PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA BERBAHASA JAWA DENGAN METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIIA SEMESTER II SMP NEGERI 4 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Marsini*
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara berbahasa Jawa dengan metode sosiodrama pada siswa kelas VIIA SMP Negeri 4 Sukoharjo semester II tahun pelajaran 2013/ 2014. Penelitian ini dilakukan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 dengan subjek penelitian kelas VIIA sejumlah 40 siswa. Penlitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Siklus I dan siklus II dilakukan dengan tindakan pembelajaran praktek bermain peran dengan mengutamakan dialog berberbahasa Jawa menggunakan metode sosiodrama. Pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi, tes kemampuan berbicara berbahasa Jawa, dan observasi. Indikator keberhasilan pelaksanaan PTK ini adalah: sekurang-kurangnya 60% siswa mampu berbicara berbahasa Jawa melalui penerapan metode sosiodrama dengan baik (kategori baik) sesuai dengan kriteria dan aspek penilaian yang telah diterapkan; dan (2) Rata-rata prestasi berbicara berbahasa Jawa melalui penerapan metode sosiodrama setelah dilakukan tindakan minimal 75,0. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa “Metode sosiodrama dapat meningkatkan kemampuan berbicara berbahasa Jawa dengan pada siswa kelas VIIA SMP Negeri 4 Sukoharjo semester II tahun pelajaran 2013/2014”. Kata Kunci: kemampuan berbicara berbahasa jawa, sosiodrama. PENDAHULUAN Salah satu aspek kemampuan berbicara yang sangat penting peranannya dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, santun, kritis kreatif dan berbudaya adalah kemampuan dalam berbicara. Dengan menguasai kemampuan berbicara dan imajinasi yang baik peserta didik akan mampu bersaing secara cerdas sesuai konteks dan sirkulasi pada saat dia sedang bergaul dan berkomunikasi juga akan mampu membentuk generasi masa depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan generasi yang handal. Selain itu juga akan mampu melahirkan generasi masa depan yang kreatif karena mereka memiliki dasar untuk mengekspresikan kepada orang lain secara baik. Bahkan dengan kemampuan berbicara juga akan mampu melahirkan generasi masa depan yang
berbudaya karena sudah terbiasa dan terlatih untuk berkomunikasi dengan pihak lain sesuai yang didapat pada saat dia sedang belajar. Namun harus diakui secara jujur bahwa kemampuan berbicara berbahasa Jawa pelajar di SMP Negeri 4 Sukoharjo Kelas VIIA belum seperti yang diharapkan. Kondisi ini tidak lepas dari proses pembelajaran berbahasa Jawa dan berbahasa Indonesia di sekolah yang dinilai masih kurang dalam membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan berbicara terutama berbicara berbahasa Jawa. Sementara itu, hasil observasi empiris di lapangan juga menunjukkan fenomena yang hampir sama. Bahkan, masih banyak siswa yang berada pada tingkat paling rendah dalam berbicara, dan kurang memahami apa yang sedang dibicarakan dan siapa
*Tenaga Pengajar SMP Negeri 4 Sukoharjo
Magistra No. 94 Th. XXVII Desember 2015 ISSN 0215-9511
63
Lebaran MenjadiBerbahasa ‘Magnet’ untuk Mudik bagi Masyarakat Jawa Peningkatan Kemampuan Berbicara Jawa dengan Metode Sosiodrama....
yang diajak bicara. Demikian juga yang terjadi pada siswa kelas VIIA SMP Negeri 4 Sukoharjo.
dengan metode sosiodrama merupakan alternatif untuk dapat memudahkan dan menunjang siswa dalam
Berdasarkan observasi hanya 65% dari 40 siswa yang dinilai sudah menguasai dan mampu berbicara berbahasa Jawa dengan baik dalam situasi formal di dalam kelas.
meningkatkan kemampuan berbicara berbahasa Jawa. Setelah memahami benar kegiatan bebicara berbahasa dengan metode sosiodrama tersebut kemudian siswa akan dapat menerapkan sendiri sesuai
Penyebab siswa belum mampu berbicara
dengan kemampuannya masing-masing. Siswa akan merasa senang dan mudah serta dapat menikmati kebebasan karena adanya kemampuan imajinatif yang baru sesuai dengan dunianya setelah mengikuti teknik
berbahasa Jawa dengan baik di antaranya adalah sebagai berikut: (1) Guru melakukan pembelajaran menulis. Dalam hal ini guru kurang memberikan bimbingan terhadap kemampuan berbicara yang harus
bebicara berbahasa Jawa dengan metode sosiodrama.
dilakukan siswa sehingga sebagian besar siswa kebingungan pada saat pembelajaran bebicara
Linguis berkata bahwa “speaking is language”. Berbicara adalah suatu keterampilan
berbahasa Jawa dalam kelas; (2) Guru kurang memberikan petunjuk yang jelas kepada siswa dalam melakukan kegiatan kelompok; (3) Siswa hanya membaca dalam hati tanpa berusaha belajar mengekspresikan didepan kelas; dan (4) Siswa kurang mengetahui cara berbicara yang baik dan benar.
berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari.(Henry Guntur Tarigan, 1981: 3).
Berdasarkan faktor kesulitan siswa dalam berbicara berbahasa Jawa, maka diperlukan suatu tindakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi selama berlangsungnya pembelajaran berbicara berbahasa Jawa di kelas VIIA SMP Negeri 4 Sukoharjo. Upaya yang dilakukan peneliti adalah menerapkan model pembelajaran berbicara berbahasa Jawa dengan metode sosiodrama. Pembelajaran berbicara melalui metode berbicara berbahasa Jawa dengan metode sosiodrama belum pernah diterapkan
khususnya pada siswa kelas VIIA. Dengan menerapkan teknik berbicara berbahasa Jawa dengan metode sosiodrama ini, diharapkan akan lebih dapat memberikan kemudahan siswa kelas VIIA SMP Negeri 4 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam meningkatkan kemampuan berbicara berbahasa Jawa. Pembelajaran teknik berbicara berbahasa Jawa
64
Bahasa membentuk perilaku manusia. Jika kebiasaan yang tertanam pada diri seseorang buruk, perilaku yang tumbuh dan berkembang juga akan buruk. Jika kebiasaan berbahasa yang tertanam pada diri seseorang adalah kebiasaan berbahasa yang buruk, perilaku bahasanyapun juga akan tumbuh buruk. Berkaitan dengan itu, kebiasaan berbahasa seseorang yang buruk sebenarnya sudah sejak lama tertanam perilaku buruk dalam dirinya. Oleh karena itu, jika ingin agar perilaku berbahasa seseorang tumbuh dan berkembang dengan santun, hendaknya ditanamkan kebiasaan berbahasa secara santun. (Pranowo, 2009: 49). Dalam teori Shannon-Weaver menunjukkan betapa pentingnya penguasaan bahasa, karena bahasa merupakan alat untuk menyandikan gagasan-gagasan yang harus dikirimkan kepada orang lain. Begitu pula betapa pentingnya penguasaan bahasa, karena tanpa penguasaan bahasa si pengirim sandi, pesan tidak
Magistra No. 94 Th. XXVII Desember 2015 ISSN 0215-9511
Lebaran Menjadi ‘Magnet’Berbicara untuk Mudik bagi Masyarakat Jawa Peningkatan Kemampuan Berbahasa Jawa dengan Metode Sosiodrama....
dapat diuraikan sandinya, yang akhirnya komunikasi menjadi putus dan pesan tidak dapat tertangkap. (Asdi
Pengaturan adegan dan kesiapan mental dapat dilakukan sedemikian rupa; (4) Setelah sosiodrama
S.Dipodjojo, 1984: 31).
itu dalam puncak klimaks, maka guru dapat menghentikan jalannya drama. Hal ini dimaksudkan agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat diselesaikan secara umum, sehingga penonton
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Sosiodrama adalah: 1) drama yang bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat tentang masalah sosial politik; 2) metode balajar yang memakai drama kemasyarakatan sebagai media. (WJS. Poerwadarminta, 1981: 958). Metode sosiodrama berarti cara menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan atau mempertontonkan dan mendemonstr asikan cara tingkah laku dalam hubungan sosial. Metode sosiodrama dan bermain peranan (role Playing Method) dalam metode merupakan dua istilah yang kembar, bahkan di dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dalam waktu bersamaan dan silih berganti. Sosiodrama dimaksudkan adalah suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial. Pada metode bermain peran, titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Kedua istilah ini, kadang-kadang juga disebut metode dramatisasi. Hanya bedanya kedua metode tersebut tidak disiapkan terlebih dahulu naskahnya. Langkah-langkah yang ditempuh antara lain sebagai berikut. (1) Bila sosiodrama baru ditetapkan dalam pengajaran, maka hendaknya guru menerangkan terlebih dahulu teknik pelaksanaannya dan menentukan diantara siswa yang tepat untuk memerankan lakon tertentu secara sederhana dimainkan di depan kelas; (2) Menerapkan situasi dan masalah yang akan dimainkan dan perlu juga diceritakan jalannya peristiwa dan latar belakang ceritanya yang akan dipentaskan tersebut; (3)
Magistra No. 94 Th. XXVII Desember 2015 ISSN 0215-9511
ada kesempatan untuk berpendapat dan menilai sosiodarama yang dimainkan. Sosiodrama dapat pula dihentikan bila menemui jalan buntu; dan (5) Guru dan siswa dapat memberikan komentar, kesimpulan atau berupa catatan jalannya sosiodrama untuk perbaikanperbaikan seperlunya. Metode sosiodrama dan bermain peran merupakan dua buah metode mengajar yang mengandung pengertian yang dapat dikatakan bersama dan karenanya dalam pelaksanaan sering disilih gantikan. Istilah sosiodrama berasal dari kata sosio=sosial dan drama. Kata drama adalah suatu kejadian atau peristiwa dalam kehidupan manusia yang mengandung konflik kejiwaan., pergolakan, clash atau benturan antara dua orang atau lebih. Sedangkan bermain peran sebagai lurah, penjudi, nenek tua renta dan sebagainya. Kedua metode tersebut biasanya disingkat menjadi metode “sosiodrama” yang merupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukkan kepada siswa tentang masalahmasalah hubungan sosial, untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Masalah hubungan sosial tersebut didramatisasikan oleh siswa dibawah pimpinan guru, melalui metode ini guru ingin mengajarkan cara-cara bertingkah laku dalam hubungan antara sesama manusia. Cara yang paling baik untuk memahami nilai sosiodrama adalah mengalami sendiri sosiodrama, mengikuti penuturan terjadinya sosiodrama dan mengikuti langkah-langkah guru pada saat memimpin sosiodrama.
65
ebaran MenjadiBerbahasa ‘Magnet’ untuk Mudik bagi Masyarakat Jawa Peningkatan Kemampuan Berbicara Jawa dengan Metode Sosiodrama....
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara berbahasa Jawa dengan metode sosiodrama pada siswa kelas VIIA SMP Negeri 4 Sukoharjo semester II tahun pelajaran 2013/2014. METODE Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Sukoharjo. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIIA SMP Negeri 4 Sukoharjo yang berjumlah 40 siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/ 2014, pada bulan Maret 2014 minggu pertama sampai dengan bulan April 2014 minggu pertama. Pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi, tes kemampuan berbicara berbahasa Jawa, dan observasi. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah Lembar Pengamatan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran dan Lembar observasi yang digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan
66
berbicara berbahasa Jawa dengan aspek penilaian vokal, terdiri dari kejelasan membaca huruf vokal dan penguasaan kata / kalimat dalam membaca; kejelasan bacaan terdiri dari volume suara dalam membaca dan keajegan suara dalam membaca; serta intonasi yang terdiri dari jeda bacaan, penekanan ide-ide, dan penguasaan tanda baca. Aspek Penilaian: (1) Kejelasan membaca (vokal); (2) Penguasaan kata/ kalimat (kosa kata); dan (3) Jeda bacaan, penguasaan tanda baca (Intonasi). Penskoran: (1) Skor < 70 untuk kategori kurang; (2) Skor 70-80 untuk kategori sedang; dan (3) Skor >80 untuk kategori baik Ukuran keberhasilan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah : sekurang-kurangnya 60% siswa mampu berbicara berbahasa Jawa melalui penerapan metode sosiodrama dengan baik (kategori baik) sesuai dengan kriteria dan aspek penilaian yang telah diterapkan; dan (2) Rata-rata prestasi berbicara berbahasa Jawa melalui penerapan metode sosiodrama setelah dilakukan tindakan minimal 75,0.
Magistra No. 94 Th. XXVII Desember 2015 ISSN 0215-9511
Lebaran Menjadi ‘Magnet’Berbicara untuk Mudik bagi Masyarakat Jawa Peningkatan Kemampuan Berbahasa Jawa dengan Metode Sosiodrama....
HASIL Keaktifan siswa dalam pembelajaran sebelum penelitian diperoleh dari lembar pengamatan (observasi) pembelajaran kemampuan berbicara berbahasa Jawa model klasikal. Pengamatan pembelajaran dilakukan observer pada saat guru memberi pembelajaran kemampuan berbicara berbahasa Jawa model klasikal. Hasil pengamatan keaktifan siswa dalam pembelajaran kemampuan berbicara berbahasa Jawa model klasikal ditunjukkan dalam tabel berikut. Tabel 1. Keaktifan dalam Pembelajaran Pra Siklus Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 4 Sukoharjo No
Kriteria Penilaian
Aspek yang dinilai
1 Kehadiran dan kesiapan
Jumlah
Baik
Cukup
Kurang
10
15
15
40
2 Keaktifan dalam pembelajaran
12
14
14
40
3 Menyelesaikan tugas
10
18
12
40
Jumlah
32
47
41
120
Persentase ( % )
26.7
39.1
34.2
100
Berdasarkan tabel 1 di atas, rata-rata keaktifan siswa sebelum penelitian (pembelajaran kemampuan berbicara berbahasa Jawa model klasikal) memiliki kriteria cukup. Keadaan ini menunjukkan bahwa perlu ada suatu tindakan atau perlakuan agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Deskripsi pengamatan kemampuan berbicara berbahasa Jawa digunakan untuk memberi gambaran pelaksanaan pembelajaran kemampuan berbicara berbahasa Jawa model klasikal. Selanjutnya dijadikan dasar perkembangan kemampuan siswa dalam berbicara berbahasa Jawa selama penelitian siklus I dan siklus II. Tabel 2. Pengamatan Kemampuan Berbicara Berbahasa Jawa Pra Siklus Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 4 Sukoharjo No
Kriteria Peniliaian
Aspek yang diamati
Jumlah
Baik
Cukup
Kurang
1
Vokal
8
14
18
40
2
Kosa kata
6
23
14
40
3
Intonasi, ekspresi
6
12
22
40
Jumlah
20
46
54
120
16.7
38.3
45
100
Persentase (%)
Berdasarkan tabel 2 di atas, kemampuan berbicara berbahasa Jawa siswa kelas VIIA SMP Negeri 4 Sukoharjo sebelum penelitian memiliki kriteria cukup ditinjau dari kejelasan vokal, penguasaan kata/kalimat, intonasi. Keadaan ini memberi inspirasi untuk merubah cara pembelajaran klasikal menjadi pembelajaran dengan menerapkan metode sosiodrama, agar kemampuan berbicara berbahasa Jawa siswa meningkat.
Magistra No. 94 Th. XXVII Desember 2015 ISSN 0215-9511
67
Lebaran MenjadiBerbahasa ‘Magnet’ untuk Mudik bagi Masyarakat Jawa Peningkatan Kemampuan Berbicara Jawa dengan Metode Sosiodrama....
Penelitian kemampuan berbicara berbahasa Jawa melalui metode sosiodrama pada siklus I dijadikan solusi peningkatan keaktifan, kemampuan berbicara, dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Jawa. Langkah-langkah tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran kemampuan berbicara berbahasa Jawa melalui penerapan metode sosiodrama pada siklus I adalah sebagai berukut: (1) Peneliti menyediakan peralatan dan atau asesoris sederhana yang dapat digunakan dalam sosiodrama; (2) Peneliti men-setting secara sederhana tempat pelaksanaan penampilan sosiodrama; (3) Peneliti mengatur tempat sehingga pada saat satu kelompok tampil, siswa yang lain menjadi penonton; dan (4) Peneliti memberikan apresiasi, evaluasi dan pembenahan vokal, kosa kata, intonasi dan ekspresi setelah penampilan kelompok secara keseluruhan. Hasil pengamatn keaktifan pembelajaran ditunjukkan dalam tabel berikut. Tabel 3. Hasil Observasi Keaktifan dalam Pelaksanaan Pembelajaran Berbicara Bahasa Jawa melalui Metode Sosiodrama Siklus I Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 4 Sukoharjo No
Kriteria Peniliaian
Aspek yang dinilai
Jumlah
Baik
Cukup
Kurang
1 Kehadiran dan kesiapan
15
13
12
40
2 Keaktifan dalam pembelajaran
14
16
10
40
3 Menyelesaikan tugas
13
19
8
40
Jumlah
42
48
30
90
Persentase (%)
35
40
25
100
Berdasarkan tabel 3 di atas, rata-rata aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran kemampuan berbicara berbahasa Jawa melalui penerapan metode sosiodrama meningkat dibanding sebelum dilakukan tindakan. Deskripsi pengamatan aspek-aspek kemampuan berbicara berbahasa Jawa melalui penerapan metode sosiodrama pada siklus I ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 4. Pengamatan Aspek-aspek Kemampuan Berbicara Berbahasa Jawa melalui Penerapan metode sosiodrama pada Siklus I Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 4 Sukoharjo No
Jml
Baik
Cukup
Kurang
1
Vokal
13
19
8
40
2
Kosa kata
11
18
11
40
13
22
5
40
37
59
24
120
30.8
49.2
20
100
3
Intonasi, ekspresi Jumlah Pesentase (%)
68
Kriteria Peniliaian
Aspek yang diamati
Magistra No. 94 Th. XXVII Desember 2015 ISSN 0215-9511
Lebaran Menjadi ‘Magnet’Berbicara untuk Mudik bagi Masyarakat Jawa Peningkatan Kemampuan Berbahasa Jawa dengan Metode Sosiodrama....
Hasil yang diperoleh pada tabel 4 menunjukkan ada peningkatan kemampuan aspek-aspek berbicara berbahasa Jawa berdasarkan pengamatan sebelum perlakuan dan setelah siklus I. Tetapi hasil tersebut belum optimal sehingga perlu dilaksanakan pembelajaran pada siklus II, karena pada kemampuan aspek-aspek berbicara bahasa Jawa dengan kriteria cukup masih lebih banyak dibandingkan kriteria baik. Penerapan tindakan pada siklus I dapat meningkatkan keaktifan siswa, kemampuan berbicara berbahasa Jawa dan prestasi belajar siswa. Peningkatan yang lebih intensif masih diperlukan karena masih ada kekurangan terutama pembimbingan peneliti kurang optimal. Perlu peningkatan kesadaran siswa dalam pembelajaran penerapan metode sosiodrama karena ada beberapa siswa yang kurang menghargai penampilan kelompok siswa lain dan disertai sendau gurau. Perlu peningkatan kemampuan siswa dalam penguasaan kosa kata dan mengaplikasikannya dalam pembicaraan sehari-hari. Pelaksanaan penelitian kemampuan berbicara berbahasa Jawa melalui penerapan metode sosiodrama pada siklus II merupakan perbaikan pada siklus I sesuai dengan refleksi yang telah dilakukan. Langkah-langkah yang dilakukan disesuaikan dengan langkah penelitian tindakan (action research), yaitu sebagai berikut. (1) Melakukan pembelajaran penerapan metode sosiodrama dengan kelompok yang telah dibentuk seperti pada siklus I, (2) Memilih dan menyiapkan naskah drama pada siklus II yang berbeda dengan tema pada siklus I sesuai kurikulum materi Bahasa Jawa, (3) Peneliti memulai membimbing atau membantu siswa satu persatu atau berkelompok dalam pelaksanaan penampilan, (4) Peneliti memimpin diskusi kelompok untuk memberikan komentar pelaksanaan kemampuan berbicara berbahasa Jawa tentang vokal bacaan (kejelasan vokal bacaan dan penguasaan kata/kalimat bacaan), dan intonasi (jeda bacaan, penekanan ide-ide bacaan dan penguasaan tanda baca). Hasil pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran siklus II yang diperoleh lembar pengamatan ditunjukkan dalam tabel berikut. Tabel 5. Hasil Observasi Keaktifan dalam pembelajaran berbicara berbahasa Jawa melalui Penerapan metode sosiodrama selama Siklus II Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 4 Sukoharjo No
Kriteria Peniliaian
Aspek yang dinilai
Jml siswa
Baik
Cukup
Kurang
1
Kehadiran dan kesiapan
22
18
0
40
2
Keaktifan dalam pembelajaran
28
12
0
40
3
Menyelesaikan tugas
25
15
0
40
Jumlah
75
45
0
120
62.5
37.5
0
100
Persentase (%)
Magistra No. 94 Th. XXVII Desember 2015 ISSN 0215-9511
69
Peningkatan Kemampuan Berbicara Berbahasa Jawa dengan Metode Sosiodrama....
Berdasarkan tabel 5 di atas, rata-rata aktivitas siswa pada pelaksanaan pembelajaran berbicara berbahasa Jawa selama siklus II memenuhi kriteria baik. Keadaan ini menunjukan bahwa penerapan metode sosiodrama dalam pelaksanaan pembelajaran berbicara berbahasa Jawa dapat semakin menambah motivasi belajar siswa. Hal ini terbukti ada peningkatan persentase pada siklus II ini. Hasil pengamatan aspek-aspek kemampuan berbicara berbahasa Jawa pada siklus II ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 6. Pengamatan Aspek-aspek kemampuan berbicara berbahasa Jawa melalui Penerapan metode sosiodrama pada Siklus II Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 4 Sukoharjo No
Kriteria Peniliaian
Aspek yang diamati
Jml
Baik
Cukup
Kurang
1
Vokal
25
15
0
40
2
Kosa Kata
26
14
0
40
31
9
0
40
82
38
0
120
68.3
31.7
0
100
3
Intonasi/Ekspresi Jumlah Persentase (%)
Hasil yang diperoleh pada tabel 6 menunjukkan ada peningkatan yang signifikan aspek-aspek kemampuan berbicara berbahasa Jawa melalui penerapan metode sosiodrama pada siklus II dibandingkan siklus I. Keadaan ini membuktikan bahwa pelaksanaan pembelajaran berbicara berbahasa Jawa melalui penerapan metode sosiodrama dapat meningkatkan aspek-aspek kemampuan berbicara berbahasa Jawa siswa. Hasil penelitian prestasi belajar kemampuan berbicara berbahasa Jawa melalui penerapan metode sosiodrama diperoleh melalui tes lisan uji kemampuan berbicara berbahasa Jawa. Penelitian dibagi menjadi tiga bagian yaitu prestasi belajar berbicara berbahasa Jawa pra-siklus, siklus I, dan siklus II dengan tujuan gambaran peningkatan prestasi belajar kemampuan berbicara berbahasa Jawa dapat dibandingkan. Uraian hasil penelitian prestasi belajar kemampuan berbicara berbahasa Jawa sebagai berikut. Prestasi belajar kemampuan berbicara berbahasa Jawa siswa sebelum penelitian diperoleh melalui evaluasi pretes, yaitu tes lisan uji kemampuan berbicara berbahasa Jawa. Rata-rata prestasi belajar siswa sebelum penelitian adalah 70,96; dengan nilai tertinggi 83 dan nilai terendah 62. Rata-rata prestasi belajar siswa sebelum penelitian masih sama dengan KKM yang telah ditentukan yaitu 70. Prestasi belajar kemampuan berbicara berbahasa Jawa melalui penerapan metode sosiodrama siswa kelas VIIA SMP Negeri 4 Sukoharjo pada siklus I meningkat dibanding sebelum penelitian. prestasi belajar kemampuan berbicara berbahasa Jawa melalui penerapan metode sosiodrama meningkat dibandingkan sebelum penelitian yaitu dari nilai rata-rata pada siklus I menjadi 74,54. Walaupun demikian masih perlu ada perbaikan seperti pada refleksi karena hasil observasi aspek-aspek kemampuan berbicara berbahasa Jawa pada siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan penelitian.
70
Magistra No. 94 Th. XXVII Desember 2015 ISSN 0215-9511
Peningkatan Kemampuan Berbicara Berbahasa Jawa dengan Metode Sosiodrama....
Prestasi belajar kemampuan berbicara berbahasa Jawa melalui penerapan metode sosiodrama pada siklus II dapat diperoleh melalui evaluasi setelah pelaksanaan siklus II dilaksanakan. Rata-rata prestasi belajar kemampuan berbicara berbahasa Jawa melalui penerapan metode sosiodrama pada siklus II adalah 78,98; dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 70. Rata-rata prestasi belajar kemampuan berbicara berbahasa Jawa melalui penerapan metode sosiodrama pada siklus II telah mencapai KKM yaitu 70. Prestasi belajar kemampuan berbicara berbahasa Jawa melalui penerapan metode sosiodrama siswa kelas VIIA SMP Negeri 4 Sukoharjo pada siklus II meningkat dibanding dengan siklus I. Ada peningkatan prestasi belajar kemampuan berbicara berbahasa Jawa melalui penerapan metode sosiodrama pada 40 siswa telah tuntas. Ditinjau dari rata-rata, prestasi belajar kemampuan berbicara berbahasa Jawa melalui penerapan metode sosiodrama dari siklus I ke siklus II ada peningkatan dari 74,54 menjadi 78,98. Dengan berdasarkan perolehan nilai terendah sebesar 70,00, menandakan bahwa telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sehingga tidak diperlukan tindakan siklus III. PEMBAHASAN Dari penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan selama dua siklus yaitu siklus I dan siklus II, maka dapat diketahui bahwa penerapan metode sosiodrama pada pelaksanaan pembelajaran berbicara berbahasa Jawa ternyata dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa, aspek kemampuan berbicara berbahasa Jawa dan prestasi belajar kemampuan berbicara berbahasa Jawa siswa. Data penelitian tentang keaktifan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran kemampuan berbicara berbahasa Jawa dan aspek-aspek kemampuan berbicara berbahasa Jawa diperoleh dari pengamatan yang dilakukan peneliti bersama observer. Perbandingan persentase keaktifan pelaksanaan kemampuan berbicara berbahasa Jawa menggambarkan peningkatan skor penilaian keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran dan peningkatan skor penilaian kemampuan siswa dalam berbicara bahasa Jawa sebelum penelitian, siklus I, dan siklus II. Adapun tabel peningkatan skor penilaian sebagai berikut: Tabel 7. Persentase Kenaikan Keaktifan dan Kemampuan Berbicara Berbahasa Jawa Melalui Penerapan Metode Sosiodrama Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 4 Sukoharjo
No
Pelaksanaan Pembelajaran
Persentase Keaktifan
Persentase kemampuan berbicara
Baik
Cukup
Baik
Cukup
1
Pra Siklus
26,7
39,1
16,7
38,3
2
Siklus I
35,0
40,0
30,8
49,2
3
Suklus II
62,5
37,5
68,3
31,7
Berdasarkan paparan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode sosiodrama dalam pelaksanaan pembelajaran kemampuan berbicara berbahasa Jawa dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan siswa dalam belajar berbahasa Jawa. Peningkatan ini diharapkan dapat berimbas positif pada peningkatan
Magistra No. 94 Th. XXVII Desember 2015 ISSN 0215-9511
71
Peningkatan Kemampuan Berbicara Berbahasa Jawa dengan Metode Sosiodrama....
prestasi belajar kemampuan berbicara berbahasa Jawa siswa. Gambaran peningkatan prestasi belajar kemampuan berbicara berbahasa Jawa melalui penerapan metode sosiodrama dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 8. Persentase Kenaikan Prestasi Belajar Kemampuan Berbicara Berbahasa Jawa melalui Penerapan Metode Sosiodrama Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 4 Sukoharjo
No
Peningkatan
Pelaksanaan Pembelajaran Rata-rata
1
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Pra Siklus
70,96
-
84,00
-
62,00
-
2
Siklus I
74,54
3,58
85,00
1,00
62,00
0,00
3
Siklus II
78,98
4,44
85,00
0,00
70,00
12,00
Penerapan metode sosiodrama dalam pelaksanaan pembelajaran kemampuan berbicara berbahasa Jawa dapat meningkatkan prestasi belajar berbicara berbahasa Jawa siswa kelas VIIA SMP Negeri 4 Sukoharjo. Hal ini membuktikan bahwa penerapan metode sosiodrama dalam pembelajaran berbicara berbahasa Jawa dapat menambah keaktifan pembelajaran siswa sekaligus meningkatkan prestasi belajar siswa. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode sosiodrama sangat baik untuk meningkatkan dan memperoleh prestasi belajar kemampuan berbicara berbahasa Jawa secara maksimal sesuai dengan kriteria ketuntasan belajar minimal yang telah ditentukan. Kemampuan guru dalam pengelolaan penerapan metode sosiodrama dalam pelaksanaan pembelajaran berbicara berbahasa yang optimal sangat menentukan kualitas pembelajaran berbicara berbahasa Jawa menjadi baik. Penerapan metode sosiodrama dalam pelaksanaan pembelajaran berbicara berbahasa Jawa memberikan dampak yang positif terhadap prestasi belajar Bahasa Jawa, mengingat penerapan metode sosiodrama menekankan pada cara menerapkan langsung bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Kelebihan-kelebihan lain penerapan metode sosiodrama sebagai model pembelajaran bahasa Jawa antara lain sebagai berikut. (1) Permainan sosiodrama merupakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, karena siswa dapat belajar sambil bermain, (2) Dengan permainan sosiodrama dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga gairah belajar lebih optimal, (3) Dengan metode sosiodrama membuat guru cepat mengevaluasi kemajuan kemampuan berbahasa Jawa siswa, khususnya pelafalan kata, penguasaan kata pemenggalan kata, dan intonasi juga ekspresi. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini, dapat disimpulkan bahwa “Metode sosiodrama dapat meningkatkan kemampuan berbicara berbahasa Jawa dengan pada siswa kelas VIIA SMP Negeri 4 Sukoharjo semester II tahun pelajaran 2013/2014”.
72
Magistra No. 94 Th. XXVII Desember 2015 ISSN 0215-9511
Peningkatan Kemampuan Berbicara Berbahasa Jawa dengan Metode Sosiodrama....
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: PT Rineka Cipta.
Sanjaya, Wina. 2009. Perancanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.
Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: PT Bumi Aksara.
student.eepis-its-edu/~yakfiy/berbicara%20efektif/ ket_bicara.doc
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan
Tarigan, Henry Guntur. 1981. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: PT Angkasa.
Kelas. Yogyakarta: Aditya Media. Dipodjojo, Asdi S. 1984. Komunikasi Lisan. Yogyakarta: PD. Lukman. Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Nugrahani, Farida, dkk. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi. Solo: SmartMedia. N es a ci. com/ met ode- s os iod r a ma -da la mpembelajaran-di-kelas/17 Jan 2012 Poerwadarminta, WJS. 1981. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN. Balai Pustaka.
Uno, Hamzah B. 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara. www.pustakaskripsi.com/peningkatan-keterampilanberbicara-bahasa. Zaini, Hisyam.2007. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD (Center for Teaching Staff Development). Zonavick.blogspot.com/…/metode-sosiodrama-danbermain-peranan…26 Jun 2010
Pranowo. 2009. Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Magistra No. 94 Th. XXVII Desember 2015 ISSN 0215-9511
73