Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education Volume 2 Edisi 2 2014 http://idealmathedu.p4tkmatematika.org ISSN 2407-7925
PENERAPAN METODE RESTU MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI.6 SMK NEGERI 1 KUBU
I Wayan Laba SMK Negeri 1 Kubu, Karangasem, Bali;
[email protected] Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) untuk meningkatkan hasil belajar siswa, (2) meningkatkan aktivitas siswa, (3) mengetahui hambatan yang dialami selama pembelajaran,dan (4) mendeskripsikan fenomena belajar.Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Kubu dengan melibatkan siswa kelas XI.6 tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 26 orang sebagai subyek penelitian. Tindakan yang dilakukan berupa penerapan metode restu melalui pembelajaran kooperatif. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 3 siklus. Data tentang hasil belajar dikumpulkan dengan tes hasil belajar, sedangkan data tentang aktivitas belajar siswa dikumpulkan dengan observasi. Adapun hambatan dan fenomena belajar siswa dikumpulkan dengan catatan harian dan tes prestasi belajar siswa. Selanjutnya, data-data yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa kelas XI.6 SMK Negeri 1 Kubu. Penerapan metode restu melalui pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas belajar kelas XI.6 SMK Negeri 1 Kubusampai pada tingkat kategori sangat aktif. Hambatan-hambatan yang terjadi pada tiap siklus secara umum yaitu pemanfaatan waktu yang kurang efisien oleh guru, kurang lugasnya siswa dalam mengemukakan gagasan/pendapat, diskusi kelompok kurang optimal, dan persiapan diri siswa kurang optimal. Hal ini diatasi pada masing-masing siklus. Fenomena belajar siswa yang ditemui adalah: pertama, pada saat awal pembelajaran siswa selalu berisik; kedua,materi prasyarat masih belum dikuasai dengan baik. Kata Kunci: metode restu, pembelajaran kooperatif
1. Pendahuluan Hingga saat ini matematika masih dicitrakan sebagai mata pelajaran sukar dan terkesan ditakuti para siswayang menyebabkan hasil belajar matematika belum memperlihatkan hasil yang memuaskan. Salah satu preseden menunjukkan bahwa para siswa umumnya kurang tertarik dan termotivasi untuk mempelajari matematika. Hal ini terjadi di kelas XI.6SMK Negeri 1 Kubu. Para siswa mempelajari matematika karena kewajiban kurikulum saja. Kenyataannya, hasil belajar matematika dari hasil ulangan umum masih rendah. Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan: (1) sebagian besar siswa tidak belajar (tidak menyiapkan diri) sebelum mengikuti pelajaran disekolah,misalnya apabila siswa diberikan tugas mengerjakan soal, siswa yang hanya menyontek pekerjaantemannya tidak bisa mempertanggung jawabkan tugas yang dikerjakan tersebut;(2) motivasi dan aktivitas belajar siswa yang rendah berakibat pada hasil belajar matematika siswa yang rendah pula dan siswa kurang termotivasi untuk bertanya walaupun
1
Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education Volume 2 Edisi 2 2014 http://idealmathedu.p4tkmatematika.org ISSN 2407-7925
ada materi pelajaran yang kurang dimengerti;(3) siswa cenderung belajar secara individu dan kurang memanfaatkan siswa lain yang mempunyai kemampuan lebihyang berakibat interaksi antarsiswa kurang baik;(4) kurangnya respon dari siswa terhadap jawaban yang diberikan oleh siswa lainnya. Siswa merasa belajar matematika di kelas hanya memperhatikan penjelasan guru tanpa berusaha untuk memberi respon terhadap materi tersebutyang menyebabkan kurang bergairahnya siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang akhirnya berakibatpada rendahnya hasil belajar siswa. Hal senada juga dikemukakan oleh Nuratin (Mardini, 2002), bahwa kegiatan belajar- mengajarsiswa dimana siswa hanya duduk, mendengar, mencatat, dan menghafal tidak akan mengantarkan kita menuju peningkatan mutu pendidikan. Proses pembelajaran merupakan komponen yang perlu perhatiansebab perilaku belajar siswa yang terbentuk sangat memengaruhi hasil belajar siswa. Keberhasilan dan kegagalan dalam belajar sangat tergantung pada bagaimana proses pembelajaran itu dilaksanakan. Kompetisi yang kurang sehat telah mengakibatkan siswa pada umumnya tidak mausalingmembantu dalam belajarkarena banyak siswa yang ingin memperlihatkan kemampuan dan kehebatannya serta ingin menang dalam kompetisi. Untuk mengurangi kompetisi yang kurang sehat tersebut diperlukan adanya komunikasi yang baik antarsiswa. Penggunaan kelompok kooperatifdapat menciptakan komunikasi aktif dalam pemecahanmasalah secara optimalsehingga siswa lebih aktif dan produktif dalam bekerja, lebih percaya diri, serta tertarik terhadap matematika. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi untuk mengomunikasikan secara aktif suatupemecahan masalahdimana siswa belajar dalam kelompok yang heterogen, siswa dapat memberikan dan memperoleh pertolongan serta setiap siswa mempunyai tanggungjawab terhadap apa yang dibahas atau didiskusikan untuk meningkatkan pencapaian yang lebih tinggi dalam matematika dan mengurangi kecemasan serta meningkatkan harga diri sehubungan dengan matematika. Pembelajaran kooperatif melalui metode restu dirancang untuk meningkatkan kebersamaan dalam belajar daripada pengalaman-pengalaman individu atau kompetitifdalam mengerjakan danmempertanggungjawabkantugas, diharapkan sumbangan pikirannya untuk menyelesaikan dan memecahkan tugas tersebutsehingga menimbulkan sikap positif dari siswaseperti meningkatkan keberanian mengungkapkan pendapat, meningkatkan kerjasama dan rasa kebersamaan antarteman, dan dapat meningkatkan aktivitas serta hasil belajar siswa. Pembelajaran dengan metode restu terkait dengan guru memberikan tugas, siswa mengerjakan tugas, dan siswa mempertanggungjawabkan tugas yang diberikanyang dilaksanakan dalamkelompok kooperatifsehingga ada suatucurah pendapat yang dilakukan dalam kelompoknya dengan guru sebagai fasilitator serta menimbulkan sikap positif dan motivasi untuk siswa berprestasiyang bermuara pada peningkatan hasil belajar. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) meningkatkan hasil belajar matematika siswa, (2) meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa, (3) mengetahui hambatan yang dialami selama pembelajaran, dan(4) mendeskripsikan fenomena belajar siswa. Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu: (1) bagi siswa, dapat membantu siswa dalam memahami konsep matematika dengan lebih baik dan menumbuhkan kerjasama dalam belajar, demokrasi, dan sikap tanggungjawab terhadap tugas individu maupun kelompok yang diperlukan dalam belajar matematika; (2) bagi guru, sebagai umpan
2
Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education Volume 2 Edisi 2 2014 http://idealmathedu.p4tkmatematika.org ISSN 2407-7925
balik bagi perbaikan kualitas proses pembelajaransehingga dapat diharapkan terjadinya peningkatan kualitas hasil belajar siswa; (3) bagi sekolah, hasil penelitian ini merupakan kontribusi positif terhadap pengembangan metode pembelajaran di sekolah bersangkutan.
2. Landasan Teori Hatfield (Harun, 2000) mengemukakan bahwa komunikasi merupakan unsur yangterpadu dalam belajar, komunikasi membantu siswa untuk berpikir keras, berinteraksi dengan siswa lain, dan memikirkan ide, pertanyaan, dan jawaban. Dalam pembelajaran matematika yang didasarkan atas pemecahan masalah, komunikasi sangat diperlukan guna menyelesaikan permasalahan tersebut. Dengan penggunaan kelompok kooperatifdapat menciptakan komunikasi aktif dalam pemecahan masalah secara optimalsehingga siswa lebih aktif dan produktif dalam bekerja dan lebih percaya diri serta tertarik dalam belajar terhadap matematika.Morton Deutrech (Widiarsa, 1997) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang dibentuk dalam suatu kelompok kecil dimana siswa bekerjasama dan mengoptimalkan keterlibatan diri dan anggota kelompoknya dalam belajar. Terdapat beberapa kontribusi positif dalam pembelajaran kooperatif yaitu: (1) meningkatkan hubungan antarindividu yakni pembelajaran ini memberi peluang kepada siswa untuk terlibat lebih aktif, meningkatkan interaksi untuk mencapai tujuan belajar, berbagi tanggungjawab, saling mengisi dalam memecahkan masalah, dan meningkatkan hubungan yang positif antarsiswa; (2) memberikan dukungan pada interaksi sosial yakni mendorong siswa untuk menghargai sesama siswa, menambah ketekunan dalam usaha mencapai tujuan belajar, serta menjadi tabah dan ulet khususnya dalam menghadapi tugas-tugas dan situasi yang menimbulkan ketidaksenangan atau kekecewaan;(3) meningkatkan rasa harga diri, rasa percaya diri terhadap kemampuan, dan kesanggupan untuk meningkatkan pencapaian akademik akan terbentuk pada diri siswa;(4) meningkatkan produktivitas akademik dengan adanya keterkaitan antaranggota dalam kelompok, peningkatan pola-pola interaksi, rasa tanggungjawab, dan dorongan untuk kreatif, maka semua ini akan meningkatkan produktivitas belajar (Mardini, 2002). Metode restu,yang berasal dari singkatan Resitasi Tugas,adalah cara penyampaian bahan pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan diluar jadwal sekolah dalam rentangan waktu tertentu dan hasilnya harus dipertanggungjawabkan kepada guru (Slameto, 1990). Alipandie (1984) mengemukakan bahwa metode resitasi adalah cara untuk mengajar yang dilakukan dengan jalan memberi tugas khusus kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu di luar jam pelajaran. Pelaksanaannya bisa di rumah, di perpustakaan,atau di laboratorium dan hasilnya dipertanggungjawabkan.Sudjana (1989) menjabarkan metode resitasi tugas menjadi tiga fase, yaitu: (1) fase pemberian tugas; (2) fase pelaksanaan tugas,(3) fase mempertanggungjawabkan tugas. Adapuntujuan penggunaan metode resitasi yaitu: (1) memperdalam pengertian siswa terhadap pelajaran yang telah diterima; (2) melatih siswa ke arah belajar mandiri; (3) siswa dapat membagi waktu secara teratur;(4) siswa dapat memanfaatkan waktu luang untuk menyelesaikan tugas;(5) melatih siswa untuk menemukan sendiri cara-cara yang tepat untuk menyelesaikan;(6) memperkaya pengalaman-pengalaman di sekolah melalui kegiatankegiatan diluar kelas.
3
Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education Volume 2 Edisi 2 2014 http://idealmathedu.p4tkmatematika.org ISSN 2407-7925
Pembelajaran kooperatif melalui metode restu dirancang untuk meningkatkan kebersamaan dalam belajar daripada pengalaman-pengalaman individu atau kompetitif.Dalam mengerjakan dan mempertanggungjawabkan tugas, diharapkan sumbangan pikirannya untuk menyelesaikan dan memecahkan tugas tersebut sehingga menimbulkan sikap positif dari siswa seperti meningkatkan keberanian mengungkapkan pendapat, meningkatkan kerjasama dan rasa kebersamaan antarteman,sertadapat meningkatkan aktivitas serta hasil belajar siswa.Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh: (1) Rahayu (2007) yang menyatakan bahwa penggunaan metode resitasi menggunakan LKS berpengaruh terhadap hasil belajar matematika pada pokok bahasan himpunan dibanding menggunakan metode ekspositori ditinjau dari kemampuan awal siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 13 Semarang tahun pelajaran 2006/2007 dan (2) Masruroh (2006) yang menyatakan bahwa ada pengaruh dan hubungan yang berarti antara penggunaan metode tugas dan resitasi dengan hasil belajar matematika.
3. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dibagi dalam 3 siklus yang terdiri dari 4 tahapan, yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi (Kemmis & Taggart, 1998). Penelitian ini dilaksanakan dengan 6 kali pertemuan. Siklus I meliputi subpokok bahasan keliling bangun datar, siklus II dengan subpokok bahasan luas daerah bangun datar, dan siklus III dengan subpokok bahasan transformasi. Jenis data yang dikumpulkan adalah: (1) data hasil belajar siswa;(2) data aktivitas siswa;(3) hambatan-hambatan yang ditemukan dalam pembelajaran; dan(4) fenomena belajar siswa. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI.6 SMK Negeri 1 Kubu Karangasem semester genap tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 26 orang. Penelitiandilaksanakan antara bulan Maret-Mei 2012. Obyek penelitian adalahhasil belajar matematika khususnya pada materi Dimensi Dua. Adapun perencanaan tindakan siklus I, sebagai berikut: (1) merekap jumlah siswa di kelas XI.6 sebagai partisipan penelitian;(2) menjajagi materi dimensi dua dari silabus dan program semester, mengidentifikasi pokok bahasan yang akan diajarkan, lalu dilanjutkan dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);(3) menyiapkan tugastugasyang akan dikerjakan oleh kelompok siswa;(4) menyusun instrumen penelitian dan tes hasil belajar;(5) membentuk kelompok kecil berdasarkan urutan absen yang terdiri dari 4 sampai dengan 6 orang. Selanjutnya, pelaksanaan tindakansiklus I, sebagai berikut: (1) kegiatan pembelajaran di kelas, meliputi: (a) kegiatan awal: (i) guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa supaya terlibat aktif dalam aktivitas pembelajaran, (ii) siswa menyiapkan buku-buku pegangan atau buku penunjang, (iii) guru menginformasikan pendekatan pembelajaran menggunakan kooperatif dengan restu, (iv) guru mengingatkan kembali materi prasyarat dengan tanya jawab; (5) guru membentuk kelompok yang sudah ditentukan;(b) kegiatan inti: (i) guru mengondisikan siswa belajar melalui tanya jawab sebagai orientasi awal menyangkut materi yang sudah dipelajari di rumah, dilanjutkan memberikan tugas kelompok minimal 2 (dua) permasalahan yang berkaitan dengan dimensi dua(pemberian tugas),
4
Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education Volume 2 Edisi 2 2014 http://idealmathedu.p4tkmatematika.org ISSN 2407-7925
(ii) siswa berdiskusi dengan kelompoknya dan membahas permasalahan yang diberikan (mengerjakan tugas)dengan cara saling memeriksa, mengoreksi, dan memberikan masukan,setiap siswa menyelesaikan tugas dalam kelompoknya,guru mengamati kerja setiap siswa dan memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan, (iii) setelah diskusi kelompok, guru menunjuk secara acakseorang siswa untuk mempresentasikan dan mengerjakan hasil diskusinya di depan kelas,sedangkan siswa kelompok lainnya mencermati pemecahan masalahnya dan memberikan evaluasi terhadap hasil presentasi kelompok presenter (mempertanggungjawabkan tugas); c) kegiatan akhir: pada akhir diskusi,guru mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan dan menjelang akhir pertemuan, guru memberikan pemantapan konsep;(2) kegiatan penilaian, penilaian hasil belajar siswa mencakup nilai proses dan nilai akhir hasil belajar. Tahap observasi dan evaluasi siklus I, meliputi: (1) observasi terhadap aktivitas kegiatan belajar siswa di kelas;(2) observasi terhadap hambatan-hambatan yang dialami;dan (3) observasi terhadap fenomena belajar siswa.Tahap evaluasi dilaksanakan pada setiap akhir siklus yaitu: (1) evaluasi terhadap tugas yang dikerjakan siswa dan(2) evaluasi terhadap hasil belajar. Tahap refleksi siklus I, bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dan melihat kelemahan-kelemahan pada siklus I. Jadi, hasil pembahasan pada siklus I digunakan sebagai refleksi untuk tindakan pada siklus II. Siklus IIpada dasarnya sama dengan siklus I. Metode pembelajaran yang dilakukan masih dengan metode restu, namun corak pelaksanaannya berpedoman pada hasil refleksi pada siklus I dan dilakukan tindakan yang serupa dengan tindakan pada siklus I berdasarkan perbaikan-perbaikan yang diperlukan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.Siklus IIImerupakan penyempurnaan dari langkah-langkah yang ditempuh pada siklus II dengan materi transformasi. Data yang dikumpulkan meliputi data aktivitas siswa selama pembelajaran, data tentang hasil belajar siswa, dan data tentang kesulitan/hambatan dalam melaksanakan metode pembelajaran sertafenomena belajar siswa yang terjadi.Data tentang hasil belajar siswa, yang meliputi nilai rata-rata hasil belajar siswa ( X ), daya serap (DS), ketuntasan belajar (KB), dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar, sedangkan data aktivitas belajar siswa dengan teknik observasi (checklist). Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi yang berisikan indikator-indikator perilaku siswa yang akan diamati selama berlangsungnya pembelajaran. Analisis data hasil belajar siswa diawali dengan terlebih dahulu dihitung nilai rata-rata hasil belajar siswa (
dengan rumus:
; X=nilai hasil belajar siswa,N= banyaknya siswa.
Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya siswa menguasai materi, data hasil belajar siswa yang diperoleh dihitung ketuntasan belajarnya(KB) dengan rumus:
dan
daya serap (DS) siswa dengan rumus: DS X x 1%;N1= banyaknya siswa yang memperoleh skor 70. Adapun perilaku aktivitas siswa diamati dan dicatat dengan menggunakan lembar observasi selama proses pembelajaran di kelas. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Kriteria penggolongan aktivitas disusun berdasarkan Mean Ideal (MI) dan Standar Deviasi Ideal (SDI). Perhitungan skor rata-rata aktivitas siswa
5
Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education Volume 2 Edisi 2 2014 http://idealmathedu.p4tkmatematika.org ISSN 2407-7925
dihitung dengan rumus ( A ) = X , dengan X = skor aktivitas siswa. Skor rata-rata N
aktivitas siswa dari hasil perhitungan dibandingkan dengan kriteria penggolongan yang ditetapkan. Selanjutnya, data aktivitas siswa yang diperoleh dari masing-masing siklus dibandingkan antara satu dengan yang lainnya guna mengetahui peningkatan atau penurunan aktivitasnya. Ukuran keberhasilan dalam penelitian ini yaitu penerapan metode restu melalui pembelajaran kooperatif dianggap berhasil jika: (1) hasil belajar siswa mencapai rata-rata 70 dan ketuntasan klasikal 85% dan(2) nilai afektif/aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengalami peningkatan dibanding saat siklus sebelumnya dan minimal masuk dalam kategori cukup aktif.
4. Hasil dan Pembahasan Pada siklus I, nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 63,2;daya serap siswa (DS) = 63,2% 63%;ketuntasan belajar (KB) siswa secara klasikal adalah 50%; sertajumlah skor aktivitas belajar siswa pada pembelajaran-1 dan pembelajaran-2 berturutturut adalah sebesar 61 dan 68. Skor rata-rata aktivitas belajar siswa ( A ) adalah 2,48sehingga termasuk dalam kategori cukup aktif. Hambatan pada siklus Iadalah: (1) guru masih terlihat kaku dalam melaksanakan metode restu melalui pembelajaran kooperatif, disebabkan karena guru belum terbiasa dalam metode restusehingga guru perlu memantapkan diri;(2) guru kurang menguasai indikator aktivitas belajar siswa sehingga pengamatan terhadap aktivitas kurang optimal; solusinya,guru mempelajari kembali lembar observasi tersebut;(3) diskusi internal kelompok kurang berjalan secara optimal karena masih banyak siswa yang malu-malu mengemukakan pendapat dan gagasannya; dalam hal ini perlu dipertimbangkan untuk pembentukan kelompok sekerabat;(4) siswa belum biasa menyiapkan diri mengikuti pelajaran yang terlihat dari kurang lugasnya siswa mengemukakan gagasannya, siswa tidak mempelajari tugas belajar yang diberikan baik materi atau contoh soal sehingga siswa kelihatan bingung walaupun pekerjaan mereka benar, dan sebagian besar siswa tidak yakin dalam mempertanggungjawabkan tugas yang mereka kerjakan;(5) dalam diskusi kelompok, terlihat hanya yang berkemampuan lebih yang mengerjakan tugas tersebut yang berakibat hasil yang diperoleh (tes evaluasi I) tidak mencapai hasil yang memuaskan; untuk itu, guru perlu mengoptimalkan pendekatan kepada siswa untuk memotivasi mereka lebih baik lagi. Beberapa fenomena belajar siswa pada siklus I yaitu: (1) diawal pembelajaran, siswa cenderung berisik sehingga membuat guru harus dapat menenangkan siswa agar dapat memfokuskan diri pada pembelajaran yang akan diajarkan; suasana kelas seperti itu membuat daya serap siswa terhadap materi kurang baik yang berakibat pada hasil belajar yang kurang maksimal, terlihat dari hasil belajar siswa pada tes ke-1;(2) ada dua kelompok yang sebagian besar anggotanya tidak serius dan cenderung tidak memperhatikan pelajaran yang terlihat dari keterlibatan anggotanya rendah dan dari catatan peneliti dan guru, nilai tes ke-1 mereka jauh dari nilai siswa lainnya;(3) kelompok lainnya cukup aktif, serius, interaksi dalam kelompok bagus, dan rasa ingin tahunya besar yangterlihat dari kemauan
6
Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education Volume 2 Edisi 2 2014 http://idealmathedu.p4tkmatematika.org ISSN 2407-7925
siswa bertanya untuk baik kepada teman maupun guru; anggota kelompok ini cenderung ingin mengerjakan tugasnya kedepan saat guru meminta agar siswa menyelesaikan tugas. Pada siklus II, skor rata-rata hasil belajar adalah 67,6dan daya serap siswa (DS) = 67,6% 68%.Adapun ketuntasan belajar (KB) siswa secara klasikal adalah 61,5% dengan jumlah skor aktivitas belajar siswa pada pembelajaran-1 dan pembelajaran-2 berturut-turut adalah sebesar 76 dan 81 serta skor rata-rata aktivitas belajar siswa ( A ) adalah 3,02sehingga termasuk dalam kategori aktif.Padasiklus II,guru terlihat semakin mantap dalam melaksanakan model pembelajaran disebabkan guru telah lebih mencermati dan memahami kembali tindakan-tindakan yang telah ditetapkan yang disesuaikan dengan karakteristik dari pembelajaran kooperatif dengan restu.Guru semakin menguasai indikator aktivitas belajar siswa sehingga mampu mengaktifkan belajar siswa di kelas dan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa semakin lancar.Diskusi internal kelompok sudah berjalan secara optimal.Siswa semakin lugas mengungkapkan gagasan-gagasannya.Dari pembahasan tugastugas, siswa terlihat semakin yakin dalam mempertanggungjawabkan tugas yang mereka kerjakan.Pada akhir pembelajaran, siswa sudah mampu menyimpulkan tugas diskusi.Dalam diskusi kelompok, terlihat tidak hanya yang berkemampuan lebih yang mengerjakan tugas tersebut tetapi hampir semua anggota kelompok yang mampu mengerjakan sehingga hasilbelajarnya (tes ke-2) mencapai hasil yang memuaskan walaupun belum sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan.Siswa yang berkemampuan rendah belum bisa berperan aktif secara maksimal. Beberapa fenomena belajar siswa pada siklus II yaitu: (1) diawal pembelajaran, kecenderungan siswa ribut (berisik) semakin jarang terjadi sehingga siswa dapat memfokuskan diri pada materi pembelajaran yang diajarkan yang terlihat dari semakin meningkatnya daya serap siswa terhadap materidan meningkatnya ketuntasan belajar siswa;(2) pada siklus II,banyak kelompok yang sebagian besar anggotanya tidak serius dan cenderung tidak memperhatikan pelajaran semakin berkurang dan keterlibatan anggotanya semakin meningkat;Hal itu terlihat dari nilai tes evaluasi II dimana nilai mereka tidak berbeda jauh dari siswa lainnya;(3) kelompok lainnya semakin aktif, serius, interaksi dalam kelompok semakin bagus, rasa ingin tahunya semakin besar yang terlihat dari kemauan siswa untuk bertanya baik kepada teman maupun kepada guru semakin tinggi; anggota kelompok ini semakin berani mengerjakan tugasnya kedepan saat guru meminta agar siswa menyelesaikan permasalahan atau tugas. Pada siklus III, skor rata-rata hasil belajar adalah 72,3dan daya serap siswa (DS) = 72,3% 72%.Adapun ketuntasan belajar (KB) siswa secara klasikal adalah 88,5% denganjumlah skor aktivitas belajar siswa pada pembelajaran-1 dan pembelajaran-2 berturut-turut adalah sebesar 91 dan 97 serta skor rata-rata aktivitas belajar siswa ( A ) adalah 3,79 sehingga termasuk dalam kategori sangat aktif.Pada siklus III,guru semakin mantap dalam melaksanakan model pembelajaran dengan menerapkan metode restu melalui pembelajaran kooperatif karena guru sudah menguasai dan memahami arah dan tujuan model pembelajaran.Guru semakin menguasai indikator aktivitas belajar siswa dan menyadari bahwa lembar observasi sangat bermanfaat dalam melaksanakan proses belajar-mengajar di kelas sehingga guru mampu mengaktifkan belajar siswa di kelas, baik yang menyangkut kemampuan dalam bertanya, memotivasi siswa dalam mengajukan pendapat atau gagasan-gagasan, dan memotivasi siswa
7
Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education Volume 2 Edisi 2 2014 http://idealmathedu.p4tkmatematika.org ISSN 2407-7925
dalam mengerjakan tugas dalam kelompok.Guru semakin efektif dan efesien dalam memanfaatkan waktu yang tersedia selama proses pembelajaran.Siswa sudah mampu menindaklanjuti tugas yang diberikan guru.Diskusi internal kelompok sudah berjalan semakin optimal yang disebabkan kelompok sekerabat memberikan mereka peluang untuk dapat berkomunikasi aktif dengan temannya walaupun mereka berlainan jenis kelamin.Penyiapan diri siswa untuk mengikuti pelajaran semakin optimal sehingga siswa tidak lagi canggung mengemukakan gagasannya.Keyakinan diri siswa dalam mempertanggungjawabkan tugas semakin mantap yang terlihat dari pembahasan tugas-tugas yang dilakukan sehingga tanpa petunjuk dari guru mereka sudah mampu menyimpulkan tugas diskusi mereka sendiri.Dalam diskusi kelompok, semua anggota kelompok mau mengerjakan tugas diskusi dengan baik yang berakibat hasil tes yang diperoleh memuaskan dan memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Beberapa fenomena belajar siswa pada siklus III yaitu: (1) ketidakseriusan dan kecenderungan tidak memperhatikan pelajaran yang dimiliki sebagian besar anggota pada dua kelompok merupakan karakter mereka dalam menyerap suatu materi yang diberikan dan hal itu tidak perlu terlalu dipermasalahkan karena pada hakekatnya otak akan bekerja jika ada aktivitas dari tubuh (tubuh dan otak adalah satu kesatuan);(2) tidak jauh berbeda dari siklus II, kelompok lainnya semakin aktif, serius, interaksi dalam kelompok semakin bagus, dan rasa ingin tahunya semakin besar.Hal ini teramati dari kemauan siswa untuk bertanya baik kepada teman maupun kepada guru semakin tinggi.Anggota kelompok ini semakin berani mengerjakan tugasnya kedepan saat guru meminta agar siswa menyelesaikan permasalahan atau tugas. Dari hasil analisis diperoleh data hasil belajar dan data aktivitas belajar siswa seperti berikut. Tabel 1. Hasil Analisis Data Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa Jenis data Siklus I Siklus II Siklus III Data Hasil Rata-rata Kelas 63,2 67,6 72,3 Belajar 63 68 72 Daya Serap (%) Siswa 50,0 61,5 88,5 Ketuntasan Belajar (%) Rata-rata Jumlah Skor Aktivitas Siswa 2,48 3,02 3,79 Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, peneliti melakukan perbaikan sebagai berikut: (1) sesuaikarakteristik dari pembelajaran kooperatif dengan restu yaitu proses pembelajaran yang berfokus pada siswa, guru bertindak sebagai fasilitator dan pemotivator yang baik yang mampu memotivasi belajar siswa sehingga memahami topik pelajaran dengan baik; penekanan kembali pada indikator aktivitas belajar siswa dapat membantu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas;(2) menekankan kembali tugas belajar yang diberikan berupa membaca materi dan mencoba beberapa soal yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan;(3) diskusi internal kelompok diupayakan perbaikannya dengan membiarkan mereka mencari kelompok sekerabat. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II, peneliti melakukan perbaikansebagai berikut: (1) guru, sebagai praktisi, lebih mendekatkan diri kepada siswa yang belum menguasai materi prasyarat terutama siswa yang berkemampuan rendah,menjelaskan materi secara khusus, dan menyuruh siswa dengan kemampuan lebih dalam anggota kelompoknya untuk membimbing
8
Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education Volume 2 Edisi 2 2014 http://idealmathedu.p4tkmatematika.org ISSN 2407-7925
sehingga mereka termotivasi untuk belajar lebih giatagar dapat berperan lebih aktif dan optimal dalam proses pembelajaran;(2) masih canggungnya siswa dalam mengungkapkan atau menjelaskan pemecahan masalah yang diperoleh dari hasil diskusi ditindaklanjuti dengan cara memberikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk menjelaskan pemecahan masalah/simpulan yang diperoleh.Di samping perbaikan di atas, diskusi dengan guru masih tetap dilakukan untuk memantapkan pelaksanaan pembelajaran pada siklus III sehingga implementasi rancangan tindakan pada siklus III menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil refleksi terhadap tindakan pada siklus III, kendala atau kekurangan yang masih muncul pada siklus III antara lain: (a) siswa dengan kemampuan rendah belum sepenuhnya bisa dibangkitkan motivasinya untuk belajar sehingga kurang bisa berperan secara optimal dalam proses pembelajaran dan (b) siswa terkadang kurang lugas dalam mengungkapkan gagasan-gagasan atau pertanyaan-pertanyaan. Kendala ini sudah terlihatsejak siklus I dan siklus II, namun ternyata masih juga terjadi pada siklus III. Walaupun demikian, proses yang terjadi pada siklus III sudah lebih baik dari dua siklus sebelumnya.
5. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan: (1) penerapan metode restu melalui pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa;(2) penerapan metode restu melalui pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas belajar kelas XI.6 SMK Negeri 1 Kubu tahun pelajaran 2011/2012;(3) hambatan-hambatan yang terjadi pada tiap siklus secara umum yaitu pemanfaatan waktu yang kurang efisien oleh guru, kurang lugasnya siswa dalam mengemukakan gagasan/pendapat, diskusi kelompok kurang optimal, dan persiapan diri siswa kurang optimal;namun hal ini dapat diatasi sedikit demi sedikit pada masing-masing siklus;(4) fenomena belajar siswa yang ditemui, walaupun fenomena sederhana tapi akan berakibat tidak baik bagi pengetahuan siswa tersebut dikemudian hari dimana hal-hal seperti itu pasti akan terbawa ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi; secara umum, fenomena belajar siswa yang teramati adalah: pertama, di awal pembelajaran siswa selalu berisik;kedua,materi prasyarat masih belum dikuasai dengan baik. Saran-saran yang disampaikan: (1) dianjurkan kepada guru matematika agar menerapkan pembelajaran dengan metode restu melalui pembelajaran kooperatif sebagai metode alternatif untuk meningkatkan hasil belajar matematika dan aktivitas belajar siswa seperti yang terjadi pada siswa kelas XI SMK Negeri 1 Kubu Karangasem semester genap tahun pelajaran 2011/2012 khususnya pada pembelajaran dengan materi Dimensi Dua;(2) guru matematika hendaknya melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana guru sebagai fasilitator dan dinamisator. Daftar Pustaka Alipandie, I. 1984. Ditaktik Metodik Pendidikan. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional. Kemmis, S & Taggart, R. Mc. 1998. The Action Research Planner. Victoria: Deakin University Press. Harun, M. 2000. Belajar Kooperatif untuk Meningkatkan Respon Siswa dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (Action Research di SD PT. Semen Padang). Forum Pendidikan UNP, No. 02 Tahun XXV-2000.
9
Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education Volume 2 Edisi 2 2014 http://idealmathedu.p4tkmatematika.org ISSN 2407-7925
Mardini, K. 2002. Intensifikasi Tes Formatif dan Umpan Balik Terstruktur melalui Pembelajaran Kooperatif dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IB SLTP Negeri 2 Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Matematika, IKIP N Singaraja. Sudjana, N.1989. Dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung: Sinar Baru Algesindo. Masruroh, S. 2006. Pengaruh Penggunaan Tugas dan Resitasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 2 Semester 2 Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel SMP Islam Sultan Agung 1 Semarang tahun Pelajaran 2005/2006. Skripsi(tidak diterbitkan). Universitas Negeri Semarang. Slameto. 1990. Proses Belajar-Mengajar dalam Sistem Kredit (SKS). Jakarta: Bumi Aksara. Widiarsa. 1997. Peningkatan Interaksi Belajar Mengajar Melalui Pembelajaran Kooperatif. Makalah. STKIP Singaraja. Rahayu, Y. K. 2007. Pengaruh Metode Resitasi dengan Menggunakan Lembar Kerja Siswa terhadap Hasil Belajar Matematika ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa pada Pokok Bahasan Himpunan Siswa Kelas VII Semester 2 SMP Negeri 13 Semarang Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi(tidak diterbitkan). Universitas Negeri Semarang.
10