ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM ESQ (EMOTIONAL, SPIRITUAL, QUOTIENT) BASIC TRAINING LEADERSHIP CENTER 165
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh : ABDULLAH SUNTANI NIM : 107051002149
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H. / 2014 M.
ABSTRAK Abdullah Suntani NIM: 107051002149 Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam ESQ Basic Training Leadership Center 165, dibawah bimbingan Drs. Jumroni, M.Si Training ESQ Leadership Center 165 didirikan oleh Ary Ginanjar Agustian, merupakan lembaga training yang memiliki metode baru tentang konsep kecerdasan emosi dan spiritual yang dikaitkan dengan nilai-nilai yang terdapat dalam Rukun Iman, Rukun Islam, dan Ikhsan. Kemudian disebut dengan ESQ Model 165 yang diaplikasikan dalam bentuk training. Walau dinamakan training Sumber Daya Manusia (SDM), namun dalam training ini diperkuat dengan penjelasan ayat-ayat Al-Quran dan hadis. Masalah penelitian ini yaitu analisis isi pesan dakwah dalam training ESQ dan menghususkan penelitian pada materi basic training, dengan dua pertanyaan yakni, apa saja pesan dakwah yang terkandung dalan training ESQ 165? Dan apa pesan dakwah yang paling dominan dalam training tersebut? Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian Analisis Isi (Content Analysis) melalui pendekatan kuantitatif, menurut Barelson, Analisis isi adalah suatu teknik penelitian yang objektif, sistematis dan menggambarkan secara kuantitatif isi-isi pernyataan suatu komunikasi. Dalam teknik analisis data disebut kategorisasi pesan dakwah yang terdapat pada materi training, kemudian membuat lembar koding yang diisi juri berjumlah tiga orang yang telah ditetapkan sebelumnya. Selanjutnya hasil tim juri dijadikan sebagai koefisien reabilitas dan terakhir melakukan penghitungan persentase mengenai pesan dakwah yang dominan. Isi pesan dakwah dalam training ESQ 165 yaitu pesan-pesan dakwah yang disampaikan mengandung tiga kategori yakni, akhlak, aqidah, syariah. Adapun pesan yang paling dominan adalah pesan syariah berjumlah 0,345%. Ke dua pesan Aqidah berjumlah 0,342%. Ke tiga pesan akhlak dengan hasil 0,312%.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT. Dengan kuasa dan rahmatNya memberikan ilmu dan ilham kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam juga senantiasa tercurahkan kepada Rasul pilihan Allah yaitu Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, pengikut beliau dan seluruh umat manusia yang setia kepadanya hingga akhir zaman. Dalam penyusunan skripsi ini, banyak hambatan yang telah peneliti temui. Namun karena kasih sayang Allah SWT, kemuliaan Nabi-Nya, keiklasan hati dan kerja keras penulis, serta doa, motivasi maupun bantuan dari berbagai pihak, maka kesulitan dan hambatan yang peneliti temui dapat dilalui dengan baik. Demikian pula peneliti menyadari bahwa, skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, maka melalui tulisan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih banyak kepada: 1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Wahidin Saputra, MA, selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. Jumroni, M.Si, selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi dan merangkap sebagai pembimbing, Drs. Study Rizal LK, MA, selaku pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan. 2. Rahmat Baihaki, M.Si, sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) dan Dra. Hj. Umi Musyarofah, MA, Sekretaris Jurusan KPI.
ii
3. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, terima kasih atas ilmu pengetahuan yang telah diberikan, semoga penulis senantiasa dapat memanfaatkan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat. 4. Terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Suntani dan Ibunda Siti Hatimah yang telah memberikan banyak hal yang berarti dalam kehidupan penulis. Cinta, kasih, sayang, doa dan dukungan baik moril maupun materil yang semuan itu tak akan tergantikan dengan apapun. 5. Kakang Teteh; kang Imin (Muslimin), kang Nur (Nuryadi) teh Idah (Almaidah) dan kedua keponakanku (Sri Ayu Hartati dan Raisa Adilatun Najwa) yang telah memberikan kasih sayang, do’a, dukungan moril dan materil yang berlimpah. Sehingga peneliti senantiasa termotivasi dan tidak kenal menyerah dalam mencapai cita-cita. 6. Terhusus untuk Uwa/Ende (Almarhum Ende Suheruddin dan Ende Houjah) yang selalu turut memotivasi dan memperhatikan perkembangan penulis sejak memasuki pondok pesantren hingga perguruan tinggi. Semoga Allah mengampuni segala dosa-dosanya dan mendapat tempat terbaik di sisi Allah. Amin 7. KH. Hikmatullah A,Syam’un, M.Si pimpinan pondok pesantren Al-khairiyah Citangkil yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan kesempatan bagi penulis untuk mengukir dan mengamalkan ilmu. 8. Kang Abi (Dr. Ahmad Tholabi Khaerli, MA) yang telah memberikan dukungan moral dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
iii
9. Para dewan juri materi ESQ Basic Training yang dengan sukarela meluangkan waktunya untuk memberikan pengetahuan, bimbingan, informasi dan datadata dalam pelaksanaan skripsi ini. 10. Special Thanks for Sahabat-sahabat Himpunan Alumni (HIMAL) Alkhairiyah, kakak-kakak Racana Fatahillah-Nyimas Gandasari Pramuka UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rekan-rekan Berita UIN, penulis-penulis Padepokan Jejak Sastra (PJS) dan teman-teman alumni pondok pesantren modern Ibadurrahman Tangerang, terimakasih untuk segala kenangan dan pengalaman manis kebersamaan kita. Semoga kita menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Amin 11. Teman seperjuangan Komunikasi Penyiaran Islam periode 2007 khususnya kelas D, kenangan manis selalu di hati dan semoga silaturrahmi selalu terjaga antara kita meski sebatas via sosial media. Akhir kata, penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bantuan semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya satupersatu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amin Ya Rabbal Alamin.
Jakarta, 13 Januari 2013
Abdullah Suntani
iv
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK .......................................................................................................
i
KATAPENGANTAR.......................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................
7
D. Metodologi Penelitian ...............................................................
8
E. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 14 F. Sistematika Penulisan ................................................................ 15 BAB II
LANDASAN TEORI A. Pengertian Analisis Isi................................................................ 16 B. Pengertian Training (Pelatihan) ................................................ 17 C. Pengertian Dakwah dan Ruang Lingkupnya ............................. 18 1. Pengertian Dakwah ............................................................... 18 2. Tujuan Dakwah .................................................................... 21 3. Unsur-unsur Dakwah ........................................................... 26 1. Subjek / Pelaku Dakwah (da’i) ........................................ 26 2. Objek Dakwah (Mad’u) ................................................... 33 3. Materi Dakwah (Maadat al-Da’wah) ............................. 35 4. Metode Dakwah .............................................................. 39 5. Media Dakwah (Wasail al-Dakwah) .............................. 41 6. Efek Dakwah (Atsar al-Da’wah) .......................................
v
44
BAB III
GAMBARAN UMUM ESQ LEADERSHIP CENTER 165 A. Profil ESQ Leadership Center 165 ...................................... 46 1. Sejarah Berdirinya ESQ ................................................ 46 2. Visi
...................................................................... 49
3. Misi
...................................................................... 49
B. Sekilas Tentang Pendiri........................................................ 49 C. Metode, Materi dan Tingkatan Training ESQ...................... 53 1.Metode Training ESQ ...................................................... 53 2.Materi Training ESQ ........................................................ 54 3.Tingkatan Training ESQ .................................................. 65 BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Pesan Dakwah dalam Training ESQ ................................... 68 1. Pesan Dakwah Dalam Bagian I ( Unleash Spiritual Intellegent ) ...................................... 69 2. Pesan Dakwah Dalam Bagian II ( Develiping Emitional Intellegent ) ................................ 70 3. Pesan Dakwa Dalam Bagian III (Lets’s Action ) ............ 73 B. Pesan Dakwah Yang Paling Dominan Dalam Training ESQ Leadership Center 165................................................. 77
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................... 79 B. Saran .................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 82 LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
TABEL 1
........................................................................................................ 11
TABEL 2
........................................................................................................ 12
TABEL 3
........................................................................................................ 69
TABEL 4
........................................................................................................ 70
TABEL 5
........................................................................................................ 71
TABEL 6
........................................................................................................ 71
TABEL 7
........................................................................................................ 74
TABEL 8
........................................................................................................ 74
TABEL 9
........................................................................................................ 77
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Artinya: “Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal saleh dan berkata, ‘sesungguhnya aku termasuk orang yang berserah diri”. (QS al-Fusilat:33) Di antara kelebihan syariat Islam yang dengannya Allah menyempurnakan agama-Nya, dan merupakan nikmat yang sempurna adalah mengizinkan setiap muslim dan muslimah menjadi penyeru kepada Allah. Dalam Islam tidak ada monopoli dakwah., tidak ada tingkatan-tingkatan orang yang boleh berdakwah dan yang tidak.1 Memasuki abad 21, dunia dakwah menghadapi berbagai tantangan berkaitan dengan munculnya era globalisasi yang menciptakan tuntutan baru terhadap agama. Itu berarti timbulnya keperluan agama untuk menjalankan reaktualsasi (reidentifikasi) firman-firman Tuhan dalam al-Quran. Jika tidak demikian maka agama Islam akan sulit dilibatkan untuk menerangkan globalisasi
1
Adnan Tharsyah, 16 Jalan Kebahagiaan Sejati, (Jakarta: Hikmah 2006) h. 261.
1
2
dalam berbagai dimensi kehidupan umat.2 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi komunikasi dan informasi, telah membawa dampak berarti pada perubahan sendi-sendi etika umat Islam. Era globalisasi memiliki potensi untuk merubah hampir seluruh sistem kehidupan masyarakat baik di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, bahkan di bidang pertahanan dan keamanan. Disamping
itu
berbagai
penyakit
masyarakat
seperti
pencurian,
perampokan, penodongan, korupsi, pelanggaran HAM dan sejenisnya merupakan problema mendasar umat Islam saat ini. Akses yang sangat mendasar dari problema tersebut adalah timbulnya pendangkalan iman, yang mendatangkan berbagai problem sosial dan keagamaan.3 Selain itu, Kerawanan moral dan etika itu muncul semakin transparan dalam bentuk kemaksiatan karena disokong oleh kemajuan alat-alat teknologi informasi mutakhir seperti siaran televisi, keping-keping VCD, jaringan Internet, dan sebagainya. Kemaksiatan itu senantiasa mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas, seperti maraknya perjudian, minum-minuman keras, dan tindakan kriminal, serta menjamurnya tempat-tempat hiburan, siang atau malam, yang semua itu diawali dengan penjualan dan pendangkalan budaya moral dan rasa malu.
2
A. Muis, Komunikasi Islam (Bandung: PT Rosda Karya 2001), h. 131. Jakfar Puteh Saifullah, Dakwah Tekstual dan Kontekstua; Peran dan Fungsinya Dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Yogyakarta: AK Group 2006) hlm. 1 3
3
Oleh sebab itu, da’i harus mempunyai pemahaman yang mendalam bukan saja menganggap bahwa dakwah dalam frame “amar ma’ruf nahi mungkar”, sekedar menyampaikan saja melainkan harus memenuhi beberapa syarat, yakni mencari materi yang cocok, mengetahui psikologis objek dakwah, memilih metode yang representatif, menggunakan bahasa yang bijaksana dan sebagainya. Secara konvensional, subjek dakwah terdiri dari da’i (mubaligh) dan pengelola dakwah.4 Komposisi subjek dakwah tersebut muncul karena dakwah selama ini lebih diartikan atau dititikberatkan pada dialog lisan (verbal) saja. Da’i sering diidentikkan
dengan
penceramah,
sementara
pengelola
dakwah
adalah
penyelenggara kegiatan dakwah yang dilembagakan dalam institusi permanen (ta’mir masjid, pengurus pengajian dan sebagainya) atau institusi sementara dalam bentuk kepanitiaan. Subjek dakwah, lembaga atau pusat dakwah, adalah institusi atau organisasi yang menjalankan atau mempunyai usaha berupa kegiatan dakwah.5 Secara hakikat, Dakwah Islamiyah merupakan aktualisasi iman yang dimanifestasikan dalam suatu kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilandasi secara tertentu, demi terwujudnya ajaran Islam dalam segala segi kehidupan. Kegiatan tersebut sering disampaikan secara individu atau pun kelompok melalui berbagai metode dan saran yang bertujuan
4 5
Unzier Suparta dan Harjani, Metode Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2003), hlm. 6. Achyar Eldin, Dakwah Stratejik, (Jakarta: Pustaka Tarbiyatuna, 2003), hlm. 30-31.
4
memberi perubahan dalam segala segi kehidupan karena dakwah bersifat universal.6 Maka dalam pelaksanaannya dakwah harus dapat menyentuh semua lapisan atau tingkatan, baik dari sudut budaya, sosial, ekonomi, pendidikan, dan kemajuan teknologi. Semua aspek kehidupan tersebut, selalu dikaitkan dengan solusi Islam yang berpedoman pada al-Quran dan hadis. Untuk itu dakwah Islam haruslah dikemas dengan cara dan metode yang tepat dan pas. Dakwah harus tampil secara aktual, faktual, dan kontekstual. Aktual dalam arti memecahkan masalah yang kekinian dan hangat ditengah masyarakat. Faktual dalam arti konkrit dan nyata, serta kontekstual dalam arti relevan menyangkut problema yang sedang dihadapi oleh masyarakat.7 Untuk mencapai tujuan dakwah secara maksimal, maka perlu dukungan oleh para juru dakwah yang handal. Keandalan tersebut meliputi kualitas yang seharusnya dimiliki oleh seorang juru dakwah yang sesuai dengan tujuan dewasa ini. Aktivitas dakwah dipandang sebagai kegiatan yang diperlukan keahlian. Mengingat suatu keahlian memerlukan penguasaan pengetahuan, maka para aktivis dakwah (da’i / muballigh) harus memiliki kualifikasi dan persyaratan akademik dan empirik dalam melaksanakan kewajiban dakwah.8
6
Jumanto, Toto, Psikologi Dakwah Dengan Aspek-Aspek Kejiwaan yang Qur’ani, (Wonosobo: Jakarta,2001) h. xiii. 7 Munzier Suparta dan Ani Hetani, Metode Dakwah: Pengantar Metodologi Dakwah Sebuah Kajian (Jakarta: Kecana, 2003), Cet ke-1, , h.xiii. 8 Asep Muhyidin, Dakwah dalam Perspektif al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi dan Wawasan,(Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm. 34.
5
Dakwah
dapat
diucapkan,
dituliskan,
digambarkan,
dibentukkan,
dilakukan, diisyaratkan, dan lain sebaginya, menurut tingkat kesanggupan manusia yang melakukannya untuk mencapai daya guna yang setingi-tingginya. Yang menerima dakwah itu pun senang pula diberi dakwah. Makin indah dan menarik cara dakwah yang dilakukan, makin tertarik orang.9 Di era modern ini, juru dakwah perlu memiliki dua kompetensi dalam melaksanakan dakwah, yaitu: kompetensi substantif dan kompetensi metodologis. Kompetensi substantif meliputi penguasaan seorang juru dakwah terhadap ajaranajaran Islam secara tepat dan benar. Kompetensi metodologis meliputi kemampuan juru dakwah dalam mensosialisasikan ajara-ajaran Islam kepada sasaran dakwah (mad’u).10 Lembaga Training ESQ Leadership Center 165 yang didirikan oleh Ary Ginanjar Agustian, merupakan lembaga training yang memiliki metode baru tentang konsep kecerdasan emosi dan spiritual yang dikaitkan dengan nilai-nilai yang terdapat dalam Rukun Iman, Rukun Islam, dan Ikhsan, kemudian disebut dengan ESQ Model 165 yang diaplikasikan dalam bentuk training. Walau dinamakan training Sumber Daya Manusia (SDM), namun dalam training ini diperkuat dengan penjelasan ayat-ayat Al-Quran dan hadits serta berlandaskan pada pilar-pilar Syariat Islam, yaitu Ihsan, Rukun Iman dan Rukun Islam.
9
M. Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, (Jakarta: AL-mawardi 2004) h.ix. Abdul Munir Mulkhan, Ideologi Gerakan Dakwah: Episode Kehidupan M. Natsir dan Azhar Basyir, (Yogyakarta: Sipress, 1996), hlm. 237. 10
6
Training ESQ adalah sebuah fenomena yang mampu menggugah dan mengubah kehidupan seseorang. Hal itu bisa terjadi karena ESQ memang berbeda dari pelatihan lainnya bukan sekedar pelatihan kepemimpinan atau menejemen biasa. Training ESQ merupakan pelopor pelatihan yang mengasah sisi spriritual dengan mendalam, bersamaan dengan sisi emosional dan intelektual seseorang. ESQ adalah suatu inovasi mutakhir yang bertujuan untuk membangkitkan dimensi spiritual manusia. Lembaga tersebut dinilai mampu memberikan solusi yang terbaik yang mengembalikan semangat dan giroh untuk hidup dengan kembali pada ajaran Islam serta mengamalkannya dengan sungguh-sungguh. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian: “Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam ESQ Basic Training Leadership Center 165”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk menghasilkan penelitian maksimal, maka dalam penelitian ini peneliti membatasi ruang lingkupnya pada isi pesan dakwah dalam ESQ Basic Training Leadership Center 165 yang diselenggarakan di Gedung Menara 165 pada Juli 2012 bagi karyawan JNE (Express, Across, Nation). Sedangkan unit analisisnya ditetapkan berdasarkan tema pokok, khususnya pada ESQ basic training.
7
2. Perumusan masalah Melihat dari batasan di atas, maka penulis merumuskan masalah umum sebagai berikut: Bagaimana isi pesan dakwah yang terdapat dalam ESQ Basic Training Leadership Center 165? Dalam bentuk kategorisasi dari masalah umum tersebut dapat dirincikan pesan dakwah sebagai berikut: a. Bagaimana pesan Aqidah dalam ESQ Basic Training Leadership Center? b. Bagaimana pesan Syari’ah dalam ESQ Basic Training Leadership Center ? c.
Bagaimana isi pesan Akhlak dalam ESQ Training Leadership Center?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang telah peneliti rumuskan, maka ada beberapa tujuan khusus yang ingin dicapai dari hasil penelitian, yaitu: Secara umun untuk mengetahui pesan dakwah yang terdapat dalam Training ESQ Leadership Center 165. Namun, dalam bentuk kategorisasi dari masalah umum tersebut dapat dirinci isi pesan dakwah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui pesan Aqidah yang terkandung dalam Training ESQ Leadership Center 165. b. Untuk mengetahui pesan Syari’ah yang terkandung dalam Training ESQ Leadership Center 165.
8
c. Untuk mengetahui pesan Akhlak yang terkandung dalam Training ESQ Leadership Center 165. 2. Manfaat penelitian 1. Segi Teoritis Memberikan wawasan dan pengetahuan dalam upaya mengembangkan studi komunikasi dan dakwah. Sehingga pesan-pesan dakwah dapat diterima oleh masyarakat sesuai dengan tujuan dan keadaan zaman 2. Segi Praktis Untuk menambah wawasan aktivitas akademik dan praktisi dakwah agar dapat mengembangkan metode dakwah di lapangan serta dakwah yang disampaikannya mudah dimengerti dan diterima dengan berbagai macam model yang berkenaan dengan nilai-nilai yang bernuansa islami. D. Metodologi Penelitian 1) Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah content analysis, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk meneliti isi pesan yang disampaikan dalam suatu proses komunikasi.11 Pelopor analisis ini adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori tekhnik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi.
11
Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Press, 2006), h. 66.
9
Metode analisis ini juga diartikan sebagai objek data analisis secara manifest yaitu di analisis menurut apa yang dikatakan (tersurat) bukan menurut arti yang terkandung di atas baris demi baris (tersirat).12 2) Penetapan Juri Penelitian ini agar menjadi relevan dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka peneliti menggunakan tiga orang juri dalam menganalisis isi pesan, yang masing-masing dari mereka mempunyai pemahaman di bidangnya, seperti aqidah, syariah dan akhlak. Untuk memperoleh realibilitas dan validitas kategori-kategori, maka peneliti menggunakan tiga orang juri dalam menganalisis isi pesan yaitu: 1. KH. Hikmatullah A. Syam’un, M.Si Ketua Yayasan Pondok Pesantren (Pengurus Besar) Al-khairiyah. 2. Dr Ahmat Tholabi Kharlie, MA dosen dan lektor kepala Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta. 3. Dr Hasana Ahmad Said, MA dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung. Peneliti memilih ketiga juri tersebut, karena dinilai memahami pembahasan mengenai ajaran Islam dan menggeluti di bidang Agama Islam.
12
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2006), hal. 7
10
3) Tehnik Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data-data penelitian ini, penulis mengunakan beberapa teknis diantaranya sebagai berikut: a. Dokumentasi, adalah strategi yang digunakan ketika data tidak dapat diperoleh dari hasil wawancara atau observasi, yaitu mengumpulkan bukubuku, makalah, bulletin, majalah dan dokumen tertulis lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian13. Dengan kata lain dokumentasi yaitu sebuah catatan tertulis atau literarut yang relevan dan berhubungan dengan penelitian, seperti Profile Ary Ginanjar, Training ESQ, Program dan kegiatan ESQ serta lain sebagainya. b. Pengamatan (Observasi). Yaitu metode pengumpulan data di mana peneliti mencatat informasi sebagaimana disaksikan selama menjalani penelitian.14 Dalam penelitian ini penulis melakukan partisipasi penuh dengan cara merasakan dan menghayati apa yang dirasakan oleh responden yaitu dengan cara mengikuti pelaksanaan training ESQ atau kegiatan lain yang menyangkut dengan penelitian baik di Menara 165 (Graha 165) atau di tempat-tempat lainnya. 4) Tehnik Pengolahan dan Analisis Data Setelah peneliti mendapatkan rekaman siaran yang telah ditentukan sebagi sample penelitian. Kemudian, rekaman siaran terseut dijadikan 13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Bina Usaha, 1989), h. 62 14 W Gulo, Metode Penelitian (Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia 2002) h.116.
11
kedalam bentuk transkip data. Dalam pengolahan data ini, peneliti melakukannya dalam bentuk Codding Sheet atau lembar koding yaitu berupa tabel daftar cek yang berisi kategori-kategori subjek yang hendak diukur.15 Kemudian unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Isi Pesan Dakwah Training ESQ Leadership Center 165 yang menjadi pokok persoalan dan unit pengamatan adalah persatuan unit tema pesan dakwah yang menjadi pokok pembahasan. Kategori dibuat berdasarkan pesan dakwah yang terdapat dalam Training ESQ diantaranya: Aqidan, Syariah, dan Akhlak. Tabel 1. Kategorisasi Isi Pesan NO.
Kategorisasi
1.
Aqidah
2.
Syari’ah
3.
Akhlak
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedangka pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Aqidah juga bisa diartikan sebagai iman kepada Allah, kepada malaikat, kitab suci al-Qur’an, iman kepada rasul dan hari kiamat dan iman kepada qada dan qadar. 15
Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h.75.
12
Akhlak diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Jadi, akhlak adalah ajaran yang membina mental dan jiwa manusia untuk mencapai hakikat kemanusiaan yang tinggi. Syariah berarti aturan atau undang-undang yang diturunkan Allah untuk mengatur hubungan manusia dengan tuhannya, mengatur hubungan sesama. Peneliti menggunakan rumus dari Holsty (1969) yang menjadi salah satu acuan dalam analisis isi secara kuantitatif untuk mencari koefisien realibilitas kategori antar juri dan untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri sebagai berikut: Koefisien Realibilitas = Keterangan
:
2M
: Nomor keputusan yang sma antar juri
N1, N2
: Jumlah item yang dibuat oleh tim juri. Table 2. Hasil Kesepakatan Antar Juri
Antar juri
Item
Kesepakatan
Ketidak Sepakatan
Nilai
Ke 1 dan 2
95
82
13
0,86
Ke 2 dan 3
95
79
16
0,83
Ke 1 dan 3
95
83
12
0,87
Total
2,56
13
Setelah diketahui hasil dari ketiga juri yang telah dirinci dalam table di atas dari keseluruhan item dan juga telah diketahui nilai rata-ratanya. Hasil ini diperoleh dari menjumlahkan semua nilai dari kesepakatan tiga juri. Selanjutnya dihitung dengan menggunakan rumus komposit realibility sebagai berikut: Komposit Realibilitas =
(
( )(
)
)
Keterangan
:
N
: Jumlah juri
X
: Rata-rata koefisien realibilitas antara juri16
Nilai rata-rata Komposit reliabilitas
= 2,56 : 3 = 0,853
= =
,
,
( ,
)
,
= 0,944 Perhitungan dari data di atas menunjukan tingkat validitas yang cukup, karena didasarkan pada penilaian dengan menggunakan tiga orang juri, sehingga tidak ada terjadi kekeliruan data dan penilaian dapat dikatakan akurat dan objektif. Pada penelitian ini data akan dianalisis berdasarkan materi training ESQ 165. Setelah data terkumpul, kemudian penulis akan melaporkan,
16
76-77
Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Press 2006) h.
14
menggambarkan, mengklasifikasikan serta menginterpretasikan secara apa adanya untuk kemudian disimpulkan menjadi data yang valid dan realiabel. Adapun tehnik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasi UIN Jakarta. E. Tinjauan Pustaka Dalam menentukan judul skripsi ini penulis mengadakan tinjauan pustaka yang terdapat dalam perpustakaan di fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi maupun di perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mengumpulkan bahan-bahan materi. Menurut pengamatan penulis dari hasil observasi yang dilakukan sampai saat ini belum menemukan analisis isi pesan dakwah dalam training ESQ. yang penulis temukan adalah, diantaranya Pengaruh Training ESQ Leadership Center 165 Terhadap Kepemimpinan Siswa SMA 86 Jakarta, Pola Komunikasi dalam Training ESQ 165, penyusun Ratih damayanti angkatan 2005 dan Pengaruh Pelaksanaan Training ESQ Terhadap Kinerja Karyawan UIN Jakarta, penyusun Nadia Nurfitria angkatan 2007. Secara umum pokok pembahasan dalam penelitian ini adalah sama yaitu mengenai training ESQ. Namun perbedaan dan yang menjadi kelebihan dari penelitian ini yaitu terletak pada objek penelitian, yakni menganalisis isi materi training tersebut.
15
F. Sistematika Penulisan Skripsi ini disusun atas lima bab yang masing-masing memiliki sub-sub dengan sistematika penyusunan sebagai berikut: BAB I
Merupakan pendahuluan. Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan terakhir tinjauan pustaka.
BAB II
Bab ini membicarakan tentang pengertian analisis isi, pengertian training, pengertian dakwah beserta ruang lingkupnya.
BAB III
Membicarakan tentang Training ESQ Leadership Center 165. Bab ini berisi sejarah ESQ, Visi-misi ESQ, Metode dan materi training ESQ.
BAB IV
Mengupas tentang analisis isi pesan dakwah dalam Training ESQ Leadership Center 165. Bab ini berisi pesan aqidah yang terdapat dalam Training ESQ Leadership Center 165, pesan syariah yang terdapat dalam Training ESQ Leadership Center 165, dan pesan akhlak yang terdapat dalam Training ESQ Leadership Center 165.
BAB V
Merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dari penelitian serta hasil penelitian dan berisi simpulan beserta saran-sarannya.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Analisis Isi Dalam bukunya Jalaludin Rahmat menjelaskan, definisi analisis isi (Content analysis) merupakan tehnik penilaian untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang dalam bentuk lambang. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi, seperti surat kabar, buku, puisi, lagu, lukisan, novel dan lain-lain.1 Menurut Klaus Krippendorf, metode analisis isi ialah sebuah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi dengan mengidentifikasi secara sistemik dan objektif karakteristik-karakteristik dalam sebuah teks.2 Sedangkan menurut Agus Putranto menjelaskan, penelitian dengan menggunakan metode analisis isi yaitu pendekatan penelitian yang menggunakan penyajian data yang secara terstruktur serta memberikan gambaran secara terperinci tentang objek penelitian yaitu berupa pesan komunikasi.3 Adapun tujuan analisis isi, antara lain: (1) menggambarkan isi komunikasi, (2) menguji hipotesis karakteristik-karakteristik suatu pesan, (3)
1
19
Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: PT Remaja Rosdkarya, 1993), h.
2
Klaus Krippendorf. Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), h. 19, diterjemahkan oleh Farid Wjidi 3 M. Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Gintanyali, 2004), cet ke-1, hal.146
16
17
membandingkan isi media dengan “dunia nyata”, (4) melalui imej suatu kelompok tertentu dan masyarakat, (5) menciptakan titik awal terhadap studi efek media.4 B. Pengertian Training (Pelatihan) Pelatihan merupakan usaha mengurangi atau menghilangkan terjadinya kesenjangan antara kemampuan karyawan dengan yang dikehendaki organisasi. Usaha tersebut dilakukan melalui peningkatan kemampuan kerja yang dimiliki karyawan dengan cara menambah pengetahuan dan keterampilan serta merubah sikap.5 Dalam SK Menpan N0. 01/Kep/M.Pan/2001 di lingkungan PNS, yang dimaksud pelatihan adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan pada praktek dari pada teori yang dilakukan seseorang atau sekelompok dengan menggunakan pendekatan pelatihan untuk orang dewasa dan bertujuan meningkatkan dalam satu atau bebrapa jenis keterampilan tertentu.6 Selain itu, menurut Edwin B. Flippo yang dikutip Sedarmayanti, pelatihan adalah proses membantu pegawai memperoleh efektivitas dalam pekerjaan sekarang atau yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan, fikiran dan tindakan, kecakapan, pengetahuan dan sikap dengan tujuan: a). Increased productivity in terms of both quantity and quality (meningkatkan produktivitas 4
Andi Bulaeng, Metodologi Penelitian Kounikasi Kontemporer, (Yogyakarta: Penerbit Andi Offset, 2004), h. 171 5 Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil, (Bandung: Refika Aditama, 2008) h. 163 6 Ibid. h. 164
18
dalam jumlah maupun mutu). b). Reduced accident (Mengurangi kecelakaan. c). Reduced supervision (mengurangi pengawasan. d). Increased organizational stability and flexibility (meningkatkan stabilitas dan fleksibilitas organisasi. e). Heightened morale (mempertinggi moral).7 C. Pengertian Dakwah dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Dakwah Kegiatan dakwah sebagai aktivitas untuk menegakkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan masyarakat merupakan suatu usaha yang senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Kata dakwah berasal dari bahasa arab yang berarti ajakan, seruan, panggilan, undangan8. Kata dakwah ()دﻋﻮة dalam ilmu tata bahasa Arab merupakan bentuk isim masdar dari kata kerja (fiil), yaitu “da,a - yad’u” ( ﯾﺪﻋﻮ- )دﻋﺎyang artinya memanggil, mengajak, atau menyeru. Dakwah menurut Prof Toha Yahya Umar MA dilihat dari dua segi yaitu dakwah secara umum dan dakwah menurut Islam. a. Pengertian dakwah secar umum adalah ilmu pengetahuan yang berisi caracara dan tuntunan –tuntunan, bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui , melaksanakan suatu ideologi, pendapat, pekerjaan tertentu.
7
Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil, (Bandung: Refika Aditama, 2008) h. 164 8 M. Toha Yahya Omar, Islam & Dakwah (Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima, 2004), h. 67
19
b. Menurut Islam adalah mengajak manusia kepada kebenaran yang sesuai dengan perintah Allah SWT dengan cara yang bijaksanaa untuk kemaslahatan manusia itu sendiri didunia maupun dia akhirat.9 Menurut Prof. Dr Yunan Yusuf, yang mengutip Syaikh Al-babiy alKhuli dakwah didefinisikan sebagai: Upaya memindahkan situasi (Changing situation) manusia kepada situasi yang lebih baik. Pemindahan situasi ini mengandung makna yang sangat luas, mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Dakwah harus merambah upaya bagaimana menciptakan kehidupan sejahtera, aman dan damai dengan mengembangkan kreativitas, baik individu maupun masyarakat, dalam konteks ini dakwah adalah juga suatu proses pemberdayaan.10 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dakwah itu ialah suatu usaha yang terus menerus dari seorang da’i untuk menciptakan suatu perubahan menuju terciptanya suatu tatanan masyarakat yang berkeadaban yang dilandasi dengan nilai-nilai ajaran Islam. Banyak pengertian dakwah dikemukakan oleh para ahli sesuai dengan disiplin ilmunya. H. Endang Saifuddin Anshori berpendapat bahwa pengertian dakwah terbagi dalam dua bagian, pertama, dakwah dalam pengertian sempit yaitu penyampaian Islam kepada manusia baik melalui lisan, tulisan maupun lukisan.
Kedua,
dakwah
dalam
pengertian
luas
yaitu,
penjabaran,
penerjemahan, dan pengamalan ajaran Islam dalam perikehidupan dan
9
AH, Hasanuddin, Retorika Dakwah & Publisistik dalam kepemimpinan (Surabaya: Usaha Nasional 1982), h. 34-35 10 Yunan Yusuf, Dr. Metode dakwah, Naskah Panduan Bahan Ajar majelis ta’Lim DKI Jakarta (Penerbit: Forum Komunikasi majelis Ta’lim DKI Jakarta, 2000), h. 3.
20
penghidupan manusia termasuk bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan, Iptek, kesenian, keluarga dan sebagainya”.11 Dakwah dalam pengertian sempit, misalnya pendapat sebagian orang yang megatakan bahwa dakwah identik dengan tabligh (ceramah, pidato). Pandangan semacam ini menurut Amrullah Ahmad12 kurang mampu memberi jawaban yang lebih kongkrit terhadap berbagai persoalan dalam masyarakat, karena dakwah hanya berada di mimbar-mimbar. Oleh karena itu, berdakwah selain dengan cara menyampaikan ( tabligh, ceramah, seminar dan lain-lain), juga harus diperkaya dengan pelaksanaan yang lebih luas, yaitu suatu kegiatan/usaha untuk merealisir ajaran Islam dalam semua segi kehidupan.13 Lebih lanjut Hamka memberikan suatu uraian bahwa kata dakwah mempunyai makna lebih umum dari semta-mata tabligh.14 Dari pemahaman seperti itu, jelas sekali bahwa dakwah dapat dilakukan di banyak tempat dan oleh kalangan dari beragam profesi. AlKhuli menegaskan bahwa da’i adalah orang yang menykini ideologi Islam dan mengajak kepada fikiran Islam dengan berbagai cara, baik tulisan, pidato, pembicaraan yang umum maupun yang husus serta dengan segala perangkat dakwah yang mungkin dilakukan. Seorang da’i adalah dokter yang mengobati segala penyakit jiwa dan memperbaiki keadaan masyarakat yang
11
Endang Syaifuddin Anshori, Wawasan Islam (Jakarta: CV Rajawali, 1986) cet ke. I h. 190. Amrullah Ahmad (ed) dakwah dan perubahan Sosial (Yogyakarta: Prima Duta 1983) h. 1. 13 Ibid. 14 Hamka, Prinsip dan Kebijakan dakwah Islam, (Jakarta: Penerbit Umminda 1982) h. 1. 12
21
rusak. Ia juga seorang peneliti dan pengamat yang kritis. Dengan kata lain da’i adalah tokoh masyarakat, pemimpin politik, pelakun ekonomi, direktur, atau pemegang kunci strategis disetiap lini kehidupan. Semua fungsi diatas tidak mungkin dijalankan hanya dengan pidato. Ia juga bisa berfungsi sebagai teman, sahabat dan saudara bagi si kaya maupun si miskin. Sehingga seorang da’i harus mempunyai sifat kasih sayang dan kepedulian sosial yang tinggi, tidak ada perbedaan antara kata dan perbuatan. Semua sifat tersebut harus terinternalisasi menjadi satu karakter pada seorang da’i. 2. Tujuan Dakwah Dari berbagai pengertian diatas, dakwkah Islam yang berdasarkan alQuran dan hadits pada hakekatnya memiliki tujuan untuk mengubah orang atau situasi (changing situation) ke arah yang lebih baik dengan cara menananmkan ajaran Islam untuk menjadikan pedoman hidup, baik bagi individu maupun masyarakat dan untuk menciptakan kehidupan yang islami baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik, maupun budaya. Dalam kitab suci al-Quraan tergambar bahwa tujuan dakwah adalah terciptanya masyarakat khaira ummah yaitu masyarakat yan g senantiasa menyeru kepada kebajikan dan mencegah adanya kemungkaran. Masyarakat khaira ummah tersebut sejalan dengan firman Allah sebagai berikut:
22
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orangorang yang fasik.” (Q.S. Ali Imron: 110) Masyarakat khaira ummah yang digambarkan dalam al-Quran tersebut menurut Imam Ibnu Katsir adalah sebaik-baik umat yaitu manusia yang memberikan kotribusi terbaik kepada manusia lainnya (anfa’un naas lin-naas) karena mereka menegakkan nilai-nilai kebenaran universal, dengan jalan menyeruh kepada kebaikan (al-amru bi al-ma’ruf), mencegah kemungkaran (nahyu ‘anli munkar) dan beriman kepada Allah.15 Menurut Nurcholis Madjid, manusia-manusia yang mengesakan Tuhan akan menemukan kepribadian yang utuh dan integral, dan hal itu hanya mungkin tercapai manakala seseorang memusatkan orientasi transendental hidupnya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebaliknya mereka yang menempatkan diri secara harkat dan martabatnya dibawah sesamanya atau, apalagi di bawah objek dan gejala alam, akan mengakibatkan kepribadiannya tak utuh. Karena ia akan kehilangan kebebasannya, dan hilangnnya kebebasan
15
Imam Ibnu Katsir, Tafsir al-Quran al-adzim (Riyad: Maktabah al-Rusyd, 2001) tafsir surat Ali Imran ayat 110
23
itu mengakibatkan pula hilangnya kesempatan dan kemungkinan untuk mengembangkan diri ke tingkat yang setinggi-tingginya.16 Adapun untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan langkah-langkah dakwah, sehingga tujuan dakwahnya dapat tercapai. Muhamad Sulthon memperkenalkan dua macam teori untuk mencapai tujuan dakwah dimaksud, sebagaimana yang pernah dilakukan Rasulullah SAW. Kedua teori tersebtu Adalah (1) Teori Medan Dakwah (2) teori tahapan Dakwah. (1) Teori Medan dakwah Teori medan dakwah melihat dakwah sebagai ikhtiar muslim mewujudkan khaira ummah. Ikhtiar itu merupakan refleksi tauhid yang wajib ditunaikan oleh setipa muslim dengan inti pendorongnya adalah nilai kebaikan (al-birr) dan kepatuhan menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya (al-taqwa). Pengaplikasiannya berbentuk amar ma’ruf nahi munkar. Tugas ini yang telah dibebankan menjadi suatu kewajiban pada setiap utusan Allah (Para rasul terdahulu) dan kemudaiin diwariskan kepada umat Muhammad SAW. Ikhtiar dimaksud berhadpan dengan situasi sosio-kultural yang mengandung nilai-nilai jahiliah yang berlawanan dengan khaira ummah. Kondisi seperti itu pernah terjadi pada dakwah Nabi Muhammad SAW ketika menghaddapi kaum jahiliah yang diperparah oleh para penguasa dan konglomerat yag menindas kaum
16
Noercholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban (Jakarta: Penerbit Yayasan Wakaf Paramadina, 2000), h. 97.
24
mustadh’afin. Karena upaya Rasulullah yang begitu intensif dan tidak mengenal lelah memperjuangkan nilai-nilai kebenaran, maka masyarakat jahiliah yang pada walnya menolak dakwah nabi lambat laun menerimanya dengan suka cita.17 (2) Teori Tahapan Dakwah Teori tahapan dakwah memperjelas teori medan dakwah. Teori ini terdiri dari takwin, tandzim dan pendelegasian. Takwin adalah tahapan pembentukan masyarakat dakwah dalam bentuk internalisasi dan sosialisasi ajaran tauhid. Tahap ini oleh nabi Muhammad dimulai dengan iitisal fardli, yaitu berdakwah kepada orang terdekatnya sebagaimana tersirat dalam pada firman Allah: Artinya: Dan berilah peringatan kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Q.S. AsSyu’ara:214). Setelah
itu
iitisal
jama’i
yaitu
masyarakat
pada
umumnya
sebagaimana tersirat pada firman Allah: Artinya: Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangn segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dariorang-orang musyrik. (Q.S. Al-Hijr: 94). 17
Muhammad Sulthon, Design Ilmu Dakwah: Kajian Ontologis, epistemologis dan aksiologis, (jogjakarta: pustaka Pelajar 2003) h. 118-121.
25
Adapun langkah dakwah Rasulullah pada tahapan ini, dimulai dengan dakwah bil-lisan (tabligh) dan dakwah bil-hal (pengembangan masyarakat) seperti dipresentasikan dengan Baiat ‘Aqabah. Internalisasi dan sosialisai itu merupaka pembebasan masyarakat dari tata sosial dan budaya tughyani, yaitu model budaya yang dicirikan oleh legalisasi perbudakan, pemasungan hakhak asasi manusia, pelestarian juarang pemisah dalam stratifikasi sosial dan penguasaan asset ekonomi oleh kelompok tertentu. Dalam tahap ini Bai’at merupakan inti pendorong yang signifikan.mereka yang ikut bai’at membentuk masyarakat kecil sebagai basis komunitas dalam pembentukan masyarakat khaira ummah,18 yaitu masyarakat yag patuh pada aturan hukum yang disepakatai bersama dan membangun konsepsi kehidupan menuju kepada kebahagiaan lahir dan batin. Tahap tandzim merupakan tahap penataan dakwah yang berangkat dari hasil internalisasi dan sosialisai yang dilakukan pada tahap pertama. Tahap tandzim mengmbil bentuk institusionalisai Islam, yang diawali dengan hijrah nabi. Dalam tahan ini sub tahapnya meliputi pembangunan masjid, membentuk lembaga ukhuwah Islamiyah dan Basyariyah seperti Piagam Madinah. Tahap ini kemudian dilanjutkan dengan tahap pendelegasian yang dipresentasikan dengan pnyelenggaraan haji wada’, suatu tahap di mana
18
Muhammad Sulthon, Design Ilmu Dakwah: Kajian Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis, (Jogjakarta: pustaka Pelajar 2003) h. 118-121.
26
masyarakat Islam binaan Rasulullah Saw siap menjadi masyarakat yang mandiri sehingga siap menerskan perjuangan Rasulullah SAW.19 Teori tahapan dakwh sebagaimana dipresentasikan AmrullahAhmad di atas menggambarkan strategi dakwah yang didasarkan pada pencapaian tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Tahapan tersebut sangat penting sebagai upaya melaksanakan dakwah yang konsepsional sehingga hasilnya realistis, terukur dan bisa dipertanggung jawabkan. 3. Unsur-unsur Dakwah Di dalam berdakwah ada beberapa unsur: 1. Subjek/pelaku Dakwah (da’i). Maju mundurnya Islam tergantung dari kegiatan dakwah yang dilakukan umatnya, karena dakwah pada hakekatnya adalah meningkatkan kualitas diberbagai sgei kehidupan, bagi mamsyarakat Islam khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Oleh karena itu para pelaku dakwah mendapatkan kedudukan yang mulia di mata Allah. Sebgai mana firmanNya: Artinya: Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, 19
Muhamad Sulthon, Design Ilmu Dakwah: Kajian Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis, (Jogjakarta: pustaka Pelajar 2003) h. 121.
27
Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya. (Q.S An-Nisa: 69) Ayat Al-Quran tersebut menggambrakan bahwa orang yang taat kepada Allah dan rasul-Nya mereka akan diberikan posisi yang mulia yaitu berupa nikmat dimana mereka kelak berada bersama nabi, orangorang yang jujur, orang-orang yang berjuag di jalan Allah kemudian mati syahid dan beserta orang-orang yang saleh dan mereka itulah sebetunya orang-orang yang akan selamat hidupnya dan mencapai kebahagiaan hakiki. Ada dua kategori da’I (pelaku dakwh) yaitu:20 a. Dakwah Individual (dakwah fardlu ‘ain) Dakwah sebagai fardlu ‘ain adalah bahwa setiap pribadi muslim merupakan pelaku dakwah. Kewajiban dakwah oleh setiap individu muslim didasarkan atas firman Allah:
Artinya: Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (Q.S At-taubah:41)
20
Muhamad Sulthon, Design Ilmu Dakwah: Kajian Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis, (Jogjakarta: pustaka Pelajar 2003) h. 118.
28
Dari ayat tersebut tergambar bahwa tugas sebagai individu muslim adalah menjaga dan melindungi agama dan mengamalkan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dikarenakan bahwa semua problematika yang dihadapi umat Islam itulah sesungguhnya problematika dakwah. Sebagai mana telah disebut sebelumnya, bahwa tujuan dakwah adalah membangun khara ummah, maka upaya untuk menjuju ke arah itu tiada lain umat Islam harus melakukan jihad fi sabilillah (kerja keras dijalan Allah dalam berbagai segi kehidupan). Menurut Qurais Shihab perintah berjihad pada hakekatnya adalah untuk kemaslahatan (kebaikan) dan ayat tersebut memerintahkan untuk menuju ke medan jihad dengan bergegas dan penuh semangat baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat,
kaya
atau
miskin,
kuat
atau
lemah
sesuai
dengan
kemampuannya dan jihad itu harus disertai harta dan dirimu di jalan Allah.21 Kewajiban dakwah secara individual ini dapat dilakukan oleh berbagai profesi seperti ulama, kaum cendekiawan, dokter, seniman, poltikus , birokrat dan siapa saja kaum muslimin di mana mereka melakukan kegiatan dakwah berbentuk tabligh/menyampaikan pesan
21
M. Quraish Shihab Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan keserasian al-Qur’an (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2001) h. 571.
29
sesauia dengan hadits rasulullah Sampaikan sesuatu yang datang dariku walauoun hanya satu ayat. b. Dakwah Kolektif (dakwh fardlu kifayah) Agama Islam juga memerintahkan untuk berdakwh secara kolektif (organisasi) yaitu dakwah
yang dilakukan oleh keompok
individu, institusi atau lembaga untuk menuju kepada satu kekuatan yang lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka mengaktualisasikan nilai-nilai Islam ditengah masyarakat. Karena dengan dakwah secara kolektif maka kegiatan dakwah dapat diarahkan kepada pengorganisasian secara lebih profesional dan melibatkan banyak orang untuk mencapai tujuan tertentu sehingga efektivitas dakwah dapat dilaksanakan secara maksimal. Ada beberapa alasan mengapa dakwah kolektif /organisasi menjadi fardlu kifayah karena dalam dakwah kolektif yang terorganisir terdapat kegiatan yang bermanfaat yang tercermin sebagai berikut:22 1. Kegiatan tersebut bertujuan untuk melayani masyarakat, misalnya organisasi Majelis Ta’lim seperti BKMT dan FKMT adalah melayani jamaah dalam merespon kebutuhan dan persoalan2 yang dibutuhkan umat. 22
Muhamad Sulthon, Design Ilmu Dakwah: Kajian Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis, (Jogjakarta: pustaka Pelajar 2003) h. 118-121.
30
2. Unruk mencapai sasaran yang sulit atau tidak mungkin dicapai seorang diri. 3. Untuk mempertahankan suatu pengetahuan atau idealisme. 4. Untuk menyediakan karis dan terciptanya pengkaderan.23 Adapun kewajiband akwah kolektif ini tertuang dalam firman Allah SWT:
Artinya: Dann hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S Ali ‘Imran:104) Dari pemahaman ayat yang disebutkan di ata, Sayyid Quthub mengindikasikan keharusan didirikannya sebuah koletivitas dakwh di tengah komunitas masyarakat yang tujuan utamanya adalah menyeru kepada kebaikan, memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah kemungkiran. Keharusan tugas dakwah ini menurutnya dilakukan oleh pemerintah/penguasa di mana kelompok ini dianggap memiliki kekuasaan untuk mengajak seluruh aparat, unit-unit yang dibawh naungannya, dan masyarakatnya dalam rangka melaksanakan aturan-
23
Ati Cahayati, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: Penerbit PT. Grafindo, 2003), h. 5.
31
aturan yang telah ditetapkan Allah SWT.24 Aturan-aturan tersebut berupa hukum-hukum yang telah ditetpkan dalam al-Quran dan hadits yang orientasinya diarahkan pada pembentukn / perwujudan rasa keadilan, terciptanya kesejahteraan, kedamaian dan kebahgiaan di tengah-tengah masyarakat. Seorang da’i harus memiliki keimanan yang mendalam yaitu keyakinan akan kebenaran agama Allah. Posisi keimanan tersebut harus mampu membangun diri menjadi manusia paripurna atau manusia digital.25 Manusia seperti itu hanya mengenal bilangan 0 (nol) dan 1 (satu). 0 (nol) mengosongkan otak dari fikiran yang jelek dan hati yang rusak dalam memposisikan diri di hadapan Sag Khalik. Satu (1) hanya berprinsip kepada yang Esa. Ketika diri seseorang telah mencapai titik nol (0) berarti ia siap membangun mental tauhid. Mental tauhid inilah sebagai bekal keimanan sejati dalam menjalankan dakwah. Keimanan ini harus terus diyakininya sekalipun ia hanya seorag diri, da’i tidak boleh goyah kendatipun orang-orang kafir dalam jumlah dan kekuan yang besar. Keimanan yang kuat dan pemahaman yang benar terhadap ajaran Islam akan menjadi daya dorong munculnya semangat juang untuk melakukan jihad di jalan Allah.
24 25
02, hal. 3.
Sayyid Quthub: Tafsir Fi Dzilali Al-Qur’an, Jilid. 1, hal. 444. Ary Ginanjar Agustian, ESQ Mencerahkan Emosi dan Spiritual, dalam “NEBULA” Nomor
32
Keimanan tersebut akan termanifestasi dalam sifat-sifat mulia antara lain: 1. Zero Paradigma. Yaitu sebuah keadaaan dimana seseorang mampu untuk berjiwa jernih kemudian menemukan siapa Tuhannya. Sehingga pada akhirnya ia menemukan potensi tersembunyi dalam dirinya untuk meraih goal (tujuan) perjuangan. 2. Rasa Cinta (Mahabbah) kepadaAllah. Cinta atu mahabbah merupakan ruh bagi kecerdasan ruhani yaitu keinginan untuk memberi dan tidak mengharapkan imbalan (pamrih). Rasa cinta yang mendalam kepada Allah merupakan kecerdasan ruhaniah yang mampu mengatasi seluruh perasaan yang bersifat jasadi. Kecerdasan ini mampu memberikan kesempatan kepada manusia untuk berbuat dengan sebaik-baiknya yang disertai dengan tanggung jawab sebagai bentuk cinta kepada Allah (mahabbah lillah) yang merupakann kebenaran tertinggi.26 3. Rasa Takut, yaitu rasa takut kepada Allah SWT. Kondisi ini merupakan puncak dari segala hikmah. Barang saipa takut kepada Allah maka ia tidak akan takut kepeda siapapun, dengan demikian
26
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah Trancendental Intelligence: membentuk Kepribadian Yang Bertanggung Jawab, Profesional dan Berakhlak (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) h. x-xi
33
apapun yang terjadi rintangan didalam kegiatan dakwahnya, tidak akan membuatnya surut dalam menegakkan kebenaran illahi.27 2. Objek Dakwah (mad’u) Dalam litertur dakwah tidak ada kesepakatan dikalangna ilmaun dakwah mengenai jumlah rumpun mad’u. sementara dalam sural AlBaqarah mad’u dikelompokan dalam tiga rumpun yaitu, mu’min, kafir dan munafik. Sebagaimana dikatakan mujahid: “Empat ayat di awal surat Al-Baqarah mendeskripsikan tentang sifat orang mukmin, dua ayat mendeskripsikan sifat orang kafir dan ketiga belas ayat berikutnya mendeskripsikan sifat orang munafik”28 ayat tersebut adalah:
27
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah Trancendental Intelligence: membentuk Kepribadian Yang Bertanggung Jawab, Profesional dan Berakhlak (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) h. x-xi 28 Yunan Yusuf, Metode dakwah, Seri panduan Majelis Ta’lim (Jakarta: FKMT tt) h. 12.
34
Artinya: Alif laam miin. Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung. Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. dan bagi mereka siksa yang Amat berat. Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orangorang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. (Q.S Al-Baqarah:1-9) Dalam realitanya, kelompok mad’u dapat dibagi dalam berbagai kelompok baik pendidikan, ekonomi, status sosial dan sebagainya. Karen itu pula Dr. Yunan Yusuf mengelompokan mad’u dari berbagai tinjauan yaitu:29 1) Ditinjau dari segi penerimaan dan penolakan ajaran Islam, madu terbagi dua, muslim dan non muslim. 2) Mad’u ditinjau dari tingkat pengetahaun agamanya terbagi tiga, ulama, pembelajar, dan awam. 3) Mad’u ditinjau dari struktur terbagi tiga: pemerintah (al-mala), masyarakat maju (al-mufrathin) dan terbelakang (al-mustadh’afin).
29
Yunan Yusuf, Metode dakwah, Seri panduan Majelis Ta’lim (Jakarta: FKMT tt) h. 12.
35
4) Madu ditinjua dari prioritas dakwah, di mulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat dan seterusnya.30 3. Materi Dakwah (Maadat al-Da’wah). Pesan (massage) terdiri dari dua aspek, yakni isi atau isi pesan (the content of massage) dan lambing (symbol) untuk mengekspresikannya.31 Maddah Dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’I kepada mad’u. dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran islam itu sendiri.32 Keseluruhan materi dakwah pada dasarnya berasal dari dua sumber, yaitu:33 (1) Al-qur’an dan Hadits. Merupakan sumber utama ajaran islam. Oleh karena itu materi dakwah Islam tidak dapat terlepas dari dua sumber tersebut, bahkan bila tidak berstandar dari keduanya, seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia dan dilarang oleh syariat Islam. (2) opini Ulama. Islam menganjurkan umatnya untuk berpikir-pikir, berijtihad menemukan hokum-hukum yang sangat operasional sebagai tafsiran dan akwil al-Quran dan hadits. Maka dari hasil penelitian dan pemikiran para ulama ini, bias dijadikan sumber ke dua, dengan kata lain penemuan baru yang tidak bertentangan dengan alQuran dan Hadits dapat pula dijadikan sebagai sumber materi dakwah.
30
Yunan Yusuf, Metode dakwah, Seri panduan Majelis Ta’lim (Jakarta: FKMT tt) h. 12. Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), cet. Ke-3, hal. 312 32 M, Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hal. 24 33 Amuni Syukir, Dasar-dasar strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-ikhlas, 1983), hal 63 31
36
Istilah materi dalam bahasa indonesia diartikan sebagai suatu yang dijadikan bahan untuk diujikan, dipikirkan, dibicarakan, diterangkan dan sebagainya.34 Menurut Wardi Bachtiar, materi dakwah adalah al-Islam yang bersumber dari al-Quran dan hadits sebagai sumber utamanya yang meliputi aqidah, syariah dan akhlak dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh darinya.35 Dengan demikian al-Quran dan hadis merupakan materi dasar yang harus dimiliki dan dikuasai oleh seorang da’i disamping keahlian dibidan keilmuan lainnya. Di samping itu materi dakwh bisa diperkaya denagn pendpat Prof Dr. Harun Nasution dalam bukunya “Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya” berupa aqidah, syariah yang didalamnya hukum dan perundang-undangan Islam, Filsafat dan Mistisme (tasawuf), Politik Islam, Ekonomi Islam, Sejarah Peradaban Islam, Estetika dan Seni Islam.36 a. Aqidah Secara etimologi berarti ikatan, dan angkutan. Secara tekhnis berarti kepercayaan, keyakinan, iman, creed, credo.37 Aqidah dalam
34
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (jakarta: Balai pustaka 1989). H. 566. 35 Wardi bachtiar, Dr. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (jakarta: Logos 1997) h. 33-34. 36 Harun Nasution, Prof. Dr. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek (Jakarta: UI Press 1998). 37 Endang Syaifudin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), h 25
37
islam bersifat I’tiqad bathiniyah yang mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman. Menurut bahasa, aqidah di ambil dari kata al-Aqd, yaitu mengikat, menguatkan, teguh, dan mengukuhkan. Menurut istilah, Aqidah ialah iman yang kuat kepada Allah dan apa yang diwajibkan berupa tauhid (mengesakan Allah dalam peribadatan), beriman kepada malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, Hari Akhir, takdir baik dan buruk-Nya, dan mengimani semua cabang dari pokok-pokok keimanan ini serta hal-hal yang masuk dalam kategorinya berupa prinsip-prinsip agama.38 Masalah aqidah ini secara garis besar ditunjukan oleh rasulullah SAW, dalam sabdanya: “Iman ialah engkau percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasulrasul-Nya, Hari Akhir dan percaya kepada ketentuan Allah yang baik maupun yang buruk”. b. Syariah Syariah secara etimologi berarti jalan. Syariah Islam adalah suatu system norma ilahi yang mengatur hubungan antara manusia dan Tuhan, hubungan sesama manusia, serta hubungan antar manusia dalam alam lainnya.39
38
Abdullah bin Abdul Aziz al-Jibrin, Cara Mudah Memahami Aqidah; Sesuai al-Quran, asSunnah dan pemahaman Salafus Shalih, (Jakarta: Pustaka At-Tazkia, 2007), h 3-4 39 Endang Syaifudin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), h 45.
38
Syariah dalam islam, berhubungan berat dengan amal lahir (nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan atau hokum Allah guna mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antara sesame manusia. Maksudnya, masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah syariah bukan saja terbatas pada ibadah kepada Allah, akan tetapi masalah-masalah yang berkenaan dengan pergaulan hidup antara sesame manusia, seperti hokum jual beli, berumah-tangga, kepemimpinan, dan amalamal salaeh lainnya. Demikian juga larangan Allah seperti minuman keras, berzinah, mencuri dan lain-lainnya.40 c. Akhlak Akhlak atau budi pekerti, akhlak dalam aktifitas dakwah merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan keislaman seseorang. Meskipun akhlak ini berfungsi sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak kurang penting dibandingkan dengan masalah keimanan dan keislaman, akan tetapi akhlak merupakan penyempurnaan keimanan dan keislaman seseorang.41 Secara garis besar, akhlak islam mencakup bebrapa hal, yaitu:42 1. Akhlak manusia terhadap khalik
40
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: Al-ikhlas, 1983), h. 60-61. Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Penerbit AMZAH, 2009), hal. 89-92 42 Endang Syaifudin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993),h. 41
25
39
2. Akhlak manusia terhadap makhluk a. Akhlak terhadap manusia yaitu diri sendiri, tetangga dan masyarakat luas lainnya. b. Akhlak terhadap bukan manusia Yaitu flora, fauna dan sebagainya. 4. Metode Dakwah Istilah metode berasl dari bahasa yunani yaitu methodos yang berarti cara atau jalan.43 Sedangkan dalam bahasa arab kata metode biasnya disebut thariqat atau manhaj yang juga mengandung arti tata cara. Sementara dalam bahasa indonesia metode diartikan: “cara yang teratur dan berfikir baik-baik untuk maksud tertnetu, cara yang bersistem untuk memudahkan pelaksanan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”. Metode merujuk pada cara kerja yang teratur, terorganisir dan sistematis atau bersistem.44 Dengan demikian metode dakwah berarti cara yang ditempuh guna mencapai tujuan dakwh. Dr. Wardi Bachtiar berpendapat bahwa metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan untuk mencapai
43
Fuad hasan dan Koentjaraningrat, Beberapa Aspek metodologi Ilmiah, dalam: Koentjaraningrat (ed) Metodologi Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1977) h. 16. 44 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai pustaka 1989). h.580
40
tujuan tertentu.45 Adapun ayat al-quran yang berkaitan dengan metode dakwah sbb: Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk. (Q.S An-Nahl: 125) Ayat tersebut menjelaskan landsan dasar metodologi dakwh yang terdiri dari bil hikmah, bilmau’idzatil hasanah dan dakwah mujadalah.46 Dari sumber metode itu tumbuh metode-metode yang merupakan operasionalnya yaitu dakwah dengan lisan (bil lisan) tulisan (bil Kitabah), seni dan contoh perbuatan (bil Hal). Dakwah dengan lisan berupa ceramah, seminar, simposium, diskusi, khutbah an lain-lain. Dakwh dengan tulisan berupa buku, majalah, surat kabat, spanduk, lukisanlukisan dan lain-lain. Dakwah bil hal berupa prilaku yang sopan sesuai dengan ajaran Islam, memelihara lingkungan, mencari nafkah dengan tekun, sabar, semangat, kerja keras, menolong sesama manusia, memlihara anak yatim, mendirikan lembaga pendidikan dan lain-lain.47
45
Wardi Bachtiar, Dr. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah Op. Cit. h. 34. Yunan Yusuf, Metode dakwah, Seri panduan Majelis Ta’lim (Jakarta: FKMT tt) h. 4-6. 47 Wardi Bachtiar, Dr. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah Op. Cit. h. 34. 46
41
Metode dakwah sebagiman dikemukakan al-Quran tersebut dipergunakan Ary Ginanjar Agustian sebagaiman ia lakukan melalui ceramah-ceramahnya maupun yang terdapat dalam trainingnya. Begitu pula dengan dakwah bil kibah ia lakukan dengan terbitnya bebrapa karya tulis baik dalam bentuk buku maupun tulisan di media Nebula dan media lainnya seperti brosur, pamflet dan lain-lain. 5. Media Dakwah (Wasail al-Dakwah) Dalam menjelaskan kegiatan dakwh seorang da’i tak cukup hanya mengandalkan ceramah, khutbah, tabligh dan lain-lain, akan tetapi diperlukan pula saran lainnya yaitu media, baik media cetak maupun elektronik. Media-media tersebut adalah media pendukung bagi kegiatan dakwah yang berarti peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah.48 Pada zaman modern media dakwah telah berkembang sedemikian cepat dengan ditemukannya teknologi seperti televisi, video, kaset remkaman, majalah, surat kabar dan lain-lain. Media dakwah era millennium berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti teknologi komunikasi dan informasi. Media tersebut sangat diperlukan dalam menunjang bagi suksesnya kegiatan dakwah karena teknologi informasi (TI) tersebut jangkauannnya sangat luas (tanpa
48
Wardi Bachtiar, Dr. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah Op. Cit. h. 34.
42
mengenal batas). Diantara bebrapa media yang dapat diergunakan sebagai pendukung kegiatan dakwah adalah sbb: a. Media cetak Media cetak adalah media yang dihasilkan dari produk mesin percetakan baik berupa buku, majalah, surat kabar, selebaran, brosur dan lain-lain yang isi dan materinya tentang agama, baik uraiannya dengan dalil-dalil agama maupun bertema agama atau berupa bahasan dengan tinjauan kacamata agama.49 Penyajian melalui media cetak ini perlu ditampilkan secara menarik baik isi maupun format serta design sehingga mendorong minat baca dan rasa ingin tahu. b. Radio dan Televisi Merupakan suatu media dakwah yang sangat efektif karena jangkauannya yang sangat luas dan jauh. Oleh karena itu pemanfaattnnya agar digunakan seefektif mungkin dengan menyajikan materi yang bervariasi agar diterima oleh mad’u dan mereka terpengaruh melalui tayangan yang disajikan.50 Selain radio dan televisi media lain yang menarik adalah film yang pembuatannya memrlukan dana yang tidak sedikit
dan
diperlukan keahlian tersendiri. Karena hasilnya untuk masyarakat, maka perencanaanya harus disusun secara matang dengan mengikuti 49
Yunan Yusuf, Buku Panduan Pelaksana Tugas Penyuluhan Agama Utama (Jakarta: Deartemen Agama RI 2003)h. 5. 50 Ibid. h. 51
43
sertrakan para ulama agar tidak terjadi hal-hal yang negatif, untuk itulah maka dalam pengunaan media ini di perlukan pendekatan dan motivasi yang kuat. c. Media Visualisasi Media ini merupakan alat untuk menampilkan sesuatu dalm bentuk gambar seperti lukisan, foto, grafik, maupun gambaran tentang teori-teori
atau sistem-sistem kegiatan baik organisasi, dakwah,
penerangan, kebudayaan pembinaan masyarakat dan lain-lain. Untuk menyajikan visualisasi perlu adanya perencanaan yang matang tentang apa yang akan ditampilkan. Dengan demikian bahan dan data perlu dicari dan dikupas sedemikian rupa, sehingga betul-betul menjadi bahan
pokok yang menjunjung
perencanaan tentang apa yang
ditampilkan. Satu hal yang sangat penting ialah, bagaimana menmpikan datanya dengan motif dan bentuk yang menarik dan mudah dilihat/dipahami, sehingga orang terkesan akan apa yang dilihat, yang mencerminkan bahwa sesuatu kegiatan yang merupakan manifestasi keimanan atau kehawtiran
itu menarik, logis dan
membawa rasa aman bahagia.51 d. Media Elektronik Media elektronik dimaksud kan sebgai alat yang menggunakan tenaga listrik, baterai atau aki sesuai dengan keperluan situasi dan 51
Yunan Yusuf, Metode dakwah, Seri panduan Majelis Ta’lim (Jakarta: FKMT tt) h. 52.
44
tempat dan oleh karena itu alat tersebut harus dipersiapkan terlebih dahulu.52 Untuk menampilkan film misalnya diperlukan proyketor. Melalui film misalnya mad’u diajak menikmati sajian dakwha yang tidak membosankan karen di dalamnya terkandung unsur hiburan, demikian pula VCD, in focus dan lain sebagainya. Sebagai saran pendukung kegiatan dakwah dewasa ini media elektronik seperti yang ditampilkan melalui film merupakan kebutuhan yang tidak dapat dielakan. Bahkan dengan proyektor atau LCD materi dakwah dapat divisualisasikan sedemikian rupa sehingga dapat menjadikan mad’u tidak jenuh untuk menikmati dakwah yang disuguhkan. 6. Efek Dakwah (Atsar al-Da’wah) Dalam komunikadi dakwah, efektifitas dakwah akan dinilai sejauh mana da’i dapat mempengaruhi mad’u di dalam penympaina pesan dakwahnya. Pengaruh dakwah tersebut harus menciptakan sebuah perubahan dalam diri seseorang atau masyarakat menuju terciptanya situasi yang lebih baik atau bernilai positif sesuai dengan apa-apa yang dipesankan Allah melalui al-Quran dan hadis. Sebagai sebuah pesan, dakwah adalah pesan da’i kepada madu sehingga madu mengikuti apa yang dikehendaki oleh da’i yaitu tertanamnya nilai-nilai yang terkandung dalam al-Quran dan hadits. Pengaruh dakwah ada/memiliki indikasi-indikasi yaitu tertanmmnya 52
Yunan Yusuf, Metode dakwah, Seri panduan Majelis Ta’lim (Jakarta: FKMT tt) h. 12.
45
keimanan dalam diri seseorang sehingga mereka dpat menjalankan apa yang dipesankan oleh da’i tersebut. Indikasi dari efek dakwh tersebut antara lain tercermin dalm firman Allah:
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (Q.S Al-Anfal: 02) Dari ayat tersebut dikemukakn bahawa efek dakwah bagi madu ialah apabila tertanam
rasa
keimanna
yang mendalam
melalui
teraplikasinya keimanan tersebut dalam gerak kehidupan seseorang baik dalam kontek hubungan kepada Allah seperti melaksanakan sholat dengan khusu, rajin qiyamullail dan ibadah mahdhah lainnya.53 Begitu juga dalam konteks hubungan sesama manusia, dengan mengawali niat karena Allah eseorang merasa gelisah hatinya untuk menolong orang lain bila orang tersebut mendapat kesusahan dan kesulitan, memiliki berbaik sangka (positif thinking, khusnudzan) dan ingin terus menerus berbuat baik, menyambung silaturrahmi da lain sebagainya.
53
Yunan Yusuf, Metode dakwah, Seri panduan Majelis Ta’lim (Jakarta: FKMT tt) h. 12.
BAB III GAMBARAN UMUM ESQ LEADERSHIP CENTER 165
A. Profil ESQ Leadership Center 165 1. Sejarah Berdirinya ESQ Training ESQ adalah training kepemimpinan dan pengembangan kepribadian dengan tujuan membentuk karakter tangguh yang memadukan
konsep
kecerdasan
intelektual
(IQ),
kecerdasan
emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) secara terintegrasi dan transendental.1 Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai lembaga ini adalah ingin menjadikan Indonesia emas pada tahun 2020 dan dunia emas 2050. materi dasar training ini adalah bersumber dari al-Quran dan hadis. Mengajarkan 7 Nilai dasar yang terdiri dari Jujur, Tanggung Jawab, Visioner, Disiplin, Kerjasama, Adil, dan peduli. Salah satu tujuan training ini aadalah menjadikan pesertanya cerdas emosi dan spiritual berdasarkan dari pancaran 1 Ihsan, 6 Rukun Iman, dan 5 Rukun Islam. Berawal
dari
sebuah
buku
“ESQ”
yang
kemudian
ditransformasikan dalam bentuk Training ESQ yang diluncurkan pada 6 Juni 2006. Buku ESQ karya Ary Ginanjar Agustian, sebuah buku laris (best seller) yang berisikan membangun kesuksesan berdasarkan 5 Rukun Islam dan 6 Rukun Iman. Meningkatnya minat baca
1
Brosur ESQ Training
46
47
masyarakat terhadap buku ESQ menjadikan buku ini “National Best Seller”. Melihat semangat pembaca yang tinggi, diterbitkanlah buku kedua, ESQ Power yang lebih menajamkan pemahaman ke dalam diri dengan landasan Ihsan. Buku itu pun semakin menarik perhatian masyarakat luas. Untuk lebih menyempurnakan lagi, terbitlah buku ke tiga yang merupakan pembaharuan dari buku pertama, ESQ: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual yang telah dicetak sebanyak lebih dari 400.000 eksemplar. Tak salah bila buku itu juga termasuk kategori best seller. Seluruh isinya merupakan proses pembelajaran dan pengalaman Ary Ginanjar Agustian selama kurun waktu lebih dari sepuluh tahun. Setelah 10 tahun berdiri, sejak 16 Mei 2000, ESQ LC telah menjadi salah satu lembaga pelatihan sumber daya manusia terbesar di Indonesia. Setiap bulan terselenggara rata-rata 100 even training di dalam maupun luar negeri, dan menghasilkan alumni per bulan ratarata 10.000-15.000 orang. Sampai dengan saat ini, telah terselenggara lebih dari 5,000 training (data per Nopember 2010) dengan total alumni hampir 1 juta orang (data per Nopember 2010). Untuk melaksanakan itu semua, ESQ LC saat ini didukung lebih dari 500 orang karyawan. Sejak tahun 2006, mulai diselenggarakan training di luar negeri seperti Malaysia, Brunei, Singapura, Belanda, Amerika Serikat, dan Australia. Tahun 2009, beberapa negara lainnya seperti Jepang,
48
Dubai, Mesir pun menunggu untuk terselenggaranya training ESQ. Khusus di Malaysia, sejak bulan April 2007 secara resmi dibuka cabang ESQ. Training ESQ bukan hanya ditujukan bagi kalangan dewasa namun juga bagi mahasiswa, remaja dan anak-anak, sebagai generasi penerus masa depan yang harus diselamatkan. Menyadari akan tanggung jawab sosialnya, ESQ LC bekerjasama dengan Forum Komunikasi Alumni ESQ telah melaksanakan berbagai program bagi masyarakat dan salah satu diantaranya adalah training cuma-cuma bagi lebih dari 100,000 (data per Nopember 2010) guru di seluruh Indonesia. Tujuannya, agar para guru memiliki kecerdasan emosional dan spiritual disamping kecerdasan intelektual dan membangun ketiga kecerdasan tersebut pada para siswa. Program tersebut akan terus digulirkan hingga target minimum 1 juta orang guru tercapai pada tahun 2020.2 Keberhasilan ESQ bukan seperti membalikkan telapak tangan, semua melalui proses perjalanan panjang seorang Ary Ginanjar Agustian, tak lain adalah pendiri ESQ sendiri atau penemu ESQ model.
2
http:gerakjalanesq.wordpress.com/training-esq-Cuma-Cuma-untuk-para-ustadz-sedki. Rabu, 22 Juli 2013. 14:16:10
49
2. Visi Menjadi leadersihip center kelas dunia yang terkemuka dan independen.3 3. Misi a. Memberikan kontribusi dalam pembangunan karakter individu dan korporasi yang tangguh dengan penyampaian “The ESQ Way 165” kepada masyarakat luas melalui pelatihan dan media lainnya secara professional. b. Membangun jejaring (network) dan bersinergi di segala bidang yang mendatangkan manfaat dan kesejahteraan masyarakat. Berupaya terus-menerus menjadi lembaga professional yang dibentuk melalui penerapan ESQ Way 165. B. Sekilas Tentang Pendiri Di balik keberhasilan ESQ yang fenomenal, tentulah berdiri seorang tokoh yang inovatif dan kreatif. Tokoh pencetus ide sekaligus pendiri ESQ Leadership Center adalah Ary Ginanjar Agustian.4 Ary Ginanjar lahir di bandung pada tanggal 24 Maret 1965. Ia merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan H. A. Rohim Agustjik dan Hj. Ana Rahim. Ayahnya lahir di Palembang dan bekerja di departemen kesehatan RI sedangkan ibunya lahir di bandung. Setelah lahir di bandung bebrapa bulan, maka ia dibawa ke Jakarta
h. 7
3
The ESQ Way 165, Menuju Indonesia Emas (Jakarta: PT. Arga Bangun Bangsa),
4
http://www.esqway165.com/about-us/founder/
50
tinggal bersama orang tuanya di Tanah Abang. Dia disekolahkan di SDN Kare 1, SMP 70 Pejompongan dan SMA 68 di Jakarta. Setelah Ary GA selesai menempuh pendidikan menengahnya di Jakarta, ia melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung jurusan Turism Manajemen. Kemudian ia bekerja di Dinas Pariwisata Bali. Bebrapa kemudian ia memperoleh beasisiwa selama satu tahun untuk belajar di Tafe College, Adelaide, South Australia mendalami bidang komunikasi pada tahun 1985. Sepulangnya dari Australia ia kembali bertugas ditempat semula (dinas pariwisata). Disamping itu ia diminta mengajar politeknik di Universitas Udayana Jimbaran Bali. Setelah selama lima tahun ia menjadi dosen, ia berhenti sebagai PNS dan beralih profesi menjadi pelaku bisnis sambil menjadi trainer dalm bidang sumber daya manusia (SDM). Setelah sukses mengawali bisnisnya di Bali, ia kemudian kembali ke Jakarta sekitar akhir tahun 1990-an. Di Jakarta ia mendirikan bebrap perusahaan dan memgang berbagai jabatan penting antara lain sebagai presiden direktur PT Arga Wijaya, Komisaris Utama PT. Arsa Dwi Nirmala, Executive Vice Presiden di JJP (Jakarta professional chapter), menjadi ketua diklat dan litbang di HIPMI Jaya (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) dan terakhir ia mendirikan pusat pelatihan ESQ Leadership center yang telah mengadakan bebrapa kali pelatihan.
51
Ary Ginanjar Agustian adalah seorang profesional yang telah berkecimpung di dunia bisnis selama lebih dari 20 tahun. Melalui bukubuku yang dipelajari, perenungan serta pengalamannya tersebut Ary Ginanjar menulis sebuah buku yang sangat fenomenal “ESQ: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual”. Di dalam buku tersebut ia menyampaikan gagasan bahwa untuk mencapai keberhasilan, kecerdasan intelektual (IQ) saja tidak cukup. Diperlukan kecerdasan emosional
(EQ)
yang
akan
memberikan
keterampilan
dalam
bersosialiasi dan berhubungan dengan orang lain, serta kecerdasan spiritual (SQ) yang akan memberikan jawaban atas eksistensi diri. Untuk menggabungkan ketiga kecerdasan tersebut, Ary Ginanjar merancang sebuah konsep yang disebutnya The ESQWay165, yaitu sebuah konsep pembangunan karakter yang komprehensif dan integratif berdasarkan 1 nilai universal, 6 prinsip pembanguan mental dan 5 langkah aksi. Untuk
menyampaikan
konsep
tersebut,
Ary
Ginanjar
merancang metode training yang menggunakan teknologi tinggi dan multimedia modern. Ia kemudian mendirikan lembaga training pembangunan karakter yaitu ESQ Leadership Center. Keberhasilannya dalam memberikan motivasi dan semangat perubahan melalui buku serta training tersebut, membuat Ary Ginanjar terpilih sebagai salah satu The Most Powerful People and Ideas in Business 2004 oleh Majalah Swasembada. Ia juga terpilih menjadi Tokoh Perubahan 2005 oleh
52
Koran Republika serta didaulat menjadi Pengurus Dewan Pakar ICMI periode 2005–2010. Pada Maret 2007, Ary Ginanjar juga telah berhasil memperkenalkan ESQ di Oxford, Inggris. Dalam sebuah pertemuan yang diselenggarakan oleh The Oxford Academy of Total Intelligence tersebut Ary Ginanjar telah memukau sejumlah pakar Spiritual Quotient (SQ) dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Australia, Denmark, Belanda, Nepal dan India. Penghargaan serta pengakuan atas konsep The ESQWay165 sebagai metode pembangunan karakter terus mengalir. Pada peringatan Sumpah Pemuda di tahun 2009, Ary Ginanjar menerima penghargaan dari Menteri Pemuda dan Olah Raga yang bertajuk “ESQ Model sebagai Metode Pembangunan Karakter”. Kemudian pada tahun yang sama Majalah Biografi Politik juga menobatkan Ary Ginanjar sebagai Pemimpin Muda Berpengaruh 2009. Sebagai penghargaan atas kontribusi ESQ dalam pembangunan karakter di lingkungan Kepolisian RI maka di tahun 2010 Ary Ginanjar menerima pula penghargaan dari Kepala Kepolisian Republik Indonesia. Konsep The ESQWay165 sebagai metode pembangunan karakter juga telah diakui secara akademis melalui penganugerahan gelar Doctor Honoris Causa oleh Universitas Negeri Yogyakarta kepada Ary Ginanjar pada Desember 2007. Ary Ginanjar juga mendapat
53
kepercayaan untuk mengajar mata kuliah “Strategi Pendidikan Karakter” di program pascasarjana UNY.5 C. Metode, Materi dan Tingkatan Training ESQ 1. Metode Training ESQ 165 Peserta akan dituntut membangkitkan tujuh nilai dasar: Jujur, Tanggungjawab, Visioner, Disiplin, Kerja Sama, Adil, dan Peduli. Nilai-nilai ini sesungguhnya sudah tertanam dalam diri manusia sejak lahir. Melalui training ESQ ini peserta diarahkan untuk memiliki nilainilai dasar tersebut dan membantu membangkitkan kekuatan tersembunyi serta mengarahkan seluruh potensi dirinya untuk kehidupan dan pekerjaan yang lebih produktif. “Yang unik dan membedakan training ESQ dari pelatihan lainnya adalah training dibuat sedemikian rupa sehingga peseta akan merasa seperti menikmati sebuah pertunjukan yang bermakna. Sebagai materi pendukung, peserta juga akan diajak terliabat beberapa aktivitas dalam training seperti permainin, simulasi serta saling berbagi pengalaman diantara peserta. Materi training akan disampaikan dengan menggunakan multimedia yang menggabungkan antara animasi, klip, film, efek suara dan musik. Ditampilkan dengan medium beberapa layar besar, berukuran 4x6 meter dan tata suara hingga 15.000 watt. Training dilaksanakan di berbagai tempat terpilih dengan standar tertentu untuk memastikan bahwa training dapat berlangsung nyaman dan menyenangkan bagi peserta”.6
5 6
http://esq165blog.wordpress.com/sekilas-esq/Sekilas ESQ. Kamis 26/09/13 New Life Option: ESQ Leadership Training (Jakarta: PT. Arga, t.t), h. 1
54
2. Materi Training ESQ Training ESQ adalah sebuah training yang menyatukan tiga kecerdasan sekaligus, yaitu IQ, EQ, SQ. Walau dinamakan training SDM (Sumber Daya Manusia), namun dalam training ini diperkuat dengan penjelasan ayat-ayat Al-Quran dan hadits. Training ini bukanlah training agama, seperti halnya penuturan Ary Ginanjar Agustian dalam bukunya yang berjudul ESQ: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual. “… kalau di dalam buku ini ada al-Quran, ini bukan untuk golongan, tapi untuk seluruh umat Islam. Bukan al-Quran untuk Islam, bukan dunia untuk Islam, tetapi Al-quran dan Islam untuk dunia…”7 “Terdapat tiga tahapan pemberian materi di training ESQ, yaitu Unleash Spiritual Intellegent, Developing Emotional Intellegent, dan Let’s Action.”8 1. Unleash Spiritual Intellegent a. ESQ Backgraound Dalam ESQ background, peserta diperkenalkan seputar ESQ dengan memepertanyakan “mengapa ESQ”?. Materi ini memasuki pada tataran dimensi IQ, pada ESQ backgroun ini diperkenalkan seputar teori yang merupakan pijakan awal dalam pemberian materi. 7
Agustian, ESQ: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, (Jakarta: Arga 2005), h. 20 8 Ratih Damayanti, Skripsi Pola komunikasi dalam training ESQ 165, thn. 2008, h. 63
55
Pada materi ini, peserta diberikan pengetahuan tentang faktafakta kemampuan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual dengan menunjukan hasil-hasil penelitian tentang seberapa besar pengaruh antara ketiga kecerdasan ini menjadi seseorang pemimpin atau pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). b. ESQ Outer Journey Merupakan materi yang mengajak peserta masuk dalam dimensi rasa dan dimensi spiritual. Tujuan utama penyampaian materi ini adalah: 1. peserta memiliki kesadaran ilahiyah (god conciousness), yaitu kesadaran tentang eksistensi Allah, kebesaran Allah, dan keesaan Allah. 2. Tumbuhnya keyakinan kepada Tuhan dalam hati para peserta.9 c. ESQ Inner Journey Setelah melihat keluar, kemudian training memberikan materi yang mengajak peserta untuk memperhatikan dalam diri sendiri. Tujuan Inner Journey ini adalah: 1. Peserta memiliki god conciousness: eksistensi Allah, kebesaran Allah, dan keesaan Allah.
9
Ratih damayanti, Skripsi Pola Komunikasi dalam Training ESQ 165
56
2. Peserta mampu mengenal dan merasakan sifat Allah di dalam dirinya dan getarannya. 3. Merasakan kebesaran Allah melalui suara hati manusia dan asmaul husna. Muhasabah dengan membandingkan betapa sifat-sifat itu telah diabaikan dan didzolimi.10 d. Zero Maind Proses (Penjernihan Emosi) “Dalam diri seseorang sebenarnya telah dikaruniakan oleh Tuhan sebuah jiwa, di mana dengan jiwa tersebut tiap orang bebas memilih sikap, bereaksi positif / negatif, berhenti / melanjutkan, marah / sabar, reaktif / produktif, atau bahkan baik / buruk.”11 Zero Mind Proses (ZMP) merupakan sebuah rumus bagaimana manusia mampu khususnya peserta menyadari kebenaran suara hati yang sama setiap orang. Adapun rumus ZMP itu adalah: = ~ Angka berapapun jika dibagi dengan nol maka akan mendekati tak terhingga (~). Jika kita ikhlas dan jernih (= 0) maka kita akan mendekati yang Maha Tinggi yaitu Allah.
10
Ratih damayanti, Skripsi Pola Komunikasi dalam Training ESQ 165 h. 64-65 Agustian, ESQ: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, (Jakarta: Arga 2005) h. 67 11
57
Terdapat tujuh faktor yang tanpa disadari membuat manusia buta hati, yaitu: prasangka negatif, pengaruh prinsip hidup, pengaruh
pengalaman,
kepentingan,
sudut
pandang,
pembanding, dan literatur.12 Ketujuh belenggu ini sangat mempengaruhi cara berfikir seseorang, oleh karena itu kemmpuan melihat sesuatu secara jernih dan objektif harus didahului oleh kemampuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi. Caranya adalah dengan mengembalikan manusia pad afitrah hatinya, sehingga mampu melihat dengan mata hati, memilih dengan cara yanga adil dan bijaksana sesuai suara hati sehingga keputusan yang diambil menjadi benar. 2. Developing Emotional Intellegent Setelah ditemukan suara hati pada dimensi spiritual, maka nilai-nilai itu dibentuk dan dibentengi oleh enam prinsip untuk membangun mentalitas / kecerdasan emosi. Pada tahap ini materi yang diberikan sudah memasuki pada tahap mental building yang bertujuan untuk membangun kecerdasan emosi. a. Star principle (Prinsip Bintang) Komitmen spiritual adalah hidup hanya berpegang teguh pada Tuhan yang maha Esa. Tidak ada prinsip selain 12
67.
Agustian, ESQ: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, h.
58
Dia. “Prinsip ini akan membuat manusia merasa aman, memiliki
kepercayaan
diri
yang
tingggi,
integritas,
kebijaksanaan, dan semua dilandasi oleh iman, dan dibangun dengan prinsip hanya kepada Allah, serta memuliakan dan menjaga sifat-sifatNya pada diri manusia”.13 Pada Star Prinsiple yang berarti iman kepada Tuhan, ada tuju hasil dari prinsip bintang ini, yaitu: bijaksana, inegritas, rasa aman, situasi terus berubah, kepercayaan diri, intuisi, dan sumber motivasi.14 b. Angel Principle ( Prinsip Malaikat) Penyampaian materi prinsip malaikat ini baisanya diawali dengan sebuah cerita “Rudi dan sikat Gigi”. Dalam kisah ini digambarkan bahwa setiap tindakan yang dilakukan tidak mengharapkan pujian dari orang lain, cukup malaikat mencatat di pundak di sebelah kanan dan tidak membutuhkan tepuk tangan serta penghargaan dari orang lain. Hasil dari prinsip ini akan menciptakan loyalitas, komitmen, kebiasaan memberi dan mengawali, kebiasaan menolong dan saling percaya. 1) Keteladanan malaikat 13
Ary Ginanjar, Membangun SumberDaya Manusia dengan Kesinergian Antara Kecerdasan Spiritual Emosional dan Intelktual, ed., pidato ilmiah penganugrahan gelar kehormatan Doktor Honoris causa, 17 desember 2007 (Yogyakarta: UNY Press, 2007), h. 26 14
Ary Ginanjar, Membangun SumberDaya Manusia dengan Kesinergian Antara Kecerdasan Spiritual Emosional dan Intelktual ESQ (Jakarta: Arga Publishing) h. 137
59
Malaikat adalah mahluk mulia, mereka sangat dipercaya oleh Tuhan untuk menjalankan segala perintahNya. Semua pekerjaan dilakukan dengan sebaik2nya. Seberat apapun pekerjaan yang diberikan kpd mereka, akan dilaksanakan dengan sepenuh hati. Prinsip tungggal hanya mengabdi kepada Allah swt.15 2) Integritas dan loyalitas Loyalitas dan kesetiaan pada prinsip yang dianut. integritas adalah sikap jujur, konsisten, komitmn, berani dan dapat dipercaya. Integritas muncul dari kesadaran diri terdalam, yang bersumber dari suara hati. Integritas tidak menipu dan tidak berbohong karena integritas tidak memerlukan tepuk tangan orang lain.16 3) Kebiasaan memberi dan mengawali Dengan mengucap bismillah, setiap kali akan melakukan suatu pekerjaan, berarti kita telah melakukan sesuatu yang yang tidak akan merugikan orang lain, karena efektivitas
bismillah sendiri adalah suatu investasi
kepercayaaan, karena merupakan prinsip yan mendahului “memberi”, bukan menunggu ataupun meminta.17
15
Ary Ginanjar, Membangun SumberDaya Manusia dengan Kesinergian Antara Kecerdasan Spiritual Emosional dan Intelktual ESQ (Jakarta: Arga Publishing) h. 139 16 Ibid., h. 142 17 Ibid., h. 143
60
4) Komitmen “menyatukan sebuah janji adalah pekerjaan yang sangat mudah, namun menepati janji adalah sebuah langkah emas yang mampu meraih kepercayaan yang sangat tinggi nilainya bagi orang lain. Meski anya sebuah janji kecil, namun sesungguhnya hal tersebut sangat berpengaruh kepada kredibilitas seseorang.18” 5) Saling komitmen dan saling percaya “saat mengucap “assalamualaikum wr wb” kepada orang lain sesungguhnya memiliki arti: smg Allah memberikan keselamatan dan rahmat kepad anda. Ketika mengucap kata ‘semoga’ sebuah makan a “saya berharap” memancar dari padanya.”19 Berharap secara sungguhsungguh agar ia mendapat keselamatan serta berkah. Asssalamualaikum adlah seuntai kata bermakana janji persaudaraan, saling percaya dan saling membantu. c. Leadership principle (prinsip kepemimpinan) Menjadi pemimpin dengan empta sifat yaitu fathonan (cerdas),
amanah
(jujur),
shidiq
(benar),
dan
tabligh
(komunikatif).20 18
Ary Ginanjar, Membangun SumberDaya Manusia dengan Kesinergian Antara Kecerdasan Spiritual Emosional dan Intelktual ESQ (Jakarta: Arga Publishing) h. 147 19 Ibid h. 148 20 Ibid h. 158
61
d. Learning principle (perinsip pembelajaran) Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, (QS alalaq 1-3) Perinsip ini merupaakn kebiasan untuk memperbaiki dan meningkatkan serta membuang hal2 buruk. Untuk melatihnya
menggunakan
doktrin
harian
yang
dibaca
berulang-ulang, seperti kita mebaca surat al-fatihah setiap shalat secara berulang2 sebg peross penyempurnaan secara terusmnerus. e. Vision principle (prinsip masa dpean) Pada vision princpl inilah langkah pembangunan visi dimulai. Vision princpl selalu berorientasi pada tujuan akhir di setiap langkah. Visi terbagi menjadi 3, yaitu: visi jangka panjang, bahwa hari akhir senagai tuuan akhir (surge atau neraka). Hal ini akan menimbulkan pengendalian diri dan rasa aman abadi, karena kita selalu memilih target yang lebih besar. Visi jangka menengah, membangun bangsa Indonesia emas. Visi jangka pendek adalh membangun pribadi emas yang mamapu menjalankan nilai2 165 dalm kehidupan.21 f. Well organized principle (prinsip kteraturan) 21
Ary, Ginanjar, Membangun SumberDaya Manusia dengan Kesinergian Antara Kecerdasan Spiritual Emosional dan Intelktual ESQ (Jakarta: Arga Publishing) h. 203-214
62
Memiliki kesadaran, ketenangan dan keyakinan dalam berusaha, karena pengetahuan akan kepastian hokum alam dan hokum social. Sangat memahami akan arti penting sebuah proses yang harus dilaluui. Sell berorientasi pada pembentukan system (sinergi), dan sll berupaya menjaga sisstem yang telah dibentuk. Menyadari bahwa diri kiat sebagai bagian dari sebuah system, demikian selalu ikhlas dimanapun posisinya berada
dengan
situasi
atau
kejadian
apapun
denan
menghormati sebagai bagian dari keteraturan. 3. Lets action Setelah mengenal suara hati, membangun enam prinsip mentalitas, maka langkah ketiga adalah bagaimana cara mengaplikasikan suara hati kedalam langkah aksi. Karena nilai-nilai itu harus dikeluarkan menjdi realitas dan aplikasi nyata. Untu itu supaya tidak keluar dari garis orbit maka dituntut dengan lima langkah sehingga menjadi lima kebiasan. Lima langkah ini berada pada dimensi fisik agar tetap pada garis orgbit. Adapun aksi-aksi tersebut adalah:22 a) Mision Statement (penetapan misi), Mission Statement yang dimaksud adalah tentang kebenaran isi syahadat yang sebenarnya merupakan ketetapan dari tuhan. Hal ini lebih dapat menguatkan 22
Ary Ginanjar, Membangun SumberDaya Manusia dengan Kesinergian Antara Kecerdasan Spiritual Emosional dan Intelktual ESQ (Jakarta: Arga Publishing) h. 262
63
keyakinan seseorang tentang kebenaran rukun islam yang pertama, yakni syahadat. Menetapkan misi bahwa hidup adalah pengabdian kepada Allah. Pernyataan misi hidup ini akan membangun sebuah keyakinan dalam berusaha, memberikan daya dorong yang kuat dalam mencapai tujuan. b) Character building (pembangunan karakter) Melatih
dan
membentuk
karakter
dengan
pengulangan sehingga terjadi internalisasi karakter. Salah satu melahirkan karakter unggul adalah dengan melakukan shalat yang dilakukan secara konsisten. Shalat adalah penelitian menyeluruh untuk menjaga serta meningkatkan kualitas kejernihan emosi dan spiritual seseorang. c) Self controlling (pengendalian diri) Tujuan akhir pengendalian diri yang dilatih dan dilambangkan
dengan
puasa
sebenarnya
adalah
keberhasilan bukan sebuah pelarian diri dari kenyataan hidup di dunia yang seharusnya dihadapi. Puasa tanpa didahului niat, hanyalah menghasilkan kesia-siaan. Hanya sebatas menahan nafsu (makan/minum) tanpa tujuan yang jelas. Puasa adalah bentuk metode
64
pelatihan
pengendalian
diri
yang
bertujuan
untuk
memlihara asset kita yang paling berharga, yaitu fitrah. d) Social strategi (ketangguhan sosial) Pada bagian ini, yaitu ketangguhan social berupa zakat, pada hakekatnya adalah untuk mengeluarkan god spot / fitrah diri ke arah kondisi nyata dalam bentuk aplikasi yang konkrit suara hati. Prinsip zakat adalah mengeluarkan. e) Total action (aplikasi total) Total action di sini dilambangkan dengan haji. Secara prinsip, haji merupakan langkah yang berpusat pada Allah Yang Maha Esa, dimana setiap tujuan tidak lagi berprinsip pada yang lain. Prinsip ini akan melahirkan jiwa yang luar biasa. Haji adalah suatu transformasi prinsip dan langkah secara total (tawaf), konsistensi perjuangan sa’i, evaluasi dan visualisasi serta mengenal jati diri spiritual ketika wukuf. Ada 7 nilai dasar yang terdapat dalam ESQ tersebut diambil dari Asmaul Husna sebagai bentuk pengabdian kepada sifat Allah yang terletak pada pusat orbit: 1. Jujur, adalah wujud pengabdian kepada sifat Allah, Almukmin.
65
2. Tanggung jawab, adalah wujud pengabdian kepada sifat Allah, Al-wakiil. 3. Disiplin, adalah wujud pengabdian kepada sifat Allah, Al-matiin 4. Kerjasama, adalah wujud pengabdian kepada sifat Allah, A-jamii’. 5. Adil, adalah wujud pengabdian kepada sifat Allah, Aadl. 6. Visioner, adalah wujud pengabdian kepada sifat Allah, Al-akhir. 7. Peduli, adalah wujud pengabdian kepada sifat Allah, Al-bashir. Ketujuh sifat inilah yang harus dijadikan values atau nilai yang melaksanakan disamping nilai-nilai lainnya yang berjumlah 99 sebagai sumber pengabdian.23 3. Tingkatan Training ESQ Untuk mempermudah segmentasi peserta, training ESQ dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu:24
23
Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, (Jakarta: Arga Publishing 2008) h. 90 24
http://esq165blog.wordpress.com/sekilas-esq/ Kamis 26/09/13
66
1. ESQ Basic Training Pada training awal ini peserta akan memperoleh pemahaman tentang konsep dasar ESQ serta merasakan pengalaman spiritual yang akan mengubah hidup peserta ke arah yang lebih baik. ESQ Basic Training ini memiliki beberapa jenis kelas yaitu Kelas Eksekutif, Kelas Profesional, Kelas Reguler, Kelas Mahasiswa, Kelas Remaja dan Kelas Anak-anak.25 2. ESQ Mission Statement Training ini membantu peserta untuk memiliki visi yang jelas & misi yang kuat. Setelah mengikuti training ini peserta berhak menyandang YELLOW BELT dengan predikat Bintang 1. 3. ESQ Character Building Melalui training ini peserta akan menjadi seorang pribadi yang memiliki karakter kuat dan tangguh. Setelah mengikuti training ini peserta berhak menyandang GREEN BELT dengan predikat Bintang 2. 4. ESQ Self Control Kemampuan untuk mengendalikan diri serta mengalahkan semua kelemahan adalah hasil yang akan peserta peroleh dari training ESQ Self Control. Setelah mengikuti training ini peserta berhak menyandang BLUE BELT dengan predikat Bintang 3.
25
http://esq165blog.wordpress.com/sekilas-esq/ Sekilas ESQ Kamis 26/09/13
67
5. ESQ Strategic Collaboration Di dalam training ini peserta akan diajak untuk menemukan potensi yang tak ternilai yaitu kolaborasi serta menciptakan tim kerja yang solid. Setelah training ini peserta berhak menyandang DARK BLUE BELT dengan predikat Bintang 4. 6. ESQ Total Action Untuk mewujudkan sebuah ide menjadi kenyataan maka diperlukan kemampuan untuk mengeksekusi, dan itulah yang akan peserta dapatkan dalam training ESQ Total Action. Setelah mengikuti training ini peserta berhak menyandang BROWN BELT dengan predikat Bintang 5. 7. ESQ Star Leader Peserta akan diminta mengajukan sebuah ide proyek sesuai dengan bidang & keahlian masing-masing, demi terwujudnya Indonesia dan Dunia Emas. Dalam pelaksanaannya peserta akan didukung
oleh
jaringan
ESQ
diseluruh
dunia.
Setelah
menyelesaikan proyek ini peserta berhak menyandang BLACK BELT dengan predikat Bintang 6.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Pesan Dakwah dalam Training ESQ Pada bab ini penulis akan menguraikan data untuk memperoleh validitas dan realibilitas tentang isi pesan dakwah dalam program Training ESQ Leadership Center 165. Dalam menganalisa pesan dakwah tersebut, peneliti menggunakan metode analisi isi (conten analysis) sebagai suatu metode penelitian yang bersifat mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam suatu media massa. Adapun pelopor analisis isi adalah Harold D. Laswell, ia membuat teknik symbol coding yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis untuk kemudian dapat dinterpretasikan oleh peneliti.1 Untuk memperoleh realibitas dan validitas kategori isi pesan dakwah, maka diadakan pengujian kategori pada tiga orang juri atau koder yang dipilih dari orang yang dipandang kredibel dan mampu memberikan penilaian secara objektif. Dalam training terdapat tiga bagian yaitu Unleash Spiritual Intellegent yang biasa disebut satu Hati (hati yang ihsan), Developing Emotional Intellegent, atau rukun iman (enam prinsip) dan Let’s Action yang biasa disebut rukun islam
1
Bambang Setiawan, Materi Pokok Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004), h. 7.9)
66
69
(lima langkah). Dari semua tema diteliti pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam setiap bagian tersebut dengan kategorisai yang telah dibuat. Berikut adalah hasil pengujian kategori oleh tiga orang juri dan akan ditampilkan oleh peneliti penjelasan sesuai dengan urutan materi (bagian). 1. Pesan Dakwah dalam Bagian I ( Unleash Spiritual Intellegent ) Pada bagian ini diperoleh data bahwa kategori pesan dakwah pada materi ESQ 165 yang memiliki nilai dominan adalah pesan akhlak. Berikut hasil penilaian juri yang telah dianalisis dari tujuh jumlah materi: Table 3 Kategori Pesan dalam Bagian I ( Unleash Spiritual Intellegent ) No
Kategor
Frekuensi
Persentase
1
Aqidah
3
42,85 %
2
Syariah
0
0%
3
Akhlak
4
57,14 %
Jumlah
7
100 %
Dari tabel di atas, hasil perhitungan pesan dakwah yang mendominasi adalah pesan akhlak berjumlah 57,14%. Hasil dari persentase penilaian ketiga juri menunjukan bahwa materi training ESQ 165 pada bagian satu menekankan kepada para peserta terhadap makna dan pentingnya akhlak. Baik terhadap pencipta, antar sesama dan sebagainya.
70
Berikut ini adalah rincian pesan yang mengandung kategori pesan akhlak menurut kesepakatan juri: Table 4 Rician Kategori Akhlak Kategori
Materi / Uraian Inner Journey: Setiap manusia ditiupkan ruh oleh Allah, atau bisa kita sebut Suara Hati yang bersumber dari Asmaul Husna. Jika kita menjalankan sifat-sifat yang terkandung dalam asmaul husna, kitapun secara tidak langsung mendekat kepada Allah Swt. ESQ pun merealisasikan dengan 7 Budi Utama:
Jujur,
Tanggung
Jawab,
Visioner,
Disiplin,
Kerjasama, Adil, Peduli. Penjernihan Emosi: Hindari berprasangka buruk, upayakan Pesan
berprasangka baik kepada orang lain.
Akhlak
Kebebasan Hati: Setiap manusia telah dikaruniai oleh Tuhan sebuah jiwa, yang dengan jiwa itu, ia bebas menentukan pilihan reaksi. Bereaksi positif atau negatif, marah atau sabar, reaktif atau proaktif, bereaksi baik atau buruk. Kesadaran Diri: dibutuhkan kejernihan hati sebelum mencari dan menemukan kebenaran, kebenaran yang sesuai dengan kehendak sang pencipta.
2. Pesan Dakwah dalam Bagian II Developing Emotional Intellegent Pada bagian ini terdapat 51 materi pesan dakwah. Dari 51 materi pesan dakwah yang telah dikategorisasikan menghasilkan nilai sebagai berikut:
71
Table 5 Kategori Pesan dalam Bagian II ( Developing Emotional Intellegent ) No
Kategori
Frekuensi
Persentase
1
Aqidah
19
37,25 %
2
Syariah
17
33,33 %
3
Akhlak
15
29,41 %
Jumlah
51
100 %
Perhitungan tabel di atas menampilkan bahwa kategori pesan aqidah lebih dominan ketimbang kategori syariah dan akhlak, yakni 37,25%. Dengan demikian, persentase penilaian ketiga juri menunjukan bahwa materi training ESQ 165 pada bagian dua menekankan kepada para peserta terhadap keyakinan kepada Allah yang menjadi prinsip kehidupan. Berikut ini adalah rincian pesan yang mengandung kategori pesan aqidah menurut kesepakatan juri: Table 6 Ricinan Kategori Pesan Aqidah Kategori
Materi / Uraian Rasa Aman: Rasa aman abadi yanag ada didasar hati membuat sesorang bisa menghadapi segala situasi, yang tidak mengenakan sekalipun. Ia perpegang pada Laa ilaaha Illallah
72
Sumber Motivasi: Allah senantiasa mendampingi, dengan suara-suara hati yang merupakan sifat-sifatNya. Apabila terjatuh, sadarlah, itu berarti masih banyak ilmu yang belum diketahui. Pelajari kesalahan tersebut, cari jawaban kenapa jatuh. Ambil jurus kedua dan bangkit kembali. Allah yang maha Agng mencintai hamba-Nya. Pesan Aqidah
Keteladanan Malaikat: Malaikat adalah contoh bagi manusia tentang integritas sesungguhnya: integritas total yang menghasilkan suatu kepercayaan tingkat tinggi. Integritas dan Loyalitas: Setiap apa yang kita lakukan, yakinlah, malaikat mencacatnya. Jangan mengaharapkan
penghargaan
dari
manusia.
Berorientasilah kepada kepercayaan dan ridho Allah, bukan semata uang. Mencari Kebenaran: membaca adalah awal suatu perintah untuk mengenal dan berfikir tentang eksistensi diri dan Tuhan sebagai pencipta. Al-Qur’an Sebagai Pedoman Puncak: Al-Qur’an juga memberikan peneghan agar manusia memiliki kepercayaan diri yang sejati dan mampu memberikan motivasi yang kuat dan prinsip yang teguh. Jaminan
Masa
Depan:
Perjuangan
rasulullah
menghadapi kaum Quraisy adalah misi Tuhan sesungguhnya, dan itulah seni serta keindahan hidup, yaitu sebuah perjuangan dan pengabdian kepada Allah
73
Bebaskan Belenggu: Adanya kesadaran diri bahwa Pesan
hanya Allah yang paling sempurna, akan membuat manusia merasa seperti gelas kosong yang siap untuk
Aqidah
diisi
ilmu
baru,
sehingga
langkah-langkah
penyempurnaan diri selalu dilakukan. Teladani Sistem Manajemen Alam Semesta: pelajari bagaimana Allah memotivasi setiap manusia dengan
menciptakan
dorongan-dorongan
yang
ditumbuhkan di hati setiap individu, agar mereka selalu mencari kemuliaan dan kemajuan. Hasil akhrnya, hamba2 Allah itu bekerja maksimal. Maka, di samping system punishment yang tegas, system rewarding
perlu
mendapat
penekanan
khusus,
sekiranya ingin belajar dari manajemen Allah. Inilah system yang disebut Rububiah Allah atau sisitem pemeliharaan Allah.
3. Pesan Dakwah pada Bagian III ( Let’s Action ) Kategorisasi pesan dakwah pada bagian ini memiliki nilai yang bervariasi. Berikut hasil penilaian ketiga juri dari 37 materi pesan dakwah dalam training ESQ 165:
74
Table 7 Kategori pesan dalam Bagian III ( Let’s Action ) No
Kategor
Frekuensi
Presentase
1
Aqidah
5
13,51 %
2
Syariah
26
70,27 %
3
Akhlak
6
16,21 %
Jumlah
37
100
Persentase perhitungan ketiga juri terhadap materi training ESQ 165 bagian tiga menunjukan bahwa pesan syariah menjadi materi yang lebih mendominasi dengan perolehan nilai 70,27%. Karena dalam training tersebut menjelaskan tentang hal yang bersangkutan dengan amaliah, seperti shalat. Shalat dalam Islam berfungsi sebag tiang atau pondasi bangunn. Berikut ini adalah rincian pesan yang mengandung kategori pesan aqidah menurut kesepakatan juri: Table 8 Ricinan Kategori Pesan Syariah Kategori
Materi / Uraian Relaksasi: Fungsi relaksasi dalam sholat akan memberikan ruang berfikir bagi perasaan intuitif, sekaligus mentasbihkan kecerdasan emosi serta spiritual seseorang, dan menjaga kefitrahan suara hati.
75
Membangun Kekuatan Afirmasi: Sholat juga memberikan kekuatan afirmasi yang dapat membantu seseorang untuk lebih menyelaraskan nilai-nilai positif keimanan dengan realitas kehidupan. Pembangkit dan Penyeimbang Energi Batiniah: Selain untuk menyelarskan hati, pikiran dan kenyataan hidup, solat juga sebuah mekanisme yang bias menabah energy baru, yang terakumulasi menjadi kumpulan dorongan untuk segera berbuat nyata sebagai aplikasi pemikiran ke dalam realitas. Pesan
Energy itu akan breubah menjadi perjuangan nyata dalam
Syariah
menjalankan misi sebagai rahmatan lil ‘alamin. Sholat akan meghasilkan sumber daya manusia yg diilhami “cahaya Allah” yg berperan utk memakmurkan bumi. Pengasahan Prinsip: Sholat adalah pelatihan menyeluruh untuk menjaga kejernihan emosi dan spiritual seseorang. Adzan: Adzan yg dikumandangkan secara antusisa lima kali dalam sehari, semestinya mampu menularkan emosi dari isi ucapan adzan itu sendiri. Dan isi adzan lainnya yang secara keseluruhan akan mampu memengaruhi serta membangkitkan semanga seseorg utk meraih kemenangan dan memgang prinsip. Garis Orbit dan Makna Kiblat: karakter setiap pribadi yang tetap pd garis orbit akan selalu mengelilingi titik Tuhan. Karakter yg terbangun akan sesuai dg suara hati. garis orbit itu dijaga dengan enam asas Rukun Iman, dan dikelilingi solat lima kali sehari semalam. Jgn sampai kita beredar di luar garis orbit, meski fisik sudah melakukan sholat, karena jiwa, pikiran serta tingkah laku kita mengorbit dan berpusat kpd prinsip
76
yang lain. Ketangguhan diaplikasika
Sosial melalui
(Social tiga
Strength):
langkah;
Ketangguhan
Syahadat
(mission
statement), sholat (character building), dan Puasa (self control). Keluarkan Potensi Spiritual (Core Values): prinsip zakat bukan sebatas member sebagian dari penghasilan, namun zakat dimaknai sebagai potensi fitrah, seperti member perhatian dan penghargaan, menunjukan sikap kasih saying, berempati, dan Pesan Syariah
menunjukan integritas. Hadapi Tantangan—Lontar Jumrah: manusia dilahirkan dalam kondisi hati yg fitrah, namun pendidikan dan pengalaman telah begitu kuat berperan dalam menciptakan belenggu yg menutup “penglihatan” kefitrahan hati. sehingga seringkali kita tak mampu melihat secara obyektif. Melontar jumrah di Mina adalah symbol dari pelawanan aktif terhadap musuh2 yg ada di dalam diri tersebut. Pengasahan Komitmen dan Integritas—Thawaf: Komitmen bukan hanya sebuah janji yg terucap dan adal dalam pikiran, tetapi komitmen harus diwujudkan melalui perbuatan dan langkah nyata. Semua benda dari yg terkecil hingga terbesar, dari ataom sampai system tata surya, berthawaf, patuh mengikuti aturan-Nya.
77
B. Pesan Dakwah yang Paling Dominan dalam Training ESQ Leadership Center 165 Berdasarkan hasil nilai yang digambarkan dalam table dari ketiga juri tersebut, maka nilai kesepakatan yang diperoleh antar juri menjadi ukuran nilai pesan dakwah yang terdapat dalam training. Secara keseluruhan bagian (I, II dan III), pesan dakwah yang terdapat dalam training ESQ Leadership Center 165 ini dengan total jumlah komposit realibitas adalah nilai Syariah, dengan rincian pada bagian I 0%, bagian II 33,33% dan bagian III 70,27%. Setelah peneliti melakukan perhitungan realibilitas dan frekuensi prosentase kepada tiga juri terhadap kategori-kategori yang telah peneliti buat dan melakukan analisis isi dalam training ESQ Leadership Center 165dari table yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dibuat pesan dominan dalam training tersebut dengan rekapitulasi sebagai berikut: Tabel 9 Kategori Pesan Dakwah Paling Dominan NO
Kategori
Bag I
Bag. II
Bag. III
Total
Rata-rata
1
Aqidah
42,85%
37,25%
13,51%
93,61%
0,312%
2
Syariah
0%
33,33%
70,27%
103,6%
0,345%
3
Akhlak
57,14%
29,41%
16,21%
102,7%
0,342%
Total
100%
100%
100%
300%
78
Dari table di atas dapat dilihat nilai yang paling dominan dari masing-masing bagian ( I, II dan III ) adalah pesan syariah dengan nilai 0,345%. Meskipun pada bagian pertama pesan syariah memiliki nilai 0 (nol), namun pada bagian ke dua dan ke tiga pesan syariah memiliki nilai yang cukup tinggi, sehingga mampu mendominasi pesan aqidah dan akhlak. Kedua pesan akhlah dengan jumlah 0,342%. Jumlah tersebut tidak terlalu lebar dengan jumlah pesan syariah, hanya berselising tiga angka. Dan ketiga 0,312% untuk pesan aqidah. Hasil ini diperoleh dari jumlah kategori pesan dibagi dengan total nilai keseluruhan kategori. Demikian uraian pesan dakwah dalam training ESQ Leadership Center 165. Perhitungan dari data di atas menunjukan tingkat validitas yang cukup tinggi, karena didasarkan pada penilaian dengan menggunakan tiga orang juri, sehingga tidak akan terjadi kekeliruan data, dan penilaian dapat dikatakan akurat serta objektif. Berbeda dengan menggunakan satu orang juri yang akan menghasilkan data dan kesimpulan penelitian ini secara subjektif.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dalam program training ESQ yang digagas oleh Ary Ginanjar Agustian. Dakwah yang disampaikan begitu kental. Walau dinamakan training Sumber Daya Manusia (SDM), namun dalam training ini diperkuat dengan penjelasan ayat-ayat al-Quran dan hadis serta berlandaskan pada pilar-pilar Syariat Islam, yaitu Ihsan, Rukun Iman dan Rukun Islam, kemudian dikenal dengan istilah The ESQ Way 165. Dari sini penulis bisa menarik kesimpulan yaitu: 1. Training ESQ menjelaskan berbagai perkembangan mutakhir di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), tetapi juga disertai dengan amalan-amalan yg selama ini menjadi ciri gerakan tradisional seperti shalawatan dan doa-doa lainnya dengan membunyikan suara. 2. Dari kategorisasi yang terdapat dalam materi training ESQ maka dapat diketahui pesan-pesan yang dominan dari bagian yang diteliti antara lain: a. Pada bagian pertama (Unleash Spiritual Intellegent/satu hati) dengan jumlah tujuh materi yaitu, pesan Akhlak berjumlah 57,14%, pesan Aqidah berjumlah 42,85% dan pada pesan Syariah dewan juri tidak memberikan penilaian atau 0%.
77
80
b. Pada bagian kedua (Developing Emotional Intellegent/enam prinsip) dengan jumlah 51 materi yaitu, pesan Aqidah berjumlah 37,25%, pesan Syariah berjumlah 33,33% dan pesan Akhlak dengan nilai persentase 29,41%. c. Pada bagian ketiga (Let’s Action/lima langkah) dengan jumlah 37 materi yaitu, pada pesan Syariah berjumlah 70,27%, pesan Akhlak berjumlah 16,21%, dan pesan Aqidah dengan jumlah 13,51%. Berdasarkan pengolahan data keseluruhan yang berjumlah 95 sub tema yang diteliti, maka dapat diketahui pesan dakwah yang paling dominan dari masing-masing bagian ( I, II dan III ) adalah pesan syariah dengan nilai 0,345%. Kedua pesan akhlah dengan jumlah 0,342%. Dan ketiga 0,312% untuk pesan aqidah.
B. Saran Setelah penulis menyelesaikan penulisan ini, penulis memberikan bebrapa saran-saran antara lain: 1. Kepada para ilmuan dan sarjanah yang bergerak dalam bidang dakwah agar lebih memberikan nuansa baru yang inovatif terhadap konsep dakwah yang aktual. Karena dakwah tidak sekedar pidato atau ceramah.
81
2. Training ESQ menjadi salah satu media dakwah dalam era modernisasi dan gelobalisasi dengan konsep visualisasi yang menarik, logis dan membawa rasa aman. 3. Model training seperti ini (ESQ) menjadi konsep baru dalam dakwah, sehingga pesan-pesan yang disampaikan dapat mudah dipahami, dihayati dan tidak membosankan.
82
DAFTAR PUSTAKA
Buku Agustian, Ary Ginanjar , The ESQ Way 165, Menuju Indonesia Emas, Jakarta: PT. Arga Publishing 2005 Agustian, Ary Ginanjar, New Life Option: ESQ Leadership Training, Jakarta: Arga Publishing: 2006 Agustian, Ary Ginanjar ESQ: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, Jakarta: Arga Publishing 2008 Ahmad, Amrullah dakwah dan perubahan Sosial Yogyakarta: Prima Duta 1983 Al-Jibrin, Abdullah bin Abdul Aziz Cara Mudah Memahami Aqidah; Sesuai alQuran, as-Sunnah dan Pemahaman Salafus Shalih, Jakarta: Pustaka AtTazkia, 2007 Amin, Samsul Munir Ilmu Dakwah, Jakarta: Penerbit AMZAH, 2009 Anshari, Endang Syaifudin Wawasan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993 Anshori, Endang Syaifuddin Wawasan Islam Jakarta: CV Rajawali, 1986 Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Bina Usaha, 1989 bachtiar, Wardi Dr. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos 1997 Birowo, M. Antonius Metodologi Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: Gintanyali, 2004 Bulaeng, Andi Metodologi Penelitian Kounikasi Kontemporer, Yogyakarta: Penerbit Andi Offset, 2004 Cahayati, Ati Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, Jakarta: Penerbit PT. Grafindo, 2003 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai pustaka 1989
83
Effendy, Onong Uchjana Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003 Eldin, Achyar Dakwah Stratejik, Jakarta: Pustaka Tarbiyatuna, 2003 Gulo, W Metode Penelitian, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia 2002 Hamka, Prinsip dan Kebijakan dakwah Islam, Jakarta: penerbit Umminda 1982 Hasanuddin, AH, Retorika Dakwah & Publisistik dalam kepemimpinan Surabaya: Usaha Nasional 1982 Jumanto, Toto, Psikologi Dakwah Dengan Aspek-Aspek Kejiwaan yang Qur’ani, Wonosobo: Jakarta, 2001 Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006 Katsir, Imam Ibnu Tafsir al-Quran al-adzim Riyad: Maktabah al-Rusyd, 2001, tafsir surat Ali Imran ayat 110 Koentjaraningrat, Fuad hasan dan Beberapa Aspek metodologi Ilmiah, dalam: Koentjaraningrat (ed) Metodologi Penelitian Masyarakat Jakarta: Gramedia, 1977 Krippendorf, Klaus Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993, diterjemahkan oleh Farid Wjidi Madjid, Noercholis Islam Doktrin dan Peradaban Jakarta: Penerbit Yayasan Wakaf Paramadina, 2000 Mulkhan, Abdul Munir Ideologi Gerakan Dakwah: Episode Kehidupan M. Natsir dan Azhar Basyir,Yogyakarta: Sipress, 1996 Muhyidin, Asep Dakwah dalam Perspektif al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi dan Wawasan,Bandung: Pustaka Setia, 2002 Muis, A. Komunikasi Islam Bandung: PT Rosda Karya 2001 Nasution, Harun Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek Jakarta: UI Press 1998 Omar, M. Toha Yahya Islam & Dakwah Jakarta: PT. Al-mawardi prima, 2004 Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi Jakarta: PT Raja Grafindo, 2006
84
Quthub, Sayyid Tafsir Fi Dzilali Al-Qur’an, Jilid. 1 Rahmat, Jalaludin Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: PT Remaja Rosdkarya, 1993 Saifullah, Jakfar Puteh Dakwah Tekstual dan Kontekstua; Peran dan Fungsinya Dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat, Yogyakarta: AK Group 2006 Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil, Bandung: Refika Aditama, 2008 Setiawan, Bambang Materi Pokok Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka, 2004 Shihab, M. Quraish Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan keserasian al-Qur’an Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2001 Sulthon, Muhammad M Ag. Design Ilmu Dakwah: Kajian Ontologis, epistemologis dan aksiologis, Jogjakarta: pustaka Pelajar 2003 Suparta, Munzier dan Hj Ani Hetani, Metode Dakwah: Pengantar Metodologi Dakwah Sebuah Kajian Jakarta: Rahmat Semesta, 2003 Syukir, Asmuni Dasar-dasar Strategi Dakwah, Surabaya: Al-ikhlas, 1983 Tasmara, Toto Kecerdasan Ruhaniah Trancendental Intelligence: membentuk Kepribadian Yang Bertanggung Jawab, Profesional dan Berakhlak Jakarta: Gema Insani Press, 2001 Tharsyah, Adnan 16 Jalan Kebahagiaan Sejati, Jakarta: Hikmah 2006 Wahyu Ilahi, M, Munir dan Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009 Yusuf, Yunan Metode dakwah, Naskah Panduan Bahan Ajar majelis ta’lim DKI Jakarta Jakarta: Forum Komunikasi majelis Ta’lim DKI Jakarta, 2000 Yusuf, Yunan, Buku Panduan Pelaksana Tugas Penyuluhan Agama Utama Jakarta: Deartemen Agama RI 2003
85
Majalah dan Internet Majalah “NEBULA” Nomor 02, ESQ Mencerahkan Emosi dan Spiritual Brosur ESQ Training http//www.esq165.com http://esq165blog.wordpress.com http:gerakjalanesq.wordpress.com
MATERI ESQ Leadership Center 165 2.d6. Ilmu pengetahuan vs kebenaran 2.d7. Beberapa Mukjizat allah. 2.d8. Al-quran sbg pedoman puncak 2.d9. Kekuatan dan kesempurnaan Al-fatihah
I. Unleash Spiritual Intellegent, meliputi: 1.a. Outer Journey 1.b. Inner Journey 1.c. Zero Mind Proces 1.c1. kebebasan hati 1.c2. Anggukan Universal 1.c3. Kesadaran Diri 1.c4. Suara Hati II. Developing Emotional Intellegent, meliputi: 2.a. Star Principle 2.a1. Integritas 2a2. Rasa Aman 2.a3. Situasi Terus Berubah 2.a4. kepercayaan Diri 2.a5. Intuisi 2.a6. Sumber Motivasi 2.b. Anggel principle 2.b1. Keteladanan Malaikat 2.b2. Integritas dan Loyalitas 2.b3. Kebebasan member dan mengawali 2.b4. Komitmen 2.b5. Salam Komitmen bersinergi 2.b6. Kualitas Upaya vs hasil 2.c. Leader principle 2.c1. Paradigma Yang keliru. 2.c2. semua Orang adalah pemimpin 2.c3. pemimpin adalah pengaruh 2.c4. Tangga Kepemimpinan 2.c5. Pemimpin tingkat 1 2.c6. Pemimpin tingkat 2 2.c7. pemimpin tingkat 3 2.c8. pemimpin tingkat 4 2.c9. pemimpin tingkat 5 2.d. Learning Principle 2.d1. Bacalah 2.d2. Mencari kebenaran 2.d3. Berfikir kritis 2.d4. evaluasi dan sempurnakan 2.d5. Pengaruh materi bacaan 3.b2. Membangun kekuatan afirmasi 3.b3. Meningkatkan kecerdasan
2.e. Vision Principle 2.e1. Siapkan pondasinya 2.e2. Rumusan Visi 2.e3. Orientasi jangka pendek 2.e4. Orientasi jangka menengah 2.e5. Orientasi Jangka panjang, kendali social dan ketenangan batiniah 2.e6. Jaminan masa depan. 2.e7. Apabila anda masih ragu. 2.f. Well Organized 2.f1. Mulailah dengan tujuan 2f2. Semua melalui proses 2.f3. Bebaskan belenggu 2.f4. Kepastian hokum alam 2.f5. Sistem sinergi Allah 2.f6. Teladani system manajemen alam semesta 2.f7. Memelihari system 2.f8. Jangan melanggar suara hati. III.
Let’s Action, melalui:
3.a. Mission Statement 3.a1. Kekuatan sebuah misi 3.a2. Membangun misi kehidupan 3.a3. Membulatkan tekad 3.a4. Membangun visi 3.a5. Menciptakan wawasan 3.a6. Transformasi nilai 3.a7. Komitmen total 3.b. Character Building 3.b1. Relaksasi
MATERI ESQ Leadership Center 165 emosi dan spiritual 3.b4. Membangun pengalaman positif 3.b5. Pembangkit dan penyeimbang energy batiniah 3.b6. Pengasahan prinsip 3.b7. Adzan 3. b8. Garis orbit dan makna kiblat 3.c. Self Controling 3.c1. Meraih kemerdekaan sejati 3.c2. memelihara God Spot 3.c3. Mengendalikan suasana hati 3.c4. Meningkatkan kecakapan emosi secara fisiologi 3.c5. Pengendalian Prinsip 3.c6. Pelihara tata garis orbit 3.d. Strategi Collaboration 3.d1. Ketangguhan social 3.d2. Keluarkan potensi spiritual (Core Values) 3.d3. Pentingnya sinergi 3.d4. Makna Zakat dalam Rukun Iman 3.d5. Jaga garis orbit 3.e. Total Action 3.e1. Langkah zero mind process__Ihram 3.e2. Kenali diri dan evaluasi__Wukuf 3.e3. Hadapi tantangan__Lontar Jumrah 3.e4. Pengasahan komitmen dan integritas__Thawaf 3.e5. Pengasahan AQ (Adversity Quotient)__Sa’i 3.e6. Sinergi__Jamaah Haji.
TABEL HASIL PENJUARIAN ANTAR JURI
NO I 1 2 3 4 5 6 7 II 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
MATERI 1 (Satu) Hati 1.a 1.b 1.c 1.c.a 1.c.b 1.c.c 1.c.d 6 (Enam) Prinsip 2.a 2.a1 2.a2 2.a3 2.a4 2.a5 2.a6 2.b 2.b1 2.b2 2.b3 2.b4 2.b5 2.b6 2.c 2.c1 2.c2 2.c3
Ak
I Sy
√
√ √
√ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √
II Ak Aq Sy Ak Aq Unleash Spiritual Intellegent √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Developing Emotional Intellegent √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
III Sy
KETERANGAN Ak
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √
Aqidah Akhlak Akhlak Akhlak Aqidah Akidah Aqidah Akhlak Syariah Aqidah Aqidah Aqidah Aqidah Aqidah Syariah Aqidah Aqidah Akhlak Akhlak Akhlak Akhlak Syariah Akhlak Syariah Syariah
NO
MATERI Aq
2.c4 26 2.c5 27 2.c6 28 2.c7 29 2.c8 30 2.c9 31 32 2.d 2.d1 33 2.d2 34 2.d3 35 2.d4 36 2.d5 37 2.d6 38 2.d7 39 2.d8 40 2.d9 41 42 2.e 2.e1 43 2.e2 44 2.e3 45 2.e4 46 2.e5 47 2.e6 48 2.e7 49 50 2.f 2.f1 51 2.f2 52 2.f3 53 2.f4 54 2.f5 55
I Sy √
Ak
Aq √
II Sy
√
Aq √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √
√ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √
√ √
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √
√
√ √ √ √
√ √ √
√ √ √
√
√ √
√ √ √ √
KETERANGAN Ak √
√ √
√ √ √ √
III Sy
√
√ √
√ √ √
Ak
√ √ √ √
Aqidah Akhlak Syariah Syariah Akhlak Akhlak Syariah Syariah Aqidah Aqidah Aqidah Syariah Syariah Aqidah Aqidah Aqidah Syariah Syariah Syariah Akhlak Akhlak Aqidah Akhlak Syariah Akhlak Akhlak Syariah Aqidah Aqidah Aqidah
MATERI 56 57 58 III 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84
2.f6 2.f7 2.f8 5 (Lima) Langkah 3.a 3.a1 3.a2 3.a3 3.a4 3.a5 3.a6 3.a7 3.b 3.b1 3.b2 3.b3 3.b4 3.b5 3.b6 3.b7 3.b8 3.c 3.c1 3.c2 3.c3 3.c4 3.c5 3.c6 3.d 3.d1
Aq √
I Sy
Ak √
√
Aq √ √
II Sy
Ak
Aq √
III Sy
√
√ Let’s Action
√
√ √ √ √ √ √
Ak
√ √ √ √ √ √
√ √
√ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √
√ √ √ √ √ √
√
√ √
√ √ √ √ √
Aqidah Akhlak Syariah Akidah Akidah Akidah Syariah Syariah Syariah Syariah Aqidah Syariah Syariah Akhlak Akhlak Akhlak Syariah Syariah Syariah Syariah Syariah Aqidah Aqidah Aqidah Syariah Syariah Syariah Syariah Syariah
NO.
MATERI Ak
3.d2 85 3.d3 86 3.d4 87 3.d5 88 89 3.e 3.e1 90 3.e2 91 3.e3 92 3.e4 93 3.e5 94 3.e6 95
I Sy √ √ √
Ak
√
Aq
II Sy √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √
Ak
Aq
III Sy √ √
Ak
√ √ √ √ √ √ √ √ √
Syariah Syariah Syariah Aqidah Syariah Syariah Syariah Syariah Syariah Syariah Syariah
Kesimpulan Tabel Penjurian 1. Unleash Spiritual Intellegent (7 Materi) Aqidah = 3 Syariah = 0 Akhlak = 4 3. Let’s Action (37 Materi) Aqidah = 5 Syariah = 26 Akhlak = 6
2. Developing Emotional Intellegent (51 Materi) Aqidah = 19 Syariah = 17 Akhlak = 15
MANAGEMENT TEAM
MANAGEMENT TEAM
THE ESQ WAY 165 / ESQ MODEL
Penulis saat menjadi Team ATS (Alumni Training Support / Asisten Trainer) pada training Reguler karyawan JNE
Penulis saat menjadi Team ATS (Alumni Training Support / Asisten Trainer) pada training Reguler karyawan JNE