Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 5, Oktober 2016
ISSN 2087-3557
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING DAN LUAS SEGITIGA MELALUI PEMBELAJARAN PEER TEACHING Haryani PBM SD Negeri Kedungpatangewu, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menghitung keliling dan luas segitiga dan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN Kedungpatangewu Kedungwuni Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2015/2016 melalui model pembelajaran Peer Teaching. Pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi, tes dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan prestasi belajar, pada pra siklus memperoleh nilai rata-rata 58,1 dengan ketuntasan belajar 34,8 %, pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 67,8 dengan ketuntasan belajar 56,5 %, dan pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 77,4 dengan ketuntasan belajar 100% (23 siswa), sedangkan aktivitas belajar pada pra siklus diperoleh skor rata-rata 1,30 dengan kriteria kurang, pada siklus I diperoleh skor rata-rata 2,80 dalam kriteria baik, dan pada siklus II diperoleh skor rata-rata 3,80 dalam kriteria sangat baik sehingga mengalami peningkatan sebesar 1,5 pada pra siklus ke siklus I, dan 1,0 pada siklus I ke siklus II. © 2016 Didaktikum Kata Kunci: Keliling; Luas Segitiga; Peer Teaching;
PENDAHULUAN Dalam kegiatan pembelajaran selalu dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mencapai standar kompetensi, kompetensi dasar dan penguasaan materi pembelajaran yang telah ditentukan. Secara garis besar kesulitan dimaksud dapat berupa kurangnya pengetahuan, kesulitan memahami materi pembelajaran, maupun kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas latihan dan menyelesaikan soal-soal ulangan. Secara khusus, kesulitan yang dijumpai peserta didik dapat berupa tidak dikuasainya kompetensi dasar mata pelajaran tertentu, misalnya menghitung keliling dan luas segitiga. Berdasarkan hasil analisis terhadap nilai ulangan formatif mata pelajaran Matematika materi menghitung keliling dan luas segitiga pada siswa kelas IV SDN Kedungpatangewu Kedungwuni Pekalongan Tahun Pelajaran 2014/2015, Data yang diperoleh dari sekolah ini, kelas IV berjumlah 23 siswa yang tuntas 8 anak atau 34,8%, yang tidak tuntas 65,2% ketuntasan harus mencapai 85%, dengan KKM sekolah 65, sehingga memerlukan beberapa kali remidi. Guru adalah orang yang sangat berperan dalam mengatur alur skenario pembelajaran yang akan berlangsung di dalam kelas dengan berbagai kepribadian dan kemampuan peserta didik yang beraneka ragam, E. Mulyasa (2008) menjelaskan bahwa tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING DAN LUAS SEGITIGA MELALUI PEMBELAJARAN PEER TEACHING Haryani PBM
89
pada penyampaian informasi kepada peserta didik. Sesuai kemajuan dan tuntutan zaman, guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. Dalam pada itu, guru dituntut memahami berbagai model pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing peserta didik dengan optimal. Seorang guru yang baik dapat menciptakan iklim belajar dan mengajar yang sehat dan menyenangkan kelasnya sehingga bisa memberikan dorongan kepada para peserta didik agar mempunyai motivasi yang tinggi, dan memberikan dorongan yang positif. Karenanya guru harus mengetahui model - model pembelajaran sebagai bagian dalam perencanaan mengajarnya, agar siswa dapat memahami yang berikan oleh gurunya secara seksama. Salah satu model pembelajaran yang masih berlaku dan sangat banyak digunakan oleh guru adalah model pembelajaran konvensional. Memang, model pembelajaran konvensional ini tidak serta merta kita tinggal, dan guru mesti melakukan model konvensional pada setiap pertemuan, setidaktidaknya pada awal proses pembelajaran di lakukan. Atau awal pertama kita memberikan kepada peserta didik sebelum kita menggunakan model pembelajaran yang akan kita gunakan. Menurut Djamarah metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan peserta didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. Salah satu model pembelajaran yang dimungkinkan mampu mengantisipasi kelemahan model pembelajaran konvensional adalah dengan menggunakan model pembelajaran peer teaching dalam kelompok kecil. Pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran diharapkan dapat membantu peserta didik di dalam memahami materi pelajaran. Penyampaian materi dalam model pembelajaran peer teaching ini dilakukan oleh peserta didik dengan menggunak an bahasanya sendiri, sehingga peserta didik akan lebih mudah untuk menerima pelajaran dan juga tidak merasa takut untuk bertanya hal-hal yang kurang dimengerti. Pembelajaran peer teaching dalam kelompok kecil merupakan model pembelajaran dimana peserta didik yang bertindak sebagai guru, tetapi sebelumnya peserta didik sudah berdiskusi tentang materi yang akan disampaikan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah: (1) Apakah model pembelajaran Peer Teaching dapat meningkatkan kemampuan menghitung keliling dan luas segitiga pada siswa kelas IV SDN Kedungpatangewu Kedungwuni Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2015/2016? (2) Apakah implementasi model pembelajaran Peer Teaching pada materi menghitung keliling dan luas segitiga dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas IV SDN Kedungpatangewu Kedungwuni Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2015/2016? Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk: (1) Mengetahui peningkatan kemampuan menghitung keliling dan luas segitiga siswa kelas IV SDN Kedungpatangewu Kedungwuni Kabupaten Pekalongan (2) Mengetahui peningkatan aktivitas siswa kelas IV SDN Kedungpatangewu Kedungwuni Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2015/2016 melalui implementasi model pembelajaran Peer Teaching. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian Tindakan Kelas. Prosedur Penelitian Tindakan menurut Arikunto (2009) model bagan penelitian tindakan secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. 90
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 5, Oktober (2016)
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Kedungpatangewu Kedungwuni Kabupaten Pekalongan, pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016, Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Kedungpatangewu Kedungwuni Kabupaten Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 23 siswa, dengan kolaborator adalah Ibu Mubarokah, guru kelas I SDN Kedungpatangewu. Pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi, tes dan dokumentasi. Hasil pengumpulan data melalui instrumen observasi dilakukan teknik analisis data untuk menguji hipotesis tindakan adalah teknik deskriptif kuantitatif dengan membandingkan ketuntasan belajar antara waktu sebelum dilakukan tindakan, tindakan siklus I, tindakan siklus II, dan tindakan siklus III. Langkah – langkah analisis data sebagai berikut (Trianto, 2009): P =
F x 100 % N
Keterangan: P = Persentase anak yang mendapat prestasi tertentu F = Jumlah anak yang mendapat prestasi tertentu N = Jumlah anak keseluruhan
HASIL DAN PEMB AHASAN Siklus I 1. Perencanaan
d. e.
Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap perencanaan yaitu: Peneliti dan guru merencanakan penerapan metode tutor sebaya (peer teaching) pada materi menghitung keliling dan luas segitiga Peneliti menentukan pokok bahasan yang akan dilaksanakan pada siklus 1 Mengembangkan skenario pembelajaran seperti halnya menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam metode pembelajaran tutor sebaya (peer teaching), seperti: kertas yang berisi pertanyaan yang akan menjadi bahan diskusi dan siswa memilih tugas yang tercantum dalam kertas tersebut Menyiapkan soal evaluasi beserta kunci jawabannya pada siklus 1 Mengambangkan format observasi selama proses penelitian berlangsung
2.
Pelaksanaan
a. b. c.
Peneliti melaksanakan dari rencana yang telah disusun, yaitu guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode tutor sebaya (peer teaching) dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Guru memberikan apersepsi, motivasi kepada siswa untuk mengarahkan siswa memasuki pelajaran/ materi yang akan disampaikan b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai c. Guru menjelaskan kepada siswa bahwa aktivitas yang dilaksanakan adalah kerja kelompok atau tim, dan salah satu sebagai tutor d. Guru membagi siswa dalam tim yang terdiri dari 5-6, salah satunya sebagai tutor dalam kelompok e. Tutor dalam kelompok mengambil undian soal yang akan didiskusikan dengan kelompok. f. Tutor mengkondisikan proses diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING DAN LUAS SEGITIGA MELALUI PEMBELAJARAN PEER TEACHING Haryani PBM
91
g.
Tutor menyampaikan permasalahan kepada guru, apabila ada materi pelajaran yang belum dikuasai h. Tutor melaksanakan diskusi bersama anggota kelompok untuk memecahkan masalah yang dihadapi i. Tutor melaporkan perkembangan anggota kelompoknya kepada guru pada setiap materi yang dipelajari j. Ketika semua tim/ kelompok sedang bekerja, sebaiknya guru berkeliling kelas, bergantian mendatangi kelompok dan memfasilitasi setiap kelompok. Guru dapat membantu apabila terjadi salah pemahaman, tetapi tidak mencoba mengambil alih kepemimpinan dalam kelompok. k. Setelah diskusi selesai, setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang diberikan. Guru bertindak sebagai narasumber utama l. Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya secara berurutan sesuai dengan sub materi, guru memberikan kesimpulan dan klasifikasi, seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan m. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami n. Guru melaksanakan evaluasi dengan membagikan soal kepada setiap siswa untuk dikerjakan o. Guru memberikan kuis kepada siswa secara acak, guna mereview pelajaran yang telah dipelajari pada siklus I 3. Observasi Observasi dilakukan oleh rekan peneliti untuk mengambil data mengenai akti vitas belajar siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, mulai dari kegiatan awal/ pembukaan, kegiatan inti sampai dengan kegiatan penutup. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dari jumlah 23 siswa ternyata tidak semua terpusat pada materi pelajaran, ada sebagian siswa yang perhatiannya terbagi-bagi dikarenakan membaca buku cerita yang dipinjam dari ruang perpustakaan. Saat diberi kesempatan untuk bertanya, ternyata hanya sebagian siswa saja yang menggunakan pertanyaan. Hal ini ia sangat dilematis, bertanya barangkali dapat dikategorikan bodoh dan sebaliknya tidak bertanya dianggap sudah pandai. Diantara dua pilihan yang ada maka siswa lebih banyak diam bila diberi kesempatan untuk bertanya. Keaktifan siswa didominasi oleh siswa yang tergolong pandai, ia cepat dalam menyelesaikan tugas yang ia terima. Yang lain karena belum jelas lebih banyak diam tidak mengerjakan. Ia menunggu mencontek ke teman yang sama-sama tidak tahu. Nilai rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 2,80 dengan kriteria baik. Pada siklus ini, banyak siswa yang masih mengalami kesulitan untuk memahami materi pelajaran. Tetapi, hal tersebut dapat diatasi setelah beberapa metode yang mulai dijalankan, yakni metode belajar yang menuntut siswa untuk menemukan, bertanya dan menjawab tentang hal-hal yang berhubungan dengan pembahasan. Akhirnya siswa cukup antusias dalam mengikuti pelajaran, meskipun masih terdapat beberapa siswa yang masih ramai, akan tetapi sebagian besar siswa sudah dapat dikondisikan dan mau memperhatikan serta mengikuti apa yang diperintahkan oleh Guru. 4. Refleksi Tahap refleksi yaitu menganalisis hasil tes dan hasil pengamatan, serta mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. Refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan atau kendala pada siklus I, sehingga dapat diperoleh kesimpulan tentang bagian yang perlu diperbaiki dan bagian yang telah mencapai tujuan penelitian. 92
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 5, Oktober (2016)
Siklus II 1. Perencanaan Tahap pertama dalam siklus II adalah perencanaan. Peneliti menyusun rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus II, yaitu: a. Peneliti meninjau kembali rancangan pembelajaran yang telah disiapkan untuk siklus II dengan melakukan revisi sesuai refleksi siklus I b. Peneliti dan guru merencanakan penerapan metode tutor sebaya (peer teaching) pada materi menghitung keliling dan luas segitiga. c. Peneliti menentukan pokok bahasan yang akan dilaksanakan pada siklus II d. Merancang rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman dalam proses pembelajaran di kelas e. Mengembangkan skenario pembelajaran seperti halnya menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam metode pembelajaran tutor sebaya (peer teaching), pembagian tugas diskusi yang ditulis dalam kertas yang dilipat dan siswa memilih tugas yang tercantum dalam kertas tersebut f. Menyiapkan soal evaluasi beserta kunci jawabannya pada siklus II g. Menyiapkan format observasi selama proses penelitian berlangsung 2.
Pelaksanaan
Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun, yaitu guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode tutor sebaya (peer teaching) dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Guru memberikan apersepsi, motivasi kepada siswa untuk mengarahkan siswa memasuki pelajaran/ materi yang akan disampaikan b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai c. Guru menjelaskan kepada siswa bahwa aktivitas yang dilaksanakan adalah kerja kelompok atau tim, dan salah satu sebagai tutor d. Siswa menyesuaikan diri dengan kelompok yang sudah terbentuk pada siklus I e. Tutor mengambil undian soal yang akan didiskusikan dengan kelompok. f. Tutor mengkondisikan proses diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis g. Tutor menyampaikan permasalahan kepada guru, apabila ada materi pelajaran yang belum dikuasai h. Tutor melaksanakan diskusi bersama anggota kelompok untuk memecahkan masalah yang dihadapi i. Tutor melaporkan perkembangan anggota kelompoknya kepada guru pada setiap materi yang dipelajari j. Ketika semua tim/ kelompok sedang bekerja, sebaiknya guru berkeliling kelas, bergantian mendatangi kelompok dan memfasilitasi setiap kelompok. Guru dapat membantu apabila terjadi salah pemahaman, tetapi tidak mencoba mengambil alih kepemimpinan dalam kelompok. k. Setelah diskusi selesai, setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang diberikan. Guru bertindak sebagai narasumber utama l. Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya secara berurutan sesuai dengan sub materi, guru memberikan kesimpulan dan klasifikasi, seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan m. Guru mereview materi yang diajarkan dan tindak lanjut n. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING DAN LUAS SEGITIGA MELALUI PEMBELAJARAN PEER TEACHING Haryani PBM
93
o. p.
Guru melaksanakan evaluasi dengan membagikan soal kepada setiap siswa untuk dikerjakan Guru memberikan kuis kepada siswa secara acak, guna mereview pelajaran yang telah dipelajari pada siklus II
3. Observasi Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran siklus II untuk mengetahui akibat dari tindakan yang telah dilakukan. Hasil observasi pada siklus II dibandingkan dengan hasil observasi pada siklus I apakah ada peningkatan atau tidak. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II dari 23 siswa ternyata semua siswa memusatk an perhatiannya pada materi pelajaran, ada sebagian kecil siswa yang perhatiannya terbagi-bagi dikarenakan bergurau dengan teman sebangku merebutkan sesuatu, tetapi dapat diatasi. Saat diberi kesempatan untuk bertanya, ternyata semua siswa antusias mengajukan pertanyaan. Hal ini menunjukkan bahwa semangat dan motivasi belajar mereka meningkat. Nilai rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 3,80 dengan kriteria sangat baik. Pada pelaksanaan siklus II ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih baik, hal ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh sudah mencapai 100%. Dari 23 siswa semuanya mendapat nilai di atas 65. Maka pada siklus inilah sesuai dengan nilai yang diperoleh mencapai rata-rata 77,4 sudah menunjukkan adanya ketuntasan yang diharapkan. Untuk itu tidak diperlukan lagi adanya perbaikan pada siklus berikutnya. 4. Refleksi Refleksi dilaksanakan setiap akhir siklus, dimaksudkan untuk mengetahui berbagai masalah yang muncul pada pelaksanaan tindakan siklus II. Kekurangan pada siklus I telah diperbaiki pada pembelajaran siklus II dan hasilnya siswa lebih aktif dan dapat bekerja sama dengan baik dan diikuti pula dengan nilai hasil belajar siswa yang meningkat. Dengan dilakukannya perbaikan pembelajaran maka hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Peningkatan pemahaman siswa terhadap materi dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menghitung Luas Keliling Segitiga No
Keterangan
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
1 2 3 4
Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata Ketuntasan klasikal (%)
40 90 58,1 34,8
60 90 67,8 56,5
40 100 77,4 100
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.
94
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 5, Oktober (2016)
100 90 80 70
nilai terendah
60
nilai tertinggi
50
nilai rata2
40
ketuntasan
30 20 10 0 Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
Gambar 1. Grafik Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menghitung Luas Keliling Segitiga Dari tabel dan gambar di atas menunjukkan bahwa prestasi belajar pada pra siklus memperoleh nilai rata-rata 58,1 dengan ketuntasan belajar 34,8 %, pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 67,8 dengan ketuntasan belajar 56,5 %, dan pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 77,4 dengan ketuntasan belajar 100% (23 siswa), sehingga pada pra siklus ke siklus I mengalami peningkatan 9,7 untuk nilai rata-rata dan 21,7 % (5 siswa) untuk ketuntasan belajar dan pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan 9,6 untuk nilai rata-rata dan 43,5% (10 siswa) untuk ketuntasan belajar. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran peer teaching dapat meningkatkan kemampuan menghitung keliling dan luas segitiga pada siswa kelas IV SDN Kedungpatangewu Kadungwuni Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2015/2016. Untuk peningkatan aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada tabel 2 dan gambar 2: Tabel 2. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus
Skor rata-rata
Kriteria
Kondisi Awal I II
1,30 2,80 3,80
Kurang Baik Sangat Baik
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING DAN LUAS SEGITIGA MELALUI PEMBELAJARAN PEER TEACHING Haryani PBM
95
Gambar 2. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa melalui model pembelajaran peer teaching, pada pra siklus diperoleh skor rata-rata 1,30 dengan kriteria kurang, pada siklus I diperoleh skor rata-rata 2,80 dalam kriteria baik, dan pada siklus II diperoleh skor rata-rata 3,80 dalam kriteria sangat baik sehingga mengalami peningkatan sebesar 1,5 pada pra siklus ke siklus I, dan 1,0 pada siklus I ke siklus II. Peningkatan terjadi karena siswa sudah memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh, sudah dapat menyampaikan pendapat dan dapat memanfaatkan waktu dengan baik dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. SIMPULAN Penerapan pembelajaran model pembelajaran peer teaching dapat meningkatkan kemampuan menghitung keliling dan luas segitiga yang ditunjukkan dari hasil tes evaluasi pada siklus II. Penerapan model pembelajaran peer teaching membuat siswa lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran, hal ini berdasarkan hasil penelitian bahwa aktivitas siswa melalui model pembelajaran peer teaching, pada pra siklus diperoleh skor rata-rata 1,30 dengan kriteria kurang, pada siklus I diperoleh skor rata-rata 2,80 dalam kriteria baik, dan pada siklus II diperoleh skor rata-rata 3,80 dalam kriteria sangat baik sehingga mengalami peningkatan sebesar 1,5 pada pra siklus ke siklus I, dan 1,0 pada siklus I ke siklus II. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih, peneliti tujukan kepada Ibu Kepala, Guru, Observer dan Siswa Kelas IV SDN Kedungpatangewu Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Djamarah, Syaiful Bahri. Prestasi belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional. 1994 96
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 5, Oktober (2016)
E. Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya Isjoni. Pembelajaran Konvensional. Online at: http://xpresiriau.com/teroka/ artikeltulisanpendidikan/pembelajaran-konvensional/ [didonload pada tanggal 3 Juli 2016] Jessica. 2009. Pengertian Hasil Belajar. Online at: http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertianhasil belajar/ [didownload pada tanggal 3 Juli 2016] Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan). Jakarta : Prenada Media Group Sardiman AM. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Grafindo Persada Sudjana, Nana. Penilaian hasil belajar mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 1992 Suharsimi Arikunto. 2009. penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING DAN LUAS SEGITIGA MELALUI PEMBELAJARAN PEER TEACHING Haryani PBM
97