BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya Pembangunan Nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan sumber dayanya, harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan guna mencapai hasil yang optimal (Anonim, 2009). Rumah Sakit sebagai salah satu bagian dari sistem pelayanan kesehatan memegang peranan penting untuk mewujudkan kesejahteraan sosial melalui pelayanan kesehatan kuratif untuk mendukung peningkatan sumber daya manusia yang sehat jasmani dan rohani yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan rumah sakit yang memiliki fungsi sosial dan ekonomi mengemban tanggung jawab yang besar dalam masyarakat (Anonim, 2009). Salah satu Rumah Sakit yang terdapat di Kalimantan Timur yaitu Rumah Sakit Umum Daerah AM Parikesit. Visi RSUD AM Parikesit adalah terwujudnya pelayanan kesehatan berkualitas untuk terciptanya masyarakat sehat, sejahtera dan berkeadilan tahun 2015. Misi RSUD AM Parikesit ada 4 misi yaitu mengembangkan SDM di bidang pendidikan, pelatihan dan penelitian demi terciptanya tenaga yang profesional, menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau, meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan untuk mewujudkan masyarakat sehat dan sejahtera serta meningkatkan kesejahteraan karyawan, dan menjadikan RSUD AM. Parikesit Tenggarong sebagai Pusat Rujukan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Pada tahun 2004, RSUD AM Parikesit telah menjadi Badan Pelayanan Kesehatan RSUD AM Parikesit. Akreditasi RSUD AM Parikesit yaitu akreditasi penuh tingkat dasar oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. YM.01.10/III/181/09 untuk 5 pelayanan yaitu administrasi manajemen, pelayanan medis, pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan, dan rekam medis. Pada tanggal 16 Desember 2009
1
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1222/MENKES/SK/XII/2009 tentang peningkatan kelas Rumah Sakit Umum Daerah AM Parikesit dari tipe C menjadi tipe B non pendidikan. Jenis pelayanan yang terdapat di RSUD AM Parikesit yaitu rawat jalan, rawat inap, IRD, Intensive Care Unit (ICU), kamar bersalin, kamar operasi sentral, kamar operasi kebidanan, pelayanan farmasi, pelayanan laboratorium, pelayanan radiologi, pelayanan elektromedik.
Penilaian pelayanan di RSUD AM Parikesit menggunakan indikator pelayanan kesehatan, adapun data indikator pelayanan dari tahun 2007-2009 yaitu :
Tabel 1. Indikator Pelayanan Indikator Bed Occupancy Rate (BOR) Average Length of Stay (Av. LOS) Bed Turn Over (BTO) Turn Over Interval (TOI) Net Death Rate (NDR) Gross Death Rate (GDR)
Standar Depkes RI 60 – 85 % 6 – 9 Hari
2007 91 3,8
2008 90 4
2009 74 4
40 – 50 Kali 90 89 75 1 – 3 Hari 0,3 0,5 1,5 < 25 % 11 8 8 < 45 % 23 22 22 (Sumber : Profil RSUD AM Parikesit 2009)
Indikator pelayanan di RSUD AM Parikesit yaitu nilai BOR pada tahun 2009 mengalami penurunan dari tahun 2008 yaitu 90% menjadi 74% dan nilai ini masih memenuhi standar Depkes RI. Indikator BOR ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai Av LOS tahun 2009 yaitu 4 hari dan nilai ini masih dibawah standar. Indikator Av LOS ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila ditetapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Nilai BTO pada tahun 2009 yaitu 75 kali dan nilai ini masih di bawah dalam standar Depkes RI 40-50 kali. Indikator BTO ini memberikan gambaran tingkat efisiensi pada pemakaian tempat tidur. Indikator TOI dari tahun 2007 mengalami peningkatan dan sudah memenuhi standar Depkes, Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Indikator NDR dari
2
tahun 2007 mengalami penurunan dari 11% dan pada tahun 2009 menjadi 8%, indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di Rumah Sakit. Indikator GDR pada tahun 2009 yaitu 22% dan masih memenuhi standar Depkes RI < 45%. Indikator GDR ini menggambarkan angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar. Salah satu upaya tindakan dalam peningkatan pelayanan kesehatan yang berkualitas tidak terlepas dari penggunaan obat dan akses mendapatkan obat. Di negara berkembang, untuk bidang farmasi menyerap sekitar 40% dari anggaran kesehatan namun sebagian besar penduduk tidak memiliki akses untuk mendapatkan obat essensial. Sekitar 70% dari perdagangan obat di pasar dunia merupakan obat non essensial (MSH, 2012). Ketidakefisienan dalam pengelolaan obat dapat memberikan dampak negative (Anggriani, 2008). Penggunaan obat di Rumah Sakit berpedoman pada formularium. Formularium di Rumah Sakit merupakan salah satu pendukung berlangsungnya pengobatan secara rasional. Formularium adalah daftar obat yang diterima atau disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di Rumah Sakit dan dapat direvisi pada setiap batas waktu yang ditentukan (Kepmenkes, 2004). Keuntungan penggunaan formularium adalah pilihan pengobatan pertama menggunakan obat esensial nasional (MSH, 2012). Formularium RSUD AM Parikesit 2012 ditetapkan di Tenggarong pada tanggal 2 Januari 2012 dan direvisi setiap tahun. Tujuan disusunnya formularium RSUD AM Parikesit dapat meningkatkatkan penggunaan obat secara rasional. Namun pada kenyataan sekarang, obat yang beredar jumlahnya semakin banyak sehingga perlu dilakukan penelitian proses penyusunan formularium dan penerapannya. Jumlah aitem obat formularium RSUD AM Parikesit 2012 adalah 812. Pada proses penyusunan formularium RSUD AM Parikesit masih mengacu pada RSUD lainnya. Formularium RSUD AM Parikesit sudah diterapkan penggunaannya namun belum pernah dilakukan evaluasi proses penyusunan dan penerapannya. Evaluasi diperlukan karena untuk menilai proses penyusunan serta penerapan formularium yang digunakan karena formularium akan berdampak pada mutu pelayanan RSUD
3
AM Parikesit. Penelitian Anggriani (2002) menunjukkan bahwa kemampuan untuk mengantisipasi permintaan obat baru yang akan dimasukkan dalam formularium rumah Sakit masih rendah. Fakta tersebut berkaitan dalam proses penyusunan formularium dan berdampak pada kualitas formularium yang dihasilkan. Berkaitan dengan hal tersebut maka penting jika melakukan evaluasi proses penyusunan dan penerapan formularium serta ketaatan dokter dalam penulisan resep sesuai formularium di RSUD AM Parikesit.
B. Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang dapat dirumuskan masalah mengenai formularium yaitu meski formularium sudah ditetapkan namun dalam proses peyusunannya masih terdapat kendala pada proses penyusunan formularium sehingga dapat diteliti proses penyusunan dan implementasi formularium RSUD AM Parikesit.
C. Tujuan Penelitian 1.Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitan ini adalah untuk meningkatkan mutu formularium RSUD AM Parikesit 2. Tujuan Khusus : a. Mengevaluasi peran pemangku kepentingan (stake holder) pada proses penyusunan formularium RSUD AM Parikesit b. Mengetahui proses penyusunan formularium RSUD AM Parikesit c. Mengetahui kualitas formularium RSUD AM Parikesit d. Mengevaluasi implementasi formularium RSUD AM Parikesit
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian tentang proses penyusunan formularium Rumah Sakit.
4
2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas formularium Rumah Sakit. Hasil penelitian dapat digunakan RSUD AM Parikesit sebagai suatu masukan untuk perbaikan dalam penyusunan formularium, meningkatkan kualitas formularium dan meningkatkan ketaatan dokter dalam penulisan resep sesuai formularium Rumah Sakit. Selain itu, diharapkan juga hasil dari penelitian dapat digunakan sebagai penilaian formularium secara menyeluruh.
E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian formularium Rumah Sakit yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Keaslian Penelitian Peneliti Irfan (2010)
Judul Penerapan Formularium dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Formularium di Rumah Sakit Jogja International Hospital Daerah Istimewa Yogyakarta
Persamaan Penerapan formularium
Perbedaan Rancangan penelitian cross sectional yang bersifat deskriptif analitik Pada penelitian ini rancangan penelitian studi kasus yang bersifat deskriptif analitik.
Arfah (2011)
Evaluasi Pemanfaatan Formularium dan Penggunaan Obat Pada Poli Anak di Instalansi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Wahidin Sudirohusodo
Evaluasi dilakukan pada poli anak di instalansi rawat jalan
Instrument penelitian menggunakan wawancara mendalam. Pada penelitian ini menggunakan instrument daftar tilik dan
Hasil Persentase obat generik 14,5%. Persentase obat Antibiotik 30,3%. Persentase obat injeksi 9%. Persentase obat yang masuk dalam formularium 26,12%. Persentase obat yang masuk dalam formularium 52%
5
Anggriani (2002)
Cicik (2002)
Makassar Propinsi Sulawesi Selatan Evaluasi Formularium Rumah Sakit Kelas C di Daerah Istimewa Yogyakarta
Evaluasi Kepatuhan Terhadap Formularium 2002 dan Penggunaan Obat Generik di Bangsal Rawat Inap penyakit Dalam Rumah Sakit Dr. Sardjito Margaretha Penerapan Formularium (2008) Rumah Sakit di Rumah Sakit Atambua tahun 2004-2008
Evaluasi formularium rumah sakit
Evaluasi penerapan formularium
wawancara mendalam. Rancangan penelitian non eksperimental berupa studi kasus. Pada penelitian ini rancangan penelitian studi kasus yang bersifat deskriptif analitik. Jenis penelitian deskriptif analitik Penelitian ini ; deskriptif analitik dengan rancangan studi kasus.
secara umum kualitas formularium pada rumah sakit kelas C di DIY perlu ditingkatkan
rata-rata obat sesuai formularium 85,19%
Evaluasi pembuatan formularium
Penelitian pembuatan deskriptif yang formularium data-datanya RSUD dikumpulkan Atambua tidak secara kualitatif melalui proses dan observasi. yang benar Penelitian ini : dan input yang deskriptif tepat. analitik yang pengumpulan data secara kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini tentang Evaluasi Proses Penyusunan Formularium dan
Penerapannya di RSUD AM Parikesit Tenggarong Kutai Kartanegara, tidak ditemukan adanya kesamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian ini mengevaluasi PFT, proses penyusunan formularium, kualitas formularium serta implementasi formularium Rumah Sakit.
6