PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIIIA MTs NU UNGARAN
skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika
oleh Susanto 4201408001
JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi.
Semarang, 26 Februari 2013 Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Langlang Handayani, M.App. Sc. NIP. 19680722 199203 2 001
Isa Akhlis, M.Si. NIP. 19700102 199903 1 002
ii
PENGESAHAN Skripsi yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIIIA MTs. NU Ungaran disusun oleh Susanto 4201408001 telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 26 Februari 2013.
Panitia: Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. NIP. 19631012 198803 1 001
Dr. Khumaedi, M. Si. NIP. 19630610 198901 1 002
Ketua Penguji
Dra. Dwi Yulianti, M.Si. NIP. 19600722 198403 2 001 Anggota Penguji / Pembimbing Utama
Anggota Penguji / Pembimbing Pendamping
Dra. Langlang Handayani, M.App. Sc. NIP. 19680722 199203 2 001
Isa Akhlis, M.Si. NIP. 19700102 199903 1 002
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIIIA MTs. NU Ungaran” ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Semarang, 26 Februari 2013
Susanto NIM. 4201408001
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Sabarlah dan peliharalah kesungguhan belajar dan kerja kerasmu, akan manis sekali jika engkau berhasil membuktikan bahwa engkau lebih besar daripada semua orang yang hari ini mengecilkanmu (Mario Teguh).
Jangan pernah mengatakan sulit, karena tak ada yang sulit di dunia ini (Mohamad Siswoyo).
Jika tekanan dalam hidup semakin berat, maka lapangkanlah hatimu. Niscaya bebanmu akan terasa lebih ringan (Susanto). PERSEMBAHAN Ayah dan Ibu tercinta. Mas Agus, Mba Winda, dan keponakanku Gwin dan Hafiz, kalian keluarga hebatku. Deby Wulan, kaulah mimpiku berikutnya. Error Community: Arya, Indri, Ade, Dini, Ponco, Sasa, hitam putih kisah kita akan slalu terkenang. Sahabatku: Adit, Bujang, Komar, Bidin, Yayan, Cenon, Ardi, Agung, Seto, Rizal, Avan, dan Umar, hari ini, esok, dan seterusnya kalian sahabatku. Teman-teman Fisika 2008, yakinlah kita sukses. Teman-teman PPL SMA TN 2011, kenangan indah telah terukir rapi dalam diaryku
v
KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah atas segala karunia yang telah diberikan Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIIIA MTs NU Ungaran”. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan dan bantuan dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini. Penulis ucapkan terima kasih kepada: 1.
Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan studi strata I Jurusan Fisika FMIPA UNNES.
2.
Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberi ijin untuk melaksanakan penelitian.
3.
Dr. Khumaedi, M.Si., ketua Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah membantu dalam hal administrasi.
4.
Dra. Langlang Handayani, M.App.Sc., dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun skripsi.
5.
Isa Akhlis, M.Si., dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk membimbing serta mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi.
6.
Dra. Dwi Yulianti, M.Si, dosen penguji yang telah memberikan masukan serta mengarahkan penulis dalam penyempurnaan skripsi.
vi
7.
Kedua orang tuaku yang selalu mendoakan dan memberi semangat demi terselesaikannya skripsi ini.
8.
Keluarga besar MTs NU Ungaran atas kerjasama dan dukungannya dalam penelitian ini.
9.
Sahabat-sahabatku yang selalu menemani, membantu, dan memberikan semangat demi terselesaikannya skripsi ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dan memberi semangat demi kelancaran penulisan skripsi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak kelemahan dan kekurangan, maka dari itu penulis mengharap masukan dan saran dari pembaca. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Semarang, 26 Februari 2013
Penulis
vii
ABSTRAK Susanto. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIIIA MTs NU Ungaran. Skripsi, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Dra. Langlang Handayani, M.App.Sc, dan Pembimbing II Isa Akhlis, M.Si. Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II, Motivasi Belajar, Prestasi Belajar. Berdasarkan hasil observasi di kelas VIIIA MTs NU Ungaran diketahui bahwa prestasi belajar masih rendah dan keaktifan siswa masih kurang. Menurut guru IPA kelas VIIIA hal ini dikarenakan kurangnya motivasi belajar siswa. Motivasi yang masih rendah harus segera ditingkatkan karena motivasi merupakan prediktor terbaik prestasi belajar. Dengan adanya motivasi maka aktivitas meningkat sehingga prestasi belajar juga meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar IPA siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran pada pokok bahasan cahaya melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan model pembelajaran teman sebaya yang bekerja dengan membagi suatu materi menjadi bagian-bagian yang dibahas dalam beberapa kelompok yang disebut kelompok ahli, materi tersebut kemudian disatukan kembali dalam sebuah kelompok yang disebut kelompok asal. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II diakhiri dengan pemberian reward kepada kelompok asal dengan nilai rata-rata tertinggi. Peningkatan motivasi belajar dilihat melalui indikator motivasi belajar siswa, sedangkan peningkatan prestasi belajar siswa diketahui melalui perhitungan uji gain dari nilai kognitif, kemudian dikategorikan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas dua pertemuan dengan empat tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian, motivasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Prestasi belajar siswa pada penelitian ini mengalami peningkatan dengan kategori sedang. Simpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan prestasi belajar siswa secara signifikan.
viii
ABSTRACT Susanto. 2013. The Application of Cooperative Learning Technique Jigsaw II in Improving Student Learning Motivation at Grade VIIIA MTs NU Ungaran. Final Project. Department of Physics, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Semarang State University. Advisor I Dra. Langlang Handayani, M.App.Sc., and Advisor II Isa Akhlis, M.Sc. Keywords: Cooperative Learning Technique Jigsaw II, Learning Motivation, Learning Achievement. Based on observation, it was known that learning achievement and also learning participation of the eight grade student at MTs NU Ungaran was relatively low. According to the science teacher, it was due to the lack of student learning motivation. The low learning motivation should be enhanced, because learning motivation is the best predictor of learning achievement. Learning motivation can increase student activity and later on can increase student achievement. This study aims to improve the learning motivation and learning achievement of the VIIIA grade students at MTs NU Ungaran on the subject of light through the implementation of cooperative learning technique-Jigsaw II. Cooperative learning technique-Jigsaw II is a peer learning model working by dividing the learning material into some parts. Each part of the learning materials is discussed in some groups called the expert group. The material is then put back together in a group known as the original group. Cooperative learning techniqueJigsaw II ends with the reward to the original group with the highest average mark. The Increasing of learning motivation is viewed through student motivation indicators, while the increasing of student achievement is known by calculating the result of gain test from the cognitive mark, and the result is then categorized according to predetermined criteria. This study used classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consisted of two meetings with the four phases of activities, they are planning, implementation, observation and reflection. Based on the results of the study, students' motivation has increased from cycle I to cycle II. Student achievement in the study had an increase in the medium category. Conclusions from this research is the type of Jigsaw II cooperative learning can improve student motivation and student achievement significantly. Based on the final analysis it can be concluded that the cooperative learning technique Jigsaw II can improve student learning motivation and student learning achievement significantly.
ix
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL...................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...............................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
iii
PERNYATAAN ..........................................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..............................................................
v
KATA PENGANTAR ................................................................................
vi
ABSTRAK ..................................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
x
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xvi
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................
3
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................
4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................
4
1.5 Penegasan Istilah ...................................................................
5
1.6 Pembatasan Masalah .............................................................
6
1.7 Sistematika Penulisan Skripsi ...............................................
6
x
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II ...............................
8
2.2 Motivasi Belajar ...................................................................
11
2.3 Prestasi Belajar ......................................................................
12
2.4 Kajian Materi ........................................................................
13
2.5 Kerangka Berpikir .................................................................
43
2.6 Hipotesis Tindakan................................................................
45
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ......................................................................
46
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ...............................................
46
3.3 Subjek Penelitian...................................................................
46
3.4 Faktor yang diteliti ................................................................
46
3.5 Prosedur Penelitian................................................................
47
3.6 Metode Pengumpulan Data ...................................................
49
3.7 Analisis Uji Coba Instrumen .................................................
50
3.8 Metode Analisis Data ............................................................
55
3.9 Indikator Keberhasilan ..........................................................
58
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian .....................................................................
59
4.2 Pembahasan ...........................................................................
64
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ...............................................................................
70
5.2 Saran ......................................................................................
70
xi
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
71
LAMPIRAN ................................................................................................
74
xii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
Tabel 3.1 Rentang Persentase Motivasi Belajar..……………………….... 56 Tabel 4.1 Data Indikator Motivasi Belajar Siswa ……………………….. 61 Tabel 4.2 Data Angket Motivasi Belajar Siswa.…………………………
62
Tabel 4.3 Data Prestasi Belajar Siswa..........…………………………….. 63
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Gambar 2.1
Hukum pemantulan …..…………………………………..... 15
Gambar 2.2
Pemantulan pada cermin......................…………………..... 16
Gambar 2.3
Pemantulan baur...........……………………........................ 16
Gambar 2.4
Gelombang datar yang dipantulkan pada cermin datar…..
Gambar 2.5
Pembiasan cahaya................................................………..... 18
Gambar 2.6
Pembiasan dari medium rapat ke kurang rapat....………… 20
Gambar 2.7
Penerapan prinsip Huygens.........................………………. 20
Gambar 2.8
Geometri penurunan hukum pemantulan dengan prinsip Fermat................................................................................... 23
Gambar 2.9
Pembiasan dari prinsip Fermat.............................................. 24
18
Gambar 2.10 Geometri pembiasan prinsip Fermat.................................... 25 Gambar 2.11 Grafik waktu yang ditempuh cahaya dari A ke B....……..... 26 Gambar 2.12 Pembentukan bayangan oleh cermin datar……..………..... 28 Gambar 2.13 Bayangan sistem koordinat di cermin datar........................ 29 Gambar 2.14 Diagram sinar untuk menentukan bayangan di cermin datar.....................................................................………..... 29 Gambar 2.15 Sinar dari sebuah obyek P yang dipantulkan oleh cermin cekung.................................................................………..... 30 Gambar 2.16 Geometri untuk menghitung jarak bayangan ......………… 30 Gambar 2.17 Diagram sinar untuk cermin cekung..........………………. 32 Gambar 2.18 Bayangan maya yang dibentuk oleh cermin cekung........... 33 Gambar 2.19 Diagram sinar cermin cembung.......................................... 34
xiv
Gambar 2.20 Bayangan pembiasan pada permukaan lengkung berbeda medium................................................................................ 35 Gambar 2.21 Geometri hubungan posisi bayangan dengan posisi obyek pada pembiasan lengkung tunggal............................…...... 35 Gambar 2.22 Geometri menentukan perbesaran lateral...……………..... 37 Gambar 2.23 Pembiasan pada dua permukaan lensa................................ 39 Gambar 2.24 Letak fokus lensa bikonveks dan bikonkaf.......................... 40 Gambar 2.25 Diagram sinar lensa cembung.............................................. 41 Gambar 2.26 Diagram sinar lensa cekung ..................................…..…… 42 Gambar 2.27 Kerangka Berpikir Penelitian.......................………………. 45 Gambar 4.1
Grafik Indikator Motivasi Belajar Siswa ............................. 62
Gambar 4.2
Grafik Motivasi Belajar Siswa .............................................. 63
Gambar 4.3
Grafik Prestasi Belajar Siswa ............................................... 64
xv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1. Silabus ................................................................................................... 75 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 ....................................... 78 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2 ....................................... 83 4. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar .................................... ................... 88 5. Angket Motivasi Belajar ................................... ................................... 89 6. Kisi-kisi Soal Uji Coba Siklus 1 ........................................................... 92 7. Soal Uji Coba Siklus 1 .......................................................................... 95 8. Kunci Jawaban Soal Uji Coba Siklus 1................................................. 99 9. Analisis Butir Soal Uji Coba Siklus 1 .................................................. 100 10. Contoh Perhitungan Validitas, Daya Pembeda, Taraf Kesuksran, dan Reliabilitas Soal Uji Coba Siklus 1 ................................................ 101 11. Kisi-kisi Soal Uji Coba Siklus 2 ........................................................... 106 12. Soal Uji Coba Siklus 2 .......................................................................... 108 13. Kunci Jawaban Soal Uji Coba Siklus 2................................................. 112 14. Analisis Butir Soal Uji Coba Siklus 2 .................................................. 113 15. Contoh Perhitungan Validitas, Daya Pembeda, Taraf Kesuksran, dan Reliabiltas Soal Uji Coba Siklus 2 ................................................. 114 16. Lembar Observasi Keaktifan Siswa ...................................................... 119 17. Kisi-kisi Soal Siklus 1 ........................................................................... 121 18. Soal Siklus 1.......................................................................................... 124 19. Kunci Jawaban Soal Siklus 1 ................................................................ 128 20. Kisi-kisi Soal Siklus 2 ........................................................................... 129
xvi
21. Soal Siklus 2.......................................................................................... 131 22. Kunci Jawaban Soal Siklus 2 ................................................................ 134 23. Daftar Nama Siswa Uji Coba Soal ....................................................... 135 24. Daftar Nama Siswa Penelitian............................ .................................. 136 25. Daftar Nama Kelompok Asal Siklus 1 .................................................. 138 26. Daftar Nama Kelompok Ahli Siklus 1 .................................................. 139 27. Daftar Nama Kelompok Asal Siklus 2 .................................................. 140 28. Daftar Nama Kelompok Ahli Siklus 2 .................................................. 141 29. Rekap Data Motivasi Belajar Siswa Pra Siklus .................................... 142 30. Rekap Data Motivasi Belajar Siswa Siklus 1........................................ 143 31. Rekap Data Motivasi Belajar Siswa Siklus 2........................................ 144 32. Uji Gain Indikator Motivasi Belajar Siswa Pra Siklus ke Siklus 1 ....... 145 33. Uji Gain Indikator Motivasi Belajar Siswa Siklus 1 ke Siklus 2 ......... 146 34. Rekap Data Nilai Prestasi Belajar Siswa Siklus 1 ................................ 147 35. Rekap Data Nilai Prestasi Belajar Siswa Siklus 2 ................................ 148 36. Uji Gain Prestasi Belajar Siswa ............................................................ 149 37. Rekap Data Observasi Keaktifan Siswa Siklus 1 .................................. 150 38. Rekap Data Observasi Keaktifan Siswa Siklus 2 .................................. 151 39. Lembar Observasi Guru Siklus 1 .......................................................... 152 40. Lembar Observasi Guru Siklus 2 .......................................................... 154 41. Dokumentasi ......................................................................................... 156 42. Surat Penetapan Dosen Pembimbing .................................................... 157 43. Surat Ijin Penelitian ............................................................................... 158
xvii
44. Surat Keterangan Melakukan Penelitian ............................................... 159
xviii
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang MTs NU (Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama) Ungaran merupakan
madrasah setingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) yang telah memiliki akreditasi A, namun salah satu kelas di sekolah ini masih memiliki masalah belajar pada mata pelajaran IPA. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA kelas VIIIA MTs NU Ungaran dan observasi terdapat beberapa masalah dalam pembelajaran, yakni: (1) siswa tidak menyiapkan diri sebelum pembelajaran dimulai walaupun materi pelajaran yang akan diajarkan pada pertemuan berikutnya sudah diketahui, (2) aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya respons siswa ketika diberikan permasalahan oleh guru, (3) siswa belum memiliki ketertarikan terhadap pembelajaran IPA yang dapat dilihat dari tingkat keaktifan siswa dan tingkat perhatian siswa pada saat pelajaran berlangsung, dan (4) rata-rata hasil ulangan kelas VIIIA hanya mencapai 61,70 dengan 72,50% siswa yang masih mendapat nilai di bawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yaitu 68,00. Keaktifan siswa dan ketertarikan yang masih kurang dalam pembelajaran merupakan salah satu indikator bahwa siswa masih kurang memiliki motivasi belajar. Penelitian yang dilakukan Fyans dan Maerh yang dikutip oleh Siregar dan Nara (2010: 52) menyatakan bahwa diantara tiga faktor, yaitu latar belakang
1
2
keluarga, kondisi atau konteks sekolah, dan motivasi, maka faktor yang terakhir merupakan prediktor yang paling baik untuk prestasi belajar. Menurut Sardiman (2010), dalam motivasi belajar terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap serta perilaku pada individu untuk belajar. Motivasi belajar yang masih rendah harus segera ditingkatkan karena seperti yang diungkapkan di atas bahwa motivasi merupakan prediktor terbaik untuk prestasi belajar. Untuk meningkatkan motivasi belajar maka proses pembelajaran harus menggunakan model pembelajaran yang sesuai. Pembelajaran harus dapat memotivasi siswa untuk belajar dan membantu satu sama lain. Pembelajaran harus dapat mengkondisikan kegiatan kelas sedemikian rupa sehingga siswa dapat berdiskusi dan berdebat mendalami konsep. Pembelajaran seperti ini dapat membuat siswa benar-benar memahami konsep dan membuat siswa saling menjaga dan saling mengambil tanggung jawab satu sama lain. Pembelajaran yang demikian terdapat pada pembelajaran kooperatif. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah Jigsaw II. Model ini merupakan pengembangan model pembelajaran Jigsaw sebelumnya. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan model pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 6 orang secara heterogen dan bekerja bersama, saling bergantung positif, dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pembelajaran yang harus dipelajari dan disampaikan kepada anggota kelompok yang lain.
3
Jigsaw II mengutamakan kerjasama kelompok dan diskusi untuk mendapatkan suatu penghargaan (reward). Adanya reward ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk belajar dan memiliki tanggung jawab untuk mampu menerangkan materi kepada temannya sehingga kelompoknya menjadi juara. Dengan model pembelajaran Jigsaw II diharapkan prestasi belajar siswa juga meningkat. Penelitian mengenai Jigsaw II sebelumnya pernah dilakukan oleh Sahin (2010). Penelitian ini menyimpulkan bahwa kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran tipe Jigsaw II lebih efektif dalam hal peningkatan prestasi belajar daripada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran tipe Jigsaw. Seperti halnya Sahin, penelitian Jigsaw II juga pernah dilakukan oleh Siregar, et al (2010). Penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, hasil belajar dan keaktifan siswa mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Dari uraian di atas peneliti melakukan penelitian mengenai Jigsaw II untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII MTs NU Ungaran”.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
4
1.
Apakah melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, motivasi belajar siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran pada mata pelajaran IPA pokok bahasan cahaya meningkat?
2.
Jika motivasi belajar siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran pada mata pelajaran IPA mengalami peningkatan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, apakah prestasi belajar siswa juga meningkat?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut: 1.
Meningkatkan motivasi belajar IPA pokok bahasan cahaya siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.
2.
Meningkatkan prestasi belajar IPA pokok bahasan cahaya siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran melalui peningkatan motivasi belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.
1.4
Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1.
Siswa Model
pembelajaran
kooperatif
tipe
Jigsaw
II
diharapkan
dapat
meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
5
2.
Guru Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II diharapkan dapat menjadi alternatif bagi guru dalam penyampaian materi IPA pokok bahasan cahaya.
1.5
Penegasan Istilah Untuk menghindari agar tidak terjadi salah penafsiran istilah dalam
penelitian ini dan persoalan yang dibahas tidak menyimpang dari tujuan semula maka perlu diberi penegasan istilah sebagai berikut: 1.5.1
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dalam penelitian ini merupakan
model pembelajaran teman sebaya yang bekerja dengan membagi suatu materi menjadi bagian-bagian yang dibahas dalam beberapa kelompok yang disebut kelompok ahli, materi tersebut kemudian disatukan kembali dalam sebuah kelompok yang disebut kelompok asal. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II diakhiri dengan pemberian reward kepada kelompok asal dengan nilai rata-rata tertinggi. 1.5.2
Motivasi Belajar Motivasi berasal dari bahasa latin “movere”, yang berarti menggerakkan.
Menurut Wlodkowski dalam Siregar dan Nara (2010: 49), motivasi adalah sesuatu yang menyebabkan atau menimbukan perilaku tertentu dan yang memberi arah pada tingkah laku tersebut. Sedangkan menurut Anni dan Rifa‟i (2009: 157), motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan
6
seseorang untuk belajar. Motivasi belajar dalam penelitian ini merupakan kondisi yang menyebabkan perilaku siswa untuk belajar. 1.5.4
Prestasi Belajar Menurut Tu‟u (2004: 75), prestasi belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar dalam penelitian ini adalah standar tes untuk mengukur pengetahuan (aspek kognitif) yang dicapai di dalam pembelajaran.
1.6
Pembatasan Masalah Dalam
penelitian
ini
ada
pembatasan
masalah
bahwa
model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II diterapkan pada pokok bahasan cahaya.
1.7
Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika skripsi ini terdiri dari 3 bagian yaitu :
(1) Bagian Awal Bagian ini terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, motto, persembahan, abstrak, kata pengantar dan daftar isi. (2) Bagian Isi Bagian isi terdiri dari 5 bab, yaitu: a.
Bab I Pendahuluan, mencakup uraian semua hal yang berhubungan dengan penelitian, meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan
7
penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, pembatasan masalah dan sistematika skripsi. b.
Bab II Landasan Teori, mencakup teori-teori yang mendukung penelitian.
c.
Bab III Metode Penelitian, mencakup hal-hal yang berkaitan dengan penelitian, meliputi: lokasi penelitian, obyek penelitian, desain penelitian, tehnik pengambilan data, uji coba instrumen penelitian dan metode analisis data.
d.
Bab IV Hasil Penelitian, yaitu hasil penelitian yang berupa uraian hasilhasil penelitian serta pembahasannya.
e.
Bab V Kesimpulan dan Saran, mencakup simpulan dari hasil penelitian dan saran yang diambil sehubungan dengan penelitian tersebut.
(3) Bagian Akhir Bagian ini berisi daftar pustaka dan lampiran.
8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II
2.1.1
Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif sering dinamakan “pembelajaran teman
sebaya”. Nur dan Wikandari (2000: 25) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pengajaran dengan siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Isjoni (2012: 15) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran dengan siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4 sampai 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran teman sebaya dengan siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 siswa agar siswa saling membantu
dalam
mempelajari
sesuatu.
Pengelompokan
siswa
dalam
pembelajaran kooperatif merupakan salah satu cara agar siswa saling berbagi pendapat, berargumentasi, dan mengembangkan berbagai alternatif pandangan dalam upaya pembangunan pengetahuan.
8
9
Adapun ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu: 1.
Siswa dalam sebuah kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang ingin dicapai.
2.
Pembagian kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, maupun rendah. Dalam pembagian kelompok, diusahakan anggota kelompok berasal dari budaya dan suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
3.
Adanya penghargaan yang lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu. Menurut Siregar dan Nara (2010: 115) pendekatan belajar kooperatif juga
menganut lima prinsip utama yaitu: ...Prinsip pertama adalah saling ketergantungan positif yang artinya keberhasilan kelompok merupakan hasil kerja seluruh anggotanya. Prinsip kedua adalah tanggung jawab perseorangan yang muncul ketika seorang anggota kelompok bertugas untuk menyajikan yang terbaik di hadapan guru atau teman sekelasnya. Prinsip ketiga adalah interaksi tatap muka yang merupakan kegiatan membahas suatu masalah bersama, saling mengajarkan jika ada anggota kelompok yang masih bingung. Prinsip keempat adalah komunikasi antar anggota yang merupakan kunci keberhasilan kelompok. Karena pembelajaran ini bergantung pada kesediaan untuk mendengarkan dan kemampuan mengutarakan pendapat. Prinsip terakhir adalah evaluasi proses secara kelompok: setiap anggota harus mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Beberapa konsep yang melandasi model pembelajaran kooperatif, yaitu: 1.
Team reward: tim akan mendapat hadiah bila mereka mencapai kriteria tertentu yang ditetapkan.
2.
Individual accountability: keberhasilan tim bergantung dari hasil belajar individual dari semua anggota tim. Pertanggung jawaban berpusat pada
10
kegiatan anggota tim dalam membantu belajar satu sama lain dan memastikan bahwa setiap anggota siap untuk kuis atau penilaian lainnya tanpa bantuan teman sekelompoknya. 3.
Equal opportunity for success: setiap siswa memberikan kontribusi kepada timnya dengan cara memperbaiki hasil belajarnya sendiri yang terdahulu. Kontribusi dari semua anggota kelompok dinilai.
2.1.2
Jigsaw II Jigsaw II merupakan pengembangan dari model pembelajaran Jigsaw.
Jigsaw II menurut Nur (2005: 64) merupakan suatu model pembelajaran dengan membagi suatu materi menjadi beberapa bagian (section) yang dibahas, kemudian bagian-bagian itu “disatukan“ kembali dalam suatu diskusi pleno. Perbedaan mendasar Jigsaw II dengan Jigsaw terletak pada adanya kompetisi untuk mendapatkan reward. Reward diberikan kepada kelompok asal dengan nilai ratarata evaluasi tertinggi pada setiap akhir siklus. Menurut Siregar dan Nara (2010: 116), model Jigsaw II memiliki beberapa tahapan antara lain persiapan, pembelajaran, evaluasi, penghitungan skor, dan penghargaan. Penjelasan tahapan model pembelajaran Jigsaw II sebagai berikut: ...tahap pertama adalah persiapan yang meliputi pembagian bahan ajar, pembagian kelompok asal dan ahli. Tahap kedua adalah pembelajaran yang meliputi membaca, diskusi kelompok ahli, dan laporan di kelompok asal. Tahap ketiga adalah evaluasi yang diberikan pada akhir pembelajaran. Tahap keempat adalah perhitungan poin dengan menghitung perolehan nilai setiap siswa kemudian disatukan dengan teman satu kelompok dan nilainya diratarata. Tahap terakhir adalah penghargaan yang diberikan kepada kelompok dengan nilai rata-rata tertinggi.
11
Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan model pembelajaran teman sebaya yang bekerja dengan membagi suatu materi menjadi bagian-bagian yang dibahas dalam beberapa kelompok yang disebut kelompok ahli. Materi yang telah dibagi tersebut kemudian disatukan kembali dalam sebuah kelompok yang disebut kelompok asal. Pembelajaran tipe Jigsaw II diakhiri dengan pemberian reward kepada kelompok asal dengan nilai rata-rata tertinggi.
2.2
Motivasi Belajar Motivasi berasal dari bahasa latin “movere”, yang berarti menggerakkan.
Menurut Wlodkowski dalam Siregar dan Nara (2010: 49), motivasi adalah suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbukan perilaku tertentu dan yang memberi arah pada tingkah laku tersebut. Sardiman (2010) menjelaskan tentang motivasi belajar yang merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai. Dari uraian di atas, motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Jadi motivasi belajar merupakan kondisi yang menyebabkan perilaku siswa untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat akan memiliki energi untuk melakukan kegiatan belajar. Dalam motivasi belajar terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap serta perilaku pada individu belajar.
12
Meskipun motivasi merupakan suatu kekuatan, namun motivasi bukanlah merupakan suatu substansi yang dapat diukur. Untuk dapat mengukur motivasi dapat dilakukan dengan melihat indikator dalam kondisi-kondisi tertentu. Menurut Sudaryono (2012: 127) beberapa indikator motivasi belajar yaitu berusaha unggul, menyelesaikan tugas dengan baik, rasional dalam memilih keberhasilan, menyukai
2.3
tanggung
jawab,
dan
menerima
tanggung
jawab
pribadi.
Prestasi Belajar Prestasi belajar digunakan sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang dikuasai peserta didik. Prestasi belajar menurut Tu‟u (2004: 75) merupakan ...hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah. Prestasi belajar berbeda dengan motivasi belajar, yang dinilai dari prestasi belajar adalah aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan, pemahaman, sintesa, dan evaluasi. Sedangkan menurut Slameto (2008: 54), prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai siswa dalam bentuk nilai. Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil belajar kognitif siswa yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan, pemahaman, sintesa, dan evaluasi yang diwujudkan dalam bentuk nilai.
13
2.4
Kajian Materi
2.4.1
Kelajuan Cahaya Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat
mata dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Pada tahun 1860 James Clerk Maxwell menyatakan teori matematika tentang gelombang elektromagnetik dengan cepat rambat gelombang elektromagnetik sama dengan cepat rambat cahaya yaitu 3 × 108 m/s, oleh karena itu Maxwell berkesimpulan bahwa cahaya merupakan gelombang elektromagnetik. Upaya mengukur kelajuan cahaya dimulai oleh Galileo. Galileo mencoba menghitung kecepatan cahaya dengan bantuan dari pembantunya, yang disuruh berdiri di sebuah puncak bukit dan galileo akan berdiri di puncak bukit yang lain. Galileo akan mencoba mengedipkan lentera dan pembantunya akan mencoba menghitung selisih waktu yang dibutuhkan sebelum pembantu diseberang melihat kedipan cahaya itu dan merespon dengan menghidupkan lampunya. Usaha tersebut tentu saja gagal, karena kecepatan cahaya yang sangat besar sehingga perlu jarak yang sangat besar pula untuk menghitungnya. Pada 1670 seorang astronom dari Denmark bernama Ole Roemer, melakukan sebuah pengamatan yang sangat teliti pada sebuah satelit Jupiter bernama Io. Waktu orbit Io terhadap Jupiter adalah 1,76 hari. Waktu ini hampir konstan tiap kali orbitnya. Tapi ada kalanya dalam setahun Io mengorbit lebih cepat atau lebih lambat. Ia menemukan bahwa waktu orbit Io berhubungan dengan jarak Jupiter terhadap Bumi, semakin dekat maka waktu orbit Io semakin cepat, begitu juga sebaliknya. Roemer menyimpulkan bahwa ini berhubungan dengan
14
kecepatan cahaya atau waktu yang dibutuhkan antara bayangan obyek (Jupiter dan Io) untuk sampai ke mata (Bumi). Dari perhitungan ini Roemer mendapat angka sekitar 300.000 km/detik. Pengukuran nonastronomi pertama dilakukan oleh Fizeau tahun 1849. Metode Fizeau
kemudian diperbaiki
oleh
Faucault
tahun 1850
yang
bereksperimen menggunakan cermin rotasi untuk mengukur kelajuan cahaya di udara dan di air. Pengukuran dengan cara lain dilakukan oleh Michelson, dia melakukan percobaan-percobaan dari tahun 1877 hingga tahun 1926 untuk menyempurnakan metode yang digunakan Foucault dengan penggunaan cermin rotasi untuk mengukur waktu yang dibutuhkan cahaya pada 2 kali jarak tempuh antara Gunung Wilson dan Gunung San Antonio, di California. Hasil pengukuran menunjukkan 299.796.000 meter/detik yang kemudian biasa dibulatkan menjadi 3 × 108 m/s. 2.4.2
Pemantulan Ketika gelombang dari tipe apapun mengenai sebuah penghalang datar
seperti misalnya sebuah cermin, gelombang-gelombang baru dibangkitkan dan bergerak menjauhi penghalang tersebut. Fenomena ini disebut pemantulan. Pemantulan terjadi pada bidang batas dua medium berbeda, sebagian energi datang dipantulkan dan ditransmisikan.
15
i=r
i
Udara
r
Kaca
Gambar 2.1 Hukum pemantulan (Tipler, 2001)
Gambar 2.1 memperlihatkan sebuah sinar yang mengenai sebuah permukaan udara kaca yang mulus. Sudut i antara sinar datang garis normal (garis yang tegak lurus permukaan) disebut sudut datang, bidang yang dibatasi oleh dua garis ini disebut bidang datang. Sinar dipantulkan terletak di bidang datang tersebut dan membentuk sudut r dengan garis normal yang sama dengan sudut datang seperti ditunjukkkan pada gambar. Hasil ini disebut dengan hukum pemantulan. Hukum ini berlaku untuk semua jenis gelombang. Laju cahaya di dalam medium seperti misalnya kaca, air, atau udara ditentukan oleh oleh indeks bias (n), yang didefinisikan sebagai perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa (c) terhadap laju tersebut dalam medium (v). 𝑛=
𝑐 𝑣
2.1
Pada kasus khusus saat sudut datang garis normal (i = r = 0˚), intensitas yang dipantulkan adalah 𝐼=
𝑛1 − 𝑛2 𝑛1 + 𝑛2
2
𝐼0
2.2
dengan 𝐼0 adalah intensitas datang 𝑛1 dan 𝑛2 adalah indeks bias dari kedua media.
16
P
Mata
Cermin
P‟
Gambar 2.2 Pemantulan pada cermin (Tipler, 2001) Gambar 2.2 memperlihatkan sebuah berkas kumpulan sempit sinar cahaya datar sebuah sumber titik P yang dipantulkan dari sebuah permukaan datar. Sesudah pemantulan, sinar-sinar tersebut menyebar secara tepat seolah-olah sinar-sinar tersebut datang dari titik P’ di belakang permukaan cermin. Titik P’ disebut bayangan dari titik P. Ketika sinar-sinar memasuki mata, mereka tidak bisa dibedakan dari sinar-sinar yang menyebar dari sebuah sumber pada P’ seakan-akan tidak ada permukaan yang memantulkannya. Pemantulan dari permukaan licin disebut pemantulan spekuler (cermin). Pemantulan spekuler tersebut berbeda dengan pemantulan difusi (menyebar) yang diilustrasikan gambar 2.3. Pemantulan baur terjadi pada permukaan yang kasar, sinar-sinar memasuki mata sesudah memantul dari berbagai titik berbeda pada permukaan, sehingga tidak ada bayangan.
Bidang pantul
Gambar 2.3 Pemantulan baur (Tipler, 2001)
17
Hukum pemantulan dapat diturunkan dari prinsip Huygens. Gambar 2.4 memperlihatkan bidang gelombang datar AA’ yang mengenai sebuah cermin pada titik A. Seperti yang terlihat dari gambar, sudut ∅1 antara bidang gelombang dengan cermin adalah sama dengan sudut datang 𝜃1 , yang merupakan sudut antara yang tegak lurus cermin dan sinar-sinar yang tegak lurus terhadap bidang-bidang gelombang tersebut. Menurut prinsip Huygens, setiap titik pada bidang gelombang yang diberikan dapat dianggap sebagai titik dari anak gelombang sekunder. Posisi pada bidang gelombang sesudah waktu t ditemukan dengan membangun anak gelombang (gelombang-gelombang kecil) dengan radius ct dengan pusatnya pada bidang gelombang AA’. Gelombang-gelombang kecil yang tidak mengenai cermin membentuk bagian gelombang baru BB’. Gelombanggelombang kecil yang tidak mengenai cermin dipantulkan dan membentuk bagian bidang-bidang BB’. Dengan kontruksi yang serupa, bidang gelombang C”CC’ didapatkan dari gelombang-gelombang kecil Huygens yang berasal dari bidang gelombang B”BB’. Gambar 2.4 adalah pembesaran dari sebagian gambar 2.3 yang menunjukkan bagian orisinil bidang gelombang AP yang mengenai cermin selama waktu t. Pada saat ini, gelombang kecil dari titik P mencapai cermin pada titik B, dan gelombang-gelombang kecil dari titik A mencapai titik B”. Gelombang yang dipantulkan BB” membuat sudut ∅𝑟 dengan cermin yang besarnya sama dengan
18
sudut 𝜃𝑟 antara sinar-sinar yang dipantulkan dan garis normal terhadap cermin. Segitiga-segitiga ABP dan BAB” dua-duanya adalah segitiga siku-siku dengan sudut AB dan sisi-sisi yang sama AB”=BP=ct. Jadi segitiga-segitiga ini sebangun, dan sudut ∅1 dan ∅𝑟 sama, menyiratkan bahwa sudut pantul 𝜃𝑟 menyamai sudut datang 𝜃1 .
𝜃1
A’ B’
C’’
C’
B’’
∅1 A
B
C
Gambar 2.4 Gelombang datar yang dipantulkan pada cermin datar (Tipler, 2001) 2.4.3
Pembiasan Pembiasan adalah pembelokan atau perubahan arah rambat cahaya ketika
melalui bidang batas dua medium yang berbeda kerapatannya.
i
r
Udara Kaca i’
Gambar 2.5 Pembiasan cahaya (Tipler, 2001)
19
Gelombang yang ditransmisikan adalah gelombang hasil interferensi dari gelombang-gelombang datang dan gelombang yang dihasilkan oleh penyerapan dan radiasi ulang energi cahaya oleh atom-atom dalam medium tersebut. Untuk kasus gambar 2.5, ada sebagian ketertinggalan fase antara gelombang yang diradiasikan kembali dan gelombang datang. Demikian juga ada ketertinggalan fase antara gelombang hasil dan gelombang datang. Ketertinggalan ini berarti bahwa posisi puncak gelombang dari gelombang yang dilewatkan diperlambat relatif terhadap posisi puncak gelombang dari gelombang datangdi dalam medium tersebut. Jadi kecepatan gelombang yang dilewatkan lebih kecil dari kecepatan gelombang datang. Indeks bias adalah perbandingan laju cahaya di ruang hampa terhadap laju cahaya di dalam medium, besarnya selalu lebih dari satu. Sebagai contoh laju cahaya di dalam kaca kira-kira dua pertiga dari laju cahaya diruang bebas, jadi indeks bias kaca kira-kira n = c/v = 3/2. Karena frekuensi cahaya di medium kedua sama dengan frekuensi atang atom-atom menyerap dan meradiasi ulang cahaya tersebut pada frekuensi yang sama tetapi
laju gelombang berbeda maka panjang gelombang
yang
ditransmisikan berbeda dari panjang gelombang cahaya datang. Jika 𝜆 adalah panjang gelombang cahaya di ruang hampa, panjang gelombang di dalam medium 𝜆′ dengan indeks bias n adalah 𝜆′ =
𝑣 𝑐 𝑛 𝜆 = = 𝑓 𝑓 𝑛
2.3
20
i’ Udara Kaca i
r
Gambar 2.6 Pembiasan dari medium rapat ke kurang rapat (Tipler, 2001)
Gambar 2.6 menunjukkan cahaya yang mengenai sebuah udara kaca yang rata. Sudut i’ disebut sudut bias. Dari gambar dapat dilihat bahwa sudut bias lebih kecil dari sudut datang i. Jadi, sinar dibelokkan mendekati garis normal. Namun jika berkas cahaya datang dari dalam kaca dan dibiaskan ke udara maka sudut bias lebih besar dari sudut datang atau sinar dibelokkan menjauhi garis normal.
𝑃 𝑣1 𝑡 𝜃1 ∅1
𝐴 𝜃1
𝑣2 𝑡
𝐵 ∅2
𝐵′
Gambar 2.7 Penerapan prinsip Huygens (Tipler, 2001) Untuk menghubungkan sudut bias i’ dengan indeks bias dua media 𝑛1 dan 𝑛2 dan dengan sudut datang i dapat digunakan prinsip Huygens. Gambar 2.7 menunjukkan sebuah gelombang datar yang mengenai permukaan udara kaca. Kita menerapkan prinsip Huygens untuk menemukan bidang gelombang dari gelombang yang ditransmisikan. Garis AP menunjukkan sebagian bidang
21
gelombang dalam medium 1 yang mengenai permukaan kaca dengan sudut datang 𝜃1 . Pada waktu t anak gelombang dari P menempuh jarak 𝑣1 t dan mencapai titik B pada garis AB yang memisahkan kedua medium, anak gelombang (gelombang kecil) dari titik A menempuh jarak lebih pendek 𝑣2 t menuju medium kedua. Bidang gelombang baru BB’ tidak sejajar dengan bidang gelombang asal AP disebabkan laju 𝑣1 dan 𝑣2 berbeda. Dari segitiga APB, sin 𝜙1 =
𝑣1 𝑡 𝐴𝐵
atau 𝐴𝐵 =
𝑣1 𝑡 𝑣1 𝑡 = sin 𝜙1 sin 𝜃1
dengan melihat kenyataan bahwa sudut 𝜙1 sama dengan sudut 𝜃1 . Dengan cara serupa, dari segitiga AB’B, sin 𝜙2 =
𝑣2 𝑡 𝐴𝐵
atau 𝐴𝐵 =
𝑣2 𝑡 𝑣2 𝑡 = sin 𝜙2 sin 𝜃2
dengan 𝜃1 = 𝜃2 adalah sudut bias. Dengan menyamakan kedua nilai untuk AB, didapatkan 𝑠𝑖𝑛 𝜃1 𝑠𝑖𝑛 𝜃2 = 𝑣1 𝑣2 dengan mensubtitusi 𝑣1 = 𝑐 𝑛1 dan 𝑣2 = 𝑐 𝑛2
2.4 pada persamaan ini dan
mengalikannya dengan c, didapatkan 𝑛1 sin 𝜃1 = 𝑛2 sin 𝜃2
2.5
22
Hasil ini ditemukan secara eksperimental oleh Willebord Snell pada tahun 1621 yang kemudian dikenal sebagai hukum Snellius atau hukum pembiasan. 2.4.4
Prinsip Fermat Perambatan cahaya juga dapat dijelaskan melalui prinsip yang
dinyatakan oleh Pierre de Fermat pada abad ke-17 yang menyatakan bahwa lintasan yang dilalui oleh cahaya untuk merembat dari satu titik ke titik lain adalah sedemikian rupa sehingga waktu perjalanannya minimum. Namun pernyataan ini tidak mencakup semua kasus. Waktu yang dilalui kadang maksimum. Prinsip Fermat yang lebih lengkap adalah lintasan yang dilalui cahaya untuk merambat dari satu titik ke titik lain adalah sedemikian rupa sehingga waktu perjalanan itu tidak berubah sehubungan dengan variasi-variasi dalam lintasan tersebut. Ciri-ciri penting dari sebuah lintasan yang tidak berubah adalah bahwa waktu yang diperlukan sepanjang lintasan-lintasan terdekat akan kira-kira sama seperti sepanjang lintasan yang sebenarnya. Berikut ini pemakaian prinsip Fermat untuk menurunkan hukum-hukum pemantulan dan pembiasan.
23
2.4.4.1 Pemantulan A
A
B B
A’A ’
Gambar 2.8 Geometri penurunan hukum pemantulan dengan prinsip Fermat (Tipler, 2001) Gambar 2.8 mengasumsikan bahwa cahaya meninggalkan titik A, mengenai sebuah cermin, dan menuju titik B. Problem prinsip Fermat untuk pemantulan adalah pada titik manakah P pada Gambar 2.8 cahaya harus mengenai cermin dengan waktu tersingkat dari titik A ke titik B. Karena cahaya melalui medium yang sama maka waktu akan minimum jika jaraknya minimum. Pada Gambar 2.8 jarak APB sama dengan jarak A’PB, dengan A’ adalah bayangan dari suber A. Titik A’ terletak sepanjang tegak lurus dari A ke cermin dan sama jauhnya di belakang cermin. Jelas bahwa jika kita mengubah titik P, jarak A’PB adalah paling pendek jika titik A’, P, dan B terletak pada sebuah garis lurus. Hal ini dapat dilihat dari Gambar 2.8 ketika sudut datang sama dengan sudut pantul.
24
2.4.4.2 Pembiasan A
𝑃1
𝑃𝑚𝑖𝑛
B
Gambar 2.9 Pembiasan dari prinsip Fermat (Tipler, 2001)
Gambar 2.9 memperlihatkan lintasan-lintasan yang mungkin dilalui cahaya dari titik A di udara menuju titik B di dalam kaca. Titik 𝑃1 berada pada garis lurus antara A dan B, tetapi lintasan ini bukan satu-satunya waktu perjalanan tersingkat karena cahaya melaju dengan kecepatan lebih kecil di dalam kaca. Jika dilihat pada bagian kanan 𝑃1 , panjang lintasan total lebih besar, namun jarak yang dilalui di dalam medium yang lebih lambat memiliki lintasan lebih sedikit daripada 𝑃1 . Jelas bahwa lintasan yang sedikit ke kanan dari lintasan garis lurus memerlukan waktu yang lebih sedikit karena waktu yang didapat melelui jarak yang lebih pendek di dalam kaca daripada kehilangan waktu melewati jarak yang lebih panjang di udara. Ketika titik perpotongan lintasan digerakkan ke kanan titik 𝑃1 , waktu yang diperlukan untuk melalui dari A ke B berkurang sehingga dicapai minimum pada titik 𝑃𝑚𝑖𝑛 . Di luar titik ini, waktu yang dihemat dengan melalui jarak yang lebih pendek di dalam kaca bukan pengganti bagi waktu yang lebih besar yang dibutuhkan untuk jarak yang lebih besar yang dilalui di udara.
25
d (𝑑 − 𝑥)
A 𝐿1 a 𝑥
𝜃1
𝑃𝑚𝑖𝑛 𝜃2
𝐿2
b
B
Gambar 2.10 Geometri pembiasan prinsip Fermat (Tipler, 2001)
Gambar 2.10 menunjukkan geometri untuk menentukan lintasan dengan waktu tersingkat. Jika 𝐿1 adalah jarak yang dilalui di medium 1 dengan indeks bias 𝑛1 dan 𝐿2 adalah jarak yang dilalui di medium 2 dengan indeks bias 𝑛2 , waktu bagi cahaya melalui lintasan total AB adalah 𝑡=
𝐿1 𝐿2 𝐿1 𝐿2 𝑛1 𝐿1 𝑛2 𝐿2 + =𝑐 +𝑐 = + 𝑣1 𝑣2 𝑐 𝑐 𝑛1 𝑛2
2.6
Untuk menemukan 𝑃𝑚𝑖𝑛 dilakukan dengan mengekspresikan waktu sehubungan dengan parameter tunggal yang menunjukkan posisi titik 𝑃𝑚𝑖𝑛 . Dilihat dari jarak 𝑥 pada gambar 2.13, didapatkan 𝐿1 2 = 𝑎2 + 𝑥 2
dan
𝐿2 2 = 𝑏 2 + 𝑑 − 𝑥
2
2.7
26
t
𝑥
𝑃𝑚𝑖𝑛 A
𝑥
𝑃𝑚𝑖𝑛
B
Gambar 2.11 Grafik waktu yang ditempuh cahaya dari A ke B (Tipler, 2001) Gambar 2.11 menunjukkan waktu 𝑡 sebagai fungsi 𝑥. Pada nilai 𝑥 dengan waktu minimum, kemiringan grafik ini adalah nol. 𝑑𝑡 =0 𝑑𝑥 dengan mendiferensiasikan masing-masing bagian di dalam persamaan 2.6 terhadap 𝑥 didapatkan 𝑑𝑡 1 𝑑𝐿1 𝑑𝐿2 = 𝑛1 + 𝑛2 𝑑𝑥 𝑐 𝑑𝑥 𝑑𝑥 dengan mengganti 𝑛1
𝑑𝑡 𝑑𝑥
= 0, didapatkan
𝑑𝐿1 𝑑𝐿2 + 𝑛2 =0 𝑑𝑥 𝑑𝑥
penurunan-penurunan ini dapat dihitung dari persamaan 2.7, didapatkan 2𝐿1 atau
𝑑𝐿1 = 2𝑥 𝑑𝑥
2.8
27
𝑑𝐿1 𝑥 = 𝑑𝑥 𝐿1 𝑥
namun 𝐿 , adalah sin 𝜃1 dengan 𝜃1 adalah sudut datang, jadi 1
𝑑𝐿1 = sin 𝜃1 𝑑𝑥 dengan cara serupa, didapatkan 2𝐿2
𝑑𝐿2 = 2 𝑑 − 𝑥 −1 𝑑𝑥
atau 𝑑𝐿2 𝑑 − 𝑥 = = − sin 𝜃2 𝑑𝑥 𝐿2 dengan 𝜃2 adalah sudut bias. Jadi persamaan 2.8 menjadi 𝑛1 sin 𝜃1 + 𝑛2 (−sin 𝜃2 ) = 0 atau 𝑛1 sin 𝜃1 = 𝑛2 sin 𝜃2 yang merupakan hukum Snellius. 2.4.5
Cermin Datar Gambar 2.12 menunjukkan seberkas cahaya sempit yang memancar dari
sebuah sumber titik P dan dipantulkan dari sebuah cermin datar. Setelah pemantulan, sinar-sinar tersebut menyebar tepat seolah-olah datang dari titik P‟ di belakang bidang datar dari cermin tersebut. Titik P’ disebut bayangan dari titik P. Saat sinar-sinar memasuki mata, sinar-sinar tersebut tak dapat dibedakan dari sinar-sinar yang menyebar dari sebuah sumber di P’ tanpa kehadiran cermin. Bayangan ini disebut bayangan maya karena bayangan tidak benar-benar
28
memancar darinya. Titik bayangan P’ dan titik P memiliki jarak yang sama secara tegak lurus dengan bidang kaca dari bidang ke objek tersebut.
P
Mata
Cermin
P’
Gambar 2.12 Pembentukan bayangan oleh cermin datar (Tipler, 2001) Cermin datar memiliki sifat pembalikan kanan-kiri yang merupakan akibat dari pembalikan kedalaman. Bayangan sistem koordinat segiempat sederhana yang memiliki sumbu 𝑥 dan 𝑦-nya sejajar bidang cermin ditunjukkan pada Gambar 2.13. bayangan-bayangan dari anak panah sepanjang sumbu 𝑥 dan 𝑦 sejajar dengan anak panah obyek tersebut, tetapi bayangan sumbu 𝑧 berhadapan langsung terhadap anak panah obyek sepanjang sumbu 𝑧. Cermin mengubah sistem koordinat tangan kanan untuk i × j = k, dengan i, j, dan k adalah masingmasing vektor satuan sepanjang sumbu-sumbu 𝑥, 𝑦, 𝑧, menjadi sistem koordinat tangan kiri dengan i × j = -k.
29
Gambar 2.13 Bayangan sistem koordinat di cermin datar (Tipler, 2001) Gambar 2.14 menunjukkan sebuah anak panah dengan tinggi 𝑦 berdiri sejajar bidang cermin deengan jarak 𝑠 dari cermin. Bayangan dapat ditentukan dengan menggambar dua buah sinar, satu sinar digambar tegak lurus cermin. Sinar tersebut mengenai cermin pada titik 𝐴 dan dipantulkan kembali ke dirinya dan sinar yang lain mengenai cermin. Sinar tersebut dipantulkan dengan sudut 𝜃 yang sama dengan sumbu 𝑥. Perpanjangan sinar ini menentukan letak bayangan ujung anak panah dengan jarak bayangan yang sama di belakang cermin seperti obyeknya di depan cermin.
Cermin
A P’
P y
y’
𝜃 𝜃
s
s’
Gambar 2.14 Diagram sinar untuk menentukan bayangan cermin datar (Tipler, 2001)
30
2.4.6
Cermin Melengkung Gambar 2.15 menunjukkan kumpulan sinar dari sebuah sumber titik 𝑃
pada sumbu sebuah cermin cekung yang memantul dari cermin tersebut dan mengumpul pada titik 𝑃′. Sinar-sinar tersebut kemudian menyebar dari titik ini seolah-olah ada obyek pada titik tersebut. Bayangan ini disebut bayangan nyata karena cahaya memang betul-betul memancar dari titik bayangan tersebut. Bayangan tersebut dapat diamati melalui layar atau film yang diletakkan pada titik bayangan. Sedangkan sebuah bayangan maya seperti yang dihasilkan cermin datar tak dapat ditangkap layar karena tak ada cahaya disana. Meskipun ada beda bayangan nyata dan maya, bayangan akan terlihat sama oleh mata.
P A
V P„
Gambar 2.15 Sinar dari sebuah obyek P yang dipantulkan oleh cermin cekung (Tipler, 2001) Gambar 2.16 menunjukkan sebuah sinar dari titik objek 𝑃 yang memantul pada cermin cekung dan melalui titik bayangan 𝑃′. Titik 𝐶 adalah pusat kelengkungan cermin. 𝐴 𝜃 𝛼
𝜃
𝛽 𝐶
𝑃
𝛾
𝑉
𝑃′ 𝑠′ 𝑟
𝑠
Gambar 2.16 Geometri untuk menghitung jarak bayangan (Tipler, 2001)
31
Sinar-sinar yang datang dan yang dipantulkan membentuk sudut-sudut yang sama dengan garis radial 𝐶𝐴 yang tegak lurus permukaan cermin. 𝑠 adalah jarak obyek dengan cermin dan 𝑠′ adalah jarak bayangan dengan cermin, dan 𝑟 adalah jari-jari kelengkungan cermin. Sudut 𝜃 adalah sudut luar segitiga 𝑃𝐴𝐶 sehingga sama dengan 𝛼 + 𝜃. 𝛽 =𝛼+𝜃
2.9
Demikian juga dari segitiga 𝑃𝐴𝑃′ 𝛾 = 𝛼 + 2𝜃
2.10
Dengan menghilangkan 𝜃 dari persamaan-persamaan tersebut, maka 2𝜃 = 𝛾 − 𝛼 = 2𝛽 − 2𝛼
2.11
2𝛽 = 𝛼 + 𝛾
2.12
atau
𝑙
𝑙
𝑙
Dengan memakai pendekatan 𝛼 = 𝑠 , 𝛽 = 𝑟 , dan 𝛾 = 𝑠′ , 1 1 2 + = 𝑠 𝑠′ 𝑟
2.13
Penurunan rumus ini didasarkan pada anggapan bahwa sudut-sudut yang dibuat oleh sinar-sinar datang dan sinar-sinar yang dipantulkan dengan sumbu-sumbu tersebut adalah kecil. Saat jarak obyek adalah lebih besar dari jari-jari kelengkungan cermin maka suku
1 𝑠
pada persamaan 2.13 menjadi lebih kecil dari 1
1 2
𝑟 dan dapat
diabaikan. Untuk 𝑠 = ∞, jarak bayangan adalah 𝑠 = 2 𝑟 , jarak ini disebut panjang fokus 𝑓 dari cermin tersebut.
32
𝑓=
𝑟 2
2.14
Dengan menggunakan panjang fokus, persamaan cermin tersebut menjadi 1 1 1 + = 𝑠 𝑠′ 𝑓
2.15
Untuk menentukan letak bayangan dapat dicari dengan menggunakan diagram sinar. Ada empat sinar utama yang dapat digunakan yaitu: A. Sinar sejajar, digambar sejajar dengan sumbu utama cermin. Sinar ini dipantulkan melalui titik fokus cermin. B. Sinar fokus, digambar melalui titik fokus cermin. Sinar ini dipantulkan sejajar sumbu utama cermin. C. Sinar radial, digambar melalui pusat kelengkungan cermin. Sinar ini mengenai cermin tegak lurus permukaannya dan kemudian dipantulkan kembali pada pusat kelengkungan cermin. D. Sinar pusat, digambar pada verteks cermin tersebut. Sinar ini memantul dengan sudut yang sama terhadap sumbu utama. 𝑠
𝑠 A
𝐷
B 𝑦
𝑦
C M
𝑦′
F
𝜃 𝜃
𝑦′ 𝑠′
𝑠′
Gambar 2.17 Diagram sinar untuk cermin cekung (Tipler, 2001)
Gambar 2.17 menunjukkan bahwa bayangan yang dihasilkan tersebut dibalik dan memiliki ukuran yang tidak sama dengan obyeknya. Perbandingan antara ukuran bayangan terhadap ukuran obyek didefinisikan sebagai perbesaran
33
lateral dari bayangan tersebut. Sebuah perbandingan dari segitiga yag dibentuk sinar datang, sumbu utama, dan obyek dengan segitiga yang dibentuk oleh sinar pantul, sumbu utama, dan bayangannya menunjukkan bahwa perbesaran lateral 𝑦′
𝑦 sama dengan perbandingan
𝑠′
𝑠.
Saat sebuah obyek berada di antara cermin dan titik fokusnya, sinar-sinar yang dipantulkan dari cermin tersebut tidak mengumpul namun kelihatan menyebar dari sebuah titik di belakang cermin. Bayangan yag dibentuk dalam hal ini adalah maya dan tegak seperti yang diilustrasikan Gambar 2.18.
y’
y M
F
Gambar 2.18 Bayangan maya yang dibentuk oleh cermin cekung (Tipler, 2001)
Untuk kasus 𝑠 kurang dari
1 2
𝑟, sehingga jarak bayangan 𝑠′ menjadi
bernilai negatif. Baik cermin cekung maupun cembung bayangan nyata hanya terbentuk di sisi-sisi yang sama dengan obyek. Bayangan maya terbentuk dibelakang cermin tanpa ada berkas cahaya. Berikut adalah konvensi tanda, -
𝑠 bertanda (+) jika obyek berada di depan cermin (obyek nyata)
-
𝑠 bertanda ( - ) jika obyek berada di belakang cermin (obyek maya)
-
𝑠′ bertanda (+) jika bayangan berada di depan cermin (obyek nyata)
-
𝑠′ bertanda ( - ) jika bayangan berada di belakang cermin (obyek maya)
-
𝑟, 𝑓 bertanda (+) jika pusat kelengkungan dan fokus berada di depan cermin (cermin cekung)
34
-
𝑟, 𝑓 bertanda ( - ) jika pusat kelengkungan dan fokus berada di belakang cermin (cermin cembung)
Perbesaran bayangan lateral dirumuskan dengan, 𝑚=
𝑦′ 𝑠′ = 𝑦 𝑠
2.16
Selain cermin yang melengkung ke dalam, adapula cermin yang melengkung keluar yang disebut sebagai cermin cembung. Cermin cembung merupakan cermin yang memiliki bagian pemantul cahaya yang melengkung keluar.
Cermin
cembung
bersifat
menyebarkan
cahaya.
Gambar
2.19
menunjukkan diagram sinar untuk sebuah obyek di depan cermin cembung. Sinar yang menuju pusat kelengkungan cermin C dipantulkan kembali ke dirinya sendiri. Sinar sejajar sumbu utama A dipantulkan seolah-olah berasal dari titik fokus F yang berada di belakang cermin. Sinar yang menuju titik fokus cermin B dipantulkan sejajar sumbu utama cermin. Dari gambar tersebut terlihat bahwa bayangan berada di belakang cermin yang berarti maya. Sifat bayangan yang terbentuk adalah maya, tegak, dan lebih kecil dari obyeknya.
y
A C
y’
B F
M
Gambar 2.19 Diagram sinar cermin cembung (Tipler, 2001)
35
2.4.7
Pembentukan Bayangan Melalui Pembiasan Pembentukan bayangan oleh pembiasan pada permukaan melengkung
yang memisahkan dua medium dengan indeks bias 𝑛1 dan 𝑛2 diilustrasikan pada Gambar 2.20. pada gambar ini 𝑛2 lebih besar dari 𝑛1 sehingga gelombanggelombang berjalan lebih lambat di medium kedua dan hanya sinar-sinar paraksial yang mengumpul ke satu titik. Sebuah persamaan yang menghubungkan jarak bayangan ke jarak obyek, jari-jari kelengkungan, dan indeks bias dapat diturunkan dengan menerapkan hukum Snellius untuk pembiasan pada sinar-sinar ini dan memakai pendekatan sudut kecil. 𝑠
𝑠′
𝜃2
𝜃1
𝐶 𝑃′
𝑃 𝑛2
𝑛1
Gambar 2.20 Bayangan pembiasan pada permukaan lengkung berbeda medium (Tipler, 2001) Geometri penurunan ini ditunjukkan pada gambar 2.21. sudut-sudut 𝜃1 dan 𝜃2 dihubungkan oleh hukum Snellius. 𝑠
𝑠′ 𝐴
𝜃1 𝛼
𝜃2
𝛾
𝛽 𝐶
𝑃 𝑛1
𝑃′
𝑛2
Gambar 2.21 Geometri hubungan posisi bayangan dengan posisi obyek pada pembiasan lengkung tunggal (Tipler, 2001)
𝑛1 sin 𝜃1 = 𝑛2 sin 𝜃2
36
dengan memakai pendekatan sudut kecil sin 𝜃 = 𝜃 didapatkan 𝑛1 𝜃1 = 𝑛2 𝜃2
2.17
dari segitiga ACP’ didapatkan 𝛽 = 𝜃2 + 𝛾 =
𝑛1 𝜃 +𝛾 𝑛2 1
2.18
hubungan lain untuk 𝜃1 dari segitiga PAC : 𝜃1 = 𝛼 + 𝛽
2.19
dengan menghilangkan 𝜃1 dari persamaan 2.18 dan 2.19 didapatkan 𝑛1 𝛼 + 𝑛1 𝛽 + 𝑛2 𝛾 = 𝑛2 𝛽 atau 𝑛1 𝛼 + 𝑛2 𝛾 = 𝑛2 −𝑛1 𝛽
2.20 𝑙
𝑙
𝑙
dengan memakai pendekatan sudut-sudut kecil 𝛼 = 𝑠 , 𝛽 = 𝑟 , 𝛾 = 𝑠′ , didapatkan 𝑛1 𝑛2 𝑛2 − 𝑛1 + = 𝑠 𝑠′ 𝑟 Pada pembiasan, bayangan nyata dibentuk di belakang permukaan yang disebut sebagai sisi transmisi. Sedangkan bayangan maya terjadi pada sisi datang di depan permukaan. Berikut adalah konvensi tanda pada pembiasan, -
𝑠 bertanda (+) (obyek nyata) untuk obyek di depan permukaan (sisi datang)
-
𝑠 bertanda (-) (obyek maya) untuk obyek berada di belakang permukaan (sisi transmisi)
-
𝑠′ bertanda (+) (bayangan nyata) untuk bayangan berada di belakang permukaan (sisi transmisi)
-
𝑠′ bertanda ( - ) (bayangan maya) untuk bayangan berada di depan permukaan (sisi datang)
37
-
𝑟, 𝑓 bertanda (+) jika pusat kelengkungan dan fokus berada di belakang permukaan (sisi transmisi)
-
𝑟, 𝑓 bertanda ( - ) jika pusat kelengkungan dan fokus berada di depan permukaan (sisi datang) Gambar 2.22 menunjukkan sebuah sinar dari puncak obyek ke puncak
bayangan. Sinar tersebut dibelokkan mendekati garis normal saat melewati permukaan tersebut, sehingga 𝜃2 kurang dari 𝜃1 . Sudut-sudut ini dihubungkan menggunakan hukum Snellius. 𝑛1 sin 𝜃1 = 𝑛2 sin 𝜃2
𝑦
𝑠′
𝜃1
𝜃2
𝑠 𝑛1
𝑦′
𝑛2
Gambar 2.22 Geometri menentukan perbesaran lateral (Tipler, 2001)
Ukuran obyek dan bayangan dihubungkan dengan sudut menjadi, tan 𝜃1 =
𝑦 𝑠
tan 𝜃2 =
𝑦′ 𝑠′
tanda (-) muncul karena 𝑦′ negatif. Dengan hanya memperhatikan sinar-sinar paraksial dengan sudut kecil, sinus dari sudut kecil sama dengan tangen dari sudut kecil itu. Dengan pendekatan ini hukum Snellius menjadi 𝑛1
𝑦 −𝑦′ = 𝑛2 𝑠 𝑠′
sehingga perbesarannya menjadi
38
𝑚= 2.4.8
𝑦′ 𝑛1 𝑠′ =− 𝑦 𝑛2 𝑠
2.21
Lensa Tipis Lensa adalah benda transparan (bening) yang dibatasi dengan dua
permukaan lengkung. Lensa tipis dicirikan sebagai lensa yang ketebalannya dianggap kecil bila dibandingkan dengan jarak-jarak yang berhubungan dengan sifat-sifat lensa seperti jari-jari kelengkungan permukaan lensa, panjang fokus pertama dan panjang fokus kedua, jarak benda dan jarak bayangan. Ketebalan lensa tipis dapat diabaikan. Sebuah lensa dianggap sangat tipis berindeks bias 𝑛 dengan udara pada kedua sisinya, memiliki jari-jari kelengkungan lensa 𝑟1 dan 𝑟2 . Jika sebuah obyek berada pada jarak 𝑠 dari permukaan pertama lensa, maka jarak bayangan 𝑠1′ yang disebabkan
pembiasan
pada
permukaan
pertama.
Ditentukan
dengan
persamaan 2.22: 1 𝑛 𝑛−1 + = 𝑠 𝑠′1 𝑟1
2.22
Gambar 2.23 menunjukkan bahwa saat jarak bayangan 𝑠′2 untuk permukaan pertama adalah negatif, yang menunjukkan bahwa bayangan maya yang terjadi di sebelah kiri permukaan. Sinar-sinar pada kaca dibiaskan dari permukaan pertama menyebar seolah-olah datang dari titik bayangan 𝑃′1 . Sinarsinar tersebut mengenai permukaan kedua dengan sudut-sudut sama seolah ada sebuah obyek pada titik bayangan ini. Bayangan untuk permukaan pertama kemudian menjadi obyek untuk permukaan kedua. karena ketebalan lensa diabaikan maka jarak obyek adalah sama dengan 𝑠′1 namun karena jarak obyek di
39
depan permukaan adalah positif dan bayangan adalah negatif, maka jarak obyek untuk permukaan kedua adalah 𝑠2 = −𝑠′1 . Persamaan 2.22 kemudian dituliskan untuk permukaan kedua dengan 𝑛1 = 𝑛, 𝑛 = 1, dan 𝑠 = −𝑠′1 . Jarak bayangan untuk permukaan kedua adalah jarak bayangan akhir 𝑠′ bagi lensa tersebut. 𝑛 𝑛 1−𝑛 + = −𝑠′1 𝑠′ 𝑟2
2.23
Dengan menghilangkan jarak bayangan untuk permukaan pertama 𝑠′1 dengan menambahkan persamaan 2.22 dan 2.23 didapatkan 1 1 1 1 + = (𝑛 − 1) − 𝑠 𝑠′ 𝑟1 𝑟2
2.24
Dengan menganggap 𝑠 adalah tak hingga dan 𝑠′ adalah 𝑓 didapatkan 1 1 1 = (𝑛 − 1) − 𝑓 𝑟1 𝑟2
2.25
Persamaan 2.25 disebut sebagai persamaan pembentukan lensa. Dengan 1
mensubstitusikan 𝑓 ke sisi kanan persamaan 2.24 didapatkan persamaan lensa tipis yaitu: 1 1 1 + = 𝑠 𝑠′ 𝑓
𝑃′1
2.26
P
s
s’
P’
𝑠′2 𝑠2
Gambar 2.23 Pembiasan pada dua permukaan lensa (Tipler, 2001)
40
2.4.8.1 Titik Fokus dan Panjang Fokus
Fokus pertama
Fokus pertama
Fokus kedua
Fokus kedua
Gambar 2.24 Letak fokus lensa bikonveks dan bikonkaf (Giancolli)
Gambar 2.24 menunjukkan pembiasan cahaya oleh lensa bikonveks dan bikonkaf. Sumbu utama pada lensa yaitu berupa garis lurus yang melewati pusat lensa dan tegak lurus dengan permukaan lensa. Titik fokus pertama F adalah suatu titik yang memiliki sifat bahwa semua sinar yang berasal darinya atau yang menuju titik itu akan sejajar dengan sumbu utama setelah mengalami pembiasan. Setiap lensa tipis di udara memiliki dua titik fokus, satu di sisi masingmasing, dan memiliki jarak yang sama dari pusat lensa. Titik fokus kedua F‟ adalah titik tempat berkas sinar-sinar sejajar sumbu utama bertemu setelah dibiaskan atau titik yang seolah-olah sinar-sinar sejajar sumbu utama berasal dari pembiasan oleh lensa.
41
Untuk lensa positif, titik fokus utama berada pada sisi datang dan titik fokus kedua berada pada titik transmisi. Bidang fokus adalah bidang pada titik fokus yang tegak lurus dengan sumbu utama. Panjang fokus merupakan jarak antara titik fokus sampai pusat lingkaran. Jarak fokus ini disimbolkan f dan f’, biasanya diukur dalam cm dan inchi, bernilai positif untuk lensa konvergen dan bernilai negatif untuk lensa divergen. Untuk lensa yang kedua medium permukaannya sama maka berlaku : f = f’ 2.4.8.2 Diagram-diagram Sinar untuk Lensa 1
y 3
2
F1
F2
y’
Gambar 2.25 Diagram sinar lensa cembung (Giancolli)
Diagram-diagram sinar lensa cembung diilustrasikan seperti Gambar 2.25. 1.
Sinar sejajar,yang digambarkan sejajar dengan sumbu utama, sinar ini akan dibiaskan melalui titik fokus kedua F2.
2.
Sinar pusat, yang digambar melalui pusat lensa akan diteruskan/tidak dibiaskan.
3.
Sinar fokus, yang digambar melalui titik fokus pertama F1 akan dibiaskan sejajar sumbu utama. Hasil perpotongan sinar-sinar bias tersebut membentuk satu titik ujung
bayangan.
42
Depan
Belakang
Gambar 2.26 Diagram sinar lensa cekung (Giancolli)
Untuk diagram-diagram sinar pada lensa cekung diilustrasikan seperti Gambar 2.26. 1.
Sinar sejajar, yang digambar sejajar sumbu utama, sinar ini menyebar dari lensa seolah-olah berasal dari titik F2.
2.
Sinar pusat, yang digambar melalui pusat lensa,sinar ini tidak bibiaskan.
3.
Sinar fokus, yang digambar menuju titik F1, sinar ini memancar sejajar sumbu utama.
2.4.8.3 Kekuatan Lensa Kekutan lensa tipis dinyatakan dalam dioptri dan berbanding terbalik dangan panjang fokus dalam meter. : 𝑷=
𝟏 𝟏 𝒅𝒊𝒐𝒑𝒕𝒓𝒊 = 𝒇 𝒑𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈 𝒇𝒐𝒌𝒖𝒔 (𝒎)
Lensa dengan jarak titik fokus kecil akan memberikan sudut bias yang besar atau dengan kata lain memiliki kekuatan yang besar. Sebaliknya lensa
43
dengan jarak titik fokus besar akan memberikan sudut bias yang kecil atau dengan kata lain memiliki kekuatan yang kecil.
2.5
Kerangka Berpikir Motivasi belajar, pembelajaran, dan prestasi belajar memiliki keterkaitan
yang sangat erat dalam proses pendidikan. Motivasi merupakan suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbukan perilaku tertentu dan yang memberi arah pada tingkah laku tersebut, sedangkan pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Suatu pembelajaran dapat dikatakan baik atau tidak, dapat dilihat dari prestasi belajar. Menurut Slameto (2008), motivasi belajar merupakan salah satu faktor dari dalam siswa yang mempengaruhi prestasi belajar. Sedangkan pada penelitian Fyans dan Maerh yang dikutip oleh Siregar dan Nara (2010) didapatkan hasil bahwa motivasi merupakan prediktor terbaik prestasi belajar jika dibandingkan dengan latar belakang dan kondisi sekolah. Motivasi belajar juga mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Sardiman (2010) mengungkapkan bahwa motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar atau keaktifan siswa. Observasi yang dilakukan di kelas VIIIA MTs NU Ungaran mendapatkan hasil bahwa kelas tersebut masih memiliki masalah belajar. Hal ini diindikasikan dengan prestasi belajar yang masih dibawah KKM yaitu 68,00 dan keaktifan siswa yang masih kurang saat pembelajaran. Keaktifan siswa yang masih kurang
44
mengindikasikan kurangnya motivasi belajar siswa, selanjutnya perlu diberikan cara belajar lain menggunakan model pendekatan kooperatif. Salah satu alternatif model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah model Jigsaw II. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar mandiri dan berdiskusi kelompok, adanya reward untuk kelompok terbaik di akhir siklus akan membuat setiap siswa termotivasi agar dapat menjelaskan dengan baik materi yang telah menjadi tugasnya kepada teman sekelompoknya. Dengan cara belajar seperti ini diharapkan motivasi belajar meningkat yang berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Dari uraian di atas kerangka berpikir dalam penelitian ini secara singkat dapat digambarkan sebagai berikut:
45
OBSERVASI
Masalah Belajar: 1. 2.
Motivasi belajar masih rendah Prestasi belajar masih rendah.
Teori motivasi Slameto mengatakan bahwa motivasi merupakan suatu kondisi yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu. Pada penelitian Fyans dan Maerh disimpulkan, motivasi merupakan prediktor terbaik prestasi belajar”
Motivasi Belajar Meningkat
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II
Prestasi Belajar Meningkat
Tujuan Tercapai
Gambar 2.27 Kerangka Berpikir Penelitian
2.6
Hipotesis Tindakan Berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka pikir maka
dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II maka motivasi belajar siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran pada mata pelajaran IPA dapat meningkat. Sejalan dengan meningkatnya motivasi belajar maka prestasi belajar juga mengalami peningkatan.
46
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian Pada penelitian ini digunakan metode Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yang setiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan, pada setiap akhir siklus diadakan evaluasi dan dilakukan penskoran untuk mengetahui kelompok yang mendapatkan reward.
3.2
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada 23 Agustus 2012 sampai 10 September
2012. Tempat pelaksanaan penelitian adalah MTs NU Ungaran.
3.3
Subjek Penelitian Subjek yang diteliti pada penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA MTs
NU Ungaran tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah responden sebanyak 40 siswa.
3.4
Faktor yang diteliti Faktor yang diteliti dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu:
1. Peningkatan motivasi belajar siswa yang diteliti menggunakan angket respon siswa. 46
47
2. Prestasi belajar siswa yang dilihat dari nilai tes evaluasi.
3.5
Prosedur Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian
dilaksanakan dalam dua siklus, namun jika pada siklus kedua belum mengalami peningkatan maka dilakukan siklus ketiga dengan koreksi pada siklus kedua. Tiap siklus terdiri atas empat tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi, dan refleksi (Arikunto, et al., 2009: 16). 3.5.1
Perencanaan Pada tahap ini dilakukan observasi awal dengan rincian seperti berikut,
a)
Mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa dan guru. Identifikasi dilakukan dengan melihat nilai ulangan harian siswa, wawancara terhadap guru IPA tentang metode yang sering digunakan dalam pembelajaran serta wawancara terhadap beberapa siswa sebagai sampel tentang pembelajaran IPA selama ini.
b) Menyusun instrumen penelitian meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), angket motivasi belajar, tes evaluasi, lembar observasi, daftar kelompok asal, dan daftar kelompok ahli. c)
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan.
3.5.2
Pelaksanaan Tindakan Kegiatan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II sesuai dengan perencanaan pada RPP. Tindakan yang dilakukan guru adalah menjelaskan inti materi, mengorganisasikan siswa dalam
48
pembagian kelompok, dan membimbing diskusi siswa. Pada saat pelaksanaan proses pembelajaran, observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa. Sedangkan di setiap akhir siklus, guru memberikan tes untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa, menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa, dan memberikan reward kepada tim dengan nilai tertinggi. Tes yang diberikan berbentuk tes pilihan ganda. 3.5.3
Pengamatan Untuk dapat mengetahui jalannya pelaksanaan pembelajaran maka
dilakukan pengamatan/observasi terhadap siswa dan guru. Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru pada saat berlangsungnya pembelajaran. Adapun aspek yang diamati pada siswa antara lain: a)
Mendengarkan dan memperhatikan teman yang menerangkan
b) Menyampaikan pertanyaan c)
Menyampaikan pendapat
d) Menjelaskan materi yang dikuasai kepada teman yang lain. Observasi guru dilakukan dengan mengamati kegiatan guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan guru yang diamati adalah kesesuaian kegiatan dengan rencana pembelajaran, perilaku proses belajar mengajar, perangkat proses belajar mengajar. Lembar observasi guru berisi beberapa aspek yang diukur mulai dari persiapan, proses belajar mengajar, sampai kegiatan akhir.
49
3.5.4
Refleksi Pada tahap ini semua hasil observasi dan evaluasi diolah dan
direfleksikan untuk mengukur tingkat keberhasilan dan mengoreksi kelemahankelemahan selama pelaksanaan tindakan. Berdasarkan hasil refleksi ini, guru dan peneliti bersama-sama merencanakan perbaikan pada pelaksanaan siklus selanjutnya.
3.6
Metode Pengumpulan Data
3.6.1
Lembar Respon Siswa / Angket Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket langsung
tertutup karena responden hanya tinggal memberikan tanda check (√) pada salah satu jawaban yang dianggap benar. Angket dibagikan dan diisi oleh siswa yang berfungsi untuk mengetahui motivasi belajar siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Untuk mengetahui validitas lembar observasi dalam penelitian ini digunakan validitas konstruk (construct validity). Menurut Arikunto (2007: 65), kevalidan suatu instrumen dapat terpenuhi karena instrumen tersebut telah dirancang dengan baik, mengikuti teori dan ketentuan yang berlaku. Instrumen yang berupa angket motivasi belajar telah disusun berdasarkan teori penyusunan instrumen dan telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, sehingga secara logis instrumen telah valid. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa validitas logis yang berupa validitas konstruksi dalam penelitian ini tidak perlu diuji kondisinya, tetapi langsung digunakan setelah instrumen tersebut selesai disusun.
50
3.6.2
Tes Pada penelitian ini dilakukan tes untuk mengetahui indikasi terdapat
peningkatan prestasi belajar melalui peningkatan nilai setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Metode ini digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi cahaya setelah diberi tindakan (post-test). Instrumen yang digunakan adalah tes objektif yang berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan. Sebelum soal-soal tersebut digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa, terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap soal-soal tersebut untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal. Analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal uji coba siklus I dan II terdapat pada Lampiran 9 dan 14. Uji coba instrumen dilakukan pada siswa kelas VIIIE MTs NU Ungaran tahun ajaran 2012/ 2013. 3.6.3
Lembar Observasi Untuk melengkapi pengumpulan data evaluasi hasil maka dilaksanakan
observasi terhadap aktivitas siswa dan guru pada setiap pertemuan untuk mengetahui jalannya pelaksanaan pembelajaran. Observasi dilakukan oleh peneliti, guru kelas, dan tiga orang observer yang semuanya adalah rekan mahasiswa seangkatan peneliti.
3.7
Analisis Uji Coba Instrumen Sebelum penelitian terlebih dahulu diadakan uji coba instrumen tes
tertulis di kelas lain yang telah diberikan materi cahaya. Tujuan diadakan tes uji
51
coba adalah untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda soal, dan tingkat kesukaran soal. 3.7.1
Validitas Untuk mengetahui tingkat kevalidan soal berbentuk pilihan ganda pada
penelitian ini digunakan rumus
t hitung = rpbis
n−2 1 − r2 (Sugiyono, 2004: 215)
dengan
rpbis =
Mp − Mt St
p q (Arikunto, 2007: 79)
Keterangan : rpbis = koefisien korelasi poin biseral Mp = skor rata-rata kelas yang menjawab benar pada butir soal Mt = skor rata-rata total St
= standar deviasi skor total
p
= proporsi siswa yang menjawab benar pada tiap butir soal
q
= proporsi siswa yang menjawab salah pada tiap butir soal = (1- p) Butir soal dikatakan valid jika hasil perhitungan memperoleh nilai
t hitung >t 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Hasil t hitung yang diperoleh dikonsultasikan dengan t 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan =5%. Jika t hitung >t 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka instrumen dikatakan valid. Hasil analisis validitas soal pada uji coba soal diperoleh bahwa dari 30 soal yang diujicobakan
52
pada siklus I, 25 soal dikategorikan valid dan 5 soal dikategorikan tidak valid. Pada siklus II, dari 30 soal yang diujicobakan, 25 soal dikategorikan valid dan 5 soal dikategorikan tidak valid. Contoh perhitungan validitas butir soal terdapat pada Lampiran 10 dan 15. 3.7.2
Reliabilitas Persamaan yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas tes objektif
adalah: r11 =
n n−1
1−
M(n − M) n St2 (Arikunto, 2007: 100)
Keterangan: r11
=
reliabilitas tes secara keseluruhan
M
=
skor rata-rata butir
n
=
banyaknya item soal
St2
=
varians
Kriteria reliabilitas butir soal: 0,000 ≤ 𝑟11 ≤ 0,200
→ sangat rendah
0,201 ≤ 𝑟11 ≤ 0,400
→ rendah
0,401 ≤ 𝑟11 ≤ 0,600
→ cukup
0,601 ≤ 𝑟11 ≤ 0,800
→ tinggi
0,801 ≤ 𝑟11 ≤ 1,000
→ sangat tinggi
Harga r11 dikonsultasikan dengan rtabel product moment dengan taraf signifikan 5%. Jika 𝑟11 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka perangkat tes dikatakan reliabel. Suatu soal dikatakan reliabel jika tes tersebut dipercaya dan konsisten. Hasil analisis reliabilitas soal pada uji coba soal siklus 1 dan 2 diperoleh bahwa soal yang diujicobakan
53
memiliki kriteria tinggi pada siklus 1 dan sangat tinggi pada siklus 2. Contoh perhitungan reliabilitas instrumen terdapat pada Lampiran 10 dan 15. 3.7.3
Taraf Kesukaran Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal digunakan indeks kesukaran
yang besarnya antara 0,00 – 1,00. Jika indeks kesukaran bernilai 0,00 berarti soal tergolong sukar, namun jika indeks kesukaran bernilai 1,00 berarti soal terlalu mudah. Besarnya indeks kesukaran dihitung dengan P=
B JS (Arikunto, 2007: 210)
Keterangan: P
: indeks kesukaran
B
: banyaknya soal yang dijawab benar
JS
: jumlah siswa yang menjawab benar Hasil analisis tingkat kesukaran soal pada uji coba soal diperoleh bahwa
dari 30 soal yang diuji cobakan pada siklus 1, 2 soal dikategorikan sukar, 21 soal dikategorikan sedang, dan 7 soal dikategorikan mudah. Pada siklus 2, dari 30 soal yang diuji cobakan, 2 soal dikategorikan sukar, 23 soal dikategorikan sedang, dan 5 soal dikategorikan mudah. Contoh perhitungan tingkat kesukaran soal terdapat pada Lampiran 10 dan 15.
3.7.4
Daya Pembeda Soal Soal dikatakan baik jika dapat membedakan tingkat kemampuan
seseorang. Daya pembeda soal dirumuskan sebagai berikut:
54
DP =
BA BB − = PA − PB JA JB (Arikunto, 2007: 213)
Keterangan : DP = daya pembeda BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar JA
= banyaknya peserta kelompok atas
JB
= banyaknya peserta kelompok bawah
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB
= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda : 0,00 ≤ DP ≤ 0,20 : Jelek 0,21 ≤ DP ≤ 0,40 : Cukup 0,41 ≤ DP ≤ 0,70 : Baik 0,71 ≤ DP ≤ 1,00 : Baik Sekali DP = negatif, semuanya tidak baik. Semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang. Hasil analisis terhadap daya pembeda soal diperoleh bahwa dari 30 soal pada siklus 1, 9 soal dikategorikan baik, 19 soal dikategorikan cukup, dan 2 soal dikategorikan jelek. Dari 30 soal pada siklus 2, 19 soal dikategorikan baik dan 11 soal dikategorikan cukup. Contoh perhitungan daya pembeda soal terdapat pada Lampiran 10 dan 15.
55
3.8
Metode Analisis Data
3.8.1
Respon Siswa (Angket) Untuk menilai respon siswa terhadap pembelajaran digunakan angket
dengan menggunakan 4 indikator motivasi belajar yang setiap indikator diwakili dengan 6 pernyataan. Skor pada angket menggunakan interval 1-5. Rata-rata skor dari setiap aspek penilaian kemudian dikonversikan ke dalam bentuk kualitatif. Adapun langkah-langkah menganalisis data angket motivasi belajar adalah :
Membuat tabulasi data
Menghitung persentase data menggunakan persamaan: Nilai =
skor yang diperoleh siswa × 100 skor maksimal
Mengkonversikan persentase data ke dalam bentuk kualitatif dengan cara: 1) Menentukan persentase skor maksimal dengan persamaan: Nilai =
skor maksimal setiap indikator × jumlah indikator × 100% jumlah skor maksimal
Nilai =
5×6 × 100% = 100% 30
2) Menentukan persentase skor minimal dengan persamaan: Nilai =
skor minimal setiap indikator × jumlah indikator × 100% jumlah skor maksimal
Nilai =
1×6 × 100% = 20% 30
3) Menentukan range persentase skor:
56
range = %maksimal − %minimal = 100% − 20% = 80% 4) Menentukan lebar interval: lebar interval =
range persentase 80% = = 20 % jumlah kriteria kualitatif 4
5) Menentukan deskripsi kualitatif untuk setiap interval. Berdasarkan perhitungan di atas, maka kriteria kualitatif motivasi belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Rentang Persentase Motivasi Belajar Nilai Kriteria 80,00% ≤ N ≤ 100,0%
Sangat tinggi
60,00% ≤ N < 80,00%
Tinggi
40,00% ≤ N < 60,00%
Rendah
20,00% ≤ N < 40,00%
Sangat rendah
(Arifin, 2011: 234) 3.8.2
Analisis hasil belajar kognitif siswa Untuk menganalisis hasil belajar kognitif digunakan rumus Nilai =
Jumlah Benar × 100 Jumlah Salah (Wiyanto, 2008: 83)
3.8.3
Perhitungan nilai rata-rata kelas Untuk menghitung nilai rata-rata kelas digunakan rumus,
Nilai =
Skor peserta
57
(Wiyanto, 2008: 85) 3.8.4
Ketuntasan belajar klasikal Untuk mengetahui ketuntasan belajar klasikal digunakan rumus, P=
S × 100% N
Keterangan P : Ketuntasan klasikal S : Siswa tuntas N : Siswa seluruhnya (Wiyanto, 2008: 85) 3.8.5
Pengujian terhadap peningkatan prestasi belajar siswa Untuk menguji peningkatan (gain) dirumuskan dengan g=
Spost − Spre 100% − Spre
Keterangan g
: gain
Spost : skor setelah pembelajaran Spre : skor sebelum pembelajaran Besarnya faktor-g dikategorikan sebagai berikut : Tinggi
= g > 0,7 atau dinyatakan dalam persen g > 70%
Sedang
= 0,3 ≤ g ≤0,7 atau dinyatakan dalam persen 30% ≤ g ≤70%
Rendah = g > 0,3 atau dinyatakan dalam persen g < 30% (Wiyanto, 2008: 86)
58
3.9
Indikator Keberhasilan Tolok ukur keberhasilan PTK ini dapat dilihat dari peningkatan motivasi
belajar dan peningkatan prestasi belajar siswa akibat meningkatnya motivasi belajar siswa. Indikator motivasi belajar dikatakan tercapai jika 62,50% siswa menyukai pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II (Depdiknas, 2003). Peningkatan prestasi belajar dilihat melalui hasil tes siswa. Jika hasil tes mencapai 68% secara individu dan 85% secara klasikal maka prestasi belajar dikatakan meningkat (Mulyasa, 2009: 99).
59
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Deskripsi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Penelitian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ini
dilaksanakan dalam 2 siklus dengan mengambil materi cahaya dengan rincian sebagai berikut: 4.1.1.1 Siklus 1 Pada tahap observasi di kelas terdapat masalah motivasi belajar dan prestasi belajar siswa yang masih rendah. Peneliti kemudian menyusun perangkat pembelajaran seperti RPP pemantulan cahaya dan cermin, soal evaluasi, angket motivasi belajar, dan lembar observasi keaktifan siswa. Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario pada RPP. Proses pembangkitan motivasi belajar siswa dilakukan dengan beberapa cara yaitu: (1) apersepsi dengan mengaitkan materi yang akan dibahas dengan aplikasi pada kehidupan sehari-hari, (2) penggunaan model pembelajaran kooperatif, dan (3) pemberian reward untuk kelompok asal terbaik. Setelah pembelajaran siklus 1 selesai, peneliti mengadakan evaluasi dan meminta siswa untuk mengisi angket motivasi belajar.
59
60
Pada tahap pengamatan, peneliti dibantu oleh guru IPA kelas VIIIA dan tiga orang rekan peneliti yaitu Fitriana Khaerunisa, Indri Nurwahidah, dan Arya Dwi Candra mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran melalui lembar keaktifan siswa. Saat mengajar kinerja peneliti juga diamati oleh guru IPA kelas VIIIA melalui lembar observasi kinerja guru. Pada tahap terakhir di siklus 1 yaitu refleksi peneliti masih menemukan beberapa kekurangan, antara lain: (1) kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli yang masih kurang baik, (2) peneliti tidak memeriksa kesiapan siswa, dan (3) peneliti tidak menyampaikan tujuan yang akan dicapai siswa. Dari hasil refleksi ini dilakukanlah siklus 2. 4.1.1.2 Siklus 2 Pada tahap perencanaan siklus 2 guru merencanakan perbaikan dari siklus 1. Salah satu kekurangan siklus 1 adalah kemampuan mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli maka dari itu peneliti menyiapkan form diskusi berisi inti materi dan pertanyaan diskusi sesuai materi yang dibahas oleh masingmasing kelompok ahli. Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario pada RPP. Proses pembangkitan motivasi belajar siswa dilakukan dengan beberapa cara seperti pada siklus 1 yaitu: (1) pemberian penguatan tentang hasil evaluasi pada siklus 1 yang tergolong baik, (2) apersepsi dengan mengaitkan materi yang akan dibahas dengan aplikasi pada kehidupan sehari-hari, (3) penggunaan model pembelajaran kooperatif, (4) menghindarkan kejenuhan pada siswa dengan membahas pertanyaan diskusi pada setiap kelompok ahli, dan (5)
61
pemberian reward untuk kelompok asal terbaik. Setelah pembelajaran siklus 2 selesai, peneliti mengadakan evaluasi dan meminta siswa untuk mengisi angket motivasi belajar. Tahap pengamatan dilakukan seperti pada siklus 1 dengan tidak ada perubahan. Pada tahap selanjutnya yaitu refleksi peneliti bersama guru merefleksi pembelajaran dan menyimpulkan bahwa pembelajaran sudah sesuai dengan yang direncanakan dan tidak dilakukan siklus berikutnya. 4.1.2
Motivasi Belajar Siswa Data motivasi belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4.1, Tabel 4.2,
Gambar 4.1, dan Gambar 4.2 berikut ini. Tabel 4.1 Data Indikator Motivasi Belajar Siswa Ketercapaian Indikator Motivasi Sebelum Siklus 1 Pembelajaran Berusaha unggul 48,42% 66,92% Menyelesaikan tugas dengan 49,25% 69,58% baik Menyukai tantangan 49,83% 70,58% Menyukai situasi pekerjaan dengan tanggungjawab, 51,83% 70,08% umpan balik, dan resiko tingkat menengah.
Siklus 2 78,58% 77,83% 79,42% 77,83%
62
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Sebelum Pembelajaran Siklus 1 Siklus 2
Indikator 1
Indikator 2
Indikator 3
Indikator 4
Gambar 4.1 Grafik Indikator Motivasi Belajar Siswa Keterangan : Indikator 1 : Berusaha unggul Indikator 2 : Menyelesaikan tugas dengan baik Indikator 3 : Menyukai tantangan Indikator 4 : Menyukai situasi pekerjaan dengan tanggung jawab, umpan balik, dan resiko tingkat menengah. Tabel 4.2 Data Angket Motivasi Belajar Siswa Sebelum Keterangan Siklus I Pembelajaran Nilai Tertinggi 85 113 Nilai Terendah 37 57 Rata-rata 59,80 83,15 Persentase siswa bermotivasi 22,5% 85% tinggi Nilai Gain 0,4
Siklus 2 117 81 94,1 100% 0,3
63
140 120 100 80
Sebelum Pembelajaran
60
Siklus 1
40
Siklus 2
20 0 Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Nilai Rata- Ketercapaian rata
Gambar 4.2 Grafik Motivasi Belajar Siswa Berdasarkan data hasil penelitian tersebut peningkatan motivasi belajar siswa dari sebelum dilakukan pembelajaran ke siklus 1 dan dari siklus 1 ke siklus 2 tergolong kategori sedang. 4.1.3
Prestasi Belajar Siswa Data prestasi belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.3
berikut. Tabel 4.3 Data Prestasi Belajar Siswa Keterangan Siklus 1 Nilai Tertinggi 88 Nilai Terendah 60 Rata-rata 73,50 Ketuntasan Klasikal 85% Gain Score 0,5
Siklus 2 100 64 86,10 97,5%
64
120 100 80 60
Data Prestasi Belajar Siklus 1
40
Data Prestasi Belajar Siklus 2
20 0 Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Nilai Rata- Ketuntasan rata Klasikal
Gambar 4.3 Grafik Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan data hasil penelitian tersebut peningkatan prestasi belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2 tergolong kategori sedang.
4.2
Pembahasan Indikator motivasi belajar siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran sebelum
dilakukan penelitian masih tergolong rendah seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.1. Rendahnya motivasi sejalan dengan rendahnya rata-rata hasil ulangan IPA kelas VIIIA yang hanya mencapai 61,70 dengan 72,50% siswa masih mendapat nilai di bawah nilai KKM yaitu 68,00. Hal ini sesuai dengan pendapat Biggs dan Tefler dalam Dimyati (2007) yang mengungkapkan bahwa motivasi belajar yang lemah akan melemahkan kegiatan, sehingga mutu prestasi belajar akan rendah. Dengan adanya motivasi belajar yang kuat maka prestasi belajar juga dapat optimal. Pada pembelajaran siklus 1 motivasi belajar meningkat secara signifikan seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.1. Peningkatan motivasi belajar ini terjadi
65
karena diberikannya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II sehingga siswa termotivasi untuk dapat berpendapat dalam diskusi. Hal ini sejalan dengan pendapat Isjoni (2012: 15) yang menyatakan bahwa belajar dengan model kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa untuk berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman dan saling memberikan pendapat. Selain itu upaya peningkatan motivasi belajar siswa pada penelitian ini juga dilakukan dengan memberikan rangsangan dari luar berupa menjanjikan reward kepada tim dengan nilai tertinggi pada setiap akhir siklus pembelajaran. Pemberian reward pada setiap siklus pembelajaran bertujuan agar siswa lebih termotivasi karena mendapat apresiasi dan tanda penghargaan dari guru atas hasil belajarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2010: 89) yang mengungkapkan bahwa salah satu cara menumbuhkan motivasi berprestasi adalah memberikan hadiah. Pemberian hadiah dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa, sehingga dengan motivasi berprestasi itu prestasi belajar siswa juga akan meningkat. Selain merangsang siswa berpendapat dan menjanjikan pemberian reward,
penumbuhan
motivasi
belajar
siswa
juga
dilakukan
dengan
menyampaikan apersepsi pada setiap awal pembelajaran dengan mengaitkan materi yang akan dibahas dengan aplikasi pada kehidupan sehari-hari sehingga siswa memiliki ketertarikan terhadap materi. Hal ini sejalan dengan pendapat Uno (2008: 35) yang mengungkapkan bahwa salah satu teknik motivasi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran adalah menggunakan materi yang sudah dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar.
66
Untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus 1 dan memastikan terjadinya peningkatan motivasi belajar karena penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dilakukan pembelajaran siklus 2. Setelah dilakukan pembelajaran siklus 2 didapatkan hasil berupa peningkatan motivasi belajar siswa seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.1. Pembelajaran pada siklus 2 didasarkan dari refleksi siklus 1. Kekurangan pada siklus 1 adalah kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli. Sebelumnya pada siklus 1, peneliti hanya memberikan form berisi inti materi yang dipelajari siswa sehingga peneliti memperbaiki pembelajaran siklus 2 dengan memberikan form berisi inti materi dan pertanyaan diskusi sesuai materi yang dibahas oleh masing-masing kelompok ahli. Pemberian pertanyaan diskusi ini berdampak positif terhadap siswa, hal ini terlihat saat siswa mulai bingung ataupun saat konsentrasinya menurun. Ketika siswa diberikan pertanyaan diskusi tentang hubungan materi pembelajaran dengan teknologi masa kini dan yang mungkin di masa depan, siswa dapat kembali bersemangat belajar dengan memberikan pertanyaan balik kepada guru sehingga suasana diskusi kembali menjadi hidup. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik (2009: 161) yang menyatakan bahwa cara memotivasi belajar siswa adalah menghubungkan pengajaran dengan masa depan dan membuat kondisi menyenangkan dengan menghindarkan terjadinya kejenuhan dan frustasi pada diri siswa. Selain seperti pada siklus 1 dan pertanyaan diskusi dari guru, upaya peningkatan motivasi belajar siswa pada siklus 2 dilakukan dengan mengingatkan hasil tes yang telah dicapai pada siklus 1 yang sebagian besar siswa telah
67
mencapai ketuntasan dan masih ada kesempatan untuk menjadi tim yang terbaik pada siklus 2 sehingga siswa termotivasi untuk bisa lebih baik lagi. Hal ini sesuai dengan pendapat Soemanto (2003) yang menyebutkan bahwa: ... pengenalan seseorang terhadap prestasi belajar adalah penting, karena dengan mengetahui hasil yang telah dicapai maka siswa akan lebih berusaha meningkatkan prestasi belajarnya. Dengan demikian peningkatan prestasi belajar dapat lebih optimal karena siswa tersebut termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajar yang telah diraih sebelumnya. Pendapat ini diperkuat oleh Anni dan Rifa‟i (2009: 170) yang menyatakan bahwa tingkah laku yang diperkuat pada waktu yang lalu barangkali akan diulang (reinforcing value of motivation). Misalnya jika siswa yang rajin belajar dan mendapat nilai bagus diberi hadiah, maka siswa tersebut akan berusaha mendapat nilai yang bagus kembali. Motivasi
belajar
yang meningkat
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II juga dapat dilihat dari hasil observasi keaktifan siswa pada lampiran 10 yang dapat dikategorikan aktif. Aktif merupakan salah satu indikator bahwa siswa telah memilki motivasi belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Syah (2008: 136) yang menyatakan bahwa motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Prestasi belajar siswa pada penelitian ini dapat dikatakan telah berhasil. Ketuntasan klasikal pada siklus 1 mencapai 85% dan pada siklus 2 mencapai 97,5%. Pendapat ini sesuai dengan Mulyasa (2009: 99) yang menyatakan bahwa
68
keberhasilan kelas dapat dilihat dari sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan individu. Meningkatnya motivasi belajar siswa pada penelitian ini sejalan dengan meningkatnya prestasi belajar siswa. Meningkatnya motivasi belajar siswa berpengaruh pada proses pembelajaran, siswa lebih memperhatikan ketika guru menjelaskan materi, siswa saling berargumentasi dan berdiskusi mengenai materi, dan siswa tidak segan bertanya kepada guru mengenai materi yang belum siswa pahami. Misalnya saat guru menunjukkan alat peraga berupa kacamata kemudian melontarkan beberapa pertanyaan kepada siswa seperti "apa lensa yg dipakai?", "bagaimana terbentuknya bayangan oleh lensa?", atau "mengapa ukuran kuat lensa berbeda-beda?", saat itulah ketertarikan siswa sudah jelas terlihat melalui cara mereka mencari tahu dengan membaca buku referensi dan memahaminya. Apabila mereka belum dapat memahami sendiri, mereka akan saling bertanya kepada teman mereka dan meminta penjelasan kepada guru. Dengan cara inilah prestasi belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan dengan sendirinya. Hal serupa juga diungkapkan oleh hasil penelitian Sahin (2010) yang menyatakan dengan adanya pembelajaran kooperatif siswa lebih aktif dengan berdiskusi dan menemukan solusi permasalahan. Temuan ini sesuai dengan pendapat Hamalik (2009: 56) yang menyebutkan bahwa motivasi belajar yang dimiliki siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Siswa yang bermotivasi tinggi dalam belajar memungkinkan akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula. Artinya semakin tinggi motivasinya, maka semakin
69
tinggi intensitas usaha dan upaya yang dilakukannya sehingga semakin tinggi prestasi belajar yang diperolehnya. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II terjadi peningkatan motivasi belajar siswa yang mendorong peningkatan prestasi belajar siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran.
70
BAB 5 PENUTUP
5.1
Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, motivasi belajar siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran pada mata pelajaran IPA pokok bahasan cahaya meningkat
Seiring meningkatnya motivasi belajar siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran pada mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, prestasi belajar siswa juga mengalami peningkatan.
5.2
Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat disampaikan adalah
sebagai berikut:
Guru perlu mempersiapkan alat peraga agar siswa dapat terlibat langsung sehingga diskusi akan lebih menarik.
Guru perlu lebih memperhatikan pembagian kelompok serta heterogenitas untuk mendukung diskusi.
70
71
DAFTAR PUSTAKA
Anni, C.T. & A. Rifa‟i. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES PRESS. Arifin, Z. 2009. Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung: Rosdakarya. Arikunto, S. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Chan, K.W. 2004. Using Jigsaw II in Teaching Program. Hongkong Teachers’ centre Journal, 3: 91-96. Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian. Jakarta: Depdiknas. Dimyati & Moedjiono. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rinneka Cipta. Hamalik, O. 2009. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara. Hamalik, O. 2009. Kurikulum dalam Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hanze, M. & R. Berger. 2007. Cooperative Learning, Motivational Effects, and Student Characteristics: An Experimental Study Comparing Cooperative Learning and Direct Instruction in 12th Grade Physics Classes. Learning and Instruction Journal, 17: 29-41. Isjoni. 2012. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mulyasa, H.E. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosdakarya.
72
Nur, M. & P.R. Wikandari. 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan Kontruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Pusat studi Matematika dan IPA Sekolah Universitas Negeri Surabaya. Nur, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Studi Matematika dan IPA Sekolah Universitas Negeri Surabaya. Poerwadarmitra, W.J.S. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta: Balai Pustaka. Sahin, A. 2010. Effect of Jigsaw II Technique On Academic Achievement And Attitudes To Written Expression Course. Educational Research and Reviews Academic Journal, 5: 777-787. Sardiman, A.M. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Siregar, E. & H. Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia. Siregar, S. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw II Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknik Mesin. Jurnal Penelitian dan Pengembangan, 4: 6. Slameto. 2008. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rinneka Cipta. Soemanto, W. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rinneka Cipta. Sudaryono. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Tangerang: Graha Ilmu. Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2004. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
73
Syah, M. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya. Tipler, P.A. 2001. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Tu‟u, T. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Uno, H.B. 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Wiyanto.
2008.
Menyiapkan
Guru
Sains
Laboratorium. Semarang: UNNES PRESS.
Mengembangkan
Kompetensi
74
LAMPIRAN
Silabus Sekolah Kelas Mata Pelajaran Semester Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
: : : : :
Materi Pokok/ Pembelajaran
6.3 Menyelidiki sifat- Cahaya sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.
MTs NU Ungaran VIII IPA Terpadu 1 (satu) 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
Indikator Pencapaian Kompetensi
Kegiatan Pembelajaran Ceramah menjelaskan poin-poin atau inti materi hukum pemantulan dan berbagai pemantulan pada cermin datar, cekung, dan cembung.
Teknik
Menjelaskan hukum pemantulan cahaya.
Tes tulis
Mendefinisikan jenis-jenis pemantulan.
Tes tulis
Menjelaskan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar.
Tes tulis
Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung.
Tes tulis
Diskusi kelompok tentang hukum pemantulan cahaya dan pemantulan pada cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung. Ceramah dan tanya jawab mengulas kembali materi hukum pemantulan dan berbagai pemantulan pada cermin datar, cekung, dan cembung.
Penilaian
Tes tulis Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cembung.
Mengoperasikan rumus 1 1 1 = + yang berhubungan 𝑓
𝑠
Tes tulis
𝑠′
dengan perhitungan cermin cekung dan cermin cembung.
Mengoperasikan rumus
Tes tulis
Bentuk Instrumen Tes pilihan 1. ganda i. Tes pilihan ganda ii. iii. Tes pilihan ganda iv. v. Tes pilihan ganda
Alokasi Waktu Contoh Instrumen Berikut ini merupakan bunyi hukum 10x40‟ pemantulan: i. Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
Sumber Belajar Buku IPA yang relevan. .
ii. Sinar datang dan sinar pantul memiliki arah yang sama. iii. Sudut sinar datang sama dengan sudut sinar pantul. Pernyataan yang benar adalah... a. i, ii, dan iii b. i dan ii c. i dan iii d. ii dan iii
Tes pilihan ganda 2. Jika letak benda terhadap cermin datar berjarak 5 cm, maka jarak bayangan ke cermin adalah... a. 2,5 cm Tes pilihan b. 5 cm ganda c. 10 cm d. 50 cm 3. Benda di ruang II pada cermin cekung sifat bayangannya adalah… Tes pilihan a. Nyata, terbalik, diperbesar ganda b. Nyata, terbalik, diperkecil
75
𝑀=
Ceramah menjelaskan poin-poin atau inti materi hukum pembiasan cahaya dan berbagai pembiasan pada lensa cekung dan cembung.
Diskusi kelompok tentang hukum pembiasan cahaya dan pembiasan pada lensa cekung dan cembung. Ceramah dan tanya jawab mengulas kembali materi hukum pembiasan cahaya dan berbagai pembiasan pada lensa cekung dan cembung.
𝑠𝑖 𝑠0
=
𝑖 𝑜
c. d.
yang
berhubungan dengan perhitungan cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung.
Tes tulis
Menjelaskan aplikasi cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung pada kehidupan sehari-hari.
Tes tulis
Menjelaskan hukum pembiasan cahaya.
Tes tulis
Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cekung.
Tes tulis
Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung. Mengoperasikan rumus 1 1 1 = + yang berhubungan 𝑓
𝑠
4. Suatu benda setinggi 24 cm berada di depan cermin cembung, bayangan Tes pilihan yang dibentuk memiliki tinggi 6 cm. ganda Perbesaran bayangan cermin cembung tersebut adalah... a. 4kali b. 2 kali Tes pilihan c. 0,5 kali ganda d. 0,25 kali Tes pilihan 5. Jika perbesaran bayangan sebuah cermin ganda adalah 0,5 kali. Berapakah tinggi bayangan jika tinggi benda adalah 4 cm? a. 8 cm Tes pilihan b. 4 cm ganda c. 3,5 cm d. 2 cm
Tes tulis
Tes pilihan ganda
Tes tulis
Tes pilihan ganda
6.
Pembelokkan arah rambat cahaya dari suatu medium ke medium lain yang berbeda kerapatannya disebut... a. Pemantulan b. Pembiasan c. Perbesaran d. Pergeseran
7.
Benda yang diletakkan 5 cm di depan lensa cekung dengan fokus 10 cm memiliki sifat bayangan... a. Maya, tegak, diperkecil b. Nyata, tegak, diperkecil c. Maya, tegak, diperbesar d. Nyata, tegak, diperbesar
8.
Sebuah benda setinggi 1 m diletakkan 50 cm di depan lensa cekung sehingga terbentuk bayangan setinggi 25 cm. Perbesaran bayangan adalah...
𝑠′
dengan perhitungan lensa cekung dan lensa cembung. Mengoperasikan rumus 𝑠 𝑀 = 𝑖 = 𝑖 yang
berhubungan dengan perhitungan lensa cekung dan lensa cembung. Menjelaskan aplikasi lensa cekung dan lensa cembung pada kehidupan sehari-hari.
𝑠0
𝑜
Tes tulis
Nyata, tegak, diperbesar Maya, tegak, diperbesar
Tes pilihan ganda
76
a. b. c. d.
Karakter siswa yang diharapkan :
1 kali 0,75 kali 0,50 kali 0,25 kali
Ketakwaan kepada Tuhan YME Disiplin Tanggung jawab Kerjasama
77
78
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 CAHAYA & PEMANTULAN
Sekolah
: MTs NU Ungaran
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas
: VIIIA
Alokasi Waktu
: 5 x 40 menit
A. Standar Kompetensi 6.
Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.
B.
Kompetensi Dasar 6.3 Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.
C. Indikator 1. Kognitif a.
Menjelaskan hukum pemantulan cahaya.
b.
Mendefinisikan jenis-jenis pemantulan.
c.
Menjelaskan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar.
d.
Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung.
e.
Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cembung.
f.
Mengoperasikan rumus
1 𝑓
1
1
= 𝑠 + 𝑠′ yang berhubungan dengan perhitungan
cermin cekung dan cermin cembung. g.
Mengoperasikan
rumus
𝑀=
𝑠𝑖 𝑠0
=
𝑖 𝑜
yang
berhubungan
dengan
perhitungan cermin cekung dan cermin cembung. h.
Menjelaskan aplikasi cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung pada kehidupan sehari-hari.
2. Psikomotor Mempresentasikan materi kepada siswa lainnya.
79
3. Afektif a.
Memiliki kemampuan berpikir logis dan berurutan dalam menjelaskan materi kepada siswa lain.
b.
Memiliki sikap disiplin dalam mengikuti pelajaran.
c.
Memiliki tanggung jawab atas tugas yang diembannya.
d.
Memiliki sikap mau bekerjasama dalam kelompok asal dan kelompok ahli.
D. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif a. Siswa mampu menjelaskan hukum pemantulan cahaya. b. Siswa mampu mendefinisikan jenis-jenis pemantulan. c. Siswa mampu menjelaskan pembentukan dan sifat bayangan yang di bentuk oleh cermin datar. d. Siswa mampu menjelaskan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung. e. Siswa mampu menjelaskan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cembung. f. Siswa mampu mengoperasikan rumus
1 𝑓
1 𝑠
= +
1 𝑠′
yang berhubungan dengan
perhitungan cermin cekung dan cermin cembung. g. Siswa mampu mengoperasikan rumus 𝑀 =
𝑠𝑖 𝑠0
=
𝑖 𝑜
yang berhubungan
dengan perhitungan cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung. h. Siswa mampu menyebutkan aplikasi cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung pada kehidupan sehari-hari. 2. Psikomotor Siswa mampu mempresentasikan materi kepada teman lainnya. 3. Afektif a.
Siswa memiliki kemampuan berpikir logis dan berurutan dalam menjelaskan materi kepada siswa lain.
b.
Siswa memiliki sikap disiplin dalam mengikuti pelajaran.
c.
Siswa memiliki tanggung jawab atas tugas yang diembannya.
d.
Siswa memiliki sikap mau bekerjasama dalam kelompok asal dan kelompok ahli.
E.
Materi Pembelajaran 1. Pengertian dan Sifat-sifat cahaya 2. Hukum Pemantulan Cahaya
80
3. Macam pemantulan cahaya 4. Cermin Datar 5. Cermin Cekung 6. Cermin Cembung F.
Model dan Metode Pembelajaran 1. Model : Jigsaw II 2. Metode : - Ceramah - Diskusi - Tanya jawab
G. Langkah Pembelajaran Tahap
Kegiatan Pembelajaran
Waktu
Pendahuluan
1. Guru mengucapkan salam dan meminta ketua
15 Menit
kelas memimpin doa untuk menumbuhkan sikap ketaqwaan kepada Tuhan YME. 2. Guru memeriksa kehadiran siswa dan meminta siswa yang terlambat melapor ke ruang BK untuk menumbuhkan sikap disiplin siswa. 3. Apersepsi ~ Guru
bertanya
pengalaman
kepada
bercermin
siswa
tentang
menggunakan
sendok. ~ Guru bertanya akibat yang terjadi jika tidak ada kaca spion pada kendaraan bermotor. Apersepsi digunakan untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sekitar siswa. 4. Guru menjelaskan tujuan materi pemantulan cahaya dan cermin. Inti
1. Guru memberikan gambaran tentang model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. 2. Guru menjelaskan pentingnya tanggungjawab yang diemban oleh setiap siswa untuk dapat menguasai materi sehingga dapat menjelaskan kepada teman satu kelompok asalnya karena
85 Menit
81
satu kelompok itu tenggelam bersama dan berenang
bersama,
sehingga
bisa
memenangkan kelompoknya. 3. Guru membagi siswa dalam 6 kelompok dengan meninjau heterogenitas siswa, setiap kelompok
terdiri
dari
6-7
siswa
yang
kemudian disebut kelompok Asal. Disini guru juga mengingatkan pentingnya kerjasama antar anggota agar dapat memenangkan kelompoknya. (EKSPLORASI) 4. Guru menjelaskan secara singkat materi pemantulan cahaya dan pemantulan cahaya pada cermin datar, cekung, dan cembung. (EKSPLORASI) 5. Guru kembali membagi 6 kelompok asal menjadi 6 kelompok baru yang disebut sebagai kelompok ahli. (EKSPLORASI) 6. Guru memberikan form materi kepada setiap kelompok ahli untuk membahas materi yang diberikan
sesuai
form
yang
diterima.
(EKSPLORASI) 7. Siswa berdiskusi membahas materi masingmasing selama 20 menit. (ELABORASI) 8. Guru membimbing siswa jika mendapati kesulitan
dalam
memahami
materi.
(ELABORASI & KONFIRMASI) 9. Setelah 30 menit kelompok ahli berpisah dan kembali ke kelompok asal. (EKSPLORASI) 10. Setelah semua kembali setiap siswa diminta menjelaskan materi yang didapatnya kepada teman satu kelompoknya secara merata selama 30 menit. (ELABORASI & KONFIRMASI) 11. Guru
memastikan
semua
materi
sudah
dijelaskan dengan membuka sesi tanya jawab kepada siswa dan kembali menjelaskan materi
82
yang
dianggap
sulit
oleh
siswa.
(ELABORASI & KONFIRMASI) 12. Guru memberikan tes. (KONFIRMASI)
65 Menit
1. Guru meminta siswa mengoreksi hasil tes
Penutup
45 Menit
temannya secara silang. 2. Guru
mengumumkan
kelompok
pemenang siklus I dan memberikan reward serta tak lupa mengucapkan selamat dan mengingatkan agar siswa menyiapkan diri di siklus berikutnya karena masih ada reward yang akan diberikan. 3. Guru
mengucapkan
terimakasih
dan
memberi salam untuk menanamkan rasa berterimakasih dan nilai religi.
H. Sumber Belajar 1. Buku IPA yang relevan 2. LKS IPA Terpadu kelas VIII yang dibuat oleh Kelompok Kerja Madrasah.
I.
Penilaian Hasil Belajar 1.
Teknik Penilaian a. Tes tertulis. b. Pengamatan langsung.
2.
Bentuk Instrumen a. Tes pilihan ganda. b. Lembar Observasi.
83
Lampiran 3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2 PEMBIASAN CAHAYA DAN LENSA
Sekolah
: MTs NU Ungaran
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas
: VIIIA
Alokasi Waktu
: 5 x 40 menit
A. Standar Kompetensi 6.
Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.
B.
Kompetensi Dasar 6.3 Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.
C. Indikator 1. Kognitif a.
Menjelaskan hukum pembiasan cahaya.
b.
Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cekung.
c.
Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung.
d.
Mengoperasikan rumus
1 𝑓
1
1
= 𝑠 + 𝑠′ yang berhubungan dengan perhitungan
lensa cekung dan lensa cembung. e.
Mengoperasikan rumus 𝑀 =
𝑠𝑖 𝑠0
=
𝑖 𝑜
yang berhubungan dengan
perhitungan lensa cekung dan lensa cembung. f.
Menjelaskan aplikasi lensa cekung dan lensa cembung pada kehidupan sehari-hari.
4. Psikomotor Mempresentasikan materi kepada siswa lainnya. 5. Afektif a.
Memiliki kemampuan berpikir logis dan berurutan dalam menjelaskan materi kepada siswa lain.
b.
Memiliki sikap disiplin dalam mengikuti pelajaran.
c.
Memiliki tanggung jawab atas tugas yang diembannya.
84
d.
Memiliki sikap mau bekerjasama dalam kelompok asal dan kelompok ahli.
D. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif a. Siswa mampu menjelaskan hukum pembiasan cahaya. b. Siswa mampu menjelaskan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cekung. c. Siswa mampu menjelaskan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung. d. Siswa mampu mengoperasikan rumus
1 𝑓
1
1
= 𝑠 + 𝑠′ yang berhubungan dengan
perhitungan lensa cekung dan lensa cembung. e. Siswa mampu mengoperasikan rumus 𝑀 =
𝑠𝑖 𝑠0
=
𝑖 𝑜
yang berhubungan
dengan perhitungan lensa cekung dan lensa cembung. f. Siswa mampu menyebutkan aplikasi lensa cekung dan lensa cembung pada kehidupan sehari-hari. 2. Psikomotor Siswa mampu mempresentasikan materi kepada teman lainnya. 3. Afektif a.
Siswa memiliki kemampuan berpikir logis dan berurutan dalam menjelaskan materi kepada siswa lain.
b.
Siswa memiliki sikap disiplin dalam mengikuti pelajaran.
c.
Siswa memiliki tanggung jawab atas tugas yang diembannya.
d.
Siswa memiliki sikap mau bekerjasama dalam kelompok asal dan kelompok ahli.
E.
Materi Pembelajaran 1. Hukum Pembiasan Cahaya 2. Lensa Cekung 3. Lensa Cembung
F.
Model dan Metode Pembelajaran 1. Model : Jigsaw II 2. Metode : - Ceramah - Diskusi - Tanya jawab
85
G. Langkah Pembelajaran Tahap Pendahuluan
Kegiatan Pembelajaran
Waktu
1. Guru mengucapkan salam dan meminta ketua
kelas
memimpin
doa
15 Menit
untuk
menumbuhkan sikap ketaqwaan kepada Tuhan YME. 2. Guru
memeriksa
kehadiran
siswa dan
meminta siswa yang terlambat melapor ke ruang
BK
untuk
menumbuhkan
sikap
disiplin siswa. 3. Apersepsi dan motivasi a. Guru
mengucapkan
pemenang
siklus
mengingatkan
selamat
kepada
dan
kembali
I
adanya
pembelajaran
serupa dan pemberian reward untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. b. Guru
bertanya
kepada
siswa
yang
berkacamata tentang jenis kacamata yang dipakai untuk menumbuhkan motivasi belajar dengan mengaitkan materi yang akan dibahas dengan kehidupan seharihari. 4. Guru menjelaskan tujuan materi pembiasan cahaya dan lensa. Inti
1. Guru menjelaskan secara singkat materi 85 Menit pembiasan cahaya dan pembiasan cahaya pada
lensa
cekung
dan
cembung.
(EKSPLORASI) 2. Guru membagi siswa dalam 6 kelompok dengan meninjau heterogenitas siswa, setiap kelompok terdiri dari 6-7 siswa yang kemudian disebut kelompok Asal dengan menanamkan motivasi untuk menjadi juara pada akhir pembelajaran. (EKSPLORASI) 3. Guru kembali membagi 6 kelompok asal
86
menjadi 6 kelompok baru yang disebut sebagai kelompok ahli. (EKSPLORASI) 4. Guru memberikan form materi
dan form
diskusi kepada setiap kelompok ahli untuk membahas materi yang diberikan sesuai form yang diterima. (EKSPLORASI) 5. Siswa berdiskusi membahas materi selama 30 menit. Saat terlihat kejenuhan pada siswa, guru mendekati dan menanyakan pertanyaan pada form diskusi yang berisi kaitan materi dengan
kehidupan
menumbuhkan
sehari-hari
motivasi
untuk
belajar
siswa.
(ELABORASI) 6. Guru membimbing siswa jika mendapati kesulitan
dalam
memahami
materi..
(ELABORASI & KONFIRMASI) 7. Setelah 30 menit kelompok ahli berpisah dan kembali ke kelompok asal. (EKSPLORASI) 8. Setelah semua kembali setiap siswa diminta menjelaskan materi yang didapatnya kepada teman satu kelompoknya secara merata selama 30 menit. (ELABORASI) 9. Guru memastikan semua materi sudah dijelaskan dengan membuka sesi tanya jawab
kepada
siswa
dan
kembali
menjelaskan materi yang dianggap sulit oleh siswa. (ELABORASI & KONFIRMASI) 10. Guru
memberikan
tes
kepada
siswa. 65 Menit
(KONFIRMASI) Penutup
4. Guru meminta siswa mengoreksi hasil tes 45 Menit temannya secara silang. 5. Guru mengumumkan kelompok pemenang siklus II dan memberikan reward serta tak lupa mengucapkan selamat. 6. Guru
mengucapkan
terimakasih
dan
87
memberi salam untuk menanamkan rasa berterimakasih dan nilai religi.
H. Sumber Belajar 1. Buku IPA yang relevan 2. LKS IPA Terpadu kelas VIII yang dibuat oleh Kelompok Kerja Madrasah.
I.
Penilaian Hasil Belajar Teknik Penilaian a. Tes tertulis. b. Pengamatan langsung. 1.
Bentuk Instrumen c. Tes pilihan ganda. d. Lembar Observasi.
88
Lampiran 4
Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar No.
Indikator
No.Pernyataan
1. 2. 3.
Berusaha unggul Menyelesaikan tugas dengan baik Menyukai tantangan
4.
Menyukai situasi pekerjaan dengan tanggungjawab, umpan balik, dan resiko tingkat menengah.
1, 2, 3, 4, 5, 6 7, 8, 9, 10, 11, 12 13, 14, 15, 16, 17, 18 19, 20, 21, 22, 23, 24
Jumlah Pertanyaan 6 6 6 6
89
Lampiran 5
Angket Motivasi Belajar Nama :
Mata Pelajaran
: IPA Terpadu
Kelas : Petunjuk Pengisian 1. Sebelum mengisi pernyataan berikut, kami mohon untuk membacanya terlebih dahulu. 2. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda dengan membubuhkan tanda “Check” (√) pada kolom. 3. Keterangan pilihan jawaban: SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
R
: Ragu-ragu
TS
: Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
No. 1.
PERNYATAAN Bagi saya, keberhasilan dalam berprestasi merupakan hal yang utama.
2.
Saya berusaha mendapatkan nilai terbaik dalam pelajaran IPA.
3.
Saya berusaha mencari sumber bacaan lain untuk menambah pengetahuan pelajaran IPA.
4.
Saya belajar IPA dengan rajin, agar nilai ulangan saya baik.
5.
Saya bekerja keras agar prestasi saya lebih baik dari teman-teman.
6.
Saya berusaha mencapai sukses, agar sukses saya menjadi panutan teman-teman saya.
SS
S
R
TS
STS
90
No. 7.
PERNYATAAN Terlambat dalam mengumpulkan tugas ke guru merupakan hal tidak biasa bagi saya. Saya berusaha untuk mendapatkan cara
8.
pemecahan terbaik terhadap setiap masalah yang saya hadapi.
9.
Saya berusaha untuk memperbaiki kinerja saya pada masa lalu.
10.
Saya selalu mengerjakan tugas dari guru.
11.
Saya tidak pernah mencontek tugas teman.
12.
Saya mengerjakan tugas dengan sungguhsungguh. Untuk mencapai prestasi yang baik, saya
13. 14.
bersedia mengikui les-les di luar sekolah. Saya ingin mendalami pelajaran IPA. Persaingan yang baik dalam pelajaran IPA
15.
membuat saya tertantang. Apabila belajar IPA di kelas dengan metode
16.
17.
bermain sangat menyenangkan. Saya ingin menjadi juara dipembelajaran IPA kali ini.
18.
Saya berusaha mengatasi setiap kendala saat menemukan persoalan dalam pelajaran IPA.
19.
Saya saling bertukar pendapat dan pikiran masalah pelajaran IPA dengan teman-teman.
20.
Saya berusaha untuk memikul setiap tanggungjawab pribadi.
21.
Melihat hasil nilai IPA saya yang memuaskan, saya belajar lebih giat lagi.
22.
Saya senang mengajarkan materi IPA kepada
SS
S
R
TS
STS
91
No.
PERNYATAAN teman.
23.
Kerjasama yang baik dalam bertukar pendapat dan pikiran dalam kelas, sangat menyenangkan.
24.
Saya lebih suka belajar kelompok dari pada belajar sendiri.
SS
S
R
TS
STS
SATUAN PENDIDIKAN
: MTs NU Ungaran
MATA PELAJARAN
: IPA FISIKA
KELAS/SEMESTER
: VIII/1
TOPIK
: CAHAYA
Lampiran 6
Kisi-kisi Soal Uji Coba Siklus 1
STANDAR KOMPETENSI : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. KOMPETENSI DASAR
: 6.3. Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.
INDIKATOR 1.
Menjelaskan hukum pemantulan cahaya
TOPIK Hukum pemantulan cahaya
C1
TINGKATAN BERPIKIR C2 C3 C4 C5 C6
V
1 V
2.
Mendefinisikan jenis-jenis
Menjelaskan sifat dan pembentukan bayangan pada cermin datar
4
V
6
V
7
Hukum pemantulan cahaya
pemantulan. 3.
NO. SOAL
Cermin datar.
V
5
V
8 V
11 92
V
9 V
4.
Mendiskripsikan pembentukan dan
Cermin cekung.
V
10, 25 2, 19
sifat bayangan yang dibentuk oleh V
cermin cekung.
3
V
12 V
5.
Mendiskripsikan pembentukan dan
Cermin cembung.
V
27 24
sifat bayangan yang dibentuk oleh V
cermin cembung. 6.
1
1
1
𝑓
𝑠
𝑠′
Mengoperasikan rumus = +
17, 29
Persamaan cermin cekung dan cermin cembung.
V
13, 18, 22, 28
dalam perhitungan cermin cekung V
dan cermin cembung. 7.
Mengoperasikan rumus 𝑀 = 𝑖 𝑜
𝑠𝑖 𝑠0
=
21
Persamaan cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung.
dalam perhitungan cermin
V
93
datar, cermin cekung dan cermin
14, 15, 23, 26, 30
cembung. 8.
Menjelaskan aplikasi cermin
Aplikasi cermin cekung, dan cermin cembung.
V
16
cekung, dan cermin cembung pada kehidupan sehari-hari.
V
20
94
95
Lampiran 7 Soal Uji Coba Siklus 1 Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memilih salah satu jawaban dengan memberi tanda silang ( X ) pada huruf a, b, c, atau d! 1.
2.
3.
4.
Berikut ini merupakan bunyi hukum pemantulan: i. Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada satu bidang datar. ii. Bidang pantul tegak lurus dengan garis normal. iii. Sudut sinar datang sama dengan sudut sinar pantul. Pernyataan yang benar adalah... . a. i, ii, dan iii b. i dan ii c. i dan iii d. ii dan iii Benda yang terletak diantara titik fokus dan pusat kelengkungan cermin pada cermin cekung sifat bayangannya adalah… . a. Nyata, terbalik, diperbesar b. Nyata, terbalik, diperkecil c. Nyata, tegak, diperbesar d. Maya, tegak, diperbesar Seberkas cahaya sejajar dijatuhkan pada sebuah cermin cekung. Pada cermin, berkas cahaya itu mengalami… a. Pembiasan sehingga sinarnya menyebar b. Pemantulan sehingga sinarnya mengumpul c. Pembiasan sehingga sinarnya mengumpul d. Pemantulan sehingga sinarnya menyebar Seberkas sinar datang mengenai cermin datar, antara sinar datang dan garis normal terbentuk sudut sebesar 30˚. Besar sudut pantulnya adalah... . a. 15˚ c. 45˚ b. 30˚ d. 60˚
5.
Perhatikan pernyataan berikut dengan teliti. i. Pemantulan sinar yang mengenai dinding rumah yang tidak rata. ii. Pemantulan cahaya pada keramik mengkilat.. iii. Pemantulan cahaya pada cermin datar. iv. Pemantulan sinar yang mengenai permukaan kayu yang kasar. Pernyataan di atas yang merupakan pemantulan baur adalah... . a. i dan ii c. i dan iv b. i dan iii d. ii dan iv
6.
Terpencarnya cahaya akibat pemantulan cahaya pada permukaan yang tidak rata disebut... . a. Pembiasan b. Pemantulan teratur c. Pemantulan baur d. Pemantulan sempurna
7.
Perhatikan gambar berikut ini
Sinar Datang
Garis Normal
Sinar Pantul
r 50˚
Besarnya sudut pantul (r) adalah... . a. 50˚ c. 60˚ b. 40˚ d. 90˚ 8.
Perhatikan gambar berikut ini
Cermin Datar
Jika kata di atas dilihat melalui cermin datar, bayangan kata menjadi... .
96
e. b.
C
B
f.
9.
D
B
A
C
D
d.
A
g.
12. Benda yang terletak diantara pusat
h.
optik dan titik fokus pada cermin cekung sifat bayangan yang terjadi adalah… . a. Nyata, terbalik, diperbesar b. Nyata, terbalik, diperkecil c. Nyata, tegak, diperbesar d. Maya, tegak, diperbesar
Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar adalah… . a. Maya, tegak, sama besar, berkebalikan b. Nyata, tegak, sama besar, berkebalikan c. Nyata, tegak, diperbesar, berkebalikan d. Nyata, tegak, diperkecil, berkebalikan
10. Sebuah benda setinggi 2 m berjarak 5 m dari sebuah cermin datar. Berapakah tinggi dan jarak bayangan pada cermin... . a. 10 m dan 7 m c. 5 m dan 2 m b. 7 m dan 10 m d. 2 m dan 5 m
A
Cermin Datar D
Bayangan yang terbentuk oleh cermin datar adalah... . a.
C C
c. D A
B A
B
cermin
14. Perbesaran bayangan adalah... . 1 a. 6 kali c. 5 kali d.
1 6
kali
15. Tinggi bayangan adalah... . a. 10 cm c. 2 cm b. 5 cm d. 0,5 cm
B
D
13. Jarak bayangan dengan adalah... . a. 6 cm c. 10 cm b. 7 cm d. 35 cm
b. 5 kali
11. Perhatikan gambar berikut
C
Untuk soal nomor 14 s.d 16 perhatikan kalimat berikut ini. Sebuah benda terletak di depan sebuah cermin cekung dengan jarak 30 cm. Jarijari cermin adalah 10 cm dan tinggi benda adalah 10 cm.
16. Parabola menggunakan permukaan yang cekung, dikarenakan untuk... . a. Memfokuskan gelombang mikro yang sejajar. b. Memfokuskan gelombang mikro yang baur. c. Menyebarkan gelombang mikro yang sejajar. d. Menyebarkan gelombang mikro yang baur.
97 17. Suatu cermin cekung menghasilkan bayangan bersifat nyata, terbalik, sama besar. Letak benda yang memiliki bayangan tersebut berada di... . a. Antara pusat optik dengan titik fokus b. Antara titik fokus dengan pusat kelengkungan c. Tepat di fokus cermin d. Tepat di pusat kelengkungan cermin 18. Sebuah benda berada pada jarak 10 cm dari cermin cekung, bayangan yang terbentuk berada pada jarak 15 cm dari cermin. Jarak fokus cermin adalah... . a. 3 cm c. 6 cm b. 5 cm d. 150 cm 19. Perhatikan gambar berikut ini Bayangan
M
F Benda
Bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung di atas adalah... . a. Nyata, tegak, diperkecil b. Nyata, tegak, diperbesar c. Maya, tegak, diperkecil d. Maya, tegak, diperbesar 20. Bayangan maya adalah... . a. Bayangan yang terbentuk oleh perpotongan sinar-sinar pantul. b. Bayangan yang terbentuk oleh perpotongan perpanjangan sinarsinar pantul. c. Bayangan yang terbentuk oleh sinar dari titik fokus. d. Bayangan yang terbentuk dari sinar pusat kelengkungan cermin.
21. Hubungan antara jarak benda ke cermin (s), titik fokus (f), dan jarak bayangan ke cermin (s‟) adalah... . a. 𝑓 = 𝑠 + 𝑠′ 1
b. 𝑓 = 𝑠 + 𝑠′ 1
1
1
1
c. 𝑓 = 𝑠 + 𝑠′ d.
1 𝑓
= 𝑠 + 𝑠′
22. Sebuah benda diletakkan 4 cm di depan cermin cekung yang berjarak fokus 6 cm. Letak bayangan yang terbentuk adalah… di belakang cermin a. 10 cm c. 24 cm b. 12 cm d. 32 cm 23. Suatu benda setinggi 24 cm berada di depan cermin cembung, bayangan yang dibentuk memiliki tinggi 6 cm. Perbesaran bayangan cermin cembung tersebut adalah... . a. 4 kali c. 0,5 kali b. 2 kali d. 0,25 kali 24. Di bawah ini gambar yang tepat mengenai pemantulan cermin cembung, kecuali... . a.
b.
c.
d.
98
25. Jika letak benda terhadap cermin datar berjarak 5 cm, maka jarak bayangan ke cermin adalah... . a. 2,5 cm c. 10 cm b. 5 cm d. 50 cm 26. Sebuah benda yang tingginya 4 cm berdiri 12 cm di depan lensa cembung yang jarak fokusnya 4 cm, tinggi bayangannya adalah... . a. 1 cm c. 16 cm b. 2 cm d. 48 cm 27. Jika perbesaran bayangan sebuah cermin adalah 0,5 kali. Jika tinggi benda adalah 4 cm, maka tinggi bayangan adalah... . a. 8 cm c. 3,5 cm b. 4 cm d. 2 cm Untuk soal nomor 28 dan 29 perhatikan kalimat berikut ini. Sebuah cermin cembung memiliki jari-jari kelengkungan 30 cm. Jika benda diletakkan 10 cm di depan cermin. 28. Jarak bayangan ke cermin adalah... . a. 30 cm c. 6 cm b. 20 cm d. 3 cm 29. Sifat bayangan yang dibentuk adalah... . a. Maya, tegak, dan diperbesar b. Maya, tegak, dan diperkecil c. Nyata, tegak, dan diperkecil d. Nyata, tegak, dan diperbesar 30. Sebuah benda diletakkan di muka cermin cekung yang mempunyai jarak fokus 15 cm. Agar bayangan yang terbentuk 3 kali lebih besar dan nyata, maka benda harus diletakkan di depan cermin sejauh…. a. 10 cm c. 20 cm b. 15 cm d. 25 cm
99
Lampiran 8
Kunci Jawaban Soal Uji Coba Siklus 1
1. C 2. A 3. B 4. B 5. C 6. C 7. B 8. B 9. A 10. D 11. B 12. D 13. A 14. C 15. C 16. A 17. D 18. C 19. D 20. B 21. D 22. B 23. D 24. D 25. B 26. A 27. D 28. C 29. B 30. C
Lampiran 9
100
Lampiran 10
101
102
103
104
105
106
Lampiran 11
Kisi-kisi Soal Uji Coba Siklus 2 SATUAN PENDIDIKAN
: MTs NU UNGARAN
MATA PELAJARAN
: IPA FISIKA
KELAS/SEMESTER
: VIII/1
TOPIK
: CAHAYA
STANDAR KOMPETENSI : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. KOMPETENSI DASAR
: 6.3. Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.
INDIKATOR 1.
TOPIK
Menjelaskan hukum pembiasan
TINGKATAN BERPIKIR C1 C2 C3 C4 C5 C6
Hukum pembiasan cahaya
V
NO. SOAL 9
cahaya. V
23 V
2.
Mendiskripsikan pembentukan dan
Lensa cekung
V
3, 24 26
sifat bayangan yang dibentuk oleh V
lensa cekung.
21, 22 V
C4 : Analisis dan Sintesis C5 : Evaluasi C6 : Mencipta/menghasilkan
106
Keterangan: C1 : Ingatan C2 : Pemahaman C3 : Penerapan/aplikasi
8, 9, 30
107
3.
Mendiskripsikan pembentukan dan
Lensa cembung
V
12
sifat bayangan yang dibentuk oleh V
lensa cembung.
13, 18, 19 V
4.
1
1
1
Mengoperasikan rumus 𝑓 = 𝑠 + 𝑠′
24
Persamaan lensa cekung dan lensa cembung.
dalam perhitungan lensa cekung
V
1, 4,7, 11, 16, 20, 27
V
5, 6, 17, 23, 25, 28
dan lensa cembung.
5.
𝑠𝑖
Mengoperasikan rumus 𝑀 = 𝑖 𝑜
𝑠0
=
Persamaan lensa cekung dan lensa cembung.
dalam perhitungan lensa
cekung dan lensa cembung. 6.
Menjelaskan aplikasi lensa cekung dan lensa cembung pada kehidupan
Aplikasi lensa cekung dan lensa cembung.
V
2
sehari-hari. 7.
Mengoperasikan rumus 𝑃 =
1 𝑓
Kekuatan lensa V
14, 15
dalam perhitungan kuat lensa.
C4 : Analisis dan Sintesis C5 : Evaluasi C6 : Mencipta/menghasilkan
107
Keterangan: C1 : Ingatan C2 : Pemahaman C3 : Penerapan/aplikasi
108
Lampiran 12 Soal Uji Coba Siklus 2 Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memilih salah satu jawaban dengan memberi tanda silang ( X ) pada huruf a, b, c, atau d!
5.
1. Sebuah benda diletakkan 25 cm di depan lensa cekung yang memiliki jarak fokus 50 cm. Jarak bayangan dengan pusat lensa adalah... bersifat maya. a. 25,7 cm c. 15,7 cm b. 16,7 cm d. 10 cm
6.
Tinggi bayangannya adalah... . a. 10 cm c. 2 cm b. 5 cm d. 1 cm
7.
Sebuah benda berada pada jarak 10 cm di depan lensa cekung. Jika jarak fokus lensa adalah 3 kali jarak benda, maka jarak bayangan adalah... bersifat maya. 30 4 a. 4 cm c. 30 cm
2.
Perbesaran bayangannya adalah... . 1 a. 6 kali c. 5 kali b. 5 kali
Perhatikan gambar di bawah ini
b. −
Lensa yang digunakan alat tersebut adalah... . a. Lensa cekung b. Lensa datar c. Lensa cembung d. Prisma 3.
Bila berkas sinar dari medium yang lebih rapat ke medium yang kurang rapat membentuk sudut bias 90˚, maka sudut datangnya disebut... . a. Sudut bias b. Sudut batas c. Sudut normal d. Sudut pantul
Untuk soal nomor 4 s.d 6 perhatikan kalimat berikut ini. Sebuah benda terletak di depan sebuah lensa cekung dengan jarak 30 cm. Jarak fokus lensa adalah 6 cm dan tinggi benda adalah 12 cm. 4.
Jarak bayangan dengan lensa adalah... bersifat maya. a. 5 cm c. 10 cm b. 6 cm d. 35 cm
30 4
d.
cm
1 6
kali
d. −
4 30
cm
8.
Benda yang diletakkan 5 cm di depan lensa cekung dengan fokus 10 cm memiliki sifat bayangan... . a. Maya, tegak, diperkecil b. Nyata, tegak, diperkecil c. Maya, tegak, diperbesar d. Nyata, tegak, diperbesar
9.
Sebuah benda setinggi 1 m diletakkan 50 cm di depan lensa cembung sehingga terbentuk bayangan setinggi 25 cm. Jarak fokus lensa adalah... . a. 75 cm c. 14,2 cm b. 35 cm d. 10 cm
10. Pembelokan cahaya ketika berkas cahaya melewati bidang batas dua medium yang berbeda indeks biasnya disebut... cahaya. a. Pemantulan b. Pembiasan c. Perbesaran d. Pergeseran 11. Jika seberkas cahaya datang dengan sudut datang yang lebih besar dengan sudut batas, maka... . a. Cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. b. Cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal.
109 c. Cahaya tidak akan dibiaskan,melainkan dipantulkan. d. Cahaya tidak akan dibiaskan dan dipantulkan. 12. Bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung jika sebuah benda diletakkan diantara titik fokus lensa dan di dua kali fokus adalah... . a. Nyata, tegak, diperkecil b. Nyata, tegak, diperbesar c. Nyata, terbalik, diperkecil d. Nyata, terbalik, diperbesar 13. Perhatikan gambar berikut ini
a. b.
4−2𝑥 3 4+2𝑥 3
cm
c. 4 − 2𝑥 cm
cm
d. 4 + 2𝑥 cm
17. Suatu benda diletakkan pada jarak 10 cm di depan lensa cembung. Agar terbentuk bayangan dengan perbesaran 1 kali, besar jarak fokus lensa adalah... . a. 1 cm c. 10 cm b. 5 cm d. 20 cm 18. Di bawah ini gambar yang tepat mengenai pembiasan pada lensa cembung, kecuali... . a. F1F 1
Dari gambar di atas, sifat lensa cembung adalah... . a. Konvergen b. Divergen c. Dispersi d. Interferensi
b.
14. Jika perbesaran bayangan sebuah lensa cembung adalah 0,5 kali dan benda berada 4 cm di depan lensa, maka besar kuat lensa adalah... dioptri. 3 a. c. 75
c.
4
b.
4 3
F1F 1
F1F 1
F2F 2
F2F 2
F2F 2
d.
d. 300 F1F 1
15. Sebuah lensa cembung memiliki kuat lensa sebesar 2 dioptri, maka besar fokus lensa tersebut adalah... cm a. 0,5 c. 25 b. 20 d. 50 16. Sebuah benda diletakkan di depan lensa cekung sejauh 2 kali jarak fokus lensa. Jika jarak fokus adalah (2-x) cm. Letak bayangan yang terbentuk adalah… bersifat maya.
F F2 2
19. Jika perbesaran bayangan sebuah lensa cembung adalah 0,5 kali dan benda diletakkan 4 cm di depan lensa, maka jarak bayangan dengan lensa adalah... . a. 8 cm c. 3,5 cm b. 4 cm d. 2 cm
110 20. Sebuah benda yang tingginya 2 cm berdiri 6 cm di depan lensa cembung yang jarak fokusnya 4 cm, perbesaran bayangannya adalah... kali a. 1 kali c. 3 kali b. 2 kali d. 4 kali 21. Perhatikan gambar berikut
Pernyataan yang paling tepat untuk gambar di atas adalah... . a. Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus sisi pertama. b. Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus sisi pertama. c. Sinar datang melalui titik fokus sisi pertama dibiaskan sejajar sumbu utama. d. Sinar datang menuju pusat kelengkungan lensa diteruskan tidak dibiaskan. 22. Perhatikan gambar berikut
d. Sinar datang menuju pusat lensa diteruskan tidak dibiaskan. 23. Perhatikan beberapa pernyataan berikut. I. Bila kita memasukkan sebagian kayu kedalam air, maka kita melihat kayu membengkok. II. Bila kita perhatikan dasar kolam, kolam akan tampak lebih dangkal. III. Kita melihat wajah kita di cermin. IV. Pelangi yang muncul setelah turun hujan. Yang merupakan akibat dari adanya pembiasan cahaya adalah pernyataan nomor... a. I, II, dan III b. I, II, dan IV c. I, III, dan IV d. II, III, dan IV 24. Perhatikan gambar dibawah ini N
Kaca Udara
i
r
Pernyataan yang tepat untuk gambar di atas adalah... . a. Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus sisi pertama. b. Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus sisi pertama. c. Sinar datang melalui titik fokus sisi pertama dibiaskan sejajar sumbu utama.
Pernyataan yang paling tepat untuk gambar adalah... . a. Berkas sinar datang dari medium rapat ke kurang rapat dibiaskan menjauhi garis normal b. Berkas sinar datang dari medium rapat ke kurang rapat dibiaskan mendekati garis normal c. Berkas sinar datang dari medium kurang rapat ke lebih rapat dibiaskan menjauhi garis normal d. Berkas sinar datang dari medium kurang rapat ke lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal
111 25. Suatu benda diletakkan di depan lensa cembung sejauh 2 − 𝑥 . Agar perbesaran bayangan menjadi 3 kali, maka jarak fokus lensa adalah... cm 4 a. 6 − 3𝑥 c. 6−3𝑥 b.
4 8−4𝑥
d.
6−3𝑥 4
26. Lensa yang bersifat menyebarkan berkas cahaya adalah… . a. Bikonveks b. Cekung c. Cembung d. Lensa lup Untuk soal nomor 27 dan 29 perhatikan kalimat berikut ini. Sebuah benda diletakkan 10 cm di depan lensa cembung dan memiliki tinggi 5 cm. Jika jarak fokus 20 cm, maka... . 27. Jarak bayangan adalah... maya. a. 240 cm c. 34 cm b. 50 cm
bersifat
d. 20 cm
28. Tinggi bayangan adalah... . a. 120 cm c. 10 cm b. 50 cm d. 20 cm 29. Sifat bayangan yang dibentuk adalah... . a. Maya, terbalik, dan diperbesar b. Maya, terbalik, dan diperkecil c. Maya, tegak, dan diperkecil d. Maya, tegak, dan diperbesar 30. Sebuah benda diletakkan 10 cm dari lensa cembung yang memiliki 2F sebesar 20 cm. Sifat bayangan yang dibentuk adalah... . a. Maya, terbalik, dan diperbesar b. Maya, terbalik, dan diperkecil c. Maya, terbalik, dan sama besar d. Tidak terbentuk bayangan
112
Lampiran 13
Kunci Jawaban Soal Uji Coba Siklus 2 1. B 2. C 3. B 4. A 5. D 6. C 7. B 8. A 9. D 10. B 11. C 12. D 13. A 14. C 15. D 16. A 17. B 18. D 19. D 20. B 21. B 22. D 23. B 24. A 25. D 26. B 27. D 28. C 29. D 30. D
Lampiran 14
113
Lampiran 15
114
115
116
117
118
119
Lampiran 16
Lembar Observasi Keaktifan Siswa Nama Siswa :
No Kemampuan yang diamati
Indikator
Skor Kriteria Penilaian
1
Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli
4
Mengemukakan pendapat
3
2
1 2
Menjelaskan
Kemampuan siswa menjelaskan dalam kelompok asal
4 3 2 1
3
Bertanya
Identifikasi siswa dalam memperoleh informasi
4
3
2
4
Menanggapi
Memberi tanggapan pada saat pembelajaran di kelas
1 4
3
Siswa mengemukakan pendapat 4-5 kali dengan baik dan lancar Siswa mengemukakan pendapat 2-3 kali dengan baik dan lancar Siswa mengemukakan pendapat sekali dengan baik dan lancar Siswa tidak pernah mengemukakan pendapat Siswa menjelaskan dengan sistematis dan lancar. Siswa menjelaskan dengan sistematis namun kurang lancar. Siswa menjelaskan dengan lancar namun kurang sistematis. Siswa kurang dapat menjelaskan dengan sistematis dan lancar.
Inisiatif siswa untuk bertanya kepada guru dan teman dengan kemauan sendiri Siswa bertanya kepada guru dikarenakan ada dorongan dari teman Siswa hanya berani bertanya pada teman Bersikap diam Siswa memberi tanggapan terhadap materi dalam setiap sub bab materi minimal 3 tanggapan Siswa memberi tanggapan terhadap materi dalam setiap sub bab materi minimal 2 tanggapan
120
2
1
5
Menyimak presentasi
Menyimak presentasi dari siswa lain.
4
3
2
1
Siswa memberi tanggapan terhadap materi dalam setiap sub bab materi minimal 1 tanggapan Siswa sama sekali tidak memberikan tanggapan terhadap materi dalam setiap sub bab Siswa menyimak presentasi dari 3-4 siswa dalam kelompok asalnya. Siswa hanya menyimak presentasi dari 2 siswa dalam kelompok asalnya. Siswa hanya menyimak presentasi dari seorang siswa dalam kelompok asalnya. Siswa tidak pernah menyimak presentasi dari semua siswa dalam kelompok asalnya.
Nilai yang diperoleh adalah: Skor total = ∑ Aspek yang dinilai x skor maksimal
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 =
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 𝑥 100 % 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Kriteria Penilaian: Nilai
Kriteria
81,25% ≤ N ≤ 100%
Sangat baik
62,5% ≤ N ≤ 81,25 %
Baik
43,75 ≤ N ≤ 62,5 %
Cukup
25 % ≤ N ≤ 43,75 %
Kurang baik
121
Lampiran 17
Kisi-kisi Soal Siklus 1 SATUAN PENDIDIKAN
: MTs NU Ungaran
MATA PELAJARAN
: IPA FISIKA
KELAS/SEMESTER
: VIII/1
TOPIK
: CAHAYA
STANDAR KOMPETENSI : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. KOMPETENSI DASAR
: 6.3. Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.
INDIKATOR 9.
TOPIK
Menjelaskan hukum pemantulan cahaya
Hukum pemantulan cahaya
TINGKATAN BERPIKIR C1 C2 C3 C4 C5 C6 V
1 V V
10. Mendefinisikan jenis-jenis
6
Cermin datar.
C4 : Analisis dan Sintesis C5 : Evaluasi C6 : Mencipta/menghasilkan
V
5
V
7
121
Keterangan: C1 : Ingatan C2 : Pemahaman C3 : Penerapan/aplikasi
4
Hukum pemantulan cahaya
pemantulan. 11. Menjelaskan sifat dan pembentukan bayangan pada
NO. SOAL
122
cermin datar
V
10
V
8 V
12. Mendiskripsikan pembentukan dan
Cermin cekung.
V
9 2, 17
sifat bayangan yang dibentuk oleh V
cermin cekung.
13. Mendiskripsikan pembentukan dan
Cermin cembung.
3
V
11
V
21
sifat bayangan yang dibentuk oleh V
cermin cembung. 1
1
1
14. Mengoperasikan rumus 𝑓 = 𝑠 + 𝑠′
16, 24
Persamaan cermin cekung dan cermin cembung.
dalam perhitungan cermin cekung
V
12, 19, 23
V
13, 14, 22, 25
dan cermin cembung. 15. Mengoperasikan rumus 𝑀 = 𝑖 𝑜
𝑠𝑖
=
𝑠0
Persamaan cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung.
dalam perhitungan cermin
datar, cermin cekung dan cermin C4 : Analisis dan Sintesis C5 : Evaluasi C6 : Mencipta/menghasilkan
122
Keterangan: C1 : Ingatan C2 : Pemahaman C3 : Penerapan/aplikasi
123
cembung. 16. Menjelaskan aplikasi cermin cekung, dan cermin cembung pada
Aplikasi cermin cekung, dan cermin cembung. V
kehidupan sehari-hari.
C4 : Analisis dan Sintesis C5 : Evaluasi C6 : Mencipta/menghasilkan
15 18
123
Keterangan: C1 : Ingatan C2 : Pemahaman C3 : Penerapan/aplikasi
V
124
Lampiran 18 Soal Siklus 1 Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memilih salah satu jawaban dengan memberi tanda silang ( X ) pada huruf a, b, c, atau d! 1. Berikut ini merupakan bunyi hukum pemantulan: i. Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada satu bidang datar. ii. Bidang pantul tegak lurus dengan garis normal. iii. Sudut sinar datang sama dengan sudut sinar pantul. Pernyataan yang benar adalah... . a. i, ii, dan iii b. i dan ii c. i dan iii d. ii dan iii 2.
3.
4.
5.
Perhatikan pernyataan berikut dengan teliti. i. Pemantulan sinar yang mengenai dinding rumah yang tidak rata. ii. Pemantulan cahaya pada keramik mengkilat.. iii. Pemantulan cahaya pada cermin datar. iv. Pemantulan sinar yang mengenai permukaan kayu yang kasar. Pernyataan di atas yang merupakan pemantulan baur adalah... . a. i dan ii c. i dan iv b. i dan iii d. ii dan iv
6.
Perhatikan gambar berikut ini
Sinar Datang
Benda yang terletak diantara titik fokus dan pusat kelengkungan cermin pada cermin cekung sifat bayangannya adalah… . a. Nyata, terbalik, diperbesar b. Nyata, terbalik, diperkecil c. Nyata, tegak, diperbesar d. Maya, tegak, diperbesar Seberkas cahaya sejajar dijatuhkan pada sebuah cermin cekung. Pada cermin, berkas cahaya itu mengalami… a. Pembiasan sehingga sinarnya menyebar b. Pemantulan sehingga sinarnya mengumpul c. Pembiasan sehingga sinarnya mengumpul d. Pemantulan sehingga sinarnya menyebar Seberkas sinar datang mengenai cermin datar, antara sinar datang dan garis normal terbentuk sudut sebesar 30˚. Besar sudut pantulnya adalah... . a. 15˚ c. 45˚ b. 30˚ d. 60˚
Garis Normal
Sinar Pantul
r 50˚
Besarnya sudut pantul (r) adalah... . a. 50˚ c. 60˚ b. 40˚ d. 90˚ 7.
Perhatikan gambar berikut ini
Cermin Datar
Jika kata di atas dilihat melalui cermin datar, bayangan kata menjadi... . a.
b.
125 11. Benda yang terletak diantara pusat
c.
d. 8.
Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar adalah… . a. Maya, tegak, sama besar, berkebalikan b. Nyata, tegak, sama besar, berkebalikan c. Nyata, tegak, diperbesar, berkebalikan d. Nyata, tegak, diperkecil, berkebalikan
9. Sebuah benda setinggi 2 m berjarak 5 m dari sebuah cermin datar. Berapakah tinggi dan jarak bayangan pada cermin... . a. 10 m dan 7 m c. 5 m dan 2 m b. 7 m dan 10 m d. 2 m dan 5 m
optik dan titik fokus pada cermin cekung sifat bayangan yang terjadi adalah… . a. Nyata, terbalik, diperbesar b. Nyata, terbalik, diperkecil c. Nyata, tegak, diperbesar d. Maya, tegak, diperbesar Untuk soal nomor 12 s.d 14 perhatikan kalimat berikut ini. Sebuah benda terletak di depan sebuah cermin cekung dengan jarak 30 cm. Jarijari cermin adalah 10 cm dan tinggi benda adalah 10 cm. 12. Jarak bayangan dengan adalah... . a. 6 cm c. 10 cm b. 7 cm d. 35 cm
cermin
13. Perbesaran bayangan adalah... . 1 a. 6 kali c. 5 kali b. 5 kali
d.
1 6
kali
10. Perhatikan gambar berikut 14. Tinggi bayangan adalah... . a. 10 cm c. 2 cm b. 5 cm d. 0,5 cm
Cermin Datar D
C
A
B
Bayangan yang terbentuk oleh cermin datar adalah... . a.
C
D
c.
C
D A
B
B
A
b.
D
C
B
A
C
D
d. B
A
15. Parabola menggunakan permukaan yang cekung, dikarenakan untuk... . a. Memfokuskan gelombang mikro yang sejajar. b. Memfokuskan gelombang mikro yang baur. c. Menyebarkan gelombang mikro yang sejajar. d. Menyebarkan gelombang mikro yang baur. 16. Suatu cermin cekung menghasilkan bayangan bersifat nyata, terbalik, diperbesar. Letak benda yang memiliki bayangan tersebut berada di... . a. Antara pusat optik dengan titik fokus b. Antara titik fokus dengan pusat kelengkungan
126 c. Tepat di fokus cermin d. Tepat di pusat kelengkungan cermin
a.
17. Perhatikan gambar berikut ini b. Bayangan
M
F Benda
c.
Bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung di atas adalah... . a. Nyata, tegak, diperkecil b. Nyata, tegak, diperbesar c. Maya, tegak, diperkecil d. Maya, tegak, diperbesar 18. Bayangan maya adalah... . a. Bayangan yang terbentuk oleh perpotongan sinar-sinar pantul. b. Bayangan yang terbentuk oleh perpotongan perpanjangan sinarsinar pantul. c. Bayangan yang terbentuk oleh sinar dari titik fokus. d. Bayangan yang terbentuk dari sinar pusat kelengkungan cermin. 19. Sebuah benda diletakkan 4 cm di depan cermin cekung yang berjarak fokus 6 cm. Letak bayangan yang terbentuk adalah… di belakang cermin a. 10 cm c. 24 cm b. 12 cm d. 32 cm 20. Suatu benda setinggi 24 cm berada di depan cermin cembung, bayangan yang dibentuk memiliki tinggi 6 cm. Perbesaran bayangan cermin cembung tersebut adalah... . a. 4 kali c. 0,5 kali b. 2 kali d. 0,25 kali 21. Di bawah ini gambar yang tepat mengenai pemantulan cermin cembung, kecuali... .
d.
22. Sebuah benda yang tingginya 4 cm berdiri 12 cm di depan lensa cembung yang jarak fokusnya 4 cm, tinggi bayangannya adalah... . a. 1 cm c. 16 cm b. 2 cm d. 48 cm Untuk soal nomor 23 dan 24 perhatikan kalimat berikut ini. Sebuah cermin cembung memiliki jari-jari kelengkungan 30 cm. Jika benda diletakkan 10 cm di depan cermin. 23. Jarak bayangan ke cermin adalah... . a. 30 cm c. 6 cm b. 20 cm d. 3 cm 24. Sifat bayangan yang dibentuk adalah... . a. Maya, tegak, dan diperbesar b. Maya, tegak, dan diperkecil c. Nyata, tegak, dan diperkecil d. Nyata, tegak, dan diperbesar 25. Sebuah benda diletakkan di muka cermin cekung yang mempunyai jarak fokus 15 cm. Agar bayangan yang terbentuk 3 kali lebih besar
127 dan nyata, maka benda harus diletakkan di depan cermin sejauh…. a. 10 cm c. 20 cm b. 15 cm d. 25 cm
128
Lampiran 19
Kunci Jawaban Soal Siklus 1
1. C 2. A 3. B 4. B 5. C 6. B 7. B 8. A 9. D 10. B 11. D 12. A 13. C 14. C 15. A 16. B 17. D 18. B 19. B 20. D 21. D 22. A 23. A 24. B 25. C
129
Lampiran 20
Kisi-kisi Soal Siklus 2 SATUAN PENDIDIKAN
: MTs NU Ungaran
MATA PELAJARAN
: IPA FISIKA
KELAS/SEMESTER
: VIII/1
TOPIK
: CAHAYA
STANDAR KOMPETENSI : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. KOMPETENSI DASAR
: 6.3. Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.
INDIKATOR 8.
TOPIK
Menjelaskan hukum pembiasan
Hukum pembiasan cahaya
TINGKATAN BERPIKIR C1 C2 C3 C4 C5 C6 V
NO. SOAL 9
cahaya. V
19 V
V
18 V
9.
Mendiskripsikan pembentukan dan
C4 : Analisis dan Sintesis C5 : Evaluasi C6 : Mencipta/menghasilkan
V
8, 25 12
129
Keterangan: C1 : Ingatan C2 : Pemahaman C3 : Penerapan/aplikasi
Lensa cembung
3
130
sifat bayangan yang dibentuk oleh
V
10, 15, 16
lensa cembung. V
1
1
1
10. Mengoperasikan rumus 𝑓 = 𝑠 + 𝑠′
20 V
24
V
1, 4,7, 11, 17, 22
V
5, 6, 19, 21, 23
Persamaan lensa cekung dan lensa cembung.
dalam perhitungan lensa cekung dan lensa cembung. 𝑠𝑖
11. Mengoperasikan rumus 𝑀 = 𝑖 𝑜
𝑠0
=
Persamaan lensa cekung dan lensa cembung.
dalam perhitungan lensa
cekung dan lensa cembung. 12. Menjelaskan aplikasi lensa cekung dan lensa cembung pada kehidupan
Aplikasi lensa cekung dan lensa cembung.
V
2
sehari-hari. 13. Mengoperasikan rumus 𝑃 =
1 𝑓
Kekuatan lensa V
13, 14
dalam perhitungan kuat lensa.
C4 : Analisis dan Sintesis C5 : Evaluasi C6 : Mencipta/menghasilkan
130
Keterangan: C1 : Ingatan C2 : Pemahaman C3 : Penerapan/aplikasi
Lampiran 21
131 Soal Siklus 2
Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memilih salah satu jawaban dengan memberi tanda silang ( X ) pada huruf a, b, c, atau d!
5.
1.
6.
Tinggi bayangannya adalah... . a. 10 cm c. 2 cm b. 5 cm d. 1 cm
7.
Benda yang diletakkan 5 cm di depan lensa cekung dengan fokus 10 cm memiliki sifat bayangan... . a. Maya, tegak, diperkecil b. Nyata, tegak, diperkecil c. Maya, tegak, diperbesar d. Nyata, tegak, diperbesar
8.
Sebuah benda setinggi 1 m diletakkan 50 cm di depan lensa cembung sehingga terbentuk bayangan setinggi 25 cm. Jarak
2.
Sebuah benda diletakkan 25 cm di depan lensa cekung yang memiliki jarak fokus 50 cm. Jarak bayangan dengan pusat lensa adalah... bersifat maya. a. 25,7 cm c. 15,7 cm b. 16,7 cm d. 10 cm
Perbesaran bayangannya adalah... . 1 a. 6 kali c. 5 kali b. 5 kali
Perhatikan gambar di bawah ini
d.
1 6
kali
fokus lensa adalah... . a. 75 cm c. 14,2 cm b. 35 cm d. 10 cm Lensa yang digunakan alat tersebut adalah... . a. Lensa cekung b. Lensa datar c. Lensa cembung d. Prisma 3.
Bila berkas sinar dari medium yang lebih rapat ke medium yang kurang rapat membentuk sudut bias 90˚, maka sudut datangnya disebut... . a. Sudut bias b. Sudut batas c. Sudut normal d. Sudut pantul
Untuk soal nomor 4 s.d 6 perhatikan kalimat berikut ini. Sebuah benda terletak di depan sebuah lensa cekung dengan jarak 30 cm. Jarak fokus lensa adalah 6 cm dan tinggi benda adalah 12 cm. 4.
Jarak bayangan dengan lensa adalah... bersifat maya. a. 5 cm c. 10 cm b. 6 cm d. 35 cm
9.
Jika seberkas cahaya datang dengan sudut datang yang lebih besar dengan sudut batas, maka... . a. Cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. b. Cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. c. Cahaya tidak akan dibiaskan, melainkan dipantulkan. d. Cahaya tidak akan dibiaskan dan dipantulkan.
10. Bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung jika sebuah benda diletakkan diantara titik fokus lensa dan di dua kali fokus adalah... . a. Nyata, tegak, diperkecil b. Nyata, tegak, diperbesar c. Nyata, terbalik, diperkecil d. Nyata, terbalik, diperbesar 11. Jika perbesaran bayangan sebuah lensa cembung adalah 0,5 kali dan benda berada 4 cm di depan lensa, maka besar kuat lensa adalah... dioptri.
132 a. b.
3
c. 75
4 4
d. 300
3
12. Sebuah lensa cembung memiliki kuat lensa sebesar 2 dioptri, maka besar fokus lensa tersebut adalah... cm a. 0,5 c. 25 b. 20 d. 50 13. Sebuah benda diletakkan di depan lensa cekung sejauh 2 kali jarak fokus lensa. Jika jarak fokus adalah 2 − 𝑥 cm. Letak bayangan yang terbentuk adalah… bersifat maya. 4−2𝑥 a. cm c. 4 − 2𝑥 cm 3 b. −
4−2𝑥 3
cm
d. 4 + 2𝑥 cm
14. Suatu benda diletakkan pada jarak 10 cm di depan lensa cembung. Agar terbentuk bayangan dengan perbesaran 1 kali, besar jarak fokus lensa adalah... . a. 1 cm c. 10 cm b. 5 cm d. 20 cm 15. Jika perbesaran bayangan sebuah lensa cembung adalah 0,5 kali dan benda diletakkan 4 cm di depan lensa, maka jarak bayangan dengan lensa adalah... . a. 8 cm c. 3,5 cm b. 4 cm d. 2 cm 16. Sebuah benda yang tingginya 2 cm berdiri 6 cm di depan lensa cembung yang jarak fokusnya 4 cm, perbesaran bayangannya adalah... kali a. 1 kali c. 3 kali b. 2 kali d. 4 kali 17. Perhatikan gambar berikut
Pernyataan yang paling tepat untuk gambar di atas adalah... . a. Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus sisi pertama. b. Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus sisi pertama. c. Sinar datang melalui titik fokus sisi pertama dibiaskan sejajar sumbu utama. d. Sinar datang menuju pusat kelengkungan lensa diteruskan tidak dibiaskan. 18. Perhatikan beberapa pernyataan berikut. I. Bila kita memasukkan sebagian kayu kedalam air, maka kita melihat kayu membengkok. II. Bila kita perhatikan dasar kolam, kolam akan tampak lebih dangkal. III. Kita melihat wajah kita di cermin. IV. Pelangi yang muncul setelah turun hujan. Yang merupakan akibat dari adanya pembiasan cahaya adalah pernyataan nomor... a. I, II, dan III b. I, II, dan IV c. I, III, dan IV d. II, III, dan IV 19. Perhatikan gambar dibawah ini N
Kaca Udara
i
r
Pernyataan yang paling tepat untuk gambar adalah... .
133 a. Berkas sinar datang dari medium rapat ke kurang rapat dibiaskan menjauhi garis normal b. Berkas sinar datang dari medium rapat ke kurang rapat dibiaskan mendekati garis normal c. Berkas sinar datang dari medium kurang rapat ke lebih rapat dibiaskan menjauhi garis normal d. Berkas sinar datang dari medium kurang rapat ke lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal 20. Suatu benda diletakkan di depan lensa cembung sejauh 2 − 𝑥 . Agar perbesaran bayangan menjadi 3 kali, maka jarak fokus lensa adalah... cm 4 a. 6 − 3𝑥 c. 6−3𝑥 b.
4 8−4𝑥
d.
6−3𝑥 4
Untuk soal nomor 21 sampai 23 perhatikan kalimat berikut ini. Sebuah benda diletakkan 10 cm di depan lensa cembung dan memiliki tinggi 5 cm. Jika jarak fokus 20 cm, maka... . 21. Jarak bayangan adalah... maya. a. 240 cm c. 34 cm b. 50 cm
bersifat
d. 20 cm
22. Tinggi bayangan adalah... . a. 120 cm c. 10 cm b. 50 cm d. 20 cm 23. Sifat bayangan yang dibentuk adalah... . a. Maya, terbalik, dan diperbesar b. Maya, terbalik, dan diperkecil c. Maya, tegak, dan diperkecil d. Maya, tegak, dan diperbesar 24. Sebuah benda diletakkan 10 cm dari lensa cembung yang memiliki 2F sebesar 20 cm. Sifat bayangan yang dibentuk adalah... .
a. b. c. d.
Maya, terbalik, dan diperbesar Maya, terbalik, dan diperkecil Maya, terbalik, dan sama besar Tidak terbentuk bayangan
134
Lampiran 22
Kunci Jawaban Soal Siklus 2 1. B 2. C 3. B 4. A 5. D 6. C 7. A 8. A 9. D 10. B 11. C 12. D 13. C 14. B 15. D 16. D 17. B 18. D 19. A 20. B 21. D 22. D 23. C 24. D 25. D
135
Lampiran 23
Daftar Nama Siswa Uji Coba Soal NAMA SISWA AKSANA INDAH AVIA D ALDEA VISTRA REZANIA APRILIA KARTIKA DEWI ARISKA FEBRIANA D. DIAN KUSWORO DIAN NUR ANGGRAENI DILLA AFRIYANTI FARIDYA DWI K. FIFI SETIANIFA FITRIA NOVITA SARI IDA WULANDARI LESTARI WIDYASTUTI NADIA KUMALASARI NADILA YULIANA NUR FITRIANINGSIH PRADITA KUSUMA DEWI PUTRI INTAN SETIAWATI RISKI ASRI MAWARNI SANI RIZKI KURNIAWATI SITI AISYAH DIANA HASTUTI SITI UBAIDILAH SIVA DWININGSIH TITA PANGESTI TRI EVY OCTAVYANI TYAS WAHYUNINGSIH VIOLITTA DEMOHAM C VITA ATIKA SARI VITA ROHMATIKA VITRIYA AVRIYANI S
KODE SISWA UC-1 UC-2 UC-3 UC-4 UC-5 UC-6 UC-7 UC-8 UC-9 UC-10 UC-11 UC-12 UC-13 UC-14 UC-15 UC-16 UC-17 UC-18 UC-19 UC-20 UC-21 UC-22 UC-23 UC-24 UC-25 UC-26 UC-27 UC-28 UC-29 UC-30
136
Lampiran 24
Daftar Nama Siswa Penelitian NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
NAMA AFDA KHOIRUL ANAM AGUS BASOIR AIDA FATIMAH AKHMAD SUKRI UMAMI AMALIA SAFITRI ARIF'AN ARINA ADDIBA AVIVATUL LUTVIANA L BAGAS RENO NUR R. BRYAN ADI N. CHRISTIANA DYAH S. FARHAL FUADI FATRI DINNA S. FITRA RISQI R. GASA PRAMUDIA INDRA P. IMAM BAHAIAKI IQBAL BURHANI ISNAINI KHUSNUL K ISTIANA NUR F. KARISMA INDAH L. KRISMONIA KURNIA RAHMA DHANI LAYYINATUS SIFA M. NUR FADZILAH M.CAHYO SAPUTRO MAHBUB ABDILLAH MERI DWI LESTARI MIMIN AMBARWATI MU'ALFAH MUNIF FAISAL F. NILA MUNIKA PUJI MAE A. RITA WIDIANTI RIZKI FAJAR YULIANTO RIZQI TIARA ANJANI S. TRI AGUS M.
KODE SISWA P-1 P-2 P-3 P-4 P-5 P-6 P-7 P-8 P-9 P-10 P-11 P-12 P-13 P-14 P-15 P-16 P-17 P-18 P-19 P-20 P-21 P-22 P-23 P-24 P-25 P-26 P-27 P-28 P-29 P-30 P-31 P-32 P-33 P-34 P-35 P-36 P-37
137
38 39 40
WAHYU SETIYOWATI WIWIN SOCHIFAH YULI ATIKA NINGTYAS
P-38 P-39 P-40
KELOMPOK 1
KELOMPOK 2
KELOMPOK 3
AFDA KHOIRUL ANAM
BRYAN ADI N.
GASA PRAMUDIA INDRA P
AKHMAD SUKRI UMAMI
KURNIA RAHMA DHANI
MUNIF FAISAL F.
BAGAS RENO NUR R.
FARHAL FUADI
FATRI DINNA S.
ARIF'AN
IMAM BAHAIAKI
MAHBUB ABDILLAH
WIWIN SOCHIFAH
YULI ATIKA NINGTYAS
AMALIA SAFITRI
ISTIANA NUR F.
MIMIN AMBARWATI
WAHYU SETIYOWATI
KELOMPOK 4
KELOMPOK 5
KELOMPOK 6
AGUS BASOIR
RIZQI
TRI AGUS M.
RITA WIDIANTI
MERI DWI LESTARI
AIDA FATIMAH
FITRA RISQI R.
PUJI MAE A.
KARISMA INDAH L.
NILA MUNIKA
M.CAHYO SAPUTRO
RIZKI FAJAR YULIANTO
LAYYINATUS SIFA
KRISMONIA
TIARA ANJANI S.
MU'ALFAH
ARINA ADDIBA
M. NUR FADZILAH
AVIVATUL LUTVIANA L
ISNAINI KHUSNUL K
KURNIA RAHMA DHANI
Lampiran 25
Daftar Kelompok Asal Siklus 1
CHRISTIANA DYAH S.
138
AHLI HUKUM PEMANTULAN
AHLI CERMIN DATAR
AHLI CERMIN CEKUNG 1
AFDA KHOIRUL ANAM
AKHMAD SUKRI UMAMI
BAGAS RENO NUR R.
MIMIN AMBARWATI
YULI ATIKA NINGTYAS
IMAM BAHAIAKI
FATRI DINNA S.
M. NUR FADZILAH
MAHBUB ABDILLAH
AGUS BASOIR
RITA WIDIANTI
FITRA RISQI R.
M.CAHYO SAPUTRO
ARINA ADDIBA
KRISMONIA
KARISMA INDAH L.
AMALIA SAFITRI
TIARA ANJANI S.
ISNAINI KHUSNUL K
Lampiran 26
Daftar Kelompok Ahli Siklus 1 Daftar Kelompok Asal Siklus 1
PUJI MAE A.
AHLI CERMIN CEMBUNG 1
AHLI CERMIN CEKUNG 2
AHLI CERMIN CEMBUNG 2
ARIF'AN
WIWIN SOCHIFAH
ISTIANA NUR F.
CHRISTIANA DYAH S.
BRYAN ADI N.
FARHAL FUADI
KURNIA RAHMA DHANI
MUNIF FAISAL F.
WAHYU SETIYOWATI
GASA PRAMUDIA INDRA P
LAYYINATUS SIFA
MU'ALFAH
NILA MUNIKA
AVIVATUL LUTVIANA L
MERI DWI LESTARI
RITA WIDIANTI
RIZQI
RIZKI FAJAR YULIANTO
TRI AGUS M.
AIDA FATIMAH
139
KELOMPOK 1
KELOMPOK 2
KELOMPOK 3
AFDA KHOIRUL ANAM
BRYAN ADI N.
GASA PRAMUDIA INDRA P
AKHMAD SUKRI UMAMI
KURNIA RAHMA DHANI
MUNIF FAISAL F.
BAGAS RENO NUR R.
FARHAL FUADI
FATRI DINNA S.
ARIF'AN
IMAM BAHAIAKI
MAHBUB ABDILLAH
WIWIN SOCHIFAH
YULI ATIKA NINGTYAS
AMALIA SAFITRI
ISTIANA NUR F.
MIMIN AMBARWATI
WAHYU SETIYOWATI
KELOMPOK 4
KELOMPOK 5
KELOMPOK 6
AGUS BASOIR
RIZQI
TRI AGUS M.
RITA WIDIANTI
MERI DWI LESTARI
AIDA FATIMAH
FITRA RISQI R.
PUJI MAE A.
KARISMA INDAH L.
NILA MUNIKA
M.CAHYO SAPUTRO
RIZKI FAJAR YULIANTO
LAYYINATUS SIFA
KRISMONIA
TIARA ANJANI S.
MU'ALFAH
ARINA ADDIBA
M. NUR FADZILAH
AVIVATUL LUTVIANA L
ISNAINI KHUSNUL K
KURNIA RAHMA DHANI
Lampiran 27
Daftar Kelompok Asal Siklus 2
CHRISTIANA DYAH S.
140
AHLI PEMBIASAN CAHAYA 1
AHLI LENSA CEKUNG 1
AHLI LENSA CEMBUNG 1
AFDA KHOIRUL ANAM
AKHMAD SUKRI UMAMI
BAGAS RENO NUR R.
MIMIN AMBARWATI
YULI ATIKA NINGTYAS
IMAM BAHAIAKI
FATRI DINNA S.
M. NUR FADZILAH
MAHBUB ABDILLAH
AGUS BASOIR
RITA WIDIANTI
FITRA RISQI R.
M.CAHYO SAPUTRO
ARINA ADDIBA
KRISMONIA
KARISMA INDAH L.
AMALIA SAFITRI
TIARA ANJANI S.
ISNAINI KHUSNUL K
Lampiran 28
Daftar Daftar Kelompok Kelompok Asal Ahli Siklus Siklus 2 2
PUJI MAE A.
AHLI LENSA CEKUNG 2
AHLI LENSA CEMBUNG 2
AHLI PEMBIASAN CAHAYA 2
ARIF'AN
WIWIN SOCHIFAH
ISTIANA NUR F.
CHRISTIANA DYAH S.
BRYAN ADI N.
FARHAL FUADI
KURNIA RAHMA DHANI
MUNIF FAISAL F.
WAHYU SETIYOWATI
GASA PRAMUDIA INDRA P
LAYYINATUS SIFA
MU'ALFAH
NILA MUNIKA
AVIVATUL LUTVIANA L
MERI DWI LESTARI
RITA WIDIANTI
RIZQI
RIZKI FAJAR YULIANTO
TRI AGUS M.
AIDA FATIMAH
141
Lampiran 29
142
Lampiran 30
143
Lampiran 31
144
Lampiran 32
145
Lampiran 33
146
Lampiran 34
147
Lampiran 35
148
Lampiran 36
149
Lampiran 37
150
Lampiran 38
151
152
Lampiran 39 Lembar Pengamatan Kinerja Guru Siklus 1 Nama guru : Susanto Sekolah : MTs. NU Ungaran Berilah tanda “Check” (√) pada nilai yang diperoleh oleh guru! No Komponen yang dinilai Ya INDIKATOR/ASPEK YANG No DIAMATI I PRA PEMBELAJARAN 1 Kesiapan ruang dan media pembelajaran 2 Memeriksa kesiapan siswa II 1 2 III 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 IV. 1 2
MEMBUKA PEMBELAJARAN Melakukan kegiatan apersepsi Menyampaian kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Menjelasakan materi inti secara singkat dan jelas Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar Menunbuhkan partisipasi aktif siswa melalui interaksi guru, siswa, dan sumber belajar Membagi siswa menjadi 6 kelompok asal dan 6 kelompok ahli Merespon positif partisipasi siswa Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa Menguasai kelas Melaksanakan pembelajaran secara runtut sesuai RPP Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan Melakukan evaluasi pembelajaran Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar Rata-rata III PENUTUP Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan Rata-rata IV
Penilaian Tidak
153
Keterangan Ya
: Jika guru melakukan aktivitas tersebut
Tidak : Jika guru tidak melakukan aktivitas tersebut
Skor maksimal ideal
= 18
Skor hasil pengamatan “Ya” = ...
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑔𝑢𝑟𝑢 =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 × 100% = × 100% = ⋯ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 18
Pedoman Konversi: Tingkat pengelolaan pembelajaran
Kriteria
85%-100%
Pengelolaan pembelajaran sangat baik
70%-84%
Pengelolaan pembelajaran baik
60%-69%
Pengelolaan pembelajaran cukup baik
50%-59%
Pengelolaan pembelajaran kurang baik
< 50%
Pengelolaan pembelajaran tidak baik
Semarang,
Observator
Isna Afiv, S.Pd
154
Lampiran 40 Lembar Pengamatan Kinerja Guru Siklus 2 Nama guru : Susanto Sekolah : MTs. NU Ungaran Berilah tanda “Check” (√) pada nilai yang diperoleh oleh guru! No Komponen yang dinilai Ya INDIKATOR/ASPEK YANG No DIAMATI I PRA PEMBELAJARAN 1 Kesiapan ruang dan media pembelajaran 2 Memeriksa kesiapan siswa II 1 2 III 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 IV. 1 2
MEMBUKA PEMBELAJARAN Melakukan kegiatan apersepsi Menyampaian kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Menjelasakan materi inti secara singkat dan jelas Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar Menunbuhkan partisipasi aktif siswa melalui interaksi guru, siswa, dan sumber belajar Membagi siswa menjadi 6 kelompok asal dan 6 kelompok ahli Merespon positif partisipasi siswa Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa Menguasai kelas Melaksanakan pembelajaran secara runtut sesuai RPP Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan Melakukan evaluasi pembelajaran Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar Rata-rata III PENUTUP Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan Rata-rata IV
Penilaian Tidak
155
Keterangan Ya
: Jika guru melakukan aktivitas tersebut
Tidak : Jika guru tidak melakukan aktivitas tersebut
Skor maksimal ideal
= 18
Skor hasil pengamatan “Ya” = ...
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑔𝑢𝑟𝑢 =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 × 100% = × 100% = ⋯ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 18
Pedoman Konversi: Tingkat pengelolaan pembelajaran
Kriteria
85%-100%
Pengelolaan pembelajaran sangat baik
70%-84%
Pengelolaan pembelajaran baik
60%-69%
Pengelolaan pembelajaran cukup baik
50%-59%
Pengelolaan pembelajaran kurang baik
< 50%
Pengelolaan pembelajaran tidak baik
Semarang,
Observator
Isna Afiv, S.Pd
Lampiran 41 Dokumentasi 1.
Uji Coba Soal
2.
Penelitian
156
Lampiran 42
157
Lampiran 43
158
Lampiran 44
159