ANALISIS WACANA IHSAN DALAM BUKU “RAHASIA SUKSES MEMBANGUN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL ESQ: EMOTIONAL SPIRITUAL QUOTIENT” JILID 1 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi PersyaratanMemperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
oleh: Muhamad Ilham Nugraha NIM: 1111051000048
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M
ANALISIS WACANA THSAI{ DALAM BUKU RAHASIA SUKSES MEMBANGUN KECERI}ASAN BMOSI I}AN SPIRITUAL ESQ JTLII} 1
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Mulramad {Lham Nusraha NIM: I 11i051000048
Di bawah bimbingan:
Drs. Jumroni. M.Si }.rrP: 19630515 199203 1 006
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PEI\TYIARAI\ ISLAM FAKULTAS DAI(WAH DAN ILMU KOMLNIKASI UNIVERSITAS ISLA&{ NEGERI SYARIF IITDAYATULLAH
JAKARTA 1436 Hlz0ls M
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA I]JIAN Skripsi berjudul ..ANALISIS WACANA IHSAN DALAM BUKU RAHASIA SUKSES MEMBANGUN KECERDASAN EMOSI & SPIRITUAL ESQI. EMOTIONAL SPIRITUAL SUOTIENT'JILD I oleh Muharnad Ilham Nugraha telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 10 Juli 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran lslam.
Jakarta,l0 Juli 2015 Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota,
19s80q10
Sekretaris Merangkap Anggota,
1
Anggota,
Kalsum Minangsih. MA
NIP: 19770424208710
2 002
Pembimbing,
Drs. Jumroni. M.Si
NIP: 19630515 199283
t 006
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menayatakan bahwa:
1.
Skripsi
ini merupakan hasil karya asli
saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
ini telah
saya
di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 3.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di LIIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,
Juli 20
ABSTRAK Muhamad Ilham Nugraha Analisis Wacana Ihsan Dalam Buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ Jilid 1 Buku yang diteliti dalam penelitian ini adalah buku Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ Jilid 1. Melalui buku ini Ary Ginanjar berusaha menyampaikan penemuannya, yaitu konsep The ESQ Way 165 (Ihsan, Iman, Islam) yang berbasis nilai-nilai intelektual, emosional, dan spiritual khususnya nilai-nilai Ihsan. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan apa yang menjadi masalah dalam pembahasan kali ini, yaitu bagaimana wacana Ihsan yang terkandung dalam buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ” Jilid 1? bagaimana Ihsan digambarkan dalam buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ” Jilid 1? Wacana Ihsan dalam buku Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ Jilid 1 dapat dilihat dari penggunaan kata atau bahasa dalam teks, informasi yang dipakai oleh penulis dalam teks, serta konstruksi teks dari kognisi sosial dan konteks sosial yang juga berperan penting dalam kontruksi teks tersebut. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Wacana Model Teun A. Van Dijk, yaitu meneliti analisis teks seperti; struktur makro, superstruktur, struktur mikro. Kemudian dilakukan juga analisis kognisi sosial dan analisis konteks sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode analisis wacana dengan pendekatan kualitatif. Proses pengumpulan data dilakukan dengan observasi teks. Generasi sekarang sedang menghadapi permasalahan kronis dan krisis multidimensi yang saat ini sangatlah memprihatinkan. Dengan kondisi seperti ini, diperlukan sebuah terobosan untuk menyelesaikan permasalah di atas salah satunya melalui buku. Buku Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ Jilid 1 merupakan konsep-konsep hasil pemikiran Ary Ginanjar melalui proses yang panjang. Konsep-konsep tersebut dituangkan ke dalam tulisan yang akhirnya menjadi sebuah buku pembentukan karakter dan pembangunan SDM yang berbasis intelektual, emosional, dan spiritual yang ia kembangkan sendiri dari sumber-sumber klasik dan kontemporer, yaitu Barat dan Timur juga nilai-nilai pancasila yang memiliki nilai yang tinggi. Wacana Ihsan pada teks dalam buku ini menjangkau jangkauan yang sangat luas, bukan hanya sekedar pada lingkup agama dan sosial saja yang sudah banyak dikaji dan dikembangkan oleh para pendahulunya, melainkan juga pada lingkup psikologi, ekonomi, manajemen, dan bisnis. Semua itu bertujuan pada pembentukan karakter dan pembangunan SDM yang kokoh dengan berlandaskan pokok-pokok ajaran Islam khususnya Rukun Iman, Rukun Islam, dan Ihsan. i
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, Dzat yang patut untuk disembah oleh semua makhluk. Dzat yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga berkat izin-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih jauh dari sempurna baik dalam hal bentuk maupun isinya. Namun berkat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, Alhamdulillah skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, sepatutnya diberikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta Suparto, M. Ed. Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi, dan Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan. 2. Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, dan Fita Faturokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 3. Drs. Jumroni, M.Si, selaku dosen pembimbing yang dengan tulus memberikan dukungan dan bimbingan kepada penulis serta nasihatnasihat luar biasa yang semoga bermanfaat bagi penulis.
ii
4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sangat berkontribusi dalam memberikan ilmu serta pengetahuan yang tiada terkira kepada penulis selama menjalani studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Para dosen terbaik, Dr. Sunandar, M.Ag, Nasichah, M.Ag, Kalsum Minangsih, MA, Ade Masturi, M.Ag, Rachmat Baihaky, M.A, Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si, Dr. Armawati Arbi, M.Ag, Drs. Helmi Hidayat, MA 6. Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 7. Orangtua penulis, yaitu ayahanda tercinta Drs. Ibtida Rahmat dan ibunda tercinta Dra. Een Herlinda yang tak kenal lelah berjuang, membantu, mendoakan,
dan
memberikan
dukungan
sehingga
penulis
bisa
menyelesaikan skripsi ini. 8. Adik-adik terbaikku, Muhamad Reza Rahmanda dan Mutiara Hikmah. Terima kasih atas bantuan, nasihat, dan dukungannya, sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan baik. 9. Saudaraku sekalian baik dari pihak ayah maupun ibu, terima kasih untuk dukungan dan doanya selama ini. 10. Betari Tyas Maharani yang telah membantu, mendoakan, mendukung, memotivasi,
dan berbagi
keceriaan kepada
penulis
untuk
bisa
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 11. Sahabat-sahabatku seperjuangan, khususnya teman-teman KPI B 2011, teruntuk: Abu Rizal Hasan, Achmad Maulana Sirojjudin, M Reza Fansuri,
iii
Bustomi Arifin, Fazlurrahman, Setya Malik, Ricky, Umi Arifiyani, Nofia Natasari, Wulan Purnamawati, Ratna Ayu, Siti Aisyah, Wahyu, dan lainlain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih atas kebersamaannya, atas sikap solidaritas dan kekeluargaan yang terbangun selama ini. penulis bangga menjadi bagian dari kalian. Tetap semangat dan berjuang untuk bersama-sama meraih kesuksesan. 12. Sahabat terbaik: Muhtar Lutfi, S.H.I, Kuntum Khairunnisa, S.Pd, Rina Syafrianti, S.Hum, Riska Meylia, Ii Handayani, Ferry Setiawan, Lian Firmana Malo, Ust. M Rizki Jamaluddin, Edvan M Kautsar, Ahmad Zaini, Hilman Shodri, Abdurrahman, S.Kom.I, Wiza Walady, Ust Fauzan Hidayatullah, Rahmat Hidayat, Naziah, S.Kom.I, Muhammad Imron, S.Kom.I, M Naufal, Rifial Fachry, Fanny Siti Musyrifah, M Anharudin. Terima kasih atas setiap dukungan, semangat, nasihat, kasih sayang dan waktu kebersamaan yang menyenangkan. 13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. pada intinya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian. Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa meridhai setiap langkah yang penulis lakukan dan mudah-mudahan hasil karya penulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat dengan sebaik-baiknya. Amin yaa Robbal ‘Alamin.
Jakarta, 07 Juli 2015
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................. i KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii DAFTAR ISI ............................................................................................................... v
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Fokus Masalah dan Perumusan Masalah ....................................... 5 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6 E. Metodologi Penelitian .................................................................... 6 F. Kajian Pustaka................................................................................ 9 G. Sistematika Penulisan .................................................................. 11
BAB II
KAJIAN TEORITIS A. Analisis Wacana ........................................................................... 13 1. Pengertian Analisis Wacana ................................................... 13 2. Analisis Wacana Model Teun A. Van Dijk ........................... 16 B. Ihsan Dalam Islam........................................................................ 24 C. Macam-macam Media Dakwah ................................................... 29 D. Buku Sebagai Media Komunikasi dan Dakwah........................... 32
BAB III
GAMBARAN UMUM ARY GINANJAR AGUSTIAN DAN BUKUNYA A. Profil Ary Ginanjar Agustian ....................................................... 34 1. Riwayat Hidup Ary Ginanjar Agustian .................................. 34 2. Sejarah ESQ Leadership Center ............................................. 38 3. Visi dan Misi ESQ ................................................................. 40 4. ESQ Sebagai Solusi ............................................................... 41
v
5. Karya-karya Ary Ginanjar Agustian ...................................... 42 B. Sekilas Tentang Buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ” Jilid 1 ................................................... 44
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis Teks dalam Buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ” Jilid 1 ................................ 49 1. Struktur Makro........................................................................ 50 2. Superstruktur........................................................................... 55 3. Struktur Mikro ........................................................................ 57 B. Konteks Sosial.............................................................................. 75 C. Kognisi Sosial .............................................................................. 80
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................. 81 B. Saran ............................................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 85
LAMPIRAN
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Emotional
Spiritual
Quotient
Generasi
sekarang
sedang
menghadapi permasalahan kronis, yaitu terjadinya Split Personality. Kondisi dimana tidak terintegrasinya antara otak dan hati, sehingga banyak terjadinya kriminalitas dan penyimpangan dalam kehidupan. Begitupun
dengan
krisis
multidimensional
saat
ini
sangatlah
memprihatinkan, seperti krisis moral, akhlak, kejujuran, tanggung jawab, kepedulian, dan kebersamaan.1 Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut diatas, maka terjadilah berbagai masalah sosial dan perilaku menyimpang yang pada umumnya disebabkan oleh semakin terkikisnya nilai-nilai spiritual dalam kehidupan. Sehingga ini semua menjauhkan masyarakat dari nilai-nilai keislaman maupun kearifan lokal. Dengan demikian, pentingnya perumusan sebuah nilai-nilai yang memperkenalkan Islam (dakwah) secara komprehensif sangatlah diperlukan. Terutama dalam menambah pengetahuan umat guna pembebtukan karakter dan perbaikan akhlak (moral). Optimisme untuk mengatasi masalah yang kompleks ini diperlukan suatu metode pengembangan SQ (Kecerdasan Spiritual) yang tetap berdasarkan nilai-nilai pokok Islam, yaitu Rukun Iman, Rukun Islam, dan Ihsan, sehingga akan mengoptimalkan EQ (Kecerdasan Emosional) dan IQ 1
Syafi'i Maarif, “Testimoni Pembaca” dalam Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient, (Jakarta: Arga Publishing, 2001) Cet. Ke-51, h. Cover Belakang
1
2
(Kecerdasan Intelektual) secara terpadu ESQ (Emotional Spiritual Quotient). Oleh karena itu kita semua harus bersama-sama berjuang menghidupkan kembali dan menyebarluaskan nilai-nilai luhur spiritualisme Islam salah satunya Ihsan dalam setiap denyut kehidupan dengan cara berdakwah. Sebagaima yang dikatakan oleh Cak Nun: “Ihsan adalah kebaikan yang lahir murni dari nurani manusia: orang berbuat baik meskipun tidak disuruh, tidak diwajibkan, tidak diatur oleh hukum atau etika.”2 Ihsan merupakan pondasi agama Islam yang kuat untuk bisa dijadikan sebagai solusi bagi penyempurnaan nilai-nilai dakwah yang selama ini kurang memperhatikan nilai-nilai luhur spiritulisme Islam yang bersumber dari Ihsan. Ihsan berarti berbuat kebaikan dalam bentuk apapun dan cara apapun tanpa motif, syarat dan paksaan yang bisa juga diartikan beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya sesungguhnya Allah melihatmu. Maka dari itu, perlunya nilainilai ihsan dalam berdakwah sangatlah dibutuhkan. Dalam hal ini dakwah merupakan suatu proses upaya mengubah sesuatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam, atau proses mengajak manusia ke jalan Allah
yaitu
al-Islam...”3
Berdakwah
pada
hakikatnya
merupakan
komunikasi dan berkomunikasi belum tentu merupakan dakwah. Pada era globalisasi saat ini, informasi menjadi sangat penting terutama untuk mentransformasikan nilai-nilai Islam dari satu generasi ke generasi lainnya. Era informasi ditandai dengan maraknya berbagai macam
2
Emha Aninun Nadjib, Allah 2014, artikel ini diakses pada 02 April 2015 di https://www.caknun.com/2012/allah-2014/ 3 Bachtiar, Wardi. Metodologi penelitian Ilmu Dakwah ( Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997) hal. 31
3
media massa sebagai sarana komunikasi dan alat pembentuk opini publik. Maka sudah seharusnya umat Islam mampu memanfaatkan media massa tersebut untuk mendakwahkan ajaran agama Islam.4 Pada prinsipnya, dakwah merupakan suatu komunikasi yang merupakan proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.5 “...Segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam berkomunikasi disebut media komunikasi...”6 Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitiannya melalui salah satu media komunikasi, yaitu buku. Dimana buku merupakan sumber informasi yang merupakan isi pesan dalam proses komunikasi. Buku sebagai media komunikasi merupakan sekumpulan kertas bertulisan yang dijadikan satu. Kertas-kertas bertulisan itu mempunyai tema bahasan yang sama dan disusun menurut kronologi tertentu, dari awal bahasan sampai kesimpulan dan bahasan tersebut. Tujuan dari buku tidak lain hanyalah untuk menyatukan ilmu pengetahuan tertentu agar terkumpul dalam satu tempat sehingga mudah ditemukan dan dipelajari. Dalam Penelitian kali ini peneliti mengangkat buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient” Jilid 1. Dengan alasan bahwa buku ini menjelaskan tentang pengembangan tiga kecerdasan pada diri manusia yaitu IQ, EQ, dan SQ yang berdasarkan nilai-nilai Rukun Iman, Rukun Islam dan Ihsan, sehingga
4
M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif, (Jakarta: CV Pedoman,1997), h..33 Dedy Mulyana , Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar , (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hal 62 6 Gozali BC.TT., Kamus Istilah Komunikasi, (Bandung: Djambatan, 1992), h.227 5
4
buku ini sangat layak untuk dibaca dan kemudian diterapkan oleh umat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Buku ini merupakan buku “Best Seller” internasional yang terbukti dengan dicetaknya buku ini kedalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris hingga banyaknya cetakan ulang yang diterbitkan oleh penerbit Arga Publishing baik itu sejak tahun 2001 dan sampai saat ini buku tersebut masih dijual di pasaran. Tak hanya itu, buku ini merupakan cikal bakalnya sebuah training ESQ berdiri yang sampai saat ini training ESQ sudah diselenggarakan secara nasional maupun internasional. Buku ini ditulis oleh seorang Ary Ginanjar Agustian atas hasil pemikirannya yang panjang, ia merupakan pendiri ESQ Leadership Center dan telah memperoleh gelar Doktor Honoris Causa (H.C.) dari UNY (Universitas Negeri Yogyakarta) sebagai tokoh pendidikan karakter. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis bagaimana wacana Ihsan dalam buku yang dituliskannya dalam pengertian modern secara luas. Dimana dalam banyak pengertian klasik yang dikemukakan oleh sebagian besar ulama selama ini pengertian Ihsan hanya sebatas pada lingkup ibadah, sehingga akhirnya sulit untuk dipahami dan diterapkan dalam kehidupan aktivitas modern. Hal ini mendorong peneliti untuk mengnalisis wacana Ihsan dalam buku ESQ, yakni bagaimana Ihsan digambarkan dalam buku ESQ melalui teksnya, sehingga bahasa dalam buku tersebut menjadi kunci utama dalam pencarian wacana Ihsan yang ditawarkan Ary Ginanjar dalam bukunya. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengambil judul
5
penelitian Analisis wacana Ihsan Dalam Buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient” Jilid 1. B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Penelitian ini dibatasi hanya pada kajian Ihsan dalam buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient” Jilid 1. Dan fokus yang akan diteliti adalah wacana Ihsan dalam buku ESQ pada bagian I Zero Mind Process (ZMP): Proses Pembersihan Hati dan Pikiran yang didasari dengan nilai-nilai Ihsan. Dimana peneliti memfokuskannya pada makna Ihsan yang ditawarkan Ary Ginanjar. 2. Rumusan Masalah Mengacu pada fokus masalah di atas, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana wacana Ihsan yang terkandung dalam buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient” Jilid 1? 2. Bagaimana Ihsan digambarkan dalam buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient” Jilid 1? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
6
1. Untuk mengetahui wacana Ihsan dalam buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient” Jilid 1. 2. Untuk mengetahui bagaimana Ihsan digambarkan dalam buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient” Jilid 1. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi positif bagi khazanah keislaman, khususnya dalam lingkup dakwah melalui media cetak yang menempatkan buku sebagai salah satu media dakwah serta referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang komunikasi dan penyiaran Islam. 2. Manfaat Praktis Secara praktis diharapkan bahwa apa yang dianalisis dan ditelaah dalam penilitian ini dapat berguna untuk kelanjutan eksistensi dakwah, khususnya masukan dalam memperkaya khazanah keilmuan Islam. E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini menerapkan studi kepustakaan, yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan sumber utama berupa literatur (kepustakaan), baik berupa buku, jurnal, artikel, penelitian terdahulu dan sumber-sumber
7
literatur yang menunjang penelitian ini.7 Dalam penelitian ini menerapkan paradigma besar dalam penelitian komunikasi yakni paradigma interpretatif. Pandangan dasar perspektif ini bahwa kebenaran itu bukan realitas tunggal, melainkan jamak. Metode yang digunakan dalam penelitian ialah metode analisis wacana dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model analisis wacana Van Dijk. “...Model analisis Van Dijk akan mengelaborasikan elemen-elemen wacana sedemikian rupa sehingga dapat digunakan secara lebih praktis dan dapat diterapkan pada berbagai bentuk wacana...”8 Dalam model Van Dijk ini, analisis struktur teks dalam tulisan dikategorisasikan menjadi tiga elemen. Pertama struktur makro, kedua superstruktur, dan yang ketiga adalah struktur mikro. 2. Subjek dan objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah buku yang berjudul “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient Jilid 1 karya Ary Ginanjar Agustian dan sebagai objek penelitiannya adalah wacana Ihsan pada bagian I Zero Mind Process (ZMP): Proses Pembersihan Hati dan Pikiran yang didasari dengan nilainilai Ihsan yang terdapat dalam buku tersebut.
7
M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), h. 11. 8 Alex Sobur, Analisis Teks Media. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 74
8
3. Teknik Pengumpulan Data Pada teknik pengumpulan data, peneliti memerlukan sejumlah data yang dapat mendukung dan memperkuat hasil penelitian. Peneliti menggunakan dua macam teknik, yaitu: a. Data Primer: Data yang diperoleh secara langsung dari subjek yang diteliti yakni membaca dan mengamati setiap paragraf dari buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient” Jilid 1 karya Ary Ginanjar Agustian. b. Data Sekunder: Data yang diperoleh dengan cara studi kepustakaan, pengumpulan data melaui sumber-sumber bacaan dari berbagai literatur seperti teks-teks, buku, artikel, majalah, internet, yang berkaitan dengan penelitian serta mendukung proses penelitian ini. Penelitian ini tidak memasukan teknik pengumpulan data melalui metode wawancara, dikarenakan data-data yang dibutuhkan untuk menganailisis teks dalam buku ini sudah cukup memadai dalam buku tersebut dan buku ESQ lainnya yakni pada halaman pendahuluan dan kata pengantar juga pada halaman utama dan profil dari website resmi ESQ Leadership Center dan juga tulisan-tulisan dan artikel pada blog resmi ESQ Leadership Center.
9
4. Teknik Analisis Data a. Proses Penafsiran data Penelitian analisis wacana merupakan penelitian kualitatif yang lebih menekankan pada pemaknaan teks dari pada penjumlahan unit kategori. Dasar dari analisis wacana ialah interpretasi, karena analisis wacana merupakan bagian metode interpretatif yang mengandalkan penafsiran peneliti. Proses penafsiran akan dilakukan peneliti dengan melihat data-data yang menjadi bahan penelitian dalam hal ini ialah teks-teks dalam buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient Jilid 1”, kemudian akan ditafsirkan berdasarkan kerangka analisis wacana Van Dijk. b. Penyimpulan Hasil Penelitian Makna Ihsan dan gambaran Ihsan dalam buku Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient Jilid 1 setelah diamati akan disimpulkan oleh peneliti. Kesimpulan yang diambil dalam penelitian ini merupakan jawaban dari rumusan masalah. 5. Teknik Penulisan Penelitian ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) oleh CeQda (Center for Quality Develompent
and
Assurance)
Universitas
Islam
Negeri
Syarif
Hidayatullah Jakarta 2007 dan juga pada buku Pedoman akademik
10
Program Strata 1 2010/2011 oleh Biro Administrasi dan Kemahasiswaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2010. F. Pedoman Penelitian Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelusuran ke beberapa Perpustakaan, yakni Perpustakan Utama dan Perpustakan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Berdasarkan penelusuran tersebut, peneliti menemukan beberapa penelitian tentang analisis wacana yang menjadi referensi untuk penelitian ini. Diantaranya terdapat kaitan dengan skripsi yang penulis teliti, antara lain: Skripsi „Muhammad Rico Zulkarnain‟ Rahmi tentang ANALISIS WACANA
PESAN
DAKWAH
DALAM
BUKU
RENUNGAN
TASAWUF KARYA HAMKA Fakultas Ilmu Dakwan dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Jakarta. Ia meniliti Isi Wacana Pesan Dakwah pada buku tersebut. Dari hasil penelitian, ditemukan pesan dakwah dalam setiap teksnya. Jika dilihat dari struktur tematik, maka pesan dakwahnya antara lain yaitu pertama, pesan dakwah yang mengandung nilai Muamalah. Yang kedua, pesan dakwah yang mengandung nilai Aqidah Dan yang ketiga, pesan dakwah yang mengandung nilai Syariah. Berikutnya adalah skripsi „Odih Fajar‟ tentang “ANALISIS WACANA DAKWAH BUKU KUN FAYAKUN KARYA UST YUSUF MASUR” Fakultas Dakwah & Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia meneliti bagaimana wacana dakwah dalam buku Kun Fayakun dengan melihat dari bangunan wacana melalui teks,
11
kognisi sosial, dan konteks sosial. Terutama melihat bagaimana penulis memanfaatkan buku sebagai media dakwah Islamiyah. Dan terakhir adalah skripsi „Astri Putriyani‟ tentang "ANALISIS WACANA RUBRIK "MEDIA DAN KITA" MAJALAH UMMI EDISI JULI-OKTOBER 2009”. Fakultas Dakwan dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Jakarta. Ia meniliti Bagaimana Wacana Dalam Rubrik Media dan Kita yang disampaikan kepada khlayak khususnya kepada anak dalam Majalah Ummi tersebut dan bagaimana majalah Islam Ummi menggambarkan media dan kita khususnya kepada anak-anak. Hampir semua skripsi yang menjadi literatur penulis kali ini berhubungan erat dengan analisis wacana yang akan penulis teliti. Buku sebagai salah satu media dakwah keislaman dapat disebut karya sastra, akan dimanfaatkan untuk menyampaikan nilai-nilai keislaman yang selama ini menurut penulis belum banyak dikaji. Dan dari beberapa tinjauan terdahulu berbeda dengan penelitian kali ini yang menggunakan buku “Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi & spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient” Jilid 1 dengan menganalisis wacana Ihsan dengan menggunakan metode Analis Wacana Teun A. Van Dijk. G. Sistematika Penulisan Penelitian dibagi dan dirinci hingga 5 (lima) bab, dengan sistematika terdiri dari: Bab 1, yaitu pendahuluan merupakan penjelasan dari latar belakang permasalahan penelitian skripsi ini. Didalamnya juga dijelaskan fokus masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi
12
penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan sistematika penelitian. Bab 2 berisi tentang Kajian Teori yang menguraikan tentang Pengertian Analisis Wacana secara umum, Teori Analisis Wacana Teun A. Van Dijk, Ihsan dalam Islam, Macam-macam Media Dakwah, dan Buku sebagai Media Komunikasi dan Dakwah. Bab 3 membahas Gambaran Umum yang menguraikan tentang Biografi Ary Ginanjar Agustian; Riwayat Hidup Ary Ginanjar Agustian, Sejarah ESQ Leadership Center, visi dan misi ESQ, ESQ sebagai solusi, karya-karyanya yang berupa buku & metode training, pengharggaan yang diterima. Bab 4 Pembahasan dan Analisis Data. Pada bab ini terdiri pembahasan analisis wacana Ihsan dalam buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient” Jilid 1. Bab 5 kesimpulan dan saran akan menjadi butir-butir pada bab kelima sebagai penutup pada skripsi ini.
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Analisis Wacana 1. Pengetian Analisis Wacana Kata wacana banyak digunakan oleh berbagai bidang ilmu pengetahuan mulai dari ilmu bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra, dan sebagaimanya. Namun demikian, secara spesifik, pengertian, definisi, dan batasan istilah wacana sangat beragam. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan lingkup dan disiplin ilmu yang memakai istilah wacana tersebut.1 Secara etimologi istilah wacana dipakai sebagai terjemahan dari perkataan bahasa Inggris discourse, dalam salah satu kamus bahasa Inggris terkemuka, mengenai wacana atau discourse ini kita dapat mengetahui beberapa keterangan. Kata discourse berasal dari bahasa Latin discursus, dis: dari, dalam arah yang berbeda dan currere: lari, sehingga berarti lari kian kemari. Salah satunya adalah komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi ide-ide atau gagasan-gagasan; konversasi atau percakapan.2 Dalam entri kamus linguistik, wacana didefinisikan sebagai “...satuan bahasa terlengkap; dalam hirarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb), 1
Aris Badara, Analisis Wcana: Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media, (Jakarta: Kencana, 2012) h. 16 2 Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet Ke-3, h. 9
13
14
paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap...”3 Sedangkan “...pengertian analisis wacana secara konseptual adalah merujuk kepada upaya mengkaji pengaturan bahasa atas kalimat. Mengkaji satuan kebahasaan yang lebih luas. Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi...”4 Berikut ini beberapa pengertian wacana dari para pakar komunikasi. Menurut Dedy Mulyana, “...secara etimologis wacana berasal dari bahasa sansekerta wac atau wak atau vak yang memiliki arti „berkata‟, „berucap‟. Kemudian kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana. Kata ana yang berada di belakang adalah bentuk sufiks (akhiran) yang bermakna „membendakan‟ (nominalisasi). Dengan demikian, kata wacana dapat dapat diartikan sebagai perkataan atau tuturan...”5 Alex Sobur merangkum pengertian wacana dari berbagai pendapat, ia memandang wacana sebagai “...rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subyek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam suatu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental bahasa...”6 “Analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi selain analisis isi kuantitatif yang dominan dan banyak dipakai. Kalau analisis isi kuantitatif lebih menekankan pada pertanyaan apa (what), analisis wacana lebih melihat pada bagaimana (how) dari pesan atau teks komunikasi. Lewat analisis wacana kita bukan 3
Herudjati Purwoko, Discourse Analysis, (Jakarta: Indeks, 2008) Cet ke-1, h. 4 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Wacana, (Bandung: Angkasa, 1993), h. 24 5 Dedy Mulyana, kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi, Prinsip-prinsip Analisis Wacana (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005), h. 3 6 Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet Ke-3, h. 11 4
15
hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Lewat kata, frasa, kalimat, metafora macam apa suatu berita disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks.”7 Analisis wacana juga merupakan salah satu cara mempelajari makna pesan sebagai alternatif lain akibat keterbatasan dari analisis isi. Pertama, analisis isi konvensional pada umumnya hanya dapat digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat nyata (manifest), sedangkan analisis wacana justru berpretensi memfokuskan pada pesan yang tersembunyi (laten). Namun yang menjadi titik perhatian bukan pesan (message) tetapi juga makna. Pretensi dari analisis wacana adalah muatan, nuansa, dan konstruksi makna yang laten (tersembunyi) dalam teks komunikasi.8 Kedua, analisis isi hanya dapat mempertimbangkan apa yang dikatakan seseorang (what) tetapi tidak dapat menyelidiki bagaimana seseorang mengatakannya (how). Analisis ini memandang teks sebagai suatu kesatuan isi. Dalam kenyataannya yang penting bukan apa yang dikatakan oleh seseorang, tetapi bagaimana dan dengan cara apa dikatakan. Dalam konteks ini, yang penting bukan hanya apa yang diucapkan atau dianggap penting oleh komunikator, tetapi juga bagaimana cara komunikator mengungkapkannya.9
7
Eriyanto, Analisis Wacana, (Yogyakarta: LKIS, 2006), Cet. Ke-5, h. xv Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualtitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), cet. Ke- 8 h. 163 9 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualtitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), cet. Ke- 8 h. 163 8
16
2. Analisis Wacana Model Teun A. Van Dijk Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks merupakan hasil dari suatu praktik produksi yang juga harus diamati. Di sini harus dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga kita dapat memperoleh suatu pengetahuan kenapa teks bisa semacam itu.10 “Wacana oleh Van Dijk digambarkan memiliki tiga dimensi, yaitu: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Ketiga bagian ini adalah bagian yang integral dalam kerangka teori Van Dijk, untuk itulah Van Dijk menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis.”11 a. Teks Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga struktur. Pertama, struktur makro. Ini merupakan makna global dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur, ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni, kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar. Struktur teks Van Dijk dapat digambarkan dan dijelaskan sebagai berikut:
10 11
Eriyanto, Analisis Wacana, (Yogyakarta: LKIS, 2006), Cet. Ke-5, h. 221 Eriyanto, Analisis Wacana, (Yogyakarta: LKIS, 2006), Cet. Ke-5, h. 224
17
Tabel 1. Skema dan Metode Penelitian Van Dijk Struktur Wacana Struktur Makro
Superstruktur
Struktur Mikro
Struktur Mikro
Struktur Mikro
Struktur Mikro
Hal Yang Diamati
Elemen
TEMATIK Tema/ topik yang dikedepankan dalam suatu berita. SKEMATIK Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh. SEMANTIK Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita SINTAKSIS Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih STILISTIK Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks RETORIS Bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan
Topik
Skema
Latar, detil, maksud Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti Leksikon (style) Grafis, metafora, ekspresi
1) Struktur Makro Berdasarkan model analisis wacana Van Dijk, struktur makro merupakan tema atau dikenal dengan istilah tematik. Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan wartawan (penulis) dalam pemberitaannya. Oleh karena itu ia sering disebut sebagai tema atau topik.
18
2) Superstruktur Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian
dalam
teks
disusun
dan
diurutkan
sehingga
membentuk kesatuan arti. Struktur skematik atau superstruktur menggambarkan bentuk umum dari suatu teks. Bentuk teks umumnya terdiri dari pendahuluan, isi dan penutup. Untuk melihat bentuk teks itu seperti apa, dapat dibagi menjadi dua kategori besar yaitu: Pertama, summary yang umumnya ditandai dengan dua elemen yakni judul dan lead (teras berita). Kedua, story yakni isi berita secara keseluruhan. 3) Struktur Mikro a) Semantik Semantik merupakan salah satu kerangka analisis Van Dijk yang melihat kepada satuan terkecil dari struktur kebahasaan berupa kalimat, kata dan hubungan antar kalimat. Pada analisis semantik, makna yang terkandung dalam kalimat diteliti baik yang eksplisit (tertulis) maupun implisit (tersembunyi). Latar Latar dalam sebuah teks ialah suatu keadaan situasional saat teks dibuat. Dalam sebuah teks, latar belakang sebuah peristiwa dapat dicantumkan atau tidak, tergantung dari kepentingan penulis. Latar digunakan untuk mengarahkan makna dari suatu teks hendak dibawa kemana. Latar yang
19
ditampilkan dapat sesuai dengan kehendak penulis atau bahkan bertentangan dengan pendapatnya. Detil Detil dalam kerangka analisis Van Dijk ialah berita mana yang disampaikan secara mendetail dan berita mana yang ditampilkan secukupnya saja. Detil lebih merupakan kepada bentuk strategi penulis yang ingin mengekspresikan sikapnya dengan
cara
sembunyi-sembunyi
(implisit).
Detil
berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan oleh penulis. Maksud Maksud merupakan elemen yang melihat apakah teks atau cerita yang dibuat oleh pengarang disampaikan secara eksplisit atau implisit. Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi. b) Sintaksis Sintaksis adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, frase. Dalam hal ini menerangkan
tentang
bagaimana
pengarang
menggunakan
kalimat hingga menjadi satu kesatuan. Elemen sintaksis merupakan suatu metode analisis Van Dijk untuk melihat pilihan
20
kalimat apa yang disusun penulis dalam menampilkan diri sendiri secara positif dan lawan secara negatif. Koherensi Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak kohern. Koherensi merupakan elemen wacana untuk melihat bagaimana seseorang (penulis) secara strategis menggunakan wacana untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa. Apakah peristiwa itu dipandang saling terpisah, berhubungan atau malah sebab akibat. Biasanya hubungan antar kalimat ini dihubungkan dengan kata hubung dan, akibat, tetapi, lalu, karena, meskipun. Bentuk kalimat Bentuk kalimat merupakan salah satu bagian dari analisis teks sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Prinsip kausalitas menjelaskan tentang susunan kalimat yang terbentuk dari subyek, predikat dan obyek. Bentuk kalimat yang dipilih merupakan kalimat yang dianggap sangat layak untuk dianalisis terutama diambil kalimat yang berhubungan dengan tema. Kata ganti Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana.
21
Dalam
mengungkapkan
menggunakan
kata
sikapnya,
ganti
“saya”
seseorang atau
“kami”
dapat yang
menggambarkan bahwa sikap tersebut merupakan sikap resmi komunikator semata-mata. Tetapi, ketika memakai kata ganti “kita” menjadikan sikap tersebut sebagai representasi dari sikap bersama dalam suatu komunitas tertentu. Batas antara komunikator dengan khalayak dengan sengaja dihilangkan untuk menunjukkan apa yang menjadi sikap komunikator
juga
menjadi
sikap
komunitas
secara
keseluruhan. c) Stilistik Elemen stilistik (leksikon) merupakan salah satu elemen wacana Van Dijk yang menganalisis teks dengan cara melihat bentuk pemakaian kata seperti apa yang dipakai dalam teks. Terdapat kata yang mempunyai berbagai macam kesamaan. Dari kesamaan kata-kata tersebut mana yang lebih dipakai dalam teks oleh penulis. Misalnya kata ”meninggal”, mempunyai kata lain: mati, tewas, gugur, terbunuh, menghembuskan nafas terakhir, dan sebagainya. Di antara berbagai kata tersebut seseorang dapat memilih di antara pilihan kata yang tersedia. Pemilihan kata tertentu oleh penulis menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta atau realitas, selain itu pemilihan kata tertentu juga mengisyaratkan penggambaran dari sikap penulis
22
yakni bagaimana pihak musuh digambarkan secara negatif sedangkan pihak sendiri digambarkan secara positif. d) Retoris Salah satu model penelitian analisis teks ialah retoris. Retoris merupakan gaya yang diungkapkan seseorang dalam berbicara atau menulis. Adapun yang diteliti dalam analisis retoris ini ialah grafis. Grafis merupakan ekspresi dari penulis yang ingin menekankan bagian tertentu dalam teks, bentuk dari penekanan tersebut dapat melalui pemakaian huruf tebal, huruf miring, garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran yang lebih besar, maupun penggunaan gambar dan lainnya. Setiap
elemen
struktur
wacana
dapat
digunakan
untuk
menganalisis segala bentuk teks. Walaupun struktur wacana terdiri dari beberapa elemen, tetapi semua elemen itu merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan saling mendukung antara elemen satu dengan elemen lainnya. Tetapi untuk kepentingan penenlitian tertentu, tidak perlu semua elemen struktur wacana diamati, satu elemen saja dari struktur wacana sudah dapat digunakan untuk menganalisis sebuah teks, misalnya mengamati bidang semantik.12 b. Kognisi Sosial Selain menjelaskan analisis teks, dalam analisis Van Dijk juga dijelaskan konsep tentang kognisi sosial. Kognisi sosial merupakan kesadaran mental wartawan yang membentuk teks tersebut. Dalam 12
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualtitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), cet. Ke- 8 h. 176
23
pandangan
Van
Dijk,
untuk
membongkar
bagaimana
makna
tersembunyi dari teks, dibutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial. Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atas representasi kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita, karena setiap teks pada dasarnya dihasilkan lewat kesadaran, pengetahuan, prasangka, atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa. c. Konteks Sosial Van Dijk berupaya untuk merumuskan pengertian konteks sosial atau analisis sosial sebagai suatu usaha menganalisis bagaimana wacana berkembang dalam masyarakat, proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa digambarkan. Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Titik penting dari analisis ini adalah untuk menunjukkan bagaimana makna yang dihayati bersama. Penelitian ini sangat efektif dalam melihat sejauh mana peranan teks membangun pemahaman bersama dalam masyarakat.
24
B. Pengertian Ihsan Kita dapat menemukan sejumlah ayat tentang Ihsan atau akhlak yang utama dalam Al-Qur‟an. Allah SWT berfirman dalam (Q.S. an-Nahl [16]: 90) dan (Q.S. ar-Rahman [55]: 60):
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
Artinya: “Tidak ada Balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” “...Begitu banyak ayat Alquran yang berbicara tentang Ihsan. Disini, cukuplah ayat dalam Alquran itu sebagai bukti. Sebagaimana didefinisikan oleh Nabi SAW, Ihsan adalah beribadah dengan penuh kerendahan dan kehadiran hati (khudu dan khustuk), seolah-olah kita melihat Allah dan sadar bahwa Dia melihat kita...”13 Al-Jurjani (w.816 H) dalam Kitab al-Ta’rifat mengatakan: “Ihsan adalah kata benda-verbal (mashdar) yang mengacu kepada apa yang seharusnya dilakukan seseorang dengan cara yang sebaik-baiknya. Dari tinjauan syariat, kata ini berarti beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, dan apabila engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu. Inilah pencapaian sejati ibadah seorang hamba yang didasarkan atas penyaksian hakikat ketuhanan dengan cahaya penglihatan spiritual. Jelasnya, penyaksian Allah sebagaimana Dia digambarkan dengan sifat-sifat-Nya dan melalui sifat-sifat-Nya itulah seseorang 13
Syekh Muhammad Hisyam Kabbani, Tasawuf dan Ihsan: Antivirus Kebatilan dan Kezaliman, (Jakarta: Serambi Ilmu, 2007), h.38
25
menyaksikan-Nya dengan keyakinan, bukan dengan pandangan lahiriah. Karena itu Nabi Muhammad SAW bersabda, “seolah-olah kau melihatnya,” karena seseorang menyaksikan-Nya dari balik hijab sifat-sifat-Nya.” 14 Dalam Kitab Al-Wafi yang diambil dari hadits Shahih Muslim, Kitabul Iman. Hadits nomor 8:
“Ia bertanya lagi, „Beritahu aku tentang Ihsan. „Nabi Menjawab, „Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya, kalaupun engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya dia melihatmu.” Ihsan yang merupakan aspek ketiga dari agama dikenal sebagai aspek rohani. Aspek ini dimaksudkan untuk menyadarkan manusia taktala ia hendak mempertautkan aspek pertama dan kedua yaitu Iman dan Islam, serta memperingatkan bahwa Allah selalu hadir dan mengawasi-nya. Ia harus mempertimbangkan hal ini ketika berpikir dan bertindak. Apabila ia tidak dapat melihat Allah karena tak seorang pun dapat melihat-Nya di kehidupan ini, maka ia harus terus menjaga kesadaran dalam hatinya bahwa Allah ada dan mengawasinya. Ia harus sadar bahwa Allah mengetahui setiap saat dan hingga hal terkecil dari ibadah dan keyakinannya. Dengan begitu ia akan mencapai keadaan sempurna, suatu keadaan ketika ia merasakan kebahagian rohani dan cahaya pengetahuan yang langsung diberikan Allah ke dalam hatinya.15
14
Syekh Muhammad Hisyam Kabbani, Tasawuf dan Ihsan: Antivirus Kebatilan dan Kezaliman, (Jakarta: Serambi Ilmu, 2007), h.38 15 Syekh Muhammad Hisyam Kabbani, Tasawuf dan Ihsan, (Jakarta: Serambi Ilmu), h. 42
26
Islam menggambarkan perilaku seorang muslim, iman berkaitan dengan kepercayaan dan akidahnya, dan Ihsan mengacu pada keadaaan hati yang menentukan apakah keislaman dan keimanan seseorang itu akan membuahkan hasil di kehidupan ini dan kehidupan akhirat atau tidak. Inilah yang dimaksudkan dalam hadits riwayat Bukhari: “Sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging; apabila ia baik, baiklah seluruh tubuh dan apabila ia rusak, rusaklah seluruh tubuh. Itulah hati.” “Ihsan adalah ikhlas dan penuh perhatian. Artinya, sepenuhnya ikhlas untuk beribadah hanya kepada Allah dengan penuh perhatian sehingga seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika tidak melihatnya, maka ingatlah bahwa Allah senantiasa melihatmu dan mengetahui apapun yang ada pada dirimu.”16 Ihsan merupakan rukun agama yang ketiga, yakni melaksanakan ibadah dalam bentuknya yang diperintahkan Allah, antara lain khusyuk, runduk, ikhlas, dan menghadirkan kalbu. Yang juga tercakup di dalam Ihsan adalah menghadirkan keagungan dan kebesaran Allah, merasa dilihat oleh Allah, baik ketika diam maupun bergerak. Seorang hamba harus selalu merasa diawasi oleh Tuhannya dalam semua perbuatannya dan mengetahui bahwa Dia memperhatikan dan melihat semua perbuatannya. Dalam hal ini Ihsan juga dikatakan sebagai pengetahuan tentang hal-hal yang diwajibkan kepada hamba dari sudut batinnya, dalam bentuk akhlak dan kalbu, yang kemudian disebut tasawuf. Ia mencakup tiga bidang masalah, yaitu menghindar dari dunia kebendaan, kembali ke 16
Dr. Musthafa Dieb Al-Bugha, Al-Wafi Menyelami Makna 40 Hadits Rasulullah, (Jakarta: Al-Itisom, 2013), h.11
27
duania keabadian (darul khulud), dan bersiap menghadapi kematian sebelum terjadi.17 Menurut kamus bahasa Arab, kata Ihsan dan kata-kata bentuknya memiliki beberapa makna, diantaranya:18 Hasuna: “Menjadi atau tampak sempurna, indah, bagus”, Ihsanan: “(Berbuat secara) sempurna”, Ahsana: “Ia melakukan suatu kebaikan yang besar”, Ihsan: “Kebaikan”, Husna: “hadiah” atau “balasan baik” Hasan: “sempurna, indah, bagus”, dan Hisanun: “sesuatu yang indah sempurna” “Menjadi indah” dalam makna yang pertama berarti menghiasi diri dengan sifat-sifat baik, dan memperelok diri secara batin dan lahir. Apabila dipergunakan sebagai kata sifat, kata ini berarti kebaikan sebagai suatu ciri atau sikap batin dan juga kesabaran atau ketenangan. Dalam kata pengantar buku ESQ Power HS. Habib Adnan mengatakan bahwa Ihsan berarti berbuat kebajikan dengan cara yang sebaik-baiknya. Ihsan memiliki tujuan agar manusia dalam bekerja dan berkarya senantiasa meningkatkan kualitasnya. Kualitas yang tinggi atau baik tersebut, tidak hanya terkait dalam aktivitas kehidupan duniawi, namun juga menyangkut aktivitas kehidupan ukhrawi, karena memang
17
Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith, Mengenal Mudah Rukun Islam Rukun Iman Rukun Ihsan Secara Terpadu, (Bandung: Al Bayan, 1998), h.121 18 Syekh Muhammad Hisyam Kabbani, Tasawuf dan Ihsan, (Jakarta: Serambi Ilmu), h.39
28
Islam memandang dua kehidupan tersebut sebagai satu kesatuan dan sistem kerja yang terintegrasi.19 Menurut Cak Nun, “Ihsan” itu kebaikan yang lahir murni dari nurani manusia: orang berbuat baik meskipun tidak disuruh, tidak diwajibkan, tidak diatur oleh hukum atau etika.20 Kata Rasulullah setelah Iman itu Islam, kemudian Ihsan. Zakat itu Islam, maka kalau sodaqoh itu Ihsan. Sebab sodaqoh lahir dari nuranimu diri sendiri. Kalau Anda blusukan karena memang kebutuhanmu sendiri dan kebutuhan rakyatmu, dan itu murni tidak dibiayai APBD dan APBN maka itu Ihsan. Jadi Iman, Islam, Ihsan sangat jelas.21 Ihsan berarti yang terbaik. Rasulullah menegaskan agar kita meneladani karakter Allah. Dan karakter tertinggi Allah diyakni adalah Ihsan. Di dalam Alquran surat Ar-Rahman ayat 60 : “Tidak ada balasan Ihsan kecuali Ihsan”. Kalau kita melakukan yang terbaik maka Allah pasti akan memberikan yang terbaik. Hal ini bukan hanya untuk orang muslim tapi untuk setiap manusia. Ketika Allah memberitakan mengenai kematangan kebaikan, kebenaran, dan keindahan di Alquran selalu memakai kata Ihsan. Semua yang sifatnya puncak kebaikan selalu Allah menggunakan kata Ihsan. Ihsan adalah transform dari Iman menjadi Islam
19
H. S. Habib Adnan, “Pengantar dari Guru dan Sahabat”, dalam Ary Ginanjar Agustian, ESQ Power: Sebuah Inner Journey Melalui Al-Ihsan, (Jakarta: Penerbit Arga, 2003), h. xiii 20 Emha Aninun Nadjib, Allah 2014, artikel ini diakses pada 02 April 2015 di https://www.caknun.com/2012/allah-2014/ 21 Emha Aninun Nadjib, Allah 2014, artikel ini diakses pada 02 April 2015 di https://www.caknun.com/2014/membangun-karakter-ihsan-dengan-al-quran/
29
kemudian Ihsan. Gampangnya iman adalah benihnya, islam adalah pohon dan daun-daunnya, Ihsan adalah buahnya.22 Ada beberapa bagian Ihsan, termasuk semua sifat baik seorang mukmin seperti takwa, warak, zuhud, khusyuk, khudu (rendah hati), sabar, sidik (benar), tawakkal, adab (baik budi), tobat (kembali ke jalan yang benar), in‟abah (berpaling kepada Allah), hilm (lembut), rahmah (kasih sayang), dermawan, tawaduk (rendah hati), haya (sederhana), syajaa (berani), dan lain-lain.23 Dengan demikian semakin jelaslah bahwa kedudukan Ihsan yang disebutkan dalam Alquran merupakan maqam yang sangat tinggi. Sebagaimana dikatakan oleh malaikat Jibril, dalam sebuah hadits terkenal riwayat Bukhari & Muslim, Ihsan merupakan bagian hakiki dari agama. Ia menempatkannya
sejajar
dengan
Islam
(Ketundukan)
dan
Iman
(Keyakinan). Agama terdiri atas tiga hal, yaitu Islam, Iman, dan Ihsan, yang masing-masing memiliki definisinya sendiri, karena itu banyak ayat Alquran berbicara dengan Ihsan.24 C. Macam-macam Media Dakwah Media dakwah dapat digolongkan menjadi 5 golongan besar, yaitu: 1. Lisan: termasuk dalam bentuk ini ialah khutbah, pidato, ceramah, kuliah, diskusi, seminar, musyawarah, nasihat, ramah tamah, dalam anjang sana, obrolan secara bebas setiap ada kesempatan, yang kesemuanya dilakukan dengan lidah atau bersuara.
22
Emha Aninun Nadjib, Allah 2014, artikel ini diakses pada 02 April 2015 di https://www.caknun.com/2014/membangun-karakter-ihsan-dengan-al-quran/ 23 Syekh Muhammad Hisyam Kabbani, Tasawuf dan Ihsan, (Jakarta: Serambi Ilmu), h.43 24 Syekh Muhammad Hisyam Kabbani, Tasawuf dan Ihsan, (Jakarta: Serambi Ilmu), h.38
30
2. Tulisan (media cetak): Dakwah yang dilakukan dengan perantara tulisan seperti: Buku-buku, majalah, surat kabar, buletin, risalah, kuliah-kuliah tertulis, pamflet, pengumuman-pengumuman tertulis, spanduk dan lain sebagainya. Da‟i yang menguasai di bidang ini adalah da‟i yang ahli dalam jurnalistik yakni keterampian mengarang dan menulis. 3. Lukisan: yakni gambar-gambar hasil seni lukis, seperti foto dan lain sebagainya, bentuk tertulis ini banyak menarik perhatian orang dan banyak dipakai untuk menggambar suatu maksud ajaran yang ingin disampaikan kepada orang lain, misalnya komik-komik bergambar yang dewasa ini sangat disenangi anak-anak 4. Media Audio Visual: yaitu cara penyampaian yang sekaligus merangsang penglihatan dan pendengaran, misalnya, televisi, televisi dapat menyajikan sebuah gambar maupun sebuah suara, televisi dapat menjangkau masyarakat luas, televisi dewasa ini amat digandrungi oleh masyarakat pada umumnya, di zaman yang global ini tanpa televisi dunia terasa hampa bagi penggemar informasi, dengan adanya televisi dunia terasa sempit, kita dapat melihat kutub utara dengan bantuan televisi tanpa harus pergi ke kutub utara dan melihat berbagai penjuru dunia melalui media televisi ini, efektifitas sebuah televisi untuk berdakwah pada zaman sekarang sangatlah tepat dikarenakan dapat menjangkau umat yang berada di mana saja. 5. Internet: Internet adalah sejenis media massa yang agak baru, di Indonesia internet baru dimanfaatkan pada tahun 1996. seseorang
31
yang mempunyai komputer dapat tersambung dan berkomunikasi dengan jaringan computer lewat satelit. Penyiaran informasi melalui media internet tidak hanya oleh suatu lembaga yang bergerak dalam penyiaran informasi namun dapat dilakukan oleh perseorangan. Informasi yang dibuat seseorang dapat diketahui orang banyak sepanjang ia mempunyai jaringan. 6. Akhlak: Yaitu suatu cara penyampaian langsung ditunjukkan dalam bentuk perbuatan yang nyata seperti perbuatan-perbuatan yang terpuji.25 Dilihat dari segi sifatnya media dakwah dapat digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu: 1. Media Tradisional, yaitu berbagai macam seni dan pertunjukan yang secara tradisional dipentaskan di depan umum terutama sebagai hiburan yang memiliki sifat komunikatif seperti ludruk, wayang kulit, dan drama 2. Media Modern, yaitu media yang dihasilkan dari teknologi antara lain televisi, radio, pers dan lain-lain.26 D. Buku Sebagai Media Komunikasi dan Dakwah Secara istilah media merupakan jamak dari bahasa latin yaitu “median”, yang berarti alat perantara. Sedangkan secara istilah media berarti segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa media dakwah berarti 25
Hamzah Yaqub, Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership (Bandung: CV Diponegoro, 1992), Cet ke- 1, h. 47-48 26 Adi Sasono, et. al. Solusi Islam Atas Problematika Umat, (Ekonomi, (Pendidikan dan Dakwah), (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), Cet ke-1, h. 154
32
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan.27 Ali Aziz mengatakan “...Media dakwah adalah sarana atau perantara dalam menyampaikan pesan dakwah kepada khalayak. Media dakwah atau dalam bahasa arab dikenal dengan istilah wasilah dakwah, merupakan salah satu unsur dakwah di samping unsur lainnya seperti da‟i, mad‟u (mitra dakwah), maddah (materi), thariqoh (metode dakwah), atsar (efek)...”28 Beragam karya tulis, baik ilmiah, ilmiah populer, maupun fiktif seperti buku, novel, cerpen, dan cerber, biasanya digunakan orang untuk mengungkap
pesan.
Karya-karya
tersebut
merupakan
salah
satu
perwujudan media yang efektif dalam berdakwah, terutama ketika dakwah ditujukan kepada mereka yang telah memiliki budaya baca melebihi budaya tutur. Sebagai seorang sastrawan, Hamka juga dikenal pandai memainkan keindahan bahasa yang dimilikinya untuk menyeru umat manusia menuju jalan Allah. Semuanya dilakukan melalui media tulis, yang tentu saja berbeda bila dibandingkan dengan media lainnya dalam berdakwah.29 Apapun yang terjadi, buku memang telah mulai menjadi alternatif rujukan umat. Sehingga menjadikan buku sebagai sarana dakwah, taushiyah, maupun koreksi dan kritik terhadap sesama muslim, merupakan jalan yang layak untuk ditempuh. Asalkan semuanya berangkat dari niat 27
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),
h.163 28
M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), Cet-1, h.121 Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Dakwah; Teori Pendekan, dan Aplikasi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012), h. 36 29
33
yang mulia, dan untuk tujuan yang mulia pula, yaitu menuju pencerahan, menggapai kebenaran, dan tentu saja menghindarkan umat dari ”penyimpangan dan kesesatan” sebagai inti dakwah.30
30
Badiatul Muchlisin Asti, Berdakwah dengan Menulis Buku, (Bandung: Media Qalbu, 2004), Cet ke-1, h. 41-44
BAB III GAMBARAN UMUM ARY GINANJAR AGUSTIAN DAN BUKUNYA
A. Profil Ary Ginanjar Agustian 1. Riwayat Hidup Ary Ginanjar Agustian Di balik keberhasilan ESQ yang fenomenal, tentulah berdiri seorang tokoh yang inovatif dan kreatif. Tokoh pencetus ide sekaligus pendiri ESQ Leadership Center adalah Ary Ginanjar Agustian. Ary Ginanjar Agustian adalah seorang profesional yang telah berkecimpung di dunia bisnis selama lebih dari 20 tahun. Seorang pengusaha muda yang tidak pernah mengenyam pendidikan formal mengenai keagamaan atau psikologi. Ia mendalami bidang keagamaan dengan mandiri melalui metode kemerdekaan berpikir. Melalui buku-buku yang dipelajari, perenungan serta pengalamannya tersebut Ary Ginanjar menulis sebuah buku yang sangat fenomenal “ESQ: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual”. Di dalam buku tersebut ia menyampaikan gagasan bahwa untuk mencapai keberhasilan, kecerdasan intelektual (IQ) saja tidak cukup. Diperlukan kecerdasan emosional (EQ) yang akan memberikan keterampilan dalam bersosialiasi dan berhubungan dengan orang lain, serta kecerdasan spiritual (SQ) yang akan memberikan jawaban atas eksistensi diri. Untuk menggabungkan ketiga kecerdasan tersebut, Ary Ginanjar merancang sebuah konsep yang disebutnya The ESQ Way 165, yaitu sebuah konsep pembangunan karakter yang komprehensif dan integratif berdasarkan satu nilai universal, enam prinsip pembanguan mental dan lima langkah aksi.1
1
Artikel ini diakses pada Selasa, 31 Maret 2104 di http://www.esqway165.com/about-us/founder/
34
35
Ary Ginanjar Agustian mengawali Training ESQ Leadership Center dari sebuah buku Best Seller ini yang di awali dari bedah buku dan seminar sehingga menjadi sebuah Training Profesional yang terpadu dan terencana dengan baik. untuk mencapai Indonesia Emas 2020 - 2030 - 2045.2 Untuk menyampaikan konsep tersebut, Ary Ginanjar merancang metode training yang menggunakan teknologi tinggi dan multimedia modern. Ia kemudian mendirikan lembaga training pembangunan karakter yaitu ESQ Leadership Center. Sampai saat ini jumlah trainer ESQ yang mendapatkan lisensi dari Ary Ginanjar sudah mencapai hampir 100 orang. Mereka telah mendapatkan pembinaan dan pendidikan secara sistematis melalui rangkaian training dengan sistem mentoring, computer based training (CBT), dan sebagainya. Keberhasilannya dalam memberikan motivasi dan semangat perubahan melalui buku serta training tersebut, membuat Ary Ginanjar terpilih sebagai salah satu The Most Powerful People and Ideas in Business 2004 oleh Majalah Swasembada. Ia juga terpilih menjadi Tokoh Perubahan 2005 oleh Koran Republika serta didaulat menjadi Pengurus Dewan Pakar ICMI periode 2005– 2010.3 Pada Maret 2007, Ary Ginanjar juga telah berhasil memperkenalkan ESQ di Oxford, Inggris. Dalam sebuah pertemuan yang diselenggarakan oleh The Oxford Academy of Total Intelligence tersebut Ary Ginanjar telah memukau sejumlah pakar Spiritual Quotient (SQ) dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Australia, Denmark, Belanda, Nepal dan India. Penghargaan serta pengakuan atas konsep The ESQ Way 165 sebagai metode pembangunan karakter terus mengalir. Pada peringatan Sumpah Pemuda di 2
Artikel ini diakses pada Senin, 06 April 2015 di http://aryginanjar.com/ Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Spiritual ESQ Jilid 1, (Jakarta: Arga Tilanta, 2012), Edisi revisi, h. Tentang Penulis 3
36
tahun 2009, Ary Ginanjar menerima penghargaan dari Menteri Pemuda dan Olah Raga (Menpora) yang bertajuk “ESQ Model sebagai Metode Pembangunan Karakter”. Kemudian pada tahun yang sama Majalah Biografi Politik juga menobatkan Ary Ginanjar sebagai Pemimpin Muda Berpengaruh 2009. Sebagai penghargaan atas kontribusi ESQ dalam pembangunan karakter di lingkungan Kepolisian RI maka di tahun 2010 Ary Ginanjar menerima pula penghargaan dari Kepala Kepolisian Republik Indonesia. Konsep The ESQ Way 165 sebagai metode pembangunan karakter juga telah diakui secara akademis melalui penganugerahan gelar Doctor Honoris Causa oleh Universitas Negeri Yogyakarta kepada Ary Ginanjar pada Desember 2007. Ary Ginanjar juga mendapat kepercayaan untuk mengajar mata kuliah “Strategi Pendidikan Karakter” di program pascasarjana UNY.4 Kini, Ary Ginanjar yang lahir pada 24 Maret 1965, adalah Presiden Direktur PT Arga Bangun Bangsa dan Pendiri ESQ Leadership Center, pusat penyelenggaraan training ESQ. ESQ adalah sebuah ikon dan Ary Ginanjar telah mengenalkan paradigma baru dalam bidang SDM yang menyinergikan science, sufisme, psikologi, dan manajemen dalam satu kesatuan yang terintegrasi dan transedental dalam konsep ESQ Way 165. Berikut Data Pribadi Ary Ginanjar Agustian:5
Tempat & Tanggal Lahir
4 5
ary-ginanjar/
Bandung, 24 Maret 1965
Latar Belakang Pendidikan
Ary Ginanjar Agustian, Mengapa ESQ, (Jakarta: Arga Tilanta, 2011), Cet. Ke-3, h. Cover dalam Data ini diakses pada 06 Juli 2015 dari https://pakarpembangunankarakter.wordpress.com/siapa-
37
1983-1986 Manajemen Pariwisata, Sekolah Tinggi Pariwisata-Bandung, Indonesia
1986-1987 Manajemen Pariwisata, TAFE College – Adelaide, Australia
1988-1990 Sarjana Sains Terapan, Universitas Udayana – Denpasar, Indonesia
2007 Doctor Honoris Causa (H.C.) di Bidang Pembangunan Karakter, Universitas Negeri Yogyakarta – Indonesia
Penghargaan
2004: “The Most Powerful People and Ideas in Business” oleh Majalah Swasembada
2005: Koran Sindo; Tokoh Perubahan
2005: “Agents of Change in 2005″ oleh Harian Republika Wakil Ketua Dewan Ahli, Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI)
2008: “Hero of New Period” oleh Majalah Simpati Zone
2009: “One of The Most Powerful People” oleh majalah Biografi Politik
2009: “ESQ Model sebagai Metode Pembangunan Karakter” oleh kementerian Pemuda dan Olahraga, Republik Indonesia.
2009: “Preaching Dedication” oleh Nahdlatul Ulama
2009: “Golden Honorary Police” oleh Kepala Kepolisian Wilayah Jawa Barat”
2010: “Pembangunan Karakter Kepolisian RI atas Kontribusi ESQ” oleh Kepolisisan RI
2011: “Anugerah Darjat Khalifah Kalam” oleh PIKUM, Malaysia
2012: “Pemilik HKI Sukses” oleh Wakil Presiden Republik Indonesia
2013: “Tokoh Inspiratif” oleh Balai Pustaka dan Majalah Horison
38
“Tokoh Integritas Nasional” oleh Komunitas Pengusaha Anti Suap Indonesia “Sebagai Amirul Hajj” oleh Dirjen Haji dan Umroh, Kementerian Agama RI dalam rangka Program Pembangunan Karakter Bagi Para Petugas dan Jamaah Haji
Pembicara Di Seminar Internasional 2007: “SQ in Islam”. Oxford, United Kingdom 2008: “The Asia HRD Congress”, Jakarta – Indonesia 2009: “The Asia HRD Congress”, Kuala Lumpur – Malaysia 2010: “Program for Advanced Leadership and Management (PALM)”, Madinah – Saudi Arabia
Kegiatan Sosial 2004: Pendiri Yayasan Wakaf Bangun Nurani Bangsa 2006: Pendidiri Yayasan Cahaya 165 2007: Pendiri Yayasan Ary Ginanjar Agustian
2. Sejarah ESQ Leadership Center Sesuatu yang besar tentu bermula dari satu titik saja. Begitu pula dengan keberadaan ESQ di Indonesia. Bermula dari sebuah buku yang diterbitkan dan dipasarkan sendiri oleh penulisnya, ESQ kemudian bertransformasi menjadi sebuah pelatihan sumber daya manusia. Menyadari bahwa proses sama pentingnya dengan hasil akhir, ESQ terus bergerak berbenah dalam wadah ESQ Leadership Center, maka sebuah gerakan pencerahan pun dimulai.6 ESQ Leadership Center adalah lembaga training sumber daya manusia yang bertujuan membentuk karakter melalui penggabungan 3 potensi manusia yaitu kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Selama ini, ketiga potensi tersebut 6
Artikel ini diakses pada Selasa, 31 Maret 2104 di http://www.esqway165.com/about-us/
39
terpisah dan tidak didayagunakan secara optimum untuk membangun sumber daya manusia. Akibatnya, terjadi krisis moral dan split personality yang berdampak pada turunnya kinerja. Lebih buruk lagi, mereka menjadi manusia yang kehilangan makna hidup serta jati dirinya. Training ESQ adalah solusi untuk menjawab permasalahan tersebut dengan menggunakan metode spiritual engineering yang komprehensif serta berkelanjutan. Melalui training ESQ, ketiga potensi manusia digabungkan dan dibangkitkan sehingga terbentuk karakter yang tangguh, peningkatan produktivitas sekaligus melahirkan kehidupan yang bahagia dan penuh makna . Setelah 10 tahun berdiri, sejak 16 Mei 2000, ESQ telah menjadi salah satu lembaga pelatihan sumber daya manusia terbesar di Indonesia. Setiap bulan terselenggara rata-rata 100 even training di dalam maupun luar negeri, dan menghasilkan alumni per bulan rata-rata 10.000-15.000 orang. Sampai dengan saat ini, telah terselenggara lebih dari 5,000 training (data per November 2010) dengan total alumni hampir 1 juta orang (data per Nopember 2010). Untuk melaksanakan itu semua, ESQ Leadership Center saat ini didukung lebih dari 500 orang karyawan. Sejak tahun 2006, mulai diselenggarakan training di luar negeri seperti Malaysia, Brunei, Singapura, Belanda, Amerika Serikat, dan Australia. Tahun 2009, beberapa negara lainnya seperti Jepang, Dubai, Mesir pun menunggu untuk terselenggaranya training ESQ. Khusus di Malaysia, sejak bulan April 2007 secara resmi dibuka cabang ESQ. Training ESQ bukan hanya ditujukan bagi kalangan dewasa namun juga bagi mahasiswa, remaja dan anak-anak, sebagai generasi penerus masa depan yang harus diselamatkan. Menyadari akan tanggung jawab sosialnya, ESQ Ledership
40
Center bekerjasama dengan Forum Komunikasi Alumni ESQ telah melaksanakan berbagai program bagi masyarakat dan salah satu diantaranya adalah training cuma-cuma bagi lebih dari 100,000 (data per November 2010) guru di seluruh Indonesia. Tujuannya, agar para guru memiliki kecerdasan emosional dan spiritual di samping kecerdasan intelektual dan membangun ketiga kecerdasan tersebut pada para siswa. Program tersebut akan terus digulirkan hingga target minimum 1 juta orang guru tercapai pada tahun 2020. 3. Visi dan Misi ESQ Visi Terwujudnya peradaban emas dan kehidupan yang penuh arti bagi berjuta manusia di dunia.7 Misi Melakukan percepatan transformasi karakter dan budaya bangsa melalui The ESQ Way 165. Nilai 7 BUDI UTAMA: 1. Jujur 2. Tanggung jawab 3. Visioner 4. Disiplin 5. Kerjasama 6. Adil 7. Peduli
7
and-mission/
Artikel ini diakses pada Senin, 06 April 2015 di http://www.esqway165.com/about-us/vission-
41
4. ESQ Sebagai Solusi Manusia memiliki tiga modal dalam bekerja yaitu modal materil atau fisik, modal sosial, dan modal spiritual. Modal fisik (physical capital) berupa keterampilan atau pengetahuan, modal sosial (social capital), yaitu rasa kebersamaan serta keterikatan emosi, dan modal spiritual (spiritual capital), yaitu kemampuan mengenal diri sebagai hamba Tuhan. Untuk mengelola ketiga modal tadi, diperlukan tiga jenis kecerdasan. Fungsi IQ adalah “What I think” (apa yang saya pikirkan) untuk mengelola kekayaan fi sik atau materi; fungsi EQ adalah “What I feel” (apa yang saya rasakan) untuk mengelola kekayaan sosial; dan fungsi SQ adalah “Who am I” (siapa saya) untuk mengelola kekayaan spiritual. Agar dapat melahirkan manusia yang memiliki motivasi total, maka tidak cukup hanya dengan mengasah potensi kecerdasan intelektual (IQ), namun perlu dipertajam potensi emosi (EQ) dan juga dilandasi potensi spiritual (SQ). Training ESQ yang menggunakan konsep The ESQ Way 165 adalah sebuah metode training yang mampu menggabungkan tiga potensi dasar manusia, yaitu kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ) sehingga memberikan motivasi intelektual, emosional, dan spiritual dalam upaya meraih kebahagiaan hakiki. Dalam kaitannya dengan upaya internalisasi misi,visi, dan nilai, ESQ Training mampu menjadikan ketiga hal itu menjadi sebuah keyakinan pribadi (personal beliefs). Dampak bagi individu adalah menemukan makna bekerja dan termotivasi oleh sebuah alasan spiritual sedangkan bagi insitusi tempatnya bekerja adalah meningkatkan produktivitas dan loyalitas pekerja.
42
5. Karya-karya Ary Ginanjar Agustian a. Buku ESQ 1.
Bangkit Dengan 7 Budi Utama (Revisi)
2.
Building The Best Indonesian Bussiness Way
3.
Cergam 7 Budi Utama for Kids (Adil)
4.
Cergam 7 Budi Utama for Kids (Disiplin)
5.
Cergam 7 Budi Utama for Kids (Nilai Kejujuran )
6.
Cergam 7 Budi Utama for Kids (Nilai Kerjasama)
7.
Cergam 7 Budi Utama for Kids (Nilai Tanggung Jawab )
8.
Cergam 7 Budi Utama for Kids (Peduli)
9.
Cergam 7 Budi Utama for Kids (Visioner)
10. Cergam Kedisiplinan Nabi (Bilingual) 11. Cergam Nabi Yang Jujur (Bilingual) 12. Cergam Nabi Yang Peduli (Bilingual) 13. Cergam Nabi Yang Visioner (Bilingual) 14. Cergam Tanggung Jawab Nabi (Bilingual) 15. Dialog Suara Hati 16. ESQ For Teens 1 17. ESQ For Teens 2 18. ESQ For Teens 3 19. ESQ Kurma 20. ESQ Kurma For Teens 21. ESQ Power 22. Komik esq For Kids 1-6 23. Komik Sang Pemenang
43
24. Munajat Suara Hati Dan Nasihat Asmaul Husna 25. Paket Buku ESQ Jilid HC - NEW 26. Paket Buku ESQ Teens - NEW 27. Rahasia Sukses Membangun ESQ Arabic Ver 28. Rahasia Sukses Membangun ESQ English Ver 29. Rahasia Sukses Membangun ESQ Jilid 1 (HC) 30. Rahasia Sukses Membangun ESQ Jilid 2 (HC) 31. Rahasia Sukses Membangun ESQ Jilid 2 (SC) 32. Spiritual Company 33. Spiritual Samurai HC 34. Why ESQ?8 b. Training ESQ Training ESQ yang menggunakan konsep The ESQ Way 165 adalah sebuah metode training yang mampu menggabungkan tiga potensi dasar manusia, yaitu kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ) sehingga memberikan motivasi intelektual, emosional, dan spiritual dalam upaya meraih kebahagiaan hakiki. Dalam kaitannya dengan upaya internalisasi misi,visi, dan nilai, ESQ Training mampu menjadikan ketiga hal itu menjadi sebuah keyakinan pribadi (personal beliefs). Dampak bagi individu adalah menemukan makna bekerja dan termotivasi oleh sebuah alasan spiritual sedangkan bagi insitusi tempatnya bekerja adalah meningkatkan produktivitas dan loyalitas pekerja. Diantara training ESQ ini yaitu: Character Building Series 8
Data ini didapatkan melalui gmail email dari staff ESQ Store oleh Edie Purnomo Fariki pada Rabu, 01 April 2014
44
1. ESQ Character Building 1: Personal Transformation 2. ESQ Character Building 2: Mission & Character Building 3. ESQ Character Building 3: Self Control & Collaboration 4. ESQ Character Building 4: Total Action 5. ESQ Character Building For Kids 6. ESQ Parenting Heart Series 1. Service From Heart 2. Communication From Heart 3. Leadership From Heart Dan beberapa kegiatan ESQ antara lain: 1. ESQ Bussines School 2. ESQ Tour 3. ESQ Haji Dan Umrah 4. ESQ Wakaf Dan Zakat B. Sekilas Tentang Buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ” Jilid 1 Dalam buku ini, Ary Ginanjar Agustian berusaha menggabungkan Emotional Intelligence (EQ) yang didasari dengan hubungan antara manusia dengan Tuhannya (SQ), sehingga menghasilkan ESQ: Emotional and Spiritual Quotient. Ary Ginanjar memaparkan pemikirannya melalui sebuah ESQ Model, yang menggambarkan
45
seluruh pemahaman dan fenomena secara komprehensif. Bermula dari titik fitrah, berlanjut kepada pembangunan prinsip hidup yang membangun mental, hingga ketangguhan sosial yang dirangkumkan secara berintegrasi. Sungguh sebuah fenomena mengharukan, bahwa selama ini kurang lebih 1400 tahun lamanya harta karun yang tak ternilai harganya itu, terpendam begitu saja tanpa pernah dimaknai keberadaannya. Ia hanya terdapat di baris-baris paragraf dalam buku-buku agama penghias rak pepustakaan. Sebuah harta karun yang nilai intrinsiknya tak terukur tingginya, dialah Rukun Iman, Rukun Islam, dan Ihsan. Peletakan nilai-nilai akidah yang telah dilakukan Rasulullah SAW berabad-abad lampau yang mengantarkan Islam pada keagungan dan kejayaan, serta telah banyak melahirkan generaswi-generasi peretas dunia, dari gelap gulita ke alam pencerahan pikiran. Bahwasanya Ihsan, Rukun Iman, dan Rukun Islam bukan hanya sebuah ajaran ritual semata, tetapi memiliki makna maha penting dalam pembangunan kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ) sebuah bangsa.9 Adapun Ihsan, Rukun Iman dan Rukun Islam, di samping sebagai petunjuk bagi umat Islam; sejatinya pokok pikiran dalam Ihsan, Rukun Iman, dan Rukun Islam tersebut juga merupakan pembimbing dalam mengenali ataupun memahami perasaan kita sendiri; perasaan orang lain; memotivasi diri; serta mengelola emosi dalam berhubungan dengan orang lain. Hal inilah yang mendasari pemikiran buku ini, bahwa Rukun Iman dan Rukun Islam adalah sebuah metode pembangunan emotional intelligence (EQ) yang didasari oleh hubungan antara manusia dengan Tuhannya (SQ), sehingga dinamakan dengan Emotional and Spiritual Quotient (ESQ). Selama ini, terjadi semacam stereotip bahwa Ihsan, Rukun Iman, dan Rukun Islam adalah untuk keperluan akhirat, dan ajaran Barat untuk keberhasilan dunia. 9
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Spiritual ESQ, (Jakarta: Arga Publishing, 2010), Cet. Ke-51, h. 379
46
Akibatnya, bagi orang yang cenderung pada kepentingan akhirat, mereka akan bergeser ke arah kanan, tetapi terkadang terlalu ke kanan, yang kemudian mengakibatkan lahirnya “kaum sekular kanan”. Mereka-merekalah yang kemudian mengabaikan tugasnya semasa di dunia. Sebaliknya, kelompok yang terlalu berorientasi pada dunia, berdeser ke arah kiri dan rentan untuk terlalu ke kiri. Akibatnya terbentuklah “kelompok sekular kiri” yang mengesampingkan kepentingan akhirat atau spiritual.10 Pemikiran dalam buku ini bertuajuan untuk menggeser mereka ke tengah. Kelompok sekular kiri diharapkan bergerak ke kanan, dan kaum sekular kanan dapat bergerak ke kiri, sehingga berada pada titik temu seimbang. Keberhasilan sejati baik di dunia maupun akhirat serta kebahagiaan hakiki, baik lahiriah dan batiniah melalui mekanisme Ihsan yang satu, Rukun Iman yang enam, dan Rukun Islam yang lima, akan tercipta manusia unggul hasil celupan Allah. Inilah sejatinya The ESQ Way 165. Buku ini terdiri dari empat bagian yang masing-masing memaparkan mengenai unsur-unsur yang terdapat pada ESQ Model. Pada bagian satu (Zero Mind Process– Penjernihan Emosi), penulis mengharapkan pembaca dapat berpikir secara jernih terlepas dari belenggu pemikiran yang selama ini menghalangi kecerdasan emosi manusia. Hasil dari penjernihan emosi ini dinamakan "God-Spot" atau fitrah. Pada bagian dua (Mental Building), Ary Ginanjar menjelaskan tentang arti pentingnya alam pikiran. Di tahap ini, penulis menjabarkan mengenai cara membangun alam berpikir dan emosi secara sistematis berdasarkan Rukun Iman yang diperkenalkan dengan istilah Enam Prinsip, yaitu:11 1. Star Principle – Prinsip Bintang (Iman kepada Allah) 10
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Spiritual ESQ, (Jakarta: Arga Publishing, 2010), Cet. Ke-51, h. 382 11 Artikel ini diakses pada Senin, 06 April 2015 di http://www.bukuesq.wordpress.com/tag/resensibuku-esq/
47
2. Angel Principle – Prinsip Matahari (Iman kepada Malaikat) 3. Leadership Principle – Prinsip Kepemimpinan (Iman kepada Nabi dan Rasul) 4. Learning Principle – Prinsip Pembelajaran (Iman kepada Al Qur’an) 5. Vision Principle – Prinsip Masa Depan (Iman kepada Hari Kemudian) 6. Well Organized Principle – Prinsip Keteraturan (Iman kepada Ketentuan Allah) Pada bagian tiga (Personal Strength–Ketangguhan Pribadi), berisi mengenai penjabaran mengenai tiga langkah pengasahan hati yang dilaksanakan secara berurutan dan sangat sistematis berdasarkan Rukun Islam. Langkah ini dimulai dengan Mission Statement (Dua Kalimat Syahadat), dilanjutkan dengan Character Building (Shalat 5 Waktu) dan diakhiri dengan Self Controlling (Puasa). Dengan melakukan ketiga langkah ini, pembaca diharapkan dapat memiliki ketangguhan pribadi. Menurut penulis, ketangguhan pribadi perlu diimbangi dengan ketangguhan sosial yang dapat diwujudkan dengan pembentukan dan pelatihan untuk melakukan sinergi dengan orang lain atau dengan lingkungan sosialnya. Pelatihan yang diberikan dinamakan Strategic Collaboration atau Langkah Sinergi (Zakat) dan Total Action atau Langkah Aplikasi Total (Haji). Inti dari buku ini adalah untuk menjadi seorang yang sukses, tidak hanya dibutuhkan intelegensi yang tinggi tapi juga kecerdasan emosi yang tidak hanya berorientasi pada hubungan antar manusia semata tapi juga didasarkan pada hubungan manusia dengan Tuhannya. Buku ini mensinergikan kebenaran ajaran Islam dengan penemuan ilmiah dan teori-teori dari para pakar ilmu pengetahun di “Barat”, khususnya ilmuwan di bidang EQ atau kecerdasan emosi.
48
Buku ini tidak mengangkat dimensi IQ yang sudah tuntas dibahas oleh para ahli, namun bagaimana cara menyatukan tiga potensi dasar dalam satu kesatuan untuk menciptakan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang tidak saja memiliki intelektualitas namun juga memiliki kecerdasan emosi yang dituntun oleh kecerdasan spiritual.12 Buku yang perlu dibaca, tidak hanya oleh kalangan agamawan atau ilmuwan tetapi juga oleh masyarakat umum. Dan hendaknya dijadikan bahan acuan pemikiran dan langkah bagi masyarakat Indonesia pada umumnya dan umat Islam khususnya demi kemajuan bangsa dan negara secara keseluruhan.
12
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Spiritual ESQ, (Jakarta: Arga Publishing, 2010), Cet. Ke-51, h. viii
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA Berdasarkan data yang telah didapat yang bersumber dari data primer dan sekunder, peneliti akan menguraikan teks-teks yang terdapat dalam Buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient” Jilid 1 karya Ary Ginanjar Agustian, baik itu teks secara umum dan teks wacana Ihsan secara khusus. Dalam penelitian ini, peneliti akan memaparkan
temuan-temuan
data
berdasarkan
teks
secara
umum,
mewacanakannya, dan mendiskripsikan kalimat-kalimat yang memiliki muatanmuatan sebagai wacana Ihsan. A. Analisis Teks dalam Buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient” Jilid 1 Pada bab ini pembahasan akan difokuskan pada analisis teks melalui struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro, selain itu akan dibahas pula analisis konteks sosial dan analisis kognisi sosial. Sebelum melakukan pembahasan, terlebih dahulu akan dipaparkan sub bab bagian I Zero Mind Process (ZMP) Proses Pembersihan Hati dan Pikiran yang akan diteliti dalam buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient” Jilid 1 antara lain: Anggukan universal, Tujuh belenggu; (Prasangka negatif, Prinsip hidup, Pengalaman, Kepentingan & Prioritas, Sudut Pandang, Pembanding, Fanatisme), Lahirnya Kesadaran Diri, Hasil ZMP, Sumber Suara Hati Fitrah, Hasil Akhir ZMP; Melahirkan suara hati fitrah kembali (inner voice). Itulah bagian-bagian yang akan dianalisis berdasarkan teks dan temuan data pada buku ini. 49
50
1.
Struktur Makro (Tematik) Berdasarkan model analisis wacana Van Dijk, struktur makro merupakan tema atau dikenal dengan istilah tematik. Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan wartawan (penulis) dalam pemberitaannya. Oleh karena itu ia sering disebut sebagai tema atau topik. Dalam hal ini adalah apa yang diungkapkan oleh penulis buku ini.1 Analisis tematik dalam penelitian ini akan dijabarkan berdasarkan data-data yang didapatkan dari seluruh bagian 1 dalam buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient” Jilid 1, yaitu Zero Mind Process (ZMP) Proses Pembersihan Hati dan Pikiran. Ada pun tema dalam pembahasan kali ini terdapat tiga bagian. a. Membebaskan diri dari belenggu pikiran Setiap manusia dikaruniai suara hati fitrah yang merupakan sumber kebaikan seseorang, bahkan suara hati fitrah dapat menuntun hidup seseorang ke arah yang lebih baik. Pada hakikatnya suara hati fitrah berarti dorongan atau kehendak hati yang sesuai dengan fitrah dan terbebas dari berbagai belenggu pikiran. Adapun yang dimaksud belenggu pikiran disini ada tujuh macam,
yaitu:
Prasangka,
Prinsip
Hidup,
Pengalaman,
Kepentingan, Sudut Pandang, Pembanding, dan Fanatisme.
1
Eriyanto, Analisis Wacana, (Yogyakarta: LKIS, 2006), Cet. Ke-5, h. 229
51
Ketujuh belenggu inilah yang harus dibersihkan dalam diri manusia, sehingga ia terbebas dari apa yang membelenggu pikirannya, khususnya suara hati fitrahnya. Sebagaimana yang diungkapkan dalam teks berikut: “Kisah nyata itu, kiranya bisa menjelaskan bahwa sebuah keterangan, sepotong kalimat atau suatu kejadian, mampu membelenggu pikiran seseorang.” Belenggu-belenggu tersebut mampu menghasilkan sebuah sikap atau tindakan yang dapat merugikan dirinya bahkan merugikan orang lain di sekitarnya. Berapa banyak orang terjebak dalam sebuah situasi yang membelenggu pikirannya atau membelenggu suara hati fitrahnya bahkan berakibat pada hilangnya sebuah kesempatan dan peluang berharga yang baik untuk dirinya. Maka dari itu, setiap manusia harus membebaskan dirinya dari segala hal yang membelenggunya agar terhindar dari hal-hal yang dapat merugikannya dan merugikan orang lain di sekitarnya. Sebagimana diterangkan dalam hadis, Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: ” Ingatlah bahwa dalam jasad ada sekerat daging, jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)2
2
Terjemah hadis ini diambil dari buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient” Jilid 1 karya Ary Ginanjar Agustian hal. 3
52
Hadis ini begitu erat kaitannya dengan tema membebaskan diri dari belenggu pikiran dimana hati merupakan komponen utama akan kebaikan yang ada pada diri seseorang, oleh karena itulah suara hati fitrah merupakan sumber kekuatan yang ada dalam diri kita untuk membebaskan diri dari belenggu-belenggu negatif yang akan selalu membawa dampak negatif dalam kehidupan kita. b. Bereaksi positif dalam segala hal Seringkali seseorang tidak tepat dalam bereaksi dan bersikap dalam menghadapi segala hal yang dihadapinya dalam sebuah situasi. Untuk itu setiap orang diharuskan agar senantiasa menggunakan suara hati fitrahnya dalam segala situasi agar dapat menentukan pilihan terbaik yang seharusnya ia lakukan. Sebagaimana yang diungkapkan dalam teks berikut: “Setiap diri telah dikarunia oleh Tuhan sebuah jiwa, yang dengan jiwa itu, ia bebas menentukan pilihan reaksi. Bereaksi positif atau negatif, bereaksi berhenti atau melanjutkan, berekasi marah atau sabar, bereaksi reaktif atau proaktif, berekasi baik atau buruk.” Hal ini berarti menandakan bahwa diperlukan jiwa yang bersih berdasarkan suara hati fitrah agar bisa berekasi positif, yaitu dengan cara membersihkan hati dan pikiran dari tujuh belenggu yang dapat menghasilkan sikap dan tindakan yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah SWT:
53
Artinya: “Allah mengilhami (sukma) kejahatan dan kebaikan. Sungguh, beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan Sungguh merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams 91: 8-10)3 Sebagaimana yang dikatakan Cak Nun, Ihsan berarti yang terbaik. Kalau kita melakukan yang terbaik maka Allah pasti akan memberikan yang terbaik. Ketika Allah memberitakan mengenai kematangan kebaikan, kebenaran, dan keindahan di Alquran selalu memakai kata Ihsan. Semua yang sifatnya puncak kebaikan selalu Allah menggunakan kata Ihsan. Intinya tindakan yang baik atau positif pasti akan berbuah baik dan positif juga, maka rekasi atau tindakan positif berarti Ihsan. c. Kemerdekaan berpikir Ada saat dimana seseorang perlu mengesampingkan segala sesuatu yang diketahui, diyakini, dan dirasakannya, sehingga dapat terbebas dari belenggu pikiran yang dapat merusak banyak hal. Mungkin kerusakan itu tidak instan, tetapi keruskan itu datang perlahan-lahan hingga menimbulkan kerusakan besar. Hal ini sangatlah penting agar seseorang dapat berpikir jernih (merdeka) dan akhirnya menghasilkan output yang baik, bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk orang lain di sekitarnya. Sebagaimana yang diungkapkan dalam teks berikut:
3
Terjemah ayat ini diambil dari buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient” karya Ary Ginanjar Agustian Jilid 1 hal. 39
54
...“Meski secara fisik terbelenggu, ia mampu berpikir merdeka. Inilah kemerdekaan berpikir.” Sungguh banyak keuntungan yang akan didapatkan seseorang jika mampu berpikir jernih (merdeka) dalam segala hal, bahkan sesuatu yang sejatinya akan berdampak negatif justru bisa berbalik dan akhirnya dapat berdampak positif. Keadaan ini tidak sedikit dialami oleh sedikit orang, melainkan banyak dialami oleh orang yang mau melakukannya (berpikir jernih). Hal ini bisa dilakukan sesorang dengan menggunkan suara hati fitrahnya yang murni dalam segala situasi yang dihadapinya sebagai sumber kebenaran dan penuntun hidupnya, sehingga output yang dihasilakan selalu positif. Sebagimana diterangkan dalam Alquran:
Artinya: “Sesungguh, kebenaran jelas(berbeda) dari kesesatan. Maka barangsiapa ingkar kepada Thaghut (syaithan dan sembahan selain Allah), dan ia beriman kepada Allah, sungguh, ia berpegang pada tali yang kuat yang tidak akan putus.” (QS. Al-Baqarah 2: 256)4 Ada beberapa bagian ihsan, termasuk semua sifat baik seorang mukmin seperti takwa, warak, zuhud, khusyuk, khudu (rendah hati), sabar, sidik (benar), tawakal, adab (baik budi), tobat (kembali ke jalan yang benar), in’abah (berpaling kepada Allah),
4
Terjemah ayat ini diambil dari buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient” Jilid 1 karya Ary Ginanjar Agustian hal. 41
55
hilm (lembut), rahmah (kasih sayang), dermawan, tawaduk (rendah hati), haya (sederhana), syajaa (berani), dan lain-lain. Walapun kemerdekaan berpikir (Berpikir Jernih) tidak disebutkan disini, tentulah hal itu merupakan bagian dari sifat baik seorang mukmin. 2.
Superstruktur (Skematik) Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Struktur skematik atau superstruktur menggambarkan bentuk umum dari suatu teks. Bentuk teks umumnya terdiri dari pendahuluan, isi, dan penutup. Untuk melihat bentuk teks itu seperti apa, dapat dibagi menjadi dua kategori besar yaitu: Pertama, summary; yang umumnya ditandai dengan dua elemen yakni judul dan lead (teras berita). Kedua, story; yakni isi berita secara keseluruhan. Judul pada bagian satu buku ini adalah Zero Mind Process (ZMP); Proses Pembersihan Hati dan Pikiran. Judul ini mengandung arti bahwasanya sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa kita telah dikarunia sebuah jiwa yang dengan jiwa itu kita bebas menentukan sebuah pilihan, yakni bereaksi positif atau negatif. Oleh karena itu, tentunya seseorang dapat memilih reaksi positif sebagai pilihan terbaik dengan cara menggunakan suara hati fitrahnya yang murni, sehingga seseorang itu dapat terbebas dari berbagai belenggu negatif akan hati dan pikirannya yang pada akhirnya dapat membawa kepada kesucian hati
56
yang fitrah. Hal ini tentu sangat sesuai dengan kriteria Ihsan, sebagaimana yang dikatakan oleh Syeikh Ali bin Muhammad Al-Jurjani (w.816 H) dalam Kitab al-Ta’rifat: Ihsan adalah kata benda-verbal (mashdar) yang mengacu kepada apa yang seharusnya dilakukan seseorang dengan cara yang sebaik-baiknya. Begitupun dengan apa yang dikatakan oleh Syeikh Muhammad Hisyam Al-Kabbani dalam bukunya Tasawuf dan Ihsan: Ihsan adalah menghiasi diri dengan sifat-sifat baik, dan memperelok diri secara batin dan lahir. Lead atau teras berita yang terdapat dalam bagian ini adalah “Sungguh, Allah tidak akan mengubah (nasib) satu kaum jika mereka tidak mengubah keadaanya sendiri..” QS Ar-Ra’d (Gemuruh) 13:11. Begitulah Ary Ginanjar Agustian menjadikan ayat suci Alquran, yaitu surat Ar-Ra’d 13:11 sebagai lead atau teras berita dalam bagian satu ini. Tentulah ayat ini memiliki makna yang berkaitan erat dengan judul tersebut, yakni diri kita sendirilah sebenarnya penanggung jawab penuh dari semua reaksi, sikap, dan juga keputusan. Diri sendirilah penanggung jawab utama atas sikap yang diambil, bukan lingkungannya. Diri sendirilah sesungguhnya penentu pilihan tersebut. Inti dari semua isi teks pada bagian ini adalah semua manusia sebenarnya memiliki suara hati fitrah yang sama, universal dan terekam dalam God Spot (fitrah), dengan syarat hati manusia berada dalam kondisi fitrah (suci). Oleh karena itu, untuk mencapai derajat Ihsan kita harus dalam kondisi yang suci terlebih dahulu agar kita senantiasa dapat menggunakan suara hati fitrah kita sebagai penuntun setiap tindakan dan
57
jalan hidup kita. Serta kita harus senantiasa memeliharanya dengan dzikir Asmaul Husna yang merupakan sumber suara hati fitrah, yaitu dengan melakukannya di setiap doa dan di akhir shalat. Dengan begitu perlahanlahan kita akan merasakan sebuah getaran di dasar hati dan sebuah makna akan terpancar dari Asmaul Husna. Orang yang merdeka adalah yang terbebas dari belenggu prasangka negatif, prinsip-prinsip hidup yang salah, pengalaman yang membelenggu pikiran, egoisme kepentingan, pembanding-pembanding subjektif, dan belenggu fanatisme yang menyesatkan. Sehingga hasil akhir yang diharapkan pada teks ini adalah lahirnya suara hati murni, atau dianamakan fitrah (God Spot), yaitu kembali pada hati suci yang fitrah dan terbebas dari berbagai belenggu pikiran negatif yang menutup suara hati fitrah. Dengan kata lain suara hati futrah merupakan kunci bagi pencapaian Ihsan itu sendiri. 3.
Struktur Mikro a. Semantik Semantik merupakan salah satu kerangka analisis Van Dijk yang melihat kepada satuan terkecil dari struktur kebahasaan berupa kalimat, kata dan hubungan antar kalimat. Pada analisis semantik, makna yang terkandung dalam kalimat diteliti baik yang eksplisit (tertulis) maupun implisit (tersembunyi). 1) Latar Latar dalam sebuah teks ialah suatu keadaan situasional saat teks dibuat. Dalam sebuah teks, latar belakang sebuah peristiwa
58
dapat dicantumkan atau tidak, tergantung dari kepentingan penulis. Latar digunakan untuk mengarahkan makna dari suatu teks hendak dibawa kemana. Latar yang ditampilkan dapat sesuai dengan kehendak penulis atau bahkan bertentangan dengan pendapatnya. Latar dalam teks ini terdapat pada pendahuluan buku ini dan kata pengantar dari sang penulis. Latar belakang dituliskannya buku ini adalah dimotivasi oleh keadaan penulis yang mengalami sebuah proses pencarian panjang akan jati diri dan makna hidupnya hingga
merasa
tersiksa
jiwanya,
pencarian
itu
begitu
memporakporandakan hidupnya hingga akhirnya menghancurkan semua yang ia miliki. Hal ini memunculkan keinginan kuat baginya untuk menulis dan juga berbagi terutama kepada orang-orang yang mengalami hal serupa juga kepada semua orang yang membaca buku ini. Dengan menulis itulah, perjalannan pencariannya semakin intens dan fokus. Dalam tulisan tersebut penulis mencoba mengaitkan intelektualitas, mentalitas, dan nilai spiritulitas agar dapat menjadi satu kesatuan yang utuh. Penulis juga melakukan studi literatur dan membaca berbagai buku bacaan sebagai referensi. Hingga akhirnya jawaban atas pencarian (spiritual) penulis dapatkan ketika tulisan tersebut usai. Dan dari situlah ia memamhami, ternyata membangun karakter manusia yang utuh tidak cukup hanya dengan mempergunakan akal semata, namun dibutuhkan mentalitas atau kemampuan humanitas. Meski kedua
59
hal tersebut sudah cukup membuat sukses dalam ukuran materi dan sosial (duniawi), ternyata manusia masih membutuhkan satu dimensi lain, yaitu spiritualitas yang menjawab tentang makna tertinggi kehidupan (ruhani). Namun sayangnya, konsep-konsep berpikir yang sudah berkembang saat ini lebih mengarah pada pemisahan kepentingan duniawi dan kebahagiaan ruhani yang cendrung hanya kepada aspek akhirat dan yang cenderung hanya ke aspek dunia saja. Ia sangat mengkhawatirkan dikotomisasi aspek akhirat dan duniawi yang saat ini semakin curam tak terkendali. Ia juga membayangkan bagaimana jika dikotomisasi aspek akhirat dan duniawi ini menjadi dua opsi yang harus ditentukan, bisa dipastikan erosi kehidupan masyarakat kita akan terjadi. Hal ini secara nyata tercermin dalam bentuk hilangnya Iman, juga hancurnya daya tarik spiritual. Latar belakang ini jugalah yang membuat penulis ingin mengangkat kembali Rukun Iman, Rukun Islam, dan Ihsan sebagai wujud manifestasi nilai-nilai Ilahiah penuntun kehidupan manusia dalam mencapai
kesuksesan
duniawi
maupun
kebahagiaan
yang
sesungguhnya (ruhani). 2) Detil Detil dalam kerangka analisis Van Dijk ialah berita mana yang disampaikan secara mendetail dan berita mana yang ditampilkan secukupnya saja. Detil lebih merupakan kepada bentuk strategi penulis yang ingin mengekspresikan sikapnya dengan cara
60
sembunyi-sembunyi (implisit). Detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan oleh penulis. Dalam teks ini hal yang ingin ditekankan oleh Ary Ginanjar adalah pemaknaan sebuah harta karun yang nilainya tak terukur tingginya, dia-lah Rukun Iman, Rukun Islam, dan khusunya Ihsan. Bahwasanya Rukun Iman, Rukun Islam, dan Ihsan bukan hanya sebuah ajaran ritual semata, tetapi memiliki makna maha penting dan maha dahsyat dalam pembangunan kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ) sebuah bangsa. Adapun Ihsan, Rukun Iman, dan Rukun Islam di samping sebagai petunjuk bagi umat Islam, sejatinya inti di dalamnya juga merupakan pembimbing dalam mengenali ataupun memahami perasaan kita sendiri, perasaan orang lain, memotivasi diri, serta mengelola emosi dalam berhubungan dengan orang lain. Hal inilah yang mendasari pemikiran penulis bahwa semua itu adalah sebuah metode pembangunan emosional dan spiritual yang didasari oleh hubungan antara manusia dengan Tuhannya, yakni hubungan vertikal. Namun pada pembahasan kali ini hanya difokuskan pada pembahasan mengenai Ihsan yang merupakan sumber suara hati fitrah pada manusia. Sebagimana yang tertera dalam dalam teks berikut: Suara hati fitrah adalah kunci spiritual, karena ia adalah fitrah. Keinginan diperlakukan adil, keinginan hidup sejahtera; keinginan mengasihi dan dikasihi, adalah bukti adanya perjanjian spiritual antara manusia dengan Tuhan. Bandingkan dengan literatur-literatur Barat yang menjelaskan tentang kecerdasan emosi
61
dan spiritual, namun tak mampu mengidentifikasi dari mana sumber suara hati fitrah tersebut. Dari teks tersebut penulis menunjukkan secara implisit betapa hebatnya sebuah konsep Islam atau literartur Islam yang ia paparkan dalam buku ini mampu menjelaskan dari mana sumber suara hati fitrah yang ada pada diri manusia berasal. Ia juga menjelaskan suara hati fitrah merupakan kunci spiritual pada yang ada pada diri manusia yang merupakan sumber kebenaran yang hakiki dan merupakan bukti adanya perjanjian spiritual antara manusia dengan Tuhannya. Berbeda halnya dengan konsep-konsep Barat atau literatur-literatur Barat yang menjelaskan kecerdasan emosi dan spiritual namun tidak mampu menjelaskan dari mana sumber suara hati fitrah itu sesungguhnya berasal. Menurut Cak Nun, “Ihsan” itu kebaikan yang lahir murni dari nurani manusia. Jadi apa yang dikatakan Cak Nun tentang Ihsan adalah manifestasi dari suara hati fitrah yang dikamsud oleh Ary Ginanjar Agustian. 3) Maksud Maksud merupakan elemen yang melihat apakah teks atau cerita yang dibuat oleh pengarang disampaikan secara eksplisit atau implisit. Elemen maksud dalam buku ini banyak disampaikan secara eksplisit atau terbuka. Salah satu teks yang terdapat dalam cerita itu adalah mengenai penjelasan tentang pentingnya hati yang murni (fitrah) dalam mencapai suatu kebenaran atau kebaikan. “Dibutuhkan kejernihan hati sebelum mencari dan menemukan kebenaran,” kebenaran yang sesuai dengan kehendak Allah Sang Pencipta.
62
Apa yang dimaksud pada teks diatas sejalan dengan apa yang diakatakan oleh Syeikh Muhammad Hisyam Al-Kabbani, Ihsan yang merupakan aspek ketiga dari agama dikenal sebagai aspek ruhani. Aspek ini dimaksudkan untuk menyadarkan manusia taktala ia hendak mempertautkan aspek pertama dan kedua yaitu Iman dan Islam, serta memperingatkan bahwa Allah selalu hadir dan mengawasi-nya. Ia harus mempertimbangkan hal ini ketika berpikir dan bertindak, maka ia harus terus menjaga kesadaran dalam hatinya bahwa Allah ada dan mengawasinya. Ia harus sadar bahwa Allah mengetahui setiap saat dan hingga hal terkecil. Dengan begitu ia akan mencapai keadaan sempurna, suatu keadaan ketika ia merasakan kebahagian ruhani dan cahaya pengetahuan yang langsung diberikan Allah ke dalam hatinya. Di sini sangat jelas bahwa informasi yang terdapat dalam teks tersebut disajikan secara terbuka. Dengan begitu, para pembaca dapat dengan mudah mengetahui maksud dari teks tersebut tanpa harus mencari maksud lainnya. b. Sintaksis Sintaksis adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk
wacana,
kalimat,
klausa,
frase.
Dalam
hal
ini
menerangkan tentang bagaimana pengarang menggunakan kalimat hingga menjadi satu kesatuan. Elemen sintaksis merupakan suatu metode analisis Van Dijk untuk melihat pilihan kalimat apa yang
63
disusun penulis dalam menampilkan diri sendiri secara positif dan lawan secara negatif. 1) Koherensi Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak kohern. Koherensi merupakan elemen wacana untuk melihat bagaimana seseorang (penulis) secara strategis menggunakan wacana untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa. Apakah peristiwa itu dipandang saling terpisah, berhubungan atau malah sebab akibat. Biasanya hubungan antar kalimat ini dihubungkan dengan kata hubung dan, akibat, tetapi, lalu, karena, meskipun. Dalam
teks
ini
terdapat
bentuk
koherensi
disaat
menjelaskan tentang perbandingan reaksi positif dan negatif yang ditimbulkan dari seseorang. Koherensi dalam kalimat ditandai dengan kata penghubung “atau” yang bermakna pilihan tindakan. “Setiap diri telah dikarunia oleh Tuhan sebuah jiwa, yang dengan jiwa itu, ia bebas menentukan pilihan reaksi. Bereaksi positif atau negatif, bereaksi berhenti atau melanjutkan, berekasi marah atau sabar, bereaksi reaktif atau proaktif, berekasi baik atau buruk.” Penggunaan kata hubung “atau” dalam teks di atas berfungsi menghubungkan antar kalimat. Fungsi dari kata penghubung
“atau”
ingin
menjelaskan
secara
implisit
(tersembunyi) bahwa kita harus menentukan pilihan reaski yang baik atau positif ketika kita mengalami berbagai masalah atau suatu
64
hal yang terjadi pada diri kita. Dengan begitu kita akan mendapatkan manfaat yang dapat menguntungkan diri kita dan orang lain. Demikian ini dikarenakan banyak orang yang tidak cerdas dalam menentukan reakasi positif, hingga akhirnya reaksi tersebut berbuah negatif dan dapat merugikan dirinya bahkan orang lain. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Emha Aninun Nadjib, yakni Ihsan berarti yang terbaik. Rasulullah menegaskan agar kita meneladani karakter Allah. Dan karakter tertinggi Allah diyakni adalah ihsan. Di dalam Alqur’an surat ArRahman ayat 60 : “Tidak ada balasan Ihsan kecuali Ihsan”. Kalau kita melakukan yang terbaik maka Allah pasti akan memberikan yang terbaik. Hal ini bukan hanya untuk orang muslim tapi untuk setiap manusia. 2) Bentuk kalimat Bentuk kalimat merupakan salah satu bagian dari analisis teks sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Prinsip kausalitas menjelaskan tentang susunan kalimat yang terbentuk dari subyek, predikat dan obyek. Bentuk kalimat yang dipilih merupakan kalimat yang dianggap sangat layak untuk dianalisis terutama diambil kalimat yang berhubungan dengan tema. Jernihkan hati, bebaskan fitrah dari belenggu, lontarkan 7 belenggu “batu jumrahmu”. Dari keterangan di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:
65
Jernihkan hati, bebaskan fitrah dari belenggu, P O P O K lontarkan 7 belenggu batu jumrahmu P O K Dari teks di atas, betuk kalimat yang banyak digunakan oleh penulis dalam buku ini menggunakan bentuk kalimat aktif, ini ditandai dengan adanya penonjolan inti kalimat yang ditempatkan di awal atau bagian muka dimana subjeknya tersembunyi di dalam predikatnya, kemudian disusul dengan objek dan keterangan tambahan (khusus) ditempatkan kemudian sebagai penjelasan dari apa yang ditekankan. Hal ini ditandai dengan banyaknya kesimpulan yang menggunakan kalimat aktif dalam sub bab pada buku ini. 3) Kata Ganti Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. Dalam mengungkapkan sikapnya, seseorang dapat menggunakan kata ganti “saya” atau “kami” yang menggambarkan bahwa sikap tersebut merupakan sikap resmi komunikator semata-mata. Tetapi, ketika memakai kata ganti “kita” menjadikan sikap tersebut sebagai representasi dari sikap bersama dalam suatu komunitas tertentu. Batas antara komunikator dengan khalayak dengan sengaja dihilangkan
untuk
menunjukkan
apa
yang
menjadi
sikap
komunikator juga menjadi sikap komunitas secara keseluruhan. Dalam bagian satu buku ini, banyak terdapat penggunaan kata ganti “ia” dan “kita”. Penggunaan kata ganti ia di dalam teks
66
ini ialah merujuk pada beberapa contoh seseorang dalam berbagai kisah kehidupan yang dituliskan penulis seperti dalam paragraf di bawah ini: “Ia bebas memilih prinsipnya, mempertahankan keyakinannya, apa pun resikonya yang akan dihadapi. Ia mampu memisahkan fisiknya yang terbelenggu dengan hatinya yang bebas merdeka. Batu besar itu memang menghimpit tubuhnya, namun tidak mampu membelenggu jiwanya. Bahkan, ia tidak pernah mengizinkan pikurannya merasa terbelenggu. Inilah konsep ZMP.” Dari teks di atas, penulis menggunakan kata ganti “Ia”, Maksud dari kata ganti ia dalam teks di atas merujuk pada contoh teladan dalam sebuah film layar lebar akan kepandaian seseorang dalam menentukan reaksinya dan berpikir merdeka sekalipun dalam keadaan terhimpit. Dimana teks di atas merujuk pada sebuah contoh yang di ambil dari aktor utama dalam film “Life Is Beautiful” peraih penghargaan piala oscar yang sarat akan makna dan nilai kehidupan, khususnya kemerdekaan berpikir dalam segala siatuasi yang sulit sekalipun. Sedangkan
penggunaan
dengan
kata
ganti
“kita”
menunjukkan sikap, tindakan, atau nilai sebagai nilai bersama, artinya apa yang menjadi sikap komunikator juga menjadi sikap bersama secara keseluruhan. Dan kata ganti kita juga berarti menunjukan tidak adanya batas antara penulis dan khalayak, karena pendapat khalayak diwakilkan oleh penulis. Seperti pada contoh berikut: “Kita sesungguhnya memiliki kebebasan untuk memilih reaksi terhadap segala sesuatu yang terjadi atas diri kita. Kitalah penanggung jawab utama atas sikap yang kita ambil, bukan
67
lingkungan kita. Diri kita sendiri sesungguhnya penentu pilihan tersebut.” “Contoh-contoh di atas diungkapkan agar kita menyadari bahwa manusia sebenarnya memiliki suara hati fitrah yang sama, universal, da terekam dalam God Spot, dengan syarat hati manusia berada dalam kondisi fitrah. Inilah yang disebut dalam kesadaran spirutual.” “Bukti suara hati murni fitrah juga bisa dirasakan misalnya ketika kita menyaksikan tayangan film yang menonjolkan kasih sayang atau makna kesetiaan.” “Maka jelaslah, bisikan suara hati fitrah sesungguhnya senantiasa meberi informasi, dan menjadi pengendali langkah serta penentu prioritas dalam kehidupan kita sehari-hari.” “Kita sering membandingkan sesuatu dengan pengalaman sebelumnya dan konsep yang kita ciptakan sendiri. Saaat melihat kotak-kotak itu, secara spontan dan tanpa disadari, kita akan membandingkannya dengan yang ada di pikiran kita. Sementara, orang lain juga melakukan hal yang sama berdasarkan pikiran mereka sendiri. Itulah yang menyebabkan perdebatan alot terjadi.” “Terhadap segala informasi yang masuk, kita sebaiknya men-zero-kan hati kita dan selalu berpikir melingkar menggunakan suara hati fitrah” Kalimat-kalimat di atas menunjukkan banyaknya kata ganti “kita” yang digunakan oleh penulis dalam buku ini. Hal ini menandakan adanya kebersamaan nilai yang dianut oleh penulis dengan apa yang dianut oleh khalayak. Dengan kata lain, penulis mewakilkan apa yang seharusnya dilakukan oleh khalayak dengan berbagai rekasi positif atau perbuatan yang terpuji, khusunya dalam menggunakan suara hati fitrah dalam setiap keadaan yang dihadapi. c. Stilistik Elemen stilistik (leksikon) merupakan salah satu elemen wacana Van Dijk yang menganalisis teks dengan cara melihat bentuk pemakaian kata seperti apa yang dipakai dalam teks. Terdapat kata yang mempunyai berbagai macam kesamaan. Dari kesamaan kata-kata
68
tersebut mana yang lebih dipakai dalam teks oleh penulis. Misalnya kata ”meninggal”, mempunyai kata lain: mati, tewas, gugur, terbunuh, menghembuskan nafas terakhir, dan sebagainya. Di antara berbagai kata tersebut seseorang dapat memilih di antara pilihan kata yang tersedia. Pemilihan kata tertentu oleh penulis menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta atau realitas, selain itu pemilihan kata tertentu juga mengisyaratkan penggambaran dari sikap penulis yakni bagaimana pihak musuh digambarkan secara negatif sedangkan pihak sendiri digambarkan secara positif. Pada bagian satu teks buku ini yang membahas tentang proses pembersihan hati dan pikiran, terdapat banyak sekali kata reaksi (bereaksi). Kata ini bermakna suatu tindakan atau respon, baik itu positif atau negatif akan suatu hal. Begitu juga kata “respon” yang juga banyak dipakai dalam buku ini yang memiliki makna yang tidak jauh berbeda; tanggapan, reaksi, dan jawaban. Kata-kata tersebut terdapat pada teks berikut: “Setiap diri telah dikarunia oleh Tuhan sebuah jiwa, yang dengan jiwa itu, ia bebas menentukan pilihan reaksi. Bereaksi positif atau negatif, bereaksi berhenti atau melanjutkan, berekasi marah atau sabar, bereaksi reaktif atau proaktif, berekasi baik atau buruk.” “Kita sesungguhnya memiliki kebebasan untuk memilih reaksi terhadap segala sesuatu yang terjadi atas diri kita. Kitalah penanggung jawab utama atas sikap yang kita ambil, bukan lingkungan kita. Diri kita sendiri sesungguhnya penentu pilihan tersebut.” “Orang yang memiliki suara hati merdeka, akan lebih mampu melindungi pikirannya. Ia mampu memilih respon positif di tengah lingkungan paling buruk sekalipun. Berprasangka baik pada orang lain akan mendorong dan menciptakan kondisi untuk saling percaya, saling mendukung, terbuka, dan kooperatif.”
69
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI ofline versi 1.1) kata rekasi berarti kegiatan (aksi, protes) yg timbul akibat suatu gejala atau suatu peristiwa atau tanggapan (respons) terhadap suatu aksi. Penggunaan kata reaksi pada kalimat di atas oleh penulis dimaksudkan untuk memberikan makna yang luas akan berbagai macam makna yang dapat dihasilkan dari kata reaksi tersebut, seperti sebuah tindakan, perbuatan, respon, perasaan, pikiran, balasan, sikap, aksi, dan sebagainya yang merujuk pada dua hal, yaitu hal positif atau hal negatif. Pada bagian teks ini makna yang ingin disampaikan oleh penulis dalam buku ini bahwasanya kita sebagai manusia sudah sepatutnya kita memilih reaksi positif dalam berbagai situasi yang kita hadapi, karena sesungguhnya hanya diri kitalah yang dapat menentukan dan bertanggung jawab akan rekasi yang muncul dari diri kita, bukan lingkungan kita dan sebagainya. d. Retoris Salah satu model penelitian analisis teks ialah retoris. Retoris merupakan gaya yang diungkapkan seseorang dalam berbicara atau menulis. Adapun yang diteliti dalam analisis retoris ini ialah grafis. Grafis merupakan ekspresi dari penulis yang ingin menekankan bagian tertentu dalam teks, bentuk dari penekanan tersebut dapat melalui pemakaian huruf tebal, huruf miring, garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran yang lebih besar, maupun penggunaan gambar dan lainnya.
70
Gaya retoris yang ditekankan oleh penulis pada teks dalam bagian satu buku ini hampir semuanya dilakukan dengan menebalkan beberapa tulisan yang menjadi point penting dalam buku ini dan menempatkannya dalam sebuah kotak kalimat. Beberapa point yang menjadi inti dalam buku ini adalah sebagai berikut: Tujuh Belenggu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Prasangka Prinsip-prinsip hidup Pengalaman Kepentingan Sudut pandang Pembanding Fanatisme
Kalimat dalam kotak di atas menunjukan belenggu-belenggu negatif yang akan membelenggu pikiran dan hati kita. Seringkali suara hati fitrah dapat terbelenggu oleh ketujuh belenggu di atas yang akhirnya mengakibatkan manusia terjerumus ke dalam kejahatan, kecurangan, kekerasan, kerusakan, dan lainnya. Hal ini sering terjadi akibat manusia lalai dan mengabaikan belenggu-belenggu tersebut, sehingga belenggu-belenggu tersebut dapat mengendalikan seseorang ke arah yang negatif. Maka dari itu diperlukan suara hati fitrah yang dapat menuntun manusia ke arah yang benar dalam menentukan suatu rekasi atau tindakan dalam segala situasi.
71
Zero Mind Process 1: Hindari berprasangka buruk, upayakan berprasangka baik pada orang lain.
Kalimat dalam kotak di atas menunjukan betapa pentingnya suatu prasangka baik dalam kehidupan sosial. Tindakan seseorang sangat bergantung pada pikirannya, orang yang memiliki suara hati merdeka, akan lebih mampu melindungi pikirannya. Ia mampu memilih respon positif di tengah lingkungan paling buruk sekalipun. Berprasangka baik pada orang lain akan mendorong dan menciptakan kondisi untuk saling percaya, saling mendukung, terbuka, dan kooperatif. Sebaliknya, prasangka negatif akan mendorong dan menciptakan kondisi tidak saling percaya, tidak saling mendukung, tidak terbuka, dan tidak kooperatif yang justru akhirnya dapat merugikan diri kita juga orang lain.
Zero Mind Process 2: Berprinsiplah selalu kepada Allah Yang Maha Adil
Kalimat dalam kotak di atas menunjukan betapa pentingnya prinsip ilahiah yang harus selalu kita pegang. Prinsip-prinsip yang tidak sesuai dengan suara hati fitrah akan berakhir dengan kegagalan, baik fisik maupun non fisik. Hanya dengan berprinsip kuat pada sesuatu yang abadi, manusia akan mampu menuju kebahagiaan dan
72
keamanan yang hakiki. Berprinsip dan berpegang pada sesuatu yang labil, niscaya akan menghasilkan sesuatu yang menyengsarakan.
Zero Mind Process 3: Bebaskan diri Anda dari pengalaman-pengalaman yang membelenggu pikiran, berpikirlah merdeka!
Kalimat dalam kotak di atas menunjukan bagaimana pengalaman-pengalaman yang dimiliki seseorang tidak selamanya berdampak positif, terkadang pengalaman-pengalaman tersebut dapat berdampak negatif. Oleh karena itu kita harus melihat segala sesuatu secara objektif dalam segala hal dan senantiasa berpikir merdeka. Pengalaman hidup dan kejadian-kejadian yang dialami seseorang berperan dalam menciptakan pemikiran atau paradigma dalam dirinya. Sering kali, paradigma itu dijadikan kaca mata dan tolak ukur bagi dirinya, juga dalam menilai lingkungan di sekitarnya. Hal tersebut akan membatasi cakrawala berpikir seseorang karena ia akan menilai segalanya berdasarkan frame berpikirnya sendiri, atau melihat berdasarkan bayangan ciptaannya sendiri, bukan melihat sesuatu secara riil dan objektif.
Zero Mind Process 4: Dengarlah suara hati fitrah, peganglah prinsip “karena Allah”, berpikirlah melingkar, sebelum menentukan kepentingan dan prioritas.
73
Kalimat dalam kotak di atas menunjukan sebuah kepentingan dapat menutup suara hati fitrah pada diri manusia. Sebuah prinsip akan melahirkan kepentingan, dan kepentingan akan menentukan prioritas tindakan. Mereka yang berprinsip pada penghargaan pribadi, akan memprioritaskan keputusan untuk mengangkat diri pribadi. Intinya prinsip akan melahirkan prioritas.
Zero Mind Process 5: Lihatlah semua sudut pandang secara bijaksana berdasarkan semua suara hati yang bersumber dari Asmaul Husna (99 thinkinghat) melalui zikir amaliah Asmaul Husna.
Kalimat dalam kotak di atas menunjukan suatu sudut pandang dapat mempengaruhi tindakan seseorang, oleh karena itu kita harus benar-benar mampu melihat dari sudut pandang yang tepat agar kita tidak salah mengambil langkah dengan cara melihat dari berbagai sudut pandang terlebih dahulu kemudian kita tentukan mana yang terbaik. Sudut pandang yang kita tentukan tentunya harus berdasarkan pedoman, yaitu Asmaul Husna yang terdiri dari nama-nama Allah SWT yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang tak ternilai harganya.
Zero Mind Process 6: Jernihkan pikiran Anda terlebih dahulu sebelum menilai sesuatu. Jangan melihat sesuatu karena rekaan di pikiran Anda, tetapi lihatlah sesuatu karena apa adanya.
74
Kalimat dalam kotak di atas menunjukan betapa rentannya subjektivitas pada diri manusia. Kita sering membandingkan sesuatu dengan pengalaman sebelumnnya dan konsep yang kita ciptakan sendiri. Seringkali kita melihat sesuatu yang ada di depan kita dengan apa yang ada dipikiran kita. Sementara orang lain juga melakukan hal yang sama berdasarkan pada pikiran mereka sendiri. Itulah yang seringkali menyebabkan perbedaan alot terjadi.
Zero Mind Process 7: Janganlah terbelenggu oleh fanatisme, berzikir dan berpikirlah melingkar dengan 99 zikir Asmaul Husna.
Kalimat dalam kotak di atas menunjukan sebuah fanatisme dapat menutup sesuatu yang objektif. Oleh karena itu terhadap segala informasi yang masuk dan kita dapatkan, sebaiknya kita men-zero-kan hati kita dan selalu berpikir melingkar menggunakan suara hati fitrah dalam mencerna berbagai propaganda atau informasi yang datang dari berbagai sumber. Dengan begitu kita akan mampu menganalisa informasi yang masuk dengan lebih proporsional dan tidak mudah menjadi fanatik akan suatu pemikiran yang terkadang terdapat unsur negatif di dalamnya.
Orang yang merdeka adalah yang terbebas dari belenggu prasangka negatif, prinsip-prinsip hidup yang salah, pengalaman yang membelenggu pikiran, egoisme kepentingan, pembanding-pembanding subjektif, dan belenggu fanatisme yang menyesatkan.
75
Kalimat dalam kotak di atas menunjukan keharusan bagi setiap diri kita akan kemerdekaan berpikir dan terbebas dari berbagai belenggu negatif yang dapat mempengaruhi segala tindakan dan rekasi yang ditimbulkan oleh diri kita sendiri. Maka dari itu, dapat disimpulkan bagaimana cara agar manusia terbebas dari ketujuh belenngu yang dapat menutup suara hati fitrah, yaitu dengan senantiasa menggunakan suara hati fitrah sebagai sumber informasi akurat dan sebagai pengendali langkah kita dalam menentukan prioritas, melalui berbagai rekasi positif yang kita pilih dalam segala situsi yang kita dihadapi dalam kehidupan yang kompleks. B. Konteks Sosial Analisis wacana pada model Teun A. Van Dijk merupakan model penelitian analisis wacana yang tidak hanya menekankan pada analisis teks semata. Dalam proses analisisnya terdapat bentuk analisis yang dinamakan konteks sosial. Analisis konteks sosial dapat dimaknakan sebagai bentuk analisis untuk melihat konteks atau latar belakang terbentuknya teks tersebut. Hal ini berkaitan pula dengan keadaan situasional yang terjadi pada saat tulisan atau sebuah teks ditulis. Dalam memahami konteks sosial dapat dikembangkan kepada analisis keadaan masyarakat pada saat teks dibuat atau kepada pendekatan struktur kebudayaan di mana tempat teks tersebut ditulis. Dalam teks Zero Mind Process (ZMP) proses pembersihan hati dan pikiran pada buku Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient Jilid 1 ini. Penulis (Ary Ginanjar
76
Agustian) menggambarkan suatu penemuannya yang ia cari selama bertahuntahun lamanya akan pentingnya suatu perubahan di dalam diri manusia pada masyarakat luas yang mengacu pada sifat Ihsan yang merupakan unsur spiritualitas selain Iman dan Islam. Kita melihat begitu banyak persoalan dalam masyarakat kita sekarang seperti kriminalitas, narkoba, kenakalan remaja, pergaulan bebas, dan menjadikan dunia sebagai pelarian sebagai suatu masalah besar yang kita hadapi saat ini. Banyak manusia yang merasakan kegelisahan baik di dunia usaha, politik, sosial, maupun pendidikan namun salah dalam bertindak yang akhirnya bukannya menyelesaikan masalah justru malah menimbulkan masalah baru dan lain sebagainya. Apa yang telah kita lihat saat ini merupakan krisis multidimensi pada masyarakat kita sekarang yang belajar agama secara ritual tanpa memahami maknanya. Hal ini merupakan bukti dalam membangun masyarakat tidak cukup hanya dengan mempergunakan akal semata, namun dibutuhkan mentalitas atau kemampuan humanitas. Rukun Iman, Rukun Islam, dan Ihsan pertama kali diperkenalkan oleh Nabi Muhammad SAW kira-kira pada 622-624 Masehi di hadapan para sahabatnya di masjid Madinah (Yastrib). Rukun Iman, Rukun Islam, dan Ihsan itu dinyatakan beliau sebagai intisari ajaran agama Islam yang tercantum dalam Alquran yang selanjutnya dihayati dalam berbagai aspek kehidupan para sahabat kala itu. Akan tetapi, ketika ajaran Islam sampai di Indonesia dengan berbagai pengaruh yang masuk ke dalamnya, Rukun Iman, Rukun Islam, dan Ihsan hanya terfokus pada upaya mereflesikan pengabdian kepada Allah SWT
77
dalam arti keruhanian saja, sedangkan kegiatan yang bersifat duniawi diterapkan oleh berbagai doktrin lainnya. Jarang sekali, kalau tidak dikatakan tidak pernah. Rukun Islam, Rukun Iman, dan Ihsan itu dipandang sebagai metode pendidikan, kemasyarakatan, ekonomi, program kehidupan, dan lainlain. Akibatnya, rukun Iamn, Rukun Islam dan Ihsan, sekan-akan dibelenggu oleh wilayah yang sempit dan tidak dapat beroperasi membangun umatnya ke daerah-daerah yang lebih luas. Penulis
ingin
berkhidmat
kepada
umat
manusia
dengan
mengungkapkan Rukun Iman, Rukun Islam, dan Ihsan selain di wilayah ibadah yang khas, juga
di wilayah yang lebih luas seperti bisnis,
perindustrian, pergaulan, dan usaha-usaha kemajuan manusia lain. Ia memandang bahwa agama tidak semata-mata berkomponen ritus, namun di setiap jengkal persoalan umat seperti ekonomi, sosial, politik, dan kebudayaan semua itu dituntun dalam ajaran agama Islam. Ide tersebut merupakan langkah rintisan dalam bidang-bidang ini yang diharapkan akan diikuti oleh langkah-langkah berikutnya demi kemajuan manusia pada umumnya. Namun sayangnya, konsep-konsep berpikir yang berkembang saat ini agakanya mengarah pada pemisahan kepentingan duniawi dan kepentingan ukhrawi. Dalam lemabaran sejarah silamnya banyak menunjukan bahwa hampir seluruh lapisan peradaban manusia mengerucut menjadi dua kelompok besar: yang cenderung hanya ke akhirat dan yang cenderung hanya ke aspek dunia saja. Jika dikotomisasi aspek akhirat dan duniawi ini terusmenerus menjadi dua opsi yang hatus ditentukan. Bisa dipastikan erosi
78
kehidupan masyarakat akan terjadi. Hal ini secara nyata tercermin dalam bentuk hilangnya Iman, juga hancurnya daya tarik spiritual. C. Kognisi Sosisal Pada analisis kognisi sosial difokuskan bagaimana sebuah teks diproduksi, dipahami dan ditafsirkan. Dalam buku analisis wacana karangan Eriyanto dijelaskan bahwa pendekatan kognisi sosial didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atas representasi kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita. Pada penulisan buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient” Jilid 1 penulis lebih banyak menjelaskan tentang apa yang ia temukan selama pencarian makna akan kehidupan yang sesungguhnya serta suasana perasaan dan pikiran penulis kala itu, hingga akhirnya ia bertemu dengan seorang ulama HS. Habib Adnan yang mengajarkannya ilmu alquran dan hadis. Ia juga banyak belajar dari referensi Barat yang membahas tentang pembangunan karakter modern, nilai-nilai intelektual, dan emosional, namun ia merasa semua itu belum cukup karena tidak adanya nilai-nilai yang dapat menyempurnakannya. Entah apa yang terjadi saat dimana ia mengalami kegelisahan dalam proses panjang pencariaannya tersebut, ia merasakan pikiran yang berkecamuk dan dorongan yang kuat untuk menulis, hingga akhirnya ia pun mulai menuliskan apa yang ia alami sedikit demi sedikit. Dalam tulisan tersebut ia berusaha mengaitkan intelektualitas, mentalitas, dan nilai
79
spiritualitas. Saat itu ia juga melakukan studi literatur, membaca berbagai buku dari leadership, bisnis, motivasi, juga mengkaji quran setiap hari. Saat menulis itulah perjalanan percarian akan makna hidupnya semakin intens dan fokus. Di dalam tulisan tersebut, secara alami terjadi penggabungan antara pengalaman hidup, data, dan referensi baik berdasarkan ilmu modern, psikologi maupun
nilai-nilai quran. Dalam perjalanan
pencarian itulah ia berjumpa dengan seorang ulama bijak dan hafidz quran bernama HS. Habib Adnan, beliau menuntunnya dengan ilmu Alquran. Akhirnya jawaban atas pencarian (spiritual) ia dapatkan ketika tulisannya selesai. Dengan proses menulis tersebut, ia menemukan bahwa sesungguhnya perjalanan panjang yang ia alami adalah sebuah perjalanan tentang pencarian jati diri, serta proses pembentukan
dan pendidikan seorang manusia.
Ternyata, membangun manusia tidak cukup hanya dengan memepergunakan akal semata, namun dibutuhkan mentalitas dan kemampuan humanitas. Meski kedua hal tersebut cukup membuat orang sukses dalam ukuran materi dan sosial, ternyata manusia masih membutuhkan satu dimensi lain yaitu spoiritulitas yang mampu menjawab tentang makna tertinggi kehidupan. Penulis juga mempelajari kisah-kisah di dalam quran dan sejarah peradaban, ia melihat bahwa sesungguhnya pencarian itu juga dicontohkan oleh tiga Nabi besar dunia. Para Nabi yang merupakan hamba pilihan Allah, juga menjalani proses pencarian sebelum mendapatkan wahyu. Proses pencarian itu dialami oleh Nabi Ibrahim AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Muhammad SAW. Menurutnya inilah perintah Tuhan agar manusia mencari
80
dan menyadari siapa dirinya dan dari aman ia berasal. Inilah makna kehidupan yang sesungguhnya, sebagaimana diterangkan di dalam Alquran:
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.( Surah Al-Alaq: 1-5)5
5
Terjemah ayat ini diambil dari sofware Quran In Word karya Mohammad Taufiq
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah dilakukan telaah dan analisis terhadap teks dalam buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient” Jilid 1 khususnya pada bagian satu yang membahas tentang nilai-nilai Ihsan, yaitu Zero Mind Process (Proses Pembersihan Hati dan Pikiran). Dengan itu, maka peneliti menyimpulkan penilitian ini sebagai berikut: 1. Kontruksi wacana Ihsan pada teks dalam buku ini menjangkau jangkauan yang sangat luas, bukan hanya sekedar pada lingkup agama dan sosial saja yang sudah banyak dikaji dan dikembangkan oleh para pendahulunya, yakni para ahli, ulama, tokoh, dan akademisi melainkan juga pada lingkup psikologi, ekonomi, manajemen, dan bisnis. Hal ini terlihat pada beberapa contoh kisah yang ditampilkan dalam buku ini yang kesemuanya itu bertujuan pada pembentukan karakter dan pembangunan SDM yang kokoh dengan berlandaskan pokok-pokok ajaran Islam khususnya. Dilihat dari konteks sosial, peneliti berpendapat bahwasanya teks-teks dalam buku ini ditulis untuk menambah pemahaman tentang nilai-nilai Ihsan secara luas dan untuk berbagi bersama dengan masyarakat luas dari apa yang ia alami selama proses pencarian jati diri dan makna kehidupan. Besar harapan dari penulis semoga pemikirannya ini bisa memberikan sumbangsih bagi perbaikan moral bangsa secara menyeluruh. Sedangkan dari kognisi sosial penulis, yakni semuanya menunjukkan niatan yang tulus dan
81
82
harapan yang besar dalam diri penulis yang ingin sekali membangun karakter dan budaya bangsa yang kokoh. Dengan nilai-nilai intelektual, emosional, dan spiritual dalam satu kesatuan yang ia kembangkan sendiri dari sumber-sumber klasik dan kotemporer, yaitu Barat dan Timur juga nilai-nilai pancasila yang memiliki intrinsik nilai yang tinggi. 2. Di satu sisi buku ini mempunyai kelebihan yang unik, yaitu dalam menggambarkan konsep dan nilai-nilai Ihsan yang dituangkan dalam bagian satu Zero Mind Process (Proses Pembersihatan Hati dan Pikiran) dengan menyuguhkan beragam contoh kisah-kisah inspiratif yang diambil dari kisah nyata bahkan sampai film layar lebar, sehingga pembaca dapat lebih menikmati bacaan yang penuh hikmah dan lebih mudah dalam memahami konsep dan teori dalam buku ini. Jadi tidak melulu membahas konsep dan teori saja, bahkan contoh kisahkisahnya pun dipilih sedemikian rupa agar berhubungan dengan konsep dan teorinya. Namun di sisi lain buku ini cukup berat dikaji terutama oleh kalangan non akademis karena banyak menggunakan bahasa ilmiah yang tidak semua orang mengetahuinya, sehingga terkadang dapat menyulitkan pembaca dalam memahami buku ini dengan baik. B. Saran 1. Kepada civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tulisan Ary Ginanjar Agustian dalam buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ” jilid 1 merupakan tulisan yang sangat
83
berkualitas dan meiliki nilai, terutama dalam membangun masyarakat. Semestinya tulisan-tulisan Ary Ginanjar ini dan karya-karya beliau yang lainnya dapat dipublikasikan secara maksimal, misalnya dengan diadakannya bedah buku, seminar, workshop, training dan juga akan ketersediannya dalam rak-rak perpusatakaan di lingkungan kampus. 2. Kepada para ulama, da’i, tokoh, dan akademisi sebaiknya mencontoh apa yang dilakukan Ary Ginanjar dalam menulis tulisan yang memiliki intrinsik yang kuat berdasarkan nilai-nilai intelektual, emosional, dan spiritual yang telah beliau kembangkan sendiri dari berbagai sumber klasik dan kotemporer, yaitu Barat, dan Timur.. Hal ini demikian karena saat ini banyak sekali para ulama, da’i, tokoh, dan akademisi ketika menulis dan berkarya hanya dengan modal pemahaman ala kadarnya saja, tanpa memaknainya dan menggalinya lebih dalam, sehingga yang terjadi adalah pemahaman dan tulisan yang sepotong-potong atau tidak utuh, bahkan tidak tuntas pembahasannya. Besar harapan hal yang seperti ini dapat dihindari untuk perubahan yang lebih baik. 3. Kepada negara tercinta Indonesia, Setiap karya-karya Ary Ginanjar selayaknya diberikan apresiasi yang lebih oleh negara karena Ary Ginanjar saat ini juga merupakan tokoh besar yang juga telah meraih berbagai penghargaan nasional dan internasional. Misalnya dengan melibatkannya dalam berbagai agenda negara tertentu, khususnya dalam bidang pembangunan karakter dan sumber daya manusia. Hal ini guna memberikan pengenalan terhadap masyarakat luas akan sosoknya dan karya-karya yang telah ia torehkan selama ini.
DAFTAR PUSTAKA Agustian, Ary Ginanjar. ESQ Power: Sebuah Inner Journey Melalui AlIhsan. Jakarta: Penerbit Arga. 2003 -----------------------------. Mengapa ESQ. Jakarta: Arga Tilanta. 2011 -----------------------------. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient Jilid 1. Jakarta: Arga Publishing. 2010 Bugha, Musthafa Dieb. Al-Wafi Menyelami Makna 40 Hadits Rasulullah. Jakarta: Al-Itisom. 2013 Aris Badara, Analisis Wcana: Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media. Jakarta: Kencana. 2012 Asti, Badiatul Muchlisin. Berdakwah dengan Menulis Buku. Bandung: Media Qalbu. 2004 Aziz, M. Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana. 2004 Bachtiar, Wardi. Metodologi penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1997 Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualtitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers. 2012 Eriyanto. Analisis Wacana. Yogyakarta: LKIS. 2006 Ghazali, M. Bahri. Dakwah Komunikatif. Jakarta: CV Pedoman. 1997 Gozali BC.TT. Kamus Istilah Komunikasi. Bandung: Djambatan. 1992. Hasan, M. Iqbal. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2002
85
86
Kabbani, Syekh Muhammad Hisyam. Tasawuf dan Ihsan: Antivirus Kebatilan dan Kezaliman. Jakarta: Serambi Ilmu. 1998 Muhtadi, Asep Saeful. Komunikasi Dakwah; Teori Pendekan, dan Aplikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2012 Mulyana, Dedy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2005 -------------------. kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi, Prinsipprinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana. 2005 Purwoko, Herudjati. Discourse Analysis. Jakarta: Indeks. 2008 Sasono, Adi. Solusi Islam Atas Problematika Umat, (Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah. Jakarta: Gema Insani Press. 1998 Sobur, Alex. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004 Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas. 1983 Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa. 1993 Yaqub, Hamzah. Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership. Bandung: CV Diponegoro. 1992 Zain, Habib bin Ibrahim bin Sumaith. Mengenal Mudah Rukun Islam Rukun Iman Rukun Ihsan Secara Terpadu. Bandung: Al Bayan. 1998 Internet: Emha Ainun Nadjib. Allah 2014. https://www.caknun.com/2012/allah-2014/ -------------------------. Membangun Karakter Ihsan Dengan Alquran. https://www.caknun.com/2014/membangun-karakter-ihsandengan-al-quran/
87
ESQ Leadership Center. About Us. http://www.esqway165.com/about-us/ -----------------------------. Founder. http://www.esqway165.com/aboutus/founder/ -----------------------------. Beranda. http://www.aryginanjar.com/ -----------------------------. Krisis Moral Bangsa. http://www.esqnews.com/2009/06/12/173/krisis-moral-bangsa.htmls -----------------------------. Resensi Buku ESQ. http://www.bukuesq.wordpress.com/tag/resensi-buku-esq/ -----------------------------. Siapa Ary Ginanjar. https://pakarpembangunankarakter.wordpress.com/siapa-aryginanjar/ -----------------------------. Tentang Kami. http://www.esqway165.com/aboutus/vission-and-mission/
LAMPIRAN
www
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ILMU DAI(WAH DAN ILMU KOMUNIKASI
w
.ll. Ir. H..luandaNo.95 Ciputat 15412 Indonesia
Telepon/Fax (021) 7137728 / 71701580
Website: wrvl, lilk rriljakarta.4g!E-rnail
Nonror
:
Un.0 I /F5/PP.00
.O
t.Qu/f-nOt
Jakafta, ?4F ebruuri 20
S
Lamp :l(satu)bundel
1
5
Hal : Bimbingan Skripsi Kepada Yth. Drs. Jumroni, M.Si. Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta
Ass
alamu' alaikum Wr. Wb.
Bersama ini kami sampaikan outline dan naskah proposal skripsi yang diajukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu l(omunikasi UIN Syarif Hidayatullah .lakarla sebagai berikut,
Nama NomorPokok Jurusan/Konsentrasi
Semester Telp. Judul Skripsi
: Muhamad Ilham Nugraha : 1111051000048
: I(omunikasi dan Penyiaran Islam : VIII (Delapan) : 0858855 16683 : Analisis Wacana Ihsan dalam Buku "Rahasia Membangun I(ecerdasan Emosi
Sukses
& Spiritual ESQ" Jilid
1
I(ami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalam penyusunan dan penyelesaian skripsinya selama 6 (enam) bulan dari tanggal 18 Februari 2015 s.d 18 Agustus 2015. Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih. Was
salamu' alaikunt Wr. Wb. an.Dekan"
Wakil Dekan Bidang Akademik
trSu NTP-
Tembusan : l. Dekan 2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
M.Ed, Ph.D 1 t0330 i9980i
11
004
BUKU RAHASIA SUKSES MEMBANGUN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL ESQ: EMOTIONAL SPIRITUAL QUOTIENT JILID 1
Dr. (H.C.) Ary Ginanjar Agustian
Logo ESQ Leadership Center