PENGUASAAN IPTEK DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING BANGSA
Oleh: Dr. Farid Hamid U. M.Si.
Abstract Globalization era has begun. No single country is able to escape from globalizations. The world has become a global village. The characteristic of Globalization era is growth of science and technology are very rapid. Globalization era is the era of knowledge society with mainstream source is knowledge, not nature resource. It’s time for country to increase attention to mastery of knowledge and competitiveness in science, technology and oriented human resources development. Attempt the mastery of science and technology starts with constructing sustainable quality of human resources. Especially in improving the competitiveness of nations in the globalization era. For that reason this paper considers the characteristic of the role of university for improving science and technology ability to improve the nation’s competitiveness in the global arena. Pendahuluan Dewasa ini globalisasi melibatkan semua aspek kehidupan manusia. Tidak satupun negara/bangsa yang sanggup meluputkan diri dari globalisasi. Dunia telah menjadi desa global (global village). Salah satu ciri era globalisasi adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Era globalisasi merupakan era masyarakat pengetahuan (knowledge society) dengan sumber daya utama masyarakat bukan lagi bertumpu pada alam, namun pada pengetahuan. Implikasi dari globalisasi adalah semua bangsa-bangsa di dunia akan berpacu untuk maju, menguasai pengetahuan. Jadilah pengetahuan menjadi sumber daya utama masyarakat. Suka atau tidak suka, daya saing suatu bangsa ditentukan oleh kemampuan bangsa/negara tersebut dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengetahuan akan menjadi alat (tools) masyarakat/bangsa (negara) dalam memperebutkan pengaruh dan pasar di arena global. Bukan zamannya lagi suatu negara hanya mengandalkan atau bertumpu pada keunggulan sumber daya alam
1
semata. Sudah saatnya negara dalam meningkatkan daya saingnya memperhatikan penguasaan pada ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) serta berorientasi pada pembangunan sumber daya manusia. Globalisasi jelas memihak kekuatan-kekuatan besar dunia dan merugikan pihak-pihak yang lemah. Sehingga penguasaan akan IPTEK merupakan suatu solusi yang tepat. Upaya dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dimulai dengan membangun kualitas SDM yang berkelanjutan. Terutama dalam meningkatkan daya saing bangsa di era global ini. Untuk itu makalah ini mencoba mengkaji tentang peran perguruan tinggi dalam meningkatkan penguasaan iptek demi peningkatan daya saing bangsa di pentas global.
Permasalahan dan Tantangan Bangsa Era globalisasi yang membentuk keterhubungan dan mobilitas global akan menciptakan fenomena kesejagatan (globality) kehidupan dan kegiatan di berbagai bidang. Globalisasi yang ditandai oleh percepatan teknologi yang terus berkembang menjadi suatu sebab material perubahan terus menerus dalam semua interaksi dan aktifitas masyarakat. Sehingga dibutuhkan kesiapan untuk hal tersebut. Dimitri Mahayana (1999:36-37) mengatakan bahwa masyarakat era globalisasi adalah masyarakat pengetahuan yang memiliki ciri sebagai berikut: a. Demokratisasi. Kebebasan berpendapat dan mengemukakannya secara lisan, tulisan dan melewati media-media lain merupakan sebuah kondisi perlu bagi akselerasi perkembangan pengetahuan masyarakat. b. Pekerja pengetahuan. Terjadinya pergeseran pekerja kerah biru (blue collar worker) oleh pekerja pengetahuan (knowledge worker). Kemajuan teknologi dan peradaban menciptakan pekerjaan-pekerjaan baru yang memerlukan pekerja pengetahuan yang profesional di bidangnya.
2
c. Jaringan global. Internet yang menghubungkan ratusan juta komputer dan akan terus meningkat dengan akselerasi fantastis. Internet merupakan simbol material embrio masyarakat global.
Sadar atau tidak
hal ini akan
membawa dampak kepada kehidupan
masyarakat dan bangsa Indonesia. Permasalahannya kita harus siap, walaupun tetap disadari kita masih bergumul dengan permasalahan klasik yang melanda bangsa ini. Persoalan klasik yang dihadapi bangsa ini antara lain: 1. Kependudukan. Permasalahan kependudukan masih terkait dengan jumlah penduduk yang besar. jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sejauh ini menurut data BPS mencapai 237.641.326 jiwa (BPS 2011)1. Penduduk yang besar ini mengakibatkan permasalahan kekurangan kesempatan kerja, kualitas hidup yang masih rendah, pendidikan yang relatif rendah dan penyebaran yang tidak merata. Ini akan berakibat pada meningkatnya kemiskinan di negeri ini. Data kemiskinan di Indonesia berjumlah 13.33% dari penduduk Indonesia atau 31.023.400 orang 2. 2. Penguasaan ilmu dan teknologi yang diperlukan dalam meningkatkan daya saing bangsa.
Dari catatan-catatan di atas menurut peneliti ada beberapa hal yang menjadi tantangan bangsa dalam meningkatkan daya saing yang berkorelasi satu sama lain, yaitu: 1. Tantangan globalisasi kehidupan menuntut penguasaan IPTEK, produktivitas serta kemampuan untuk mengelola informasi dengan baik agar dapat meningkatkan daya saing bangsa dalam persaingan yang semakin tajam. 2. Tantangan
peningkatan
dan
pengembangan
SDM
Indonesia
yang
berkelanjutan secara merata di Indonesia mutlak diperlukan. 1 2
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=12¬ab=1 http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=23¬ab=4
3
Lemahnya penguasaan iptek karena kualitas sumberdaya manusia di Indonesia ditunjukkan oleh sejumah indikator, antara lain:
Indeks Pencapaian Teknologi (IPT) dalam laporan UNDP Tahun 2001 menunjukkan tingkat pencapaian teknlogi Indonesia masih berada pada urutan 60 dari 72 negara;
Menurut WEF, Indeks Daya Saing Pertumbuhan (IDSP) Indonesia pada tahun 2004 berada pada urutan 69 dari 104 negara (RPJMN, Perpres No. 7 Tahun 2005). Selanjutnya menurut hasil studi WEF 2006 peringkat indeks daya
saing pertumbuhan
Indonesia berada
di
peringkat
59
3
.
Hal ini tentu saja menjadi tantangan tersendiri, karena kondisi dan penguasaan tehnologi yang masih lemah yang tentu saja akan berdampak pada daya saing bangsa ini di kancah internasional. Saat ini Indonesia juga berada dalam dalam dilema infrastruktur dan teknologi. Hampir sebagian besar kegiatan ekonomi Indonesia bergantung kepada infrastruktur dan sistem tehnologi dari luar Indonesia. Bahkan, akibat ketergantungan tersebut Indonesia mengalami kemunduran ekonomi yang sangat signifikan untuk dilanda krisis. Menurut informasi lembaga survei pada 2009 link bisnis Indonesia hanya berada di ranking 122. Masih tertinggal jauh dengan negara tetangga Malaysia dan Thailand yang berada pada urutan 12 dan 23 4. Dalam pembukaan suatu acara Presiden SBY menyatakan bahwa : jika kita mampu membuat sendiri segala produk teknologi yang kita butuhkan, mengapa kita harus melakukan impor. Inilah harapan besar untuk melakukan sebuah perkembangan dan perubahan kepada yang lebih baik. Baik bagi masyarakat dan pula negara. Dengan kondisi infrastruktur saat ini harapannya Indonesia dapat meningkatkan daya 3 4
www.bappenas.go.id/get-file-server/node/167 Elvan Syaputra, “Saatnya Indonesia Berubah”, - detikNews Rabu, 01/12/2010 diunduh Minggu 25 September 2011 jam 10.59
4
saing. Kelemahan sains dan teknologi ternyata tidak hanya berdampak kepada sistem ekonomi negara saja. Tapi, juga merambat ke masalah ekonomi masyarakat yang telah lama diikat oleh belenggu kemiskinan.
Dampak Negatif IPTEK yang Perlu Diwaspadai Globalisasi berakar pada kemajuan IPTEK khususnya kemajuan teknologi informasi (TI). Perkembangan IPTEK yang terjadi sekarang ini tak bisa dihindari. Banyak kelebihan yang bisa dimanfaatkan yang menyebabkan
banyak orang
terperangah akan manfaat dan hal yang positif yang muncul sebagai perkembangan tehnologi. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat cepat turut memicu kelahiran media baru, dan mengubah gaya hidup masyarakat dalam memperoleh informasi. Jika dahulu orang mendapatkan informasi dengan membaca koran di pagi hari, atau radio saat ini seseorang mulai terbiasa untuk mendapatkan informasi di manapun, kapanpun, dan dengan cara dan sarana apa pun. Perkembangan tehnologilah yang membantu ini semua terwujud. Redaktur Senior Kompas Ninok Leksono dalam diskusi pemanfaatan media online, Rabu (26/11) di Museum Bank Indonesia, Jakarta. Menyatakan bahwa media baru tersebut bersifat instant, interaktif, dan berlingkup global tanpa terkendala batasbatas geografi. Media baru ini dapat menjadi media efektif untuk marketing dan PR. Untuk menjadikannya sebagai media yang baik, maka media tersebut harus dikerjakan secara reguler, sistematik, serta proaktif. Selain itu, kegiatan online juga harus didukung oleh kegiatan offline karena masyarakat Indonesia masih memerlukan tatap muka.5 Secara umum, di satu sisi, teknologi sangat bermanfaat dan dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Aktivitas dan kegiatan manusia semakin dipermudah. Misalnya 5
Hindra, Media Online Efektif untuk Marketing dan PR, kompas.com Rabu, 26 November 2008, diunduh 25 september 2011, jam 12.30
5
untuk menggandakan catatan atau tulisan, kita sudah tidak perlu lagi menulis berlembar–lembar, cukup menggunakan mesin fotokopi. Membutuhkan perhitungan sekaligus rata-rata kita sudah dimudahkan dengan computer dengan berbagai program didalamnya, memprediksi penyakit seseorang tidak perlu lagi memerlukan waktu berhari-hari dengan berbagai macam tes dengan bantuan mesin MRI bisa selesaikan dalam waktu singkat, dan lain sebagainya. Selain hal-hal yang bersifat positif, globalisasi kadangkala bagi Indonesia dianggap rawan bahkan sangat rawan, misalnya globalisasi di bidang informasi terutama lewat internet. Mudah menimbulkan masalah hukum dan masalah norma budaya. Sisi negatif lainnya adalah ……….. Selain itu, perkembangan teknologi juga perlu diwaspadai karena dapat memunculkan dampak negatif bagi kehidupan manusia. Beberapa penelitian menemukan dampak negatif dari beberapa alat - alat elektronik bagi kesehatan manusia. Beberapa alat ada yang menyebabkan gangguan pada otak, mata ataupun pendengaran manusia.Yang perlu diwaspadai juga adalah dampak psikologis, khususnya pada relasi antarmanusia. Bisa jadi, gara-gara televisi, antar anggota keluarga bertengkar atau berselisih karena masing – masing memiliki tayangan favorit, sementara tidak ada yang mau mengalah. Gara-gara televisi pula keluarga menjadi terpecah karena masing – masing memiliki TV sendiri-sendiri. Ada anggota keluarga yang memilih keluar rumah dan bergabung dengan orang lain yang memiliki tayangan favorit sama. Akhirnya relasi antar anggota keluarga renggang. Televisi membuat
jarak
yang
memisahkan
mereka.
Contoh lain, seorang anak yang kedua orang tuanya sibuk bekerja, menjadi kesepian karena dia tidak boleh keluar rumah. Anak pun lebih memilih bermain komputer atau play station. Anak menjadi kecanduan. Waktunya habis untuk bermain. Akibatnya, anak menjadi malas belajar dan enggan melakukan kegiatan lain atau bertemu dengan orang lain. Menurut Etikawati (2008), seorang psikolog anak, dampak positif atau negatif dari perkembangan teknologi ditentukan oleh manusia yang menggunakan teknologi 6
tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap klien - kliennya, Etikawati menemukan bahwa dampak teknologi ditentukan oleh potensi, kecenderungan atau sikap yang ada dalam diri seseorang.
Misalnya Kehadiran TV dapat menjadi
pemecah keluarga ketika masing–masing anggota keluarga lebih mengutamakan dirinya, bersikap egois dan tidak mau mengalah. Tetapi TV dapat menjadi pemersatu keluarga dan menambah kehangatan keluarga ketika masing–masing anggota keluarga menyadari dirinya dan tidak egois. Keluarga dapat bersama–sama menikmati dan membahas tayangan TV yang sedang dilihat. Kebiasaan tersebut dapat menciptakan komunikasi dan kedekatan antaranggota keluarga. Berdasarkan kasus tersebut dapat dipelajari sebenarnya bahwa teknologi dapat sangat bermanfaat dan berdampak positif ketika manusia menggunakan teknologi secara tepat sesuai dengan fungsinya. Manusia juga perlu menyadari kondisi dirinya, jangan sampai teknologi berdampak negatif karena seseorang memiliki potensi, kecenderungan atau sikap yang negatif di dalam dirinya. Manusia perlu waspada agar jangan sampai dimanfaatkan oleh teknologi, sebaliknya manusialah yang harus memanfaatkan teknologi 6.
Pendidikan, Penerapan dan Pemanfaatan IPTEK (Pikirkan lagi ttg judul ini) Ketika dunia memasuki era globalisasi di mana dunia menjadi saling terkait satu sama lain (the bonderless world) menutup diri dari bangsa lain adalah suatu hal yang fatal. Saatnya mereposisi bangsa kita dalam percaturan global. Untuk itu penguasaan IPTEK merupakan prasyarat utama. Teknologi, dalam kancah perekonomian global sudah dianggap sebagai investasi dominan dalam pembangunan ekonomi. Kekayaan sumber daya alam bukan lagi penentu keberhasilan ekonomi suatu bangsa. Bangsa yang menguasai teknologi akan mampu menguasai bangsa 6
P. Henrietta Siswadi, S. Psi ,”Waspadai Ekses Teknologi!”, kompas.com, Selasa, 9 Desember 2008 diunduh minggu 25 september 2011 jam 12.00
7
yang walaupun sumber daya alam yang besar tetapi tidak menguaai teknologi, Oleh karena itu, membangun masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society) sangat diperlukan dalam mendorong terciptanya kemampuan teknologi suatu bangsa. Pengembangan IPTEK sebenarnya tergantung tingkat kemajuan IPTEK yang sudah dicapai, kemampuan sumber daya yang ada dan kebutuhan nasionalnya. Negara manapun tidak mungkin melakukan pengembangan di semua bidang IPTEK. Oleh karena itu perlu adanya prioritas sesuai kebutuhan kebutuhan nasionalnya. Menentukan urutan prioritas merupakan masalah yang harus dihadapi oleh tiap negara. Apalagi yang memiliki kemampuan sumber daya yang sangat terbatas. Bagai mimpi di siang bolong rasanya membayangkan kalau negara kita bisa seperti negara-negara ini, karena mereka sudah lebih dahulu memiliki positioning yang mantap misalnya ketika berbicara tentang otomotif, langsung muncul image dalam diri kita tentang Jepang dan Eropa, ketika ingat teknologi digital kita mengenal IBM, Intel Microsoft dari Amerika Serikat. Berbicara tentang beras maka muncul di benak kita Thailand negara tetangga. Kembali ke dalam negeri apa yang kita banggakan? Apa positioning bangsa Indonesia pada masyarakat global?. Dimitri Mahayana (199:115) memberikan saran : Pertama, positioning suatu bangsa yang bagus harus melandaskan dirinya pada potensi-potensi yang benar-benar dimiliki oleh bangsa tersebut, baik potensi alami maupun potensi kultural. Kedua, reposisi yang baik harus mendasarkan dirinya pada perubahasnperubahan dan trend yang sedang terjadi. Ketiga, repositioning suatu bangsa merupakan suatu proses jangka panjang yang tentu bukan merupakan suatu mantera sim salabim yang langsung seketika mengubah nasib bangsa. Oleh karenanya negara harus berusaha menetapkan arah pembangunan dan menetapkan positioning, kemudian memenuhi kebutuhan SDM yang menguasai Iptek yang konon jumlah masih terbatas. Namun bukan berarti kemudian negara hanya berpangkutangan menunggu adanya SDM yang sanggup dan menguasai melainkan 8
harus mengusahakan dan memberikan stimuli sehingga masyarakat juga bergerak dan berusaha untuk menguasainya. Setelah penguasaan yang perlu dipahami, dihargai dan tetap disuport adalah penguasaan yang berkelanjutan. Sustainability (keberlanjutan) tidak bisa dicapai hanya dengan teknologi, melainkan harus lintas disiplin. Pelajar, profesional dan pengambil kebijakan harus berpikir kritis. Menurut Lemkowitz, tehnologi memang esensial untuk mengatasi isu keberlanjutan di planet bumi ini, namun teknologi saja tidak mencukupi. "Pendekatan lintas disiplin mutlak diperlukan," tegas Lemkowitz, yang menyampaikan kuliah berjudul
How
'Sustainable'
is
Modern
Civilization?.
Untuk
mendukung
pernyataannya tersebut, Lemkowitz menyodorkan tiga model yakni model IPAT, model Kuznetz, dan model Sistem Kebijakan Multidisipliner (Allenby, 1998). Dalam model IPAT dijelaskan mengenai dampak pada lingkungan (I), populasi (P), kesejahteraan (A), dan teknologi (T). Apakah kekuatan penentu ketidakberlanjutan (P meningkat, A lebih besar) telah dikompensasi oleh kemajuan teknologi?7. Ini harus dipikirkan lebih lanjut dan kiranya menjadi PR besar pemerintah.
Peranan Perguruan Tinggi Lembaga pendidikan tinggi sebenarnya memiliki kemampuan melakukan penelitian dan pengembangan di bidang IPTEK, karena di perguruan tinggi biasanya terhimpun sarana dan prasarana IPTEK yang cukup mutakhir dan tersedia sumber daya manusia berkualitas tinggi yang relatif menetap dan menekuni bidang ilmu yang menjadi keahliannya. Walaupun demikian misi perguruan tinggi yang paling utama adalah menyelenggarakan pendidikan dan karena kendala yang harus dihadapi dalam menyelenggarakan fungsi pendidikan ini, maka misi lainnya yaitu menyelenggarakan penelitian dan pengabdian pada masyarakat menjadi agak terhambat.
7
Padahal
Eddi Santosa, “Laporan dari ISSM XI, Delft Lemkowitz: Keberlanjutan Tak Bisa Dicapai Hanya dengan Teknologi” – detikNews, Minggu, 18/05/2008, diunduh tanggal 25 September 2011, jam 11.33 WIB
9
institusi pendidikanlah yang memungkinkan melakukan riset/penelitian secara berkala, dan riset adalah pemicu berkembangnya ilmu dan tehnologi. Hambatan yang dihadapi dalam penyelenggaraan fungsi pendidikan muncul karena perkembangan pendidikan tinggi yang amat pesat dari segi kualitas dan kuantitas yang telah terjadi dalam beberapa dasawarsa terakhir ini. Kemudian karena kendala-kendala dana, sarana dan prasarana, kegiatan penelitian di perguruan tinggi sejak lama terbatas lebih pada upaya menunjang proses belajar-mengajar saja. Walaupun demikian, masih perlu diteliti apakah peningkatan kegiatan penelitian di perguruan tinggi dapat meningkatkan IPTEK di sektor swasta dan industri. Pemerintah akan tetap menjadi penyedia dana terbesar dan menjadi pelaku utama dalam kegiatan pengembangan IPTEK. Sementara itu peranan perguruan tinggi dalam pengembangan IPTEK masih akan dibatasi oleh berbagai kendala yang sifatnya struktural. Walaupun anggaran pemerintah untuk meningkatkan kegiatan penelitian di perguruan tinggi dalam beberapa tahun sudah meningkat lipat ganda. anggaran tersebut sebenarnya baru mencukupi untuk sekedar menghidupkan kegiatan penelitian dan memelihara para peneliti. Kebijaksanaan pendidikan tinggi di masa mendatang perlu diarahkan agar perguruan tinggi dapat melepaskan diri dari kendalakendala struktural yang sekarang sangat menghambat. Dalam perannya sebenarnya Pendidikan tinggi dapat menjadi salah satu penentu. Alasannya, dalam konteks daya saing global, peranan pendidikan tinggi sangat penting dalam mendorong percepatan kemajuan bangsa. Lulusan perguruan tinggi akan menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi. Inilah yang disebut knowledge driven economic growth. Namun yang memprihatinkannya saat ini, pembangunan pendidikan nasional masih belum memadai untuk menghadapi persaingan global. Daya saing masih lemah dibandingkan negara lain. Salah satu indikatornya terlihat dari angka paritisipasi kasar (APK) pada jenjang perguruan tinggi (PT) pada 2007 hanya berkisar 17,25 persen . Padahal APK Thailand mencapai 42,7 persen, Malaysia 32,5 persen, dan Filipina 28,1 persen. Ini bisa jadi yang
10
menyebabkan Indonesia sampai saat ini dalam konteks penguasaan iptek, Indonesia tergolong pada kelompok technology adaptor countries. Dengan kata lain baru bisa mengadopsi teknologi dan belum sampai pada tahapan implementasi.
8
Pendidikan
kita masih banyak yang masih harus diperbaiki.Banyak pekerjaan rumah juga bagi perguruan tinggi untuk meningkatkan kemampuan mereka, sebagai bagian penggerak penyedia SDM yang mampu menguasai tehnologi dan juga pengembang sehingga Indonesia bukan hanya menjadi kelompok technology adaptor countries.
Daftar Pustaka Mahayana, Dimitri. 1999. Menjemput Masa Depan. Bandung: Rosdakarya Muis, A.2001. Indonesia di Era Dunia Maya. Bandung: Rosdakarya Eddi Santosa, “Laporan dari ISSM XI, Delft Lemkowitz: Keberlanjutan Tak Bisa Dicapai Hanya dengan Teknologi” – detikNews, Minggu, 18/05/2008, diunduh tanggal 25 September 2011, jam 11.33 WIB Elvan Syaputra, “Saatnya Indonesia Berubah”, - detikNews Rabu, 01/12/2010 diunduh Minggu 25 September 2011 jam 10.59 Hindra, Media Online Efektif untuk Marketing dan PR, kompas.com Rabu, 26 November 2008, diunduh 25 september 2011, jam 12.30 P. Henrietta Siswadi, S. Psi ,”Waspadai Ekses Teknologi!”, kompas.com, Selasa, 9 Desember 2008 diunduh minggu 25 september 2011 jam 12.00 http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=12¬ab=1 http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=23¬ab=4 www.bappenas.go.id/get-file-server/node/167
8
Bappenas: Peran Perguruan Tinggi Penting, Kompas.com, Rabu, 7 Januari 2009 diunduh tangal 25 September 2011 jam 13.30
11
12