Jurnal At-Tajdid
PENINGKATAN ESQ (EMOTIONAL SPIRITUAL QUOTIENT) SISWA SMAN 1 PACITAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Agus Zamroni * Abstract: SQ (Spiritual Quotion) is the intelligence obtained through spiritual creativity that took focus around the area of the spirit. IQ (intelegency Quotion) is the intelligence obtained through a creative mind centered in the brain. EQ (Emotional Quotion) is the intelligence obtained through the emotional creativity centered in the soul. The owner of a high IQ is not a guarantee for success. Often found the owner of a high IQ but failed to achieve success; while the owner of a mediocre IQ achieved tremendous success because it is supported by EQ and SQ. EQ mechanism does not stand alone in contributing to a human being but the intensity and effectiveness is strongly influenced by elements of spiritual intelligence (SQ). The existence of a variety of immoral behavior, cases of pregnancy among learners out of wedlock and the number of students involved in drug use, showing the appreciation of the values of religious teaching students is not adequate. Crime is increasingly prevalent in society and animosity between followers of the teachings of religion are also assessed as a result of the limited understanding of religious teachings. it would require a strategy to improve the quality of learning PAI which not only emphasizes the aspect of knowledge (cognitive), but more important is learning PAI capable of providing guidance intensively on aspects psykomotorik and affective learners that the learning strategy to improve spiritual intelligence and emotional lessons Islamic Education (PAI). so that will give birth to good behavior (behavior commendable). Through learning Strategil PAI improve spiritual intelligence and emotional, can also increase the interest, the response and performance of learners. Because the implementation is more oriented towards the involvement of students (student centered learning) in the learning process in the classroom and are more cooperative learning * Guru PAI SMAN I Pacitan 67
Peningkatan ESQ Siswa SMAN 1 Pacitan Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
where knowledge learners built and developed as well as the internalization of religious values are reflected through the analogy of personal (questions a material reflection of ) the can then be applied in everyday life. Keywords: learning strategy, PAI, ESQ
PENDAHULUAN ESQ (Emotional Spiritual Quotient) sebuah model pendidikan karakter, hasil pemikiran Ary Ginanjar Agustian. Sebagai sebuah paradigma baru ESQ mensinergikan science, sufisme dan psikologi modern secara Qurani dalam satu kesatuan yang terintegrasi. Jadi ESQ membahas rasionalitas dunia melalui kacamata spiritualitas. Dalam ajaran Islam terdapat ayat yang menyentuh kecerdasan spiritual dan emosional seperti disebutkan dalam al-Quran surat al-Maidah ayat 31 yang artinya: "… maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” Kemudian di dalam al-Quran surat Ali Imron ayat 134 juga dijelaskan yang artinya: "… dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan". Ayat tersebut merupakan bukti bahwa orang yang memiliki semangat hidup sebagai bagian dari kecerdasan spiritual. Kecerdasan Spiritual (bahasa Inggris: spiritual quation, disingkat SQ) adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan di rinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif.1 Adanya berbagai perilaku maksiat, kasus kehamilan kalangan peserta didik di luar nikah serta banyaknya peserta didik terlibat dalam penggunaan narkoba, memperlihatkan adanya penghayatan terhadap nilai-nilai ajaran agama siswa belum memadai. Bahkan lebih jauh, adanya kasus-kasus korupsi di berbagai kalangan, tindak kriminal yang makin marak dalam masyarakat dan permusuhan antar penganut ajaran agama juga dinilai sebagai akibat sempitnya pemahaman ajaran aga68
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
Agus Zamroni
ma. Atas dasar asumsi tersebut, maka diperlukan strategi peningkatan mutu pembelajaran PAI yang tidak saja menekankan aspek pengetahuan (kognitif), tetapi yang lebih penting adalah pembelajaran PAI yang mampu memberikan bimbingan secara intensif tentang aspek psikomotorik dan afektif para peserta didik. Karena itu proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam sebagaimana telah berjalan saat ini perlu memperoleh sentuhan yang lebih inovatif agar pembelajaran Pendidikan Agama Islam makin berkualitas. Beranjak dari permasalahan di atas, maka tulisan ini mencoba memilih strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan kecerdasan spiritual emosional (ESQ) peserta didik.
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Pelaksanaan pendidikan Agama Islam menjadi tanggung jawab se�mua pihak yang merupakan perintah Allah SWT dalam al-Quran yang berbunyi:
وجدهلم بالتى هي أحسن إن.ادع اىل سبيل ربك باحلكمة واملوعظة احلسنة
.ربك هو أعلم مبن ضل عن سبيله وهو أعلم باملهتدين
Artinya: Serulah manusia ke jalan (agama) tuhanmu dengan kebijaksanaan dan pengajaran yang baik. Dan berdiskusilah dengan mereka dengan jalan yang baik pula. Sesungguhnya Tuhanmu lebih mengetahui orang-orang yang sesat dari jalan-Nya, dan dia lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An-Nahl: 125).
Ayat di atas menjelaskan untuk mengajak manusia kepada mengikuti ajaran agama Islam dengan sebuah pembelajaran yang baik. Akhir-akhir ini berbagai perilaku menyimpang telah terjadi dalam masyarakat baik dalam tatanan individual maupun dalam pandangan yang luas, hilangnya rasa saling hormat menghormati, saling menghargai, fitnah, senang berbuat salah dan malu (takut) berbuat demi kebenaran. Fenomena seperti ini setiap hari kita saksikan dalam kehidupan ma syarakat Indonesia pada umumnya, baik yang berhasil atau tidak diekspos oleh media elektronik maupun cetak, terlebih lagi pada saat pesta Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
69
Peningkatan ESQ Siswa SMAN 1 Pacitan Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
demokrasi Pileg (Pemilu Legisltif) dan Pilpres (Pemilu Presiden) juga tidak ketinggalan dalam Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) baik untuk jabatan bupati maupun gubernur yang selanjutnya saling dendam bahkan berujung pada perkelahian antara sesama. Perilaku menyimpang seperti ini ternyata tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat umum dalam memperebutkan kepentingan masing-masing dengan mengandalkan sifat egonya, akan tetapi kenyataannya juga terjadi pada kalangan anak-anak, seperti pada siswa yang masih berada dalam lingkungan pendidikan baik formal maupun informal. Pada dasarnya pendidikan2 diharapkan memberikan sebuah perubahan positif terhadap peserta didik oleh guru, karena tugas guru yang utama adalah memberikan pengetahuan (cognitive), sikap/nilai (affective), dan keterampilan (psychometer) kepada anak didik.3 Begitu juga halnya dengan pendidikan Islam, mengingat konsep dasar pendidikan Islam merupakan pendidikan yang berdasarkan Syariat Islam selaku agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.4 Pada hakikatnya pendidikan Islam menghendaki tiga aspek pembinaan terhadap peserta didik, yakni (a) Pembinaan Iman (b) Pembinaan Ihsan atau akhlak dan (c) Pembinaan Islam, sebagaimana dengan sabda Rasulullah Saw:
بينما حنن جلوس عند رسول اهلل صلى اهلل عليه:عن عمر رضي اهلل عنه قال
ال يرى, ذات يوم إذ طلع علينا رجل شديد بياض الثياب شديد سواد الشعر:وسلم
عليه أثر السفر وال يعرفه منا أحد حتى جلس اىل النبى صلى اهلل عليه وسلم فأسند أخربنى عن االسالم! فقال رسول, ياحممد:ركبتيه ووضع كفيه على فخذيه وقال
االسالم أن تشهد أن ال إله أال اهلل وأن حممدا رسول اهلل:اهلل صلى اهلل عليه وسلم .وتقيم الصالة وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وحتج البيت إن استطعت اليه سبيال 70
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
Agus Zamroni
أن تؤمن:فأخربنى عن االميان!قال: قعجبنا له يسأله ويصدقه قال. صدقت:قال
. صدقت: قال.باهلل ومالئكته وكتبه ورسله واليوم االخر وتؤمن بالقدر خريه وشره أن تعبد اهلل كأنك تراه فإن:فأخربنى عناالحسان قال:قعجبنا له يسأله ويصدقه قال . مااملسؤول عنها بأعلم من السائل:مل تكن تراه فإنه يراك فأخربنى عن الساعة!قال
. أن تلد االمة رتبتها وأن ترى احلفاة العراة البنيان: فأخربنى عن أماراتها! قال:قال
. اهلل ورسوله أعلم: ياعمر أتدرى من السائل؟ قلت: فلبثت مليا ثم قال.ثم انطلق .) فإنه جربيل أتاكم يعلمكم دينكم (رواه مسلم:قال
Artinya: Dari Umar r.a dia berkata: suatu hari ketika kami duduk-duduk di sisi Rasulullah Saw tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya tanda-tanda Safar (perjalanan jauh) dan tidak ada seorang pun diantara kami yang mengenalnya. Kemudian dia duduk dihadapkan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya pada lutut Rasulullah seraya berkata: “Hai Muhammad, beritau aku tentang Islam!” Maka bersabda Rasulullah Saw, Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasan Ramadhan, dan pergi haji jika mampu. “orang itu berkata, “Anda benar”. Kami heran kepadanya, dia yang bertanya, dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi, “beritahu aku tentang iman!” Lalu beliau bersabda: “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” Dia berkata, “Anda benar”. Kemudian dia berkata lagi, “beritahu aku tentang ihsan!” Lalu beliau bersabda, “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya, maka dia melihat engkau.” Kemudian dia berkata, “Beritahu aku tentang “beritahu aku tentang hari kiamat!” Beliau bersabda, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya”. Dia berkata, “beritahu aku
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
71
Peningkatan ESQ Siswa SMAN 1 Pacitan Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam tentang tanda-tandanya!” Beliau bersabda, “Jika seorang budak melahirkan tuanya, dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin, dan kerjanya mengembala domba, berlomba-lomba meninggikan bangunannya.” Kemudian orang itu berlalu. Aku pun diam sebentar. Kemudian beliau bertanya, “Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?” Aku berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. “Beliau bersabda, “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian. (H. R. Muslim)
Hadits di atas menerangkan tentang Iman, Islam, dan Ihsan. Dalam kata lain disebutkan akhlak adalah implementasi dari Iman, Islam, dan Ihsan dalam segala bentuk perilaku. Di antara contoh akhlak yang baik itu adalah apa yang telah diajarkan oleh Lukman kepada anaknya yang mencakup: akhlak anak terhadap kedua ibu bapaknya, akhlak terhadap orang lain dan akhlak dalam penampilan diri.5 Ringkasnya akhlak terhadap diri sendiri dan juga akhlak terhadap orang lain. Meskipun hasil pembelajaran PAI pada sekolah bervariasi, akan tetapi dari berbagai fenomena dalam masyarakat, memperlihatkan bahwa secara umum hasil pembelajaran PAI di sekolah dewasa ini belum memuaskan banyak pihak, dan bahkan dinilai kurang. Pendidikan agama Islam dinilai masih terkesan berorientasi pada pengajaran agama yang bersifat kognitif dan hafalan, kurang berorientasi pada aspek pengamal an ajaran agama. Di antara indikator yang sering dikemukakan adalah bahwa dalam kehidupan masyarakat, masih dijumpai banyak kasus tindakan masyarakat yang bertentangan dengan ajaran agama. Sebuah tantangan bagi para guru untuk selalu mengikuti pesatnya perkembangan iptek serta aktualisasi diri dengan perkembangan dan perubahan orientasi berpikir peserta didik dan masyarakat yang sesuai dengan harapan pendidikan nasioanal, kerena pendidikan nasional direformasikan dalam rangka untuk menciptakan suatu tatanan masyarakat Indonesia yang bersatu dan demokratis atau masyarakat yang berdaya.6 Dengan sebuah harapan besar bukan malah yang terjadi sebaliknya, artinya pendidikan yang telah diformulasikan untuk membawa kepada perubahan positif malahan dampak negatif yang muncul kepermukaan.
72
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
Agus Zamroni
STRATEGI PEMBELAJARAN PAI Kondisi proses pembelajaran PAI sangat bervariasi, secara umum implementasi pembelajaran PAI di sekolah memang belum mampu menciptakan suasana yang kondusif bagi terciptanya anak didik yang memiliki kecerdasan intektual dan sekaligus memiliki kecerdasan spiritual dan emosional. Pelaksanaan pembelajaran PAI di sekolah pada saat ini umumnya dilakukan melalui dua pendekatan: yakni pendekatan intrakurikuler7 dan ekstrakurikuler8. Penyusunan dalam desain pembelajaran nilai-nilai keagamaan ini harus mempertimbangkan berbagai hal diantaranya: kesesuaian tingkat perkembangan dan kebutuhan anak, mengacu pada kurikulum 2013, berorientasi pada anak, menggunakan langkah-langkah kegiatan standar dan mengacu pada tujuan dan hasil belajar yang nyata/riil (authenthic assessment). Prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 menekankan perubahan paradigma: (1) peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu; (2) guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; (3) pendekatan tekstual menjadi pendekatan proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; (4) pembelajaran berbasis konten menjadi pembelajaran berbasis kompetensi; (5) pembelajaran parsial menjadi pembelajaran terpadu; (6) pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menjadi pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; (7) pembelajaran verbalisme menjadi keterampilan aplikatif; (8) peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills); (9) pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); (11) pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; (12) pembelajar an yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
73
Peningkatan ESQ Siswa SMAN 1 Pacitan Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas; (13) pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan (14) pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik. Berikut adalah penjelasan beberapa contoh kegiatan belajar mengajar (KBM) dan kemampuan guru yang bersesuaian. Kemampuan Guru Kegiatan Belajar Mengajar Guru merancang dan mengelola KBM Guru melaksanakan KBM dalam yang mendorong siswa untuk berperan kegiatan yang beragam, misalnya: aktif dalam pembelajaran • Percobaan • Diskusi kelompok • Memecahkan masalah • Mencari informasi • Menulis laporan/cerita/puisi • Berkunjung keluar kelas Guru menggunakan alat bantu dan Sesuai mata pelajaran, guru sumber yang beragam. menggunakan, misalnya: • Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri. • Lcd • Gambar • Studi kasus • Nara sumber • Lingkungan Guru memberi kesempatan kepada Siswa: siswa untuk mengembangkan • Melakukan percobaan, keterampilan pengamatan, atau wawancara • Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri • Menarik kesimpulan • Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri. • Menulis laporan hasil karya lain dengan kata-kata sendiri. Guru memberi kesempatan kepada Melalui: siswa untuk mengungkapkan • Diskusi gagasannya sendiri secara lisan atau • Lebih banyak pertanyaan terbuka tulisan • Hasil karya yang merupakan anak sendiri
74
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
Agus Zamroni Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa
Guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari.
Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus-menerus
• Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu) • Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut. • Siswa diberi tugas perbaikan atau pengayaan. • Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri. • Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan seharihari • Guru memantau kerja siswa. • Guru memberikan umpan balik.
Strategi pembelajaran PAI meningkatkan keceradasan spiritual dan emosional merupakan salah satu upaya pembelajaran dalam meningkatkan apresiasi, implementasi dan kreatif peserta didik. Kreatif yang dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga menyenangkan dan memenuhi berbagai tingkat kemampuan peserta didik. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya “time on task” tinggi terhadap permasalahan sosial kemasyarakatan yang selama ini dirasakan semakin memudar dalam masyarakat, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor baik dari tatanan personal maupun pengaruh besar dan lingkungan sekitar dari perilaku masyarakat yang hedonisme juga hilangnya rasa sosial dalam masyarakat. Kecerdasan emosional dalam pembelajaran PAI ini diformulasikan terhadap pencapaian kompetensi peserta didik dalam memberikan apresiasi dan sugesti kepada orang lain yang telah berusaha dengan sekuat tenaga dan mencurahkan segenap pemikirannya terhadap beragam karya ataupun kegiatan-kegiatan yang mereka hasilkan walaupun kadangkala hasilnya jauh dari harapan semua orang.
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
75
Peningkatan ESQ Siswa SMAN 1 Pacitan Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
KECERDASAN SPIRITUAL DAN EMOSIONAL (ESQ) Emosi merupakan anugerah Allah kepada manusia sebagai bekal untuk tetap eksis dan adaptif terhadap kehidupannya. Munculnya emosi takut, marah, benci, cinta, kecewa, dan lainnya, merupakan respon atas apa yang terjadi dalam lingkungan sekitar. Persoalan-persoalan yang muncul tidak semua dapat ditanggapi dan dipecahkan hanya dengan pikiran rasional, namun terdapat banyak hal dalam kehidupan ini harus direspon dan diselesaikan dengan melibatkan emosi secara cerdas. SQ (Spiritual Quotion) ialah kecerdasan yang diperoleh melalui kreatifitas rohani yang mengambil fokus di sekitar wilayah roh. IQ (intelegency Quotion) ialah kecerdasan yang diperoleh melalui kreatifitas akal yang berpusat di otak. EQ (Emosional Quotion) ialah kecerdasan yang diperoleh melalui kreatifitas emosional yang berpusat di dalam jiwa. Pemilik IQ tinggi bukan jaminan untuk meraih kesuksesan. Seringkali ditemukan pemilik IQ tinggi tetapi gagal meraih sukses; sementara pemilik IQ pas-pasan meraih sukses luar biasa karena didukung oleh EQ dan SQ. Mekanisme EQ tidak berdiri sendiri di dalam memberikan kontribusinya ke dalam diri manusia tetapi intensitas dan efektifitasnya sangat dipengaruhi oleh unsur kecerdasan ketiga (SQ).9 Daniel Goleman menyatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan penentu yang lebih besar pendidikan akademik dan kesuksesan hidup seseorang dibandingkan IQ. Konsepnya “emotional literacy” menunjuk pada penemuan bahwa kemampuan emosional dan sosial anak-anak dapat diusahakan agar menjadi kegiatan dari kurikulum sekolah dan dengan begitu akan meningkatkan pembelajaran kognitif dan daya pegas diri dalam menghadapi perubahan dan tantangan.10 Diceritakan, seorang wanita bernama Kathy berusia empat puluhan. Kathy mengemukakan keluhannya kepada dokter syem our fischer bahwa ia senantiasa lelah tanpa melakukan kegiatan, sulit tidur (insomnia), sering merasa nerveous. Nafsu makan tidak ada, ngantuk sepanjang pagi dan siang. Setelah diperiksa secara klinis, dokter tidak m enemukan kelainan dengan organ tubuhnya, dokter mengambil kesimpulan bahwa Kathy sebenarnya tidak menderita sakit organic, hanya mengalami pen76
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
Agus Zamroni
deritaan batin, yang kemudian melahirkan depresi, frustasi dan stress. Kathy mengalami gangguan emosi yang hebat. Kasus di atas menunjukkan bahwa betapa emosi yang tidak terkendali dapat membawa dampak negatif secara fisik maupun psikis bagi kehidupan manusia. menurut Aristoteles, apabila emosi terlampau ditekan terciptalah kebosanan dan jarak serta apabila emosi tidak d ikendalikan, terlampau ekstrim, dan terus-menerus emosi akan menjadi sumber penyakit seperti depresi berat, cemas berlebihan, marah meluap-luap, dan gangguan emosi yang berlebihan. Daniel Goleman mengatakan bahwa keberhasilan seseorang dalam hidupnya 20% ditentukan oleh IQ dan 80% diisi oleh kekuatan-kekuatan lain (EQ). Begitu besarnya pernanan EQ sehingga banyak orang mencari keterkaitan antara IQ dengan EQ atau antara kecerdasan dengan emosi di dalam memecahkan masalah-masalah ataupun dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.11 Menurut al-Ghozali marah yang berlebihan akan melampaui batas yang ditentukan oleh akal dan syara’. Usman Najati mengatakan pelampiasan emosi yang berlebih, marah misalnya, di samping mengakibatkan macetnya pemikiran seseorang dan kemampuan untuk memilih antara yang benar dan yang salah, secara fisik selama terjadinya emosi, marah kelenjar ginjal akan banyak keluar zat gula. Goleman berpendapat, akibat dari ketidakcerdasan emosi adalah munculnya berbagai tindakan kejahatan, dekadensi moral yang menimpa para remaja seperti kenakalan, minum-minuman keras, pengaruh narkoba, pembunuhan dan tingkah laku anti sosial lainnya. Bahkan emosi yang lepas kendali dapat membuat pula orang pandai menjadi bodoh dan tidak dapat menggunakan kemampuan kognitifnya secara maksimal.
ESQ SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PAI Strategi pembelajaran untuk meningkatkan kecerdasan spiritual dan emosional pada pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), dan penggunaan strategi ini mencoba mengoptimalkan seluruh potensi yang ada pada diri manusia khususnya pada potensi kecerdasan emosional melalui strategi pembelajaran aktif (active learning), sehingga nantinya akan Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
77
Peningkatan ESQ Siswa SMAN 1 Pacitan Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
melahirkan perilaku yang baik (perilaku terpuji), karena dengan akhlak demikian maka akan menata manusia secara pribadi dan berpengaruh terhadap lingkungan sosialnya dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, dan menjauhkan diri dari kesombongan di muka bumi Allah ini, sebagaimana firman Allah SWT telah ditunjukkan bagaimana berakhlak terhadap orang lain, yakni tidak sombong dan tidak pula angkuh. Al-Quran menganjurkan agar selalu sopan dalam bergaul, berjalan sederhana dan tidak bersuara kasar. Sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Lukman ayat 18-19 berikut ini:
ََّ َْ ُ َْ َ ِ َوَل تُ َصع ْر َخ َّد َك لِلن ض َم َر ًحا إَِّن الل َل ُيِ ُّب ك َّل ُمَْتالٍ َف ُخو ٍر ِ ش ِف ال ْر ِ َّاس َول ت ِّ َْ َ َ َْ ْ ) َواقْ ِص ْد ف َم ْشيِ َك َو ْاغ ُض18( )19( ِات لَ َص ْو ُت المِري ِ ض مِن َص ْوتِ َك إَِّن أنك َر ال ْص َو ِ Artinya: Dan janganlah kamu palingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan jangan kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang sombong lagi membabanggakan diri. Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai. (Q.S. Lukman: 18-19).
Adapun dimensi kehidupan yang mengandung nilai ideal PAI dapat dikategorikan ke dalam tiga macam, sebagai berikut: 1. Dimensi yang mengandung nilai yang meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di dunia. Dimensi nilai kehidupan ini mendorong kegiatan manusia untuk mengelola dan memanfaatkan dunia ini agar menjadi bekal sarana bagi kehidupan di akhirat. 2. Dimensi yang mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan di akhirat yang membahagiakan. Dimensi ini menuntut manusia untuk tidak terbelenggu oleh rantai kekayaan duniawi atau materi yang dimiliki, namun kemelaratan atau kemiskinan dunia harus diberantas, sebab kemelaratan duniawi dapat menjadi ancaman yang menjerumuskan manusia kepada kekufuran.
78
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
Agus Zamroni
3. Dimensi yang mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan hidup duniawi dan ukhrawi. Keseimbangan dan keserasian antar kedua kepentingan hidup ini menjadi daya tangkal terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari berbagai gejolak ke hidupan yang mengoda ketenangan hidup manusia, baik bersifat spiritual, sosial, kultural, ekonomi maupun ideologis dalam kehidupan pribadi manusia.12 Dengan kata lain, Pendidikan Agama Islam secara filosofis berorientasi kepada nilai-nilai Islami yang berdasarkan pada tiga dimensi hubungan manusia selaku khalifah di muka bumi ini, sebagaimana yang dijelaskan berikut ini: 1. Menanamkan sikap hubungan yang seimbang dan selaras dengan Tuhannya. 2. Membentuk sikap hubungan yang harmonis, selaras dan seimbang dengan masyarakatnya. 3. Mengembangkan kemampuan untuk menggali, mengelola dan memanfaatkan kekayaan alam ciptaan Allah bagi kepentingan kesejahteraan hidupnya dan hidup sesamanya dengan mengharap keridhaan Allah SWT sebagai sang Pencipta.13 Sesuai dengan pandangan di atas, Muhammad ‘Athiyah al-Abrasyi –salah seorang ahli pendidikan Mesir- dalam bukunya “at-Tarbiyatul Islamiyah” menyatakan bahwa: “Tujuan akhir dari Pendidikan Agama Islam adalah pembentukan Akhlak al-karimah yang merupakan fadhilah dalam jiwa anak didik, sehingga anak akan terbiasa dalam berperilaku dan berfikir secara rohaniah dan insaniah berpegang pada moralitas yang tinggi tanpa memperhitungkan keuntungan–keuntungan material".14
Tujuan ideal sebagaimana telah dijelaskan di atas tentunya sangat berpengaruh dengan pribadi dan sikap terhadap manusia lainnya, karena setiap amalan yang dilakukan oleh masing-masing individu baik atau buruk akan membawa efek terhadap mereka sendiri, sebagaimana firman Allah SWT. Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
79
Peningkatan ESQ Siswa SMAN 1 Pacitan Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
َ الًا َفلِنَْف ِسهِ َوَم ْن أ َساء َف َعلَيَْها َوَما َربُّ َك بَِظَّلمٍ للَْعبِي ِد ِ َم ْن َعمِ َل َص ِّ
Artinya: Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa yang berbuat jahat maka (dosa�nya) atas dirinya sendiri, dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hambanya. (Q.S. Fushshilat: 46).
Dalam firman Allah SWT surat al-Isra’ ayat: 9 juga dijelaskan:
َ َ َ َ َ إَِّن ه ات أ َّن َلُ ْم أ ْج ًرا َ َذا الُْق ْرآ َن يِهْدِي لِلَِّت ِه َي أقَْوُم َويَُبش ُر ْالُْؤمِنِ َني الَّذ ِ ال ِ ِين يَْع َملُو َن ا َّلص ِّ َكبِريًا Artinya: Sesungguhnya Al-Quran ini memberi petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. (Q.S. al-Isra’: 9).
Dari ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa ada dorongan yang dapat membangkitkan motivasi berupa penghargaan terhadap orang-orang yang taat yang selalu mengerjakan kebaikan dan amal shaleh. Allah SWT berjanji akan membalas kebaikan seseorang apabila orang tersebut berbuat kebaikan. Dan pada ayat berikutnya Allah SWT juga berjanji akan memberikan kebaikan yang sangat besar kepada orang-orang yang beriman lagi beramal shaleh. Masalah akhlak merupakan masalah yang sangat urgen dalam kehidupan manusia, sehingga mendapat perhatian yang sangat serius, mengingat aspek akhlak merupakan titik awal dalam perubahan sikap masyarakat. Oleh Hasan al-Banna dalam Yusuf Qardhawi hal itu disebut tongkat pendobrak, yakni bagaikan tongkat yang dapat memindahkan arah kereta api dari satu jalan ke jalan yang lain atau dari satu arah ke arah yang lain, hal ini sesuai dengan kata-kata penyair: “Demi Tuhan suatu negeri tidak akan sempit akibat kepadatan penduduk tetapi negeri itu akan sempit karena akhlak mereka bejat”.15 Akhlak merupakan aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial secara harmonis, adil, dan seimbang. Perilaku terpuji demi terwujudnya kehidupan yang damai pe80
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
Agus Zamroni
nuh keteraturan, ketertiban, dan keharmonisan.16 Hal ini sangat berkaitan dengan pembiasaan perilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari, dengan mengerjakan perilaku terpuji dan menghindari perilaku tercela atau menyimpang, maka diperlukan sikap kasih sayang dan kelembutan kepada manusia lainnya, firman Allah SWT:
ّ ًّ َ نت َلُ ْم َولَْو ُك َ َ َْ َفبَِما َر َ ِحةٍ م َن اللِ ل ب الَ َنف ُّضواْ مِ ْن َح ْولِ َك ِ ْنت َفظا َغلِيظ الْقل ِّ َّ ّ َ ْ َّ ََ َ ُ َ ُ َفاع اسَت ْغفِْر ل ْم َو َشاوِ ْر ُه ْم ِف األمْرِ َفإَِذا َع َزمْ َت فت َوكل َعلى اللِ إَِّن الل ْ ْف َعنُْه ْم َو ُيِ ُّب ْالَُت َوكلِ َني ِّ
Artinya: Maka disebabkan oleh rahmat Allah, kamu bersikap lemah lembut kepada mereka, dan seandainya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, dan mohonkan ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. (Q.S. Al-Imran: 159).
Dengan mengunakan Strategi Pembelajaran Meningkatkan Kecer dasan Spiritual dan Emosional, diharapkan peserta didik dapat memahami secara baik dan benar terhadap materi PAI budi pekerti, dan perlu ditanamkan dalam keadaan bagaimanapun, di manapun dan kapanpun waktunya. Penjelasan lebih lanjut terhadap perilaku terpuji adalah suatu etika yang bertujuan mencapai kebaikan individu dan kebaikan masyarakat, sehingga membentuk individu yang mempunyai perasaan (conscience) dan masyarakat pun mempunyai perasaan.17 Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku tercela adalah sebaliknya dari pengertian perilaku terpuji. Dalam hal ini perilaku terpuji khusus berkaitan dengan bagaimana menghargai orang lain kaitannya dengan hasil karyanya dan upaya untuk menghindari penyimpangan dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku terpuji merupakan perintah dalam agama Islam yang patut dilaksanakan sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, salah satu perilaku terpuji itu sendiri adalah menghargai hasil karya orang lain dengan ikhlas. Pada dasarnya sikap menghargai hasil karya orang lain tidaklah sulit dan rumit, akan tetapi Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
81
Peningkatan ESQ Siswa SMAN 1 Pacitan Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
karena manusia di saat mengedepankan sikap egoismenya, yaitu karena menilai sesuatu dilandasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga tidak memperdulikan kepentingan orang lain. Inilah yang menjadi puncak permasalahan menganggap remeh hasil karya orang lain. Firman Allah SWT:
َ ُ َ ِين آَمنُوا َل يَ ْس َخ ْر َقوٌم من َق ْومٍ َع َسى أن يَكونُوا َخيًْا منُْه ْم َوَل نِ َساء من ن َساء َ يَا أيَُّها الَّذ ِّ ِّ ِّ ِّ َْ َ ُ َ ُ ُِس ُم الُْف ُسوق َ َُن َو ُ َ ْ ْ َ َ َ ُ ُ ي خ ن ك ق ل ال ب وا ز ب َا ن ت ل و م ك س نف أ وا ز م ل ت ل ه ن م ًْا ْ َّ َّ َ ََع َسى أن ي َ ْ اب بِئْ َس اال َ ْ ِ ِ ِ ِّ ُ ْ َان َوَمن لَّْ يَتُ ْب َفأ ْولَئِ َك ُه ُم ا َّلظاِلُو َن ِ بَْع َد الِمي Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri, dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman, dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. (Q.S. Al-Hujarat: 11)
Allah SWT menyuruh manusia menahan diri dari mengolok-olok. Mengolok-olok dapat berupa menertawai kemalangan orang lain, tersenyum sinis, menyindir, atau memandang rendah. Sikap-sikap seperti itu merupakan budaya orang-orang jahil dan tidak sesuai dengan orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Al-Quran memperingatkan kita bahwa orang yang memperturutkan sikap yang demikian akan menderita karena api neraka akan merambat sampai membakar hati mereka. Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:
َ َ َ َ ) الَّذِي1( ٍَويٌْل ل ُكل ُه َم َزةٍ لََُّزة ) َكَّل3( ُ) يَْ َس ُب أ َّن َمالَُه أ ْخلَ َده2( ُج َع َم ًال َو َع َّد َده ِّ ِّ َّ َ ُ ُ ) الَِّت تَ َّطلُِع َعلَى6( ُ) نَا ُر اللِ ْالُ َوق َدة5( ْر َاك َما ْال َط َم ُة َ ) َوَما أد4( ِلَيُنَب َذ َّن ِف ْال َط َمة َْ )9( ٍ) ِف َع َم ٍد مَُّ َّددَة8( ) إنََِّها َعلَيْهِم ُّم ْؤ َص َدٌة7( ِالفْئِ َدة 82
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
Agus Zamroni Artinya: 1. Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela. 2. Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung. 3. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya. 4. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. 5. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu? 6. (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan. 7. Yang (membakar) sampai ke hati. 8. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka. 9. (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang. (Q.S. Al-Humazah: 1-9)
Segala sesuatu yang baik merupakan dambaan setiap insan di dunia ini, begitu juga hal dengan perilaku terpuji. Secara garis besar ciri-ciri perilaku terpuji adalah perilaku yang disukai masyarakat pada umumnya serta tidak pernah bertentangan dengan norma, hukum, dan aturan-aturan yang berlaku, baik dalam bernegara maupun beragama. Anak-anak yang baik adalah anak-anak yang terutama telah belajar dan menganggap serius gagasan serta hasrat untuk menjadi baik. Hidup sesuai dengan hukum, hormat pada orang lain, memiliki keterlibatan pikiran, hati, dan jiwa pada keluarga, tetangga, dan bangsanya serta mengetahui bahwa masalah kebaikan bukanlah sesuatu yang abstrak, melainkan sesuatu yang konkret dan harus diungkapkan bagaimana mengubah omongan kebaikan menjadi tindakan, saat-saat yang meneguhkan kahadiran kebaikan dalam penghayatan hidup tertentu.18 Firman Allah SWT:
ٍّ ُّ ُ ْ ْ ُ ُ َّ َ ُ َْ ْاسَتبُقوا َْات أيَْن َما تَكونوا يَأ ِت بِك ُم الل َجِيعًا إَِّن الل ِ الي ِ ْ َولِكل وِ ْجَهٌة ُه َو ُم َوليَها َف ِّ ُ َعلَى كل َش ْيء َقدِيٌر ٍ Artinya: Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang iaِّ menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. al-Baqarah: 148).
Adapun ciri-ciri kepribadian baik itu sendiri, meliputi: 1. Mempunyai keikhlasan dan kejujuran dari segi nilai. 2. Senantiasa berusaha bersungguh-sungguh melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan. Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
83
Peningkatan ESQ Siswa SMAN 1 Pacitan Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
3. Tidak mengharapkan balasan atas apa yang dilakukan. 4. Siap sedia menerima dengan tenang sesuatu yang dianggap kesusahan dan kesengsaraan.19 Semua sifat, perilaku dan akhlak harus kita perhatikan dengan sungguh-sungguh dalam hubungan dengan orang lain, sifat-sifat terpuji yang harus kita terapkan dan penyimpangan yang harus kita jauhkan. Sebab, kita berinteraksi dengan orang lain, baik berkomunikasi dan menjalin hubungan, semua orang ingin saling menghormati dan menghargai dan juga saling mencintai.20 Oleh karena itu, manusia membutuhkan adanya hubungan yang kuat dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan spiritual, rohani dan materinya. Maka, dalam hidup bermasyarakat hendaklah kita bersikap: pemaaf, jangan suka marah, jadilah orang yang suka memberi pelayanan, jangan membuat orang lain ricuh, sendirian lebih baik dari pada bergaul dengan orang jahat, berpikirlah sebelum berbicara, dapatkan simpati orang terlebih dahulu sebelum kita minta tolong kepadanya, dan jangan menyakiti siapa pun.21 Strategi pembelajaran yang penulis coba praktekkan dalam proses pembelajaran ini lebih menekankan pada kepribadian peserta didik, guru akan berpegang pada nilai-nilai tertentu, yang akan menampakkan diri dalam pembicaraan dan tingkah laku di sekolah, misalnya tanggung jawab di dalam bertindak, kebanggaan atas hasil jerih payah diri sendiri, kerelaan membantu sesama dan pengorbanan diri, dan lain sebagainya. Di samping hal-hal yang terdapat dalam kurikulum pengajaran dan buku-buku pelajaran, gurupun menyampaikan pesan-pesan kepada siswa, yang menyangkut nilai-nilai kehidupan. Maka proses pembelajaran dan guru sebagai pendidik merupakan komponen sangat menentukan terhadap keberhasilan yang dicapai bersama.22 Untuk menuju kepada keberhasilan pembelajaran maka guru harus mampu melaksanakan inspiring teaching, yaitu guru yang melalui kegiatan mengajarnya mampu mengilhami murid-muridnya. Melalui kegiatan mengajar yang dilakukannya seorang guru mampu mendorong para peserta didik agar mampu mengemukakan gagasan-gagasan yang besar dari muridnya.23 Maka dari itu, seorang guru dalam mengajar harus jeli 84
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
Agus Zamroni
dalam memilih suatu strategi pembelajaran yang tepat, karena pendekatan pembelajaran sangat menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Pembelajaran dengan strategi menerapkan metode kerjasama (cooperative learning) yang diaplikasikan melalui diskusi kelompok dan curah pendapat antar kelompok peserta didik yang berbeda. Dapat diketahui bahwa siswa kelas XI-IPA-3 SMAN I Pacitan nilai rata-rata motivasi tergolong kurang mengalami penurunan sebesar 4,50%; (6,72-2,22) tergolong cukup turun 9,44%; (23,33-13,89), baik mengalami penurunan 0,84%; (45,28-44,44) dan baik sekali naik 14,77%. (24,67-39,44). Kerjasama tergolong kurang mengalami penurunan sebesar 5,52%; (7,37-1,85) tergolong cukup turun 5,37%; (13,52-8,15), baik tidak mengalami perubahan 0,00%; (39,44-39,44) dan baik sekali naik 10,89%. (39,67-50,56). Proses Pembelajaran tergolong kurang mengalami penurunan sebesar 5,05%; (5,61-0,56) tergolong cukup turun 6,38%; (14,44-8,06), baik mengalami penurunan 5,56%; (43,06-37,50) dan baik sekali naik 17,00%. (36,89-53,89). Tanggapan siswa tergolong kurang mengalami penurunan sebesar 7,83%; (8,39-0,56) tergolong cukup turun 8,33%; (18,61-10,28), baik mengalami penurunan1,95%; (40,56-38,61) dan baik sekali naik 16.45%. (32,44-48,89). Performen Guru tergolong kurang tidak ada sebesar 00%; tergolong cukup turun 8,80%; (15,63-6,83), baik mengalami penurunan 0,11%; (39,58-39,47) dan baik sekali naik 14,12%; (44,79-53,70).
PENUTUP Melalui strategi pembelajaran PAI meningkatkan kecerdasan spiritual dan emosional, juga dapat meningkatkan minat, respon serta prestasi peserta didik. Karena pelaksanaan lebih diorientasikan pada keterlibatan siswa (student centered learning) dalam proses pembelajar an di kelas dan lebih bersifat cooperative learning di mana pengetahuan peserta didik dibangun dan dikembangkan serta internalisasi nilai-nilai agama yang direfleksikan melalui analogi personal (pertanyaan yang diajukan m erupakan bahan cerminan diri) yang selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
85
Peningkatan ESQ Siswa SMAN 1 Pacitan Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Sudah saatnya guru memilih strategi baru dalam proses belajar mengajar di kelas, khususnya terhadap pembalajaran PAI bukan hanya sebatas transformasi pengetahuan belaka, akan tetapi diharapkan dapat berorientasi kepada pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik, bersifat demokratis dan tidak mengedapankan sifat otoritas di kelas. Diharapkan kepada guru PAI dapat bekerja dengan ikhlas mencerdaskan anak bangsa, bukan karena pengaruh faktor materi semata-mata, oleh karenanya guru diharapkan juga dapat menciptakan kondisi Cooperative Learning dalam kelas, karena dengan kerja sama, peserta didik terbantu dalam menemukan persoalan, merancang rencana dan mencari pemecahan masalah. [ ]
ENDNOTES 1 2
86
https://id.m. wikipedia.org. Kata pendidikan menurut pengertian dari tokoh adalah sebagai berikut: menurut Poerbakawatja, Pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa dengan pengaruhnya meningkatkan anak ke tingkat kedewasaan yang mampu memikul tanggung jawab moril dan segala perbuatan. Lihat Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedia Pendidikan ( Jakarta: Gunung Agung, 1981), hlm. 257. dan Ahmad D. Marimba mengatakan pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan secara sadar dan diberikan oleh pendidik kepada si terdidik dalam perkembangan jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Lihat Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Siswa, 1962), hlm. 14. Sedangkan K.H. Dewantara mengatakan bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memberitahukan pada segala tuntutan kodrat yang ada pada setiap diri anak-anak mereka, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, dapat mencapai keselamatan hidup lahir dan batin yang setinggi-tingginya. Lihat. K.H. Dewantara, Pendidikan Taman Siswa (Yogyakarta: Al-Ma’arif, 1980), hlm. 19. Sedangkan pengertian pendidikan Islam adalah usaha sadar untuk mengarahakan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan segala potensi yang dianugerahkan oleh Allah kepadanya agar mampu mengemban amanat dan tanggung jawab sebagai khalifah-Nya di bumi dalam pengabdian sebagai seorang hamba. Lihat Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi ( Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa, 2000), hlm. 4. Adapun al-Taumiy mendefinisikan
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
Agus Zamroni
3
4
5
6
7
8
pendidikan agama Islam sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya dengan cara pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi serta sebagai suatu profesi di antara berbagai profesi asasi dalam masyarakat. Lihat. Oemar Mohammad Al-Taumiy, Al-Falsafah Al-Tarbiyah Al-Islam (Terj.), diterjemahkan Oleh Hasan Langgulung, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 399. Selain itu, Ahmad Tafsir juga memberikan pendapatnya mengenai pendidikan agama Islam yaitu bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal dengan ajaran Islam atau ia dapat menjadikan muslim semaksimal mungkin. Lihat Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 32. Dengan demikian pendidikan agama Islam merupakan kegiatan Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama Islam dari peserta didik di samping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus untuk membentuk kesalehan sosial. Zahara Idris. Dasar-Dasar Kependidikan. Padang: Angkasa Raya, 1981 hal. 76. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hal.12. M. Nasir Budiman, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Quran ( Jakarta: Madani Press, 2001), hlm. 140. Mudjia Ragarjo (ed), Quo Vadis Pendidikan Islam, Pembacaan Realitas Pendidikan Islam, Sosial dan Keagamaan (Malang: UIN-Malang Press, 2006), hlm. 169. Pendekatan intrakurikuler, dalam hal ini, yang dimaksud dengan pendekatan intra kurikuler adalah proses belajar mengajar bidang pendidikan agama Islam secara formal, sesuai dengan standar isi dan standar kelulusan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Waktu pembelajaran siswa sangat terbatas pada jam-jam yang telah ditentukan oleh satuan pendidikan, yakni untuk tingkat sekolah dasar sebanyak 3 jam pelajaran perminggu, tingkat menengah pertama dan menengah atas 2 jam pelajaran perminggu. Penggunaan waktu jam pelajaran dan kurikulum intrakurikuler mengikat bagi murid dan guru, sesuai dengan jadwal dan aturan-aturan yang berlaku secara nasional. Menurut pandangan sebagian para guru agama, terbatasnya waktu mengajar tersebut telah mengakibatkan tidak tuntasnya pembelajaran agama dan akhirnya mengakibatkan kemampuan siswa menguasai pelajaran agama tidak bisa maksimal Sedangkan untuk pengajaran agama ekstrakurikuler dilakukan di luar jam sekolah. Materi dalam pembelajaran agama ekstrakurikuler umumnya digunakan sebagai media pendalaman atau pengembangan materi pendidikan Islam,
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
87
Peningkatan ESQ Siswa SMAN 1 Pacitan Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
9
10
11
12 13 14 15
16
17
18
19
20
88
yang dirasakan tidak cukup waktu pada intrakurikuler. Bagi sekolah, tambahan waktu pendidikan agama yang dilaksanakan melalui pengembangan pengajaran ekstrakurikuler ini dapat dinilai sangat bermanfaat. Pelaksanaan pengajaran ekstrakurikuler ini bersifat fleksibel, terutama karena waktunya tidak mengikat, dan sangat tergantung pada kemauan atau kesepakatan antara guru/pembina dan murid yang akan belajar. Sayangnya pembelajaran ekstrakurikuler ini belum dikembangkan secara maksimal pada kebanyakan sekolah. Terdapat beberapa hal yang perlu memperoleh perhatian dalam pembelajaran ini, yaitu pertama, implementasi pembelajaran ekstrakurikuler memerlukan seorang guru agama yang berkualitas dan bersedia mengabdikan diri secara penuh, tulus dan ikhlas memberikan bimbingan agama kepada para pelajar. Karena pembelajaran ekstrakurikuler tidak tersedia dana yang memadai, atau bahkan tidak ada dana sama sekali, maka pembelajaran ekstrakurikuler ini kurang berkembang secara baik. Kedua, pembelajaran ekstraku rikuler memerlukan kesediaan para siswa untuk menambah waktu belajar di luar jam sekolah. Namun, karena pembelajaran ekstrakurikuler lebih bersifat tidak mengikat, maka hanya sedikit para siswa yang biasanya berminat untuk belajar agama. Elisabeth, Staveni, 2002 “Pendidikan Nasional” Diakses bulan Juni 2014, http://psikologi.net / main / Article27.html. Daniel Goleman, Emotional Entelligence, 1995. Diakses bulan Juni 2014 http://www.kompas.com/entertainment/news/0201/14/1855.htm. http://www.compas.com/intertainment/news /0201 /14/1855.htm, diakses bulan Juni 2014. M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm. 120. Ibid., hlm. 134. Ibid., hlm. 136-137. Yusuf Qardhawi, Sistem Kaderisasi Ikhwahul Muslim, (Solo: Pustaka Mantiq, 1992), hlm. 58. Mohammad Ali & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja; Perkembangan Peserta Didik, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 136. SHM Jafri, Moralitas Politik Islam: Belajar dari Perilaku Politik Khalifah Ali bin Abi Thalib, ( Jakarta: Pustaka Zahra, 2003), hlm. 148. Robert Coles, Menumbuhkan Kecerdasan Moral Pada Anak, ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 19. Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri ( Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm.21. Tim akhlak, Etika Islam ( Jakarta: Al-Huda, 2003), hlm. 54.
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
Agus Zamroni 21
22
23
Syafari Soma, Menanggulangi Remaja Kriminal Islam Sebagai Alternatif (Bandung: Nuansa, 2000), hlm. 35. Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan ( Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 1. Mochtar Buchori, Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan Dalam Renungan ( Jakarta: IKIP Muhammadiyah Press, 1994), hlm. 37.
DAFTAR PUSTAKA Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005). Elisabeth, Staveni, “Pendidikan Nasional” Jakarta, 2002 http://psikologi.net/main/Article27.html. http://www.kompas.com/ entertainment/ news/0201/14/1855.htm. http://www.compas.com/ intertainment/ news /0201 /14/1855.htm Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2013. M. Nasir Budiman, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Quran, (Jakarta: Madani Press, 2001),. Mudjia Ragarjo (ed), Quo Vadis Pendidikan Islam, Pembacaan Realitas Pendidikan Islam, Sosial dan Keagamaan (Malang: UIN-Malang Press, 2006), .M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994),. Muhammad ‘Athiah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam (Terjemahan dari At-Tarbiyatul Islamiyah), hal. 23-24. Dikutip di dalam, M. Arifin, Filsafat Pendidikan..., Mohammad Ali & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja; Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005). Mochtar Buchori, Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan Dalam Renungan, (Jakarta: IKIP Muhammadiyah Press, 1994), Piet A.Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), Robert Coles, Menumbuhkan Kecerdasan Moral Pada Anak, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003),
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
89
Peningkatan ESQ Siswa SMAN 1 Pacitan Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
SHM Jafri, Morralitas Politik Islam: Belajar dari Prilaku Politik Khalifah Ali bin Abi Thalib, Terj. Ilyas Hasan, (Jakarta: Pustaka Zahra, 2003), Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak; Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), Syafari Soma, Menanggulangi Remaja Kriminal Islam Sebagai Alternatif, (Bandung: Nuansa, 2000), Tim akhlak. Etika Islam, (Jakarta: Al-Huda, 2003) Yusuf Qardhawi, Sistem Kaderisasi Ikhwahul Muslim, (Solo: Pustaka Mantiq, 1992), Zahara Idris. Dasar-Dasar Kependidikan. Padang: Angkasa Raya, 1998
90
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014