PENGUKURAN PRODUKTIVITAS BERDASARKAN MODEL MUNDEL DAN APC UNTUK MENCIPTAKAN KEUNGGULAN BIAYA PRODUKSI (Studi Kasus : PT. ITS Jakarta) Robertus Tang Herman*), Faisal Safa*), Rhiren R. Mukti*) Binus University, Jl. KH.Syahdan, No 9. Kemanggisan - Palmerah, Jakarta Barat Email:
[email protected]
ABSTRAK Dalam kegiatan produksi atau operasi setiap perusahaan atau manajer operasi pasti mengharapkan terciptanya produktivitas hasil produksi termasuk juga produktivitas biaya produksi. Penelitian ini bertujuan untuk membantu decision maker melalui pengkuruan terhadap produktivitas dengan menggunakan model American Productivity Center (APC) dan Model Mundel. Data yang dikumpulkan terdiri dari data sekunder seperti data produksi dan biaya produksi sedangan data primerr diperoleh melalui kuisioner. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan kedua model tersebut terdapat perbedaan hasil perhitungan produktivitas. Perbedaan tersebut yaitu pada model mundel diketahui terjadi penurunan terhadap material dan modal, sedangkan dengan menggunakan model APC terjadi kenaikan pada keseluruhan input. Dengan melakukan perbandingan dengan kedua model tersebut maka perusahaan dapat memilih model mundel yang memberikan data dan hasil perhitungan lebih spesifik dibandingkan model The American Productivity Centre (APC) Keywords : Produktivitas, Biaya Produksi, Model Mundel, Model APC PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Memasuki era perdagangan bebas dan kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan berusaha untuk merencanakan dan mengembangkan strategi guna memperbaiki kinerjanya dan mempertahankan eksistensinya. Dalam hal ini perusahaan dituntut untuk harus melakukan perbaikan-perbaikan diberbagai sector agar perusahaan dapat menghasilkan keuntungan yang akan membuat perusahaan berkembang dan bukan hanya bertahan hidup saja. Perusahaan juga perlu meningkatkan kinerjanya secara lebih efektif dan efisien sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan oleh perusahaan. Produktivitas merupakan salah satu alternative untuk mengevaluasi kinerja yang telah dilakukan bahkan merupakan salah satu cara yang sangat efektif didalam menilai efisiensi pemakaian sejumlah input dalam menghasilkan output tertentu. Suatu perusahaan juga perlu mengetahui pada tingkat produktivitas mana perusahaan tersebut beroperasi, agar dapat membandingkannya dengan produktivitas yang telah ditetapkan oleh manajemen. Dalam hal ini produktivitas sangat diperlukan untuk mengukur biaya produksi secara tepat dan akurat. Dan dari hasil pengukuran dan evaluasi ini akan memberikan informasi kepada perusahaan mengenai tingkat efisiensi yang berhasil dicapai oleh perusahaan dalam melakukan aktivitasnya, hal ini menjadi penting agar perusahaan dapat meningkatkan daya saing dari produk yang dihasilkannya dipasar global yang kompetitif. Perumusan Masalah Masalah yang diidentifikasi dalam penelitian adalah sbb: 1 Perusahaan belum mengetahui tingkat produktivitas biaya produksi pada bagian spinning dan aftertreatment. 2 Berapa besar indeks produktivitas biaya produksi dengan menggunakan model APC (American Productivity Centre) dan model mundel ? 3 Apakah terjadi perbedaan antara model mundel dengan model APC (American Productivity Centre) ? Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Menghitung dan menganalisis tingkat produktivitas dengan menggunakan model APC dan Mundel berdasarkan data keuangan dan data produksi periode tahun 2004 dan 2005
64
2. Membandingkan dua model produktivitas yang digunakan dalam mengukur tingkat produktivitas biaya produksi dan memberikan usulan bagi perusahaan untuk dapat memakai salah satu hasil perbandingan kedua model produktivitas yang sesuai dengan kondisi perusahaan. Model Pengukuran Produktivitas dalam Sistem Industri Dalam mengukur produktivitas, terdapat bermacam-macam model pengukuran, antara lain model rasio/input, model angka indeks, model APC (The American Productivity Center), model mundel. Secara garis besar semua model tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengukuran produktivitas total dan pengukuran produktivitas parsial. Model APC (The American Productivity Centre) Pusat Produktivitas Amerika (The American Productivity Centre- APC) mengemukakan ukuran produktivitas sebagai berikut:
hasil penjualan Profitabilitas = biaya − biaya banyaknya output X h arg a per unit banyaknya input X h arg a per unit = banyaknya output h arg a X banyaknya input biaya = = (produktivitas) X (faktor perbaikan harga) Dari ukuran produktivitas yang dikemukakan APC tampak bahwa ada hubungan profitabilitas dengan produktivitas dan faktor perbaikan harga. Rasio produktivitas memberikan suatu indikasi penggunaan sumber-sumber dalam menghasilkan output perusahaan. Dalam model APC, kuantitas output dan input setiap tahun digandakan dengan harga-harga tahun dasar untuk menghasilkan indeks produktivitas. Harga-harga dan biaya per unit setiap tahun digandakan dengan kuantitas output dan input pada tahun tertentu sehingga akan menghasilkan indeks perbaikan harga pada tahun itu. Bila diketahui indeks produktivitas dan indeks perbaikan harga maka indeks profitabilitas dapat ditentukan dengan jalan: Indeks profitabilitas = (indeks produktivitas) X (indeks perbaikan harga) atau
indeks profitabilitas indeks perbaikan h arg a (David Sumanth, 1984, P 105-106) Indeks produktivitas = Indeks perbaikan harga menunjukkan perubahan dalam biaya input terhadap harga output perusahaan. Dalam model APC biaya per unit tenaga kerja, material, dan energi dihitung atau ditentukan secara langsung, sedangkan perhitungan input modal ditentukan berdasarkan depresiasi total ditambah keuntungan relatif terhadap harta total (harta tetap + modal kerja) yang dipergunakan. Dengan demikian input modal untuk periode itu ditambah (ROA periode dasar) dikalikan harta sekarang yang dipergunakan. (Arman Hakim, 2006, P 432).
Model Mundel Marvin E. Mundel (1976) mengemukakan dua bentuk pengukuran indeks produktivitas, yaitu:
AOMP / RIMP x100 IP = AOMB / RIBP AOMP / AOBP x100 IP = RIMP / RIBP Dimana: IP AOMP AOBP RIMP RIBP
= indeks produktivitas = output agregat untuk periode yang diukur = output agregat untuk periode dasar = input-input untuk periode yang diukur = input-input untuk periode dasar (sumanth, 1984, P 110). 65
Dari dua bentuk indeks produktivitas yang dikemukakan oleh marvin E. Mundel tampak bahwa pada dasarnya kedua bentuk pengukuran itu adalah serupa, dimana kita dapat menggunakan salah satu formula dalam penerapan pengukuran produktivitas pada tingkat perusahaan. Formula (1) pada dasarnya merupakan rasio antara indeks performansi untuk periode dasar, sedangkan formula (2) pada dasarnya merupakan rasio antara indeks output dan indeks input. Dengan demikian dapat pula dinyatakan sebagai berikut:
Indeks performansi periode pengukuran AOMP / RIMP x100 x100 Indeks performansi periode dasar IP = AOMB / RIBP = Indeks output AOMP / AOBP x100 x100 Indeks input / RIMP RIBP = IP = Metodologi Penelitian Flow chart metodologi penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:
66
B
A
In d e k s P ro d u k ti v i ta s M undel
U j i V a l i d i ta s
In d e k s P ro d u k ti v i ta s A P C ( A m e ri c a n P ro d u c ti v i ty C e n tre )
R eduksi
A n a l i s i s P ro d u k ti v i ta s
A n a l i s i s P e rb a n d i n g a n M odel A P C dan M undel
A n a l i s i s D e s k ri p ti f
K e s im p u la n
R ekom endasi
Gambar 1. Metodologi Penelitian PEMBAHASAN Biaya Produksi Tabel 1. Biaya produksi tahun 2004 dan 2005
Sumber: hasil pengolahan data biaya produksi
67
Perhitungan Biaya Produksi dengan menggunakan Metode Mundel Tabel 2. Summary Hasil Produktivitas Berdasarkan Teori Mundel Peningkatan / No Indeks Produktivitas Produktivitas Penurunan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
IP F-900 IP P-200 IP E-900 IP Chemical IP Packing Material IP Nitrogen IP Pure Water IP Steam IP Refrigerator IP Air Compressor IP Electric IP Tenaga Kerja IP Modal
103.9533961 103.9552545 103.9533961 103.9282619 34.60809196 103.7513787 103.9556134 104.2925051 103.9560497 103.3161228 103.728893 109.5128739 93.61772813
3.95 3.96 3.95 3.93 -65.39 3.75 3.96 4.29 3.96 3.32 3.73 9.51 -6.38
Sumber: hasil pengolahan data model mundel Model APC (The American Productivity Centre) Tabel 3. Perhitungan Produktivitas Berdasarkan Teori APC Periode 1(Periode Dasar) Kuantitas
Harga (Rp)
Periode 2
Nilai
Kuantitas
Harga (Rp)
Nilai
Output Total Output
22,292,000
12,800
285,337,600,000
22,810,500
13,000
296,536,500,000
98
1,199,909
117,591,082
93
1,199,901
111,590,793
355,445
9,873
3,509,309,867
355,383
9,872
3,508,344,150
Input Tenaga Kerja Material F-900 P-200
18,957,074
8,392
159,087,766,099
18,953,777
8,391
159,041,143,982
E-900
1,421,781
9,873
14,037,239,469
1,421,533
9,872
14,033,376,599
Chemical (Kg)
59,938
2,995
179,514,310
59,896
2,997
179,508,312
Packing material (sheet)
11,988
998
11,963,625
11,979
2,999
35,925,621
Total Material
176,825,793,370
Energi (KWH)
23,937
998
23,889,326
176,798,298,664 23,958
999
23,934,442
Modal (Rp) 3
Nitrogen (Nm )
12,012
598
7,183,158
12,012
599
7,195,164
Pure water (kg)
37,011
1,547
57,256,017
37,120
1,542
57,239,040
12,337
155
1,912,235
12,373
154
1,905,493
18,506
309
5,718,200
18,560
308
5,716,480
23,937
149
3,566,613
23,918
150
Steam (kg) 3
Refrigerator (Nm ) 3
Air compressor (Nm )
3,587,625
Total Modal
75,636,223
75,643,802
Total Input Sumber: hasil pengolahan data
177,042,910,000
177,009,467,700
68
Total Output
Tabel 4 . Hasil Perhitungan Indeks Produktivitas Model APC Atas Dasar Harga Konstan Periode 1 Periode 2 285,337,600,000.00 291,974,400,000.00 1.02
Input Tenaga Kerja Input Material Input Energi Input Modal Total Input Produktivitas Tenaga Kerja Produktivitas Material Produktivitas Energi Produktivitas Modal Produktivitas Total Sumber: hasil pengolahan data
117,591,082.00 176,825,793,370.00 23,889,326.00 75,636,223.00 177,042,910,000.00
111,591,537.00 176,794,939,186.00 23,910,483.00 75,824,412.00 177,006,265,612.00
0.95 1 1 1 1
2,426.52 1.61 11,944.15 3,772.50 1.61
2,616.46 1.65 12,211.15 3,850.67 1.65
1.08 1.02 1.02 1.02 1.02
Contoh perhitungan indeks produktivitas: Total Output 1 Perhitungan produktivitas tenaga kerja berdasarkan harga konstan: Periode 1 (periode dasar) L 1 = (98 x 1.199.909) = Rp 117.591.082 Periode 2 (menggunakan harga tahun dasar) L 2 = (93 x 1.199.909) = Rp 111.591.537
L2 Rp111.591.537 = = 0.95 L Rp 117 . 591 . 082 1 Indeks produktivitas tenaga kerja = Total Input 2 Perhitungan produktivitas tenaga kerja Periode 1:
Total Output 285.337.600.000 = = 2.426,52 Input Tenaga Kerja 117.591.082 Periode 2:
Total Output 291.974.400.000 = = 2.616,46 Input Tenaga Kerja 111.591.537 2.616,46 = 1.08 2 . 426 , 52 Indeks produktivitas tenaga kerja:
69
Tabel 5. Hasil Perhitungan Indeks Profitabilitas Model APC Atas Dasar Harga yang Berlaku Periode 1
Periode 2
285,337,600,000.00
296,536,500,000.00
1.04
Tenaga Kerja
117,591,082.00
111,590,793.00
0.95
1.09
Material Energi
176,825,793,370.00 23,889,326.00
176,798,298,664.00 23,934,442.00
1 1
1.04 1.04
Modal
75,636,223.00
Output Input
Total Input 177,042,910,000.00 Sumber: hasil pengolahan data
75,643,802.00
1
1.04
177,009,467,700.00
1
1.04
L2 Rp111.590.793 = = 0.95 L Rp117.591.082 Indeks input tenaga kerja = IL = 1 Indeks output ( IO) 1.04 = = 1.09 ker ( ) 0 . 95 Indeks input tenaga ja IL IPF-L = Tabel 6. Hasil Perhitungan Indeks Perbaikan Harga Model APC Input Tenaga Kerja Material Energi Modal Total Sumber: hasil pengolahan data
IPF 1.09 1.04 1.04 1.04 1.04
IP 1.08 1.02 1.02 1.02 1.02
IPH 1.01 1.02 1.02 1.02 1.02
Contoh perhitungan indeks perbaikan harga: Perhitungan indeks perbaikan harga untuk input tenaga kerja (IPH-L):
IPF − L 1.09 = = 1.01 1.08 IPL IPH- L =
Perbandingan Model APC dan Mundel
70
Tabel 7. Tabulasi Perbandingan Model APC dan Mundel Tabulasi Perbandingan Model APC dan Mundel Model APC
Model Mundel
Keterangan
Indeks Produktivitas
Material
1.02
Indeks Produktivitas
Keterangan IP F-900 IP P-200 IP E-900 IP Chemical IP Packing Material IP Nitrogen IP Pure Water IP Steam IP Refrigerator IP Air Compressor
Tenaga Kerja 1.08 Modal 1.02 Energi 1.02 Sumber: hasil produktivitas model APC dan model Mundel
3.95 3.96 3.95 3.93 -65.39 3.75 3.96 4.29 3.96 3.32 9.51 -6.38 3.73
Hasil Analisis Mundel dan APC Berikut ini merupakan hasil analisis terhadap Indeks produktivitas dengan menggunakan Model Mundek dan APC Implikasi Hasil dengan Model Mundel Indeks produktivitas F-900 F -9 0 0
Harga
1.
98 73.2 9873 98 72.8 98 72.6 98 72.4 98 72.2 9872 98 71.8 98 71.6 98 71.4
H a rg a
2004
2005 Tahun
Gambar 2. Grafik Harga F-900 Sumber: hasil pengolahan data IP F-900= 3.95%. Terlihat pada tabel 7, hal ini menunjukkan bahwa produktivitas dari F-900 pada periode 2005 meningkat sebesar 3.95% dibandingkan keadaan pada periode 2004. Tetapi terjadi penurunan harga pada periode 2004 ke periode 2005 sebanyak 1 rupiah, terlihat pada tabel 6 dan gambar 3. Hal ini disebabkan karena di proses spinning dilakukan shutdown, dengan otomatis tidak ada produksi yang berjalan pada mesin spinning sehingga F-900 tidak diproduksi untuk spinning. 71
2.
Indeks produktivitas P-200
Harga
P -2 0 0 8 3 9 2 .2 8392 8 3 9 1 .8 8 3 9 1 .6 8 3 9 1 .4 8 3 9 1 .2 8391 8 3 9 0 .8 8 3 9 0 .6 8 3 9 0 .4
H a rg a
2004
2005 Tahun
Gambar 3: Grafik Harga P-200 Sumber: hasil pengolahan data IP P-200=3.96% Terlihat pada tabel 7, hal ini menunjukkan bahwa produktivitas dari P-200 pada periode 2005 meningkat sebesar 3.96% dibandingkan keadaan pada periode 2004. Tetapi terjadi penurunan harga pada periode 2004 ke periode 2005 sebanyak 1 rupiah, terlihat pada tabel 6, dan gambar 3. Hal ini disebabkan karena di proses spinning dilakukan shutdown, dengan otomatis tidak ada produksi yang berjalan pada mesin spinning oleh sebab itu material P-200 tidak diproduksi untuk mesin spinning. 3. Indeks produktivitas E-900
Harga
E -9 0 0 9 8 7 3 .2 9873 9 8 7 2 .8 9 8 7 2 .6 9 8 7 2 .4 9 8 7 2 .2 9872 9 8 7 1 .8 9 8 7 1 .6 9 8 7 1 .4
H a rg a
2004
2005 Tahun
Gambar 4. Grafik Harga E-900 Sumber: hasil pengolahan data IP E-900=3.95% Terlihat pada tabel 7, hal ini menunjukkan bahwa produktivitas dari E-900 pada periode 2005 meningkat sebesar 3.95% dibandingkan keadaan pada periode 2004. Tetapi terjadi penurunan harga pada periode 2004 ke periode 2005 sebanyak 1 rupiah, terlihat pada tabel 6, dan gambar 4 Hal ini disebabkan karena di proses spinning dilakukan shutdown, dengan otomatis tidak ada produksi yang berjalan pada mesin spinning, oleh sebab itu material E-900 tidak diproduksi untuk mesin spinning.
72
Implikasi Hasil dengan Model APC 1. Tenaga kerja
Nilai
T e n a g a K e r ja 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 9 8
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
N ila i
2004
2005 T a h u n
Gambar 5. Grafik Nilai Tenaga Kerja Sumber: hasil pengolahan data Terlihat pada tabel 7, produktivitas dari tenaga kerja meningkat sebesar 8% ( 108%-100%) pada periode 2005. hal ini dikarenakan terjadinya kenaikan tingkat upah yang ditunjukkan oleh IPH tenaga kerja 101% (Tabel 6) dengan efek bersih meningkatkan profitabilitas sebesar 9% (109%-100%). 2. Material
Nilai
M a t e r ia l 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
,8 ,8 ,8 ,8 ,8 ,8 ,8 ,7 ,7 ,7 ,7
3 2 2 1 1 0 0 9 9 8 8
0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0
,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
N ila i
2004
2005 T a h un
Gambar 6. Grafik Nilai Material Sumber: hasil pengolahan data Terlihat pada tabel 7, produktivitas dari material meningkat sebesar 2% (102%-100%) pada periode 2005. hal ini dikarenakan terjadinya peningkatan material yang ditunjukkan oleh IPH material 102% (Tabel 6) dengan efek bersih meningkatkan profitabilitas sebesar 4% (104%100%). Hal ini juga dapat dilihat dari nilai total pada periode 2004 176,825,793,370 mengalami penurunan yang cukup berarti pada periode ke 2005 yakni 176,798,298,664.
Harga
F -9 0 0 9 8 7 3 .2 9873 9 8 7 2 .8 9 8 7 2 .6 9 8 7 2 .4 9 8 7 2 .2 9872 9 8 7 1 .8 9 8 7 1 .6 9 8 7 1 .4
H a rg a
2004
2005 T a h u n
Gambar 7. Grafik Harga F-900 Sumber: hasil pengolahan data Terlihat pada tabel 3 dan gambar 7, material F-900 pada periode 2004 9,873 dan pada periode 2005 menjadi 9,872. Penurunan ini terjadi karena di proses spinning dilakukan shutdown, dengan otomatis tidak ada produksi yang berjalan pada mesin spinning sehingga F-900 tidak diproduksi untuk spinning.
73
Harga
P -2 0 0 8 3 9 2 .2 8392 8 3 9 1 .8 8 3 9 1 .6 8 3 9 1 .4 8 3 9 1 .2 8391 8 3 9 0 .8 8 3 9 0 .6 8 3 9 0 .4
H a rg a
2004
2005 T a h un
Gambar 8. Harga P-200 Sumber: hasil pengolahan data Terlihat pada Tabel 3 dan Gambar 8, material P-200 pada periode 2004 8,392 dan pada periode 2005 menjadi 8,391. Penurunan ini terjadi karena di proses spinning dilakukan shutdown, dengan otomatis tidak ada produksi yang berjalan pada mesin spinning. oleh sebab itu material P-200 tidak diproduksi untuk mesin spinning.
Harga
E -9 0 0 9 8 7 3 .2 9873 9 8 7 2 .8 9 8 7 2 .6 9 8 7 2 .4 9 8 7 2 .2 9872 9 8 7 1 .8 9 8 7 1 .6 9 8 7 1 .4
H a rg a
2004
2005 T a h u n
Gambar 9. Harga E-900 Sumber: hasil pengolahan data Terlihat pada Tabel 3 dan Gambar 9, material E-900 pada periode 2004 9,873 dan pada periode 2005 menjadi 9,872. Penurunan ini juga terjadi karena di proses spinning dilakukan shutdown, dengan otomatis tidak ada produksi yang berjalan pada mesin spinning, oleh sebab itu material E-900 tidak diproduksi untuk mesin spinning.
Analisis Perbandingan Model Mundel dan APC (American Productivity Centre) Terdapat perbedaan hasil perhitungan indeks produktivitas pada kedua model dikarenakan model APC (American Productivity Centre) melihat secara total dari masing-masing input, sedangkan model mundel melihat input secara mandiri atau masing-masing. Dengan perbandingan dari kedua model diatas dapat diketahui dengan menggunakan model mundel dapat dilihat dengan jelas terjadi penurunan pada packing material dan modal, sedangkan dengan menggunakan model APC (American Productivity Centre) tidak terjadi penurunan tetapi semua input meningkat. Dalam perbandingan kedua model tersebut juga dapat dilihat kelebihan dan kekurangan dari masingmasing model yaitu: 1 Model Mundel Kelebihan: kelebihan yang dimiliki model mundel adalah dapat melihat peningkatan atau penurunan produktivitas secara spesifik atau melihat input secara masing-masing Kekurangan: kekurangan yang dimiliki model mundel adalah tidak dapat mengetahui secara cepat apakah produktivitas mengalami penurunan atau peningkatan karena model mundel ini melihat input secara masing-masing. 2 Model APC (American Productivity Centre) Kelebihan: kelebihan yang dimiliki model APC adalah dapat lebih cepat mengetahui apakah produktivitas mengalami penurunan atau peningkatan, karena model APC ini melihat seluruh total setiap input. 74
Kekurangan: kekurangan yang dimiliki model APC adalah model ini tidak mengetahui secara spesifik atau masing-masing input, apakah produktivitas mengalami penurunan atau peningkatan karena model APC ini melihat dari total setiap input. KESIMPULAN dan SARAN Kesimpulan 1. Perhitungan produktivitas dengan menggunakan model mundel dapat dilihat terjadi penurunan pada beberapa indeks produktivitas yaitu packing material dan modal. Pada packing material terjadi penurunan indeks produktivitas yang sangat signifikan sebesar 65,39%, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: • Tepi packing material yang berwarna (pp. cloth) tidak dijahit, hal ini disebabkan tercemarnya staple fibre sehingga packing material harus diganti • Laminating yang dilakukan tidak baik hal ini di tunjukkan dengan jika laminating meningkat maka temperaturnya pun naik hal ini juga dapat mengakibatkan kenaikan harga dua kali lipat dan kenaikan dari kuantiti atau jumlah barang itu sendiri. • Suplier dari material ada perubahan warna, perubahan dari anyamannya, perubahan denier contoh: panjang filamen = 9000 meter beratnya sekitar 1 gram dimana ketebalan atau lebar sudah ditentukan oleh denier itu sendiri, kecepatan dan temperatur juga sangat berpengaruh dengan temperatur 80 derajat dan speed/kecepatan 150 maka jika melakukan laminating temperatur yang ada tetap, tetapi speednya berubah menjadi 140 atau sebaliknya jika temperaturnya naik akan menyebabkan waste (pembuangan), sehingga dapat mengurangi produksi, dengan demikian dapat menyebabkan kenaikan biaya yang cukup banyak Sedangkan indeks produktivitas dari modal menurun sebesar 6,38% disebabkan oleh perbedaan antara nilai kurs mata uang dollar dengan rupiah, karena modal yang ditanam oleh perusahaan ini berdasarkan mata uang dollar Amerika. 2. Dari hasil perhitungan produktivitas dengan menggunakan model APC (American Productivity Centre) dapat dilihat indeks produktivitas dari total masing-masing input mengalami peningkatan yaitu: • Produktivitas tenaga kerja meningkat sebesar 8% • Produktivitas material meningkat 2% • Produktivitas energi meningkat 2% • Produktivitas modal meningkat 2% 3. Dalam kedua model ini juga terdapat perbedaan perhitungan, dengan menggunakan model mundel produktvitas dilihat secara masing-masing atau mandiri, sedangkan dengan menggunakan model APC (American Productivity Centre) produktivitas melihat total dari masingmasing input. Dan juga terdapat perhitungan yang berbeda pada modal, jika perhitungan produktivitas model mundel, modal yang digunakan adalah modal dari hasil penanaman modal perusahaan, sedangkan perhitungan produktivitas model APC (American Productivity Centre) modal yang digunakan adalah berdasarkan depresiasi total ditambah keuntungan relatif terhadap harta total (harta tetap + modal kerja). 4. Manfaat bagi perusahaan dengan adanya produktivitas biaya produksi maka akan menimbulkan biaya rendah (low cost) dan perusahaan akan menjadi lebih efisien dengan makin tingginya produktivitas makin tinggi efisiensi dengan sendirinya. Saran 1. Dari perbandingan kedua model yang digunakan maka diusulkan bagi perusahaan untuk menggunakan model mundel karena dengan menggunakan model ini perusahaan dapat melihat penurunan atau peningkatan produktivitas secara spesifik. 2. Terdapat beberapa input pada model mundel yang tidak produktif yaitu pada bagian packing material. Dengan adanya penelitian ini maka perusahaan harus lebih memperhatikan hal-hal berikut yaitu: • Tepi packing material harus dijahit dengan rapi sehingga pada waktu barang dikirim dan diterima oleh customer tidak mengalami kerusakan/cacat. • Perusahaan harus memberikan masukan kepada supplier agar lebih memperhatikan pada proses laminatingnya. • Perusahaan harus lebih memperhatikan lebih detail jika ingin melakukan pemesanan barang. 75
3. Agar produktivitas modal tidak turun maka modal tidak dihitung sesuai kurs rupiah tetapi tetap dalam kurs dollar 4. Perusahaan diharapkan untuk tetap mempertahankan produktivitas biaya produksi ini dengan baik 5. Perusahaan sebaiknya melakukan pengecekan produktivitas pada biaya produksi minimal satu kali setahun agar produktivitas biaya produksi dapat diketahui kenaikan atau penurunannya. 6. Perusahaan menyediakan kotak saran untuk memberi kesempatan pada karyawan untuk menyampaikan masukan-masukan untuk dapat meningkatkan produktivitas biaya produksi. DAFTAR PUSTAKA Blocher, E.J, Chen K.H, Lin T.W. (2000) Manajemen Biaya, Jilid 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Christopher William F., Thor Carl, G. (1993). Handbook For Productivity Measurement and Improvement, Productivity Press, USA. Herjanto, E. (1997). Manajemen Operasi, Edisi 3, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Nasution, A. (2006). Manajemen Industri. Andi, Yogyakarta. Santoso, S. (2006). Mengukur Sikap dan Kepuasan Konsumen, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Santoso, S. (2002). SPSS Statistik Multivariat, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta . Santoso, S. (1999). SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Schroeder Roger, G. (1989). Manajemen Operasi pengambilan keputusan dalam suatu fungsi Operasi, Edisi 3, jilid 2, Erlangga Jakarta. Sinungan, M. (2005). Produktivitas Apa dan Bagaimana, PT. Bumi Aksara, Jakarta. Sumanth David, J. (1984). Productivity Engineering and Management, McGraw-Hill, USA. Sinungan, M. (2005). Produktivitas Apa dan Bagaimana, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
76