PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PROJECTBASED LEARNING KELAS XI TKJ 2 DI SMK NEGERI 1 BANCAK
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer
Peneliti: Fithrohatul Hanif 702011009 Mila C. Paseleng, S.Si., M.Pd.
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Oktober 2015
i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PROJECT-BASED LEARNING KELAS XI TKJ 2 DI SMK NEGERI 1 BANCAK 1)
Fithrohatul Hanif, 2)Mila C. Paseleng, S.Si., M.Pd.
Program Studi Pendidikan Teknik Informasi dan Komunikasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga Email: 1)
[email protected], 2)
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa dengan menggunakan metode Project-Based Learning (PjBL) pada mata pelajaran produktif: Perbaikan Koneksi Jaringan LAN kelas XI TKJ 2 semester 1 di SMK Negeri 1 Bancak Tahun Ajaran 2015/2016. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis & Mc Taggart.Penilaian keaktifan, dinilai berdasarkan pengamatan yang beracu pada indikator keaktifan. Keaktifan yang menonjol dari penerapan metode ini adalah melaksanakan tugas dan memecahkan masalah, serta keaktifan mereka berbicara seperti halnya bertanya dan berpendapat.Namun, keatifan yang kurang adalah menilai diri sendiri.Hasil belajar siswa meningkat menjadi 77% siswa yang tuntas.Hasil angket menunjukkan bahwa efektivitas metode Project-Based Learning (PjBL) mendapat tanggapan positif dan diterima siswa dalam proses pembelajaran yaitu sebesar 77.41%.Hal ini menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap metode Project-Based Learning (PjBL) adalah positif.Sehingga banyak manfaat yang didapatkan saat menerapkan metode Project-Based Learning (PjBL).Keterampilan yang diperoleh siswa dari penelitian ini antara lain siswa mampu melakukan penyambungan kabel baik straight maupun cross over, melakukan pengalamatan IP dan melakukan sharing data antar komputer. Siswa juga terampil dalam membuat berbagai topologi jaringan lokal secara sederhana. Kata Kunci: Pembelajaran berbasis Proyek, Keaktifan Abstract The purpose of this research is to improve students’ grade and learning activity by using Project-Based Learning (PjBL) in a productive course: Repairing LAN Network Connection for students of XI TKJ 2 in SMK Negeri 1 Bancak 2015/2016. This research used Class Action Research model of Kemmis and Mc Taggart. Students’ activeness was assessed based on indicators used during observation. Completing assignments and problem solving were scored high, as well as speaking activity, such as asking and involved in discussion. Self-evaluation was scored the least. Student learning outcomes increased to 77% of students who pass the KKM. The questionnaire results showed that this Project-Based Learning (PjBL) received positive responses from students that is equal to 77.41%. The skills obtained by students of this study included ability to perform both straight and cross-over cable connection, IPs addressing and computer data sharing. Students were also skilled in making various simple local network topology. Keywords: Project-based learning, activeness
1
1. Pendahuluan Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Pada sistem pengajaran, kompetensi digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan profesional yaitu kemampuan untuk menunjukkan pengetahuan dan konseptualisasi pada tingkat yang lebih tinggi [1]. Kompetensi dalam hal ini diartikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa. Kemampuan yang dimaksud adalah melaksanakan tugas atau peran, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, serta kemampuan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan [2]. Untuk mencapai kompetensi tersebut, diperlukan metode pembelajaran yang sesuai dimana siswa mampu melaksanakan peran dan tugasnya sehingga memperoleh kemampuan dan keterampilan untuk masa mendatang. Melalui metode pembelajaran yang tepat, tujuan pembelajaran akan tercapai. Salah satu metode pembelajaran yang mampu mencapai kompetensi siswa khususnya siswa SMK adalah Metode Project-Based Learning (PjBL). Beberapa hal yang dapat dijadikan tolak ukur tercapainya suatu kompetensi adalah perolehan hasil belajar dan keaktifan siswa di kelas yang tinggi. Siswa semakin berkompeten dan terampil jika ia terlibat secara aktif dalam pembelajaran kompetensi dan keterampilan tersebut. Berdasarkan pengamatan pembelajaran mata pelajaran produktif di kelas XI TKJ 2 SMK Negeri 1 Bancak bahwa hasil belajar mereka relatif rendah dan kurang aktif. Hal ini dapat disebabkan karena guru mata pelajaran produktif tersebut menggunakan metode pembelajaran yang monoton, sehingga siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Metode pembelajaran yang dilakukan adalah ceramah yang menggunakan LCD Proyektor sebagai alat dalam penyampaian materinya. Sudah saatnya guru mengubah cara mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk dapat menarik perhatian siswa, mempermudah siswa dalam memahami materi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Belajar yang aktif berarti siswa diajak untuk mengerahkan segala kemampuan dan keterampilan yang ada pada diri mereka, serta menggali ide-ide, memecahkan masalah serta solusi dari penyelesaian masalah tersebut. Permasalahan yang ada pada siswa XI TKJ 2 tersebut mereka kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga mereka belum memiliki keterampilan dalam melakukan perbaikan koneksi jaringan LAN. Jika mereka terlibat aktif dalam pembelajaran dan metode pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sesuai yaitu pembelajaran aktif, maka siswa berkesempatan untuk memiliki keterampilan dalam hal jaringan. Prinsip pembelajaran aktif sama halnya dengan prinsip tabula rasa yang menyatakan bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman [3]. Siswa diharapkan kelak mampu mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah mereka pelajari. Guru tidak hanya sekedar memberikan dan mentranformasikan pengetahuan dan ilmunya kepada siswa, tetapi dapat merespon serta menerapkan yang telah ia punya. Variasi pokok metode pembelajaran aktif diwujudkan dalam pembelajaran yang salah satunya adalah pembelajaran berbasis proyek atau Project-Based Learning 2
(PjBL) [3]. Metode pembelajaran ini merupakan suatu pembelajaran yang mengaitkan antara teknologi dengan masalah kehidupan sehari-hari yang akrab dengan siswa atau dengan suatu proyek sekolah [3]. Pembuatan project ini mampu membuat kemampuan berkomunikasi, berpikir, kreatif, berkolaborasi, berpikir kritis dan memecahkan masalah-masalah siswa [4].Pembelajaran kooperatif mampu membuat siswabekerja sama dengan teman sebaya dalam menyelesaikan suatu project. Melalui pembuatan project secara bersama-sama, siswa mampu berperan aktif dan saling membantu satu sama lain dalam menyelesaikan suatu project. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka penelitian ini akan mengkaji tentang penerapan metode pembelajaran Project-Based Learning (PjBL) untuk mengatasi kendala pada mata pelajaran produktif Teknik Komputer Jaringan kelas XI di SMK Negeri 1 Bancak.
2. Tinjauan Pustaka Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai kajian metode Project-Based Learning (PjBL) dilakukan dalam 4 tahap yaitu persiapan, implementasi, seminar project dan penutup. Dari tahap-tahap tersebut dapat diperoleh hasil bahwa terdapat beberapa peningkatan dalam efektivitas PjBL dalam perkuliahan evaluasi hasil belajar, meningkatnya kemampuan mahasiswa mengidentifikasi permasalahan, merencanakan project evaluasi, serta menganalisis dan merefleksikan keterkaitan antara teori dengan praktik evaluasi [5]. Penelitian mengenai Project-Based Learning dilakukan pada mata pelajaran sejarah. Teknik analisis data konversi kuantitatif menjadi kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah siswa dapat menyelesaikan proyek secara kelompok dalam media JouRy melalui puzzle dan LKS. Metode pembelajaran Project-Based Learning dengan media JouRy ini berpengaruh positif terhadap sikap dan hasil siswa dalam pembelajaran [6]. Kedua hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode Project-Based Learning (PjBL) dapat meningkatkan hasil belajar dan sikap siswa. Dalam penelitian ini bermaksud untuk menggunakan metode Project-Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa pada mata pelajaran produktif: Perbaikan Koneksi Jaringan LAN kelas XI TKJ 1 Semester 1 di SMK Negeri 1 Bancak Tahun Ajaran 2015/2016. Pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) adalah metode pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media.Fitur implementasi PjBL adalah sebuah aktivitas, tugas, penelitian, persediaan sumber, perancangan, kolaborasi dan kesempatan untuk merefleksikan dan mentransfer [7]. Langkah-langkah pembelajaran dalam Project-Based Learning atau Pembelajaran Berbasis Proyek terdiri diri : a. Start With Essential Question, b. Design a Plan for the Project, c. Create a Schedule, d. Monitor the Students and the Progress of The Project, e.Assess the Outcome, dan f. Evaluate the Experience[8]. 3
Langkah pembelajaran dimulai dengan sebuah pertanyaan (Start With Essential Question). Pertanyaan ini menjadi dasar sebuah permasalahan sehingga menjadi sebuah proyek yang harus dikerjakan oleh siswa.Kemudian, siswa membuat desain dari proyek tersebut (Design a Plan for the Project) yang dilanjutkan dengan menyusun jadwal pembuatan proyek (Create a Schedule). Setelah semua tahap perencanaan telah dilakukan, siswa mulai melakukan pengerjaan proyek yang dimonitoring oleh guru (Monitor the Students and the Progress of The Project). Guru berhak menilai hasil dari proyek tersebut (Assess the Outcome). Pada tahap akhir, guru bersama-sama siswa mengevaluasi pengalaman mereka saat pembuatan proyek mulai dari tahap perencanaan hingga tahap penilaian (Evaluate the Experience). Salah satu pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan metode ProjectBased Leaning (PjBL) ini adalah pelajaran produktif dari paket keahlian Teknik Komputer Jaringan. Pembelajaran produktif ini menuntut siswa untuk mempunyai keterampilan dan keahlian salah satunya dalam melakukan perbaikan koneksi jaringan LAN. Dalam pembelajaran perbaikan koneksi jaringan LAN ini siswa diharuskan melakukan diagnosis dan perbaikan jaringan baik secara pribadi maupun secara kelompok. Keterampilan dan keahlian diagnosa sambungan jaringan,pembuatan kabel jaringan, penginstalan driver dan setting jaringan dapat diperoleh secara bertahap melalui metode Project-Based Learning (PjBL). Penerapan metode Project-Based Leaning (PjBL) dapat terlaksana dengan baik jika siswa semakin aktif dan hasil belajar dalam pembelajaran tersebut meningkat. Siswa yang aktif merupakan siswa yang terlibat secara intelektual dan emosional dalam kegiatan belajar [9]. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran tidak hanya keterlibatan dalam bentuk fisik seperti diskusi kelompok, mengerjakan/melakukan sesuatu akan tetapi dapat juga dalam bentuk proses analisis, analogi, komparasi, penghayatan yang kesemuanya merupakan keterlibatan siswa dalam hal psikis dan emosi [10]. Siswa yang aktif akan terlihat pada diri siswa akan adanya keberanian untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, keinginan dan kemauannya. Dalam dimensi siswa ini nanti pada akhirnya kemampuan siswa akan tumbuh dan berkembang [10]. Selain dari keaktifan, keberhasilan penerapan metode ini dapat dilihat melalui hasil belajar. Hasil belajar adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun tim [11]. Penerapan metode Project-Based Leaning (PjBL) dapat dikatakan berhasil jika 70% siswa mempunyai keaktifan dalam kategori keaktifan yang tinggi dan 70% siswa memiliki hasil belajar yang tuntas dengan nilai lebih dari 74. Respon dan manfaat dari siswa diperoleh berdasarkan angket yang diberikan di akhir penelitian ini dengan rumus : Data hasil lembar observasi aktivitas belajar siswa dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut [12]: Berdasarkan pedoman penskoran yang telah dibuat, dihitung jumlah skor untuk masing-masing siswa. Skor masing-masing siswa dikumulatifkan untuk setiap indikator dan dicari presentasenya dengan rumus : ?? ? ?? ℎ ?? ?? ? ????? ?? ℎ? ? ? ? ? ? ? ?? ? ?? ? ?? ? ?? ? × 100% ? ????? ?? ?? = ?? ? ?? ℎ ?? ?? ? ? ? ??? ? ? ? ? ? ? ? ?? ? ?? ? ?? ? ?? ? 4
Hasil presentase kemudian dikualifikasikan untuk membuat kesimpulan mengenai keaktifan siswa terhadap pembelajaran dengan kriteria dari Sugiyono [12].
3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode PTK (Penelitian Tindakan Kelas) atau yang sering disebut dengan Classroom Action Research (CAR).Alasan pemilihan metode PTK bertujuan untuk memberikan informasi tentang peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan menerapkan metode Project-Based Learning pada mata pelajaran produktif di SMK Negeri 1 Bancak. Classroom action research adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh seseorang di sekolah yang bekerja mengenai apa yang sedang ia laksanakan tanpa mengubah sistem pelaksanaannya [13]. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaboratif partisipatif. Kolaboratif artinya peneliti bekerja sama dengan guru mata pelajaran sedangkan partisipatif artinya peneliti dibantu teman sejawat sebagai observer. Subjek pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI TKJ 2 sebanyak 39 siswa. Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari tugas mandiri berupa tes formatif dan penulisan job sheet siswa, penilaian tanya jawab, hasil observasi keaktifan siswa dan hasil angket respon siswa terhadap pembelajaran. Sedangkan untuk instrumen yang digunakan adalah tes formatif dan penulisan job sheet tiap siklus, lembar observasi keaktifan siswa dan angket respon siswa terhadap pembelajaran. Model penelitian ini menggunakan desain tindakan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Model penelitian tindakan yang dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi) dan refleksi [14].
5
Gambar 1.Alur PTK Kemmis & Mc Taggart
Untuk desain pembelajaran pada siklus I dan II ini berdasarkan langkahlangkah pada Project-Based Learning (PjBL) oleh George Lucas (2005) yaitu Essential Question, Design A Plan for Project, Create Schedule, Progress of Project, Assess the Outcome dan Evaluate Experience [8]. Tabel 1. Desain Langkah Pembelajaran Project-Based Learning No Langkah-langkah 1. Essential Question
2.
3. 4.
5.
6.
Kegiatan Guru memberikan penjelasan materi pada pertemuan tersebut, kemudian guru mengajukan sebuah permasalahan/pertanyaan mengenai koneksi jaringan LAN, dan dijadikan sebagai bahan pembuatan proyek. Design a Plan for the Project Guru bersama siswa menyusun kisi-kisi mengenai hal-hal yang harus dilakukan siswa dalam kegiatan pembuatan proyek ini. Siswa menyusun pengalamatan IP yang digunakan pada masing-masing komputer. Create a Schedule Siswa menyusun jadwal pembuatan proyek tersebut. Monitor the Students and the Siswa mencari informasi mengenai hal-hal yang harus dilakukan dalam trouble shooting dan perbaikan koneksi Progress of The Project Jaringan LAN. Setelah mendapatkan informasi tersebut, melakukan perbaikan dan setting agar komputer satu sama lain dapat terhubung. Assessment the Outcome Jaringan tersebut diuji dengan melakukan tes ping dan sharing data.Kemudian siswa diberi tugas untuk menyusun Job-Sheet berdasarkan kegiatan praktik pembuatan proyek kabel LAN yang ia lakukan dan diunggah ke dalam Google Drive. Evaluate the Experience Guru membuka sesi tanya jawab baik guru yang bertanya maupun siswa yang mengajukan pertanyaan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencurahkan perasaan terhadap project tersebut. Dan Siswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil proyek mereka.
6
Setiap akhir pembelajaran baik pada siklus I maupun pada siklus II diberikan tes formatif. Tes formatif berupa soal uraian, tanya jawab dan penyusunan job sheet digunakan sebagai instrumen dalam meneliti hasil belajar siswa dengan standard kompetensinya adalah Melakukan Perbaikan dan/atau Setting Ulang Koneksi Jaringan dan kompetensi dasarnya adalah Melakukan Perbaikan Koneksi Jaringan. Kisi-kisi tes formatif dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini : Tabel 2. Kisi-Kisi Evaluasi Tes Tertulis Pembelajaran Siklus I
Siklus II
Jml Soal Indikator 10 Siswa mampu menjelaskan pengertian jaringan, penggolongan jaringan dan contohnya Siswa mampu menjelaskan perbedaan kabel straight dan cross over Siswa mampu memberi contoh IP address dan mampu membedakan kelas, net id, host id dan subnet mask dari ip address tersebut. Siswa mampu menjelaskan perbedaan OSI Layer dan TCP/IP 12 Siswa mampu menjelaskan macam kabel jaringan Siswa mampu menjelaskan pengertian jaringan, penggolongan jaringan dan contohnya Siswa mampu menggambarkan beberapa macam topologi jaringan serta perbedaannya
Penilaian pada hasil belajar berdasarkan patokan pada kurikulum yang digunakan guru produktif Teknik Komputer Jaringan di SMK Negeri 1 Bancak dengan ketuntasannya lebih dari 74 adalah ? ? = (0 − 5) ? ? + 50% ? ? + 50% ?? ? 100
Keterangan : HB : Hasil Belajar TJ : Tanya Jawab F : Tes Formatif JS : Nilai Job sheet atau laporan proyek
Untuk meneliti keaktifan siswa, menggunakan lembar observasi keaktifan siswa dimana indikatornya mengacu pada indikator keaktifan yaitu melaksanakan tugas, pemecahan masalah, bertanya, mencari informasi, berdiskusi, menilai kemampuan sendiri, melatih memecahkan masalah dan menyelesaikan tugas [15].
4. Hasil dan Pembahasan Proses pembelajaran pada siklus I dimulai dengan pemberian masalah yaitu “Bagaimana mengirim data/file tanpa menggunakan media penyimpanan eksternal antara dua computer?” (start with a essential question). Pertanyaan ini diajukan oleh guru kepada siswa sebagai dasar pembuatan projek mereka.Tujuan diajukannya pertanyaan ini agar siswa mampu membuat jaringan peer to peer dan melakukan sharing data antar 2 komputer. Tahap berikutnya adalah tahap design a 7
plan dimana pada tahap ini siswa diharuskan menyusun rencana mereka dalam pembuatan proyek yaitu informasi-informasi yang diperlukan dan tahapantahapan atau hal-hal yang harus dikerjakan dalam proyek tersebut. Penyusunan tahapan tersebut juga diberi waktu atau lama pengerjaan proyek serta pembagian tugas pada masing-masing anggota kelompok. Tahap ini disebut juga dengan tahap create schedule yang berarti masing-masing kelompok menyusun jadwal pembuatan proyek dari awal hingga akhir. Pada kedua tahap ini, masing-masing kelompok mengalokasikan waktu pada masing-masing sub projek. Sub projek tersebut terdiri dari penyambungan kabel, pengalamatan IP, uji koneksi dan sharing data. Alokasi waktu yang digunakan dalam pembuatan projek dari masing-masing kelompok memiliki rata-rata 60 menit. Pada 15 menit pertama digunakan untuk proses penyambungan kabel, 10 menit berikutnya digunakan untuk pengalamatan IP, 5 menit digunakan untuk uji koneksi melalui command prompt, dan 30 menit digunakan untuk proses sharing data. Setelah tahap perencanaan proyek telah dilaluimaka siswa diperkenankan untuk proses pembuatan proyek yang dimonitori oleh guru. Proses pengerjaan proyek ini dilakukan berdasarkan pembagian tugas pada masing-masing anggota kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 9-10 siswa dimana 2 siswa bertugas melakukan penyambungan kabel, 2 siswa bertugas melakukan pengalamatan IP, 3 siswa bertugas melakukan sharing data dan 3 siswa lainnya bertugas sebagai penyusun job sheet. Walaupun mendapatkan tugas yang berbeda-beda, setiap siswa wajib mengamati setiap proses pengerjaan proyek. Pada waktu yang bersamaan guru menilai kinerja masing-masing siswa, kerja sama di dalam kelompok dalam proses pembuatan proyek dengan menggunakan lembar observasi keaktifan siswa. Namun hanya kelompok 3 yang menerapkan pembagian tugas tersebut. Kelompok lainnya masih mengandalkan temannya dalam tugas yang harus dikerjakan. Sehingga hanya 3-5 orang yang melakukan pengerjaan proyek secara keseluruhan. Tahap berikutnya adalah penilaian hasil kerja proyek siswa tersebut dengan melakukan ping dan sharing data. Guru melakukan uji koneksi pada masingmasing computer dengan melakukan tes ping. Siswa diminta untuk menunjukkan folder yang telah di sharing. Setelah proses penilaian tersebut masing-masing kelompok diberi waktu untuk penyusunan job sheet selama 15 menit. Job sheet tersebut terdiri atas alat dan bahan projek, susunan kabel projek, langkah pengerjaan proyek dan kesimpulan dari proyek tersebut. Job sheet tersebut juga diupload ke dalam google drive agar bias diakses oleh teman lainnya dimanapun. Maing-masing anggota kelompok wajib mem-posting link dari job sheet mereka melalui facebook. Pada pertemuan selanjutnya, terdapat dua kelompok siswa yang memiliki kesempatan untuk melakukan presentasi hasil proyek dan mengungkapkan perasaan setelah melakukan permbuatan proyek dari tahap perencanaan, tahap pengerjaan hingga tahap evaluasi. Pada kesempatan ini pula, siswa menyebutkan nilai yang pantas untuk dirinya mengenai kinerjanya melakukan pengerjaan proyek. Guru memiliki wewenang untuk menambah atau mengurangi nilai yang disebut siswa berdasarkan pengamatan guru selama proses pengerjaan proyek.
8
Setelah presentasi dilaksanakan,siswa juga diberi waktu untuk melakukan pengerjaan tes formatif secara individu. Kendala yang terdapat pada kegiatan siklus I antara lain siswa saling berebut peralatan jaringan untuk pembuatan proyek dan terdapat 3 kelompok yang anggotanya belum melaksanakan tugasnya masing-masing. Maka dari itu pada awal pertemuan selanjutnya yaitu pada siklus II siswa menyiapkan peralatan masing-masing baik kepemilikan pribadi maupun meminjam peralatan dari sekolah. Kendala lain yang diperoleh pada siklus I ini adalah proyek yang dikerjakan terlalu kecil dan sedikit, untuk itu pada siklus berikutnya siswa diminta untuk mengerjakan 2 proyek dalam satu kelompok. Pertanyaan atau permasalahan yang membedakan antara proyek pertama pada siklus I dan proyek kedua pada siklus II adalah pada jenis jaringannya. Pada siklus satu siswa membuat jaringan peer to peer, sedangkan pada siklus II siswa membuat jaringan antar 3 komputer atau lebih dengan menggunakan berbagai topologi. Pertanyaan pada siklus II adalah “Bagaimana membuat suatu jaringan komputer yang ada di warnet sehingga komputer dapat saling bertukar informasi”. Hasil dari siklus II adalah siswa semakin bertanggung jawab dalam mengerjakan tugasnya masing-masing dan kerjasama siswa semakin terlihat. Siswa sudah tidak mengandalkan teman lainnya dalam melaksanakan tugas masing-masing. Hanya 1 kelompok siswa yang masih mengandalkan teman lainnya. Perhitungan untuk mengetahui aktifitas siswa pada saat proses pembelajaran mengacu pada indikator keaktifan siswa. Indikator keaktifan siswa pada saat pembelajaran diisi oleh guru dengan cara mengamati dan mengisi lembar observasi indikator yang sudah disediakan. Metode pembelajaran Project-Based Learning dapat meningkatkan keaktifan siswa dikelas dapat dilihat dalam tabel 3. Cara penilaian untuk indikator keaktifan aktivitas kelas adalah dengan memberi poin antara 1 hingga 3 poin pada lembar observasi kelas yang telah disediakan, penilaian dilakukan kepada setiap siswa saat pembelajaran berlangsung. Tabel 3.Rata-Rata Perolehan Keaktifan Siswa No Indikator 1 2 3 4 5
Melaksanakan Tugas dan Memecahkan Masalah Aktif Bertanya Mencari Informasi Diskusi Kelompok Menilai Diri Sendiri RATA-RATA KESELURUHAN
Pra Siklus 56% 62% 62% 62% 56%
Siklus I 73 % 66% 70% 78% 74%
59.34%
71.69%
Siklus II 84% 81% 80% 80% 79% 81.84%
Pada kegiatan pra siklus tidak terdapat penulisan job sheet karena belum melakukan kegiatan pembuatan proyek. Saat diberi suatu permasalahan pun, tak banyak siswa yang memperhatikan bahkan merespon. Metode Project-Based Learning (PjBL) diterapkan agar siswa memiliki rasa tanggung-jawab akan tugasnya masing-masing dan mampu memecahkan suatu masalah. Hal ini terbukti 9
dengan meningkatnya keaktifan siswa melaksanakan tugas dan memecahkan masalah dari tiap siklus. Pada siklus I saat pertama kali metode project-based learning diterapkan, siswa berantusias melaksanakan tugasnya masing-masing karena tugas siswa satu dengan yang lainnya dalam kelompok tersebut berbedabeda. Pada siklus II, keaktifan dalam hal tersebut makin meningkat karena proyek yang harus dikerjakan semakin kompleks. Pada siklus I, hanya 1 kelompok dari 4 kelompok yang berhasil menyelesaikan proyek yang dijadikan pembelajaran tersebut selesai sebelum waktu yang telah ditentukan yaitu 90 menit. Pada siklus II waktu yang diberikan dalam pengerjaan proyek juga 90 menit, namun hanya 1 kelompok saja yang menyelesaikan proyek dengan waktu 107 menit sehingga dapat dikatakan bahwa dengan metode project-based learning ini mampu membuat siswa mengerjakan tugas dengan tepat waktu. Awalnya hanya satu dua siswa yang bertanya maupun merespon pertanyaan dari guru. Hal ini dikarenakan siswa merasa bosan dan lelah dengan metode ceramah yang digunakan oleh guru. Saat penerapan metode Project-Based Learning (PjBL) rasa ingin tahu siswa meningkat karena mereka mengalami kesulitan saat mengerjakan proyek. Pada siklus berikutnya, siswa semakin aktif bertanya dan menjawab pertanyaan. Mereka aktif bertanya dan menjawab tidak hanya pada saat pengerjaan proyek, namun juga saat penyampaian materi maupun presentasi. Pembuatan proyek tersebut juga memerlukan beberapa informasi yang dibutuhkan oleh siswa.Selain melalui bertanya, siswa juga dapat memperoleh informasi melalui berbagai media seperti modul, LKS, buku cetak, majalah bahkan internet. Sebelum penerapan metode ini, siswa hanya mencari informasi dari catatan atau modul yang dimilikinya karena pembelajaran yang dilalui hanya duduk dan mendengarkan. Sehingga tidak memiliki kesempatan untuk mencari informasi melalui sumber lainnya. Pada siklus II, siswa semakin aktif mencari sumber informasi tidak hanya melalui LKS, tetapi juga melalui buku dan majalah lainnya yang ada di perpustakaan. Mereka juga aktif mencari informasi melalui internet. Salah satu hal yang menonjol dari project-based learning adalah proyek yang dikerjakan dalam kelompok. Pengerjaan ini juga diperlukan diskusi kelompok, diskusi kelompok berjalan sangat lancar dan aktif saat penerapan project-based learning baik pada siklus I maupun siklus II. Hal ini dikarenakan rasa tanggung-jawab siswa akan tugasnya masing-masing, sehingga mereka saling bertukar informasi dan pendapat mengenai tugas-tugas yang dihadapi. Berbeda halnya saat pembelajaran pada pra siklus, mereka merasa cuek akan tugas mereka. Pada akhir pembelajaran digunakan sebagai kegiatan presentasi dari masing-masing kelompok.Namun, hanya beberapa anggota siswa saja yang berkesempatan untuk melakukan presentasi atas proyek yang mereka kerjakan. Masing-masing proyek pada tiap siklus dipresentasikan oleh 2 kelompok. Nilai tambahan diberikan kepada siswa yang bersedia menjadi presentator dan aktif menjawab pertanyaan dari siswa lainnya. Presentator tersebut diberikan kesempatan untuk menilai dirinya sendiri dengan menyebutkan nilai yang pantas untuk dirinya. Kemudian guru yang bersangkutan melakukan identifikasi atau 10
analisis terhadap kinerja siswa tersebut dan menambahkan atau mengurangkan nilai yang disebutkan oleh siswa itu sendiri. Berdasarkan tabel keaktifan siswa dalam pembelajaran produktif Perbaikan Koneksi Jaringan LAN mengalami peningkatan sejak menggunakan metode Project-Based Learning (PjBL) dan memasuki kategori keaktifan yang tinggi. Salah satu keaktifan siswa yang signifikan saat penerapan metode Project-Based Learning (PjBL) ini adalah siswa aktif melaksanakan tugas masing-masing dan menyelesaikannya serta memecahkan suatu permasalahan atau persoalan. Tahap akhir dari penelitian ini adalah dengan memberikan tes formatif dimana siswa duduk pada tempatnya masing-masing dan mengerjakan soal dari tes formatif dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menerapkan Project-Based Learning (PjBL). Penerapan metode pembelajaran berbasis proyek atau Project-Based Learning(PjBL) ini mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil belajar tersebut meliputi sesi tanya jawab, tes formatif dan penulisan job sheet. Indikator keberhasilan proses pembelajaran dilihat dari hasil tes formatif siswa. Hasil belajar siswa dikatakan tinggi jika proses pembelajaran yang dilakukan berhasil. Sebaliknya, hasil belajar siswa dikatakan rendah jika proses pembelajaran yang dilakukan tidak berhasil [16]. Tabel 4. Perolehan Hasil Belajar Siswa Kegiatan
Nilai Tertinggi Pra Siklus 90.5 Siklus I 95 Siklus II 98
Nilai Terendah 53.25 68.5 71
Rerata Jumlah Siswa Tuntas 75.59 12 79.55 30 82.01 35
Presentase Ketuntasan 69% 77% 90%
Keterangan Tidak Tercapai Tercapai Tercapai
Hasil belajar yang meningkat juga berpengaruh karena keaktifan siswa yang meningkat. Semakin siswa aktif maka hasil belajarnya semakin meningkat. Proses pelaksanaan pembelajaran dengan memberikan perlakuan metode ProjectBased Learning (PjBL) kelas XI TKJ 2 menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan ini dapat dibuktikan dengan hasil belajar siswa pada siklus I dan II. Siswa mampu menjawab setiap pertanyaan yang diberikan dengan bahasa mereka sendiri karena pertanyaan-pertanyaan itu muncul dari kegiatan mereka membuat proyek. Berbeda halnya saat pra siklus, mereka hanya menghafal suatu materi yang kemungkinan untuk lupa saat menjawab pertanyaan itu ada. Berdasarkan tabel 4 di atas, nilai dan presentase ketuntasan setelah menerapkan Project-Based Learning (PjBL) memiliki angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya dengan metode ceramah.Hal ini sebanding dengan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran. Metode ProjectBased Learning (PjBL) mampu mengubah suasana kelas yang pasif menjadi aktif. Hal ini terbukti jarang bahkan tidak ada siswa yang ijin keluar kelas dan lebih senang di dalam kelas mengikuti pembelajaran.Terdapat siswa yang memiliki kekurangan dalam pelajaran menjadi lebih aktif dan berani bertanya kepada teman atau guru saat menemui kesulitan. Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respons sesuai dengan permintaan pengguna [14]. Angket 11
ini berfungsi untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap metode Project-Based Learning (PjBL). Jumlah soal pada angket yang diberikan di kelas XI TKJ 2 yang berjumlah 38 siswa atau responden dengan jumlah pernyataan sebanyak 21 item. Perhitungan hasil angket dapat dilihihat pada tabel 5. Tabel 5 Perhitungan Persentase Angket Respon Siswa No 1 2
3 4
5
Pernyataan
Skor Total Jawaban 116
Respon siswa terhadap model pembelajaran Project-Based Learning (PjBL). Respon siswa pada pembelajaran produktif perbaikan koneksi jaringan LAN dengan metode Project-Based Learning (PjBL) Kemampuan memecahkan masalah dan bekerja sama pada siswa melalui model Project-Based Learning (PjBL). Rasa tanggung jawab, keaktifan bertanya dan rasa percaya diri pada siswa dengan menggunakan metode Project-Based Learning (PjBL) Penguasaan konsep siswa terhadap materi diagnosis dan perbaikan jaringan LAN dengan menggunakan model Project-Based Learning (PjBL) RATA-RATA
Presentase 74.6%
222
81.32%
95
81.20%
93
79.49%
108
69.23%
77.41%
Jumlah skor pengumpulan data adalah 634 berada pada interval setuju dan sangat setuju tetapi lebih mendekati pada kriteria setuju dengan presentase skor sebesar 77.41% yang berarti penggunaan metode Project-Based Learning (PjBL) mendapat tanggapan positif dan disetujui responden serta layak digunakan dalam pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran produktif Teknik Komputer Jaringan khususnya Perbaikan Koneksi Jaringan LAN. Dari angket tersebut, dapat dijelaskan beberapa manfaat dari penerapan metode Project-Based Learning (PjBL) pada pembelajaran diantaranya metode project-based learning ini merupakan metode yang menyenangkan dalam mengaplikasikan pembelajaran praktik teori berdasarkan langkah-langkah dalam metode ini. Hal ini terbukti bahwa siswa lebih cepat memahami materi dan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Siswa tidak lagi merasa bosan dengan pembelajaran justru mereka semakin terlatih dalam memecahkan suatu masalah mengenai perbaikan koneksi jaringan LAN. Siswa memiliki rasa tanggung jawab akan tugasnya masing-masing dan mampu bekerja sama serta lebih percaya diri dalam pembelajaran perbaikan koneksi jaringan. Penerapan metode project-based learning ini menjadikan siswa lebih aktif dalam bertanya, menjawab pertanyaan serta berpendapat sehingga mereka memiliki bekal atau kompetensi untuk masa mendatang. 5. Simpulan Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulan bahwa penerapan metode Project-Based Learning (PjBL) pada mata 12
pelajaran produktif Perbaikan Koneksi Jaringan LAN kelas XI TKJ 2 di SMK Negeri 1 Bancak telah sesuai. Metode Project-Based Learning(PjBL) ini mampu meningkatkan keaktifan lebih dari 70%. Keaktifan yang menonjol dari penerapan metode ini adalah melaksanakan tugas dan memecahkan masalah sebesar 84%, serta keaktifan mereka berbicara seperti halnya bertanya dan berpendapat sebesar 81%. Namun, keatifan yang kurang adalah menilai diri sendiri hanya 79%.Hasil belajar siswa meningkat menjadi 77% siswa yang tuntas.Hasil angket menunjukkan bahwa efektivitas metode Project-Based Learning (PjBL) mendapat tanggapan positif dan diterima siswa dalam proses pembelajaran yaitu sebesar 77.41%. Hal ini menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap metode Project-Based Learning (PjBL) adalah positif.Sehingga banyak manfaat yang didapatkan saat menerapkan metode Project-Based Learning (PjBL). Keterampilan yang diperoleh siswa dari penelitian ini antara lain siswa mampu melakukan penyambungan kabel baik straight maupun cross over, melakukan pengalamatan IP dan melakukan sharing data antar komputer. Siswa juga terampil dalam membuat berbagai topologi jaringan lokal secara sederhana. 6. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan kepada guru di SMK Negeri 1 Bancak untuk menggunakan berbagai metode dan berbagai media pembelajaran untuk menarik perhatian siswa dan mempermudah siswa dalam memahami materi. Salah satunya menggunakan metode Project-Based Learning (PjBL) dengan menonjolkan sisi kerjasama dan pelaksanaan tugas masing-masing individu. Pada penerapan metode ini, siswa diharapkan untuk melakukan tugas dengan sungguh-sungguh dan tidak perlu sungkan untuk bertanya.Kepada peneliti berikutnya yang menggunakan metode Project-Based Learning (PjBL) ini diharapkan mampu membuat inovasi dan memodifikasi metode pembelajaran sehingga metode PjBL ini semakin bervariasi. 7. Daftar Pustaka [1] [2] [3] [4] [5]
Ahmadi, Abu & Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UNNES Press. Hariyanto, Warsono. 2013. Pembelajaran Aktif : Teori dan Asesmen. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. Sutrisno. 2012. Kreatif Mengembangkan Aktivitas Pembelajaran Berbasis TIK. Jakarta: Referensi Komplek Megamall Blok B22&25. Sudarya Yahya, 2008, Pengembangan Project-Based Learning dalamMata Kuliah Evaluasi Pembelajaran di PGSD Bumi Siliwangi. http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Nomor_10 -Oktober_2008/PengembanganProject13
[6]
[7]
[8]
[9]
[10] [11]
[12] [13] [14] [15] [16]
BasedLearningdalamMataKuliahEvaluasiPembelajarandiPGSDBumiSiliw angiUPI.pdf. Diakses tanggal 20 September 2015 Titik Nur Istiqomah, Fani Akdiana, dan Agma Dian Kartika. 2013. Developing Journal History (Joury) Through Project Based Learningas Teaching Media For Teaching Social Sciences In Grade Vof Elementary Schools.Jogjakarta.http://journal.uny.ac.id/index.php/pelita/article/view/27 64/2294. Diakses tanggal 20 September 2015 Tamim dan Grant, 2013. Definitions and Uses: Case Study of Teachers Implementing Project-based Learning.Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning,http://docs.lib.purdue.edu/cgi/viewcontent.cgi ?article=1323&context=ijpblDiakses tanggal 20 September 2015 Intel® Teach to the Future. 2003. Project-based classroom: Bridging the gap between education and technology. Training materials for regional and master trainers. Author.George Lucas Educational Foundation. The Multimedia Project: Project-Based Learning.download.intel.com/education/Common/ro/Resources/DEP/proje ctdesign/DEP_pbl_research.pdf. Diakses tanggal 17 September 2015 Murtiyasa, Budi. 2006. “Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika”;http://blog.iain-tulungagung.ac.id/wp-content/uploads/sites/ 100/2013/11/TIK_inEduMath.pdf. Diakses tanggal 17 September 2015 Ade Koesnandar. 2007. TIK untuk pembelajaran. Jakarta: Pustekom Depdiknas. Maisaroh dan Rostrieningsih, 2010, Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team pada Mata Pelajaran Keterampilan Dasar Komunikasi di SMK Negeri 1 Bogor, Ekonomi dan Pendidikan, http://journal.uny.ac.id /index.php/jep/article/viewFile/571/427. Diakses tanggal 20 Oktober 2015 Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodologi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara. Arikunto, Suharsimi. 1987. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara. Rafi Udin. 1997. Rancangan Penelitian Tindakan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nana Sudjana,1989. Penelitian dan penilaian pendidikan. Bandung : Sinar Baru. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Tindakan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA.
14