PENGGUNAAN MODEL JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI USAHA PERSIAPAN KEMERDEKAAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VIIIA SMPN 11 PONTIANAK Ida Farida SMP Negeri 11 Pontianak
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar materi usaha persiapan kemerdekaan peserta didik kelas VIIIA SMPN 11 Pontianak melalui pembelajaran model jigsaw. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus.Langkah masing-masing siklus meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.Sebagai peserta adalah peserta didik kelas VIIIA SMPN 11 Pontianak semester genap tahun pelajaran 2015/2016, dan guru pengajar Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas VIIIF sebagai kolaborator.Data diperoleh melalui observasi, catatan lapangan dan tes.Keabsahan data diupayakan dengan triangulasi. Data kualitatif dianalisis melalui reduksi data, penyajian data, dan verifikasi,sedangkan data kuantitatif dianalisis secara deskriptif dengan menghitung persentase hasil tes. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa yakni nilai rata-rata siklus I sebesar 78,57 dan persentase ketuntasan 62,66%, siklus II sebesar 79,37 dan persentase ketuntasan 77,14%. Persentase IPKG 1 yang telah dilakukan guru sebagai peneliti ada peningkatan siklus I dan II sebesar 8,83%. Persentasi IPKG 2 aspek yang telah dilakukan guru terjadi peningkatansebesar 6,67%. Sikap keaktifan, minat belajar, serta motivasi belajar ada peningkatan sebesar 11,43%. Hasil tes siklus yang dilaksanakan diakhir setiap siklus terjadi peningkatan sebesar 14,48%. Kata kunci: Model Jigsaw, Hasil Belajar Siswa
Pendahuluan Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar mengajar adalah proses pokok yang harus dilalui oleh seorang pendidik atau guru. Berhasil tidaknya suatu tujuan pendidikan bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan disajikan oleh guru serta ditanggapi oleh siswaGuru yang berkualifikasi akan senantiasa melakukan inovasi terhadap proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Inovasi tersebut dapat berupa penerapan metode atau model pembelajaran yang kreatif sehingga mampu membangkitkan minat dan motivasi siswa yang memegang peranan penting terhadap keberhasilan belajar siswa. Pada mata pelajaran IPS terpadu yang sebagian besar materinya berisi deskriptif, biasanya metode yang digunakan oleh guru adalah metode ceramah yang menimbulkan rasa bosan pada siswa, sehingga metode ini dirasa kurang efektif. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar perlu adanya pendekatan 1
pembelajaran yang lebih efektif mampu menciptakan suasana lebih mengaktifkan siswa khususnya pada mata pelajaran IPS terpadu. Sekilas jika dilihat banyak sekali permasalahan yang dialami siswa. Misalnya, siswa kurang tertarik untuk berperan aktif saat pelajaran, siswa juga mempunyai prestasi hasil belajar yang kurang, jika dilihat dari daftar nilai yang dihasilkan. Sedikit sekali minat siswa dalam mengikuti pelajaran, hal ini dapat terlihat dari keadaan siswa saat menerima pelajaran banyak yang berbicara sendiri, bahkan terkadang mereka diam saja tanpa memperhatikan guru, atau mengerjakan tugas pelajaran lain.Selain itu jarang sekali siswa yang mau bertanya saat kegiatan belajar mengajar, ditambah jumlah siswa yang cukup banyak kurang lebih 35 siswa sehingga sulit bagi guru agar semua siswa memenuhi ketuntasan belajar semuanya. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang mengembangkan interaksi antar sesama siswa untuk memperoleh hasil pembelajaran melalui kerjasama. Menurut Wina Sanjaya (2006:242),“Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen)”. Stahl mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar (Etin Solihatin, 2007:5). Hasil penelitian yang menjadi landasan empiris penelitian tindakan ini adalah hasil penelitian Mohammad Amiruddin tahun 2010 tentang Implementasi model Jigsaw dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPS Terpadu kelas VIII A di MTs Al-ma’arif 01 singosari Malang. Hasil penelitian membuktiakan bahwa implementasi model Jigsaw dapat meningkatkan prestasi siswa dalam pelajaran IPS Terpadu kelas VIII A Mta Al Ma’arif singosari malang. Hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa prestasi mengalami peningkatan dari pre test ke post test yang semula nilai rata-rata 56 % meningkat siklus ke siklus. Untuk siklus I nilai rata-rata 60.5 % , siklus II nilai rata-rata 72.6 % dan siklus III nilai ratarata 81.3 %. Pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu jenis pembelajaran kooperatif yang mendorong peserta didik aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.Jigsaw merupakan metode yang di lakukan dengan cara memberi tanggungjawab berupa satu buah pokok materi kepada setiap anggota dari kelompok yang berbedayang digabung menjadi satu kelompok (expert group) untuk mampu menyelesaikan tanggungjawab tersebut dan kemudian menyampaikan kepada anggota kelompoknya masing-masing (home team). Pada model Jigsaw, tugas guru adalah sebagai fasilitator, mediator, director-motivator, dan evaluator. Di samping itu, guru juga berperan dalam menyediakan sarana pembelajaran, agar suasana belajar tidak monoton dan membosankan. Beberapa kajian teoritis dan penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw mampu meningkatkan kemampuan pemahaman, kemampuan berinteraksi dan kemampuan berfikir peserta didik. Oleh karena itu, peneliti dan guru kolaborator bermaksud menggaplikasikan model Jigsaw ke dalam kegiatan pembelajaran IPS Terpadu pada materi Usaha Mempersiapkan Kemerdekaan. Hal ini dilaksanakan dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan harapan agar penerapan model ini mampu meningkatkan 2
proses pembelajaran pemahaman materi persiapan kemerdekaan di kelas VIIIA SMP Negeri 11 Pontianak. Metode Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian ini menggunakan model Kemmis & Taggart (Kemmis &Taggart, 1990: 11-12). Dalam desain penelitian ini, setiap siklus tindakannya meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian dilakukan oleh guru bidang studi ilmu pengetahuan sosial untuk mengatasi kendala dalam pemahaman materi usaha persiapan kemerdekaan. Alur desain penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1 spiral penelitian tindakan sebagai berikut. Cycle I
Cycle II
Gambar 1 Siklus Penelitian Tindakan KelasRancangan Penelitian Perencanaan Pada tahap ini peneliti menyusun rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian. Peneliti melaksanakan prasurvei, menemukan dan menganalisis masalah sehingga peneliti dapat merumuskan dan mengembangkan alternatif tindakan untuk dapat memperbaiki hasil belajar siswa. Peneliti menyusun rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran yang akan diterapkan. Instrumen penelitian disiapkan sebelum pelaksanaan penelitian. Rencana kegiatan dimusyawarahkan dengan rekan sejawat guna mendapat kritik dan saran. a. Pelaksanaan Pada tahap ini peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan perencanaan, mengumpulkan dan merekam data dengan menggunakan instrumen penelitian yang telah disiapkan. b. Pengamatan 3
Pada tahap ini peneliti dan rekan sejawat melakukan pengamatan/observasi berjalan bersamaan pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data kualitatif dengan menggunakan instrumen lembar pengamatan. Peneliti juga mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. c. Refleksi Pada tahap ini peneliti dan rekan sejawat mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Peneliti mengevaluasi hasil belajar berdasarkan nilai tes dan aktifitas belajar siswa berdasarkan hasil pengamatan rekan sejawat. Hasil refleksi digunakan oleh peneliti sebagai acuan untuk menentukan tindakan selanjutnya.Apabila tindakan perbaikan siklus pertama ternyata belum berhasil memenuhi indikator keberhasilan, maka hasil refleksi digunakan untuk merencanakan kembali tindakan perbaikan pada siklus berikutnya dengan tahap yang sama. Pelaksanaan penelitian pada siklus I terdiri dari 1 pertemuan dan setiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran.Adapun langkah-langkah siklus I sebagai berikut. a. Perencanaan Sebelum melaksanakan tindakan peneliti merancang skenario pembelajaran dan menyiapkan instrumen penelitian berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, instrumen tes tertulis dan lembar pengamatan aktifitas siswa serta Alat Penilaian Kemampua Guru (APKG) yang terdiri dari APKG 1 dan APKG 2. b. Pelaksanaan Pada tahap ini peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan perencanaan, mengumpulkan dan merekam data dengan menggunakan instrumen penelitian yang telah disiapkan. Tes tertulis digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Adapun tahapan pelaksanaan pembelajaran model kooperatif learning adalah sebagai berikut: Tabel 1 Tahap atau Fase Pembelajaran Kooperatif TAHAP
TINGKAH LAKU GURU Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Fase 1 Menyampaikan tujuan yang akan dicapai pada kegiatan dan memotivasi siswa pembelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa. Guru menyajikan informasi atau materi Fase 2 Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan. 4
Guru menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masingmasing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Guru mencari cara-cara untuk menghargai Fase 6 Memberi penghargaan baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok Sumber: Rusman (2010:211) Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Fase 5 Evaluasi
c. Pengamatan Peneliti menggunakan lembar pengamatan untuk mencatat aktifitas belajar siswa antara lain motivasi, perhatian dan aktivitas siswa. Adapun performansi peneliti dalam mengajar juga dinilai oleh observer dengan menggunakan Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG) yang terdiri dari APKG 1 dan APKG 2. d. Refleksi Analisis data dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan pada siklus I, kemudian peneliti merepresentasikan data yang diperoleh. Selajutnya peneliti merefleksikan hasil refleksi untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Berdasarkan refleksi pada siklus I selanjutnya diadakan tindakan Siklus II. Siklus II terdiri dari 1 pertemuan dan setiap pertemuan 2 jam pelajaran. Adapun langkah-langkah siklus II mengulangi kegiatan pembelajaran pada siklus pertama. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VIIIA SMP Negeri 11 Pontianak yang terdiri dari 35 peserta didik dengan komposisi perempuan 15 orang dan lakilaki 20 orang.Penelitian ini dilaksanakan pada semester dua tahun ajaran 2015/2016 kurang lebih selama tiga bulan. Sumber data dari siswadiperoleh melalui pengamatan oleh guru dengan menggunakan lembar pengamatan. Sementara hasil belajar siswa akan diukur dengan menggunakan tes. Data yang diperoleh dari guru yaitu berupa hasil pengamatan terhadap kinerja atau performansi guru dalam pembelajaran di kelas. Performansi guru dalam mengajar dinilai oleh observer/teman sejawat dengan menggunakan Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG) yang terdiri dari APKG 1 dan APKG 2. Selanjutnya Data dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa daftar siswa dan daftar nilai. Daftar siswa dan daftar nilai yang digunakan yakni semester genap tahun ajaran 2015/2016.
5
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik tes, observasi dan dokumentasi. a. Tes Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada akhir setiap siklus. Jenis tes yang digunakan adalah tes tertulis dan bentuk tes yaitu pilihan ganda dan isian singkat. Tes pilihan ganda berisi soal-soal untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi karya seni rupa. Tes isian singkat berisi soal-soal untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya seni. b. Observasi Observasi digunakan untuk memperoleh data aktifitas belajar siswa dan performansi guru. Aktifitas belajar siswa diukur dengan lembar pengamatan, sedangkan performansi guru diukur dengan Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG) yang terdiri dari APKG 1 dan APKG 2. c. Dokumentasi Dokumentasi digunakan sebagai bukti pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian. Dokumentasi ini berupa daftar nama siswa, daftar nilai siswa dan foto-foto aktifitas siswa dalam pembelajaran IPS materi persiapan kemerdekaan melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di Kelas VIIIA SMP Negeri 11 Pontianak. Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti yang berupa, (1) data kuantitatif yang berupa nilai hasil belajar peserta didik, dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Data kuantitatif yang didapat dari hasil tes awal, dan tes yang dilakukan disetiap akhir tindakan. Hasil tes memahami pembelajaran model jigsaw dibaca, kemudian diberi nilai sesuai dengan kriteria pedoman penilaian yang telah dibuat sebelumnya. Hal ini dilakukan agar diketahui nilai rata-rata dan prestasi hasil kerja peserta didik berupa memahami pembelajaran model jigsaw, secara tidak langsung akan diketahui besarnya peningkatan. (2) Data kualitatif, berupa informasi deskripsi yang terkait dengan motivasi, pemahaman, pandangan peserta didik,evaluasi yang digunakan dalam proses pembelajaran yang meliputi data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, catatan lapangan, angket dan hasil tes. Data ini dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis data penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah model Miles dan Huberman, Iskandar (2009: 75-76), sebagai berikut: (1) reduksi data; (2) display/penyajian data; dan (3) mengambil kesimpulan lalu diverifikasi. Data yang telah terkumpul dibaca ulang, dipelajari, dan dikaji dengan seksama, kemudian data direduksi. Data direduksi dengan cara dibuat rangkuman terhadap proses pembelajaran yang berlangsung dari awal sampai akhir. Kegiatan selanjutnya adalah mendisplay/menyajikan data sesuai dengan kriteria tertentu dalam bentuk narasi dan grafik. Kegiatan selanjutnya berupa pemeriksaan terhadap keabsahan data. Langkah selanjutnya adalah tahap penarikan simpulan dengan didasarkan pada reduksi data yang telah didapat. Penarikan simpulan dilakukan pada setiap akhir siklus. Pada akhir penelitian simpulan diambil dari simpulan disetiap siklusnya. Simpulan yang diambil berupa adanya peningkatan yang terjadi dalam proses pembelajaran dan hasil pembelajaran. Penyajian data disusun secara sistematis, 6
sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab masalah yang diteliti dan mudah dipahami maknanya. Penelitian ini dinyatakan berhasil ditandai dengan adanya perubahan ke arah perbaikan, baik terkait dengan suasana belajar dan pembelajaran. Kriteria lain adalah peningkatan prestasi belajar peserta didik dalam memahami usaha persiapan kemerdekaan yang dapat dilihat dari perolehan nilai sebelum tindakan dan sesudah tindakan. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk menentukan kriteria keberhasilan digunakan kriteria sebagai berikut: 1. Untuk memberikan makna terhadap keberhasilan setelah pelaksanaan tindakan, digunakan kriteria evaluasi yang bersifat absolut, yaitu tindakan dibandingkan dengan standar minimal keberhasilan yang telah ditentukan. Apabila hasil tindakan sesuai dengan standar minimal yang telah ditentukan, tindakan dinyatakan berhasil dengan baik (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 1996: 122). Adapun standar minimal yang ditentukan adalah 60-75% dari jumlah peserta didik yang mengikuti proses belajar mengajar telah mencapai taraf keberhasilan minimal. 2. Untuk memberikan makna terhadap peningkatan kualitas yang bersifat normatif, yaitu apabila keadaan setelah dilakukan tindakan lebih baik dari sebelumnya, maka tindakan tersebut dinyatakan berhasil baik, tetapi bila keadaan lebih buruk dari sebelumnya belum dinyatakan berhasil. Hasil dan pembahasan Bentuk penelitian ini dilakukan di kelas dengan dua siklus, tiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, implementasi tindakan, observasi, dan refleksi.Satu siklus 1 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2x40 menit.Peneliti menggunakan RPP yang telah disiapkan dan materi.Pada penelitian ini guru berkolaborasi membuat RPP dengan menyusun skenario tindakan dengan model jigsaw. Pembahasan ini akan dijabarkan perkembangan kegiatan belajar selama kegiatan berlangsung. Siklus I a. Observasi Awal (Baseline) Berdasarkan hasil belajar yang telah dilihat oleh peneliti selama proses pembelajaran peserta didik kurang merespon pelajaran ilmu pengetahuan sosial karena pelajaran ini dianggap sangat membosankan bahkan guru sudah mulai mengeluh melihat peserta didik yang kurang memperhatikan bahkan ribut pada saat pelajaran apalagi diskusi kelas dilakukan. b. Perencanaan Tindakan 1 Pada tahap ini, peneliti bersama kolaborator menyusun rencana yang akan dilakukan pada saat pembelajaran, meliputi: menentukan topik bahasan berdasarkan kurikulum yaitu materiusaha persiapan kemerdekaan dan menyusun rencana pembelajaran yang mencakup: 1) Kompetensi dasarnya yaitu mendeskripsikan usaha persiapan kemerdekaan. 2) Indikator, yaitu menjelaskanusaha persiapan kemerdekaan. 3) Materi pembelajaran yaitu usaha persiapan kemerdekaan. 7
4) Menyusun dan mempersiapkan instrumen pembelajaran yang meliputi silabus, RPP. 5) Menentukan pembelajaran yaitu pembelajaranmodel jigsaw. 6) Mempersiapkan alat dan media yang digunakan. 7) Menetapkan jadwal pelaksanaan penelitian serta proses pembelajaran. 8) Mempersiapakan intrumen observasi dan instrumen tes. 9) Mempersiapkan daftar nilai. 10) Pembentukan kelompok kecil yang terdiri dari 5-6peserta didik. 11) Penjelasan tentang implementasi model jigsaw. c. Pelaksanaan Tindakan 1 Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan pembelajaran dikelas dengan menyusun RPP dan melakukan pembelajaran dengan model jigsaw. Selama pelaksanaan tindakan diserahkan kepada guru ilmu pengetahuan sosial dan peneliti sebagai pengamat akan melakukan observasi terhadap jalannya pembelajaran, setelah ituguru dan peneliti merefleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung, hasil refleksi akan dipakai untuk memperbaiki dan menyusun perangkat pembelajaran untuk siklus berikutnya. d. Observasi Tindakan 1 Tindakan sikus pertama ini dilakukan dengan 1 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2x40 menit. Langkah pelaksanaan pembelajaran model jigsawini terdapat 5 fase. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I diketahui bahwa sebanyak 26 atau 74% siswa telah aktif. e. Hasil Refleksi Tindakan 1 Berdasarkan data hasil pengamatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus ini, maka perlu dilakukannya perbaikan pada siklus berikutnya yakni: 1) Guru perlu menegur peserta didik yang tidak memperhatikannya selama jam pelajaran. 2) Guru perlu menanyakan kepada peserta didik apa yang tidak dimengerti oleh peserta didik. 3) Guru perlu memperhatikan secara seksama setiap tahap yang dilakukan agar tercapainya apa yang ingin dicapai. 4) Pada kegiatan kelompok, keaktifan peserta didik perlu ditingkatkan dengan cara memberi penghargaan atau hadiah kepada nilai kelompok yang paling bagus. 5) Setiap kelompok diberi waktu untuk mempresentasikan kelompok kecilnya dan saling memberi masukan untuk tambahan informasi pada materi kelompoknya. 6) Setiap kelompok diberi waktu untuk mempresentasikan hasil kerjanya kemudian kelompok lain harus aktif ikut serta bertanya pada kelompok yang bertanya dan yang menjawab akan diberikan nilai tambah pada kelompoknya. 7) Agar interaksi antar peserta didik tetap aktif, maka setiap kelompok harus menyediakan pertanyaan untuk kelompok lain, dan kelompok yang ribut atau sibuk dengan halnya sendiri akan dikurangi nilainya. Berdasarkan hasil konsultasi dengan teman sejawat maka ada masukanmasukan yang dipergunakan untuk perbaikan dalam melakukan tindakan pada siklus II.Hasil IPGK 1 dapat dilihat pada tabel berikut. 8
Tabel 2 Hasil IPKG 1 Siklus I Aspek Persentase sudah dikerjakan guru Persentase belum dikerjakan guru Sumber: Data Olahan, 2015
Siklus I 79,41% 20,59%
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat disimpulkan (a) perbaikan pada rumusan tujuan dan kesesuaian tujuan dengan dengan kompetensi dasar (KD), (b) perbaikan untuk kesesuaian karakteristik peserta didik, runtutan materi, dan penjabaran alokasi waktu, (c) melengkapi media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, (d) kelengkapan perangkat pembelajaran sampai dengan penilaian, melampirkan instrumen penilaian mulai dari instrumen ketika diskusi sampai soal tes di akhir pelaksanaan siklus I. Hasil perbaikan IPKG 1 dapat dilihat pada IPKG 2 sebagai berikut.
Aspek
Tabel 3 Hasil IPKG2 Siklus I Siklus I
Persentase sudah dikerjakan guru Persentase belum dikerjakan guru Sumber: Data Olahan, 2015
82,50% 17,5%
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat disimpulkan; (a) sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai pemeriksaan kelas dan pemeriksaan kelengkapan peserta didik mengikuti pembelajaran lebih diperhatikan, agar pembelajaran lebih fokus dan terarah, (b) pergunakan apersepsi yang lebih menarik, misalkan pemutaran video yang variatif dan relevansi dengan materi yang akan diajarkan, (c) perumusan simpulan di akhir pembelajaran lebih diperbesar porsi keterlibatan peserta didik, sehingga peserta didik dapat lebih aktif untuk memberikan pendapatnya, (d) Tes diakhir pembelajaran sebaiknya dilakukan pada hari itu juga dengan diberikan alokasi waktu yang cukup. Tabel 4 Hasil Penilaian DiskusiPeserta Didik Siklus I Aspek Siklus I Ketercapaian keaktifan diskusi 74,28% Belum tercapai keaktifan diskusi 25,72% Sumber: Data Olahan, 2015 Pencapaian persentase hasil pelaksanaan diskusi peserta didik menyangkut sikap dalam diskusi mencapai 74,28%% belum memenuhi target yang ditetapkan yaitu 78%. Permasalahanya adalah (a) peserta didik belum terbiasa melakukan pembelajaran paikem, (b) peran teman pembimbing dalam setiap kelompok yang bertindak belum maksimal, (c) pelaksanaan pembelajaran antara rencana dengan pelaksanaan menyangkut alokasi waktu belum sesuai, 9
(d) keaktifan berpendapat ketika presentasi kelompok belum maksimal dan sikap menghargai pendapat teman belum terbangun secara baik f. PemberianTes Tes pratindakan memberikan beberapa informasi terkait dengan motivasi, perhatian dan sikap aktif peserta didik terhadap tahap memahami materi usaha persiapan kemerdekaan berupa perhatian peserta didik terhadap penjelasan dan petunjuk guru, serta pendapat teman terkait dengan tanya jawab. Hasil belajar siklus I mengalami peningkatan namun dalam pelaksanaannya hanya 22peserta didik yang tuntas atau mencapai KKM adalah 75 (skor awal) dari 35peserta didik. Oleh karena itu perlu diimplementasikannya pembelajaran model jigsawsupaya peserta didik yang belum tuntas atau belum mencapai KKM perlu adanya peningkatan. Rata–rata kelas pada pratindakan sebesar 71,43 namun setelah diadakannya pembelajaran dengan pembelajaran model jigsaw dapat dilihat rata–rata kelas naik yaitu 78,57. Namun masih ada beberapa peserta didik yang belum tuntas karena itu peneliti melakukan penelitian ke siklus berikutnya diharapkan semua peserta didik sudah mencapai ketuntasan. Tabel 5 Keberhasilan Tindakan Siklus I Aspek Pratindakan Rata-rata 71,43 Tuntas 42,86% Tidak tuntas 57,14% Sumber: Data Olahan, 2015
Siklus I 78,57 62,66% 37,14%
Hasil tes siklus I diperoleh ketuntasan klasikal baru mencapai 62,66%, sedangkan ketuntasan peserta didik baru ada 22 yang tuntas dari jumlah seluruh peserta didik 35, adapun permasalahan antara lain; (a) peserta didik cenderung mengabaikan materi bukan tugas kelompoknya, harusnya peserta didik memperhatikan benar-benar setiap materi presentasi yang disampaikan perkelompok. Materi keseluruhan yang akan menjadi materi tes siklus I, (a) perumusan rangkuman di akhir pembelajaran kurang meyeluruh sehingga peserta didik cenderung kurang lengkap menerima kelengkapan materi yang baru diajarkan, (c) adanya sikap kurang percaya diri dalam mengerjakan soal tes, juga cenderung tergesa-gesa dalam menyelesaikan soal. Berdasarkan koreksi-koreksi dan catatan-catatan pada pelaksanaan siklus I maka peneliti akan melakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan masukan yang diberikan observer dari teman sejawat dan berdasarkan pengamatan peneliti dalam melakukan tindakan pada siklus I. Siklus II a. Hasil Perencanaan Tindakan 2 Pada tahap ini, peneliti bersama kolaborator menyusun rencana yang akan dilakukan pada saat pembelajaran, meliputi: 1) Menentukan topik bahasan berdasarkan kurikulum, yaitu materiusaha persiapan kemerdekaan. 10
2)
Menyusun rencana pembelajaran yang mencakup standar kompetensi untuk SMP kelas VIII semester ganjil yaitu usaha persiapan kemerdekaan. Kompetensi dasarnya yaitu mendeskripsikan usaha persiapan kemerdekaan.Indikator yaitu menjelaskanusaha persiapan kemerdekaan. Materi pembelajaran yaitu usaha persiapan kemerdekaan. 3) Menyusun dan mempersiapkan instrumen pembelajaran yang meliputi silabus, RPP. 4) Menentukan metode pembelajaran yaitu model jigsaw. 5) Mempersiapkan alat dan media yang digunakan. 6) Menetapkan jadwal pelaksanaan penelitian serta proses pembelajaran. 7) Mempersiapakan intrumen observasi dan instrumen tes. 8) Mempersiapkan daftar nilai. 9) Pembentukan kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 peserta didik. 10) Penjelasan tentang implementasi pembelajaran modeljigsaw. b. Pelaksanaan Tindakan 2 Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan pembelajaran dikelas dengan menyusun RPP dan melakukan pembelajaran dengan model jigsaw. Selama pelaksanaan tindakan diserahkan kepada guru ilmu pengetahuan sosial dan peneliti sebagai pengamat akan melakukan observasi terhadap jalannya pembelajaran, setelah ituguru dan peneliti merefleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung, hasil refleksi akan dipakai untuk memperbaiki dan menyusun perangkat pembelajaran untuk siklus berikutnya. c. Hasil Observasi Tindakan Berdasarkan data hasil pengamatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus II, maka perlu dilakukannya perbaikan pada siklus berikutnya. Tindakan sikus II ini di lakukan dengan 1 x pertemuan dengan alokasi waktu 2x40 menit. Langkah observasi metode pembelajaranini terdapat lima fase. Hasil observasi selama pembelajaran siklus 2 diketahui bahwa sebanyak 30 atau 85% siswa dinyatakan aktif.Berdasarkan hal ini berarti telah terjadi peningkatan sebesar 11% pada aspek aktivitas belajar siswa di kelas. Tabel 6 Hasil IPKG1 Siklus II Aspek Siklus II Persentase sudah dikerjakan guru 88,24% Persentase belum dikerjakan guru 11,76% Sumber: Data Olahan, 2015 Tabel 7 Hasil IPKG2 Siklus II Aspek Siklus II Persentase sudah dikerjakan guru 89,17% Persentase belum dikerjakan guru 10,83% Sumber: Data Olahan, 2015
11
Tabel 8 Keberhasilan Tindakan Siklus II Item Pratindakan Siklus I Rata-rata 71,43 78,57 Tuntas 42,89% 62,66% Tidak tuntas 57,14% 37,14% Sumber: Data Olahan, 2015
Siklus II 79,37 77,14% 22,86%
Hasil tes siklus II diperoleh ketuntasan klasikal baru mencapai 77,14%, sedangkan ketuntasan peserta didik ada 27 yang tuntas dari jumlah seluruh peserta didik 35. Tabel 9 Hasil Ketuntasan Belajar Peserta Didik Persiklus No Siklus Jumlah Hasil Belajar Peserta Didik Peserta Tidak Tuntas ≤ Tuntas ≥ Didik 75 75 1. Pratindakan 35 57,14% 42,86% 2. Siklus I 35 37,14% 62,66% 3. Siklus II 35 22,86% 77,14% Sumber: Data Olahan, 2015
Rata-rata
71,43 78,57 79,37
Tabel 10 Perbandingan Tingkat Keberhasilan Siklus I dan II NO Aspek Siklus I Siklus II Peningkatan 1. Persentase keberhasilan 79,41% 88,24% 8,83% IPKG 1 2. Persentase keberhasilan 82,50% 89,17% 6,67% IPKG 2 3. Keaktifan peserta didik 74,28% 85,71% 11,43% 4. Hasil tes siklus 62,66% 77,14% 14,48% Sumber: Data Olahan, 2015 Kesimpulan Berdasarkan pengamatan terhadap data hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa implementasi pembelajaran model jigsaw ini dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di kelas VIIIA SMP Negeri 11 Pontianak semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 semester genap, dan metode ini sudah diterapkan dengan baik oleh guru ilmu pengetahuan sosial. Berdasarkan pengamatan pada siklus I dan siklus II yang dilaksanakan, (a) persentase IPKG 1 yang telah dilakukan guru sebagai peneliti terjadi peningkatan dari hasil tindakan siklus I dan II sebesar 8,83%, (b) persentasi IPKG 2 aspek yang telah dilakukan guru terjadi peningkatan sebesar 6,67%, (c) sikap keaktifan, minat belajar, serta motivasi belajar ada peningkatan sebesar 10,89%, (d) hasil tes siklus yang dilaksanakan diakhir setiap siklus terjadi peningkatan sebesar 14,48%. Setelah pembelajaran dilaksanakan dengan pembelajaran model jigsaw. 12
Berdasarkan pengamatan, pada hasil wawancara yang dilakukan kepada guru dan peserta didik maka kendala yang sering kali didapat pada proses belajar mengajar pada implementasi pembelajaran model jigsaw ini adalah kurangnya waktu yang tersedia, sehingga peserta didik dan guru masih kurang bisa untuk mengekspresikan apa yang ada difikiran untuk mengembangkan pendapat. Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik tergolong meningkat dan implementasi pembelajaran model jigsaw di kelas VIIIA telah berjalan dengan baik. Saran Pada penelitian ini saran yang dapat disampaikan sebagai berikut; 1)Hendaknya seorang guru dapat selalu aktif dalam melibatkan peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan sering memperhatikan peserta didik agar aktif bertanya dan memperhatikannya dan lebih dekat denganpeserta didik. 2)Pembelajaran ilmu pengetahun sosial ini hendaknya bervariasi dengan berbagai macam metode pembelajaran yang ada diharapkan guru mampu mengimplementasikannya dan tidak selalu menggunakan metode ceramah atau diskusi yang biasa dilakukan sehingga hasil pembelajaran lebih maksimal. Daftar rujukan AECT. 1997. The Definition of Education Technology. Washington D.C. Assosiation for Educational Communication and Techonology. Agus Suprijono. 2011.Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Arif S.Sadiman,et al. 2009. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Press. BSNP.2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP. Etin Solihatin. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara Heinich, R. Molenda, M. Russel, J.D., & Smaldino, S.E. (1996).Instructional Media and Technologies For Learning. Englewood Clipps NJ: A Simon & Schuster Company. Husamah & Agus Santoso. 2010. Cerdas Memenangkan Lomba Karya Ilmiah. Yogyakarta: Interpre Book. Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Ciputat: Gaung Persada Press. Kemmis, S. & McTaggart, R. 1990.The Action Research Planner. Victoria: Deaken University Press. Lee, W.W. & Owen, L.D. 2004.Multimedia-based instructional design. Computer based training, web-based training, distance broadcasting training, 13
performance-based solution (2nd Ed). San Francisco, USA: Library of Congress Cataloging-in-Publication Data. MiftahulHuda. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur Dan ModelPenerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Muhibbin Syah. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada Nana
Sudjana.2009. Penilaian RemajaRosdakarya.
Hasil
Belajar
Mengajar.
Bandung:
PT
Oemar Hamalik. 1986. Media Pendidikan. Bandung: Penerbit Alumni. Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Perkasa Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sardiman.2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers Slavin, R.E. 2009. Cooperative Learning: Theory, Research and Practice. (Terjemahan Narulita Yusron). London: Allymand Bacon. Suhardjono, Suparno, Supardi, Abdul Azis Hoesein. 2013. Publikasi Ilmiah: Dalam Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru. Malang: Cakrawala Indonesia. Syaiful Bahri Djamarah& Aswan Zain. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Wina
Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran ProsesPendidikan. Jakarta: Kencana
14
Berorientasi
Standar