94
PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN TANAMAN HORTIKULTURA TAHUNAN DI DAS CILIWUNG HULU Rekomendasi Pengembangan Tanaman Hortikultura Tahunan Berdasarkan hasil analisis dari aspek kesesuaian lahan dan agroklimat, jumlah tanaman, fokus pengembangan di setiap satuan unit lahan, hasil analisis finasial dan hasil analisis pola tanam, maka rekomendasi pengembangan tanaman hortikultura tahunan di DAS Ciliwung Hulu dilandasi hal-hal sebagai berikut : 1. Tanaman
hortikultura tahunan
yang
direkomendasikan
sebagai
basis
pengembangan di DAS Ciliwung Hulu untuk meningkatkan keunggulan komparatif wilayah yang ada menjadi keunggulan daya saing melalui pengembangan komoditas spesifik lokasi adalah tanaman nangka, alpokat dan lengkeng, sejauh kesesuaian lahan dan agroklimatnya menunjukkan kelas kesesuaian lahan yang tertinggi pada unit lahan tersebut. 2. Apabila satu atau lebih di antara ketiga jenis tanaman tersebut tidak ada, maka digantikan oleh jenis tanaman yang dominan lainnya. Apabila jumlahnya relatif sama, maka digunakan nilai NPV sebagai dasar penetapan. 3. Apabila dalam satu unit lahan satu atau lebih dari ketiga jenis tanaman tersebut (alpokat, nangka lengkeng) jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman eksisting yang lainnya, maka tanaman yang dominan dalam satuan unit lahan tersebut ditambahkan sebagai rekomendasi pengembangan. 4. Rekomendasi ini dapat diterapkan sejauh secara kesesuaian lahan dan agroklimat tanaman tersebut sangat sesuai (S1) dan cukup sesuai (S2). 5. Pengembangan tanaman hortikultura tahunan di DAS Ciliwung Hulu diarahkan pada pola pengembangan tumpang sari (multiple cropping), dengan mengkombinasikan ketiga tanaman tersebut (nangka, alpokat dan lengkeng) sebagai tanaman utama.
Rekomendasi Zona Pengembangan I (Tanaman Eksisting-Kesesuaian lahan Sangat Sesuai) 1. Zona Pengembangan I terdiri dari 12 satuan unit lahan, yaitu A1, A2, A7, A10.1, A11, A12, A13, A14, B4, B8, B12 dan B13
95
2. Tanaman hortikultura tahunan yang dominan adalah alpokat (10 satuan unit lahan), nangka (8 satuan unit lahan), lengkeng (7 satuan unit lahan) dan melinjo (6 satuan unit lahan). Beberapa jenis tanaman yang dominan di beberapa satuan unit lahan antara lain adalah durian, petai, limus (masingmasing di 3 satuan unit lahan) dan jengkol (2 satuan unit lahan). Untuk itu rekomendasi pengembangan tanaman hortikultura tahunan di zona I sebagai basis pengembangan adalah alpokat, nangka dan lengkeng. 3. Adapun rekomendasi pengembangan dari masing-masing satuan unit lahan disajikan pada Tabel 22. Tabel 22 No.
Rekomendasi Pengembangan Tanaman Hortikultura Tahunan pada Zona Pengembangan I
Unit Lahan
Rekomendasi Pengembangan
1. 2. 3. 4. 5.
A1 A2.1 A2.2 A7 A10.1
Alpokat, jengkol, lengkeng Nangka, alpokat, lengkeng + (durian, limus) Lengkeng, limus, petai Nangka, petai, alpokat Lengkeng, nangka, alpokat
6. 7. 8.
A11 A12.1 A12.2
Nangka, alpokat, lengkeng + (durian) Alpokat nangka, lengkeng + (melinjo) Melinjo, jengkol, lengkeng
9. 10. 11. 12. 13. 14.
A13 A14 B4 B8 B12 B13
Nangka, melinjo, alpokat Nangka, lengkeng, alpokat + (melinjo, limus) Alpokat, nangka, lengkeng + (Durian, Petai) Petai, alpokat, limus Alpokat, lengkeng, melinjo Melinjo, durian, nangka
Sumber : Data Primer Hasil Analisis (2006)
Rincian secara lengkap rekomendasi pengembangan tanaman hortikultura tahunan di masing-masing satuan unit lahan pada Zona I disajikan pada Lampiran 25.
96
Rekomendasi Zona Pengembangan II (Tanaman Eksisting-Kesesuaian lahan Cukup Sesuai) 1. Zona Pengembangan II terdiri dari 34 satuan unit lahan, yaitu A3, A4, A5, A8, A9, A10.2, A15, A16, A17, A20, A21, A22, A23, A24, A25, A26, A27, A28, B1, B2, B3, B5, B7, B9, B10, B11, B14, B15, B16, B17, B18, B19, B20, B21 2. Tanaman hortikultura tahunan yang dominan adalah nangka (28 satuan unit lahan), alpokat (23 satuan unit lahan), lengkeng (15 satuan unit lahan) dan melinjo serta petai (13 satuan unit lahan). Beberapa jenis tanaman yang dominan di beberapa satuan unit lahan antara lain adalah durian (11 satuan unit lahan), limus (5 satuan unit lahan), rambutan dan jengkol (3 satuan unit lahan). 3. Adapun rekomendasi pengembangan dari masing-masing satuan unit lahan disajikan pada Tabel 23. Rincian
secara
lengkap
rekomendasi
pengembangan
tanaman
hortikultura tahunan di masing-masing satuan unit lahan pada Zona Pengembangan II disajikan pada lampiran 26.
Rekomendasi Zona Pengembangan III (Tanaman Eksisting-Kesesuaian lahan Sesuai Marjinal) 1. Zona Pengembangan III terdiri dari 5 satuan unit lahan, yaitu A6, A18.1, A18.2, A19, A29, B6 2. Tanaman hortikultura tahunan yang dominan adalah nangka (5 satuan unit lahan), alpokat (4 satuan unit lahan) dan lengkeng (3 satuan unit lahan). Melinjo, durian dan limus (2 satuan unit lahan). 3. Adapun rekomendasi pengembangan dari masing-masing satuan unit lahan disajikan pada Tabel 24.
97
Tabel 23
Rekomendasi Pengembangan Tanaman Tahunan pada Zona Pengembangan II
No.
Unit Lahan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.
A3 A4.1. A4.2. A5 A8 A9 A10.2 A15 A16.1 A16.2 A17.1 A17.2 A20 A21 A22 A23 A24 A25 A26 A27 A28 B1 B2 B3 B5 B7 B9 B10 B11 B14 B15 B16 B17 B18 B19 B20 B21
Hortikultura
Rekomendasi Pengembangan Nangka, alpokat, lengkeng + (limus) Nangka, alpokat, lengkeng + (rambutan, durian) Petai, lengkeng, melinjo Alpokat, petai, lengkeng Nangka, alpokat, durian Nangka, alpokat, lengkeng Lengkeng, nangka, alpokat Nangka, alpokat, lengkeng + (melinjo) Nangka, alpokat, lengkeng + (melinjo) Melinjo, petai, lengkeng Alpokat, nangka, petai Alpokat, lengkeng***), melinjo***) Alpokat, nangka, durian Alpokat, nangka, lengkeng + (melinjo) Lengkeng, nangka, alpokat Alpokat, nangka, lengkeng Alpokat, nangka, lengkeng Alpokat, nangka*), lengkeng*) Alpokat, nangka*), durian*) Alpokat, nangka*),lengkeng*) +( durian*)) Alpokat, lengkeng*), nangka*) Durian, nangka, limus Nangka, alpokat, lengkeng + (petai, rambutan) Nangka, petai, lengkeng Melinjo, alpokat, petai Nangka, alpokat, lengkeng + (melinjo, petai) Lengkeng, melinjo, nangka Jengkol, lengkeng, petai Nangka, melinjo, alpokat Melinjo, lengkeng, petai Nangka, alpokat, durian Nangka, petai, durian***) Alpokat, nangka, lengkeng + (durian) Alpokat, lengkeng, melinjo Alpokat, nangka, lengkeng + ( rambutan) Alpokat, lengkeng, durian Melinjo, alpokat, lengkeng
Sumber : Data Primer Hasil Analisis (2006)
98
Tabel 24 No.
Rekomendasi Pengembangan Tanaman Tahunan pada Zona Pengembangan III
Unit Lahan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Hortikultura
Rekomendasi Pengembangan
A6 A18.1 A18.2 A19 A29 B6
Nangka, alpokat, limus Nangka, lengkeng,alpokat + (melinjo) Nangka, lengkeng, alpokat + (melinjo) Alpokat, lengkeng, nangka +(limus) Nangka*), durian*), alpokat*** Alpokat, nangka*), durian*)
Sumber : Data Primer Hasil Analisis (2006)
Rincian
secara
lengkap
rekomendasi
pengembangan
tanaman
hortikultura tahunan di masing-masing satuan unit lahan pada Zona Pengembangan III disajikan pada lampiran 27.
Rekomendasi Zona Pengembangan IV (Tanaman Eksisting Tidak Ada- Kesesuaian lahan Cukup Sesuai dan Sesuai Marjinal) 1. Zona Pengembangan IV terdiri dari 1 satuan unit lahan, yaitu A30 2. Tanaman yang direkomendasikan pada Zona IV adalah tanaman alpokat sebagai tanaman introduksi, yang mempunyai kesesuaian lahan cukup sesuai (S2). Tanaman lainnya yang direkomendasikan adalah tanaman nangka dan durian, namun sebagai tanaman konservasi. 3. Adapun rekomendasi pengembangan dari masing-masing satuan unit lahan disajikan pada Tabel 25. Tabel 25 No.
Rekomendasi Pengembangan Tanaman Tahunan Pada Zona Pengembangan III
Unit Lahan
1.
Hortikultura
Rekomendasi Pengembangan
A30
Alpokat, nangka, durian
Sumber : Data Primer Hasil Analisis (2006)
Rincian hortikultura
secara
tahunan
di
lengkap
rekomendasi
masing-masing
satuan
Pengembangan IV disajikan pada Lampiran 28.
pengembangan unit
lahan
tanaman
pada
Zona
99
Sebaran satuan unit lahan pada masing-masing zona pengembangan disajikan pada Gambar 5.
Rekomendasi Pengembangan Tanaman Hortikultura Tahunan Berbasis Desa Hasil rekomendasi berbasis 4 (empat) zonasi pengembangan selanjutnya digunakan untuk menetapkan rekomendasi pengembangan hortikultura tahunan berbasis wilayah, yaitu berbasis desa. Setiap desa dapat terdiri dari berbagai satuan unit lahan. Dengan demikian rekomendasi berbasis desa merupakan rekomendasi akhir dari pengembangan hortikultura tahunan, yang merupakan rekomendasi
pengembangan
tanaman
hortikultura
berdasarkan
tanaman
hortikultura yang dominan di masing-masing satuan unit lahan yang berada di desa tersebut. Hasil analisis tumpang-tepat (overlay) zonasi pengembangan dan desa disajikan pada Tabel 26. Berdasarkan hasil cakupan wilayah dari tanaman hortikultura tahunan yang disajikan pada Tabel 26, maka disusun rekomendasi
umum
pengembangan tanaman hortikultura tahunan berbasis desa yang berdasarkan tanaman dominan, seperti disajikan pada Tabel 27.
100
700000
702000
704000
706000
708000
710000
712000
714000
716000
B4
718000
720000
722000
A24
B4 B20
A25
A30
A26
A26
B1 A25
B20
B2 B17
A25 A26
B17
B2
B1
B8
B21 B18
B19
A25
A18
B18 B1
B19 B19
B2
B18
B17
B21 B2
A26 A29
A16
A17
A30
A19
B18
A16
A2
A26
A26
A24
A17
A24
A26
A17
B2
B7
A29 A25 A26
B18
B18
B21
B21
A24
A16
B6
A25
A22
B16
B19
9266000
9266000
A18
A16
B17 B2
B7
A2
B19
B1
B8
A6
A2
A6 B16
B18 B8
B2
A16
B2
B5
B7
B2
B1 B21 B2
B6 B5
B6 B6
B6
B8
A16
A11
B2
9264000
B11
B3
B3
A17
A29 A30
A18
A2
A26
B4 B11
B6
A25
A16
B10
B6
A26
B4
B3
A15
B11
A24 A18
A25
A13 B4
B10
B15
A26
B13
B4
B14
B12
B15
A30
A26
A22 A16
B6
B1
B10
A16
A18 A16
A2
A15
B6
B11 B15
A6
A6
A6
B3
B3
B5
A18
A16
A15
A5
B13
A26
A30
A2
A26 A13
A3
A13
B4
B11
A17 A23
B15 A13
B4 B4
A26
A18
A1
A25
A2
A3
A13
A24 A16
A7 A7
B9
A4
A12
A26
A17
A25
A23
A26
B6
A7
B2
A12
B9 B15
B9
9262000
9262000
A29
A2
A7
B8
9264000
B2
A25
A6 A4
B4 B1
B3 B5 B4 B3
B11 B11
B2
A6
A16
A16
A3
B17
B6
B7 B7 B7
A29
A16
A18 A18
B17
A16
A13
B15
A16
A12
A12
A18
A29
A24
A26 B7
A13
A24
A7
B6 B7 B10
B6
B10
A27
A4
A4
A12
A27
A2
A2
A29
A12
PETA ZONASI PENGEMBANGAN KOMODITAS HORTIKULTURA DI DAS CILIWUNG HULU KEC. BOGOR TIMUR, SUKARAJA, CIAWI, CISARUA DAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR, PROV. JAWA BARAT
A27
A26
A7
B7
B9
A10
A2 A12 A2 A22
A9 A14 B7
A27 A10
A14
A24 A22
A26 A27
A12 B6
U
A8
A22
A2
A20
A20
9260000
9260000
A2
A26
A20 B
A29
A20
A2
T
A20
0
0.5
0
2
1
S
1.5
2
2.5 Km
6
8
10 Cm
A22
A8
A24
A24
A24
A20
4
A3
Skala 1:25.000
A2
A27 A24
A15 A21
A20
A13
A6
A20
A27
FAKULTAS PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
A24
A20 A26 A29
A16
A12
A28
A24
A28 A12
A6
A2
9258000
9258000
A20 A21 A26 A21 A28
A25 A2 A25
A27
A2
A30 A28
A20
A6
A2
A24 A28
A25 A2
A28
A28
A29
A24
A28
A25
A2
A28
A28 A24
A25
A24
A25
A25
A26 A19
A24
A24
A2
A25 A26
A2
A26
A2
A25
9256000
9256000
A30
A26
A24 A26
A25 A24
A26
A24
A2 A26 A25
A25
: Peta Rupabumi Digital, skala 1:25.000 (Bakosurtanal, 1991), Econos
Dipetakan Aplikasi Database
: Winny Dian Wibawa, Sawiyo, Budi Rahayu : Sawiyo, Budi Rahayu
Aplikasi SIG
: Budi Rahayu
Proyeksi Sistem grid Datum horizontal
Sungai Danau
Batas kecamatan
Garis pantai
A29 A26
A25 A25
: Transverse Mercator : Grid Geografi dan Grid UTM : WGS 84
Satuan tinggi
A25
Kota, kampung
Jalan arteri
1
Jalan lokal
Batas Satuan Peta
BATAS ADMINISTRASI
KOT A B E K ASI BE K A SI
KA RA WA NG
I RE B ON C
BA NDUNG
KARAW AN G
KOTA D EPO K IND RA MA YU SUB AN G
KO TA B OG O R BO GO R
PUR WAKA RTA CIR EBO N KO TA C IMAH I
KUNI NGAN
KO TA S UKA BU MI
SUME DA NG
702000
9200000
9250000
CI A MI S
SUK ABUMI
KO TA C IRE BO N MA JALEN G KA
KO TA BAND U NG BAN DU NG
KOT AT A S IK MA L AY A KOT A B A NJA R TA S IKMA L AY A GARUT
CIAN JUR
KUN IN GA N
KOTA TA SIKMA LAYAKO TA B ANJA R TASIK MALAY A
9252000
9252000
MAJ A LE NGKA
KOTA B A NDUNG
CI A NJUR
9200000
Gambar 5
KOT A CI RE B ON U ME DA NG S
880000
KOT A CIMA HI KOT A S UK A BUM I
SUK A BUM I
9250000
700000
SUB A NG
PURW A KA RT A
O D K A Y O G B R O
KO TA BEKA SI BEKASI
9280000
IN DRA MA YU KOT AB OGOR
800000
9280000
KOTA DE P OK BOGOR
Oleh Winny Dian Wibawa 1. Dr. Ir Hartrisari Hardjomidjojo, D.E.A 2. Dr. Ir. Gatot Irianto, M.S., D.A.A. 3. Prof. Dr. Bambang Pramudya, M.Sc.
A26
DIAGRAM LOKASI 720000
700000
9300000
650000
9300000
Model Pengelolaan Lahan Berkelanjutan Berbasis Tanaman Hortikultura Tahunan di DAS Ciliwung Hulu
A24
A25
Garis kontur
Batas desa
: Meter
A29
Disusun khusus dalam rangka:
Pembimbing :
A24
A25
LEGENDA PETA DASAR Batas provin si Batas kabupaten
9254000
9254000
A29 A25
PRODUKSI PETA Peta Dasar
GA RU T CIAMIS
650000
700000
720000
704000
706000
800000
880000
708000
710000
712000
714000
716000
718000
720000
722000
Sebaran Satuan Unit lahan pada Masing-masing Zona Pengembangan di DAS Ciliwung Hulu
101
Tabel 26
No.
Desa
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.
Bjrsari Btlayang Bdungan Bjmurni Ciawi Cibanon Cibeurem Cilember Cileungsi Cipayung CpGirang Cisarua Citeko Gadog Jbluwuk Jogjogan Katulampa
Kopo Kuta Lwmlng Mgmndg Muarasari Pakuan Pndnsari Sndgrasa Sndgsari Sukagalih
Rekomendasi Pengembangan Tanaman Hortikultura Tahunan Berbasis Desa Luas (Ha) 83,26 103,95 74,78 939,63 70,62 131,77
1.118,92
296,78 67,73 1.079,05
197,79 262,25 549,94 191,78 19,98 396,96 67,55 659,49 551,79 126,00 2.420,51
Sukaresmi
32,18 5,09 227,81 131,81 108,17 405,82 432,15 179,90 247,88 335,91 243,94
Tugu Sel. Tg Utara
2.300,07 1.357,23
Sukakarya
Sukamahi Sukamaju Skmanah
Nangka 91.16 100.00 80.44 82.80 100.00 91.03 79.02 91.45 100.00 70.93 72.98 95.00 85.27 86.57 55.48 93.00 100.00 91.43 94.43 61.29 87.82 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 99.93 90.91 58.47 98.01 94.23 87.31 79.93 81.92
Alpokat 91.16 100.00 80.44 82.80 100.00 90.65 79.02 86.37 100.00 87.53 91.10 100.00 85.27 80.28 55.48 95.63 72.95 86.76 94.43 95.80 89.53 100.00 100.00 85.84 90.18 100.00 99.93 95.08 71.76 62.67 97.43 64.03 79.93 82.72
Sumber : Data Primer Hasil Analisis (2006)
Lengkeng 62.34 68.96 44.79 50.30 39.78 90.65 63.20 61.63 21.84 56.28 53.58 75.29 68.79 22.67 68.13 88.96 72.95 47.81 49.92 61.12 50.37
42.12 26.99 22.99 72.34 59.09 56.67 82.54 58.99 73.35 55.23 71.47
Cakupan wilayah (%) Melin Petai Limus jo 78.62 16.27 31.89 28.89 32.98 9.26 44.79 14.36 19.18 97.29 57.51 31.93 28.07 9.35 15.69 22.44 13.00 34.34 16.35 21.71 87.43 65.58 6.35 18.85 9.53 40.36 45.95 9.51 45.27 0.99 26.08 36.41 8.57 39.16 26.16 22.67 6.30 15.10 68.13 1.64 17.09 40.68 37.98 72.95 27.05 36.89 9.80 44.62 16.13 45.46 5.62 50.67 5.69 39.50 16.21 15.24 17.15 100.00 100.00 100.00 100.00 54.83 26.86 52.44 90.18 73.01 20.20 100.00 77.01 12.16 2.29 30.05 41.40 35.53 12.34 18.50 69.96 37.49 47.20 67.60 71.29 10.18 44.48 49.57 45.87 13.63 14.83 8.37 21.21 17.63 5.81
Durian 21.38 48.94 40.85 51.70 2.71 91.68 39.76 57.19 12.57 29.82 17.80 41.18 31.50 62.23 31.87 4.36
Rambutan 21.61 19.64 25.23
Jengkol 8.84 19.56
7.85 8.32 5.29 8.71 15.50 18.70 31.21 24.62 9.24 21.97 4.32
4.01 6.16 13.43 44.52 3.87
100.00
13.47 47.87 5.92 47.78
7.04 0.73 9.02 0.42
22.81 9.82
12.05 6.79 10.83 0.29 27.51
29.78 46.22 23.45 17.46 19.49 26.65 46.02 39.60
3.61 1.03
0.02
26.65 12.95 23.27 15.28
2.57 12.19 6.44 0.33
102
Tabel 27 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.
Rekomendasi Tanaman Hortikultura Tahunan Berbasis Desa
Desa Banjarsari Batulayang Bendungan Bojongmurni Ciawi Cibanon Cibeureum Cilember Cileungsi Cipayung Cipayung Girang Cisarua Citeko Gadog Jambuluwuk Jogjogan Katulampa Kopo Kuta Leuwimalang Megamendung Muarasari Pakuan Pandansari Sindangrasa Sindangsari Sukagalih Sukakarya Sukamahi Sukamaju Sukamanah Sukaresmi Tugu Selatan Tugu Utara
Rekomendasi Tanaman Hortikultura Tahunan Nangka, alpokat, lengkeng, petai Nangka, alpokat, lengkeng, durian Nangka, alpokat, lengkeng, petai, durian Nangka, alpokat, lengkeng, durian Nangka, alpokat, petai, limus Nangka, alpokat, lengkeng, durian Nangka, alpokat, lengkeng Nangka, alpokat, lengkeng, durian Nangka, alpokat, petai, limus Nangka, alpokat, lengkeng, melinjo Nangka, alpokat, lengkeng, petai, melinjo Nangka, alpokat, lengkeng, durian Nangka, alpokat, lengkeng, limus Nangka, alpokat, durian Nangka, alpokat, lengkeng, petai Nangka, alpokat, lengkeng, limus, melinjo Nangka, alpokat, lengkeng, petai, durian Nangka, alpokat, lengkeng, petai, melinjo Nangka, alpokat, lengkeng, limus, durian Nangka, alpokat, lengkeng, petai, melinjo Nangka, alpokat, lengkeng, durian Nangka, alpokat, petai, limus Nangka, alpokat, petai, limus Nangka, alpokat, lengkeng, petai, melinjo Nangka, alpokat, petai, limus Nangka, alpokat, petai, limus Nangka, alpokat, lengkeng, melinjo Nangka, alpokat, lengkeng, petai, durian Nangka, alpokat, lengkeng, petai, melinjo Nangka, alpokat, lengkeng, petai, melinjo Nangka, alpokat, lengkeng, petai, melinjo Nangka, alpokat, lengkeng, petai, melinjo Nangka, alpokat, lengkeng, durian Nangka, alpokat, lengkeng, durian
Sumber : Data Primer Hasil Analisis (2006)
103
Pengelolaan Lahan Berkelanjutan Untuk mengetahui keberlanjutan pengelolaan lahan di DAS Ciliwung Hulu berbasis tanaman hortikultura tahunan maka pengelolaan lahan yang ada pada saat ini (eksisting) dievaluasi kemudian dibandingkan dengan alternatif pengelolaan lahan yang mengacu pada rekomendasi pengembangan tanaman hortikultura tahunan. Penelaahan dilaksanakan difokuskan pada tiga aspek, yaitu aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek sosial.
Aspek Ekologi Penelaahan terhadap aspek ekologi mencakup peranan tanaman hortikultura tahunan yang mengedepankan tajuk dan perakaran tanaman sebagai komponen penting sebagai penutup lahan, dalam hal ini untuk menahan butiran air hujan dan menyerapkanair ke dalam tanah. Untuk itu penelaahan difokuskan pada luasan areal tanaman hortikultura tahunan pada lahan usaha petani hortikultura dan kerapatan tanaman (density) hortikultura tahunan. Kriteria petani hortikultura mengacu pada kriteria rumah tangga hortikultura (BPS 2003). Hasil identifikasi menunjukkan bahwa rata-rata pemilikan/pengusahaan lahan petani hortikultura di DAS Ciliwung Hulu adalah 6.827 m2, dengan pemanfaatan lahan untuk tanaman hortikultura tahunan adalah 1.794 m2. Artinya petani hortikultura baru memanfaatkan sebagian kecil lahan usahanya, yaitu seluas 24% untuk tanaman hortikultura tahunan dari dari luasan lahan yang ada. Sisanya lebih banyak dimanfaatkan untuk tanaman pangan dan tanaman hortikultura semusim. Namun demikian, bila ditinjau dari pemanfaatan areal untuk tanaman hortikultura tahunan, maka areal untuk tanaman hortikultura tahunan tersebut telah dimanfaatkan lebih dari optimal, yaitu sebanyak 30 tanaman/1.794 m2, atau setara dengan 167 tanaman/ha. Apabila ditinjau dari pemanfaatan lahan usaha petani hortikultura dengan luasan 6.827m2, maka kerapatan tanaman hortikultura tahunan masih belum optimal, yaitu 30 tanaman/6.827m2 atau setara dengan 44 tanaman/ha. Rekomendasi optimal pemanfaatan lahan untuk tanaman hortikultura tahunan berdasarkan hasil
104
rekomendasi pola tanam di DAS Ciliwung Hulu adalah berkisar antara 120-144 tanaman/ha. Untuk tanaman hortikultura tahunan pada umumnya kerapatan tanaman per hektar berkisar antara 100 tanaman/ha (durian, lengkeng), alpokat, petai, nangka, limus dengan densitas 144 tanaman/ha, melinjo dengan densitas 256 tanaman/ha, jeruk dengan densitas 400 tanaman/ha (Sunaryono 2006, DJH 2007). Dari sisi ekologi pengembangan tanaman hortikultura tahunan ke depan diarahkan pada pemanfaatan yang lebih luas dari areal usaha dengan tanaman hortikultura tahunan. Kondisi pemanfaatan lahan usaha untuk tanaman hortikultura saat ini yang baru mencapai 24% (1.794 m2) maka disimulasikan untuk dikembangkan menjadi 50% (3.500 m2), 75% (5.000 m2) dan 100% (6.827 m2). Perluasan areal mengacu pada kerapatan tanaman rekomendasi, yaitu dengan jumlah tanaman menjadi kisaran 46-58 tanaman/3.500 m2 (50% luas eksisting),
54-72
tanaman/5.000 m2 (75% luas eksisting), dan kisaran densitas 88-116 tanaman/6.838 m2
(100%
luas
eksisting).
Jumlah
tanaman
hortikultura
tahunan
yang
direkomendasikan berdasarkan sampling pada hasil simulasi perubahan luas areal pertanaman disajikan pada Tabel 28. Perluasan areal tanaman yang ditunjang dengan penutupan tajuk (canopy) yang rapat mampu meningkatkan sifat fisik tanah melalui perbaikan struktur dan porositas tanah, serta mampu meningkatkan laju infiltrasi tanah. Penelitian yang dilakukan pada tanaman kopi menunjukkan bahwa perbaikan sifat fisik tersebut dikarenakan peningkatan kegiatan biologi tanah akibat terjadinya peningkatan ketersediaan bahan organik dan perbaikan lingkungan (iklim mikro dan kelembaban (Widianto et al 2004).
Aspek Ekonomi Perubahan pada luasan areal untuk tanaman hortikultura tahunan akan berdampak pada jumlah dan jenis tanaman hortikultura tahunan yang diusahakan dan pada hasil akhirnya adalah perubahan pada pendapatan petani yang dalam hal ini dihitung dengan nilai net present value (NPV). Hasil identifikasi awal menunjukkan
105
Tabel 28 Jumlah Tanaman Hortikultura Tahunan pada Perubahan Luas Areal Lahan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Desa Jambuluwuk Kopo Leuwimalang Sukamahi Sukamaju Sukaresmi Megamendung Tugu Utara Sukakarya Sukagalih Cipayung Jogjogan Citeko Cileungsi
Kisaran Jumlah Tanaman Hortikultura Tahunan (pohon) 1.794 m2 3.500 m2 5000 m2 7.000 m2 26 46 68 92 30 47 72 94 30 47 72 94 30 47 72 94 30 47 72 94 30 47 72 94 22 44 54 88 22 44 54 88 26 51 68 102 30 58 72 116 25 46 72 92 29 47 72 94 26 46 68 92 28 48 72 96
Sumber : Data Primer Hasil Analisis (2006)
bahwa rata-rata tanaman hortikultura tahunan yang diusahakan di lahan petani terdiri dari alpokat 13 pohon, nangka 7 pohon, sirsak 7 pohon, melinjo 6 pohon, petai dan jeruk masing-masing 3 pohon, limus dan rambutan 2 pohon, durian, lengkeng, jengkol dan jambu biji masing-masing 1 pohon. Analisis finansial tanaman eksisting menunjukkan nilai NPV sebesar Rp. 8.562.093,-. Hasil simulasi perubahan kerapatan tanaman dengan menggunakan jumlah tanaman yang direkomendasikan dengan berbasis desa menunjukkan penurunan nilai NPV menjadi Rp. 6.392.689,-. Perubahan luas areal tanaman hortikultura tahunan menjadi 50% dari areal lahan usaha petani meningkatkan rata-rata nilai NPV menjadi sebesar Rp. 12.367.870,- demikian pula perluasan areal tanaman hortikultura tahunan menjadi 75% dan 100% dari lahan usaha petani meningkatkan rata-rata nilai NPV menjadi Rp. 17.709.304,- dan Rp. 24.655.739,- Hasil analisa statistik dengan menggunakan analysis of variance (anova) menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antar perubahan luas areal. Hasil analisis anova disajikan pada Tabel 29.
106
Tabel 29 Hasil analisis of variance simulasi perluasan areal tanaman hortikultura tahunan
N
Mean
Standard Deviation
Standard Error
95% Confidence Interval For mean Lower Bound Upper Bound
Minimum
Maximum
Existing
14
8.562.093
46.201.143,8
1.234.785,0
5.894.502,4
11.229.684,5
3.200.096
19536708
50% Luas Lahan
14
12.327.870
1.194.827,7
319.331,1
11.637.996,6
13.017.742,5
8.731.251
13324760
75% Luas Lahan
14
17.709.304
1.261.628,1
337.184,3
16.980.861,6
18.437.746,4
13.755.868
19267757
100% Luas Lahan
14
24.655.739
2.389.655,3
638.662,3
23.275.993,2
26.035.485,1
17.462.502
26649519
Total
56
15.813.751
6.663.532,1
890.451,9
14.029.245,9
17.598.257,1
3.200.096
26649519
2.742.056,3
366.422,7
15.078.470,6
16.549.032,4
3.494.183,0
4.693.701,6
26.933.801,5
Model
Fixed
Between Component Variance
Effects Random Effects
Sumber : Data Primer Hasil Analisis (2006)
4,830E+013
107
Aspek Sosial Komoditas yang direkomendasikan untuk dikembangkan baik untuk setiap satuan unit lahan ataupun berbasis desa sudah merupakan komoditas yang dominan dan tersebar di DAS Ciliwung Hulu. Artinya secara sosial komoditas-komoditas tersebut sudah dapat diterima petani karena sudah banyak dijumpai di lahan-lahan petani. Hasil identifikasi awal menunjukkan bahwa dari 51 satuan unit lahan , nangka tersebar di 48 unit lahan (94%), durian 46 unit lahan (90%), alpokat 44 unit lahan (86%), melinjo 42 unit lahan (82%), rambutan 40 unit lahan (78%), lengkeng 38 unit lahan (75%), limus 38 unit lahan (75%), petai 37 (73%) unit lahan, mangga 36 (71%) unit lahan dan jengkol 34 uni lahan (67%). Hasil survey tehadap 94 responden petani hortikultura di DAS Ciliwung Hulu menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan petani hortikultura tahunan di DAS Ciliwung Hulu 47,87% tidak lulus SD dan 48,94% lulus SD namun tidak tamat SMP. Untuk pengetahuan petani tentang hortikultura tahunan, sebanyak 73,40% responden menyatakan bahwa pengetahunan tentang hortikultura tahunan rendah (sangat terbatas) dan 26,60% responden menyatakan pengetahuannya sedang. Tingkat partisipasi keluarga dalam usaha tani pada umumnya suami – istri melakukan usaha tani hortikultura tahunan (61,70%) dan suami saja hanya 36,17%.Untuk perhatian yang diberikan petani terhadap usaha tani menunjukkan bahwa sebanyak 47,88% responden memberikan perhatian yang rendah, sedang sebanyak 51,06% responden dan tinggi sebanyak 1,06% rsponden. Komposisi pemanfaatan lahan usaha untuk tanaman hortikultura tahunan menunjukkan bahwa 55,32% responden alokasi untuk hortikultura tahunan rendah, sebanyak 25,53% responden alokasinya sedang dan sebanyak 19,15% responden menyatakan tinggi. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terjadi korelasi yang positif antara luas tanaman hortikultura tahunan dengan perhatian yang diberikan petani terhadap usahataninya, serta perhatian yang diberikan petani terhadap usahatani hortikultura dengan pengetahuan masyarakat tentang hortikultura tahunan dengan. Hasil Analisa Statistik disajikan pada Tabel 30. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa luasan areal hortikultura tahunan sangat terkait dengan perhatian dan pengetahuan petani.
Semakin luas areal
108
hortikultura tahunan yang
ada
maka
petani semakin tinggi memberikan
perhatian terhadap usahataninya karena ditunjang oleh pengetahuan yang memadai. Artinya areal hortikultura tahunan yang luas pada umumnya ditunjang oleh pengetahuan yang mencukupi, sedangkan mayoritas petani yang areal hortikulturanya kecil cenderung tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang hortikultura tahunan. Namun demikian tidak terdapat korelasi yang nyata antara tingkat pengetahuan dengan tingkat pendidikan serta tingkat pengetahuan dengan luasan tanaman hortikultura tahunan yang diusahakan. Hal ini menunjukkan bahwa diseminasi pengetahuan tentang tanaman hortikultura tahunan kepada petani di DAS Ciliwung Hulu merupakan faktor penting dalam meningkatkan luasan tanaman hortikultura.
109
Tabel 30
Hasil Analisis Statistik Aspek Sosial
Spearman’s
Luas Tanaman Hortikultura
Correlation Coefficient
rho
Dibandingkan Dengan Areal
Sig. (2-tailed)
Pertanian
N
Tingkat Partisipasi Keluarga
Correlation Coefficient
Dalam Usahatani Hortikultura
Sig. (2-tailed)
Tahunan
N
Tingkat Pendidikan Petani
Correlation Coefficient
Hortikultura
Sig. (2-tailed) N
Luas Tanaman
Tingkat Partisipasi
Tingkat
Pengetahuan
Perhatian Petani
Hortikultura
Keluarga Dalam
Pendidikan Petani
masyarakat Tentang
Yang Diberikan
Dibandingkan
Usahatani
Hortikultura
Hortikultura Tahunan
Terhadap
Dengan Areal
Hortikultura
Pertanian
Tahunan
Usahatani Hortikultura
1,000
-,111
-;080
,084
,237*
,
,285
,441
,421
,021
94
94
94
94
94
-,111
1,000
-,087
,049
,052
,285
,
,404
,640
,620
94
94
94
94
94
-;080
-,087
1,000
,169
,077
,441
,404
,
,103
,460
94
94
94
94
94
1,000
,211* ,041
Pengetahuan masyarakat
Correlation Coefficient
,084
,049
,169
Tentang Hortikultura Tahunan
Sig. (2-tailed)
,421
,640
,103
,
94
94
94
94
94
,237*
,052
,077
,211*
1,000
,021
,620
,460
,041
,
94
94
94
94
94
N Perhatian Petani Yang
Correlation Coefficient
Diberikan Terhadap Usahatani
Sig. (2-tailed)
Hortikultura
N
Sumber : Data Primer Hasil Analisis (2006) *) Correlation is significant at the .05 level (2-tailed)