61
Jurnal Akuntansi & Ekonomika, Juni 2016, Vol.6, No.1
Jurnal Akuntansi & Ekonomika Juni 2016, Vol.6, No.1
PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN PROFESIONAL CARE SERTA DAMPAKNYA PADA KUALITAS AUDIT INSPEKTORAT DI PROVINSI RIAU Satria Tri Nanda, SE., M.Si Jurusan Akuntansi Universitas Lancang Kuning Abstract Beberapa tahun belakangan opini audit yang diberikan oleh Badan PemeriksaKeuangan (BPK) atas laporan keuangan pemerintah Provinsi Riau mengalami ketidak konsistenan. Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas audit yang dilakukan oleh Inspektorat selaku auditor internal pemerintahan belum optimal. Dalam IHSP BPK RI menyatakan Bahwa Kualitas audit internal dalam hal ini Inspektorat masih dinilai lemah. Berdasarkan fenomena yang terjadi penelitian ni bertujuan untuk meneliti pengaruh penggunaan teknologi informasi dan Professional Care terhadap kualitas audit.Populasi pada penelitian ini adalah auditor, pemeriksa, pembantu pemeriksa, dan P2UPD (Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah) yang bertugas di Inspektorat Provinsi Riau. Analisis regresi dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Statistical Product and Service Solution (SPSS) dengan pengujian asumsi klasik dan uji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel penggunaan teknologi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Sedangkan Professional Care berpengaruh terhadap kualitas audit Kata kunci : Penggunaan teknologi, Professional Care dankualitas audit.
Nanda, Penggunaan Teknologi Informasi dan Prof...
62
PENDAHULUAN Kualitas audit Inspektorat masih menjadi sorotan banyak pihak baik dari masyarakat, auditee, maupun BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) sebagai auditor eksternal pemerintahan. Dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I (IHPS) tahun 2011 yang disampaikan oleh BPK RI (2011) menyatakan bahwa kualitas audit internalmasihmenjadisorotanoleh BPK. Masih banyaknya opini TMP dan TW (15%) yang diberikan oleh BPK menunjukkan efektifitas Sistem Pengendalian Internal(SPI) pemerintah belum optimal. Kelemahan pengendalian pada pemerintah daerah sebagian besar karena belum memadainya unsure lingkungan pengendalian, penilaian resiko, dan kegiatan pengendalian. Laporan hasil pemeriksaan (LHP) BPK Semester II Tahun 2010 atas LKPD pemerintah daerah, melaporkan temuan pemeriksaan meliputi 6.355 kasus senilai Rp6,46 triliun dan USD156.43 juta dan adanya kerugian daerah sebanyak 1.197 kasus senilai Rp376,96 miliar. Selanjutnya temuan BPK Semester I tahun 2011 sebanyak 3.397 kasus kelemahan sistem pengendalian intern dan pelaporan serta menemukan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundangan – undangan sebanyak 4.551 kasus senilai Rp5,28 triliun. Adanya temuan audit yang terkait dengan ketidakpatuhan atas SAP dan perundang-undangan serta ketidakhematan, ketidakefisienan dan ketidakefektifan dalam pengelolaan keuangan daerah menunjukkan masih rendahnya kualitas laporan keuangan pemda (Hadi Purnomo, 2011). Dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I (IHPS) tahun 2014 yang disampaikan oleh BPK RI (2014) menyatakan bahwa kualitas audit internal masih menjadi sorotan oleh BPK. Dari hasil pemeriksaan atas 456 LKPD (Laporan Keuangan Pemerintah Daerah) tahun 2013 menunjukkan terdapat 5.103 kasus kelemahan SPI (BPK,2014). Belum optimalnya kinerja Inspektorat selaku audit internal berdampak pada opini yang diberikan oleh BPK. Hal ini terlihat dari turun naiknya opini yang didapatoleh pemerintah Provinsi Riau. Berdasarkan laporan IHSP dari tahunketahun, masih saja kualitas audit internal pemerintah daerah menjadi sorotan BPK. Karena hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan teknologi dan Profesional Care. Hal ini dikarenakan pada zaman sekarang kemajuan teknologi informasi berpengaruh terhadap perkembangan dunia akuntansi. Menurut Widjajanto (2001) dalam Sembiring(2013) secara umum manfaatyang ditawarkan oleh suatu teknologiinformasi antara lain kecepatanpemrosesan transaksi dan membantudalam penyiapan laporan. Selain itu dapatmenyimpan data dalam jumlah besar,meminimalisir terjadinya kesalahan, danbiaya pemrosesan yang lebih rendah. Bukan hanya saat penyajian laporan keuangan saja teknologi dapat membantu, akan tetapi pada saat melaksanakan pekerjaan pengauditan teknologi akan sangat membantu pekerjaan auditor. Pemanfaatan teknologi informasi yang baik,diharapkan dapat menghasilkan kualitas audit yang baik. Selain penggunaan teknologi yang tepat hendaknya auditor internal memiliki kewajiban untuk melaksanakan jasa professional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
63
Jurnal Akuntansi & Ekonomika, Juni 2016, Vol.6, No.1
kemampuannya. Kesalahan dapat dideteksi jika auditor memiliki keahlian dan kecermatan. Sehingga nantinya dengan adanya kecermatan, keahlian dan sikap hati-hati dalam melakukan audit, maka akan tercipta audit internal pemerintah yang berkualitas. Dari latar belakang diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah menganalisis pengaruh Penggunaan teknologi dan Profesional Care terhadap kualitas audit. Adapun target yang akan didapat adalah adanya perbaikan kualitas audit pada inspektorat Provinsi Riau dan mendorong agar opini audit yang diberikan terhadap laporan keuangan pemerintah daerah Provinsi Riau memperoleh opini audit WTP dan opini tersebut dapat dipertahankan. Sedangkan luaran yang diharapkan adalah sebagai bahan informasi bagi inspektorat Provinsi Riau khususnya yang berkaitan dengan kualitas audit dan penyayaan modul untuk perkuliahan akuntansi sektor publik METODE PENELITIAN Populasi, sampel, teknik pengambilan data, dan alat uji. Sampel penelitian terdiri atas auditor, pemeriksa, pembantu pemeriksa, dan P2UPD (Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah) InspektoratProvinsi Riau. Untuk memperkecil peluang terjadinya kesalahan generalisasi, maka penelitian ini dilakukan dengan metode sensus. Dalam metode sensus jumlah sampel penelitian sama dengan populasi. Data primer diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang tergabungdalamsebuahkuesioneryang telah terstruktur dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dariobjek penelitian. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner tersebut mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner (Ghazali, 2006).Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dinyatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2011).Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode one shot atau diukur sekali saja. Pengukuran yang dimaksud adalah pengukuran yang hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan hasil pertanyaan lain. Untuk pengukuran reliabilitas, SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach alpa (α) > 60% (Ghozali, 2006).Setelah dilakukan uji normalitas dan validitas maka dilakukan teknik analsis data. Teknik analisis data dilakukan dengan pengujian statistic deskriptif dan uji asumsi klasik. Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis regresi berganda. Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen dengan tujuan untuk mengestimasi dan atau memprediksi rata-rata populasi atau
64
Nanda, Penggunaan Teknologi Informasi dan Prof...
nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Ghozali, 2011). Aplikasi yang digunakan dalam pengolahan data adalah SPSS 17 dengan tingkat signifikansi 5 % (α = 0,05). Analisis terhadap hasil regresi dilakukan melalui uji t. Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2011). Uji t dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitas signifikansi t masing-masing variabel yang terdapat pada output hasil regresi. Jika nilai probabilitas signifikansi t lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa ada pengaruh yang kuat antara variabel independen dengan variabel dependen. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran mengenai variabel-variabel penelitian dapat dilihat pada tabel 5.3 sebagai berikut : Gambaran Umum Tanggapan Responden N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
X.1
34
18
30
25.06
2.795
X.2
34
6
20
15.18
2.518
Y
34
20
30
25.18
2.355
Valid N (listwise)
33
Sumber : Data Olahan 2015
Dari tabel perhitungan statistik diatas, dapat dilihat nilai mean untuk variabel kualitas auditadalah sebesar 25,18 dengan nilai standar deviasi sebesar 2,355, nilai makasimum sebesar 30, dan nilai minimum 20. Variabel profesional carememperoleh nilai mean sebesar 25.06 dengan standar deviasi sebesar 2,795, nilai maksimum sebesar 30 dan nilai minimumnya 18. Variabel penggunaan teknologi memperoleh nilai mean sebesar 15.18 dengan standar deviasi sebesar 2,518, nilai maksimum sebesar 20 dan nilai minimumnya 6. Hal ini mengindikasikan tanggapan auditor terhadap seluruh variabel dinilai bagus, karena nilai meanseluruh variabel mendekati nilai maksimum dan diatas nilai rata-rata teoritis. Uji normalitas data dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam penelitian ini pengujian normalitas menggunakan grafik histogram dan normal probility plot. Dari tampilan gambar grafiknormal probility plot dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola yang terdistribusi normal dan berbentuk simetris tidak melenceng kekanan maupun kekiri. Data terdapat disekitar garis lurus ( tidak terpencar jauh dari garis lurus). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persyaratan normalitas telah terpenuhi. Pada penelitian ini pengujian multikolinearitas menggunan perhitungan nilai Tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Dari hasil perhitungan nilai
65
Jurnal Akuntansi & Ekonomika, Juni 2016, Vol.6, No.1
tolerancetidak ada variabel yang nilai tolerancenya kurang dari 0,10, yang berarti bahwa tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Perhitungan nilai VIF juga menunjukkan tidak ada satupun variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Maka dapat disimpukan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antara variabel independen dalam model regresi. Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan grafik scatterplots. Dari hasil pengujian, grafik scatterplots menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak diatas dan dibawah titik 0 pada sumbu Y. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi. Dari pengujian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa uji koefisien regresi variabel profesional care berpengaruh signifikan dan positif terhadap kualitas audit. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji koefisien regresi profesional care sebesar 0.338 dengan signifikan 0.047 < 0,05, maka hipotesis ketiga (H1) diterima. Berdasarkan pengujian kedua yang telah dilakukan, telah didapatkan bahwa uji koefisien regresi penggunaan teknologi sebesar 0.035 dengan signifikan 0.774 > 0,05. Hal tersebut menggambarkan bahwa penggunaan teknologitidak berpengaruh terhadap kualitas audit, maka hipotesis keempat (H2) ditolak. Pengujian hipotesis pertama menyatakan variabel provesional care berpengaruh terhadap kualitas audit Inspektorat Provinsi Riau. Temuan pengujian ini mengindikasikan bahwa professional care aparat pemeriksa Inspektorat yang tinggi berpengaruh terhadap kualitas audit yang baik. Hasil dari pengujian ini mendukung hasil penelitian yang pernah dilakukan olehSamelsonet al., (2006) dan Sriwati, N.K. (2011).Pada penelitian yang dilakukan Samelsonet al., (2006) dan Sriwati, N.K. (2011) kualitas audit di lihat dari sudut pandang auditeeatau klien yang diaudit. Sedangkan dalam penelitian ini professional caredilihat dari sudut pandang auditor yang melakukan audit. Dapat disimpulkan baik dari sudut pandang auditor ataupun audtee, professional care berpengaruh terhadap kualitas audit. Pengujian hipotesis keemapat menyatakan variabel penggunaan teknologi informasi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit Inspektorat di Provinsi Riau. Hasil penelitian ini menolak penelitian yang dilakukan oleh Riespika (2012). Hasil penelitian Riespika (2012) mengungkapkan bahwa auditor yang banyak memahami jenis sistem informasi akan lebih cepat menyelesaikan kegiatan audit, terutama saat melakukan audit terhadap perusahaan yang memilki sistem informasi yang berbeda. Penelitian Riespika (2012) dilaksanakan dengan menggunakan sampel auditor yang bekerja dikantor akuntan publik di Jakarta Timur. Penelitan yang menggunakan variabel teknologi informasi untuk mengukur kualitas audit Inspektorat masih sangat jarang dilakukan. Beberapa penelitian lainnya mencoba menguji pengaruh teknologi informasi terhadap pelaporan keuangan Pemerintah Daerah. Dari hasil pengujian hipotesis penelitian ini dapat disimpulakan bahwa staf pemeriksa di Inspektorat Provinsi Riau menilai penggunaan teknologi informasi tidak mempengaruhi kualitas audit yang mereka hasilkan. Hal ini dipertegas dengan penjelasan aparat pemeriksa Inspektorat bahwasanya selama pemeriksa melakukan pemeriksaan atau pengauditan, mereka tidak memanfaatkan teknologi
Nanda, Penggunaan Teknologi Informasi dan Prof...
66
informasi. Proses pemeriksaan hanya dilakukan secara manual dengan melihat laporan keuangan, laporan kinerja dan realisasi anggaran. Penggunaan teknologi informasi hanya digunakan pada saat pembuatan laporan pemeriksaan, yaitu dengan menggunakan komputer atau laptop. KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel apa saja yang mempengaruhi kualitas audit Inspektorat di Provinsi Riau. Sesuai dengan hasil dan analisis yang dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan terdapat variabel yang secara parsial tidak berpengaruh terhadap kualitas audit yaitu Penggunaan teknologi,dan variabel profesional caresecara parsial berpengaruh terhadap kualitas audit. Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti dapat memberikan saran kepada aparat pemeriksa Inspektorat Provinsi Riau untuk mempertahankan dan meningkatkan kehati-hatian dalam proses pengauditan dan menggunakan sikap provesional dalam melakukan audit.Selanjutnya aparat pemeriksa juga harus memperhatikan penggunaan teknologi dalam proses pemeriksaan. Karena tidak menutup kemungkinan alasan BPK menilai Pengawas internal (dalam hal ini Inspektorat) belum bekerja secara maksimal dan cenderung lemah disebabkan aparat pemeriksa Inspektorat masih memiliki kendala dalam hal penggunaan teknologi. hal ini terkait dengan sistem keuangan pemerintah yang telah dilakukan dengan sistem elektronik, seperti SIAKD (Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah).Pemeriksa di Inspektorat Provinsi Riau juga harus memperhatikan hal lainnya yang dapat mempengaruhi kualitas audit, seperti lamanya waktu proses pengauditan, , budaya organisasi, tanggung jawab profesional, dan pemahaman auditor terhadap SIAKD (Sistem Informasi Akuntansi Keuanagan Daerah. DAFTAR PUSTAKA BPK RI. (2011). IkhtisarHasilPemeriksaan Semester Itahun2011.Jakarta. BPK RI. 2014. IkhtisarHasilPemeriksaan Semester Itahun2014.Jakarta Darwanis & Mahyani, D.D. 2009. Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Tehnologi Informasi Dan Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Keterandalan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah.Jurnal telaah & riset akuntansi. Vol. 2. No. 2 juli 2009 hal. 133-151. DeAngelo, L. (1981). “Auditor Size And Audit Quality”.Journal Of Accounting And Economics. Vol. 3 , 183-199. Deis,D.R, & Giroux, G.A.(1992). “Determinants Of Audit in The Public Sector”. The Accounting Review. Vol.67 No.3 462-479.
67
Jurnal Akuntansi & Ekonomika, Juni 2016, Vol.6, No.1
Ghozali, I. (2006). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. edisi 3. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Menggunakan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Harini, D. Wahyudin, A. &Anisykurlillah, I. (2010). “Analisis Penerimaan Auditor atas Dysfunctional Audit Behavior : Sebuah Pendekatan Karakteristik Personal Auditor”. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP). 2001. StandarProfesional Akuntan Publik. Salemba Empat. Jakarta. Meidawati,N. (2001). “MeningkatkanAkuntabilitas Auditor IndependenMelaluiStandarProfesional”.Media Akuntansi, Edisi 16-JanuariFebruari. Riespika, S, 2012. Pengaruh Penugasan Audit, Akuntabilitas, Dan Pemahaman Sistem Informasi Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Auditor Yang Bekerja Di Kantor Akuntan Publik Jakarta Timur). Universitas Gunadarma, ejournal.stienusa.ac.id/index.php/ekowir/article/view/34/34. Robbins, S. P. &Judge T. A.(2008). Perilaku Organisasi Edisi 12. Jakarta, Penerbit Salemba Empat. Samelson,D., LowenshonS., & Johnson,L. (2006). “The determinants of perceived audit quality and and auditee satisfaction in local government”. Journal of public budgrting, accounting & financial management, Vol. 18, No.2, pp 139-166. Sembiring, Febriady Leonard. 2013.Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi, dan Sistem Pengendalian Intern Terhadap Keandalan dan Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Pemerintah. Universitas Negeri Padang,Padang. Sriwati, N.K. (2011). “Faktor-faktor penentu kualitas audit dan kepuasan auditee persepsian di pemerintahan daerah (studi kasus pada pemerintah daerah istimewa Yogyakarta)”. Tesis, Universitas Gajah Mada.