Didaktika Tauhidi ISSN 2442‐4544 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2016
83
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA PEMBELAJARAN SIFAT‐SIFAT CAHAYA INPROVEMENT OF SCIENCE LEARNING OUTCOMES USING AUDIO‐VISUAL MEDIA ON LEARNING THE PROPERTIES OF LIGHT RR Aliyyah1a dan Y Malia1 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Djuanda Bogor, Jl. Tol Ciawi No. 1 Kotak Pos 35 Ciawi Bogor 16720 a Korespondensi: Rusi Rusmiati Aliyyah, Email:
[email protected] (Diterima: 27‐08‐2016; Ditelaah: 27‐08‐2016; Disetujui: 14‐10‐2016)
ABSTRACT This research is a classroom action research conducted collaboratively to determine the increase in student learning outcomes in learning the properties of light using audio‐visual media in class V SD Negeri Tajurhalang 01 District Cijeruk, Bogor regency, West Java province. Grand Tour beginning of the data shows the value of student learning outcomes as many as 29 people, only 7 students (24.13%), which reached KKM and 22 students (75.87%) who have not reached the KKM amounted to 60. The research model using Kemmis & McTaggart consisting of planning, acting, observing and reflecting the success criteria of the study 75% of students reached the KKM. Research shows that the average value of student learning outcomes VB class of 29 students in the first cycle to obtain a value of 48.62 completeness rate of 55.17%, and the second cycle obtain an average value of 63.44 with a level of mastery amounting to 75.87%. Similarly, the results of observations of students able to show activity in the learning cycle I obtained a value of 62.75% and the activity of students in the second cycle of 67.24%. As for the quality of teaching in the first cycle gained in value by 75.59% and the second cycle of 82.56%. So, that all aspects studied increased. On the quality of learning increases of 8.97%, 4.49% increase student activity and learning outcomes of students increased by 20.7%. This study suggests that the IPA Improved Learning Outcomes Using Audio Visual Media in Education Properties Elementary School fifth grade light Tajurhalang 01 District Cijeruk, Bogor regency of West Java Province can improve student learning outcomes and student activity in the learning process. Keywords: audio visual media, IPA, learning outcomes.
ABSTRAK Penelitian ini merupakan classroom action research yang dilaksanakan secara kolaboratif dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran sifat‐ sifat cahaya dengan menggunakan media audio visual di kelas V SD Negeri Tajurhalang 01 Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Grand Tour awal menunjukan data nilai hasil belajar siswa sebanyak 29 orang, hanya 7 siswa (24,13%) yang mencapai KKM dan 22 siswa (75,87%) yang belum mencapai KKM sebesar 60. Model penelitian menggunakan Kemmis & Mctaggart yang terdiri dari planning, acting, observing dan reflecting dengan kriteria keberhasilan penelitian 75% siswa mencapai KKM. Hasil Penelitian menunjukan bahwa nilai rata‐rata hasil belajar siswa kelas VB dari 29 siswa pada siklus I memperoleh nilai sebesar 48,62 dengan tingkat ketuntasan sebesar 55,17%, dan pada siklus II memperoleh nilai rata‐rata sebesar 63,44 dengan tingkat ketuntasan sebesar 75,87%. Begitu pula dengan adanya hasil observasi siswa dapat menunjukan aktivitas dalam
84
Aliyyah dan Malia
Media audio‐visual pada pembelajaran IPA
pembelajaran siklus I memperoleh nilai sebesar 62,75% dan aktivitas siswa pada siklus II sebesar 67,24%. Adapun kualitas pembelajaran pada siklus I memperoleh nilai sebesar 75,59% dan pada siklus II sebesar 82,56%. Sehingga semua aspek yang diteliti mengalami peningkatan. Pada kualitas pembelajaran meningkat 8,97%, aktivitas siswa meningkat 4,49% dan hasil belajar siswa meningkat 20,7%. Penelitian ini memberi kesimpulan bahwa Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penggunaan Media Audio Visual Pada Pembelajaran Sifat‐sifat cahaya kelas V SD Negeri Tajurhalang 01 Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Provinsi Jawa barat dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Kata kunci: hasil belajar, IPA, media audio visual. Aliyyah RR dan Y Malia. 2016. Peningkatan hasil belajar IPA melalui penggunaan media audio visual pada pembelajaran sifat‐sifat cahaya. Didaktika Tauhidi 4(2): 83‐91.
PENDAHULUAN Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Pendidikan dari segi kehidupan manusia dirasakan sangat penting bagi perkembangan hidup manusia. Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti Bangsa Indonesia saat ini merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntunan pembangunan secara tahap demi tahap. Pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, efektif, dan efesien (berdaya guna dan berhasil guna) akan mampu mempercepat proses pembudayaan bangsa yang berdasarkan pokok dan kesejahteraan umum dan pencerdasan kehidupan bangsa kita sesuai dengan tujuan nasional seperti tercantum dalam alenia IV, Pembukaan UUD 1945. Pendidikan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi setiap individu. Oleh karena itu, pembaharuan dalam dunia pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan (Djaelani dkk. 2014). Pendidikan merupakan satu diantara upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia dan merupakan tanggung jawab semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan.
Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan menjadi prioritas utama, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Faktor yang menyebabkan rendahnya proses pembelajaran antara lain belum dimanfaatkannya sumber belajar secara maksimal, baik oleh guru maupun oleh siswanya sendiri. Faktanya dalam praktik pengajaran selama ini guru hanya menjadi pusat pengajaran, guru menjadi dominan, siswa seolah gelas kosong yang selalu diisi air. Menurut Paulo Freire, penganut sosialisme (Brasilia), salah satu pionir paham rekonstruksionisme sosial, model pengajaran ini merupakan aktifitas gaya pengajaran bank, atau model deposito. Disini guru sebagian deposan selalu mendopositkan pengetahuan kepada siswa, sementara siswa pasif, pembelajaran berlangsung tanpa ada kreativitas dan lupa terhadap hak asasi siswa. Model ini oleh Muska Mosston disebut pengajaran gaya komando (Suyono dan Hariyanto 2015). Pembelajaran sifat‐sifat cahaya tergolong sebagai konsep yang abstrak. Sehingga, siswa membutuhkan sebuah cara penyampaian materi yang mampu mengubah materi abstrak menjadi konkret. Jika pembelajaran selalu dilakukaan tanpa
Didaktika Tauhidi ISSN 2442‐4544 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2016
adanya media pembelajaran, maka semakin berkurang dan hasil belajar tidak meningkat. Oleh karna itu, dibutuhkan media pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa, serta mampu mengkongkretkan materi sifat‐sifat cahaya. Maka jenis materi seperti ini akan mudah dipahami oleh siswa dengan menggunakan media audio visual yang terdiri dari uraian materi secara verbal disertai dengan gambar, video, dan animasi. Mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Tajurhalang 01 Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor, telah ditetapkan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 60, Pada hasil observasi di kelas V dengan jumlah siswa 29 orang, hanya 7 siswa (24,13%) yang mencapai KKM dan 22 siswa (75,87%) yang belum mencapai KKM. Pada hasil analisis selama observasi adalah rendahnya hasil belajar IPA di kelas V dan siswa tidak termotivasi saat pembelajaran, jenuh dengan materi yang disampaikan serta tidak adanya penghargaan, sehingga hasil belajar siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimum. Penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa, sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran yang lebih baik. Kegunaan dan manfaat media pembelajaran sangat menguntungkan dalam penyampaian pesan kepada penerima pesan. Dengan kelebihan‐kelebihan yang dimiliki oleh setiap media pembelajaran diharapkan dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, keterbatasan indra manusia, perbedaan gaya belajar, dan karakteristik penerima pesan. Bahan pembelajaran akan jelas maknanya bila menggunakan media pembelajaran untuk menarik minat belajar siswa, sehingga dapat lebih dipahami dan memungkinkan siswa mencapai tujuan
85
pembelajaran yang lebih baik. Siswa bukan hanya mendengarkan uraian dari guru, tetapi ada aktivitas seperti mengamati, melakukan, dan mendemonstrasikan, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Banyak media yang dapat digunakan dalam pembelajaran, satu diantaranya adalah media audio visual. Media audio visual merupakan perantara atau penggunaan materi dan penyerapan melalui pandangan dan pendengaraan, sehingga membangun kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Penggunaan media audio visual dalam pengajaran dapat diharapkan tumbuhnya motivasi, minat, bergairah dalam belajar, dan dapat meningkatkan aktivitas belajaranya, serta dapat dengan mudah memahami materi yang diajarkan. Media audio visual dapat membantu siswa dalam menyerap isi pelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa untuk lebih berprestasi dan termotivasi agar lebih giat belajar. Pada siswa kelas V Sekolah dasar, penggunaan media dapat memperjelas sesuatu yang abstrak atau khayalan menjadi lebih nyata, faktual dan kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan. Untuk itu peneliti akan melakukan suatu penelitian dengan menggunakan pendekatan tindakan kelas yaitu peningkatan hasil belajar siswa melalui penggunaan media audio visual pada mata pelajaran IPA kelas V dengan materi pembelajaran sifat‐sifat cahaya dan penerapannya semester genap tahun pelajaran 2015/2016 di Sekolah Dasar Negeri Tajurhalang 01.
86
Aliyyah dan Malia
MATERI DAN METODE Materi Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas adalah suatu kegiatan penelitian yang berkonteks kelas yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah‐masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memeperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencoba hal‐hal baru dalam pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran (Andriani dkk. 2010). Penelitian tindakan juga dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut (Sanjaya 2010). Adapun penelitian kelas dari para pakar penelitian dapat diartikan sebagai penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, merefleksikan, tindakan secara kolaboratif yang bertujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat (Kusumah dan Dwitagama 2010). Berdasarkan pendapata para pakar tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang memfokuskan pada masalah yang berkaitan serta dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang diteliti, seperti guru, siswa, atau kepala sekolah yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang ada di kelas.
Tujuan dan Karakteristik PTK Penelitian tindakan pada umumnya, ada sejumlah tujuan yang ingin dicapai oleh
Media audio‐visual pada pembelajaran IPA
pelaksana PTK. Menurut Grundy dan Kemmis (1982) tujuan penelitian tindakan kelas meliputi tiga hal, yakni peningkatan praktik, pengembangan professional, dan peningkatan situasi tempat praktik berlangsung. Suatu produk penelitian (dalam hal ini pengetahuan) yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mempunyai beberapa karakteristik (Andriani dkk. 2011). a. Objektif, yaitu penelitian dan deskripsi prosedur perlu sejelas mungkin agar terbuka peluang bagi peneliti lain untuk mereplikasi penelitian tersebut. b. Bahasa yang digunakan harus jelas sehingga orang lain tidak salah paham dalam menagkap makna yang ingin dituangkan dalam laporan penelitian. c. Dapat diverifikasi, yaitu keterbukaan dalam penelitian yang terkait erat dengan dua aspek sebelumnya, yakni objektivitas dan akurasi (kejelasan). d. Empirik, adanya bukti dalam penelitian “sumber atau data” (Andriani dkk. 2011). Karakteristik penelitian yang membedakan dengan jenis‐jenis penelitian lain (Wardhani dan Wihardit 2012) yaitu: a. adanya masalah dalam PTK yang perlu diperbaiki dalam praktik pembelajaran yang dilakukannya. b. refleksi diri, yaitu guru mengumpulkan data dari praktiknya sendiri melalui refleksi diri. c. dilakukan di dalam kelas yang terfokus pada pembelajaran berupa perilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi. d. memperbaiki pembelajaran yang dilakukan secara bertahap dan terus‐ menerus, selama kegiatan penelitian dilakukan.
Didaktika Tauhidi ISSN 2442‐4544 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2016
Manfaat PTK Sesuai dengan tujuan dan karakteristik seperti yang telah dijelaskan, maka PTK memiliki manfaat sebagai berikut. a. Manfaat untuk guru, yaitu dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang menjadi tanggung jawabanya. b. Manfaat untuk siswa, yaitu mengurangi bahkan menghilangkan rasa jenuh dalam proses pembelajaran dan dapat berpengaruh positif terhadap pencapaian hasil belajar siswa. c. Manfaat untuk sekolah adalah berkembangnya guru‐guru yang kreatif dan inovatif upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
Model Kemiss dan Taggart Menurut Kemmis dan Mc Taggart penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya (Sukayati 2008). Desain Penelitian PTK yang digunakan adalah model spiral Kemmis dan Taggart. Yang membedakan model penelitian Kemmis dan Taggart dengan yang lainnya, yang pertama Kemmis dan Taggart pernah melakukan Action Reaserch atau penelitian kelas berbasis inkuiri pada pelajaran sains, serta siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali, tetapi beberapa kali hingga tercapai tujuan yang diharapkan. Alasan peneliti menggunakan desain PTK model Kemmis dan Taggart adalah karena tahapan dalam tindakannya sederhana, sehingga mudah dipahami oleh peneliti. Pertimbangan lain dalam penelitian ini permasalahan yang dihadapi di kelas memerlukan penyelesaian alur PTK dengan menggunakan media audio visual yang
87
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dan model Kemmis Taggart menggabungkan antara tindakan dan observasi. Hal ini dilakukan karena pada pelaksanaannya komponen tindakan penelitian tidak terpisah dengan komponen observasi.
Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut berwujud pada jenis‐jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran (Sasmita 2012). Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Jihad dan Haris 2013). Adapun keberhasilan belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan saja perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga pengetahuan untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan, dan penghargaan, dalam diri individu yang belajar (Supardi 2015). Secara sederhana hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi (Susanto 2013). Berdasarkan pengertian menurut beberapa para ahli, maka hasil belajar merupakan suatu peningkatan pengembangan mental yang berwujud kognitif, afektif dan psikomotor. Serta perwujudan dari terealisasinya kegiatan
88
Aliyyah dan Malia
belajar yang menghasilkan suatu pemahaman atau pengetahuan baru.
Macam‐Macam Hasil Belajar Hasil belajar sebagaimana telah dijelaskan di atas meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif), untuk lebih jelasnya bisa dijelaskan sebagai berikut: a. Pemahaman Konsep Pemahaman konsep diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. b. Keterampilan Proses Keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Keterampilan berarti kemapuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efektif dan efesien untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitasnya. c. Sikap Sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata, melainkan mencakup pula aspek respons fisik. Jadi, sikap ini harus ada kekompakan antara mental dan fisik secara serempak (Susanto 2013).
Media Audio Visual Media audio visual dapat dibagi menjadi dua jenis. Jenis pertama, dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan audio visual murni, seperi film gerak bersuara, televisi dan video. Jenis kedua adalah media audio visual tidak murni yakni apa yang kita kenal dengan slide, OHP dan peralatan visual lainnya (Munadi 2013).
Media audio‐visual pada pembelajaran IPA
Media Audio dan audio visual merupakan bentuk media pemebalajaran yang murah dan terjangkau, hampir tidak memerlukan biaya tambahan, media audio visual dapat menampilkan pesan yang memotivasi (Arsyad 2002). Media audio visual disebut juga media video. Video merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Adanya unsur audio memungkinkan siswa untuk dapat menerima pesan pembelajaran melaui pendengaran, sedangkan usur visual memungkinkan penciptaan pesan belajar melalui bentuk visualisasi. Media audio visual merupakan media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar (Juliantara 2010). Audio visual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu penegtahuan dan teknologi) media yang dapat dilihat dan didengar. Media audio visual adalah media yang memiliki dua unsur yaitu unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi dua jenis media yang digabungkan antara media audio dengan media visual (Atoel 2011). Berdasarkan para ahli media audio visual merupakan kombinasi antara media audio, dan media visual yang penyampaian pesannya dapat diterima oleh indera pendengaran dan indera penglihatan. Akan tetapi gambar yang dihasilkannya adalah gambar diam atau memiliki unsur sedikit gerak. Dengan menggunakan media ini pembelajaran akan semakin lengkap dan optimal.
Metode Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas. Desain alur (siklus) PTK adalah desain penelitian PTK secara konseptual. Desain penelitian kelas menggunakan Kemmis dan
Didaktika Tauhidi ISSN 2442‐4544 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2016
89
Taggart yang terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Namun diawali dengan refleksi awal atau disebut prapenelitian. Pelaksanaan penelitian tindakan adalah proses yang terjadi dalam suatu lingkaran yang terus menerus (Sanjaya 2010).
Tabel 1 Deskripsi hasil penelitian tes awal (pra siklus) ketercapaian nilai hasil belajar pembelajaran sifat‐sifat cahaya
Kriteria Keberhasilan Tindakan
Tabel 1 menunjukkan ketuntasan nilai hasil tes awal (pretest) masih rendah. Siswa yang tuntas hanya 8 orang atau 207,60%. Sementara itu, 72,40% atau 21 orang masih di bawah KKM = 60.
Kriteria keberhasilan pembelajaran pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Tajurhalang 01 Kabupaten Bogor dengan menerapkan media audio visual berbasis video, maka kiteria keberhasilan penelitian 75% dari jumlah siswa yang mencapai KKM sebesar 60.
Data dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian tindakan kelas adalah data tentang proses pembelajaran di kelas, termasuk interaksi guru‐guru dan siswa‐siswa yang relevan sebelum dan setelah dilakukan, serta data mengenai hasil belajar anak. Sumber data yang utama dalam penelitian ini, siswa kelas V SD Negeri Tajurhalang 01 dengan jumlah siswa 29 orang terdiri dari 15 siswi perempuan dan 14 siswa laki‐laki dan sumber data yang lain dalam penelitian ini adalah kolaborator. Adapun jenis data yang digunakan dalam PTK ini adalah: (1) dokumen (dokumen catatan hasil belajar, absen, dan lain‐lain); (2) foto‐foto; (3) laporan pengamatan; (4) tes.
HASIL DAN PEMBAHASAN Temuan penelitian dimulai pada prasiklus, kemudian dilanjutkan ke siklus I dan siklus II hingga mencapai nilai ketuntasan hasil belajar.
No
Keterangan
Frekuensi Persentase
1
Tuntas
8
27,60%
2
Belum tuntas
21
72,40%
Jumlah
29
100%
Tabel 2 Deskripsi siklus I ketercapaian nilai hasil pembelajaran sifat‐sifat cahaya No
Keterangan
Frekuensi Persentase
1
Tuntas
16
55,17%
2
Belum tuntas
13
44,83%
Jumlah
29
100%
Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus I diperoleh data sebanyak 16 siswa atau 55,17% yang mencapai KKM dan 13 siswa atau 44,83% yang belum mencapai KKM. Maka dari itu peneliti melakukan tindakan kelas yang memasuki tahap siklus II. Tabel 3 Deskripsi siklus II No
Keterangan
Frekuensi Persentase
1
Tuntas
8
75,87%
2
Belum tuntas
21
24,13%
Jumlah
29
100%
Ketercapaian nilai hasil belajar pembelajaran sifat‐sifat cahaya siklus II. Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus II di atas diperoleh data sebanyak 22 siswa atau 75,87% yang mencapai KKM dan 7 siswa atau 24,13% yang belum mencapai KKM.
90
Aliyyah dan Malia
Media audio‐visual pada pembelajaran IPA
Pembahasan Hasil penelitian dibahas pada setiap siklus, untuk memperjelas maka dapat disajikan sesuai dengan Tabel 4. Tabel 4 Hasil penelitian pada siklus I dan II Aspek
Siklus (%) 1
Kualitas Pembelajaran
Kategori
Makna
Keterangan
2
73,59% 82,56%
A
Sangat Meningkat berkualitas 8,97%
Aktivitas Siswa 62,75% 67,24%
B
Baik
Hasil Belajar
A
Sangat baik Meningkat 20,70%
55,17% 75,87%
24,13%. Berdasarkan hal tersebut, maka proses penelitian dengan menggunakan media audio visual pada siswa kelas VB Sekolah Dasar Negeri Tajurhalang 01 Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor dinyatakan berhasil menjadi peneliti berkualitas atau sangat baik dalam proses pembelajarannya sehingga penelitian tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Meningkat 4,49%
Pada data yang diperoleh dalam penelitian selama dua siklus maka kriteria keberhasilan telah mencapai target yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu 75% dari jumlah siswa mendapat nilai di atas KKM sebesar 60. Maka penelitian tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya karena penelitian ini sudah berhasil. 1. Pembahasan siklus I Penggunaan media audio visual dengan menerapkan metode demonstrasi pada pelaksanaan pembelajaran siklus I masih belum sepenuhnya dapat berjalan dengan baik dan masih belum efektif. Hal itu berdampak masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM sebesar 60. Hasil belajar tersebut dapat tercermin dari tingkat ketuntasan siswa yang baru mencapai 55,17% atau sebanyak 16 orang siswa yang mencapai KKM. Sedangkan yang belum mencapai KKM sebanyak 13 orang siswa atau sebesar 44,90%. 2. Pembahasan siklus II Pada siklus II hasil ketuntasan belajar di kelas mengalami peningkatan. Dengan hasil belajar dapat tercermin dari tingkat ketuntasan siswa yang sudah mencapai 75,87% atau sebanyak 22 orang siswa yang mencapai KKM, dan yang belum mencapai KKM sebanyak 7 orang siswa atau sebanyak
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Penerapan media audio visual berbasis video dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Tajurhalang 01 Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat dengan materi sifat‐ sifat cahaya Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016. Peningkatan hasil belajar tersebut dapat dibuktikan dengan ketuntasan hasil belajar siswa. Jika pada prasiklus siswa yang tuntas sebesar 27,60%, siklus I sebesar 55,17%, dan siklus II sebesar 75,87%. Maka dapat dilihat adanya peningkatan hasil belajar siswa melalui tes lembar soal yang dikerjakan secara individu pada proses akhir pembelajaran selesai. Adapun proses peningkatan hasil belajar tidak terlepas dari aktivitas siswa yang pada sisklus I memiliki nilai rata‐rata sebesar 62,75%, Siklus II meningkat sebesar 67,24%, dan kualitas pembelajaran guru sebesar 55,17 dan Siklus II sebesar 78,57%.
DAFTAR PUSTAKA Andriani Durri, dkk. 2011. Metode penelitian. Universitas Terbuka, Jakarta. Atoel. 2011. Media pembelajaran. Pustaka Belajar, Yogyakarta. Arsyad A. 2002. Media pengajaran. Rosdakarya, Bandung. Daryanto. 2011. Media pembelajaran modern. Jakarta: Prada Media Group.
Didaktika Tauhidi ISSN 2442‐4544 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2016
Djaelani S dkk. 2014. Dasar‐dasar kependidikan. Pustaka Mandiri, Tanggerang. Jihad A dan A Haris. 2013. Evaluasi pembelajaran. Multi Pressindo, Yogyakarta. Juliantara. 2010. Strategi belajar mengajar. Ciputat Press, Jakarta. Kusumah W dan Dwitagama. 2010. Mengenal penelitian tindakan kelas. Indeks, Jakarta. Munadi Y. 2013. Media pembelajaran. Reverensi GP PRESS GROUP, Jakarta. Sanjaya W. 2010. Penelitian tindakan kelas. Prenada Media Group, Jakarta.
91
Sasmita. 2012. Proses belajar mengajar. Bumi Aksara, Jakarta. Sukayati. 2008. Penelitian tindakan kelas. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan, Yogyakarta. Supardi. 2015. Penilaian autentik. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Susanto A. 2013. Teori belajar dan pembelajaran di Sekolah Dasar. Fajar Interpratama Mandiri, Jakarta. Suyono dan Hariyanto. 2015. Belajar dan pembelajaran. Remaja Rosdakarya, Bandung. Wardhani I dan K Wihardit. 2012. Penelitian tindakan kelas. Universitas Terbuka, Jakarta.