PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIIIB SMPN 5 SANGGAU
Masdalifah SMPN 5 Sanggau Abstrak: Hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Sanggau selama ini selalu di bawah nilai KKM. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya motivasi belajar siswa, oleh karena itu guru mencoba mengatasinya dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam dua siklus. Setiap siklus melalui tahap planning, acting, observing, dan reflecting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran koperatif jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi siswa. Kata kunci: jigsaw, motivasi belajar, hasil belajar, biologi
Penulisan ini berdasar latar belakang bahwa pada kegiatan pembelajaran yang selama ini dilakukan guru yang lebih banyak menggunakan metode ceramah, metode ini fokus hanya pada guru, sedangkan siswa pasif (teacher centered). Keadaan ini mengakibatkan hasil belajar kurang maksimal. Hasil ulangan blok sebelumya nilai tertinggi adalah 53,3 sebanyak 5 orang siswa, dan nilai terendah 26,6 sebanyak 3 orang siswa. Hasil ini menunjukan bahwa semua siswa tidak tuntas karena nilai KKM 65. Hasil pengamatan guru juga menunjukkan bahwa pada setiap kegiatan pembelajaran, siswa yang aktif bertanya dan menjawab sangat sedikit. Kondisi di atas membuat guru sangat prihatin. Dari kondisi ini guru mengidentifikasi salah satu penyebabnya adalah tidak ada motivasi dari dalam diri siswa untuk belajar. Hal tersebut mendorong guru untuk mengubah cara mengajarnya menjadi berpusat kepada siswa (student centered) melalui metode pemb-
elajaran kooperatif tipe jigsaw. Pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Slavin dalam Isjoni (2009) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Johnson (dalam Lie, 2007) mengemukakan dalam model pembelajaran kooperatif ada lima unsur yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota. dan evaluasi proses kelom-
261
262, J-TEQIP, Tahun IV, Nomor 2, November 2013
pok. Kelemahan pembelajaran pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan Slavin (Isjoni, 2009) yaitu penghargaan kelompok, pertanggung jawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Pembelajaran kooperatif jigsaw awalnya dikembangkan pada 1978 oleh Elliot Aronson di Austin Texas (Zubaidah dkk, 2013) sebagai respons terhadap kinerja yang buruk dan rendah diri anakanak Afrika-Amerika. Dengan model ini siswa yang paling rendah diri di kelaspun diberi kesempatan yang sama, yakni menjelaskan kepada semua anggota kelompoknya, dan mempunyai rasa percaya diri sebab dialah “ahli” yang menguasai sub materi tersebut. Di dalam pembelajaran model kooperatif jigsaw setiap siswa adalah anggota dari dua kelompok yang berbeda yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Prinsipnya guru membagi topik besar menjadi sub-sub topik. Siswa memulai pelajaran dalam kelompok- kelompok asal. Pada kelompok jigsaw, setiap anggota kelompok asal diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan dan memahami salah satu sub topik. Untuk memahami sub-sub topik setiap anggota tim harus berkerja sama dengan anggota kelompok lain untuk berbagi pengetahuan secara efektif dan menyelesaikan tugas atau memahami topik, dengan kata lain, setiap siswa menjadi “ahli” dan mengajarkankan ke anggota kelompok asalnya (Zubaidah dkk, 2013). Motivasi adalah keinginan yang kuat dalam diri seseorang untuk mengubah kebiasaan negatif menjadi positif, baik dalam belajar, bekerja, dan menyelesaikan setiap permasalahan hidup. Untuk mengetahui apakah seseorang memiliki kebiasaan negatif atau masalah dalam
kehidupannya, seseorang harus memiliki kemampuan untuk menyadari bahwa ia sedang punya masalah. Apabila seseorang sudah memiliki kemampuan mengidentifikasi permasalahan dalam dirinya maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut memiliki motivasi dari dalam (motivasi intristik). Tetapi apabila orang tersebut tidak mampu mengidentifikasi permasalahan dalam hidupnya maka diperlukan “motivator” yang dapat mengubah dan menyelesaikan masalahnya. Sebab jika seseorang tidak mampu mengidentifasi permasahan bagaimana ia dapat menyelesaikan masalahnya? Di dalam dunia pendidikan guru yang profesional adalah guru yang mampu menjadi “motivator siswa”. Slavin (2005) memaparkan bahwa teori motivasi dalam pembelajaran kooperatif menekankan pada derajat perubahan tujuan kooperatif mengubah insentif bagi siswa untuk melakukan tugas tugas akademik, teori kognitif menekankan pada pengaruh dari kerja sama itu sendiri (apakah kelompok tersebut mencoba meraih tujuan kelompok ataupun tidak). Tiga fungs motivasi yaitu: (1) Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang dikerjakan. (2) Menuntun arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai, dengan demikian motivasi dapat memberi arah, dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusn tujuannya. (3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukn perbuatan- perbuatan apa yang harus dikerjakan dan perbuatan apa yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Berdasarkan identifikasi masalah di kelas VIII B SMP N 5 Sanggau seperti telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah berikut ini. (1) Bagaimana penerapan model kooperatif jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. (2) Apakah penerapan model kooperatif jigsaw dapat meningkat-
Masdalifah, Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw, 263
kan motivasi dan hasil belajar siswa. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah menerapkan model kooperatif jigsaw guna meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas. Adapun manfaat penelitian ini bagi guru, dengan dilaksanakannya PTK, berarti guru juga berkedudukan sebagai peneliti, yang senantiasa bersedia meningkatkan kualitas kemampuan mengajarnya. Upaya peningkatan kualitas tersebut diharapkan dilakukan secara sistematis, realistik, dan rasional. Manfaat penelitian ini bagi siswa: siswa dilatih memiliki rasa tanggung jawab, percaya diri, merasakan pengetahuan menjadi miliknya. Melalui pembelaja-
ran kooperatif jigsaw diharapkan hasil rata-rata siswa meningkat menjadi 75 dengan jumlah siswa yang mencapai KKM lebih besar 75%. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus, setiap tahap terdiri dari 4 siklus yaitu merencanakan tindakan (olanning), melakukan tindakan (acting), mengamati tindakan (observing), dan melakukan refleksi (reflecting) seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Siklus PTK Penelitian menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (Classroom based action research) dengan 3 siklus. Masing-masing siklus terdiri atas beberapa pertemuan, melalui tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut ini. Siklus I a. Perencanaan. Pada tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan berikut. (1) Guru Menyusun rencana pembelajaran (RPP)
yang digunakan pada siklus I, yaitu untuk materi “Morfologi tumbuhan”, RPP yang disusun mengacu pada sintaks pembelajaran model kooperatif jigsaw. (2) Guru menyiapkan bahan bacaan tentang morfologi akar batang, daun, dan bunga. (3) Guru menyusun perangkat evaluasi dan lembar observasi untuk penilaian proses pada siklus 1. b. Pelaksanaan Tindakan. Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan 1 kali pertemuan yaitu 2 x 40 menit. Tahap pelak-
264, J-TEQIP, Tahun IV, Nomor 2, November 2013
sanaan tindakan yang dimaksud yaitu penerapan model kooperatif jigsaw. Proses pembelajaran mengacu pada RPP yang telah disusun oleh guru. Pada garis besarnya proses pembelajaran dengan model kooperatif jigsaw di bagi menjadi tiga tahap besar yaitu (1) pendahuluan, (2) inti pembelajaran, (3) penutup. Uraian rincinya dijelaskan pada hasil dan pembahasan. c. Observasi. Observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, denga tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dan menyeluruh tentang pembelajaran pada siklus I. Observasi dilakukan oleh guru senior dan 2 orang mahasiswa yang melakukan praktik lapangan (PPL). Fokus observasi adalah bagaimana proses penerapan tindakan yang dilakukan siswa dan guru. Aktivitas siswa meliputi kuantitas dan kualitas berdiskusi, bertanya, menjawab, menjelaskan serta rekaman situasi kelas selama proses pembelajaran. d. Refleksi. Hasil observasi dibahas bersama oleh tim peneliti (guru, dan observer). Pada akhir siklus I diperoleh gambaran bagaimana dampak penerapan pembelajaran yang telah direncanakan, yaitu penerapan model kooperatif jigsaw. Hasil pembahasan yang diperoleh merupakan refleksi dari apa yang telah terjadi selama penerapan tindakan pada siklus I. Apabila ditemukan permasalahan pada siklus I, dipakai sebagai pertimbangan merumuskan perencanaan tindakan pada siklus II. Siklus II a. Perencanaan. Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Guru dan observer mempelajari hasil refleksi tindakan pada siklus I, yang menjadi masukan dalam melakukan tindakan yang lebih efektif pada siklus II. (2) Persiapan yang dilakukan pada siklus II prinsipnya sama dengan
siklus I pada materi “Struktur dan fungsi jaringan penyusun akar”. (3) Guru menyiapkan bahan bacaan ditambah beberapa daftar pertanyan. b. Pelaksanaan tindakan. Tindakan yang dilakukan pada tahap ini sesuai dengan perencanaan pada siklus II yang sudah diperbaiki berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. c. Observasi. Tahapan ini dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Hal-hal yang diamati pada siklus I, disesuaikan dengan kondisi lapangan dan hasil refleksi pada siklus I d. Refleksi. Hasil pengamatan dibahas oleh tim peneliti. Pada siklus II diperoleh gambaran bagaimana dampak penerapan model kooperatif jigsaw. Penelitian dilakukan di SMP N 5 sanggau yang Beralamat di Jalan Flamboyan no.7 Sanggau Kabupaten Sanggau. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII B, dengan jumlah siswa 25 terdiri dari 15 siswa laki- laki dan 10 siswa perempuan. Penelitian dilakukan pada bulan oktober 2013. Data yang diambil adalah data kualitatif yang diperoleh dengan prosedur pengumpulan data berikut. 1. Observasi, terhadap keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam menerapakn model kooperatif jigsaw. 2. Catatan lapangan,yaitu: data yang diperoleh dari catatan lapangan berupa kegiatan yang tidak tercantum dalam lembar observasi kerja ilmiah dan lembar observasi keterlaksanaan guru. Data yang diambil tentang nama dan jumlah siswa yang tidak hadir, situasi saat kegiatan pembelajaran berlangsung, kerjasama siswa dalam pembelajaran, dan jumlaah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM . 3. Tes akhir siklus, yaitu:data yang diperoleh dari tes akhir siklus berupa
Masdalifah, Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw, 265
skor tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa yang dilihat dari tingkat ketuntasan penguasaan konsep. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Skor tes dengan bentuk soal isian singkat pada setiap akhir siklus. 2. Skor aktivitas dalam bentuk lembar observasi proses pembelajaran. 3. Catatan lapangan yang berkaitan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa SMP N 5 Sanggau kelas VIII B yang berjumlah 25 siswa. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berikut ini. (1) Tes: pemberian soal sesudah pemberian tindakan penerapan kooperatif jigsaw di setiap akhir siklus. Penskoran tes dilakukan dengan dua cara yaitu penskoran rubrik dan penskoran kebenaran konsep. (2) Observasi: dilakukan bersamaan dengan implementasi tindakan. Fokus observasi adalah aktivitas siswa yang meliputi kuantitas dan kemampuan menjelaskan. (3) Catatan lapangan: dilakukan bersamaan dengan implementasi tindakan. Catatan lapangan berisi tentang halhal yang terjadi selama berlangsungnya pembelajaran dan interaksi guru- siswa, yang tidak terekam dalam lembar observasi. Analisis data dilakukan setiap kali pemberian tindakan berakhir. Analisis data penelitian ini menggunakan analisis kualitatif model alir (flow). Model ini terdiri dari tiga komponen secara berurutan yaitu kegiatan reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Analisis diskriptif dilakukan terhadap data yang bersifat kuantitatif. 1. Kemampuan berfikir siswa dari tes esai. Rubrik penskoran mengacu pada Hart (1994, dalam Dasna 2013). Nilai yang diperoleh dari penskoran tersebut dimasukkan kedalam rumus yang disampaikan Corebima (dalam Dasna, 2013)
Y1 = Keterangan Y1 = Skor yang diperoleh siswa dari rubrik atas dasar kebenaran konsep, kemampuan analisis dan grametika bahasa. Y2 = Skor yang diperoleh siswa dari penskoran berdsarkan kebenaran konsep X = Nilai kemampuan berfikir 2. Kemampuan berfikir siswa dari aktivitas bertanya dan menjawab Aktivitas siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan mengemukakan pendapat diidentifikasi pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Kuantitas aktivitas siswa bertanya dan menjawab pertanyaan atau mengemukakan dalam setiap siklus dinyatakan dalam persentase yang diperoleh dengan rumus: P=
x 100 %
Keterangan P = Persentase aktivitas siswa ∑SA = Jumlah siswa yang aktif mengajukan pertanyaan dan menjawab N = Jumlah seluruh siswa Indikator keberhasilan tindakan hasil belajar siswa kelas VIII B dapat dilihat dengan cara berikut ini. 1. Membandingkan tingkat keberhasilan dari satu siklus ke siklus berikutnya. Keberhasilan tindakan pada siklus I diketahui dengan cara membandingkan dengan refleksi awal. Keberhasilan tindakan pada siklus 2 diketahui dengan cara membandingkan dengan siklus I. 2. Indikator keberhasilan tindakan ditentukan oleh peneliti, yaitu apabila siswa kels VIII B SMP Negeri 5 Sanggau menunjukkan peningkatan aktifitas dan hasil belajar.
266, J-TEQIP, Tahun IV, Nomor 2, November 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil PTK siklus 1 Berikut ini adalah proses PTK pada siklus 1. Guru membuka pembelajaran dengan menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini yaitu menjelaskan morfologi tumbuhan. Dilanjutkan dengan kegiatan inti mengenalkan model pembelajaran jigsaw dengan 3 tahapan berikut ini. (1) Membentuk kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Karena siswa tidak memiliki buku pegangan siswa maka masing-masing siswa mendapat 1 lembar bahan bacaan yang menjelaskan morfologi akar, batang, daun, dan bunga. (2) Siswa yang mendapatkan tugas tentang morfologi akar berkumpul dengan morfologi akar, batang dengan batang demikian juga daun dengan daun dan bunga dengan bunga. Dengan demikian, terbentuk kelompok yang disebut kelompok ahli akar, batang daun dan bunga. Kelompok ahli akar berdiskusi hanya tentang akar, kelompok batang diskusi hanya tentang batang, dan kelompok bunga diskusi hanya tentang bunga. Guru membimbing siswa dan membantu jika ada kesulitan. (3) Anggota kelompok ahli dipersilahkan kembali ke kelompok asal, dan menjelaskan ke anggota kelompok asal tentang bagian masing-masing yang telah dipelajari, sehingga dalam kelompok asal memahami semua bagian tumbuhan dari akar sampai bunga. Pada kegiatan penutup guru memberikan konfirmasi serta membuat kesimpulan bersama- sama siswa. Diakhiri dengan tes individu. Siklus 1 diakhiri guru dilanjutkan dengan kegiatan refleksi. Beberapa temuan
dari observer adalah berikut ini. (1) Kemampuan siswa untuk menjelaskan sangat lemah, tidak mengerti apa yang harus dijelaskan, sehingga kegiatan menjelaskan berubah menjadi kegiatan membacakan kembali. Disarankan agar bahan bacaan yang disiapkan guru dilengkapi dengan beberapa daftar pertanyaan yang dapat dijadikan siswa sebagai panduan berfikir. (2) Pada saat menjelaskan di kelompok asal anggotanya tidak mendengarkan penjelasan tetapi sibuk membaca bahan bacaannya masing-masing. Disarankan pada kelompok asal ditunjuk ketua kelompok yang dapat mengintervensi anggota yang tidak ikut dalam diskusi. (3) Pada kegitan kuis banyak siswa bertanya ke kiri kanan karena bentuk soalnya hanya benar salah artinya siswa tidak menyerap apa yang dijelaskan oleh rekannya. Disarankan soal kuis bentuknya uraian singkat hingga siswa tidak berkesempatan melihat ke kiri kanan. (4) Aktivitas siswa (pengendalian diri, performansi, semangat, tanggung jawab. Sudah ada peningkatan dibandingkan pembelajaran sebelumya, hanya dalam kegiatan peralihan tahapan jigsaw siswa masih binggung akibatnya guru kelelahan mengarahkan, hal ini dikarenakan model jigsaw baru pertama kali diterapkan di kelas tersebut. Disarankan agar pada siklus 2 tahapan jigsaw benar-benar dijelaskan dan ditambah dengan presentasi kelompok ahli agar performansi siswa lebih terlihat jelas. Data capaian siklus 1 ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Capaian Pada Siklus 1 Aspek yang dinilai Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan Ketepatan waktu melakukan kegiatan eksplorasi (diskusi pada kelompok ahli) Interaksi antar siswa pada kegiatan menjelaskan di kelompok asal Ketuntasan hasil belajar
Pencapaian siklus I 10 % 25 % 25% 50 %
Masdalifah, Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw, 267
Hasil PTK siklus 2 Berdasarkan capaian pada siklus I dilakukan perbaikan pada komposisi kelompok dan capaian cakupan materi pembelajaran pada siklus ke 2 dengan materi tentang struktur dan fungsi jaringan penyusun akar. Pada siklus ke 2 kegiatan pembukaan dilakukan guru dengan mengajukan pertanyaan tentang pembelajan sebelumya yaitu morfologi tumbuhan, dilanjutkan dengan menjelaskan kembali tahapan jigsaw. Pesan guru ditekankan pada siswa agar pada saat menjelaskankan ke anggota kelompok asal bukanlah sekedar kegiatan membacakan kembali. Guru juga menjelaskan adanya tahapan presentasi agar semua siap. Tujuan pembelajaran pada siklus 2 adalah materi lanjutan dari siklus pertama yaitu menjelaskan struktur dan fungsi jaringan penyusun akar akar dan menjelaskan perbedaan akar dikotil dan monokotil. Pada kegiatan inti guru membagi tahapan jigsaw dalam 5 tahap. Tahapannya adalah berikut ini. (1) Membentuk kelompok asal yang terdiri dar 4 orang siswa, menunjuk ketua kelompok dan membisikkan pada ketua kelompok untuk mengintervensi jika ada angota yang bermainmain. (2) Siswa berkumpul ke kelompok ahli. (3) Kelompok ahli berdiskusi dibim-
bing guru. (4) Kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan ke semua anggota kelompok. (5) Anggota kelompok ahli dipersilahkan maju ke depan kelas untuk presentasi. Pada saat presentasi semua siswa berhak mengajukan permasalahan yang dianggap tidak jelas. Setelah guru merefleksi pembelajaran dan bersama-sama siswa membuat kesimpulan guru memberikan kuis. Soal kuis bentuk uraian singkat. Kegiatan berikutnya adalah refleksi bersama observer. Beberapa temuan observer adalah berikut ini. (1) Siswa sudah tidak bingung dengan setiap tahapan jigsaw, sehingga guru sudah lebih rileks. (2) Anggota kelompok ahli sudah mulai mengerti apa yang harus dijelaskan kepada teman-temannya di kelompok asal. (3) Pada saat presentasi siswa mampu menjelaskan. (4) Pada saat menjelaskan di kelompok asal siswa sudah mulai percaya diri. (5) Hasil kuis menunjukkan siswa mampu menyebutkan struktur jaringan penyusun akar dan dapat menjelaskan perbedaan jaringan penyusun akar dikotil dan monokotil. Disarankan agar bahan bacaan diberikan guru sehari atau sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan agar siswa berkesempatan mempelajari lebih dalam di rumah. Data capaian siklus 1 dan siklus 2 ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Data Hasil Siklus 1 Dan 2 Aspek
Pencapaian siklus 1
Pencapaian siklus 2
Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan
10 %
20 %
Ketepatan waktu melakukan kegiatan eksplorasi (diskusi pada kelompok ahli)
50 %
65%
Interaksi antar siswa pada kegiatan menjelaskan di kelompok asal
25%
50%
Ketuntasan hasil belajar
50 %
850%
268, J-TEQIP, Tahun IV, Nomor 2, November 2013
Berdasarkan hasil-hasil penelitian ini di atas, diperoleh hal-hal berikut. (1) Pengalaman belajar siswa bertambah ketika bahan bacaan dan daftar pertanyaan telah disiapkan guru, karena siswa dapat langsung membaca dan mengikuti perintah. (2) Hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya, artinya baik atau tidak hasil belajar bukan hanya dilihat dari berapa nilai hasil tes tertulis yang diberikan guru kepada siswanya karena perubahan sikap adalah salah satu indikator meningkatnya hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris yang berorientasi pada proses belajar mengajar yang dialami siswa. (3) Dengan menerapkan model-model pembelajaran guru dapat meningkatkan kemampuan menciptakan suasana baru yang berbeda dan menyenangkan bagi siswa. Dengan demikian, diketahui bahwa pembelajaran kooperatif jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan (Zubaidah dkk, 2013). Lima unsur tersebut adalah sebagai berikut. (1) Positive interdependence (Saling ketergantungan positif). Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut. (2) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan). Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok
menjadi pribadi yang kuat. Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama. (3) Face to face promotive interaction (interaksi promotif). Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah saling membantu secara efektif dan efisien, saling memberikan informasi dan sarana yang diperlukan, memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien, saling mengingatkan, saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi, saling percaya, dan saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama. (4) Interpersonal skill (komunikasi antaranggota). Untuk mengkoordinasikan kegiatan siswa dalam pencapaian tujuan siswa harus adalah saling mengenal dan mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan saling mendukung, serta mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif. (5) Group processing (pemrosesan kelompok). Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan. Dari beberapa penjelasan tentang kooperatif jigsaw guru mengharapkan persentase siswa yang pasif dan tidak per-
Masdalifah, Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw, 269
caya diri berkurang. Menurut Slavin (2008), pembelajaran kooperatif jigsaw menjadikan siswa termotivasi untuk belajar karena skor-skor yang dikontribusikan para siswa kepada tim didasarkan pada sistem skor perkembangan individual, dan para siswa yang skor timnya meraih skor tertinggi akan menerima sertifikat atau bentuk bentuk rekognisi tim lainnya sehingga para siswa termotivasi untuk mempelajari materi dengan baik dan untuk bekerja keras dalam kelompok ahli mereka supaya mereka dapat membantu timnya melakukan tugas dengan baik. Sebagai seorang motivator Guru hendaknya mampu mengoptimalkan unsurunsur dinamis dalam pembelajaran. Karena dalam proses belajar, seorang siswa terkadang terhambat oleh adanya berbagai permasalahan. Hal ini dapat disebabkan oleh kelelahan jasmani ataupun mental siswa. Untuk itu upaya yang dapat dilakukan guru adalah dengan beberapa cara berikut. (1) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan belajar yang dialaminya. (2) Memanfaatkan unsur unsur
lingkungan yang dapat meningkatkan aktivitas belajar. (3) Menggunakan waktu secara tertib penguat dan suasana gembira terpusat pada perilaku belajar. (4) Merangsang siswa dengan penguat memberi rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan pasti belajar.
DAFTAR RUJUKAN Dasna, I Wayan. 2013. Penelitian Tinadakan Kelas. Malang: Universitas Negeri Malang. Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta. Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.
Slavin.
PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Sanggau. Saran Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk acuan bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian sejenis lebih lanjut. Penelitian ini juga dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi guru untuk mengembangkan variasi strategi pembelajaran dalam mengajar biologi. 2008. Cooperative Learning. Bandung: Nusamedia. Zubaidah, Siti., Mahanal, Susriyati., dan Yuliati, Lia. 2013. Ragam Model Pembelajaran IPA SMP. Malang: Universitas Negeri Malang.