Pedagogik Jurnal Pendidikan, Maret 2016, Volume 11 Nomor , (48 – 63 )
PENGGUNAAN METODE BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENEMUKAN KALIMAT UTAMA PADA CERITA ANAK DI KELAS VI-A SDN-11 LANGKAI Oleh : Riap Susilawaty * Abstrak Metode pembelajaran yang bervariasi dapat digunakan oleh guru agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan efektif dan menyenangkan bagi peserta didik. Guru hendaknya harus tepat dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pokok pembelajaran yang dirancang dengan kreatif dan inovatif tanpa mengenyampingkan perkembangan peserta didik. Salah satu jenis metode pembelajaran yang dapat menstimulus daya kreasi peserta didik (siswa) adalah metode bercerita. Metode bercerita sangat baik untuk menarik minat belajar peserta didik. Selain itu memiliki tujuan yang luhur karena bermuatan pesan moral yang baik dan sangat berarti bagi perkembangan jiwa peserta didik. Dengan metode cerita inipun menjadi cara termudah mengajari sesuatu kepada peserta didik tanpa kesan menggurui. Dengan kata lain penggunaan metode bercerita pada materi “Membaca Dan Menemukan Kalimat Utama” dalam cerita anak adalah untuk memperkaya pengalaman batin peserta didik dan mengajarkan ilmu pengetahuan dan pendidikan dengan cara yang paling sederhana dan menarik. Sesuai dengan rumusan masalah tersebut diatas maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1)Mendeskripsikan Cara Penerapan Metode Bercerita Di Kelas VI-A SDN11 Langkai. 2)Membuktikan Bahwa Penggunaan Metode Bercerita Dapat Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menemukan Kalimat Utama Pada Cerita Anak Di Kelas VI-A SDN-11 Langkai. Penggunaan Metode Bercerita Dapat Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menemukan Kalimat Utama Pada Cerita Anak Di Kelas VI-A SDN-11 Langkai. Hal ini terbukti dengan jumlah nilai Bahasa Indonesia pada Siklus 1 adalah 2310 dan nilai rata-rata kelas hasil Lembar Kerja Siswa pada siklus 1 adalah sebesar 72,52 sedangkan jumlah nilai Hasil LKS pada Siklus 2 adalah 2510 sehingga nilai rata-rata Kelas mata Pelajaran Bahasa Indonesia pada siklus 2 adalah sebesar 80,97 terbukti ada peningkatan sebesar 6,45 poin.
Kata Kunci : Metode Bercerita, Kalimat, Utama, Cerita Anak PENDAHULUAN Membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis, kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi dan dampak bacaan itu. Membaca intensif adalah membaca secara seksama, teliti, dan terperinci. Dalam membaca intensif, pembaca hanya membaca satu atau beberapa pilihan dari bahan bacaan yang ada. Membaca intensif
merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis.Oleh karena itu dalam kegiatan pembelajaran membaca perlu memilih metode yang tepat dan sesuai. Metode pembelajaran yang bervariasi dapat digunakan oleh guru agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan efektif dan menyenangkan bagi peserta didik. Guru hendaknya harus tepat dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan
*Riap Susilawaty, S..Pd., M.Si Guru SDN 11 Langkai Palangka Raya
48
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Maret 2016, Volume 11 Nomor , (48 – 63 )
materi pokok pembelajaran yang dirancang dengan kreatif dan inovatif tanpa mengenyampingkan perkembangan peserta didik. Salah satu jenis metode pembelajaran yang dapat menstimulus daya kreasi peserta didik (siswa) adalah metode bercerita. Melalui bercerita perkembangan otak kiri dan otak kanan seorang anak dapat terbentuk secara komprehensif dan holistik (menyeluruh dan utuh). Astini (2008) di dalam bukunya Bahasa Seni Dan Kecerdasan Emosi menyatakan bahwa bahasa digunakan seseorang sebagai sarana verbal untuk bercerita, di samping mimik (gerakan wajah), intonasi (nada suara) dan kinestik (gerakan tubuh). Pemahaman dan produksi bahasa dikelola oleh hemisfir (otak) kiri dan lainnya otak kanan. Otak kanan merupakan pengelola aspek kebahasaan dan otak kiri merupakan pengelola bahasa. Metode bercerita sangat baik untuk menarik minat belajar peserta didik. Selain itu memiliki tujuan yang luhur karena bermuatan pesan moral yang baik dan sangat berarti bagi perkembangan jiwa peserta didik. Dengan metode cerita inipun menjadi cara termudah mengajari sesuatu kepada peserta didik tanpa kesan menggurui. Dengan kata lain penggunaan metode bercerita pada materi “Membaca Dan Menemukan Kalimat Utama” dalam cerita anak adalah untuk memperkaya pengalaman batin peserta didik dan mengajarkan ilmu pengetahuan dan pendidikan dengan cara yang paling sederhana dan menarik. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah pada penelitian dengan judul: “Penggunaan Metode Bercerita Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menemukan Kalimat Utama Pada Cerita Anak Di
Kelas VI-A SDN-11 Langkai” adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah Cara Penerapan Metode Bercerita Di Kelas VI-A SDN-11 Langkai? 2. Apakah Penggunaan Metode Bercerita Dapat Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menemukan Kalimat Utama Pada Cerita Anak Di Kelas VI-A SDN-11 Langkai? TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan rumusan masalah tersebut diatas maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan Cara Penerapan Metode Bercerita Di Kelas VI-A SDN11 Langkai. 2. Membuktikan Bahwa Penggunaan Metode Bercerita Dapat Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menemukan Kalimat Utama Pada Cerita Anak Di Kelas VI-A SDN-11 Langkai. KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Membaca Menurut Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan (1985:11) menuliskan bahwa membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis, kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu. Definisi ini sesuai dengan membaca pada tingkat lanjut, yaitu membaca kritis dan membaca kreatif. Membaca intensif adalah membaca secara seksama, teliti dan terperinci. Dalam membaca ini, pembaca hanya membaca satu atau beberapa pilihan dari bahan bacaan yang ada, disamping itu membaca intensif
*Riap Susilawaty, S..Pd., M.Si Guru SDN 11 Langkai Palangka Raya
49
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Maret 2016, Volume 11 Nomor , (48 – 63 )
merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis. B. Kalimat Utama (Kalimat Topik) Paragraf merupakan satu kesatuan yang terdiri atas seperangkat yang digunakan oleh pengarang sebagai alat untuk menyatakan dan menyampaikan jalan pikirannya kepada pembaca (Tarigan,2008:7). Dalam setiap paragraf yang baik terdapat satu kalimat utama yang berisi ide pokok dan sejumlah kalimat penjelas yang berisi penjelasan atau pikiran penjelas yang merupakan penjabaran dari ide pokok (Chaer, 2011:70). Tarigan (Mulyono, 2011:53) mengatakan bahwa unsur pembentuk paragraf ada 4 yaitu elemen transisi, kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat penegas. Tarigan (Mulyono, 2011:53) mengatakan bahwa pada Bahasa Indonesia terdapat istilah pikiran utama dan kalimat utama. Kedua istilah ini merujuk padahal yang sama. Kalimat utama merupakan perwujudan dari pikiran utama. Ciri-ciri kalimat utama atau kalimat topik menurut Rosa (2003:5) adalah sebagai berikut: 1. Merupakan kalimat lengkap yang mampu berdiri sendiri. 2. Mengandung permasalahan yang potensial untuk dirinci dan diuraikan lebih lanjut. 3. Mempunyai arti cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat lain. 4. Dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung dan frase transisi. C. Cara Menentukan Kalimat Utama
Pembelajaran di Sekolah Dasar dalam menentukan kalimat utama yang di dalamnya terkandung pikiran pokok, dapat dilakukan melalui kegiatan membaca intensif dengan menemukan kalimat utama tersebut berada pada awal paragraf, akhir paragraf di awal dan di akhir paragraf. Warsidi (2008:56) menjelaskan bahwa dalam menentukan pikiran pokok, dalam menentukan kalimat utama pada siswa kelas VI di Sekolah Dasar dilakukan dengan cara memberika siswa teks bacaan pendek (150-200) kata. Kemudian siswa membaca intensif dengan memperhatikan kalimat-kalimat dalam paragraf, memaknai apa kata kunci dari teks tersebut. Selanjutnya Tarigan (2008:15) memberikan contoh dalam menentukan kaliamt utama seperti berikut: “pada pagi hari, suasana lingkungan rumah Andi begitu indah. Di sekitar berjejer pohon-pohon yang menambah keteduhan. Sementara itu, kicau burung menambah semaraknya pagi itu. Di kejauhan terlihat gunung Tangkuban Perahu yang penuh misteri.Sungguh pagi yang indah dan hangat.”Tarigan menjelaskan bahwa kalimat utama pada teks di atas terletak di awal kalimat yaitu pada kalimat “Pada pagi hari, suasana lingkungan rumah Andi begitu indah. ”Kalimat utama mengandung pikiran pokok yang merupakan kata kunci yang disampaikan penulis dalam setiap paragraf. D. Pengertian Cerita Anak Karakteristik cerita anak tidak berbeda dengan hakikat sastra pada umumnya.Menurut Nurgiyantoro (2005:218) menjelaskan bahwa sastra
*Riap Susilawaty, S..Pd., M.Si Guru SDN 11 Langkai Palangka Raya
50
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Maret 2016, Volume 11 Nomor , (48 – 63 )
adalah citra kehidupan, gambaran kehidupan, selanjutnya menurut pendapat Lukens (2003:8) menjelaskna bahwa cerita anak adalah cerita yang menceritakan tentang gambar-gambar dan binatang-binatang maupun manusia dengan lingkungan. Dalam cerita anak tergambar peristiwa kehidupan karakter tokoh dalam menjalani kehidupan sebagaimana diungkapkan dalam alur cerita.Dengan demikian cerita anak adalah cerita yang menceritakan tentang gambar-gambar dan binatang-binatang maupun manusia dengan lingkungan. E. Penggunaan Metode Bercerita Dalam Pembelajaran Istilah metode digunakan sebagai suatu cara dalam menyampaikan suatu pesan atau materi pelajaran kepada peserta didik. Metode mengajar yang tidak tepat guna akan menjadi penghalang kelancaran jalannya suatu proses pembelajaran sehingga banyak waktu dan tenaga terbuang sia-sia. Oleh karena itu, metode yang diterapkan oleh guru dapat dikatakan berhasil apabila metode tersebut mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan. Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru kepada peserta didiknya, orang tua kepada anaknya, dan tukang bercerita kepada pendengarnya. Bercerita merupakan suatu yang bersifat seni karena erat kaitannya dengan keindahan dan sandaran kepada kekuatan kata-kata yang dipergunakan untuk mencapai tujuan cerita. F. Teknik-Teknik Bercerita Cerita sebaiknya diberikan secara menarik dan membuka kesemptana bagi peserta didik untuk bertanya dan
memberikan tanggapan setelah guru selesai bercerita. Cerita akan lebih bermanfaat jika dilaksanakan sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuhan peserta didik. Adapun teknik penggunaannya dari masing-masing bentuk metode bercerita tersebut dapat dijelaskan menurut Supriadi (2003:13) sebagai berikut: 1. Bercerita Dengan Alat Peraga Dalam melaksanakan kegiatan bercerita dapat digunakan alat peraga untuk memberikan kepada peserta didik suatu tanggapan yang tepat mengenai hal-hal yang didengar dalam suatu cerita.Alat peraga tersebut dapat menggunakan mainan anak-anak seperti boneka binatang atau jenis boneka lainnya. 2. Bercerita Dengan Gambar Bercerita dengan gambar hendaknya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik yang isinya cerita menarik, mudah dimengerti dan membawa pesan, baik dalam hal pembentukan perilaku positif maupun pengembangan kemampuan dasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bercerita dengan gambar adalah sebagai berikut: a) Gambar harus jelas dan tidak terlalu kecil b) Guru memperlihatkan gambar tidak terlalu tinggi dan harus terlihat c) Gambar-gambar yang digunakan harus menarik d) Gambar harus ditutup setiap kali guru memulai kembali 3. Bercerita Dengan Menggunakan Buku Cerita Bercerita dengan buku dilakukan dengan membaca cerita
*Riap Susilawaty, S..Pd., M.Si Guru SDN 11 Langkai Palangka Raya
51
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Maret 2016, Volume 11 Nomor , (48 – 63 )
dari sebuah cerita bergambar.Dalam buku cerita bergambar biasanya terdapat tulisan kalimat-kalimat pendek yang menceritakan secara singkat gambar tersebut.Kegiatan membacakan cerita ini dilakukan karena kebanyakan anak usia sekolah dasar yang gemar dengan cerita yang dibacakan oleh guru atau orang dewasa lainnya. Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam membacakan cerita yaitu: a) Buku cerita dipegang dengan posisi yang dapat dilihat semua peserta didik b) Ketika memegang buku guru tidak boleh melakukan gerakangerakan seperti bercerita tanpa alat peraga, intonasi dan nada serta mimik gurulah yang berperan selain gambar-gambar dan kalimat-kalimat dalam buku untuk membantu daya fantasi peserta didik. G. Kelebihan Metode Bercerita Menurut pendapat Arief (2002:159-162) menyatakan bahwa metode bercerita itu memiliki kelebihan dari metode mengajar yang lain adalah sebagai berikut: 1. Cerita dapat mengaktifkan dan membangkitkan semangat peserta didik. Karena peserta didik senantiasa merenungkan makna dan mengikuti berbagai situasi kisah maka peserta didik terpengaruh oleh tokoh dan topik kisah tersebut. 2. Mengarahkan semua emosi sehingga menyatu pada satu kesimpulan yang menjadi akhir cerita. 3. Cerita selalu memikat karena mengundang untuk mengikuti
peristiwanya dan merenung maknanya. 4. Cerita dapat mempengaruhi emosi seperti takut, perasaan diawasi, rela, senang, sungkan, atau benci sehingga bergelora dalam lipatan cerita. H. Kekurangan Metode Bercerita Meskipun memiliki kelebihan, metode bercerita juga mempunyai kelemahan dalam penyampaiannya, seperti yang dinyatakan oleh Arief (2002:162) adalah sebagai berikut: 1. Pemahaman peserta didik akan menjadi sulit ketika kisah itu telah terakumulasi oleh masalah lain. 2. Bersifat monolog dan dapat menjenuhkan peserta didik. 3. Sering terjadi ketidak selarasan isi cerita dengan konteks yang dimaksud sehingga pencapaian tujuan sulit diwujudkan. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian ini termasuk penelitian semu dengan jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dengan mengambil subjek penelitian adalah Siswa Kelas VI-A di SDN-11 Langkai; dengan jumlah subjek penelitian adalah sebanyak 31 orang (tiga puluh satu) orang; terdiri dari 14 orang siswa laki-laki dan 17 orang siswa perempuan. Jadi jumlah subjek penelitian sebanyak 31 orang. Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam suatu penelitian maka perlu dilaksanakan análisis data. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik análisis data yaitu menggunakan análisis deskriftif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta dengan data yang diperoleh dengan tujuan
*Riap Susilawaty, S..Pd., M.Si Guru SDN 11 Langkai Palangka Raya
52
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Maret 2016, Volume 11 Nomor , (48 – 63 )
untuk mengetahui prestasi atau hasil belajar yang dicapai siswa. Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Untuk memperoleh data pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini peneliti menggunakan instrumen yaitu alat bantú agar dapat mengumpulkan data secara mudah dan akurat. Instrumen pengumpulan data yaitu menggunakan 2 cara yaitu: a. Hasil dari lembar pengamatan yang dilakukan oleh guru Observer dengan menggunakan lembar pengamatan. b. Hasil Lembar Kerja Siswa (LKS) yang terdiri dari LKS pada Siklus 1 dan LKS pada Siklus 2. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen atau pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas VI-A SDN-11 Langkai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk setiap pertemuan atau tatap muka yang dilakukan oleh guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.Setiap RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar dan penilaian. Untuk penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ada 17 (tujuh belas) instrumen dapat dilihat pada sajian data pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Data Lembar Pengamatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VI-A SDN-11 Langkai Pada Siklus 1 dan Siklus 2 No
Kegiatan Guru A
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kemampuan Guru Melakukan Apersepsi (membuka pelajaran) Kemampuan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Kemampuan Guru memberikan motivasi dan penguatan Kesesuaian RPP yang disusun guru Guru memberikan umpan balik Siswa aktif bertanya Siswa aktif menjawab pertanyaan guru Interaksi guru dengan siswa Interaksi siswa dengan siswa
Kriteria Penilaian Siklus 1 Siklus 2 B C D E A B C D 70 85 80
90
80
90
75 75
85 65 65
80 70 75
65
80 70
75
*Riap Susilawaty, S..Pd., M.Si Guru SDN 11 Langkai Palangka Raya
E
53
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Maret 2016, Volume 11 Nomor , (48 – 63 )
10 11
12
13
14
15
16 17
Guru menggunakan alat peraga Kemampuan Guru dalam membacakan teks cerita anak dengan laval yang tepat. Kemampuan Guru dalam membacakan teks cerita anak dengan intonasi yang tepat. Kemampuan Guru dalam membacakan teks cerita anak dengan penjiwaan yang tepat. Kemampuan Guru dalam membacakan teks cerita anak dengan ekspresi dan mimik yang tepat. Kemampuan Guru dalam memberikan contoh cara menemukan kalimat utama yang tepat. Guru mengadakan evaluasi atau penilaian Kemampuan Guru dalam menutup pelajaran
85
75
85 95
85
90
85
90
85
90
85
95
75
85
80
90
Sumber Data: Lembar Penilaian RPP dan Pelaksanaan pembelajaran Data pada tabel 1 di atas hasil penilaian nomor urut 1 yaitu: Kemampuan Guru Melakukan Apersepsi (membuka pelajaran) pada Siklus 1 diperoleh Nilai 70 dengan Kriteria Baik. Pada Siklus 2, hasil penilaian Kemampuan Guru Melakukan Apersepsi (membuka pelajaran) diperoleh Nilai 85 dengan Kriteria Sangat Baik. Berdasarkan data pada tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa pada silkus 2 Kemampuan Guru Melakukan Apersepsi (membuka pelajaran) mendapat Nilai 85 dengan Kriteria Sangat Baik. Dari data tersebut di atas terdapat peningkatan nilai yaitu sebesar 15 poin. Data pada tabel 1 di atas hasil penilaian nomor urut 2 yaitu: Kemampuan Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran pada Siklus 1 diperoleh Nilai 80 dengan Kriteria Baik. Pada Siklus 2, hasil penilaian Kemampuan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran diperoleh Nilai 90 dengan Kriteria Sangat Baik. Berdasarkan data pada tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa pada silkus 2 Kemampuan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran mendapat Nilai 90 dengan Kriteria Sangat Baik. Dari data tersebut di atas terdapat peningkatan nilai yaitu sebesar 10 poin. Data pada tabel 1 di atas hasil penilaian nomor urut 3 yaitu: Kemampuan Guru memberikan motivasi dan penguatan pada Siklus 1 diperoleh Nilai 80 dengan Kriteria Baik. Pada Siklus 2, hasil penilaian Kemampuan Guru menyampaikan
*Riap Susilawaty, S..Pd., M.Si Guru SDN 11 Langkai Palangka Raya
54
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Maret 2016, Volume 11 Nomor , (48 – 63 )
tujuan pembelajaran diperoleh Nilai 90 dengan Kriteria Sangat Baik. Berdasarkan data pada tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa pada silkus 2 Kemampuan Guru memberikan motivasi dan penguatan mendapat Nilai 90 dengan Kriteria Sangat Baik. Dari data tersebut di atas terdapat peningkatan nilai yaitu sebesar 10 poin. Data pada tabel 1 di atas hasil penilaian nomor urut 4 yaitu: Kesesuaian RPP yang disusun guru pada Siklus 1 diperoleh Nilai 75 dengan Kriteria Baik. Pada Siklus 2, hasil penilaian Kesesuaian RPP yang disusun guru diperoleh Nilai 85 dengan Kriteria Sangat Baik. Berdasarkan data pada tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa pada silkus 2, Kesesuaian RPP yang disusun guru mendapat Nilai 85 dengan Kriteria Sangat Baik. Dari data tersebut di atas terdapat peningkatan nilai yaitu sebesar 10 poin. Data pada tabel 1 di atas hasil penilaian nomor urut 5 yaitu: Guru memberikan umpan balik pada Siklus 1 diperoleh Nilai 75 denganKriteria Baik. Pada Siklus 2, hasil penilaian Guru memberikan umpan balik diperoleh Nilai 80 dengan Kriteria Baik. Berdasarkan data pada tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa pada silkus 2, Guru memberikan umpan balik mendapat Nilai 80 dengan Kriteria Baik. Dari data tersebut di atas terdapat peningkatan nilai yaitu sebesar 5 poin. Data pada tabel 1 di atas hasil penilaian nomor urut 6 yaitu: Siswa aktif bertanya pada Siklus 1 diperoleh Nilai 65 dengan Kriteria Cukup. Pada Siklus 2, hasil penilaian Siswa aktif
bertanya diperoleh Nilai 70 dengan Kriteria Baik. Berdasarkan data pada tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa pada silkus 2, Siswa aktif bertanya mendapat Nilai 70 dengan Kriteria Baik. Dari data tersebut di atas terdapat peningkatan nilai yaitu sebesar 5 poin. Data pada tabel 1 di atas hasil penilaian nomor urut 7 yaitu: Siswa aktif menjawab pertanyaan guru pada Siklus 1 diperoleh Nilai 65 dengan Kriteria Cukup. Pada Siklus 2, hasil penilaian Siswa aktif menjawab pertanyaan guru diperoleh Nilai 75 dengan Kriteria Baik. Berdasarkan data pada tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa pada silkus 2, Siswa aktif menjawab pertanyaan guru mendapat Nilai 75 dengan Kriteria Baik. Dari data tersebut di atas terdapat peningkatan nilai yaitu sebesar 10 poin. Data pada tabel 4 di atas hasil penilaian nomor urut 8 yaitu: Interaksi guru dengan siswa pada Siklus 1 diperoleh Nilai 75 dengan Kriteria Baik. Pada Siklus 2, hasil penilaian Interaksi guru dengan siswa diperoleh Nilai 80 dengan Kriteria Baik. Berdasarkan data pada tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa pada silkus 2, Interaksi guru dengan siswa mendapat Nilai 80 dengan Kriteria Baik. Dari data tersebut di atas terdapat peningkatan nilai yaitu sebesar 5 poin. Data pada tabel 1 di atas hasil penilaian nomor urut 9 yaitu: Interaksi siswa dengan siswa pada Siklus 1 diperoleh Nilai 65 dengan Kriteria Cukup. Pada Siklus 2, hasil penilaian Interaksi siswa dengan siswa diperoleh Nilai 70 dengan Kriteria Baik.
*Riap Susilawaty, S..Pd., M.Si Guru SDN 11 Langkai Palangka Raya
55
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Maret 2016, Volume 11 Nomor , (48 – 63 )
Berdasarkan data pada tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa pada silkus 2, Interaksi siswa dengan siswa mendapat Nilai 70 dengan Kriteria Baik. Dari data tersebut di atas terdapat peningkatan nilai yaitu sebesar 5 poin. Data pada tabel 1 di atas hasil penilaian nomor urut 10 yaitu: Guru menggunakan alat peraga pada Siklus 1 diperoleh Nilai 75 dengan Kriteria Baik. Pada Siklus 2, hasil penilaian Guru menggunakan alat peraga diperoleh Nilai 85 dengan Kriteria Baik. Berdasarkan data pada tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa pada silkus 2, Guru menggunakan alat peraga mendapat Nilai 85 dengan Kriteria Baik. Dari data tersebut di atas terdapat peningkatan nilai yaitu sebesar 10 poin. Data pada tabel 1 di atas hasil penilaian nomor urut 11 yaitu: Kemampuan Guru dalam membacakan teks cerita anak dengan laval yang tepat pada Siklus 1 diperoleh Nilai 85 dengan Kriteria Sangat Baik. Pada Siklus 2, hasil penilaian Kemampuan Guru dalam membacakan teks cerita anak dengan laval yang tepat diperoleh Nilai 95 dengan Kriteria Sangat Baik. Berdasarkan data pada tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa pada silkus 2, Kemampuan Guru dalam membacakan teks cerita anak dengan laval yang tepat mendapat Nilai 95 dengan Kriteria Sangat Baik. Dari data tersebut di atas terdapat peningkatan nilai yaitu sebesar 10 poin. Data pada tabel 1 di atas hasil penilaian nomor urut 12 yaitu: Kemampuan Guru dalam membacakan teks cerita anak dengan intonasi yang tepat pada Siklus 1 diperoleh Nilai 85 dengan Kriteria Sangat Baik. Pada
Siklus 2, hasil penilaian Kemampuan Guru dalam membacakan teks cerita anak dengan intonasi yang tepat diperoleh Nilai 90 dengan Kriteria Sangat Baik. Berdasarkan data pada tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa pada silkus 2, Kemampuan Guru dalam membacakan teks cerita anak dengan intonasi yang tepat mendapat Nilai 90 dengan Kriteria Sangat Baik. Dari data tersebut di atas terdapat peningkatan nilai yaitu sebesar 5 poin. Data pada tabel 1 di atas hasil penilaian nomor urut 13 yaitu: Kemampuan Guru dalam membacakan teks cerita anak dengan penjiwaan yang tepat pada Siklus 1 diperoleh Nilai 85 dengan Kriteria Sangat Baik. Pada Siklus 2, hasil penilaian Kemampuan Guru dalam membacakan teks cerita anak dengan penjiwaan yang tepat diperoleh Nilai 90 dengan Kriteria Sangat Baik. Berdasarkan data pada tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa pada silkus 2, Kemampuan Guru dalam membacakan teks cerita anak dengan penjiwaan yang tepat mendapat Nilai 90 dengan Kriteria Sangat Baik. Dari data tersebut di atas terdapat peningkatan nilai yaitu sebesar 5 poin. Data pada tabel 1 di atas hasil penilaian nomor urut 14 yaitu: Kemampuan Guru dalam membacakan teks cerita anak dengan ekspresi dan mimik yang tepat pada Siklus 1 diperoleh Nilai 85 dengan Kriteria Sangat Baik. Pada Siklus 2, hasil penilaian Kemampuan Guru dalam membacakan teks cerita anak dengan ekspresi dan mimik yang tepat diperoleh Nilai 90 dengan Kriteria Sangat Baik.
*Riap Susilawaty, S..Pd., M.Si Guru SDN 11 Langkai Palangka Raya
56
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Maret 2016, Volume 11 Nomor , (48 – 63 )
Berdasarkan data pada tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa pada silkus 2, Kemampuan Guru dalam membacakan teks cerita anak dengan ekspresi dan mimik yang tepat mendapat Nilai 90 dengan Kriteria Sangat Baik. Dari data tersebut di atas terdapat peningkatan nilai yaitu sebesar 5 poin. Data pada tabel 1 di atas hasil penilaian nomor urut 15 yaitu: Kemampuan Guru dalam memberikan contoh cara menemukan kalimat utama yang tepat pada Siklus 1 diperoleh Nilai 85 dengan Kriteria Sangat Baik. Pada Siklus 2, hasil penilaian Kemampuan Guru dalam memberikan contoh cara menemukan kalimat utama yang tepat diperoleh Nilai 95 dengan Kriteria Sangat Baik. Berdasarkan data pada tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa pada silkus 2, Kemampuan Guru dalam memberikan contoh cara menemukan kalimat utama yang tepat mendapat Nilai 95 dengan Kriteria Sangat Baik. Dari data tersebut di atas terdapat peningkatan nilai yaitu sebesar 10 poin. Data pada tabel 1 di atas hasil penilaian nomor urut 16 yaitu: Guru mengadakan evaluasi atau penilaian pada Siklus 1 diperoleh Nilai 75 dengan Kriteria Baik. Pada Siklus 2, hasil penilaian Guru mengadakan evaluasi atau penilaian diperoleh Nilai 85 dengan Kriteria Sangat Baik. Berdasarkan data pada tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa pada silkus 2, Guru mengadakan evaluasi atau penilaian mendapat Nilai 95 dengan Kriteria Sangat Baik. Dari data tersebut di atas terdapat peningkatan nilai yaitu sebesar 10 poin.
Data pada tabel 1 di atas hasil penilaian nomor urut 17 yaitu: Kemampuan Guru dalam menutup pelajaran pada Siklus 1 diperoleh Nilai 80 dengan Kriteria Baik. Pada Siklus 2, hasil penilaian Kemampuan Guru dalam menutup pelajaran diperoleh Nilai 90 dengan Kriteria Sangat Baik. Berdasarkan data pada tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa pada silkus 2, Kemampuan Guru dalam menutup pelajaran mendapat Nilai 90 dengan Kriteria Sangat Baik. Dari data tersebut di atas terdapat peningkatan nilai yaitu sebesar 10 poin. 2. Lembar Pengamatan (Observasi) Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran di Kelas VI-A SDN-11 Langkai Lembar pengamatan atau observasi adalah instrumen pengambilan data melalui pengamatan kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru observer terhadap guru peneliti dan kegiatan atau aktivitas siswa pada proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran pada penelitian ini adalah dengan penerapan pembelajaran menggunakan metode bercerita. Adapun mata pelajaran pada penelitian yang menerapkan pembelajaran menggunakan media teks cerita anak pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VI-A SDN-11 Langkai pada materi Menemukan Kalimat Utama. Penilaian pengamatan terhadap aktivitas siswa yaitu Keaktifan Siswa dalam menyimak Cerita Guru dapat dilihat pada sajian data pada tabel di bawah ini :
*Riap Susilawaty, S..Pd., M.Si Guru SDN 11 Langkai Palangka Raya
57
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Maret 2016, Volume 11 Nomor , (48 – 63 )
Tabel 2 Keaktifan Siswa Dalam Menyimak Cerita Guru No
Kriteria Penilaian
A B C D E
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Baik Sangat Kurang Baik JUMLAH
Siklus 1 Frekuensi Persen (%) 0 0 5 16,13 26 83,87 0 0 0 0 31 100
Siklus 2 Frekuensi Persen (%) 10 32,26 21 67,74 0 0 0 0 0 0 31 100
Sumber Data: Hasil Pengamatan Nomor 1 Berdasarkan hasil data pada tabel 2 tersebut diatas pada siklus 1 diperoleh data untuk jawaban Sangat Baik sebanyak 0 atau 0%; jawaban Baik sebanyak 5 atau 16,13%; jawaban Cukup sebanyak 26 atau 83,87%; jawaban Kurang Baik sebanyak 0 atau 0%, dan jawaban Sangat Kurang Baik sebanyak 0 atau 0%. Sedangkan pada siklus 2 diperoleh data untuk jawaban Sangat Baik sebanyak 10 atau 32,26%; jawaban Baik sebanyak 21 atau 67,74%; jawaban Cukup sebanyak 0 atau 0%; jawaban Kurang Baik sebanyak 0 atau 0%, dan jawaban Sangat Kurang Baik sebanyak 0 atau 0%. Dari analisis data pada tabel 2 tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa pada pelaksanaan Pembelajaran siklus 2 dengan memanfaatkan metode Bercerita dan diskusi kelompok pada mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk materi Menemukan Kalimat Utama di kelas VI-A SDN-11 Langkai; Keaktifan Siswa dalam menyimak Cerita Guru mendapat nilai dengan kriteria Baik dan Sangat Baik. Hal ini terbukti untuk kriteria nilai Sangat Baik sebanyak 10 orang siswa atau 32,26% dan Kriteria Baik sebanyak 21 orang siswa atau 67,74%. Penilaian pengamatan terhadap aktivitas siswa yaitu Konsentrasi Siswa dalam mendengarkan penjelasan Guru dapat dilihat pada sajian data pada tabel di bawah ini :
Tabel 3 Konsentrasi Siswa Dalam Mendengarkan Penjelasan Guru No
Kriteria Penilaian
A B C D E
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Baik Sangat Kurang Baik JUMLAH
Siklus 1 Frekuensi Persen (%) 0 0 4 12,90 27 87,10 0 0 0 0 31 100
Siklus 2 Frekuensi Persen (%) 7 22,58 24 77,42 0 0 0 0 0 0 31 100
Sumber Data: Hasil Pengamatan Nomor 2 *Riap Susilawaty, S..Pd., M.Si Guru SDN 11 Langkai Palangka Raya
58
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Maret 2016, Volume 11 Nomor , (48 – 63 )
Berdasarkan hasil data pada tabel 3 tersebut diatas pada siklus 1 diperoleh data untuk jawaban Sangat Baik sebanyak 0 orang siswa atau 0%; jawaban Baik sebanyak 4 orang siswa atau 12,90%; jawaban Cukup sebanyak 27 orang siswa atau 87,10%; jawaban Kurang Baik sebanyak 0 orang siswa atau 0%, dan jawaban Sangat Kurang Baik sebanyak 0 orang siswa atau 0%. Sedangkan pada siklus 2 diperoleh data untuk jawaban Sangat Baik sebanyak 7 orang siswa atau 22,58%; jawaban Baik sebanyak 24 orang siswa atau 77,42%; jawaban Cukup sebanyak 0 orang siswa atau 0%; jawaban Kurang Baik sebanyak 0 orang siswa atau 0%, dan jawaban Sangat Kurang Baik sebanyak 0 orang siswa atau 0%.
Dari analisis data pada tabel 3 tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pada pelaksanaan Pembelajaran siklus 2 dengan memanfaatkan metode Bercerita dan diskusi kelompok pada mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk materi Menemukan Kalimat Utama di kelas VI-A SDN-11 Langkai; Konsentrasi Siswa dalam mendengarkan penjelasan Guru mendapat nilai dengan kriteria dan Baik.Hal ini terbukti untuk kriteria nilai Sangat Baik sebanyak 7 orang siswa atau 22,58% dan nilai dengan kriteria Baik sebanyak 24 orang siswa atau 77,42%. Penilaian pengamatan terhadap aktivitas siswa yaitu Motivasi Siswa Dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada sajian data pada tabel di bawah ini:
Tabel 4 Motivasi Siswa Dalam Mengikuti Kegiatan Pembelajaran No
Kriteria Penilaian
A B C D E
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Baik Sangat Kurang Baik JUMLAH
Siklus 1 Frekuensi Persen (%) 0 0 9 29,03 22 70,97 0 0 0 0 31 100
Siklus 2 Frekuensi Persen (%) 9 29,03 22 70,97 0 0 0 0 0 0 31 100
Sumber Data: Hasil Pengamatan Nomor 3 Berdasarkan hasil data pada tabel 4 tersebut diatas pada siklus 1 diperoleh data untuk jawaban Sangat Baik sebanyak 0 orang siswa atau 0%; jawaban Baik sebanyak 9 orang siswa atau 29,03%; jawaban Cukup sebanyak 22 orang siswa atau 70,97%; jawaban Kurang Baik sebanyak 0 orang siswa atau 0%, dan jawaban Sangat Kurang Baik sebanyak 0 orang siswa atau 0%.
Sedangkan pada siklus 2 diperoleh data untuk jawaban Sangat Baik sebanyak 9 orang siswa atau 29,07%; jawaban Baik sebanyak 22 orang siswa atau 70,97%; jawaban Cukup sebanyak 0 orang siswa atau 0%; jawaban Kurang Baik sebanyak 0 orang siswa atau 0%, dan jawaban Sangat Kurang Baik sebanyak 0 orang siswa atau 0%. Dari analisis data pada tabel 4 tersebut di atas dapat disimpulkan
*Riap Susilawaty, S..Pd., M.Si Guru SDN 11 Langkai Palangka Raya
59
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Maret 2016, Volume 11 Nomor , (48 – 63 )
terbukti untuk kriteria nilai Sangat Baik sebanyak 9 orang siswa atau 29,03% dan nilai kriteria Baik sebanyak 22 orang siswa atau 70,97%. Penilaian pengamatan terhadap aktivitas siswa yaitu Kreativitas Siswa dalam mengolah sendiri informasi melalui metode bercerita dapat dilihat pada sajian data pada tabel di bawah ini:
bahwa pada pelaksanaan Pembelajaran siklus 2 dengan memanfaatkan metode Bercerita dan diskusi kelompok pada mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk materi Menemukan Kalimat Utama di kelas VI-A SDN-11 Langkai; Motivasi Siswa Dalam mengikuti kegiatan pembelajaran mendapat nilai dengan kriteria Sangat Baik dan Baik. Hal ini
Tabel 5 Kreativitas Siswa Dalam Mengolah Sendiri Informasi Melalui Metode Bercerita No
Kriteria Penilaian
A B C D E
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Baik Sangat Kurang Baik JUMLAH
Siklus 1 Frekuensi Persen (%) 0 0 7 22,58 24 77,42 0 0 0 0 31 100
Siklus 2 Frekuensi Persen (%) 6 19,35 25 80,65 0 0 0 0 0 0 31 100
Sumber Data: Hasil Pengamatan Nomor 4 Berdasarkan hasil data pada tabel 5 tersebut diatas pada siklus 1 diperoleh data untuk jawaban Sangat Baik sebanyak 0 orang siswa atau 0%; jawaban Baik sebanyak 7 orang siswa atau 22,58%; jawaban Cukup sebanyak 24 orang siswa atau 77,42%; jawaban Kurang Baik sebanyak 0 orang siswa atau 0%, dan jawaban Sangat Kurang Baik sebanyak 0 orang siswa atau 0%. Sedangkan pada siklus 2 diperoleh data untuk jawaban Sangat Baik sebanyak 6 orang siswa atau 19,35%; jawaban Baik sebanyak 25 atau 80,65%; jawaban Cukup sebanyak 0 orang siswa atau 0%; jawaban Kurang Baik sebanyak 0 orang siswa atau 0%, dan jawaban Sangat Kurang Baik sebanyak 0 orang siswa atau 0%. Dari analisis data pada tabel 5 tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pada pelaksanaan Pembelajaran
siklus 2 dengan memanfaatkan metode Bercerita dan diskusi kelompok pada mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk materi Menemukan Kalimat Utama di kelas VI-A SDN-11 Langkai; Kreativitas Siswa dalam mengolah sendiri informasi melalui metode bercerita mendapat nilai dengan kriteria Sangat Baik dan Baik. Hal ini terbukti untuk kriteria nilai Sangat Baik sebanyak 6 orang siswa atau 19,35% dan nilai Baik sebanyak 25 orang siswa atau 80,65%. 3. Lembar Kerja Siswa (LKS) Lembar Kerja Siswa (LKS) disusun oleh guru untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VI-A SDN-11 Langkai. Lembar Kerja Siswa (LKS) terdiri dari 2 (dua) yaitu:1)Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk kelompok yang disebut Lembar Kerja Kelompok
*Riap Susilawaty, S..Pd., M.Si Guru SDN 11 Langkai Palangka Raya
60
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Maret 2016, Volume 11 Nomor , (48 – 63 )
(LKK); 2) Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk perorangan atau individu. Data yang sudah diperoleh dari hasil yang didapat dari 3 macam instrumen disusun secara sistematis, kemudian disajikan atau dipaparkan dalam bentuk tabel
yang disusun dan disesuaikan dengan sifat data dari masing-masing instrumen. Hasil nilai Lembar Kerja Siswa (LKS) pada Siklus 1 dan Siklus 2 dapat dilihat dalam sajian data pada tabel di bawah ini :
Tabel 6 Nilai Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI-A SDN-11 Langkai Pada Siklus 1 dan Siklus 2 Dari Hasil LKS No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Nama Siswa Alfrida Cita Savitri Andrianur Anas Hafidh Mulyaputra Adi Supriyanto Agestiana Dwi Lestari Desti Arini Purti Eka Novia Ramadhani Ferin Vikri Azhari Ferry Cahyo Saputro Fadli Bintang Putra Setiawan Kelsi Wulandari Edi Lupita Natalia Muhammad Wildan Banuaji Muhammad Rival Fahri Al Ghifari Malkisua Kamis Risqina Amira Setiyo Rini Rayvastu Yabezrael Dalla Khalda Syafiva Firyaal Fradilla Destriana Hegi Ricardo Vania Ardeli Magdalena Mulida Fitriasari Ronaldi Alpian Andi Muhammad Rizal Novianti Andreas Rizki Ramadhan
Nilai LKS Matematika Siklus 1 Siklus 2 70 70 70 80 60 60 80 90 60 70 80 90 80 90 80 90 60 70 70 80 70 80 90 90 70 70 70 70 70 70 70 70 80 70 80 70 80 90 70 80 80 80 70 70 80 80 80 90 80 90 80 90 70 90 90 100 70 80
*Riap Susilawaty, S..Pd., M.Si Guru SDN 11 Langkai Palangka Raya
61
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Maret 2016, Volume 11 Nomor , (48 – 63 )
30 31
Supriadi Ahmad Dzaky JUMLAH NILAI RATA-RATA KELAS Sumber Data: Hasil LKS Siklus 1 dan Siklus 2 Dari data nilai pada tabel 6 tersebut di atas adalah Hasil Lembar Kerja Siswa (LKS) pada siklus 1 untuk mata Pelajaran Bahasa Indonesia jumlah nilai pada siklus 1 adalah 2310 nilai rata-rata pada siklus 1 adalah 74,52 dan siklus 2 jumlah nilai adalah 2510 nilai rata-rata Bahasa Indonesia adalah 80,97 berarti terdapat peningkatan nilai ratarata kelas sebesar 6,45 poin. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa dengan menggunakan metode bercerita dan diskusi kelompok dapat meningkatkan meningkatkan
kemampuan siswa dalam menemukan kalimat utama pada cerita anak Di Kelas VI-A SDN-11 Langkai, yaitu nilai rata-rata kelas sebesar 6,45. SIMPULAN Sebagaimana biasanya yang dilakukan oleh peneliti pada akhir penelitian adalah membuat kesimpulan dan saran-saran. Dari hasil penelitian yang dilakukan dalam 2 siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2 maka peneliti akan membuat kesimpulan. Adapun
90 80 2310 74,52
90 80 2510 80,97
kesimpulan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) INI adalah sebagai berikut: 1. Cara Penerapan Metode Bercerita Di Kelas VI-A SDN-11 Langkai adalah sebagai berikut: 1)Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, Tujuan pembelajaran dan Materi Pembelajaran; 2)Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang sudah disusun. 3)Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) sesuai dengan materi pembelajaran. 2. Penggunaan Metode Bercerita Dapat Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menemukan Kalimat Utama Pada Cerita Anak Di Kelas VI-A SDN11 Langkai. Hal ini terbukti dengan jumlah nilai pada siklus 1 adalah sebesar 2310 dengan nilai rata-rata kelas hasil Lembar Kerja Siswa adalah sebesar 72,52 dan jumlah nilai pada siklus 2 adalah sebesar 2510 dengan nilai rata-rata Kelas mata Pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebesar 80,97 terbukti ada peningkatan sebesar 6,45 poin.
DAFTAR PUSTAKA Asrori. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Erlangga Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktik Bahasa Indonesia.Jakarta PT Rhineka Cipta. Depdiknas.2012. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Jakarta :Balai Pustaka. Depdiknas.2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta :Balai Pustaka. Hadi. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Alfabeta Hasibuan dan Moedjiono. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sanjaya. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung. PT:Alfabeta
*Riap Susilawaty, S..Pd., M.Si Guru SDN 11 Langkai Palangka Raya
62
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Maret 2016, Volume 11 Nomor , (48 – 63 )
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Reneka Cipta. Surya Dharma. 2008. Strategi Pembelajaran dan Pemilihan. Lumbung: Pustaka UNY Syaiful Bahri Djahram & Aswan Zain. 2010.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rhineka Cipta. Syaiful Bahri Djahram. 2011. Strategi Belajar Mengajar Edisi Revisi .Jakarta : PT Rhineka Cipta. Taringan.H.G.2012. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. http://www.asikbelajar.com/2013/08/metode-diskusi-kelebihan-dan-kekurangan.html http://www.kelasjawa.com/2014/03/diskusi.html http://ulfiaatm.blogspot.com/2013/06/metode-diskusi.html
*Riap Susilawaty, S..Pd., M.Si Guru SDN 11 Langkai Palangka Raya
63