:Students in cooperative groups usualy are assigned roles that increase the chances that they will work interdependently (Chapman, 2007: 113). Pelaksanaan model cooperative learning tipe jigsaw ini merupakan proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan guru hanya menfasilitasi saat proses pembelajaran berlangsung. Dikemukakan bahwa perolehan hasil belajar siswa yang senantiasa masih sangat memprihatinkan merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, artinya bagaimana sebenarnya keberhasilan proses pembelajaran tersebut dapat diukur.(Trianto, 2007: 1). Persoalan yang banyak dihadapi oleh guru di dalam kelas adalah persoalan kurang kreatifnya guru dalam proses pembelajaran, kegagalan dalam proses pembelajaran jika dikaji lebih lanjut dapat terjadi karena beberapa hal: Keterbatasan media pembelajaran, Kurangnya profesionalisme guru dalam proses pembelajaran, Guru kurang maksimaldalam menggunakan metode dan model pembelajaran. Rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran ekonomi, khususnya materi akuntansi keuangan jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain, diperoleh informasi bahwa rata-rata nilai akuntansi keuangan sebelum peneliti melakukan penelitian adalah 65, hal ini menunjukkan bahwa perolehan nilai tersebut masih dibawah rata-rata yang diharapkan, maka perlu adanya suatu action yang nyata untuk perbaikannya, seperti yang dikemukakan bahwa action research is about working towards practical outcomes, and also about creating new form of understanding, since action without understanding is blind, just as theory without action is meaningless(Koshy, 2005: 9). Action Research atau penelitian tindakan merupakan suatu riset tindakan yang dilakukan secara siklus dalam rangka memperbaiki atau memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh tenaga pengajar sampai pada akhirnya masalah tersebut dapat terpecahkan. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: (1) Apakah pelaksanaan pembelajaran dengan model
55
6_warneri.indd 55
07/11/2016 11:28:20
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 1 April 2016
cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi keuangan; (2) Apakah pelaksanaan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar akuntansi keuangan; (3) Apakah pelaksanaan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran akuntansi keuangan ? METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (action research). Penelitian tindakan mengkaji isu esensial dalam pembelajaran dengan tujuan utama meningkatkan mutu pembelajarannya melalui observasi, analisis, dan refleksi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan (action research), yaitu suatu penelitian aksi dengan bentuk penelitian tindakan yang bersifat proaktif yang diawali dengan tindakan pelatihan terhadap guru akuntansi tentang bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw untuk materi akuntansi sesuai dengan tujuan utamanya yaitu untuk memperbaiki proses atau sistem pembelajaran, meningkatkan hasil belajar akuntansi melalui proses pembelajaran dengan penerapan model cooperative learning tipe jigsaw mengacu pada model Kemmis dan Mc Taggart, yang meliputi perencanaan (Planning), aksi (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Prosedur tindakan dalam setiap siklusnya adalah: refleksi awal, penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi (pengamatan), refleksi. Dikemukakan bahwa In action research, the focus swings away from the spectator researcher and onto thepractitioner researchers. Practitioners investigate their own practice, observe, describe and explain what they are doing in company with one another, and produce their own explanation for what they are doing and why they are doing it (Whitehead & McNiff, 2002: 13). Artinya dalam penelitian tindakan harus fokus terhadap upaya proses perbaikan dan peningkatan hasil. Action research is process in which participants examine their own educational practice systematically and carefully, using the tecniques of research (Ferrance, 2000: 1). Sedangkan Mertler menyatakan bahwa penelitian tindakan didefinisikan sebagai penelitian sistematis apa saja yang dilaksanakan oleh
para guru, penyelenggara pendidikan, guru konseling/ penasehat pendidikan, atau lainnya yang menaruh minat berkepentingan dalam proses atau lingkungan belajar mengajar dengan tujuan mengumpulkan informasi seputar cara kerja sekolah, cara mengajar guru, dan cara belajar siswa mereka. Dikemukakan pula bahwa : Action research is research into practice, by practitioners, in action research, all actor involved in the research process are equal participants, and must be involved in every stage of the research...(Zuber-Skrerritt, 2005: 3) Berikut dikemukakan pula bahwa action research is a participatory, democratic process concerned with developing practical knowing in the pursuit of worthwhile human purposes, graounded in a participatory wordview.(Coghlan dan Brannick, 2005: 3) Terdapat 7 langkah yang dapat dilakukan dalam siklus pelaksanaan tindakan, yaitu: (1) Selecting a focus; (2) Clarifying theories; (3)Identifying research questions; ( 4) Collecting data, (5) Analyzing data; (6) Reporting results; (7) Taking. (Sagor, 2000: 3-4) Data yang diperoleh melalui wawancara, observasi, tes pemahaman materi dan dokumentasi Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis dan menginterpretasikan datayaitu:Data hasil observasi, wawancara, dan dokumen dianalisis secara kualitatif, data perolehan hasil belajar materi akuntansi dan aktivitas belajar peserta didik akan dikolaborasikan dengan data pengamatan untuk dianalisis secara kualitatif.Agar peneliti mendapatkan makna data untuk menjawab masalah penelitian, analisis kualitatif mnerupakan analisis yang mendasarkan pada adanya hubungan semantik antar masalah penelitian, analisis kualitatif dilaksanakan dengan tujuan agar peneliti mendapatkan makna data untuk menjawab masalah penelitian. Oleh karena itu, dalam analisis kualitatif data yang terkumpul perlu disistematisasikan, distrukturkan, disemantikkan, dan disintesiskan agar memiliki makna yang utuh. (Musfiqon, 2012: 153). Analisis data memiliki tiga unsur yakni: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Reduksi data merupakan proses analisis dengan menyortir data yang sama yang diperoleh dari sumber yang berbeda, membuang data yang tidak penting, menyeleksi data, memusatkan perhatian pada data yang meragukan dengan melakukan pengecekan
56
6_warneri.indd 56
07/11/2016 11:28:20
Warneri, Peningkatan Hasil Belajar Akuntansi ...
kembali pada sumbernya, menyederhanakan, mengklasifikasi dan penajaman dan membuat ringkasan. Penyajian data atau data display merupakan pengambilan data yang direduksi dan menyajikannya dengan cara yang tepat dan benar, sehingga mudah untuk disimpulkan. Dalam penarikan kesimpulan dan verifikasi artinya upaya yang dilakukan untuk mencari dan mengungkapkan makna dari data yang disajikan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil temuan atau fakta yang mencakup hasil belajar akuntansi peserta didik dan kondisi pelaksanaan proses pembelajaran serta pandangan guru tentang proses pembelajaran yang berlangsung sebelum pelaksanaan tindakan berdasarkan deskripsi data yang diperoleh melalui pengamatan diperoleh bahwa hasil belajar pada tahap awal sebelum pelaksanaan tindakan siklus 1 nilai tertinggi adalah 78 dan nilai terrendah adalah 40, dengan rata-rata 61. Berdasarkan hasil tersebut jika dilihat dari kriteria ketuntasan minimal, maka dari 36 peserta didik tersebut yang tuntas adalah 10 orang atau 27,78 %. ini berarti tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh sekolah, yaitu minimal 75 % yang tuntas atau 27 orang peserta didik. Setelah pelaksanaan tindakan siklus 1, kemudian diadakan evaluasi diperoleh hasil belajar akuntansi yaitu dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 50 dengan rata-rata 68,02 hasil tersebut menunjukkan bahwa dari 36 orang peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 70 terdapat sebanyak 22 orang peserta didik atau. 61,11%. hasil yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan siklus 1 ini belum mencapai standar minimal ketuntasan hasil belajar yang ditetapkan.Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh setelah pelaksanaan tindakan siklus 1 belum mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan, maka guru kolaborator bersama peneliti melanjutkan pelaksanaan tindakan siklus 2. Setelah pelaksanaan tindakan siklus 2, kemudian diadakan evaluasi dan diperoleh hasil belajar akuntansi yaitu dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 55 dengan rata-rata 71,74 hasil tersebut menunjukkan bahwa dari 36 orang peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 70 terdapat sebanyak 29 orang
peserta didik atau. 80,55 %. Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan siklus 2 ini telah mencapai standar minimal ketuntasan hasil belajar yang ditetapkan, yaitu minimal 27 orang peserta didik atau 75 % dari seluruh peserta didik. Setelah pelaksanaan tindakan siklus 2 guru mitra dan peneliti sepakat mengadakan evaluasi, dari hasil evaluasi tersebut diperoleh hasil belajar ≥ 70 sebanyak 31 orang peserta didik atau 86,11 %, ini berarti terjadi peningkatan secara signifikan dari hasil belajar sebelumnya. Aktivitas belajar peserta didik sebelum pelaksanaan tindakan siklus 1 diketahui sebanyak 8 orang peserta didik yaitu 22,22 %. Setelah pelaksanaan tindakan siklus 1 meningkat menjadi 13 orang peserta didik atau 36,11 %. Kemudian setelah pelaksanaan tindakan siklus 2 meningkat lagi menjadi 18 orang peserta didik atau 50 %. Pembahasan Hasil Penelitian Sebelum tindakan siklus 1dilakukan, guru kolaborator dibantu oleh peneliti memberikan penjelasan model cooperative learning tipe jigsaw dan sintaxnya, penjelasan tentang materi akuntansi, dan komponen-komponen yang akan digunakan dalam pembelajaran akuntansi. Guru kolaborator bersama peneliti membagi kelompok secara heterogen. Dari 36 orang peserta didik dibagi 6 kelompok, setiap kelompok berjumlah 6 orang. Kelompok yang dibentuk ini disebut kelompok inti, setiap kelompok diberikan topik materi yang sama dengan sub topik berbeda-beda. Sebelum membahas sub topik yang diberikan,guru terlebih dahulu menjelaskan materi akuntansi keuangan perusahaan jasa secara umum dan memperjelas kembali langkahlangkah pelaksanaan model cooperative learning tipe jigsaw . Setelah setiap kelompok selesai membahas sub topik masing-masing dalam kelompok inti selanjutnya peserta didik dengan sub topik yang sama membentuk kelompok baru sesuai dengan sub topik masing-masing, kelompok ini disebut kelompok ahli. Setelah kelompok ahli membahas secara bersama sub topik yang sama, kemudian peserta didik kembali lagi ke kelompok asalnya/kelompok inti dibimbing oleh guru kolaborator dan peneliti. Pada kelompok inti masing-masing peserta didik menjelaskan dan mendiskusikan kembali sub topik yang dibahas, dalam hal ini terjadi peran aktif peserta didik dalam berdiskusi. Kerjasama antar masing-masing peserta didik sangat diperlukan,
57
6_warneri.indd 57
07/11/2016 11:28:20
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 1 April 2016
saling membantu, saling interaksi. Kemudian hasilnya dipresentasikan dihadapan peserta didik yang lainnya. Guru mengadakan pengamatan dan penilaian jalannya proses pembelajaran tersebut. Perangkat pembelajaran dengan model cooperative learning tipe jigsaw dilengkapi dengan bahan ajar, media, lembar kerja siswa dan buktibukti transaksi, sehingga terlihat pelaksanaan dan pengembangan dari model cooperative learning tipe jigsaw berdasarkan teori yang ada direkomendasikan menjadi model cooperative learning tipe jigsaw yang dilengkapi dengan bahan ajar, media, lks dan soalsoal (beragam). Peneliti bersama guru kolaborator terlebih dahulu memperhatikan hasil observasi sebagai bahan refleksi untuk palaksanaan tindakan siklus berikutnya, Dari observasi dan analisis yang dilakukan ternyata penguasaan dan peningkatan hasil belajar akuntansi peserta didik belum mencapai hasil yang diharapkan dan belum menunjukkan peningkatan hasil yang signifikan dari tes awal yang dilakukan, sehingga tindakan disepakati dilanjutkan pada siklus ke 2. Pembelajaran pada tindakan siklus 2 diintervensi dengan partisipasi langsung oleh peneliti selaku pengamat dan observer serta guru mata pelajaranakuntansi dalam penyampaian materi pelajaran. Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus 2 dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu untuk siklus 2 dilaksanakan 8 kali pertemuan. Terlebih dahulu peneliti berdiskusi dengan guru membicarakan ragam pelaksanaan penelitian tindakan pada siklus 2 ini, dan peneliti menerangkan rencana tindakan yang dilakukan terkait temuan pada pelaksanaan tindakan siklus 1 dengan peningkatan hasil belajar akuntansimelalui model cooperative learning tipe jigsaw. Beberapa pertimbangan yang menjadi acuan dalam perencanaan tindakan: (1) Merencanakan rancangan bahan ajar, media pembelajaran dan lembar kerja siswa yang divariasikan dalam pembelajaran akuntansi keuangan; (2) Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran umum sebelumnya; (3) Merencanakan dan menyusun ulang rencana intervensi tindakan pada siklus berikutnya; (4) Menggunakan tolak ukur keberhasilan belajar akuntansi peserta yang sama pada siklus 1 atas tindakan yang dilakukan, yakni mencapai hasil belajar dengan nilai ketuntasan
minimum terhadap pembelajaran akuntansi adalah ≥ 70, dalam hal ini tindakan akan diberhentikan apabila sekurang-kurangnya 75 % dari jumlah peserta didik memperoleh nilai dengan ketuntasan minimum. Hasil yang diperoleh pada siklus 2 adalah: (1) Adanya peningkatan pemahaman materi akuntansi, khususnya siklus akuntansi perusahaan jasa; (2) Peserta didik semakin termotivasi untuk belajar dan memperhatikan penjelasan dari guru; (3) Timbulnya keberanian peserta didik untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, berani mengemukakan pendapat, berargumen, mau dan mampu berdiskusi, serta mandiri mengerjakan tugas /kasus yang diberikan; (4) Pembelajaran berlangsung dengan baik dan lancar. Berdasarkan tes awal penguasaan materi akuntansi sebelum pelaksanaan tindakan diperoleh hasil yaitu: nilai tertinggi adalah 78 dan nilai terendah adalah 40 dengan rata-rata adalah 61. Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal yang tuntas hanya 10 orang peserta didik atau hanya 27,78 %, hasil tes awal ini menunjukkan bahwa perolehan nilai masih sangat rendah sekali, pada tahap perencanaan, guru dilatih tentang model cooperative learning tipe jigsawdan dilakukan dua kali pertemuan. Berdasarkan hasil observasi atau pengamatan yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan pembelajaran atau implementasi tindakan pada siklus 1 dan wawancara dengan peserta didik diperoleh informasi bahwa: (1) Terlihat masih banyak peserta didik yang belum fokus dan belum aktif dalam proses pembelajaran; (2) Masih sedikit peserta didik yang aktif dalam mengungkapkan pendapat atau menanggapi pendapat temannya selama proses kerja kelompok; (3) Masih ada peserta didik yang bingung pada saat pembagian kelompok inti ke kelompok ahli, sehingga banyak waktu yang terpakai ketika itu; (4) Peserta didik belum menunjukkan tingkat keaktifan yang maksimal sesuai dengan yang diharapkan; (5) Materi pembelajaran yang paling dianggap sulit oleh peserta didik adalah materi jurnal penyesuaian, sehingga guru harus membantu menjelaskan lebih rinci lagi tentang analisis dan perhitungan dalam penyelesaian data penyesuaian yang diberikan kepada peserta didik.Setelah pelaksanaan tindakan siklus 1, kemudian diadakan evaluasi dan diperoleh nilai tertinggi 80 dan nilai terendah adalah 50 dengan rata-rata 68. Dari hasil tes tersebut peserta didik yang mencapai nilai ketuntasan hanya 22 orang atau 61,11
58
6_warneri.indd 58
07/11/2016 11:28:21
Warneri, Peningkatan Hasil Belajar Akuntansi ...
%. Hasil ini menunjukkan belum tercapainya nilai ketuntasan minimal yang ditetapkan. Maka guru mitra bersama peneliti sepakat untuk melakukan siklus 2. Pembelajaran akuntansi dengan mengguna-kan model cooperative learning tipe jigsaw diharapkan dapat meningkatkan perolehan hasil belajar peserta didik, khususnya dalam proses penyelesaian siklus akuntansi keuangan perusahaan jasa, mulai dari Jurnal Umum, posting (buku Besar), Neraca Saldo, dan Jurnal Penyesuaian dan laporan keuangan. Pembelajaran dengan model cooperative learning tipe jigsaw menunjukkan adanya keseriusan dan keaktifan peserta didik meskipun belum maksimal seperti yang diharapkan. Proses pembelajaran telah menarik perhatian peserta didik, karena guru membelajarkan dengan cara yang belum pernah dilakukan selama ini dengan cara memberikan contoh-contoh yang relevan dengan materi atau topik yang dibahas. Berdasarkan analisis dan refleksi menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan model cooperative learning tipe jigsaw berdampak pada peningkatan keterampilan dan pengetahuan peserta didik terhadap penyelesaian materi siklus akuntansi. Guru bersama peneliti berusaha untuk selalu memberikan motivasi untuk peserta didik lebih bersemangat, lebih aktif, dan dapat berinteraksi, baik sesama peserta didik maupun dengan guru.Kegiatan pada siklus 2 relatif sama dengan yang dilakukan pada tindakan siklus 1, perbedaannya hanya terletak pada materi yang disampaikan, tetapi masih saling berhubungan dan berkaitan.Sebelum pelaksanaan tindakan siklus 2, guru mitra bersama peneliti merubah sedikit rancangan persiapan perencanaan yang telah dibuat pada rancangan perencanaan tindakan siklus 1 berdasarkan hasil dan refleksi.Pelaksanaan tindakan siklus 2 ini juga dilaksanakan sebanyak 8 kali pertemuan. Berdasarkan implementasi tindakan pada siklus 2 dapat diperoleh data atau informasi sebagai berikut: (1) Sebagian besar peserta didik sangat antusias dan sangat aktif mengikuti proses pembelajaran dengan model cooperative learning tipe jigsaw; (2) Dengan kelengkapan tambahan yang dipersiapkan oleh guru mitra dan peneliti seperti pada tindakan sebelumnya, membuat peserta didik merasa tertantang untuk menyelesaikan kasus soal yang diberikan; (3) Diketahui bahwa peserta didik sangat tertarik dan menarik dengan adanya bahan ajar,
media, lembarkerja siswa dan ragam soal, dokumen yang disediakan dalam proses pembelajaran, sehingga lebih memudahkan peserta didik dalam memahami dan menyelesaikan soal. Tujuan yang ingin dicapai pada pelaksanaan tindakan siklus 2 adalah adanya peningkatan hasil belajar, khususnya peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam proses pencatatan dan penyelesaian siklus akuntansi keuangan perusahaan jasa, meningkatkan keaktifan peserta didik dan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran dengan model cooperative learning tipe jigsaw.Pada pelaksanaan tindakan siklus 2 proses pembelajaran sudah berjalan semakin lancar, para peserta didik sudah terlihat sangat antusias dan sangat aktif dalam pembelajaran serta sangat interaktif dalam berinteraksi baik sesama peserta didik maupun dengan guru, baik pada saat belajar di kelompok inti maupun di kelompok ahli. Pada pelaksanaan tindakan siklus 2 ini guru tidak mengalami kesulitan dalam mengontrol dan mengawasi peserta didik dalam proses pembelajaran ketika melaksanakan latihan dan mengerjakan tugastugas yang diberikan. Peningkatan penguasaan dan keterampilan dalam menyelesaikan dan memahami siklus akuntansi keuangan perusahaan jasa dilakukan dengan memberikan tes setelah selesai pelaksanaan tindakan siklus 2, hasil menunjukkan bahwa implementasi tindakan pada siklus 2 berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik dan meningkatkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran. Evaluasi yang dilakukan diketahui bahwa hasil implementasi tindakan yang diperoleh telah meningkat secara signifikan dan mencapai hasil yang diinginkan sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Indikasi ketercapaian hasil terlihat pada: (1) Peserta didik sudah menunjukkan keaktifan yang sangat baik dalam proses pembelajaran; (2) Materi pembelajaran yang disampaikan dan cara penyelesaian kasus soal yang diberikan dengan tambahan kelengkapan dalam penyelesaian kasus soal tersebut telah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat berinteraksi sesama peserta didik dan bersama guru; (3) Proses berinteraksi antar peserta didik dan dengan guru dalam proses pembelajaran berjalan baik; (4) Proses pembelajaran pada saat dikelompok inti dan di kelompok ahli sudah sangat dimengerti dan berjalan maksimal.
59
6_warneri.indd 59
07/11/2016 11:28:21
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 1 April 2016
Perolehan hasil belajar peserta didik setelah pelaksanaan tindakan siklus 2 ini diperoleh nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 55 dengan rata-rata 71,74 hasil tersebut menunjukkan bahwa dari 36 orang peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 70 terdapat sebanyak 29 orang peserta didik atau. 80,55 %, ini berarti hasil yang diperoleh telah mencapai standar minimal ketuntasan hasil belajar yang ditetapkan, yaitu minimal 27 orang peserta didik atau 75 % dari seluruh peserta didik. Sedangkan tingkat aktivitas belajar peserta didik sebelum pelaksanaan tindakan dan setelah pelaksanaan tindakan siklus 1 dan siklus 2 juga mengalami kenaikan yang cukup berarti. Sebelum pelaksanaan siklus 1 diketahui peserta didik yang aktif sebanyak 8 orang peserta didik atau 22,22%. Setelah pelaksanaan tindakan siklus 1 meningkat menjadi 13 orang peserta didik atau 36,11 %. Kemudian setelah pelaksanaan tindakan siklus 2 meningkat lagi menjadi 18 orang peserta didik atau 50 %. Setelah pelaksanaan tindakan siklus 2 dan hasil belajarnya telah mencapai nilai ketuntasan minimal yang ditetapkan, maka guru mitra bersama peneliti sepakat menghentikan pelaksanaan tindakan selanjutnya, dan sepakat mengadakan tes akhir terhadap materi akuntansi. Berdasarkan hasil tes akhir diperoleh bahwa peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 70 ada sebanyak 31 orang peserta didik atau 86,11 %. Hasil ini menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dari perolehan hasil belajar sebelumnya. Setiap individu mengalami peningkatan perolehan hasil belajar, mulai dari setelah pelaksanaan siklus 1 dibandingkan dengan sebelum pelaksanaan tindakan, setelah pelaksanaan siklus 2 dibandingkan dengan Tingkat efektivitas dan efisiensi proses pelaksanaan tindakan yang dilakukan sudah sesuai atau sudah berjalan baik, hasil perolehan pada tahap sebelum pelaksanaan tindakan adalah sebesar 27,78 % meningkat setelah proses pelaksanaan tindakan siklus 1 menjadi 61,11 %, ini berarti meningkat sebesar 33,33 % dan setelah proses pelaksanaan tindakan siklus 2 meningkat menjadi 80,55 %, atau naik sebesar 19,44 %. Berikut ini adalah jumlah peserta didik yang memperoleh nilai berdasarkan standar kriteria setelah pelaksanaan siklus 1 dan setelah pelaksanaan tindakan dibandingkan dengan setelah pelaksanaan tindakan siklus 1 dan siklus 2. Ketuntasan minimal dalam proses pembelajaran
akuntansi sebelum pelaksanaan tindakan, setelah pelaksanaan tindakan siklus 1, setelah pelaksanaan tindakan siklus 2 dan setelah pelaksanaan tindakan siklus 1 dan siklus 2 yaitu : Perolehan hasil belajar sebelum pelaksanaan tindakan, setelah pelaksanaan tindakan siklus 1, setelah pelaksanaan tindakan siklus 2 dan setelah pelaksanaan tindakan dapat disajikan sebagai berikut :
Gambar 1. Perolehan Ketuntasan Hasil Belajar Secara Presentase
Gambar 2. Perolehan Ketuntasan Hasil Belajar Berdasarkan Jumlah Peserta Didik
Tingkat keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Guru dan peneliti tidak menetapkan indikator kerja terhadap keaktifan belajar beserta didik, dalam hal ini peneliti mengamati perkembangan keaktifan belajar peserta didik sejak awal proses pelaksanaan tindakan dilaksanakan.
60
6_warneri.indd 60
07/11/2016 11:28:21
Warnerii Peningkatan n Hasil Belajaar Akuntasi Keeuangan Mela alui Model
S Setelah Pelaaksanaan Tin ndakan; =31
Sebbelum Pelakksanaan Tinnd.=10 Setelaah
Pelaksan naan Tind. Siiklus 1= 22 2
Warneri, Peningkatan Hasil Belajar Akuntansi ...
Dari hasil observasi yang dilaksanakan sebelum diberikan oleh guru. Setelah pelaksanaan tindakan diketahui peserta didik yang Indikator keberhasilan dalam penelitian Pelaksanaan T Tind.Siklus 2 tergolong aktif adalah 8 orang peserta=29didik atau tindakan ini adalah terjadinya peningkatan hasil 22,22 %, kemudian setelah pelaksanaan tindakan belajar akuntansi, yang terlihat dari peningkatan Gambar siklus 2. Perolehan P Ke etuntasan Ha asil Belajar Berdasarkan B J Jumlah Peser rta Didik 1 meningkat menjadi 13 orang perserta didik hasil tes akhir jika dibandingkan dengan hasil tes atau 36,11 % dan setelah pelaksanaan tindakan sebelumnya, tingkat keaktifan peserta didik dalam o persertta didik atau 36,11 % daan setelah Tinggkat keaktifaan peserta diidik dalam prroses 13 orang siklus 2 meningkat lagi menjadi 18 orang peserta proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelaajaran denggan mengggunakan model m pelaaksanaan tinndakan sikluus 2 mening gkat lagi didik atau 50,00 %, ini menunjukkan bahwa telah cooperative learning tipe jigsaw, pendapat peserta cooperaative learninng tipe jiggsaw mengaalami men njadi 18 oranng peserta diddik atau 50,0 00 %, ini terjadi perkembangan peningkatan keaktifan peserta didik terhadap proses pembelajaran akuntansi peningkkatan yang sangat signiffikan. Guru dan men nunjukkan baahwa telah teerjadi perkem mbangan didik dari 8 orang peserta didik menjadi 18 orang dengan menggunakan model cooperative learning peneliti tidak meenetapkan indikator kerja k peniingkatan keaaktifan peserrta didik darii 8 orang peserta didik atau terjadi peningkatan sebesar 27,78 d tipe jigsaw yang dilengkapi dengan bahan ajar, media d peseerta didik meenjadi 18 oraang peserta didik atau terhadapp keaktifan belajar beseerta didik, dalam % setelah pelaksanaan pembelajaran dengan model dan lks sangat senang, karena dapat mempermudah hal ini peneliti mengamatii perkembaangan terjaadi peningkatan sebesaar 27,78 % setelah learning tipe jigsaw dalam pemahaman terhadap materi pembelajaran serta awal prroses pelaaksanaan p pembelajaran pembelajaran n dengan model keaktifan belajarcooperative pesserta didik seejak akuntansi. peserta didik menjadi aktif. Peningkatan coop perative leearning tippe jigsaw membuat pelaksannaan tindakann dilaksanakkan. dalam Berikut digambarkan peningkatan tingkat keterampilan peserta didik dalam penyelesaian siklus Darii hasil observasi yanng dilaksan nakan pem mbelajaran akkuntansi. keaktifan peserta didik sebelum pelaksanaan akuntansi keuangan perusahaan jasa dalam penelitian sebelum m pelaksanaaan tindakan diketahui d peeserta Berikut diggambarkan peningkatan n tingkat tindakan, setelah tindakan siklusseebelum 1 danpelaaksanaan ini diukur dan dilihat melalui hasil tes awal dan didik yaang tergolong g aktif adalah h 8 orangpelaksanaan peeserta keak ktifan peserrta didik setelah tindakan siklus 2h: pelaksanaaan tindakan siklus hasil1 tes akhir yang diberikan sebelum pelaksanaan didik atau 22,22 2 %, pelaksanaan kem mudian seetelah tindaakan, setelah pelaksannaan tindakann siklus 1 meeningkat mennjadi dan setelah pelakksanaan tinddakan siklus 2 : tindakan dan sesudah pelaksanaan tindakan diberikan melalui pembelajaran dengan model cooperative P Presentase Jumlah Peseerta Didik Column1 learning tipe jigsaw yang dilengkapi dengan bahan ajar, media, lks dan soal-soal latihan. Hasil yang diperoleh dari tes yang diberikan 18 setelah pemberian treatment atau tindakan 13 pada tindakan siklus 1 menunjukkan terjadinya 8 peningkatan keterampilan dalam mengerjakan 0,00 50 36,11 siklus akuntansi keuangan perusahaan jasa jika 22,22 dibandingkan dengan sebelum pelaksanaan tindakan, Seblm Pelaaks. Setelah Siklus Setellah Siklus hasil pretest sebelum pelaksanaan tindakan dengan Tindakann 1 2 nilai rata-rata adalah 61 dan peserta didik yang tuntas hanya 10 orang peserta didik atau hanya 27,78 %. 74 Gambar 3. Perkembangan Aktifitas Belajar Peserta Didik Sedangkan setelah pelaksanaan siklus 1 nilai rata-rata meningkat menjadi 68, dan jumlah peserta didik Model cooperative learning tipe jigsaw yang tuntas juga meningkat menjadi 22 orangpeserta yang dilengkapi dengan bahan ajar, media dan lks didik atau 61,11 %. Meskipun meningkat, tetapi dilengkapi soal serta dokumen adalah salah satu belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yang model pembelajaran yang selama ini belum pernah ditetapkan yaitu minimal rata-rata yang diperoleh 70, diterapkan oleh guru, sehingga membuat peserta dan yang memperoleh nilai ≥ 70 adalah 75 % dari didik semangat dan antusias dalam mengikuti jumlah peserta didik, atau minimal 27 orang peserta kegiatan pembelajaran. didik. Pada pelaksanaan tindakan siklus 2 terlihat Hasil yang dicapai pada pelaksanaan tindakan peserta didik telah terlibat secara aktif dalam proses siklus 2 dengan rata-rata adalah 71,44 dan peserta pembelajaran, baik ketika mereka berada pada didik yang memperoleh nilai tuntas adalah 29 orang kelompok inti maupun ketika berada pada kelompok peserta didik atau 80,55 %. Terjadi peningkatan yang ahli, peserta didik dapat saling berinteraksi, baik cukup signifikan, baik dari rata-rata hasil perolehan peserta didik sesama peserta didik, maupun antar tes maupun dari jumlah peserta didik yang tuntas peserta didik berinteraksi dengan guru, dan terlihat dalam belajar. pada siklus 1 rata-rata nilai yang telah terjadi komunikasi yang baik dan kerjasama diperoleh adalah 68, kemudian setelah pelaksanaan yang baik dalam penyelesaian kasus soal yang siklus 2 rata-rata yang diperoleh meningkat menjadi
61
6_warneri.indd 61
07/11/2016 11:28:22
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 1 April 2016
71,44 atau naik sebesar 3,44. Sedangkan peserta didik yang tuntas sebelum pelaksanaan tindakan adalah 10 orang peserta didik atau hanya tercapai 27,78 %, pada siklus 1 sebanyak 22 orang peserta didik atau tercapai 61,11 % hal ini berarti terjadi peningkatan 33,33 %. Setelah pelaksanan tindakan siklus 2 menjadi 29 orang peserta didik atau 80,55 % artinya terjadi peningkatan dari pelaksanaan tindakan siklus 1 sebesar 19,44 %. Perolehan hasil belajar setelah tindakan siklus 2 telah mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan, maka peneliti bersama guru mitra menetapkan untuk tidak melanjutkan tindakan siklus berikutnya. Diakhir proses pelaksanaan tindakan peneliti bersamaguru mitra melakukan evaluasi secara keseluruhan materi yang disampaikan pada semester genap tersebut diperoleh hasil sebanyak 31 orang peserta didik yang tuntas atau 86,11 % dari jumlah peserta didik.Jika dilihat dari peningkatan yang terjadi dari sebelum pelaksanaan tindakan adalah 10 orang yang tuntas (27,78 %) dan setelah pelaksanaan tindakan mencapai 31 orang yang tuntas (86,11 %), berarti telah terjadi kenaikan peserta didik yang tuntas sebanyak 21 orang atau sebesar 58,33 %. Hasil evaluasi proses pembelajaran dalam tindakan ini, menunjukkan bahwa: (1) Keterampilan peserta didik terhadap penyelesaian materi akuntansi perusahaan jasa sebelum pelaksanaan tindakan di kelas XI IPS dengan skor terendah adalah 40 dan skor tertinggi adalah 78 dengan rata-rata adalah 61; (2) Hasil tes materi setelah pelaksanaan tindakan siklus 1 yang diperoleh peserta didik menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar akuntansi peserta didik kelas XI IPS memperoleh hasil rata-rata 68,00 dengan nilai atau skor tertinggi adalah 80 dan skor atau nilai terendah adalah 50; (3) Hasil tes materi setelah pelaksanaan tindakan siklus 2 menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar peserta didik kelas XI IPS dengan memperoleh nilai rata-rata 71,44 dengan skor atau nilai tertinggi adalah 85 dan nilai terendah adalah 55. Dan setelah pelaksanaan tindakan nilai rata-rata diperoleh 73,44 dengan skor atau nilai tertinggi 90 dan nilai terendah adalah 55; (4) Dengan perolehan hasil belajar ini dapat dikatakan bahwa treatment atau tindakan telah memberikan efek yang positif atau lebih baik bagi peserta didik terutama pada pelaksanaan tindakan siklus 2; (5) Hal lain yang juga terlihat adalah keterlibatan peserta didik secara aktif dalam atau selama proses pembelajaran dengan
model cooperative learning tipe jigsaw berlangsung. Efisiensi pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran model cooperative learning tipe jigsaw yang dilengkapi dengan bahan ajar, media pembelajaran, lks dan soal-soal diketahui dari hasil wawancara dengan guru mitra yang telah dilatih melalui pelaksanaan peneliti sebagai model sebelum tindakan diberikan. Dengan model cooperative learning tipe jigsaw yang dilengkapi dengan bahan ajar, media pembelajaran, lks dan soal-soal latihan dapat terjalin kerjasama yang baik antar peserta didik yang telah disusun pengelompokannya secara heterogen, baik dari sisi prestasi peserta didik, jenis kelamin dan status sosial ekonomi orang tua peserta didik, serta terjalin juga komunikasi antar peserta didik dan komunikasi dengan guru, sehingga terjadi proses interaksi yang positif baik sesama peserta didik maupun dengan guru.Dengan adanya tambahan kelengkapan proses pembelajaran pada disamping bahan ajar, media pembelajaran, lembar kerja siswa dilengkapi dengan soal-soal atau kasus untuk latihan menjadikan lebih paham dan mengerti cara menyajikan keterampilan menyelesaikan siklus akuntansi perusahaan jasa. Efisiensi pembelajaran akuntansi dengan model cooperative learning tipe jigsaw dapat dilihat dan diukur dengan cara melihat waktu pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik dalam kurun waktu satu semester dengan hasil yang optimal yang mereka peroleh mulai dari hasil tes awal, tes setelah tindakan siklus 1, tes setelah tindakan siklus 2 dan tes akhir. Daya tarik dalam pembelajaran akuntansi dengan Model Cooperative learning Tipe Jigsaw yang dilengkapi dengan bahan ajar, media pembelajaran dan lembar kerja siswa serta soal-soal/kasus untuk latihan diketahui dalam proses pembelajaran melalui hasil observasi dan angket tentang sikap dan pendapat peserta didik terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dengan model pembelajaran model cooperative learning tipe jigsaw telah membuat susana kelas menjadi hidup dan menarik. Berdasarkan hasil yang telah dikemukakan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran akuntansi keuangan pada mata pelajaran ekonomi di kelas XI IPS SMA Negeri 2 Bengkayang dapat ditingkatkan dengan menggunakan atau menerapkan model cooperative learning tipe jigsaw yang dilengkapi dengan bahan ajar, media pembelajaran,
62
6_warneri.indd 62
07/11/2016 11:28:22
Warneri Peningkatan Hasil Belajar Akuntasi Keuangan Melalui Model
guru.Dengan adanya tambahan kelengkapan
oleh guru dengan model pembelajaran model
proses pembelajaran pada
cooperative learning tipe jigsaw telah membuat
disamping
bahan
ajar, media pembelajaran, lembar kerja siswa dilengkapi dengan
susana kelas menjadi hidup dan menarik.
soal-soal atau kasus untuk
Berdasarkan hasil yang telah dikemukakan
tersebut soal-soal/kasus di atas dapat dikatakan latihan, bahwa lembar kerja siswa dan cara menyajikan keterampilan menyelesaikan pembelajaran akuntansi keuangan pada mata untuk itu peneliti merekomendasikan bahwa untuk siklus akuntansi perusahaan jasa. pelajaran ekonomi di kelas XI IPS SMA Negeri meningkatkan hasildengan belajar akuntansi pesertadengan didik Efisiensi pembelajaran akuntansi 2 Bengkayang dapat ditingkatkan model cooperative learning tipe jigsaw dapat menggunakan atau menerapkan model dapat dengan menggunakan model cooperative dilihat dan diukur dengan cara melihat waktu cooperative learning tipe jigsaw yang dilengkapi learning tipe jigsaw yang denganlembar bahan pembelajaran yang diberikan kepada peserta dengandilengkapi bahan ajar, media pembelajaran, didik ajar, dalam kurun waktu satupembelajaran, semester dengan kerja siswa dan soal-soal/kasus untuk itudan media lembar kerjalatihan, siswa hasil yang optimal yang mereka peroleh mulai peneliti merekomendasikan bahwa untuk soal-soal/kasus latihan. dari hasil tes awal, tes setelah tindakan siklus 1, meningkatkan hasil belajar akuntansi peserta tes setelah tindakan siklus 2 dan tes akhir. didik dengan menggunakan dengan model Konsep Tindakan yangdapatdikembangkan Daya tarik dalam pembelajaran akuntansi cooperative learning tipe jigsaw yang dilengkapi adanya bahan ajar, media, lembar kerja siswa dan dengan Model Cooperative learning Tipe Jigsaw dengan bahan ajar, media pembelajaran, lembar serta terkait yang kumpulan dilengkapi dengan soal bahan ajar, mediadokumen kerja siswa dan yang soal-soal/kasus latihan. dengan pembelajaran dan lembar kerja siswa serta soalKonsep Tindakan yang dikembangkan penyelesaian materi akuntansi Ini dapat Peneliti soal/kasus untuk latihan diketahui dalam proses dengan adanya bahan ajar, media, lembar kerja Gambarkan Sebagai Berikut pembelajaran melalui hasil observasi dan angket siswa dan: kumpulan soal serta dokumen yang latihan menjadikan lebih paham dan mengerti
tentang sikap dan pendapat peserta didik
terkait dengan penyelesaian materi akuntansi Ini
terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan
dapat Peneliti Gambarkan Sebagai Berikut : PEMBELAJARAN AKUNTANSI
CL JIGSAW EFEKTIF
Warneri, Peningkatan Hasil Belajar Akuntansi ...
MEDIA
BAHAN AJAR, LKS dan SOAL
EFISIEN
MATERI
PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA 77
Gambar 4. Konsep Intervensi Tindakan
Indikator efektivitas pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw yang dilengkapi dengan bahan ajar, media pembelajaran, lembar kerja siswa dan soal/kasus untuk latihan dapat dikatakan cukup efektif dan berjalan dengan baik pada proses pembelajaran akuntansi khususnya dalam keterampilan penyelesaiaan siklus akuntansi keuangan perusahaan jasa. Efisiensi pembelajaran, penggunaan model cooperative learning tipe jigsaw dapat dikatakan efisien dalam meningkatkan hasil belajar akuntansi. Pembelajaran akuntansi dengan menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw disamping manarik, variatif juga dapat memberikan kesempatan kepada guru untuk lebih kreatif dalam memilih strategi pembelajaran dan materi pelajaran akuntansi, sedangkan bagi peserta didik pembelajaran lebih menyenangkan karena dapat memberikan kesempatan bagi mareka untuk saling berinteraksi sesama peserta didik lainnya, dan berinteraksi dengan guru dalam mengatasi segala kesulitan belajar akuntansi yang mereka temui. Manariknya lagi mareka merasakan
terjalin kerjasama yang baik sesama teman dan dapat saling membantu sesama teman jika mengalami kesulitan dalam belajar, dan itu terjadi baik pada saat berada di kelompok asal atau inti maupun pada saat berada pada kelompok ahli. KESIMPULAN (1). Model cooperative learning tipe jigsaw dalam proses pembelajaran akuntansi dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik, sebelum pelaksanaan tindakan dari 36 peserta didik yang tergolong aktif hanya 8 orang atau 22,22 %, setelah pelaksanaan tindakan siklus 1 meningkat menjadi 13 orang atau 36,11 %, ini berarti terjadi kenaikan 13,89 % , setelah pelaksanaan tindakan siklus 2 peserta didik yang aktif meningkat lagi menjadi 18 orang atau 50 %. Ini berarti telah terjadi kenaikan yang cukup signifikan dari 8 orang peserta didik yang aktif sebelum pelaksanaan tindakan naik menjadi 18 orang peserta didik setelah pelaksanaan tindakan siklus 2 atau naik sebesar 27,78 %. (2) Model cooperative learning tipe jigsaw dalam proses pembelajaran akuntansi dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi peserta didik, hasil tes awal yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan diperoleh hasil 10 orang peserta didik yang tuntas atau hanya 27,78 % dari 36 jumlah peserta didik, hal ini merupakan hasil yang rendah sekali,jika nilai ketuntasan minimal yang ditetapkan adalah ≥70 sekurang-kurangnya 75 %. Setelah pelaksanaan tindakan siklus 1 hasil belajar meningkat, peserta didik yang tuntas naik menjadi 22 orang peserta didik atau 61,11%. Perolehan hasil setelah pelaksanaan siklus 1 ini belum sesuai dengan indikator kerja yang ditetapkan, maka dilanjutkan dengan tindakan siklus 2. Perolehan hasil belajar setelah tindakan siklus 2 menunjukkan hasil yang sangat signifikan, diperoleh jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 29 orang atau 80,55 %. Hasil belajar pada tes akhir setelah tindakan siklus 2 nilai ketuntasannya meningkat lagi menjadi 31 orang peserta didik atau 86,11 %. Peningkatan hasil belajar akuntansi ini didukung oleh media pembelajaran, lembar kerja siswa, bukti dan dokumen yang sesuai. Pelaksanaan pembelajaran akuntansi dengan menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw yang dilengkapi dengan bahan ajar, media pembelajaran, lembar kerja siswa dan soal-soal/kasus untuk latihan dapat meningkatkan keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan siklus akuntansi keuangan perusahaan jasa; (3)
63
6_warneri.indd 63
07/11/2016 11:28:22
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 1 April 2016
Pelaksanaan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran akuntansi keuangan, yaitu terdapat peningkatan hasil belajar akuntansi khusus materi siklus akuntansi keuangan perusahaan jasa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Bengkayang dari sebelum pelaksanaan tindakan, setelah pelaksanaan tindakan siklus 1, setelah pelaksanaan tindakan siklus 2 dan setelah selesai proses pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw. DAFTAR RUJUKAN
Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2012. Reigeluth, Charles., Instructional – Desaign Theorities and Models : An Overview Of Their Current Status, New jersey : Lowrence EribaumAssocites, 2003. Sagor, Richard., Action Research, Guilding School Improvement With, Virginia USA:Association for Supervision and Curriculum Development, 2000.
Coghlan,David and Teresa Brannick., Doing Action Research In Your Own Organization, Second Edition, New Delhi: Sage Publications, 2005.
Trianto., Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Konsep, Landasan Teorities-Praktis dan Implementasinya, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Ely, P. Donald., Trends in Educational Technology., Fifth Edition, New York: Eric ClearingHouse On Information & Technology Syracuse University, 2002
Whitehead., Jack., & Jean McNiff., Action Research: Principles and Practice.,Second Edition., New York and London: Routledge Falmer, Taylor & Francis Group, 2002.
Ferrance., Eileen, Action Research, Northeast and Regional educational: Brown University, 2000.
Zuber-Skerritt., Ortrun, New Directions In Action Research.Washington,D.C: The Falmer Press, A Member of the Taylor & Francis Group, 2005.
Grafura., Lubis & Ari Wijayanti, Metode dan Strategi Pembelajaran Yang Unik, Yogyakarta: ARRUZZ MEDIA, 2012.
Gregory H, Gayle and Carolyn., Chapman : Differentiated Instructional Strategies., One Size Does’t Fit All., Second Edition, California : 2007. Joice., Bruce, dan Weil.,Model Of teaching 8th (ed.) New Jersey : Prentice-Hall, Englwood Cliffts, 2011. Koshy Valsa., Action Research For Improving Practice., A Practical Guide, New Delhi : Paul Chapman Publishing, 2005. Lubis, Grafura dan Ari Wjayanti.,Metode dan Strategi Pembelajaran Yang Unik, Jakarta:Bumi Aksara, 2012. Mertier, A. Craigh., Action Research, Mengembangkan Sekolah dan Memberdayakan Guru, Edisi 3, Yogyakarta : Pustaka. Pelajar, 2011. Moore D. Kennetf., Effective Instructional Strategies, From Theory To Practice, New Delhi: Sage Publications, 2005
64
6_warneri.indd 64
07/11/2016 11:28:22