PENILAIAN RISIKO BIAYA KONTRAK LUMPSUM DAN KONTRAK UNIT PRICE MELALUI IMPLEMENTASI METODE AHP (STUDI KASUS KONTRAKTOR DI KAB. TANAH DATAR)
ARTIKEL
Fhuji Thursina Efrijal NPM. 1210018312003
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS BUNG HATTA 2014 1
PENILAIAN RISIKO BIAYA KONTRAK LUMPSUM DAN KONTRAK UNIT PRICE MELALUI IMPLEMENTASI METODE AHP (STUDI KASUS KONTRAKTOR DI KAB. TANAH DATAR) Fhuji Thursina Efrijal, Nasfryzal Carlo dan Yusrizal Bakar Program Studi Teknik Sipil, Program Pasca Sarjana Universitas Bunghatta E-mail:
[email protected]
ABSTRACT For implementation of construction project, a contract is a standard bond between the project owner as a service user (owner) with implementers/ contractor as service provider. The contract verify form of cooperation, both in terms of technical, financial, time and in terms of law. The contract lumpsum and unit price contract have advantages and disadvantages of each that need to be considered for the contractor to determine the action to take on project major. Due to the influence of the research sites, social, cultural, and geographical conditions that would affect the risk of service providers through a lump sum contract and the unit price contract, the study aims to review the criteria for the risk undertaken by the research Suputra and Wirantha (2009) using the Analytic Hierarchy Process (AHP), with the expert choice software. The data collection is done by distributing questionnaires to the experts that are experienced and have knowledge of the issues contract lump sum contract unit price in the district Tanah Datar. Based on the result of the risk analysis, obtained 10 criteria that factor- significant risk factor about lumpsum contract and unit price contract, with the result of the risk priority order, the contract lumpsum obtained is the different with field site conditions specified in the contract has a value of 0,1829 or a weight 18,29%, while in the unit contract unit price showed less procurement of additional work (change orders) with a weight of 0,1608 or 16,08%. Therefore, be expected contractors to understand the types of contract before starting work. Key work: Analytic Hirarcy Process (AHP), Expert Choice, Lumpsum Contract, Unit Price Contract ABSTRAK Pada pelaksanaan proyek konstruksi, kontrak merupakan ikatan baku antara pemilik proyek selaku pengguna jasa (owner) dengan pelaksana/kontraktor selaku penyedia jasa. Kontrak menjabarkan bentuk kerjasama, baik dalam hal teknik, finansial, waktu maupun dari segi hukum. Kontrak lumpsum dan kontrak unit price memiliki kelebihan dan kekurangan masing- masing yang perlu dijadikan bahan pertimbangan bagi kontraktor untuk menentukan tindakan dalam mengambil pekerjaan proyek. Dikarenakan adanya pengaruh lokasi penelitian, sosial, budaya, maupun kondisi geografis yang akan mempengaruhi risiko penyedia jasa melalui kontrak lumpsum dan kontrak unit price, maka penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kembali kriteria risiko yang dilakukan oleh penelitian Suputra dan Wirantha (2009) menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP), dengan software expert choice. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuisioner kepada orang yang berpengalaman dan mempunyai pengetahuan 2
terhadap masalah kontrak lumpsum dan kontrak unit price di Kab. Tanah Datar. Berdasarkan hasil analisis risiko tersebut, diperoleh bobot yang berbeda dengan penelitian terdahulu. Urutan skala prioritas risiko pada kontrak lumpsum didapatkan kriteria risiko yaitu perbedaan kondisi site lapangan dengan yang tercantum dalam kontrak dengan bobot sebesar 0,1829 (18,29%), sedangkan pada kontrak unit price didapatkan kriteria pengadaan pekerjaan tambah kurang (change order) dengan nilai bobot sebesar 0,1608 (16,08%). Disarankan kepada kontraktor untuk lebih memperhatikan kriteria risiko sebelum menentukan kontrak pekerjaan yang akan dilaksanakan. Kata kunci: Analytic Hierarchy Process (AHP), Expert Choice, Kontrak Lumpsum, Kontrak Unit Price PENDAHULUAN Pemerintah Kabupaten Tanah Datar setiap tahunnya mempergunakan bidang jasa konstruksi untuk pembangunan infrastruktur seperti pembangunan gedung, jalan, irigasi, dll. Dengan pelaku bidang usaha adalah kontraktor- kontraktor yang telah berpengalaman dalam bidang konstruksi. Dalam pelaksanaan proyek konstruksi, kontrak merupakan ikatan baku antara pemilik proyek selaku pengguna jasa (owner) dengan pelaksana/kontraktor selaku penyedia jasa. Banyak penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti- peneliti yang membahas kriteria- kriteria risiko yang berhubungan dengan sistem kontrak lumpsum dan kontrak unit price. Adanya perbedaan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh lokasi penelitian, sosial, budaya dan kondisi geografis dimana penelitian itu dilakukan. Menurut Gillin dalam Khrisna (2012), menyatakan bahwa perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan, dinamika dan komposisi penduduk, ideologi, ataupun karena adanya penemuan-penemuan baru di dalam masyarakat. Berdasarkan hal tersebut ada kemungkinan jika suatu penelitian dilakukan ditempat yang
berbeda akan menghasilkan kriteria risiko yang berbeda pula. Untuk mengetahui kriteria risiko yang mempunyai pengaruh signifikan, serta mengetahui kriteria yang menjadi skala prioritas terhadap kontrak lumpsum dan kontrak unit price, digunakan metode Analytical Hirarchy Process (AHP) dengan menggunakan alat bantu expert choice. Menurut Wikipedia (02 Maret 2014), kata proyek berasal dari bahasa latin projectum, dari kata kerja proicere yang artinya "untuk membuang sesuatu ke depan". Kata awalnya berasal dari kata pro-, yang menunjukkan sesuatu yang mendahului tindakan dari bagian berikutnya dari suatu kata dalam suatu waktu(paraleldengan bahasa Yunani πρό) dan kata iacere yang artinya "melemparkan". Sehingga kata "proyek" sebenarnya berarti "sesuatu yang datang sebelum apa pun yang terjadi". Dalam bahasa Indonesia, kata proyek merupakan serapan dengan cara penerjemahan dari bahasa asing project. Menurut Budi Santoso dalam Somantri (2005), manajemen proyek adalah kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan sumber daya organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu, dalam waktu tertentu, untuk mencapai sumber daya tertentu. 3
Manajemen proyek mempergunakan personil perusahaan untuk ditempatkan pada tugas tertentu dalam proyek. Menurut Wulfram I. Ervianto dalam Somantri (2005), manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) sampai selesainya proyek untuk menjamin biaya proyek dilaksanakan tepat waktu, tepat biaya dan tepat mutu. Jadi manajemen proyek itu adalah suatu kegiatan yang ada proses perencanaanya, untuk mengarahkan suatu sumber daya dan mendapatkan gagasan untuk menjamin pelaksanaan proyek tepat waktu, biaya dan mutu. Menurut Asiyanto (2005), dalam perspektif kontraktor risiko adalah kemungkinan terjadinya sesuatu keadaan/peristiwa/kejadian dalam proses kegiatan usaha, yang dapat berdampak negatif terhadap pencapaian sasaran usaha yang telah ditetapkan. Secara umum risiko dapat diklasifikasikan menurut berbagai sudut pandang yang tergantung dari kebutuhan dalam penanganannya (Rahayu, 2001) : 1) Risiko murni dan risiko spekulatif (Pure risk and speculative risk) Dimana risiko murni dianggap sebagai suatu ketidakpastian yang dikaitkan dengan adanya suatu luaran (outcome) yaitu kerugian. Contoh risiko murni kecelakaan kerja di proyek. Karena itu risiko murni dikenal dengan nama risiko statis. Risiko spekulatif mengandung dua keluaran yaitu kerugian (loss) dan keuntungan (gain). Risiko spekulatif dikenal sebagai risiko dinamis. Contoh risiko spekulatif pada perusahaan asuransi jika risiko yang dijamin terjadi maka pihak asuransi
akan mengalami kerugian karena harus menanggung uang pertanggungan sebesar nilai kerugian yang terjadi tetapi bila risiko yang dijamin tidak terjadi maka perusahaan akan meperoleh keuntungan. 2) Risiko terhadap benda dan manusia, dimana risiko terhadap benda adalah risiko yang menimpa benda seperti rumah terbakar sedangkan risiko terhadap manusia adalah risiko yang menimpa manusia seperti risiko hari tua, kematian dsb. 3) Risiko fundamental dan risiko khusus (fundamental risk and particular risk). Risiko fundamental adalah risiko yang kemungkinannya dapat timbul pada hampir sebagian besar anggota masyarakat dan tidak dapat disalahkan pada seseorang atau beberapa orang sebagai penyebabnya, contoh risiko fundamental: bencana alam, peperangan. Risiko khusus adalah risiko yang bersumber dari peristiwaperistiwa yang mandiri dimana sifat dari risiko ini adalah tidak selalu bersifat bencana, bisa dikendalikan atau umumnya dapat diasuransikan. Jenis risiko pada pelaksanaan proyek konstruksi beragam, namun tidak semua risiko-risiko tersebut perlu diprediksi dan diperhatikan untuk memulai suatu proyek karena hal itu akan memakan waktu yang lama. Oleh karena itu pihak-pihak didalam proyek kontruksi perlu untuk memberi prioritas pada risiko-risiko yang penting yang akan memberikan pengaruh terhadap keuntungan proyek. Risiko-risiko tersebut adalah (Wideman, 1992): • External, tidak dapat diprediksi (tidak dapat dikontrol):
4
•
•
•
•
a)Perubahan peraturan perundangundangan, b)Bencana alam: badai, banjir, gempa bumi, c) Akibat kejadian pengrusakan dan sabotase, d)Pengaruh lingkungan dan sosial, sebagai akibat dari proyek, e)Kegagalan penyelesaian proyek External, dapat diprediksi (tetapi tidak dapat dikontrol): a)Resiko pasar, b)Operasional (setelah proyek selesai), c)Pengaruh lingkungan, d)Pengaruh sosial, e)Perubahan mata uang, f)Inflasi, g)Pajak Internal, non-teknik (tetapi umumnya dapat dikontrol): a)Manajemen, b)Jadwal yang terlambat, c)Pertambahan biaya, d)Cash flow, e)Potensi kehilangan atas manfaat dan keuntungan Teknik (dapat dikontrol): a)Perubahan teknologi, b)Risikorisiko spesifikasi atas teknologi proyek, c)Desain Hukum, timbulnya kesulitan akibat dari : a)Lisensi, b)Hak paten, c)Gugatan dari luar, d)Gugatan dari dalam, e) Hal-hal tak terduga
METODOLOGI PENELITIAN Pengumpulan Data Untuk mencapai tujuan penelitian, diperlukan beberapa instrument penelitian baik dalam pengumpulan data maupun pengolahan atau analisa data. Adapun instrument yang digunakan sebagai berikut : a. Studi Literatur Kajian literatur ini akan diketahui kriteria- kriteria risiko yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap kontrak lumpsum dan kontrak unit price sebagai
bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya. Kriteria- kriteria ini kemudian dijadikan kuisioner untuk dilakukan penyebaran kepada pihakpihak yang terkait langsung dengan permasalahan yang ada. b. Populasi dan Sampel Populasi sasarannya adalah kontraktor yang merupakan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam penyelenggaraan proyek konstruksi di Kabupaten Tanah Datar. Sedangkan penentuan sampel penelitian digunakan teknik Malhotra (1993) yaitu memberikan panduan ukuran sampel yang diambil dapat ditentukan dengan cara mengalikan jumlah variabel dengan 5, atau 5x jumlah variabel. Dengan demikian jika jumlah variabel yang diamati berjumlah 20, maka sampel minimalnya adalah 5 x 20 = 100. Dengan berpedoman kepada Malhotra, maka penulis mengambil jumlah responden (pakar) minimal yang digunakan adalah 50 responden, karena jumlah variabel yang dimiliki ada 10. c. Kuisioner Penyebaran kuisioner dilakukan dengan menentukan berapa sampling responden yang menjadi pakar yang telah berpengalaman dan mempunyai pengetahuan dalam masalah tersebut yaitu direktur, site manager, pelaksana lapangan, PPK dan PPTK. Data kuisioner penelitian berbentuk angkaangka dan bukan dinyatakan dalam simbol. Kuisioner dirancang dengan skala yang telah ditetapkan oleh Saaty dalam Utamiyanti (2004) yaitu seperti tabel dibawah ini:
5
Model Name: Kuisioner Lumpsum Priorities with respect to:
Combined
Goal: Risiko Kontrak
Skala 1
Definisi Sama-sama disukai/penting
3
Cukup disukai/penting
5
Lebih disukai/penting
7
Sangat disukai/penting
9
Mutlak disukai/penting
2,4,6,8
Nilai-nilai antara
Resipr okal
Jika elemen 1 dibanding elemen 2 adalah skala 7, maka elemen 2 dibanding elemen 1 adalah skala 1/7
Keterangan (misalkan) Elemen 1 dan 2 samasama disukai/penting. Elemen 1 cukup disukai/penting dibanding elemen 2. Elemen 1 lebih disukai/penting dibanding elemen 2. Elemen 1 sangat disukai/penting dibanding elemen 2. Elemen 1 mutlak disukai/penting dibanding elemen 2. Jika ragu-ragu dalam memilih skala, misalkan memilih sangat disukai atau mutlak disukai.
Asumsi yang masuk akal
Setelah diketahui kriteria- kriteria yang memiliki pengaruh signifikan pada masing- masing jenis kontrak, maka tahap selanjutnya adalah tahap menganalisis data dengan menggunakan metode Analytc Hierarcy Process (AHP), merupakan suatu cara untuk mempercepat pengambilan keputusan dalam suatu susunan hirarki. Untuk itu digunakan alat bantu yang dinamakan expert choice, yaitu untuk menentukan bobot dari kriteria risiko dan skala prioritas dari masing- masing kontrak tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah melakukan tahap- tahap seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka didapatkan hasil nilai bobot kriteria dari kontrak lumpsum dan kontrak unit price yaitu tergambar dalam gambar 1 dan 2 dibawah ini:
Perbedaan kondisi site lapangan dengan yang tercantum dalam kontrak (X1) Pengadaan pekerjaan tambah kurang (change order) (X2) Lingkup kerja yang tidak lengkap, tidak sesuai dengan gambar dan spesifikasi, misalny... Sifat proyek dalam lingkup kerja yang masih baru atau belum pernah dilaksanakan seb... Perubahan, penundaan schedule pekerjaan atas permintaan atau interupsi owner (X5) Kelemahan dalam pengendalian penerimaan pembayaran, misalnya pembayaran peke... 2/22/2014 12:32:31 AM Kenaikan harga-harga di pasar (X7) Pekerjaan ulang (rework) yang disebabkan oleh perubahan desain (X8) Kelebihan jumlah material yang didatangkan (waste) lebih besar dari perkiraan (X9) Perubahan ruang lingkup pekerjaan (X10)Model Name: Kuisioner Unitprice Inconsistency = 0.04 with 0 missing judgments.
.183 .165 .131 .118 .093 .077 .065 .061 .059 .047
Page 1 of 1
Priorities withBobot respect to: Kriteria Kontrak Combined Gambar 1. Grafik Goal: Risiko Kontrak Lumpsum
Perbedaan kondisi site lapangan dengan yang tercantum dalam kontrak (X1) Pengadaan pekerjaan tambah kurang (change order) (X2) Lingkup kerja yang tidak lengkap, tidak sesuai dengan gambar dan spesifikasi, misalny... Sifat proyek dalam lingkup kerja yang masih baru atau belum pernah dilaksanakan seb... Perubahan, penundaan schedule pekerjaan atas permintaan atau interupsi owner (X5) Kelemahan dalam pengendalian penerimaan pembayaran, misalnya pembayaran peke... Kenaikan harga-harga di pasar (X7) Pekerjaan ulang (rework) yang disebabkan oleh perubahan desain (X8) Kelebihan jumlah material yang didatangkan (waste) lebih besar dari perkiraan (X9) Perubahan ruang lingkup pekerjaan (X10) Inconsistency = 0.08 with 0 missing judgments.
.147 .167 .157 .137 .108 .088 .068 .050 .043 .036
Gambar 1. Grafik Bobot Kriteria Kontrak Unit Price
Berdasarkan grafik di atas didapatkan nilai CR sebesar 0,0448 atau 4,48% untuk kontrak lumpsum, dan nilai CR sebesar 0,0805 atau 8,05% untuk kontrak unit price. Oleh karena nilai CR lebih kecil dari 0.1 atau 10%, maka bisa disimpulkan bahwa data yang diambil konsisten dan dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan hasil yang didapatkan dari proses pengolahan data, digambarkan bahwa nilai bobot yang paling besar berada pada posisi X1 yaitu perbedaan kondisi site lapangan dengan yang tercantum dalam kontrak, dengan nilai bobot sebesar 0,1829 atau 18,29% untuk kontrak lumpsum. Hal ini FhujiE perubahan atau disebabkan karena perpindahan lokasi yang disebabkan oleh masalah sosial seperti pada saat 6
FhujiE
kesulitan dalam pembebasan lahan. Dikabupaten Tanah Datar kepemilikan lahan tersebut kebanyakan berstatus kepemilikan bersama seperti tanah kaum, dan masalah tanah adalah masalah yang sensitif bagi manusia pada umumnya dan masyarakat Minangkabau khususnya (Irwandi, 2010). Dan pada kontrak unit price bobot terbesar berada pada posisi X2 yaitu pengadaan pekerjaan tambah kurang (change order) dengan nilai bobot 0,1608 atau 16,08%, hal ini disebabkan karena berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan oleh kontraktor, apabila mengalami kesulitan dalam pembebasan lahan, maka akan diadakan perubahan desain pada lahan yang baru, sesuai dengan kebutuhan owner, dan itu akan berakibat penambahan durasi pekerjan proyek. Apabila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suputra dan Wiranatha (2009) di Kota Denpasar, nilai bobot terbesar berada pada posisi X3 (lingkup kerja yang tidak lengkap, tidak sesuai dengan gambar dan spesifikasi, misalnya batasbatas lingkup kerja yang kurang jelas dalam hal material) dengan bobot sebesar 0,1820 atau 18,20%. Sementara berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, untuk X3 berada pada posisi urutan ketiga untuk kontrak lumpsum dan urutan kedua untuk kontrak unit price. Hal ini menunjukkan bahwa perencanaan awal yang lebih baik dan sempurna apabila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di Kota Denpasar. Sedangkan posisi X1 (perbedaan kondisi site lapangan dengan yang tercantum dalam kontrak) yang menjadi bobot terbesar pada penelitian kami dari kontrak lumpsum, berada pada urutan
kedua pada penelitian yang dilakukan oleh Suputra dan Wiranatha (2009), hal ini disebabkan karena kondisi topografi wilayah pada Kabupaten Tanah Datar mempunyai kontur daerah yang berbukit- bukit, dibandingkan dengan Kota Denpasar yang relatif datar. Pada kontrak unit price nilai bobot terbesar berada pada posisi X2 (pengadaan pekerjaan tambah kurang (change order), sedangkan dari penelitian sebelumnya posisi X2 ini berada pada urutan ketujuh, hal ini disebabkan karena pada Kab. Tanah Datar perencanaan yang dilakukan kurang baik, sehingga pada saat pelaksanaan proyek tidak diketahuinya bagaimana kondisi lapangan tersebut. KESIMPULAN Penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1. Hasil analisis metode AHP dengan menggunakan software expert choice, terdapat kriteria- kriteria risiko yang memiliki pengaruh signifikan terhadap masing- masing jenis kontrak, seperti yang ditunjukkan sesuai dengan urutan pada tabel 1 dan tabel 2 sebagai berikut:
7
Tabel 1. Bobot Risiko Kontrak Lumpsum No.
Kriteria
Bobot
1.
Perbedaan kondisi site lapangan dengan yang tercantum dalam kontrak
0,1829
2.
Pengadaan pekerjaan tambah kurang (change order) Lingkup kerja yang tidak lengkap, tidak sesuai dengan gambar dan spesifikasi, misalnya batas-batas lingkup kerja yang kurang jelas dalam hal material
0,1621
4.
Sifat proyek dalam lingkup kerja yang masih baru atau belum pernah dilaksanakan sebelumnya, dengan tingkat kesulitan konstruksi tertentu
0,1177
5.
Perubahan, penundaan schedule pekerjaan atas permintaan atau interupsi owner
0,0942
6.
Kelemahan dalam pengendalian penerimaan pembayaran, misalnya pembayaran pekerjaan yang tidak tepat pada waktunya Kenaikan harga-harga di pasar
0,0774
8.
Pekerjaan ulang (rework) yang disebabkan oleh perubahan desain
0,0622
9.
Kelebihan jumlah material yang didatangkan (waste) lebih besar dari perkiraan Perubahan ruang lingkup pekerjaan
0,0601
3.
7.
10.
0,1296
0,0659
0,0478
Tabel 2. Bobot Risiko Kontrak Unit Price No.
Kriteria
Bobot
1.
Pengadaan pekerjaan (change order)
kurang
0,1608
2.
Lingkup kerja yang tidak lengkap, tidak sesuai dengan gambar dan spesifikasi, misalnya batas-batas lingkup kerja yang kurang jelas dalam hal material
0,1507
3.
Perbedaan kondisi site lapangan dengan yang tercantum dalam kontrak
0,1479
4.
Sifat proyek dalam lingkup kerja yang masih baru atau belum pernah dilaksanakan sebelumnya, dengan tingkat kesulitan konstruksi tertentu
0,1342
5.
Perubahan, penundaan schedule pekerjaan atas permintaan atau interupsi owner
0,1086
6.
Kelemahan dalam pengendalian penerimaan pembayaran, misalnya pembayaran pekerjaan yang tidak tepat pada waktunya Kenaikan harga-harga di pasar
0,0905
8.
Pekerjaan ulang (rework) yang disebabkan oleh perubahan desain
0,0534
9.
Kelebihan jumlah material yang didatangkan (waste) lebih besar dari perkiraan Perubahan ruang lingkup pekerjaan
0,0450
7.
10.
tambah
0,0718
0,0367
2. Urutan skala prioritas risiko yang
didapatkan dari hasil adalah yang mempunyai nilai bobot terbesar. Pada kontrak lumpsum didapatkan hasil yaitu perbedaan kondisi site lapangan dengan yang tercantum dalam kontrak mempunyai nilai bobot sebesar 0,1829 atau sebesar 18,29%, sedangkan pada kontrak unit price didapatkan hasil pengadaan pekerjaan tambah kurang (change order) dengan nilai bobot sebesar 0,1608 atau 16,08%. SARAN 1. Disarankan kepada kontraktor agar berhati- hati dalam memilih jenis kontrak pada pekerjaan yang akan dijalani, memperhatikan dengan cermat gambar pelaksanaan dan kondisi lapangan, serta petunjuk teknis tentang pekerjaan yang akan dilaksanakan, agar tidak adanya kesalahan dalam pembacaan gambar dan pelaksanaan pekerjaan. 2. Untuk penelitian lebih lanjut diharapkan dapat dilakukan pada kawasan yang lebih luas seperti tingkat Provinsi Sumatera Barat, karena penelitian ini baru hanya dilakukan setingkat Kabupaten Tanah Datar. DAFTAR PUSTAKA Asiyanto. 2005. Manajemen Produksi Untuk Jasa Konstruksi, Pradnya Paramita, Jakarta. Khrisna, Praditya. 2012. Perubahan Sosial Budaya. Balikpapan. Irwandi. 2010. Pergeseran Hukum Adat dalam Pemanfaatan Tanah Ulayat Kaum di Kecamatan Banu Hampu Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat. Universitas Diponegoro. 8
Semarang. Naresh. Malhotra K. 1993. Marketing Research An Applied Orientation, second edition, Prentice Hall International Inc, New Jersey. Rahayu, P.H. 2001. Asuransi Contractor’s All Risk sebagai Alternatif Pengalihan Risiko Proyek Dalam Industri Konstruksi Indonesia. Seminar Nasional Manajement Konstruksi 2001. Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan. Bandung. Retnoningsih, Dwi. Pemanfaatan Aplikasi Expert Choice Sebagai Alat Bantu dalam Pengmbilan Keputusan (Studi Kasus: Pemilihan Program Studi di Universitas Sahid Surakarta). Program Studi Teknik Informatika. Universitas Sahid Surakarta. Somantri, Agus. 2005. Studi tentang Perencanaan Waktu dan Biaya Proyek Penambahan Ruang Kelas di Politeknik Manufaktur pada PT. Haryang Kuning. Fakultas Bisnis dan Manajemen. Universitas Widyatama. Suputra, I Gusti Ngurah Oka. 2009 Analisa Perbandingan Resiko Biaya Kontrak Lump Sum Dan Kontrak Unit Price Dengan Metode AHP (Studi Kasus Kontraktor Di Kota Denpansar). Universitas Udayana, Denpasar. Wideman, Max. R. 1992. Project and Program Risk Management: A Guide to Managing Project Risk Opportunities. Project Manajement Institute. America. Wikipedia.http://id.wikipedia.org/wiki/ Proyek. 02 Maret 2014.
9
10