PEMANFAATAN KOMPOS ORGANIK UNTUK PERTUMBUHAN SEMAI LAMTORO (Leucaena leucocephala) DAN SORGUM (Sorghum bicolor L.) DI LAHAN PERSEMAIAN MAUBARA KABUPATEN LIQUISA TIMOR LESTE
HERMENEGILDO DE ALMEIDA GRANADEIRO
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan kompos organik untuk pertumbuhan semai lamtoro (Leucaena leucocephala) dan sorgum (Sorghum bicolor L.) di lahan Persemaian Maubara, Kabupaten Liquisa Timor Leste adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2014 Hermenegildo de A. Granadeiro NIM E44124803
ABSTRAK HERMENEGILDO DE ALMEIDA GRANADEIRO. Pemanfaatan Kompos Organik Untuk Pertumbuhan Semai Lamtoro (Leucaena leucocephala) dan Sorgum (Sorghum bicolor L.) di Lahan Persemaian Maubara, Kabupaten Liquisa Timor Leste. Dibimbing oleh SUPRIYANTO.
Agroforestri antara sorgum dan lamtoro perlu ditambahkan kompos untuk menjaga kesuburan lahan. Kompos adalah campuran bahan organik yang dapat memberikan hara penting bagi pertumbuhan tanaman. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Perbaikan fisik tanah menjadi salah satu kebutuhan untuk mengembalikan tanah yang telah rusak.Tujuan penelitian ini untuk mengukur pengaruh pupuk kompos terhadap pertumbuhan lamtoro dan sorgum di lahan kering. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktor tunggal yaitu dosis kompos (D) dengan taraf perlakuan 0 ton/ha (kontrol), 4 ton/ha dan 8 ton/ha yang diulang dalam 3 ulangan. Luas petak percobaan 100 m²/unit percobaan. Pengaruh pemberian dosis pupuk terhadap pertumbuhan tanaman tinggi, diameter, berat biji serta berat daun sorgum dan lamtoro memberikan pengaruh yang beragam. Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh faktor iklim maupun faktor tanah dan tanaman itu sendiri. Pengaruh dosis pupuk terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman lamtoro dan sorgum saat panen pada umur 3 bulan. Perlakuan dosis pupuk 0 kg/petak menghasilkan tinggi tanaman lamtoro 121.17 cm, perlakuan dosis pupuk 40 kg/petak sebesar 119.37 cm dan perlakuan 80 kg/petak sebesar 119.90 cm. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan dosis pupuk 8 ton/ha lebih unggul jika dibandingkan dengan dosis 4 ton/ha dan 0 ton/ha pada lahan kering. Kata kunci: kompos organik, semai lamtoro, dan sorgum.
ABSTRACT
HERMENEGILDO DE ALMEIDA GRANADEIRO. Utilization organic compost for growing lamtoro (Leucaena leucocephala) Seedlings and sorghum (Sorghum Bicolor L.) in nursery Maubara, area Liquisa district, Timor Leste. Supervised by SUPRIYANTO
Agroforestry between sorghum (Sorghum bicolor L.) and lamtoro (Leucaena leucocephala) need an additional compost to preserve land fertility. Compost is an organic material which is an important soil amendment for plant growth. Compost improves a soil structure by improving soil organic material content and improves soil capacity in soil water content. Beneficial microbial activity will be improved with additional compost. Improvements of soil physical condition as one of necessity to return the land that were damaged. This research aims to measure the effect of compost fertilizer towards lamtoro growth and sorghum in dry land. The experimental design used for this research was Completely Randomized Block Design (CRBD) of single factor with dose of compose 0 ton/ha (control), 4 ton/ha and 8 ton/ha in three replicates and 100 m² as the experimental unit of research area. The effect of fertilizer dosage towards height plant, plant diameter, seeds weight, leaf weight of sorghum and lamtoro were measured. Various respons were obtained due to climate factor, soil factor and plants. The effect of fertilizer dosage to height, diameter of lamtoro and sorghum was observed during 3 months. Fertilizer dosage treatment 0 kg/100 m² gave 121.7 cm, 40 kg/100 m² gave 119.37 cm and 80 kg/100 m² 119.90 cm for height of lamtoro. Base on this research, it was known that utilization of fertilizer at dosage of 8 ton/ha was the most excellent respons than the dosage of 4 ton/ha and 0 ton/ha. Keywords: lamtoro seedling, organic compost and sorghum
PEMANFAATAN KOMPOS ORGANIK UNTUK PERTUMBUHAN SEMAI LAMTORO (Leucaena leucocephala) DAN SORGUM (Sorghum bicolor L.) DI LAHAN PERSEMAIAN MAUBARA KABUPATEN LIQUISA TIMOR LESTE
HERMENEGILDO DE ALMEIDA GRANADEIRO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Pemanfaatan Kompos Organik untuk Pertumbuhan Semai Lamtoro (Leucaena leucocephala) dan Sorgum (Sorghum bicolor L.) di Lahan Persemaian Maubara, Kabupaten Liquisa Timor Leste Nama : Hermenegildo de Almeida Granadeiro NIM : E44124803
Disetujui oleh
Dr Ir Supriyanto Pembimbing
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret-Juli 2014 ini ialah Lahan kering, dengan judul Pemanfaatan Kompos Organik Untuk Pertumbuhan Semai Lamtoro (Leucaena leucocephala) dan Sorgum (Sorghum bicolor L.) di Lahan Persemaian Maubara, Kabupaten Liquisa-Timor Leste. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Supriyanto selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, motivasi, solusi, dan seluruh bantuannya dalam penyelesaian skripsi. Ungkapan terima kasih sebesar-besarnya juga disampaikan kepada istri tercinta, ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayang, dukungan secara moral dan spiritual dalam penyusunan skripsi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Manuel Mendes, S.Hut. Direktor Departemen Kehutanan Timor Leste yang telah banyak memberi saran dan lahan persemaian Maubara sebagai tempat penelitian. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir Joao Fernandes Direktorat Jenderal Departemen Kehutanan Timor Leste, beserta staf Kementerian Pertanian dan Kehutanan Timor Leste, serta Bapak Fernando C. Araujo Kepala Bagian Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan beserta staf Unit Pelaksana Teknik Persemaian Maubara, Badan Pengkajian dan Pengawasan Persemaian, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman Silvikultur 47 atas kebersamaanya, bantuan dan dukungannya. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga penelitian ini bermanfaat untuk kemajuan teknologi silvikultur tropika.
Bogor, Desember 2014 Hermenegildo de Almeida Granadeiro
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Hipotesis
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
3
Waktu dan Tempat
3
Alat dan Bahan
3
Pelaksanaan Penelitian
3
Pemeliharaan
7
Pengamatan dan Pengumpulan Data
8
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Wilayah
9 9
Hasil Pertumbuhan dan Pengumpulan Data
11
Pembahasan
15
KESIMPULAN DAN SARAN
18
Kesimpulan
19
Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
21
RIWAYAT HIDUP
24
DAFTAR TABEL
1 2 3 4 5
Perlakuan dosis kompos Rata - rata persentase tumbuh tanaman sorgum pada umur 15 hari setelah tanam Pengaruh dosis pupuk terhadap pertumbuhan tanaman sorgum umur 3 bulan (Data berdasarkan 10 batang sampel/petak) Pengaruh dosis pupuk terhadap pertumbuhan tanaman lamtoro umur 3 bulan (Data berdasarkan 10 batang sampel/petak) Rata-rata persentase malai yang diserang burung pada tanaman sorgum
4 12 12 13 14
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Denah tata letak percobaan Detail percobaan luas petak, percobaan jarak tanaman dan sempel yang diambil tanaman lamtoro dan sorgum Proses pembuatan dan pemanfaatan pupuk organik Teknik persiapan lahan Teknik penanaman biji lamtoro dan sorgum Pengamatan dan pengumpulan data penelitian Peta wilayah Timor Leste Posisi lahan persemaian Maubara Malai yang dimakan burung Hama pada tanaman sorgum
4 5 6 7 7 8 10 11 14 15
DAFTAR LAMPIRAN 1 2
Tabel Anova Sorgum dan Lamtoro Riwayat hidup
21 24
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk akan meningkatkan kebutuhan terhadap sandang, pangan, papan, energi dan industri. Salah satu kebutuhan pangan adalah tersedianya protein hewani yang berasal dari hewan ternak. Hewan ternak memerlukan hijauan yang bersifat berkelanjutan. Pada kondisi lahan kering seperti di Timor Leste diperlukan jenis yang adaptif dan produktif untuk memenuhi kebutuhan pangan ( manusia ) dan pakan ( hewan ). Oleh karena itu diperlukan strategi pemilihan jenis tanaman yang adaptif dan produktif. Sorgum dan Lamtoro merupakan jenis yang dapat untuk memenuhi kebutuhan pangan, pakan dan energi. Masalah ketahanan pangan di Timor Leste dan di Indonesia saat ini telah menjadi isu global yang diperbincangankan banyak pihak. Masalah tersebut dapat terjadi karena semakin tingginya laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi oleh ketersediaan bahan pangan sehingga mengakibatkan kelangkaan bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pada umumnya Timor Leste memiliki lahan pertanian yang luas, namun sebagian besar dengan kondisi iklim panas dan kering yang sesuai untuk pertanaman sorgum. Menurut Marcia et al. (2012) tanaman sorgum toleran terhadap kekeringan, memiliki daya adaptasi yang luas, dapat tumbuh di hampir semua jenis lahan ( baik subur maupun miskin), membutuhkan input pertanian relative lebih sedikit, dan berguna sebagai sumber bahan pangan, pakan dan energi (bioethanol). Sorgum Klasifikasi ilmiah tanaman sorgum menurut United States Departement of Agriculture/USDA (2008) adalah sebagai berikut: Kerajaan : Plantae Subkerajaan : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Subkelas : Commelinidae Ordo : Cyperales Famili : poaceae Genus : Sorghum Moench Spesies : Sorghum Bicolor L. Sorgum (Sorghum bicolor L.) merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang luas. Tanaman sorgum toleran terhadap kekeringan dan genangan air, dapat berproduksi pada lahan marginal, serta relatif tahan terhadap gangguan hama/ penyakit. Penanaman sorgum di lahan hutan dapat dilakukan dengan sistem agroforestri. Adanya sistem agroforestri yang telah berkembang saat ini dapat menjadi salah satu solusi dalam mengatasi masalah penyempitan lahan hutan yang telah dialih-fungsikan, menjadi lahan pekarangan, kebun dan ladan. Lundgren dan
2
Raintree (1982) menyatakan agroforestri adalah istilah kolektif untuk sistemsistem dan teknologi penggunaan lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan dengan mengkombinasikan tumbuhan berkayu tanaman kehutanan dengan tanaman pertanian dan peternakan hewan (ternak), perikanan (ikan) yang biasa dapat dilakukan pada waktu yang bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada. Lamtoro (Leucaena leucocephala) sudah dikenal di Indonesia sejak dulu dengan nama petai cina. Tanaman ini termasuk kacang-kacangan yang berasal dari Amerika Tengah. Tanaman ini dibawa ke Indonesia pada abad ke-20 sebagai tanaman peneduh di perkebunan-perkebunan (Budiman et al. 1994). Sekarang tanaman ini tersebar di seluruh pelosok pedesaan karena mudah tumbuh hampir di semua tempat yang mendapat curah hujan cukup. Tanaman Lamtoro termasuk golongan kacang-kacangan yang telah banyak dibudidaya di Indonesia. Tanaman ini biasanya ditanam di pekarangan rumah, di pinggir jalan sebagai penghijauan, terutama di desa-desa. Di Timor Leste tanaman ini digunakan untuk pakan ternak, tanaman pagar, kayu bakar dan juga digunakan oleh petani sebagai pupuk organik. Kegunaan tanaman ini telah banyak dilaporkan yakni sebagai pupuk hijau, bahan bangunan, tanaman pelindung untuk tanaman cacao, tanaman pinggir jalan, pagar hidup, pencegah erosi, bahan baku pembuat kertas, bahan bakar dan sebagai pakan hijauan yang berprotein tinggi. Agroforestri antara sorgum dan lamtoro perlu ditambahkan kompos untuk menjaga kesuburan lahan. Kompos adalah campuran bahan organik yang dapat memberikan hara penting bagi pertumbuhan tanaman. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Perbaikan fisik tanah menjadi salah satu kebutuhan untuk mengembalikan tanah yang telah rusak. Tanah yang tergolong sangat masam hingga masam pemberian kapur pertanian perlu dilakukan untuk meningkatkan pH tanah dan ketersediaan unsur - unsur lainya, seperti P dan sebagai unsur mikroba (Iskandar 2012). Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh pupuk kompos terhadap pertumbuhan lamtoro dan sorgum di lahan kering. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah kompos berpengaruh terhadap pertumbuhan lamtoro dan sorgum di lahan kering. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini yaitu 1. Diperolehnya informasi penggunaan kompos untuk pertumbuhan lamtoro dan sorgum dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan, pakan dan energi.
3
2. Teknik peningkatan produktivitas lahan kering dengan memanfaatkan kompos dalam teknik alley cropping. 3. Kompos dapat memperbaiki kesuburan tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan pada bulan Maret hingga Juni 2014 di lahan Persemaian Permanen Maubara, Desa Vatu Vou, Kecamatan Maubara, Kabupaten Liquisa, Timor Leste. Lahan Persemaian Maubara termasuk ke dalam tipe D Schmidt & Ferguson. Curah hujan 500 mm per tahun dengan hari hujan 150 hari per tahun (ALGIS MAF 2011). Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah peta wilayah Desa Vatu Vou, Golobal Positionning System (GPS), kamera, software SAS 9.0. ( untuk mengolah data) dan Microsoft office (untuk mengolah dan menyusun karya tulis). meteran, patok, tali rafia, tally sheet, polibag, cangkul, skop, parang, dan laptop. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lahan demplot persemaian, kompos, benih lamtoro dan sorgum, kotoran sapi, kotoran kambing. Kompos dibuat dari serasah daun dan limbah tanaman pertanian.
Pelaksanaan penelitian
Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktor tunggal yaitu dosis kompos (D) dengan taraf perlakuan 0 ton/ha (kontrol), 4 ton/ha dan 8 ton/ha yang diulang dalam 3 ulangan, luas petak percobaan 100 m². Model umum yang digunakan dalam penelitian ini (Mattjik 2000) adalah sebagai berikut:
Yij mi ij Keterangan: Yij = Nilai pengamatan pada faktor Dosis Pupuk taraf ke-i = Nilai rata-rata umum mi = Pengaruh perlakuan dosis ke-i ij = pengaruh acak pada perlakuan ke-I dan ulangan ke-j
4
Table 1 Perlakuan dosis kompos Dosis kompos (D)
Keterangan
D0 D1
Tanpa pupuk (kontrol) = 0 kg/petak Dosis kompos 4 ton/hektar = 40 kg/petak
D2
Dosis kompos 8 ton/hektar = 80 kg/petak
Kebutuhan kompos yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:
100 m 2 x 4000kg 10000 m 2 40 kg / petak
Kebutuhan kompos
100 m 2 x 8000kg 10000 m 2 80 kg / petak
Kebutuhan kompos
Blok 1
Tanpa Kompos 0 ton/ha
Kompos 4 ton/ha
Kompos 8 ton/ha
Kompos 8 ton/ha
Tanpa Kompos 0 ton/ha
Kompos 4 ton/ha
Kompos 4 ton/ha
Kompos 8 ton/ha
Tanpa Kompos 0 ton/ha
Blok 2
Blok 3
Keterangan: 1. Tanaman lamtoro Tanaman sorgum 2. Panjang petak 10 m, Lebar petak 10 m 3. Blok 1, 2, dan 3 4. Jarak tanaman lamtoro 1 x 1 m 5. Jarak tanaman sorgum 20 x 60 cm 6. Jalan setapak lebar 1 m 7. Luas lahan 10 x 10 x 3 x 3 = 900 m2 8. Jumlah tanaman lamtoro 30 batang 9. Jumlah tanaman sorgum 153 batang Gambar 1 Denah tata letak percobaan
5
10 m 1 1m
1
m
1
0m
0 0,5 m
0m
1 1m
sampel yang diukur
1 1m
20 cm 1
2
sampel yang diukur
0 cm
10 m
6 60 cm 1 1m
1m
m
1 sampel yang diukur
1 1m
0 0,5 m
Keterangan: 1. Tanaman lamtoro Tanaman sorgum 2. Panjang petak 10 m, lebar petak 10 m 3. Jarak tanaman lamtoro 1 x 1 m 4. Jarak tanaman sorgum 20 x 60 cm 5. Jalan Setapak Lebar 1 m 6. Jumlah tanaman lamtoro 30 batang 7. Jumlah tanaman sorgum 153 batang 8. Jarak dari petak terluar ke tanaman lamtoro dan sorgum 0,5 m Gambar 2 Detail percobaan luas petak, percobaan jarak tanaman dan sempel yang diambil tanaman lamtoro dan sorgum Pembuatan pupuk kompos Pembuatan kompos dilakukan selama 3 bulan sebelum penanaman. Pembuatan kompos dilakukan dengan cara mengumpulkan serasah, daun-daunan hijau dan ranting tanaman lalu dicampurkan dengan kotoran sapi dan ditumpuk dalam satu wadah selama kurang lebih 3 bulan sampai terjadinya penguraian oleh bakteri menjadi humus. Bahan yang digunakan dalam pembuatan kompos diantaranya serasah daun, kotoran sapi dengan perbandingan 1:1 (kg/kg), Tumpukan diaduk seminggu sekali untuk meratakan mikroorganisme pengurai dan meningkatkan sirkulasi udara. Tumpuk dalam lubang sedalam 50 cm atau lebih. Kemudian diberi pupuk kandang sebagai aktifator, setelah beberapa hari temperatur mencapai 50oC−60oC, temperatur ini dapat mematikan kuman-kuman serta biji-biji tanaman pengganggu. Tumpukan diinjak-injak sehingga keadaan menjadi anaerob, selanjutnya ditambahkan bahan-bahan mentah sehingga tumpukan mencapai sekitar 80 cm, demikian seterusnya perlakuan penambahan
6
dilakukan sampai tumpukan menjadi tinggi sekitar 1.5 m. kemudian tumpukan harus ditutup dengan lapisan tanah bagian atasnya, perlakuan demikian untuk mencegah kehilangan N lebih lanjut dan juga melindungi kompos dari pengaruh teriknya sinar matahari. Setelah 3 bulan biasanya kompos telah matang dan dapat dipergunakan (Sutedjo 2002). Tanda – tanda keberhasilan pembuatan kompos adalah kompos berwarna hitam beraroma tanah atau nitrogen, dan jika diremas tidak mengembang kembali.
A
B
C
D
E
F
Keterangan : A. Penyedian pupuk organik B. Persiapan pupuk C. Penaburan pupuk mengikuti garis contur D. Ulangan 3 E. Persedian pupuk dalam kilogram F. Penaburan pupuk Gambar 3 Proses pembuatan dan pemanfaatan pupuk organik Persiapan lahan Lahan yang digunakan untuk penelitian seluas 900 m2 yang dibagi dalam 9 petak yang berukuran 10 m x 10 m. Dalam satu petak dibagi menjadi 3 sub petak yang berukuran ukuran 10 m x 10 m, 1 sub petak ditanami dengan sorgum, Lamtoro 2 sub petak lagi ditanami dengan lamtoro dan sorgum. Di tengah petakan jalan setapak dengan ukuran 1 m dengan jarak antar pohon 1 m. Jarak tanam sorgum 20 cm x 60 cm, sedangkan jarak tanaman lamtoro 1 m x 1 m. Untuk lebih jelasnya dapat dibaca pada Gambar 1. Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya, kemudian dicangkul atau dibajak 2 kali setelah itu baru digaru dan diratakan. Setelah tanah diratakan, dibuat saluran drainase di sekeliling atau di tengah lahan. Ukuran petakan disesuaikan dengan keadaan lahan. Untuk lahan yang hanya mengandalkan residu air tanah, pengolahan hanya dilakukan secara ringan dengan mencangkul tipis permukaan tanah untuk mematikan gulma. Pengolahan tanah secara ringan sangat efektif untuk menghambat penguapan air tanah sampai tanaman panen. Tanah yang sudah diolah diberikan pupuk kandang atau kompos sesuai dengan dosis perlakuan. Pengolahan tanah ini bertujuan antara lain untuk memperbaiki struktur tanah, memperbesar persediaan air, mempercepat pelapukan, meratakan tanah dan memberantas gulma. Sebaiknya pengolahan tanah paling baik dilakukan 2-4 minggu sebelum tanam. Tanah yang akan ditanami dicangkul/dibajak sedalam
7
15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek. Pengunaan kompos untuk menperbaiki sifat fisik lahan menjadi salah satu kebutuhan untuk mengembalikan tanah yang telah rusak.
A
C B Keterangan : A. Pengolahan tanah dengan traktor B. Pengaturan arah tiap petak C. Pembuatan pembubunan dalam tiap petak Gambar 4 Teknik persiapan lahan
Penanaman benih lamtoro dan sorgum a. Penanaman benih lamtoro dapat dilakukan dalam satu lubang dimasukan 3 - 5 benih lamtoro kemudian ditutup dengan tanah ringan untuk dalam proses pertumbuhan. Setelah umur 2 minggu, tanaman harus segera dijarangi dan ditinggalkan 2 tanaman agar dapat tumbuh dengan baik. b. Penanaman benih sorgum dapat dilakukan dalam satu lubang dimasukan 3-5 benih sorgum kemudian ditutup dengan tanah ringan untuk dalam proses pertumbuhan. Setelah umur 2 minggu, tanaman harus segera dijarangi dan ditinggalkan 1-2 tanaman agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.
A
B Keterangan : A. Penanaman biji sorgum B. Penanaman biji lamtoro Gambar 5 Teknik penanaman biji lamtoro dan sorgum. Pemeliharaan
Penyulaman Penyulaman dilakukan pada fase awal pertumbuhan, jika adanya tanaman yang mati. Penyulaman dilakukan pada waktu tanaman berumur 1 minggu setelah tanam. Penyiraman Tujuan penyiraman adalah menambah air apabila tanaman kekurangan air dilakukan pada waktu pagi jam 6 dan sore hari pada jam 5 sampai selesai.
8
Penyiangan Penyiangan dilakukan dengan mencabut tumbuhan pengganggu (gulma) hingga perakarannya secara hati-hati, agar tidak mengganggu perakaran tanaman utama. Keberadaan gulma akan menjadi pesaing bagi tanaman utama dalam mendapatkan air dan unsur hara yang ada di dalam tanah atau bahkan menjadi tempat hama atau penyakit. Oleh sebab itu gulma harus secara rutin disiangi. Gulma yang telah dicabut ditampung atau dikubur di suatu tempat agar membusuk sehingga kemudian dapat dijadikan kompos. Pembubunan Pembubunan dilakukan dengan cara menggemburkan tanah di sekitar tanaman sorgum, kemudian menimbunkan tanah tersebut pada pangkal batang tanaman sorgum sehingga membentuk guludan kecil yang bertujuan untuk mengokohkan batang tanaman agar tidak mudah rebah dan merangsang terbentuknya akar-akar baru pada pangkal batang.
Pengamatan dan pengumpulan data Pengamatan dilakukan pada jalur tengah tanaman lamtoro dan sorgum. Variable pengamatan yang diamati dalam penelitian ini meliputi persentase tumbuh, tinggi tanaman, keliling, jumlah berat daun dan batang ( Gambar 1 dan 2)
A
B
C
D
E
F
Keterangan : A. Pengamatan tanaman Sorgum B. mengukur tinggi tanaman C. Mengamati pada saat berbunga D. pengamatan lamtoro E. Pembersihan daun lamtoro F. Pengukuran diameter batang sorgum Gambar 6 Pengamatan dan pengumpulan data penelitian Lamtoro a. Tinggi tanaman Tinggi tanaman dan diameter diukur sejam umur 15 hari dari pangkal batang setiap 2 minggu.
9
b. Biomasa Lamtoro Biomasa lamtoro diukur di akhir pengamatan dengan memotong daun bagian tanaman, kemudian ditimbang. Sorgum Perkembangan perkecambahan benih diamati di lapangan diukur pada hari ke 15 setelah tanam. a. Tinggi dan keliling Tinggi dan diameter diamati setiap 2 minggu dimulai pada umur 15 hari sesudah tanam b. Daya kecambah Daya kecambah yang tumbuh dihitung persentase tumbuh setelah 15 hari tanam dengan menghitung dari seluruh tanaman dalam plot percobaan. c. Biomasa Biomasa di ukur setelah panen, pada umur 90 hari d. Produksi biji Di ukur setelah di panen pada umur 90 hari e. Berat 1000 butir benih Setelah dipanen kemudian malai dijemur dan dikeringkan, dilanjutkan dengan perontokan. Hasil benih dirontokan sebanyak 1000 butir/unit experiment kemudian ditimbang dengan kadar air diperkirakan 11-12%. f. Serangan burung Serangan burung dihitung berdasarkan ukuran malai yang diserang pada beberapa tanaman dalam setiap ulangan, kemudian dirata-ratakan. Serangan burung pada setiap tanaman dinyatakan dalam persentase, dengan rumus sebagai berikut: persentase (%) serangan=
a x 100 b
Keterangan: a = Panjang dari malai yang di makan (cm) b = Panjang malai total (cm) Analisis data Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan sidik ragam, apabila terjadi perbedaan nyata antar perlakuan akan diuji lanjut dengan menggunakan uji DMRT. Semua data dianalisis dengan menggunakan alat bantu Microsoft Office Excel dan software SAS 9.0. ( Statistical Analysis System ). HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi umum wilayah Timor Leste Wilayah Timor Leste secara geografis memiliki luas wilayah 15.410 km² yang menempati sebagian dari pulau Timor membujur dari Barat Daya ke Timur Laut terletak pada 123˚25’17” - 127˚19’31” Bujur Timur dan 8˚17’45” 10˚22’21” Lintang Selatan.Secara administratif terbagi dalam 13 kabupaten. Total
10
luas Timor Leste 1.460,938 ha. Secara administratif wilayah Timor Leste berbatasan antara lain: 1. Sebelah utara berbatasan dengan Selat Ombai dan Selat Wetar 2. Sebelah timur berbatasan dengan Laut Ambon/Maluku 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Timor 4. Sebelah barat berbatasan dengan Propinsi NTT - Indonesia Keadaan topografi lapangan hanya sebagian kecil saja yang terletak pada dataran yang tingkat kemiringannya 0 % – 16 % (datar sampai landai), sebagian besar wilayahnya berada pada tingkat kemiringan > 16 % (agak curam, curam, dan sangat curam). Menurut data ALGIS MAF (2011).
Gambar 7 Peta wilayah Timor Leste Secara geografis Desa Vatu Von terletak di kecamatan Maubara, Sebelah barat kabupaten Liquisa. Desa Vatu Vou memiliki luas Wilayah 5.279 ha. Secara administratif batas Desa Vatu Vou yaitu : sebelah utara dibatasi oleh laut selat wetar; sebelah Barat dibatasi oleh Desa Vaviquinia; sebelah selatan dibatasi oleh Desa Leotela dan Lisadila dan sebelah Timur dibatasi oleh Desa Dato. Jarak lokasi persemaian permanen dengan ibu kota kecamatan adalah 4 Km; Jarak dengan ibu kota kabupaten 8 km; sedangkan jarak dengan ibu kota negara 40 km. Lokasi penelitian di Desa Vatu Vou disajikan pada gambar 8. Tipe iklim berdasarkan Schmidt & Ferguson, Lahan persemaian permanen Maubara termasuk ke dalam tipe D. Curah hujan 500 mm per tahun dengan hari hujan 150 hari per tahun (ALGIS MAF 2011)
11
Gambar 8 Posisi lahan persemaian Maubara Tanaman lamtoro dan sorgum dapat beradaptasi pada tanah yang kering dengan curah hujan tahunan diatas 500 mm/tahun dengan tipe iklim D oleh Schmidt Ferguson, (Handoko 1994) dengan bulan basah selama 5 (lima) bulan dan bulan kering selama 7 (tujuh) bulan. Suhu rata- rata di Desa Vatu Vou berkisar antara 15,8-29,4 ºC. Jenis tanah di desa vatu vou yaitu Vertisols dan Entisols. Jenis tanah ditempat penelitian tersebut adalah tipe tanahnya Entisols, menurut hasil Klasifikasi USDA ( ALGIS MAF, 2011 ). Sehingga tanaman lamtoro dan sorgum mampu tumbuh pada daerah yang kering atau tandus dengan suhu minimum 35 ºC. Dengan adanya penelitian tersebut akan dapat mengetahui pemanfaatan lahan kering dengan penggunaan kompos sebagai salah satu aternafit pada struktur tanah, nutrisi pada tanah maka diperlukan solusi dengan penanaman lamtoro dan sorgum untuk memenuhi kebutuhan pangan, pakan dan energi.
Hasil Pertumbuhan Tanaman Sorgum dan Lamtoro Pengamatan dilakukan pada jalur tengah tanaman lamtoro dan sorgum sebanyak 10 tanaman/plot. Pengamatan untuk variable lamtoro meliputi, tinggi tanaman, diameter, berat daun dan batang. Pengamatan untuk variable sorgum meliputi persentasi tumbuh, tinggi tanaman, diameter tanaman, berat daun, batang bobot 1000 biji dan persentasi serangan burung.
12
Persentase tumbuh tanaman sorgum Pengembangan tanaman serelia selain padi dan jagung perlu dilakukan untuk menunjang pengembangan diversifikasi pangan sebagai pangan alternatif untuk memenuhi kebutuhan pangan dimasa mendatang. Menurut Marcia et al. (2012) tanaman sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serelia yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan karena mempunyai daerah adaptasi yang luas. Tanaman sorgum toleran terhadap kekeringan, dapat diratun, genangan air, dan dapat berproduksi pada lahan marginal. Seluruh bagian tanaman memiliki nilai ekonomis. Tanaman sorgum juga mempunyai manfaat yang sangat luas untuk pakan ternak, bahan baku industri makanan dan minuman, bahan baku untuk media jamur merang, industri alkohol, bahan baku etanol. Persentase tumbuh yang diamati 15 hari setelah tanam di lapangan untuk lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Rata – rata persentase tumbuh tanaman sorgum pada umur 15 hari setelah tanam Persentase tumbuh (%) Perlakuan Rata-rata Ulangan 1 2 3 97.38a 0 kg 100,00 94,77 97,39 97.38a 40 kg 100,00 95,42 96,73 95.42a 80 kg 96,08 96,73 93,46 *:Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama,pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan dengan taraf uji 5%
Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase tumbuh pada perlakuan kompos organik 0 kg, 40 kg, dan 80 kg memiliki persentase tumbuh lebih besar dari 95 %. Hal ini berarti kwalitas benih sorgum yang ditanam termasuk bagus dengan persentase tumbuh 95,42 % - 97,38 %. Pada periode perkecambahan semai mengunakan cadangan makanan didalam benih, sehingga perlakuan pupuk belum berpengaruh pada umur 15 hari setelah tanam. Pertumbuhan tanaman sorgum Rekapitulasi sidik ragam pengaruh pemberian dosis pupuk organik terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman Sorgum disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Pengaruh dosis pupuk terhadap pertumbuhan tanaman sorgum umur 3 Bulan (Data berdasarkan 10 batang sampel/petak) Pemberian kompos (kg/petak) Perlakuan No Peubah yang diukur 0 40 80 1 Tinggi tanaman (cm) 169.07b 177.53a 181.33a 2 Lilit batang (cm) 5.00c 5.57b 6.17a 3 Berat daun (kg) 1.30c 1.41b 1.81a 4 Berat batang (kg) 4.13b 4.54a 4.70a 5 Bobot biji (gr) 1318.33c 1459.33b 1611.33a 6 Bobot biji 1000 butir (gr) 30.67a 31.67a 34.00a *: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan dengan taraf uji 5%
13
Tabel 3 nomor 1 dan 2 menunjukkan bahwa pemberian dosis pupuk berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman sorgum. Pada dosis 80 kg dan 40 kg tidak saling berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman sorgum. Hal ini dikarenakan penggunaan pupuk organik pada dosis 40 kg dan 80 kg/petak pengaruhnya sama saja terhadap pertumbuhan tinggi tanaman sorgum. Sehingga pupuk kompos yang digunakan sebaiknya 40 kg/petak karena lebih ekonomis dengan efek pertumbuhan yang hampir sama. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk memberikan pengaruh nyata terhadap lilit/keliling batang tanaman sorgum, dimana lilit batang pada perlakuan 80 kg lebih tinggi dan diikuti dengan perlakuan 40 kg dan perlakuan tanpa pupuk atau dengan lilit batang 6.17 cm, 5.57 cm, dan 5 cm. Pada nomor 3 dan 4 menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk memberikan pengaruh yang nyata terhadap daun sorgum, dimana pada perlakuan 80 kg lebih baik dari pada perlakuan 40 kg dan tanpa pupuk. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian perlakuan dosis pupuk berpengaruh nyata pada daun sorgum. Namun, perlakuan dosis pupuk memberikan pengaruh terhadap batang sorgum. Perlakuan dosis pupuk 80 kg dan 40 kg tidak berbeda nyata. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian perlakuan dosis pupuk berpengaruh pada batang sorgum. Pada nomor 5 dan 6 menunjukkan bahwa pemberian perlakuan dosis pupuk memberikan pengaruh nyata terhadap berat biji sorgum per 10 batang, dimana bobot biji sorgum per 10 batang pada perlakuan kompos 80 kg lebih tinggi dari pada 40 kg dan tanpa pupuk. Hal ini dikarenakan penggunaan dosis pupuk dapat meningkatkan bobot biji pada tanaman sorgum. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa, tidak ada perbedaan yang nyata antara perlakuan terhadap bobot 1000 butir. Hal ini menunjukan ukuran biji dari ketiga perlakuan adalah sama. Perlakuan dosis pupuk 80 kg cenderung memberikan bobot biji 1000 butir tertinggi dan terendah terdapat pada perlakuan tanpa pupuk. Pertumbuhan tanaman lamtoro Rekapitulasi sidik ragam pengaruh pemberian dosis pupuk organik terhadap pertumbuhan tinggi, keliling, berat daun dan berat batang tanaman lamtoro disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Pengaruh dosis pupuk terhadap pertumbuhan tanaman lamtoro umur 3 bulan (Data berdasarkan 10 batang sempel/petak) Pemberian kompos (kg/petak) No Peubah yang diukur Perlakuan 0 40 80 1 Tinggi tanaman (cm) 121.17a 119.37a 119.90a 2 Keliling (cm) 2.76c 3.84b 4.71a 3 Berat daun (kg) 3.25b 3.31b 3.77a 4 Berat batang (kg) 3.50c 3.80b 4.35a *: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan dengan taraf uji 5%
Tabel 4 nomor 1 dan 2 menunjukkan bahwa pemberian perlakuan dosis pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman lamtoro dengan tinggi tanaman 119.37 cm – 121.17 cm. Namun, perlakuan dosis pupuk memberikan pengaruh yang nyata terhadap keliling tanaman lamtoro. Perlakuan dosis pupuk 80 kg memberikan keliling yang paling besar dan diikuti perlakuan dosis pupuk
14
40 kg dan perlakuan tanpa pupuk. Hal ini berarti bahwa perlakuan dosis pupuk memberikan pengaruh yang baik pada pertumbuhan keliling tanaman lamtoro. Pada nomor 3 dan 4 menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk memberikan pengaruh terhadap berat daun lamtoro, pada perlakuan 80 kg lebih baik dari 40 kg dan 0 kg. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan 40 kg dan 0 kg tidak beda nyata. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian perlakuan dosis pupuk berpengaruh pada berat daun lamtoro. Namun perlakuan dosis pupuk memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat batang lamtoro. Perlakuan dosis pupuk 80 kg, berat 4.35 kg, - 40 kg, 3.80 kg dan 0 kg 3.50 kg. Hal ini berarti bahwa perlakuan dosis pupuk memberikan pengaruh nyata pada bobot batang tanaman lamtoro. Serangan Burung Biji sorgum dapat digunakan sebagai bahan pangan serta bahan baku industri pakan dan pangan seperti industri gula, monosodium glutamat (MSG), asam amino, dan industri minuman. Namun biji sorgum juga merupakan salah satu tanaman yang disukai oleh burung maka dengan adanya penelitian ini terdapat beberapa pembentukan biji malai yang diserang burung pada setiap ulangan tanaman sorgum seperti pada ulangan satu dan tiga dengan tiga perlakuan yaitu 80 kg, 40 kg, dan 0 kg dalam tiga ulangan. Tiap perlakuan terdapat beberapa tanaman sorgum yang diserang burung tiga sampai delapan tanaman. Tabel 5 Rata – rata persentase malai yang diserang burung pada tanaman sorgum Persentase serangan (%) Perlakuan Rata-rata Ulangan dosis kompos 1 2 3 0 kg 54,00 52,00 44,00 50.00a 40 kg 0,00 58,00 39,00 32.33a 80 kg 48,00 53,00 43,00 48.00a *:Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama,pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan dengan taraf uji 5%
Serangan burung pada berbagai plot berkisar 39 % - 58 %. Hal ini berarti burung mengurangi produksi biji sorgum sehingga hasil produksinya akan berkurang. Usaha yang perlu dilakukan dijaga, dibungkus dengan plastik atau jarin pada setiap malai yang ada. Pada dosis kompos 40 kg ulangan 1 tidak dimakan burung karena waktu itu mengunakan pengikat tanda pada petak dengan tiang diikat kaleng dan baju menbentuk seperti manusia, ikat tali pada badan untuk sebagai simbol dan dipukul kaleng berbunyi burung itu tidak mendekati. Hasil sidik ragam menunjukkan rata-rata persentase malai tidak berbeda nyata.
A
B
C
15
Keterangan : A. Biji sorgum yang diserang burung B. Malai yang diserang C. Panjang Malae yang diukur Gambar 9 Malai yang dimakan burung Selain itu juga terdapat hama yang menyerang pada daun tanaman sorgum seperti kecoa putih pemakan daun muda sorgum dan pucuk (Gambar 10).
A
B
C
D
Keterangan : A. Hama pemakan daun pucuk sorgum B. Hama pada daun sorgum C. kecoa putih yang berada pada daun sorgum D. Hama kecoa putih Gambar 10 Hama pada tanaman sorgum Pembahasan Pupuk organik Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Hadisuwito (2007) berdasarkan sumber bahan yang digunakan, pupuk dibedakan menjadi dua macam yaitu pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari bahan mineral yang telah diubah melalui proses produksi, sehingga menjadi senyawa kimia yang mudah diserap tanaman. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari pelapukan sisa-sisa makhluk hidup, seperti tanaman, hewan, manusia dan kotoran hewan yang telah mati. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Definisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan C-organik atau bahan organik dari pada kadar haranya, nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik (Djuarnani, 2005).
16
Pemupukan merupakan salah satu upaya membangun kesuburan tanah. Pupuk organik dapat dibuat dari serasah daun, ranting, yang dicampur dengan kotoran sapi. Fungsi dari kotoran sapi adalah untuk menpercepat proses dekomposisi material organik karena kotoran sapi mengandung mikroba degradator dan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Penggunaan pupuk organik seperti pupuk hijau, pupuk hayati, penyiapan kompos, ekstrak daun posidan yang diperkaya, diharapkan mampu memperbaiki kesuburan tanah sehingga produksi tanaman meningkat, aman dan menyehatkan manusia yang mengkomsumsi (Sutanto, 2002). Selain itu pemupukan dengan bahan organik diharapkan mampu memberikan pengaruh positif bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pertumbuhan lamtoro Salah satu teknik agroforestri yang dikembangkan adalah alley cropping, maka alley cropping merupakan alternatif yang baik. Masalah yang kerap kali dihadapi petani di lahan kering yaitu kelangkaan hijauan pohon setiap musim kemarau dapat menjadi pendorong kuat motivasi petani untuk menerapkan alley cropping. Oleh karena itu untuk lebih mendayagunakan sistem ini hubungannya dengan kebutuhan petani. maka alley cropping perlu dimodifikasi yaitu dengan mengkombinasikan rumput pakan ternak pada barisan pagarnya atau ditanam secara berselang-seling antar barisan. Selain sumber makanan ternak dan atau sumber bahan organik , introduksi tanaman lamtoro pada alley cropping memberi kesempatan kepada petani dalam pemenuhan kebutuhan kayu bakar. Untuk itu pemilihan jenis leguminosa yang akan diintroduksikan selain dipilih tanaman yang sesuai dengan agroekosistem setempat, mempunyai pengaruh negatif yang rendah, juga sesuai dengan tujuan utama. Alley cropping sangat efektif mengendalikan erosi, memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, aktivitas biologi tanah serta dapat meningkatkan dan mempertahankan produksi tanaman pangan. Daun lamtoro berukuran kecil, mudah rontok dan mudah tumbang, sehingga penanaman lamtoro dengan sistem alley cropping akan meningkatkan kesuburan tanah. Disamping itu, lamtoro juga tanaman perambat nitrogen dari udara karena memiliki bintil akar. Peningkatan produksi dari semua komponen tanaman yang ada pada pola tersebut, sedangkan pengaruh negatif akan menyebabkan penurunan produksi tanaman itu sendiri atau tanaman lainnya karena selalu dipangkas atau dipanen, namun hal tersebut dapat dihindari kalau diimbangi dengan pemupukan. Pengaruh pemberian dosis pupuk terhadap pertumbuhan tanaman tinggi, keliling, berat biji dan berat daun sorgum dan lamtoro memberikan pengaruh yang beragam. Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh faktor iklim maupun faktor tanah dan tanaman itu sendiri. Jenis tanaman yang digunakan pada lahan kering adalah tanaman lamtoro dan sorgum. Pemberian dosis pupuk kompos berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan keliling sorgum. Perlakuan dosis pupuk juga berpengaruh pada keliling batang tanaman Lamtoro, namun tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman lamtoro. Pemberian perlakuan dosis pupuk memberikan pengaruh nyata terhadap berat biji sorgum per petak, dimana bobot biji sorgum per petak pada perlakuan 80 kg/petak memberikan berat bobot sebesar 1611,33 gram. Pada bobot 1000 butir sorgum pupuk tidak berpengaruh nyata. Perlakuan dosis pupuk memberikan berat daun sorgum yang berpengaruh nyata, dimana perlakuan dosis pupuk 80 kg /petak
17
menghasilkan berat daun sorgum 1.81 kg yang lebih tinggi dan diikuti 40 kg/petak 1.41 kg dan 0 kg/petak 1.30 kg. Untuk perlakuan dosis pupuk berpengaruh terhadap berat batang sorgum, pada dosis 80 kg/petak menghasilkan 4.70 kg, pada dosis 40 kg/petak menghasilkan 4.54 kg dan pada dosis 0 kg/petak menghasilkan 4.13 kg. Perlakuan dosis pupuk berpengaruh pada berat daun lamtoro dimana perlakuan dosis pupuk 80 kg menghasilkan berat daun sebesar 3,77 kg yang lebih tinggi dibanding perlakuan dosis pupuk 40 kg dan perlakuan tanpa pupuk, dengan berat yang sama dari masing-masing memberikan hasil sebesar 3,31 kg dan 3,25 kg. Untuk berat batang lamtoro berpengaruh nyata, dimana perlakuan dosis 80 kg menghasilkan berat batang 4.35 kg yang nyata lebih berat dari perlakuan dosis pupuk 40 kg dan perlakuan tanpa pupuk. Pengunaan pupuk pada tanaman lamtoro dapat berpengaruh terhadap keliling/lilit batang, berat daun dan batang tanaman lamtoro namun tidak berpengaruh pada tinggi tanaman lamtoro. Hal ini disebabkan oleh nutrisi yang terkandung dalam kompos. Menurut Agus dan syaiful. (2014), kompos yang berasal dari kotoran sapi mengandung N 2,73% dan K 0,3%. Pada dosis kompos yang terbaik untuk pertumbuhan lamtoro adalah 80 kg/100m2 atau 0,8 m2. Lamtoro juga dapat menfiksasi nitrogen dari udara melalui Rizobium sehingga lamtoro dapat tumbuh pada lahan yang miskin hara dan curah hujan rendah, daun lamtoro berpotensi juga sebagai hijauan pakan ternak yang mengandung protein tinggi sebesar 24,2% (D’melo dan Thomas (1992)) keberhasilan penanaman lamtoro di Maubara merupakan harapan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hijau pakan ternak dan kayu bakar/kayu energi. Teknik alley cropping antara sorgum dan lamtoro membentuk penutupan yang saling mengisi antara lamtoro dan sorgum. Sorgum sebagai inang yang sangat bagus untuk tanaman inang mikorisa atau VAM yang akan dapat meningkat ketersediaan unsur hara posfor. Namun sorgum membutuhkan nitrogen cukup banyak sehingga penambahan kompos sebagai sumber nitrogen menjadi sangat penting. Sementara itu lamtoro merupakan tanaman yang dapat memfiksasi nitrogen dari udara karena memiliki bintil akar dan lamtoro membutuhkan unsur posfor untuk proses fotosintesis yang dapat diberikan oleh asosiasi sorgum dan endomikorisa. Kebutuhan nitrogen oleh sorgum juga dapat dipenuhi dari bintil akar lamtoro secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Hubungan sinergi antara lamtoro dan sorgum akan saling menguntungkan kedua tanaman tersebut jika ditanam dengan teknik alley cropping. Lamtoro (Leucena leucocephala) merupakan salah satu leguminosa pohon yang mengandung protein tinggi dan karotenoid yang sangat potensial sebagai pakan ternak non ruminansia seperti unggas di daerah tropis. Daun lamtoro merupakan sumber vitamin A dengan kandungan β-karoten tinggi dan mempunyai kandungan xantofi lebih tinggi dibandingkan jagung kuning sebagai sumber pigmentasi pada kulit dan kuning telur unggas. Namun dedaunan leguminosa pohon banyak mengandung senyawa fenolik dalam konsentrasi yang tinggi, khususnya tanin dan mimosin seperti halnya daun lamtoro (Jayanegara dan Sofyan, 2008). Alley cropping lamtoro dan sorgum diharapkan dapat saling melengkapi karena pertumbuhan sorgum membutuhkan nitrogen yang cukup banyak. Nitrogen tersebut dapat diperoleh melalui fiksasi nitrogen dari udara yang dilakukan oleh bintil akar yang terdapat pada akar lamtoro. Daun lamtoro yang rontok juga dapat digunakan sebagai kompos untuk tanaman sorgum.
18
Pertumbuhan sorgum Pemberian dosis pupuk kompos berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi, lilit batang, berat daun, berat batang, bobot biji per 10 batang sorgum dan tidak dapat meningkatkan bobot biji per 1000 butir. Sorgum dapat tumbuh pada suhu 30-35°C dengan ketinggian < 200-1200 m dpl dan dapat beradaptasi pada lahan kering. Di Timor Leste sorgum dapat tumbuh pada lahan kering dan datar dengan ketinggian tempat 0 - 400 m dpl dengan suhu maksimal 30 -35°C, curah hujan 500 – 1500 mm kelerengan 15% (http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id). Pertumbuhan sorgum dibagi menjadi 3 fase pertumbuhan, yaitu vegetatif (umur 0-30 hari), generatif (umur 30-60 hari), pengisian biji (umur 60-90 hari). Dalam percobaan ini sorgum dipanen pada umur 90 hari. Produksi biji sorgum sebanyak 1,318 kg/10 batang atau 20,1654 kg/100m2 atau 2.016,54 kg/ha =2,016 ton/ha. Produksi biji sorgum tersebut termasuk tinggi untuk wilayah beriklim kering seperti di Timor Leste. Pengaruh pupuk organik terhadap pertumbuhan sorgum menyebabkan adanya pengaruh bersifat positif ataupun negatif. Pengaruh positif akan menghasilkan peningkatan produksi dari semua komponen tanaman yang ada pada pola tersebut, sedangkan pengaruh negatif akan menyebabkan penurunan produksi tanaman itu sendiri atau tanaman lainya. Pemberian dosis pupuk pada lahan agraforestri sebagai simulasi letak pemilihan tanaman semusim yang akan ditanam bersama tanaman pokok di lahan agroforestri. Pengembangan tanaman sorgum perlu dilakukan untuk menunjang pengembangan diversifikasi pangan sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan pangan dimasa mendatang. Tanaman sorgum memiliki keunggulan seperti daya adaptasi luas, tahan kekeringan, dapat diratun, dan cocok dikembangkan dilahan marginal. Seluruh bagian tanaman memiliki nilai ekonomis. Sorgum juga mempunyai manfaat yang sangat luas antara lain untuk pakan ternak, bahan baku industri makanan dan minuman, bahan baku untuk media jamur merang, industri alcohol dan bahan baku etanol (http://www.pustaka-deptan.co.id, 2010). Manfaat sorgum antara lain untuk pangan (biji, tepung), untuk pakan ternak, (daun, batang), untuk ethanol (batang), untuk xilitol (malai dan batang). Dengan adanya pengembangan sorgum diharapkan akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memacu perekonomian terutama pada lahan kering dan pada daerah tertinggal. Keunggulan sorgum terletak pada daya adaptasi agroekologi yang luas, tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, perlu input lebih sedikit serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibanding tanaman pangan lain. Selain itu, tanaman sorgum memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, sehingga sangat baik digunakan sebagai sumber bahan pangan maupun pakan ternak alternatif. Pemanfaatan tanaman sorgum mulai dari daun dan batang yang masih muda dapat digunakan sebagi bahan pembuatan sirup karena rasanya yang cukup manis, selain itu batang sorgum merupakan lumbung bioetanol yang dapat digunakan sebagai bahan bakar. Biji dan daun dari sorgum memiliki manfaat yang tidak kalah dengan batangnya. Biji sorgum merupakan potensi terbesarnya yaitu dengan kandungan gizi tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai pangan bagi manusia. Daun sorgum yang biasanya dibuang oleh petani setelah mengambil bijinya, ternyata juga sangat potensial untuk dijadikan sebagai pakan ternak. Biji sorgum dapat digunakan sebagai bahan pangan serta bahan baku industri pakan dan pangan
19
seperti industri gula, monosodium glutamat (MSG), asam amino, dan industri minuman. Dengan kata lain, sorgum merupakan komoditas pengembang untuk diversifikasi industri secara vertikal (Sirappa, 2003). Supriyanto (2010) menjelaskan bahwa batang dan daun sorgum dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak, terutama sapi, batangnya renyah dan manis.Di Australia di kembangkan forage sorghum dan sweet sorghum untuk pakan ternak. Potensi batang dan daun sorgum dapat mencapai 30-40 ton/ha berat basah. Di jelaskan oleh Sirappa, (2003), bahwa limbah sorgum (daun dan batang segar) dapat dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak. Sorgum merupakan tanaman pangan penting ke lima di dunia setelah padi, gandum, jagung dan barley (Reddy et al. 2007). Tanin pada tanaman sorgum berfungsi melindungi biji dari jamur, serangga dan burung sebelum masa panen sehingga dapat menguntungkan secara ekonomis. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan parameter pertumbuhan setiap perlakuan. Setiap tanaman memiliki respon yang berbeda terhadap pemupukan. Adapun perlakuan pupuk kompos yang relatif paling baik terhadap tanaman sorgum dan lamtoro adalah pemberian pupuk dengan dosis 80 kg/plot. Produksi biomassa sorgum Produksi biomassa batang dan daun sorgum sebanyak 1,81 kg dan 4,70 kg = 6,51 kg/10 btg atau 99,603/100m2=9.960,3 kg/ha atau 9,9603 ton/ha produksi biomassa tersebut termasuk rendah jika dibandingkan dengan CTY 33 yang ditanam di Bogor pada curah hujan yang tinggi (3000 mm/tahun), yaitu sebesar 60 ton/ha (Supriyanto 2013). Namun jika dilihat dari kondisi iklim di Timor Leste produksi biomassa tersebut masih cukup baik untuk menopang kebutuhan pakan ternak terutama sapi.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pupuk organik dari serasah dan kotoran sapi dapat digunakan untuk menanam lamtoro dan sorgum di lahan kering dengan sistem alley cropping 2. Dosis minimal yang dianjurkan adalah dosis yang digunakan untuk sorgum 40 kg/100 m² sedangkan untuk lamtoro 80 kg/100 m². 3. Teknik alley cropping lebih dianjurkan untuk lahan kering. Saran 1. Perlunya penelitian lanjutan mengenai penggunaan dosis pupuk 80 kg/100 m² untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum serta berat daun lamtoro setelah pemangkasan pertama. 2. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai serangan hama dan penyakit pada tanaman sorgum.
20
DAFTAR PUSTAKA
ALGIS MAF. 2011. Topografi dan Iklim di Timor Leste. kementerian Pertanian dan Perikanan Timor Leste Agus, Syaiful A. 2014. Kompos Berasal dari Kotoran Sapi dan Ampas Tebu. Budiman H, Sjamsimar D. 1994. Hijauan Pakan Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. D’Melo, Thomas. 1992. Hasil Analisis Kimia Daun Lamtoro Mengandung Protein Kasar. Direccção Nacional de floresta 2009. Data Statistik Floresta, Departemento Reflorestação. Dili Timor Leste. Djuarnani N. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta Handoko. 1994. Klimatologi Dasar. Landasan Pemahahaman Fisika Atmosfer dan Unsur-Unsur Iklim. Pustaka Jaya. Jakarta. Hadisuwito S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. Jakarta: PT Agromedia Pustaka. http://bbsdlp.litbang.pertanian.go.id. 2014. Roadmap Strategi Sektor Pertanian Menghadapi Perubahan Iklim http://www.pustaka-deptan.co.id. 2010. Teknologi Budidaya Tanaman Sorgum. Iskandar. 2012. Reklamasi dan pengelolaan Lahan Bekas Tambang. Makalah disampaikan pada seminar Reklamasi dan Pengolahan Lahan Bekas Tambang serta kewajiban Iuran Pertambangan” di Muara Teweh, 10 dan 11 April 2012 Jayanegara A, A. Sofyan. 2008. Penentuan aktivitas biologis tannin beberapa hijauan secara in vitro menggunakan ‘Hohenheim Gas Test’ dengan polietilen glikol sebagai determinan. Med. Pet. 31:44-52. Kiay, Mohamad Zulyanto. 2014. Level penambahan tepung daun lamtoro (Leucaena leucocephala) dalam ransum untuk meningkatkan kualitas kuning telur puyuh. Lundgren BO and JB Raintree. 1982. Sustained Agroforestry in Nestel B (Ed). 1982. Agricultural Research for Development. Potentials and Challenges in Asia. ISNAR, The Hague, The Netherlands. 37-49. Marcia B. Pabendon, M. Aqil, dan S. Mas’ud. 2012. Kajian Sumber Bahan Bakar Nabati Berbasis Sorgum Manis. Naskah, IPTEK TANAMAN PANGAN VOL. 7 NO. 2 Mattjik. A.A, Sumertajaya. I.M. 2000. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan MINITAB. Bogor: IPB Press. Reddy BVS, Dar WD. 2007. Sweet sorgum for bioetanol. Makalah pada workshop “Peluang dan Tantangan sorgum Manis sebagai bahan baku bioetanol”. Dirjen Perkebunan, departemen Pertanian. Jakarta 8 hal Supriyanto 2010. Pengembangan sorgum dilahan kering untuk memenuhi kebutuhan pangan, pakan, energi dan industri. Bogor: SEAMEOBIOTROP.IPB. Sutedjo M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. Sirappa M.P. 2003. Prospek Pengembangan Tanaman Sorgum di Indonesia sebagai Komoditas Alternatif untuk Pangan, Pakan dan Industri. Balai
21
Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Jurnal Litbang Pertanian : 22(4). Sutanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. Samekto R. 2006. Pupuk Kompos. Klaten: PT Intan Sejati USDA (United States Departement of Agriculture). 2008. Conservation Plant Characteristics. http://plants.usda.gov/ (diakses 10 November 2014) Lampiran 1 Tabel Anova Sorgum dan Lamtoro 1. Persentase tumbuh sorgum Source
DF
Perlakuan ulangan Error Corrected Total
2 2 4 8 1.89
KK
Sum of Squares 7.69 17.37 13.39 38.45
2. Tinggi tanaman sorgum Source DF Sum of Squares Perlakuan 2 2365.96 ulangan 2 1568.42 Error 85 10365.58 Corrected Total 89 14299.96 KK 6.28
3. Lilit batang sorgum Source DF Sum of Squares Perlakuan 2 20.42 ulangan 2 3.75 Error 85 5.28 Corrected Total 89 29.46 KK 4.46
Mean Square 3.84 8.69 3.34
F Value
Pr > F
1.15 2.60
0.40 0.19
Mean Square 1182.98 784.21 121.95
F Value Pr > F 9.70 0.0002 6.43 0.0025
Mean Square 10.21 1.88 0.06
F Value Pr > F 164.45 <.0001 30.24 <.0001
4. Berat daun sorgum Source
Perlakuan Ulangan Error Corrected Total KK
DF
2 2 4 8 0.59
Sum of Squares
Mean Square
0.43 0.07 0.003 0.50
0.21 0.04 0.00007
F Value
Pr > F
2739.57 453.57
<.0001 <.0001
22
5. Berat batang sorgum Source
DF
Perlakuan ulangan Error Corrected Total
2 2 4 8 3.72
KK
Sum of Squares 0.51 0.09 0.11 0.711
6. Bobot biji per petak sorgum Sum of Source DF Squares Perlakuan 2 128834.00 ulangan 2 1470.87 Error 4 4713.33 Corrected Total 8 148256.00 KK 2.34
Mean Square 0.26 0.044
F Value 9.30 1.62
Mean Square 644.170.000 73.543.333 11.783.333
Pr > F 0.0313 0.3057
F Value 54.67 6.24
0.0012 0.0589
F Value
Pr > F
5.45 0.90
0.0721 0.4768
Pr > F
7. Bobot 1000 biji sorgum Source
DF
Perlakuan ulangan Error Corrected Total
2 2 4 8 3.95
KK
Sum of Squares 17.56 2.89 6.44 26.89
8. Tinggi tanaman lamtoro Source DF Sum of Squares Perlakuan 2 51.29 ulangan 2 1160.09 Error 85 1855.74 Corrected total 89 3067.12 KK 3.90
Mean Square 8.78 1.44 1.61
Mean Square 25.64 580.04 21.83
F Value Pr > F 1.17 0.3139 26.57 <.0001
23
9. Keliling lamtoro Source DF Sum of Squares Perlakuan 2 56.87 ulangan 2 0.75 Error 85 10.71 Corrected total 89 68.33 KK 9.41
Mean Square 28.43 0.37 0.12
F Value Pr > F 225.58 <.0001 2.96 0.0572
10. Berat daun lamtoro Source
DF
Perlakuan Ulangan Error Corrected Total KK
2 2 4 8 2.62
Sum of Squares
0.49 0.11 0.03 0.63
Mean Square
F Value
Pr > F
0.25 0.05 0.008
30.15 6.57
0.0039 0.0545
Mean Square 0.47 0.26 0.004
F Value 96.40 54.23
11. Berat batang lamtoro Source
DF
Perlakuan ulangan Error Corrected Total
2 2 4 8 1.78
KK
Sum of Squares 0.94 0.53 0.02 1.48
12. Persentase serangan burung Sum of Source DF Squares 2 561.56 Perlakuan 2 629.56 ulangan 4 1225.11 Error Corrected Total 8 2416.22 40.28 KK
Mean Square 280.78 314.78 306.28
Pr > F 0.0004 0.0013
F Value
Pr > F
0.92 1.03
0.4702 0.4363
24
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Dili pada tanggal 05 September 1968 sebagai anak ke enam dari delapan bersaudara pasangan Bapak Carlos Gonsalves Granadeiro dan Ibu Maria Helena de Almeida. Penulis merupakan lulusan SKMA Negeri Kadipaten, Kabupaten Majalengka (1990) dan pada tahun 2012 penulis masuk IPB melalui kerja sama dengan ETICA dan pemerintahan Departemen Kehutanan Timor Leste di IPB Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis sebagai Pegawai Negeri Departemen Kehutanan pada waktu masih bersama dengan Indonesia di Kanwilhut Timor Tmur pada waktu itu (1990-1999), setelah terlepas dari Indonesia kembali aktif sebagai Pegawai negeri sipil di kementerian Pertanian dan perikanan Negara Timor Leste pada direktorat Jenderal departemen Kehutanan Timor Leste (2000) hingga saat ini dan mengikuti Praktek Kerja Profesi (PKP) di Persemaian Maubara Kabupaten Liquisa, Timor Leste (2014). Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Pemanfaatan kompos organik untuk pertumbuhan semai lamtoro (Leucaena leucocephala) dan sorgum (Sorghum bicolor L.) di lahan Persemaian Maubara, Kabupaten Liquisa -Timor Leste. di bawah bimbingan Dr Ir Supriyanto.