ISSN 1907 - 8773
Terbit sekali 2 bulan
Volume 3 Nomor 3. Juni 2009
PENGURANGAN RESIKO BANJIR IBUKOTA DENGAN PENGEMBANGAN DAM PARIT DI DAS CILIWUNG HULU Curah hujan tinggi yang terjadi dalam waktu singkat menyebabkan rasio air yang terintersepsi tanaman, terinviltrasi tanah tidak sebanding dengan run off. Hal ini diperparah apabila kejadian hujan berlangsung lama, maka hampir semua curah hujan akan ditransfer menjadi aliran permukan karena tanah sudah dalam keadaan jenuh akibat hujan sebelumnya (Sawiyo dkk., 2007). Banjir dan genangan di wilayah hilir yang terjadi belakangan ini terus meningkat baik intensitas maupun frekuensinya disebabkan kerusakan DAS baik di bagian hulu, tengah dan di bagian hilir. Kerusakan DAS disebabkan lebih banyak oleh adanya perubahan fungsi lahan karena persaingan kepentingan. Perubahan penggunaan lahan di DAS Ciliwung Hulu menyebabkan peningkatan debit banjir 100 tahunan DAS Ciliwung dari 370 m3/dt pada tahun 1973 menjadi 570 m3/dt pada tahun 2000. Usaha pengelolaan DAS secara vegetatif dengan berbagai tipe penggunaan lahan, seperti hutan dan sawah disusul oleh kebun dengan tanaman bertajuk rindang mempunyai fungsi hidrologis lebih baik dibanding dengan jenis penggunaan lainnya seperti tegalan dan ladang. Oleh karena makin banyak perubahan hutan dan sawah menjadi ladang dan perumahan makin besar pula cutah hujan yang ditransfer menjadi aliran permukaan. Kerugian material dan ekonomi akibat banjir juga cenderung meningkat. Kejadian banjir di Jakarta pada tahun 2002 selama 2 minggu menyebabkan kerugian ekonomi 5-6,7 triliun Rupiah. Secara nasional di sektor pertanian rata-rata luas tanaman padi yang rusak akibat bencana banjir mencapai 100 ribu hektar sedang akibat kekeringan mencapai 200 ribu hektar/tahun. Teknik Panen hujan dan aliran permukaan Panen hujan adalah suatu teknik untuk memanen/menampung/menghambat air hujan yang jatuh dan aliran permukaan ke dalam suatu media/wadah agar air tidak langsung terbuang. Teknik panen hujan dan aliran permukaan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu secara vegetatif dan teknik sipil yang diilustrasukan pada Gambar 1. TEKNIK PANEN AIR Vegetatip - Penghijauan/
Teknik - Jalur
aliran : Dam parit,
Meningkatkan kapasitas tampung DAS mengurangi Gambar 1. Sistem panen hujan dan aliran permukaan Dam Parit Dam parit merupakan salah satu teknik bangunan panen air dengan membendung dan menampung air hujan dan aliran permukaan dengan volume tertentu dalam suatu jalur aliran berupa parit atau anak sungai. Bangunan dam parit dapat dibuat secara bertingkat (cascade series) dari hulu ke hilir sehingga dampak terhadap pengurangan volume dan intaensitas banjir dan luas layanan irigasi makin meningkat. Skema pembangunan dam parit secara bertingkat disajikan pada Gambar 2. Keuntungan dam parit dapat antara lain: (a) dapat menurunkan resiko banjir , sehingga dapat mengurangi resiko erosi/sedimentasi di wilayah hilir, (b) dapat menekan resiko kekeringan dan meningkatkan luas areal irigasi karena terjadi peningkatan cadangan air ( water stock) menurut skala ruang dan waktu, (c) adanya irigasi suplemen dapat menciptakan diversifikasi jenis tanaman yang dibudidayakan dan pada akhirnya meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani (d) penyediaan air bagi keperluan rumah tangga, (Balitklimat, 2007).
Ilustrasi Perubahan Kapasitas Tampung DAS Karena Pengembangan Dam Parit dan Saluran Irigasi
Daerah tangkapan air (DTA) Damparit I
-Air ditahan sebanyak mungkin, Dam Parit I
su n
- Bermanfaat sebesar mungkin
Daerah Target Irigasi (DTI) Damparit I
ga i
-selama mungkin
Ja
lur
Penambahan Kapasitas Tampung DAS
1 Dam Parit II
3
ran
2
lu Sa asi Irig
ran
i as Irig
lu Sa
1.
Volume Dam parit
2.
Volume saluran
3.
Volume air dalam lahan target
Daerah Target Irigasi (DTI) Damparit I
Perkampungan
Gambar 2. Ilustrasi pembangunan dam parit secara bertingkat yang berfungsi menmengurangi volume debit puncak, menambah waktu respon dan meningkatkan cadangan air tanah. Model pengembangan dam parit Desain pengembangan dam parit dilakukan dengan memperhatikan unsur posisi, dimensi/ kapasitas tampung dan jumlahnya dalam suatu kawasan sub DAS atau DAS. Berdasarkan penelitian tahun 2005-2008 dam parit ternyata dapat mengurangi ntensitas banjir dan kekeringan yang cukup signifikan, sehingga teknologi ini layak untuk dikembangkan dalam suatu sistem pegelolaan DAS. Posisi dam parit Dalam menentukan kriteria posisi dam parit perlu dilakukan identifikasi faktor yang mempengaruhi kelayakan, tingkat kepentingan dan sistem pembobotan dan skoring dari semua unsur yang dinilai. Besaran nilai (skore) ditentukan berdasarkan tingkat pentingnya suatu unsur dalam mempengaruhi kelayakan posisi dam parit. Penjumlahan nilai skoring kemudian akan menentukan layak atau tidaknya titik tersebut dibangun dam parit. Unsur yang menentukan kelayakan suatu titik dalam jalur aliran yang dapat dibangun dam parit disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 1. Parameter dan tingkat kepentingan penentu posisi dam parit No A 1 2 3 B 4 5 6 7 C 8 9 10 11
Parameter
Tingkat kepentingan Ketersediaan air Orde sungai Cukup penting Luas DTA Penting Debit Aliran Dasar Penting Daya Tampung air Lebar penampang sungai Penting Tinggi tebing Penting Bentuk sungai Penting Kedalaman Endapan sampai lapisan kukuh Cukup penting Sosial ekonomi Manfaat Sangat penting Dukungan masyarakat Sangat penting Sarana Bahan bangunan Cukup penting Sarana perhubungan Cukup penting Total Skore
Skore 5 10 10 10 10 10 5 15 15 5 5 100
Berdasarkan Tabel 1. masing-masing parameter mempunyai kriteria penilaian dari setiap unsur yang nilainya tertinggi dari unsur dalam parameter tersebut adalah sama dengan nilai skore parameter tersebut.
2
Tabel 2. Kriteria tingkat kelayakan penentuan posisi dam parit No 1 2 3 4
Tingkat kelayakan Sangat layak Layak Agak layak Tidak layak
Total skor >80 65-70 50-64 < 50
Tabel 3. Kriteria skoring orde sungai untuk model pengembangan dam parit No 1 2 3 4 5
Parameter Orde sungai 1 2 3 4 5
Total skor 5
Skoring 1 2 4 2 1
-
2 4 5 3 2
Contoh Parameter Orde sungai. Dalam parameter orde sungai terdiri dari unsur Orde 1, 2, 3, 4 sampai orde 5. dan orde sungai 3 adalah yang terbaik sehingga mempunyai nilai skore 5. sedangkan orde sungai 1 tidak sesuai karena terlalu kecil dan orde sungai 5 terlalu besar, maka mempunyai nilai skore 1-2 , sebagaimana disajikan pada Tabel 3. Parameter lainnya juga mempunyai unsur yang dinilai secara berjenjang, sesuai dengan tingkat kelayakannya, sebagaimana parameter 1 tersebut. Secara umum tingkat kelayakan unsure- unsur dalam setiap parameter model penentu posisi dam parit disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Tingkat kelayakan unsur dalam parameter model penentu Posisi Dam Parit No
Parameter
Kepen tingan
1
Orde sungai
CP
5
Orde
3
2,4
1
5, 6
2
Luas DTA
P
10
ha
> 75
P
10
l/dt
5-15
0 dan
>30
4
Debit Aliran Dasar Lebar penampang sungai/ dibendung
25-50 0-1 dan 25-30
< 25
3
50-75 1-2 dan 15-25
P
10
m
5-10
10-15
15-25
<5
>25
5
Tinggi tebing
P
10
m
>3 Melebar ke hulu
2,5-3,0
1,5-2,5
<1,5
lurus
Melebar ke hilir
-
<1
1-2
6
Bentuk sungai
P
Skore
Satuan
10
Lereng dasar sungai Beda Elevasi dengan target irigasi
CP
5
% Irigasi gravitasi
7
Ketebalan Endapan
CP
5
cm
8
Target irigasi Dukungan masyarakat Ketersediaan Sarana bahan bangunan
SP
10
ha/KK
P
10
CP
5
9 10
111
Ketersediaan sarana jalan dan tingkat kesulitan jangkauan Total Skore
Keterangan : p= Penting L = Layak
5
CP
5 100
cp = cukup penting KL= Kurang layak
Tingkat kesulitan
SL
L
KL
TL
Bisa
Bisa
2-3 Tidak Bisa
< 50 >10ha / 50 KK
50-75
75-100
>100
5-10ha/ 25-0KK
2-5ha/ 10-5KK
< 2ha/ <10KK
> Baik Batu & pasir
Cukup Batu / pasir
Tidak ada
Jalan roda 4
Jalan setapak < 500
Kurang Tidak ada Jalan setapak 5001000
SP= sangat penting TL= Tidak layak
>3 Tidak Bisa
Tidak ada >1000 m / dan jalan bertebing
SL = sangat layak;
3
Volume dan jumlah dam parit Kriteria model penentuan volume/kapasitas tampung dam parit yang dapat dibangun dalam suatu kawasan DAS ditentukan berdasarkan selisih debit puncak dengan debit yang aman (yang tidak menimbulkan banjir di daerah hilir). Untuk DAS Ciliwung Hulu volume dam parit ditentukan berdasarkan selisih debit puncak dengan debit siaga 3 di bendung Katulampa yaitu sebesar 380 m3/dt. Debit tersebut adalah batas terendah yang dapat menyebabkan banjir di bagian hilir (Jakarta) akibat kiriman air dari DAS Ciliwung Hulu. Dengan demikian diharapkan pengembangan dam parit dan sarana bangunan lainnya di DAS Ciliwung dengan volume tersebut dapat menghindari banjir di bantaran sungai dan banjir yang lebih luas di wilayah hilir (Jakarta). Kejadian debit terbesar di Bendung Katulampa yang menyebabkan terjadinya banjir di Jakarta adalah pada Tahun 2007. Berdasarkan data debit jam-jaman melebihi debit siaga tiga (380 m 3/dt) terjadi pada tanggal 3 Pebruari dari mulai jam 10 s/d 16 dengan puncak tertinggi terjadi pada jam Fluktuasi debit Bendung Katulampa DAS Ciliwung 23 Jan -9 Pebruari 2007 3/02/07/11 (511 m3/dt)
debit (m3/dt)
550 500 450 400 350 300
3/02/07/10, 398 3/02/07/16, 372
29/01/07/13, (249 m3/dt)
250 200 150 100
5/02/07/2, (117m3/dt)
50 0
2/02/07/24 (68m3/dt)
29/01/07/11(33m3/dt)
0
24
48
72
96
120
144
168
192
216
240
264
Waktu (tanggal dan jam)
Gambar 2.
288
312
336
360
384
408
432
Debit (m3/dt)
Penentuan Volume dam parit untuk mengurangi bahaya banjir
Volume dam parit = selisih debit aktual dengan debit siaga 3 (380 m 3/dt) dan debit yang masuk ke dalam saluran selama 6 jam (jam 10-16). Secara matematika dapat ditulis dengan rumus V = (Wa – (Ws3+ wi))* t Dimana : V = volume dam parit Wa = Debit aktual aliran sungai (m3/dt) Ws3 = Debit Siaga 3 di Bendung Katulampa (m3/dt) Wi = Debit dalam saluran irigasi (m3/dt) t = Waktu terjadinya banjir (dt)
4
Hasil perhitungan yang mengacu kejadian debit Katulampa tahun 2007, kejadian debit yang melampaui debit siaga 3 terjadi pada tanggal 3 Pebruari selama 6 jam dari jam 10-16 WIB disajikan pada Tabel 5. Tabel 5.
Waktu 3/02/07/1 0
Penentuan volume Dam Parit untuk menghindari banjir DAS Ciliwung Hulu Kejadian debit Debit Katulamp Siaga a 3 3 (m /dt) 398
398
Debit limpa s
Volume air melimpa s (m3)
0.0
0
Dengan saluran Debit saluran (m3/dt)
Volume limpas (m3)
0.0
0
60
53.0
190,80 0
302,400
60
24.0
86,400
84.0
302,400
60
24.0
86,400
398
55.0
198,000
60
0.0
0
398
28.0
100,800
60
0.0
0
3/02/07/1 1
511
398
113.0
406,800
3/02/07/1 2
482
398
84.0
3/02/07/1 3
482
398
3/02/07/1 4
453
3/02/07/1 5
426
60
Debit limpas (m3)
1,310,40 0
363,60 0
Jumlah dam parit DAS Ciliwung Hulu (buah)
909.0
Berdasarkan pada Tabel 5 maka diketahui bahwa selama 6 jam terjadi selisih volume air antara debit aktual yang melebihi ambang debit siaga 3 adalah sebesar 1.310.400 m 3. Selisih volume air tersebut merupakan volume yang harus ditampung dalam dam parit. Namun apabila dam parit dilengkapi dengan saluran irigasi yang akan mengalihkan sebagian aliran yaitu kurang lebih 60 m 3/ dt diketahui bahwa volume total air yang akan melimpas karena melebihi debit Siaga 3 adalah hanya tinggal sebesar 363.600 m 3 . Dengan demikian maka volume dam parit DAS Ciliwung Hulu yang perlu dibangun adalah sebesar 363.600 m 3. Bila kapasitas tampung dam parit secara individu berkisar antara 200 - 400 m3 maka diperlukan dam parit sebanyak 909 – 1.818 buah dam parit. Volume tersebut akan membebaskan kota Jakarta dari banjir kiriman yang berasal dari DAS Ciliwung Hulu. Sawiyo
Info Agroklimat dan Hidrologi memuat informasi aktual dan inovasi teknologi hasil-hasil penelitian bidang agroklimat, hidrologi, dan pengelolaan air Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Alamat Penyunting: Jl. Tentara Pelajar No 1A, Bogor 16111 Telp/fax : (0251) 8312760 E-mail :
[email protected] http://www.balitklimat.litbang.deptan.go.id
Penanggung jawab Penyunting Penyunting Pelaksana
: Kepala Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi : Istiqlal Amien, E. Runtunuwu, Budi Kartiwa dan Astu Unadi : Ganjar Jayanto, Eko Prasetyo
5