PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA (Suatu Penelitian pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Gorontalo pada Pokok Bahasan Luas Permukaan dan Volume Prisma Tegak dan Limas) Indriati Madina, Abas Kaluku, Yamin Ismail Jurusan Pendidikan matematika, Program Studi S1. Pend. Matematika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected]
ABSTRAK Indriati Madina, NIM. 411409002. “Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. (Suatu Penelitian Pada Siswa Kelas VIII Di Smp Negeri 3 Gorontalo Pada Pokok Bahasan Luas Permukaan Dan Volume Prisma Tegak Dan Limas)”. Skripsi. Gorontalo. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo, 2013 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan metode inkuiri lebih tinggi dari kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan metode konvensional, pada pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma tegak dan limas. Penelitian eksperimen ini dilakukan di SMP Negeri 3 Gorontalo pada semester kedua untuk tahun pelajaran 2012/2013 dengan rancangan post test only control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Gorontalo. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Tekhnik Cluster Simple Random Sampling. Dari sampel yang terpilih, Kelas VIIIE menjadi kelas eksperimen, yaitu kelas yang dalam pembelajarannya menggunakan metode inkuiri dan kelas VIIIB sebagai kelas kontrol, yaitu kelas yang dalam pembelajarannya menggunakan metode konvensional. Hipotesis penelitian adalah kemampuan pemecahan masalah siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri lebih tinggi dari kemampuan pemecahan masalah siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional pada pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma tegak dan limas. Pengukuran kemampuan pemecahan masalah matematika dilakukan dengan menggunakan instrumen tes yang berbentuk tes essay. Instrumen ini telah memenuhi syarat validitas butir dan reliabilitas instrumen. Analisis data untuk menguji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji t. Hasil pengujian menunjukkan bahwa, kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajarkan dengan metode inkuiri lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah
1
2 siswa yang diajarkan dengan metode konvensional pada pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma tegak dan limas Kata Kunci : Metode Inkuiri, Luas Permukaan dan Volume Prisma dan Limas, Kemampuan pemecahan masalah.
I. PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia senantiasa menghadapi berbagai macam masalah dalam skala kecil maupun luas, sederhana maupun kompleks. Tantangan hidup yang ada menuntut manusia untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah sangatlah penting untuk dimiliki oleh setiap manusia agar dapat meningkatkan kualitas kehidupannya. Hal ini berlaku pula dalam pembelajaran matematika, pemecahan masalah merupakan fokus utama yang penting untuk dikembangkan, karena pembelajaran matematika tidak hanya dilakukan dengan mentransfer pengetahuan kepada siswa, tapi juga membantu siswa untuk membentuk pengetahuan mereka sendiri serta memberdayakan siswa untuk mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran matematika sangat dibutuhkan suatu kemampuan untuk memecahkan suatu permasalahan, salah satunya yaitu kemampuan untuk memahami suatu masalah. Hal ini, senada dengan permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi untuk SMP/MTS, tujuan yang ingin dicapai melalui pembelajaran matematika adalah: 1.
Memahami
konsep
matematika,
menjelaskan
keterkaitan
antar
konsep
dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2.
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3.
Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4.
Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau msalah, dan
5.
Memilki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. (BSNP 2006 : 140)
3 Dari tujuan di atas, pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran matematika di sekolah. Dengan menguasai kemampuan ini, diharapkan dapat membantu siswa menuju kepada pemahaman matematika yang memungkinkan siswa untuk melihat hubungan antar konsep, dan akhirnya siswa dapat memilih berbagai macam strategi untuk merancang solusi. Kemampuan pemecahan masalah matematika sangat penting bagi siswa, karena pemecahan/penyelesaian masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika. Hal ini senada dengan yang ditegaskan oleh Ruseffendi (2006) bahwa kemampuan pemecahan masalah oleh siswa sangat penting dalam matematika, yaitu: 1.
Kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika.
2.
Penyelesaian masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika.
3.
Penyelesaian masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika. Namun pada kenyataanya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih
rendah. Hal ini terlihat dari banyak siswa yang menemui kesulitan ketika memahami suatu masalah matematika serta menentukan solusi untuk memecahkannya. Sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan di SMP Negeri 3 Gorontalo, kemampuan pemecahan masalah matematika masih sangat rendah, terutama pada pokok bahasan
luas permukaan dan
volume prisma tegak dan limas. Hal ini dibuktikan dengan data hasil belajar siswa kelas VIII pada dua tahun terakhir yaitu pada tahun 2009-2011. Pada materi tersebut dari kurang lebih 33 siswa sekitar 20% yang hasil ujiannya berada di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=74). Hal ini menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun ternyata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di SMP Negeri 3 Gorontalo masih tergolong rendah. Hal tersebut disebabkan oleh siswa yang kurang bisa menguasai konsep bangun ruang. Kemampuan pemecahan masalah yang baik diperoleh dari proses belajar yang benar. kemampuan pemecahan masalah matematika adalah kemampuan untuk meyelesaiakan suatu permasalahan/soal yang belum diketahui jawabannya, seperti menyelesaikan soal penemuan, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika dalam kehidupan seharihari atau keadaan lain, dan membuktikan atau menciptakan. Dalam hal ini, kemampuan pemecahan masalah matematika mempunyai 4 tahap yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, melakukan perhitungan, dan memeriksa kembali jawaban yang diperoleh. Menurut Ivor K. Dewis (dalam Wina Sanjaya), salah satu kecenderungan yang sering dilupakan bahwa hakekat pembelajaran adalah belajarnya siswa dan bukan
4 mengajarnya guru. Oleh karena itu guru harus mampu mengajak siswa untuk dapat belajar serta terlibat langsung dalam proses belajar itu sendiri. Proses belajar siswa yang baik hendaknya dapat memancing daya berpikir kritis siswa untuk dapat menjalankan prinsip belajarnya. Dalam hubunganya dengan proses pembelajaran, Alvin C.Eurich menjelaskan prinsip-prinsip belajar yang harus diperhatikan guru, di antaranya adalah: a) Segala sesuatu yang dipelajari oleh siswa, maka siswa harus mempelajarinya sendiri. b) Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti. c) Apabila siswa diberi tanggung jawab maka ia akan lebih termotivasi untuk belajar. Dengan melihat permasalahan diatas, maka penulis memberikan salah satu alternatif dari permasalahan tersebut melalui pemilihan metode pembelajaran yang lebih menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan, metode pembelajaran tersebut dinamakan metode inkuiri. Menurut Hamalik siswa lebih senang belajar mengambil bangian yang aktif dalam latihan/praktek untuk mencapai tujuan pengajaran. Praktek secara aktif berarti siswa mengerjakan sendiri, bukan mendengarkan ceramah dan mencatat pada buku tulis. Metode inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Menurut Piaget (Sanjaya 2011 : 169) pengetahuan akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa. Selanjutnya Piaget menerangkan pula bahwa “sejak kecil setiap individu berusaha dan mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri melalui skema yang ada dalam struktur kognitifnya”. II. METODE PENULISAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Gorontalo. Waktu penelitian dilaksanaan pada semester genap yaitu bulan Mei-Juni tahun ajaran 2012/2013 . Adapun yang menjadi Populasi pada penelitan ini adalah VIII SMP Negeri 3 Gorontalo. Yang berjumlah 162 orang dan terbagi menjadi 5 kelas dengan jumlah masing-masing kelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.1 Distribusi Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Gorontalo Kelas
Jumlah Siswa
VIII A
34
VIII B
32
VIII C
33
VIII D
31
5 VIII E
32
Total
162
Sumber Data: Daftar Hadir Kelas VIII SMP Negeri 3 Gorontalo tahun ajaran 2012/2013 Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Cluster Random Sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu, dengan nama rancangan adalah kuasi eksperimen. . Kuasi ekperimen adalah pengacakan dalam bentuk kelompok. Kemudian 5 kelas yang menjadi populasi di acak kemudian diundi sehingga didapat dua kelas yaitu kelas VIIIE dan VIIIB. kelas VIIIB sebagai kelas yang akan mendapatkan perlakuan dengan menggunakan Metode Inkuiri, sedangkan kelas VIIIB sebagai kelas dengan perlakuan Menggunakan metode konvensional. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan The Posttest-Only Control Group Design (Emzir, 2012 : 99). Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa pada mata pelajaran matematika, khususnya pada pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma tegak dan limas. Instrumen tersebut berbentuk test uraian. Tes digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa terhadap materi yang diajarkan. Pemberian posttest untuk melihat kemampuan pemecahan siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes kemampuan pemecahan masalah dibuat berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah yang diambil dari langkah-langkah polya. Aspek penilaian yang digunakan dalam instrumen tes ini adalah aspek kognitif ditingkat Mengingat (C1), Memahami (C2), Menerapkan (C3) Menganalisis (C4), Mengevaluasi (C5),Menciptakan (C6). III. HASIL DAN PEMBAHASAN Data penelitian ini diolah berdasarkan hipotesis penelitian dengan menggunakan Uji Normalitas data dan homogenitas varians, di mana untuk pengujian normalitas data menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas data menggunakan uji kesamaan dua varians. Pengolahan ini bertujuan untuk memperoleh nilai numerik tentang perbedaan yang ditimbulkan antara penggunaan metode inkuiri dan metode konvensional terhadap kemampuan pemecahan masalah. Dari pengolahan ini, akan didapatkan tingkat perbedaan antara hasil yang didapatkan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
6 Berdasarkan hasil penelitian atau hasil post test (lampiran 10), untuk kelas eksperimen dengan menggunakan metode inkuiri, Jumlah siswa pada kelompok ini berjumlah 32 orang. Data diperoleh dengan menggunakan instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematika yang terdiri atas 8 butir soal dengan rentang skor 0-17. diperoleh skor minimum 32 dan skor maksimum 89, dari rentang skor minimum dan skor maksimum diperoleh skor rata-rata 58,125, Median
dan Modus 50,21. Data kemampuan pemecahan masalah
siswa dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri dapat dilihat pada Tabel Distribusi Frekuensi dibawah ini : Tabel 3.1 Daftar Distribusi Frekuensi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Inkuiri Frekuensi
Frekuensi Relatif
Absolut
(%)
30 - 39
3
9,38
2
40 - 49
3
9,38
3
50 - 59
13
40,63
4
60 - 69
9
28,13
5
70 - 79
2
6,25
6
80 - 89
2
6,25
32
100
No
Kelas Interval
1
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 19 orang siswa atau 59,39 % memperoleh skor di bawah dari kelas interval yang memuat skor rata-rata, 9 orang siswa atau 28,13 % berada pada kelas interval yang memuat skor rata-rata dan 4 orang siswa atau 12,5 % memperoleh skor di atas dari kelas interval yang memuat skor rata-rata. Sebaran data pada tabel distribusi frekuensi di atas dapat digambarkan dalam bentuk histogram di bawah ini :
7
FREKUENSI
15
10 5 0
29,5
39,5
49,5
59,5
69,5
79,5
89,5
Kelas Interval Gambar 3.1 Histogram skor kemampuan pemecahan masalah siswa (postest) yang menggunakan metode pembelajaran inkuiri
Berdasarkan hasil penelitian atau hasil post test (lampiran 10), untuk kelas eksperimen dengan menggunakan metodekonvensional, Jumlah siswa dalam kelompok ini adalah 32 orang. Skor minimum yang diperoleh adalah 20, skor maksimumnya adalah 81. Skor rata-rata ( ) adalah 43,21875; Modus (Mo) adalah 37,1; Median (Me) adalah 40,5; dan standar deviasi adalah 15,4611 (dalam lampiran 11). Data kemampuan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional dapat dilihat pada Tabel Distribusi Frekuensi dibawah ini : Tabel 3.2 Daftar Distribusi Frekuensi kemampuan pemecahan masalah Siswa Yang Menggunakan Pembelajaran Konvensional Frekuensi
Frekuensi Relatif
Absolut
(%)
20 – 30
7
21,875
2
31 – 41
10
31,25
3
42 – 52
8
25
4
53 – 63
3
9,375
5
64 – 74
2
6,25
6
75 – 85
2
6,25
32
100
No
Kelas Interval
1
Jumlah
8 Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 25 orang siswa atau 78,125 % memperoleh skor di bawah dari kelas interval yang memuat skor rata-rata, 3 orang siswa atau 9,375 % berada pada kelas interval yang memuat skor rata-rata dan 4 orang siswa atau 12,5 % memperoleh skor di atas dari kelas interval yang memuat skor rata-rata. Sebaran data yang terdapat pada dafrar distribusi frekuensi di atas dapat digambarkan pada histogram di bawah ini
10 8 6 4 2 0
19,5
30,5
41,5
52,5
63,5
74,5
85,5
Kelas Interval Gambar 3.2
Histogram kemampuan pemecahan masalah siswa (Postest) yang menggunakan pembelajaran konvensional Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t. Syarat uji t adalah kedua kelompok harus berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen. Oleh sebab itu sebelum melakukan uji t perlu analisis normalitas dan homoginitas sebagai berikut : Pengujian normalitas data dilakukan untuk mengetahui jenis statistik apa yang digunakan pada pengujian hipotesis. Jika data yang terkumpul berdistribusi normal, maka digunakan statistik parametrik. Sebaliknya jika data yang terkumpul tidak berdistribusi normal, maka digunakan statistik non parametrik. Dalam penelitian ini pengujian normalitas data menggunakan uji Lilliefors pada taraf nyata
. Pengujian ini dikelompokan
menjadi dua bagian yaitu : 1. Pengujian Data Kelas Eksperimen Berdasarkan hasil postest pada kelas eksperimen yang terdapat pada (lampiran 10) dan berdasarkan hasil perhitungan pada (lampiran 12) diperoleh nilai Lo sebesar 0,1177. Untuk taraf nyata
dan n = 32, diperoleh nilai Ltabel sebesar 0,1566. Dengan demikian dapat
9 disimpulkan bahwa hipotesis H0 diterima sebab Lo < Ltabel. Hal ini berarti sampel tersebut berdistribusi normal. 2. Pengujian Data Kelas Kontrol Berdasarkan hasil postest kelas kontrol pada (lampiran 10) dan berdasarkan hasil perhitungan pada (lampiran 14) diperoleh nilai Lo sebesar 0,1501. Untuk taraf nyata dan n = 32 diperoleh nilai Ldaftar sebesar 0,1566. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis H0 diterima sebab L0 < Ldaftar. Hal ini berarti sampel tersebut berdistribusi normal. Tabel 3.3 Hasil Uji Normalitas Data Data/Sumber
L0
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
0,1177 0,1501
Ltabel 0,05 0,1566 0,1566
Kesimpulan Normal Normal
a. Pengujian Homogenitas Varians Data Pengujian homogenitas varians ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi apakah kedua sampel dalam penelitian ini memiliki varians yang homogen atau tidak. Berdasarkan hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika (postest) yang diberikan pada lampiran 12 dilakukan pengujian homogenitas varians. Pengujian homogenitas varians dilakukan dengan uji F (uji varians terbesar dibagi dengan varians terkecil). Hipotesis yang diuji adalah : H0 : Varians data berasal dari populasi yang homogen H1 : Varians data berasal dari populasi yang tidak homogen Kriteria pengujian adalah terima H0 jika Fhitung < dengan
dan tolak H0 jika Fhitung >
didapat dari daftar distribusi F dengan peluang
sedangkan V1 dan V2 merupakan derajat kebebasan masing-masing. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai varians terbesar varians terkecil adalah
Dengan demikian nilai Fhitung =
dan
sedangkan nilai Ftabel
. Maka dapat disimpulkan bahwa varians data berasal dari populasi yang
homogen. Tabel 3.4 Hasil Uji Homogenitas Varians Data/Sumber
Fhitung
Ftabel
Kesimpulan
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1,65
1,81
Homogen
10 Berdasarkan hasil pengujian data dari kedua kelas diperoleh hasil bahwa data kedua kelas berdistribusi normal, sehingganya untuk pengujian hipotesisnya digunakan uji statistik parametrik. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa syarat-syarat untuk analisis parametrik Uji t yang meliputi uji normalitas data dan uji homogenitas data telah dipenuhi. Hal ini berarti bahwa data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dapat menggunakan analisis parametrik Uji t. Sedangkan untuk membuat keputusan pengujian hipotesis digunakan uji satu pihak yakni uji pihak kanan. Dari data skor kemampuan pemecahan masalah siswa diperoleh nilai-nilai sebagai berikut:
Berdasarkan nilai-nilai di atas dapat dilakukan pengujian hipotesis dengan langkahlangkah sebagai berikut : 1. Hipotesis H0 dan H1 dalam kalimat: H0: Kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran inkuiri lebih rendah atau sama dengan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar secara konvensional. H1: Kemampuan pemecahanan masalah siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran inkuiri lebih tinggi dibanding dengan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar secara konvensional. 2. Hipotesis statistik: H0 : H1: 3. Menghitung nilai Standar Deviasi (simpangan baku) Nilai simpangan baku masing-masing sampel a) Simpangan Baku Kelas Eksperimen
11
12,581 b) Simpangan Baku Kelas Kontrol
c) Simpangan Baku Gabungan
4. Menentukan nilai t hitung. Karena kedua sampel mempunyai varians yang homogen, maka dapat digunakan rumus t-test sebagai berikut:
12
5. Menentukan nilai t tabel dengan ketentuan sebagai berikut. Taraf signifikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan
. Berikut akan ditunjukkan cara menentukan dk dan menentukan nilai t tabel sebagai berikut:
Cara menentukan tdaftar untuk dk = 62 Dengan melihat tabel distribusi t, untuk 6. Menentukan kriteria pengujian. Terima
jika
dengan
dimana
hitung
dengan peluang
didapat dari daftar distribusi t , untuk harga lainnya
ditolak.
7. Membandingkan anatara thitung dengan ttabel. Hasil
pengujian
menunjukkan
sehingga dapat disimpulkan bahwa
Daerah Penerimaan H0
bahwa ditolak dan
diterima.
Daerah Penolakan H0
1,6841 2,3261
Gambar 3.3 Kurva Penerimaan dan Penolakan Ho Dari hasil di atas diperoleh bahwa
ditolak dan
diterima, sehingga dapat
disimpulkan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran inkuiri lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. IV. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pada materi luas permukaan dan volume prisma tegak dan limas, terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran inkuiri dengan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran konvensional. Perbedaan ini terbukti dengan melihat kemampuan pemecahan masalah
13 kelompok siswa yang diajarkan menggunakan metode inkuri lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah kelompok siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran konvensional. Hal ini sesuai dengan kriteria pengujian terima H0 jika .
Selanjutnya
diperoleh , sehingga
dan
hitung
dimana
ditolak dan H1 diterima.
Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Diharapkan kepada guru, agar hendaknya menggunakan metode pembelajaran inkuiri dalam proses pembelajaran matematika pada pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma tegak dan limas, karena metode pembelajaran ini memberikan hasil yang lebih baik dari pada pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional. Hal ini ditunjukan dengan rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen 57.1875 lebih besar dari rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah kelas kontrol 43.875. 2. Diharapkan kepada pihak sekolah, dapat memediasi atau memfasilitasi sehingga penggunaan metode pembelajaran pada setiap proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. 3. Perlu adanya penelitian selanjutnya mengenai metode pembelajaran inkuiri untuk materimateri lain, khususnya materi yang memiliki karakteristik yang sama dengan materi luas permukaan dan volume prisma tegak dan limas.
14 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian . Jakarta : Rineka Cipta Damopolii, Astuti Nuri. 2010. Analisis Kemampuan Siswa terhadap Pemecahan Masalah Matematika pada Materi SPLD V(suatu penelitian di SMA Negeri 1 Kotabunan). Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers. Gulo. W. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Made, Wena. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer suatu Tinjauan Konsep Operasional. Jakarta: Bumi Aksara Mulyatiningsih , Endang. 2012. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung : Alfabeta cv. N.K Roestiyah. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Prenada media group Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito Sugiyono. 2012. Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Bandung. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : C.V Alfabeta.