PENGGUNAAN POT ORGANIK UNTUK PEMBIBITAN SEMAI MINDI (Melia azedarach L.) DI RUMAH KACA
BAETI ROHMAH
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penggunaan Pot Organik untuk Pembibitan Mindi (Melia azedarach L.) di Rumah Kaca adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2015 Baeti Rohmah NIM E44110034
ABSTRAK BAETI ROHMAH. Penggunaan Pot Organik untuk Pembibitan Mindi (Melia azedarach L.) di Rumah Kaca. Dibimbing oleh SRI WILARSO BUDI R. Kegiatan pembibitan tanaman kehutanan sampai saat ini masih menggunakan polybag, namun polybag masih memiliki beberapa kekurangan yaitu berbahan dasar plastik yang bersifat tidak mudah hancur atau terdegradasi. Solusi alternatifnya adalah polybag dapat diganti dengan penggunaan pot organik yang ramah lingkungan (pot organik). Pot organik memiliki beberapa keunggulan yaitu waktu untuk terdekomposisi lebih cepat dibandingkan dengan polybag. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perlakuan bahan baku pot organik terhadap pertumbuhan semai Mindi (M. azedarach L.). Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu faktor, yaitu komposisi bahan baku dalam pembuatan pot organik. Parameter yang diamati dalam penelitian ini yaitu tinggi, diameter dan biomassa. Pengamatan yang dilakukan selama 16 minggu menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan komposisi bahan baku berpengaruh nyata terhadap variabel tinggi dan diameter pada selang kepercayaan 95%. Perlakuan dengan komposisi bahan baku yang mengandung kompos yaitu P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat) menghasilkan pertumbuhan terbaik untuk semai mindi. Kata kunci: Kompos, Melia azedarach, polybag, pot organik ABSTRACT BAETI ROHMAH. The Use of Organic Container Seedling for Mindi (Melia azedarach Linn) Seedling Production in the Greenhouse. Guided by SRI WILARSO BUDI R. A forest trees seedling production nowadays had used a polybag, however its have some disadvantage due to its difficult to decompose. An alternative solution is a replaced polybag with a sustainable polybag made from organic matter called organic container seedling. Organic container seedling have an advantage namely its can decomposed rapidly and environmentally friendly than polybag. The objective of this study was to analysis the effect of raw material treatment of organic container seedling to the growth of Mindi (Melia azedarach L.). This study used completely Randomized Experimental design with one factor experiment, namely raw material composition in organic container seedling. The observed variables were height, diameter and biomass. Observation was conducted in 16 weeks, showed that raw material composition have an impact in height and diameter variable with sampling error 95%. Treatment using compost in P4 (pulp + compost fertilizer + cocopeat) resulted the best Mindi growth than others. Keywords : compost, Melia azedarach, organic pot, polybag
PENGGUNAAN POT ORGANIK UNTUK PEMBIBITAN SEMAI MINDI (Melia azedarach L.) DI RUMAH KACA
BAETI ROHMAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Judul Skripsi : Penggunaan Pot Organik untuk azedarach L.) di Rumah Kaca Nama : Baeti Rohmah NIM : E44110034
Pembibitan
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Sri Wilarso Budi R, MS Pembimbing
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
6 E 20 5
Mindi
(Melia
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2014 ini ialah pot organik, dengan judul Penggunaan Pot Organik untuk Pembibitan Mindi (Melia azedarach L.) di Rumah Kaca Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Sri Wilarso Budi R, MS selaku pembimbing. Penulis juga ucapkan terima kasih kepada ayah, ibu, adik serta kakak atas kasih sayang, dukungan dan doa selama ini. Ungkapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberikan bantuan biaya pendidikan Beasiswa Bidikmisi kepada penulis, rekan peneliti di Laboratorium Silvikultur (Siti Sadida Hafsyah, Yhan Prasetia Harfati dan Fatimah Nur Istiqomah) serta rekan-rekan Silvikultur 48 yang telah membantu dan memberikan semangat. Penulis menyadari bahwa terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat yang baik bagi seluruh pihak.
Bogor, September 2015 Baeti Rohmah
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Waktu dan Lokasi Penelitian
2
Alat dan Bahan
2
Prosedur Penelitian
2
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Analisis Kimia Pot Organik
6
Pengaruh Komposisi Bahan Baku Pot Organik terhadap Tinggi dan Diameter Semai Mindi 7 Pengaruh Komposisi Bahan Baku Pot Organik terhadap Berat Kering Total Semai Mindi 11 Pengaruh Komposisi Bahan Baku Pot Organik terhadap Nisbah Pucuk Akar Semai Mindi 12 SIMPULAN DAN SARAN
13
Simpulan
13
Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
13
LAMPIRAN
15
RIWAYAT HIDUP
16
DAFTAR TABEL 1 Komposisi perlakuan 2 Hasil analisis kimia pada pot organik 3 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh komposisi bahan baku pot organik terhadap pertumbuhan semai mindi 4 Hasil uji Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik terhadap pertumbuhan tinggi mindi 5 Hasil uji Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik terhadap pertumbuhan diameter mindi
5 6 7 8 9
DAFTAR GAMBAR 1 Alat Pencetak pot organik (a) dan Pot organik (b) 2 Berat kering total (BKT) semai mindi pada seluruh perlakuan komposisi bahan baku pot organik 3 Nisbah pucuk akar (NPA) semai mindi pada seluruh perlakuan komposisi bahan baku pot organik
3 11 12
DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil sidik ragam parameter pertumbuhan tinggi semai mindi 2 Hasil sidik ragam parameter pertumbuhan diameter semai mindi
15 15
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah negara dengan hutan tropis terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Zaire (Jatna 2008). Luas kawasan hutan Indonesia tahun 2012 mencapai 130.61 juta ha. Kawasan tersebut diklasifikasi sesuai dengan fungsinya menjadi kawasan konservasi (21.17 juta ha), kawasan lindung (32.06 juta ha), kawasan produksi terbatas (22.82 juta ha), kawasan produksi (33.68 juta ha) dan kawasan produksi yang dapat dikonversi (20.88 juta ha). Namun, kondisi hutan alam tropis Indonesia sangat mengkhawatirkan yang disebabkan oleh adanya laju kerusakan yang tinggi. Berdasarkan data Kementerian Kehutanan, laju deforestasi dan degradasi hutan pada kurun waktu 1998-2002 mencapai 3.5 juta hektar per tahun. Tahun 2003-2006 mengalami penurunan menjadi 1.125 juta hektar per tahun. Periode selanjutnya 2009-2011 laju deforestasi dan degradasi menurun hingga 450 ribu hektar per tahun, maka rata-rata penurunan deforestasi pada tahun 2003-2006 ke tahun 2009-2011 seluas 0.675 juta hektar per tahun (Kemenhut 2014). Hal ini mendukung perlunya upaya rehabilitasi hutan. Luas lahan yang harus direhabilitasi dari tahun ke tahun semakin meningkat sehingga membutuhkan bibit yang semakin banyak. Tahun 2014 pemerintah mencanangkan kembali program penanaman 1 miliar pohon dengan motto “Satu Miliar Pohon Indonesia untuk Dunia”. Kegiatan penanaman setiap tahun selalu mengalami peningkatan selama 4 tahun terakhir sejak 2010 yaitu sebanyak 1.3 milyar pohon tahun 2010, 1.5 milyar pohon tahun 2011, 1.6 pada tahun 2012 dan yang terakhir pada tahun 2013 telah mencapai 1.8 milyar (Kementrian Kehutanan 2014). Untuk memproduksi bibit sebanyak itu diperlukan polybag sekitar 2 juta kilogram atau 2000 ton. Kegiatan pembibitan tanaman kehutanan sampai saat ini masih menggunakan polybag karena memiliki beberapa keunggulan diantaranya yaitu harga yang relatif murah, mudah dalam perawatan, dan pemeliharaan tanaman lebih terkontrol (Budi et al. 2012). Polybag memiliki beberapa kekurangan yaitu berbahan dasar plastik yang bersifat tidak mudah hancur atau terdegradasi sehingga dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan. Sebagai alternatif dalam mengatasi masalah tersebut, polybag dapat diganti dengan penggunaan pot organik berbahan dasar organik yang ramah lingkungan (pot organik). Pot organik terbuat dari kertas koran bekas yang dicampur dengan kompos atau campuran lainnya. Pot organik memiliki beberapa keunggulan yaitu waktu untuk terdekomposisi dengan alam lebih cepat dibandingkan dengan polybag. Pot organik juga dapat langsung ditanam ke dalam tanah tanpa harus membuka wadahnya sehingga tidak menyebabkan kerusakan perakaran saat bibit dipindahkan ke lapangan. Penelitian mengenai pot organik berbahan dasar organik telah dilakukan oleh Budi et al. (2012) yang dinamakan pot pupuk praktis. Hasil penelitian menyatakan bahwa pot pupuk praktis dengan bahan baku kombinasi antara kertas koran dan kompos (50:50 v/v) serta perekat tanin merupakan komposisi bahan baku pot yang terbaik untuk pertumbuhan Gmelina arborea. Penelitian sebelumnya menjadi bahan pertimbangan untuk dilakukan penelitian kembali
2 mengenai pot organik dengan menggunakan bibit tanaman kehutanan lainnya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pot organik dalam pembibitan mindi (Melia azedarach L.) di rumah kaca.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perlakuan bahan baku pot organik terhadap pertumbuhan semai Mindi (M. azedarach L.). Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi alternatif untuk menggantikan kegunaan polybag dengan pot organik ramah lingkungan sebagai media tumbuh semai sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan.
METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Bagian Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB Darmaga selama tujuh bulan dari bulan November 2014 sampai dengan Mei 2015. Analisis kandungan unsur hara pada pot organik dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pencetak kontainer, saringan (ayakan) pasir dan tanah, penggaris, cangkul, kompor, ember, drum berukuran besar, alat penyiram, straples, gunting, caliper, alat tulis, kalkulator, kamera digital, label, rak policup, oven, neraca Ohauss, software Ms. Word, Ms. Excel, tallysheet, dan seperangkat komputer. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semai Mindi (M. azedarach L.) berumur ± 5 minggu, koran bekas, kompos, tanah topsoil, cocopeat, dan arang sekam. Prosedur Penelitian Pelaksanan penelitian ini terdapat beberapa tahap, yaitu tahap pembuatan wadah semai berbahan dasar organik (pot organik), persiapan media sapih, penyapihan semai, pemeliharaan, pemanenan bibit, pengamatan pertumbuhan, rancangan percobaan dan analisis data (Farhan 2011).
3 Persiapan pot organik Penyiapan bubur kertas dan bahan baku pencampur Kertas koran dipotong berukuran kecil kemudian direndam dalam drum besar berisi air selama 5-6 hari dan dilakukan pengadukan serta pergantian air. Setelah kertas koran menjadi bubur kemudian diambil untuk dilakukan penyaringan yang berguna untuk mengurangi kadar air. Pengurangan kadar air bisa juga dilakukan dengan melakukan peremasan pada bubur kertas koran. Bahan baku pencampur bubur kertas yang digunakan adalah kompos dan sabut kelapa (cocopeat) yang dijual di pasaran. Pencampuran bahan baku Pencampuran antara bubur kertas dengan bahan pencampur lain dengan perbandingan sebagai berikut : 1. Bubur Kertas Koran 100% (kontrol) 2. Bubur Kertas Koran + Pupuk Kompos (50:50) 3. Bubur Kertas Koran + Cocopeat (70:30) 4. Bubur Kertas Koran + Pupuk Kompos + Cocopeat (60:20:20) Pencetakan Pencetakan dilakukan secara manual dengan alat pencetak pot organik. Alat pencetak terdiri dari 6 lubang cetakan berbentuk kerucut dan terdapat penumbuk untuk membentuk wadahnya. Setelah selesai pencetakan, pot dapat dikeringkan dibawah sinar matahari selama 4 hari dan dilakukan perapihan pada bagian bawah pot. Pot organik berbentuk kerucut dengan diameter bagian atas 4.5 cm meruncing ke bawah dengan panjang 15 cm. Alat pencetak pot organik dan pot organik disajikan pada Gambar 1.
a
b
Gambar 1 Alat Pencetak pot organik (a) dan Pot organik (b) Persiapan media sapih Media sapih yang digunakan dalam penelitian ini adalah komposisi antara tanah topsoil yang berasal dari tegakan karet Cikabayan dan arang sekam dengan perbandingan 1:1.
4 Penyapihan semai Penyapihan adalah proses pemindahan semai mindi (M. azedarach) ke dalam pot organik. Penyapihan dilakukan pada waktu sore hari untuk mengurangi terjadinya penguapan pada semai. Penyapihan ke dalam pot organik dilakukan dengan melubangi media sapih kemudian semai ditanam dalam lubang tersebut hingga bagian akar terbenam dan dilakukan penyiraman secara hati-hati agar semai tidak roboh. Pemeliharaan Pemeliharaan terhadap semai mindi (M. azedarach) yang telah disapih dilakukan dengan penyiraman 2 kali sehari yaitu setiap pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi media tanam yang ada di dalam pot organik. Jika media masih basah maka banyaknya air yang disiramkan ke dalam pot disesuaikan dengan kebutuhan. Pembersihan gulma yang tumbuh pada media tanam juga perlu dilakukan agar tidak mengganggu pertumbuhan semai mindi (M. azedarach). Pemupukan dilakukan setiap 1 minggu sekali dimulai ketika semai berumur 3 BSP (bulan setelah penyapihan). Pupuk yang digunakan berupa pupuk NPK mutiara 16-16-16 dan pupuk daun (gandasil-D). Pemanenan semai Mindi (M. azedarach L.) Pemanenan dilakukan dengan menghancurkan pot organik kemudian memisahkan tanaman dengan tanah. Hal ini dilakukan dengan hati-hati agar akar tanaman tidak ikut tercabut ketika dipisahkan dari tanah. Setelah itu bagian pucuk dan akar tanaman dipisahkan menggunakan pisau cutter kemudian masing-masing pucuk dan akar ditimbang. Pengamatan dan pengambilan data Variabel yang diamati dalam pengukuran semai sebagai berikut: Tinggi Semai. Pengukuran tinggi dilakukan setiap 1 minggu sekali selama 4 bulan penelitian. Pengukuran dilakukan dimulai dari pangkal batang hingga titik tumbuh pucuk semai dengan menggunakan penggaris. Diameter Semai. Pengukuran dilakukan setiap 2 minggu sekali selama 4 bulan penelitian, pengukuran dilakukan menggunakan caliper pada bagian batang yang telah ditandai (±2 cm di atas permukaan media). Berat Kering Total. Berat kering total diukur setelah bagian tanaman yang terdiri dari bagian akar dan pucuk dioven pada suhu 80⁰C selama 24 jam, kemudian hasil dari pengovenan tersebut ditimbang menggunakan timbangan digital. Berat kering total diperoleh dari penjumlahan berat kering akar dengan berat kering pucuk. Nisbah Pucuk Akar (NPA). NPA dihitung berdasarkan perbandingan nilai berat kering total pucuk dengan nilai berat kering total akar. Analisis Unsur Hara. Analisis unsur hara yang terkandung pada pot organik dilakukan pada akhir pengamatan dengan empat sampel. Analisis unsur hara
5 dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB. Rancangan percobaan Data yang diperoleh disusun dan diolah dalam bentuk tabulasi dan gambaran yang diinginkan. Analisa data yang dilakukan secara deskriptif berdasarkan tabulasi dan gambar serta pengujian dengan rancangan percobaan. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yang terdiri atas 4 perlakuan. Setiap perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 10 kali dan setiap ulangan terdiri atas 2 unit sehingga dalam percobaan dibutuhkan 80 pot organik dan semai mindi (M. azedarach L.). Perlakuan terdiri atas perbedaan bahan baku, yaitu sebagai berikut: P1 : Bubur kertas koran 100 % (kontrol) P2 : Bubur kertas koran + pupuk kompos (50:50) P3 : Bubur kertas koran + cocopeat (70:30) P4 : Bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat (60:20:20) Adapun komposisi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Komposisi Perlakuan Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Perlakuan P1 P1U1 P1U2 P1U3 P1U4 P1U5 P1U6 P1U7 P1U8 P1U9 P1U10
P2 P2U1 P2U2 P2U3 P2U4 P2U5 P2U6 P2U7 P2U8 P2U9 P2U10
P3 P3U1 P3U2 P3U3 P3U4 P3U5 P3U6 P3U7 P3U8 P3U9 P3U10
P4 P4U1 P4U2 P4U3 P4U4 P4U5 P4U6 P4U7 P4U8 P4U9 P4U10
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan dianalisis dengan menggunakan rancangan percobaan, dimana dapat digambarkan dalam model linear (Mattjik dan Sumertajaya 2006) sebagai berikut: Yij = μ + Ʈi + εij Keterangan: Yij : Pengamatan komposisi bahan baku ke-i dan ulangan ke-j μ : Rataan umum Ʈi : Pengaruh perlakuan komposisi bahan baku ke-i εij : Pengaruh acak komposisi bahan baku ke-i dan ulangan ke-j
6 Analisis Data Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dalam penelitian ini, dilakukan analisis sidik ragam dengan uji F. Data diolah menggunakan software SAS 9.00, jika: a. Nilai P-value > α (0.05), maka perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi dan diameter. b. Nilai P-value < α (0.05), maka perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi dan diameter, lalu dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kimia Pot Organik Analisis kimia pot organik dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil analisis kimia pada pot organik Jenis Perlakuan P1 P2 P3 P4
N 0.21 1.31 0.30 0.94
P (%) 0.02 0.37 0.21 1.13
K 0.08 1.93 0.99 1.52
Berdasarkan hasil analisis (Tabel 2) dapat diketahui bahwa kandungan unsur hara makro N tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (bubur kertas koran + pupuk kompos) sebesar 1.31%, unsur hara makro P tertinggi terdapat pada perlakuan P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat) sebesar 1.13%, dan unsur hara makro K tertinggi yaitu pada perlakuan P2 (bubur kertas koran + pupuk kompos) sebesar 1.93%. Perlakuan yang memiliki kandungan unsur hara N, P, dan K terendah terdapat pada perlakuan P1 (bubur kertas koran) atau kontrol. P1 memiliki kandungan hara terendah karena komposisi bahan baku pada P1 hanya terdiri dari bubur kertas koran saja tanpa adanya penambahan bahan baku seperti kompos, sehingga unsur hara makro dalam pot organik masih belum mencukupi. Hasil analisis unsur hara makro N, P, dan K tertinggi dari keseluruhan perlakuan terdapat pada perlakuan yang mengandung bahan baku kompos. Hal ini karena bahan baku kompos memiliki unsur hara makro NPK lebih banyak dibandingkan perlakuan dengan komposisi lain. Berdasarkan SNI: 19-7030-2004 tentang spesikasi kompos dari sampah organik, standar kualitas kompos untuk jumlah minimal kandungan unsur hara N, P, K yaitu N 0.40%, P 0.10%, dan K 0.20%. Perlakuan P2 (bubur kertas koran + pupuk kompos) dan P4 (bubur kertas
7 koran + pupuk kompos + cocopeat) yang mengadung bahan baku kompos memiliki nilai di atas jumlah minimal yang sudah distandarisasikan. Peranan kompos dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah karena kandungan kompos didominasi oleh bahan organik, walaupun kandungannya relatif sedikit namun kompos memiliki jumlah unsur hara yang paling lengkap (Novizan 2002). Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman sehingga tanaman yang dipupuk dengan kompos cenderung lebih baik kualitasnya. Pengaruh Komposisi Bahan Baku Pot Organik terhadap Tinggi dan Diameter Semai Mindi Pertumbuhan merupakan pertambahan volume atau massa tanaman. Pertambahan volume (ukuran) sering ditentukan dengan mengukur perbesaran ke satu atau dua arah, seperti panjang (tinggi batang) dan diameter (diameter batang). Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman atau bagian yang diinginkan, dan menimbangnya (Salisbury dan Ross 1995b). Indikator pertambahan massa dalam pertumbuhan tanaman adalah berat basah total dan berat kering total. Nisbah pucuk akar merupakan indikator dalam pertumbuhan tanaman yang menggambarkan perbandingan antara kemampuan penyerapan air dan mineral terhadap proses fotosintesis dari tanaman. Hasil sidik ragam pengaruh komposisi bahan baku pot organik terhadap pertumbuhan semai mindi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh komposisi bahan baku pot organik terhadap pertumbuhan semai mindi Parameter Tinggi Diameter
Perlakuan Komposisi bahan baku * *
* = perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (P-value) < 0.05 (α)
Hasil sidik ragam diketahui bahwa pengaruh komposisi bahan baku pot organik memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi dan diameter pada selang kepercayaan 95%. Hasil analisis sidik ragam (Tabel 3) menunjukkan bahwa pengaruh komposisi bahan baku pot organik memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi. Oleh karena itu dilakukan uji Duncan untuk mengetahui perlakuan mana yang memberikan pengaruh terbaik. Hasil uji Duncan pertumbuhan tinggi dapat dilihat pada Tabel 4.
8 Tabel 4 Hasil uji Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik terhadap pertumbuhan tinggi mindi Perlakuan P4 P2 P3 P1
Rata-rata pertumbuhan tinggi (cm) 5.44a 5.08a 3.37b 2.75c
% Peningkatan terhadap kontrol 97.82 84.73 22.55 0.00
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%
Uji Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik terhadap tinggi semai mindi pada Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat) menghasilkan respon pertumbuhan tinggi terbaik yaitu dengan rata-rata tinggi 5.44 cm atau persentase peningkatan terhadap kontrol sebesar 97.82%. Hal ini didukung oleh hasil analisis kimia pada pot organik (Tabel 2) yang menunjukkan bahwa perlakuan P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat) memiliki kandungan unsur hara N 0.94%, P 1.13%, dan K 1.52%. Perlakuan P2 (bubur kertas koran + pupuk kompos) menghasilkan nilai rata-rata pertumbuhan tinggi sebesar 5.08 cm atau persentase peningkatan terhadap kontrol sebesar 84.73%. Perlakuan P3 (bubur kertas koran + cocopeat) menghasilkan respon pertumbuhan tinggi dengan rata-rata tinggi sebesar 3.37 cm atau persentase peningkatan sebesar 22.55%. Perlakuan P1 (bubur kertas koran) atau kontrol menghasilkan respon pertumbuhan tinggi terendah dibandingkan dengan perlakuan yang lain yaitu sebesar 2.75 cm. Berdasarkan hasil analisis kimia pot organik pada Tabel 2 menunjukkan bahwa kandungan unsur hara N, P, dan K pada perlakuan P1 (bubur kertas koran) menunjukkan nilai yang rendah yaitu N 0.21%, P 0.02%, dan K 0.08%. Kebutuhan hara pada perlakuan P1 (bubur kertas koran) menjadi tidak tercukupi, sehingga pertumbuhannya menjadi kurang baik. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah diamati (Sitompul dan Guritno 1995). Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh komposisi pot organik memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi dan diameter, namun dalam segi peningkatan tinggi selama 4 bulan penelitian semai mindi menunjukkan pertumbuhan yang lambat. Mindi termasuk jenis pohon yang cepat tumbuh dan memiliki adaptasi yang tinggi. Pertumbuhan mindi yang tidak sempurna kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal yaitu volume pot organik yang terlalu kecil sehingga media yang masuk terlalu sedikit dan pot organik terlalu porous sehingga tidak dapat menahan air. Pot organik yang terlalu porous menyebabkan air cepat hilang dari media sehingga frekuensi penyiraman harus diperbanyak, namun kondisi penyiraman yang terlalu sering juga akan menyebabkan pot organik menjadi lembab sehingga menimbulkan tumbuhnya jamur maupun lumut yang kemungkinan dapat berkembangnya penyakit (Budi et al. 2004).
9 Hasil analisis sidik ragam (Tabel 3) menunjukkan bahwa pengaruh komposisi bahan baku pot organik memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter. Oleh karena itu dilakukan uji Duncan untuk mengetahui perlakuan mana yang memberikan pengaruh terbaik. Hasil uji Duncan pertumbuhan diameter dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Hasil uji Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik terhadap pertumbuhan diameter mindi Perlakuan P2 P4 P3 P1
Rata-rata pertumbuhan diameter (mm) 1.00a 0.95a 0.66b 0.65b
% Peningkatan terhadap kontrol 53.85 46.15 1.54 0.00
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%
Uji Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik terhadap diameter semai mindi pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan P2 (bubur kertas koran + pupuk kompos) menghasilkan respon pertumbuhan diameter terbaik yaitu dengan rata-rata diameter 1.00 mm atau persentase peningkatan terhadap kontrol sebesar 53.85%. Perlakuan P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat) menghasilkan nilai rata-rata pertumbuhan diameter sebesar 0.95 mm atau persentase peningkatan terhadap kontrol sebesar 46.15%. Perlakuan P3 (bubur kertas koran + cocopeat) menghasilkan respon pertumbuhan rata-rata diameter sebesar 0.66 mm atau persentase peningkatan sebesar 1.54%. Pada perlakuan P1 (bubur kertas koran) menghasilkan respon pertumbuhan rata-rata diameter terendah yaitu sebesar 0.65 mm, namun respon pertumbuhan diameter pada perlakuan P1 dan P3 memiliki rata-rata diameter yang nilainya tidak jauh berbeda. Pertumbuhan diameter semai merupakan pertumbuhan sekunder yang pertumbuhannya jauh lebih lambat dibandingkan pertumbuhan tinggi semai. Pertumbuhan sekunder dipengaruhi oleh aktifitas kambium yang salah satunya dipengaruhi oleh adanya zat auksin dimana konsentrasi terbanyak pada bagian tumbuhan yang sedang aktif tumbuh dan berkembang (Pandit dan Ramdan 2002). Pertumbuhan dinding primer sel muda di dalam tanaman mengikuti arah satu porosnya. Pertumbuhan menjadi lebih mudah terjadi ke arah yang tegak lurus terhadap poros tersebut seperti pada akar, batang, dan tangkai daun yang sedang memanjang (Salisbury dan Ross 1995b). Penggunaan cocopeat sebagai bahan baku dari pot organik menunjukkan pertumbuhan tinggi dan diameter yang kurang baik. Hal ini dapat didukung berdasarkan karakteristik cocopeat sebagai media sapih adalah mampu mengikat dan menyimpan air dengan kuat. Menurut Hasriani (2013), media sapih cocopeat memiliki kadar air dan daya simpan air masing-masing sebesar 119% dan 695.4%. Media sapih cocopeat memiliki pori mikro yang mampu menghambat gerakan air lebih besar sehingga menyebabkan ketersediaan air lebih tinggi (Istomo dan Valentino 2012). Pada saat tertentu, kondisi pada media ini menyebabkan pertukaran gas pada media mengalami hambatan karena media mulai jenuh oleh
10 air karena ruang pori makro yang seharusnya terisi oleh udara ikut terisi oleh air sehingga akar mengalami hambatan dalam pernapasan. Air ditahan dalam poripori media sapih dengan daya ikat yang berbeda-beda tergantung dari jumlah air yang ada dalam pori-pori tersebut. Pori-pori dalam media sapih terdiri atas pori makro dan pori mikro. Pori makro akan diisi oleh udara, sedangkan pori mikro akan diisi oleh air. Namun apabila keadaan air terlalu berlimpah maka pori-pori makro akan diisi oleh air. Oleh karena itu, udara dalam media sapih akan semakin berkurang dan pertumbuhan tanaman menjadi kurang baik karena respirasi akan menjadi terhambat (Soepardi 1983). Salah satu kekurangan media sapih cocopeat adalah banyak mengandung zat tanin. Zat tanin merupakan zat yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Cara menghilangkan zat tanin yang berlebihan dapat dilakukan dengan merendam cocopeat di dalam air bersih. Proses perendaman yang kurang sempurna dapat menyebabkan zat tanin belum hilang seluruhnya, sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan semai mindi (Zaki 2013). Berdasarkan hasil uji Duncan pada keempat perlakuan komposisi bahan baku pot organik terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter, perlakuan yang memiliki komposisi bahan baku pupuk kompos yaitu P2 (bubur kertas koran + pupuk kompos) dan P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat) menghasilkan nilai rata-rata tinggi dan diameter tertinggi selama 16 minggu pengamatan. Pada kompos terdapat unsur hara yang diperlukan tanaman untuk tumbuh. Suatu tanaman akan tumbuh subur apabila segala unsur yang dibutuhkan tersedia dan terdapat dalam bentuk yang sesuai untuk diserap tanam (Farhan 2011). Menurut Budi et al. (2012), bibit Gmelina arborea yang ditanam pada pot organik berbahan dasar kertas koran dan kompos memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan pot organik dengan kombinasi lain. Di dalam pot organik berbahan dasar kertas koran dan kompos sudah tersedia unsur hara yang siap diserap oleh akar tanaman dibandingkan dengan bahan dasar lainnya. Kompos juga dapat digunakan sebagai bahan dasar campuran pot organik yang akan berkontribusi terhadap penambahan hara dan pertumbuhan tanaman (Budi et al. 2012). Nitrogen (N) yang ada di dalam tanaman mempunyai fungsi sebagai komponen utama protein, hormon, vitamin, klorofil, dan enzim-enzim esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman (Munawar 2011). Gejala kekurangan N pada umumnya dapat dilihat dari daun yang kuning dan gugur serta pertumbuhan tanaman kerdil dan pertumbuhan akar terbatas. Kelebihan N pada tanaman dapat menyebabkan batang lemah dan mudah roboh serta kematangan tanaman berjalan lambat (Hardjowigeno 2007). Menurut Salisbury dan Ross (1995a), pada banyak spesies terdapat hubungan yang erat antara fosfor dan nitrogen dalam proses pematangan. Kelebihan nitrogen dapat menunda, sedangkan terlalu banyak fosfor mempercepat pematangan. Jika unsur P diberikan berlebih, pertumbuhan akar sering melebihi pertumbuhan tajuk. Sebaliknya, apabila tanaman kekurangan unsur P akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan daun berubah warna menjadi ungu atau coklat. Gejala ini akan terlihat jelas pada tanaman yang masih muda (Hardjowigeno 2003).
11 Kalium (K) merupakan pengaktif dari sejumlah besar enzim yang penting untuk fotosintesis dan respirasi. Kalium mengaktifkan pula enzim yang diperlukan untuk membentuk pati dan protein. Unsur ini berlimpah jumlahnya sehingga menjadi penentu utama potensial osmotik sel dan penentu tekanan turgornya (Salisbury dan Ross 1995a). Unsur K digunakan dalam fotosintesis karena terlibat didalam sintesis ATP, produksi aktivitas enzim-enzim fotosintesis, dan penyerapan CO2 melalui mulut daun (Munawar 2011). Pengaruh Komposisi Bahan Baku Pot Organik terhadap Berat Kering Total Semai Mindi Berat kering total merupakan variabel yang paling baik digunakan sebagai indikator pertumbuhan tanaman. Bahan kering tanaman dipandang sebagai manifestasi dari semua proses dan peristiwa yang terjadi dalam pertumbuhan tanaman (Sitompul dan Guritno 1995). Berat kering total mencerminkan akumulasi organik dari hasil sintesis senyawa organik, terutama air dan karbondioksida (CO2) (Lakitan 1995). Berat kering total didapatkan dari penjumlahan berat kering pucuk dan berat kering akar setelah dioven (Gambar 1).
BKT (gram)
0.500
0.424
0.400
0.337
0.300 0.200
0.157
0.121
0.100 0.000 P1
Gambar 2
P2 P3 P4 Jenis Perlakuan Berat kering total (BKT) semai mindi pada seluruh perlakuan komposisi bahan baku pot organik P1 (bubur kertas koran), P2 (bubur kertas koran + pupuk kompos), P2 (bubur kertas koran + pupuk kompos), P3 (bubur kertas koran + cocopeat), dan P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat)
Gambar 2 menunjukkan bahwa Berat Kering Total (BKT) rata-rata yang dihasilkan oleh perlakuan P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat) cenderung memiliki nilai tertinggi yaitu 0.424 gram, P2 (bubur kertas koran + pupuk kompos) dan P1 (bubur kertas koran) masing-masing memiliki rata-rata berat kering total sebesar 0.337 gram dan 0.157 gram. Berat kering total terendah terdapat pada perlakuan P3 sebesar 0.121 gram. Perlakuan P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat) cenderung memiliki nilai rata-rata berat kering total tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya dapat diduga karena kandungan unsur hara di dalam P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat) dapat mencukupi kebutuhan hara untuk tanaman, sesuai dengan hasil analisis kimia pot organik pada Tabel 2. Unsur hara yang telah diserap tanaman oleh akar akan memberikan kontribusi terhadap pertambahan berat kering tanaman (Salisbury
12 dan Ross 1995b). Berat kering total menunjukkan kemampuan semai untuk menyerap unsur hara yang tersedia di dalam media tersebut, bila semai tumbuh baik maka akan diperoleh berat kering total yang besar. Semakin besarnya berat kering total tanaman maka kualitas semai akan semakin baik karena hal itu mencerminkan kemampuan semai tersebut dalam menyerap hara mineral dari media yang akan diubah menjadi organ tanaman yang baru (Indriani 2002). Hasil berat kering yang didapatkan menggambarkan keseimbangan antara fotosintesis dan respirasi. Peningkatan berat kering tanaman disebabkan oleh peningkatan pengambilan CO2 untuk melakukan fotosintesis (Gardner et al. 1991). Pengaruh Komposisi Bahan Baku Pot Organik terhadap Nisbah Pucuk Akar Semai Mindi Nisbah pucuk akar (NPA) merupakan perbandingan antara berat kering pucuk dengan berat kering akar. Nilai NPA menunjukkan kemampuan akar menyerap air dan hara dari tanah untuk mendukung laju fotosintesis dan transpirasi pada bagian pucuk tanaman (Wulandari dan Susanti 2012). Nilai NPA juga dapat melihat kemampuan toleransi tanaman terhadap kekeringan. Nisbah pucuk akar dikendalikan secara genetik, tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan yang kuat. Hasil pengukuran nisbah pucuk akar (NPA) semai mindi dapat dilihat pada Gambar 3. 2.000
NPA
1.500
1.743 1.344
1.295 1.030
1.000 0.500 0.000 P1
Gambar 3
P2 P3 Jenis Perlakuan
P4
Nisbah pucuk akar (NPA) semai mindi pada seluruh perlakuan komposisi bahan baku pot organik P1 (bubur kertas koran), P2 (bubur kertas koran + pupuk kompos), P2 (bubur kertas koran + pupuk kompos), P3 (bubur kertas koran + cocopeat), dan P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat)
Gambar 3 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan komposisi bahan baku pot organik menghasilkan nilai nisbah pucuk akar (NPA) rata-rata > 1. Nilai NPA tertinggi terdapat pada perlakuan P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos +cocopeat) sebesar 1.743. Nilai nisbah pucuk akar yang baik berkisar antara 1-3 (Duryea dan Brown 1984). Besarnya nilai NPA pada P4 karena nilai berat kering pucuk jauh lebih besar dibanding berat kering akar. Hal ini menunjukkan bahwa nilai NPA yang besar bukan berarti tanaman tidak tumbuh seimbang melainkan
13 karena unsur hara yang terkandung sudah mencukupi sehingga perkembangan akar tidak terlalu banyak, namun akar mampu menyerap unsur hara yang diperlukan tanaman untuk proses fotosintesis. Berdasarkan hasil analisis kimia pot organik (Tabel 2), perlakuan P4 memiliki kandungan unsur hara N, P, K terbanyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Nilai NPA tersebut dapat menggambarkan kondisi hara dan air dalam media yang mempengaruhi kemampuan akar menyerap air dan hara. NPA yang besar menunjukkan ketersediaan air dan hara bagi tanaman relatif optimal, akibatnya pertumbuhan bagian pucuk akan lebih dominan. Sedangkan, NPA yang kecil menunjukkan air dan unsur hara yang tersedia relatif lebih rendah, akibatnya perkembangan akar akan menjadi lebih dominan untuk meningkatkan serapan air dan hara oleh tanaman (Winata 2014).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Perlakuan dengan komposisi bahan baku yang mengandung kompos yaitu P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat) menghasilkan perlakuan terbaik untuk pertumbuhan semai mindi. Penggunaan pot organik berpengaruh terhadap pertumbuhan semai mindi (Melia azedarach L.) selama 16 minggu pengamatan pada semua variabel yang diamati dan dapat digunakan sebagai pot organik di rumah kaca. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan wadah komposisi bahan baku yang berbeda dari penelitian ini dan dilakukan pengujian pot organik di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA Budi S, Sukendro A, Karlinasari L. 2004. Produksi media tumbuh dan container tanaman kehutanan berwawasan lingkungan. [Laporan Akhir]. Bogor (ID): IPB Budi S, Sukendro A, Karlinasari L. 2012. Penggunaan pot berbahan dasar organik untuk pembibitan Gmelina arborea roxb. di Persemaian. J Agron. Indonesia. 40(3):239-245. Duryea ML, Brown GN. 1984. Seedling physiology and reforestation success. Proceeding of the Physiology Working Technical Session. Boston (US): Dr. W Junk Publisher. Farhan FH. 2011. Pembuatan dan pengujian container semai berbahan organik pada tanaman sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) di rumah kaca [skripsi]. Bogor (ID): IPB.
14 Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo H, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Physiology of Crop Plants. Hardjowigeno. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta (ID): Akademika Pressindo. Hardjowigeno. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo. Hasriani. 2013. Kajian serbuk sabut kelapa (cocopeat) sebagai media tanam [skripsi]. Bogor (ID): IPB. Indriani H. 2002. Pertumbuhan semai A. mangium Willd. pada berbagai media kompos dengan ekstrak kedelai (Glycine max Merr.) [skripsi]. Bogor (ID): IPB. Istomo, Valentino N. 2012. Pengaruh perlakuan kombinasi media terhadap pertumbuhan anakan tumih (Combretocarpus rotundatus (Miq.) Danser). Silvikultur Tropika. 3(2):81-84 Jatna S. 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia. [Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2014. Statistik Kementerian Kehutanan 2013. Jakarta (ID): Kementerian Kehutanan. Lakitan B. 1995. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada. Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid 1. Bogor (ID): IPB Press. Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor (ID): IPB Press. Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta (ID): Agro Media Pustaka. Pandit IKN, Ramdan H. 2002. Anatomi Kayu : Pengantar Sifat Kayu Sebagai Bahan Baku. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB. Salisbury FB, Ross CW. 1995a. Fisiologi Tumbuhan, Jilid ke-1. Lukman DR, Sumaryono, penerjemah. Bandung (ID): Penerbit ITB. Terjemahan dari: Plant Phisiology. Ed ke-4. Salisbury FB, Ross CW. 1995b. Fisiologi Tumbuhan, Jilid ke-3. Lukman DR, Sumaryono, penerjemah. Bandung (ID): Penerbit ITB. Terjemahan dari: Plant Phisiology. Ed ke-4. Sitompul SM, Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. [SNI] Standar Nasional Indonesia. 2004. Spesifikasi kompos dari sampah organik [internet]. [diunduh 2015 Aug 26]. Tersedia pada: http://www.healthyrice.com/snikompos.pdf Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor (ID): Fakultas Pertanian IPB. Winata B. 2014. Pertumbuhan semai jabon (Anthocephalus cadamba) pada media bekas tambang pasir dengan penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa. [skripsi]. Bogor (ID): IPB. Wulandari AS, Susanti S. 2012. Aplikasi pupuk daun organik untuk meningkatkan pertumbuhan bibit jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.). J Silvikultur Tropika. 3(2):137-142. Zaki IF. 2013. Media tanam sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Surabaya (ID) : Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya.
15 Lampiran 1 Hasil sidik ragam parameter pertumbuhan tinggi semai mindi Sumber Keragaman Komposisi Galat Total
Db
JK
KT
F hitung
3 36 39
50.7503 8.6825 59.4328
16.9168 0.2412
70.14
P
Lampiran 2 Hasil sidik ragam parameter pertumbuhan diameter mindi Sumber Keragaman Komposisi Galat Total
Db
JK
KT
F hitung
3 36 39
1.5065 1.1688 2.6753
0.5022 0.0325
15.47
P
16 RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 1 Desember 1993 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Maryoto (alm) dan Neneng Atikah. Pendidikan SD sampai SMA ditempuh di Bogor. Pada tahun 2011, penulis lulus dari SMA Negeri 2 Bogor dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur undangan. Penulis memilih Program Studi Mayor Silvikultur, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB). Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu sebagai anggota Humas PSM IPB Agria Swara 2012/2013 dan anggota HRD Himpunan Profesi Mahasiswa Silvikultur Tree Grower Community (TGC) pada periode 2012/2013 dan 2013/2014. Penulis juga pernah melakukan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) jalur Sancang BaratKamojang pada tahun 2013. Praktik Pengelolaan Hutan (P2H) dilaksanakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi pada tahun 2014. Praktik Kerja Profesi (PKP) dilaksanakan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Bogor selama 2 bulan (Februari-Maret 2015). Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Penggunaan Pot Organik untuk Pembibitan Mindi (Melia azedarach L.) di Rumah Kaca dibawah bimbingan Prof Dr Ir Sri Wilarso Budi, MS.