PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DI KELAS V SD NEGERI 2 AMBON
Wilmintjie Mataheru FKIP UNPATTI AMBON E-mail:
[email protected] ABSTRAK: Berdasarkan hasil observasi peneliti, dijumpai sebahagian besar siswa melakukan kesalahan pada materi operasi hitung bilangan bulat. Salah satu penyebabnya, yaitu guru menggunakan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan pembelajaran matematika realistik pada materi operasi hitung bilangan bulat. Tipe penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian, yaitu 25 siswa kelas V SD Negeri 2 Ambon pada tahun ajaran 2012/2013. Instrumen penelitian, yaitu perangkat tes dan lembar observasi untuk guru dan siswa. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan pada siklus I terdapat 10 siswa (40%) mencapai ketuntasan belajar, sedangkan pada siklus II terdapat 21 siswa (84%) mencapai ketuntasan belajar. Kata kunci: pembelajaran matematika realistik, operasi hitung bilangan bulat
Pembelajaran matematika mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran matematika adalah untuk menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung, menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika, mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal untuk lanjut ke jenjang yang lebih tinggi, dan membuat sikap logis, kritis, cermat serta disiplin. Menurut Sulipan (2008), agar pembelajaran matematika dapat terlaksana dengan baik, guru harus terampil merancang dan mengelola proses pembelajaran seperti yang tercermin dalam rambu-rambu pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Rambu-rambu tersebut antara lain, guru hendaknya dapat
memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik dan sosial. Berdasarkan pengamatan peneliti pada siswa kelas V SD Negeri 2 Ambon, guru memberikan soal kepada siswa untuk dikerjakan, misalnya -3 + 8 dan -5 – (-12). Sebahagian besar jawaban siswa beragam dan hasilnya tidak benar (-3 + 8 = -11; -3 + 8 = 11; -3 + 8 = -5; dan -5 – (-12) = -17; -5 – (-12) = 17; -5 – (-12) = -7), sehingga dapat menyebabkan hasil belajarnya rendah. Hal ini disebabkan karena guru belum mengaitkan materi yang diajarkan dengan kehidupan keseharian siswa. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika adalah pembelajaran matematika realistik (PMR). Menurut Soedjadi, 2001: 3), pembelajaran matematika realistik (PMR) adalah suatu pendekatan pembela-
748
749, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
jaran matematika yang menggunakan masalah-masalah kontekstual (contextual problems) sebagai langkah awal dalam proses pembelajaran. Siswa diminta mengorganisasikan dan mengidentifikasikan aspek-aspek matematika yang terdapat pada masalah tersebut. Siswa diberi kebebasan penuh untuk mendeskripsikan, menyederhanakan, menginterpretasikan dan menyelesaikan masalah nyata menurut cara mereka sendiri baik secara individu maupun kelompok, berdasarkan pengalaman atau pengetahuan awal yang telah mereka miliki. Kemudian dengan atau tanpa bantuan guru, para siswa diharapkan dapat menggunakan masalah nyata tersebut sebagai sumber munculnya konsep atau pengertianpengertian matematika yang meningkat dan abstrak. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik, permasalahan matematika akan dijelaskan dengan menggunakan media secara langsung atau dengan mengkaitkan permasalahan dengan kehidupan sehari–hari. Selain itu pembelajaran matematika yang bersifat “guru menjelaskan, siswa mendengarkan” akan diganti dengan paradigma baru, yaitu “siswa aktif mengkontruksi.” Guru sebagai fasilitator (membantu), sehingga siswa akan mendapatkan konsep matematika secara jelas dan benar. Bertolak dari uraian di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi operasi bilangan bulat (khususnya operasi penjumlahan dan pengurangan) melalui pendekatan pembelajaran matematika realistik di kelas V SD Negeri 2 Ambon.
KAJIAN PUSTAKA Hasil Belajar Hasil belajar adalah suatu usaha yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang di capai setelah melakukan suatu usaha. Menurut Briggs (Indramunawar 2008: 10), hasil belajar merupakan seluruh konsep dan segala hal yang dinyatakan dengan angka dan diukur dengan tes hasil belajar. Gagne (Dimyanti dan Mudjiono, 2006: 14) berpendapat bahwa proses kognitif menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil belajar tersebut terdiri dari informasi verbal keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap dan strategi kognitif. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang sebagai proses belajar, ataupun merupakan penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan guru. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka hasil belajar adalah tingkat penguasaan siswa pada suatu materi yang telah dipelajari, yang ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh melalui tes. Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Realistic Mathematic Education (RME) dalam bahasa Indonesia semakna dengan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR). RME kemudian dicoba dikembangkan dan diterapkan di Indonesia, dengan nama Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) setelah melalui berbagai penyesuaian. Soedjadi (2001: 2-3) mengemukakan, PMR pada dasarnya adalah pemanfaatan realita dan lingkungan yang telah dipahami siswa untuk memperlancar proses pembelajaran matematika, dengan harapan agar tujuan pembelajaran matematika dapat dicapai lebih baik dari masa lalu. Realita yang dimaksud adalah
Mataheru, Peningkatan Hasil Belajar Siswa, 750
hal-hal nyata atau konkrit yang dapat diamati atau dipahami siswa melalui membayangkan. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan tempat siswa berada, baik lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat, dengan kata lain lingkungan yang dimaksud adalah kehidupan sehari-hari yang dialami atau dapat dialami siswa. Selanjutnya Soedjadi (2001: 1) menjelaskan, PMR adalah suatu pendekatan pembelajaran matematika yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan lingkungan siswa sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah nyata atau yang telah dikuasai siswa atau dapat dibayangkan dengan baik oleh siswa, digunakan sebagai sumber munculnya konsep atau pengertian-pengertian matematika yang meningkat abstrak. Uraian di atas menggambarkan, PMR tidak dimulai dari definisi, teorema atau sifat-sifat kemudian dilanjutkan dengan contoh-contoh, seperti yang selama ini dilaksanakan di berbagai sekolah, namun sifat-sifat, definisi dan teorema itu diharapkan seolah-olah ditemukan kembali oleh siswa melalui penyelesaian masalah kontekstual yang diberikan guru di awal pembelajaran. PMR akan mendorong atau menantang siswa untuk aktif bekerja, bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuan yang diperolehnya. Dengan demikian yang dimaksud dengan PMR adalah suatu pendekatan pembelajaran matematika yang menggunakan masalah-masalah kontekstual. 1. Prinsip Utama PMR Gravemeijer (1994) mengemukakan, ada tiga prinsip kunci dalam PMR, yaitu: penemuan kembali dengan bimbingan dan proses matematisasi secara progresif (guided reinvention and progressive mathematizing), fenomena yang bersifat mendidik (didactical phenomenology), dan
model-model dibangun sendiri oleh siswa (self-developed models). Ketiga prinsip tersebut dapat dijelaskan secara singkat, sebagai berikut. a. Penemuan kembali dengan bimbingan/ proses matematisasi secara progresif Prinsip ini menghendaki dalam PMR siswa diarahkan sedemikian rupa, sehingga seakan-akan siswa mengalami proses menemukan kembali konsep, prinsip, sifat-sifat dan rumusrumus matematika. b. Fenomena yang bersifat mendidik Prinsip ini menekankan, pada pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan topik-topik matematika kepada siswa. Hal itu dilakukan, dengan mempertimbangkan aspek kecocokan masalah kontekstual yang disajikan dengan: (1) topik-topik matematika yang diajarkan; (2) konsep, prinsip, rumus dan prosedur matematika yang akan ditemukan kembali oleh siswa dalam pembelajaran. c. Model-model dibangun sendiri oleh siswa Pada prinsip ini, untuk menyelesaikan masalah kontekstual, siswa diberi kebebasan untuk membangun sendiri model matematika terkait dengan masalah kontekstual yang dipecahkan. Konsekuensi dari kebebasan itu, berbagai model yang dibangun siswa sangat mungkin untuk muncul. 2. Karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik Beberapa karakteristik pendekatan matematika realistik menurut Suryanto (Zahra, 2009) sebagai berikut. a. Masalah kontekstual yang realistik digunakan untuk memperkenalkan ide dan konsep matematika kepada siswa. b. Siswa menemukan kembali ide, konsep, dan prinsip atau model matematika
751, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
c.
d.
e.
f.
g.
melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru atau temannya. Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang mereka temukan (yang biasanya ada yang berbeda, baik cara menemukannya maupun hasilnya). Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan apa yang telah dihasilkan, baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi. Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pembelajaran matematika yang memang ada hubungannya. Siswa diajak mengembangkan, memperluas, atau meningkatkan hasil-hasil dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip metamatika yang lebih rumit. Matematika dianggap sebagian kegiatan bukan sebagian produk atau hasil yang siap pakai
3. Prinsip Pembelajaran Matematika Realistik Menurut Suryanto (Zahra, 2009), prinsip-prinsip dasar pendekatan matematika realistik sebagai berikut. a. Penemuan kembali secara terbimbing dan matematisasi progresif. Prinsip penemuan kembali secara terbimbing (guided reinvention) adalah penekanan pada penemuan kembali secara terbimbing, melalui masalah kontekstual yang realistik (dapat dibayangkan atau dipahami oleh siswa), yang mengandung topik-topik matematis tertentu yang disajikan. Siswa diberikan kesempatan untuk membangun dan menemukan kembali ide-ide dan konsep-konsep matematis, serta siswa diberikan kesempatan merasakan situasi dan mengalami masalah kontekstual yang memiliki berbagai kemungkinan solusi.
Sedangkan prinsip matematisasi progresif (progressive mathematization) menekankan “matematisasi” atau “pematematikaan”, yang dapat diartikan sebagai upaya yang mengarah ke pemikiran matematis. Dikatakan progresif karena terdiri dari dua langkah yang berurutan, yaitu (i) matematisasi horizontal (berasal dari masalah yang kontekstual yang diberikan dan berakhir pada matematika yang formal), kemudian (ii) matematisasi vertikal (dari matematika formal ke matematika formal yang lebih luas, atau lebih tinggi, atau lebih rumit). b. Fenomenologi didaktik Prinsip ini menekankan fenomena pembelajaran yang bersifat mendidik dan menekankan pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan topik-topik matematika kepada siswa. masalah kontekstua dipilih dengan mempertimbangkan (i) aspek kecocokan aplikasi yang harus diantisifasi dalam pembelajaran, dan (ii) kecocokkan dengan konsep, aturan, cara atau sifat, termasuk model matemati, tidak disediakan atau diberitahukan oleh guru, tetapi siswa perlu berusaha sendiri untuk menemukan atau membangun sendiri dengan pangkal pada masalah kontekstual yang diberikan oleh guru. Hal ini akan menimbulkan lintasan belajar yang mengarah ke tujuan pembelajaran yang ditetapkan. c. Membangun sendiri model Prinsip ketiga ini menunjukan adanya fungsi jembatan yang berupa model. Karena berpangkal pada masalah kontekstual dan akan menuju ke matematika formal, serta ada kebebasan pada siswa maka tidak mustahil siswa akan mengembangkan model sendiri. 4. Langkah-Langkah Pembelajaran Matematika Realistik Menurut Gravemeijer (1994), langkah-langkah PMR, yaitu: (a) memahami masalah kontekstual, (b) mendes-
Mataheru, Peningkatan Hasil Belajar Siswa, 752
kripsikan dan menyelesaikan masalah kontekstual, (c) membandingkan dan mendiskusikan jawaban, dan (d) menarik kesimpulan. 5. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Matematika Realistik Selain Prinsip di atas menurut Zahra (2009) pendekatan realistik juga memiliki keunggulan dan kelemahan. a. Keunggulan pendekatan PMR sebagai berikut. (1) Pelajaran menjadi cukup menyenangkan bagi siswa dan suasana tegang tidak tampak. (2) Materi dapat dipahami oleh sebagian besar siswa. (3) Alat peraga adalah benda yang berada di sekitar, sehingga mudah didapatkan. (4) Guru ditantang untuk mempelajari bahan. (5) Guru menjadi lebih kreatif membuat alat peraga. (6) Siswa mempunyai kecerdasan cukup tinggi tampak semakin pandai. b. Kelemahan pendekatan PMR sebagai berikut. (1) Sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar (40- 45 orang). (2) Dibutuhkan waktu yang lama untuk memahami materi pelajaran. (3) Siswa yang mempunyai kecerdasan sedang memerlukan waktu yang lebih lama untuk mampu memahami materi pelajaran. METODE Tipe penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Arikunto (2008: 16), mengemukakan bahwa secara garis besar PTK terdiri atas 4 tahap yang lazim dilalui, yaitu tahap: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamat atau observasi, dan (4) refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah 25 siswa kelas V SD Negeri 2 Ambon tahun ajaran 2012/2013. Instrumen
penelitian terdiri dari 8 soal tes berbentuk isian dan lembar observasi terhadap aktivitas siswa dalam kelompok dan aktivitas guru selama proses pembelajaran. Terdapat 2 jenis data, yaitu data kuantitatif (hasil belajar siswa) dan data kualitatif (hasil pengamatan). Kedua data tersebut dianalisis sebagai berikut. Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan rumus: Hasil belajar = Selanjutnya hasil belajar siswa dibandingkan dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM), yang telah ditetapkan oleh sekolah SD Negeri 2 Ambon. Seperti pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) KKM Keterangan Tuntas Belum Tuntas
Keterangan: x hasil belajar Untuk menghitung persentase siswa yang mencapai ketuntasan secara klasikal digunakan rumus: Ketuntasan Klasikal = % Suryasubroto (2002: 77) mengatakan, syarat suatu pembelajaran dikatakan tuntas secara individual maupun klasikal adalah (1) Seorang dikatakan tuntas belajar jika siswa tersebut mencepai skor minimum 65; (2) suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika dalam kelas tersebut telah terdapat 65% dari jumlah seluruh siswa telah mencapai daya serap Berdasarkan pendapat tersebut, maka dalam penelitian ini ditetapkan ketuntasan siswa secara klasikal sebesar 65%. Selanjutnya untuk menganalisis data kualitatif digunakan tiga tahapan yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992), yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
753, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sebelum menerapkan pendekatan pembelajaran matematika realistik, peneliti memberikan tes awal tentang materi prasyarat operasi hitung bilangan bulat. Tes tersebut dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan siswa, guna pengelompokkan mereka di kelas. Siswa yang mengikuti tes awal sebanyak 25 orang. Berdasarkan hasil tes, mereka dibagi menjadi 5 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang. Selanjutnya dilakukan penelitian tindakan kelas pada setiap siklus sebagai berikut. Siklus I Tahap Perencanaan (Planning) Peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 01) tentang materi operasi penjumlahan bilangan bulat, Bahan Ajar (BA 01) yang berisi materi operasi penjumlahan bilangan bulat, menyiapkan LKS 01 tentang operasi penjumlahan bilangan bulat, menyiapkan soal tes akhir siklus I dan menyiapkan lembar observasi untuk aktivitas guru dan aktivitas siswa. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting) Sesuai dengan RPP yang dirancang siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan sebagai berikut. 1. Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru matematika di kelas V, sedangkan guru sejawat, peneliti dan tiga mahasiswa sebagai observer. 2. Guru melaksanakan RPP 01 3. Selama proses pembelajaran, guru meminta siswa mempelajari bahan ajar 01 dan meminta siswa mengerjakan LKS 01. 4. Guru mengarahkan dan menuntun siswa untuk berdiskusi. 5. Guru memberikan PR.
Tahap Pengamatan a. Hasil Observasi Aktivitas Guru Sebelum masuk pada materi, guru selalu memancing pengetahuan siswa dan mengaitkannya dengan materi yang akan dipelajari. Setelah semua kelompok menyelesaikan soal-soal yang ada pada LKS, dan mempresentasikan hasil kerja kelompok di papan tulis, guru tidak memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi. Di akhir pembelajaran guru tidak mengajukan pertanyaan sebagai pengujian pemahaman siswa tentang operasi penjumlahan bilangan bulat yang baru di pelajari, tetapi guru langsung menyimpulkan materi.
b. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelompok I Terdapat dua siswa saling mengganggu anggota lain. Saat mengerjakan LKS anggota kelompok dapat bekerja sama dan berdiskusi ketika ditegur guru. Seorang anggota dapat mengerjakan soal nomor 1 tentang operasi penjumlahan. Kelompok II Seluruh anggota kelompok memperhatikan penjelasan guru ketika ditegur berulangulang. Saat berdiskusi dua siswa bekerja sama, sedangkan siswa lainnya mengganggu kelompok III yang sedang berdiskusi. Diskusi kelompok masih terlihat kurang. Kelompok III Anggota kelompok tenang dan serius ketika guru menjelaskan. Saat mengerjakan LKS anggota kelompok kerja sama dan berdiskusi. Namun seorang anggota sering bertengkar jawabannya dengan salah satu anggota dari kelompok II. Ketika diberi kesempatan untuk mempresentasikan pekerjaan kelompok, ada anggota yang mewakili kelompok untuk mengerjakan soal nomor 2a tentang menentukan hasil penjumlahan dengan menggunakan penutup botol. Pertanyaan
Mataheru, Peningkatan Hasil Belajar Siswa, 754
yang diberikan oleh guru tentang menentukan langkah-langkah operasi penjumlahan bilangan bulat. Kelompok IV Ketika mengerjakan LKS, anggota kelompok dapat bekerja sama dan berdiskusi. Seorang anggota bertanya kepada guru tentang cara mengerjakan soal nomor 2b dan 2c yang mereka kurang mengerti. Ketika diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok, ada anggota mewakili kelompok untuk mengerjakan soal nomor 3 tentang hasil soal cerita. Kelompok V Pada saat guru menjelaskan, seluruh anggota terlihat diam. Guru meminta siswa mengerjakan soal pada LKS. Siswa dalam kelompok dapat bekerja sama dan diskusi setelah dibimbing guru. Saat diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja mereka, tidak ada siswa yang mau mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Hasil belajar siswa pada akhir siklus I ini terdapat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Belajar Siswa KKM Banyak Presentase siswa 10 40% < 65 15 60%
Keterangan Tuntas Belum tuntas
Tahap Refleksi (Reflecting) Aktivitas guru 1. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru sesuai alokasi waktu yang ditentukan, namun masih ada langkah-langkah pembelajaran yang belum dilaksanakan, misalnya guru tidak memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi, serta tidak mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman. 2. Guru sudah mengelola kelas sebaik mungkin, namun masih terlihat adanya siswa yang berperilaku tidak baik.
Aktifitas siswa 1. Akibat siswa tidak terbiasa dengan proses pembelajaran yang dilakukan maka masih ada siswa yang dapat memperhatikan penjelasan guru setelah ditegur. 2. Saat berdiskusi, masih terlihat adanya siswa yang tidak berdiskusi. 3. Ada anggota kelompok yang dapat berdiskusi dan bekerja sama, namun ada pula yang perlu dibimbing guru. Hal-hal yang akan dilakukan pada siklus berikutnya sebagai berikut. 1. sebelum guru melakukan proses pembelajaran guru lebih memperhatikan langkah-langkah pembelajaran dan dapat menerapkannya sesuai waktu yang telah ditentukan. 2. Guru harus memperhatikan dan tegas kepada siswa yang belum serius berdiskusi dan memotivasikan mereka untuk bekerja sama, sehingga tidak perlu bimbingan guru. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Berdasarkan hasil tes akhir siklus I, sebagian siswa belum menentukan sifatsifat yang ada pada operasi penjumlahan bilangan bulat. Berdasarkan hasil tes akhir siklus I, siswa yang memiliki nilai 65 sebanyak 10 (40%). Sedangkan siswa yang memperoleh nilai < 65 sebanyak 15 (60%). Dengan demikian siswa yang tuntas pada siklus I belum mencapai kriteria ketuntasan klasikal, sehingga perlu dilanjukan pada siklus II. Siklus II Tahap Perencanaan (Planning) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 02) tentang operasi pengurangan bilangan bulat, Bahan Ajar (BA 02) yang berisi materi ajar operasi pengurangan bilangan bulat, LKS 04 tentang menentukan hasil pengurangan bilangan bulat, lembar observasi aktivitas guru dan siswa di dalam kelompok, dan menyiapkan soal tes akhir siklus II.
755, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus II dilaksanakan dalam satu kali pertemuan sebagai berikut. 1. Guru melaksanakan RPP 02. 2. Guru meminta siswa mempelajari bahan ajar 02 dan meminta siswa mengerjakan LKS 02. 3. Guru mengarahkan dan menuntun siswa untuk berdiskusi. 4. Guru memberikan PR 5. Melaksanakan tes akhir siklus II.
menentukan hasil pengurangan bilangan bulat. Kelompok IV Anggota kelompok memperhatikan penjelasan guru. Semua anggota terlihat aktif berdiskusi, namun ribut. Ada seorang anggota yang bertanya kepada guru ketika belum mengerti. Pada saat diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, kelihatan semua anggota dapat menjawab.
Tahap Pengamatan a. Hasil Observasi Aktivitas Guru Di awal pembelajaran, guru selalu mengingatkan siswa tentang materi yang telah dipelajari dengan materi yang akan dipelajari. Saat siswa berdiskusi, guru mengontrol dan membimbing mereka. Namun di akhir pembelajaran guru tidak mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman. Guru langsung mengarahkan siswa untuk melakukan tes akhir siklus I. b. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelompok I Saat berdiskusi terlihat semua anggota bekerja sama dan aktif berdiskusi. Guru meminta seorang anggota mengerjakan soal nomor 2 dan jawaban yang diberikan benar. Kelompok II Saat berdiskusi hanya dua anggota yang bekerja sama mengerjakan soal pada LKS. Seorang anggota sebagai perwakilan kelompok mengerjakan soal nomor 1 tentang menentukan hasil dari pengurangan bilangan bulat. Di akhir pembelajaran, ada seorang anggota yang dapat menjawab pertanyaan dengan menggunakan penutup botol. Kelompok III Seluruh anggota serius memperhatikan guru yang sedang menjelaskan. Anggota kelompok terlihat kompak ketika kerja sama dan berdiskusi. Seorang anggota dapat mengerjakan soal nomor 3 tentang
Kelompok V Saat berdiskusi, seorang anggota mengerjakan tugas mata pelajaran lain, namun diskusi antara anggota lain berlangsung baik. Anggota kelompok aktif ketika guru bertanya. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II Hasil belajar siswa pada akhir siklus II terdapat pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Hasil Belajar Siswa KK Banya Persentas M k siswa e 84% 65 21 16% 65 4
Keteranga n Tuntas Belum tuntas
Tahap Refleksi Adapun refleksi dari siklus II sebagai berikut. Aktivitas guru 1. Guru telah melaksanakan seluruh langkah-langkah pembelajaran dalam RPP sesuai waktu yang ditentukan. 2. Perhatian dan ketegasan guru kepada siswa yang tidak aktif ketika diskusi sudah baik. 3. Kemampuan guru dalam mengontrol masing-masing kelompok menunjukkan hasil yang baik. Hal ini terlihat dari diskusi yang dilakukan masing-masing kelompok dan kondisi kelas yang berlangsung tenang, serta sebagian besar siswa yang sudah memperhatikan penjelasan guru dengan saksama.
Mataheru, Peningkatan Hasil Belajar Siswa, 756
Aktivitas Siswa 1. Sebagian besar siswa telah mengarahkan perhatian terhadap penjelasan guru. 2. Saat berdiskusi siswa-siswa yang sebelumnya tidak aktif, kini terlihat aktif dan dapat bekerja sama dengan anggota kelompok lain. 3. Kelompok yang sebelumnya dapat berdiskusi serta kerja sama tetapi dibimbing oleh guru, kini terlihat lebih mandiri. Hasil Belajar Pada Siklus II Berdasarkan hasil belajar siswa pada tes akhir siklus II, menunjukkan bahwa siswa telah mencapai ketuntasan belajar ssebanyak 21 orang atau sebesar 84%. Dengan demikian pembelajaran berakhir pada siklus II. Pembahasan Berdasarkan hasil tes awal maka siswa dibagi menjadi 5 kelompok. Masingmasing kelompok terdiri dari 5 orang, dengan kemampuan yang beragam yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Menurut Nur (2005: 1-2), pembelajaran matematika realistik merupakan strategi pembelajaran yang mengkondisikan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, beranggotakan siswa yang berbeda kemampuannya, jenis kelamin bahkan latar belakangnya untuk membantu belajar satu sama lainnya sebagai sebuah tim. Proses pembelajaran siklus I dilakukan dalam satu kali pertemuan. Materi yang diajarkan pada siklus ini adalah operasi penjumlahan bilangan bulat. Selanjutnya, dari refleksi menunjukkan masih terdapat kekurangan dan kelemahan pada siklus I. Berkaitan dengan proses pembelajaran baik yang berasal dari guru maupun dari siswa. Kekurangan yang berasal dari guru, yaitu guru tidak memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi dan tidak mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman. Secara umum
guru sudah memanfaatkan waktu sesuai dengan waktu yang ditentukan dalam RPP. Guru sudah mengelola kelas sebaik mungkin agar tercipta suasana belajar yang efektif dan sudah tegas kepada siswa-siswa yang tidak serius dalam proses pembelajaran, namun masih terlihat adanya siswa yang berperilaku tidak relevan. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan proses pembelajaran yang dilakukan maka masih terlihat kekurangan yang terdapat dari siswa, yaitu masih ada siswa yang dapat memperhatikan penjelasan guru setelah ditegur. Saat berdiskusi masih terlihat adanya siswa yang tidak berdiskusi. Ada kelompok yang dapat berdiskusi serta kerja sama, namun terus dibimbing oleh guru. Penguasaan siswa pada operasi penjumlahan bilangan bulat belum cukup baik terutama dalam menentukan sifat-sifat pada operasi penjumlahan bilangan bulat. Hal ini disebabkan karena belum seriusnya siswa dalam mempelajari cara mengoperasikan bilangan bulat. Melihat kekurangan dan kelemahan yang masih terjadi pada siklus I serta hasil belajar siswa pada siklus I belum mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan, maka penelitian ini dilanjutkan pada siklus II. Hal-hal yang harus diperbaiki pada tindakan siklus II yaitu, sebelum guru melakukan proses pembelajaran guru lebih memperhatikan langkahlangkah pembelajaran yang ada pada RPP dan dapat menerapkannya sesuai waktu yang telah ditentukan. Guru harus lebih memperhatikan dan tegas kepada siswasiswa yang tidak serius berdiskusi dan memotivasikan siswa agar kerja sama dalam kelompok dapat terjadi tanpa bimbingan guru. Proses pembelajaran siklus II dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Materi yang diajarkan pada siklus ini adalah operasi pengurangan bilangan bulat.
757, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
Sesuai dengan hasil refleksi pada siklus II, pelaksanaan tindakan pada siklus ini dapat dikatakan berlangsung dengan baik. Guru telah melaksanakan seluruh langkahlangkah pembelajaran dalam RPP sesuai waktu yang ditentukan, Perhatian dan ketegasan guru kepada siswa-siswa yang tidak aktif sudah sangat baik. Kemampuan guru dalam mengontrol masing-masing kelompok juga menunjukkan hasil yang baik. Hal ini terlihat dari diskusi yang dilakukan masing-masing kelompok dan kondisi kelas yang berlangsung tenang, serta sebagian besar siswa telah memperhatikan penjelasan guru dengan saksama. Penguasaan siswa pada operasi pengurangan bilangan bulat sudah cukup baik. Hal tersebut nampak dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil tes akhir siklus II menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai sama dengan atau lebih dari 65 (≥ 65) sebanyak 21 siswa (84%). Pada siklus ini, harapan ketuntasan 65% siswa yang harus memperoleh nilai sama dengan atau lebih dari 65 (≥ 65) telah tercapai. Tes hasil belajar dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Menurut Azizah (2007: 26), hasil belajar merupakan hal yang penting, karena merupakan petunjuk untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan siswa dalam kegiatan belajar yang telah dilakukan. Dengan demikian, penggunaan pendekatan pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Ambon pada Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Ambon pada Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat, khususnya pada operasi penjumlahan dan pengurangan. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada setiap siklus sebagai berikut. Pada Siklus I, siswa memperoleh ketuntasan secara klasikal sebanyak 10 orang (40%) dan pada siklus II meningkat menjadi 21 orang (84%). Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dikemukakan saran sebagai berikut. Pendekatan pembelajaran matematika realistik dapat digunakan sebagai variasi pembelajaran, yang dapat digunakan guru untuk mengajar pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang lain.
DAFTAR RUJUKAN Arikunto. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Azizah, N. 2007. Meningkatakan Hasil Pembelajaran Matematika Siswa Kelas II Sekolah Dasar Trayu 01 Kecamatan Singorejo Kab. Kendal Tahun Pelajaran 2006/2007 Pokok Bahasan Penjumlahan Dan Pengurangan Dengan Permainan Kartu Bridge. http://digilib.unes.as.id/9sd/collect/
skripsi/archives/NASO/d5/c5bebd/ 3.dir.doc.pdf. Diakses, 13 Pebruari 2012. Dimyanti dan Mujiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Gravemeijer, K. 1994. Developing Realistic Mathematics Education. Utrecht: Freudental Institute. Indramunawar, 2008. Belajar dan Pembelajaran. Available: http://
Mataheru, Peningkatan Hasil Belajar Siswa, 758
Indramunawar. Blogspot. Com. Diakses pada tanggal 3 juni 2012. Miles, M. B, Huberman, M. A. 1992. Qualitatif Data Analysis. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta. UI Press. Nur, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA. Soedjadi R. 2001. Pembelajaran Matematika berjiwa RME (Suatu Pemikiran Rintisan Ke Arah Upaya Baru). Makalah disajikan pada Seminar Nasional Realistics Mathematic Education (RME) di UNESA Surabaya, Juni 2001.
Sulipan. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. P4TK Bandung. Error! Hyperlink reference not valid. Diakses, Rabu 2 Februari 2011. Suryasobroto. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta Zahra. 2009. Mengajar Matematika Dengan Pendekatan Realistik. Bandung. http://zahra-abcde.blogs pot.com/2010/04/mengajarmatematika-dengan pendekatan. html. Diakses, Rabu 2 Februari 2011.