PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MENURUT MASLOW PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
SUCI AULIA 20090320040
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013
PERNYATAAN
Dengan ini selaku pembimbing karya tulis ilmiah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas
Kedokteran
dan
Ilmu
Kesehatan
Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Nama :
Suci Aulia
NIM
20090320009
:
Judul :
Pengkajian Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Maslow Pada Pasien Diabetes melitus Di Poli Penyakit Dalam RSUD Panembahan Sennopati Bantul
Setuju/tidak setuju*) naskah ringkasan penelitian yang disusun oleh yang bersangkutan dipublikasikan dengan/tanpa*) mencantumkan nama pembimbing sebagai co-author. Demikian Harap Maklum. Yogyakarta, Agustus 2013 Pembimbing,
Mahasiswa
Yanuar Primanda, S. Kep., Ns.,
Suci Aulia
MNS., HNC.
*) Coret yang tidak perlu
1
Pengkajian Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Maslow Pada Pasien Diabetes melitus Di Poli Penyakit Dalam RSUD Pane mbahan Sennopati Bantul Assessment of Basic Human Needs According to Maslow for Diabetes Mellitus Patients in Internic Poly RSUD Panembahan Senopati Bantul Hospital, Yogyakarta Suci Aulia1 , Yanuar Primanda2 Karya Tulis Ilmiah, Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2013 Email:
[email protected] INTISARI Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit dengan jumlah penderita yang semakin meningkat tiap tahunnya. World Health Organitations (WHO) serta International Diabetes Federation (IDF) menerangkan pada tahun 2000 – 2008 masih tercatat bahwa penderita DM di Indonesia menempati urutan keempat di dunia, namun selama ini belum terdapat perhatian yang serius terhadap kebutuhan pasien DM. Menurut Maslow manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya (Potter & Perry, 2005). Kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan fisiologis, rasa aman dan perlindungan, rasa cinta memiliki dan dimiliki, harga diri, serta aktualisasi diri. Penelitian ini bertujuan mengetahui kebutuhan dasar manusia menurut Maslow pada penderita DM. Jenis penelitian menggunakan penelitian non-eksperimen dengan rancangan penelitian deskriftif. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi sebanyak 41 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner pada bulan Juli 2013, di poli penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan fisiologis (43,4%) dan kebutuhan rasa aman dan keselamatan (19,28%) dalam kategori rendah, kebutuhan rasa cinta dan rasa memiliki ( 92,19%) dan kebutuhan harga diri (91,05%) dalam kategori tinggi sedangkan kebutuhan aktualisasi (63%) dalam kategori sedang. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah prioritas kebutuhan tertinggi sampai terendah adalah kebutuhan rasa cinta dan rasa memiliki, kebutuhan harga diri, kebutuhan aktualisasi, kebutuhan fisiologis dan terakhir kebutuhan rasa aman dan keselamatan. Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam melakukan pengkajian terkait kebutuhan dasar manusia pada pasien DM dalam upaya memberikan pelayanan dengan memperhatikan dan mengetahui kebutuhan pasiennya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Kata kunci : kebutuhan dasar manusia, diabetes melitus
2
ABSTRACT Diabetes mellitus (DM) is one of a disease with an increasing number of patients each year. However, there has been no serious attention to know about the basic needs of diabetic patients so far. According to Maslow, people were motivated to satisfy their needs. The purpose of this research was to identify the basic human need according to Maslow among patients with DM patients. This was descriptive study involved 41 respondents in internal outpatient department RSUD Panembahan Senopati Bantul who were selected through purposive sampling technique. The data was collected by valid and reliable questionnaire. Descriptive statistic was used to analyze the data. The basic human needs were categorized into low, medium, and high needs. The results showed that most of the patients was female (63.4%), age ranged from 50-64 years (41.4%), with duration of DM ranged from 6-10 yr (49.8%). According to Maslow basic human need, the category for physiological needs and security and safety needs were in low category (43.4% and 19.28% respectively). While, the need for love of belonging and self-esteem were in high category (92.19% and 91.05% respectively). The actualization needs were in the medium category (63%). In conclusion, based on this study, the priority of basic human needs among DM patients from the highest to lowest were love and belonging needs, self-esteem needs, actualization needs, physiological needs and security and safety needs. Nurse is suggested to assess the basic human needs of the patient individually. Further research may develop specific assessment tool to identify basic human needs and its fulfillment, so nurse can provide services with respect about the patients needs to improves optimal health status. Keywords: basic human needs, diabetes mellitus _______________ 1
2
Nursing Student, School of Nursing, Faculty of Medicine and Health Science, Muhammadiyah University of Yogyakarta Lecturer at Medical Surgical Nursing, School of Nursing, Faculty of Medicine and Health Science, Muhammadiyah University of Yogyakarta
3
PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit dengan jumlah penderita yang semakin meningkat tiap tahunnya. DM merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar glukosa darah puasa 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). World Health Organitations (WHO) serta International Diabetes Federation (IDF ) menyebutkan bahwa tahun 2000 sampai tahun 2008 masih tercatat bahwa Indonesia menempati urutan keempat di dunia sebagai jumlah penderita diabetes yang memiliki tingkat penderita terbanyak setelah negara India, China dan Amerika. Menurut perkiraan, jumlah penderita DM di Indonesia sebanyak 8,4 juta pada tahun 2000 akan meningkat menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (Depkes RI, 2007). Diabetes melitus memiliki dampak yang serius baik terhadap pasien maupun keluarga. Dampak menahun dari penderita dabetes melitus ini adalah penderita menyandang penyakit ini seumur hidupnya. Selain itu, DM merupakan penyakit yang sangat kompleks sehingga penderita membutuhkan banyak pengobatan dan perubahan gaya hidup (Hidayat,2007). Maslow menekankan bahwa kebutuhan manusia merupakan kebutuhan yang unik dan berbeda, mungkin saja kebutuhan dasar tertentu merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan yang lainnya, misalnya orang yang lapar akan lebih mencari makan dari pada kebutuhan untuk meningkatkan harga diri. Novita, (2012) menyatakan bahwa teori Maslow menggambarkan setiap manusia memiliki hak yang sama dalam pemenuhan kebutuhan untuk kelangsungan hidupnya. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Jika dilihat dari kondisi fisiologis yang terganggu secara tidak sadar tetap akan muncul perbedaan yaitu berupa ketidakutuhan kebutuhan dasar manusia, sebagai contohnya penderita DM tipe 1 selama hidupnya akan melakukan pergantian insulin yang berarti kebutuhan keamananlah yang terganggu (Potter & Perry, 2005 ; Hidayat, 2007 ; Novita, 2012).
4
Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhankebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki. Lima tingkat kebutuhan dasar menurut teori Maslow adalah sebagai berikut: kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan cinta dan memiliki, kebutuhan rasa berharga dan harga diri dan aktualisasi diri (Potter & Perry, 2005). Fungsi perawat didalam melakukan pengkajian pada individu yang sehat maupun sakit dimana segala aktifitas yang dilakukan dengan berbagai cara untuk mengendalikan kepribadian pasien secepat mungkin dalam bentuk proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, identifikasi masalah (diagnosa keperawatan), perencanaan, implementasi dan evaluasi. Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia adalah merupakan pelayanan keperawatan
meliputi membantu klien dan keluarga dalam memenuhi
kebutuhannya (Potter & Perry, 2005: Hidayat, 2012). Berdasarkan study pendahuluan yang dilakukan di RSUD Panembahan Senopati Bantul, pasien DM yang datang di poliklinik rawat jalan mendapatkan pemerikasaan kadar gula darah dan pemberian obat. Berdasarkan pengamatan peneliti, para penderita DM mendapatkan pelayanan yang sama dan tidak dilakukan pengkajian kebutuhan agar pasien dapat melakukan perawatan diri secara optimal, sehingga pasien dapat mengontrol gula darahnya dan mencegah komplikasi. Selama ini belum terdapat perhatian yang serius terhadap kebutuhan pasien DM seperti kebutuhan pasien akan melaksanakan penatalaksanaan DM yang akhirnya jika dikaji lebih lanjut akan memenuhi perawatan mandiri oleh pasien DM.
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian non-eksperimen dengan rancangan penelitian deskriftif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien DM dan menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Tehnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebesar 41 responden
5
dengan kriteria inklusi. Instrument penelitian yang digunakan pada penelitian ini berupa kuesioner yang terdiri dari 2 bagian, yaitu kuisioner data demografi, dan kuisioner pengkajian lima kebuthun dasar menurut Maslow pada pasien DM di RSUD Panembahan Senopati Bantul dengan uji validitas dan realibilitas. Analisa data yang digunakan adalah analisis univariat. Analisa data deskriptif akan disajikan berupa mean, median, modus, simpangan baku (SD), frekuensi dan prosentase (Hidayat, 2007, Analisa data yang akan dilakukan adalah menganalisis prosentase tertinggi per sub kebutuhan pasien DM berdasarkan kebutuhan dasar manusia menurut Maslow (Arikunto, 2010).
HASIL PENELITIAN Karakteristik Demografi Responden dan Kesehatan Tabel 1. Karakteristik responden penderita DM di Poli Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul (N=41) Karakteristik Umur 20- 34 35-49 50-64 65-70 ≥71 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA PT Pekerjaan Buruh Petani Pedagang Swasta PNS Pensiunan Penghasilan <1000000
frekuensi
Presentase (%)
4 6 15 9 5
9,7 14,5 41,4 22,3 12,1
15 26
36,6 63,4
2 9 7 16 7
4,9 22,0 17,1 39,0 17,1
4 3 7 10 11 6
9,8 7,3 17,1 24,4 26,8 14,6
23
87,7
6
Lanjutan (Tabel. 2) 1000000-3000000 >3000000 Lama DM 1 -5 tahun 6-10 tahun >10 tahun Penggunaan insulin Ya Tidak Penggunaan OAD OAD saja OAD dan insulin IMT BB normal (18,5-24,9) BB berlebih (25-29,9) Obesitas (=30) Rambut Terawat, tebal, tidak rontok Terawat, tipis, tidak rontok Telinga Tidak memakai alat bantu dengar Mata Tidak kabur, isokor Mulut Gigi tidak karies, mukosa mulut tidak kering Kulit Turgor kulit baik, cappilari reffil < 2 s Kaki Tidak ada luka, Uji monofilamen normal Tidak ada luka, Uji monofilamen tidak normal
8 10
19,5 24,4
16 20 5
39,0 48,8 12,1
18 23
43,9 56,1
28 13
68,3 30,7
31 8 2
75,6 19,5 4,9
29
70,7
12
29,3
41
100,0
41
100,0
41
100,0
41
100,0
36
87,8
5
12,2
Didapatkan hasil sebagai berikut umur rentang 50 – 64 dengan jumlah responden 15 orang (41,4%), berjenis kelamin perempuan sebanyak 26 orang (63,4%). Tingkat pendidikan pasien DM mayoritas SMA (39,0%) dan jenis
7
pekerjaan sebagai PNS (26,8%). Data penghasilan perbulan dari pasien DM menunjukkan bahwa sebagian besar berpenghasilan sebesar < 1.000.000 (56,1%). Sebagian besar responden menderita DM 6-10 tahun sebanyak 20 orang (49,8%), menggunakan insulin sebanyak 18 responden (43,9%). Pengguanaan jenis Obat Anti Diabetes (OAD) saja paling banyak digunakan sebanyak 28 orang (68,3%) dan penggunaan OAD dan insulin sebanyak 13 orang (30,7%). BB normal memiliki nilai tertinggi sebesar 75,5% dan pemeriksan fisik sederhana menunjukkan bahwa keadaan umum pasien DM cukup baik. Distribusi Hasil laboratorium dan tekanan darah dan suhu pada pende rita DM di Poli Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul Tabel 2. Distribusi Hasil laboratorium pada pende rita DM di Poli Penyakit Dalam RSUD Pane mbahan Senopati Bantul (N=41)
LDL (mg/dL) HDL (mg/dL) GDS (mg/dL) Tekanan darah Suhu
MinimumMaximum 70 -176 13-100 76-360 110-170 80-90 36-37,9
Modus
Mean
SD
115.0 42.0 205.0 110 90 37
117.870 39.4390 213.4146 123,71 87.6585 36.9756
17.62 15.0034 64.167 13.037 4.93766 .39420
Hasil laboratorium LDL (mg/dL) dengan nilai minimum 70 mg/dL dan nilai maksimum 176 mg/dL dengan rata-rata 117,9 (SD=17.62), sedangkan nilai HDL (mg/dL) nilai minimum 13 mg/dL dan nilai maksimum 100 mg/dl dengan rata-rata 39,4 (SD= 15.0034) dan hasil GDS dengan nilai minimum 76 mg/dL dan nilai maksimum 360 mg/dL dengan rata-rata 213,4 (SD= 64.167). Hasil tekanan darah tertinggi dengan sistole 170 dengan nilai modus 110 dan mean 123,71 (SD=13.037), sedangkan diastole nilai maksimum 90 dengan nilai modus 90 dan mean 87,65 (SD=4,93766). Hasil pengukuran suhu didapatkan suhu maksimum 37,9dan suhu terendah 36 dengan nilai modus 37 mean 36.9756 (SD=.39420 ). Kebutuhan Dasar Manusia pada Pasien DM menurut Maslow Penelitian ini terdiri dari 5 variabel yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman dan keselamatan, kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan harga
8
diri dan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. Hasil analisis univariat variabel penelitian sebagai berikut: 1. Kebutuhan Fisiologis
FISIOLOGIS 10,60%
13% OKSIGEN NUTRISI
30,10%
ELIMINASI
53,30%
CAIRAN
60,90%
AKTIVITAS
35%
SEKS
Berdasarkan gamabar 1, diketahui bahwa presentase tertinggi dari 6 aspek kebutuhan fisiologis adalah aspek kebutuhan cairan sebesar 60,9% dan nutrisi sebesar 53,3%, sehingga keduanya tergolong dalam kategori kebutuhan yang sedang, namun secara keseluruhan kebutuhan fisiologis responden berada dalam kategori kebutuhan yang rendah sebesar 43,4%. 2. Kebutuhan rasa aman dan keselamatan KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN RASA AMAN
KESELAMATAN FISIK 33,01%
41,50%
KESELAMATAN PSIKOLOGIS
Kebutuhan keselamatan fisik pada aspek kebutuhan dasar rasa aman dan keselamatan sebesar 33,01% dan aspek keselamatan psikologik sebesar 41,50%, kedua aspek berikut berada dalam kategori rendah. Total presentase dari kebutuhan rasa aman dan keselamatan yaitu tergolong dalam kategori rendah sebesar 19,89%.
9
3. Kebutuhan cinta dan rasa memiliki Tabel 3. Kebutuhan cinta dan rasa memiliki menurut Maslow pada penderita DM di Poli Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul (N=41) Kebutuhan cinta dan rasa memiliki Total
Presentase 92,19
Kategori Tinggi
Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa presentase yang didapatkan dari responden terkait kebutuhan cinta dan rasa memiliki sebesar 92,19% tergolong dalam kategori kebutuhan yang tinggi. 4. Kebutuhan harga diri dan penghargaan Tabel 4. Kebutuhan harga diri dan penghargaan menurut Maslow pada penderita DM di Poli Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul (N=41) Kebutuhan Harga diri dan penghargaan Total
Presentase %
Kategori
91,05%
Tinggi
Berdasarkan tabel 12, diketahui bahwa presentase kebutuhan harga diri dan penghargaan dari 41 responden sebesar 91,05% tergolong dalam kategori kebutuhan yang tinggi. 5. Kebutuhan Aktualisasi Tabel 13. Kebutuhan aktualisasi menurut Maslow pada penderita DM di Poli Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul (N=41) Kebutuhan Aktualisasi Total
Presentase %
Kategori
62,60%
Sedang
Berdasarkan tabel 13, diketahui bahwa bahwa kebutuhan aktualisasi yang didapatkan dari 41 responden sebesar 63% tergolong dalam kategori kebutuhan sedang.
10
Gambar 1. Prioritas Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Maslow pada Penderita DM di Poli Penyakit Dalam RSUD Pane mbahan Senopati Bantul
PRIORITAS KEBUTUHAN 100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00%
PRIORITAS KEBUTUHAN
Gambar 4. menunjukkan bahwa prioritas kebutuhan dari tertinggi sampai terendah adalah kebutuhan rasa cinta dan rasa memilik i ( 92,19%), kebutuhan harga diri ( 91,05%), kebutuhan aktualisasi (63%), kebutuhan fisiologis (43,4%) dan terakhir kebutuhan rasa aman dan keselamatan (19,28%). PEMBAHASAN Karakteristik Demografi Responden dan Kesehatan Peneliti akan menganalisis karakteristik responden yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan perbulan, lama menderita DM, tipe DM, penggunaaan insulin dan penggunaan Obat Anti Diabetes (OAD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia responden sangat bervariasi mulai dari umur 20 sampai usia lebih dari 70 tahun. dan pada tabel 1 didapatkan bahwa sebagian besar responden berumur 50-64 tahun sebesar 41,4%. Penyakit DM akan terus meningkat dengan bertambahnya usia. Salah satu resiko DM terjad i pada usia lebih dari 45 tahun (Soegondo, 2005). Menurut hasil penelitian dari Agustina (2009), menunjukkan bahwa sebagian besar usia penderita DM berusia 40-70 tahun, mayoritas berusia 50 tahun. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurnia et al (2013), didapatkan bahwa sebagian besar responden berumur 50-59 tahun sebesar 45,85%.
11
Berdasarkan data dari hasil penelitian yang menunjukkan jenis kelamin responden didapatkan bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada laki- laki sebesar 63,4%. Dalam hal ini berarti sebagian besar penderita DM di poli penyakit dalam Panembahan Senopati Bantul adalah berjenis kelamin perempuan. Menurut Levine, (2008) perempuan DM mempunyai kecenderungan untuk mengalami masalah yang lebih banyak dibanding laki- laki. Masalah yang dapat ditemukan adalah gangguan sekresi insulin dan aktivitas insulin serta adanya hipertensi dan keputihan (Subekti, 2005; Levine, 2008). Gambaran tingkat pendidikan ini berdasarkan riwayat pendidikan formal terakhir yang diikuti oleh responden. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar resonden berpendidikan sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 16 orang (39%). Dengan latar belakang
pendidikan responden setingkat SMA maka
diharapkan akan lebih mudah menerima informasi terkait dengan penatalaksanaan DM dan mencegah timbulnya komplikasi. Berdasarkan hasil analisis jenis pekerjaan responden menunjukkan sebagian besar bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu sebanyak 11 orang (26,8%). Terkait pekerjaan responden memungkinkan adanya fasilitas askes PNS yang digunakan oleh responden. Berbeda dengan penelitian dari Agustina (2009) hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penderita DM mayoritas pensiunan sebesar 35% kemudian PNS sebesar 15%. Menurut data dari karakteristik responden yang menunjukkan karakteristik penghasilan perbulan paling banyak dari responden adalah < 1.000.000 perbulannya yaitu sebanyak 23 orang (87,7%). Dengan karakteristik penghasilan perbulan tersebut, dimungkinkan banyak penderita DM yang menggunakan kartu jamkesmas ketika akan melakukan pemerikasaan dan kontrol di rumah sakit.
Menurut
Agustina,
(2009)
tingkat penghasilan dapat
mempengaruhi perilaku responden dalam mencari pengobatan, membeli obatobatan, biaya pemeriksaan laboratorium dan biaya perawatan rumah sakit. Berdasarkan karakteristik responden didapatkan bahwa sebagian besar responden lama menderita DM 6-10 tahun sebesar 48,8%. Dalam hal ini sebagian besar penyakit DM yang diderita oleh responden merupakan penyakit menahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Kurnia, (2013) yang
12
menunjukkan bahwa sebagian besar responden lama menderita DM selama 6-10 tahun sebesar 52,1%. Berdasarkan data penggunaan insulin pada penderita DM didapatkan hasil bahwa setengah dari responden tidak menggunakan insulin sebanyak 23 orang (56,1%). Penggunaan insulin ini terkait tipe DM yang diderita. Menurut penelitian dari Kurnia (2013) menunjukkan bahwa kurangnya penggunaan insulin oleh penderita DM disebabkan adanya penolakan dari pasien dengan alasan pasien takut untuk menyuntikkan insulin dan seringkali merasakan penambahan berat badan dan pernah menglami hipoglikemi. Penggunaan OAD tunggal paling banyak dikonsumsi oleh responden sebanyak 28 orang (68,3%) daripada OAD dengan insulin sebanyak 13 orang (30,7%). Berarti sebagian besar responden hanya mengkonsumsi OAD untuk pengobatan penyakit DM pasien. Pemberian obat oral terbanyak diberikan berdasarkan keadaan klinis yang menunjukkan sel beta pankreas masih dapat mensekresikan insulin. Berdasarkan hasil analisis data laboratorium nilai LDL tertinggi yaitu 176 mg/dL dengan rata-rata 117,9 (SD=17.62), sedangkan nilai HDL tertinggi 100 mg/dl dengan rata-rata 39,4 (SD= 15.0034). Berdasarkan hasil pemeriksaan lipid tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar kolesterol tertinggi dari responden sebesar 276. Hal ini memungkinkan terjadi gangguan dislipedemia (Soegondo, 2007). Menurut penelitian dari Kurnia (2013) menunjukkan bahwa gambaran jika terjadi gangguan dislipedemia adalah peningkatan kadar trigliserida, penurunan kadar kolesterol HDL dan terjadi peningkatan kadar kolesterol LDL ataupun normal. Berdasarkan hasil pemeriksaan
Gula darah Sewaktu (GDS) yang
didapatkan dari 41 responden, nilai maksimum GDS pasien adalah 360 mg/dL dengan rata-rata 213,4 (SD= 64.167). Hasil GDS yang tinggi ini menunjukkan bahwa pengendalian gula darah sewaktu responden masih tergolong kurang baik sehingga didpatkan hasil GDS melebihi batas normal sebesar <200. Menurut Internasional Diabetes Federation (IDF) berdasarkan tingkat pencapaian pengendalian DM hanya 32% penderita dengan GDS yang terkendali. Rendahnya
13
pengetahuan yang dimiliki responden mengenai penyakit DM sehingga tidak mampunya responden mengontrol kadar gula darah dan mengakibatkan kadar gula darah menjadi tinggi (Nabyl, 2012). Berdasarkan presentase prekuensi IMT pada penderita DM didapatkan hasil IMT berada dalam rentang normal sebesar 75,6 %. Dari hasil data tersebut berarti sebagian besar responden memiliki berat badan dan tinggi badan yang ideal. Secara umum seorang penderita DM yang obesitas akan mengalami penurunan berat badan, hal ini disebabkan karena adanya gangguan metabolisme lemak dan protein didalam tubuh penderita DM sehingga secara tidak sadar penderita DM akan mengalami penurunan berat badan tanpa disertai alasan yang jelas. Berdasarkan tabel, menunjukkan hasil tekanan maksimum sistol 170 nilai modus 110 dan mean 123,71 (SD=13.037), sedangkan diastole nilai maksimum 90 dengan nilai modus 90 dan mean 87,65 (SD=4,93766). Data tersebut menunjukkan bahwa ada penyakit penyerta selain penyakit DM yaitu hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian Asmika et al (2011) menunjukkan bahwa sebagia n besar responden (46%) menunjukkan nilai tekanan darah antara 140/90-149/95 mmHg hal ini menunjukkkan bahwa ada penyakit penyerta DM yaitu hipertensi yang tergolong dalam kategori tekanan darah ringan. Berdasarkan tabel 9, pemeriksan fisik sederhana yang dilakukan peneliti pada responden menunjukkan bahwa keadaan umum pasien DM di poli penyakit dalam Panembahan Senopati Bantul cukup baik, sedangkan untuk uji monofilamen tidak normal pada kaki terdapat 5 orang sebesar 12,2%. Uji monofilamen ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya rasa baal pada kaki responden hal ini berhubungan dengan ada atau tidaknya gangguan oksigenasi pada penderita DM. Adanya hasil yang tidak normal pada uji monofilamen tersebut menunjukkan bahwa 5 orang pasien DM tersebut beresiko terkena ulkus diabetikum. Jika tidak segera ditangani akan beresiko amputasi. Adanya rasa baal tersebut merupakan resiko terjadinya neuropati (Echeverry, 2009).
14
Kebutuhan Fisiologis pada Pasien DM menurut Maslow Hasil penelitian pengkajian kebutuhan dasar fisiologis pada tabel 1 menunjukkan bahwa kebutuhan fisiologis termasuk dalam kategori rendah sebesar 43,4%. Berdasarkan gambar 1, menunjukkan bahwa kebutuhan fisiologis merupakan prioritas terendah kedua dari kebutuhan dasar manusia lainnya menurut Maslow. Menurut teori Maslow kebutuhan fisiologis merupakan hal yang penting untuk bertahan hidup (Potter & Perry, 2005). Hasil penelitian ini berlawanan dengan teori Maslow. Menurut Maslow
prioritas tertinggi dalam
hirarki Maslow yaitu kebutuhan fisiolologis (Potter & Perry, 2005). Perbedaan hasil penelitian dengan teori Maslow ini dimungkinkan karena saat ini kebutuhan fisiologis pada penderita DM selalu menjadi perhatian utama bagi petugas kesehatan. Padahal kebutuhan akan rasa cinta merupakan kebutuhan yang tertinggi yang harus dipenuhi. Hal ini dapat terjadi karena mereka selalu menganggap bahwa kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan prioritas padahal walaupun kebutuhan fisiologis yang selalu dipenuhi tetapi tanpa adanya perhatian, cinta dan kasih sayang menyebabkan kebutuhan fisiologis ini menjadi tidak bermakna optimal sehingga tidak menutup kemungkinan pengobatan menjadi gagal. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Maisyarah (2013) menunjukkan bahwa kebutuhan fisiologis berada pada prioritas keempat dari lima kebutuhan dasar manusia menurut Maslow, hasil penelitian menunjukkan bahwa bertambah parahnya penyakit dan kecemasan dikarenakan kurangnya perhatian cinta dari keluarga, pasangan dan orang terdekat sehingga jika hal ini terjadi segala macam gangguan fisiologis akan cepat muncul dan berkembang. Walaupun kebutuhan fisiologis pada penderita DM berada pada kategori kebutuhan yang rendah berdasarkan gambar 1 dan tabel 1, hasil penelitian menunjukkan ada aspek- aspek kebutuhan fisiologis yang harus dipenuhi yaitu kebutuhan cairan sebesar
60,9% dan nutrisi sebesar 53,3% yang tergolong
kebutuhan yang sedang. Kebutuhan nutrisi pada pasien DM yang harus dipenuhi berupa pengontrolan berat badan oleh pasien DM hal ini terkait dengan penatalaksanaan DM seperti olahraga. Selain itu juga kepatuhan pasien DM terkait 3J (jenis, jumlah, jadwal) yang akan mempengaruhi kondisi tubuh pasien
15
DM jika tidak patuh terhadapa pola diet yang sudah diberikan (Smeltzer & Bare, 2005). Hal ini terkait dengan adanya gejala khas yang timbul dari penderita DM yaitu polidipsi dan poliuri. Sebagian besar penderita DM kemungkinan akan mengalami dehidrasi jika kebutuhan cairan didalam tubuh tidak segera tertangani. Kebutuhan Rasa Aman dan Keselamatan pada Pasien DM menurut Maslow Berdasarkan tabel 2, menunjukkan bahwa kebutuhan rasa aman dan keselamatan tergolong dalam kategori rendah sebesar 19,89%. Pada gambar 1, menunjukkan bahwa kebutuhan rasa aman dan keselamatan pada pasien DM di poli Panembahan Senopati Bantul merupakan prioritas terakhir atau terendah dari kebutuhan dasar manusia menurut Maslow. Hal ini kemungkinan disebabkan kebutuhan rasa aman dan keselamatan sudah terpenuhi. Namun perlu diketahui bahwa kebutuhan rasa aman dan keselamatan tersebut mempunyai dua aspek yang ternyata penting untuk dipenuhi yaitu kebutuhan keselamatan fisik pada aspek kebutuhan dasar rasa aman dan keselamatan sebesar 33,01% dan aspek keselamatan psikologik sebesar 41,5. Ancaman keselamatan fisik pada pasien DM seperti kurangnya fasilitas konseling dan pendidikan kesehatan mengenai pentingnya melakukan kontrol darah dan diet serta kurangnya kesadaran penderita DM untuk melakukan pemeriksaan panca indera dan anggota tubuh, sehingga jika hal ini tidak terpenuhi akan menjadi ancaman yang besar bagi penderita DM. Selain itu status nutrisi, keadaan imunitas, usia, gangguan persepsi sensori serta status mobilisasi menjadi faktor yang dapat mengancam keamanan fisik penderita DM (Hidayat, 2012). Selain keamanan
fisik
keamanan psikologis pada pasien perlu
diperhatikan. Rendahnya keamanan psikologis kemungkinan disebabkan adanya perasaan mengancam yang timbul karena proses penyakit semakin bertambah parah. Dari hasil analisis keselamatan psikologis didapatkan bahwa presepsi penderita DM terhadap penyakit DM yang diderita masih kurang baik, sebagian besar beranggapan bahwa rasa cemas, takut dan bingung sering muncul sehingga menganggu pikiran mereka saat ini. Pada penderita DM yang sudah menahun sebagian akan mengalami perasaan putus asa, yang memungkinkan pasien sudah
16
bosan dan malas melanjutkan terhadap pengobatan dan program DM yang sudah dilakukan bertahun-tahun (Tarwoto & wartonah, 2011; Novita, 2012). Pengkajian Kebutuhan Cinta dan Rasa Memiliki Hasil penelitian pada tabel menunjukkan bahwa kebutuhan cinta dan rasa memiliki tergolong dalam kategori tinggi sebesar 92,19%. Pada gambar 1 menunjukkan bahwa kebutuhan rasa cinta dan rasa memiliki pada pasien DM di Poli Panembahan Senopati Bantul berarti merupakan prioritas pertama yang harus dipenuhi dari kelima kebutuhan dasar manusia menurut Maslow. Berdasarkan hasil penelitian kebutuhan cinta berada pada prioritas yang pertama dimungkinkan karena sebagian besar pasien DM membutuhkan perhatian lebih dari keluarga, teman, pasangan dan masyarakat. Tingginya kebutuhan ini disebabkan karena pada dasarnya kebutuhan fisiologis selalu menjadi prioritas utama sehingga kebutuhan ini luput dari perhatian keluarga dan petugas kesehatan. Menurut Maslow manusia secara umum seseorang membutuhkan perasaan bahwa mereka dicintai oleh keluarga, teman sebaya dan masyarakat. Kebutuhan cinta dan rasa memiliki akan meningkat jika mereka memiliki waktu dan energi untuk mendapatkan cinta dari orang-orang terdekat (Potter & Perry, 2005). Menurut hasil penelitian kebutuhan cinta dan rasa memiliki pada sebagian besar responden adalah berupa rasa bahwa sebagian besar pasien DM mendapat dukungan dari keluarga, pasangan dan orang terdekat, pelibatan pasien DM dalam kegiatan keluarga dan keluarga membantu dalam biaya pengobatan dan perawatan jika sakit Pelibatan penderita DM dalam kegiatan keluarga merupakan suatu dukungan sosial terhadap kenyamanan fisik dan emosional yang diberikan kepada seseorang oleh keluarganya, teman, teman kerja ataupun yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang adalah bagian dari suatu komunitas yang mencintai dan peduli terhadap dirinya. Menurut hasil peneltian dari Christyani (2007) menunjukkan bahwa komunikasi merupakan bentuk perhatian dari suami dan anak-anak pada penderita DM sehingga pada pasien DM dukungan keluarga, teman dan orang-orang terdekat akan meningkatkan keinginan untuk melakukan pengobatan.
17
Kebutuhan Harga Diri dan Penghargaan pada Pasien DM menurut Maslow Hasil analisis dari kebutuhan harga diri dan penghargaan dari penderita DM menunjukkan bahwa kebutuhan harga diri dan penghargaan tergolong dalam kategori tinggi (91,05%). Menurut gambar 1 menunjukkan bahwa kebutuhan harga diri dan penghargaan berada pada prioritas kedua. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Maiysarah (2013) menunjukkan bahwa selain kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki seseorang membutuhkan kebutuhan harga diri sebagai penghargaan terhadap dirinya. Menurut Maslow, manusia membutuhkan penghargaan atau apresiasi sebagai peningkatan rasa kepercayaan diri dan dianggap berguna. Jika kebutuhan tidak terpenuhi, mungkin saja akan merasa tidak berdaya dan rendah diri (Potter & Perry, 2005). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan harga diri yang dibutuhkan pasien DM berupa perasaan akan penghargaan terhadap diri sendiri, penerimaan orang-orang disekitar terhadap kondisi dan hubungan yang baik dengan petugas kesehatan. Penerimaan dari keluarga tentang keadaan penderita DM akan meningkatkan kepercayaan diri mereka dalam melakukan aktivitas dan bergaul dengan orang-orang sekitar. Hubungan yang baik dengan petugas kesehatan akan membuat perasaan pasien menjadi lebih nyaman. Kebutuhan penghargaan dari petugas kesehatan juga dibutuhkan oleh penderita DM. Memberikan pelayanan kesehatan yang baik serta hubungan timbal balik yang harmonis dapat meningkatkan pengetahuan dan harga diri dari penderita DM, sehingga pemenuhan kebutuhan fisiologis dan cinta otomatis akan terpenuhi (Hidayat, 2007 ; Novita, 2012). Kebutuhan Aktualisasi pada Pasien Dm menurut Maslow Berdasarkan tabel 5, menunjukkan bahwa kebutuhan aktualisasi yang didapatkan dari 41 responden tergolong dalam kategori sedang (63%). Berdasarkan gambar 1 menunujukkan bahwa kebutuhan aktualisasi berada di peringkat ketiga. Menurut Maslow (1970), aktualisasi diri dikatakan maksimal jika manusia sudah memenuhi seluruh kebutuhan pada tingkatan yang rendah (Potter & Perry, 2005). Pada penelitian ini kebutuhan aktualisasi dari pasien DM belum berada dalam kategori tinggi atau maksimal, hal ini dimungkinkan karena
18
sebagian dari responden belum mencapai status kebutuhan dan kesehatan serta potensi untuk melakukan aktualisasi secara maksimal. Menurut Hidayat (2007) menyebutkan aktualisasi diri mungkin akan terjadi jika ada keseimbangan antara kebutuhan klien dan kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan tubuh dan lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian kebutuhan aktualisasi yang didapatkan dari responden adalah kemampuan pasien DM untuk tetap bisa melakukan hobi dan rekreasi seperti biasanya, keikutsertaaan pasien DM dalam kegiatan tidak aktif di masyarakat, tempat kerja dan kemampuan pasien DM berkontribusi pada kelompok penderita DM lainnya. Pada penderita DM pengaktualisasian diri dapat berupa saling memberikan informasi bagi penderita DM lainnya untuk memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah keperkembangan dan kesehatan yang normal (Tarwoto, 2006).
KESIMPULAN 1. Karakteristik demografi pasien DM di poli penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah sebagian besar berumur 50-64 tahun, berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SMA mayoritas bekerja sebagai PNS. Sebagian besar berpenghasilan sebesar < 1.000.000, menderita DM selama 6-10 tahun dan tidak menggunakan insulin. Penggunaan OAD tunggal paling banyak dikonsumsi oleh responden dengan hasil laboratorium LDL, HDL dan GDS tergolong kurang baik dan hasil pemeriksaan fisik sederhana pada pasien DM menunjukkan hasil yang cukup baik dan normal. 2. Kebutuhan dasar manusia pada pasien DM berdasarkan 5 kebutuhan dasar manusia menurut maslow adalah kebutuhan
fisiologis dengan aspek
kebutuhan nutrisi dan cairan dalam kategori rendah, kebutuhan rasa aman dan keselamatan kategori rendah , kebutuhan cinta dan rasa memiliki kategori tinggi, kebutuhan harga diri dalam kategori tinggi dan kebutuhan aktualisasi dalam kategori sedang .
19
3. Prioritas kebutuhan pasien DM dari prioritas tertinggi ke terendah adalah kebutuhan cinta dan rasa, kebutuhan harga diri dan penghargaan, kebutuhan aktualisasi, kebutuhan fisiologis dan kebutuhan rasa aman dan keselamatan. DAFTAR PUSTAKA American Diabetes Association (ADA). American Diabetes Association’s Clinical Practice Recommendations 2008. Diabetes Care. Vol 31, No. 1.January 2008. Agustina. Tri. (2009). Gambaran Sikap Pasien Diabetes Melitus di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta Terhadap Kunjungan Ulang Konsultan Gizi. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Arikunto, S. (2010). Prosedur Pnelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta. Depkes RI. (2012). Profil Kesehatan Indonesia Thun 2010. Jakarta : departemen Kesehatan RI Depkes R.I. (2007) “Peran Diit dalam Penanggulangan Diabetes” diasampaikan dalam seminar pekan Diabetes 25-27 Maret 2003 diakses pada 21 Februari 2013. http://www.depkes.go.id Echeverry, Diana, Petra Duran< Curley Bounds, Martin Lee, Mayer B. Davidson (2009). Effect Of Pharmacological Treatment Of Deppresion On AIC And Quality Of Life In Low-Income Hispanics And African Americans With Diabetes. Diabetes Care, Volume 32, Number 12, December 2009. Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Hidayat, A. Aziz Alimul. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia Konsep Proses dan Praktik Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Kurnia, Lesi et al. (2013). Gambaran Penggunaan Jenis Obat Antidiabetes dan Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe-2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Skripai. Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Pekanbaru Maisyarah (2013). Kecemasan Ditinjau Dari Kebutuhan Dasar Yang Belum Terpenuhi. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang Nabyl, R.A. (2012). Panduan Hidup Sehat Mencegah dan Mengobati Diabetes Melitus Edisi Revisi. Yogyakarta: Aulia Publishing
20
Novita, R., Sari. (2012). Diabetes Melitus Dilengkapi dengan Senam DM. Yogyakarta: Nuha Medika Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktek. Jakarta: EGC Subekti I (2005). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tarwoto & Wartonah (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi ketiga. Jakarta: Salemba Medika Tarwoto & Wartonah (2011). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi keempat. Jakarta: Salemba Medika