UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI KELISTRIKAN DAN PENANAMAN NILAI KARAKTER KREATIF SERTA RASA INGIN TAHU MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING MENGGUNAKAN KIT LISTRIK PADA SISWA KELAS IX D SMP NEGERI 6 SEMARANG SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2011/20121 Oleh: Yustina Kusumawati2
[email protected]
Abstract Electrical materials are difficult to understand by students. Although teachers are taking a variety of efforts such as the use of methods and approaches vary, but the results are still low / not maximized. It can also be seen from the acquisition of learning outcomes in science test scores rise in class VIII (UKK) purely academic year 2010/2011, a class VIII A gain value of 74.30, a class VIII B with a value of 72.66, a class VIII C 68.75 , a class VIII D 70.08, 77.03 E VIII class, a class VIII and class VIII F 76.67 G 64.52. There are still some unfinished class, whereas a minimum completeness criteria (KKM) VIII-class science subjects at 70. IX D grade students from all classes with a heterogeneous composition capable students. Not optimal learning outcomes related to science students in grade IX junior D 6 Semarang, the author seeks to apply a contextual approach to teaching and learning using electrical kit as an alternative means of learning that lead to active learning, creative, effective, and fun. This classroom action research aims to determine the increase in electrical material science learning outcomes and planting the creative character and curiosity through contextual approach to teaching and learning using electrical kit in grade IX D 6 Semarang semester junior year class 2011/2012. Data collection methods in this study using a written test and observation. Data analysis using descriptive techniques. Based on the results of research that has been implemented, it can be concluded that the contextual approach to teaching and learning to use an electric kit is proven to improve learning outcomes IPA electrical materials and planting the creative character and curiosity in students' junior class IX D 6 Semarang lessons Semester I 2011/2012. It marked the success indicators of achievement and classroom action research to an increase in the average results of the cycle I learned IPA at 77.67 to 92.80 in the second cycle. As for the achievement of individual learning thoroughness, I cycle of 77% and 96.7% for the second cycle. The process of learning science with a contextual approach to teaching and learning to use an electric kit also resulted in the creation of enjoyable learning. Students are more creative in learning and have a high curiosity in studying the electrical materials. Similarly, increasing the activity of teachers being able to manage the process of learning science is more active, innovative, creative, effective, and fun. 1 2
Hasil Penelitian Tahun 2012 Guru Mata Pelajaran IPA SMPN 6 Semarang
128
Key Words: Learning the IPA, Contextual Approach to Teaching and Learning
Abstrak Bahan listrik sulit dipahami oleh siswa. Meskipun guru mengambil berbagai upaya seperti penggunaan metode dan pendekatan berbeda-beda, tetapi hasilnya masih rendah/belum maksimal. Hal ini juga dapat dilihat dari perolehan hasil belajar dalam ilmu kenaikan nilai tes di kelas VIII (UKK) tahun akademik 2010/2011, kelas VIII A nilai keuntungan sebesar 74.30, kelas VIII B dengan nilai 72,66, kelas VIII C 68,75, kelas VIII D 70.08, 77,03 E VIII kelas, kelas VIII dan kelas VIII F G 76,67 64,52. Masih ada beberapa kelas yang belum selesai, sedangkan kriteria kelengkapan minimal (KKM) VIII kelas mata pelajaran sains di 70. IX D siswa kelas dari semua kelas dengan siswa komposisi heterogen mampu. Hasil belajar tidak optimal terkait dengan mahasiswa ilmu di kelas IX SMP Semarang D 6. Penulis berupaya untuk menerapkan pendekatan kontekstual untuk mengajar dan belajar menggunakan kit listrik sebagai alternatif sarana belajar memimpin yang untuk pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk mengetahui peningkatan ilmu bahan listrik hasil belajar dan penanaman karakter kreatif dan rasa ingin tahu melalui pendekatan kontekstual untuk mengajar dan belajar menggunakan kit listrik di kelas IX D kelas 6 semester Semarang SMP tahun 2011/2012. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes tertulis dan observasi. Analisis data menggunakan teknik deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual untuk mengajar dan belajar menggunakan kit listrik terbukti meningkatkan hasil belajar materi listrik IPA dan penanaman karakter kreatif dan rasa ingin tahu di SMP siswa kelas IX D 6 Semarang pelajaran Semester I 2011/2012. Ini ditandai indikator keberhasilan pencapaian dan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan hasil rata-rata siklus saya belajar IPA di 77,67-92,80 pada siklus kedua. Adapun pencapaian ketelitian belajar individu, saya siklus dari 77% dan 96,7% untuk siklus kedua. Proses pembelajaran sains dengan pendekatan kontekstual untuk mengajar dan belajar menggunakan kit listrik juga mengakibatkan terciptanya belajar yang menyenangkan. Siswa lebih kreatif dalam belajar dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dalam mempelajari materi listrik. Demikian pula, meningkatkan aktivitas guru mampu mengelola proses belajar ilmu lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Kata Kunci: Pembelajaran Pendekatan, IPA Kontekstual, Pengajaran dan Pembelajaran
dan memahami alam sekitar secara
A. PENDAHULUAN Pada
pendidikan
ilmiah. Pendidikan IPA di Sekolah
IPA menekankan pada pemberian
Menengah Pertama diarahkan untuk
pengalaman langsung untuk me-
“mencari
ngembangkan
agar
sehingga dapat membantu peserta
mampu menjelajahi
didik untuk memperoleh pemaham-
peserta didik
dasarnya
kompetensi
tahu”dan
“berbuat”
129
an yang lebih mendalam tentang
apalagi
alam sekitar.
Oleh karena itu,
kelistrikan sulit dipahami oleh siswa.
pendekatan yang diterapkan dalam
Walaupun guru sudah menempuh
menyajikan pembelajaran IPA adalah
berbagai upaya seperti menggunakan
memadukan
metode
antara
pengalaman
membaca
dan
buku.
Materi
pendekatan
yang
proses IPA dan pemahaman produk
bervariasi, namun hasilnya tetap
IPA dalam bentuk hand-on activity.
masih rendah/belum maksimal. Hal
Hal ini juga sesuai dengan tingkat
ini juga dapat dilihat dari perolehan
perkembangan mental peserta didik
hasil belajar IPA pada nilai ulangan
SMP yang masih berada pada fase
kenaikan kelas VIII (UKK) murni
transisi dari konkrit ke formal, akan
tahun pelajaran 2010/2011, kelas
sangat memudahkan peserta didik
VIII A memperoleh nilai 74,30, kelas
jika pembelajaran IPA mengajak
VIII B dengan nilai 72,66, kelas VIII
peserta
belajar
C 68,75, kelas VIII D 70,08, kelas
merumuskan konsep secara induktif
VIII E 77,03, kelas VIII F 76,67 dan
berdasar
di
kelas VIII G 64,52. Masih ada
lapangan (Puskur Balitbang Dep-
beberapa kelas yang belum tuntas,
diknas 2006: 2).
padahal Kriteria Ketuntasan Minimal
didik
untuk
fakta-fakta
empiris
Penulis sebagai guru mata pelajaran IPA di kelas IX D SMPN 6 Semarang /2012,
tahun
merasa
pelajaran tertantang
(KKM) mata pelajaran IPA kelas VIII sebesar 70.
2011 untuk
Siswa kelas IX D berasal dari seluruh
kelas
dengan
komposisi
berkemampuan
heterogen.
mengefektifkan pembelajaran IPA.
siswa
Hal ini dikarenakan setelah meng-
Terkait
amati pembelajaran IPA di kelas
belajar IPA siswa kelas IX D SMP 6
tersebut diperoleh informasi perole-
Semarang, maka penulis berupaya
han
untuk
hasil
belajar
siswa
belum
belum
optimalnya
menerapkan
hasil
pendekatan
maksimal. Kemungkinannya siswa
contextual teaching and learning
merasa jenuh, beban materi IPA
menggunakan
yang begitu kompleks membuat
salah satu alternatif pembelajaran
siswa malas untuk mempelajarinya,
bermakna
kit
yang
listrik
bermuara
sebagai
pada
130
pembelajaran yang aktif, kreatif,
karakter kreatif serta rasa ingin tahu
efektif, dan menyenangkan.
melalui
Pembelajaran dengan pen-
pendekatan
Teaching
and
Contextual
Learning
meng-
dekatan contextual teaching and
gunakan Kit Listrik pada siswa kelas
learning menggunakan kit listrik
IX D SMP N 6 Semarang semester I
merupakan refleksi pentingnya guru
Tahun Pelajaran 2011/2012.
mengelola proses pembelajaran yang
Penelitian
ini
diharapkan
bermakna sehingga siswa merasa
bermanfaat bagi siswa: (a) untuk
senang dan nyaman dalam pem-
meningkatkan aktifitas siswa dalam
belajaran. Pelibatan siswa secara
proses belajar mengajar, (b) untuk
aktif, baik segi fisik, mental, dan
membekali
emosionalnya dalam mendapatkan
etahuan materi dasar yang akan
pengalaman belajar secara lansung
dipelajari.
merupakan ciri khas pembelajaran
siswa
dengan
Penelitian
ini
bermanfaat
learning.
ningkatkan motivasi dan kemampuan guru
dalam
guru:
diharapkan
pendekatan contextual teaching and
Berdasarkan latar belakang
bagi
peng-
(a)
menciptakan
me-
proses
permasalahan di atas, maka rumusan
belajar mengajar yang aktif, inovatif,
masalah dalam penelitian ini adalah
kreatif
“Apakah
hasil
bervariasi, (b) memberikan alter-
belajar IPA materi kelistrikan dan
natif lain kepada guru sehingga
nilai karakter kreatif serta rasa ingin
memperkaya khasanah dan wawasan
tahu melalui pendekatan Contextual
pengetahuan guru dalam memilih
Teaching
pendekatan
ada
and
peningkatan
Learning
mengg-
dan
menyenangkan
serta
pembelajaran di kelas.
unakan Kit Listrik pada siswa kelas
Bagi
IX D SMP N 6 Semarang semester I
prestasi sekolah yang dapat dilihat
Tahun Pelajaran 2011/2012?”
dari
Penelitian
tindakan
sekolah;
(a)
peningkatan
meningkatkan
aktifitas
dan
kelas
kreatifitas serta hasil belajar siswa.
yang dilakukan ini bertujuan untuk
(b) meningkatkan prestasi sekolah
mengetahui peningkatan hasil belajar
melalui peningkatan profesionalisme
IPA materi kelistrikan dan nilai
guru.
131
Salah
satu
metode
pem-
belajaran yang menggali serangkaian
praktik
yang
berhasil
perlu
dimsertai hadiah (reward).
pengalaman siswa yakni pendekatan
3) Law of Effect (Hukum Akibat).
contextual teaching and learning
Bilamana terjadi koneksi antara R
menggunakan
Jika
– S dan diikuti dengan keadaan
pembelajaran
yang memuaskan, maka koneksi
pendekatan contextual teaching and
itu menjadi lebih kuat. Sebaliknya
learning menggunakan kit listrik
bila
bertalian erat dengan teori belajar
keadaan yang tidak memuaskan,
behavioristik
perkem-
maka kekuatan koneksi akan
bangan kognitifnya Piaget. Pandang-
menjadi berkurang (TIM MKDK
an Behaviouristik, yang melahirkan
IKIP Semarang 1990, Ratna Wilis
Teori Belajar Koneksionisme dan
Dahar 1996, Max Darsono 2000,
Teori Belajar Kondisioning. Teori
Oemar Hamalik 2005).
dicermati,
kit
metode
dan
listrik.
teori
koneksi,
diikuti
dengan
belajar Koneksionisme dengan tokoh-
Pembelajaran yang efektif
nya Thorndike berpendapat bahwa
akan memberi pengalaman yang
belajar
proses
bermakna bagi siswa. Dalam proses
pembentukan koneksi-koneksi antara
pembelajaran efektif siswa dibawa
stimulus
Menurut
ke arah pemahaman materi secara
Thorndike, ada tiga hukum pokok
menyeluruh. Siswa belajar dalam
dalam belajar, yaitu sebagai berikut.
suasana yang nyaman, menyenang-
1) Law
kan,
merupakan
dan
of
respon.
readiness
(Hukum
namun
juga
menantang.
Kesiapan). Bila respon terhadap
Dengan pembelajaran efektif di-
stimulus didukung oleh kesiapan
harapkan hasil belajar siswa juga
untuk bertindak, maka respon itu
akan mengalami peningkatan, baik
akan memuaskan.
dari aspek kognitif, afektif, maupun
2) Law
of
Exercise
(Hukum
psikomotor.
Latihan). Makin sering suatu
Hasil belajar yang dicapai
koneksi R – S dipraktikkan maka
siswa dipengaruhi oleh dua faktor
koneksi itu makin erat, setiap
yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor
internal
yaitu
132
faktor yang berasal dari dalam diri
juga bisa dikondisikan oleh guru
siswa. Faktor dari dalam diri siswa
dengan
berupa
awal. Pemberian tugas awal ini lebih
semangat,
kemauan
dan
memberikan
kepada
tugas-tugas
kemampuan yang dimiliki siswa
ditujukan
kemampuan
yang timbul karena kesadaran akan
prasyarat untuk memasuki materi
tanggungjawab diri sendiri. Faktor
baru pada proses pembelajaran.
eksternal yaitu faktor yang berasal
Di sisi lain dalam penelitian
dari luar diri siswa. Faktor ini
ini juga mempunyai tujuan untuk
berupa tinggi rendahnya atau efektif
menanamkan nilai karakter kreatif
tidaknya proses belajar mengajar
dan rasa ingin tahu pada siswa.
yang dilakukan. Hal ini sangat
Pembangunan
dipengaruhi
karakter
kondisi
atau
kebutuhan
siswa
baik
berbangsa dan bernegara. Sejak awal
lingkungan sekolah maupun ling-
kemerdekaan, bangsa Indonesia sudah
kungan sosial masyarakat.
bertekad
keadaan
oleh
lingkungan
asasi
merupakan
untuk
dalam
proses
menjadikan
pem-
Faktor dari dalam diri peserta
bangunan karakter bangsa se-bagai
didik, terutama kemampuan awal
bagian penting dan tidak terpisahkan
yang dimiliki sangat dipengaruhi oleh
pengalaman
belajar
langsung. Pengalaman belajar yang dimaksud di sini adalah proses memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap dari berbagai sumber dan interaksi dengan objek belajar.
berasal
kemampuan dari
kreatifitas
awal
kemampuan
peserta
didik
Menyadari kondisi karakter
siswa
sebelum proses pembelajaran ber-
Biasanya
dari pembangunan nasional.
ini
masyarakat saat ini, pemerintah mengambil inisatif untuk mengarusutamakan pembangunan karakter bangsa. Hal itu tercermin dalam Rencana Pembangunan
Jangka
Panjang
Nasional Tahun 2005-2025, yang menempatkan
pendidikan
karakter
sebagai misi pertama dari delapan
dan
misi guna mewujudkan visi pem-
untuk
bangunan nasional. Dalam berbagai
mencari, mengolah dan memahami
kesempatan
segala
Indonesia juga mengemukakan pen-
sesuatu
yang
terjadi
di
lingkungannya. Kemampuan awal
tingnya
Presiden
pembangunan
Republik
watak
133
(character building), karena kita ingin
afektif
membangun manusia yang berakhlak,
berkenaan dengan mata pelajaran
berbudi pekerti dan berperilaku baik.
tertentu.
Pada
kembangkan
prinsipnya,
pengembangan
seorang
peserta
Perilaku
didik
yang
dalam
di-
indikator
pendidikan budaya dan karakter
pendidikan budaya dan karakter
bangsa tidak dimasukkan sebagai
bangsa bersifat progresif, artinya,
pokok bahasan tetapi terintegrasi ke
perilaku
dalam
semakin komplek antara satu jenjang
mata
pelajaran,
peng-
tersebut
berkembang
embangan diri dan budaya sekolah.
kelas
Guru dan sekolah perlu meng-
atasnya, bahkan dalam jenjang kelas
integrasikan
nilai-nilai
yang di-
yang
kembangkan
dalam
pendidikan
kebebasan dalam menentukan be-
budaya dan karakter bangsa ke
rapa lama suatu perilaku harus
dalam KTSP, silabus dan RPP yang
dikembangkan sebelum ditingkatkan
sudah ada.
ke perilaku yang lebih kompleks.
Indikator nilai-nilai
dengan
jenjang
sama.
kelas
Guru
di
memiliki
budaya dan karakter bangsa ada dua
Pembelajaran pendidikan bu-
jenis yaitu (1) indikator sekolah dan
daya dan karakter bangsa mengg-
kelas, dan (2) indikator untuk mata
unakan pendekatan proses belajar
pelajaran.
aktif
dan
berpusat
pada
anak,
Indikator sekolah dan kelas
dilakukan melalui berbagai kegiatan
adalah penanda yang digunakan oleh
di kelas, sekolah, dan masyarakat.
kepala sekolah, guru dan personalia
Di kelas dikembangkan melalui
sekolah
kegiatan
belajar
yang
biasa
melaksanakan, dan mengevaluasi
dilakukan
guru
dengan
cara
seko-lah sebagai lembaga pelaksana
integrasi. Di sekolah dikembangkan
pendidikan budaya dan karakter
dengan upaya pengkondisian atau
bangsa. Indikator ini berkenaan juga
perencanaan
dengan
yang
pelajaran,
dan
diprogramkan dan kegiatan sekolah
Kalender
Akademik
sehari-hari (rutin). Indikator mata
dilakukan sehari-hari sebagai bagian
pelajaran menggambarkan perilaku
dari
dalam
kegiatan
merencanakan,
sekolah
sejak
budaya
awal
tahun
dimasukkan
sekolah
dan
ke yang
sehingga
134
peserta didik memiliki kesempatan
menggunakan
untuk memunculkan perilaku yang
sederhana namun dapat membawa
menunjukkan nilai-nilai budaya dan
siswa ke dalam pembelajaran yang
karakter bangsa. Di
bermakna.
dikembangkan
masyarakat
melalui
kegiatan
kit
Kegiatan
listrik
Awal
sangat
Peneliti
ekstra kurikuler dengan melakukan
merencanakan atau memilih materi
kunjungan ke tempat-tempat yang
yang menjadi permasalahan bagi
menumbuhkan rasa cinta tanah air
siswa
dan
menyelesaikan soal kelistrikan pada
melakukan
pengabdian
masyarakat
untuk
menumbuhkan
kepedulian
dan
kesetiakawanan
sosial.
kelas
IX
SMP
yaitu
buku paket (BSE). Kegiatan inti, bagian ini meliputi proses pembelajaran pokok
Adapun penilaian dilakukan
bahasan
kelistrikan.
Cara
yang
dalam
men-
secara terus menerus oleh guru
digunakan
peneliti
dengan mengacu pada indikator
yelesaikan
soal
pencapaian nilai-nilai budaya dan
melakukan pendekatan kontekstual.
karakter, melalui pengamatan guru
Dalam pembelajaran siswa diajak
ketika
didik
langsung menggunakan alat peraga,
di
kemudian siswa diajak menarik
seorang
melakukan
peserta
suatu
tindakan
adalah
sekolah, model anecdotal record
kesimpulan
(catatan yang dibuat guru ketika
siswa diberi soal latihan untuk
melihat
diselesaikan.
adanya
berkenaan
perilaku
dengan
kemudian
yang
Pada kegiatan akhir siswa
mem-
diberi tugas untuk mengerjakan
berikan tugas yang berisikan suatu
tugas tes formatif. Tes formatif ini
persoalan
yang
dilaksanakan setiap akhir siklus.
kepada
Dengan tujuan untuk mengetahui
peserta didik untuk menunjukkan
sejauh mana siswa dalam menyerap
nilai yang dimilikinya.
materi pelajaran yang disampaikan
dikembangkan),
memberikan
atau
nilai
yang
tersebut,
dengan
maupun
kejadian
kesempatan
Langkah-langkah pendekatan
guru.
contextual teaching and learning
135
Hasil tes formatif diberi nilai kemudian dianalisa dan direfleksi
dalam
materi
pokok
tentang
yang
diajukan
“Kelistrikan”.
guna mengetahui perubahan yang terjadi pada diri siswa mengenai
Hipotesis
minat dan motivasi siswa serta sikap
dalam
siswa terhadap pengalaman belajar
adalah:“Melalui pendekatan Con-
yang telah dilaksanakan. Dari tes
textual
formatif itu, dapat dilihat pula faktor-
menggunakan
faktor yang menyebabkan kesulitan
meningkatkan hasil
siswa dalam menyelesaikan soal-soal
materi kelistrikan dan nilai karakter
kelistrikan. Dalam menindak lanjuti
kreatif serta rasa ingin tahu pada
permasalahan yang telah diuiraikan
siswa kelas IX D SMP N 6
di atas, maka peneliti menyusun
Semarang semester I Tahun Pel-
rencana tindakan yang terdiri dari 2
ajaran 2011/2012”.
siklus.
B. METODE PENELITIAN Materi penelitian tindakan
kelas
ini
tindakan
Teaching
and
Kit
ini
Learning
Listrik belajar
dapat IPA
1. Subjek Penelitian
bab
dari
kelas
IX
diambil peneliti adalah siswa kelas
semester I dengan standar kom-
IX D SMP Negeri 6 Semarang pada
pelajaran
petensi:
merupakan
penelitian
IPA
(3)
SMP
”Memahami
konsep
Subyek
semester
penelitian
I
tahun
yang
pelajaran
kelistrikan dan penerapannya dalam
2011/2012. Siswa kelas IX D ber-
kehidupan sehari-hari”. Adapun kom-
jumlah 30 siswa yang terdiri dari 12
petensi
siswa
kripsikan
dasarnya: muatan
(3.1) listrik
Mendesuntuk
laki-laki
dan
18
siswa
perempuan.
memahami gejala-gejala listrik statis serta kaitannya dalam kehidupan sehari-
2. Rancangan Penelitian
hari dan (3.2) Menganalisis percobaan
Rancangan
penelitian
listrik dinamis dalam suatu rangkaian
tindakan kelas ini
serta penerapannya dalam kehidupan
berbagai kegiatan yakni perencanaan
sehari-hari. Standar kompetensi dan
(planning),
kompetensi dasar tersebut diramu
observasi (observing), dan refleksi
tindakan
terdiri atas
(acting),
136
(reflecting).
Selengkapnya
dapat
dilihat dalam gambar berikut.
Identifikasi Masalah
Perencanaa n Refleksi
Tindaka n Observasi Perencanaa n Ulang
Refleksi Observasi Tindakan
Gambar 1. Spiral Penelitian Tindakan Kelas (adaptasi dari Hopkins 1993: 48) 3.
siswa dalam mengerjakan tugas, di
Teknik Pengumpulan Data Teknik
pengumpulan
data
antaranya mengamati: (1) semangat
dalam penelitian ini meliputi teknik
siswa
tes dan non tes. Teknis tes berupa tes
langsung, (2) keaktifan siswa dalam
tertulis sedangkan teknik non tes
melaksanakan tugas, (3) kemampuan
berupa observasi. Untuk teknik tes,
menjawab pertanyaan, (4) kecepatan
alat
pengumpul
saat
pembelajaran
data
berupa
dalam
secara
tertulis
ketepatan dalam mengerjakan tugas.
sejumlah soal uraian, selama siklus
Observasi dilakukan ketika siswa
penelitian berlangsung. Tiap siklus
mengikuti pembelajaran IPA dengan
direncanakan satu kali pertemuan.
pendekatan contextual teaching and
pemberian
soal
Untuk teknik non tes, alat pengumpul
data
berupa
lembar
melaksanakan
tugas
ber-
(5)
learning menggunakan kit listrik. Selama
mengikuti
pembelajaran,
observasi dan jurnal kegiatan guru.
guru mengamati sikap dan perilaku
Lembar observasi dilakukan untuk
siswa. Observasi juga dilakukan
mengetahui sikap dan tingkah laku
kepada guru yang sedang mengajar
137
IPA dengan lembar pengamatan Alat Penilaian
Kemampuan
Guru
(APKG).
Hasil
perhitungan
di-
kelompokkan dalam 5 kategori, yaitu baik sekali, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang sebagai berikut.
Tabel 1. Klasifikasi Kategori Tingkatan dan Prosentase Kriteria
Nilai Persentase 86% - 100% 71% - 85% 56% - 70% 41% - 55% < 40%
Baik Sekali Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Penafsiran Hasil belajar baik sekali Hasil belajar baik Hasil belajar cukup Hasil belajar kurang Hasil belajar sangat kurang
(Depdiknas 2002: 4)
Berkaitan dengan penanaman
Berkembang (apabila peserta didik
nilai karakter kreatif dan rasa ingin
sudah
tahu
hasil
tanda
anekdotal,
dalam
siswa,
pengamatan,
maka
dari
catatan
memperlihatkan perilaku
yang
indikator
berbagai dinyatakan
dan
mulai
tugas, laporan, dan sebagainya guru
konsisten). MK: Membudaya (apa-
dapat
bila peserta didik terus menerus
memberikan
ke-
simpulannya/pertimbangan yang di-
memperlihatkan
nyatakan
dinyatakan dalam indikator secara
dalam
pernyataan
kualitatif sebagai berikut ini. BT:
perilaku
yang
konsisten)
Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tandatanda awal perilaku yang dinyatakan dalam
indikator).
MT:
4.
Indikator Keberhasilan Metode
pembelajaran pen-
Mulai
dekatan Contextual Teaching and
Terlihat (apabila peserta didik sudah
Learning menggunakan Kit Listrik
mulai
adanya
dapat meningkatkan hasil belajar
yang
IPA materi kelistrikan dan pe-
dinyatakan dalam indikator tetapi
nanaman nilai karakter kreatif serta
belum konsisten). MB:
rasa ingin tahu pada siswa kelas IX
memperlihatkan
tanda-tanda
awal
perilaku
Mulai
138
D SMP 6
Semarang Semester I
Tahun pelajaran 2011/2012 dengan
C. HASIL PENELITIAN DAN
indikator sebagai berikut: (a) Guru
PEMBAHASAN
terampil mengelola proses belajar-
Pembelajaran dengan pen-
mengajar IPA dengan menerapkan
dekatan Contextual Teaching and
pendekatan Contextual Teaching and
Learning menggunakan Kit Listrik
Learning menggunakan Kit Listrik
menunjukkan hasil yang positif yang
yang ditandai dengan aktivitas guru
itunjukkan dalam uraian sebagai
minimal
berikut:
baik
dalam
lembar
observasi, (b) Terjadi perubahan
1.
Siklus I
sikap dan perilaku siswa khususnya
a.
Paparan Hasil Belajar IPA
nilai karakter kreatif dan rasa ingin
Berdasarkan
data
hasil
tahu dalam mengikuti pembelajaran
penelitian siklus I mengenai hasil
IPA yang menerapkan pendekatan
belajar IPA materi listrik statis
Contextual Teaching and Learning
(KD.3.1) melalui pendekatan Con-
menggunakan Kit Listrik,
yang
textual
ditandai
dengan
siswa
menggunakan Kit Listrik diperoleh
minimal
baik
aktivitas dalam
lembar
Teaching
and
Learning
data untuk nilai tertinggi
yang
observasi, (c) 85% siswa kelas IX D
diperoleh responden adalah 100, nilai
SMP 6 Semarang mengalami ke-
terendah sebesar 55, dan rata-rata
tuntasan belajar dalam pembelajaran
hasil belajar IPA sebesar 77,67,
IPA khususnya dalam pencapaian
selengkapnya dapat dibaca pada
kompetensi dasar khususnya materi
tabel distribusi frekuensi bergolong
kelistrikan serta kaitannya dalam
sesuai dengan kategori hasil belajar
kehidupan sehari-hari.
IPA sebagai berikut.
Tabel 2. Deskripsi Frekuensi Bergolong Hasil Belajar IPA Siklus I Interval 86-100 71-85 56-70 41-55
Frekuensi 6 16 8 -
Persentase 20 % 53 % 27 % 0%
Kategori Baik Sekali Baik Cukup Kurang
139
< 40 Jumlah
30
Dari
tabel
0% 100 %
di
Sangat Kurang
atas
pembelajaran IPA belum mencapai
menunjukkan bahwa perolehan hasil
tujuan yang diharapkan guru yang
belajar IPA
melalui pendekatan
tertuang dalam indikator kinerja >
Contextual Teaching and Learning
85% dari jumlah siswa dalam kelas
menggunakan Kit Listrik, 20% siswa
telah
berada pada kategori baik sekali 53%
individual
baik, 27% cukup, dan 0% siswa
laksanakan siklus II.
dengan kategori kurang maupun
b. Observasi Proses
sangat kurang.
mencapai ketuntasan belajar sehingga
perlu
di-
Pembelajaran IPA
Rata-rata hasil belajar IPA
Lembar observasi dilakukan
Siklus I melalui pendekatan Con-
untuk mengetahui sikap dan tingkah
textual
Learning
laku siswa khususnya nilai karakter
menggunakan Kit Listrik sebesar
kreatif dan rasa ingin tahu dalam
77,67 dan ketuntasan individual baru
memperlajari materi listrik statis.
Teaching
and
mencapai 77% yaitu 23 siswa tuntas
Selengkapnya hasil observasi
dan 7 siswa belum tuntas. Potret
dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 3. Persentase Observasi Siklus I No 1 2
Nilai karakter BT 20 20
Kreatif Rasa ingin tahu
Hasil observasi pada siklus I
Persentase (%) MT MK 63,33 16,67 6766 13,33
terlihat, 63,33 % mulai terlihat dan
dapat diperoleh gambaran tentang
hanya
nilai
berkembang.
karakter
budayakan
yang
khususnya
ingin
di-
kreatif
ternyata masih 20% siswa belum
MB 0 0
16,67%
yang
mulai
Nilai karakter rasa ingin tahu yang
dikembangkan
juga
masih
140
13,33 % yang mulai berkembang,
Teaching
and
Learning
mengg-
masih ada 20% siswa yang belum
unakan Kit Listrik diperoleh data
terlihat.
untuk nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah 100, nilai terendah
2. Siklus II
sebesar 64, dan rata-rata hasil belajar
a. Paparan Hasil Belajar Siswa Berdasarkan
data
hasil
penelitian siklus II mengenai hasil belajar IPA materi listrik statis (KD 3.2) melalui pendekatan Contextual
IPA sebesar 92,80. selengkapnya dapat dibaca pada tabel distribusi frekuensi bergolong sesuai dengan kategori hasil belajar IPA sebagai berikut.
Tabel 4. Deskripsi Frekuensi Bergolong Hasil Belajar IPA Siklus II Interval 86-100 71-85 56-70 41-55 < 40 Jumlah Dari
Frekuensi 24 5 1 30
Persentase 80 % 17 % 3% 0% 0% 100 %
tabel
atas
di
Kategori Baik Sekali Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Selengkapnya perbandingan
menunjukkan bahwa perolehan hasil
antara
siklus
I
dan
II
yang
belajar IPA melalui
pendekatan
menunjukkan peningkatan kategori
Contextual Teaching and Learning
hasil belajar IPA materi kelistrikan
menggunakan Kit Listrik, 80% siswa
dapat dilihat dalam grafik batang
berada pada kategori baik sekali,
berikut ini.
17% baik, dan 3% cukup.
141
Gambar 2. Grafik Batang Perbandingan Hasil Belajar IPA Siklus I & II
Rata-rata hasil belajar IPA Siklus
II
melalui
pendekatan
menggunakan Kit Listrik dinyatakan berhasil.
Contextual Teaching and Learning menggunakan Kit Listrik sebesar 92,80 dan ketuntasan individual telah mencapai
96,7%.
Pembelajaran IPA
pem-
Lembar observasi pada siklus
belajaran IPA sudah mencapai tujuan
II dilakukan untuk mengetahui sikap
yang
indikator
dan tingkah laku siswa khususnya
kinerja yakni > 85% dari jumlah
nilai karakter kreatif dan rasa ingin
siswa dalam kelas telah mencapai
tahu dalam memperlajari materi
ketuntasan
individual,
listrik dinamis.
pendekatan
Selengkapnya hasil observasi dapat
tertuang
sehingga
Potret
b. Observasi Proses
dalam
belajar model
Contextual Teaching and Learning
dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 5. Persentase Observasi Siklus II No 1 2
Nilai karakter Kreatif Rasa ingin tahu
BT 3,33 6,67
Persentase (%) MT MK 16,67 56,67 10,00 50,00
MB 23,33 33,33
142
Hasil observasi pada siklus II
belajar siswa meningkat dan kualitas
dapat diperoleh gambaran tentang
guru
nilai
karakter
dalam
mengajar
juga
yang
ingin
meningkat. Sehingga tidak aneh lagi
khususnya
kreatif
jika antara guru dan siswa terjalin
ternyata tinggal 3,33% siswa belum
hubungan yang dinamis, harmonis,
terlihat,
dan menyenangkan.
dibudayakan
16,67%
mulai
terlihat,
56,67% siswa mulai berkembang dan sesuai
harapan
23,33%
telah
membudaya.
yang
Dengan
demikian
dapat
ditarik kesimpulan bahwa dengan menerapkan pendekatan Contextual
Nilai karakter rasa ingin tahu
Teaching
dikembangkan
gunakan Kit Listrik ternyata dapat
juga
hanya
and
Learning
menyisakan 6,67% siswa yang belum
meningkatkan
terlihat, 10,00% siswa mulai terlihat
materi kelistrikan dan penanaman
rasa ingin tahunya untuk mem-
nilai karakter kreatif serta rasa ingin
pelajari materi kelistrikan khususnya
tahu pada siswa kelas IX D SMP 6
listrik dinamis, 50%
Semarang Semester I Tahun pelajar-
siswa mulai
berkembang, dan 33,33% siswa rasa
hasil
belajar
meng-
IPA
an 2011/2012.
ingin tahunya dalam belajar telah membudaya. Dengan suasana kelas yang demikian ternyata siswa lebih mudah memahami materi pelajaran. Hasil
tersebut diindikasikan dari perolehan
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa
terdapat
pe-
rata-rata siklus I (77,67) dan siklus II (92,80).
Sedangkan
pencapaian
ningkatan hasil belajar IPA materi
ketuntasan belajar individu pada
kelistrikan melalui pendekatan Con-
siklus I sebesar 77% dan siklus II
textual
sebesar 96,7% sehingga indikator
Teaching
menggunakan
Kit
and
Learning
Listrik.
Hal
143
kinerja penelitian tindakan kelas ini
berbagai
selesai pada siklus II.
yenangkan.
Penerapan pendekatan Contextual
Teaching
menggunakan
and
Kit
Learning
Listrik
dalam
tahapan
yang
men-
Efektifitas pendekatan Contextual
Teaching
menggunakan
Kit
and
Learning
Listrik
dalam
proses pembelajaran IPA terbukti
meningkatkan hasil belajar siswa
dapat meningkatkan hasil belajar
ditunjang oleh faktor pendukung,
siswa, baik aspek kognitif, afektif
diantaranya: (1) inovasi guru dalam
maupun
dapat
mendesain pembelajaran, (2) media
berhasil menanamkan nilai karakter
pembelajaran yang ada di sekolah,
khususnya kreatif dan rasa ingin
(3)
tahu.
multimetode, (4) alat evaluasi yang
psikomotor
Secara
dan
psikologis,
pem-
metode
pembelajaran
yang
dapat dihandalkan, (5) siswa yang
belajaran dengan pendekatan Con-
kooperatif
textual
belajaran, (5) kecermatan guru dalam
Teaching
menggunakan
and
Kit
mengembangkan
Learning
Listrik potensi
dalam
proses
pem-
dapat
menentukan indikator pembelajaran,
siswa
(6) lingkungan belajar yang men-
sesuai dengan perkembangan ke-
dukung.
jiwaannya.
Hal ini disebabkan
D. PENUTUP
pembelajaran
dengan
pendekatan
Berdasarkan hasil penelitan
Contextual Teaching and Learning
yang telah dilaksanakan, maka dapat
menggunakan Kit Listrik bersifat
disimpulkan bahwa
humanisme
pembelajaran
dekatan Contextual Teaching and
yang berpusat pada siswa. Pem-
Learning menggunakan Kit Listrik
belajaran materi kelistrikan dengan
terbukti dapat meningkatkan hasil
pendekatan Contextual Teaching and
belajar IPA materi kelistrikan dan
Learning menggunakan Kit Listrik
penanaman nilai karakter kreatif
yang penuh dengan nuansa keceriaan
serta rasa ingin tahu pada siswa kelas
menjadikan siswa senang belajar,
IX D SMP 6 Semarang Semester I
tidak bosan, tidak merasa tertekan
Tahun pelajaran 2011/2012.
dengan
melalui pen-
bahkan merasa berkesan dengan
144
Hal tersebut ditandai dari
yang
tinggi
dalam
menjalankan
ketercapaian indikator keberhasilan
tugasnya dengan melaksanakan tugas
penelitian tindakan kelas dan adanya
pokok secara profesional, mengkaji
peningkatan rata-rata hasil belajar
dan menerapkan
IPA dari siklus I (77,67) dan siklus II
pembelajaran secara variatif sebagai
(92,80).
upaya untuk meningkatkan hasil bel-
Sedangkan
pencapaian
ketuntasan belajar individu pada
ajar
siklus I sebesar 77% dan siklus II
implementasikan integrasi nilai-nilai
sebesar 96,7%.
karakter dalam pembelajaran IPA.
Proses dengan
pembelajaran
pendekatan
Teaching
and
IPA
berbagai inovasi
sekaligus
meng-
IPA
Para Kepala Sekolah dan Pengawas
Contextual
Sekolah, hendaknya lebih meng-
Learning
meng-
optimalkan
perannya
sebagai
gunakan Kit Listrik juga berdampak
supervisor agar guru SMP memiliki
pada terciptanya enjoyable learning.
motivasi dalam menerapkan model-
Demikian juga aktivitas
guru se-
model pembelajaran yang bermakna.
mampu
Selebihnya, pemberian kesempatan
makin
meningkat
yakni
mengelola proses pembelajaran IPA
untuk
mengikuti
penataran,
pe-
lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif,
latihan/bintek, workshop, dan se-
dan menyenangkan.
jenisnya kepada guru perlu mendapat
Berdasarkan simpulan di atas,
perhatian. Memberdayakan kembali
maka penulis mengajukan saran
peran MGMP IPA tingkat sekolah,
sebagai
berikut:
sub sanggar dan sanggar.
dengan
pendekatan
Teaching
and
gunakan
Kit
Pembelajaran Contextual
Learning Listrik
ini
meng-
DAFTAR PUSTAKA
bisa
dipergunakan dalam pembelajaran di kelas VII, VIII dan IX dengan pilihan materi sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi
Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pengetahuan Alam. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.
Dasar (KD) tertentu. Para guru SMP, hendaknya lebih memiliki komitmen
145
Max Darsono. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press. Oemar Hamalik. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Ratna Wilis Dahar. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga Tim MKDK IKIP Semarang. 1990. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Semarang Press.
146