Media Teknik Sipil, Volume XII, Januari 2012 ISSN 1412-0976
MANAJEMEN RESIKO BERDASARKAN TINGKAT KEPENTINGAN RESIKO PADA PROYEK DENGAN SISTEM KONTRAK LUMP SUM DAN UNIT PRICE Putri Anggi Permata Suwandi1), M. Agung Wibowo2) 1)Mahasiswa
Program Doktor Teknik Sipil Universitas Diponegoro, Semarang, Telp. 087832291959 Email:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui resiko proyek dengan kontrak lump sum dan unit price, serta faktor resiko paling berpengaruh pada berbagai proyek konstruksi dan cara penanganannya. Metode penelitian yang dipakai adalah analisis deskriptif kualitatif dengan sampel proyek yang menerapkan sistem kontrak lump sum, yaitu Proyek Gedung Indosat Semarang, Jalan dan Jembatan Cakung Township Tahap II dan Dock 21 Nusantara, Jakarta. Sampel proyek dengan sistem kontrak unit price adalah Penambahan lajur ruas Sentul Selatan–Interchange Bogor jalur A dan B Tol Jagorawi, RSUD Pekalongan dan Dock Marina. Data diambil melalui wawancara, kuesioner dan survey lapangan selain data yang sudah tersedia. Analisis resiko dilakukan dengan mestrukturisasi resiko dengan menggunakan metode RBS (Risk Breakdown Structure) dan menghitung nilai tingkat resiko pada faktor resiko. Hasil analisis yang didapat dari RBS, dianalisis lagi untuk mengetahui risk response, perbandingan jumlah resiko dan tingkat kepentingan resiko (importance level). Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa tingkat resiko pada tiap tahap proyek dengan sistem kontrak lump sum maupun unit price tergantung pada jenis proyek, lokasi, kompleksitas pekerjaan dan kemampuan kontraktor. Berdasarkan tingkat kepentingan (importance level) proyek terbukti bahwa belum tentu proyek dengan sistem kontrak unit price berresiko lebih rendah daripada proyek dengan sistem kontrak lump sum. Kata kunci: kontrak lump sum, kontrak unit price, tingkat resiko
Abstract The study was conducted to know the risks on the lump sum and unit price projects, and to know the influence of risk factors on various construction projects and ways of handling them. The research method used was descriptive qualitative with lump sump sample project contracts: Indosat Building Semarang, Cakung Township Road and Bridge Phase II and Dock 21 Nusantara, Jakarta. The samples with unit price system contracts were the addition of the South-lane segment Sentul Bogor Interchange A and B Jagorawi lines, hospital and Pekalongan Dock Marina. Data collected by interviews, questionnaires and field surveys as the addition to data already available. Risk analysis was done by using Risk Breakdown Structure and calculate the value of the level of risk on risk factors. The results obtained from RBS analysis were further analyzed for risk response, a comparison of risk and risk importance level. The results of this study show that the level of risk at each stage of the lump sum contract or unit price depends on the type of project, location, complexity of the work and the ability of the contractor. Based on the importance level project, it is proved that the risk with unit price contract is not always lower than the lump sum ones.
Keywords: lump sum contract, the contract unit price, the level of risk
Dalam suatu proyek, pada tiap tahapnya memerlukan menajemen resiko untuk mengurangi, mengalihkan dan menghindari terjadinya resiko. Manajemen risiko menurut Noshworthy [1], adalah identifikasi ancaman dan implementasi pengukuran yang ditujukan untuk mengurangi kejadian ancaman tersebut serta menimalisasi setiap kerusakan”. Menurut The Australian and New Zealand Standard on Risk Management, AS/NZS 4360:2004 proses manajemen resiko terdiri lebih dari 5 tahap yaitu penetapan arah dan tujuan, identifikasi resiko, analisis resiko, evaluasi resiko dan pengendalian resiko. Demikian halnya dalam A Guide to the Project Management Body of Knowledge 3rd edition, dimana proses manajemen resiko terdiri dari enam tahap yaitu perencanaan manajemen resiko, identifikasi resiko, analisis yang dibagi menjadi
1. PENDAHULUAN Berdasarkan sifat pekerjaan yang temporer, setiap proyek selalu memiliki siklus yang disebut sebagai siklus kegiatan proyek (Project life cycle). Mengutip pendapat Morris (2000) dalam buku PMBOK, siklus proyek konstruksi terdiri dari 4 tahap. Tahap I adalah tahap Feasibility. Layak tidaknya suatu proyek ditentukan pada tahap ini. Tahap II adalah tahap desain dan perencanaan. Pada tahap ini dibuat desain dasar, biaya dan penjadwalan, dokumen kontrak kerja dan perencanaan yang lebih mendetail. Tahap III adalah tahap konstruksi. Pada tahap ini bahan-bahan untuk proyek dibuat, diantarkan ke lokasi, dikerjakan oleh kontraktor, instalasi jaringan dan pengetesan. Tahap IV adalah tahap serah terima dan pengoperasian 47
Putri Anggi Permata Suwandi, M. Agung Wibowo, 2012.Manajemen Resiko…. Media Teknik Sipil, Vol. XII, No. 1, Hal 47 - 54
dua macam yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif, perencanaan tindakan penanggulangan resiko serta pengawasan dan kontrol.
Penelitian ini dilakukan dalam tiap tahap konstruksi mulai dari tahap lelang, sampai pasca konstruksi, sehingga output yang diharapkan adalah sistem manajemen resiko yang digunakan dalam berbagai proyek konstruksi baik untuk yang menggunakan kontrak lump sum maupun unit price. Dari hasil output ini nantinya diharapkan dapat digunakan oleh kontraktor baru maupun kontraktor yang sudah berpengalaman sebagai referensi dan pembelajaran ketika mengerjakan proyek dengan sistem kontrak unit price atau lump sum. Dengan lingkup materi penelitian yang mencakup aspek-aspek tahapan proyek yang diambil dari sudut pandang kontraktor. Studi kasus dalam penelitian ini meliputi proyek gedung, jalan dan bangunan air (dock)
Undang-undang tentang jasa konstruksi No. 18/1999 menyatakan bahwa kontrak kerja konstruksi adalah “Keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi”. Isnanto [2] mengungkapkan pengertian dan tipe kontrak yaitu, kontrak kerja terdiri atas tiga macam yaitu berdasarkan bentuk imbalan, jangka waktu pelaksanaan dan jumlah pengguna barang/Jasa. Kontrak yang berdasarkan bentuk imbalan terdiri atas: Kontrak Lump sum, Kontrak Unit Price / Harga Satuan, Kontrak Gabungan / Lump sum dan Unit Price, Kontrak Terima Jadi / Turn Key, Kontrak Persentase, Kontrak Cost & Fee, Kontrak Design & Built. Kontrak yang dibagi berdasarkan jangka waktu pelaksanaan terdiri atas Kontrak Tahun Tunggal dan Kontrak Tahun Jamak, sedangkan sistem kontrak berdasarkan jumlah pengguna barang/jasa terbagi atas, Kontrak Pengadaan Tunggal dan Kontrak Pengadaan Bersama.
2. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Adapun metode yang digunakan penulis untuk membahas permasalahan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan dan dianggap paling tepat untuk mengetahui resiko yang paling mempengaruhi tujuan proyek pada masingmasing kontrak dan membahas penanganan resiko.
Dalam suatu perjanjian kerja proyek, terdapat dua jenis kontrak yang secara umum digunakan yaitu Kontrak Harga Tetap (Lump sum) dan Kontrak Harga Satuan (Unit Price). Dalam proyek yang menggunakan kontrak lump sum, gambar desain menjadi acuan utama dalam pengajuan penawaran. Hal ini menyebabkan dibutuhkannya ketelitian yang tinggi dalam membaca gambar dan menghitung Bill of Quantity (BOQ) maupun Rencana Anggaran Biaya (RAB). Lain halnya dengan proyek yang menggunakan kontrak unit price, pada proyek tersebut yang menjadi acuan adalah BOQ. Dari penjelasan di atas tampak bahwa masing-masing tipe kontrak memiliki kelebihan dan kekurangan untuk dijadikan bahan pertimbangan oleh kontraktor untuk mengatasi resiko.
Variabel Penelitian Dalam penelitian ini variabel independent adalah tingkat resiko pada tiap faktor resiko, sedangkan variabel dependentnya adalah tindakan yang diambil terhadap resiko tersebut Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah semua proyek yang menggunakan dokumen kontrak lump sum dan unit price, dengan sampel sebagai berikut Tabel 1. Populasi penelitian proyek dengan type kontrak Lumpsum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji perbedaan tingkat resiko berdasarkan jenis kontrak, serta faktor-faktor resiko yang berpengaruh, memahami perbedaan dalam penanganan resiko pada masing-masing type kontrak., berdasarkan data empiris yang didapat dari para responden 48
Lump sum
Nilai Proyek
Proyek Gedung Indosat Semarang
34 M
PT. Indosat
PT. Pembangunan Perumahan
Proyek Jalan dan Jembatan Cakung Township Tahap II Dock 21 Nusantara, Jakarta
31 M
Keppeland Realty
PT. Subur Brothers
9M
PT. Dock Dua Satu Nusantara
PT. Modern
Pemilik Proyek
Kontraktor
Putri Anggi Permata Suwandi, M. Agung Wibowo, 2012.Manajemen Resiko…. Media Teknik Sipil, Vol. XII, No. 1, Hal 47 - 54
Tabel 2. Populasi penelitian proyek dengan type kontrak Unit Price Unit Price
Nilai Proyek
Pemilik Proyek
Kontraktor
Proyek RSUD Pekalongan
55 M
Pemerintah Kota Pekalongan
PT. Pembangunan Perumahan
Penambahan lajur ruas sentul selatan –interchange bogor jalur A dan Btol jagorawi
56 M
PT. Jasa Marga, Tbk
PT. Subur Brothers
Proyek Dock kapal Marina
30 M
PT. Jasa Marina Indah
Metode Pembobotan Kuesioner Penelitian ini menggunakan metode pembobotan skala Likert’s Summated Rating (LSR) seperti berikut ini: Frekuensi: Dampak: 1 = tidak pernah 1 = Sangat Kecil (SK) 2 = jarang 2 = Kecil (K) 3 = kadang-kadang 3 = Sedang (S) 4 = sering 4 = Besar (B) 5 = selalu 5= Sangat Besar (SB) Identifikasi Resiko Untuk mempermudah proses strukturisasi resiko pada tahap ini penulis akan mengelompokkan resiko dengan menggunakan metode RBS (Risk Breakdown Structure) yang digunakan sebagai dasar kuesioner
PT. Modern
Tabel 3. Pengelompokan Resiko Proyek Menggunakan Metode RBS (Risk Breakdown Structure) Level 1 I
Perencan aan
Level 2 Proses perijinan Proses pengukuran topografi, mek.tanah, dll Proses desain Desain struktur, desain arsitektur, gambar kerja, HPS, scheduling owner, dll
Level 3 Tanggapan Publik Kematangan perencanaan Perijinan proyek Perijinan pengukuran
RF2 RF1 RF2 RF3 RF4
Pelaksanaan Operasional Tipe proyek Komplesitas Pekerjaan Proyek Teknologi yang digunakan Dampak terhadap lingkungan
RF5
Lisensi produk maupun teknologi Lokasi Proyek Pemilik Proyek Sub Proyek Redesain Tipe Topografi dan mekanika tanah* Kejelasan dan kelengkapan dokumen tender Prosedur Tender
RF6 RF7 RF8 RF 9 RF 10 I I
Proses Lelang & Kontrak Kerja
Pengambilan Dokumen Lelang
RF1 RF2
Penghitungan BOQ
RF1
Penghitungan RAB
RF2 RF1 RF2
Kejelasan dan kelengkapan dokumen tender (gambar dan BOQ owner) Pengalaman pembaca Gambar Harga Perkiraan Sementara (HPS) Nilai Proyek
RF3
Jadwal Pelaksanaan
RF4 RF5
Sistem Kontrak Hubungan proyek ini dengan proyek yang lain Estimasi Harga Pasar Pengalaman dalam membuat RAB
RF6 RF7
Pemasukan Penawaran Lelang
Definisi Operasional
RF1 RF2 RF3 RF1
RF 8
Sistem Pembayaran
RF1
Kelengkapan dokumen penawaran Keamanan pemasukan penawaran
RF2
Tanggapan masyarakat terhadap rencana proyek Kematangan desain perencanaan untuk IMB Proses perijinan yang dibutuhkan untuk melaksanakan proyek Perijinan di kantor pemerintah untuk melakukan pengukuran topografi tanah, mekanika tanah Pelaksanaan pengukuran di lapangan maupun di laboratorium Tipe pekerjaan proyek jalan, gedung ataupun bangunan air Keberagaman pekerjaan yang dilakukan Teknologi baru yang diterapkan dalam proyek tersebut Dampak negatif yang diprediksi akan timbul akibat proyek ini terhadap lingkungan di sekitar proyek Lisensi atau hak paten yang dipakai padateknologi yang diterapkan pada proyek Lokasi pelaksanaan proyek Pemilik proyek yang dikerjakan Sub pekerjaan proyek yang dikerjakan sub kontraktor Desain ulang pada saat lelang maupun saat pelaksanaan Tipe topografi tanah apakah itu lembah curam atau datar dan daya dukungnya terhadap bangunan. Kelengkapan dokumen saat diambil. Prosedur yang dilalui apakah melalui lelang normal atau ada kesepakatan dengan pihak tertentu Kejelasan keterangan yang ada di dokumen supaya tidak ada perbedaan asumsi. Pengalaman untuk membaca dan mengasumsikan gambar kerja Menghitung apakah HPS dari owner cukup untuk mengerjakan proyek Menilai apakah nilai proyek cukup signifikan bagi keuntungan perusahaan Melihat apakah jadwal pelaksanaan mungkin dikerjakan untuk memperkirakan metode yang akan dipakai pada proyek tersebut Sistem kontrak lump sum atau unit price Apakah dengan mengerjakan proyek ini dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan untuk mendapatkan proyek lainnya Perkiraan harga material di pasaran Pengalaman pembuat RAB dalam memperkirakan harga, membuat harga penawaran yang optimal untuk memenangkan tender dan menguntungkan perusahaan System yang dipakai apakah itu progress payment atau monthly payment Kelengkapan dan ketepatan dokumen yang diminta panitia lelang Keamanan pada saat memasukkan penawaran karena dibeberapa tempat ada upaya salah satu kontraktor untuk mencegah peserta lelang lainnya memasukkan penawaran, bahkan ada yang menggunakan jasa preman untuk melakukan hal tersebut
49
Putri Anggi Permata Suwandi, M. Agung Wibowo, 2012.Manajemen Resiko…. Media Teknik Sipil, Vol. XII, No. 1, Hal 47 - 54
Lanjutan Tabel 3 I Pelaksan Pelaksanaan I aan Konstruksi gedung I Konstruk (stuktur, arsitektur, si ME), Jalan (jalan, jembatan, drainase), Dock (struktur, ME)
RF1 RF2 RF3 RF4 RF5
RF10 RF11
Alokasi Pekerja Kecelakaan Kerja Perilaku Pekerja Tingkat kemampuan pekerja Ketersediaan logistik alat dan material Sub kontraktor Asuransi bagi pekerja/Jamsostek Keamanan proyek Pengaturan lalu lintas kendaraan proyek Perlengkapan K3 Dampak terhadap lingkungan
RF12 RF13
Lokasi Proyek Tanggapan Publik
RF14
Metode pelaksanaan
RF1
Maintenace pasca proyek
RF2 RF3 RF1 RF2 RF3 RF1
Pembayaran termin Konsistensi proyek Bencana alam Terorisme Kerusuhan Sosial Kebijakan Hukum dan Regulasi Pergantian pemerintahan
RF6 RF7 RF8 RF9
I Operasio V nal Proyek I
Kejadian tak terduga
I I
Kondisi Politik
RF2 RF3 RF4 RF1
Hubungan Internasional Sistem administrasi pada kantor pemerintahan Kondisi pasar domestic/lokal
RF2
Pola kebiasaan masyarakat
RF 3
Kondisi pasar dunia
I Kondisi V Alam
RF1 RF2
Cuaca Geologi Tanah
I
Biaya
RF1 RF2
Sumber pembiayaan Bunga dan pinjaman
I I
Mutu
RF3 RF1
Pembengkakan biaya Spesifikasi mutu dari pemilik
RF2
Kesesuaian mutu dengan spesifikasi yang ditentukan Pembengkakan waktu pelaksanaan Jadwal pelaksanaan yang terbatas
I I I
I I I
Sosial
Waktu
RF1 RF2
Alokasi pekerja sesuai dengan keahliannya Kecelakaan kerja yang terjadi di lokasi proyek Perilaku pekerja yang menjurus ke kecerobohan, kelalaian, ketidakpatuhan Tingkat kemampuan pekerja dalam melakukan pekerjaannya Kelancaran penyediaan alat, material yang digunakan dalam proyek Kemampuan dan kredibilitas kontraktor dalam proyek ada atau tidak asuransi yang diberikan kontraktor pada pekerja Keamanan lokasi proyek dari gangguan termasuk pencurian Pengaturan keluar masuknya kendaraan proyek baik yang mengangkut material alat maupun pekerja ke lokasi proyek kelengkapan peralatan K3 Dampak yang terjadi pada saat pelaksanaan baik yang telah diprediksi maupun yang tidak diprediksi sebelumnya Lokasi tempat berjalannya proyek Tanggapan masyarakat yang terkena dampak proyek baik secara langsung maupun tidak langsung Metode yang digunakan dalam pelaksanaan proyek misalnya metode cast in situ, crash program atau lainnya Perawatan bangunan yang sudah jadi sebelum serah terima akhir apakah ada yang harus diperbaiki secara signifikan Cara pembayaran termin apakah lancar atau tersendat Apakah proyek tersebut berlangsung lancar dari awal hingga akhir Bencana alam yang terjadi pada saat pelaksanaan proyek Aksi teror yang terjadi pada saat pelaksanaan proyek Kerusuhan massa yang terjadi pada saat pelaksanaan proyek Kebijakan, peraturan yang dikeluarkan pemerintah yang dapat mempengaruhi harga material Proses pergantian pemimpin pemerintahan yang dapat mengubah kebijakan pemerintahan di bidang perekonomian perdagangan Hubungan dengan negara pemasok material impor System administrasi dan birokrasi pada kantor pemerintahan pada saat pengurusan ijin pelaksanaan Kondisi pasar saat pelaksanaan proyek, apakah harga-harga material di pasaran naik turun atau relatif stabil Pola kebiasaan masyarakat di sekitar proyek yang dapat mengganggu berjalannya proyek misalnya membuat onar, mencuri, dsb Kondisi pasar dan perekonomian dunia yang dapat mempengaruhi harga material misalnya kenaikan harga minyak mentah dunia memicu kenaikan harga solar industri dan aspal Cuaca yang dapat mengganggu berjalannya proyek Kondisi tanah pada saat pelaksanaan apakah sesuai dengan hasil laboratorium atau ada perbedaan yang signifikan sehingga dapat mempengaruhi berjalannya proyek Sumber pembiayaan proyek seperti dari APBD ataukah bank Kesanggupan kontraktor untuk membayar bunga dan cicilan pinjaman bila sumber pembiayaan yang dipakai adalah pinjaman bank Pembengkaan biaya yang terjadi selama proyek berlangsung Spesifikasi material yang dimnta pemilik proyek apakah ada di pasaran atau tidak Kesesuaian mutu pekerjaan dengan spesifikasi yang ditentukan pemilik Pembengkaan waktu pelaksanaan akibat gangguan dari hal yang tidak diharapkan selama berjalannya proyek Jadwal pelaksanaan yang diberikan pemilik proyek apakah terbatas atau cukup, dapat mempengaruhi mutu pekerjaan
Tingkat kepentingan resiko secara keseluruhan adalah
Analisis Resiko
Untuk mengetahui tingkat kepentingan resiko digunakan persamaan seperti dibawah ini [3]:
(Σ ci)/z..................................................(2)
Nilai tingkat kepentingan resiko a x b = c...............................................(1) dimana nilai pada frekuensi = a (1-5), nilai pada dampak = b (1-5) dan Jumlah Faktor Resiko: z
Untuk mengurutkan resiko hasil perkalian antara skala frekuensi dan dampak, disusun dari yang terbesar hingga yang terkecil. 50
Putri Anggi Permata Suwandi, M. Agung Wibowo, 2012.Manajemen Resiko…. Media Teknik Sipil, Vol. XII, No. 1, Hal 47 - 54
berdasarkan tingkat resiko hasilnya adalah sebagai berikut:
Dari hasil analisis diatas, resiko dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat kepentingannya menggunakan grafik klasifikasi resiko
Gambar 2. Grafik Klasifikasi Resiko Proyek Jalan Pada grafik diatas tampak pembagian klasifikasi tingkat resiko untuk proyek jalan. Pada grafik tersebut terlihat bahwa resiko kedua proyek jalan terdistribusi merata pada kuadran resiko rendah, sedang dan tinggi. Untuk memperjelas distribusi resiko pada gambar diatas, penulis akan membahas lebih lanjut dengan menggunakan tabel perbandingan jumlah resiko dibawah ini.
Gambar 1. Grafik Klasifikasi Resiko Kemudian dijelaskan lebih lanjut dengan tabel pengelompokan resiko Tabel. 4 Pengelompokan resiko berdasarkan tingkat kepentingan resiko Resiko Resiko Tinggi Resiko Sedang Resiko Rendah
Interval >12-25 >8-12 1-8
Tabel.5 Perbandingan jumlah resiko berdasarkan tingkat resiko Proyek Cakung Township dan penambahan lajur Tol Sentul selatan
3. HASIL dan DISKUSI Menggunakan rumus-rumus diatas, data diolah dan dianalisis sehingga mendapatkan hasil seperti dibawah ini. Proyek Jalan Dari rumus (2), tingkat kepentingan keseluruhan (importance level) untuk proyek Cakung Township (unit price) = 780/93 = 8,387, sedangkan untuk Penambahan Lajur Sentul Selatan (lump sum) hasilnya 825/93 = 8,871
Resiko
Interval
Resiko Tinggi Resiko Sedang Resiko Rendah
>12-25 >8-12 1-8
Cakung Township Lump Sum 14 31 48
Sentul selatan Unit price 19 25 49
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa untuk proyek jalan, proyek dengan sistem kontrak unit price justru memiliki resiko yang lebih besar. Hal ini ditunjukkan dari jumlah faktor resiko yang memiliki tingkat resiko tinggi. Besarnya resiko pada proyek jalan ini lebih dipengaruhi oleh lokasi proyek daripada sistem kontrak yang dipakai. Lokasi proyek yang berada di sisi tol aktif yang merupakan area terbuka menyebabkan rawan pencurian, selain itu juga rawan kecelakaan.
Dari hasil analisis, ternyata proyek Sentul Selatan dengan sistem kontrak unit price beresiko lebih besar dibandingkan proyek Cakung Township dengan sistem kontrak lump sum. Namun demikian, secara keseluruhan tingkat resiko dalam kedua proyek tersebut tergolong dalam resiko rendah karena kontraktor yang mengerjakan proyek tersebut sudah sangat berpengalaman dan memiliki spesialisasi pada konstruksi jalan.
Proyek Gedung Tingkat kepentingan keseluruhan (importance level) untuk proyek Gedung Indosat (lump sum) adalah 701/93 = 7,538. Sedangkan untuk RSUD Kota Pekalongan (unit price) tingkat kepentingan resikonya 634/93 = 6,817
Dari hasil penghitungan tingkat resiko menggunakan perbandingan jumlah resiko 51
Putri Anggi Permata Suwandi, M. Agung Wibowo, 2012.Manajemen Resiko…. Media Teknik Sipil, Vol. XII, No. 1, Hal 47 - 54
Dari dua metode analisis di atas, proyek gedung Indosat dengan sistem kontrak lump sum memiliki resiko yang lebih tinggi dan secara keseluruhan dan tergolong pada tingkat resiko sedang dibandingkan dengan proyek RSUD Pekalongan dengan sistem kontrak unit price yang tergolong pada tingkat resiko rendah secara keseluruhan. Tingginya tingkat resiko pada proyek yang menggunakan sistem kontrak lump sum ini disebabkan faktor pemilik dan lokasi proyek.
memiliki jumlah faktor resiko untuk tingkat resiko tinggi lebih banyak daripada proyek RSUD kota Pekalongan yang menggunakan sistem kontrak unit price. Hal ini menunjukkan bahwa untuk proyek gedung, proyek Gedung Indosat yang menggunakan sistem kontrak lump sum beresiko lebih tinggi dibandingkan proyek RSUD kota Pekalongan yang menggunakan sistem kontrak unit price. Proyek Dock Dari rumus yang telah ditampilkan diatas, dapat dihitung tingkat kepentingan (importance level) untuk proyek dock 21 yaitu = 501/79 = 6,342. Sedangkan untuk dock Marina tingkat kepentingan resikonya = 484/79 = 6,127
Dari hasil penghitungan tingkat resiko pada kedua tabel tingkat resiko, dengan menggunakan perbandingan jumlah resiko berdasarkan tingkat resiko hasilnya adalah sebagai berikut:
Dari kedua hasil analisis di atas, dock 21 dengan kontrak lump sum secara umum memiliki resiko yang lebih tinggi daripada dock Marina dengan kontrak unit price meskipun secara keseluruhan tingkat kepentingan kedua proyek tersebut rendah. Faktor yang sangat mempengaruhi tingkat resiko pada kedua proyek tersebut adalah lokasi proyek. Lokasi dock 21 berada pada pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta dimana aktivitas bongkat muatnya sangat tinggi juga lingkungan sekitar padat bangunan Sedangkan pada proyek dock Marina, Semarang lokasinya tidak terlalu padat dan masih banyak area terbuka.
Gambar 3. Grafik Klasifikasi Resiko Gedung Pada grafik diatas tampak pembagian klasifikasi tingkat resiko untuk proyek gedung. Pada grafik tersebut terlihat bahwa resiko kedua proyek gedung terdistribusi merata pada kuadran resiko rendah, sedang dan tinggi. Untuk memperjelas grafik diatas, penulis akan membahas lebih lanjut dengan menggunakan tabel perbandingan jumlah resiko dibawah ini.
Dari hasil penghitungan tingkat resiko pada kedua tabel tingkat resiko pada bab IV akan dianalisis penulis dengan menggunakan grafik klasifikasi tingkat resiko perbandingan jumlah resiko berdasarkan tingkat resiko hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Perbandingan jumlah resiko berdasarkan tingkat resiko Proyek Gedung Resiko
Interval
Gedung Indosat Lump Sum
RSUD Kota Pekalongan Unit price
Resiko Tinggi Resiko Sedang Resiko Rendah
>12-25 >8-12 1-8
12 20 61
6 31 56
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa untuk proyek gedung, proyek Gedung Indosat yang menggunakan sistem kontrak lump sum
Gambar 4. Grafik Klasifikasi Resiko dock
52
Putri Anggi Permata Suwandi, M. Agung Wibowo, 2012.Manajemen Resiko…. Media Teknik Sipil, Vol. XII, No. 1, Hal 47 - 54
Pada grafik diatas tampak pembagian klasifikasi tingkat resiko untuk proyek dock dimana sebagian besar resiko kedua proyek dock berada pada kuadran resiko rendah. Untuk memperjelas distribusi resiko pada gambar diatas akan dibahas lebih lanjut dengan menggunakan tabel perbandingan jumlah resiko dibawah ini.
•
Tabel 7. Perbandingan jumlah resiko berdasarkan tingkat resiko Proyek Dock Resiko
Interval
Resiko Tinggi Resiko Sedang Resiko Rendah
>12-25 >8-12 1-8
Dock 21 Jakarta Lump Sum 5 18 56
Dock Marina, Semarang Unit price 4 18 57
Dari hasil analisa berdasarkan tabel diatas, diantara pekerjaan dock 21 dan dock Marina, secara umum dock 21 yang menggunakan type kontrak lump sum memiliki resiko yang lebih tinggi daripada dock Marina yang menggunakan type kontrak unit price karena dock 21 memiliki faktor resiko yang tingkat resikonya tinggi dengan jumlah lebih banyak. Besarnya tingkat resiko pada kedua proyek ini sebenarnya lebih dipengaruhi oleh lokasi proyek daripada type kontrak yang digunakan, dimana lokasi proyek dock 21 Nusantara, Jakarta lebih padat bangunan daripada lokasi dock Marina Semarang sehingga mempengaruhi tingkat resiko pada faktor resiko yang lain.
•
4. SIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan data yang sudah dilakukan hasil yang didapat adalah: • Tipe kontrak lump sum memang relatif lebih beresiko terhadap rasio keuntungan dan pembayaran pelunasan termin daripada tipe kontrak unit price. Meski demikian tipe kontrak yang dipakai tidak berpengaruh terhadap resiko yang terjadi dalam metode pelaksanaan proyek, karena besarnya tingkat resiko dalam metode pelaksanaan dipengaruhi oleh jenis proyek, lokasi proyek, kompleksitas pekerjaan dan tingkat kemampuan (pengalaman) kontraktor. hal ini dibuktikan dalam pembahasan tingkat resiko proyek jalan, proyek dengan kontrak
unit price justru memiliki resiko yang lebih besar daripada lump sum. Pada proyek jalan, faktor resiko yang paling banyak mempengaruhi tingkat resiko adalah nilai proyek, hubungan antara proyek satu dengan proyek lain, tanggapan publik pada saat pekerjaan struktur, kondisi pasar lokal dan pembengkakan biaya. Pada proyek penambahan lajur Sentul Selatan dengan kontrak unit price, tingkat resiko lebih tinggi karena faktor resiko lokasi proyek sangat mempengaruhi tingkat resiko faktor lainnya. Pada proyek gedung, faktor resiko yang paling banyak mempengaruhi tingkat resiko adalah estimasi harga pasar, keamanan proyek, dampak terhadap lingkungan pada saat pekerjaan struktur dan kondisi pasar domestik. Lebih tingginya tingkat resiko pada proyek gedung Indosat (lump sump) daripada RSUD kota Pekalongan (unit price) lebih disebabkan faktor pemilik proyek yang mempengaruhi tingkat resiko faktor lain. Pada proyek dock, faktor resiko yang paling banyak mempengaruhi adalah pemilik proyek, estimasi harga pasar dan kondisi pasar lokal. Tingginya tingkat resiko proyek dock 21 dibandingkan dock marina terutama sangat dipengaruhi oleh faktor lokasi, dimana lokasi dock 21 jauh lebih padat aktivitas dan bangunan dibandingkan dock Marina. Dari hasil analisis dalam RBS, hal yang membedakan penanganan resiko pada proyek lump sum dan unit price, adalah antisipasi terhadap harga pasar. Pada proyek lump sum estimasi harga pasar yang digunakan lebih tinggi dibandingkan dengan proyek unit price untuk mengantisipasi terjadinya kenaikan harga pada material, namun untuk penanganan resiko dalam pelaksanaan relatif sama berdasarkan jenis proyek yang dikerjakan.
5. DAFTAR PUSTAKA [1] Nosworthy, J.D., 2000, A Practical Risk Analysis Approach : Managing BCM Risk, Computers & Security Vol. 19 no.4 [2] Isnanto, 2009, Pengertian & Perbedaan Type Kontrak, blog Isnanto, download tanggal 9 Januari 2010 53
Putri Anggi Permata Suwandi, M. Agung Wibowo, 2012.Manajemen Resiko…. Media Teknik Sipil, Vol. XII, No. 1, Hal 47 - 54
[3] Zhi, He, 1995, Risk Management for Overseas Construction Projects, International Journal of Project Management, Volume 13, Issue 4, Pages 231-237
Stoneburner, Gary, Goguen, Alice, Feringa, Alexis. 2002. Risk Management Guide for IT System. Gaithersburg: National Institute of Standards and Technology PMI,
Undang undang tentang jasa konstruksi No. 18/1999 Suh, Bomil., Han, Ingoo, 2003, The IS risk analysis based on a business model, Elsevier Science Publishers B. V., Amsterdam, The Netherlands
54
2004, A Guide to the Project Management Body of Knowledge – Third Edition PMBOK, Pennsylvania: Project Management Institute, Inc.