PENGGUNAAN POT ORGANIK PRAKTIS UNTUK PEMBIBITAN SUREN (Toona sinensis Roem.) DI RUMAH KACA
SITI SADIDA HAFSYAH
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penggunaan Pot Organik Praktis untuk Pembibitan Suren (Toona sinensis Roem.) di Rumah Kaca adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2015 Siti Sadida Hafsyah NIM E44110019
ABSTRAK SITI SADIDA HAFSYAH. Penggunaan Pot Organik Praktis untuk Pembibitan Suren (Toona sinensis Roem.) di Rumah Kaca. Dibimbing oleh SRI WILARSO BUDI R. Pot organik praktis adalah wadah media semai berbahan dasar organik yang dapat menjadi salah satu solusi dari permasalahan penggunaan polybag, yaitu salah satunya dapat menjadi limbah yang sulit terurai setelah digunakan. Selain sebagai pengganti fungsi polybag, penelitian mengenai pot pupuk organik praktis dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai komposisi bahan baku pot organik praktis terhadap pertumbuhan tanaman Toona sinensis. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan satu faktor yaitu komposisi bahan baku dalam pembuatan pot organik praktis (koran, kompos, dan guano). Hasil penelitian menunjukan bahwa komposisi bahan baku pot organik praktis berpengaruh terhadap pertumbuhan semai T. sinensis di persemaian. Bahan baku berupa koran, kompos dan guano memberikan pertumbuhan terbaik dilihat dari semua parameter pertumbuhan yang diamati, serta meningkatkan tinggi dan diameter tanaman sebesar 295.1% dan 125% dibanding kontrol (bahan baku koran), dan biomassa tertinggi yang dihasilkan sebesar 0.469 g pada umur 14 minggu setelah tanam. Kata kunci: Toona sinensis, wadah semai, pot pupuk organik praktis, komposisi bahan baku, bahan organik
ABSTRACT SITI SADIDA HAFSYAH. The Use of Practical Organic Pot for Suren (Toona sinensis Roem.) Seedling Production in the Greenhouse. Supervised by SRI WILARSO BUDI R. The practical organic pot is a seedling media container made from organic matter that can be used for replacing the polybags, the disadvantage of polybag is difficult to decompose. This research aims to examine the effect of various basic raw material compositions of practical organic pots to the growh of Toona sinensis. This research used Completely Randomized Design with one factor, that is basic raw material composition of practical organic pot (newspaper, compost, and guano). The results showed that basic raw material composition of practical organic pots effect on the growth of T. sinensis seedlings in the nursery. The row material from newspaper, compost, and guano showed the best growth of all the growth parameters observed, and showed increase the height and diameter by 295.1% and 125% compared to control (newspaper the material), and the highest biomass value of 0.469 g after 14 weeks of planting. Keyword: Toona sinensis, seedling container, practical compost organic pot, basic raw material composition, organic matter
PENGGUNAAN POT ORGANIK PRAKTIS UNTUK PEMBIBITAN SUREN (Toona sinensis Roem.) DI RUMAH KACA
SITI SADIDA HAFSYAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia, rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat diselesaikan penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan. Skripsi yang disusun berdasarkan penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 ini berjudul Penggunaan Pot Organik Praktis untuk Pembibitan Suren (Toona sinensis Roem.) di Rumah Kaca. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Sri Wilarso Budi R selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Atang dan Bapak Udin sebagai teknisi persemaian, serta rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis menyadari bahwa terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan pada skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran bersifat membangun untuk penyusunan selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Bogor, September 2015 Siti Sadida Hafsyah
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
1
METODE
2
Tempat dan Waktu
2
Alat dan Bahan
2
Prosedur Penelitian
2
Rancangan Penelitian
4
Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN SIMPULAN DAN SARAN
6 14
Simpulan
14
Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
14
LAMPIRAN
16
RIWAYAT HIDUP
17
DAFTAR TABEL 1 Komposisi Perlakuan 2 Hasil analisis kimia pot organik praktis semai suren 3 Uji lanjut Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik praktis terhadap pertumbuhan tinggi semai suren 4 Uji lanjut Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik praktis terhadap pertumbuhan diameter semai suren
5 6 7 10
DAFTAR GAMBAR 1 Grafik pertumbuhan tinggi semai suren selama 14 minggu 2 Perkembangan akar T. sinensis yang ditanam pada pot organik praktis berbahan baku (A) koran, kompos, dan guano, dan (B) koran 3 Grafik pertumbuhan diameter semai suren selama 14 minggu 4 Pertumbuhan semai T. sinensis pada pot organik praktis berbahan baku (A) koran, kompo, dan guano, (B) koran dan guano, (C) koran dan kompos), dan (D) koran 5 Pengaruh perlakuan komposisi bahan baku pot organik praktis terhadap Berat Kering Total (BKT) semai suren umur 14 MST 6 Pengaruh perlakuan komposisi bahan baku pot organik praktis terhadap Nisbah Pucuk Akar (NPA) semai suren umur 14 MST
7 9 11
11 12 13
DAFTAR LAMPIRAN 1 Sidik ragam pengaruh komposisi bahan baku pot organik praktis terhadap rata-rata pertumbuhan tinggi semai suren umur 14 MST di rumah kaca 2 Sidik ragam pengaruh komposisi bahan baku pot organik praktis terhadap rata-rata pertumbuhan diameter semai suren umur 14 MST di rumah kaca
16
16
PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan memiliki manfaat yang nyata bagi kehidupan, baik manfaat ekologi, sosial budaya maupun ekonomi. Dalam kedudukannya sebagai salah satu penentu sistem penyangga kehidupan, hutan telah memberikan manfaat yang besar bagi umat manusia, oleh karena itu harus dijaga kelestariannya (Sjarief 2010). Namun hutan telah banyak mengalami kerusakan baik disebabkan oleh bencana alam maupun ulah manusia. Upaya yang dilakukan untuk memulihkan kerusakan hutan misalnya dapat berupa pembangunan hutan tanaman industri (HTI), rehabilitasi hutan dan lahan, atau reklamasi hutan (Sjarief 2010). Penanaman pohon merupakan kegiatan utama yang dilaksanakan pada ketiga kegiatan ini. Penanaman di lokasi kegiatan diawali dengan penanaman bibit tanaman kehutanan yang umumnya menggunakan polybag sebagai wadah media tumbuhnya. Dengan kata lain, kebutuhan polybag pun meningkat. Polybag umumnya berbahan dasar polietilen (PE) yang memiliki berbagai keunggulan dan kelemahan. Keunggulan penggunaan polybag antara lain murah, mudah diperoleh, memerlukan ruang sedikit untuk penyimpanannya, ukuran dari kecil sampai besar, dan tidak memerlukan pendukung tambahan. Kelemahan penggunaan polybag yaitu digunakan untuk sekali pakai, membutuhkan media lebih banyak, waktu dan tenaga diperlukan untuk pengisian media lebih banyak, pertumbuhan akar kurang baik, dan setelah digunakan polybag akan menjadi limbah yang sulit diurai (Kurniaty dan Danu 2012). Wadah semai berbahan dasar organik merupakan salah satu solusi dari permasalahan dalam penggunaan polybag. Penelitian mengenai wadah semai berbahan dasar organik telah dilakukan oleh Syaputra (2011) dan Budi et al. (2012) yang dinamakan pot pupuk praktis. Hasil penelitian menyatakan bahwa pot pupuk praktis dengan bahan baku kombinasi antara kertas koran dan kompos (50:50 v/v) serta perekat tannin merupakan komposisi bahan baku pot yang terbaik untuk pertumbuhan Gmelina arborea. Namun belum diketahui pertumbuhan bibit tanaman kehutanan lainnya dengan kandungan bahan organik berbeda dalam pot. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis bahan organik dalam penggunaan pot pupuk praktis terhadap pertumbuhan bibit suren (Toona sinensis Roem.). Penelitian ini menggunakan pupuk kompos dan pupuk guano sebagai bahan baku organik dalam pot pupuk praktis sekaligus sebagai bahan organik bagi tanaman. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi bahan baku pot organik praktis terhadap pertumbuhan tanaman suren.
2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian dapat memberikan informasi komposisi bahan organik sebagai bahan baku pot praktis yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tanaman suren, sehingga dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi pembuatan pot pupuk praktis alternatif penggunaan polybag di persemaian.
METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Rumah Kaca bagian Silvikultur dan Laboratorium Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB. Waktu Penelitian dimulai dari bulan November 2014 sampai dengan April 2015. Analisis kandungan unsur hara pada pot pupuk organik praktis dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya lahan, Fakultas Pertanian IPB. Alat dan Bahan Alat yang digunakan untuk penelitian antara lain pencetak kontainer, kain saringan, blender, ember, drum ukuran besar, alat tulis, kalkulator, oven, bak kecambah, alat penyiram, caliper, neraca Ohauss, cangkul, rak policup, gunting, pisau cutter, kamera digital, kertas label, seperangkat komputer, software Microsoft excel, Microsoft word, dan SAS 9.0 portable. Bahan yang digunakan untuk penelitian antara lain benih suren (T. sinensis) sebanyak 300 benih (berasal dari persemaian permanen), koran bekas, pupuk kompos, pupuk guano, pupuk NPK majemuk (15-15-15) media pasir, media tanah, arang sekam, dan minyak goreng. Prosedur Penelitian Pelaksanaan penelitian terdiri atas enam tahap, yaitu tahap persiapan wadah semai organik, perkecambahan benih suren, penyapihan semai, pemeliharaan setelah penyapihan, pemanenan semai suren, serta pengamatan dan pengambilan data. 1. Persiapan wadah semai organik (pot organik praktis) a. Penyiapan bubur kertas Kertas koran bekas dipotong hingga ukurannya menjadi kecil, kemudian potongan koran tersebut dicampurkan dengan air. Hasil pencampuran kertas koran dan air tersebut disimpan dalam drum selama 5-6 hari. Setelah kertas koran menjadi bubur kertas, dilakukan penyaringan yang berguna untuk mengurangi kadar air, dengan cara meremas bubur kertas koran menggunakan kain saringan. Kegiatan ini dilakukan untuk menghilangkan tinta cetak dan melunakan kertas koran agar mudah dibentuk.
3 b. Penyiapan bahan baku pencampur bubur kertas Bahan baku pencampur bubur kertas yang digunakan adalah pupuk kompos dan pupuk guano yang dijual di pasaran. Pupuk guano berbentuk granul, sehingga perlu dihaluskan terlebih dahulu dengan blender sebelum dicampurkan dengan bubur kertas. c. Pencampuran bahan baku pot Pencampuran antara bubur kertas koran (pulp) dengan bahan pencampur lainnya dengan empat perbandingan, yaitu (1) bubur kertas koran 100%; (2) bubur kertas koran dan pupuk kompos (1:1); (3) bubur kertas koran dan pupuk guano (1:1); serta (4) bubur kertas koran, pupuk kompos, dan pupuk guano (2:1:1). d. Pencetakan pot Pencetakan pot organik praktis dilakukan secara manual menggunakan alat pencetak wadah semai khusus. Kontainer (wadah semai atau pot yang sudah terbentuk) dikeringkan di bawah sinar matahari selama 4 hari. Kontainer yang sudah dikeringkan, dirapihkan dengan dilakukan pemotongan bagian bawah kontainer tersebut agar kontainer dapat berdiri dengan tegak. 2. Perkecambahan benih suren Media perkecambahkan berupa pasir halus dan arang sekam dengan perbandingan 1:1 dipersiapkan dalam bak kecambah. Selanjutnya media sapih yang digunakan adalah tanah (subsoil) yang dicampur dengan arang sekam dengan perbandingan 1:1. Benih suren sebanyak 300 benih yang berasal dari persemaian permanen IPB disebar secara merata pada bak kecambah berukuran 25 cm x 30 cm untuk dikecambahkan. Benih ditabur di atas media perkecambahan secara merata dan dilakukan penutupan benih dengan media. Pemeliharaan selama perkecambahan yaitu dengan dilakukan penyiraman dua kali sehari, pada pagi dan sore hari. 3. Penyapihan semai Penyapihan dilakukan pada waktu sore hari untuk mengurangi penguapan pada semai. Media yang digunakan dalam wadah semai organik berupa campuran tanah (topsoil) dan arang sekam dengan perbandingan 1:1. Media dimasukan ke dalam pot organik praktis secukupnya, kemudian disiram sampai jenuh. Semai yang telah dikecambahkan memiliki 2-3 pasang daun dan tinggi 2-4 cm pada umur 4 minggu. Media perkecambahan disiram sampai basah sebelum dilakukan pencabutan semai. Tujuannya agar kegiatan pencabutan semai tersebut lebih mudah dilakukan. Semai dicabut dengan menjaga keutuhan akar sehingga perlu dilakukan secara hati-hati. Media dalam pot organik praktis dilubangi sedalam 2.5 cm. Selanjutnya dilakukan penanaman semai ke dalam lubang tersebut hingga bagian akarnya terbenam. Penyiraman dilakukan kembali dengan hati-hati agar semai tidak roboh. Jumlah semai yang ditanam dalam wadah semai organik seluruhnya yaitu 80 semai.
4 4. Pemeliharaan setelah penyapihan Kegiatan pemeliharaan semai yang dilakukan antara lain penyiraman tanaman dua kali sehari (pada pagi dan sore hari), pembersihan media dari gulma dan pemupukan. Banyaknya air yang diberikan pada tanaman saat dilakukan penyiraman disesuaikan dengan kondisi tanah dan kebutuhan tanaman. Pemupukan dilakukan satu kali ketika semai berumur 6 MST (minggu setelah tanam). Pupuk yang digunakan berupa pupuk NPK majemuk dengan dosis 5 butir per tanaman. 5. Pemanenan semai suren Pemanenan dilakukan dengan menghancurkan pot organik praktis kemudian memisahkan bagian tanaman dengan media semai. Kegiatan ini dilakukan dengan hati-hati agar akar tanaman tidak ikut tercabut ketika dipisahkan dengan media semai. Setelah itu bagian pucuk dan akar tanaman dipisahkan menggunakan pisau cutter kemudian masing-masing bagian ditimbang. 6. Pengamatan dan pengambilan data Pengamatan dilakukan selama 14 MST. Variabel yang diamati yaitu tinggi semai, diameter semai, Berat Basah Pucuk (BBP) dan Berat Basah Akar (BBA), Berat Kering Total (BKT), Nisbah Pucuk Akar (NPA), dilakukan di Rumah Kaca dan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB, serta analisis kandungan unsur hara (N, P, K) dalam pot yang dilakukan di Laboratorium Analisis Tanah, Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB. Tinggi semai dari permukaan tanah hingga pucuk semai diukur menggunakan penggaris setiap satu minggu sekali. Diameter semai di atas permukaan tanah diukur menggunakan caliper dua minggu sekali selama waktu pengamatan. Variabel lainnya diamati di akhir pengamatan yaitu setelah dilakukan kegiatan pemanenan semai. Pot pupuk praktis dihancurkan selanjutnya dilakukan pemisahan tanaman dan media tanam secara hati-hati agar keutuhan akar terjaga. Pengukuran variabel BBP dan BBA perlu dilakukan pemisahan bagian pucuk dan akar menggunakan pisau cutter. Kemudian berat pucuk dan akar masing-masing ditimbang menggunakan neraca Ohauss. Pengukuran BKT dilakukan setelah pengukuran BBP dan BBA selesai dilaksanakan. Bagian pucuk dan akar yang telah dipisahkan dan diukur beratnya, dioven pada suhu 80°C selama 24 jam. Setelah dilakukan pengovenan, berat masing-masing bagian diukur menggunakan neraca Ohauss untuk mendapatkan berat kering pucuk dan berat kering akar. BKT merupakan hasil penjumlahan berat kering pucuk dan berat kering akar. NPA adalah nilai perbandingan antara berat kering pucuk (gram) dengan berat kering akar (gram). Rancangan Penelitian Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yang terdiri atas 4 perlakuan. Setiap perlakuan diulang sebanyak 10 kali dan setiap ulangan terdiri atas 2 semai suren, sehingga jumlah semai yang ditanam sebanyak 80 semai. Adapun
5 komposisi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Perlakuan diterapkan pada wadah semai yang berbeda faktor bahan bakunya, yaitu sebagai berikut: P1 : Bubur kertas koran 100 % (kontrol) P2 : Bubur kertas koran + pupuk kompos (1:1) P3 : Bubur kertas koran + pupuk guano (1:1) P4 : Bubur kertas koran + pupuk kompos + pupuk guano (2:1:1) Tabel 1 Komposisi perlakuan Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
P1 P1U1 P1U2 P1U3 P1U4 P1U5 P1U6 P1U7 P1U8 P1U9 P1U10
Perlakuan P2 P3 P2U1 P3U1 P2U2 P3U2 P2U3 P3U3 P2U4 P3U4 P2U5 P3U5 P2U6 P3U6 P2U7 P3U7 P2U8 P3U8 P2U9 P3U9 P2U10 P3U10
P4 P4U1 P4U2 P4U3 P4U4 P4U5 P4U6 P4U7 P4U8 P4U9 P4U10
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan dianalisis dengan menggunakan rancangan percobaan, dimana dapat digambarkan dalam model linear sebagai berikut (Mattjik dan Sumertajaya 2006).
Yij = μ + Ti + εij Keterangan:
Yij : Nilai respon pengamatan dari perlakuan bahan baku ke-i dan ulangan ke-j μ : Nilai rata-rata umum Ti : Nilai pengaruh perlakuan bahan baku ke-i εij : Nilai galat umum (error) pada perlakuan bahan baku ke-i dan ulangan ke-j Analisis Data Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dalam penelitian ini, dilakukan sidik ragam dengan uji F. Data diolah menggunakan software SAS 9.0 portable, jika: a. Nilai P-value > α (0.05), maka perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap parameter yang diamati. b. Nilai P-value < α (0.05), maka perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap parameter yang diamati, lalu dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Hara Pot Organik Praktis Hasil analisis kimia pot organik praktis yang mengandung beberapa unsur tambahan yang berasal dari pupuk disajikan pada Tabel 2. Unsur yang dianalisis adalah unsur N (nitrogen), P (fosfor), dan K (kalium). Tabel 2 Hasil analisis kimia pot organik praktis semai suren Jenis Perlakuan Koran 100% (P1) Koran + Kompos 1:1 (P2) Koran + Guano 1:1 (P3) Koran + Kompos + Guano 1:1:1 (P4)
N (%) 0.21 1.31 0.09 0.47
P (%) 0.02 0.37 2.91 3.39
K (%) 0.08 1.93 0.07 0.75
Kandungan unsur hara N, P, dan K yang terkandung dalam pot pupuk organik praktis perlakuan koran, kompos, dan guano memiliki persentase yang cukup tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Perlakuan koran, kompos, dan guano (P4) mengandung unsur hara P tertinggi sebesar 3.29%. Kandungan unsur hara N dan K pada perlakuan ini sebesar 0.47% dan 0.75% lebih kecil dari perlakuan koran dan kompos (P2) sebesar 1.31% dan 1.93%. Kandungan unsur hara N, P, dan K dalam perlakuan 4 berasal dari pupuk kompos dan pupuk guano. Hal ini menjadi keunggulan pot pupuk organik praktis dengan perlakuan 4 dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Karena kandungan unsur P tinggi yang berasal dari pupuk guano, menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman karena dilengkapi dengan unsur hara lainnya (terutama N dan K) yang berasal dari pupuk kompos. Perlakuan koran dan kompos (P2) unggul dalam kandungan unsur N dan K yang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Namun kandungan unsur hara P yang dikandung dalam perlakuan ini cukup rendah yaitu sebesar 0.37%. Lingga dan Marsono (2008) menyatakan bahwa unsur fosfor (P) bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain itu fosfor berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu, membantu asimilasi dan pernapasa, serta mempercepat pembungaan, pemasakan biji, dan buah. Sehingga jika tanaman kekurangan unsur fosfor maka pertumbuhannya akan terganggu, terutama pertumbuhan akar tanaman. Kandungan unsur P pada perlakuan koran dan guano (P3) senilai 2.91% cukup besar untuk mendukung pertumbuhan tanaman dibandingkan perlakuan koran (P1) yang memiliki kandungan unsur P terendah sebesar 0.02%. Namun perlakuan 3 memiliki kandungan unsur N dan K yang terendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya, secara berturut-turut sebesar 0.09% dan 0.07%. Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu, nitrogen berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Sedangkan fungsi utama kalium (K) ialah
7 membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium pun berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur (Lingga dan Marsono 2008). Pertumbuhan Tinggi Semai T. sinensis Variabel tinggi tanaman diamati selama 14 MST. Tabel 3 menunjukan hasil uji Duncan parameter tinggi tanaman. Pertumbuhan tinggi semai T. sinensis dipengaruhi secara nyata oleh komposisi bahan baku pot organik praktis pada selang kepercayaan 95% (Lampiran 1). Tabel 3 Uji lanjut Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik praktis terhadap pertumbuhan tinggi semai suren Perlakuan Koran + Kompos + Guano 1:1:1 (P4) Koran + Guano 1:1 (P3) Koran + Kompos 1:1 (P2) Koran 100% (P1)
Rata-rata (cm) 6.44a
Peningkatan terhadap perlakuan koran (%) 295.1
2.36c 4.78b 1.63c
44.8 193.2 0
Angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan pengaruh yang berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada selang kepercayaan 95%
Perlakuan P4 (bahan baku pot koran, kompos, dan guano) memberikan peningkatan pertumbuhan tinggi terbaik dan meningkat sebesar 295.1% dibanding perlakuan P1 (bahan baku koran). Pertumbuhan tinggi perlakuan P2 (koran dan kompos) meningkat sebesar 193.2% dibandingkan dengan perlakuan P1. Nilai rata-rata tinggi perlakuan P2 sebesar 4.78 cm lebih baik dari perlakuan P3 (bahan baku koran dan guano) sebesar 2.36 cm. Pertumbuhan tinggi perlakuan P3 meningkat sebesar 44.8% dibandingkan dengan perlakuan P1. Pertumbuhan tinggi tanaman dari perlakuan P1 dan P3 tidak menunjukan perbedaan yang signifikan di antara keduanya. Gambar 1 lebih jelas menggambarkan pertumbuhan tinggi semai T. sinensis selama 14 minggu.
Tinggi tanaman (cm)
10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 0.0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Minggu ke-
Gambar 1 Grafik pertumbuhan tinggi semai suren selama 14 minggu. P1 (koran), P2 (koran dan kompos), P3 (koran dan guano),
8 P4 (koran, kompos, dan guano) Gambar 1 menunjukan bahwa perlakuan 4 memberikan pengaruh pertumbuhan tinggi yang terbaik. Jika dikaitkan dengan kandungan N, P, dan K yang terkandung di dalam pot pupuk organik praktis (Tabel 2), perlakuan 4 paling unggul dalam hal penyediaan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tinggi tanaman dengan perlakuan 2 (koran dan kompos) lebih baik dari perlakuan 1 (koran) dan perlakuan 3 (koran dan guano). Pertumbuhan tinggi tanaman dengan perlakuan koran serta koran dan guano relatif sama atau dapat dikatakan perbedaannya tidak signifikan. Bahan organik dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki struktur tanah dan memberikan hara bagi tanaman. Pemberian bahan organik sebagai pupuk memberikan pengaruh yang sangat kompleks bagi pertumbuhan tanaman. Pemupukan bermanfaat melengkapi persediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai daya hasil (produksi) yang maksimal (Pahan 2007). Pertumbuhan tanaman tidak akan optimal jika hanya mengandalkan unsur hara yang berada di dalam media tanam. Tanpa pemberian pupuk, tanaman akan mengalami defisiensi unsur hara sehingga kondisinya merana dan mati. Bagi tanaman, unsur hara yang terkandung di dalam pupuk dapat memberikan banyak hal, seperti bahan utama metabolisme, melangsungkan pertumbuhan dan perkembangan. Unsur hara itu dapat diperoleh dari berbagai sumber bahan, baik yang organik maupun anorganik (Budiana 2007). Penelitian ini berfokus pada komposisi bahan baku pot pupuk organik praktis yang sekaligus dapat berfungsi sebagai pupuk untuk menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh semai T. sinensis. Dalam penggunaan bahan organik bubur kertas koran sebagai bahan utama pot pupuk organik praktis untuk menggantikan fungsi polybag sebagai wadah tanaman, diamati pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman dengan penambahan bahan organik lainnya yaitu pupuk kompos dan pupuk guano dalam pot tersebut. Semai suren (T. sinensis) dengan perlakuan 2 (koran dan kompos) menghasilkan pertumbuhan tinggi tanaman yang cukup baik. Unsur hara yang terkandung dalam kompos mendukung pertumbuhan semai T. sinensis. Kompos mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap, walaupun jumlahnya sedikit (Djuanani et al. 2005). Hasil analisis kimia pot organik praktis (Tabel 2) menunjukan perlakuan 2 mengandung unsur hara yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan 1. Kandungan unsur N, P, dan K dalam pot organik praktis perlakuan 2 merangsang pertumbuhan tanaman baik batang, cabang, daun, maupun akar serta membantu pembentukan protein dan karbohidrat yang dibutuhkan oleh tanaman (Lingga dan Marsono 2008). Perlakuan 2 juga mendukung kemampuan semai untuk tumbuh misalnya dengan meningkatnya daya ikat tanah dan pot tersebut terhadap air yang dibutuhkan untuk kelangsungan proses fotosintesis (Murbandono 2006). Selain berpengaruh terhadap tanah, kompos juga membentuk rongga-ronga yang baik pada pot pupuk organik praktis sehingga memudahkan perkembangan akar. Gambar 2 memperlihatkan akar tumbuh dengan baik menembus pot untuk menyerap unsur hara yang tersedia di dalam pot pada perlakuan 4 (koran, kompos, dan guano) dibandingkan dengan perlakuan 1 (koran).
9
Gambar 2 Perkembangan akar T. sinensis yang ditanam pada pot organik praktis berbahan baku (A) koran, kompos, dan guano, dan (B) koran. Pupuk lain yang diaplikasikan sebagai perlakuan dalam penelitian ini adalah pupuk guano. Guano digolongkan menjadi dua macam yaitu guano nitrogen dan guano fosfat. Guano nitrogen atau fresh guano merupakan hasil hancuran iklim tahap pertama dari timbunan kotoran burung laut atau kotoran kelalawan, guano fosfat merupakan hasil hancuran iklim tahap keduanya. Karena guano nitrogen maupun guano fosfat merupakan bahan organik yang telah mengalami kehancuran iklim, senyawa nitrogen relatif mudah tersedia bagi tanaman dibandingkan dengan pupuk kandang segar, limbah pertanian, serta sampah rumah tangga (Kotabe 1997 dalam Suwarno dan Idris 2007). Manfaat pupuk guano adalah sebagai aktivator pembuatan kompos, mengen-dalikan nematoda yang ada di dalam tanah, kaya unsur makro fosfor (P) dan nitrogen (N), mengandung mikrobiotik flora dan bakteri yang bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman, memperbaiki struktur tanah, fungisida alami, daya kapasitas tukar kation (KTK) yang tinggi sehingga tanaman mudah menyerap unsur hara, mengoptimalkan pertumbuhan daun muda, dapat digunakan pada semua jenis tanaman yang berada di dalam atau di luar ruangan, produk pupuk ramah lingkungan, baik digunakan untuk pertumbuhan rumput, rendah kandungan mercuri dan zat berbahaya lain (Suningsih 2012). Berdasarkan analisis kimia yang dilakukan (Tabel 2), pupuk guano yang digunakan termasuk dalam pupuk guano fosfat karena mengandung unsur fosfat yang lebih tinggi daripada unsur nitrogen. Menurut Lamer (1957) dalam Suwarno dan Idris (2007), guano nitrogen mengandung nitrogen yang lebih tinggi tetapi mengandung fosfat yang lebih rendah daripada guano fosfat. Secara visual, pot pupuk organik praktis dengan perlakuan 3 (koran dan guano) memiliki struktur yang lebih keras daripada perlakuan lainnya. Hal ini diduga yang menyebakan pertumbuhan semai T. sinensis dengan perlakuan 3 tidak berbeda nyata dengan perlakuan 1 (koran) sebagai kontrol. Pertumbuhan tanaman dalam proses fotosintesis memerlukan unsur hara makro dan mikro yang cukup agar menghasilkan pertumbuhan yang optimal. Kandungan fosfat yang cukup tinggi pada perlakuan 3 (koran dan guano) tidak menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dari perlakuan 2 (koran dan kompos) maupun perlakuan 4 (koran, kompos, dan guano), karena unsur hara lainnya tidak cukup tersedia. Perlakuan 4 menyediakan unsur hara yang paling baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya, dilihat dari analisis kimia yang dilakukan (Tabel 2). Sutanto (2002) menyatakan penambahan fosfat meningkatkan kecepatan proses dekomposisi kompos dan menurunkan kehilangan nitrogen. Atas dasar pernyataan tersebut, diduga pencampuran pupuk guano dan kompos pada perlakuan 4
10 menjadi salah satu keputusan yang tepat karena guano dan kompos dapat bekerja sama untuk menyediakan hara yang cukup bagi tanaman serta mempertahankan kandungan unsur di dalamnya. Pertumbuhan akar tanaman sangat penting khususnya untuk penyerapan unsur hara yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis. Kandungan unsur P yang tinggi mendukung pertumbuhan akar yang besar pada perlakuan 4. Unsur N yang terkandung dalam perlakuan 4 juga cukup tinggi sehingga mampu merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan khususnya batang, cabang, dan daun. Unsur K yang terkandung dalam pot pada perlakuan 4 sendiri memperkuat tubuh tanaman sehingga mampu tumbuh jauh lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pertumbuhan Diameter Semai T. sinensis Parameter diameter tanaman diamati selama 14 MST. Hasil uji Duncan parameter diameter tanaman dapat dilihat pada Tabel 4. Pertumbuhan diameter semai T. sinensis dipengaruhi secara nyata oleh komposisi bahan baku pot organik praktis pada selang kepercayaan 95% (Lampiran 2). Tabel 4 Uji lanjut Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik praktis terhadap pertumbuhan diameter semai suren Perlakuan Koran + Kompos + Guano 1:1:1 (P4) Koran + Guano 1:1 (P3) Koran + Kompos 1:1 (P2) Koran 100% (P1)
Rata-rata (mm) 1.26a 0.55b 0.69b 0.56b
Peningkatan terhadap perlakuan koran (%) 125 -0.357 22.321 0
Angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan pengaruh yang berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada selang kepercayaan 95%
Perlakuan koran, kompos dan guano (P4) dengan nilai rata-rata diameter tertinggi yaitu 1.26 mm saling berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Peningkatan diameter tanamannya terhadap perlakuan koran cukup signifikan dan berpengaruh positif sebesar 125%. Perlakuan koran (P1), koran dan kompos (P2), serta koran dan guano (P3) menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata di antara ketiganya. Namun peningkatan diameter tanaman perlakuan koran dan kompos berpengaruh positif sebesar 22.321% sedangkan perlakuan koran dan guano berpengaruh negatif sebesar 0.357% terhadap perlakuan koran. Perlakuan 3 memiliki kandungan unsur N dan K yang terendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya, secara berturut-turut sebesar 0.09% dan 0.07% (Tabel 2). Sehingga pada parameter diameter tanaman menghasilkan pengaruh negatif pada nilai rata-rata diameter terhadap perlakuan 1. Pertumbuhan diameter semai suren selama 14 minggu lebih jelas digambarkan pada Gambar 3.
11
Diameter tanaman (mm)
2.50 2.00 1.50 1.00
0.50 0.00 0
2
4
6 8 Minggu ke-
10
12
14
Gambar 3 Grafik pertumbuhan diameter semai suren selama 14 minggu. P1 (koran), P2, P3, P4. Semai suren dengan perlakuan 4 (koran, kompos, dan guano) menghasilkan pertumbuhan diameter yang tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Perlakuan koran (P1), koran dan kompos (P2), serta koran dan guano (P3) relatif sama, walaupun perlakuan koran dan kompos digambarkan menghasilkan diameter yang lebih baik dibandingkan kedua perlakuan lainnya. Berdasarkan persentase peningkatan nilai rata-rata diameter terhadap kontrol serta grafik pertumbuhan diameter, perbedaan pertumbuhan diameter T. sinensis pada perlakuan 4 dengan perlakuan lainnya cukup signifikan. Hal ini diduga berkaitan dengan unsur hara yang tersedia pada pot pupuk organik praktis berada dalam jumlah yang cukup sehingga pertumbuhannya optimal. Perbedaan pertumbuhan semai T. sinensis secara visual juga terlihat pada Gambar 4 di mana perlakuan 4 (koran, kompos, dan guano) menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Gambar 4 Pertumbuhan semai T. sinensis pada pot organik praktis berbahan baku (A) koran, kompo, dan guano, (B) koran dan guano, (C) koran dan kompos), dan (D) koran.
12 Berat Kering Total Semai T. sinensis
Berat Kering Total (BKT) (gram)
Variabel Berat Kering Total (BKT) disajikan pada Gambar 5. 0.469
0.500 0.400 0.300 0.200 0.100
0.132 0.071
0.093
0.000 P1
P2
P3
P4
Perlakuan
Gambar 5
Pengaruh perlakuan komposisi bahan baku pot organik praktis terhadap Berat Kering Total (BKT) semai suren umur 14 MST. P1 (koran), P2 (koran dan kompos), P3 (koran dan guano), P4 (koran, kompos, dan guano).
Gambar 5 menunjukan perlakuan kompos, guano dan koran (P4) menghasilkan rata-rata BKT yang tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya yaitu sebesar 0.469 g. Nilai rata-rata berat kering total semai suren dengan perlakuan koran (P1) sebesar 0.071 g, perlakuan koran dan kompos (P2) sebesar 0.132 g, serta perlakuan koran dan guano (P3) sebesar 0.093 g menunjukan porsi yang relatif sama, walaupun perlakuan koran dan kompos menghasilkan rata-rata berat kering total yang lebih baik dibandingkan kedua perlakuan lainnya. Hal ini mendukung perlakuan koran, kompos, dan guano memberikan pengaruh yang terbaik terhadap pertumbuhan semai T. sinensis yang ditunjukan dalam hasil uji Duncan parameter tinggi (Tabel 1) dan diameter (Tabel 2). Nilai rata-rata pertambahan tinggi, pertambahan diameter, dan berat kering total secara berturutturut yaitu 6.44 cm, 1.26 mm, dan 0.469 g pada umur 14 minggu setelah tanam (MST). Biomassa tanaman merupakan indikator pertumbuhan yang paling representatif apabila tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan penampilan keseluruhan pertumbuhan tanaman atau suatu organ tertentu (Sitompul dan Guritno 1995). Penggunaan biomassa total tanaman dalam bentuk bahan kering tanaman dipandang sebagai manifestasi dari semua proses dan peristiwa yang terjadi dalam pertumbuhan tanaman. Karena itu, parameter ini dapat digunakan sebagai ukuran global pertumbuhan dengan segala peristiwa yang dialaminya (Sitompul dan Guritno 1995). BKT dari perlakuan 4 (koran, kompos, dan guano) menghasilkan nilai rata-rata yang tertinggi diduga karena mengalami proses pertumbuhan yang lebih baik daripada perlakuan lainnya jika dikaitkan dengan pernyataan tersebut. Kandungan unsur hara yang tersedia pada pot pupuk organik praktis perlakuan 4, mendorong pertumbuhan tanaman yang optimal.
13 Nisbah Pucuk Akar Semai T. sinensis
Nisbah Pucuk Akar (NPA)
Data berat kering yaitu Berat Kering Pucuk (BKP) dan Berat Kering Akar (BKA) juga digunakan untuk mendapatkan Nisbah Pucuk Akar (NPA). NPA merupakan perbandingan dari BKP terhadap BKA. NPA semai suren yang ditanam selama 14 minggu digambarkan pada Gambar 6.
1.800 1.600 1.400 1.200 1.000 0.800 0.600 0.400 0.200 0.000
1.528
1.421 0.890
0.849
P1
P2
P3
P4
Perlakuan
Gambar 6
Pengaruh perlakuan komposisi bahan baku pot organik praktis aaterhadap Nisbah Pucuk Akar (NPA) semai suren umur 14 MST. P1 aa(koran), P2 (koran dan kompos), P3 (koran dan guano), P4 (koran, aakompos, dan guano).
NPA rata-rata tertinggi sebesar 1.528 dihasilkan oleh semai suren dengan perlakuan koran, kompos, guano (P4). Perlakuan koran dan kompos (P2) menghasilkan rata-rata NPA lebih baik dibandingkan dengan perlakuan koran serta perlakuan koran dan guano sebesar 1.421. NPA rata-rata perlakuan koran (P1) serta perlakuan koran dan guano (P3) secara berturut-turut tidak terlalu berbeda nilainya yaitu 0.849 dan 0.890. Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan tanaman yang mempunyai NPA yang tinggi dengan produksi biomassa total yang besar pada tanah yang subur secara tidak langsung menunjukan bahwa akar yang relatif sedikit, cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang relatif besar dalam penyediaan air dan unsur hara. Semai T. sinensis dengan perlakuan 4 (koran, kompos, dan guano) berkesesuaian dengan kondisi ini. Jika tanaman berada pada kondisi kekurangan air dan unsur hara, tanaman membentuk akar lebih banyak, yang mungkin ditunjukan untuk meningkatkan serapan yang menghasilkan Nisbah Pucuk Akar (NPA) yang rendah. Duryea dan Brown (1984) menyatakan nilai NPA yang baik berkisar antara 1-3. Oleh karena itu, perlakuan 4 dinilai sebagai perlakuan terbaik karena memiliki nilai rata-rata BKT tertinggi dan NPA sesuai dengan kriteria. Walaupun perlakuan 2 memiliki nilai NPA yang dinilai baik, BKT yang dihasilkan kurang mendukung pertumbuhan yang tinggi. Dalam pernyataan Murbandono (2006) sebelumnya bahwa penggunaan kompos sebagai pupuk salah satunya bermanfaat meningkatkan daya ikat tanah terhadap air, diduga berkaitan dengan kondisi lingkungan yang terbentuk pada
14 perlakuan yang menggunakan kompos (perlakuan 2 dan 4) yaitu cukup lembab atau tidak mengalami kekeringan. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan walaupun banyak jenis tumbuhan hanya mempunyai akar 20 sampai 50% dari bobot totalnya, pada beberapa tumbuhan (terutama bila berada dalam lingkungan rawan air atau mineral nitrogen) sampai 90% dari total biomassa tumbuhan berada di akar. Bentuk keseluruhan sistem akar terutama lebih dikendalikan secara genetik daripada oleh mekanisme lingkungan. Walaupun morfologi akar dikendalikan secara genetik, lingkungan tanah mempengaruhinya juga. Misalnya ketika tanah kering, banyak spesies menumpuk biomassanya lebih besar di akar. Perlakuan koran (P1) serta koran dan guano (P3) diduga lingkungannya (terutama tanah dan pot organik praktis) termasuk dalam lingkungan yang kering atau kemampuan tanah dan pot untuk mengikat air rendah, sehingga mendorong akar untuk berkembang lebih besar daripada pucuknya untuk menggapai air yang diperlukan untuk pertumbuhan semai T. sinensis.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Komposisi koran, kompos, dan guano merupakan perlakuan bahan baku pot pupuk organik praktis terbaik untuk pertumbuhan semai T. sinensis. Komposisi bahan baku pot pupuk organik praktis berpengaruh positif terhadap pertumbuhan semai T. sinensis Roem. di persemaian. Saran Penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan yang lebih beragam dari komposisi bahan baku pot pupuk praktis khususnya koran, kompos, dan guano perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA Budi SW, Sukendro A, Karlinasari L. 2012. Penggunaan pot berbahan dasar organik untuk pembibitanan Gmelina arborea roxb. di Persemaian. J Agron. Indonesia. 40(3):239-245. Budiana NS. 2007. Memupuk Tanaman Hias. Jakarta (ID): Niaga Swadaya. Djuarnani N, Kristian, Setiawan BS. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Duryea ML, Brown GN. 1984. Seedling physiology and reforestation success. Proceeding of the Physiology Working Technical Session. Boston (US): Dr. W Junk Publisher. Lingga P, Marsono. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta (ID): Penebar Swadya. Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I. Bogor (ID): IPB Press.
15 Murbandono HS. 2006. Membuat Kompos, Edisi Revisi. Jakarta (ID): Niaga Swadaya. Pahan I. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta (ID): Niaga Swadaya. Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Sel: Air, Larutan, dan Permukaan. Jilid ke-1. Lukman DR, Sumarno, penerjemah. Bandung (ID): ITB Pr. Terjemahan dari: Plant Physiology ed.4. Sitompul SM, Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr. Sjarief R. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi. Sufa M. 2004. Pengujian kontainer semai berbahan baku kertas koran bekas pada Acacia Mangium Willd. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Suningsih T. 2012. Pengaruh bahan organik chitosan dan pupuk guano terhadap pertumbuhan dan perkembangan anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sutanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik: Pemasyarakatan dan Pengembangan. Yogyakarta (ID): Kanisius. Suwarno, Idris K. 2007. Potensi dan kemungkinan penggunaan guano secara langsung sebagai pupuk di Indonesia. Jurnal Tanah dan Lingkungan 9(1):3743 [Internet]. [diunduh 2014 Jul 8]. Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/58547/art2007_swn.pdf ?sequence=1. Syaputra T. 2011. Pembuatan dan pengujian wadah semai berbahan dasar organik untuk pembiitan Gmelina (Gmelina arborea Roxb.) di Persemaian [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
16 Lampiran 1 Sidik ragam pengaruh komposisi bahan baku pot organik praktis terhadap rata-rata pertumbuhan tinggi semai suren umur 14 MST di rumah kaca Sumber Keragaman
Db
Komposisi bahan baku (P) Galat Total
3 36 39
Jumlah Kuadrat 147.1247500 115.4450000 262.5697500
Kuadrat tengah 49.0415833 3.2068056
F P hitung 15.29* <.0001
* : berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% tn : tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95%
Lampiran 2 Sidik ragam pengaruh komposisi bahan baku pot organik praktis terhadap rata-rata pertumbuhan diameter semai suren umur 14 MST di rumah kaca Sumber Keragaman
Db
Komposisi bahan baku (P) Galat Total
3 36 39
Jumlah Kuadrat 3.36296750 7.19761000 10.56057750
* : berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% tn : tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95%
Kuadrat tengah 1.12098917 0.19993361
F hitung 5.61*
P 0.0029
17
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, pada tanggal 20 Januari 1993, sebagai anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Ramansyah dan Winarsih. Penulis memulai jenjang pendidikan pada tahun 2000 di SD Negeri Polisi 1 Bogor sampai tahun 2006. Selanjutnya pada tahun 2006 hingga 2008, penulis melanjutkan pendidikan tingkat menengah pertama ke SMP Negeri 7 Bogor. Pendidikan tingkat menengah diselesaikan di SMA Negeri 6 Bogor dari tahun 2008 hingga 2011. Pada tahun 2011, penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menuntut ilmu di IPB, penulis anggota Himpunan Profesi Mahasiswa Silvikultur Tree Grower Community (TGC) pada periode 2013/2014. Penulis pernah melakukan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di Cagar Alam Leuweung Sancang Barat dan Cagar Alam Kamojang pada tahun 2013. Praktik Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat dilakukan pada tahun 2014. Penulis juga melakukan Praktik Kerja Profesi di Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Bogor pada tahun 2015. Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Penggunaan Pot Organik Praktis untuk Pembibitan Suren (Toona sinensis Roem.) di Rumah Kaca, untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB dibawah bimbingan Prof Dr Ir Sri Wilarso Budi, MS.