PENGGUNAAN PENDEKATAN INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI (Penelitian Deskriptif di Madrasah Aliyah Negeri Se-Jakarta Selatan)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
AAN ARNASARI NIM: 108016100069
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H./2013 M.
ABSTRAK
Aan Arnasari, 108016100069. Penggunaan Pendekatan Inkuiri Pada Pembelajaran Biologi (Penelitian Deskriptif di Madrasah Aliyah Negeri Se-Jakarta Selatan). Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran penggunaan pendekatan inkuiri pada MA Se-Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan dengan teknik survey pada 5 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) dan 1 Madrasah Aliyah Swasta (MAS) di Jakarta Selatan. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dari salah satu kelas XI IPA dan salah satu guru biologi kelas XI IPA. Penggunaan pendekatan inkuiri diambil dengan menggunakan lembar kuesioner, lembar wawancara, lembar observasi dan dokumentasi RPP yang terkait dengan penerapan pendekatan inkuiri. Data penelitian yang didapat bahwa semua sekolah telah menerapkan pendekatan inkuiri dan hasil analisis dokumentasi yang disertai observasi menunjukkan sebagian besar sekolah menerapkan pendekatan inkuiri terstruktur. Hal ini diperkuat dengan hasil analisis dokumentasi kelengkapan RPP dengan kemunculan indikatorindikator inkuiri secara eksplisit yang termasuk kategori cukup, hasil kuesioner yang menunjukkan bahwa persepsi guru terhadap penggunaan pendekatan inkuiri dengan kategori baik dan dibenarkan dengan jawaban kuesioner siswa dengan kategori baik. Kata Kunci : Pendekatan inkuiri, Pembelajaran biologi.
i
ABSTRACT
Aan Arnasari, 108016100069. Biology Learning by Using Inquiry Approach (Descriptive Research in Several Islamic High School in South Jakarta). BA Thesis, Biology Education Study Program, Department of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.
This study is aimed to get the description on the use of inquiry approach in Several Islamic High School in South Jakarta. The research with survey as the technique was carried out on five Public Islamic School and one Private Islamic School in South Jakarta. The samples in this study were all students from eleven science classes and one of the biology teachers of the eleven science classes. The implementation of inquiry approach was researched by using the questionnaire, interview, observation sheets and the documents with the application of lesson plan that are correlated with the implementation of inquiry approach. The research data showed all schools implemented the inquiry approach and documentation of the analysis showed most schools implemented structured inquiry approach. This is supported by the result of analysis on the lesson plans documentation with the explicit emergence of the inquiry indicators with moderate category, while the result of the questionnaire showed that the perception of the teacher towards the implementation of inquiry approach has a good category and confirmed with the result of the students questionnaire with a good category. Key words: Inquiry Approach, Biology Learning
ii
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim, Assalaamu’alaikum Wr. Wb Dengan segala kerendahan hati, penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah mencurahkan rahmat dan ridha-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Salawat teriring salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan, Nabiyullah Muhammad SAW. yang telah berjuang keras untuk menyempurnakan akhlak al-karimah serta membawa khazanah ilmu pengetahuan melalui Al-Qur’an dan AlHadits. Berkenaan dengan skripsi ini, penulis dapat menyelesaikannya dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Rif'at Syauqi Nawawi, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua dan Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Biologi sekaligus sebagai Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi. 5. Ibu Yanti Herlanti, M.Pd., Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi. 6. Bapak dan Ibu guru biologi di MAN 4, MAN 7, MAN 11, MAN 13, MAN 19, MP UIN Jakarta yang telah memberikan waktu dan kesempatan untuk penulis melakukan penelitian. 7. Teristimewa untuk kedua orang tua, Bpk Endang Syarif Hidayat dan Ibu Siti Jubaedah yang selalu ikhlas memberi doa dan dukungan sepanjang iii
waktu kepada penulis tanpa kenal lelah. Semoga Allah selalu memberi kemudahan di setiap urusan. Adik-adik tercinta: Firman Hidayat dan Ramadan Hidayat semoga kalian bisa menjadi orang yang patut dibanggakan. 9. Sahabat-sahabat Rumah Kos Bunga: Wiwin, Irma, Hj. Lia, Mukromah, Nurhabibah, Wulan, Bu Euis, Sarah, Dede, Tyas, Niken, Yusra
dan
teman-teman lain yang telah memberikan semangat dan dukungannya serta menemani baik suka maupun duka dalam penyusunan skripsi ini. 10. Semua teman-teman seperjuangan pada Program Studi Pendidikan Biologi angkatan 2008: Yuli, Titik, Nuli, Nurhalimah, Lidya, Nenden, Trisu, Haris dan teman-teman lain yang tak bisa penulis sebutkan satupersatu, terima kasih atas persahabatan dan dukungannya, semoga selalu diberi kesuksesan. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi, semoga Allah membalas kebaikan yang telah diberikan. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pengembangan pengetahuan di dunia pendidikan sains pada umumnya. Jazakumullah khairal jaza’ Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 08 Mei 2013
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................
i
ABSTRACT .......................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................
iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ............................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................
7
C. Pembatasan Masalah ..................................................................
7
D. Perumusan Masalah ....................................................................
8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................
8
KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teoretis ............................................................................
9
1. Pendekatan Pembelajaran......................................................
9
a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran .............................
9
b. Macam-macam Pendekatan Pembelajaran ......................
10
2. Pendekatan Inkuiri ................................................................
15
a. Pengertian Pendekatan Inkuiri ........................................
15
b. Karakteristik Pendekatan Inkuiri.....................................
20
c. Macam-macam Pendekatan Inkuiri ................................
23
d. Prinsip-prinsip Pendekatan Inkuiri ..................................
26
e. Langkah-langkah Pendekatan Inkuiri .............................
27
f. Keunggulan Pendekatan Inkuiri ......................................
31
g. Kelemahan Pendekatan Inkuiri .......................................
32
v
B. Hasil Penelitian yang Relevan .....................................................
33
C. Kerangka Berpikir .......................................................................
34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................
35
B. Metode Penelitian .......................................................................
35
C. Populasi dan Sampel Penelitian...................................................
36
D. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................
36
E. Instrumen Penelitian ...................................................................
37
F. Prosedur Penelitian .....................................................................
38
G. Kalibrasi Instrumen ....................................................................
39
1. Validitas ...............................................................................
40
2. Reliabilitas ...........................................................................
40
H. Teknik Analisis Data ..............................................................
40
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V
A. Temuan Penelitian .......................................................................
42
1. Data Guru .............................................................................
42
2.
Data Siswa ............................................................................
44
3. Dokumentasi .........................................................................
52
4. Observasi .............................................................................
53
B. Pembahasan .................................................................................
57
PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................
62
B. Saran ............................................................................................
62
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
63
LAMPIRAN .......................................................................................................
67
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Skor Penggunaan Inkuiri Guru dalam Pembelajaran Biologi ............
42
Tabel 4.2 Jawaban Kuesioner Inkuiri Terstruktur Siswa ...................................
45
Tabel 4.3 Jawaban Kuesioner Inkuiri Terbimbing Siswa ..................................
48
Tabel 4.4 Hasil Analisis RPP Terlampir LKS ...................................................
52
Tabel 4.5 Hasil Lembar Observasi Inkuiri Terstruktur ......................................
54
Tabel 4.6 Hasil Lembar Observasi Inkuiri Terbimbing .....................................
55
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Persentase Penggunaan Inkuiri Terstruktur ....................................
46
Gambar 4.2 Persentase Pernyataan Inkuiri Terstruktur .....................................
46
Gambar 4.3 Persentase Pernyataan Inkuiri Terbimbing ....................................
49
Gambar 4.4 Data Rekapitulasi Inkuiri ...............................................................
56
Gambar 4.5 Data Rekapitulasi Inkuiri & Observasi ..........................................
56
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Pembelajaran Biologi Inkuiri Terstruktur ....................
67
Lampiran 2. Kuesioner Pembelajaran Biologi Inkuiri Terbimbing ...................
68
Lampiran 3. Kuesioner Pengajaran Biologi .......................................................
70
Lampiran 4. Pedoman Wawancara Inkuiri Siswa ..............................................
72
Lampiran 5. Pedoman Wawancara Inkuiri Guru ................................................
74
Lampiran 6. Lembar Observasi Inkuiri Terstruktur ..........................................
76
Lampiran 7. Lembar Observasi Inkuiri Terbimbing ..........................................
78
Lampiran 8. Hasil Wawancara Inkuiri Siswa ....................................................
79
Lampiran 9. Hasil Wawancara Inkuiri Guru .....................................................
85
Lampiran 10. Data Mentah Kuesioner Siswa ....................................................
87
Lampiran 11. Data Mentah Kuesioner Guru ......................................................
93
Lampiran 12. Data Mentah Hasil Uji Coba Kuesioner ......................................
95
Lampiran 13. Data Reliabilitas Spearman Brown Awal Akhir .........................
96
Lampiran 14. Hasil Analisis RPP terlampir LKS ...............................................
97
Lampiran 15. Hasil Lembar Observasi Inkuiri Terstruktur ................................
98
Lampiran 16. Hasil Lembar Observasi Inkuiri Terbimbing ...............................
100
Lampiran 17. Dokumentasi Foto Penelitian .......................................................
101
Lampiran 18. Uji Referensi ................................................................................
105
Lampiran 19. Surat-surat ....................................................................................
110
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan manusia dalam membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat agar mencapai kehidupan yang lebih baik.1 Berdasarkan hal itu, pendidikan menjadi salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia, sehingga dapat menentukan hidup seseorang dimasa yang akan datang. Pendidikan sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: 2 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Berdasarkan
Undang-Undang
tersebut
bahwa
pendidikan
yang
diterapkan di Indonesia mempunyai tujuan yang berlandaskan pancasila. Dalam hal ini, kemampuan seseorang dibentuk dan dikembangkan demi terwujudnya pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Peran pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, pada pasal 19 ayat 1 menyatakan
bahwa,
“Proses
pembelajaran
1
pada
satuan
pendidikan
Hasbullah, Dasar- Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h.1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 & Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dan Dosen, (Bandung: Citra Umbara, 2009), h. 60. 2
1
2
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik”.3 “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang didapat melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan dan dedukasi untuk menghasilkan suatu penjelasan mengenai sebuah gejala yang dapat diakui kebenarannya”.4 Pada kegiatan pembelajaran IPA, siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuannya dengan mengajukan pertanyaan, mencari jawaban dan memahami jawaban mengenai materi yang diajarkan berdasarkan pengalaman yang didapat. National Research Council (1996) menyebutkan enam standar guru dalam melaksanakan pembelajaran sains sebagai berikut: (1) Dapat merencanakan pembelajaran sains yang berbasis inkuiri; (2) Melaksanakan pembelajaran sains yang mengarahkan dan memfasilitasi siswa dalam belajar; (3) Melaksanakan penilaian yang disesuaikan dengan kegiatan guru mengajar dan sesuai dengan pembelajaran siswa; (4) Mengembangkan pembelajaran dari lingkungan dimana siswa belajar; (5) Menciptakan masyarakat pembelajar sains; dan (6) Merencanakan dan mengembangkan pembelajaran dari program sains sekolah.5 Pada Negara maju seperti Amerika jika guru sudah mampu melaksanakan enam standar tersebut dapat dikatakan bahwa guru sudah profesional, sedangkan di Indonesia seorang guru dikatakan profesional jika guru sudah menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi serta menguasai konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi atau seni yang relevan sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan dan proses pembelajaran.6
3
Ibid., h. 151. Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 151. 5 Ramdhan Witarsa, Analisis Kemampuan Inkuiri Guru yang Sudah Tersertifikasi dan Belum Tersertifikasi dalam Pembelajaran Sains SD, Jurnal Pendidikan Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011, h. 39. 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 & Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dan Dosen, op.cit. h. 230. 4
3
Menurut Wingo yang dikutip Hakim menyatakan bahwa salah satu prinsip belajar adalah hasil belajar yang diperoleh dari pengalaman. Pemahaman dan struktur kognitif dapat diperoleh seseorang melalui pengalaman melakukan suatu kegiatan. Dalam khasanah peristilahan pendidikan, hal ini dikenal dengan learning by doing, yaitu belajar dengan jalan melakukan suatu kegiatan.7 Pembelajaran IPA yang dikehendaki adalah pembelajaran yang mendorong siswa secara aktif memahami konsep-konsep IPA, dengan kemampuan daya nalar dan berpikir kritis, serta penerapannya pada kehidupan nyata. Selain itu, gagasan belajar IPA dengan tidak sekedar belajar sederetan fakta IPA sebenarnya sudah lama dicanangkan secara ekplisit dan dikenalkan sejak Kurikulum 1975 yakni dengan bergesernya praktek pembelajaran dari yang berorientasi telling science ke orientasi doing science. Adanya perubahan orientasi ini adalah salah satu upaya agar outcome lulusan memiliki kinerja yang dapat mengkaitkan ke tiga ranah kemampuan kognitif-afektifpsikomotor.8 Menurut Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK), terdapat kecenderungan pembelajaran IPA/Sains di Indonesia, yaitu: 1) Pembelajaran hanya berorientasi pada tes/ujian; 2) Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi pada tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar; 3) Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual; 4) Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah, peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya; 5) Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik perkelas yang terlalu banyak; 6)
7
Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2009), h. 74. I Made Wirtha dan Ni Ketut Rapi, Pengaruh Model Pembelajaran dan Penalaran Formal Terhadap Penguasaankonsep Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Negeri 4 Singaraja, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008, h. 19. 8
4
Evaluasi yang dilakukan hanya berorientasi pada produk belajar yang berkaitan dengan domain kognitif dan tidak menilai proses.9 Rustaman mengemukakan bahwa guru seringkali merasa sudah mengajar dan bertanggung jawab setelah menyampaikan materi, tanpa meminta siswa untuk belajar lebih lanjut.10 Dalam hal ini, seharusnya guru mengembangkan pembelajaran secara kreatif, salah satu contohnya penggunaan model, strategi, metode, pendekatan dan teknik pembelajaran, baik yang diadaptasi dari luar maupun dalam negeri
yang telah dilakukan penelitiannya. Dengan
mengembangkan hal tersebut diharapkan dapat mengurangi kecenderungan pembelajaran yang hanya berpusat pada guru semata. Pembelajaran biologi yang dilakukan guru selama ini belum efektif bila dilihat dari hasil belajar dan pengalaman belajar yang diberikan pada siswa. Hal ini ditandai dengan guru masih cenderung memberikan banyak materi dan kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kebiasaan berpikir, seperti keterampilan berpikir (penalaran) dan keterampilan inkuiri.11 Di sisi lain, beberapa siswa berpandangan bahwa pelajaran biologi adalah pelajaran yang membosankan karena begitu banyak konsep yang membuat siswa sulit dalam memahaminya. Selain itu, kurangnya minat siswa terhadap pelajaran biologi karena bersifat hafalan. Hal ini dikarenakan biologi merupakan salah satu pelajaran yang dinilai cukup kompleks. Biologi sebagai cakupan ruang lingkup IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains.12 Agar terciptanya
pengalaman
belajar
dapat
dilakukan
dengan
pendekatan
pembelajaran inkuiri. Menurut Mathison yang dikutip Campbell memaparkan 9
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Strategi Pembelajaran MIPA (Kompetensi Supervise Kademik 03-B6a), (Depdiknas, 2008) Tersedia :http://www.bpgdisdik-jbar.net/materi/PS-1203-15.pdf. Diakses pada 13/09/2012, h. 21. 10 Nuryani Y. Rustaman, “Pengembangan Model Pembelajaran MIPA,” Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pengembangan Pembelajaran MIPA dan Implementasinya pada Pelaksanaan KBK, FPMIPA IKIP PGRI Semarang, h. 2. 11 Putu Budi Adnyana, Penggunaan Suplemen Bahan Ajar Biologi Berorientasi Siklus Belajar Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Penalaran, dan Keterampilan Inkuiri Siswa SMP, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, 3, 2007, h. 655. 12 BSNP, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, ( Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006), h. 451.
5
inkuiri sebagai sebuah strategi instruksional yang menjanjikan, jika biasa dilakukan di ruang kelas.13 Inkuiri merupakan proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Selain itu, kurikulum biologi yang memuat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat dijadikan pedoman untuk menerapkan pembelajaran inkuiri. Dalam pembelajaran inkuiri terdapat proses-proses mental yaitu merumuskan masalah, membuat hipotesis, mendesain eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data dan menganalisis data serta menarik kesimpulan.14 Henrichsen & Jarrett seperti dikutip Zulfiani menyatakan bahwa pada pembelajaran IPA, “inkuiri merupakan esensi kegiatan ilmiah dan merupakan suatu strategi pengajaran dan pembelajaran sains”.15 Pembelajaran inkuiri merupakan salah satu pembelajaran yang bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara dalam membantu individu untuk membangun kemampuan itu. Banyak penelitian menunjukkan bahwa inkuiri memberikan pengaruh baik dalam pembelajaran, diantaranya hasil penelitian yang dilakukan oleh Soetjipto (1996), menyatakan bahwa inkuiri banyak dilakukan oleh guru-guru sekolah di Victoria, Australia. Temuan yang lain menyatakan bahwa penggunaan inkuiri ini ternyata dapat meningkatkan rasa keingintahuan siswa 13
Todd Campbell, et.all., Development Of Instruments To Assess Teacher and Student Perceptions of Inquiry Experiences In Science Classroom, Journal Science Teacher Education, 2010, p. 27. 14 Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 76. 15 Zulfiani, Pengembangan Program Pembelajaran Bioteknologi untuk Meningkatkan Kemampuan Inkuiri Calon Guru, Jurnal Metamorfosa, 2, 2006, h. 2.
6
akan topik yang diteliti, meningkatkan kerja sama kelompok dan mendorong siswa menjadi pemecah masalah yang independen (independent problem solvers).16 Selain itu, penelitian tentang inkuiri juga banyak dilakukan dalam penyusunan skripsi untuk mengetahui pengaruh penggunaan inkuiri terhadap hasil belajar dan keterampilan proses sains. Di antaranya, Siti Aisyah (2010) yang menunjukkan bahwa pembelajaran model inkuiri berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.17 Penelitian lain yang dilakukan untuk menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri tidak hanya berpengaruh terhadap hasil belajar saja melainkan keterampilan proses sains, diantaranya hasil penelitian Nunung Nurjanah (2010) yang menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran inkuiri dapat memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap keterampilan proses sains.18 Sama halnya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Naeli Zakiyah (2011) bahwa dalam penerapan pendekatan inkuiri terstruktur memberikan pengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa.19 Jika ditinjau dari beberapa teori di atas serta hasil penelitian yang telah dilakukan, begitu besar pengaruh positif yang dapat dihasilkan dari aplikasi pendekatan inkuiri tersebut. Kemudian pendekatan inkuiri dengan kelebihankelebihannya dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa sehingga dapat membuktikan bahwa begitu pentingnya inkuiri dalam proses pembelajaran. Berdasarkan survai awal peneliti yang dilakukan di MAN Se-Jakarta Selatan menunjukkan bahwa beberapa guru belum mengenal inkuiri.
16
Budi Eko Soetjipto, dkk., Penyusunan Video Pembelajaran Inovatif Untuk IPS SD dengan Model Inkuiri, Jigsaw, Group Investigation, TGT dan STAD, Jurnal Penelitian Kependidikan, TH. 20, No. 1, April 2010, h. 69. 17 Siti Aisyah, “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2010, tidak dipublikasikan, h. 56. 18 Nunung Nurjanah, “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Keterampilan Proses Sains pada Konsep Kalor”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2010, tidak dipublikasikan, h. 68. 19 Naeli Zakiyah, “Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terstruktur terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa pada Konsep Sistem Pernapasan Manusia”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011, tidak dipublikasikan, h. 60.
7
Walaupun mungkin secara tidak langsung guru sudah pernah menerapkannya. Selain itu, kelengkapan fasilitas pendukung dalam melakukan eksperimen pun menjadi salah satu alasan mengapa guru jarang melakukan penyelidikan, dan sistem pembelajaran yang digunakan beberapa sekolah berupa SKS (Sistem Kredit Semester) yang menuntut guru menyampaikan materi secara cepat dan padat sehingga guru tidak sempat melakukan kegiatan-kegiatan praktikum ataupun bereksperimen. Berdasarkan kondisi beberapa MA di Jakarta Selatan seperti dipaparkan di atas, maka peneliti berminat melakukan kajian lebih lanjut mengenai penggunaan pendekatan inkuiri di beberapa sekolah. Dari penelitian ini diharapkan lahir data otentik mengenai penerapan pendekatan inkuiri dan seberapa sering guru menerapkan pendekatan tersebut, serta pendekatan pembelajaran inkuiri apa yang pernah dilakukan. Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang “Penggunaan Pendekatan Inkuiri Pada Pembelajaran Biologi (Penelitian Deskriptif di MAN Se-Jakarta Selatan)”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah,
maka
penulis
dapat
mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Aktivitas pembelajaran didominasi oleh guru. 2. Guru hanya memberikan banyak materi dan kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kebiasaan berpikir. 3. Pelajaran biologi yang membosankan, membuat siswa cenderung sulit dalam memahaminya. 4. Minimnya pengetahuan guru mengenai pembelajaran yang berbasis inkuiri. 5. Kurangnya kelengkapan fasilitas praktikum menjadi hambatan bagi guru dalam melaksanakan praktikum. 6. Keterbatasan waktu dalam melakukan praktikum dikarenakan sekolah menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS).
8
C. Pembatasan Masalah Untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Pendekatan inkuiri yang diteliti adalah pendekatan inkuiri yang digunakan di MAN Se-Jakarta Selatan yakni MAN 4, MAN 7, MAN 11, MAN 13, MAN 19 dan MA Pembangunan UIN. 2. Pendekatan inkuiri yang akan diteliti hanya kelas XI IPA.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah: ”Bagaimana penggunaan pendekatan inkuiri pada pembelajaran biologi di MAN Se-Jakarta Selatan?”
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan pendekatan inkuiri yang diterapkan di MAN Se-Jakarta Selatan. Manfaat penelitian ini antara lain: 1. Bagi guru, memberikan masukan untuk lebih baik dalam menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran seperti pendekatan pembelajaran inkuiri. 2. Bagi sekolah, memberikan masukan untuk lebih menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang dalam kegiatan pembelajaran sehingga guru dapat dengan mudah menerapkan pendekatan pembelajaran yang sedang berkembang. 3. Bagi pembuat kebijakan, data dasar penggunaan inkuiri oleh guru biologi di Jakarta Selatan dapat digunakan untuk mengembangkan dan meningkatkan pembelajaran biologi khususnya di MA. 4. Bagi peneliti, memberikan wawasan baru dalam bidang penelitian pendidikan dan penerapan pendekatan pembelajaran yang akan menjadi bekal untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata setelah menyelesaikan studinya.
BAB II KAJIAN TEORETIS
A. Kajian Teoretis 1. Hakikat Pendekatan Pembelajaran a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Dalam proses pembelajaran, kemampuan guru dalam menguasai pendekatan pembelajaran merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu.1 Dalam menyampaikan
suatu
materi
menggunakan
pendekatan
pelajaran
secara
arif
guru dan
harus
pandai
bijaksana,
dalam sebelum
menggunakannya sebaiknya guru mengenali setiap karakter yang dimiliki siswa sehingga guru mengetahui pendekatan apa yang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran. Menurut Rusman pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.2 Berhasilnya suatu proses pembelajaran ditentukan oleh kemampuan guru. Kemampuan guru dalam menguasai kelas merupakan salah satu keberhasilan dalam pembelajaran, untuk itu guru harus dapat mengenali segala kemampuan siswa serta mampu mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran dengan mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Selain itu, Dimyati dan Mudjiono mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan anutan pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam 1
Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 91. 2 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 132.
9
10
pengolahan pesan sehingga tercapai tujuan belajar.3 Semua kemampuan yang dimiliki siswa akan berkembang jika guru mampu melakukan pendekatan-pendekatan yang dapat memberikan dorongan dalam mengatasi berbagai masalah dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. La Iru dan La Ode mengatakan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan cara umum dalam memandang permasalahan atau cara pandang guru terhadap pembelajaran.4 Misalnya pendekatan siswa aktif memandang pembelajaran akan terjadi apabila siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, dengan menerapkan pendekatan tersebut guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang membuat siswa terlibat aktif dalam memahami berbagai kompleksitas masalah pembelajaran.
b. Macam-macam Pendekatan Pembelajaran Menurut Rustaman, dkk., pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran biologi antara lain:5 1. Pendekatan Tujuan Pembelajaran Pendekatan ini berorientasi pada tujuan akhir yang akan dicapai. Dengan adanya pendekatan tersebut maka semua komponen pembelajaran ditata dan diarahkan demi tercapainya suatu tujuan. 2. Pendekatan Konsep Pada pendekatan ini siswa dibimbing untuk memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. 3. Pendekatan Lingkungan Pendekatan yang mengaitkan lingkungan dalam suatu proses belajar mengajar dan menjadikannya sebagai sumber belajar untuk memahami materi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
3
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 185. La Iru dan La Ode Safiun Arihi, Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi, dan Model-model Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Presindo, 2012), h. 3. 5 Nuryani Y. Rustaman, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Jakarta: Universitas Negeri Malang, 2005), h. 93. 4
11
4. Pendekatan Inkuiri Pada pendekatan ini siswa dituntut untuk mengendalikan situasi yang dihadapi ketika berhubungan dengan dunia fisik yaitu dengan menggunakan teknik yang digunakan oleh para ahli penelitian. Sementara itu, guru merencanakan situasi sehingga siswa didorong untuk menggunakan prosedur yang digunakan para ahli penelitian untuk mengenal masalah, mengajukan pertanyaan, mengemukakan langkahlangkah penelitian, memberikan pemaparan yang ajeg, membuat ramalan, dan penjelasan yang menunjang pengalaman. 5. Pendekatan Penemuan Pendekatan penemuan merupakan pendekatan yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar dimana siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri fakta dan konsep tentang fenomena ilmiah. 6. Pendekatan Proses Pada pendekatan ini, tujuan utamanya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses atau langkah-langkah ilmiah seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. 7. Pendekatan Interaktif Pendekatan dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan untuk kemudian melakukan penyelidikan yang berkaitan dengan pertanyaan yang mereka ajukan. 8. Pendekatan Pemecahan Masalah Pendekatan pemecahan masalah berawal dari masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan. Dalam pendekatan ini terdapat dua versi. Versi yang pertama siswa menerima saran tentang prosedur yang digunakan, cara mengumpulkan data, menyusun data, dan menyusun serangkaian pertanyaan yang mengarah ke pemecahan masalah. Untuk versi kedua, hanya masalah yang dimunculkan, siswa yang merancang pemecahannya sendiri.
Guru berperan dalam
menyediakan bahan dan membantu memberi petunjuk.
12
9. Pendekatan Sains-Teknologi dan Masyarakat Pendekatan ini menegaskan bahwa dalam pembelajaran sains siswa tidak hanya mempelajari konsep-konsep sains, tetapi juga diperkenalkan pada aspek teknologi, dan bagaimana teknologi itu berperan di masyarakat. 10. Pendekatan Terpadu Pendekatan terpadu merupakan pendekatan yang memadukan dua unsur atau lebih dalam suatu kegiatan pembelajaran. Unsur pembelajaran yang dipadukan dapat berupa konsep dengan proses, konsep dari satu mata pelajaran dengan konsep mata pelajaran lain, atau dapat juga berupa penggabungan suatu metode dengan metode lain.
Berdasarkan La iru dan La ode pendekatan pembelajaran terdiri dari beberapa bagian diantaranya:6 1. Pendekatan Induktif Merupakan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan penalaran dari khusus ke umum. 2. Pendekatan Deduktif Merupakan pendekatan yang mengutamakan penalaran dari umum ke khusus. 3. Pendekatan Pemecahan Masalah Sosial Merupakan
pendekatan
pembelajaran
yang
berangkat
dari
kompleksitas masalah-masalah sosial. Dimana siswa diharapkan dapat menemukan dan mengatasi masalah keragaman sosial sehingga dalam pembelajaran terjadi interaksi dalam menyelesaikan perbedaan masalah-masalah yang ada. 4. Pendekatan Inkuiri Merupakan pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mengembangkan potensi intelektualnya dalam kegiatan yang disusunnya sendiri untuk menemukan sesuatu seperti 6
La Iru dan La Ode Safiun Arihi, op.cit, h. 10
13
merumuskan
masalah,
merancang
eksperimen,
melakukan
eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Menurut Zulfiani, dkk., pendekatan pembelajaran terdiri dari :7 1. Pendekatan Konsep Pendekatan konsep merupakan suatu pendekatan secara langsung menyajikan konsep tanpa memberikan kesempatan kepada siswa unruk mencari tahu bagaimana konsep itu diperoleh. Dalam hal ini guru lebih banyak berperan dari pada siswa. 2. Pendekatan Proses Pendekatan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya dalam keterampilan proses seperti proses penemuan atau penyusunan suatu konsep. 3. Pendekatan Deduktif Pendekatan deduktif merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan proses berpikir siswa dari umum ke khusus. 4. Pendekatan Induktif Pendekatan induktif merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan proses berpikir siswa berlangsung dari keadaan khusus ke keadaaan umum. 5. Pendekatan Ekspositori Pendekatan ekspositori merupakan pendekatan pembelajaran yang menempatkan guru sebagai pusat pembelajaran, dimana guru lebih aktif daripada siswa dalam memberikan informasi, menjelaskan suatu konsep, dan kegiatan lainnya. 6. Pendekatan Heuristik
7
Zulfiani, dkk., op.cit., h. 92.
14
Pendekatan heuristik merupakan pendekatan pembelajaran yang menyajikan sejumlah data dan siswa diminta untuk membuat kesimpulan dengan menggunakan data tersebut. 7. Pendekatan Kontekstual Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang menerapkan konsep belajar dengan mengaitkan materi yang diajarkan oleh guru dengan situasi dunia nyata siswa sehingga siswa dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan penerapan kehidupan mereka.
Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zaini, ada beberapa pendekatan pembelajaran yang dapat membantu guru dalam memecahkan masalah dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya:8 1.
Pendekatan Individual Pendekatan individual merupakan pendekatan yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi perbedaan karakter yang terdapat pada setiap peserta didik secara
individual. Pengelolaan kelas sangat
memerlukan pendekatan ini, karena kesulitan belajar siswa lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat diperlukan pendekatan kelompok. 2.
Pendekatan Kelompok Pendekatan kelompok merupakan pendekatan yang digunakan guru untuk mengembangkan sikap sosial peserta didik serta dapat mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masingmasing sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas.
3.
Pendekatan Bervariasi Pendekatan bervariasi merupakan pendekatan yang bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Maka dengan itu, pendekatan
8
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta. 2010), h. 54.
15
bervariasi dapat dijadikan sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk kepentingan pengajaran. 4.
Pendekatan Edukatif Pendekatan edukatif merupakan pendekatan yang dilakukan guru dengan didasari tindakan, sikap dan perbuatan yang bernilai pendidikan, sehingga peserta didik dapat menghargai norma hukum, norma susila, norma moral, norma sosial dan norma agama.
5.
Pendekatan Keagamaan Pendekatan keagamaan merupakan pendekatan yang berasaskan keagamaan dimana dalam penerapannya guru menyisipkan pesanpesan keagamaan terutama pada mata pelajaran umum.
6.
Pendekatan Kebermaknaan Pendekatan kebermaknaan merupakan pendekatan yang digunakan guru untuk memaknai sebuah konsep belajar sehingga siswa merasa bahwa konsep tersebut sangat penting dan bermakna bagi proses pembelajaran.
2. Pendekatan Inkuiri a. Pengertian Pendekatan Inkuiri Kata inkuiri berasal dari bahasa Inggris, yaitu „to inquire’. Dalam Oxford Dictionary, sama dengan „enquire atau enquiry‟ yang artinya „ask somebody for information about something, ‘request for information about something; investigation’ atau ‘act of asking questions or collecting information about something or somebody’. Jadi, inkuiri diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan.9 Pembelajaran inkuiri biologi pada mulanya dikembangkan oleh Schwab tahun 1965 yang termuat dalam Biological Science Curriculum 9
AS Hornby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary Of Current English, (New York: Oxford University Press, 1995), cet ke-5, h. 615.
16
Study (BSCS), dan membahas tentang pengembangan kurikulum dan bentuk pembelajaran biologi pada sekolah menengah.10 Dimana siswa diajak terlibat dalam proses ilmiah, mengumpulkan dan menganalisis data, menguji hipotesis dan teori, dan merefleksikan hakekat pembentukkan pengetahuan. Pendekatan
inkuiri
merupakan
kegiatan
pembelajaran
yang
melibatkan seluruh kemampuan siswa secara maksimal untuk mencari dan menyelidiki alam sekitar secara kritis sehingga mereka dapat merumuskan penemuan dengan penuh percaya diri.11 Pada pendekatan inkuiri siswa terlibat langsung secara aktif, sehingga semua kemampuan yang dimiliki mereka digunakan dalam melakukan sebuah penyelidikan. Pembelajaran inkuiri adalah belajar mencari dan menemukan sendiri, guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk final, melainkan siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah.12 Pada inkuiri guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat merangsang pengetahuan yang dimiliki siswa. Sehingga siswa dapat menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang diberikan serta menghubungkannya dengan kehidupan nyata. Esensi dari pembelajaran ini adalah mengajarkan pada siswa untuk memperoleh pengetahuan seperti halnya para peneliti biologi melakukan penelitian. Sedangkan prosedurnya adalah melibatkan siswa dalam penyelidikan masalah yang sebenarnya. Dengan cara melibatkan dalam penelitian, membantu siswa mengidentifikasi konsep atau metode dan mendorong siswa menemukan cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi. 10
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), Cet Ke-2, h. 67. 11 Kitri Nur Indah Sari, Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Inkuiri Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Maribaya Karanganyar Purbalingga, Jurnal Kependidikan Dasar, 1, 2010, h. 88. 12 Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung : PT. Refika Aditama, 2009), Cet ke-3, h. 31.
17
Menurut Alan Colburn penyelidikan berbasis inkuiri adalah kreasi kelas, dimana siswa terlibat didalamnya, berpusat pada siswa dan kegiatan berupa praktikum.13 Pembelajaran inkuiri ini memang diharapkan dapat merubah pola pikir siswa dimana guru menganggap bahwa siswa merupakan subjek dan objek yang telah memiliki ilmu pengetahuan sehingga pengetahuan dan kecakapan siswa lebih jauh dapat menumbuhkan motivasi instrinsik, karena siswa merasa puas atas kerjanya sendiri. Menurut Alberta, inkuiri adalah proses dinamis yang terbuka mengenai pertanyaan-pertanyaan yang dianggap bingung dan digunakan untuk mengetahui dan memahami dunia.14 Sedangkan, pembelajaran berbasis inkuiri adalah sebuah proses dimana siswa terlibat dalam pembelajaran mereka, merumuskan pertanyaan, menyelidiki secara luas dan kemudian membentuk pemahaman baru, makna dan pengetahuan. Pengetahuan baru yang dimiliki siswa dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan, untuk mengembangkan solusi atau untuk mendukung posisi atau poin-poin apa yang dilihat. Pengetahuan ini biasanya disajikan kepada orang lain dan mungkin mengakibatkan semacam aksi. 15 National Science Education Standards (NSES) mendefinisikan inkuiri sebagai aktivitas beraneka ragam yang meliputi observasi, membuat pertanyaan, memeriksa buku-buku atau sumber informasi lain untuk melihat apa yang telah diketahui, merencanakan investigasi, memeriksa kembali apa yang telah diketahui menurut bukti eksperimen, menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menginterpretasikan data, mengajukan jawaban, penjelasan dan prediksi, serta mengkomunikasikan hasil.16 Inkuiri adalah kegiatan yang diawali dengan suatu pengamatan, kemudian berkembang untuk memahami suatu konsep atau fenomena yang 13
Alan Colburn, An Inquiry Primer, Science Scope March 2000, (http://www.experientiallearning.ucdavis.edu/module2/el2-60-primer.pdf.) Diakses pada 24/9/2012, h. 42. 14 Alberta, Focus On Inquiry: A Teacher’s Guide To Implementing Inquiry-Based Learnin (Alberta learning, Alberta, Canada, 2004) Tersedia: (http://education.alberta.ca/media/313361/focusoninquiry.pdf.) Diakses tanggal 24/9/2012, h. 1. 15 Ibid. 16 Campbell, dkk.,op.cit., h. 14.
18
menggunakan keterampilan berpikir kritis.17 Dalam pengertian lebih luas, disini siswa ingin mengetahui apa yang sedang terjadi dengan cara mencari tahu sendiri sesuai kemampuan dan kreatifitas berpikir kritisnya untuk membandingkan berbagai hal yang ditemukannya. Inkuiri memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa, cara ini dapat memberikan dorongan siswa untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Menurut
Rensus
Silalahi,
pembelajaran
berdasarkan
inkuiri
merupakan seni penciptaan situasi-situasi sedemikian rupa sehingga siswa mengambil peran sebagai ilmuwan.18 Dalam pembelajaran inkuiri siswa diajak untuk dapat menemukan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Guru sebagai fasilitator menciptakan proses belajar aktif dan kreatif. Piaget mengemukakan bahwa pendidikan yang baik mempersiapkan situasi bagi siswa untuk melakukan eksperimen sendiri, dalam arti luas ingin menggunakan simbol-simbol, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan satu dengan penemuan lain, dan membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan siswa lain.19 Dengan begitu kemampuan yang telah dimiliki siswa dapat terasah dan berkembang serta siswa mendapatkan pengalaman yang bermakna ketika melakukan sendiri penyelidikan sehingga pembelajaran akan mudah diingat.
17
Florentina Widihastrini, Peningkatan Kemampuan Penemuan Sumber Bahan Pada Mata Kuliah Pendidikan Keterampilan Melalui Pendekatan Inkuiri, Jurnal Kependidikan, 2, 2009, h. 112. 18 Rensus Silalahi, Kontribusi Model Pembelajaran Kontekstual Tipe Inkuiri dalam Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Jurnal Edisi Khusus, 2, 2011, h. 135. 19 Simeon Taringan, Implementasi Pendekatan Inkuiri dalam Pendidikan IPA, Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 47, 2007, h. 40.
19
Proses belajar mengajar yang lebih menekankan siswa dalam menemukan masalah akan membuat siswa terbiasa dalam menghadapi suatu masalah. Mereka akan mencari tahu bagaimana cara mengatasi masalah tersebut sehingga menemukan jalan keluar yang tepat dengan pemikiranpemikiran yang kritis dan logis. Sedangkan menurut Suchman dalam Trianto mengatakan bahwa pembelajaran inkuiri itu dengan mengajak siswa membayangkan seakanakan dalam kondisi yang sebenarnya, mengidentifikasi komponenkomponen yang berada disekeliling kondisi tersebut, merumuskan permasalahan dan membuat hipotesis pada kondisi tersebut, memperoleh data dari kondisi tersebut dengan membuat pertanyaan dan jawabannya “ya” atau “tidak”, dan membuat kesimpulan dari data-data yang diperolehnya.20 Pada intinya pendekatan inkuiri adalah memberi pembelajaran pada siswa untuk menangani permasalahan yang mereka hadapi ketika berhadapan dengan dunia nyata dengan menggunakan teknik yang diterapkan oleh seorang peneliti. Dalam pembelajaran inkuiri, berarti para guru harus merencanakan situasi sedemikian rupa, sehingga para siswa bekerja
seperti
seorang
peneliti
dengan
menggunakan
prosedur
penelitian/investigasi, dan menyiapkan kerangka berfikir, hipotesis, dan penjelasan yang kompatibel dengan pengalaman pada dunia nyata.21 Kegiatan pembelajaran inkuiri ditujukan untuk menumbuhkan kemampuan-kemampuan dalam menggunakan keterampilan proses antara lain mengajukan pertanyaan, mengajukan hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan, mengumpulan data, mengolah data, mengevaluasi hasil, dan mengkomunikasikan temuannya kepada orang lain dengan berbagai cara. Selain itu, pembelajaran inkuiri juga menolong siswa untuk mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan 20
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya, (Surabaya: Prestasi Pustaka, 2007), cet. I. h. 139. 21 Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2009), h. 49.
20
memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.
b. Karakteristik Pendekatan Inkuiri Menurut Kusian dan Stone dalam Simeon, ada beberapa hal yang menjadi ciri utama pendekatan inkuiri:22 1. Menggunakan proses IPA 2. Waktu tidak menjadi masalah, tidak ada keharusan untuk menyelesaikan unit tertentu dalam waktu tertentu. 3. Jawaban-jawaban yang dicari tidak diketahui terlebih dahulu. 4. Siswa berhasrat sekali untuk menemukan pemecahan masalah. 5. Proses belajar mengajar berpusat pada pertanyaan. 6. Suatu masalah ditemukan dan dipersempit, hingga terlihat ada kemungkinan masalah ini dapat dipecahkan oleh siswa. 7. Hipotesis
dirumuskan
oleh
siswa-siswa
yang
membimbing
penyelidikan. 8. Para siswa mengusulkan cara-cara pengumpulan data dengan melakukan eksperimen, mengadakan pengamatan, membaca dan menggunakan sumber-sumber lain. 9. Semua usul tersebut dinilai bersama. 10. Para siswa melakukan penelitian, secara individu atau kelompok untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji hipoteis. 11. Para siswa mengolah data dan sampai pada kesimpulan sementara. Dengan demikian, dalam inkuiri siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Menurut Hinrichsen & Jarrett dalam program Report The Northwest Regional Educational Laboratory menyatakan terdapat 4 karakter inkuiri, yaitu :23 22
Taringan, loc.cit.
21
1) Koneksi Pada tahap ini: a) Siswa mampu menghubungkan pengetahuan sains pribadi dengan konsep komunitas sains. b) Dilakukan dengan diskusi bersama, eksplorasi fenomena. c) Guru
mendorong
pemahaman
mereka
untuk
mendiskusikan
bagaimana
suatu
dan
menjelaskan
fenomena
bekerja,
menggunakan contoh dari pengalaman pribadi, menemukan hubungan dengan literatur. d) Proses koneksi melalui : konsiliasi, pertanyaan, dan observasi. 2) Desain Pada tahap ini : a)
Proses melalui prosedur materi
b) Siswa membuat perencanaan mengumpulkan data yang bermakna yang ditujukan pada pertanyaan. c) Siswa berperan aktif mendiskusikan prosedur, persiapan materi, menentukan variabel kontrol, pengukuran. d) Guru memantau ketepatan aktivitas siswa. 3) Investigasi Pada tahap ini: a)
proses melalui koleksi dan mempresentasikan data.
b) siswa dapat membaca data secara akurat, mengorganisasi data dalam cara yang logis dan bermakna, dan memperjelas hasil penyelidikan. 4) Membangun pengetahuan Pada tahap ini: a)
Proses melalui refleksi-konstruksi-prediksi.
b) Konsep yang dilakukan dengan eksperimen akan memberi arti yang lebih bermakna dan mampu berpikir kritis. 23
Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 122.
22
c) Siswa dapat mengaplikasikan pemahamannya pada situasi baru yang mengembangkan inferensi, generalisasi, dan prediksi. d) Guru melakukan sharing pemahaman siswa. Menurut Alberta Learning, inkuiri memiliki karakteristik diantaranya :24 1) Inkuiri adalah sebuah bentuk dari masalah-masalah otentik (kehidupan nyata) dalam konteks kurikulum dan atau masyarakat. 2) Inkuiri mengkapitalisasi pada rasa ingin tahu siswa. 3) Data dan informasi secara aktif digunakan, menginterpretasikan, menyaring, mencerna dan membahasnya. 4) Guru, siswa dan guru-pustakawan berkolaborasi. 5) Komunitas dan masyarakat dihubungkan dengan inkuiri. 6) Guru mencontohkan perilaku inkuiri. 7) Guru menggunakan bahasa inkuiri yang sedang berlangsung. 8) Siswa berperan dalam pembelajaran mereka. 9) Guru memfasilitasi proses pengumpulan dan menyajikan informasi. 10) Para guru dan siswa menggunakan teknologi untuk mendukung penyelidikan. 11) Guru mencakup penyelidikan baik sebagai konten dan pedagogik. 12) Para guru dan siswa berinteraksi lebih sering dan lebih aktif dari pembelajaran biasa. 13) Terdapat identifikasi waktu untuk pembelajaran inkuiri.
c. Macam-macam Pendekatan Inkuiri Menurut Alan Colburn pembelajaran inkuiri terdiri dari: 1) Stuctured Inquiry, dimana guru memberikan siswa sebuah masalah untuk diselidiki, serta prosedur, dan bahan-bahan, tetapi tidak memberitahu mereka tentang hasil yang diharapkan. Siswa dapat menemukan variabel atau generalisasi dari data yang dikumpulkan. Jenis penyelidikan ini serupa dengan buku kegiatan masak, meskipun 24
Alberta, op.cit., h. 4.
23
kegiatan masak umumnya lebih terarah dari pada kegiatan inkuiri terstruktur tentang apa yang siswa amati dan data mereka untuk dikumpulkan. 2) Guided Inquiry, guru hanya menyediakan bahan dan masalah untuk diselidiki.
Siswa
menyusun
prosedur
mereka
sendiri
untuk
memecahkan masalah. 3) Inquiry Open-ended, pendekatan ini mirip dengan inkuiri terbimbing, dengan tambahan bahwa siswa juga merumuskan masalah mereka sendiri untuk diselidiki. Inkuiri terbuka, dalam banyak hal adalah sejalan dalam melakukan penyelidikan. kegiatan peduli sains sering dicontohkan dengan inkuiri terbuka. 4) Learning Cycle, siswa terlibat dalam kegiatan yang memperkenalkan konsep baru. Guru kemudian memberikan nama resmi pada sebuah konsep. siswa menentukan konsep dengan menerapkannya dalam konteks yang berbeda.25 Dalam Standard For Science Teacher Preparation (1998) dalam Zulfiani, dkk. Terdapat 3 tingkatan inkuiri, yakni :26 1) Discovery/Structured Inquiry Pada tingkatan ini, guru mengidentifikasi permasalahan dan proses, sementara siswa mengidentifikasi alternatif hasil. 2) Guided Inquiry Pada tingkatan ini, guru mengajukan permasalahan, siswa menentukan proses dan penyelesaian masalah. 3) Open Inquiry Pada tingkatan ini, guru memaparkan konteks penyelesaian masalah kemudian siswa mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah.
25 26
Colburn, loc.cit. Zulfiani, dkk., op.cit., h. 121.
24
Staver dan Bay (1987) membedakan tiga jenis inkuiri yaitu:27 1) Inkuiri terstruktur Dalam Inquiry Structured (SI) guru menyediakan sebuah masalah untuk diselidiki, serta prosedur dan bahan, tetapi guru tidak memberitahu hasil akhir
kepada siswa. Inkuiri ini bertujuan untuk
memperkenalkan konsep, keterampilan proses dan metode penyelidikan yang membimbing siswa dalam penemuan khusus guna mendapatkan pengalaman dan siswa terbiasa dalam mengembangkan keterampilan secara ilmiah. 2) Inkuiri Terbimbing Dalam Inquiry Guided (GI) guru memberikan materi dan isu-isu, yang berfungsi sebagai investigasi, tetapi peserta didik merancang prosedur mereka sendiri
untuk
memecahkan masalah.
Inkuiri
terbimbing digunakan untuk menantang pemahaman konseptual dan keterampilan
siswa,
mengembangkan
kreativitas,
dan
untuk
menemukan pemahaman yang lebih dalam dan lebih luas dari siswa, serta untuk memperoleh beberapa keterampilan dalam melakukan penelitian. 3) Inkuiri Terbuka Inkuiri terbuka membutuhkan peserta didik untuk merumuskan masalah mereka sendiri, mengembangkan prosedur, menyelidiki dan memecahkan masalah. Tujuan dari inkuiri terbuka adalah untuk menghasilkan
pertanyaan,
mengembangkan
kreativitas
dalam
menjawab pertanyaan secara mandiri, menarik kesimpulan berdasarkan bukti, mengembangkan keterampilan berpikir kritis, menemukan lebih dalam dan pemahaman yang lebih luas tentang subjek, dan untuk merefleksikan pembelajaran.
27
Susan Vajoczki, et.al., Inquiry Learning: Level, Discipline, Class Size, What Matters?, International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning, 5, 2011, p. 2.
25
Dalam penerapannya dibidang pendidikan, ada beberapa jenis pendekatan inkuiri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sund and Trowbridge bahwa pendekatan inkuiri terdiri dari:28 1) Inkuiri terbimbing (Guide inquiry) Inkuiri terbimbing digunakan terutama bagi siswa yang belum mempunyai pengalaman belajar dengan inkuiri. Siswa memperoleh petunjuk-petunjuk seperlunya. Petunjuk-petunjuk ini biasanya berupa pertanyaan yang sifatnya membimbing. 2) Inkuiri bebas (Free inquiry) Pada inkuiri bebas siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang
ilmuwan.
Pada
pengajaran
ini,
siswa
harus
dapat
mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. Namun kenyataannya inkuiri bebas yang murni sukar diterapkan pada siswa sebab pada umumnya siswa sewaktu-waktu masih memerlukan bimbingan guru. 3) Inkuiri bebas yang dimodifikasi (Modified free inquiry) Pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan dan kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.
Adapun dalam Willoughby (2005) jenis pembelajaran inkuiri dinyatakan sebagai berikut:29 1) Inkuiri terstruktur Siswa mengikuti dengan tepat instruksi guru untuk menyelesaikan kegiatan hands-on dengan sempurna. 2) Inkuiri terbimbing Siswa mengembangkan cara kerja untuk menyelidiki pertanyaan yang dipilih/diberikan guru. 3) Inkuiri bebas 28
Taringan, op.cit., h. 41. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Strategi Pembelajaran MIPA, op.cit., h. 24. 29
26
Siswa menurunkan pertanyaan tentang topik yang dipilih guru dan merencanakan sendiri penyelidikannya. d. Prinsip-prinsip Pendekatan Inkuiri Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Perkembangan mental (intelektual) itu menurut piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation, physical experience, social experience, dan equilibration. 1) Maturation atau kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan anatomis, yaitu proses pertumbuhan fisik, yang meliputi pertumbuhan tubuh, pertumbuhan otak, dan pertumbuhan sistem saraf. 2) Physical Experience adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya. Dengan adanya tindakan fisik memungkinkan dapat mengembangkan daya pikir, dan menghasilkan gagasan-gagasan atau ide-ide. 3) Social experience adalah aktivitas dalam berhubungan dengan oranglain. Melalui pengalaman sosial, anak bukan hanya dituntut untuk mempertimbangkan atau mendengarkan pandangan orang lain, tetapi juga akan menumbuhkan kesadaran bahwa ada aturan lain di samping aturannya sendiri. Dalam hal ini anak akan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa dan akan memunculkan kesadaran bahwa ada orang lain yang mungkin berbeda dengan dirinya. 4) Equilibration adalah proses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru yang ditemukannya. Anak dituntut untuk memperbarui pengetahuan yang sudah terbentuk setelah ia menemukan informasi baru yang tidak sesuai.30
30
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), cet-ke 7, h.198.
27
Menurut Masnur Muchlis, Prinsip-prinsip pembelajaran inkuiri sebagai berikut :31 1) Pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat apabila siswa menemukan sendiri. 2) Informasi yang diperoleh siswa akan lebih baik apabila diikuti dengan bukti-bukti atau data-data yang ditemukan sendiri oleh siswa. 3) Siklus inkuiri adalah observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data, dan membuat kesimpulan. 4) Langkah-langkah kegiatan inkuiri : a) Merumuskan masalah. b) Mengamati atau melakukan observasi. c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, dan tabel. d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasilnya pada pihak lain (pembaca, teman sekelas, guru dan lainnya).
e. Langkah-langkah Pendekatan Inkuiri Menurut Gulo sebagai mana dikutip oleh Trianto menyatakan bahwa kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri diantaranya sebagai berikut :32 1) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan Kegiatan inkuiri dilaksanakan ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk meyakinkan kejelasan sebuah pertanyaan maka pertanyaan tersebut ditulis di papan tulis dan dibacakan ulang, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis. 2) Merumuskan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan atau ide yang 31
Masnur Muchlis, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara,2008), cet. Ke 6, h. 45. 32 Trianto, op.cit., h. 137.
28
kemungkinan besar akan menjadi hipotesis. Dari semua gagasan yang ada kemudian dipilihlah salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan. 3) Mengumpulkan data Hipotesis digunakan untuk menuntun dalam pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matriks atau grafik. 4) Analisis data Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran “benar“ atau „„salah“. Setelah memperoleh kesimpulan dari data percobaan maka siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Apabila hipotesis yang dihasilkan salah atau ditolak, maka siswa harus menjelaskan alasannya sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukan. 5) Membuat kesimpulan Langkah selanjutnya dalam pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah diperoleh siswa dan langkah ini merupakan langkah penutup dalam pembelajaran inkuiri.
Menurut Florentina langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah sebagai berikut:33 1. Merumuskan masalah 2. Mengumpulkan data melalui observasi 3. Menganalisis hasil temuan dan menyajikan hasil karya 4. Mengkomunikasikan hasil penemuan pada diskusi kelas
Menurut Sanjaya, secara umum proses pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut : 1) Orientasi
33
Widihastrini, loc.cit.
29
Langkah orientasi adalah langkah penting dimana guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. 2) Merumuskan masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa dalam memecahkan sebuah masalah dengan mencari jawaban yang tepat. Melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. 3) Merumuskan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Pada pembelajaran inkuiri siswa didorong untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis). Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. 4) Mengumpulkan data Mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Oleh sebab itu, guru mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. 5) Menguji hipotesis Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. 6) Merumuskan kesimpulan
30
Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. 34
Menurut Syamsu Yusuf, dkk. Inkuiri terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:35 1) Membina suasana yang responsif Guru menjelaskan arti dan proses inkuiri. Guru mengajukan pertanyaan yang mengundang jawaban siswa untuk terlibat. 2) Mengemukakan permasalahan untuk inkuiri Guru mengemukakan permasalahan melalui cerita, film, gambar dan sebagainya. Dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kearah mencari, merumuskan dan memperjelas permasalahan. Bila masalah telah terumuskan dengan jelas, siswa dalam hal ini, beraktivitas dalam bentuk bertanya, menjawab, menyimak, menganalisis, dan memutuskan. 3) Pertanyaan-pertanyaan siswa Siswa mengajukan pertanyaan yang sifatnya mencari atau mengajukan informasi berdasarkan data yang sesuai dengan masalah yang diajukan. 4) Merumuskan hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara yang diperkirakan akan menjawab permasalahan, dan nantinya akan diuji pada saat pengujian berlangsung. Guru membantu dan mengarahkan siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang memancing siswa untuk berpikir. 5) Menguji hipotesis Guru mengajukan pertanyaan yang sifatnya meminta data, informasi dan alasan pembuktian. Dengan sendirinya, siswa menjawab dan memberikan data pembuktian yang sebenarnya. 6) Pengambilan kesimpulan Langkah ini dilakukan guru bersama siswa.
34
Sanjaya, op.cit., h. 201. Syamsu Yusuf, dkk, Dasar-dasar Pembinaan Kemampuan Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Andira,1993), hal. 82. 35
31
f. Keunggulan Pendekatan Inkuiri Menurut
Roestiyah,
pembelajaran
inkuiri
memiliki
beberapa
keunggulan sebagai berikut : 1) Dapat membentuk dan mengembangkan“self-consept“ pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan siswa memiliki ide-ide yang lebih baik. 2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi dan proses belajar yang baru. 3) Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka. 4) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri. 5) Memberi kepuasan yang bersifat instrinsik. 6)
Situasi proses belajar mengajar menjadi lebih menarik.
7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. 9) Guru dapat menghindari cara-cara belajar tradisional. 10) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.36
Menurut Sanjaya, keunggulan pembelajaran inkuiri diantaranya sebagai berikut : 37 1) Menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran lebih bermakna. 2) Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai gaya belajar mereka. 3) Sesuai
dengan
perkembangan
psikologi
belajar
modern
yang
menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. 36 37
Roestiyah N.K., loc.cit. Sanjaya, op.cit., h. 208.
32
4) Melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Menurut Jerome Bruner dalam Tarigan mengemukakan bahwa pendekatan inkuiri memberikan hal positif bagi perkembangan pendidikan diantaranya:38 1. Meningkatkan potensial intelektual siswa, karena dengan pendekatan ini siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan hal-hal yang berhubungan dengan pengalamannya sendiri. 2. Siswa dapat memperoleh kepuasan intelektual tersendiri, karena siswa telah berhasil dalam penemuannya. 3. Siswa dapat belajar bagaimana melakukan penemuan. 4. Belajar melalui pendekatan inkuiri dapat memperpanjang proses ingatan atau materi yang dipelajari melalui inkuiri akan lebih lama diingat.
g. Kelemahan Pendekatan Inkuiri Menurut Budi Eko Sutjipto yang dikutip oleh Sitti Aisyah menyatakan bahwa kelemahan dari pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut :39 1) Memerlukan waktu yang banyak sehingga tidak cocok digunakan di sekolah dengan jadwal yang kaku. 2) Tidak bisa digunakan pada semua bidang mata pelajaran. 3) Siswa lebih suka dengan metode tradisional. 4) Siswa tidak ingin terlibat dalam proses berpikir. Inkuiri sebagai salah satu pendekatan pembelajaran di samping memiliki banyak keunggulan juga memiliki kelemahan, diantaranya:40
38
Taringan, op.cit., h. 39. Sitti Aisyah, “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2010, h. 20, tidak dipublikasikan. 40 Sanjaya, loc.cit. 39
33
1)
Jika inkuiri digunakan sebagai pendekatan pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2)
Pendekatan ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3) Dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. 4) Selama kriteria keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
B. Hasil Penelitian yang Relevan 1. Campbell, dkk. dalam artikel yang berjudul Development of Instruments to Asses Teacher and Student Perceptions of Inquiry Experiences in Science Classrooms, memaparkan bahwa instrumen yang dikembangkan bertujuan dalam menjelaskan hasil observasi pelaksanaan inkuiri di dalam kelas dengan hasil wawancara guru dan siswa. 2. Vajoczki, dkk. dalam artikel yang berjudul Inquiry Learning: Level, Disipline, Class Size, What Matters?, menyimpulkan bahwa nilai inkuiri bervariasi secara signifikan jika diterapkan pada beberapa level, departemen dan kelas. Inkuiri lebih cenderung diterapkan di kelas kecil, dan terdapat perbedaan antara penerapan inkuiri terstruktur, terbimbing, dan terbuka. Inkuiri yang lebih sering diterapkan adalah inkuiri terstruktur. 3. Witarsa, dalam artikel yang berjudul Analisis Kemampuan Inkuiri Guru Yang Sudah Tersertifikasi Dan Belum Tersertifikasi Dalam Pembelajaran Sains SD, menyebutkan bahwa pemahaman guru tentang inkuiri sangat baik, kemampuan guru memunculkan aspek-aspek inkuiri dalam RPP kurang, kemampuan guru memunculkan aspek-aspek inkuiri dalam pelaksanaan pembelajaran sains kurang, kemampuan membuat soal-soal inkuiri sangat kurang, kemampuan inkuiri secara keseluruhan dari ketiga
34
kelompok (tersertifikasi portofolio, tersertifikasi diklat, dan belum tersertifikasi) kurang.
C. Kerangka Berpikir Pembelajaran inkuiri merupakan belajar mencari dan menemukan sendiri, guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk final, melainkan siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Pada inkuiri guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat merangsang pengetahuan yang dimiliki siswa. Sehingga siswa dapat menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang diberikan serta menghubungkannya dengan kehidupan nyata. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi ke Madrasah Aliyah Negeri di Jakarta Selatan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan izin penelitian dan informasi mengenai penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri di sekolah tersebut. Dalam prakteknya, peneliti menyebar instrumen penelitian pada siswa dan guru bidang studi biologi yang menjadi objek penelitian. Hasil instrumen penelitian yang diperoleh, selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan data penelitian. Dengan demikian, data penelitian dapat dijadikan kesimpulan dalam penelitian deskripsi penggunaan pendekatan inkuiri pada pembelajaran biologi di MAN Se-Jakarta Selatan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian adalah MAN 4, MAN 7, MAN 11, MAN 13, MAN 19 dan MA Pembangunan UIN Jakarta. Dan waktu penelitian dilaksanakan padabulan Oktober - November semester ganjil tahun ajaran 2012/2013.
B. Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan survai. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia.1 Jadi, dalam penelitian ini tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Pendekatannya sendiri peneliti menggunakan pendekatan survai yakni pendekatan yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil.2 Selain itu, survai juga ditujukan untuk memperoleh gambaran umum tentang karakteristik populasi atau dalam pendidikan biasanya siswa dan guru serta perkembangan-perkembangan di sekolah.
1
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-2, h. 72. 2 Ibid., h. 82.
35
36
C. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian.3 Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas XI IPA dan guru biologi MAN Se-Jakarta Selatan. Dengan pertimbangan bahwa pada kelas XI terdapat konsep-konsep materi yang kemungkinan besar dipraktikumkan dan pengaplikasiannya menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri. Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah seluruh siswa dari salah satu kelas XI IPA dan salah satu guru biologi kelas XI IPA. Pengambilan sampel peneliti menggunakan teknik random sample atau acak. Karena semua kelas dianggap memiliki kesempatan yang sama dalam menggunakan pendekatan inkuiri sehingga peneliti memilih kelas sesuai hasil random.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan 4 teknik yaitu: 1. Kuesioner Kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya-jawab dengan responden). Instrument atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah penyataan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. 2. Wawancara Wawancara merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan guru dan siswa untuk memperoleh data selengkapnya. 3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.173.
37
maupun tidak tertulis. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. 4. Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian yang berkaitan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejalagejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.4
E. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah berupa instrumen yang bersifat mengukur (angket), karena berisi pernyataan-pernyataan dengan alternatif jawaban yang memiliki standar jawaban tertentu. Di samping itu, untuk mendapatkan data penunjang kesimpulan yang diharapkan diakhir penelitian ini, digunakan instrumen non tes pedoman wawancara dan dokumen-dokumen pembelajaran. 1. Kuesioner Kuesioner digunakan untuk mengetahui sejauh mana guru dan siswa dalam pengimplementasian pembelajaran inkuiri. Dalam penelitian ini, kuesioner yang digunakan adalah kuesioner bentuk check list. 2. Pedoman Wawancara Wawancara berisikan pertanyaan yang diajukan kepada guru dan siswa setelah peneliti memberikan kuesioner untuk memperoleh data lebih lengkap. 3. Dokumentasi Dokumen-dokumen berupa RPP dan LKS yang digunakan dalam pembelajaran inkuiri untuk dibandingkan dan disesuaikan dengan hasil observasi dan kuesioner.
4
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet. Ke 11, h. 203.
38
4. Observasi Observasi ini berupa lembar observasi yang dilakukan untuk mendukung data-data yang didapat serta menjadi salah satu bukti dan pengamatan dalam penggunaan pendekatan inkuiri yang digunakan di sekolah.
F. Prosedur Penelitian Secara garis besar penelitian yang dilakukan dibagi menjadi 3 tahap, yaitu: 1. Tahap persiapan, meliputi : a. Studi literatur untuk merumuskan masalah b. Penyusunan proposal penelitian kemudian diseminarkan c. Perbaikan
proposal
penelitian
kemudian
mendapatkan
dosen
pembimbing d. Menyusun instrument penelitian berupa lembar kuesioner ( diadopsi dari jurnal penelitian Todd Campbell, Nor Hashidah Abd-Hamid, Heather Chapman) e. Meminta
pertimbangan
instrument
penelitian
kepada
dosen
pembimbing dan pakar bahasa di pusat bahasa UIN f. Melakukan uji instrument dengan menyebar 28 buah kuesioner. Hal ini dilakukan agar kuesioner yang akan disebarkan sesuai dengan data yang ingin diperoleh dari lapangan dan juga sekaligus untuk mendapatkan masukan mengenai kuesioner itu sendiri, apakah ada bahasa yang sulit dimengerti oleh responden atau tidak. g. Setelah uji instrument pertama kemudian instrument diujikan kembali di sekolah lain untuk memperoleh data yang dianggap valid dan reliable. 2. Tahap pelaksanaan, meliputi: a. Melakukan observasi ke MA Negeri di Jakarta Selatan untuk mendapatkan izin penelitian dan informasi mengenai penggunaan pendekatan pembelajaran yang digunakan di sekolah tersebut.
39
b. Pengambilan sample dilakukan untuk menentukan kelas mana yang akan dijadikan sebagai objek penelitian dengan menggunakan teknik random sample (acak). c. Menyebar angket atau kuesioner kepada seluruh siswa dan guru bidang studi biologi yang menjadi objek penelitian. d. Menganalisis hasil jawaban responden atas pernyataan dan pertanyaan dalam kuesioner. e. Melakukan wawancara langsung dengan guru terkait dengan inkuiri yang digunakan serta wawancara dengan siswa yang dipilih sesuai kemampuan yang dimiliki, mulai dari kemampuan tinggi, sedang dan rendah. f. Meminta data-data dokumentasi pada guru terkait dengan penyusunan RPP dan LKS yang digunakan. 3. Tahap akhir, meliputi: a. Membandingkan dan menganalisis hasil jawaban kuesioner dengan hasil jawaban wawancara serta menilai kesesuian RPP dan LKS yang digunakan dalam penggunaan inkuiri. b. Hasil analisis kemudian dideskripsikan secara rinci sesuai dengan fakta dan data yang didapat. c. Hasil deskripsi diamati dan diobservasi oleh dosen pembimbing 1 dan dosen pembimbing 2. d. Penarikan kesimpulan berdasarkan hasil deskripsi yang telah dilakukan. Penarikan kesimpulan merupakan langkah paling akhir dalam prosedur penelitian.
G. Kalibrasi Instrumen Sebelum instrument digunakan instrument terlebih dahulu diuji coba. Data hasil uji coba dianalisis yaitu validitas instrument dan reliabilitas instrumen.
40
1. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur. Sehubungan dengan itu, maka peneliti perlu melakukan uji validitas: a. Kuesioner Dalam penelitian ini validitas yang akan digunakan adalah validitas konstruk. Dalam hal ini, instrumen yang akan digunakan, diuji validitasnya berdasarkan pendapat ahli. Setelah melakukan validitas konstruk kemudian dilakukan validitas isi yang berkenaan dengan isi dan format dari instrumen.5 Validitas isi dilakukan dengan melakukan uji coba instrumen untuk mengetahui apakah ada pernyataanpernyataan pada setiap indikator instrumen yang tidak dimengerti. Validitas instrumen pada penelitian ini juga diperoleh dari pakar pusat bahasa dan konsultasi dengan dosen pembimbing. b. Pedoman Wawancara Pedoman wawancara dalam penelitian ini digunakan validitas konstruk. Validitas konstruks merupakan validitas yang berkenaan dengan konstruk atau struktur dan karakteristik psikologis aspek yang akan diukur dengan instrumen.6 Untuk validitas pedoman wawancara dilakukan melalui konsultasi dosen pembimbing.
2. Reliabilitas Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Pengujian reliabilitas menggunakan rumus Spearman Brown.7
5
Sukmadinata, op.cit., h. 229 Ibid. 7 Arikunto, op.cit.,h. 223 6
41
r11 =
2 𝑥 𝑟𝑥𝑦 1+ 𝑟𝑥𝑦
Keterangan : r11
= reliabilitas instrumen
rxy
= indeks korelasi antara dua belahan instrumen Dalam menghitung reliabilitas dengan teknik ini peneliti membuat tabel
analisis butir pertanyaan. Dari analisis ini skor-skor dikelompokkan menjadi dua berdasarkan belahan bagian soal. Teknik yang digunakan adalah teknik belahan awal dan akhir, adapun yang dimaksud dengan belahan pertama adalah skor butir dari butir nomor 1 sampai 15 dari 30 nomor butir, dan belahan kedua skor-skor butir separuh nomor-nomor terakhir. Setelah skor belahan pertama dikorelasikan dengan skor belahan kedua lalu dihitung reliabilitas instrument dengan rumus Spearman-Brown. Dari hasil uji coba instrument dengan menggunakan rumus sprearman brown diperoleh reliabilitasnya adalah 0,97 termasuk kedalam criteria tinggi. H. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian, kemudian dilakukan analisis data. Dalam hal ini, teknik analisis data yang dilakukan antara lain: 1. Data kuantitatif meliputi kuesioner, dokumentasi dan observasi dengan criteria persentase sebagai berikut: a. 80-100 = BaikSekali b. 66-79 = Baik c. 56-65 = Cukup d. 40-55 = Kurang e. 30-39 = KurangSekali 2. Data kualitatif meliputi hasil wawancara dengan guru dan siswa yang dideskripsikan pada masing-masing sekolah di MAN Se-Jakarta Selatan.
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian Temuan penelitian berupa data guru dan siswa serta perangkat pembelajaran sebagai dokumentasi yang terkait dengan penggunaan pendekatan inkuiri yang digunakan di MAN Se-Jakarta Selatan. 1. Data Guru Data penggunaan inkuiri didapatkan berdasarkan pengumpulan data melalui kuesioner dan wawancara yang dilakukan terhadap 6 guru biologi pada setiap sekolah yakni MA A, MA B, MA C, MA D, MA E, dan MA F. a. Kuesioner Adapun data guru yang didapat dari hasil kuesioner dapat dilihat pada tabel 4.1. di bawah ini:1
Tabel 4.1. Skor Penggunaan Inkuiri Guru dalam Pembelajaran Biologi Indikator* Responden MA A MA B MA C MA D MA E MA F Jumlah Jumlah maksimal Persentase *)
Skor Total
Persentase
Kategori
1 6 6 8 6 6 8 40
2 7 7 9 8 7 6 44
3 11 10 10 8 12 8 59
4 9 9 14 9 13 5 59
5 12 13 19 12 16 14 86
45 45 60 43 54 41 288
64,3% 64,3% 85,7% 61,4% 77,1% 58,6% -
Jarang Jarang Sering Jarang Sering Jarang -
60
60
90
90
120
420
-
-
66,6%
73,3%
65,5%
65,5%
71,7%
68,5 %
Keterangan:
1 : Membuat pertanyaan penelitian 2 : Merancang penelitian 3 : Melakukan penelitian
4 : Pengumpulan data 5 : Membuat kesimpulan
1
Lampiran 11, h. 93.
42
43
Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran biologi dapat dilihat bahwa untuk setiap indikator inkuiri 66,6 % guru menggunakan indikator 1 yakni guru menyuruh siswa untuk membuat pertanyaan penelitian, 73,3 % menggunakan indikator 2 yakni guru memberikan kesempatan pada siswa untuk merancang penelitian, 65,5 % menggunakan indikator 3 yakni guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penelitian, 65,5 % menggunakan indikator 4 yakni guru memberi kesempatan untuk melakukan pengumpulan data dan 70,8 % menggunakan indikator 5 yakni guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat kesimpulan. Sedangkan dari 6 sekolah yang dijadikan objek penelitian, ada 4 guru (66,7%) menggunakan pendekatan inkuiri dengan kategori jarang dan 2 guru (33,3%) menggunakan pendekatan inkuiri dengan kategori sering. Dan rata-rata yang didapatkan sebesar 68,5 yang temasuk kategori baik.2 Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya guru sudah menerapkan inkuiri secara langsung, namun untuk penerapannya sebagian besar guru masih jarang melakukannya. b. Hasil Wawancara Berdasarkan hasil wawancara yang telah disajikan pada lampiran, menunjukkan bahwa guru di MAN Se-Jakarta Selatan telah memenuhi kualifikasi.Hal ini dibuktikan dengan pengalaman mengajar yang rata-rata sudah di atas 12 tahun dan pendidikan guru yang seluruhnya telah menyelesaikan program strata 1. Dalam
hal
penerapan
pendekataninkuiri,
hasil
wawancara
menyatakan bahwa sebenarnya guru sudah menerapkan inkuiri, walaupun ada beberapa yang belum mengenal inkuiri.Akan tetapi, jika dilihat dari kegiatan praktikum sebenarnya guru sudah menerapkan pendekatan tersebut.Namun, jika dilihat dari penyusunan prosedur penelitian sebagian besar guru masih menggunakan inkuiri terstruktur.Kendala dalam 2
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi Aksara,2009), h. 244.
44
penerapan inkuiri ada beberapa aspek mulai dari kesulitan guru dalam mengkondisikan kelas, artinya siswa terkadang sangat aktif sehingga sulit diatur. Dari 6 sekolah terdapat 5 sekolah yang mengalami hal tersebut, sehingga dapat diartikan bahwa guru masih mengalami kesulitan dalam penerapan inkuiri pada saat praktikum. Selain itu, aspek ketersediaan alat dan bahan praktikum menjadi salah satu kendala dalam melaksanakan praktikum yaitu sebesar 16,7% serta kendala alokasi waktu yaitu sebanyak 50% sehingga dapat diartikan bahwa kesempatan untuk melakukan praktikum atau kegiatan inkuiri kecil. 2. Data Siswa Data siswa yang disajikan terdiri dari data kuesioner dan data wawancara.Data ini berupa jumlah dan persentase penggunaan inkuiri yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. a. Kuesioner Adapun untuk data kuesioner terdiri dari 2 jenis kuesioner yakni kuesioner inkuiri terstruktur dan kuesioner inkuiri terbimbing.Hal ini dilakukan berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan ketika kegiatan penyelidikan berlangsung. 1) Inkuiri Terstruktur Inkuiri
terstruktur
pembelajarannya masih
merupakan
jenis
membutuhkan instruksi
inkuiri
yang
dan prosedur
penelitian yang disusun oleh guru.Maka dari itu, kuesioner tersusun dari beberapa pernyataan yang indikatornya lebih mengarah pada inkuiri terstruktur. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada guru, didapatkan bahwa sekolah yang melakukan inkuiri terstruktur antara lain MA A, MA B, MA D, MA E, dan MA F. Hal ini berdasarkan penggunaan prosedur penelitian yang diberikan guru kepada siswa dalam melakukan penelitian.Maka kuesioner yang diberikan, yakni kuesioner yang terdiri dari 5 pernyataan dengan pilihan
jawaban
“ya
atautidak”beserta
alasan
pemilihan
jawaban.Berikut adalah tabeljawaban kuesioner siswa yang terkait dengan penggunaan inkuiri terstruktur.
45
Tabel 4.2. Jawaban Kuesioner Inkuiri Terstruktur Siswa
MA A
MA B
MA D
MA E
Jumlah
MA F
Rata-rata
Pernyataan*
Jumlah siswa (n)
Persentase (%)
Jumlah siswa (n)
Persentase (%)
Jumlah siswa (n)
Persentase (%)
Jumlah siswa (n)
Persentase (%)
Jumlah siswa (n)
Persentase (%)
(n)
(%)
(n)
(%)
1
31
100
31
100
33
100
22
100
30
100
147
500
29,4
100
2
11
35,5
19
61,3
24
72,7
21
95,4
25
83,3
100
348,2
20
69,6
3
12
38,7
30
96,7
28
84,8
21
95,4
27
90
118
405,6
23,6
81,1
4
19
61,3
31
100
33
100
22
100
26
86,7
131
448
26,2
89,6
5
16
51,6
30
96,7
28
84,8
22
100
25
83,3
121
416,4
24,2
83,3
Jumlah
89
287,1
141
454,7
146
442,3
108
490,8
133
443,3
617
-
-
Rata-rata
17,8
57,4
28,2
90,9
29,2
88,5
21,6
98,2
26,6
88,7
-
84,7
*)
Keterangan : 1 = Guru biologi memberikan petunjuk penyelidikan langkah demi langkah sebelum melakukan penyelidikan 2 = Penyelidikan dilakukan oleh guru biologi di depan kelas 3 = Kami membuat catatan rinci selama penyelidikan, selain data-data lain yang dikumpulkan 4 = Kami menghubungkan kesimpulan dengan pengetahuan ilmiah yang kami miliki 5 = Kami menyempurnakan kesimpulan yang kami buat sendiri
423,6
46
Berdasarkan tabel 4.2. dapat diketahui bahwa dari beberapa sekolah menunjukkan jumlah dan persentase yang hampir sama, meskipun ada beberapa menunjukkan angka yang berbeda. Untuk mempermudah mempelajari tabel 4.2. mengenai jumlah dan persentase penggunaan inkuiri terstruktur di MAN Se-Jakarta Selatan, maka data disajikan dalam gambar 4.1.
Persentase Inkuiri Terstruktur 21%
MA A
14%
MA B 21%
23%
MA D MA E
21%
MA F
Gambar 4.1. Persentase Penggunaan Inkuiri Terstruktur Berdasarkan gambar 4.1. di atas, dapat dilihat bahwa dari 5 sekolah MA di Jakarta Selatan, setiap sekolah memiliki persentase yang tidak jauh berbeda satu sama lain yaitu sekolah yang melakukan kegiatan inkuiri terstruktur adalah sekolah MA E dengan persentase 23%, selanjutnya sekolah MA B, MA D, dan MA F melakukan kegiatan inkuiri dengan persentase 21% dan sekolah MA A melakukan kegiatan inkuiri dengan persentase terendah yakni 14%. Jika dilihat dari persentase pada setiap pernyataan dapat dilihat pada gambar 4.2. berikut. Persentase Inkuiri Terstruktur pernyataan 1 20%
24%
21%
pernyataan 2 16%
19%
pernyataan 3 pernyataan 4 pernyataan 5
Gambar 4.2. Persentase Pernyataan Inkuiri Terstruktur
47
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa pada pernyataan pertama yaitu guru biologi memberikan petunjuk penyelidikan
langkah
demi
langkah
sebelum
melakukan
penyelidikan mendapatkan rata-rata 24%, untuk pernyataan kedua yaitu penyelidikan dilakukan oleh guru biologi di depan kelas mendapat rata-rata sebesar 16%, pernyataan ketiga yaitu kami membuat catatan rinci selama penyelidikan, selain data-data lain yang dikumpulkan mendapat rata-rata sebesar 19%, sedangkan untuk pernyataan ke empat yaitu kami menghubungkan kesimpulan dengan pengetahuan ilmiah yang kami miliki rata-ratanya sebesar 21%, dan pernyataan ke lima yaitu kami menyempurnakan kesimpulan yang kami buat sendiri rata-ratanya sebesar 20%. Dari kelima pernyataan dapat dikatakan bahwa pernyataan yang paling tinggi persentasenya adalah pernyataan pertama yakni dengan persentase 23%.Hal ini membuktikan bahwa kegiatan yang paling banyak dilakukan dalam penyelidikan adalah guru biologi memberikan petunjuk penyelidikan langkah demi langkah sebelum melakukan penyelidikan. Jadi, sebelum melakukan penyelidikan atau kegiatan praktikum guru memberikan petunjuk penyelidikan terlebih dahulu sehingga siswa melakukan praktikum sesuai prosedur yang telah dijelaskan guru sebelumnya. Dan hal ini dapat dikatakan bahwa kegiatan praktikum atau penyelidikan yang mereka lakukan masih dalam bimbingan dan instruksi dari guru belum sepenuhnya dari siswa.
2) Inkuiri Terbimbing Menurut
Nely
Andriayani,
dkk.
mengatakan
bahwa
pembelajaran inkuiri terbimbing (Guidedinquiry) yaitu suatu pembelajaran
inkuiriyang
dalam
pelaksanaannya
guru
48
menyediakanbimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.3 Inkuiri terbimbing adalah salah satu jenis inkuiri yang lebih memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya serta melatih siswa untuk mencari solusi atas masalah-masalah yang nantinya akan muncul dalam penyelidikan. Adapun sekolah yang menerapkan inkuiri ini adalah MA C dengan jumlah 28 siswa kelas XI IPA 2 karena pada sekolah ini siswa diberi kebebasan untuk membuat rancangan percobaan sendiri dengan
rumusan
masalah,
membuat
hipotesis,
melakukan
penyelidikan sendiri, mengumpulkan data, menganalisis data dan membuat kesimpulan dengan sendiri. Adapun hasil persentase dari jawaban kuesioner siswa MA C dapat dilihat pada tabel 4.3. di bawah ini : Tabel 4.3. Jawaban Kuesioner Inkuiri Terbimbing Siswa Pernyataan* Sekolah
Jumlah
Ratarata
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
MA C
26
21
24
24
26
21
17
5
23
21
208
20,8
(%)
92,8
75
85,7
85,7
92,8
75
60,7
17,8
82,1
75
742,6
74,3
*)
Keterangan : 1 = pada pembelajaran biologi, saya merumuskan pertanyaan penelitian yang akan dijawab melalui penyelidikan 2 = kami mengajukan sendiri pertanyaan penelitian 3 = kami merancang sendiri langkah-langkah penyelidikan biologi yang akan dilakukan 4 = kami melakukan penyelidikan biologi sendiri berdasarkan penelitian yang telah kami rancang 5 = kami aktif berpartisipasi dalam penyelidikan biologi yang telah kami rancang sendiri 6 = kami menentukan sendiri data yang dikumpulkan 7 = kami membuat catatan rinci selama penyelidikan, selain data-data lainnya yang dikumpulkan 8 = kami memutuskan sendiri, kapan data harus dikumpulkan dalam penyelidikan 9 = kami mengembangkan sendiri kesimpulan dari penyelidikan yang dilakukan 10 = kami mempertimbangkan cara menafsirkan data dan bukti ketika membuat kesimpulan
3
Nely Andriyani, dkk., “Efektifitas Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Pada Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Cahaya di Kelas VII SMP Negeri 2 Muara Padang,” Makalah disampaikan pada Prosiding Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011 (SNIPS 2011), Bandung, Indonesia, 22-23 Juni 2011, h. 1.
49
Untuk mempermudah mempelajari Tabel 4.3. mengenai jumlah dan persentase penggunaan inkuiri terbimbing di MAN SeJakarta Selatan, maka data disajikan dalam gambar 4.3. Persentase Inkuiri Terbimbing pernyataan 1 pernyataan 2
11%
2%
10%
13%
pernyataan 3
10%
8%
pernyataan 4
12%
pernyataan 5 pernyataan 6
10% 12%
12%
pernyataan 7 pernyataan 8 pernyataan 9 pernyataan 10
Gambar 4.3. Persentase Pernyataan Inkuiri Terbimbing Berdasarkan gambar 4.3. dapat dilihat bahwa persentase terbesar terdapat pada pernyataan 1 dengan persentase sebesar 13%, sedangkan untuk pernyataan 3, 4, dan 5 dengan persentase sebesar 12%, pernyataan 9 dengan persentase sebesar 11%, pernyataan 2, 6 dan 10 dengan persentase 10%, pernyataan 7 memiliki persentase sebesar 8%, dan pernyataan 8 memiliki persentase terendah sebesar 2%. Dari 10 penyataan ternyata pernyataan yang paling banyak dilakukan adalah pernyataan pertama (pada pembelajaran biologi, saya merumuskan pertanyaan penelitian yang akan dijawab melalui penyelidikan) dengan persentase 13%. Sedangkan persentase terendah adalah penyataan ke 8 (kami memutuskan sendiri, kapan data harus dikumpulkan dalam penyelidikan) sebesar 2%. Jika dikalkulasikan antara penerapan inkuiri terstruktur yang berjumlah 84,7% dengan inkuiri terbimbing yang berjumlah 74,3% maka rata-rata yang didapatkan adalah 79,5 yang termasuk kategori baik.4
4
Arikunto.Loc.cit.
50
b. Hasil Wawancara Wawancara dilakukan pada siswa dengan kemampuan tinggi, sedang dan rendah yang dipilih oleh guru biologi. Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa pada siswa yang berkemampuan tinggi sebagian besar siswa yakni sebesar 83,3% hanya menjadi anggota kelas. Hal ini membuktikan bahwa keaktifan siswa dalam kegiatan kelas sangat minim kemudian 3 siswa (50%) menyukai biologi karena pengajaran guru dan adanya kegiatan praktikum.Serta 50% karena ingin mempelajari alam dan kehidupan sekitar. Sedangkan untuk siswa yang berkemampuan sedang sebenarnya sama dengan kemampuan tinggi sebagian besar hanya menjadi anggota kelas dan 50% menyukai biologi karena pengajaran dan adanya kegiatan praktikum serta keinginan siswa dalam mempelajari diri sendiri. Dan pada siswa yang berkemampuan rendah pula sebagian besar hanya menjadi anggota kelas, menyukai biologi karena pengajaran guru dan adanya kegiatan praktikum. Jika dilihat pada proses pembelajaran yang dilakukan guru selama ini di kelas berdasarkan siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan berkemampuan sedang mengatakan bahwa guru lebih sering menerapkan metode pembelajaran seperti ceramah, diskusi, dan tanya jawab di kelas, namun siswa paham dengan pembelajaran yang disampaikan oleh guru, dan siswa sering menerima motivasi pada pembelajaran yang disampaikan guru, serta siswa pernah melakukan praktikum dengan persentase masingmasing 100%. Sedangkan untuk siswa yang berkemampuan rendah mengatakan bahwa guru lebih sering menerapkan metode pembelajaran seperti ceramah, diskusi, dan tanya jawab di kelas dan 83,3% mengaku paham dengan pembelajaran yang disampaikan oleh guru, 16,7% mengaku kurang paham dengan pengajaran guru di kelas, namun siswa sering menerima motivasi pada pembelajaran yang disampaikan guru, serta siswa pernah melakukan praktikum dengan persentase 100%. Sedangkan jika dilihat dari penerapan inkuiri berdasarkan tinjauan siswa yang memiliki kemampuan tinggi mengatakan bahwa telah
51
melakukan praktikum rata-rata 2 kali, sebagian siswa sebanyak 5 sampel atau sekitar 83,3 % melakukan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah dibuat guru. Sebagian lagi sebanyak 1 sampel atau sekitar 16,7% melakukan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah dibuat siswa. Kemudian Siswa melakukan praktikum setelah guru menjelaskan prosedur praktikum yaitu sebanyak 5 sampel atau 83,3%, sebagian lagi sebanyak 1 sampel atau 16,7 % siswa melakukan praktikum tanpa penjelasan dari guru, serta siswa mengumpulkan data selain dari hasil praktikum juga didapat dari beberapa sumber seperti buku paket, artikel dan internet yaitu sebanyak 100%. Menurut siswa yang berkemampuan sedang dikatakan bahwa siswa telah melakukan praktikum rata-rata 2 kali sebagian siswa sebanyak 5 sampel atau sekitar 83,3 % melakukan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah dibuat guru. Sebagian lagi sebanyak 1 sampel atau sekitar 16,7% melakukan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah dibuat siswa. Siswa melakukan praktikum setelah guru menjelaskan prosedur praktikum yaitu sebanyak 5 sampel atau 83,3%, sebagian lagi sebanyak 1 sampel atau 16,7 % siswa melakukan praktikum tanpa penjelasan dari guru. Siswa mengumpulkan data selain dari hasil praktikum juga didapat dari beberapa sumber seperti buku paket, artikel dan internet yaitu sebanyak 100%. Begitupun dengan siswa berkemampuan rendah mengatakan bahwa siswa telah melakukan praktikum rata-rata 2 kali. Sebagian siswa sebanyak 5 sampel atau sekitar 83,3 % melakukan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah dibuat guru. Sebagian lagi sebanyak 1 sampel atau sekitar 16,7% melakukan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah dibuat siswa. Siswa melakukan praktikum setelah guru menjelaskan prosedur praktikum yaitu sebanyak 5 sampel atau 83,3%, sebagian lagi sebanyak 1 sampel atau 16,7 % siswa melakukan praktikum tanpa penjelasan dari guru. Siswa mengumpulkan data selain dari hasil praktikum juga didapat
52
dari beberapa sumber seperti buku paket, artikel dan internet yaitu sebanyak 100%. 3. Dokumentasi Dalam penelitian ini dokumentasi merupakan data untuk melihat ada atau tidaknya kegiatan inkuiri dalam RPP dan terlampir LKS. Adapun analisis data dilakukan dengan menemukan indikator-indikator inkuiri pada setiap kegiatan yang telah dirancang dalam RPP serta LKS yang diberikan pada saat kegiatan praktikum. Tabel 4.4. Hasil Analisis RPP Terlampir LKS RPP Persentase (%)
No
Indikator
MA A
MA B
MA C
MA D
MA E
MA F
Jumlah (n)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
1.
Merumuskan Pertanyaan Penelitian
-
-
√
-
-
-
1
16,7
2.
Mengajukan Pertanyaan
√
√
-
-
-
√
3
50
3.
Merancang Penelitian
-
-
√
-
-
-
1
16,7
4.
Merumuskan Hipotesis
-
-
√
-
-
-
1
16,7
5.
Melakukan Penelitian
*√
*√
√
*√
√
√
6
100
*√
*√
√
*√
√
√
6
100
6.
Mengumpulkan Data
penelitian
7.
Menganalisis Data
*√
*√
√
*√
√
√
6
100
8.
Membuat Kesimpulan
-
√
√
*√
√
√
5
83,3
Jumlah
4
5
7
4
4
5
Persentase (%)
50
62,5
87,5
50
50
62,5
-
60,4
Keterangan : = Terlampir LKS
53
Rencana pembelajaran merupakan salah satu hal penting dalam kegiatan belajar mengajar. Tetapi pada kenyataannya, terdapat beberapa guru yang mengajar tidak sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat. Sehingga rencana pembelajaran hanya menjadi sebagai pelengkap administrasi yang hanya akan menjadi dokumen. Hal ini dibuktikan dengan masih ditemukannya 3 dari 6 sekolah yang tidak secara eksplisit ditemukan kegiatan praktikum dalam RPP melainkan terlampir LKS. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat jumlah persentase seberapa besar indikator inkuiri yang terdapat pada rencana pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan pada tabel di atas bahwa kegiatan inkuiri yang tercantum pada rencana pembelajaran pada sekolah A sebesar 50%, pada sekolah B sebesar 62,5%, pada sekolah C sebesar 87,5%, pada sekolah D sebesar 50%, pada sekolah E sebesar 50%, dan sekolah F sebesar 62,5%. Sedangkan jika dilihat berdasarkan setiap indikator inkuiri pada indikator pertama yakni merumuskan pertanyaan penelitian sebesar 16,7%, pada indikator ke 2 yakni mengajukan pertanyaan sebesar 50%, pada indikator ke 3 yakni merancang penelitian sebesar 16,7%, pada indikator ke 4 yakni merumuskan hipotesis sebesar 16,7%, pada indikator ke 5 yakni melakukan penelitian sebesar 100%, pada indikator ke 6 yakni mengumpulkan data penelitian yakni sebesar 100%, pada indikator ke 7 yakni menganalisis data yakni sebesar 100% dan indikator ke 8 yakni membuat kesimpulan sebesar 83,3%. Dari hasil analisis RPP 6 sekolah, maka didapatkan rata-rata sebesar 60,4 dengan kategori cukup.5 4.
Observasi Obsevasi dilakukan secara terstruktur atau dengan sebuah rancangan tentang apa yang akan diamati. Dalam penelitian ini, objek yang akan diteliti adalah kegiatan inkuiri yang terdapat dalam kegiatan praktikum. Adapun hasil dari observasi terdiri dari 2 jenis lembar observasi yaitu lembar observasi inkuiri terstruktur dan lembar observasi inkuiri
5
Ibid.
54
terbimbing. Observasi hanya dilakukan kepada 3 sekolah yaitu sekolah MA C, MA D dan MA F yang dipilih dengan acak namun karena sekolah bersistem SKS sehingga sekolah tidak bisa melakukan kegiatan praktikum secara bersamaan dengan materi yang sama. Oleh karena itu, observasi dilakukan sesuai dengan keadaan yang sedang terjadi. Adapun hasil observasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.5. Hasil Lembar Observasi Inkuiri Terstruktur Pernyataan* Sekolah
Jumlah
Persentase
1
2
3
4
5
MA D
√
-
√
√
√
4
80%
MA F
√
-
√
√
√
4
80%
*)
Keterangan : 1 = Guru biologi memberikan petunjuk penyelidikan langkah demi langkah sebelum melakukan penyelidikan 2 = Penyelidikan dilakukan oleh guru biologi di depan kelas 3 = siswa membuat catatan rinci selama penyelidikan, selain data-data lain yang dikumpulkan 4 = siswa menghubungkan kesimpulan dengan pengetahuan ilmiah yang dimiliki 5 = siswa menyempurnakan kesimpulan yang dibuat sendiri
Berdasarkan hasil observasi dapat dilihat bahwa selama kegiatan praktikum, guru mengawalinya dengan memberikan petunjuk dan arahan bagaimana penyelidikan akan dilakukan sedangkan siswa mendengarkan penjelasan guru, namun guru tidak melakukan penyelidikan berupa demonstrasi di depan kelas
55
melainkan siswa yang langsung melakukannya. Kemudian selama penyelidikan siswa mencatat data-data yang didapat dan membuat kesimpulan
dan
menyempurnakannya
dengan
menambahkan
informasi-informasi dari internet dan buku paket yang mereka miliki.
Tabel 4.6. Hasil Lembar Observasi Inkuiri Terbimbing Pernyataan* Sekolah
MA C
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
√
√
√
√
√
√
√
-
√
√
Jumlah
Persentase
9
90%
Keterangan : 1 =
pada pembelajaran biologi, siswa merumuskan pertanyaan penelitian yang akan dijawab melalui penyelidikan
2 = siswa mengajukan sendiri pertanyaan penelitian 3 = siswamerancang sendiri langkah-langkah penyelidikan biologi yang akan dilakukan 4
= siswa melakukan penyelidikan biologi sendiri berdasarkan penelitian yang telah di rancang
5
= siswa aktif berpartisipasi dalam penyelidikan biologi yang telah dirancang sendiri
6
= siswa menentukan sendiri data yang dikumpulkan
7
= siswa membuat catatan rinci selama penyelidikan, selain data-data lainnya yang dikumpulkan
8 = siswamemutuskan sendiri, kapan data harus dikumpulkan dalam penyelidikan 9 = siswamengembangkan sendiri kesimpulan dari penyelidikan yang dilakukan 10 = siswa mempertimbangkan cara menafsirkan data dan bukti ketika membuat kesimpulan
Untuk sekolah MA C kegiatan yang dilakukan termasuk kegiatan praktikum pendekatan inkuiri terbimbing karena disini siswa dituntut untuk membuat rancangan penelitian sendiri dengan membuat rumusan masalah dan berhipotesis. Serta menganalisis data yang mereka dapat tentunya dengan berbagai informasi yang didapat dari berbagai sumber.
56
Jika dikalkulasikan antara observasi inkuiri terstruktur yang berjumlah 80% dan inkuiri terbimbing yang berjumlah 90% maka ratarata yang didapatkan adalah 85% dan termasuk kategori baik sekali.6
5.
Rekapitulasi Data Dari semua data yang telah dikumpulkan maka telah didapatkan hasil dari rekapitulasi data yang dapat dilihat sebagai berikut : DATA REKAPITULASI INKUIRI PERSENTASE (%)
120 100 80 60 40 20 0
98.2
90.9
77.1 64.3 57.4
64.362.5 50
50
Kuesioner Siswa Kuesioner Guru RPP
MA A
MA B
MA E
SEKOLAH
Gambar 4.4. Data Rekapitulasi Inkuiri
Berdasarkan data rekapitulasi di atas dapat dilihat bahwa sekolah MA A menunjukkan persentase rata-rata sebesar 57,23%, sedangkan untuk sekolah MA B menunjukkan jumlah persentase sebesar 72,57% dan sekolah MA E dengan jumlah persentase sebesar 75,1%.
PERSENTASE (%)
DATA REKAPITULASI INKUIRI & OBSERVASI 100 80
85.787.5 90 74.3
88.5
80
61.4
60
50
88.7
80
58.662.5 KUESIONER SISWA
40
KUESIONER GURU
20
RPP
0
OBSERVASI
MA C
MA D
MA F
SEKOLAH
Gambar 4.5. Data Rekapitulasi Inkuiri & Observasi
6
Ibid.
57
Berdasarkan data rekapitulasi dari 3 sekolah dapat dilihat bahwa pada sekolah MA C memperoleh persentase rata-rata 84,4%, hal ini menunjukkan bahwa sekolah MA C berinkuiri dengan data pendukung dari kuesioner siswa, kuesioner guru, RPP, dan hasil observasi yang menunjukkan hasil cukup bagus. Untuk sekolah MA D menunjukkan persentase rata-rata diatas 69,9% dan sekolah MA F menunjukkan persentase rata-rata diatas 72,5%.
B. Pembahasan Berdasarkan data yang didapat baik dari kuesioner guru, siswa maupun RPP wawancara dan observasi menyatakan bahwa 6 sekolah telah menggunakan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran biologi, namun untuk jenis inkuiri yang digunakan berbeda yakni ada inkuiri terstruktur dan inkuiri terbimbing. Adapun sekolah yang menggunakan pendekatan inkuiri terstruktur adalah sekolah MA A, MA B, MAD, MA E dan MA F sedangkan yang menggunakan inkuiri terbimbing adalah MA C. Untuk inkuiri terbuka berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru yang bersangkutan belum ada sekolah yang melakukannya, karena guru mengganggap bahwa siswa masih belum bisa dibebaskan dalam arti masih perlu bimbingan dan pengawasan dalam melakukan
kegiatan
penyelidikan
sehingga
kegiatan
praktikum
atau
penyelidikan maksimal masih berupa inkuiri terbimbing. Bahkan berdasarkan hasil wawancara masih terdapat guru yang belum mengenal pendekatan inkuiri.Sehingga menjadi salah satu alasan guru tidak maksimal dalam penerapan pendekatan ini. Kemudian data penelitian yang akan dibahas pertama adalah data kuesioner guru karena dari data ini dapat diketahui seberapa sering guru menggunakan kegiatan inkuiri. Dan dari hasil yang didapat ternyata sebagian besar guru yakni 4 dari 6 sekolah mengaku jarang menerapkannya karena beberapa faktor diantaranya alokasi waktu, dimana untuk berinkuiri dibutuhkan waktu yang banyak, kemudian fasilitas laboratorium yang kurang lengkap sehingga praktikum terkadang tidak dapat dilakukan. Namun telah didapat pula beberapa
58
alasan guru tidak menerapkan inkuiri diantaranya, adanya keyakinan bahwa inkuiri hanya bekerja baik dengan siswa yang berkemampuan tinggi, guru merasa tidak cukup siap untuk menerapkan pembelajaran berbasis inkuiri, inkuiri dipandang sulit dalam pengelolaannya,dan guru hanya berfokus pada tujuan tertentu saja yang dipandang sebagai persiapan siswa untuk level berikutnya.7 Sedangkan sisanya yakni 2 dari 6 sekolah mengaku sering menggunakan pendekatan tersebut dalam pembelajarannya.Untuk indikator pendekatan inkuiri, 66,6 % guru menggunakan indikator 1 yakni membuat pertanyaan penelitian, 73,3 % menggunakan indikator 2 yakni merancang penelitian, 65,5 % menggunakan indikator 3 yakni melakukan penelitian, 65,5 % menggunakan indikator 4 yakni pengumpulan data dan 71,7 % menggunakan indikator 5 yakni membuat kesimpulan. Dalam penelitian ini data kuesioner guru dianggap sebagai salah satu data yang paling konsisten atas jawaban-jawaban kuesioner yang berkaitan dengan penggunaan pendekatan inkuiri. Sehingga didapatkan hasil rata-rata kuesioner guru sebesar 68,5 dengan kategori baik. Jika ditinjau dari RPP pada tabel analisis RPP terlampir LKS telah didapatkan rata-rata sebesar 60,4 yang termasuk kategori cukup. Namun dari 6 sekolah tersebut terdapat 3 sekolah yang tidak secara eksplisit ditemukan kegiatan praktikum padahal ciri-ciri RPP yang baik adalah memuat aktivitas proses belajar mengajar yang akan dilaksanakan oleh guru dan akan menjadi pengalaman belajar bagi siswa, langkah-langkah pembelajaran disusun secara sistematis
agar
tujuan
pembelajaran
dapat
dicapai,
langkah-langkah
pembelajaran disusun serinci mungkin, sehingga apabila RPP digunakan oleh guru lain (misalnya, ketiga guru mata pelajaran tidak hadir), mudah dipahami dan tidak menimbulkan penafsiran ganda.8 Sehingga guru seharusnya mencantumkan segala kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Kegiatan inkuiri yang paling terlihat pada RPP adalah melakukan penelitian, mengumpulkan data dan menganalisis data. Ini 7
Colburn, loc.cit., Arifin, Panduan Penyusunan RPP, 2011, (http://skp.unair.ac.id/repository/GuruIndonesia/PanduanMenyusunRPP_Arifin,S.Pd_10109.pdf) diakses tgl 22/01/2013, h. 2. 8
59
membuktikan bahwa pada kegiatan belajar mengajar guru sudah menerapkan kegiatan-kegiatan yang melatih siswa dalam melakukan penelitian dan siswa berperan dalam penelitian tersebut dengan mengumpulkan data penelitian dan menganalisisnya. Sedangkan jika ditinjau dari sekolahnya, sekolah yang mencantumkan kegiatan inkuiri dalam RPP secara lengkap adalah MA C dengan persentase 87,5%. Jika dilihat dari data yang didapat dari kuesioner siswa pada inkuiri terstruktur untuk persentase setiap pernyataan didapatkan rata-rata persentase yang tidak terlalu jauh berbeda antara pernyataan yang satu dengan yang lainnya, yaitu untuk pernyataan 1 didapatkan persentase sebesar 24%, pernyataan ke 2 dengan persentase sebesar 16%, pernyataan ke 3 dengan persentase sebesar 19%, pernyataan ke 4 dengan persentase sebesar 21% dan pernyataan ke 5 dengan persentase 20%. Sedangkan untuk setiap sekolah yakni pada sekolah MA A telah melakukan kegiatan inkuiri dengan persentase 14%, sekolah MA B telah melakukan kegiatan inkuiri dengan persentase 21%, sekolah MA D melakukan kegiatan inkuiri dengan persentase 21%, sekolah MA E melakukan kegiatan inkuiri dengan persentase 23%, sekolah MA F melakukan kegiatan inkuiri dengan persentase 21%. Sedangkan data yang didapat dari kuesioner siswa pada inkuiri terbimbing juga sama tidak memiliki persentase yang berbeda jauh satu sama lain antara pernyataan satu dengan pernyataan yang lain. Pernyataan 1 dengan persentase sebesar 13%, pernyataan 3, 4, dan 5 dengan perentase 12%, pernyataan 9dengan persentase 11%, pernyataan 2, 6, dan 10 dengan persentase 10%, pernyataan 7 dengan persentase 8% dan persentase terendah terdapat pada pernyataan ke 8 sebesar 2%. Dari persentase antara kuesioner siswa pada inkuiri terstruktur dan inkuiri terbimbing dapat diambil rata-rata sebesar 79,5 dan termasuk kategori baik. Jika dibandingkan persentase kuesioner guru dan kuesioner siswa data ini menunjukkan sedikit perbedaan namun tetap dalam kategori yang sama, sehingga penulis menganggap bahwa perbedaan ini disebabkan oleh ke tidak
60
konsistenan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner. Karena menurut David Elkin dalam beberapa hal terkadang pemikiran remaja masih kurang matang seperti munculnya sikap ragu-ragu dalam memilih, serta kurang mampu meregulasi emosi.9 Namun persentase yang lebih tinggi ini membuktikan bahwa siswa kelas XI IPA MAN di Jakarta Selatan membenarkan bahwa sudah diterapkan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran biologi. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa dinyatakan bahwa metode ceramah masih mendominasi proses pembelajaran di kelas sedangkan pendekatan inkuiri baru diterapkan pada saat melakukan praktikum dan dalam satu semester dilakukan rata-rata 2 kali. Ini disebabkan alokasi waktu yang tidak memungkinkan untuk melakukan praktikum disetiap konsep biologi, sehingga kesempatan untuk melakukan praktikum pun kecil, hal ini dikarenakan sebagian besar sekolah yakni 5 dari 6 sekolah atau sebesar 83,3% menggunakan sistem pembelajaran SKS (Sistem Kredit Semester) yang membuat guru tidak sempat melakukan praktikum dan harus mengejar materi yang akan diajarkan. Selain itu, kendala lainnya adalah ketersediaan alat dan bahan yakni dengan persentase sebesar 16,7%. Dengan demikian, hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya guru sudah menerapkan inkuiri secara langsung, atau bisa dikatakan bahwa ketika guru melakukan praktikum, guru sudah berinkuiri. Berdasarkan hasil penelitian jenis inkuiri terstruktur lebih banyak digunakan (83,3%) dari pada inkuiri terbimbing (16,7%). Berdasarkan beberapa pernyataan dan penjelasan dari data yang didapat kini dapat dikalkulasikan dan dibandingkan antara hasil kuesioner guru, hasil kuesioner siswa, data RPP dan observasi. Jika kita lihat hasil dari kuesioner guru pada kegiatan inkuiri didapatkan rata-rata persentase sebesar 68,5%, hasil yang didapat dari kuesioner siswa rata-rata persentase sebesar 79,5%, dan rata9
Syamsu Yusuf dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011).h. 82.
61
rata persentase yang didapat dari analisis RPP adalah sebesar 60,4% sedangkan untuk rata-rata persentase dari observasi sebesar 85%. Hal ini membuktikan bahwa guru biologi MAN Se-Jakarta Selatan sudah melakukan kegiatan inkuiri dengan persentase guru yang termasuk kategori baik. Kemudian dilihat dari RPP meskipun dengan rata-rata persentase dengan kategori cukup namun telah membenarkan bahwa dalam proses pembelajaran biologi di MAN Se-Jakarta Selatan terdapat proses inkuiri yakni dengan ditemukannya indikator-indikator inkuiri.
Walaupun
memang
ada
beberapa
sekolah
yang
tidak
mencantumkannya secara eksplisit dalam RPP tetapi terlampir dalam LKS.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan, bahwa penerapan pendekatan inkuiri di MAN Se-Jakarta Selatan
sudah
terimplementasi
dalam
kegiatan
praktikum
pada
pembelajaran biologi dengan didapatkannya data otentik: 1.
Analisis dokumentasi RPP dengan kemunculan indikator-indikator inkuiri secara eksplisit sebesar 60,4% dengan kategori cukup.
2.
Persepsi guru terhadap penerapan inkuiri sebesar 68,5% dengan kategori baik.
3.
Persepsi siswa terhadap penerapan inkuiri sebesar 79,5% dengan kategori baik.
B. Saran
Untuk lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas berinkuiri di MA, hal yang disarankan adalah: 1. Guru-guru MA dapat dilatih lebih lanjut untuk mengeksplisitkan pendekatan inkuiri dalam kegiatan praktikum biologi. 2. Praktikum biologi merupakan bagian penting dalam pembelajaran biologi, dan merupakan indikasi keterlaksanaan pendekatan inkuiri, sehingga porsinya harus lebih diperbanyak. 3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat mengembangkan bahan ajar dan LKS inkuiri dari beragam topik untuk dicobakan secara langsung kepada siswa.
62
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, Putu Budi. Penggunaan Suplemen Bahan Ajar Biologi Berorientasi Siklus Belajar Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Penalaran, dan Keterampilan Inkuiri Siswa SMP, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA. 3, 2007. Aisyah, Siti. “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2010, tidak dipublikasikan. Alberta, “Focus on Inquiry: A Teacher’s Guide to Implementing Inquiry-Based Learning” (Alberta learning, Alberta, Canada, 2004) Tersedia : http://education.alberta.ca/media/313361/focusoninquiry.pdf, diakses tanggal 24 September 2012. Andriyani, Nely, dkk. “Efektifitas Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) pada Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Cahaya di Kelas VIII SMP Negeri 2 Muara Padang,” Makalah disampaikan pada Prosiding Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011. 2223 Juni, Bandung, Indonesia, 2011. Arifin, “Panduan Penyusunan RPP”, 2011, tersedia: http://skp.unair.ac.id/ repository/GuruIndonesia/PanduanMenyusunRPP_Arifin,S.Pd_10109.pdf, diakses tanggal 22 Januari 2013. Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Jakarta: Bumi Aksara, 2009. −−−−. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Campbell, Todd, et.al. Development Of Instruments To Assess Teacher And Student Perceptions Of Inquiry Experiences In Science Classroom, Journal Science Teacher Education, 2010. Colburn, Alan. “An Inquiry Primer, Science Scope March 2000”, http://www.experientiallearning.ucdavis.edu/module2/el2-60primer.pdf. Diakses pada 24 September 2012. Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1999. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta. 2010.
63
64
Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, Bandung: PT. Refika Aditama, Cet 3, 2009. Hakim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran, Bandung: CV. Wacana Prima, 2009. Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006. Hornby, AS. Oxford Advanced Learner’s Dictionary Of Current English, New York, Oxford University Press, Cet 5, 1995. Iru, La dan La ode Safiun Arihi. Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi, dan Model-model Pembelajaran, Yogyakarta: Multi Presindo, 2012. K, Roestiyah N. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2001. Kemendikbud, “Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Strategi Pembelajaran MIPA Kompetensi supervise kademik 03-B6a”, www.bpgdisdik-jbar.net/materi/PS-1203-15.pdf. diakses pada tanggal 13 September 2012. Muchlis, Masnur. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Ke 6, 2008 . Nurjanah, Nunung, “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Keterampilan Proses Sains pada Konsep Kalor”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2010, tidak dipublikasikan. Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2011. Rustaman, Nuryani Y. “Pengembangan Model Pembelajaran MIPA,” Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pengembangan Pembelajaran MIPA dan Implementasinya Pada Pelaksanaan KBK, FPMIPA IKIP PGRI Semarang. −−−−. Strategi Belajar Mengajar Biologi, Jakarta: Universitas Negeri Malang, 2005. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, Cet. 7, 2010.
65
Sari, Kitri Nur Indah. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Inkuiri Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Maribaya Karanganyar Purbalingga, Jurnal Kependidikan Dasar, 1, 2010. Silalahi, Rensus. Kontribusi Model Pembelajaran Kontekstual Tipe Inkuiri dalam Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Jurnal edisi khusus, 2, 2011. Soetjipto, Budi Eko, dkk. Penyusunan Video Pembelajaran Inovatif Untuk IPS SD dengan Model Inkuiri, Jigsaw, Group Investigation, TGT dan STAD, Jurnal Penelitian Kependidikan, TH. 20, No. 1, April 2010. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung: Alfabeta, cet. Ke 11, 2010. Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, cet. Ke-2, 2006. Taringan, Simeon. Implementasi Pendekatan Inkuiri dalam Pendidikan IPA, Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 47, 2007. Tim, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006. Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya, Surabaya: Prestasi Pustaka, cet. I, 2007. −−−−. Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru dan Dosen, Bandung: Citra Umbara, 2009. Vajoczki, Susan. et.al., Inquiry Learning: Level, Discipline, Class Size, What Matters?, International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning, 5, 2011. Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, Jakarta: Bumi Aksara, Cet 2, 2009. Widihastrini, Florentina. Peningkatan Kemampuan Penemuan Sumber Bahan pada Mata Kuliah Pendidikan Keterampilan Melalui Pendekatan Inkuiri, Jurnal Kependidikan, 2, 2009.
66
Wirtha, I Made dan Ni Ketut Rapi. Pengaruh Model Pembelajaran dan Penalaran Formal terhadap Penguasaan Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Negeri 4 Singaraja, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Lembaga Penelitian Undiksha, 2, 2008. Witarsa, Ramdhan. Analisis Kemampuan Inkuiri Guru yang Sudah Tersertifikasi dan Belum Tersertifikasi dalam Pembelajaran Sains SD, Jurnal Pendidikan Edisi Khusus, 2, 2011. Yusuf, Syamsu dan Nani M. Sugandhi. Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011. Yusuf, Syamsu, dkk. Dasar-dasar Pembinaan Kemampuan Proses Belajar Mengajar, Bandung: Andira,1993. Zakiyah, Naeli, “Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terstruktur terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa pada Konsep Sistem Pernapasan Manusia”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011, tidak dipublikasikan Zulfiani, Pengembangan Program Pembelajaran Bioteknologi Untuk Meningkatkan Kemampuan Inkuiri Calon Guru, Jurnal Metamorfosa, 2, 2006. −−−−, dkk. Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.
LAMPIRAN 1 KUISIONER PEMBELAJARAN BIOLOGI INKUIRI TERSTRUKTUR Petunjuk Pengisian: 1. Kami menyediakan 5 pernyataan tentang pembelajaran biologi . 2. Kami meminta anda mengisi sesuai dengan yang anda alami selama belajar biologi di SMA /MA tempat anda bersekolah. 3. Kami meminta anda mencontreng salah satu kolom (Ya atau Tidak) sesuai dengan pernyataan yang ada dan memberikan alasan atas pilihan yang anda pilih. 4. Silahkan anda mengisi langsung pada lembar kertas ini. No 1.
Pertanyaan
YA
TIDAK
Guru biologi memberikan petunjuk penyelidikan langkah demi langkah sebelum kami melakukan penyelidikan
2.
Penyelidikan dilakukan oleh guru Biologi di depan kelas
3.
Kami membuat catatan rinci selama penyelidikan, selain data-data lainnya yang dikumpulkan
4.
Kami menghubungkan kesimpulan dengan pengetahuan ilmiah yang kami miliki
5.
Kami menyempurnakan kesimpulan yang kami buat sendiri
67
Tulis pengalaman yang telah dilakukan
67
LAMPIRAN 2
KUISIONER PEMBELAJARAN BIOLOGI INKUIRI TERBIMBING Petunjuk Pengisian: 1. Kami menyediakan10 pernyataan tentang pembelajaran biologi . 2. Kami meminta anda mengisi sesuai dengan yang anda alami selama belajar biologi di SMA /MA tempat anda bersekolah. 3. Kami meminta anda mencontreng salah satu kolom (Ya atau Tidak) sesuai dengan pernyataan yang ada dan memberikan alasan atas pilihan yang anda pilih. 4. Silahkan anda mengisi langsung pada lembar kertas ini. No 1.
Pertanyaan
YA
TIDAK
Pada pembelajaran biologi, saya merumuskan pertanyaan penelitian yang akan dijawab melalui penyelidikan
2.
Kami mengajukan sendiri pertanyaan penelitian
3.
Kami merancang sendiri langkah-langkah penyelidikan biologi yang akan dilakukan
4.
Kami melakukan penyelidikan biologi sendiri berdasarkan penelitian yang telah kami rancang
5.
Kami aktif berpartisipasi dalam penyelidikan biologi yang telah kami rancang sendiri
68
Tulis pengalaman yang telah dilakukan
69
6.
Kami menentukan sendiri data yang dikumpulkan
7.
Kami membuat catatan rinci selama penyelidikan, selain data-data lainnya yang dikumpulkan
8.
Kami memutuskan sendiri, kapan data harus dikumpulkan dalam penyelidikan
9.
Kami mengembangkan sendiri kesimpulan dari penyelidikan yang dilakukan
10.
Kami mempertimbangkan cara menafsirkan data dan bukti ketika membuat kesimpulan
LAMPIRAN 3 KUISIONER PENGAJARAN BIOLOGI Petunjuk Pengisian: 1. Kami menyediakan 14 pernyataan tentang pengajaran biologi. 2. Kami meminta Ibu/Bapak mengisi sesuai dengan yang anda lakukan pada pengajaran biologi di SMA /MA tempat anda bertugas. 3. Kami meminta Ibu/Bapak mencontreng salah satu kolom saja (tidak pernah, pernah sesekali, jarang, sering, sering hampir setiap waktu ) sesuai dengan pernyataan yang ada . 4. Silahkan Ibu/Bapak mengisi langsung pada lembar kertas ini.
No
Pertanyaan
Tidak
Pernah
pernah
sesekali
Jarang
Sering
Sering hampir setiap waktu
1.
Pada pengajaran biologi, saya menyuruh siswa merumuskan pertanyaan yang dapat dijawab oleh penyelidikan ilmiah
2.
Penting bagi siswa untuk mengajukan pertanyaan penelitian mereka sendiri
3.
Saya memberikan siswa petunjuk langkah demi langkah sebelum mereka melakukan penyelidikan
4.
Saya memberi kesempatan pada siswa untuk merancang prosedur penyelidikan sendiri
5.
Saya memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan prosedur penyelidikan mereka sendiri
6.
Penyelidikan dilakukan oleh Saya (guru) di depan
70
71
7.
Saya memberi kesempatan agar siswa secara aktif berpartisipasi dalam penyelidikan yang mereka lakukan
8.
Pada pembelajaran biologi, siswa saya menentukan data yang dikumpulkan
9.
Pada pembelajaran biologi, siswa saya membuat catatan rinci selama penyelidikan bersama dengan data lain yang mereka kumpulkan
10.
Pada pembelajaran biologi, siswa saya memutuskan kapan data harus dikumpulkan dalam penyelidikan
11.
Pada pembelajaran biologi, siswa saya mengembangkan kesimpulan sendiri untuk penyelidikan
12.
Pada pembelajaran biologi, siswa saya mempertimbangkan berbagai cara menafsirkan data dan bukti ketika membuat kesimpulan
13.
Pada pembelajaran biologi, siswa saya menghubungkan kesimpulan dengan pengetahuan ilmiah
14.
Pada pembelajaran biologi, siswa saya menyempurnakan sendiri kesimpulan mereka
LAMPIRAN 4 PEDOMAN WAWANCARA INKUIRI SISWA PERTANYAAN
JAWABAN
A. IDENTITAS 1. siapa nama anda? 2. Berapa usia anda? 3. Apa Jabatan anda dikelas? 4. Apakah anda pernah mendapatkan juara kelas? 5. Mengapa anda memilih program IPA? 6. Apakah anda suka biologi/mengapa? B. PENDEKATAN PEMBELAJARAN 1. Pendekatan pembelajaran apa yang biasa guru pakai dikelas? 2. Apakah dengan pendekatan tersebut membuat anda paham dengan materi yang disampaikan guru? 3. Apakah dengan pendekatan pembelajaran motivasi belajar biologi meningkat? 4. Apakah anda pernah melakukan praktikum? C. PENDEKATAN INKUIRI 1. Dalam praktikum, apakah kalian pernah membuat pertanyaan penelitian? 2. Bagaimana pertanyaan yang kalian buat? 3. Apakah guru kalian memberikan petunjuk penyelidikan sebelum melakukan penyelidikan?
72
73
4. Apakah kalian merancang sendiri langkahlangkah penyelidikan? 5. Apakah kalian melakukan penyelidikan sesuai dengan rancangan penyelidikan yang kalian buat? 6. Selama penyelidikan apakah kalian mencatat semua kegiatan atau data-data yang didapat selama penyelidikan? 7. Apakah kalian menyusun kesimpulan sesuai dengan data dan bukti yang didapat selama penyelidikan? 8. Dalam menyusun kesimpulan apakah kalian menghubungkan dengan pengetahuan yang kalian miliki?
LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA GURU
PERTANYAAN
JAWABAN
A. IDENTITAS 1.
Siapa nama bpk/ibu?
2.
Berapa usia bpk/ibu saat ini?
3.
Apa jabatan bpk/ibu disekolah?
4.
Aktivitas bpk/ibu selain di sekolah?
5.
Sudah berapa lama bpk/ibu mengajar biologi?
6.
Apa pendidikan terakhir bpk/ibu?
7.
Dimana bpk/ibu mengambil pendidikan terakhir?
8.
Jurusan apa yang bpk/ibu ambil?
9.
Apa jabatan bpk/ibu dalam pemerintahan (PNS/Non PNS/tersertifikasi?
B. PENDEKATAN PEMBELAJARAN 1. Apa yang bpk/ ibu ketahui tentang pendekatan pembelajaran? 2. Pendekatan pembelajaran apa saja yang bpk/ ibu ketahui? 3. Pendekatan pembelajaran apa yang bpk/ ibu anggap paling tepat dalam pembelajaran biologi? 4. Pendekatan pembelajaran apa yang sering bpk/ibu gunakan dalam pembelajaran biologi?
74
75
C. PENDEKATAN INKUIRI 1. Apakah bpk/ibu tahu tentang pendekatan inkuiri? jelaskan! 2. Berapa kali bpk/ibu melakukan praktikum dalam 1 semester? 3. Bagaimana praktikum yang bpk/ibu terapkan dalam pembelajaran biologi? 4. Apakah ada kendala saat melakukan praktikum?
LAMPIRAN 6 LEMBAR OBSERVASI INKUIRI TERSTRUKTUR
Sekolah
: MAN 13 Jakarta Selatan
Guru bidang studi
: Evi Suryani, S.Pd
Mata pelajaran
: Biologi
Kelas
: XI IPA B
Konsep
: Sistem Indera
Tgl/bln/thn
: 23 Oktober 2012
No
Pertanyaan
YA
1.
Guru biologi memberikan petunjuk penyelidikan langkah demi langkah sebelum siswa melakukan penyelidikan
2.
Penyelidikan dilakukan oleh guru biologi di depan kelas
3.
Siswa membuat catatan rinci selama penyelidikan, selain data-data lainnya yang dikumpulkan
4.
Siswa menghubungkan kesimpulan dengan pengetahuan ilmiah yang dimiliki
5.
Siswa menyempurnakan kesimpulan yang dibuat sendiri
TIDAK
Observer,
Aan Arnasari 76
LEMBAR OBSERVASI INKUIRI TERSTRUKTUR
Sekolah
: MP UIN Jakarta
Guru bidang studi
: Putri Nuryani, S.Pd
Mata pelajaran
: Biologi
Kelas
: XI IPA B
Konsep
: Sistem Jaringan
Tgl/bln/thn
: 22 Oktober 2012
No
Pertanyaan
YA
1.
Guru biologi memberikan petunjuk penyelidikan langkah demi langkah sebelum siswa melakukan penyelidikan
2.
Penyelidikan dilakukan oleh guru biologi di depan kelas
3.
Siswa membuat catatan rinci selama penyelidikan, selain data-data lainnya yang dikumpulkan
4.
Siswa menghubungkan kesimpulan dengan pengetahuan ilmiah yang dimiliki
5.
Siswa menyempurnakan kesimpulan yang dibuat sendiri
TIDAK
Observer,
Aan Arnasari 77
LAMPIRAN 7 LEMBAR OBSERVASI INKUIRI TERBIMBING Guru bidang studi
: Sulistiowati, S.Pd
Mata pelajaran
: Biologi
Kelas
: XI IPA 2
Konsep
: Pertumbuhan dan perkembangan
Tgl/bln/thn
: 2 November 2012
No 1.
YA
Pertanyaan Pada pembelajaran biologi, siswa merumuskan pertanyaan penelitian yang akan dijawab melalui penyelidikan
2.
Siswa mengajukan sendiri pertanyaan penelitian
3.
Siswa merancang sendiri langkah-langkah penyelidikan biologi yang akan dilakukan
4.
Siswa melakukan penyelidikan biologi sendiri berdasarkan penelitian yang telah dirancang
5.
Siswa aktif berpartisipasi dalam penyelidikan biologi yang telah dirancang sendiri
6.
Siswa menentukan sendiri data yang dikumpulkan
7.
Siswa membuat catatan rinci selama penyelidikan, selain data-data lainnya yang dikumpulkan
8.
Siswa memutuskan sendiri, kapan data harus dikumpulkan dalam penyelidikan
9.
Siswa mengembangkan sendiri kesimpulan dari penyelidikan yang dilakukan
10.
Siswa mempertimbangkan cara menafsirkan data dan bukti ketika membuat kesimpulan
78
TIDAK
LAMPIRAN 8 HASIL WAWANCARA SISWA Fokus
Kemampuan
pertanyaan
siswa
Hasil wawancara -
Siswa rata-rata berumur 16 tahun
-
Dari 6 sampel sebagian besar siswa hanya menjadi anggota kelas yaitu sebanyak 5 siswa dan 1 siswa menjadi seksi humas dalam struktur organisasi kelas
-
Terdapat 3 siswa menyukai biologi karena pengajaran gurunya. Dan 3 siswa
menyukai
pengajaran
Tinggi
biologi
karena
dan
adanya
guru
kegiatan praktikum. -
Sedangkan
untuk
alasan
lain
terdapat 2 siswa yang menyukai
Profil Siswa
biologi karena dapat mempelajari diri sendiri, 3 siswa karena dapat mempelajari alam dan kehidupan sekitar, serta 1 siswa lebih memilih biologi karena menjadi motivasi dalam mencapai cita-cita. -
Siswa rata-rata berumur 15 tahun ke atas
-
Sebagian besar siswa hanya menjadi anggota kelas yaitu sebanyak 5
Sedang
siswa dan 1 siswa menjadi ketua kelas. -
79
Terdapat
3
orang
siswa
yang
80
menyukai biologi karena pengajaran guru yang menarik. Dan 3 orang siswa
menyukai
pengajaran
biologi
karena
serta
adanya
guru
praktikum. -
Sedangkan terdapat
untuk
alasan
lain
orang
siswa
yang
karena
dapat
3
menyukai
biologi
mempelajari diri sendiri, 2 orang siswa menyukai biologi karena dapat mempelajari alam dan kehidupan sekitar, dan 1 orang siswa tidak menyukai biologi karena bersifat hafalan. -
Siswa rata-rata berumur 15 tahun keatas
-
Sebagian besar siswa hanya menjadi anggota kelas yakni 5 siswa dan 1 siswa menjadi sekretaris kelas.
-
Terdapat 2 orang siswa menyukai biologi
karena
adanya
kegiatan
praktikum sedangkan 4 orang siswa menyukai biologi karena pengajaran
Rendah
guru dan kegiatan praktikumnya. -
Untuk alasan lainya terdapat 2 siswa menyukai
biologi
karena
dapat
mempelajari diri sendiri, 2 orang siswa memilih biologi karena dapat mempermudah
akses
dalam
mengenal ilmu lain, dan 2 orang mengaku tidak menyukai biologi
81
karena sifatnya hafalan.
-
Guru
menerapkan
pembelajaran
metode
seperti
ceramah,
diskusi, dan tanya jawab di kelas yaitu sebanyak 100 % -
Siswa paham dengan pembelajaran yang
disampaikan
oleh
guru
sebanyak 100%
Tinggi -
Siswa sering menerima motivasi pada
pembelajaran
yang
disampaikan guru yakni sebanyak 100% -
Siswa pernah melakukan praktikum yaitu sebanyak 100%
Penerapan -
Pendekatan
6 Siswa (100%) mengaku guru lebih banyak
Pembelajaran di
menerapkan
pembelajaran
Kelas
seperti
metode ceramah,
diskusi dan Tanya jawab. -
Siswa paham dengan pembelajaran yang disampaikan guru sebanyak 100%
Sedang -
Siswa sering menerima motivasi pada
pembelajaran
yang
disampaikan guru yakni sebesar 100% -
Siswa pernah melakukan praktikum yaitu sebanyak 100%
Rendah
-
6 Siswa (100%) mengaku guru lebih banyak
menerapkan
metode
82
pembelajaran
seperti
ceramah,
diskusi dan tanya jawab. -
5 siswa paham dengan pembelajaran yang disampaikan guru dan 1 siswa yang merasa kurang paham dengan pembelajaran
biologi
yang
disampaikan guru. -
Siswa sering menerima motivasi pada
pembelajaran
yang
disampaikan guru yakni sebesar 100% -
Siswa pernah melakukan praktikum yaitu sebanyak 100%
-
Siswa telah melakukan praktikum rata-rata di atas 2 kali
-
Sebagian siswa sebanyak 5 sampel melakukan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah dibuat guru. Sebagian lagi sebanyak 1 sampel melakukan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah dibuat siswa.
Penerapan Pendekatan
Tinggi
-
Siswa melakukan praktikum setelah guru
Inkuiri
menjelaskan
prosedur
praktikum yaitu sebanyak 5 sampel sebagian lagi sebanyak 1 sampel siswa melakukan praktikum tanpa penjelasan dari guru. -
Siswa mengumpulkan data selain dari hasil praktikum juga didapat dari beberapa sumber seperti buku paket, artikel dan internet yaitu
83
sebanyak 100%. -
Siswa telah melakukan praktikum rata-rata di atas 2 kali
-
Sebagian siswa sebanyak 5 sampel melakukan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah dibuat guru. Sebagian lagi sebanyak 1 sampel melakukan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah dibuat siswa.
-
Siswa melakukan praktikum setelah guru
Sedang
menjelaskan
prosedur
praktikum yaitu sebanyak 5 sampel sebagian lagi sebanyak 1 sampel siswa melakukan praktikum tanpa penjelasan dari guru. -
Siswa mengumpulkan data selain dari hasil praktikum juga didapat dari beberapa sumber seperti buku paket, artikel dan internet yaitu sebanyak 100%
-
Siswa telah melakukan praktikum rata-rata di atas 2 kali
-
Sebagian siswa sebanyak 5 sampel melakukan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah dibuat guru.
Rendah
Sebagian lagi sebanyak 1 sampel melakukan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah dibuat siswa. -
Siswa melakukan praktikum setelah guru
menjelaskan
prosedur
84
praktikum yaitu sebanyak 5 sampel sebagian lagi sebanyak 1 sampel siswa melakukan praktikum tanpa penjelasan dari guru. -
Siswa mengumpulkan data selain dari hasil praktikum juga didapat dari beberapa sumber seperti buku paket, artikel dan internet yaitu sebanyak 100%
LAMPIRAN 9
HASIL WAWANCARA GURU
Hasil wawancara Fokus pertanyaan - Dari 6 sampel pengalaman mengajar guru rata-rata di atas 12 tahun - Sebagian guru menyelesaikan strata 1 di perguruan tinggi negeri yaitu sebanyak 5 sampel atau sekitar 83,3 % dan sebagian lagi yaitu sebanyak 1 sampel menyelesaikan program strata 1 di perguruan tinggi Profil guru
swasta atau sekitar 16,7% dengan program studi pendidikan biologi sebanyak 5 sampel dan program studi lain sebanyak 1 sampel. - Terdapat 2 sampel atau sekitar 33,3% guru telah menyelesaikan program S2 yakni 1 sampel dibidang pendidikan dan 1 sampel dibidang non pendidikan. - Guru mengetahui metode, model dan pendekatan pembelajaran biologi yaitu sebanyak 100 % - Guru menggunakan media pembelajaran dalam kelas yakni sebanyak 100%
Penerapan Pendekatan Pembelajaran di Kelas
- Guru
menerapkan
ceramah, diskusi
metode
pembelajaran
seperti
dan tanya jawab dikelas yaitu
sebanyak 100% - Guru lebih sering menerapkan pendekatan yang berbasis student center seperti cooperative learning yaitu sebanyak 100% - Sebagian guru belum mengenal dan mengetahui
Penerapan
pembelajaran inkuiri yaitu sebanyak 2 sampel atau
Pendekatan Inkuiri
sekitar 33,3% dan sebagian lain sebanyak 4 sampel atau
85
86
sekitar 66,7% mengenal dan mengetahui pembelajaran inkuiri - Sebagian besar guru melakukan praktikum biologi ratarata diatas 2 kali dalam 1 semester - Sebagian guru membuat prosedur praktikum sebelum melaksanakan praktikum yaitu 5 sampel atau sekitar 83,3% dan sebagian lagi 1 sampel menyuruh siswa untuk membuat prosedur praktikum sendiri atau sekitar 16,7%. - Ada kendala dalam pelaksanaan praktikum dalam hal pengaturan siswa yaitu sebanyak 83,3 % ketersediaan alat dan bahan hanya 1 sampel yakni sebanyak 16,7% dan jika dilihat dari alokasi waktu hanya 3 sampel dari 6 sampel yaitu sebanyak 50%.
83
LAMPIRAN 10
DATA MENTAH KUESIONER MAN 4 Materi
: Sistem Ekskresi
No Butir
No Urut Siswa
Skor
Angket
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Total
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
31
2
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
11
3
0
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
12
4
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
0
0
1
0
19
5
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
16
Skor Total
2
2
4
5
4
4
4
5
4
4
3
5
2
1
3
3
2
3
2
3
2
5
1
3
3
3
1
1
1
3
1
89
87
DATA MENTAH KUESIONER MAN 7 MATERI : Sistem Pernapasan No Butir
No Urut Siswa
skor
Angket
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
total
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
31
2
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
19
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
30
4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
31
5 skor total
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
30
5
4
4
4
5
5
5
5
4
4
5
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
3
5
5
5
5
4
4
5
4
4
141
88
DATA MENTAH KUESIONER MAN 11 MATERI : Pertumbuhan dan Perkembangan Tgl/bln/thn : 2 November 2012 No Butir
No Urut Siswa
Skor
Angket
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
total
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
26
2
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
21
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
24
4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
24
5
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
26
6
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
21
7
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
17
8
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
5
9
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
23
10
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
21
skor total
9
10
8
8
6
5
8
7
7
8
8
8
10
8
8
6
6
7
6
8
7
7
7
0
6
10
10
10
208
89
DATA MENTAH KUESIONER SISWA MAN 13 Materi
: Sistem Indera
Tgl/bln/thn
: 23 Oktober 2012
No Butir
No Urut Siswa
Skor
Angket
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Total
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
33
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
0
24
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
28
4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
33
5 skor total
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
28
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
3
4
5
5
5
3
4
3
5
3
4
5
4
4
5
4
5
4
4
3
146
90
DATA MENTAH KUESIONER MAN 19
MATERI : SISTEM GERAK No Butir
No Urut Siswa
skor
Angket
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
total
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
22
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
21
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
21
4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
22
5
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
22
skor total
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
3
5
5
108
91
DATA MENTAH KUESIONER MA PEMBANGUNAN UIN MATERI
: JARINGAN
Tgl/bln/thn : 22 Oktober 2012 No Butir
Skor
No Urut Siswa
Angket
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
total
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
30
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
25
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
27
4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
26
5 skor total
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
25
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
3
2
2
3
2
5
4
5
5
5
3
5
5
5
5
133
92
LAMPIRAN 11
Data Mentah Kuesioner Guru Pernyataan
Nama
Skor Total
Sekolah 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
MAN A
3
3
4
3
3
4
4
3
3
3
4
3
3
2
45
MAN B
2
4
4
3
2
4
4
4
2
3
4
2
3
4
45
MAN C
4
4
5
4
4
1
5
5
5
4
5
5
5
4
60
MAN D
2
4
4
4
2
3
3
4
2
3
4
3
3
2
43
MAN E
3
3
5
2
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
54
MA F
4
4
4
2
2
2
4
2
2
1
4
4
4
2
41
Alternative Jawaban Skala Likers No 1 2 3 4 5
Alternatif Jawaban
Skor Pernyataan
Tidak Pernah Pernah Sesekali Jarang Sering Sering Hampir Setiap Waktu
1 2 3 4 5
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian No 1 2 3 4 5
Indikator mengajukan pertanyaan penelitian merancang penelitian melakukan penyelidikan pengumpulan data membuat kesimpulan
93
Nomor Butir Pertanyaan 1,2 3,4 5,6,7 8,9,10 11,12,13,14
94
Cara yang digunakan untuk menentukan tingkat kategori dalam penggunaan inkuiri adalah sebagai berikut : 1. Menentukan Skor Tertinggi Skor Tertinggi Untuk 14 Butir Adalah = 14 X 5 = 70 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
Persentase skor tertinnggi = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 X 100 % 70
= 70 X 100% = 100% 2. Menentukan Persentase Skor Terendah Skor terendah untuk 14 butir adalah 14 X 1 = 14 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎
Persentase skor terendah = 𝑠𝑘𝑜𝑟
𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
X 100%
14
= 70 X 100% = 20 % 3. Menentukan Rentang Persentase Persentase skor tertinggi – persentase skor terendah = 100% - 20% = 80% 4. Menentukan Interval Kelas Persentase 𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒
Interval kelas persentase = 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎
𝑎𝑙𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛
=
80 % 5
= 16%
Kategori Penggunaan Inkuiri Pada Guru No 1 2 3 4 5
Skor guru 88% - 100% 71% - 87% 54 % - 70 % 37 % - 53 % 20 % - 36 %
Kategori Sering Hampir Setiap Waktu Sering Jarang Pernah Sesekali Tidak Pernah
LAMPIRAN 12 DATA HASIL UJI COBA KUESIONER No Urut Siswa
Cara II
No Butir
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
awal
akhir
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
12
12
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
15
3
1
1
1
0
1
0
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
1
9
6
4
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
9
4
5
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
9
8
6
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
15
7
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
12
13
∑X
75
∑Y
73
∑ X2
827
∑ Y2
879
∑ XY
95
822
LAMPIRAN 13 RELIABILITAS SPEARMAN BROWN AWAL AKHIR
rxy =
rxy = rxy = rxy =
𝑁. 𝑋𝑌−( 𝑋)( 𝑌) {𝑁. 𝑋 2−( 𝑋)2}{𝑁. 𝑌 2−( 𝑌 ) 2 15.822− 75 (73) 15.827−5625 {15.879−5329} 12330 −5475 6780 {7856 } 6855 53263680 6855
rxy =7298,20 rxy = 0,94 2𝑥 0,94
1,88
r11 = 1+0,94 = 1,94 = 0,969 =0,97 r product moment = rt (5%) = 0,514 =rt (1%) = 0,641
96
97
98
99
100
LAMPIRAN 17 FOTO-FOTO DOKUMENTASI MAN 11
101
102
FOTO-FOTO DOKUMENTASI MAN 13
103
FOTO-FOTO DOKUMENTASI MA MP UIN JAKARTA
104
105
106
107
108
109
BIOGRAFI PENULIS
Aan Arnasari lahir di Bekasi pada tanggal 9 September 1989. Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar Negeri Sindang
Mulya
01
sekaligus
Madrasah
Ibtidaiyah Al-Baqiyatussolihat, setelah lulus kemudian penulis melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah
Al-Baqiyatussolihat
dan
SMA
Islam YASPIA Bekasi (1996-2008). Setelah itu, penulis melanjutkan studi di program studi pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2008 dan lulus pada tahun 2013. Disamping Kesibukannya sebagai mahasiswa,
penulis
pernah
mengikuti
beberapa
kegiatan
organisasi
kemahasiswaan, diantaranya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jurusan Pendidikan IPA, dan beberapa organisasi lainnya. Penulis memiliki motto “Nothing Impossible” jika kita mau berusaha dan berdoa apapun bisa kita dapatkan.