PELATIHAN EMOTIONAL SPIRITUAL QUOTIENT (ESQ) UNTUK MENURUNKAN STRES PADA TARUNA AKADEMI PELAYARAN NIAGA INDONESIA (AKPELNI) SEMARANG Emotional Spiritual Quotient Training ( ESQ) for Decrease Stres Of Taruna AKPELNI In Semarang Icha Harum Christy Mulya Virgonita I.W Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan stress pada taruna yang diberi pelatihan emosional spiritual quotient (ESQ) daripada taruna yang tidak diberi pelatihan emostional spritual quotient (ESQ). Subjek penelitian berjumlah 33 subjek yang terbagi dalam 2 kelompok yaitu 18 orang sebagai kelompok eksperimen dan 15 orang sebagai kelompok kontrol. Subjek penelitian merupakan taruna AKPELNI di Semarang yang mempunyai stress di atas rata-rata. Alat pengumpul data penelitian menggunakan skala stres dan observasi. Pemberian perlakuan dalam penelitian ini berupa pelatihan emotional spritual quotient (ESQ). Desain eksperimen penelitian menggunakan pre-test and post-test control group desain. Hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen. Pada kelompok eksperimen skor rata-rata pre-test 54,33 sedangkan skor rata-rata post-test 47,33, terjadi penurunan skor rata-rata kelompok sebesar 7,00. Uji t pre-test dan post-test kelompok eksperimen sebesar 5,129 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,050) yang menunjukan perbedaan signifikansi. Berdasarkan hasil uji-t bahwa terjadi perbedaan signifikansi pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen, maka hipotesis dalam penelitian ini diterima. Kata kunci : stress, pelatihan ESQ, taruna AKPELNI
Abstract This research aim was to know the difference stress of taruna gave by the emotional spiritual quotient training ( ESQ) than taruna which is not given by the training of emostional spritual quotient ( ESQ). Subject Research amount to 33 divisible subject in 2 group that was 18 people as a group experiment and 15 people as a group control. Subject research represent the taruna AKPELNI in Semarang having above average stress. Collecting of research data used the scale of stres and observation. Treatment in this research in the form of emotional spritual quotient training ( ESQ). Desain of research experiment use the pre-test and post-test control group desain. Result of research show was existence of difference which significant among or between pre-test and post-test of experiment group. Group of experiment score is mean pretest 54,33 while score is mean post-test 47,33, happened by the degradation score of group mean is equal to 7,00. t-Test pre-test and post-test of experiment group equal to 5,129 by significant 0,000 ( p < 0,050) what the show of difference significant. According to result of t-test it shows significant different pre-test and post-test of experiment group, hence hypothesis in this research is accepted. Keyword : stress, training ESQ, taruna AKPELNI 143
Niaga Indonesia (AKPELNI) Semarang.
Pendahuluan Stres yang menimpa begitu banyak
AKPELNI merupakan perguruan tinggi
orang, adalah suatu keadaan batin yang
bahari di Kota Semarang, yang mencetak
diliputi
perwira
kekhwatiran
akibat
perasaan
pelayaran
seperti takut, tidak aman, ledakan perasaan
internasional.
yang berlebihan, cemas dan berbagai
penyelenggara
tekanan
Wiyata
lainnya,
yang
merusak
nasional
dan
Dibawah
badan
pendidikan
Yayasan
Dharma
dengan
keseimbangan tubuh. Ketika seseorang
menjadi
menderita stres, tubuhnya bereaksi dan
pengembangan pendidikan maritim yang
membangkitkan tanda bahaya, sehingga
diakui secara nasional dan internasional.
memicu
reaksi
Dengan sistem semi militer dan asrama
biokimia didalam tubuh (Rochman 2010:
selama satu tahun. Taruna AKPELNI
104).
benar-benar dipersiapkan untuk menjadi
terjadinya
Stres
beragam
diawali
dengan
adanya
ketidakseimbangan antara tuntutan dan
tinggi
kesenjangan
terjadi
peroleh dari buku pedoman akademik taruna
dialami
AKPELNI
menyatakan
bahwa
akan
merasa
setiap taruna AKPELNI wajib memenuhi
Hardjana
(dalam
ketentuan umum yang ditetapkan oleh
Yosep 2009: 45) stres sebagai keadaan
AKPELNI dan wajib pula menegakan dan
atau kondisi yang tercipta bila transaksi
memelihara
seseorang yang mengalami stres dan hal
peraturan tata tertib taruna yang telah
yang
stres
diatur dan berlaku di AKPELNI. Data
membuat orang yang bersangkutan melihat
yang peneliti dapat dari buku pedoman
ketidaksepadaan
atau
akademik AKPELNI maksud dan tujuan
kondisi dan sistem sumber daya biologis,
dari peraturan tata tertib taruna yaitu untuk
psikologis, dan sosial yang ada padanya.
memberikan arah dalam pembinaan bagi
terancam.
dan
dan
Berdasarkan data yang peneliti
semakin tinggi pula tingkat stres yang individu,
pelatihan
seorang pelaut bertaraf internasional.
sumber daya yang dimiliki individu, semakin
pusat
Semarang,
Menurut
dianggap
mendatangkan
antara
keadaan
serta
mentaati
seluruh
Dewasa ini perubahan tata nilai
taruna dan untuk mengatur cara bersikap
kehidupan berjalan begitu cepat karena
dan bertindak didalam maupun diluar
berbagai macam pengaruh. Salah satu
kampus dengan tujuan agar taruna menjadi
contoh perubahan pola hidup yang berbeda
pribadi yang ahli, terampil, cakap dalam
dengan kondisi perguruan tinggi pada
bertindak, bermental dan bermoral luhur
umumnya, yaitu pada Akademi Pelayaran
sesuai tanggung jawab di lingkungan 144
tugasnya
serta
berkepribadian
sesuai
tidak sebanyak taruna yang tidak hadir
pribadi taruna AKPELNI yang disiplin,
karena
sakit
(s)
disemester
genap
bertanggung jawab, sehat fisik dan mental,
2013/2014, justru taruna yang tidak hadir
serta tangguh menghadapi tantangan.
tanpa keterangan (a) semakin banyak.
Data yang peneliti peroleh sebagai
Angkatan 49 semester gasal 2013/2014
data awal, yaitu data absensi pada semester
(asrama), prosentase sakit lebih banyak
genap 2013/2014 hingga semester gasal
dibandingkan dengan izin dan tanpa
2013/2014
keterangan, namun angkatan 49 cenderung
bulan
September,
sebagai
berikut :
rendah, dikarenakan angkatan 49 adalah
Tabel 1 Daftar Absensi ANGKATAN 48 SEMESTER GENAP- ASRAMA Oktober November Desember S 41,23% 32,16% 42,10% I 2,09% 5,32% 4,75% A 8,55% 12,51% 38,15% ANGKATAN 48 SEMESTER GASALLUAR ASRAMA Agustus September S 18,03% 13,18% I 4,80% 6,12% A 25,07% 30,91%
angkatan yang masih baru, para taruna pun masih patuh-patuhnya pada peraturan dan kedisiplinan. Data
selanjutnya,
yaitu
data
kuesioner yang telah peneliti sebar pada hari Kamis, 3 Oktober 2013 pada 30 taruna
ANGKATAN 49 SEMESTER GASALASRAMA September S 5,60% I 0% A 4,47%
memperoleh
hasil
bahwa,
22
taruna
mengalami gejala stres diatas rata-rata dan 8 taruna mengalami gejala stres di bawah rata-rata. Wawancara yang peneliti lakukan
Berdasarkan tabel diatas, dapat
pada hari Kamis, 4 April 2013 menemukan
disimpulkan bahwa pada angkatan 48
bahwa menurut ketiga taruna AKPELNI
semester
sebagai interviewee, menyatakan bahwa
genap
2013/2014
(asrama)
dengan kurun waktu tiga bulan yaitu bulan
penyesuaian
Oktober,
Desember,
lingkungan asrama, peraturan dan tata
banyak taruna yang mengalami sakit (s)
tertib yang begitu ketat, kesenioritasan
dan ketidakhadiran tanpa keterangan (a)
juga aktivitas para taruna AKPELNI yang
khususnya
November,
pada
dan
diri
yang
sulit
dengan
bulan
Desember.
sangat padat. Kegiatan rutin yang ada di
kalender
akademik
dalam AKPELNI yaitu kegiatan pagi
AKPELNI bulan Desember merupakan
mengikuti apel pagi setelah apel selesai
bulan
diikuti
Berdasarkan
pemadatan
perkuliahan.
Pada
dengan
rangkaian
jadwal
angkatan 48 semester gasal 2013/2014
perkuliahan, olah raga, hingga sampai
(luar asrama) taruna yang tidak hadir
kegiatan di dalam asrama. Kondisi yang
karena sakit (s) masih ada, akan tetapi
demikian dirasakan oleh beberapa taruna 145
membuat
mereka
merasakan tekanan,
biologis. Hal tersebut dibuktikan oleh data
cemas, takut, rasa jenuh dan keluhan-
yang peneliti peroleh dari poliklinik
keluhan fisik. Hal tersebut diperkuat oleh
AKPELNI, sebagai berikut
Kendall & Hammen (dalam Safaria &
Tabel 2 Daftar Kesehatan Taruna
Saputra 2009: 28) menyatakan stres dapat terjadi pada individu ketika terdapat
No
Bulan
Jumlah Pasien 56 taruna 19 taruna 91 taruna
ketidakseimbangan antara situasi yang
1
Juni 2013
menuntut dengan perasaan individu atas
2
Juli 2013
3
Agustus 2013
4
September 178 2013 taruna
kemampuannya untuk bertemu dengan tuntutan-tuntutan tersebut. Situasi yang menuntut
tersebut
dipandang
sebagai
beban atau melebihi kemampuan individu
Keterangan Pemadatan perkuliahan dan Ujian Persiapan perkuliahan semester pendek Masa kegiatan mantap binafital dan masa kegiatan binafital Masa perkuliahan
untuk mengatasinya. Transisi
seseorang
ke
asrama menghadapkan seseorang pada perubahan-perubahan
dan
tuntutan-
tuntutan baru. Perubahan tersebut adalah lingkungan sekolah dan asrama yang baru, pengajar dan teman baru, aturan dan irama kehidupan asrama, perubahan sebagai akibat jauh dari orangtua. Sementara tuntutan yang harus dihadapi adalah tuntutan
dalam
kemandirian
bidang
dan
Perubahan-perubahan
akademik,
tanggungjawab. tersebut
dapat
menimbulkan stres (Widiastono, 2001). Sementara itu,
Lazarus dan Launier
(dalam Rochman 2010: 110) menyatakan bahwa stres adalah ketegangan fisik dan mental atau emosional karena tubuh kita merespon terhadap tuntutan, tekanan dan gangguan yang ada disekeliling kita. Beberapa
taruna
Berdasarkan tabel diatas dapat
sekolah
merasakan
keluhan yang disebabkan oleh faktor
disimpulkan
bahwa
taruna
yang
mengalami keluhan fisik (sakit) dan memeriksakan ke poli meningkat setiap bulannya. Khususnya pada masa kegiatan mantap binafital dan binafital, juga pada masa perkuliahan. Menurut dokter dan asisten dokter di poliklinik AKPELNI, mengatakan bahwa mayoritas yang datang ke poli adalah taruna yang masih berada di asrama. Menurut Selye (dalam Yosep 2009: 45) tubuh akan memberikan reaksi tertentu terhadap berbagai tantangan yang dijumpai dalam hidup kita berdasarkan adanya perubahan biologi dan kimia dalam tubuh. Diperkuat oleh
Hawari (dalam
Yosep 2009: 46) istilah stres dan depresi seringkali tidak dapat dipisahkan satu dengan
lainnya.
kehidupan
yang
Setiap
permasalahan
menimpa
seseorang (stressor
pada
psikososial)
diri dapat 146
mengakibatkan gangguan fungsi/faal organ
waktu.
tubuh. Reaksi tubuh (fisik) ini dinamakan
menyebutkan bahwa keadaan diasrama
stres. Selain faktor fisik, faktor lain yang
dengan
bisa dilihat adalah faktor eksternal, seperti
berbeda dengan di rumah bisa menjadi
hubungan dengan lingkungan, para senior
sumber tekanan (stresor) sehingga dapat
dan para dosen-dosen pengajar dan respon
menyebabkan stres. Ditambah dengan
para
peraturan-peraturan
kesenioritasan, contohnya ketika junior
akademi maupun asrama yang begitu ketat.
sedang mengerjakan tugas-tugas kuliah
taruna
pada
Peraturan
tersebut
antara
lain,
Penelitian
peraturan
Zakiyah
dan
(2010)
kondisi
yang
tiba-tiba ada senior yang memberikan
perkuliahan, pakaian dinas, penghormatan
perintah
dan salam, kehidupan di lingkungan
tersebut tidak dapat menolak dan harus
kampus, sikap dan kepribadian, kewajiban
mereka laksanakan. Merasa takut dan
penghuni asrama, hak asasi dalam agama
khawatir
dan kepercayaan, fasilitas dan layanan
konsekuensi yang akan mereka hadapai
taruna,
ketika
larangan-larangan
dan
sanksi
atau
instruksi
akan
mereka
maka
pelanggaran
melanggar
junior
dan
peraturan
kesalahan maupun sanksi fisik sesuai
maupun perintah dan instruksi menjadi
dengan pasal-pasal yang tertulis di buku
salah satu beban tersendiri oleh para taruna
pedoman akademik AKPELNI halaman 8-
AKPELNI, keluh kesah mereka pun hanya
24, selain itu juga rasa takut dan tertekan
bisa terluapkan saat di kamar dengan
menghadapi para senior, yaitu dimana para
bercerita dengan teman-teman sekamar
taruna AKPELNI harus mengikuti dan
atau waktu pesiar tiba mereka bisa
melaksanakan
meluapkan rasa tertekan dan jenuhnya
dengan
peraturan yang telah
baik
semua
ditetapkan
dan
dengan bermain games dengan teman-
tentang bagaimana seharusnya para taruna
teman, atau jalan-jalan ke mall bersama
AKPELNI bersikap.
dengan teman-teman. Mereka menganggap
Berdasarkan hasil wawancara awal
semua itu adalah hiburan sesaat untuk
pada hari Kamis, 4 April 2013 (Lampiran)
mereka ketika mereka berada di luar
dengan tiga taruna AKPELNI diperoleh
asrama.
data bahwa ketiga taruna tersebut merasa
Kondisi
yang
demikian,
tertekan karena begitu padatnya kegiatan
menjadikan keberadaan beberapa taruna
dan tugas-tugas yang harus terlaksanakan
AKPELNI
dengan rapi. Begitu pula dengan peraturan
mestinya dimana seharusnya selama di
dan tata tertib asrama yang mengharuskan
AKPELNI, para taruna dapat menerima
mereka bangun pukul 04.00 pagi tepat
segala konsekuensi yang telah dipilihnya
tidak
lagi
sebagaimana
147
dengan sepenuh hati ketika memutuskan
tersebut terjadi setelah kegiatan binafital.
untuk masuk ke AKPELNI, untuk menjadi
Kesulitan
perwira
dan
pertama adalah sulitnya adaptasi, lalu yang
internasional yang handal, pemberani,
kedua ada kesenioritasan dan tentunya
bertanggungjawab dan memperbaiki pola
peraturan yang sangat ketat. Kesulitan
dan tatanan hidup maupun pribadi yang
yang taruna alami juga kejenuhan di
tangguh untuk menerima dan menghadapai
lingkungan asrama menyebabkan banyak
segala tantangan dan peraturan tata tertib
pelanggaran yang muncul. Kondisi yang
yang ada di dalam AKPELNI tanpa
demikian, AKPELNI memberikan kiat-kiat
menjadikan beban, tetapi tantangan dan
dan usaha untuk membendung kesulitan
peraturan tata tertib tersebut menjadi
tersebut dengan cara pengarahan dan
beban pada beberapa taruna AKPELNI.
sosialisasi ketarunaan, etika yang mengacu
pelayaran
nasional
Adapun data pelanggaran taruna
yang
taruna
hadapi
yang
pada pertibtar, disisi lain para taruna
AKPELNI pada bulan Agustus-September
sangat
2013 (lampiran) yang peneliti peroleh, ada
hiburan dan yang paling penting adalah
17 taruna dengan status Tahanan Komplek,
wadah konseling untuk para taruna. Jadi,
yaitu 6 taruna mengaku weekand, 2 taruna
tidak hanya pengarahan ketarunaan dan
berkelahi, 4 taruna kasus rokok, 3 taruna
etika saja yang mereka butuhkan.
kurang disiplin, 1 taruna pemakaian atribut
membutuhkan
Dengan
kasih
sayang,
kenyataan
yang bukan haknya, 1 taruna menawarkan
beberapa
minuman beralkohol kepada senior.
AKPELNI memerlukan pelatihan yang
Berdasarkan
wawancara
yang
tidak
taruna
hanya
tersebut
kondisi
dapat dan
di
dalam
meningkatkan
peneliti lakukan pada hari Kamis, 17
pengetahuan,
Oktober 2013 pada Perwira Batalyon
bidang
AKPELNI (lampiran) menyatakan bahwa,
pelatihan lain yang dapat melengkapi
kasus dan pelanggaran yang sering terjadi
pelatihan-pelatihan yang sudah diberikan
antara lain yaitu kurangnya kedisiplinan
yaitu pelatihan yang bertujuan sebagai
taruna, merokok, kasus kehilangan HP di
pengembangan kepribadian dengan tujuan
asrama, lalu ada juga taruna yang kabur,
membentuk karakter yang tangguh
juga banyak taruna yang kesurupan. Kasus
mental yang positif yang tidak mudah
dan pelanggaran tersebut terjadi dari tahun
dilupakan
ke
tahun dan berulang-ulang. Kasus
internalisasi karakter. Menurut salah satu
kesurupan yang paling ekstrim terjadi pada
pengelola kemahasiswaan dan perwira
angkatan 47 lalu. Biasanya kejadian
batalyon di AKPELNI menyatakan bahwa,
kepelautan
tetapi
kemampuan saja,
dapat
dalam
melainkan
dan
terwujudnya
148
untuk kegiatan-kegiatan konseling dan
menjaga
meluapkan keluhan psikis, memang belum
melumpuhkan
ada program-program yang AKPELNI
berempati dan berdoa.
buat untuk para taruna. Sedangkan untuk masalah
kesehatan,
AKPELNI
sudah
agar
beban
stres
kemampuan
Kecerdasan
tidak berpikir,
emosional
dan
kecerdasan spiritual menjadi salah satu
menyediakan poliklinik khusus untuk para
kecerdasan yang perlu dimiliki
taruna yang mengalami keluhan fisik atau
seorang individu, di mana ketika individu
sakit. Berdasarkan uraian tersebut, maka
dihadapkan
perlu
mendatangkan
stres,
mengenal lebih dalam sisi psikologis
mengatasinya
dengan
(unsur afeksi). Salah satunya adalah
emosi,
Emotional Spiritual Quetient (ESQ).
mengendalikan dorongan hati, memahami
adanya
ESQ
pelatihan
adalah
menggabungkan
yang
pelatihan
konsep
dapat
pada
oleh
kondisi
yang
individu
dapat
mengendalikan
mengelola
perasaan,
yang
diri sendiri dan orang lain, bersabar,
Emotional
ikhlas, tabah, dan menguatkan spiritualnya
Intelligence dan Spritual Intelligence.
dalam
Menurut Zohar dan Marshall (2003: 4)
sikap-sikap
Spiritual Intelligence adalah kecerdasan
menangani masalahnya, sehingga dapat
untuk
memecahkan
membantu individu untuk menurunkan
nilai,
tingkat stresnya atau tidak rentan terhadap
menghadapi
persoalan
makna
dan dan
yaitu
kecerdasan untuk menempatkan perilaku
menghadapi
masalah.
tersebut
Dengan
individu
dapat
stres.
dan hidup kita dalam konteks makna yang
Pelatihan ESQ merupakan kegiatan
lebih luas dan kaya. Kecerdasan untuk
yang
menilai bahwa tindakan atau jalan hidup
secara
seseorang lebih bermakna dibandingkan
mengoptimalkan penggunaan kecerdasan
dengan yang lain. Kecerdasan spiritual
emosi dan spiritual, sebagai pembentukan
adalah landasan yang diperlukan untuk
karakter
memfungsikan kecerdasan intelektual dan
harapannya untuk menurunkan stres.
kecerdasan
emosional
secara
efektif.
direncanakan
dan
dilaksanakan
sistematis dan metodis untuk
mental
positif
Berdasarkan
sehingga
uraian
tersebut
Menurut Goleman (2005: 45) emotional
pelatihan ESQ dipandang perlu untuk
intellgence
meningkatkan
adalah
kemampuan
untuk
kecerdasan
emosi,
memotivasi diri sendiri dan bertahan
kecerdasan spiritual dan karakter mental
menghadapi
yang positif dan melahirkan hidup yang
frustasi,
mengendalikan
dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan
bahagia.
Diperkuat
kesenangan, mengatur suasana hati dan
Mustika
(2012),
oleh
Penelitian
menyatakan
bahwa 149
melalui pelatihan ESQ ketiga potensi
tengkuk, tekanan darah tinggi,
manusia digabungkan dan dibangkitkan
kelelahanh,
sehingga terbentuk karakter yang tangguh
berubah selera makan, susah tidut,
dan melahirkan kehidupan bahagia dan
kehilangan semangat.
penuh makna. Oleh karena itu peneliti
sakit
perut,
maag,
b. Gejala emosional, berupa keluhan
memilih penelitian ini untuk menurunkan
seperti
gelisah,
cemas,
mudah
stres pada taruna AKPELNI Semarang.
marah,
gugup,
takut,
mudah
Stres pada taruna AKPELNI
tersinggung, sedih dan depresi.
Menurut Rochman (2010: 107) stres
c. Gejala kognitif, berupa keluhan
merupakan ungkapan reaksi tubuh manusia
seperti susah berkonsentrasi, sulit
terhadap setiap tuntutan yang dialami
membuat keputusan, mudah lupa,
olehnya dan merupakan mobilitas atau
melamun secara berlebihan, pikiran
gerakan pembelaan tubuh. Widhiastuti
kacau.
(2010: 8) stres adalah perasaan tertekan,
d. Gejala interpersonal, sikap acuh tak
perasaan tertekan ini membuat orang
acuh
mudah tersinggung, mudah marah, dan
agresif,
konsentrasi terganggu.
terhadap Stres
pada
lingkungan, minder,
kehilangan
pekerjaan
jadi
kepercayaan kepada orang lain, dan
kepada
suatu
mudah mempersalahkan orang lain.
lebih
keadaan yang bersifat internal, yang
e. Gejala
organisasional,
disebabkan oleh tuntutan fisik (badan),
meningkatkan
atau
kerja
lingkungan,
apatis,
situasi
sosial
yang
atau
keabsenan kuliah
berupa dalam
menurunnya
berpotensi merusak dan tidak terkontrol.
produktivitas, ketegangan dengan
Stres menurut Sumiati (2010: 76) adalah
rekan kerja, ketidakpuasan kerja,
reaksi
dan menurunnya dorongan untuk
tubuh
menimbulkan
terhadap
situasi
tekanan,
yang
perubahan,
berprestasi.
ketegangan emosi, yang dipengaruhi oleh
Dapat disimpulkan bahwa
lingkungan maupun penampilan individu
gejala fisiologis, gejala emosional, gejala
di dalam lingkungan tersebut.
kognitif, gejala interpersonal, dan gejala
Rice (dalam Safaria & Saputra 2009: 30),
keorganisasian.
mengkategorikan gejala stres menjadi lima
Pelatihan ESQ
kategori, yaitu : a. Gejala fisiologis, berupa keluhan
ESQ
merupakan
antara kecerdasan
stres yaitu
penggabungan
emosional
dengan
seperti sakit kepala, sembelit, diare,
kecerdasan spiritual, yang diharapkan
sakit pinggang, urat tegang pada
dapat
memengaruhi
penurunan
stres 150
taruna.
Pemilihan
pelatihan
tersebut
berdasarkan pengamatan Goleman (2005:
b. Mental Building
59) yang menyatakan bahwa berdasarkan
Materi ini berisi penjelasan tentang
pengamatan banyak orang yang gagal
kesadaran diri (self conciousness),
dalam hidupnya bukan karena kecerdasan
yaitu tentang arti penting dimensi
intelektualnya
karena
mental. Dijabarkan tentang cara
kecerdasan
membangun kecerdasan emotional
mereka
rendah,
kurang
namun
memiliki
emosional. Tidak sedikit orang yang
secara
sukses dalam hidupnya karena memiliki
pembangunan prinsip bintang (star
kecerdasan
principle)
Angel
Principle,
intelegensinya hanya pada tingkat rata-
dilanjutkan
dengan
Leadership
rata. Kecerdasan emosional semakin perlu
Principle,
Learning
Principle,
dipahami, dimiliki dan diperhatikan dalam
Vision
pengembangannya
Organized Principle. Pada bagian
emosional
karena
meskipun
mengingat
sistematis,
Principle
dan
Well
ini
kompleks, yang memberikan dampak yang
kecerdasan emosional berdasarkan
sangat
kesadaran spiritual, serta sesuai
terhadap
kehidupan
tercipta
dari
kondisi kehidupan dewasa ini semakin
buruk
diharapkan
dimulai
format
emosional individu.
dengan suara hati terdalam
Agustian (2001: 30) karakteristik dari
diri manusia.
Pelatihan ESQ itu sendiri terdiri dari :
c. Personal Strength
a. Zero Mind process (penjernihan hati)
Bagian ini merupakan langkah yang dimulai dari penetapan misi
Materi
ini
mengungkap hati,
dari
ditujukan
belenggu-belenggu
penjernihan
mencoba
untuk
emosi
dan
atau
mision
statement
pembentukan kontinyu
karakter
dan
intensif
(1), secara atau
mengidentifikasi
character building (2), selanjutnya
belenggu tersebut, sehingga dapat
pelatihan pengendalian diri atau
dikenali apakah paradigma tersebut
self controlling (3). Ketiga langkah
telah memenjarakan suara hati.
ini akan menghasilkan apa yang
Hasil
disebut
akhir
yang
diharapkan
lahirnya alam bawah sadar yang jernih
dan
suci.
Tahap
ini
ketangguhan
pribadi
(personal strength) d. Social Strength
merupakan titik tolak dari sebuah
Materi
ini
akan
menguraikan
kecerdasan spiritual.
tentang pembentukan dan pelatihan 151
untuk
mengeluarkan
potensi
Subyek penelitian ini merupakan
spiritual menjadi langkah nyata,
taruna AKPELNI yang mempunyai stres di
serta
atau
atas rata-rata, taruna angkatan 49, dan
sinergi. Ini adalah perwujudan
bersedia mengikuti proses pelatihan dari
tanggung jawab sosial seseorang
awal hingga akhir. Subyek penelitian
individu
melakukan
yang
aliansi
telah
memiliki
berjumlah 38 taruna yang terbagi menjadi
pribadi.
Langkah
19 taruna kelompok eksperimen dan 19
selanjutnya dinamakan Langkah
taruna kelompok kontrol. Penelitian ini
Sinergi atau Sinergic Collaboration
menggunakan skala stres. Teknik analisis
dan langkah Aplikasi Total atau
data
Total
hipotesis adalah uji-t (t-test).
ketangguhan
Action.
diharapkan
Pada
tahap
akan
ketangguhan
ini
terbentuk
sosial
(social
yang digunakan untuk menguji
Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil
penghitungan
strength).
uji-t (t-test) dengan program SPSS versi
Uraian yang telah disampaikan
15.0 nampak ada penurunan skor rata-rata
tersebut dapat disimpulan bahwa
sebelum dan sesudah pelatihan. Melalui
karakteristik
Pelatihan
analisis diperoleh nilai t pada kelompok
Quotient
eksperimen sebesar 5, 125 dengan p =
(ESQ) yaitu zero mind process,
0,000 (p< 0,05) sehingga ada perbedaan
mental building, personal strength,
yang signifikan antara skor pre-test dan
dan social strength.
post-test
Emotional
dari Spiritual
eksperimen.
Selanjutnya nilai t pada kelompok kontrol
Metode Penelitian Penelitian
kelompok
ini
untuk
sebesar 2, 246 dengan p = 0,041 (p< 0,05)
menguji perbedaan stres pada taruna yang
sehingga ada perbedaan yang signifikan
diberi pelatihan ESQ daripada taruna yang
antara skor pretest dan posttest kelompok
tidak diberi pelatiha ESQ. Hipotesis yang
kontrol. Berdasarkan hasil tersebut dapat
diajukan dalam penelitian ini adalah
dinyatakan bahwa ada penurunan stres
terdapat perbedaan stres pada taruna
pada kelompok eksperimen yang diberikan
AKPELNI
pelatihan,
yang
bertujuan
telah
mendapatkan
pelatihan ESQ. Taruna yang mendapatkan pelatihan, memiliki tingkat stres yang lebih
rendah
mendapat sebaliknya.
dibanding
pelatihan,
yang begitu
dengan
demikian
hipotesis
dalam penelitian dapat diterima. Penelitian ini menunjukkan hasil
tidak
bahwa Pelatihan ESQ yang dilakukan
juga
dengan metode ceramah, permainan, film, relaksasi dan diskusi dapat digunakan 152
untuk menurunkan stres yang ditandai
Hasil penelitian ini sejalan dengan
dengan menurunnya stres pada kelompok
pendapat Goleman (2005 : 426) manfaat
eksperimen.
penelitian
yang
kecerdasan emosional salah satunya yaitu
eksperimen
yang
mengurangi tingkat stres, hal ini sesuai
semula mempunyai stres di atas rata-rata
dengan hasil penelitian ini terbukti secara
setelah mengikuti Pelatihan ESQ terbukti
empiris
rata-rata mengalami penurunan stres.
kecerdasan emosional dalam pelatihan
sebagai
Subyek
kelompok
bahwa
salah
satu
manfaat
Berdasarkan perbedaan skor total
ESQ secara signifikan dapat menurunkan
skala stres pretest dan posttest kelompok
stres. Selain itu penelitian sebelumnya
eksperimen
mengalami
tentang pelatihan ESQ memberikan bentuk
penurunan ± 88,89 % (16 taruna dari 18
karakter yang tangguh dan melahirkan
taruna) yang mengalami penurunan stres
kehidupan bahagia dan penuh makna.
dan sisanya ± 11,11 % (2 orang dari 18
Hasil
orang) yang mengalami peningkatan stres.
pendukung hasil yang sejalan yaitu dapat
Walaupun terjadi penurunan skor reaksi
menurunkan stres dengan subjek penelitian
psikologis stres tetapi dari 16 taruna yang
yang berbeda yaitu pada penelitian ini
terjadi penurunan, skor masih termasuk
taruna
kategori di atas rata-rata yaitu terdapat 5
penelitian, tetapi hasil yang diperoleh
orang yaitu subyek 7, subyek 8, subyek 11
menunjukan bahwa pelatihan ESQ dapat
dan subyek 12, subyek 15 dan 11 taruna
menurunkan stres.
secara
umum
peserta lainnya mengalami penurunan stres
penelitian
ini
AKPELNI
terbukti
sebagai
sebagai
Kelemahan-kelemahan
subjek
penelitian
termasuk kategori di bawah rata-rata yaitu
berkaitan dengan padatnya jam kegiatan
subyek 1, subyek 2, subyek 4, subyek 5,
maupun prosedur dari pihak AKPELNI
subyek 6, subyek 10, subyek 13, subyek
Semarang yang begitu ketat, sehingga
14, subyek 16, subyek 17, subyek 18.
tryout
Selain itu, ada 2 peserta yaitu subyek 3 dan
diselenggarakan. Oleh karena itu, validitas
subyek 9 yang mengalami peningkatan
dan reliabilitas modul pelatihan tidak dapat
stres.
terukur. Selain itu, modul pelatihan ESQ Pada kelompok kontrol terdapat
40
%
(6
taruna)
yang
mengalami
modul
pelatihan
tidak
dapat
merupakan modul yang sudah pakem dari pihak lembaga ESQ, sehingga peneliti
perubahan stres sedangkan ada 9 taruna
tidak
dapat
berperan
banyak
dalam
yang tidak terjadi perubahan stres atau
kontribusi pembuatan modul pelatihan.
tetap.
Terikatnya oleh peraturan, akses peneliti menentukan pengambilan sample telah 153
ditentukan oleh pihak AKPELNI yang
Mustika, A. 2012.”Pengaruh Perkuliahan
hanya diperbolehkan mengambil tiga kelas
Pendidikan Karakter dan Pelatihan ESQ
saja dari beberapa kelas yang ada, dan
Pembentukan Kepribadian
terjadinya mortalitas subjek penelitian
Mahasiswa Prodi Pendidikan Administrasi
dikarenakan beberapa subjek penelitian harus melaksanakan kegiatan ketarunaan
Perkantoran
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negri Yogyakarta
tepat waktu dan tidak mendapatkan izin
Angkatan 2010”. Skripsi.
keluar, juga ada taruna yang sedang sakit,
http://eprints.uny.ac.id/8548/1/1%2
sehingga ada subjek yang tidak dapat
0%/2008402241036.pdf. (Diunduh
mengikuti proses penelitian. Pelatihan
pada tanggal 26 September
yang dilakukan dalam waktu yang cukup
2013).
singkat
Rochman, K. L. 2010. Kesehatan Mental.
yaitu
2
hari,
hanya
dapat
memberikan perubahan pada mainset’nya
Purworejo: STAIN Press.
saja
Saputra & Safaria. 2009. Manajemen
belum
dapat
secara
optimal
memodifikasi perilaku subjek penelitian.
Emosi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Simpulan
Sumiati, R, Tutiany, H.N, & Mumpuni.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelatihan ESQ dapat menurunkan
stres
pada
kelompok
2010. Penanganan Stres pada Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: Trans Info Media.
eksperimen yang diberikan perlakukan
Widhiastuti, H. 2010. Mengelola Stres:
berupa
Menjadi Suatu Kekuatan. Semarang:
pelatihan
ESQ
dibandingkan
kelompok kontrol yang tidak diberikan
Semarang University Press.
perlakukan berupa pelatihan ESQ.
Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa Edisi
Daftar Pustaka
Revisi. Bandung: PT. Refika Aditama.
Akademi Pelayaran Niaga Indonesia
Zakiyah, N. 2010.”Hubungan Antara
(AKPELNI). 2012. Buku Pedoman
Penyesuaian Diri Dengan Prokrastinasi
Akademik. (Tidak diterbitkan). Semarang: AKPELNI Agustian, A.G. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual. Jakarta: Penerbit Arga. Goleman, D. 2005. Emotional Intelligence.
Akademik Siswa Sekolah Berasrama SMPN 3 Peterongan Jombang”. Jurnal Psikologi Undip. No. 2, hal. 156-167, Oktober. Zohar, D & Marshall, I. 2003. Kecerdasan Spiritual. Bandung: Mizan.
Alih Bahasa: T. Hermaya. Jakarta: PT. Gramedia. 154