JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 7. No. 1 Januari 2011
PENGARUH DAUN MINDI (Melia Azedarach L.) TERHADAP KADAR GULA DARAH DENGAN MENGGUNAKAN TIKUS JANTAN (Rattus Norvegicus) Oleh: Lia Ratna Sari1 ABSTRACT Background: The diabetes mellitus disease is a chronically disease that suffered by mostly people and requires a long period and routine medicinal treatment. The consumption of orally antidiabetical such as glibenclamid for long period causes unwanted side effect. The Mindi leaves as one of the traditional medicines has been utilized frequently. The research concerning about the utilizing of the Mindi leaves intravenously has been conducted but the effect of the utilizing of Mindi leaves boiled water in accordance with the people's utilizing has not been researched yet. Objective: This research has the purpose to observe the effect of Mindi leaves (melia azedarach I.) in decreasing the blood glucose content of the white experimental male mouse that suffered diabetes. Method: This research was carried out toward the subject of the white experimental male mouse (Rattus Norvegicus) number in 25 mousses of 200 - 250 grams weight and 4 months old. The treatment was divided into 5 groups and each group consists of 5 mousses. The first group was given standard medicine (glibenclamide) as the positive control, the second group was given the Mindi leaves boiled water of 0.1 g/ kg weight dosage, the third group was given the Mindi leaves boiled water of 0.2 g/ kg weight dosage, the fourth group was given the Mindi leaves boiled water of 0.4 g/ kg weight dosage, and the fifth group was being the negative control (aquadest). The mousses were made into suffering diabetes by inducting intravenously with streptozocotin of 50 mg/kg weight. The measurement of the blood glucose content was carried out at the day 0.7, 14 and 21 by means of GOD-PAP method (without deproteinisation). The data of measurement was processed by means of one-way Anova and continued by the Post Hoc Test. Result: From the Anova analysis result, it was showed that at the day 21 there a significance difference between the treatment of F output = 24.0145 > F tabel = 2.84 and from the Post Hoc Test it was found that in group IV that is the treatment of the Mindi leaves boiled water of 0.4 g/kg weight dosage capable to decrease the blood glucose content significantly (p>0,05). The conclusion of this research is the giving of the Mindi leaves boiled water of 0.4 g/ kg weight dosage is capable to decrease the blood glucose content of the white experimental male mouse that suffered diabetes significantly.
Key words: Melia Azedarach (mindi leaves), tradisional plant, hyperglikemik, diabetes mellitus 1
Pengajar Politeknik BSI Yogyakarta
1
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 7. No. 1 Januari 2011
PENDAHULUAN Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh gangguan metabolisme karbohidrat sebagai sumber energi (Widiastuti, 1989) Kehidupan sehari-hari penyakit ini dikenal atau disebut penyakit kencing manis (Asdie, A.H, 1988) yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) kronik akibat defisiensi insulin relatif maupun absolute (WHO, 1985). Diabetes Mellitus sebenarnya merupakan suatu kelompok heterogen penyakit yang gambaran umumnya adalah hiperglikemia. Secara sederhana penyakit ini dapat dibedakan/ diklasifikasikan dalam dua varian yang dibedakan berdasarkan pola pewarisan, respons insulin dan asalnya. Terdapat gejala khas dari Diabetes Mellitus yaitu polidipsi, poliuri dan polifagi (Suharto, dkk, 1980) Diabetes Mellitus terjadi karena terhambatnya penyerapan glukosa ke dalam sel serta gangguan metabolismenya sehingga akan timbul hiperglikemia. Keadaan normal 50 % glukosa yang dimakan akan termetabolisme dengan sempurna menjadi CO2 dan air, 5 % menjadi glikogen dan 30 - 40 % diubah menjadi lemak. Penderita diabetes semua itu terganggu sehingga semua glukosa yang dimakan akan tetap dalam sirkulasi darah dan energi utama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Polidipsi timbul karena dehidarasi yang disebabkan glukosa tidak berdifusi dengan mudah melalui pori-pori membran sel dan peningkatan tekanan osmotik cairan ekstrasel menyebabkan pemindahan osmotik air keluar dari sel. Efek dari glukosa yang berlebihan menyebabkan kehilangan glukosa dalam urin dan menyebabkan diuresis. Diuresis terjadi karena efek osmotik glukosa dalam tubulus mencegah reabsorpsi cairan oleh tubulus sehingga
SURYA MEDIKA menyebabkan poliuri. Polifagi timbul karena perangsangan pusat nafsu makan di hipotalamus oleh karena kurangnya pemakaian glukosa (Suharto, dkk, 1980). Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronik sehingga memerlukan pengobatan yang lama dan rutin (Darmono, 1990). Penyebab diabetes Mellitus dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor pankreas, faktor darah, faktor perifer (reseptor defect sehingga insulin tidak dapat bekerja), dan faktor infeksi (virus) (Tjokroprawiro, A, 1989). Diagnosis Diabetes Mellitus dapat ditegakkan dengan melihat gejala khas dan mengukur kadar glukosa darah sewaktu lebih dari 200 mg/dl (Moerdowo, R. M, 1989). Selain itu untuk mempertegas diagnosis dapat dilakukan berbagai macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan penyaring, tes penentu, test monitoring dan tes kondisi. Penggunaan obat antidiabetik oral yang digunakan masyarakat antara lain dari derivat sulfonilurea yaitu glibenklamid yang memiliki mekanisme kerja pelepasan insulin dari sel B, pengurangan kadar glukagon dalam serum, dan berefek pada ekstra pankreas untuk memperkuat kerja insulin pada jaringan targetnya (Katzung, B. G, 1997). Penggunaan jangka panjang dan rutin banyak menimbulkan efek samping antara lain mual, alergi pada kulit, berpengaruh pada sistem haemopoetik yaitu trombositopenia, leukopenia dan agranulositosis. Berdasarkan uraian di atas maka diharapkan bagi penderita Diabetes Mellitus untuk mendapatkan pengobatan alternatif yang relatif lebih murah dan aman. Daun mindi (Melia Azedarach L.) yang dikenal di masyarakat banyak digunakan sebagai obat tradisional. Salah satu khasiat yang dilaporkan, daun tanaman ini dapat digunakan sebagai
2
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 7. No. 1 Januari 2011
obat kencing manis (Diabetes Mellitus) (Hidayat dan Hutapea, J.R., 1991). Selain itu daun dari tanaman mindi ini dapat digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah pada penderita Diabetes Mellitus (Dharma, A.P, 1987) Kandungan utama dari daun ini adalah saponin, flavonoida dan polifenal (Hidayat, dkk, 1991). Flavonoida berfungsi sebagai antioksidan yang utama selain itu juga sebagai antikarsinogenik, antiinflamasi dan juga antiallergik (Aruoma, dkk, 1993). Uraian di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah melihat efek air rebusan daun mindi (Melia Azedarach L.) dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus putih jantan ( Rattus Norvegicus ) yang menderita diabetes mellitus. BAHAN DAN CARA PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental murni. Subyek yang diteliti adalah tikus putih (Rattus novergicus) galur wistar jantan yang diperoleh dari UPHP (Unit Pengembangan Hewan Percobaan) UGM. Jumlah hewan coba sebanyak 25 ekor dengan berat badan berkisar 200 250 gram, umur 4 bulan. Semua tikus dalam keadaan sehat sebelum perlakuan. Subyek penelitian dibagi menjadi 5 kelompok. Tiap kelompok hewan coba terdiri dari 5 ekor, kemudian masing-masing kelompok mendapat perlakuan yang berbeda yaitu kelompok I merupakan kontrol positif dengan perlakuan obat standar (glibenklamid) dosis 20 mg/kg.BB, kelompok II diberi air rebusan daun mindi 0,1 g/kg.BB, kelompok III diberi air rebusan daun mindi 0,2 g/kg.BB dan kelompok IV diberi air rebusan daun mindi 0,4 g/kg.BB dan
SURYA MEDIKA kelompok V sebagai kontrol negatif pemberian aquades 2,5 ml/kg.BB. Penentuan dosis berdasarkan dosis pada manusia, kemudian dikonversikan ke tikus putih berat 200 gram tetapan 0,018. Ransum tikus adalah BR ad lib. Perlakuan berlangsung selama 21 hari dengan frekuensi pemberian bervariasi tergantung dosis yang diberikan dengan memakai sonde oral. Tikus dibuat dalam keadaan diabetes dengan diinduksi streptozotocin dosis 50 mg/ kg. BB secara intraperitoneal (Chiba, T, 1981). Waktu yang dibutuhkan untuk menjadi diabetes (kadar glukosa sesaat > 200 mg/dl) adalah 10 hari. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pada hari ke 0, 7, 14, dan 21. Pengukuran kadar glukosa darah menggunakan methode GOD PAP (tanpa deproteinisasi ). Pembuatan air rebusan daun mindi dengan cara air dengan volume yang merupakan hasil konversi dengan volume pada manusia dicampur dengan daun mindi segar sebanyak 1,62 gram yang telah dikonversikan dengan dosis manusia. Kemudian direbus sampai suhu 100° C dan dipekatkan lagi sampai menjadinya setengahnya (Hidayat dan Hutapea, J.R.,1991). Penegakan diagnosis diabetes mellitus pada percobaan ini dengan melihat kadar glukosa darah sesaat lebih dari 200 mg/dl (Moerdowo, R.M, 1989) Analisis data yang dilakukan adalah one-way Anova untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok dan kemudian dilanjutkan dengan Post Hoc Test untuk mengetahui kelompok mana yang paling bermakna menurunkan kadar glukosa darah.
3
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 7. No. 1 Januari 2011
HASIL PENELITIAN Hasil dari rerata kadar gula darah selama pengambilan pada masing-
masing kelompok dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1. Rerata Kadar Gula Darah Tikus Rattus (mg/dl) Kelompok
Pengukuran Hari Ke-0
Hari Ke-7
Hari Ke-14
Hari Ke-21
KGD
SD
KGD
SD
KGD
SD
KGD
SD
Kontrol (+)
360,20
21,42
207,40
17,18
135,60
17,53
119,60
41,24
II. Daun Mindi 0,lg/kg.BB
549,40
34,65
340,40
40,43
237,00
24;91
193,00
24,90
III. Daun Mindi 0,2 R/Kg-BB
447,40
88,17
342,20
42,01
269,20
27,40
215,20
22,19
IV. Daun Mindi 0,4 g/kg.BB
407,00
63,18
196,60
14,64
112,80
10,50
82,40
10,92
V. Kontrol (-)
277,33
9,93
213,33
22,31
183,00
12,31
180,17
18,36
I.
Tabel terlihat pada hari ke 0 kadar glukosa darah semua kelompok menunjukkan nilai yang tinggi. Hal ini disebabkan karena pada hari ke 0 semua tikus diinduksi streptozotocin (50 mg/kg..BB) secara intraperitoneal dan belum diberikan perlakuan. Setelah diberi perlakuan, kelompok kontrol positif terlihat mengalami perbaikan mulai hari ke 14, menunjukkan kadar glukosa darah semakin menurun dan mendekati nomal. Kelompok kontrol positif mengalami perbaikan sekitar 66%. Pada kelompok kedua juga mengalami penurunan kadar glukosa darah sekitar 65 %. Kelompok ketiga juga mengalami penurunan kadar glukosa darah sebesar 52 %. Kelompok keempat terlihat pada pengukuran ke-4 (hari ke-21) kadar glukosa sudah menjadi normal bahkan lebih rendah dibanding kontrol positif dan mengalami penurunan kadar glukosa darah sekitar 80%. Kelompok ke-V sebagai kontrol
negatif hanya mengalami penurunan kadar glukosa sekitar 36 %. Hasil analisis data menggunakan uji Anova satu jalan dari hari ke 7, 14 dan 21 sewaktu pengambilan darah diperlihatkan pada tabel 2. Tabel 2. Hasil one-way Anova Pada Hari ke-7, 14 dan 21 Pengukur Df an ke-7 Hari 4 Hari ke4 14 Hari ke4 * 21p < 0,05 signifikan.
F 32,735 57,799 24,015
p .000* .000* .000*
Tabel 2 tersebut terlihat bahwa terdapat perbedaan yang bermakna yaitu pada had ke-7 perlakuan terlihat F output - 32,735 > Ftabel = 2,84 sehingga dapat disimpulkan rata-rata kadar gula darah kelima perlakuan berbeda nyata. Kemudian dilanjutkan dengan Post Hoc Test menunjukkan bahwa kelompok ke
4
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 7. No. 1 Januari 2011
IV mengalami penurunan yang bermakna dibanding kelompok lain dengan p < 0,05. Pengukuran had ke14 terlihat F output = 57,799 > F tabel = 2,84 sehingga dapat disimpulkan rata-rata kadar gula darah kelima perlakuan berbeda nyata. Kemudian hasil Post Hoc Test menunjukkan bahwa kelompok IV yang paling besar mengalami penurunan bermakna dengan p < 0,05. Pengukuran hari ke21 juga terlihat F output = 24,015 > F tabel = 2,84 sehingga dapat disimpulkan rata-rata kadar gula darah kelima perlakuan berbeda nyata. Kemudian dilanjutkan Post Hoc Tes dan terlihat kelompok IV mengalami penurunan yang bermakna kadar glukosanya (p < 0,05 ) terhadap seluruh kelompok perlakuan. Anova one-way kemudian dilanjutkan dengan Post Hoc Tes dapat disimpulkan bahwa yang paling bermakna menurunkan kadar glukosa darah yaitu kelompok IV dengan perlakuan pemberian air rebusan daun mindi dosis paling tinggi yaitu 0,8 mg/kg.BB. Pengukuran berat badan sejak awal penelitian sampai akhir secara statistic tidak ada perbedaan yang bermakna (p > 0,05).
Gambar 1. Grafik Rerata Kadar Gula Darah (KGD) Pada Pengukuran Hari ke-0, 7, 14 dan 21 Hasil penetapan kadar glukosa darah tikus diabetik pada kelima kelompok dapat dilihat lebih jelas pada
SURYA MEDIKA gambar 1 yang berisi grafik rerata KGD pada kelima kelompok tikus diabetik. PEMBAHASAN Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian air rebusan daun mindi dengan dosis 0,4 g/kg.BB selama tiga minggu mampu menurunkan kadar glukosa darah sampai dalam rentang normal yaitu disesuaikan dengan manusia 80 - 120 mg/dl (Darmono, S, 1990). Efek dari air rebusan daun mindi ditunjukkan dengan adanya penurunan kadar glukosa darah pada tikus dan semakin besar penurunan kadar glukosa maka semakin nyata efek dari air rebusan daun mindi tersebut. Pemberian dosis daun mindi 0,1 g/kg.BB dan 0,2 g/kg.BB terlihat menurunkan kadar glukosa darah belum mencapai kadar glukosa normal. Ada kemungkinan karena waktu perlakuan hanya 3 minggu sehingga pada dosis tersebut belum menunjukkan efek atau mekanisme kerja yang optimal. Beberapa mekanisme penurunan kadar glukosa darah dari golongan sulfonilurea adalah perangsangan sekresi insulin di pankreas agar terjadi pelepasan insulin, peningkatan aktivitas faal insulin dalam darah ataupun perbaikan sel-sel beta Langerhans pancreas (Suharto, B., Gan, 1980). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan dosis yang paling tinggi yaitu 0,4 g/kg.BB mampu menurunkan kadar glukosa darah dalam waktu 21 hari. Kondisi mekanisme penurunan kadar glukosa darah pada percobaan tikus yang diinduksi streptozotocin dosis 50 mg/ kg BB dengan memperbaiki sel beta Langerhans pankreas dalam perangsangan sekresi insulin atau dengan mempertinggi aktivitas faal
5
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 7. No. 1 Januari 2011
insulin melalui penarikan glukosa oleh jaringan dan penghambatan pembentukan glukosa dari glikogen hati (Suharto, B., Gan, 1980). Kepastian mengenai mekanisme penurunan yang terjadi, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut melalui pemeriksaan histologi jarring an pankreas tikus setelah perlakuan. Penelitian tentang studi pendahuluan efek hipoglikemik infus daun mindi pada tikus putih jantan, menunjukkan bahwa pemberian secara infus daun mindi 40% b/v 20 ml/kg.BB mampu menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih jantan diabetik sampai melebihi kontrol dengan pemberian obat tolbutamid (Istiyaroh, N., 1987) Dilaporkan kegunaan dari daun ini adalah sebagai dermatosis, antihelminthik, expektorant, dan hipoglikemik (Jain, S.K., and Fillipps, R. A, 1991) Salah satu fungsinya sebagai hipoglikemik maka ada kaitannya dalam pengobatan antidiabetik. Selain itu, daun mindi yang disebut neem tree yang dapat dimanfatkan dalam dunia kedokteran selain sebagai antihelminthik juga sebagai antidiabetik dan juga penyakit sipillis (Jacobson, M., 1989) Kandungan daun ini yang paling utama adalah flavonoid (Robinson, T.,1995) Flavonoid merupakan derivat flavone yang dibentuk dalam jaringan tumbuhan dan kebanyakan mempunyai warna natural (Aruoma, Okezie, I.,1993) Flavonoid berperan dalam antioksidan yang digunakan untuk menghilangkan jumlah radikal bebas dalam tubuh (Aruoma, Okezie, I.,1993). Radikal bebas dapat diperoleh dari banyak sumber antar lain dari polusi udara, stres, makanan, radiasi, pestisida, dan penurunan kemampuan tubuh (proses degeneratif) (Varma,
SURYA MEDIKA S.D., Mizunoa, Kinoshita, 1977) Dilaporkan berbagai macam kegunaan dari flavanoid adalah meningkatkan perlindungan sel-sel tubuh dari kanker, melindungi dari serangan jantung, hipertensi, dan stroke, melindungi selsel dalam tubuh dari radikal bebas, untuk memperkuat sistem imun, mencegah terjadinya penyakit katarak, dan juga mencegah proses penuaan. Berdasarkan fungsi dari beberapa flavonoid maka flavonoid antioksidan dapat berfungsi dalam memperbaiki sel-sel beta pankreas yang rusak dalam penyakit diabetes mellitus (Varma, S.D., Mizunoa, Kinoshita, 1977). Oleh karena itu mengingat daun mindi sudah banyak dikonsumsi oleh masyarakat sebagai obat alternatif dalam pengobatan diabetes mellitus, maka perlu untuk diketahui secara pasti zat apa yang dapat menurunkan kadar glukosa darah secara lebih rinci dan perlu penelitian lebih lanjut. KESIMPULAN Penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa air rebusan daun mindi dengan dosis 0,4 g/kg BB mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah tikus dalam waktu 21 hari secara bermakna (p< 0,05) dibandingkan dengan kontrol negatif dan glibenklamid (kontrol positif). DAFTAR PUSTAKA Aruoma, Okezie, I., 1993, Free Radical in Tropical Disease, Harwood Academic Publisher GmbH, Switzerland. Asdie, A.H, 1988, Penatalaksanaan Diabetes Mellitus pada Orang Dewasa, Berkala Ilmu Kedokteran XX, no.3, FK- UGM, Yogyakarta. Chiba, T., Kadowaki, S., and Tamiriato, T., 1981, Concentration and
6
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 7. No. 1 Januari 2011
Secretion of Gastric Somatostatin in Streptozotocin-diabetic Rats, Diabetes Vol 30. Darmono, S, 1990, Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid H, Balai Penerbit FK UI, Jakarta. Dharma, A.P., Indonesian Medicinal Plants First, Edisi 1, Balai Pustaka, Jakarta, 1987 Istiyaroh, N., 1987, Studi Pendahuluan Efek Hipoglikemik Infus Daun Mindi Pada Tikus Putih Jantan, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta. Jain, S.K., and Fillipps, R. A., 1991, Medisinal Plants of India, reference Publication, Algonac MI. Jacobson, M., 1989, Focus on Phytochemical Pesticides, The Neem Tree Cilc Press, Boca Parton, Voll. Katzung, B. G, 1997, Basic and Clinical Pharmacology, edisi 6, EGC, Jakarta. Moerdowo, R. M, 1989, Etiopatogenesis Klinik dan Terapi Penyakit Kencing Manis, Ahli Penyakit Dalam Spektrum Diabetes Mellitus, Penerbit Djambatan, Jakarta.
SURYA MEDIKA Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Penerbit Institut Teknologi Bandung, Bandung. Suharto, B., Gan, S, 1980, Insulin, Glukagon, dan Antidiabetik Oral, Farmakologi dan Terapi, edisi 2 , FKUI, Jakarta. Syamsulhidayat, S.S., dan Hutapea, J.R., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dan Dep. Kesehatan. Tjokroprawiro, A, 1989, Diabetes Mellitus Klasifikasi Diagnosis dan Dasar-Dasar Terapi. Penerbit PT Gramedia, Jakarta. Varma, S.D., Mizunoa, Kinoshita, 1977, Diabetic Cataracts and Flavonoid Science, 195:205-206. Widiastuti, 1989, Kebijakan Pemerintah mengenai Pengobatan Tradisional, Naskah Lengkap Seminar Sehari Peranan Pengobatan Tradisional dalam rangka Sistem Kesehatan Nasional, 16 September 1989, Universitas Padjajaran, Bandung. World Health Organization, 1985, Diabetes Mellitus, Technical Report Series No. 27, WHO Study Group-WHO.
7