Executive Summary
2013
Executive Summary
PELUANG INVESTASI DI KABUPATEN SANGGAU: PEMBANGUNAN INDUSTRI CPO/PENGOLAHAN KELAPA SAWIT Pengenalan Kabupaten Sanggau Kabupaten Sanggau merupakan salah satu dari 10 kabupaten yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat. Secara geografis wilayah Kabupaten Sanggau terletak pada koordinat 1°00” Lintang Utara – 0°06’ Lintang Selatan dan 109°08’ Bujur Timur – 111°03’ Bujur Barat. Wilayah 2
administratifnya terdiri dari 15 kecamatan dengan total luas wilayah 12.858 km (12,47%), merupakan daerah terluas ke‐4 di Provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten Sanggau merupakan daerah dataran tinggi yang berbukit dan rawa‐rawa yang dialiri oleh beberapa sungai seperti Sungai Kapuas dan Sungai Sekayam. Daerahnya beriklim tropis dengan rata‐rata curah hujan tertinggi mencapai 196 mm terjadi pada Bulan Januari dan terendah mencapai 54 mm terjadi pada Bulan Juli. Peluang Investasi Membangun Industri CPO/ Pengolahan Kelapa Sawit Berpedoman kepada ketersediaan potensi sumberdaya alam, arah kebijakan daerah, daya dukung berinvestasi, dan kecenderungan pasar komoditi perkebunan, maka ketersediaan peluang investasi pembangunan dan pengembangan pabrik kelapa sawit (PKS) di Kabupaten Sanggau dinilai sebagai investasi yang memiliki peluang besar. Kabupaten Sanggau merupakan sentra industri pengolahan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat. Kebijakan Pemerintah yang akan mengembangkan bahan bakar nabati (BBN) sebagai altenatif bahan bakar minyak (BBM) memberikan peluang besar bagi industri kelapa sawit untuk lebih berkembang. Sementara itu dalam 10 tahun terakhir, konsumsi minyak sawit di pasar dunia tumbuh rata‐rata 8% – 9% per‐tahun. Ke depan, laju pertumbuhan ini diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan tren penggunaan bahan bakar alternatif berbasis minyak nabati (BBN) seperti biodiesel. Pada semester II tahun 2012 tercatat lahan kelapa sawit di Kabupaten Sanggau seluas 212.903 ha dengan produksi 344.818,30 ton CPO per‐tahun atau setara dengan 969.138,34 ton TBS Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 1
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Executive Summary
2013
setahun. Tentunya produksi ini cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya luas lahan. Rata‐rata setiap bulan dihasilkan kelapa sawit dari Kabupaten Sanggau sebanyak 80.762 ton TBS, setara dengan 28.735 ton CPO atau produksi per‐hari sebanyak 2.692 ton TBS atau setara dengan 958 ton CPO. Kini di Sanggau tersedia 43 perusahaan perkebunan kelapa sawit, terdiri dari 4 PMA dan 39 PMDN. Terdapat 11 Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PPKS) dengan total produksi CPO 344.818,30 ton dan PKO 64.008,87 ton. Potensi peluang investasi industri hilir (revenery) masih sangat terbuka mengingat ketersediaan bahan baku dan dukungan iklim investasi di sana yang berjalan kondusif. Pembangunan industri CPO/kelapa sawit di Kabupaten Sanggau dengan lokasi pengembangannya dalam draft RTRW di Kecamatan Tayan Hilir ditunjang dengan ketersediaan sarana dan prasarana, seperti transportasi darat yang menghubungkan Kabupaten Sanggau dengan kabupaten‐kabupaten sekitarnya seperti Kabupaten Landak, Bengkayang, Sekadau, Sintang, dan Melawi ataupun dengan Kota Kuching (Serawak, Malaysia), atau transportasi sungai yang mempunyai sarana dermaga apung. Selain itu, tersedia juga listrik dari PLN dengan kapasitas 2 x 7 MW di Sungai Batu Sanggau dan di Desa Kenaman dengan kapasitas 2 MW dan di Tayan 7 MW. Analisa kelayakan investasi pembangunan industri pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton TBS/jam , umur ekonomis proyek 15 tahun, tingkat rendemen CPO 21%, rendemen Kernel 4%, harga jual CPO Rp 8.861/kg, Kernel Rp 4.900/kg dengan biaya investasi Rp 82.368.421.000 menunjukan IRR 22,34 B/C 2,3 dan PayBack Periode 3,8 tahun, serta NPV Rp 106.698.657.000.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 2
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah
2013
A. GAMBARAN WILAYAH A.1
Aspek Geografis dan Administrasi
Secara geografis wilayah Kabupaten Sanggau terletak pada koordinat 1°00” Lintang Utara – 0°06’ Lintang Selatan dan 109°08’ Bujur Timur – 111°03’ Bujur Barat. Kabupaten ini merupakan salah satu Kabupaten dari 10 Kabupaten yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat. Wilayah administratif Kabupaten Sanggau terdiri dari 15 2
kecamatan dengan total luas wilayah 12.858 km (12,47%), merupakan
daerah
terluas
ke‐4
dari
seluruh
kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Barat. Batas‐batas wilayah Kabupaten Sanggau adalah sebagai berikut: Sebelah utara
: Negara Bagian Sarawak
(Malaysia Timur) dan Kabupaten Bengkayang Sebelah timur
: Kabupaten Sekadau dan Kabupaten Sintang
Sebelah selatan
: Kabupaten Ketapang
Sebelah barat
: Kabupaten Landak dan Kabupaten Kubu Raya
Kabupaten Sanggau memiliki potensi geografis yang cukup strategis: 1.
Posisinya berada di tengah Provinsi Kalimantan Barat.
2. Berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak (Malaysia), dihubungkan melalui jalan darat yang sangat baik. 3. Memiliki Pos Pemeriksaan Lintas Batas (PPLB) di Entikong sebagai pelabuhan darat antar Negara dengan fasilitas CIQS (Custom, Imigration, Quarantine, Security). 4. Pada jalur lalu lintas darat menuju Kabupaten Sekadau, Sintang, Malawi, dan Kapuas Hulu 5. Terletak pada jalur Trans Kalimantan yang menghubungkan Provinsi Kalimantan Barat – Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 3
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah
2013
6. Terletak pada jalur Trans Borneo menuju Negara Bagian Sarawak dan Negara Brunei Darussalam. 7. Dibelah oleh Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia, yang dapat dilayari perahu/kapal (3.000 DWT) sepanjang tahun sampai ke Kabupaten Kapuas Hulu. Gambar A‐1 Peta Admistrasi Kabupaten Sanggau
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 4
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah
2013
A.2 A.2.1
Kondisi Fisik Morfologi, Geologi, Iklim, dan Curah Hujan
Pada umumnya Kabupaten Sanggau merupakan daerah dataran tinggi yang berbukit dan rawa‐ rawa yang dialiri oleh beberapa sungai seperti Sungai Kapuas dan Sungai Sekayam. Formasi geologi di Kabupaten Sanggau adalah formasi kwartir, kapur, trias, pistosen, instruksif dan plutonik basa menengah, intruksif plutonik asam, seksi hablur intruksif, plutonik lapisan batu, dan permo karbon. Kabupaten Sanggau beriklim tropis dengan rata‐rata curah hujan tertinggi mencapai 196 mm terjadi pada Bulan Januari dan terendah mencapai 54 mm terjadi pada Bulan Juli. A.2.2
Penggunaan Lahan
Jenis pemanfaatan lahan di Kabupaten Sanggau cukup bervariasi berdasarkan data penggunaan lahan Kabupaten Sanggau (BPN Kabupaten Sanggau 2007 dan BPS 2012) dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis penggunaan lahan hutan dan non‐hutan. Untuk komposisi penggunaan lahan berdasarkan jenisnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel A‐1 Luas Lahan Sawah dan Lahan Kering Kabupaten Sanggau Tahun 2010 – 2012 (ha) JENIS LAHAN 2010 2011 2012 I. Lahan Sawah 40.866 40.252 39.447 01. Pengairan Teknis ‐ ‐ ‐ 02. Pengairan Setengah Teknis 3.671 4.830 4.775 03. Pengairan Sederhana 3.922 4.514 5.098 04. Pengairan Desa/Non PU 5.710 5.695 6.508 05. Pengairan Tadah Hujan 21.984 19.911 21.210 06. Sementara Tidak Diusahakan 2.414 2382*) 07. Lahan Sawah Lainnya 3.165 2.920 1.856 II. Lahan Kering 1.244.904 1.245.518 1.246.323 01. Pekarangan 65.944 62.102 198.306 02. Tegal/Kebun 43.010 79.238 59.800 03. Ladang/Huma 23.731 30.584 83.869 04. Pengembalaan 1.884 2.095 2.044 05. Hutan Rakyat 121.854 111.289 117.982 06. Hutan Negara 68.448 73.126 73.224 07. Perkebunan 370.243 375.806 342.396 08. Rawa Yang Tidak Dapat Ditanam 9.767 10.112 36.586 09. Kolam 492 745 858 10. Tambak ‐ 20 20 11. Sementara Tidak Digunakan 300.173 273.363 268.851 12. Lahan Kering Lainnya 239.358 227.038 62.387 Jumlah/Total 1.285.770 1.285.770 1.285.770 Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan, dan BPS Kabupaten Sanggau 2012
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 5
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah
2013
A.3 A.3.1
Kependudukan dan Ketenagakerjaan Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan data BPS tahun 2011, jumlah penduduk Kabupaten Sanggau adalah 416.591 jiwa yang menyebar di 15 Kecamatan dengan kepadatan penduduk 32 jiwa per‐km2. Kecamatan Kapuas yang terletak di Ibukota Kabupaten Sanggau menduduki urutan pertama terbanyak dengan jumlah penduduk 80.241 jiwa. Sedangkan Kecamatan Noyan adalah kecamatan yang jumlah penduduknya paling sedikit, yaitu sebanyak 9.985 jiwa. Tabel A‐2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Sanggau Tahun 2009 – 2011 Jumlah Penduduk (Jiwa) 2009 2010 2011 Toba 1.127,2 11.883 11.954 12.100 Meliau 1.495,7 42.463 46.150 46.784 Kapuas 1.382 80.773 78.768 80.241 Mukok 501 16.834 18.256 18.514 Jangkang 1.589,2 26.731 26.674 27.095 Bonti 1.121,8 19.431 20.281 20.658 Parindu 593,9 30.018 32.426 33.438 Tayan Hilir 1.050,5 28.528 29.990 30.699 Balai 395,6 22.216 22.279 22.534 Tayan Hulu 719,2 28.380 31.080 31.949 Kembayan 610,8 25.941 25.796 26.225 Beduwai 435,0 10.627 10.744 10.861 Noyan 487,9 9.980 9.873 9.985 Sekayam 841,0 27.853 29.639 30.409 Entikong 506,9 13.514 14.558 15.099 Kab. Sanggau 12.857,7 395.172 408.468 416.591 Sumber: Kabupaten Sanggau Dalam Angka, 2009 – 2011 Kecamatan
Luas (km2)
Pertumbuhan (%) 0,98 0,37 2,03 1,11 1,42 1,22 2,12 1,68 0,98 1,59 1,79 0,82 1,07 1,75 2,67 1,50
Kepadatan (Jiwa/km2) 11 31 58 37 17 18 56 29 57 44 43 25 20 36 30 32
Secara umum setiap tahun jumlah penduduk Kabupaten Sanggau cenderung mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk pada tahun 2009 sebanyak 395.172 jiwa, pada tahun 2010 sebanyak 408.468 jiwa, dan pada tahun 2011 sebanyak 416.591 jiwa. Rata‐rata laju pertumbuhan penduduk selama tiga tahun terakhir yaitu sekitar 1.50%. A.3.2
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Berdasarkan Kabupaten Sanggau Dalam Angka Tahun 2012, jumlah angkatan kerja di Sanggau pada tahun 2011 sebanyak 284.335 jiwa atau 76,77% dari jumlah penduduk Kabupaten Sanggau. Mayoritas penduduk bekerja di sektor pertanian sebesar 81,2% yang rata‐rata berpendidikan rendah atau tamat SLTP ke bawah. Terbanyak kedua adalah di sektor perdagangan 6,9% dan
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 6
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah
2013
yang terkecil adalah yang bekerja di sektor industri pengolahan sebanyak 2,9% dari total angkatan kerja yang bekerja. Kenaikan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) diikuti dengan meningkatnya Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) dari 76,26% pada tahun 2010 naik tipis menjadi 76,77% di tahun 2011. Secara otomatis, kenaikan TKK akan menurunkan level Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), yaitu dari 3,62% pada tahun 2010 menjadi 3,27% di tahun 2011. Berdasakan grafik berikut ini, secara umum kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Sanggau pada tahun 2011 sedikit lebih baik dibandingkan tahun 2010. Gambar A.1 Grafik Pertumbuhan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAS) Tahun 2009 – 2011
Sumber: Kabupaten Sanggau Dalam Angka, 2009 – 2011
A.4 Kondisi Sarana dan Prasarana A.4.1
Transportasi Darat dan Sungai
Potensi pengangkutan di wilayah Kabupaten Sanggau sangat dipengaruhi oleh kondisi prasarana jalan serta tingginya interaksi antara Kabupaten Sanggau dengan Kota Kuching (Serawak) dan antar kabupaten sekitar seperti Kabupaten Landak, Bengkayang, Sekadau, Sintang, dan Melawi. Besarnya arus pergerakan pada jalur transportasi di wilayah perbatasan Kabupaten Sanggau, terutama pada jalur Pontianak – Ngabang – Sosok – Entikong –Kuching dan jalur Pontianak – Pancaroba – Tayan – Sanggau, akan memberikan dampak yang positif
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 7
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah
2013
bagi pertumbuhan ekonomi khususnya di sektor bangunan, pengangkutan, dan komunikasi, baik skala lokal maupun regional. Di Kabupaten Sanggau, sampai dengan tahun 2010 panjang jalan yang tersedia adalah sepanjang 1.314,58 km, terdiri dari jalan negara 319,490 km, jalan provinsi 208,950 km, dan jalan kabupaten 867,34 km. Untuk jenis permukaan jalan, permukaan aspal sebesar 49,69% (653,23 km), selebihnya berpermukaan kerikil (342,98 km), berpermukaan tanah 24,01% (315,67 km). Tabel A‐3 Ruas Jalan Kabupaten Sanggau Menurut Kecamatan (km) Jalan Jalan Negara Propinsi 1 Bonti ‐ 25,250 2 Beduai 31,750 ‐ 3 Balai 20,750 ‐ 4 Entikong 13,900 ‐ 5 Jangkang ‐ 60,300 6 Kembayan 46 15,750 7 Meliau ‐ 25,00 8 Mukok 6,250 ‐ 9 Noyan ‐ ‐ 10 Sekayam 17,500 ‐ 11 Tayan Hulu 53,500 ‐ 12 Tayan Hilir 29,250 50,000 13 Toba 53,800 ‐ 14 Parindu 19,500 32,650 15 Kapuas 27,290 ‐ Jumlah 319,490 208,950 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kab. Sanggau, 2010 No.
Kecamatan
Jalan Kabupaten 19,000 15,300 29,200 41,700 85,800 108,550 51,250 58,100 21,300 65,700 18,300 22,500 25,00 107,550 220,590 867,340
Jalan Desa 107 27 97 128 58 8 215 36 48,8 35 181,5 320 20 208 98 1.357
Jumlah armada angkutan darat Kabupaten Sanggau tahun 2010 dari data Bidang Hubungan Darat terdiri dari:
Armada Angkutan Pedesaan sebanyak 199 Unit
Armada AKDP sebanyak 97 unit yang tersebar di beberapa kecamatan
Sarana terminal sebanyak 2 area
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 8
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah
2013
Berdasarkan
data
Dinas
Perhubungan,
Komunikasi, dan Informatika Bidang Angkutan Sungai dan Danau, jumlah armada angkutan sungai sampai akhir tahun 2010 terdiri dari: a) Armada Long Boat sebanyak 26 buah b) Armada Motor Boat sebanyak 6 buah c) Armada Speed Boat sebanyak 5 buah d) Sarana Dermaga Apung sebanyak 3 buah A.4.2
Sumber Energi Listrik
Disediakan dari PLN dengan membangun 2 x 7 MW di Sungai Batu Sanggau dan di Desa Kenaman (Kecamatan Sekayam) akan ada 2 MW dan Tayan 7 MW.
A.5
Kebijakan Pembangunan Daerah
A.5.1
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Dalam RPJMD Tahun 2009 – 2014, visi yang ingin dicapai Kabupaten Sanggau adalah: “Sanggau Bangkit dan Terdepan” Untuk mewujudkan visi tersebut Kepala Daerah/Bupati Kabupaten Sanggau telah merumuskan 12 (dua belas) pernyataan misi sebagai berikut: 1.
Memperkuat dan memperbaiki perencanaan daerah, data base Kabupaten Sanggau, RTRW dan penataan lahan desa.
2. Mereposisi kebijakan daerah yang berorientasi kepada ekonomi kerakyatan, harmonisasi investor, rakyat, dan buruh/karyawan. 3. Melakukan pembangunan infrastruktur (jalan dan jembatan) yang terencana dan terukur sesuai dengan prioritas, pemerataan sampai pada tingkat pedesaan. 4. Mereposisi kebijakan perkebunan berskala investasi dan melakukan gerakan pengamanan investasi yang ada dengan prinsip kerakyatan dan keadilan. 5. Mereposisi kebijakan pendidikan dan kesehatan melalui peningkatan kesejahteraan guru/paramedis untuk kesejahteraan masyarakat, pendidikan, dan kesehatan yang dibiayai Pemkab, perbaikan infrastruktur dan mutu pendidikan/kesehatan. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 9
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah
2013
6. Melakukan reformasi birokrasi publik dalam rangka menciptakan organisasi pemerintahan yang bersih, solid, dan efektif. 7. Pengembangan ketahanan pangan keluarga melalui diversifikasi usaha pertanian/ perkebunan / peternakan yang berbasis rumah tangga. 8. Pengembangan usaha mikro produktif dan investasi dalam rangka meningkatkan pendapatan/keuangan masyarakat, memperkuat usaha produktif secara partisipatif/ kerakyatan. 9. Pengembangan keuangan daerah dalam rangka pembiayaan kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang berkelanjutan. 10. Menggali sumber‐sumber keuangan daerah dengan memetakan potensi dan mendorong kegiatan perekonomian yang berdampak tidak langsung (multiplyer effect) terhadap pencapaian hasil‐hasil pembangunan. 11. Percepatan pembangunan wilayah perbatasan yang sinergis, terukur, dan berkelanjutan pada kawasan cepat tumbuh dan tertinggal. 12. Penataan ibukota kabupaten dan penanganan sampah perkotaan. A.5.2
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Konsep pengembangan wilayah Kabupaten Sanggau didasarkan pada 4 (empat) pola pengembangan wilayah sebagai berikut: a. Pengembangan wilayah inti, yaitu Kota Sanggau dan sekitarnya. Pengembangan wilayah inti merupakan wilayah yang memiliki kecenderungan pertumbuhan tinggi. Kawasan Kota Sanggau, pengembangan wilayah ini lebih ditekankan pada sektor tersier dan sekunder dengan adanya rencana perubahan fungsi dari pusat kegiatan lokal (PKL) menjadi pusat kegiatan wilayah (PKW). b. Pengembangan wilayah inti baru, yaitu Kota Entikong yang merupakan kawasan perbatasan dan berpotensi menjadi pusat pertumbuhan baru di masa mendatang. Pengembangan Kota Entikong lebih ditekankan pada sektor sekunder dan primer. Selain itu Kawasan Kota Tayan juga berpotensi menjadi pengembangan wilayah inti baru mengingat Kota Tayan selain berpotensi di sektor pertambangan. Kawasan ini juga akan diarahkan menjadi kawasan industri berat yang merupakan bagian dari Kawasan Pengembangan
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 10
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah
2013
Ekonomi Terpadu (KAPET). Pengembangan wilayah Entikong dan Tayan akan lebih ditekankan pada sektor sekunder dan primer. c. Pengembangan Wilayah Pedalaman, yaitu pengembangan kecamatan yang dilakukan dengan mengembangkan kegiatan‐kegiatan yang sesuai dengan potensi wilayah yang dimilikinya. Kegiatan di wilayah ini pertanian untuk memacu pertumbuhan wilayah tersebut dalam mengurangi disparitas perkembangan wilayah antara daerah pedalaman dengan daerah pada jalur transportasi regional yang relatif lebih berkembang, agar terciptanya pemerataan pertumbuhan wilayah secara keseluruhan. Pengembangan wilayah ini ditujukan untuk membuka keterisoliran daerah terpencil, terisolir, dan terbelakang. d. Pengembangan kawasan tertentu, baik yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam (tambang, hutan dan potensi pariwisata) untuk mencegah terjadinya konflik antar sektor, maupun untuk menjaga kelestarian alam. Kawasan tertentu yang akan dikembangkan, yaitu:
Kawasan kritis lingkungan, khususnya Kawasan Taman Nasional Gunung Niut Penrissen (sekarang masih berstatus cagar alam) yang direncanakan menjadi Taman Nasional.
Kawasan industri dan pertambangan merupakan kawasan yang memiliki potensi bahan tambang dan pelabuhan sebagai sarana pengangkutan yang pengembangannya akan diarahkan pada Kecamatan Tayan Hilir, secara khusus sebagai kawasan industri berat. Sedangkan untuk Kecamatan Toba dan Meliau akan diarahkan sebagai kawasan pertambangan. Adapun potensi pertambangan lainnya yang dapat dikembangkan mencakup eksploitasi berbagai jenis seperti bauksit, alumina, feldspar, granit, dan emas.
Kawasan pariwisata dengan potensi wisata alam, wisata flora dan fauna, wisata budaya dan sejarah ini hampir dimiliki oleh sebagian besar kecamatan di Kabupaten Sanggau.
Kawasan perbatasan dengan Sarawak (Malaysia Timur), terutama pada kawasan Border Development Centre (BDC) Entikong dapat diarahkan menjadi kawasan sentra perdagangan regional mengingat letak geografis Kota Entikong yang sangat strategis.
Kawasan kehutanan, selain terkait dengan fungsi ekonominya juga terkait dengan upaya pelestarian lingkungan. Untuk itu diarahkan pengembangan Kawasan Kebun Raya Danau Lait. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 11
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
B. PROFIL PEREKONOMIAN WILAYAH B.1. Struktur Perekonomian PDRB Kabupaten Sanggau atas dasar harga berlaku (ADHB) tahun 2011 sebesar Rp 5,74 trilyun, meningkat 11,79% dari tahun sebelumnya. Kontribusi terbesar masih berasal dari sektor pertanian yakni sebesar 35,90%. Urutan kedua dan ketiga yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor industri pengolahan dan perdagangan, hotel dan restoran, masing‐masing sebesar 25,68% dan 18,98%. Tabel B‐1 Distribusi PDRB Kabupaten Sanggau Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 (Jutaan Rupiah)
Sumber: Kabupaten Sanggau Dalam Angka, 2009 – 2011
Kontribusi sektor/lapangan usaha pertanian masih menjadi penyumbang terbesar pada PDRB Kabupaten Pandeglang sejak tahun 2007 hingga 2011. Namun demikian sektor primer (sektor pertanian, sektor pertambangan, dan penggalian), hanya menjadi penyumbang terbesar kedua di bawah sektor tersier dalam pembentukan PDRB Pandeglang tahun 2007 – 2011.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 12
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
Gambar B.1 Grafik Kontribusi Lapangan Usaha pada Pembentukan PDRB
Sumber: Kabupaten Sanggau Dalam Angka, 2009 – 2011
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 sebesar 4,70%, sedikit mengalami kenaikan dibanding tahun 2010 (4,33%). Semakin membaiknya perekonomian Kabupaten Sanggau juga dapat dilihat dengan membandingkan tingkat pertumbuhan ekonomi dengan tingkat pertumbuhan penduduk. Dari perbandingan tersebut diketahui bahwa secara nyata perekonomian di Kabupaten Sanggau mengalami peningkatan karena dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 4,70%, di saat yang sama laju pertumbuhan penduduknya lebih kecil, yaitu hanya sebesar 1,50%. Gambar B.2 Grafik Perkembangan PDRB dan LPE Kabupaten Sanggau Tahun 2008 – 2011
Sumber: Kabupaten Sanggau Dalam Angka, 2009 – 2011
B.2. Potensi Perekonomian B.2.1.
Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan, Peternakan, dan Perikanan
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 13
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
A. Pertanian Tanaman Pangan Pada tahun 2011 luas lahan sawah sebesar 40.252 ha, menurun dibandingkan tahun 2010 yang seluas 40.866 ha. Pada tahun 2010 lahan kering seluas 1.244.904 ha, kemudian tahun 2011 meningkat menjadi 1.245.518 ha. Seperti pada tahun‐tahun sebelumnya, penggunaan lahan kering tahun 2011 di Kabupaten Sanggau yang terbesar adalah untuk lahan perkebunan, yaitu seluas 375.806 ha atau 30,17% dari luas lahan kering di Kabupaten Sanggau. Lahan kering yang sementara tidak diusahakan seluas 273.363 ha atau sekitar 21,95%, sedangkan penggunaan lahan kering terkecil adalah penggunaan untuk tambak, yaitu hanya seluas 20 ha dari luas keseluruhan lahan kering. Luas panen padi (sawah dan ladang) pada tahun 2011 seluas 34.626 ha dengan total produksi mencapai 91.980 ton. Dari hasil tersebut, padi sawah yang luas panennya mencapai 17.810 ha atau sekitar 51,43% dan menghasilkan produksi sebanyak 60.418 ton. Sedang padi ladang memiliki luas panen mencapai 16.816 ha dengan total produksi sebesar 31.562 ton. B. Perkebunan Berdasarkan
data
Dinas
Kehutanan
dan
Perkebunan Kabupaten Sanggau tahun 2012, diketahui tanaman yang diusahakan oleh perkebunan besar dan yang terbesar adalah jenis komoditas kelapa sawit dengan luas total lahan sebesar 212.903 ha di mana diketahui pula jumlah produksinya sebesar 1.590.428,40 ton. Selain Kelapa
sawit,
produksi
tanaman
karet
merupakan komoditas perkebunan terbesar kedua setelah sawit dengan produksi tanam sebesar 53.081,80 ton dan luas areal tanaman karet seluas 109.119 ha. Jika dilihat dari banyaknya petani yang berperan serta dalam komoditas perkebunan ini, diketahui petani jenis tanaman karet merupakan supplier tenaga kerja terbesar pertama dibandingkan dengan petani kelapa sawit, dengan jumlah petani sebesar 56.951 orang. Sedangkan pekerja tani pada jenis kelapa sawit hanya sebesar 10.722 orang.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 14
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
Jenis komoditas pertanian lainnya yang terdapat di Kabupaten Sanggau adalah jenis komoditas lada dan kakao dengan luas tanam lada sebesar 1.918 ha, serta kakao seluas 5.736,82 ha. Adapun jumlah produksi tanam komoditas lada adalah sebesar 932,01 ton sedangkan
komoditas
kakao
dapat
berproduksi sebesar 1.082,38 ton. Banyaknya jumlah petani yang mengeluti komoditas lada dan kakao, jumlahnya hampir sebanding. Jumlah petani lada adalah sebesar 4.207 orang dan petani kakao berjumlah 4.300 orang. Lebih jelasnya perkembangan komoditas perkebunan di Kabupaten Sanggau sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel B‐2 Tabel Produksi Komoditas Perkebunan Kabupaten Sanggau sampai dengan Tahun 2012 No.
Luas Tanam (ha)
Komoditas TBM
TM
1
TT
Kelapa 51.836 159.818 1.249 Sawit 2 Karet 34.469 57.833 16.817 3 Lada 497 996 425 4 Kakao 2.964 2.414,32 358,50 Sumber: Dishutbun Kabupaten Sanggau, Juni 2012.
Jumlah Petani
Produksi (ton)
212.903
10.722
109.119 1.918 5.736,82
56.951 4.207 4.300
Jumlah
Produktivitas (T/ha) T
R
1.590.428,40
11,00
10,16
53.081,80 932,01 1.082,38
0,84 0,60 0,46
0,88 0,66 0,44
C. Potensi Peternakan dan Perikanan Data yang disajikan merupakan data sekunder yang diperoleh dari Sub‐Dinas Peternakan Kabupaten Sanggau. Dari data itu diperoleh bahwa untuk ternak besar di Kabupaten Sanggau adalah ternak sapi sedangkan untuk ternak kecil tercatat adalah ternak kambing dan babi. Pada tahun 2009 untuk ternak sapi tercatat sebanyak 9.939 ekor. Untuk golongan ternak kecil, ternak yang terbanyak adalah babi, yaitu mencapai 26.309 ekor. Begitu juga pada populasi kambing tahun 2011 tercatat sebanyak 6.471 ekor. Untuk jenis unggas data yang diperoleh meliputi jenis ayam dan itik, sedangkan ayam dibedakan menjadi ayam ras dan ayam buras. Pada tahun 2011 ayam ras tercatat berjumlah 102.500 ekor dengan populasi terbesar berada di Kecamatan Tayan Hulu, sedangkan untuk
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 15
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
ayam buras tercatat sebanyak 371.886 ekor yang jumlah terbesarnya ada di Kecamatan Kapuas. Jumlah itik tahun 2011 tercatat 14.362 ekor dengan populasi terbesar di Kecamatan Tayan Hulu. Produksi ikan perairan umum dan produksi ikan budidaya pada tahun 2010 bila dibandingkan dengan tahun 2011 masing‐masing mengalami kenaikan produksi. Perairan umum naik sebesar 28,65%, dan produksi ikan budidaya mengalami kenaikan sebesar 0,18% dengan keberadaan kolam teknis yang terbesar berada di Kecamatan Tayan Hulu, Balai, Kapuas, dan Tayan Hilir. Komoditi ikan perairan umum memiliki banyak jenis, namun yang terbanyak adalah jenis lais, tawes, dan patin. Sedangkan untuk komoditi ikan budidaya lebih banyak jenis ikan mas, nila, dan lele dumbo. Jaring insang tetap merupakan jenis/alat penangkap ikan yang paling banyak digunakan, yaitu sebanyak 1.660 buah dengan produksi mencapai 249 ton ikan, kemudian jaring insang tetap sebanyak 1.012 buah dengan produksi sebesar 163,6 ton. B.2.2. Pertambangan dan Penggalian Potensi pertambangan yang dimiliki oleh Kabupaten Sanggau sampai saat masih belum optimal dalam pengembangan dan pemanfaatannya, meliputi: a. Beraneka ragam potensi mineral dan bahan galian, yang meliputi kwartel seluas 153.105 ha, kapur seluas 151.815 ha, trias seluas 39.315 ha, plistogen seluas 737.970 ha, intrusif dan plutonix basa seluas 53.535 ha, efusif basa seluas 3.000 ha, serta permo karbon seluas 183.865 ha. b. Emas terdapat di Kecamatan Noyan dan Sekayam; air raksa terdapat di Kecamatan Sekayam, Noyan dan Bonti; fieldspar terdapat di Kecamatan Sekayam dan Bonti; granit terdapat di Kecamatan Tayan Hulu; kaolin dan mika terdapat di Kecamatan Mukok, Bonti dan Kapuas; lusan terdapat di Kecamatan Sekayam; perak terdapat di Kecamatan Noyan dan Toba; alumunium terdapat di Kecamatan Sekayam, Bonti, Jangkang, dan Kapuas, serta bijih besi di Kecamatan Bonti. c. Bauksit sebanyak 392.000.000 ton yang terkandung dalam areal seluas 119.509 ha, dan tersebar di Kecamatan Tayan Hilir, Toba, dan Meliau. Eksploitasi bauksit sudah banyak dilakukan antara lain oleh PT. Aneka Tambang, PT Alu Sentosa, PT. Mega Citra Utama, PT. Dinamika Sejahtera Mandiri, PT. Mahkota Karya Utama, PT. Kalmin, PT. Energi Bara Lestari, PT. Kapuas Bara Mineral, PT. Sanmas Mekar Abadi, dan PT. Danpac Resources.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 16
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
d. Zirkon DMP yang terdapat di Desa Sei Muntik Kecamatan Kapuas yang telah dieksplorasi seluas 400 ha pada tahun 2006 dan sudah dilakukan eksploitasi seluas 198,8 ha oleh PT. Boma Prasada selama 20 tahun sedangkan pada tahun 2008, PT. Monokem Surya sudah melakukan eksploitasi zirkon seluas 1.367,2 ha juga di Kecamatan Kapuas dengan kurun waktu 10 tahun. e. Granit yang terdapat di Kecamatan Tayan Hulu mempunyai cadangan sebanyak 980.000.000 ton, serta feldspar yang terdapat di Kecamatan Sekayam dan Bonti yang mempunyai cadangan sebanyak 36.000.000 ton. Adapun berdasarkan data dari Dinas Pertambangan Kabupaten Sanggau tahun 2013 diketahui bahwa luas lahan berdasarkan izin usaha pertambangan yang telah dikeluarkan adalah sebesar 629.475,98 ha dengan jumlah investor yang menanamkan investasinya di bidang pertambangan adalah sebanyak 83 perusahaan. Total produksi yang telah dihasilkan sampai dengan tahun 2013 adalah sebesar 46.500.000 Metric ton, di mana komoditas pertambangan terbesar luas lahannya adalah komoditas pertambangan jenis Bauksit dengan presentase sebesar 53,83% atau seluas 338.856,70 ha dengan jumlah investor sebanyak 40 perusahaan. Komoditas pertambangan terbesar kedua setelah bauksit adalah jenis pertambangan emas dengan prosentase luas lahan sebesar 16,09% atau seluas 101.292,92 ha. Investor yang menanamkan modal pada komoditas emas ini adalah sebanyak 15 perusahaan. Adapun jenis komoditas pertambangan terkecil di Kabupaten Sanggau adalah jenis tambang batuan dengan nilai presentase luas lahan sebesar 0,01% (7.428 ha) dengan jumlah perusahaan yang berinvestasi pada tambang batu ini hanya 1 perusahaan saja. Tabel B‐3 Tabel Komoditas Pertambangan dan Kabupaten Sanggau s/d Tahun 2012 No. 1 2 3 4 5 6 7
Komoditas Pertambangan Bauksit Emas Zikron Batubara Bijih Besi Grafit Barit
Luas Lahan (ha)
Presentase (%)
Jumlah Investor
Total Produksi/Tahun
338.856,70 101.292,92 13.075,60 136.151 16.258,91 16.403,85 7.428
53,83 16,09 2,08 21,63 2,58 2,16 1,18
40 15 10 7 7 2 1
46.500.000 MT/Tahun
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 17
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
8
Batuan 8 JUMLAH 629.475,98 Sumber: Dinas ESDM Kab. Sanggau, 2013.
0,01
1 83
B.2.3. Pariwisata Potensi budaya dan pariwisata yang dimiliki Kabupaten Sanggau memiliki banyak ragam. Banyaknya adat istiadat yang dimiliki dan masih lestari yang dapat dijadikan potensi wisata cagar budaya dengan adanya Rumah Betang Kopar, atraksi kesenian, tata cara seremonial religius, gaya arsitektur bangunan terutama dengan adanya Keraton Sanggau, makam raja‐raja Sanggau, Meriam Kuno, dan lain sebagainya. Potensi pariwisata yang dimiliki Kabupaten Sanggau sangat banyak dan belum dikembangkan secara optimal seperti wisata alam, flora dan fauna, serta wisata budaya dan sejarah. Potensi wisata alam tersebut berupa air terjun, potensi sungai, danau dan arum jeram, sumber air panas, dan goa yang masih alami serta adanya kawasan hutan lindung dan Taman Nasional Gunung Niut. A. Potensi Wisata Alam 1) Potensi Wisata Air Terjun Pancor Aji dan Riam Macan di Kecamatan Kapuas; Air Terjun Tekosin dan Gurung Maluh di Kecamatan Mukok; Air Terjun Riam Asam di Kecamatan Noyan; Air Terjun Mobui di Kecamatan Kembayan; Air Terjun Ponti Tapau, Sungai Mahas, Sungai Aweh, Bungkang, dan Raja Lipan di Kecamatan Entikong; Air Terjun Riam Suwo, Riam Itu, dan Riam Kunjo di Kecamatan Jangkang. 2) Potensi wisata Sungai Batu Posok di Desa Penyeladi Hulu Kecamatan Kapuas. 3) Potensi wisata Sumber Air Panas Sipan Lotup di Kecamatan Jangkang. 4) Potensi wisata Riam Macan di Kecamatan Kapuas; Riam Benyawai dan Riam Pelanduk di Kecamatan Entikong; Riam Suwo, Riam Itu, dan Riam Kunjo di Kecamatan Jangkang. 5) Potensi wisata Arung Jeram di Sungai Sekayam, Sungai Pelanduk, Sungai Sekajang, dan Sungai Mengkiang.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 18
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
6) Potensi Wisata Danau Belimbing di Kecamatan Kapuas; Danau Pangeran Mas di Kecamatan Sekayam; Danau Subah, Danau Lait, Danau Bekat, Danau Terentang, Danau Selatai, dan Danau Belat di Kecamatan Tayan Hilir. 7) Potensi Wisata Goa Alami di Kecamatan Jangkang dan Goa Tang Raya di Kecamatan Beduwai. B. Potensi Wisata Budaya dan Sejarah 1) Potensi wisata budaya mencakup upacara‐upacara adat, seni kerajinan, seni musik, dan tari‐tari tradisional etnis dayak dan melayu yang terdapat di beberapa kecamatan. 2) Potensi wisata cagar budaya mencakup objek wisata Rumah Betang Kopar di Kecamatan Parindu dan Rumah Betang Panca di Desa Sungai Tekam Kecamatan Sekayam. Objek wisata ini terkait sejarah dan kehidupan Suku Dayak Pedalaman yang dapat memberikan atraksi berupa kesenian, tata cara seremonial religius, gaya arsitektur bangunan, dan lain sebagainya. 3) Potensi wisata sejarah mencakup objek wisata Keraton Sanggau di Kota Sanggau; Masjid Jami` Keraton Sanggau; Meriam Kuno di Keraton Sanggau; Makam Raja Sanggau di Kecamatan Kapuas; Peninggalan Rumah Keraton di Kecamatan Tayan Hilir; Makam Raja Gusti Lekar di Kecamatan Meliau; Makam Panglima Pangsuma di Kecamatan Meliau; Benda‐benda Pusaka di Kecamatan Toba. C. Potensi Wisata Flora dan Fauna 1) Potensi wisata Cagar Alam Gunung Niut di Kecamatan Beduai yang sebagian berada di Kabupaten Bengkayang. 2) Potensi wisata Hutan Lindung Tropis Bukit Venrissen di Desa Pala Pasang Kecamatan Entikong. 3) Potensi wisata Hutan Lindung Tiong Kandang di Desa Temiang Mali Kecamatan Balai dan Gunung Semaung Sepapan di Dusun Bunut Kecamatan Tayan Hulu. 4) Potensi wisata Hutan Lindung Tinyan Komplek (Gunung Sabang, Gunung Kolas, Gunung Bengkawan, Gunung Romusu, dan Gunung Boruh di Kecamatan Jangkang. 5) Potensi Wisata Alam Ilmiah Pulau Mas di Kecamatan Kapuas, berupa kawasan Hutan Belian Buatan seluas 2.154 ha. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 19
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
C. PELUANG INVESTASI Diketahui bahwa peluang investasi di Kabupaten Sanggau periode tahun 2008 – 2013 mengalami perkembangan yang cukup pesat di mana realisasi tahun 2013, dari 28 target yang telah ditetapkan telah terealisasi sebesar 30 penanam modal dalam negeri dengan nilai investasi sebesar Rp 5.148.846.955. Adapun penanam modal asing, dari 19 target yang telah ditetapkan telah tercapai sebesar 73,68% atau sebanyak 14 penanam modal asing dengan nilai investasi sebesar Rp 1.263.214.453. Perkembangan penanaman modal di Kabupaten Sanggau berjalan secara efektif dengan pelayanan dan penawaran yang telah diberikan oleh Pemerintah Daerah guna menarik para investor yang salah satunya adalah kemudahan pelayanan perizinan. Tabel C‐1 Tabel Rekapitulasi Rencana dan Realisasi Investasi PMDN/PMA Kabupaten Sanggau (2008 – 2012) Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Target
Tahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jml Pro 23 25 25 28 28 28
Nilai Investasi 3.604.702.120 3.777.689.060 4.070.689.060 6.181.631.130 6.060.035.850 6.060.035.850
Realisasi Jml Pro 18 20 20 21 21 30
Tenaga Kerja
Penanaman Modal Asing (PMA)
%
Target
Nilai Investasi
Pro
Inv
1.501.283.370 1.932.232.770 3.361.703.030 3.459.866.760 3.683.146.870 5.148.846.955
78,26 80,00 80,00 75,00 75,00 107,1
41,65 51,15 82,58 55,97 60,78 84,96
TKI
TKA
9.293 39.645 42.267
112 45 48 3 56
Jml Pro 13 13 13 19 19 19
Nilai Investasi 616.287.400 616.287.400 751.774.400 1.172.537.290 1.282.432.570 1.282.432.570
Realisasi Jml Pro 6 6 6 8 8 14
%
Nilai Investasi
Pro
Inv
114.739.550 343.088.830 498.012.750 643.317.260 680.345.330 1.263.214.400
46,15 46,15 46,15 42,11 42,11 73,68
18,62 55,67 66,24 54,87 53,05 98,50
Sumber: BKPM Kab. Sanggau, 2013
Berpedoman kepada ketersediaan potensi sumberdaya alam, arah kebijakan daerah, daya dukung berinvestasi dan kecenderungan pasar komoditi perkebunan, maka setidaknya saat ini ketersediaan peluang investasi bidang perkebunan bagi pihak swasta di Kabupaten Sanggau cukup besar dan sangat terbuka bagi para investor, khususnya produk turunan dari CPO berupa oleo chemical dan minyak goreng. Hal ini seiring dengan permintaan pasar yang tumbuh sedemikian cepat baik di dalam negeri maupun luar negeri.
C.1.
Sektor Unggulan
Dengan melihat Tabel C.1, diketahui Kabupaten Sanggau terdapat dua sektor perekonomian yang mempunyai nilai LQ di atas satu, yaitu Sektor Pertanian dan Sektor Industri Pengolahan. Hal ini berarti bahwa kedua sektor tersebut merupakan sektor unggulan yang dimiliki Kabupaten Sanggau untuk dapat dioptimalkan pengelolaannya. Diharapkan sektor unggulan ini
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 20
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
dapat meningkatkan pendapatan Kabupaten Sanggau yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sanggau.
Tabel C‐2 Nilai LQ Sektoral Kabupaten Sanggau Tahun 2011 PERAN SEKTORAL KALBAR SANGGAU 12,27% 16,94%
LAPANGAN USAHA
LQ
1
Pertanian
1,43
2
Pertambangan dan Penggalian
5,91%
0,59%
3
Industri Pengolahan
13,37%
12,18%
1,56
4
Listrik, Air, dan Gas
7,18%
0,17%
0,84
5
Bangunan
4,66%
2,27%
0,54
6
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
7,87%
9,33%
0,92
7
Pengangkutan dan Komunikasi
2,16%
1,17%
0,25
8
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
4,68%
1,47%
0,55
9
Jasa‐Jasa
6,82%
4,45%
0,79
0,69
Sumber: Kabupaten Sanggau Dalam Angka, 2012
C.2. Laju Pertumbuhan Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar yaitu 20,53% dan memiliki nilai LQ 4,21, artinya sektor pertanian merupakan sektor basis di Kabupaten Sanggau. Jasa‐jasa juga merupakan sektor potensial untuk dikembangkan, terutama pariwisata, yang belum teroptimalkan, di samping sektor keuangan yang perkembangannya cukup baik. Tabel C‐3 Peran Sektor Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Sanggau Terhadap Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2005 – 2011
Sektor Primer
2007 12,65%
Distribusi Persentase PDRB ADHB 2008 2009 2010 11,99% 12,04% 11,91%
Pertanian
12,93%
12,45%
12,54%
12,44%
12,26%
Pertambangan & Penggalian
7,29%
5,60%
5,34%
5,27%
5,36%
Lapangan Usaha
2011 11,74%
Sektor Sekunder
9,79%
8,93%
8,94%
9,08%
9,30%
Industri Pengolahan
12,77%
11,08%
11,16%
11,51%
12,28%
Listrik, Gas dan Air Bersih
3,79%
4,18%
4,34%
4,68%
5,17%
Bangunan
3,94%
4,31%
4,43%
4,46%
4,12%
Sektor Tersier
6,44%
6,52%
6,40%
6,08%
6,19%
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
7,40%
7,38%
7,30%
7,01%
7,23%
Pengangkutan dan Komunikasi
3,18%
3,19%
3,14%
2,82%
2,78%
Bank dan Lembaga Keuangan lainnya
4,75%
4,72%
4,68%
4,66%
4,57%
Jasa‐Jasa
7,34%
7,82%
7,59%
7,13%
7,19%
Kalimantan Barat 9,12% Sumber: Kabupaten Sanggau Dalam Angka, 2012
8,74%
8,68%
8,49%
8,58%
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 21
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
C.3. Peluang Investasi Industri Pengolahan Kelapa Sawit Kabupaten Sanggau merupakan sentra industri pengolahan kelapa sawit yang tercermin dari nilai LQ sektor industri pengolahan lebih dari 1 (satu) atau tepatnya 1,35. Berdasarkan nilai indeks LQ tersebut, sektor industri pengolahan merupakan salah satu dari basis atau spesialisasi pengembangan industri. C.3.1.
Peluang Pasar
Di dalam negeri, kebijakan pemerintah mengembangkan bahan bakar nabati (BBN) sebagai altenatif bahan bakar minyak (BBM) memberi peluang besar bagi industri kelapa sawit untuk lebih berkembang. Sementara itu di pasar dunia, dalam 10 tahun terakhir, penggunaan atau konsumsi minyak sawit tumbuh sekitar rata‐rata 8% – 9% per‐tahun. Ke depan, laju pertumbuhan ini diperkirakan akan terus bertahan, bahkan tidak tertutup kemungkinan meningkat sejalan dengan trend penggunaan bahan bakar alternatif berbasis minyak nabati atau BBN seperti biodiesel. Selain secara umum, ada dua sumber permintaan (peluang pasar) untuk CPO Indonesia yaitu konsumsi domestik dan eksport. Setelah sebelumnya meningkat sekitar 8% per‐tahun, peluang konsumsi CPO di dalam negeri diperkirakan meningkat dengan laju antara 6% pada tahap awal dan menurun menjadi sekitar 4%. Selain mengandalkan pasar domestik, pasar eksport merupakan pasar utama CPO Indonesia. Eksport CPO Indonesia pada dekade terakhir meningkat dengan laju antara 7 – 8% per‐tahun. Berdasarkan peluang pasar tersebut, maka peluang investasi dari sisi perluasan areal diperkirakan masih cukup terbuka. Bila melihat sumberdaya alam dan manusia yang dimiliki Indonesia saat ini, Indonesia berpeluang cukup besar untuk menjadi produsen kelapa sawit terbesar dunia. Dari sisi sumberdaya alam, Indonesia masih memiliki luas lahan untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit yang masih sangat luas yang mencapai 9 juta hektar lebih. Sementara dari sisi sumberdaya manusia, jumlah sumberdaya manusia yang dimiliki Indonesia masih sangat besar untuk perkebunan kelapa sawit yang kebutuhan tenaga kerja sangat besar. Di samping itu, dengan tingkat produktivitas tanaman yang ada saat ini, Indonesia masih berpeluang untuk meningkatkan produktivitas tanaman dengan penggunaan bibit unggul dan pengelolaan produksi yang lebih profesional. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 22
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
C.3.2.
Ketersediaan Lahan dan Bahan Baku
Pembangunan dan pengembangan pabrik kelapa sawit (PKS) di Kabupaten Sanggau dinilai sebagai investasi yang masih memiliki peluang yang sangat besar. Hal didukung oleh produksi kelapa sawit yang dari tahun ke tahun terus meningkat. Kawasan pengembangan telah ditetapkan dalam draf RTRW kabupaten Sanggau di Kecamatan Tayan Hilir. Pada semester II tahun 2012 tercatat luas kelapa sawit di Kabupaten Sanggau seluas 212.903 ha dengan produksi 344.818,30 ton CPO per‐tahun atau setara dengan 969.138,34 ton TBS setahun. Tentunya produksi ini cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya luas lahan. Rata‐rata setiap bulan dihasilkan kelapa sawit dari Kabupaten Sanggau sebanyak 80.762 ton TBS, setara dengan 28.735 ton CPO atau produksi perhari sebanyak 2.692 ton TBS atau setara dengan 958 ton CPO. Sementara sampai saat ini di Sanggau tersedia 43 perusahaan perkebunan kelapa sawit, terdiri dari 4 PMA dan 39 PMDN. Terdapat 11 Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PPKS) dengan total produksi CPO 344.818,30 ton dan PKO 64.008,87 ton. Potensi peluang investasi industri hilir (revenery) masih sangat terbuka mengingat ketersediaan bahan baku. Hal ini didukung oleh iklim investasi di Sanggau berjalan sangat kondusif. Tabel C‐4 Gambaran Ketersediaan Lahan Jenis Lahan (1)
2010
(2) I. Lahan Sawah 40,866 01. Pengairan teknis ‐ 02. Pengairan setengah teknis 3,671 03. Pengairan sederhana 3,922 04. Pengairan desa/Non PU 5,710 05. Pengairan dadah Hujan 21,984 06. Sementara tidak Diusahakan 2,414 07. Lahan Sawah Lainnya 3,165 II. Lahan Kering 1,244,904 01. Pekarangan 65,944 02. Tegal/Kebun 43,010 03. Ladang/Huma 23,731 04. Pengembalaan 1,884 05. Hutan Rakyat 121,854 06. Hutan Negara 68,448 07. Perkebunan 370,243 08. Rawa Yang Tidak Dapat Ditanam 9,767 09. Kolam 492 10. Tambak ‐ 11. Sementara Tidak Digunakan 300,173 12. Lahan Kering Lainnya 239,358 Jumlah/Total 1,285,770 Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan, dan Peternakan Kabupaten Sanggau
2011
2012
(3) 40,252 ‐ 4,830 4,514 5,695 19,911 2382*) 2,920 1,245,518 62,102 79,238 30,584 2,095 111,289 73,126 375,806 10,112 745 20 273,363 227,038 1,285,770
(4) 39,447 ‐ 4,775 5,098 6,508 21,210 1,856 1,246,323 198,306 59,800 83,869 2,044 117,982 73,224 342,396 36,586 858 20 268,851 62,387 1,285,770
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 23
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
C.4. Kelayakan Investasi Proyeksi Arus Kas Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Aliran arus kas diproyeksikan selama 15 tahun sesuai dengan umur ekonomis pabrik. Selisih antara arus penerimaan dan arus pengeluaran merupakan manfaat atau biaya yang diterima dari kegiatan bisnis (pabrik kelapa sawit). A. Outflow (Pengeluaran) Arus pengeluaran atau arus biaya dalam analisis kelayakan investasi pembangunan pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton TBS/jam, terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Outflow menggambarkan pengeluaran‐pengeluaran yang akan terjadi selama umur ekonomis pabrik. Berikut ini disajikan rekapitulasi biaya investasi pada (Tabel C‐5) sedangkan rekapitulasi biaya operasional dapat dilihat pada (Tabel C‐6). Tabel C‐5 Rekapitulasi Biaya Investasi Pabrik Kelapa Sawit No.
Uraian
1 2
Pabrik Kendaraan
3 4
Perumahan + Mess + Gudang Jalan
Total Investasi Fisik Sumber: Analisis, 2013
Jumlah
Umur Teknis
Nilai (Rp.000)
1 unit 18 unit 19 unit 3,5 km
15 tahun 10 tahun 20 tahun 10 tahun
75.357.246 3.561.000 2.850.000 600.175
82.368.421
Pembangunan pabrik kelapa sawit kapasitas 30 ton TBS/jam dilakukan selama 18 bulan dengan umur ekonomis proyek 15 tahun ditetapkan berdasarkan umur ekonomis pabrik. Biaya re‐ investasi yang dikeluarkan hanya untuk investasi kendaraan dan jalan dikarenakan umur ekonomisnya lebih pendek dari umur ekomonis proyek yaitu sebesar Rp 4.161.175.000. Sementara untuk kebutuhan lahan menggunakan HGU (Hak Guna Lahan) seluas 10 hektar dengan masa pemakaian 25 tahun dan dapat diperpanjang untuk periode berikutnya. Tabel C‐6 Biaya Operasional Pabrik Kelapa Sawit (Rp000) Uraian Gaji karyawan dan staf Biaya adinireas dan kantor Pembelian TBS Biaya pemeliharaan pabrik
0
Tahun 1 2 1.253.675 1.751.275 7300.000 1.210.000 62.937.000 161.838.000 941.966 1.883.932
3 s/d 15 1.751.275 1.210.000 179.820.000 1.883.932
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 24
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
Uraian
Tahun 1 2 516.570 1.033.140 2.079.000 5.346.000 411.343 822.685 68.869.554 173.885.032
0
Biaya pemeliharaan aset lainya Biaya pembantu proses produksi Asuransi Total Sumber: Analisis, 2013
3 s/d 15 1.033.140 5.940.000 822.685 192.461.032
Dari tabel di atas, tahun ke‐0 merupakan tahun masa pembangunan pabrik sampai dengan semester I tahun ke‐1, sehingga tidak membutuhkan biaya operasional dan proses produksi belum dapat dilakukan. Setelah pembangunan pabrik selesai, pada semester ke II tahun ke‐1 pabrik mulai berproduksi secara komersial dengan kapasitas produksi awal diperkirakan sekitar 70% pada tahun ke‐1 serta 90% pada tahun ke‐2 dari kapasitas terpasang pabrik yang disebabkan oleh belum optimalnya pasokan bahan baku ke pabrik. B. Inflow (Penerimaan) Arus penerimaan atau pendapatan dalam analisis kelayakan investasi pembangunan pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton TBS/jam, terdiri dari pendapatan hasil penjualan dan nilai sisa. Pendapatan penjualan diperoleh dari hasil penjualan produk yang terdiri dari CPO dan kernel. Sedangkan nilai sisa diperoleh dari nilai barang modal (aset) yang tersisa pada saat umur proyek berakhir. Dalam hal ini, kapasitas olah terpasang pabrik adalah 30 ton TBS/jam, tingkat rendemen CPO 21%, rendemen Kernel 4%, harga jual CPO Rp 8.861/kg, Kernel Rp 4.900/kg serta waktu pengoperasian pabrik 12 jam/hari atau 50% dari kemampuan maksimal/hari. Pada tahun pertama dan kedua pasokan bahan baku TBS ke pabrik diperkirakan sekitar 70 dan 90% dari kapasitas rencana, baru pada tahun ke tiga pasokan bahan baku TBS diperkirakan normal. Kondisi ini tentu saja berpengaruh pada output produksi dan penerimaan hasil penjualan produk. Berikut ini disajikan Rekapitulasi penerimaan (inflow), produksi, dan hasil penjualan selama umur proyek (Tabel C‐5). Tabel C‐7 Rekapitulasi Penerimaan dan Produksi Pabrik Kelapa Sawit (Rp000) Thn
Bahan baku (ton)
Produksi CPO (ton)
Nilai Penjualan CPO (Rp000)
Produksi Kernel (ton)
Nilai Penjualan Kernel (Rp000)
Nilai Sisa (Rp000)
Jumlah (Rp000)
0 1
37.800
7.938
70.338.618
1.521
7.452.900
77.791.518
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 25
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
Thn
Bahan baku (ton)
Produksi CPO (ton)
2 97.200 20.412 3 108.000 22.680 4 108.000 22.680 5 108.000 22.680 6 108.000 22.680 7 108.000 22.680 8 108.000 22.680 9 108.000 22.680 10 108.000 22.680 11 108.000 22.680 12 108.000 22.680 13 108.000 22.680 14 108.000 22.680 15 108.000 22.680 Ttl 1.539.000 323.190 Sumber: Analisis, 2013
Nilai Penjualan CPO (Rp000)
Produksi Kernel (ton)
Nilai Penjualan Kernel (Rp000)
Nilai Sisa (Rp000)
Jumlah (Rp000)
180.870.732 200.967.480 200.967.480 200.967.480 200.967.480 200.967.480 200.967.480 200.967.480 200.967.480 200.967.480 200.967.480 200.967.480 200.967.480 200.967.480 2.863.786.590
3.888 4.320 4.320 4.320 4.320 4.320 4.320 4.320 4.320 4.320 4.320 4.320 4.320 4.320 61.569
19.051.200 21.168.000 21.168.000 21.168.000 21.168.000 21.168.000 21.168.000 21.168.000 21.168.000 21.168.000 21.168.000 21.168.000 21.168.000 21.168.000 301.688.100
2.793.090 2.793.090
199.921.932 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 224.928.570 3.165.474.690
Analisis Laba‐Rugi Proyeksi laba‐rugi didasarkan pada besarnya volume penjualan, harga jual produk yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit, serta selisihnya terhadap biaya produksi setiap tahun. Analisis laba‐rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan profitabilitas usaha dari tahun ke tahun selama pabrik kelapa sawit beroperasi secara komersial. Selain itu laporan laba‐rugi juga digunakan sebagai instrumen untuk menghitung besar kecilnya pajak penghasilan badan usaha yang harus dibayarkan kepada pemerintah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berdasarkan kondisi‐kondisi yang diasumsikan, berikut ini disajikan rekapitulasi proyeksi laba‐ rugi dan pajak yang dihasilkan selama 15 tahun berturut‐turut sesuai dengan umur ekonomis pabrik (Tabel C‐6). Tabel C‐8 Rekapitulasi Proyeksi Laba‐Rugi Pabrik Kelapa Sawit (Rp000) Tahun 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Laba Bersih 2.033.582 14.014.037 16.560.321 16.560.321 16.560.321 16.560.321 16.560.321 16.560.321 16.560.321
Pajak 846.535 5.981.016 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 26
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
Tahun Laba Bersih 10 16.560.321 11 16.560.321 12 16.560.321 13 16.560.321 14 16.560.321 15 16.560.321 Total 231.331.792 Sumber: Analisis, 2013
Pajak 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 98.767.191
Pada semester kedua tahun ke‐1 pabrik kelapa sawit mulai beroperasi secara komersial sehingga pabrik kelapa sawit memperoleh revenue dari hasil penjualan CPO dan kernel. Pada tahun pertama dan kedua proyeksi produksi diperkirakan sebesar 70 % dan 90% dari kapasitas normal. Revenue yang didapatkan dari total hasil penjualan setelah dikurangi biaya‐biaya memperoleh laba bersih sebesar Rp 2.033.582.000 pada tahun pertama dan Rp 14.014.037.000 pada tahun kedua. Pada tahun berikutnya proyeksi laba bersih meningkat menjadi Rp 16.560.321.000 secara konstan untuk setiap tahunnya, setelah kapasitas produksi pabrik beroperasi secara optimal (kapasitas rencana). Total akumulasi laba bersih dari kegiatan usaha selama umur ekonomis pabrik adalah sebesar Rp 231.331.792.000. Kriteria kelayakan Investasi Kriteria yang digunakan secara umum untuk dianalisis dalam pengambilan keputusan penilaian investasi adalah: Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback period (PP). Berikut ini disajikan ringkasan hasil analisis kriteria investasi (Tabel C‐7). Tabel C‐9 Ringkasan Analisis Kriteria Investasi Pabrik kelapa Sawit NPV
IRR
B/C
PP
106.698.657.000
22,34
2,30
3 thn + 8 bln
A. Net Present Value (NPV) Hasil analisis dengan assumsi discount rate 7% menunjukkan NPV bernilai positif sebesar Rp 106.698.657.000 selama 15 tahun. Nilai NPV positif merupakan indikasi bahwa rencana investasi pembangunan pabrik kelapa sawit layal untuk dilaksanakan.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 27
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
B. Internal Rate of Return (IRR) Analisis Internal Rate of return dengan assumsi discount rate 7 menunjukkan nilai IRR 22,34. Hal ini menunjukkan bahwa rencana pembangunan pabrik kelapa sawit mampu menghasilkan opportunity cost yang lebih besar daripada cost of capital yang diinginkan sehingga layak untuk dilaksanakan. C. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net benefit cost Ratio dilakukan untuk mengukur berapa besar manfaat yang dapat diterima dari setiap investasi yang dikeluarkan. Hasil analisis rencana pembangunan pabrik kelapa sawit menghasilkan nilai B/C Ratio 2,30. Artinya keuntungan yang dihasilkan dari proyek ini, lebih besar dari biaya yang harus dikeluarkan sehingga layak untuk dilaksanakan. D. Payback Period (PP) Hasil analisis proyek pembangunan pabrik kelapa sawit ini akan mencapai titik pengembalian pada saat proyek berumur 3 tahun 8 bulan. Bila di tinjau dari umur proyek pabrik kelapa sawit yang mencapai 15 tahun, maka pembangunan pabrik memungkinkan dan layak untuk dilaksanakan karena jangka waktu pengembalian investasi lebih kecil dari umur proyek.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 28
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia