1
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MTS SUNAN GIRI PROBOLINGGO
SKRIPSI
Oleh: Titin Dwi Jayanti 06110037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Juni, 2010
2
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MTS SUNAN GIRI PROBOLINGGO
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh: Titin Dwi Jayanti 06110037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Juni, 2010
3
LEMBAR PERSETUJUAN PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MTS SUNAN GIRI PROBOLINGGO
SKRIPSI Oleh: Titin Dwi Jayanti 06110037
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
Triyo Supriyatno, M.Ag NIP. 197004272000031001
Tanggal, 21 Juni 2010
Mengetahui Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Drs. Moh. Padil, M. Pd.I NIP. 196512051994031003 HALAMAN PENGESAHAN
4
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MTS SUNAN GIRI PROBOLINGGO SKRIPSI Dipersiapkan dan disusun oleh: Titin Dwi Jayanti (06110037) telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 31 Juli 2010 dengan nilai A dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Pada tanggal: 31 Juli 2010.
Panitia Ujian
Tanda Tangan
Ketua Sidang Marno, M.Ag NIP. 19720822 200212 1 001
:
Sekretaris Sidang Triyo Supriyatno, M.Ag NIP. 19700427 200003 1 001
:
Pembimbing Triyo Supriyatno, M.Ag NIP. 19700427 200003 1 001
:
Penguji Utama Prof. Dr. H. Muhaimin, MA NIP. 19561211 198303 1 005
:
Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Dr. H. M. Zainuddin, MA NIP. 19620507 199503 1 001
5
MOTTO
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabbmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.1
1
Tafsir Muyassar Jilid 2, Jakarta: Qibti Press, 2007. hlm 475
6
Triyo Supriyatno, M.Ag Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang NOTA DINAS PEMBIMBING Hal : Skripsi Titin Dwi Jayanti Lamp. : 6 (Enam) Eksemplar
Malang, 07 Juni 2010
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang di Malang
Assalamu’laikum Wr.Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa di bawah ini: Nama : Titin Dwi Jayanti NIM : 06110037 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Judul Skripsi :Penggunaan Media Audio Visual dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamu’laikum Wr.Wb.
Pembimbing,
Triyo Supriyatno, M.Ag NIP. 19700427 200003 1 001
7
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 07 Juni 2010
Titin Dwi Jayanti
8
PERSEMBAHAN Dengan ucapan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT. Atas nikmat dan karunianya yang diberikan kepada saya dengan rasa hormat dan kasih sayang karya ini kupersembahkan kepada Ayahanda dan ibunda tercinta, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, kesabaran dalam membesarkan dan mendidikku, yang senantiasa memberikan dukungan dalam segala hal, serta selalu mengiringi langkahku dengan do’a Kakakku ”Hendrik” & Adikku “Desi”, kehadiran kalian mengajariku untuk saling berbagi kasih sayang, semangat dan dukungan dalam menggapai cita-cita. Dan juga kepada seluruh keluarga yang senantiasa memberiku kasih sayang, dukungan, dan do’a Para guru dan dosen-dosenku yang termulia, dengan jasamu menjadikanku sebagai manusia yang terdidik Sahabatku “Wewe, Teddy, Reno, Sany, Eka, Luluk, Siti, Safrudin” dan Teman-temanku di kos Kavling 8, “Mbak Cemy’, Mufar, Rika, Nafi’, Devi, Emy, Ismawati, Diyah, Mbak Lia, Widia, Dwi, Fitri, Ima ” yang telah memberiku kebersamaan dalam suka dan duka. Semoga kita selalu berada dalam lindungan Allah SWT Serta seseorang yang menyayangiku, terima kasih selama ini telah banyak membantu, perhatian, dan selalu ada dalam suka dan duka.
9
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur terpanjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan pencipta segala sesuatu yang ada di muka bumi ini dan seluruh isi alam semesta yang telah memberikan kenikmatan kepada kita, baik itu secara jasmani maupun rohani. Berkat rahmat dan petunjuk-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam tercurah kepada pimpinan Islam yang telah membawa sinar kecemerlangan Islam yaitu Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah membimbing umat kearah jalan yang benar. Tentunya penulis ini tidak terlepas dari dukungan dan sumbangan pemikiran dari segenap pihak yang penulis rasakan selama ini atas jasa-jasanya yang diberikan secara tulus ikhlas, baik materiil maupun spirituil dalam usaha mencari kesempurnaan dan manfaat dari penulisan skripsi ini, tak lupa penulis ungkapkan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada. 1. Aba dan Umiku tercinta, yang selalu memberikan cinta dan kasih sayang, dan yang setiap waktu bersujud dan berdo'a demi kelancaran penulisan skripsi ini hingga tercapainya cita-cita penulis. 2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga terselesainya skripsi ini.
10
3. Bapak Dr. H. M. Zainuddin, MA selaku Dekan Fakultas Tarbiyah yang memberikan izin dalam melaksanakan penelitian. 4. Bapak Drs. H. Moh. Padil, M.Pd.I. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam yang juga memberikan izin dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Triyo Supriyatno M.Ag, Selaku pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing serta memberikan pengarahan, sehingga skripsi ini dapat tersusun. 6. Bapak Drs. M. Holik, selaku Kepala MTs Sunan Giri Probolinggo yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. 7. Bapak Imam Suyuthi S.Ag, selaku guru yang mengajar mata pelajaran fiqih, Serta semua staf, guru, khususnya guru Pendidikan Agama Islam, yang turut serta dalam membantu terselesainya skripsi ini. Semoga Allah SWT berkenan memberikan balasan yang setimpal kepada beliau-beliau sesuai dengan amal yang telah diberikan kepada penulis. Tidak mengurangi rasa hormat dan dengan rendah hati penulis menyadari masih banyak kekurangan yang disebabkan terbatasnya kemampuan yang penulis miliki, atas kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan nilai guna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin Ya Robbal'Alamin
Malang, 7 Juni 2010 Penyusun
11
Titin Dwi Jayanti DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN .............................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
iv
MOTTO ............................................................................................................
v
HALAMAN NOTA DINAS ............................................................................
vi
HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii KATA PENGANTAR ......................................................................................
ix
DAFTAR ISI .....................................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi ABSTRAK ....................................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN……. ........................................................................
1
A. Latar belakang Masalah ...................................................................
1
B. Rumusan Masalah .............................................................................
7
C. Tujuan Peneliitan ..............................................................................
7
D. Manfaat Penelitian ...........................................................................
8
E. Ruang Lingkup Pembahasan ............................................................
9
F. Penegasan Istilah .............................................................................. 10
12
G. Sistematika Pembahasan ................................................................... 11
13
BAB II KAJIAN PUSTAKA……. .................................................................. 13 A. Tinjauan Tentang Media Pembelajaran ......................................... 13 B. Tinjauan Tentang Media Audio Visual ……. .................................. 17 1. Pengertian Media Audio Visual ................................................ 17 2. Kriteria Media Audio Visual .................................................... 21 3. Jenis-jenis Media Audio Visual ............................................... 23 4. Fungsi dan Manfaat Media Audio Visual………… .................. 29 5. Tahapan Penggunaan Media Audio Visual……. ....................... 31 6. Faktor Kelebihan dan Kekurangan Media Audio Visual ........... 32 C. Tinjauan Tentang Hasil Belajar ....................................................... 35 1. Pengertian Hasil Belajar............................................................. 35 2. Aspek-aspek Hasil Belajar ........................................................ 37 3. Faktor-faktor yang Mempenaruhi Proses Hasil Belajar ............ 42 4. Tujuan dan fungsi Hasil Belajar ................................................ 56 D. Tinjauan Tentang Mata Pelajaran Fiqih .......................................... 57 1. Pengertian Mata Pelajaran Fiqih ............................................... 57 2. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fiqih ....................................... 62 E. Penggunaan Media Audio Visual dalam Meningkatkan Hasil belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih ......................................... 66 1. Tujuan Guru dalam Menggunakan Media Audio Visual pada Mata Pelajaran Fiqih.......................................................... 66
14
2. Proses
Penggunaan
Media
Audio
visual
dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih ........................................................................................... 74 3. Hasil Belajar Siswa setelah Guru Menggunakan Media Audio Visual pada Mata Pelajaran Fiqih …….. ........................ 80
BAB III METODE PENELITIAN…… ......................................................... 89 A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................... 89 B. Kehadiran Peneliti ........................................................................ 90 C. Lokasi Penelitian .......................................................................... 91 D. Sumber Data .................................................................................. 92 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 94 F. Analisis Data ................................................................................. 96 G. Pengecekan Keabsahan Data......................................................... 99 H. Tahap-tahap Penelitian .................................................................. 101
BAB IV HASIL PENELITIAN…. ................................................................... 103 A. Latar Belakang Obyek Penelitian ................................................ 103 1. Sejarah Berdirinya MTs Sunan Giri Probolinggo .................. 103 2. Visi dan Misi MTs Sunan Giri Probolinggo .......................... 104 3. Struktur Organisasi MTs Sunan Giri Probolinggo ................ 104 4. Letak Geografis MTs Sunan Giri Probolinggo ...................... 108 5. Keadaan Guru MTs Sunan Giri Probolinggo ......................... 109
15
6. Keadaan Siswa MTs Sunan Giri Probolinggo ...................... 109 7. Keadaan Fasilitas Bangunan dan Sarana Prasarana MTs Sunan Giri Probolinggo ......................................................... 110 B. Paparan dan Analisis Data 1. Tujuan Guru dalam Menggunakan Media Audio Visual pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo ............................................................................. 111 2. Proses
Penggunaan
Media
Audio
visual
dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo .................................... 115 3. Hasil Belajar Siswa setelah Guru Menggunakan Media Audio Visual pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo ..................................................................... 118
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN…. ...................................... 121 1. Tujuan Guru dalam Menggunakan Media Audio Visual pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo ................. 121 2. Proses
Penggunaan
Media
Audio
visual
dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo .......................................... 123 3. Hasil Belajar Siswa setelah Guru Menggunakan Media Audio Visual pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo ................................................................................... 126
16
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 128 A. Kesimpulan .................................................................................. 128 B. Saran ............................................................................................. 130
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
17
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
: Bukti Konsultasi
Lampiran 2
: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 3
: Struktur Organisasi MTs Sunan Giri Probolinggo
Lampiran 4
: Denah Lokasi MTs Sunan Giri Probolinggo
Lampiran 5
: Denan MTs Sunan Giri Probolinggo
Lampiran 6
: Data Gedung dan Sarana Prasarana MTs Sunan Giri Probolinggo
Lampiran 7
: Data Guru atau Karyawan MTs Sunan Giri Probolinggo
Lampiran 8
: Data Siswa MTs Sunan Giri Probolinggo
Lampiran 9
: Data Hasil Belajar Siswa Kelas VII C MTs Sunan Giri Probolinggo
Lampiran 10 : Instrumen Penelitian Lampiran 11 : Foto-foto Lampiran 12 : Daftar Riwayat Hidup Penulis
18
ABSTRAK Titin Dwi Jayanti. 2010. Penggunaan Media Audio Visual dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Nageri Maulana Malik Ibrahim (UIN MALIKI) Malang. Pembimbing Triyo Supriyatno, M.Ag Kata kunci: Media Audio Visual, Hasil Belajar, Mata Pelajaran Fiqih Kemajuan yang dicapai manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi membuat pengetahuan dan teknologi itu sendiri berkembang semakin pesat. Pola hidup manusia dengan kemajuan teknologi mempunyai hubungan erat, pendidikan adalah wadah yang paling menonjol dalam rangka kemajuan itu. Dalam pembelajaran, ada beberapa media pembelajaran yang dapat digunakan yaitu salah satunya adalah menggunakan media audio visual, karena media audio visual dapat menyampaikan pengertian atau informasi dengan cara yang lebih konkrit atau lebih nyata daripada yang dapat disampaikan oleh kata-kata yang diucapkan. Dengan melihat sekaligus mendengar, orang yang menerima pelajaran dapat lebih mudah dan lebih cepat mengerti. Proses pembelajaran saat ini sebatas sebagai proses penyampaian ”pengetahuan tentang materi Fiqih”. Mayoritas metode pembelajaran fiqih yang selama ini masih ditekankan pada hafalan, dan ceramah, penyampaian materi ini kurang variatif, tidak menggunakan media audio visual, akibatnya siswa kurang memahami manfaat apa yang telah dipelajarinya. Penelitian ini mendiskripsikan tentang penggunaan media audio visual dalam meningkatkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo. Dengan rumusan masalah yang peneliti gunakan adalah bagaimana tujuan guru menggunakan media audio visual, materi apa yang menggunakan media audio visual, bagaimana proses penggunaan media audio visual dan bagaimana hasil belajar siswa setelah menggunakan media audio visual pada mata pelajaran fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo, yang bertujuan untuk mengetahui tujuan guru menggunakan media audio visual, materi yang menggunakan media audio visual, proses penggunaan media audio visual dan hasil belajar siswa setelah menggunakan media audio visual pada mata pelajaran fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif deskriptif, pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan metode observasi, interview, dan dekomentasi. Analisa data menggunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu berupa data-data yang tertulis atau dari interview dari pihak-pihak yang terkait. Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut: tujuan guru menggunakan media audio visual untuk meningkatkan kualitas siswa dalam proses belajar mengajar, memudahkan siswa untuk belajar, untuk memudahkan guru dalam menjelaskan tentang materi pelajaran fiqih. Disamping itu, Materi yang digunakan oleh guru adalah materi shalat, thaharah, puasa dan haji, sebab materi ini materi
19
yang paling pokok untuk umat Islam. Sedangkan proses penggunaan media audio visual yaitu waktu yang digunakan harus terjadwal, supaya proses belajar mengajar menjadi baik dan efektif. Sebelum menggunakan media audio visual, guru harus mempunyai langkah persiapan, pelaksanaan, kegiatan lanjutan, serta adanya sarana prasarana yang mendukung dalam pembelajaran seperti, televisi, video, komputer, dan LCD dan adanya Lab 3 bahasa, sehingga menjadikan siswa lebih tanggap, pintar, cermat dalam menggunakan teknologi. Adapun yang menjadi hambatan dalam proses penggunaan media audio visual ialah kurangnya fasilitas (minim), keterlambatan siswa, keterbatasan waktu, dan kebanyakan guru menggunakan metode yang lama seperti ceramah, sehingga pembelajaran yang dilakukan guru cenderung menonton dan membosankan, kondisi ini terdampak terhadap belajar siswa. Setelah menggunakan media audio visual hasil yang diperoleh siswa lebih baik dibandingkan tidak menggunakan media audio visual, rata-rata siswa mendapat nilai 70-80 dengan catatan ketegori ”baik”. Jadi, menggunakan media audio visual sudah mencapai keberhasilan bagi guru dan siswa, sebab media audio visual bermanfaat bagi guru dan siswa pada proses belajar mengajar. Saran yang ditawarkan peneliti tentang penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran fiqih adalah harus di adakan pelatihan bagi guru yang belum bisa menggunakan teknologi, sehingga menjadikan guru yang berkualitas dan perlu ditambahkan sarana prasarana. Untuk itu lembaga pendidikan diharapkan memfasilitasi kebutuhan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.
20
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Belajar merupakan suatu proses yang kompleks terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu bertanda seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikapnya.2 Ketika teknologi belum berkembang sekarang ini, ketika ilmu pengetahuan belum sepesat ini proses pembelajaran biasanya berlangsung pada tempat dan waktu. Proses pembelajaran adalah proses komunikasi antara guru dan siswa melalui verbal sebagai media utama penyampaian materi pelajaran. Ketika ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat, proses pembelajaran tidak lagi dimonopoli oleh adanya kehadiran guru di dalam kelas, siswa dapat belajar dimana dan kapan saja sesuai dengan minat dan gaya belajar. Sesorang desainer pembelajaran dituntut untuk dapat merangcang pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai jenis media dan
2
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT raja Grafindo Persada 2007) hlm. 1
21
sumber belajar yang sesuai agar proses pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien.3 Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi
dalam proses belajar.4 Para guru dituntut agar mampu
menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan zaman. Teknologi pendidikan sebagai suatu cara mengajar yang menggunakan alat-alat tehnik yang sebenarnya dihasilkan bukan khusus untuk keperluan pendidikan akan tetapi dapat dimanfaatkan dalam pendidikan seperti radio, televisi, film, overhead projector, video, tape recorder, komputer, dan lainlain. Alat-alat in dalam metodologi pengajaran lazim disebut alat peraga, alat pengajaran audio visual. dalam teknologi
pendidikan alat-alat itu disebut
hardware dan software.5 Kemajuan yang dicapai oleh manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi membuat pengetahuan dan teknologi itu sendiri berkembang semakin pesat. Pola hidup manusia dengan kemajuan teknologi mempunyai hubungan erat, pendidikan mungkin wadah paling menonjol dalam rangka kemajuan itu. Dalam rangka kegiatan pendidikan, ada beberapa media yang dapat digunakan yaitu menggunakan alat-alat media audio visual karena audio
3
Wina Sanjaya, Perencanaan dan desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 197-198 4
Azhar Arsyad, op. cit. hlm. 2
5
Nasution, Teknologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2005) hlm. 2
22
visual dapat menyampaikan pengertian atau informasi dengan cara yang lebih konkrit atau lebih nyata daripada yang dapat disampaikan oleh kata-kata yang diucapkan. Dengan melihat sekaligus mendengar, orang yang menerima pelajaran, penerangan atau penyuluhan dapat lebih mudah dan lebih cepat mengerti. Guru biasanya dihadapkan dengan demikian banyaknya bahan audio visual, sehingga sering sulit bagi mereka untuk memilih hal-hal yang paling banyak dapat menolongnya dalam tugas-tugasnya.. namun demikian sekali tujuan-tujuan belajar serta struktur bahannya telah ditentukan, guru lebih mudah memilih bahan-bahan audio visual yang dapat lebih membantu para siswa untuk mencapai tngkat penguasaan yang dibutuhkan.6 Alat-alat audio visual ada faedahnya kalau yang menggunakan telah mempunyai keterampilan yang lebih yang lebih dari memadai dalam penggunaanya, beberapa cara menggunakan alat-alat audio visual yaitu dengan adanya persiapan, pelaksanaan dan kegiatan lanjutan.7 Kelengkapan fasilitas belajar memberi pengaruh yang berarti terhadap prestasi belajar siswa. Fasilitas belajar lebih lengkap, prestasi belajarnya menjadi lebih baik. Penemuan ini mendukung beberapa pendapat yang mengatakan bahwa sarana dan fasilitas merupakan salah satu faktor mempengaruhi proses dan hasil belajar.8
6
Ivor K Davies, Pengelolaan Belajar (Jakarta: Rajawali Pers, 1991) hlm. 150
7
Oemar Hamalik, Media Pendidikan (Bandung: Alumni, 1985) hlm. 141-143
8
Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1994) hlm. 73
23
Menurut UUD Sistem Pendidikan Nasional pasal 45 ayat 1 menjelaskan tentang sarana dan prasarana pendidkan yaitu: ”Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik”.9 Alat pelajaran yang biasa juga disebut alat peraga ini dikenal dengan istilah media pendidikan. Guru harus memadang media pendidikan sebagai alat
bantu
utama
untuk
menunjang
keberhasilan
mengajar
dan
memperkembangkan metode-metode yang dipakainya dengan memanfaatkan media pendidikan. Ditangan gurulah alat-alat itu bermakna bagi pertumbuhan pengetahuan, keterampilan dan pembentukan sikap keagamaam siswa. di samping itu guru mempunyai peran sebagai pengajar, mendidik, melatih dan mengevaluasi.10 Dalam pembelajaran, siswa menggunakan asas pendidikan dan teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilkukan oleh pihak guru atau pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau siswa.11 Begitu juga dengan adanya pendidikan agama Islam, upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
9
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 30 10
Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Metodik Kurikulum Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1995). hlm. 178 11
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2008) hal. 61
24
menghayati, mengimani, dan saling menghormati.12 Serta usaha
untuk
membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa memahami ajaran Islam secara menyeluruh, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pedoman hidup. Adapun pendidikan agama Islam dalam penyusunan sikripsi ini adalah tentang fiqih, yaitu bidang studi yang memberikan pendidikan untuk mengamalkan dan memahami fiqih. Fiqih merupakan pengetahuan tentang hukum-hukum syariat Islam mengenai perbuatan-perbuatan manusia, yang diambil dari dalil-dalil secara terinci.13 Jadi, Ilmu fiqih bertujuan untuk memberi pelajaran, pengetahuan, atau petunjuk tentang hukum, apa yang disuruh dan apa yang dilarang, mana yang boleh dan mana yang tidak, serta menunjukkan cara melaksanakan suatu perintah ajaran Islam. Sebagaimana lazimnya suatu bidang studi yang diajarkan di Madrasah, materi keilmuan mata pelajaran fiqih mencakup dimensi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan nilai-nilai (value).14 Pembelajaran Fiqih harus dimulai sejak anak-anak berada di sekolah dasar, dan salah satu sekolah dasar yang mengajarkan pembelajaran Fiqih adalah Madarasah Ibtidaiyah (MI). MI merupakan satu dari pendidikan dasar
12
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) cet ke 2, hal 130 13
Muhammad Hasbi Ash Shiddiqi, Pengantar Hukum Islam (Semarang: Pustaka Riski putra, 1997) hal. 2 Ria Fauzia Hanum, ”Strategi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Mewujubkan Life Skill Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Surya Buana Malang”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang . 14
25
yang memiliki ciri khas khusus dalam pengajaran agama Islam. Memiliki kurikulum yang lebih menitikberatkan pada pengajaran agama Islam.15 Program pengajaran agama dapat dipandang sebagai usaha mengubah tingkah laku siswa dengan menggunakan bahan pengajaran agama. Tingkah laku yang diharapkan itu terjadi setelah siswa mempelajari pelajaran agama dan dinamakan hasil belajar siswa dalam bidang pengajaran agama. Hasil belajar selalu dinyatakan dalam bentuk perubahan tingkah laku. Bagaimana bentuk tingkah laku yang diharapkan berubah itu dinyatakan dalam perumusan tujuan Intruksional. Hasil belajar meliputi tiga aspek yaitu, aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.16 Semua hasil belajar pada dasarnya harus dapat dievaluasi. Penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru selain untuk memantau proses, kemajuan dan perkembangan hasil nilai peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki, juga sekaligus sebagai umpan balik kepada guru agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses program pembelajaran.17 Berdasarkan landasan penelitian inilah, peneliti ingin mengetahui lebih jauh tentang penggunaan media audio visual, sehingga pada waktu pembelajaran fiqih siswa lebih giat lagi untuk belajar dengan adanya media tersebut. Dari sinilah penulis ingin mengadakan penelitian di MTs Sunan Giri
15
Ismail Tarid, Upaya Guru dalam Meningkatkan Prestasi Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih Ibadah, (http: www. Google.com), diakses pada tanggal 17 april 2010, pukul 09.00 16
17
Team Didaktik Metodik Kurikulum, op. cit. hlm 153
Mimin Haryati, Model dan Tehnik Penilaian pada Tingkatan Satuan Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007) hal 13
26
Probolinggo, dengan judul “Penggunaan Media Audio Visual dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo”.
B. RUMUSAN MASALAH Dari uraian latar belakang diatas dan supaya permasalahan dalam penelitian ini dapat terjawab secara akurat, maka permasalahan yang akan kami angkat sebagai berikut. 1. Apa tujuan guru dalam penggunaan media audio visual pada mata pelajaran fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo? 2. Bagaimana proses penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajara siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo? 3. Bagaimana hasil belajar siswa setelah guru menggunakan media audio visual pada mata pelajaran fiqih di MTs Sunan Giri?
C. TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui tujuan guru dalam penggunaan media audio visual pada mata pelajaran fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo 2. Untuk mendiskripsikan proses penggunaan media audio visual dalam meningkatkan belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo
27
3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menggunakan media audio visual dalam mata pelajaran fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo.
D. MANFAAT PENELITIAN Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Bagi Lembaga a. Bagi kalangan akademik UIN Maulana Malik Ibrahim Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, informasi dan sekaligus referensi yang berupa bacaan Ilmiah. b. Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran dalam upaya penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo dalam rangka mengembangkan usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang diselenggarakan 2. Bagi guru dan kepala sekolah Hasil penelitian ini diharapkan sekurang-kurangnya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk melaksanakan tugas-tugas kependidikan, baik bagi kepala sekolah maupun bagi guru untuk
menyiapkan
peserta
didik
yang
berwawasan
luas
dan
mempersiapkan kegiatan aktivitas belajar yang terencana dengan baik. Dengan mengambil hasil penelitian sebagai referensi dalam melaksanakan
28
pelayanan pendidikan akan lebih
memudahkan mencapai tujuan
pendidikan yaitu dengan output peserta didik yang berwawasan luas dan terbiasa dengan aktivitas belajar yang baik. 3. Bagi siswa Sebagai bahan informasi dan pertimbangan kepada siswa MTs Sunan Giri agar meningkatkan pemahaman dalam mengaplikasikan untuk dapat meningkatkan motivasi belajar dengan menggunakan media audio visual, agar dapat efektif dalam aktifitas belajar. 4. Bagi peneliti Sebagai wujub rasa tanggung jawab dalam berpartisipasi terhadap perkembangan pendidikan, terutama dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berwawasan luas dengan meningkatkan kemampuan guru mengajar dengan menggunakan media pembelajaran. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pengetahuan dan pengalaman dalam menyusun karya tulis ilmiah serta dapat dipergunakan sebagai persyaratan menjadi sarjana.
E. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN Agar dalam pembahasan ini tidak terjadi kesalahpahaman, maka penulis hanya membatasi pada hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo adalah tentang pengertian media pembelajaran, media audio visual, mata pelajaran fiqih, hasil belajar
29
siswa, dengan rumusan masalah yaitu bagaimana tujuan guru dalam penggunaan media audio visual pada mata pelajaran fiqih yang mencangkup fungsi guru, peran guru, makna media bagi guru, bagaimana proses penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih ialah langkah-langkah penggunaan media audio visual, factor penghambat dan pendukung dalam penggunaan media audio visual, dan bagaimana hasil belajar siswa setelah guru menggunakan media audio visual pada mata pelajaran fiqih di MTs Sunan Giri ialah mencangkup pengukuran, penilaian, evaluasi, dan jenis-jenis evaluasi.
F. PENEGASAN ISTILAH Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauman audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audien (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan individu mereka sesuai dengan tujuan yg ingin dicapai.18 Audio-visual adalah alat-alat ”audible” artinya dapat didengar dan alat-alat ”visible” artinya dapat dilihat. Alat-alat audio-visual gunanya untuk membuat cara berkomunikasi menjadi efektif. Media audio-visual merupakan bentuk media pengajaran yang terjangkau.19
18
Asnawir, Usman Basyiruddin, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) hlm 1
19
Amir hamzah, Media Audio-Visual. (Jakarta: PT Gramedia, 1985) hlm. 11
30
Hasil belajar adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penugasan dalam pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum”.20 fiqih adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan manusia, yang diambil dari dalil-dalil yang terinci. Suatu hal yang telah menambah banyaknya macam dan lapangan hukum Islam, maka katakata ’fiqh” hanya dipakai untuk sekumpulan Syara’ yang berhubungan dengan perbuatan, seperti hukum wajib, haram, anjuran, makruh, mubah (boleh), apakah sesuatu perbuatan tersebut sah atau tidak, mencukupi atau tidak dan sebagainya.21
G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Untuk membentuk jalan pikiran yang sistimatis oleh karena penulis pada pembahasan skripsi ini terdiri dari bab-bab dan sub bab yaitu: Bab satu tentang pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup pembahasan, tinjauan pustaka, metode penelitian, sistematika pembahasan. Bab dua tentang kajian teori yang mengupas tentang media pembelajaran, pengertian audio visual, macam-macam audio visual, fungsi audio visual, karakteristik audio visual, manfaat audio visual, hasil belajar,
20
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994) hal. 20 21
Abuddin Nata, Masail Al-fiqhiyah (Bogor: Kencana, 2003) hlm. 11
31
tujuan hasil hasil belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, mata pelajaran fiqih, runag lingkup fiqih, tujuan dan fungsi fiqih. Bab tiga tentang metode penelitian, yang pada bab ini berisikan tentang pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, tehnik pengumpulan data, analisis data, dan pengecekan keabsaha data. Bab empat tentang memaparkan tentang sejarah Mts Sunan Giri Probolinggo, visi dan misi, tujuan, struktur organisasi. daftar guru, data keadaan siswa, sarana prasarana, penggunaan media audio visual dalam menngkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih yang mencangkup tentang tujuan guru, proses penggunaan media audio visual, dan hasil belajar siswa setelah menggunakan media audio visual pada mata pelajaran fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo. Bab lima tentang pembahasan hasil penelitian yang berisi tentang penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo yang mencangkup tentang tujuan guru, proses penggunaan media audio visual, dan hasil belajar siswa setelah menggunakan media audio visual. Bab enam merupakan bab terakhir yang berisi penutup yang meliputi, kesimpulan dan saran-saran.
32
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. MEDIA PEMBELAJARAN 1. Pengertian Media Pembelajaran Kata media merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti perantara, sedangkan menurut istilah adalah wahana pengantar pesan. Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauman audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audien (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan individu mereka sesuai dengan tujuan yg ingin dicapai.22 Sedangkan yang disebut media menurut istilah ada beberapa pendapat menurut para ahli yaitu: 1. Gagne menyatakan bahwa, media adalah berbagai jenis kompunen dalam lingkungan siswa, yang dapat merangsangnya untuk belajar.23 2.
Gerlach dan Ely menyatakan bahwa media adalah apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, meteri atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
22
Azmawir, Basyaruddin Usman. Media Pembelajaran. ( Jakarta: Ciputat Pers, 2002) hlm.1
23
Arif Sadiman, dkk. Media Pendidikan. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2007 ) hlm.3
33
pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media.24 3. Ahmad Rohani menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat di indera yang berfungsi sebagai perantara, sarana, alat untuk proses komunikasi.25 4. Media Merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemampuan audien sehingga dapat mendorong proses belajar pada dirinya.26 Beberapa definisi media diatas, maka dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai perantara untuk menyampaikan pesan agar lebih bisa dipahami dan membangkitkan motivasi dan minat belajar. Setelah memahami apa yang disebut dengan media, berikut dikemukakan apa yang disebut dengan media pembelajaran menurut para ahli yaitu: 1. Dalam Muhaimin, Martin dan Briggs memberikan batasan mengenai media pembelajaran yaitu mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa.27
24
Azhar Arsyad, op.cit. hlm. 3 25
Ahmad Rohani, Media Intruksional Edukatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007) hlm. 3 26
Azmawir, Basyaruddin Usman, op. cit. hal 11
27
Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: Citra Media, 1996), hlm.91
34
2. Sudarwan Danim menyatakan media pembelajaran merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik.28 3. Ahmad Rohani menyatakan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar yang berupa perangkar keras maupun perangkat lunak untuk mencapai proses dan hasil intruksional secara efektif dan efisien. 29 Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:
. Artinya: ” bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-alaq 1-5) 30
28
Sudarwan Danim. Media Komunikasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara: 1994) hlm 7
29
Ahmad Rohani. op.cit. hlm 4
30
Tafsir Muyassar Jilid 4, (Jakarta: Qisthi Press, 2007). hlm. 632
35
Ayat tersebut membuktikan bahwa penggunaan media tidak hanya diaplikasikan pada zaman sekarang melainkan sejak zaman Nabi Muhammad SAW juga sudah diterapkan. Hal ini dapat kita lihat pada ”bil qolam” dari ayat diatas, yang artinya ” dengan perantara kalam” maksud dari kata tersebut adalah Allah memerintahkan Nabi untuk mengajarkan manusia dengan menggunakan perantara kalam (baca-tulis), yang mana baca tulis adalah termasuk salah satu media yang digunakan dalam pembelajaran. Beberapa pendapat diatas dapat disimpulakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan perantara yang dapat membangkitkan minat siswa untuk belajar sehingga materi yang disampaikan lebih mudah dipahami oleh siswa, dan sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran dan membangkitkan semangat dalam diri siswa untuk belajar Berdasarkan beberapa batasan tentang media pengajaran, maka dapat dikemukakan ciri-ciri umum yang terkandung dalam media pengajaran, antara lain: a. Media pembelajaran memiliki pengertian non fisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang ingin disampaikan kepada siswa. b.
Penekanan media pembelajaran terdapat pada audio dan visual
c.
Media pembelajaran memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik dalam kelas maupun di luar kelas.
36
d. Media pembelajaran digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. e. Media pembelajaran dapat digunakan secara massa (misalnya: radio, televisi) kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya: slide, film, video, OHP) atau perorangan (misalnya: modul, komputer, radio, tape, atau kaset vudeo recorder) f.
Sikap, perbuatan, organisasi, starategi, menejemen yang berhubungan dengan suatu ilmu.31 Jadi dari batasan-batasan dan ciri-ciri umum di atas media
pembelajaran berupa hard ware dan soft ware dan bisa dilihat serta didengar dan juga membantu guru untuk mempelancar dalam proses belajar mengajar sehingga terjadi komunikasi dan interaksi edukatif. Dam membantu
mempermudah
siswa
dalam
memahami
pesan
yang
disampaikan oleh guru. Diuraikan diatas bahwa media pembelajaran sangatlah penting dalam pembelajaran, dan salah satu media pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar adalah media audio visual. karena media audio visual termasuk media pembelajaran yang memiliki kemampuan lebih, yaitu media yang sekaligus melibatkan dua panca indera yaitu panca indera pendengar dan indera melihat.
B. TINJAUAN TENTANG MEDIA AUDIO-VISUAL
31
Azhar Aryad, Media Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.6
37
1. Pengertian Media Audio-Visual Media atau alat-alat audio-visual adalah alat-alat ”audible” artinya dapat didengar dan alat-alat ”visible” artinya dapat dilihat. Alat-alat audio-visual gunanya untuk membuat cara berkomunikasi menjadi efektif. Media
audio-visual
merupakan
bentuk
media
pengajaran
yang
terjangkau.32 Teknologi audio-visual merupakan cara untuk menghasilkan atau menyampaikan meteri dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio-visual. pengajaran melalui media audio-visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar seperti: teevisi, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar.33 Morgan menyebutkan efektifitas pengajaran orang dewasa seperti yang disebut dalam prinsip pendidikan orang dewasa tergantung pada pengertian yang jelas.34 Tulisan dan ucapan sangat bermanfaat dalam situasi belajar pada umumnya, tetapi ada beberapa konsep yang tidak dapat disampaikan sejelas atau selengkap jika menggunakan alat bantu audiovisual. Sementara itu, menurut Bruner (1966) ada tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman pictoral atau
32
Amir Hamzah, op. cit. hlm 11
33
Azhar Arsyad, op. cit, hlm 30
34
Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa dariTeori hingga Aplikasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2007) hlm. 172
38
gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic), pengalaman langsung adalah mengerjakan, misalnya arti kata ”simpul” dipahami dengan langsung membuat ”simpul”. Pada tahapan kedua kata simpul dipelajari dari gambar, lukisan, foto, atau film. Meskipun siswa belum pernah mengikat tali untuk membuat simpul mereka dapat memahami dan mempelajarinya dari gambar, lukisan, foto, atau film. Selanjutnya, pada tingkatan simpul, siswa membaca atau mendengar kata simpul dan mencocokkannya
dengan
simpul
pada
gambar
mental
dengan
pengalamannya membuat simpul. Ketiga tingkatan pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya memperoleh ”pengalaman” (pengetahuan, keterampilan atau sikap) yang baru, Sangat mengherankan bahwa begitu banyak usaha untuk meneliti perbedaan cara audio dengan cara visual, sedangkan sedikit sekali tentang perbedaan antara ceramah guru dengan hidup (langsung) dengan cara guru yang sama melalui perekaman. Popham (1962) tidak menemukan perbedaan antara kedua cara tersebut, dengan memakai siswa sebagai subjek. Hal yang sama ditemukan pula oleh Menne dkk, (1969) yang menggarisbawahi kebebasan fleksibilitas yang ditemukan pada ceramah yang direkam, baik dari pihak guru maupun dari pihak siswa. Media audio-visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik,
39
karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi lagi ke dalam dua kategori, yaitu: 35 1) Audio-visual diam yaitu: media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti: film bingkai suara, film rangkai suara, dan cetak suara. 2) Audio-visual gerak yaitu: media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti: film suara dan video-cassette, televisi, OHP, dan komputer. Dimasa lampau, diskusi tentang alat bantu audio visual lebih condong didominasi oleh apa yang disebut Dwyer (1967) sebagai “teori realisme”. Pendekatan ini berasumsi bahwa belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika digunakan bahan-bahan audio visual yang mendekati realitas. Dengan kata lain, dalam memilih alat bantu, obyek-obyek sebenarnya lebih disukai dari gambar, gambar foto lebih disukai dari gambar garis sederhana atau sketsa. Miller mengemukakan lebih banyak sifat bahan audio-visual yang menyerupai realitas, makin mudah terjadi belajar.36 Seperti yang dikatakan Bruner dan Traver realisme tidak menjamin bahwa informasi yang berguna dapat dipersepsi atau dirasakan, dipelajari dan diingat. Ini berarti bahwa suatu gambar garis yang sederhana lebih baik dari sebuah obyek sebenarnya dan karyawisata.
35
Syaiful Bahri Djamarah, Azwan Zaian, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm.141. 36
Ivon K Davies, Pengelolaan Belajar (Jakarta: Rajawali Pers 1991), hlm.150
40
Jadi, pengajaran melalui audio-visual adalah produksi dan penggunaan meteri yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol yang ada.
2.
Kriteria Media Audio-Visual Dalam pengelompokan audio-visual dapat dibagi menjadi dua kategori yang dapat membedakannya, antara lain: 1. Media opsional atau media pengayaan. Bahannya dapat dipilih guru sesuai kehendaknya sendiri, dengan syarat cukup waktu dan biaya. 2. Media yang diperlukan atau yang harus digunakan. Media macam ini harus digunakan guru untuk membantu siswa melaksanakan atau mencapai tujuan-tujuan belajar dari tugas yang diberikan. Untuk itu diperlukan biaya dan waktu. Adapun ciri-ciri utama media audio-visual adalah sebagai berikut: a. Mereka biasanya bersifat linear. b. Mereka biasanya menyajikan visual yang dinamis. c. Mereka digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang atau pembuatnya. d. Mereka merupakan repsentasi fisik dari gagasan real dan abstrak. e. Mereka dikembangkan menurut prinsip psikologi behaviorisme dan kognitif.
41
f. Umumnya mereka berorentasi kepada guru dengan tingkat pelibatan interaktif murid yang rendah.37 Untuk menggunakan media audio-visual seperti yang ada sekarang masih banyak hambatannya bagi kita di Indonesia ini. Sebabnya diantara alat-alat audio-visual yang modern, ada yang memerlukan alat khusus seperti proyektor yang pada gilirannya memerlukan aliran listrik. Alat-alat audio visual dapat menyampaikan pengertian atau informasi dengan cara yang lebih konkrit atau lebih nyata daripada ditulis. Oleh karena itu alatalat audio-visual membuat suatu pengertian atau informasi menjadi lebih berarti. Kita lebih mudah dan lebih cepat belajar dengan melihat alat-alat sensori seperti gambar, bagan, contoh barang atau model. Dengan melihat dan sekaligus mendengar, orang yang menerima pelajaran, penerangan atau penyuluhan dapat lebih mudah dan lebih cepat mengerti tentang apa yang dimaksud oleh yang memberi pelajaran, penerangan atau penyuluhan38. Bahan audio-visual bisa membantu belajar dengan beberapa cara. Tapi ditinjau dari sudut penggunaanya di dalam kelas, bahan audio-visual bisa diklafikasikan dalam kelompok besar: 1. Media kriteria. Ini terdiri dari gambar-gambar, peta-peta, dan obyekobyek sebenarnya, yang akan digambarkan atau diidentifikasikan oleh siswa untuk dapat menunjukkan bahwa ia telah menguasai bahannya. Dengan kata lain media ini merupakan bagian dari krteria. 37
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2002), hlm.31.
38
Amir Hamzah, op. cit. hlm.17
42
2. Media perantara. Ini terdiri dari alat bantu yang bukan merupakan bagian dari situasi kriteria. Dengan kata lain siswa tidak dituntut untuk menggambarkan atau mengidentifikasikannya. Fungsi satu-satunya adalah untuk membantu siswa untuk mendapatkan pengertian tentang suatu gejala atau kejadian.39 Merupakan hal yang penting untuk dapat membedakan media kriteria dari media perantara. Jika tugas media ialah untuk mempermudah belajar dengan memberi kesempatan kepada siswa melatihkan suatu keterampilan, maka media perantara membantunya untuk mendapat tersebut. Ini berarti bahwa kedua macam media tersebut harus digunaka dengan cara berbeda. Antara lain media perantara harus dihilangkan secara bertahap ketika terjadi belajar, sehingga siswa makin lama makin mandiri. Sebaliknya media kriteria harus dilatihkan dan diulang terus menerus supaya tidak dilupakan.
3. Jenis-jenis Media Audio-Visual Ada beberapa jenis media yang dapat dikelompokkan dalam media audio-visual, antara lain: 1. Televisi Televisi sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara kedalam
39
Ivon K davies, op.cit, hlm.153
43
gelombang elektronik dan mengkonversinya kembali kedalam cahaya yang dapat dilihat dan suara yang dapat didengar. Dengan demikian, ada dua jenis pengiriman (penyiaran) gambar dan suara yaitu penyiaran langsung kejadian atau peristiwa yang kita saksikan sementara ia terjadi dan penyiaran progam yang telah direkam diatas pita film atau pita video. Televisi pendidikan dapat menjadi alat yang baik bagi penyuluh.40 Televisi intruksional berbeda dari televisi penyiaran, yaitu dalam hal materinya yang tidak didesain untuk didistribusikan oleh stasiun penyiaran massa. Menurut Gopper, menggunakan pelajaran melalui televisi untuk mengajarkan
pelajaran
disekolah
lanjutan,
dengan
maksud
menunjukkan bahwa tujuan-tujuan tingkat rendah dapat dicapai dengan cara televisi yang konvensional. Sedangkan tujuan tingkat lebih tinggi dapat dicapai apabila progam televisi mengandung situasi yang memungkinkan siswa untuk secara aktf memberikan respon terhadap progam tersebut.41 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa siswa yang belajar melalui progam televisi untuk bebbagai mata pelajaran dapat mengusai mata pelajaran tersebut sama seperti mereka yang mempelajarinya melalui tahap muka dengan guru kelas. 2. Proyektor Transparasi (OHP)
40
Suprijanto, op. cit. hlm.197
41
Ivon K Davies, op. cit, hlm.162
44
Overhead projektor adalah alat audio-visual yang sangat sering digunakan dalam berbagai progam pendidikan orang dewasa.42 Beberapa pendidik merencanakan seluruh progam pengajaran mereka dengan menggunakan transparansi atau overhead projector. Overhead projector sebaiknya tidak dianggap sebagai pengganti papan tulis atau media yang lain, tetapi sebagai pelengkap saja. Bagaimanapun penggunaan overhead projector dalam pendidikan orang dewasa banyak manfaatnya. Transparansi yang diproyeksikan adalah visual baik berupa huruf, lambang, gambar, grafik atau gabungannya pada lembaran bahan tembus pandang atau plastik yang dipersiapkan untuk diproyeksikan ke sebuah layar atau dinding melalui sebuah proyektor. Kemampuan proyektor memperbesar gambar membuat media ini berguna untuk menyajikan informasi pada kelompok yang besar dan pada semua jenjang. OHP dirancang untuk dapat digunakan di depan kelas sehingga guru dapat selalu berhadapan atau menatap langsung dengan siswanya. Menurut Chance (1960) membandingkan pemakaian papan tulis dengan OHP dalam mengajarkan gambar-gambar tehnik. Hasilnya, lebih baik dengan OHP. Waktu pelaksanaan dikurangi 20%, yang berarti bahwa lebih banyak waktu dapat di gunakan untuk menjawab
42
Suprijanto, op.cit. hlm.181.
45
pertanyaan, untuk diskusi dan praktek. Hal-hal yang sama juga ditemukan oleh peneliti-peneliti lain.43 3. Video Video adalah gambar yang dapat dilihat atau alat komunikasi yang dapat di dengar dan dilihat. Perangkat yang digunakan sebagai audio video meliputi radio, televisi, telekomunikasi. Audio video sebagai bentuk komunikasi massa yang dikelola sebagai komunikasi agar tersebar luas sesuai dengar sasaran yang dituju, di kemas dalam bentuk berbagai komunikasi. 44 Video system dalam penggunaanya sebagai peralatan pemain ulang (paly back) dari suatu program (rekaman), terdiri dari minimal 1 buah video tape recorder (video cassette recorder0 dan 1 buah monitor atau lebih. VTR mempunyai banyak jenis baik mengenai sistem Scan (penjajakan), ukuran pita yang dipergunakan maupun kemasan dari pita itu sendiri. Berbagai jenis VTR yang ada dipasaran dibuat berbagai tujuan penggunaanya, ada yang untuk keperluan Broadcast, untuk keperluan pengajaran/ pendidikan, keperluan industri dan keperluan rumah tangga (hiburan). tentunya hal tersebut menyangkut kualitas dan harga. Dengan sendirinya peralatannya yang didesain untuk keperluan broadcast atau studio mempunyai kualitas jauh lebih baik dan mempunyai harga lebih mahal dari peralatan yang dirancang 43
44
Ivon K Davies, op.cit.hlm.159-160
Meria Ramadhani , Komputer Multimedia HYPERLINK. (http: www. Google.com) di akses pada tanggal 15 Mei 2010. Pukul 10.00
46
untuk pemakaian dirumah (home us). Dari segi kemampuan dan fasilitas serta kemudahan operasi halnya juga akan berbeda sesuai dengan tujuan penggunaannya.45
4. Film bersuara Film sebagai media audio visual adalah film yang bersuara. Slide atau filmstrip yang ditambah dengan suara bukan alat audio visual yang lengkap, karena suara dan rupa berada terpisah, oleh sebab itu slide atau filmstrip termasuk media audio visual saja atau media audio visual diam plus suara.46 Film yang dimaksudkan disini adalah film sebagai alat audio visual untuk pelajaran, penerangan atau penyuluhan. Gambar hidup atau film bersuara memang wajar digunakan dikelas, oleh sebab bukan saja memberikan fakta-fakta, tetapi juga menjawab berbagai persoalan dan untuk mengerti tentang dirinya sendiri dan lingkungan. selain itu melalui gambar ini para siswa dapat memperoleh kecakapan, sikap dan pemahaman yang akan membantu mereka hidup dalam masyarakat. Dengan ini, film tidak lagi dianggap hanya sebagai alat supplementer belaka, tetapi alat yang fundamentil, dipelajari secara ilmiah dan dinilai secara kritis. Dan karena itu banyak digunakan disekolah.47
45
Arief S. Sadiman, Rahardjo dan Agung Haryono. Media Pendidikan. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003) hlm. 268 46
Asnawir, Basyirudin Usman. Media Pembelajaran. (Jakarta: Ciputat Pers, 2002). hlm 95
47
Oemar Hamalik. Media Pendidikan. (Bandung: Alumni, 1986). hlm. 102
47
Secara singkat apa yang telah dilihat pada sebuah film hendaknya dapat memberikan hasil yang nyata bagi audien. Dalam menilai baik tidaknya sebuah film, Oemar Hamalik mengemukakan bahwa film yang baik memiliki ciri-ciri dapat menarik minat siswa, benar dan autentik, up to date dalam setting, pakaian dan lingkungan, sesuai dengan tingkatan kematangan audien, perbendaharaan bahasa yang dipergunakan secara benar, kesatuan dan squence-nya cukup teratur dan teknis yang dipergunakan cukup memenuhi persyaratan dan cukup memuaskan.48 5. Komputer Komputer
adalah
mesin
yang
dirancang
khusus
untuk
memanipulasi informasi yang diberi kode, mesin elektronik yang otomatis melakukan pekerjaan yang diperhitungkan sederhana dan rumit. Satu unit komputer terdiri atas empat kelompok komponen dasar, yaitu input (misal keyboard dan writingpad), prosesor (CPU: unit pemroses data yang diimput), penyimpanan data (memori yang menyimpan data yang akan diproses oleh CPU baik secara permanen (ROM) maupun untuk sementara (RAM), dan ouput (misal layar monitor, printer atau plotter).49 komputer memiliki kemampuan untuk menggabungkan dan mengendalikan berbagai peralatan lainnya, seperti CD player, video
48
Asnawir. op. cit. hlm 98
49
Azhar Arsyad. Media Pembelajaran. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002). hlm. 52
48
tape, dan audio tape. Disamping itu, komputer dapat merekan, menganalisis dan memberi reaksi kepada respon yang di input oleh pemakai atau siswa.50 Pemanfaatan komputer untuk pendidikan yang dikenal sering dinamakan pengajaran dengan bantuan komputer (CAI) dikembangkan dalam beberapa format, antara lain drill and practice, tutorial, simulasi, permainan, dan discovery. komputer telah pula digunakan untuk mengadministrasi tes dan pengelolaan sekolah.51
4.
Fungsi dan Manfaat Media Audio-Visual Seorang ahli dalam bidang audio visual mengatakan ”perhatian yang semakin luas dalam penggunaan alat-alat audio-visual telah mendorong bagi diadakan banyak penyelidikan ilmiah mengenai tempat dan nilai alat-alat audio-visual tersebut dalam pendidikan”. Penyelidikan itu telah membuktikan, bahwa alat-alay audio-visual jelas mempunyai nilai yang berharga dalam bidang pendidikan, antara lain: a. Media audio-visual dapat mempermudah orang yang menyampaikan dan memudahkan dalam menerima sesuatu pelajaran atau informasi serta dapat menghindarkan salah pengertian. b. Alat-alat media audio-visual mendorong keinginan untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang hal-hal yang berkaitan dengan meteri yang telah disampaikan oleg guru. 50 51
Ibid. hal. 53 Ibid.
49
c. Alat-alat audio-visual tidak hanya menghasilkan cara belajar yang efektif dalam waktu yang lebih singkat, tetapi apa yang diterima melalui alat-alat audio-visual lebih lama dan lebih baik, yakni tinggal dalam ingatan. d. Siswa dapat belajar dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing. Materi pelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga mampu memenuhi kebutuhan siswa, baik yang cepat maupun yang lambat membaca dan memahami.52 Sejumlah penelitian tentang manfaat alat bantu audio-visual telah dilakukan. Hasil penelitian akhirnya membuktikan bahwa alat bantu audiovisual tidak diragukan lagi dapat membantu dalam pengajaran apabila dipilih secara bijaksana dan digunakan dengan baik. Ada beberapa manfaat alat bantu audio-visual dalam pengajaran, antara lain: 1. Membantu memberikan konsep pertama atau kesan yang benar. 2. Mendorong minat. 3. Meningkatkan pengertian yang lebih baik. 4. Melengkapi sumber belajar yang lain. 5. Menambah variasi metode mengajar. 6. Meningkatkan keingintahuan intelektual. 7. Cenderung mengurangi ucapan dan pengulangan kata yang tidak perlu. 8. Membuat ingatan terhadap pelajaran lebih lama.
52
Amir Hamzah, op.cit, hlm.17-18
50
9. Dapat memberikan konsep baru dari sesuatu di luar pengalaman biasa.53 Akibat dari apa yang diuraikan diatas, sekarang orang gandrung menggunakan alat-alat audio-visual karena dianggap sebagai salah satu media yang mampu memenuhi kebutuhan dalam pengajaran di era modern seperti sekarang ini, terutama pada alat-alat audio-visual yang dapat memberi dorongan dan motivasi serta membangkitkan keinginan untuk mengetahui dan menyelidiki yang akhirnya menjerumus kepada pengertian yang lebih baik.
5.
Tahapan Penggunaan Media Audio-visual Alat-alat
audio-visual
baru
ada
faedahnya
kalau
yang
menggunakannya telah mempunyai keahlian dan keterampilan yang lebih memedai dalam penggunaanya. Hal itu menimbulkan kepercayaan dirinya, oleh
karena
itu
membuatnya
sanggup
menyampaikan
pelajaran,
penyuluhan atau penerangan dengan baik. Dia harus tahu bagaimana menyajikan pelajaran atau menyampaikan informasi dengan alat yang digunakannya. Adapun langka-langkahnya adalah: a) Merumuskan tujuan pengajaran dengan memanfaatkan media audiovisual sebagai media pembelajaran.
53
Suprijanto, op.cit, hlm.173
51
b) Persiapan guru. Pada fase ini guru memilih dan menetapkan media yang akan dipakai guna mencapai tujuan. Dalam hal ini prinsip pemilihan dan dasar pertimbangannya patut diperhatikan. c) Persiapan kelas. Pada fase ini siswa atau kelas harus mempunyai persiapan sebelum mereka menerima pelajaran dengan menggunakan media ini. d) Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media. Penyajian bahan pelajaran dengan memanfaatkan media pengajaran maka keahlian guru dituntut disini. e) Langkah kegiatan belajar siswa. Pada fase ini siswa belajar dengan memanfaatkan media pengajaran yang ada. Pemanfaatan media di sini siswa
sendiri
mempraktekkannya
ataupun
guru
langsung
memanfaatkannya, baik di kelas atau di luar kelas. f) Langkah evaluasi pengajaran. Pada langkah ini kegiatan belajar dievaluasi, sampai sejauh mana tujuan pengajaran yang dicapai, sekaligus dapat dinilai sejauh mana pengaruh media sebagai alat bantu dapat menunjang keberhasilan proses belajar siswa.54 Kehadiran media sangat membantu mereka dalam memahami konsep tertentu, yang tidak atau kurang mampu dijelaskan dengan bahasa. Ketidakmampuan guru menjelaskan sesuatu bahan itulah dapat diwakili
54
Syaiful Bahri Djamansyah, Aswan Zaian, op.cit, hlm. 154
52
oleh peranan media. Di sini nilai praktek media terlihat, yang bermanfaat bagi siswa dan guru dalam proses belajar mengajar.55
6. Faktor Kelebihan dan Kekurangan Media Audio-Visual Menurut Nana Sudjana (1991) dan Sudirman N, dkk (1991). Menyimpulakan tentang beberapa kelebihan-kelebihan media audiovisual, termasuk teks terprogam, adalah: a. Perpaduan teks dan gambar dalam halaman cetak sudah merupakan hal lumrah, dan ini dapat menambah daya tarik, serta dapat mempelancar pemahaman informasi yang disajikan dalam dua format, verbal dan visual. b. Khusus pada teks terprogram, siswa akan berpartisipasi atau berinteraksi dengan aktif karena harus memberi respon terhadap pertanyaan dan latihan yang disusun, siswa dapat segera mengetahui apakah jawabannya benar atau salah. c. Menampilkan obyek yang selalu besar yang tidak memungkinkan untuk dibawa kedalam kelas, misalnya: gunung, sungai, masjid, ka’bah. Obyek-obyek tersebut dapat ditampilkan melalui foto, gambar dan film. d. Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa.
55
Ibid, hal. 155
53
e. Meletakkan dasar-dasar yang konkret dari konsep yang abstrak sehingga dapat mengurangi kepahaman yang bersifat verbalisme. Misalnya, untuk menjelaskan bagaimana sistem peredaran darah pada manusia, maka digunakanlah film.56 Adapun kekurangan-kekurangan yang dapat ditampilkan pada media audio-visual ini adalah: 1) Kecepatan merekam dan pengaturan trek yang bermacam-macam menimbulkan kesulitan untuk memainkan kembali rekaman yang direkam pada suatu mesin perekam yang berbeda dengannya. 2) Film dan video yang tersedia selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan kecuali film dan video itu dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri. 3) Pengadaan film atau video umumnya memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang banyak. 4) Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak memiliki hubungan pribadi dengan guru, dan siswa bisa jadi bersikap pasif selama penayagannya. 5) Program yang tersedia saat ini belum memperhitungkan kreativitas siswa, sehingga hal tersebut tentu tidak dapat mengembangkan kreativitas siswa. 6) Media ini hanya akan mampu melayani secara baik bagi mereka yang sudah mempunyai kemampuan dalam berfikir abstrak.57
56
Ibid, hlm.156 Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran (Penggunaan dan Pembuatan). (Bandung: Sinar Baru,1991), hlm. 131 57
54
Penemuan macam-macam alat dan mesin mempengaruhi dan mengubah cara hidup, norma-norma, dan cara berfikir dan cara kerja manusia. Alat-alat teknologi juga mempengaruhi pendidikan, antara lain metode penyampaian dan juga cara penilaian. Alat-alat pengajaran kebanyakan tidak diciptakan khusus untuk keperluan pengajaran, kecuali mesin belajar. Selain itu pengajaran memanfaatkan hasil teknologi seperti film, radio, TV, komputer, dan sebagainya.58 Untuk memanfaatkan alat teknologi pendidikan diperlukan keterampilan dari pihak guru serta sikap positif terhadap perkembangan alat teknologi pendidikan. Alat teknologi pendidikan, betapa majunya sehingga senantiasa memerlukan peranan guru, sekalipun mengubah peranan itu. Sejak dulu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mempengaruhi pendidikan namun pengaruhnya bertambah pesat sejak 1950-an, setiap alat pendidikan mempunyai kebaikan dan kekurangannya, namun semua dapat memberi bantuan menurut hakikat masing-masing.59
C. TINJAUAN HASIL BELAJAR 1. Pengertian Hasil belajar (prestasi belajar) Prestasi belajar merupakan kalimat yang terdiri dari dua kata ”prestasi” dan ”belajar” yang mana kata yang memiliki arti tersendiri.
58 59
Nasution, Teknologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm.113 Ibid, hlm.113
55
Dalam kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwasannya prestasi adalah hasil yang telah dicapai atau diproleh.60 Menurut mas’ud Khasan prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Pendapat lain mengenai prestasi dikemukakan oleh Nasrun Harahap ” prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penugasan dalam pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum”.61 Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Belajar adalah aktivitas/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap.62 Menurut Drs. Slameto seperti yang dikutip Syaiful Bahri,” belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. 63
60
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 512
61
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994). hlm. 20 62
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009). hlm. 39
63
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002). hlm. 13
56
Lebih lanjut lagi dijelaskan oleh B.S Bloom, D.R Krathwohl, B.B Masia dan R.H Dave seperti yang dikutip Muhaimin,” mengemukakan bahwa perubahan itu terjadi pada bidang kognitif, affectif, dan psikomotor. Sedang sifat perubahan yang terjadi pada bidang-bidang tertentu tergantung pada tingkat kedalaman belajar yang didalaminya.64 Akhirnya dapat disimpulkan bahwa belajar serangkaian kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. 65 Jadi prestasi belajar secara umum berarti suatu hasil yang dicapai dengan perubahan tingkah laku yaitu melalui proses membandingkan pengalaman masa lampau dengan apa yang sedang diminati oleh siswa dalam bentuk angka yang bersangkutan hasil evaluasi dari berbagai aspek pendidikan baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Biasanya diberkan dalam bentuk laporan atau rapot.
2. Aspek-aspek hasil belajar Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan psikomotor. Secara ekplesit ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap mata ajar selalu mengandung ketiga ranah tersebut, namun penekanan selalu 64
Muhamin, Abd. Ghofir dan Nur Ali Rahman, Strategi Belajar Mengajar: Penerapannya Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama (Surabaya: CV. Citra Media, 1996) hlm 46 65
Syaiful Bahri, op. cit. hlm 13
57
berbeda. Mata ajar praktek lebih menekankan pada ranah psikomotor, sedangkan mata ajar pemahaman konsep lebih menekankan pada ranah kognitif. Namun kedua ranah tersebut mengandung ranah afektf. 66 Menurut Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni :67 Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, amplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internasional. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketetapan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognotiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.68 1. Ranah kognitif
66
Mimin Haryati, Model dan Tehnik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007). hlm 22 67
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar-Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006) hlm. 22 68 Ibid, hlm. 23
58
Aspek kognitif terdiri dari enam tingakatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkatan tersebut yaitu: a) Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengngat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving dan lain sebagainya. b) Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah di dengar dengan kata-kata sendiri. c) Tingkat penerapan (application), penerapan ini merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. d) Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan mengindifikasikan, memisahkan dan membedakan komponenkomponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. e) Tingkat sintesis (syntesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan
59
unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. f) Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.69 2. Ranah Afektif Beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks. a) Recivung/ attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencangkup
ketetapan
reaksi,
perasaan,
kepuasaan
dalam
menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya. c) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk didalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau
69
Mimin Haryati. op. cit. Hal. 23
60
pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut. d) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nlai lain, pemantapan, dan periotas nilai yang telah dimiliki. Yang termasuk ke dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai, dan lain.. e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki seseorang, yakni mempengaruhi pola kepribadian
dan
tingkah
lakunya.
Kedalamnya
termasuk
keseluruhan nilai dan karakteristiknya.70 3. Ranah Psikomotor Hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enan tingkatan keterampilan, yakni: a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar) b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar c) Kemampuan perseptual, termasuk didalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain. d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan. e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan yang kompleks.
70
Nana Sudjana, op. cit. hlm. 30
61
f) Kemampuan yang berkenaan dengan komonikasi non-decursive seperti gerakan ekpresif dan interpretatif. 71
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar siswa Untuk memahami kegiatan yang disebut ”belajar”, perlu dilakukan analisis untuk menemukan persoalan-persoalan apa yang terlibat didalam kegiatan belajar itu. Belajar merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses sudah barang harus ada yang diproses (masukan atau input), dan hasila dari pemrosesan (keluaran atau input), jadi dalam hal ini kita dapat menganalisis kegiatan belajar itu dengan pendekatan analisis sistem. Dengan pendekatan sistem ini sekaligus kita dapat melihat adanya faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Kegiatan belajar dapat digambarkan sebagai berikut:72
INSTRUMENTAL INPUT
RAW INPUT
71
72
TEACHING - LEARNING RPROCESS
OUTPUT
Ibid, hlm. 31
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda karya, 2002). hlm. 106
62
ENVIRONMENTAL INPUT
Gambar di atas menunjukan bahwa masukan mentah (raw input) merupakan bahan baku yang perlu diolah, dalam hal ini diberi pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar mengajar (teaching-learning proces). Terhadap proses belajar mengajar berpengaruh terhadap sejumlah faktor lingkungan yang merupakan masukan lingkungan (enveromental imput), dan
berfungsi
sejumlah
faktor
yang
disengaja
dirancang
dan
dimanipulasikan (intrumental imput) guna menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki (output),. Berbagai faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan keluaran tersebut. 73 Selanjutnya uraian berikut akan menguraikan berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yang digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:
73
Ibid, hlm. 107
63
Alami Lingkungan Sosial Budaya Luar Kurikulum
Program Instrumental Sarana & Fasilitas Guru
Faktor Kondisi Fisiologis Fisiologis
Kondisi panca Indera
Dalam Kecerdasan Minat Psikologis
Bakat Motivasi Kemampuan kognitif
64
1. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) Faktor eksternal terbagi menjadi dua macam yaitu faktor lingkungan dan faktor intrumental. a. Faktor lingkungan Faktor lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak didik hidup an berinteraksi dalam mata
rangkai
kehidup
yang
disebut
ekosistem.
Saling
ketergantungan antara lingkungan biotik dan abiotik tidak dapat dihindari. Itulah hukum alam yang harus dihadapi sebagai makhluk hidup yang tergolong biotik.74 Selama hidup anak didik tidak bisa menghindarkan diri dari lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Interaksi dri kedua lingkungan yang berbeda ini selalu terjadi dalam mengisi kehidupan anak didik. Oleh karena itu kedua lingkungan tersebut akan dibahas satu demi satu dalam uraian sebagai berikut: 75 1. Lingkungan alami Lingkungan hidup adalah lingkungan anak tempat tinggal anak didik, hidup dan berusaha didalamnya,. Pencemaran lingkungan hidup merupakan malapetaka bagi anak didik yang hidup didalamnya. Udara yang tercemar merupakan polusi yang dapat mengganggu pernapasan. Udara yang terlalu dingin 74 75
Syaiful Bahri Djahamarah. Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka cipta, 2002). hlm. 142 Ibid, hlm 143
65
menyebabkan anak didik kedinginan. Suhu terlalu panas menyebabkan anak didik kepanasan, dan tidak betah tinggal didalamnya. Oleh karena itu, keadaan suhu udara berpengaruh terhadap belajar anak didik di sekolah. Belajar pada keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya daripada belajar dalam keadaan udara yang panas. Berdasarka demikian, orang cenderung berpendapat bahwa belajar di pagi hari akan lebih baik hasilnya daripada belajar pada sore hari. 76 2.
Lingkungan sosial budaya Pendapat yang tidak dapat disangkal adalah mereka yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk homo socius. semacam itu manusia cenderung untuk hidup bersama satu sama lain. Hidup dalam kebersamaan dan saling membutukan akan melahirkan interaksi sosial. Saling memberi dan saling menerima meupakan kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan sosial, misal berbicara, bersenda gurau, memberi nasihat, dan gotong royong merrupakan interaksi sosial dalam tatanan kehidupan masyarakat. 77
b. Faktor instrumental Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan tentu saja pada tingkat kelembagaan. Dalam rangka melicinkan ke arah itu diperlukan seperangkat kelengkapan dalam 76 77
Ibid hlm.144 Ibid hlm 145
66
berbagai bentuk dan jenisnya. Semua dapat digunakan menurut fungsi masing-masing kelengkapan sekolah. Kurikulum dapat dipakai oleh guru dalam merencanakan program pengajaran Program sekolah dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar. Sarana dan fasilitas yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik-baiknya agar berhasil bagi kemajuan belajar anak didik di sekolah. 78 1. Kurikulum Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan usnsur substansial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung, sebab materi yang harus guru sampaikan dalam suatu pertemuan kelas, belum guru programkan sebelumnya. Itulah sebabnya, untuk semua mata pelajaran, setiap guru memiliki kurikulum untuk mata pelajaran yang dipegang dan diajarkan kepada anak didik. Setiap guru harus mempelajari dan menjabarkan isi kurikulum kedalam program yang rinci dan jelas sasarannya. Sehingga dapat diketahui dan diukur dengan pasti tingkat keberhasilan belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Jadi, kurikulum diakui dapat mempengaruhi hasil belajar anak didik di sekolah. 79 2. Program 78 79
Ibid, hlm 146 Ibid.
67
Setiap sekolah mempunyai program pendidikan. Program pendidikan
disusun
untuk
dijalankan
demi
kemajuan
pendidikan. Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya program pendidikan yang dirancan. Program pendidikan disusun berdasarkan potensi sekolah yang tersedia, baik tenaga, finansial dan sarana prasarana. 80 3. Sarana dan fasilitas Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung sekolah misalnya sebagai tempat strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Salah satu persyaratan untuk membuat suatu sekolah adalah pemilikan ruang gedung sekolah yang didalamnya ada ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang dewan guru, ruang perpustakaan, ruang BP, ruang tata usaha dan halaman sekolah yang
memadai.
Semua
bertujuan
untuk
memberikan
kemudahan pelayanan anak didik.81 4. Guru Guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Kehadiran guru mutlak diperlukan di dalamnya. Kalau hanya ada anak didik, tetapi guru tidak ada, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar mengajar disekolah. Persoalan guru memang menyangkut dimensi yang luas, tidak hanya bersentuhan 80 81
Ibid. hlm 147 Ibid. hlm 149
68
dengan masalah diluar dirinya seperti mampu berhubungan dengan baik dengan warga masyarakat diluar sekolah dan berhubungan dengan anak didiknya kapan dan dimanapun dia berada.82 Menurut M.I. Soelaeman (1985: 45) untuk menjadi guru yang baik itu tidak dapat diandalkan kepada bakat ataupun hasrat ataupun lingkungan belaka, namun harus disertai kegiatan studi dan latihan serta praktek/pengalaman yang memadai agar muncul sikap guru yang diinginkan sehingga melahirkan kegairahan kerja yang menyenangkan.83 2. Faktor Internal (faktor dari diri siswa) a. faktor fisiologis Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya dibawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, mereka lekas lelah, mudah mengantuk, dan sukar menerima pelajaran.84 Hal yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indera (mata, hidung, pengecap, telinga, dan tubuh), terutama mata
82 83
84
Ibid. hlm 151 Ibid. hlm 152 Syaiful Bahri Djamarah, op. cit. hlm.155
69
sebagai alat untuk melihat dan sebagai alat untuk mendengar. Sebagian besar yang dipelajari anak yang belajar berlangsung dengan membaca, melihat contoh, atau model, melakukan observasi, mengamati hasil-hasil eksperimen, mendengarkan keterangan
guru,
mendengarkan
ceramah,
mendengarkan
keterangan orang lain dalam diskusi dan sebagainya. Karena pentingnya peranan penglihatan dan pendengaran inilah maka lingkungan pendidikan formal orang melakukan penelitian untuk menemukan bentuk cara penggunaan alat peraga yang dapat dilihat dan didengar. Jadi, kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat
mempengaruhi
kemampuan
siswa
dalam
menyerap
informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan dikelas. 85 b. Faktor psikologis 1. Kecerdasan atau Inteligensi siswa Kecerdesan pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi atau kecerdasan sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungan kecerdesan manusia lebih menonjol daripada
85
Ibid, hlm. 156
70
peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan ” menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.86 Tingkat kecerdesan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa, ini bermakana, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.87 Karena intelegensi diakui ikut menentukan keberhasilan belajar seseorang, maka orang tersebut seperti M. Dalyono (1997:56) secara tegas mengatakan bahwa seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya cenderung baik. Sebaliknya, orang yang intelegensinya rendah, cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berfikir, sehingga prestasi belajarnya rendah. Akhirnya pembehasan ini bermuara pada suatu kesimpulan, bahwa kecerdesan merupakan salah satu faktordari sekian banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar di sekolah.88
86 87
88
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999) hlm. 133 Ibid, hlm 133 Syaiful Bahri Djamarah, op. cit. hlm 160
71
2. Minat Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Suatu minat dapat di ekpresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktifitas. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinyauntuk mencapai atau memperoleh benda atau tujuan yang diminati.89 Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Namun, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang study tertentu.90 Dalm konteks inilah diyakini bahwa minat mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik. Tidak banyak yang diharapkan
89
Ibid, hlm 157
90
Muhibbin Syah, op. cit. hlm. 136
72
untuk menghasilkan prestasi belajar yang baik dari seorang anak yang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu.91 3. Bakat Bakat adalah kemampuan potensial yang dimilki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuaii dengan kapasitas masing-masing.92 Disamping
itu,
bakat
merupakan
faktor
yang
besar
pengaruhnya terhadap proses dan hasl belajar seseorang. Hampir tidak ada orang yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu.93 4. Motivasi Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Penemuanpenemuan ini menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah.94
91
Syaiful Bahri, op. cit. hlm. 157
92
Muhibbin Syah, op. cit. hlm. 135
93
Syaiful Bahri Djamarah, op. cit. hlm. 162 Ibid, hlm. 166
94
73
Menurut Mc. Donald mengatakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan tmbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.95 Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. 96 Dalam perkembangan selanjutnya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:97 1) Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. 2) Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Misalnya, pujian dan hadiah, peraturan tata tertib dan sebagainya. 5. Kemampuan kognitif Dalam dunia pendidikan ada tiga tujuan pendidikan yang sangat dikenal dan diakui oleh para ahli pendidikan, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif merupakan kemampuan yang selalu dituntut anak didik untuk dikuasai. Karena 95
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007). hlm 158
96
Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006).
97
Muhibbin Syah, op. cit. hlm. 137
74
penguasaan kemampuan pada tingkatan ini menjadi dasar bagi pengusaan ilmu pengetahuan.98 Ada tiga kemampuan yang harus dikuasai sebagai jembatan untuk sampai pada penguasaan kemampuan kognitif yaitu:99 Persespi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terusmenerus mengadakan hubungan dengan lingkungan. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan pencium. Mengingat adalah suatu aktifitas kognitif, dimana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh dimasa lampau. Terdapat dua bentuk mengingat yang paling menarik perhatian, yaitu mengenal kembali (rekognisi) dan mengingat kembali (reproduksi). Berpikir adalah kelangsungan tanggapan-tanggapan yang disertai dengan sikap pasif dari subjek yang berpikir. Menurut Garret, berpikir adalah tingkah laku yang sering implisit dan tersembunyi
dan
biasanya
menngunakan
simbol-simbol
(gambaran-gambaran, gagasan-gagasan, dan konsep-konsep).
98 99
Syaiful Bahri Djamarah,oOp. cit. hlm. 168 Ibid, hlm 168
75
4. Tujuan dan Fungsi hasil belajar 1. Tujuan a. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu. Hal ini berarti dengan evaluasi guru dapat mengetahui keemajuan perubahan tingkah laku siswa sebagai asil proses belajar dan mengajar yang melibatkan dirinya selaku pembimbing dan pembantu kegiatan belajar siswanya itu. b. Untuk mengetahui posisi dan kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya. Dengan demikian, hasil evaluasi itu dapat dijadikan guru sebagai alat penetap apakah siswa tersebut termasuk ketegori cepat, sedang, atau lambat dalam arti mutu kemampuan belajarnya. c. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar. Hal ini berarti bahwa evaluasi, guru akan dapat mengetahui gambaran tingkat usaha siswa. Hasil yang baik pada umumnya menunjukkan adanya tingkat usaha yang efisien, sedangkan hasil yang buruk adalah cerminan usaha yang tidak efisien. d. Untuk
mengetahui
hingga
sejauh
mana
siswa
telah
mendayagunakan kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdesan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar. Jadi, hasil evaluasi itu dapat dijadikan guru sebagai gambaran realisasi pemanfaatan kecerdesan siswa.
76
e. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses mengajar belajar (PMB). Dengan demikian, apabila sebuah metode yang digunakan guru tidak mendorong munculnya prestasi belajar siswa.100 2. Fungsi a. Fungsi administratif untuk penyusunan daftar nilai dan pengisian buku raport b. Fungsi promosi untuk menetapkan kenaikan atau kelulusan. c.
Fungsi diagnostik untuk mengindentifikasi kesulitan belajar siswa dan merencanakan program remedial teaching (pengajaran perbaikan)
d. Sebagai sumber data BP yang dapat memasok data siswa tertentu yang memerlukan bimbingan dan penyuluhan (BP) e. Sebagai bahan pertimbangan pengenbangan kurikulum, metode dan alat-alat PBM.101
D. TINJAUAN MATA PELAJARAN FIQIH 1. Pengertian Fiqih Secara ethymology fiqih berarti pemahaman yang mendalam tentang tujuan suatu ucapan dan perbuatan. Sedangkan fiqih secara terminology menurut para fuqaha (ahli fiqih) adalah tidak jauh dari pengertian fiqih menurut ethimologi, hanya saja pengertian fiqih menurut 100 101
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999) hlm. 177 Ibid, hlm 178
77
termology lebih khusus daripada menurut ethimology. Menurut termology fiqih adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan manusia, yang diambil dari dalil-dalil yang terinci. Fiqh secara harfiah berarti pemahaman yang benar terhadap apa yang dimaksudkan. Beberapa batasan denifisi tentang fiqh adalah: 1. Ilmu fiqh merupakan suatu kumpulan ilmu yang sangat luas pembahasannya, yang mengumpulhan berbagai ragam jenis hukum Islam dan bermacam, rupa aturan hidup, unruk keperluan seseorang, golongan masyarakat dan umum manusia.102 2. Pengetahuan tentang hukum-hukum Islam mengenai perbuatan manusia, yang diambil dari dalil-dalilnya secara rinci.103 3. Ilmu yang membahas tentang hukum-hukum Syari’ah yang bersifat praktis yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci.104 Suatu hal yang telah menambah banyaknya macam dan lapangan hukum Islam, maka kata-kata ’fiqh” hanya dipakai untuk sekumpulan Syara’ yang berhubungan dengan perbuatan, seperti hukum wajib, haram, anjuran, makruh, mubah (boleh), apakah sesuatu perbuatan tersebut sah atau tidak, memcukupu atau tidak, dan sebagainya.105
102
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqi, Pengantar Hukum Islam, (Semarang: Pustaka Riski Putra, 1997), hlm. 9 103
Abdul Wahhab Kallah, Kaidah-kaidah Hukum Islam, Ilmu Ushulul Fiqh (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 2 104 105
Abuddin Nata, Masail al-Fiqhiyah (Bogor: Kencana, 2003), hlm. 26 Ibid. hlm. 11
78
Pembelajaran fiqih dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu bagian mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan penggunaan, pengamalan, pembiasaan dan keteladanan.106 Bahan pelajaran fiqih untuk Madrasah Ibtidaiyah ditekankan pada pengetahuan, pengamalan dan pembiasaan pelaksanaan hukum Islam secara sederhana dalam ibadah dan perilaku sehari-hari serta sebagai bekal pendidikan
berikutnya.
Adapun
pelajaran
fiqih
untuk
Madrasah
Tsanawiyah merupakan pendalaman dan perluasan bahan kajian dalam kehidupasehari-hari, sedangkan untuk Madrasah Aliyah dimaksudkan untuk memberi bekal pengetahuan dan kemampuan mengamalkan ajaran Islam dalam aspek hukum, baik yang berupa ajaran ibadah maupun muamalah. Bahan kajiannya mencangkup hukum-hukum Islam dalam bidang ibadah, jenazah, muamalah, faraid (hukum waris), ath’imah (hukum makan dan minuman), munakahad dan pokok-pokok ilmi ushul fiqih. Sebagai lazimya suatu bidang studiyang diajarkan di Madrasah, materi keilmuan mata pelajaran fiqih mencangkup dimensi pengetahuan
Ria Fauzia Hanum, ”Strategi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Mewujubkan Life Skill Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Surya Buana Malang”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang 106
79
(knowledge), keterampilan (skill), dan nilai-nilai (value) keagamaan. Secara garis besar mata pelajaran fiqih terdiri dari:107 a. Dimensi pengetahuan (knowledge), yang mencangkup bidang ibadah, muamalah, jinayah, ushul fiqih. Secara terperinci, materi pengetahuan fiqih meliputi pengetahuan tentang thaharah, sholat, sujud, dzikir, puasa, zakat, haji dan umroh, makanan dan minuman, binatang halal atau haram, qurban, aqiaqh, macam-macam muamalah, kewajiban terhadap orang sakit , jenazah, pergaulan remaja, jinayat, hudud, mematuhi undang-undang negara/ syariat Islam, kepemimpinan, memelihara lingkungan dan kesejahteraan sosial. b. Dimensi keterampialan (skill), meliputi keterampilan melakukan thaharah, keterampilan melakukan ibadah mahdlah, memilih dan mengkomsumsi makanan dan minuman yang halal, melakukan kegiatan muamalah dengan sesama manusia berdasarkan syariat Islam, memimpin, memelihara lingkungan. c. Dmensi nilai-nilai (value), mencangkup antara lain penghambaan kepada Allah SWT (ta’abbud), penguasaan atas nilai religius, disiplin, percaya diri, komitmen, norma dan moral luhur, nilai keadilan, demokratis, toleransi, dan kebebasan individual. Dengan keteladanan guru ini, diharapkan para orang tua dan masyarakat membantu secara aktif pelaksanaan pembelajaran bidang studi fiqih
107
Ibid,
di
dalam
rumah
tangga
dan
masyarakat
lingkungannya.
80
Dalam mempelajari fiqih, bukan sekedar teori yang berarti tentang ilmu yang jelas pembelajaran yang bersifat amaliah, harus mengandung unsur teori dan praktek. Belajar fiqih untuk diamalkan, bila berisi suruhan atau perintah, harus dapat dilaksanakan, bila berisi larangan, harus dapat ditinggalkan atau dijauhi. Oleh karena itu, fiqih bukan saja untuk diketahui, akan tetapi diamalkan dan sekaligus menjadi pedoman atau pegangan hidup. Untuk itu, tentu saja materi yang praktis diamalkan sehari–hari
didahulukan
dalam
pelaksanaan
pembelajarannya.
Pembelajaran Fiqih harus dimulai sejak anak-anak berada di sekolah dasar, dan salah satu sekolah dasar yang mengajarkan pembelajaran Fiqih adalah Madarasah Ibtidaiyah (MI). MI merupakan satu dari pendidikan dasar yang memiliki ciri khas khusus dalam pengajaran agama Islam. Memiliki kurikulum yang lebih menitikberatkan pada pengajaran agama Islam. Keberhasilan pendidikan fiqih dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, baik itu dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Contohnya, dalam keluarga kecendrungan anak untuk melakukan shalat sendiri secara rutin. Sedangkan dalam sekolah misalnya intensitas anak dalam menjalankan ibadah seperti shalat dan puasa dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam kehidupan disekolah. Untuk itu evaluasi pembelajaran fiqh tidak hanya berbentuk ujian tertulis tetapi juga praktek. Banyak peserta didik yang mendapatkan nilai bagus dalam teori ilmu fiqih, Tetapi, dalam kenyataannya banyak peserta didik yang belum mampu melaksanakan
81
teori itu secara praktek seperti shalat dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman peserta didik tentang fiqih masih kurang.108
2. Ruang lingkup mata pelajaran fiqih Mata pelajaran fiqih merupakan salah satu bidang study pengajaran agama Islam. dalam mata pelajaran fiqih saja dibicarakan delapan bidang pembahasan atau delapan bab.109 1. Ibadat. Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas mesalah-masalah yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan berikut ini adalah tahharah (bersuci), shalat (sembahyang), shiyam (puasa), zakat, haji, jenazah (penyelenggaraan mayit), jihad (perjuangan), nadzar, udhiyah (kurban), zabihah (penyembelihan), shayid (perburuan), aqiqah, makanan dan minuman. 110 2. Ahwalusy syakhsiyyah atau Qanun ’Ailah. Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan pribadi (perorangan), kekeluargaan, harta warisan, yang
meliputi
persoalan
adalah
Nikah,
khithbah
(melamar),
mu’asyarah bergaul), nafaqah, talak, khuluk, fasakh, li’an, zhihar, ila’,
108
Ismail Tarid, Upaya Guru dalam Meningkatkan Prestasi Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih Ibadah, (http: www. Google.com), diakses pada tanggal 17 april 2010, pukul 09.00 109
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelenbagaan Agama Islam. Metodik Khusus Pengajaran agama Islam (Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama, 1985) hlm 47 110 Ibid. hlm 62
82
iddah, rujuk, radla’ah (penyusunan), hadlanah (pemeliharaan) , washiyat, warisan, hajru, perwalian. 111 3. Mu’amalah madaniyah. biasanya mu’amalah saja. dalm bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dikelompokkan persoalan harta kekayaan, harta milik, harta kebutuhan, cara mendapatkan dan menggunakan, yang meliputi masalah Buyu’ (jual beli), khiyar, riba, sewa-menyewa, hutang-piutang, gadai, syuf’ah, tashrruf, salam (pesanan), jaminan, mudlarabah dan Muzara’ah, pinjam-memijam, hiwalah, syarikah, wadi’ah, luqathah, ghashab, qismah, hibah dan hadiyah, kafalah, waqaf, perwalian, kitabah, tadbir.112 4. Mu’amalah maliyat. Kadang-kadang disebut “baitul maal” saja. Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dapat dikelompokkan kedalam kelompok persoalan harta kekayaan milik bersama,
baik
masyarakat
kecil
atau
besar
seperti
negara
(perbendaharaan Negara: baitul maal). Pembahasan di sini meliputi Status milik bersama, baitul maal, sumber baitul maal, cara pengelolaan baitul maal, macam-macam kekayaan atau meteri baitul maal, objek dan cara penggunaan kekayaan baitul maal, kepengurusan baitul maal.113 5. Jinayat dan Uqubat (pelanggaran dan Hukuman). Biasanya dalam kitab-kitab fiqih ada yang menyebut jinayat saja. Dalam bab ini 111
Ibid. Ibid. hlm 63 113 Ibid. 112
83
dibicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dapat dikelompokkan kedalam kelompok persoalan pelanggaran, kejahatan, denda, hukuman dan sebagainya adalah Pelanggaran, kejahatan, qishash (pembalasan), diyat (denda), hukuman pelanggaran dan kejahatan, hukum melukai/ mencenderakan, hukum pembunuhan, hukum murtad, hukum zina, hukuman qazaf, hukuman pencuri, hukuman perampok, hukuman peminum arak, ta’zir, membela diri, peperangan, pemberontakan, harta rampasan perang, jizyah, berlomba dan melontar.114 6. Mura’faat atau mukhashamat. Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan peradilan dan pengadilan. pembahasan bab ini meliputi peradilan dan pengadilan , hakim, qadli, gugatan, dakwaan, pembuktian, saksi, sumpah dan lain-lain115 7. Ahkamud dusturiyah. Dalam bab ini dibicarakan masalah-masalah yang
dapat
dikelompokkan
kedalam
kelompok
persoalan
ke
tatanegaraan. Pembahasan ini meliputi kepala Negara dan waliyul amri, syarat menjadi kepala Negara dan waliyul amri, hak dan kewajiban waliyul amri, hak dan kewajiban rakyat, musyawarah dan demokarasi, batas-batas toleransi dan persamaan 116 8. Ahkamud dualiyah (hukum internasional). Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dapat dikelompokkan ke dalam masalah hubungan internasional. pembicaraan pada bab ini meliputi 114
Ibid. hlm 64 Ibid. 116 Ibid. 115
84
hubungan antar negara, sama-sama Islam, atau Islam dan non Islam, ketentuan untuk perang dan damai, penyerbuan, masalah tawanan, upeti, pajak, perjanjian, pernyataan bersama, perlindungan, ahlul ’ahdi, ahlul zimmi, ahlul harb Darul Islam, darul harb, darul mustakman.117 Setelah memperhatikan begiti luasnya ruang lingkupn pembahasan fiqih, dapat kita bayangkan seluas apa pula ruang lingkup pengajaran agama. Karena demikian luasnya ruang lingkup pembahasan fiqih itu., tidak ada satupun tingkatan pengajaran pada satu sekolah yang dapat menjelajahi semua ruang lingkup itu dengan pembahasannya. Malah pembahasan fiqih ini sudah dibagi-bagi menjadi bagian-bagian yang kelihatannya sudah menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri. Di Madrasah Ibtidaiyah misalnya, ada mata pelajaran ibadah syariah, yang sebenarnya itu adalah fiqih bab ibadah. Pada tingkat Tsanawiyah, ada mata pelajaran syariah. Terutama pada madrasah-madrasah gaya lama, seperti banyak yang dikenal orang, pembahasan fiqih mereka tidak mencapai sasaran pembahasan sesuai dengan ruang lingkup ilmu fiqih. Umumnya pembahasan mereka hanya sampai pada masalah ibadah, munakahat dan sedikit tentang muamalat.118 Dalam pelaksanaan, pengajaran fiqih ini pada tingkat permulaan tentu diberikan materi-materi yang sifatnya sederhana, tidak banyak dibutuhkan fikiran yang berbelit-belit, tidak banyak menggunakan dalildalil dan praktis serta mudah diamalkan. Semakin tinggi tingkatan 117 118
Ibid. Ibid. hlm 65
85
pengajaran semakin banyak pula masalah-masalah dan dalil-dalil yang dikemukakan.119 Dilihat dari segi pengalaman ajaran Islam, yang jelas pengajaran fiqih ini adalah pengajaran yang bersifat amaliyah, harus mengandung unsur teori dan praktek. Belajar fiqih untuk diamalkan, bila berisi suruhan atau perintah harus dapat dilaksanakan, bila berisi larangan, harus ditinggalkan atau dijauhi. Bukan sekedar teori yang berarti ilmu untuk ilmu. lebih ekstrimnya lagi kalau dikatakan ilmu fiqih untuk diketahui, diamalkan dan sekaligus menjadi pedoman hidup. Untuk itu, tentu saja materi yang praktis diamalkan sehari-hari.120
E. PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH 1. Tujuan guru dalam menggunakan media audio visual pada mata pelajaran fiqih a. Pengertian Guru Kata guru berasal dalam bahasa Indonesia yang berarti orang yang mengajar.121 Dalam bahasa Inggris, dijumpai kata teacher berarti pengajar.122 119 120
Seperti
yang
dikutip
Abudin
Nata
dari
W.J.S
Ibid. hlm 66 Ibid.
121
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1989) hlm. 288 122
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Indonesia-Inggris (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007) hlm 198
86
Poerwadarmita, pengertian pendidik adalah orang yang mendidik. Pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik 123 Jika dari segi bahasa pendidik dikatakan sebagai orang yamg mendidik, maka dalam arti luas dapat dikatakan bahwa pendidik adalah semua orang atau siapa saja yang berusaha dan memberikan pengaruh terhadap pembinaan orang lain (peserta didik) agar tumbuh berkembang potensinya menuju kesempurnaan.124 Dalam konteks pendidikan sebagai usaha sadar yang dengan sengaja dirancang atau didesain dan dilakukan oleh seorang pendidik kepada peserta didik agar tumbuh dan berkembang potensinya menuju kearah yang lebih sempurna (dewasa), dan dilaksanakan melalui jalur sekolah formal, maka yang disebut pendidik dapat disederhanakan atau dipersempit maknanya. Yakni, pendidik adalah orang-orang yang dengan sengaja dipersiapkan untuk menjadi pendik secara profesional. Artinya pekerjaan seorang pendidik merupakan pekerjaaj profesi.125 b. Fungsi guru Pekerjaan jabatan guru agama adalah luas, yaitu untuk membina seluruh kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang baik dari murid sesuai dengan ajaran Islam. hal ini berarti bahwa perkembangan sikap dan kepribadian tidak terbatas pelaksanaannya
123
Fatah Yasin. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. (Malang: UIN-Malang Press, 2008) hlm. 68 124 Ibid. 125 Ibid. hlm 67
87
melalui pembinaan dikelas saja, dengan kata lain tugas atau fungsi guru dalam membina murid tidak terbatas pada interaksi belajar mengajar.126 Fungsi sentral guru adalah mendidik (fungsi educational). Fungsi sentral ini berjalan sejajar dalam melakukan kegiatan mengajar (fungsi intruksional) dan kegiatan bimbingan, bahkan setiap tngkah polanya dalam berhadapan dengan murid (intraksi edukatif) senantiasa terkandung fungsi mendidik. Dalam pada itu gurupun harus mencata dan melaporkan pekerjaannya itu berbagai pihak yang berkepentingan atau sebagai bahan yang dapat digunakan sendiri untuk meningkatkan efektifitas pekerjaannya (sebagai umpan balik). Yang terkhir itu dikenal sebagai tugas administrasi (fungsi managerial) 127 Mengingat lingkup pekerjaan guru seperti yang disebutkan diatas, maka fungsi atau tugas guru meliputi 1. Guru sebagai pengajar Mengajar adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam mengelola bidang studi yang menjadi tanggung jawab kepada siswa sesuai dengan pedoman dan petunjuk akademik. Sebuah kegiatan dapat dikatakan sebagai tindakan mengajar jika kegiatan
126
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelenbagaan Agama Islam. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama,1985) hlm 208 127 Ibid.
88
didasarkan rencana yang matang dan teliti. Rencana itu disusun untuk menimbulkan kegairahan belajar dengan bak pada siswa.128 Dalam proses belajar dan pembelajaran yang pertama kali dilakukan adalah merumuskan tujuan instruksional Khusus (TIK) yang hendak dicapai, menentukan materi pelajaran yang akan disajikan, menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan sehingga semua materi yang dibelajarkan dapat diterima siswa. Dalam pembelajaran ini menggunakan alat peraga yang dapat digunakan untuk memperjelas dan mempermudah siswa menerima materi pelajaran tersebut.129 Langkah yang terakhir menentukan alat evaluasi yang dapat mengukur tercapai tindaknya tujuan sebagai feedback bagi guru dalam
upaya
meningkatkan
kualitas
mengajarnya
maupun
kuantitas belajar siswa. Tujuan belajar yang hendak dicapainya diusahakan
secara
maksimak
dengan
tindakan-tindakan
pedagogis.130 Guru agama dalam melaksanakan tugasnya berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi siswa dan berusaha lebih terampil dalam memecahkan masalah. Dibawah ini dikemukakan perangkat tugas guru agama di kelas yaitu:
128
Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Metodik Kurikulum Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1995). hlm 135 129 Ibid. 130 Ibid. hlm 136
89
a) Menghubungkan materi pembelajaran dengansuatu yang sedang dipelajar siswa dengan sesuatu yang telah diketahui, sehingga memberikan tambahan pengalaman kepada siswa. b) Mendefinisikan secara jelas kenapa ilmu pengetahuan tertentu yang di ajarkan, misalnya tentang ibadah. c) Membahas masalah yang telah dipelajari bagian demi bagian sehingga jelas bagi siwa. d) Mensintesiskan bagian-bagian yang telah dibahas kedalam suatu konsep yang utuh sehingga memiliki arti yang jelas, yaitu hubungan antara bagian yang satu dan yang lain sehingga jelas e) Mengajukan beberapa pertanyaan yang berarti kepada siswa. f) Mereaksi atau menanggapi pertanyaan siswa g) Mendengarkan
dan
memahami
siswa
dan
berusaha
menyederhanakan setiap masalah, sehingga tidak menyulitkan siswa h) Menciptakan kepercayaan diri kepada seluruh siswa tentang ilmu dan keterampilan yang telah dibelajarkan kepada mereka i) Memberikan pandangan yang bervariasi yaitu melihat bahan yang dipelajari dari berbagai sudut pandang sehingga jelas dan dikuasai siswa.
90
j) Menyesuikan metode pembelajaran yang digunakan dengan kemampuan
dan
tingkat
perkembangan
siswa
serta
menghubungan materi baru yang dipelajari.131 2. Mendidik Mendidik adalah kegiatan guru dalam memberi contoh, tuntutan, petunjuk dan keteladanan yang dapat ditiru siswa untuk diamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian di atas maka seorang guru agama yang profesional tentu mampu merumuskan tujuan yang dicapai, memahami dan menghayati tugas dan profesi sebagai guru agama, mampu menjadikan orang tua kedua disekolah, dan memiliki sifat-sifat terpuji dan menjauhkan diri dari sifat-sifat tercela.132 3. Melatih Melatih
adalah
kegiatan
yang
di
lakukan
guru
membimbing, memberikan contoh dan petunjuk praktis yang berkaitan dengan gerakan, ucapan dan perbuatan lainnya dalam upaya mengembangkan aspek psikomotorik (keterampilan) siswa. Dalam kegiatan melatih in juga terdapat prose mengajar dan mendidik.133 Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik sehingga menuntut 131
132
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005). hlm 59
Hajirja Praba, Wawasan Tugas dan Pembina Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Frika Agung Insani, 2000). hlm 13 133 Ibid, hlm 11
91
guru agama untuk bertindak sebagai pelatih. Dalam kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, kepada semua guru memberi latihan kepada siswa agar mereka menguasai kompetensi dasar, dan mahir dalam keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi yang standar. Guru berperan sebagai pelatih yang bertugas malatih siswa dalam pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan potensi siswa masing-masing.134 Pelatihan
yang
dilakukan
yaitu
berorentasi
kepada
kompetensi dasar dan materi standar, guru juga berkewajiban memperhatikan perbedaan individu siswa dan lingkungan.135 Jadi tugas utama guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan kepada siswa.136 c. Makna media bagi guru Guru harus memandang media pendidkan sebagai alat bantu utama
untuk
untuk
memperkembangkan
menunjang metode-metode
keberhasilan yang
mengajar
dipakainya
dan
dengan
memamanfaatkan daya guna media pendidikan di tangan gurulah alat-
134
Ibid. Ibid. hlm 12 136 Ibid. hlm 7 135
92
alat itu (benda dan alam) menjadi bermakna bagi pertumbuhan, keterampilan dan pembentukan sikap keagamaan siswa.137 Karena pengajaran agama lebih bersasaran ”abstrak” maka penggunaan alat peraga harus dilakukan secara bijaksana, artinya, jangan siswa malah menjadi bingung dan kacau pengertian dan pemahaman setelah mendapat peragaan. Agar dapat menngunakan alat peraga atau media pengajaran secara bijaksana guru hendaknya, antara lain: 138 a. Memahami dengan baik fungsi media dari media pendidikan b. Dapat mempergunakan alat pelajaran secara tepat dan efisien c. Dapat memilih dan mengembangkan alat pelajaran sesuai dengan tujuan pengajaran dan hasil belajar yang diharapkan d. Dapat memelihara dan mengelola alat pelajaran dengan baik. e. Dapat menimbang sendiri baik buruknya penggunaan alat pelajaran untuk suatu kegiatan belajar tertentu. f. Dapat memanfaatkan alam sekitar sebagai media pendidikan g. Dapat membuat sendiri barbagai alat pelajaran/ peragaan secara sederhana dan murah dari bahan-bahan yang terdapat dalam lingkungan sekitar.
137
Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Metodik Kurikulum Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1995). hlm. 178 138 Ibid.
93
2. Proses penggunaan media auduo visual dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih Media
pembelajaran
Audio
Visual
agar
dapat
berperan
sebagaimana mestinya, diantaranya yaitu mempermudah mempelajari pesan/ pelajaran, membangkitkan semangat siswa, dan mempermudah guru dalam menyampaikan pesan/ pelajaran. Maka seorang guru harus merencanakan apa langkah yang harus ditempuh. Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh guru dalam penggunaan audio visual dalam meningkatkan hasil belajar siswa adalah: a. Langkah persiapan Langkah ini meliputi persiapan guru dan persiapan bagi siswa. Pertama guru menetapkan bahwa penggunaan alat in adalah dalam rangka pendidikan. Dan karena itu guru perlu mempersiapkan jenis program, waktu, pembimbing, nilai pendidikan, tingkatan kelas dan kematangan anak, dan para pelakunya. Para siswapun harus dipersiapkan untuk menerima program yang disajikan agar mereka berada dalam keadaan siap untuk mengetahui apa yang akan diberikan, bagaimana disajikannya dan pengalaman-pengalaman apa yang akan mereka
peroleh.
Cara
mempersiapkan
siswa
adalah
dengan
memberikan pengalaman yang berhubungan dengan pokok dalam program, mengadakan diskusi mengenai hal-hal tertentu dengan majalah atau surat kabar yang bertalian program, mengumpulkan gambar-gambar dan bahan-bahan ilustratif, merencanakan cara
94
penerimaan yang memuaskan dengan mengatur tempat duduk, memimpin anak-anak untuk mencatat dan membuat sketsa dan sebagainya.139 b. Langkah pelaksanaan Pada langkah ini siswa melihat dan mendengar, mengikuti dengan seksama proses yang berlangsung dalam layar televisi. Biasanya tingkat kematangan dan minat sangat berpengaruh dalam tehnik penerimaan ini. Dalam hal ini guru sesungguhnya tidak perlu memberikan komentar karena komentarnya langsung diberikan atau tertulis pada layar. Guru memimpin dengan pelaksanaan membuat catatan-catatan sketsa yang diperlukan dan ini dapat dilakukan kemudian.140 c. Kegiatan lanjutan Kegiatan lanjutan dilakukan dalam bentuk diskusi kelas. tujuannya adalah: 1. Untuk menilai program 2. Menjelaskan hal-hal yang kurang atau belum dimengerti oleh siswa. 3. Untuk membuat rangkuman 4. Mendiskripsikan persoalan-persoalan Sesudah mengikuti acara televisi, kelas melaksanakan kegiatankegiatan lebih lanjut sesuai latar belakang siswa, program sekolah, 139 140
Oemar Hamalik. Media Pendidikan (Bandung: Alumni, 1985) hlm. 141 Ibid. hlm 143
95
banyaknya bahan-bahan bacaan dan faktor-faktor lainnya. Kegiatan lanjutan hendaknya bertalian atau pokok yang telah diikuti, selanjutnya kelas bisa melakukan pameran, survey, darmawisata, interview, dramatisasi dan mengkorelasikan televisi dengan media lainnya. Yang terakhir adalah mengadakan tes pada siswa untuk memeriksa kemajuan belajar mereka.141 Belajar dengan alat bantu audio visual dapat ditingkatkan secara langsung dan dianjurkan oleh guru dengan cara: a. Memperkenalkan bahan dan menyebutkan tujuan yang harus dicapai b. Menganjurkan
partisipasi
siswa,
khususnya
siswa
yang
berkemampuan tinggi, (ada suatu anjuran yang samar-samar dalam literatur bahwa siswa yang IQ-nya rendah dapat belajar lebih banyak, jika dia belajar tanpa secara aktif menjawab atau memberikan respon terhadap alat bantu audio visual seperti film dan televisi) c. Menggunakan cara-cara menarik perhatian seperti panah dan yang serupa, menggunakan pertanyaan, diskusi, dan tugas-tugas. d. Menunjukkan bahan-bahan tersebut kepada siswa secara berulangulang. Cara-cara diatas penting, karena mengandung pengertian bahwa audio visual pantas digunakan dengan baik. Disamping itu, karena
141
Ibid.
96
jumlah belajar yang sebenarnya bergantung dari tujuan belajar serta dapat menentukan kriteria pemakaian media oleh guru.142 Tidak semua siswa sanggup belajar dengan cara verbal yang abstrak. Alat audio visual diperlukan untuk membantu mereka. Akan tetapi tidak semua bahan harus disampaikan secara konkrit. Kebanyakan pelajar harus disampaikan secara verbal, akan tetapi untuk bagian-bagian tertentu alat audio visual pada umumnya sangat berguna untuk memudahkan dan mempercepat pemahaman bagi siswa. Apa yang dikemukakan diatas merupakan usaha untuk mempertinggi mutu mengajar agar siswa dapat memahami apa yang diajarkan, tanpa komunikasi yang baik antara guru dan siswa proses belajar-mengajar tidak akan berjalan dengan efektif. Sekalipun terdapat komunikasi yang baik masih diharapkan bahwa selalu terdapat kekurang pahaman. Itu sebabnya perlu adanya evaluasi untuk membantu menemukan kekurangan atau kesalahan siswa yang diinginkan sebagai umpan balik agar dapat membantu tiap anak secara individual untuk mengatasi kesulitan belajar dan memahami dengan mencari jalan lain yang lebih sesuai bagi mereka, tersedia berbagai alat instruksional, membuka jalan bagi guru untuk mencari metode-metode lain untuk membantu siswa-siswanya.143
142
143
Ivor K. Davies, 0p. cit. hlm 154
Yusufhadi Miarso dkk. Teknologi Komunikasi Pendidikan. (Jakarta: Rajawali, 1984). hlm 170
97
Salah satu alternatif yang bisa dilakukan dalam menumbuhkan motivasi, pemahaman dan prestasi belajar siswa pada materi Pendidikan Agama Islam (fiqih) yaitu dengan menggunakan media audio visual. penggunaan media audio visual adalah salah satu dari beberapa komponen yang mendasari akan terwujubnya suatu pembelajaran yang efektif.144 Adapun
factor pendukung penggunaan media audio visual
adalah suatu kegiatan belajar mengajar akan dilakukan dengan menggunakan media audio vidual, maka penunjang seperti hardware dan software sangat dubutuhakan bahkan suatu presentasi bila gagal hal tersebut tidak tersedia. Sebagai contoh, mungkin disekolah tersedia software seperti program pelajaran yang tersimpan dalam kaset, VCD dan lainnya tidak akan dimanfaatkan bila tidak tersedia hardware seperti televisi, tape recorder, film, dan sebagainya. Oleh karena itu ketersediaan hardware dan software secara baik dan terencana akan sangat membantu kelancaran kegiatan belajar mengajar yang diprogramkan dengan menggunakan media audio visual.145 Disamping faktor pendukung, penggunaan media juga terdapat kendala-kendala yang dapat menghambat proses belajar mengajar. Seringkali hal yang tidak diinginkan ditemui disekolah bial ingin mengajar dengan sebaik-baiknya. Pada umumnya bila ingin mengajar
144
Ibid.
145
Edy Purwanto, Media Pengajaran IPS-Geografi (Malang: IKIP Malang, 1995). hlm 20
98
dengan menggunakan media audio visual, kendala-kendala yang sering dijumpai adalah: 1) Keterbatasan sarana utama, yaitu tidak tersedianya media audio visual 2) Ketebatatasan sarana penunjang, yaitu tidak tersedianya listrik, ruang presentasi dan sebagainya Hal ini tidak kalah pentingnya yang sering kali menjadi hambatan pengajaran dengan menggunakan media audio visual adalah keterbatasan keahlian guru dalam hal: 1) Merancang program pengajaran yang memanfaatkan media audio visual 2) Mengisikan software yang berisikan progaram pengajaran 3) Pemilihan media audio visual yang digunakan sudah disesuaikan dengan bahan pengajaran. 146 Kendala lain adalah keikutertaan guru mata pelajaran lain dalam memberi motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekkan nilainilai fiqih dalam kehidupan sehari- hari. Lalu lemahnya sumber daya guru dalam pengembangan pendekatan dan metode yang lebih variatif, minimnya berbagai sarana pelatihan pengembangan, serta rendahnya peran serta orang tua peserta didik.147
146
147
Ibid, hlm 20
Ismail Tarid, Upaya Guru dalam Meningkatkan Prestasi Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih Ibadah, (http: www. Google.com), diakses pada tanggal 17 april 2010, pukul 09.00
99
3. Hasil belajar siswa setelah guru menggunakan media audio visual pada mata pelajaran fiqih. a. Pengukuran Pengukuran adalah proses menetapkan angka terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu. Pengukuran dapat menggunakan tes dan non tes. Tes adalah seperangkat pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah. Sedangkan non tes adalah pertanyaan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Instrumen non tes bisa berbentuk bisa berbentuk kuesioner dan inventori. Kuesioner berisi sejumlah pertanyaan atau pertanyaan sedangkan peserta didik diminta untuk menjawab atau memberikan memberikan pendapatnya terhadap pernyataan yang diajukan. Inventori merupakan instrumen yang berisi tentang laporan diri dari keadaan peserta didik. Misal, potensi peserta didik. Jadi, Pengukuran (measurement) merupakan proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskriptif numerik dari suatu tingkatan dimana seseorang peserta didik telah mencapai karakteristik.148 b. Penilaian (assessment) Penilaian merupakan istilah yang umum dan mencangkup semua metode yang biasa dipakai untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa dengan cara menilai untuk kerja individu psserta didik atau kelompok. Menilai mengandung arti mengambil keputusan terhadap 148
Mimin haryati, Model dan Tehnik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada, 2007). hlm14
100
sesuatu dengan berdasarkan diri atau berpegang pada baik-buruk, sehat-sakit, pandai-bodoh, dan lain-lain. Jadi, penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat. Penilaian untuk memperoleh berbagai ragam informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau informasi tentang ketercapaian kompetensi peserta didik.149 c. Evaluasi Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah dibicarakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkah efisiensi pelaksanaanya. Evaluasi berhubungan erat dengan keputusan nilai (value judgement). Dalam dunia pendidikan dapat dilakukan evaluasi terhadap kurkulum baru, kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu atau etos kerja guru.150 Menurut Stufflebeam dan Shinkfield (1985) yang dikutip oleh Mimin Haryati bahwa evaluasi merupakan penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu objek. dalam melakukan suatu objek dalam melakukan evaluasi didalamnya ada kegiatan untuk menentukan nilai, sehingga ada unsur judgement tentang nilai suatu progam, sehingga dalam suatu proses evaluasi ada unsur subyektif.151
149
Ibid, hlm 15 Ibid, hlm 16 151 Ibid. 150
101
Jadi, evaluasi hasil belajar ialah proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan pengukuran hasil belajar. Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai atau objek. Untuk dapat menentukan nilai suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Misal, untuk dapat mengatakan baik, sedang, kurang, diperlukan adanya ketentuan atau ukuran yang jelas bagaimana yang baik, sedang, kurang, ukuran itulah dinamakan kriteria. Hasil belajar siswa pada hakikatnya perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencangkup bidang kognitis, afektif, dan psikomotor. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar, peranan tujuan intruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajarmengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru untuk mencapai tujuantujuan pengajaran. Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektfan dan efisiennya dalam mencapai tujuan pengajaran atau perubahan tingkah laku siswa. 152
152
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006). hlm 3
102
d. Jenis dan sistem penilaian Dilihat dari fungsinya, jenis penilaian ada beberapa macam yaitu penilaian formatif, sumatif, diagnostik, selektif, dan penilaian penempatan.153 Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Dengan demikian, penilaian formatif berprentasi kepada proses belajar mengajar,. Dengan penilaian formatif diharapkan guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaanya. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, yaitu akhir catur wulan, akhir semester dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh siswa, yakni seberapa jauh tujuan-tujuan kurikuler dikuasai oleh siswa. Penilaian ini berorentasi kepada produk. Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remidial (remidial teaching), menentukan kasus-kasus, dan lain-lain. Tentunya disusun agar dapat ditemukan jenis kesulitan belajar yang dihadapi oleh para siswa.
153
Ibid. hlm 5
103
Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misal ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu. Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditujuakan untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu. Penilaian ini berorentasi kepada kesiapan siswa untuk menghadapi program baru dan kecocokan program belajar dengan kemampuan siswa. e. Strategi Penilaian Dimaksud dengan strategi di sini ialah wawasan yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam usaha menilai hasil belajar seefektif mungkin, sehingga penilaian dapat dilakukan terhadap semua aspek hasil belajar secara serasi dan seimbang. a. Perumusan tujuan Merumuskan tujuan dengan baik, merupakan langkah pertama untuk menilai hasil belajar, karena sasaran evaluasi secara eksplesit dinyatakan dalam perumusan tujuan. Di tnjau dari segi perumusan tujuan terdapat tiga sebab utama, mengapa hasil belajar itu sering sulit untuk dinilai, yaitu 154
154
Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Metodik Kurikulum Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1995). hlm. 162
104
1) Tekanan diletakkan pada kegiatan belajar, bukan pada hasil belajar. Hal ini disebabkan oleh karena guru tidak dapat membedakan antara proses dengan hasil belajar. 2) Uraian tentang performance (tingkah laku) siswa tidak jelas, karena tidak menggunakan kata kerja operasional, sehingga timbul kesukaran untuk mengukur dan mengamati tingkah laku siswa. 3) Hasil belajar siswa tidak diuraikan dengan jelas dan baik. Perumusan tujuan intruksional khusus merupakan hal yang mutlak perlu dan amat strategis sebagai petunjuk ke arah penilaian hasil belajar. b. Pencatatan tingkah laku Dalam rangka menilai sikap-sikap keagamaan ini, diperlukan penelitian dan pencatatan tingkah mengenai tingkah laku siswa, melalui pengamatan. Hal ini mutlak perlu dalam pengajaran agama karena lebih banyak berurusan dengan pembentukan nilai dan sikap keagamaan. Yang harus diwujubkan dan dibiasakan dalam bentuk pengalaman nyata yang tampak pada kehidupan sehari-hari. Alat penilaian dalam bentuk tes saja kurang memadai, jika kita menghendaki penilaian yang dan mendekati informasi yang benar dari kepribadian siswa.155
155
Ibid.
105
c. Kesinambungan penilaian Penilaian harus dilakukan secara kontinu dan berencana. Pelaksanaan penilaian dan pencatatan harus berjalan sepanjang kegiatan program. Hasil belajar harus senantiasa dikaji dan diperiksa setelah sesuatu kegiatan program selesai dilaksanakan.156 1) Setiap selesai mengajar dilakukan tes akhir, untuk melihat sejauh manakah TIK yang telah ditetapkan itu tercapai. 2) Setiap selesai satu satuan pelajaran dilakukan penilaian formatif, untuk memperoleh umpan balik dalam rangka perbaikan proses belajar mengajar bila diperlukan. 3) Setiap selesai satu unit (bagian) pelajaran dilakukan penilaian sumatif, untuk menentukan sejauh manakah hasil belajar itu atau TIU telah dicapai siswa, dalam rangka memberikan laporan mengenai kemajuan siswa bagi yang memerlukannya. 4) Pada setiap kesempatan brgaul dengan siswa, guru senantiasa untuk mengamati, meneliti, dan melakukan pencatatan terhadap tingkah laku siswa. 5) Membuat situasi-situasi tertentu dalam rangka menilai reaksireaksi siswa dan mencatat berbagai tingkah laku yang perlu diamati, sesuai dengan tujuan pengamatan itu dilakukan.
156
Ibid. hlm 163
106
d. Mutu alat penelitian Kesesuaian,
keberhasilan
dan
kemantapan
suatu
alat
penilaian bergantung dari mutu atau kwalitas alat penilaian itu sendiri. Suatu alat penilaian dikatakan bermutu atau baik, jika memenuhi persyaratan, diantaranya:157 1) Validitas Validitas adalah mutu atau harkat hubungan antara suatu pengukuran dengan hasil belajar. Semakin mengena sasaran hasil belajar atau sasaran tujuan yang diharapkan tercapai melalui suatu test, semakin tinggi mutu validitas test tersebut. Jadi bela test itu berhasil mengukur atau menilai apa yang sebenarnya akan diukur atau dinilai. Maka test itu dikatakan valid atau tepat kena sasaran. 2) Reliabilitas Reliabilitas adalah mutu yang menunjukkan ketelitian, kemantapan, kesetarafan atau ketetapan dari suatu pengukuran atau penilaian yang dilakukan. Jadi yang utama disini ketelitiannya, sehingga test itu dapat dipercaya dan tetap mendapatkan hasil yang sama walaupun dipakai pada kesempatan yang berbeda-beda. Faktor reliabilitas dipengaruhi oleh besar kecilnya peserta test, perbedaan bakat dan kemampuan siswa dan suasana ketika test itu berlangsung.
157
Ibid. hlm 164
107
3) Obyektifitas Obyektifitas adalah mutu yang menunjukkan identitas atau kesamaan dari hasil-hasil penilaian (score) atau diagnosadiagnosa yang diperoleh dari soal atau data yang sama, oelh para penilai yang mempunyai kompetensi yang sama. Jadi obyektifitas suatu test ditentukan oleh tingkat laku/ mutu kesamaan dari score-score yang diperoleh siswa melalui test tersebut, walaupun hasil pekerjaannya diperiksa oleh beberapa penilai.
108
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif, maksudnya data yang dikumpulkan itu berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, karena data yang dipaparkan secara analisis deskriptif. Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam Ilmu Pengetahuan Sosial secara fundamental tergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan
denagn
orang-orang
tersebut
dalam
bahasanya
dan
peristiklahannya.158 Metode penelitian kualitatif ini sering disebut
metode penelitian
naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang
158
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), hlm. 4
109
antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.159 Kegiatan pokok dalam penelitian ini adalah mendiskripsikan dan menganalisis secara intensif tentang segala fenomena sosial yang diteliti, yaitu mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih yang diperoleh secara kualitatif. Penelitian ini bukan bersifat kuantitatif
yang
berbentuk angka – angka. Penelitian ini dapat dideskripsikan sebagai penelitian kualitatif berdasarkan ciri – cirinya yang meliputi : a. Dilakukan berlatar ilmiah. b. Manusia sebagia alat atau instrument penelitian. c. Analisis data secara induktif. d. Penelitian yang bersifat bersifat diskriptif. e. Lebih mementingkan proses dari pada hasil.160
B. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen utama, yaitu sebagai pelaksana, pengamat, dan sekaligus sebagai pengumpul data. Sebagai pelaksana, peneliti melaksanakan penelitian ini di MTs Sunan Giri Probolinggo pada penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih. Peneliti berperan sebagai pengamat untuk mengamati tujuan guru, proses dan hasil belajar setelah menggunakan 159
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 1
160
Lexy Moleong, op.cit., hlm. 8
110
media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih. . Dalam penelitian kulitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Sebagaimana dikatakan oleh Lexy Moleong, kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian disini tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian.161 Sugiyono mengatakan peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.162
C. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di daerah Probolinggo, tepatnya di MTs Sunan Giri
Probolinggo yang berada di Kelurahan Triwung Kidul, Kecamatan
Kademangan, Kota Probolinggo. Alasan utama yang melatar belakangi penelitian di MTs Sunan Giri ialah merupakan lembaga pendidikan di bidang pendidikan agama, dan Madrasah Tsanawiyah termasuk dibawah naungan instansi Departemen Agama. 161
Lexy J. Moeleong, Metodelogi Peneltian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) hlm.168 162
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 306
111
Bahwasannya keberadaan MTs Sunan Giri saat ini sangat dilematis artinya keberadaan MTs Sunan Giri mengalami tantangan yang luar biasa, baik tantangan yang berasal dari internal maupun eksternal. Dari tahun ke tahun MTs Sunan Giri mengalami perkembangan,
dengan adanya sarana dan
prasarana yang memadai MTs Sunan Giri yaitu adanya media audio visual, dengan kemajuan teknologi, MTs Sunan Giri menggunakan media audio visual sebagai sumber pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar belajar siswa pada mata pelajaran fiqih. Hal yang paling pokok adalah peneliti ingin mengetahui sejauh mana siswa menggunakan media audio visual dalam pembelajaran pendidikan agama Islam terutama untuk mata pelajaran fiqih, disamping itu juga peneliti ingin mengetahui tujuan guru menggunakan media audio visual, materi yang menggunakan media audio visual, proses penggunaan media audio visual dan hasil belajar siswa setelah menggunakan media audio visual di MTs Sunan Giri Probolinggo.
D. Sumber Data Yang dimaksud sumber data dalam penelitian, menurut Suharsimi Arikunto adalah subjek dimana data diperoleh.163 Menurut Lofland, yang dikutip oleh Moleong, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata atau tindakan, selebihnya adalah adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.164
163
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakrta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 129 164
Lexy, op.cit., hlm. 157
112
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak atau proses sesuatu. Peneliti yang mengamati tumbuhnya jagung, sumber datanya adalah jagung, sedangkan objek
penelitiannya
adalah
pertumbuhan
jagung.
Apabila
peneliti
menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data, sedang isi catatan subjek penelitian atau variabel penelitian.165 Sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi: 1. Sumber data utama (primer), yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.166 Dalam hal ini, data primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan secara langsung dari informan melalui pengamatan, catatan lapangan dan interview dari: a. Kepala Sekolah MTs Sunan Giri Probolinggo b. Waka Sarana dan Prasarana c. Guru PAI (Fiqih) d. Siswa-siswi kelas VII C
165
Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 129
166
Sugiyono, op.cit., hlm. 308
113
2. Sumber data tambahan (sekunder), merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.167 Data sekunder tersebut dapat diperoleh dari: a. Sejarah Berdirinya MTs Sunan Giri Probolinggo b. Visi dan Misi MTs Sunan Giri Probolinggo c. Struktur Organisasi MTs Sunan Giri Probolinggo d. Keadaan Guru dan Karyawan MTs Sunan Giri Probolinggo e. Keadaan siswa MTs Sunan Giri Probolinggo
E. Prosedur Pengumpulan Data Tidak ada satu penelitipun yang tidak melalui proses pengumpulan data. Banyak metode yang dapat digunakan dan biasanya disesuaikan dengan jenis penelitiannya. Dalam manajemen sarana dan prasarana dalam meningkatkan kualitas pendidikan
dan sesuai dengan penelitian kualitatif, maka, dalam
penelitian ini peneliti mengumpulkan data dengan cara: 1. Metode Observasi atau Pengamatan Mengamati adalah menatap kejadian, gerak atau proses.168 Metode observasi ini sebagai alat pengumpulan data dimaksud observasi yang dilakukan secara sistematis bukan observasi secara kebetulan saja. Dalam observasi ini diusahakan mengamati keadaan yang wajar dan yang
167
168
Ibid, hlm. 309 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 189
114
sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur, atau memanipulasikannya. Observasi menurut kenyataan, melukiskannya dengan kata-kata secara cermat dan tepat apa yang diamati, mencatatnya dan kemudian mengolahnya dalam rangka masalah yang diteliti secara ilmiah bukanlah pekerjaan yang mudah.169 Dalam hal ini peneliti mengamati proses penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo. 2. Metode Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.170 Esterberg dalam Sugiyono mengatakan wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.171 Dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.172
169
Nasution, Metode Research Penelitian Ilmiah (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 106
170
Lexy, op.cit., hlm. 135
171
Sugiyono, op.cit., hlm. 317 Ibid, hlm. 318
172
115
Dalam hal ini penulis mewawancarai Kepala Sekolah, Waka Sarana dan Prasarana, Guru PAI (fiqih), Siswa-siswi dan informan lain terkait dengan masalah yang dibahas 3. Metode Dokumentasi Tidak kalah penting dari metode-metode lain, adalah metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.173 Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan yang terkait dengan permasalahan.
F. Tehnik Analisis Data Sugiyono mengatakan analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
173
Suharsimi Arikunto, op.cit.,hlm. 206
116
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.174 Setelah data terkumpul, dilakukan pemilahan secara selektif disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Setelah itu, dilakukan pengolahan dengan proses editing, yaitu dengan meneliti kembali data-data yang didapat, apakah data tersebut sudah cukup baik dan dapat segera dipersiapkan untuk proses berikutnya. Secara sistematis dan konsisiten bahwa data yang diperoleh, dituangkan dalam suatu rancangan konsep yang kemudian dijadikan dasar utama dalam memberikan analisis. Analisis data menurut Patton yang dikutip oleh Moleong, adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola kategori dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor, analisa data adalah proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis kerja (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesisi kerja itu.175 Untuk menganalisa data yang telah diperoleh melalui observasi, interview dan dokumentasi, maka penulis menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif dengan pertimbangan bahwa penelitian ini berusaha menggambarkan dan mempresentasikan data secara sistematis, ringkas dan sederhana tentang penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada
174
Sugiyono, op.cit., hlm. 335
175
Lexy, op. cit., hlm. 280
117
mata pelajaran fiqih, sehingga lebih mudah dipahami oleh peneliti atau orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian yang telah dilakukan. Mendeskripsikan data kualitatif adalah dengan cara menyusun dan mengelompokkan data yang ada, sehingga memberikan gambaran nyata terhadap responden. Metode penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau metode statistik.176 Proses analisis data yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan langkahlangkah sebagai beikut: a. Reduksi Data. Reduksi data berarti merangkum, memilih hal hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.177 b. Display data atau penyajian data Setelah
data
direduksi,
maka
langkah
selanjutnya
adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
176
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 150 177
Sugiyono, op.cit., hlm. 338
118
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami.178 c
Menarik kesimpulan atau verifikasi Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman sebgaimana yang dikutip oleh Sugiyono adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.179 Kesimpulan itu mula-mula masih sangat tentatif, kabur, diragukan, akan tetapi dengan bertambahnya data, maka kesimpulan itu lebih “grounded”. Jadi kesimpulan senantiasa harus diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi dapat dengan singkat mencari data baru, dapat pula lebih mendalam bila penelitian dilakukan oleh suatun team untuk mencapai inter-subjective consensus yakni persetujuan bersama agar lebih menjmin validitas atau confirmability.180
G. Pengecekan keabsahan Data Menurut Moleong yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi:181 a. Mendemonstrasikan nilai yang benar b. Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan 178 179
Ibid, hlm 341 Ibid, hlm. 345
180
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 2003), hlm. 130
181
Lexy Moleong, op. cit. Hlm. 320
119
c. Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusankeputusannya. Pengecekan keabsahan data didasarkan atas kriteria tertentu. Kriteria itu terdiri atas derajat kepercayaan (kredibilitas), keteralihan, kebergantungan, dan kepastian. Masing-masing kriteria tersebut menggunakan teknik pemeriksaan sendiri-sendiri. Moleong berpendapat bahwa: " Dalam penelitian diperlukan suatu teknik pemeriksan keabsahan data.182 Sedangkan untuk memperoleh keabsahan temuan perlu diteliti kredibilitasnya dengan menggunakan teknik sebagai berikut: 1. Presistent Observation (Ketekunan pengamatan) Yaitu mengadakan observasi secara terus menerus terhadap objek penelitian guna memahami gejala lebih mendalam terhadap berbagai aktivitas yang sedang berlangsung dilokasi penelitian. ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengamati dan membaca secara cermat sumber data penelitian sehingga data yang diperlukan dapat diidentifikasikan. Selanjutnya dapat diperoleh deskripsi-deskripsi hasil yang akurat dalam proses perincian maupun penyimpulan. 2. Triangulasi Yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data.yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
182
Ibid., hlm. 172
120
sumber data dengan cara "membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif". 3. Peerderieng (Pemeriksaan sejawat melalui diskusi) Bahwa yang di maksud dengan pemerikasaan sejawat melalui diskusi yaitu teknik yang dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analisis dengan rekanrekan sejawat.
H. Tahap-Tahap Penelitian Tahap-tahap penelitian adalah langkah-langkah atau cara-cara peneliti mengadakan penelitian untuk mencari data. Dalam penyusunan skripsi ini, langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Tahap Pra Lapangan a. Memilih lapangan, dengan pertimbangan bahwa MTs Sunan Giri adalah salah satu MTs swasta yang unggul dengan proses belajar mengajar. b. Mengurus perijinan ke pihak sekolah c. Melakukan penjajakan lapangan, dalam rangka penyesuaian dengan MTs Sunan Giri selaku objek penelitian. 2. Tahap pekerjaan lapangan a. Mengadakan observasi langsung ke Mts Sunan Giri terhadap penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar
121
siswa pada mata pelajaran fiqih, dengan melibatkan beberapa informan untuk memperoleh data. b. Memasuki lapangan, dengan mengamati berbagai fenomena proses pembelajaran
dan
wawancara
dengan
beberapa
pihak
yang
bersangkutan. c. Berperan serta sambil mengumpulkan data. d. Penyusunan laporan penelitian, berdasarkan hasil data yang diperoleh
122
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Objek Dalam latar objek ini akan dikemukakan gambaran secara umum tentang lokasi penelitian, yaitu Madrasah Tsanawiyah Sunan Giri Probolinggo
1. Sejarah singkat berdirinya MTs Sunan Giri Probolinggo Pada mulanya MTs Sunan Giri bernama SMP Sunan Giri yang didirikan pada tahun 1975 oleh Mailis Wakil Cabang (MWC) NU kecamatan Kademangan dan Patalan. Pada tahun 1978 SMP Sunan Giri dirubah statusnya menjadi MTs Sunan Giri dan mendapat piagam terdaftar No. UM/3/133/13/1978. MTs Sunan Giri ini dikelola oleh lembaga Pendidikan Ma’arif. Perubahan dari SMP Sunan Giri menjadi MTs Sunan Giri karena beberapa faktor yang antara lain mesyarakat Kademangan yang agamis haus akan Pendidikan Agama Islam. Disampng itu juga memperhatikan banyahnya Madrasah Ibtidaiyah yang meluluskan murid-muridnya. Setiap tahun bertambah, berdasarkan faktor-faktor itulah maka pada tahun 1979 tersebut SMP Sunan Giri dirubah menjadi MTs Sunan Giri sampai sekarang. Pada tahun 1994 MTs Sunan Giri menjadi Status Diakui dan pada tahun 1997 meraih juara tiga MTs swasta teladan se-Karesidenan Malang.
123
Dan perkembangan MTs Sunan Giri tahun demi tahun pasang surut atau naik turun.183
2. Visi dan Misi MTs Sunan Giri. Visi yang ada di Mts Sunan Giri adalah sebagai berikut: (1). Prestasi dalam bidang akademis dan non akademis. (2). Taat dalam menjalankan perintah agama. (3). Berakhlak mulia dan, (4). Peduli kebersihan dan lingkungan Berdasarkan dengan visi, MTs Sunan Giri juga memliki misi sebagai berikut: (1). Menciptakan lembaga pendidikan yang Islami dan berkualitas. (2). Menyiapkan Kurikulum yang
Representative. (3).
Menyiapkan tenaga yang Profesional dan, (4). Menciptakan PBM yang berkualitas dan disiplin184
3. Struktur organisasi MTs Sunan Giri Probolinggo Struktur yang masih berlaku di MTs Sunan Giri Probolinggo beserta fungsi dan tugasnya adalah sebagai berikut. 1. Kepala sekolah berfungsi sebagai Pimpinan Administrator dan Supervisor adalah sebagai berikut a. Kepala sekolah selaku pimpinan mempunyai tugas menyusun perencanaan, mengorganisasikan kegiatan, mengarahkan kegiatan, mengkoordinasikan kegiatan, melakukan pengawasan, melakukan 183
Dok. Profil MTs Sunan Giri Probolinggo
184
Dok. Profil MTs Sunan Giri Probolinggo
124
evaluasi terhadap kegiatan, menentukan kebijaksanaan, mengadakan rapat, mengatur proses belajar mengajar, mengambil keputusan, mengatur administrasi ( kantor, siswa, pegawai, perlengkapan, keuangan/ RAPBS), mengatur Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat dan dunia usaha. b. Kepala sekolah selaku Administrator bertugas menyelenggarakan administrasi yaitu, perencanaan, pengorganisasia, pengarahan, pengkoordinasikan, pengawasan, kurikulum, kesiswaan, kantor, kepegawaian, perlengkapan, keuangan, perpustakaan, laboratorium, ruang keterampilan / kesenian c. Kepala Madrasah selaku Supervisor bertugas menyelenggarakan supervisi mengenai : kegiatan belajar mengajar, kegiatan bimbingan dan penyuluhan / bimbingan karir, kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan ketatausahaan, kegiatan kerja sama dengan masyarakat dan dunia usaha. Dalam melaksanakan tugasnya, kepala madrasah dapat mendelegasikan kepada wakil kepala madrasah. 2. Wakil kepala sekolah mempunyai tugas membantu Kepala Madrasah dalam kegiatan – kegiatan sebagai berikut : menyusun perencanaan, membuat program kegiatan dan program pelaksanaan, pengorganisasian, pengarahan, ketenagaan, pengoordinasikan, pengawasan, penilaian, identifikasikan dan pengumpula, penyusunan .
125
3. Waka kesiswaan bertugas sebagai berikut mengatur program kegiatan siswa., mengatur dan mengkoordinasikan pelaksanaan 6 K (keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, dan kerindangan ). Mengatur dan membina program kegiatan OSIS meliputi Pramuka, Palang Merah Remaja (PMR) Kelompok Ilmiah Remaja, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Patroli Keamanan Sekolah (PKS). Mengatur program pesantren kilat, pondok Romadhon, menyusun dan mengatur pelaksanaan pemilihan siswa teladan sekolah, menyelenggarakan cerdas cermat, olah raga prestasi, menyeleksi calon untuk di usulkan mendapat Beasiswa, program penerimaan siswa baru, pengelompok belajar siswa pelaksanaan MOS dan membuat papan Statistik. 4. Waka Kurikulum bertugas sebagai berikut menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan, menyusun pembagian yugas guru dan jadwal pelajaran,
mengatur
penyusunan
program
pengajaran,
mengatur
pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler ( Koordinasi dengan Waka Kesiswaan), mengatur pelaksanaan program penilaian, kriteria kenaikan kelas, kriteria kelulusan, dan laporan kemajuan belajar siswa serta pembagian raport, mengatur pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan mengatur pengembangan MGMP dan koordinator mata pelajaran membuat jadwal supervisi kelas, menyusun laporan. 5. Tugas Waka Sarana Prasarana adalah sebagai berikut merencanakan kebutuhan sarana prasaran untuk menunjang proses belajar mengajar, merencanakan program mengadaannya, mengatur pemanfaatan sarana
126
prasarana, mengelola perawatan, perbaikan, mengatur pembukuan yaitu, pembukuan infentaris sekolah secara tertip, menyusun laporan. 6. Tugas Waka Humas sebagai berikut mengatur dan mengembangkan hubungan dengan komite Madrasah, menyelenggarakan bhakti sosial, karya wisata menyeleggarakan pameran hasil pendidikan di sekolah ( gebyar seni, pelepasan siswa kelas III dan yang berhubungan dengan masyarakat umum), mengusahakan kerja sama dengan Sponsor, pengumuman PSB dll. 7. Tugas
Pustakawan
sepenuhnya
adalah
terhadap
sebagai
berikut
penyelenggaraan
bertanggung
perpustakaan
jawab
Madrasah,
mengurus administrasi perpustakaan seperti, peraturan peminjaman dan pengeluaran buku – buku, mengurus pemeliharaan buku – buku, memberikan informasi dan dorongan agar siswa dapat memanaatkan jasa perpustakaan gemar membaca, menyusun tata tertib perpustakaan, membuat jadwal layanan peminjaman buku–buku perpustakaan, mengatur penyimpanan buku–buku perpustakaan/ media elektronika, menyusun laporan pelaksanaan kegiatan perpustakaan secara berkala, menyusun laporan. 8. Wali Kelas bertugas sebagai berkut pengelolaan kelas, penyelenggaraan administrasi kelas meliputi (denah tempat duduk siswa, papan absensi siswa, daftar pelajaran kelas, daftar piket kelas, buku absensi siswa, buku kegiatan pembelajaran / buku kelas, tata tertib siswa), penyusunan pembuatan statistik bulanan siswa, pengisian daftar kumpulan nilai siswa
127
( legger ), pembuatan catatan khusus tentang siswa yang menjadi tanggung jawab binaannya antara lain (kenakalan siswa, prestasi siswa, perubahan situasi sosial), pencatatan mutasi siswa, pengisian buku laporan penilaian hasil belajar, menjembatani hubungan orang orang tua siswa dengan pihak belajar, melayani, menampung dan memberi solusi terhadap keluhan siswa, memelihara 5 K di kelas serta melaporkan bila terdapat kekurangan kelengkapan kelas binaannya, memelihara nuansa kekeluargaan pada setiap aktivitas. 9. Tugas TU sebagai berikut penyusunan program kerja usaha sekolah, pengelolaan keuangan sekolah, pengurusan administrasi ketenagaan dan siswa, pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha sekolah, penyusunan administrasi perlengkapan sekolah, penyusunan dan penyajian data atau statistik sekolah, mengkordinasi dan melaksanakan 7K, dan menyusun laporan pelaksanaan kegiatan kepengurusan ketatausahaan dalam sekolah secara berkala.185
4. Letak Geografis MTs Sunan Giri Probolinggo MTs Sunan Giri terletak + 1,4 kearah selatan pusat kota Probolinggo, tepatnya di Jl. Sukapura No. 127 kelurahan Triwung kidul Kecamatan Kademangan kota Probolinggo. Sekolah yang memiliki NSM 212357401002 ini didirikan pada tahun 1975 dengan luas bangunan 1.945 m berdiri diatas tanah seluas 4.790 m. Dengan batasan sebagai berikut:
185
Dok. MTs Sunan Giri Probolinggo
128
sebelah utara berbatasan dengan rumah penduduk, SPBU, terminal Bayuangga, sebelah selatan berbatasan dengan jalan raya, garasi bis Akas, sebelah barat berbatasan dengan jalan raya, sebelah timur berbatasan dengan rumah penduduk186
5. Data guru MTs Sunan Giri Probolinggo Dalam proses belajar mengajar di MTs Sunan Giri Probolinggo tidak lepas dari para tenaga edukatif dan tenaga administratif. Jumlah guru yang ada di MTs Sunan Giri sebanyak 25 yang terdiri dari laki-laki 15 orang, perempuan 10 orang. Untuk lebih jelasnya mengenai data personil guru di Mts Sunan Giri Probolinggo dapat dilihat sebagai berikut: (1) Sarjana (S1) : 21 orang, (2) PGA : 1 orang, (3) SMK: 1 orang, (4) SLTP: 2 orang. Sedangkan status yang dimiliki guru adalah sebagai berikut (1) Pegawai negeri (PN): 4 orang, (2) Guru tetap yayasan (GTY): 10 orang, (3) Guru tidak tetap (GTT): 8 orang, (4) Pegawai tidak tetap (PTT): 3 orang.187
6. Data keadaan siswa MTs Sunan Giri Probolinggo Pada saat dilakukan penelitian di MTs Sunan Giri Probolinggo yaitu pada tahun pelajaran 2009/2010 secara keseluruhan jumlah siswanya adalah sebanyak 399. Jumlah tersebut terdiri dari kelas VII : 144 siswa, yang terdiri dari empat kelas yaitu kelas VII (A): 39 siswa, kelas VII (B): 186
Dok. MTs Sunan Giri Probolinggo
187
Dok. MTs Sunan Giri Probolinggo
129
39 siswa, kelas VII (C): 35 siswa, kelas VII (D): 31 siswa. Kelas VIII 155 siswa, terdiri dari empat kelas yaitu, kelas VIII (A): 34 siswa, kelas VIII (B): 40 siswa, kelas VIII (C): 41 siswa, kelas VIII (D): 40 siswa. Dan kelas XI : 100 siswa, yang terdiri dari tiga kelas yaitu kelas XI (A): 34 siswa, kelas XI (B): 32 siswa, kelas XI (C): 34 siswa.188
7.
Keadaan Fasilitas bangunan dan sarana prasarana MTs Sunan Giri Probolinggo Sebagai tempat mengajar MTs Sunan Giri Probolinggo untuk melengkapi sarana prasarana tersebut kepala sekolah atau ketua Komite telah berusaha dengan giat untuk menggali dana yang diantaranya diperoleh dari masyarakat atau wali murid melalui musyawarah setiap tahun pelajaran. Adapun fasilitas yang dimiliki oleh MTs Sunan Giri Probolinggo meliputi kondisi bangunan dan kondisi sarana prasarana, adalah sebagai berikut kondisi bangunan meliputi, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang osis, ruang komputer, ruang perpustakaan, musholla, dapur, kamar mandi, tempat parkir, gudang, ruang UKS, kelas, ruang TU, lab. 3 bahasa, lapangan basket dan voli. Sedangkan kondisi sarana prasarana yang dimiliki MTs Sunan Giri adalah sebagai berikut koputer, printer, mesin TIK, stensil, televisi, LCD, VCD, White board, camera digital, lemari kayu, rak, kursi kayu, kursi besi, meja kayu siswa, meja kayu guru, tempat tidur, laptop dan OHP.189
188
Dok. MTs Sunan Giri Probolinggo
189
Dok. MTs Sunan Giri Probolinggo
130
B. Paparan dan Analisis Data 1. Tujuan guru dalam penggunaan media audio visual pada mata pelajaran fiqih di MTs Sunan Giri. Guru harus memandang media pendidkan sebagai alat bantu utama untuk menunjang keberhasilan belajar dan memperkembangkan metode-metode yang dipakainya dengan memanfaatkan media tersebut yaitu media audio visual yang merupakan bentuk media pengajaran yang terjangkau. Berkaitan dengan tujuan guru dalam menggunakan media audio visual pada mata pelajaran fiqih ini peniliti melakukan wawancara guru yang mengajar mata pelajaran fiqih dan hasilnya sebagai berikut: Tujuan saya menggunakan media ini untuk meningkatkan kualitas anak dalam proses belajar mengajar, memudahkan siswa untuk belajar, memotivasi siswa supaya lebih giat lagi untuk belajar, dan dapat menghasilkan prestasi yang lebih baik. Karena dengan menggunakan media guru lebih mudah menjelaskan tentang isi materi pelajaran fiqih. Begitu dengan siswa lebih memahami menggunakan media audio visual seperti televisi, video, LCD, dan komputer daripada menggunakan media gambar, sebab media audio visual mengandung dua unsur yaitu mengamati dan mendengar. Untuk menghasilakn belajar siswa dengan baik, setelah praktek dengan menggunakan media audio visual, saya menyuruh siswa untuk merangkum atau menyimpulkan materi tersebut, supaya guru mengetahui seberapa jauh mana siswa mengamati materi dengan menggunakan media audio visial.190
190
Wawancara dengan Imam Suyuthi, S. Ag. Guru PAI (Fiqih dan Aqidah Akhlaq) MTs Sunan Giri Probolinggo, tanggal 5 april 2010
131
Disamping tujuan, juga dijelaskan tentang kurikulum yang ada di MTs Sunan Giri. Untuk mengetahui kurikulum yang ada di sekolah tersebut, peneliti melakukan wawancara guru pendidikan agama Islam, dan hasilnya sebagai berikut Kurikulum yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran adalah kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Penerapan KBK belum begitu sepenuhnya, kemudian lahirlah KTSP. Dengan lahirnya KTSP membuat saya harus mengubah sisten pembelajaran. Apabila anak didik dalam proses pembelajaran sistem diubah maka anak didik akan merasa kebingungan. Dengan demikian KBK tetap saya gunakan dan KTSP juga saya terapkan. Jadi kami dalam kurikulum saya memadukan antara KBK dan KTSP supaya anak didik tidak mengalami kesulitan dalam belajar. Tetapi untuk kelas VII sudah menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).191
Untuk mengetahui penggunaan media audio visual pada mata pelajaran fiqih. Peneliti melakukan wawancara dengan Guru pendidikan agama Islam, dan hasilnya adalah sebagai berikut: Bagi siswa dalam menggunakan media sangatlah menarik, menyenamgkan. Disamping itu siswa dapat mengerti, memahami tentang pelajaran tersebut, dan guru lebih mudah menjelaskan atau menerangkan pelajaran. Dengan menggunakan media audio visual termasuk pembelajaran yang menyenangkan, karena siswa tidak merasa bosan, cepat tanggap dalam menerima pelajaran. Jadi, adanya media audio visual yang berupa radio, televisi, maupun LCD sangat mendukung untuk pembelajaran umum maupun agama, dan media audio visual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa serta menjadikan siswa dapat belajar lebih giat lagi.192
191
Wawancara dengan Imam Suyuthi, S. Ag. Guru PAI (Fiqih dan Aqidah Akhlaq) MTs Sunan Giri Probolinggo, tanggal 5 april 2010 192
Wawancara dengan Imam Suyuthi, S. Ag. Guru PAI (Fiqih dan Aqidah Akhlaq) MTs Sunan Giri Probolinggo, tanggal 5 april 2010
132
Tidak semua siswa sanggup belajar dengan cara verbal yang abstrak. Alat audio visual diperlukan untuk membantu mereka. Akan tetapi tidak semua bahan harus disampaikan secara konkrit. Kebanyakan pelajar harus disampaikan secara verbal, akan tetapi untuk bagian-bagian tertentu alat audio visual pada umumnya sangat berguna untuk memudahkan dan mempercepat pemahaman bagi siswa. Jadi, berdasarkan wawancara pada 5 april 2010 yang berkaitan dengan observasi yang menghasilkan dokumentasi pada tanggal pada tanggal 9 mei 2010 adalah sebagai berikut bahwa menggunakan media dapat meningkatkan kualitas anak dalam proses belajar mengajar, disamping itu dapat memudahkan siswa untuk belajar, memotivasi siswa supaya lebih giat lagi untuk belajar, dan menghasilkan prestasi yang lebih baik. Setelah peneliti mengobservasi sekolah tersebut, media yang ada di MTs banyak sekali mulai dari media visual, audio ataupun audio visual, tetapi yang sering dipakai oleh guru pada umumnya adalah media audio visual yang berupa televisi, video, LCD dan komputer. Karena media audio visual mengandung dua unsur yaitu mengamati dan mendengar, sehingga dapat mengahsilkan belajar siswa dengan baik dan guru mudah menjelaskan atau menerangkan pelajaran tersebut. Untuk bisa mencapai tujuan pendidikan Islam sebagaimana yang diharapkan, maka tentu saja materi yang akan disajikan atau yang diperbincangkan sebagai bahan kajian adalah materi-materi yang diambil dari sumber ajaran Islam yang berhubungan dengan mata pelajaran fiqih.
133
Peneliti melakukan wawancara kepada guru yang mengajar mata pelajaran fiqih dan hasilnya sebagai berikut: Pada pelajaran fiqih, yang menggunakan media audio visual ialah untuk semester I tentang Thaharah dan semester II tentang Sholat. Saya mengguanakan media televisi, Video, LCD, komputer untuk praktek shalat. Karena setiap praktek menggunakan media gambar atau praktek dimasjid kondisinya kurang kondusif, cuacananya panas sehingga siswa tidak konsentrasi dalam belajar. Pada saat praktek menggunakan media audio visual dikelas pada meteri shalat, siswa lebih mengamati tata cara sholat dan siswa mengikuti bacaan- bacaan shalat. Sehubungan dengan metode yang dipakai dalam mata pelajaran fiqih adalah metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan mengadakan evaluasi.193
Disamping itu peneliti juga melakukan wawancara siswa kelas VII dengan hasil sebagai berikut: Sangatlah mudah dan menyenangkan bagi teman-teman, misal dengan tema thaharah, sholat, guru dapat memperliatkan cara-cara sholat serta bacaanya dengan menggunakan media audio visual siswa lebih tertarik dibandingkan praktek di musholla atau praktek menggunakan media gambar, bukan hanya sholat saja yang diterapkan, masih banyak gambaran-gambaran lain, seperti bersuci, mengenal berbagai macam air, puasa dan lain-lain. Jadi, pada waktu guru menggunakan media, teman-teman merasa termotivasi, karena menggunakan media tersebut lebih tanggap dan lebih mengerti tentang pelajaran tersebut.194
Setelah peneliti melakukan wawancara siswa kelas VII, kemudian dilanjutkan wawancara dengan salah satu siswi kelas VII dan hasilnya adalah:
193
Wawancara dengan Imam Suyuthi, S. Ag. Guru PAI (Fiqih dan Aqidah Akhlaq) MTs Sunan Giri Probolinggo, tanggal 5 april 2010 194
Wawancara dengan Khoirul Umam Sugianto. Salah satu siswa kelas VII MTs Sunan Giri Probolinggo, tanggal 8 april 2010
134
Selama ini guru hanya menggunakan media gambar dan praktek di musholla sehingga siswa menjadi jenuh, ngantuk dan tidak semangat untuk belajar. Ketika guru menggunakan media audio visual berupa televisi, video, LCD, dan komputer sangatlah tertarik bagi saya dan teman-teman, karena dengan begitu saya dan temanteman termotivasi untuk belajar lebih giat lagi dan mudah di ingat tentang isi pelajaran tersebut.195
Jadi, hasil wawancara pada tanggal 5 april 2010 berdasarkan observasi pada tanggal 9 maret 2010 adalah bahwa menggunakan media pada mata pelajaran fiqih sangatlah menarik dan mudah dicermati. Pada saat peneliti observasi sudah memasuki semester II sehingga pada saat itu yang diterapkan menggunakan media audio visual yaitu tentang shalat yang berkaitan dengan mata pelajaran fiqih kelas VII. Guru menggunakan media audio visual pada materi thaharah dan sholat, karena setiap praktek menggunakan media gambar dan ceramah, siswa kurang memahami tentang isi pelajaran tersebut, dengan menggunakan media audio visual siswa lebih mengamati tata cara bersuci dan tata cara shalat. Media yang digunakan pada meteri ini ialah komputer dan LCD.
2. Proses penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo Dalam suatu pembelajaran, seperti pembelajaran fiqih, seorang guru harus berkreatif untuk menerangkan masalah fiqih yaitu dengan
195
Wawancara dengan Laili Mukarromah. Salah satu siswi kalas VII MTs Sunan Giri Probolinggo. tanggal 8 April 2010
135
menggunakan media. Peran media sangat penting bagi siswa terutama adanya media audio visual, kerena menggunakan media audio visual dalam pembelajaran fiqih sangat mendukung siswa untuk lebih giat belajar dan
dapat
mempermudah
mempelajari
pesan
atau
pelajaran,
membangkitkan semangat siswa, dan mempermudah guru dalam menyampaikan pesan atau pelajaran. Berkaitan dengan proses penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo ini peneliti melakukan wawancara dengan guru yang mengajar mata pelajaran fiqih dan hasilnya sebagai berikut: penggunaan media audio visual dalam mata pelajaran fiqih terjadwal, yaitu maksimal dalam 1 semester 3 kali guru menggunakan media audio visual. Sebelum menggunakan media, guru harus mempunyai persiapan, pelaksanaan, kegiatan lanjutan atau evaluasi. Dalam mata pelajaran fiqh penggunaan media sangatlah penting, sebab adanya media audio visual siswa lebih mengamati dan mencermati tentang tema-tema yang berkaitan dengan mata pelajaran fiqih, misalnya tentang sholat, puasa, haji, thaharah, dan sebagainya. Jadi dengan adanya media audio visual guru lebih gampang menerangkan atau menjelaskan masalahmasalah yang berkaitan dengan fiqih.196
Dalam hal ini peneliti juga melakukan wawancara dengan guru yang menangani tentang sarana prasarana yang ada di MTs Sunan Giri, dan hasilnya sebagai berikut: Sudah 8 tahun MTs Sunan Giri mempunyai media audio visual, mulai dari 2002 sampai sekarang MTs mendapat kemajuan, dari tahun ke tahun sarana yang di MTs Sunan Giri selalu bertambah, tetapi guru pendidikan agama jarang menggunakan media tersebut, 196
Wawancara dengan Imam Suyuthi, S. Ag. Guru PAI (Fiqih dan Aqidah Akhlaq) MTs Sunan Giri Probolinggo, tanggal 5 april 2010
136
sebagian guru yang menggunakannya yaitu mata pelajaran Qur’an hadist, fiqih, aqidah akhlaq dan bahasa arab. Dan waktunya harus terjadwal, untuk lab 3 bahasa diadakan les 3 kali dalam seminggu supaya siswa lebih cepat, pintar, cermat dalam menggunakan teknologi..197
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan di lapangan, yang menjadi faktor pendukung dan penghambat proses penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih ternyata sangat banyak sekali. Sehubungan dengan hal ini peneliti melakukan wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam.Adapun hasil dari wawancara tersebut adalah sebagai berikut: Faktor pendukung belajar mengajar menggunakan media audio visual yaitu tersedianya fasilitas atau sarana prasarana yang memadai, materi yang mencukupi, meteri yang memenuhi syarat, memiliki ruangan yang kondusif, nyaman, dan sejahtera, kedisiplinan guru maupun siswa. Serta tersedianya waktu untuk menggunakan media audio visual dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dan membangun ahklah yang baik atau akhlak yang mulia, meningkatkan kualitas belajar, dan menyiapkan kurikulum yang representatif. Secara umum, hambatan penggunan media audio visual dalam pembelajaran ada enam faktor, yaitu: pertama, kurang SDM. Kedua, kurangnya fasilitas (minim). Ketiga, rata-rata guru tidak mempunyai referensi untuk pembelajaran pendidikan agama Islam. Keempat, keterlambatan siswa. Kelima, keterbatasan waktu. Keenam, kebanyakan guru menggunakan metode yang lama seperti ceramah, mencatat yang banyak sehingga siswa kurang semangat dan suntuk dalam menanggapi pelajaran.198
197
Wawancara dengan Imam Suyuthi, S. Ag. Guru PAI (Fiqih dan Aqidah Akhlaq) MTs Sunan Giri Probolinggo, tanggal 5 april 2010 198
Wawancara dengan Imam Suyuthi, S. Ag. Guru PAI (Fiqih dan Aqidah Akhlaq) MTs Sunan Giri Probolinggo, tanggal 5 april 2010
137
Jadi, hasil wawancara pada tanggal 9 april 2010 yang berkaitan dengan observasi dilapangan pada tanggal 10 maret 2010 adalah sebagai berikut menggunakan media audio visual pada mata pelajaran fiqih itu terjadwal, begitu juga dengan waktunya. Adapun faktor pendukung proses belajar mengajar menggunakan media audio visual ialah tersedianya fasilitas atau sarana presarana yang memadai, memiliki ruangan yang kondusif, kedisiplinan guru dan siswa dan meningkatkan kualitas belajar. Guru pendidikan agama Islam dalam menggunakan media audio visual harus terjadwal dengan waktu yang semaksimal mungkin, dan guru bisa menggunakan atau memanfaatkan media audio visual tersebut dengan baik.
3. Hasil belajar siswa setelah guru menggunakan media audio visual pada mata pelajaran fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo. Peningkatan hasil belajar anak didik di MTs Sunan Giri di tandai dengan penilaian yang dilakukan itu dalam bentuk tes pada bab materi pelajaran fiqih. hasil penilaian yang dilakukan oleh guru agama terhadap anak didiknya khususnya kelas VII adalah sebagai berikut Berkaitan dengan hasil belajar siswa setelah menggunakan media audio visual pada mata pelajaran fiqih, peniliti melakukan wawancara kepada guru yang mengajar mata pelajaran fiqih dengan hasil sebagai berikut
138
Untuk menghasilkan peroses belajar mengajar dengan baik, setelah Praktek menggunakan media audio visual, yang saya lakukan ialah menilai siswa dengan mengadakan pretes, merangkum, dan menyimpulkan tentang materi yang berhubungan dengan fiqih yaitu Shalat. Karena saya ingin mengetahui sejauhmana siswa menanggapi pelajaran fiqih, disamping itu saya juga mengetahui mana siswa yang serius dan mana siswa yang tidak serius dalam mengikuti pembelajaran, dengan adanya evaluasi saya lebih mudah memahami tingkah laku siswa Sebagai guru yang mengajar fiqih, saya merasa bangga dengan hasil yang diperoleh oleh, setelah praktek dengan menggunakan media audio visual, ternyata siswa lebih memahami, mencermati pelajaran tersebut. Sehingga pada waktu dilaksanakan test siswa mengerjakan dengan baik dan hasil yang diperoleh lebih baik, nilai yang diperoleh siswa rata-rata banyak yang mendapat 70-80 dengan catatan kategori ”baik”.Setelah saya melaksanakan test, kemudian saya mengadakan praktek, sekaligus saya bisa menilai sikap siswa saat praktek, sedangkan pencapaian kompetensi yang dimiliki siswa kelas VII (C) sudah cukup baik.199
Jadi, wawancara pada tanggal 5 april 2010 yang berkaitan dengan observasi yang mengasilkan dekomentasi pada tanggal 26 maret 2010 adalah sebagai berikut, hasil belajar siswa setelah guru menggunakan media audio visual pada mata pelajaran fiqih sangat baik sekali, rata-rata siswa banyak mendapat hasil yang baik mulai dari nilai 70-80 dengan catatan kategori baik. Siswa yang mendapat nilai baik 23 siswa dengan nilai 65-70 dengan catatan ”baik” sedangkan siswa yang mendapat nilai tinggi 13 siswa dengan nilai 75-85 dengan catatan ”Baik sekali”. Dengan begitu penggunaan media audio visual pada mata pelajaran fiqih sangat bermanfaat sekali bagi guru dan siswa, karena guru lebih mudah menjelaskan materi-materi tentang fiqih dan menjadikan siswa yang 199
Wawancara dengan Imam Suyuthi, S. Ag. Guru PAI (Fiqih dan Aqidah Akhlaq) MTs Sunan Giri Probolinggo, tanggal 5 april 2010
139
pintar, cermat dan berintelektual. Pengguanaan media audio visual sudah mencapai keberhasilan bagi guru dan siswa, sebab menggunakan media audio visual bermanfaat bagi guru maupun siswa.
140
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Tujuan Guru dalam Penggunaan Media Audio Visual pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo Penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran fiqih merupakan suatu pembelajaran yang dilkukan oleh guru dan siswa dengan menggunakan media atau alat-alat yang audible artinya bisa di dengar dan alat visible artinya bisa dilihat. Tujuan menggunakan media adalah menggunakan media audio visual dalam mata pelajaran fiqih sangat mendukung siswa untuk lebih giat belajar dan dapat mempermudah mempelajari pesan atau pelajaran, membangkitkan semangat siswa, dan mempermudah guru dalam menyampaikan pesan atau pelajaran dan meningkatkan motivasi siswa serta menciptakan siswa yang berintelektual dalam menggunakan teknologi. Begitu juga dengan tujuan guru menggunakan media audio visual adalah guru harus memandang media pendidkan sebagai alat bantu utama untuk menunjang keberhasilan belajar dan memperkembangkan metode-metode yang dipakainya dengan memanfaatkan media tersebut yaitu media audio visual yang merupakan bentuk media pengajaran yang terjangkau. Tugas guru di sini adalah mengajar, mendidik, melatih, dan mengevaluasi. Karena pengajaran agama lebih bersasaran ”abstrak” maka penggunaan alat peraga harus dilakukan secara bijaksana, artinya, jangan siswa malah menjadi bingung dan kacau pengertian dan pemahaman setelah mendapat peragaan. Agar dapat menggunakan alat peraga
141
atau media pengajaran secara bijaksana guru hendaknya, antara lain. Pertama memahami dengan baik fungsi media dari media pendidikan. Kedua, dapat mempergunakan alat pelajaran secara tepat dan efisien, dapat memilih dan mengembangkan alat pelajaran sesuai dengan tujuan pengajaran dan hasil belajar yang diharapkan. Ketiga, dapat memelihara dan mengelola alat pelajaran dengan baik. Keempat, dapat menimbang sendiri baik buruknya penggunaan alat pelajaran untuk suatu kegiatan belajar tertentu. Kelima, dapat memanfaatkan alam sekitar sebagai media pendidikan. Keenam, dapat membuat sendiri barbagai alat pelajaran/ peragaan secara sederhana dan murah dari bahan-bahan yang terdapat dalam lingkungan sekitar. Salah satu dari informan, yaitu guru pendidikan agama Islam, beliau mengajar mata pelajaran fiqih dan aqidah akhlaq. Beliau mengatakan, ”tujuan saya menggunakan media ini untuk menngkatkan kualitas anak dalam proses belajar mengajar, memudahkan siswa untuk belajar, memotivasi siswa supaya lebih giat lagi untuk belajar, dan dapat menghasilkan prestasi yang lebih baik. Karena dengan menggunakan media guru lebih mudah menjelaskan tentang isi materi pelajaran fiqih. Begitu dengan siswa lebih memahami menggunakan media audio visual seperti televisi, video, LCD, dan komputer daripada menggunakan media gambar, sebab media audio visual mengandung dua unsur yaitu mengamati dan mendengar. Untuk menghasilakn belajar siswa dengan baik, setelah praktek dengan menggunakan media audio visual, saya menyuruh siswa untuk merangkum atau menyimpulkan materi tersebut, supaya guru mengetahui
142
seberapa jauh mana siswa mengamati materi dengan menggunakan media audio visial. Sehubungan dengan tercapainya tujuan pendidikan Islam sebagaimana yang diharapkan, maka tentu saja materi yang akan disajikan atau yang diperbincangkan sebagai bahan kajian adalah materi-materi yang diambil dari sumber ajaran Islam. Pada mata pelajaran fiqih, materi yang menggunakan media audio visual adalah materi shalat, thaharah, puasa, haji. Karena meteri ini merupakan rukun Islam yang paling pokok atau dasar untuk dipelajari. Siswa harus benar-benar memahami isi atau kandungan meteri tersebut. Salah satu siswi MTs Sunan Giri menjelaskan ”selama ini guru hanya menggunakan media gambar dan praktek di musholla sehingga siswa menjadi jenuh, ngantuk dan tidak semangat untuk belajar. Ketika guru menggunakan media audio visual berupa televisi, video, LCD, dan komputer sangatlah tertarik bagi saya dan teman-teman, karena dengan begitu saya dan teman-teman termotivasi untuk belajar lebih giat lagi dan mudah di ingat tentang isi pelajaran tersebut”
B. Proses Penggunaan Madia Audio Visual dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo Sebagaimana data yang diperoleh dari lapangan bahwasannya guru pendidikan agama Islam dalam menggunakan media audio visual ialah harus dengan waktu semaksimal mungkin, dan guru dapat memanfaatkan serta menggunakan media audio visual dengan baik. Langkah-langkah guru untuk
143
menggunakan media audio visual dalam pembelajaran harus ada persiapan, pelaksanaan dan kegiatan lanjutan supaya guru dan siswa dapat berinteraksi dengan baik. Misalnya, dalam mata pelajaran fiqih guru harus mepersiapkan tema-tema yang disampaikan kepada siswa seperti, Thaharah,sholat, puasa, haji dan sebagainya. Belajar dengan alat bantu audio visual dapat ditingkatkan secara langsung dan dianjurkan oleh guru dengan cara: (a) Memperkenalkan bahan dan menyebutkan tujuan yang harus dicapai. (b) Menganjurkan partisipasi siswa, khususnya siswa yang berkemampuan tinggi, (ada suatu anjuran yang samarsamar dalam literatur bahwa siswa yang IQ-nya rendah dapat belajar lebih banyak, jika dia belajar tanpa secara aktif menjawab atau memberikan respon terhadap alat bantu audio visual seperti film dan televisi). (c) Menggunakan caracara menarik perhatian seperti panah dan yang serupa, menggunakan pertanyaan, diskusi, dan tugas-tugas. (d) Menunjukkan bahan-bahan tersebut kepada siswa secara berulang-ulang. Cara-cara diatas penting, karena mengandung pengertian bahwa audio visual pantas digunakan dengan baik. Disamping itu, karena jumlah belajar yang sebenarnya bergantung dari tujuan belajar serta dapat menentukan kriteria pemakaian media oleh guru. Salah satu dari informan, yaitu guru yang mengatasi bagian sarana prasarana mengatakan ” Sudah 8 tahun MTs Sunan Giri mempunyai media audio visual, mulai dari 2002 sampai sekarang MTs mendapat kemajuan, dari tahun ke tahun sarana yang di MTs Sunan Giri selalu bertambah, tetapi guru pendidikan agama jarang menggunakan media tersebut, sebagian guru yang menggunakannya yaitu mata pelajaran Qur’an hadist, fiqih, dan bahasa arab. Dan
144
waktunya harus terjadwal, untuk lab 3 bahasa diadakan les 3 kali dalam seminggu supaya siswa lebih cepat, pintar, cermat dalam menggunakan teknologi”. Begitu juga dengan guru pendidikan agama Islam menjelaskan, ” Untuk menghasilkan peroses belajar mengajar dengan baik, setelah Praktek menggunakan media audio visual, yang saya lakukan ialah menilai siswa dengan mengadakan pretes, merangkum, dan menyimpulkan tentang materi yang berhubungan dengan fiqih. Karena saya ingin mengetahui sejauhmana siswa menanggapi pelajaran fiqih, disamping itu saya juga mengetahui mana siswa yang serius dan mana siswa yang tidak serius dalam mengikuti pembelajaran, dengan adanya evaluasi saya lebih mudah memahami tingkah laku siswa” Adapun faktor yang mendukung dan penghambat proses penggunaan media audio visual pada mata pelajaran fiqih adalah Faktor pendukung belajar mengajar menggunakan media audio visual yaitu tersedianya fasilitas atau sarana prasarana yang memadai, materi yang mencukupi, meteri yang memenuhi syarat, memiliki ruangan yang kondusif, nyaman, dan sejahtera, kedisiplinan guru maupun siswa. Serta tersedianya waktu untuk menggunakan media audio visual dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dan membangun ahklah yang baik atau akhlak yang mulia, meningkatkan kualitas belajar, dan menyiapkan kurikulum yang representatif. Sedangkan kendala-kendala yang mempengaruhi proses penggunaan media audio visual ialah pertama, kurang SDM. Kedua, kurangnya fasilitas (minim). Ketiga, rata-rata guru tidak mempunyai referensi untuk pembelajaran pendidikan agama Islam. Keempat, keterlambatan siswa.
145
C. Hasil Belajar Siswa setelah Guru Menggunakan Media Audio Visual pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo Dari data yang diperoleh, setelah guru menggunakan media audio visual pada mata pelajaran fiqih maka guru mengadakan evaluasi hasil belajar yang merupakan proses
untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan
penilaian dan pengukuran hasil belajar. Tujuannya untuk mengetahui kemajuan siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu. hal ini berarti dengan evaluasi guru dapat mengetahui kemajuan perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil proses belajar dan mengajar yang melibatkan dirinya selaku pembimbing dan pembantu kegiatan belajar siswa. Untuk menghaslkan nilai yang baik guru melakukan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Yang dimaksud dengan evaluasi formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Dengan demikian, penilaian formatif berprentasi kepada proses belajar mengajar,. Dengan penilaian formatif diharapkan
guru
dapat
memperbaiki
program
pengajaran
dan
strategi
pelaksanaanya, sedangkan evaluasi sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, yaitu akhir catur wulan, akhir semester dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh siswa, yakni seberapa jauh tujuan-tujuan kurikuler dikuasai oleh siswa. Jadi, hasil belajar siswa setelah guru menggunakan media audio visual pada mata pelajaran fiqih sangat baik sekali, rata-rata siswa banyak mendapat hasil yang baik. Dengan begitu penggunaan media audio visual pada mata
146
pelajaran fiqih sangat bermanfaat sekali bagi guru dan siswa, karena guru lebih mudah menjelaskan materi-materi tentang fiqih dan menjadikan siswa yang pintar, cermat dan berintelektual.
147
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Kesimpulan yang bisa diambil dari penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih adalah sebagai berikut: 1. Tujuan guru dalam menggunaan media audio visual pada mata pelajaran fiqih di MTs Sunan Giri yaitu guru harus memandang media pendidikan sebagai alat bantu utama untuk menunjang keberhasilan belajar dan memperkembangkan
metode-metode
yang
dipakainya
dengan
memanfaatkan media tersebut yaitu media audio visual yang merupakan bentuk media pengajaran yang terjangkau yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas siswa, memudahkan siswa untuk belajar, dan memudahkan guru untuk menjelaskan materi pelajaran fiqih.
2. Proses penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran fiqih adalah media pembelajaran Audio Visual agar dapat berperan sebagaimana mestinya, diantaranya yaitu membangkitkan semangat siswa, dan mempermudah guru dalam menyampaikan pesan atau pelajaran. Berkaitan dengan penggunaan media audio visual dalam mata pelajaran fiqih di MTs Sunan Giri harus terjadwal, yaitu maksimal dalam 1
148
semester 3 kali guru menggunakan media audio visual. Sebelum menggunakan media, guru harus mempunyai persiapan, pelaksanaan, kegiatan lanjutan atau evaluasi. Dalam mata pelajaran fiqh penggunaan media sangatlah penting, sebab adanya media audio visual siswa lebih mengamati dan mencermati tentang tema-tema yang berkaitan dengan mata pelajaran fiqih, misalnya tentang sholat, puasa, haji, thaharah, dan sebagainya. Jadi dengan adanya media audio visual guru lebih mudah menjelaskan masalah-masalah yang berkaitan dengan fiqih. Disamping itu guru juga mengevaluasi siswa dengan mengadakan pretes, merangkum dan menyimpulkan, agar hasil yang dicapai siswa itu baik. Dengan adanya evaluasi, guru dapat mengetahui sejauhmana siswa dapat mengamati, mencermati media audio visual, karena dengan adanya media siswa tidak merasa bosan, cepat tanggap dalam menerima pelajaran.
3. Hasil belajar siswa setelah guru menggunakan media audio visual pada mata pelajaran fiqih maka guru mengadakan evaluasi hasil belajar yang merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan pengukuran hasil belajar. Tujuannya untuk mengetahui kemajuan siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu. hal ini berarti dengan evaluasi guru dapat mengetahui kemajuan perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil proses belajar dan mengajar yang melibatkan dirinya selaku pembimbing dan pembantu kegiatan belajar siswa dan untuk melihat hasil yang dicapai oleh siswa, yakni seberapa jauh
149
tujuan-tujuan kurikuler dikuasai oleh siswa. hasil belajar siswa setelah guru menggunakan media audio visual pada mata pelajaran fiqih sangat baik sekali, rata-rata siswa banyak mendapat hasil yang baik. Dengan begitu penggunaan media audio visual pada mata pelajaran fiqih sangat bermanfaat sekali bagi guru dan siswa, karena guru lebih mudah menjelaskan materi-materi tentang fiqih dan menjadikan siswa yang pintar, cermat dan berintelektual.
B. Saran-saran 1. Harus ada pelatihan bagi guru-guru yang belum bisa menggunakan teknologi, sehingga menjadikan guru yang berkualitas, khususnya guru pendidikan agama Islam. Agar dapat menggunakan alat peraga atau media pengajaran secara bijaksana guru hendaknya, antara lain. a. Memahami dengan baik fungsi media dari media pendidikan b. Dapat mempergunakan alat pelajaran secara tepat dan efisien, dapat memilih dan mengembangkan alat pelajaran sesuai dengan tujuan pengajaran dan hasil belajar yang diharapkan c. Dapat memelihara dan mengelola alat pelajaran dengan baik d. Dapat menimbang sendiri baik buruknya penggunaan alat pelajaran untuk suatu kegiatan belajar tertentu. e. Dapat memanfaatkan alam sekitar sebagai media pendidikan.
150
2. Perlu ditambahkan sarana prasarana yang ada di MTs Sunan Giri, karena fasilitas yang ada di MTs Sunan Giri masih kurang memadai, sehingga media yang diperlukan masih bergantian. 3. Diadakan les komputer bagi siswa, maksimal tiga kali dalam satu minggu. Supaya siswa bisa pintar dan cermat dalam menggunakan teknologi.
151
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rinaka Cipta Arsyad, Azhar.2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Basyiruddin, Usman, dan Asnawir. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Danim, Sudarwan. 1994. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Davies, Ivor K. 1991. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali Pers Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Direktorat Jenderal Pembinaan kelembagaan Agama Islam. 1985. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Proyek Pembinaan Sarana dan Prasarana Perguruan Tinggi Agama Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional ______________2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah, Syaiful Bahri dan Azwan Zaian. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Echols, John M. dan Hasan Shadily. 2007. Kamus Indonesia-Inggris. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Hamalik, Oemar. 1985. Media Pendidikan. Bandung: Alumni ______________2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Hamzah, Amir. 1985. Media Audio-Visual. Jakarta: Gramedia Haryati, Mimin. 2007. Model dan Tehnik Penilaian pada Tingkatan Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Kalla, Abdul Wahab. 2002. Kaidah-kaidah Hukum Islam, Ilmu Ushulul Fiqh. Jakarta: Raja Grafindo Persada
152
Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2006. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya Miarso, Yasuf Hadi. dkk. 1984. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Moeleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Muhaimin. Abdul Ghofir dan Nur Ali Rahman. 1996. Strategi Belajar Mengajar: Penerapannya dalam Pembelajaran Pendidikan Agama. Surabaya: Citra Media Mulyana, Deddy. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya Nasution. 1996. Metode Penelitian Naturalistik-kualitatif. Bandung: Trasito Nasution. 2005. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara ______________2007. Metode Research Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara
Nata, Abuddin. 2003. Masail Al-Fiqhiyah. Bogor: Kencana Praba, Hijirja. 2000. Wawasan Tugas dan Pembina Pendidikan Islam. Jakarta: Frika Agung Insani Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Purwanto Edy. 1995. Media Pengajaran IPS-Geografi. Malang: IKIP Malang Purwanto, Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Ramadhani, Meria. Komputer Multimedia HYPERLINK. http://www. Google. com/ Diakses pada Tanggal 15 Mei 2010 Ria Fauzia Hanum” Strategi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Mewujubkan Life Skill Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Surya Buana Malang”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang Rohani, Ahmad. 2007. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada
153
Sadiman, Arief S. dkk. 2003. Madia Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sagala, Syaiful. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Sanjaya, Wina. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Shiddiqi, Muhammad Hasbi Ash. 1997. Pengantar Hukum Islam. Semarang: Pustaka Riski Putra Sudjana, Nana dan Ahmad Rifa’i. 1991. Media Pengajaran (Penggunaan dan Pembuatan). Bandung: Sinan Baru Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. 2008. Bandung: Alfabeta ______________2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Suprijanto. 2007. Pendidikan Orang Dewasa dari Teori hingga Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta: Logos Wacana Ilmu Tafsir Muyassar Jilid 2&4. 2007. Jakarta: Qisthi Press Tarid, Ismail. Upaya Guru dalam Meningkatkan Prestasi Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih Ibadah. http://www. Google. com/ Diakses Tanggal 17 April 2010 Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya. 1995. Metodik Kurikulum Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo Persada Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2008. Jakarta: Sinar Grafika Yasin, Fatah. 2008. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN Press
154
Lampiran 1
DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG FAKULTAS TARBIYAH Jl. Gajayana 50 Malang Telp. (0341) 572533 Fax. (0341) 572533
BUKTI KONSULTASI Nama
: Titin Dwi Jayanti
NIM/Jurusan
: 06110037/ Pendidikan Agama Islam
Dosen Pembimbing
: Triyo Supriyatno, M.Ag
Judul Skripsi
: Penggunaan Media Audio Visual dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo
No
Tanggal
Hal Yang dikonsultasikan
1.
05 April 2010
Bab I dan Bab II
2.
12 April 2010
ACC Bab I dan Bab II
3.
14 April 2010
Bab III
4.
19 April 2010
ACC Bab III
5.
03 Mei 2010
Bab IV dan Bab V
6.
10 Mei 2010
Revisi Bab IV dan Bab V
7.
17 Mei 2010
ACC Bab IV dan Bab V
8.
20 Mei 2010
Bab VI dan Abstrak
9.
24 Mei 2010
Revisi Bab VI dan Abstrak
Tanda Tangan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
10. 31 Mei 2010
ACC Bab VI dan Abstrak
11. 07 Juni 2010
ACC Keseluruhan
9. 10. 11.
Malang, 07 Juni 2010 Dekan, Dr. H. M. Zainuddin, MA NIP. 19620507 199503 1 001
155
1
Ke Malang/ Surabaya
Kota Probolinggo 2 3 4 5 6 Jl. Semeru Jl. Jember
Keterangan: 1. Pos Polisi 2. Hotel Bromo View 3. Terminal Bayuangga 4. SPBU 5. Rumah penduduk 6. MTs. Sunan Giri Probolinggo 7. Garasi Bus Akas
7
156
Lampiran 6
DATA GEDUNG SEKOLAH DAN SARANA PRASARANA SEKOLAH Nama Sekolah
: MTs Sunan Giri Probolinggo
Alamat
: Jl. Sukapura No. 127 Probolinggo
Telepon
: (0335) 424313
Desa/Kelurahan
: Triwung Kidul
Kecamatan
: Kademangan
Kondisi Bangunan No Nama bangunan
Jumlah Kondisi
1
R. Kepala Sekolah
1
Baik
2
R. Guru
1
Baik
3
R. Osis
1
Baik
4
R. Komputer
1
Baik
5
R. Perpustakaan
1
Baik
6
Musholla
1
Baik
7
Dapur
1
Baik
11
Kamar mandi
6
Baik
13
Tempat parkir
1
Baik
14
Gudang
1
Baik
15
R. UKS
1
Baik
16
Kelas
11
Baik
17
R. TU
1
Baik
18
Lab. 3 bahasa
1
Baik
20
Lapangan basket dan Voli Jumlah
1 30
Baik
Ket
157
Kondisi sarana prasarana No Nama barang
Jumlah Kondisi
1
Komputer
3
Baik
2
Printer
3
Baik
3
Mesin TIK
1
Baik
4
Stensil
1
Baik
5
Televisi
4
Baik
6
LCD
1
Baik
7
VCD
2
Baik
11
White Board
2
Baik
13
Camera Digital
1
Baik
14
Lemari Kayu
3
Baik
15
Rak
3
Baik
16
Kursi Kayu Siswa
280
Baik
17
Kursi Besi
23
Baik
18
Meja Kayu Siswa
193
Baik
19
Tempat Tidur
1
Baik
20
Meja Kayu Guru
30
Baik
21
Laptop
1
Baik
22
OHP
1
Baik
Jumlah
553
Sumber data: Kantor Tata Usaha
Ket
158
Lampiran 7
DATA GURU/ PENGAJAR DAN KARYAWAN Nama Sekolah
: MTs Sunan Giri Probolinggo
Alamat
: Jl. Sukapura No. 127 Probolinggo
Telepon
: (0335) 424313
Desa/Kelurahan
: Triwung Kidul
Kecamatan
: Kademangan
No Nama
Ijazah
Stat
terakhir
us
Jabatan
Bidang
studu
yang diajar Kepala
1
Drs. M. Holik
S1
PN
2
Drs. Edy Siswanto
S1
GTY
Waka. Madrasah
IPA/FISIKA
3
Drs. Gatot Santoso
S1
GTT
Guru
Matematika
4
Nur Kholis, S.Pd
S1
GTY
Guru
PSKn
5
Abd Roghib, S.Ag
S1
GTT
Guru
Fiqih
Madrasah
Qur'an Hadist
SKI, 6
Karimullah, S. Pd I
S1
GTY
Waka Prasarana
B.
Arab,
Aswaja, Kertakes Aqidah Akhlaq,
7
Suyuthi, S.Ag
S1
GTY
Waka Humas
8
Abd Malik
PGA
GTY
Guru
9
Sutila, S. Ag
S1
GTT
Guru
10
Suhartatik, S.Pdi
S1
GTY
11
Kusnama, S. Pd
S1
GTY
Guru
12
Dra. Husnawiyah
S1
GTT
Guru
Aswaja
13
Ahmad Tafsir
S1
GTY
Waka Kurikulum
Bahasa Inggris
14
Dra. Farida
S1
GTT
Guru
Matematika
Guru/ Pustakawan
Fiqih, Bahasa Arab SKI,
Qur'an
Hadist Kertakes, SKI Bahasa Indonesia
159
15
16
17
18
19
20 21 22
Mustafidah Fawaid, S.SI Ruddy Sugiarto, S. Pd Drs. Eko Soehardi Syaihul Firdaus, A. Ma Amat Fauzan, S. S Muslihatur Rahmah, S. Ag Hariyadi, S. Pd Lilik
Hidayatun
Nasikah, S. S,
Biologi, Bahasa
S1
GTY
Guru
S1
GTT
Bendahara BOS
S1
PN
Waka Kesiswaan
S1
GTY
Guru/KTU
S1
GTT
Guru
S1
PN
Guru
Fiqih, PsKN
S1
GTT
Guru
TIK, Matematika
S1
PN
Guru
Indonesia Matematika, Bahasa Daerah Pendidikan Jasmani Aswaja B. Inggris, B. Indoenasia
B.
B.Inggris
23
Nurin Farida
SMK
PTT
Staf TU
-
24
Abd Kadir
SLTP
PTT
Pesuruh
-
25
Ahlul
SPM
PTT
-
-
Keterangan Jumlah guru
: 25
Laki-laki
: 15
Perempuan
: 10
PN
: Pegawai Negeri
GTY
: Guru tetap yayasan
GTT
: Guru tidak tetap
PTT
: Pegawai tidak tetap
Sumber data: kantor TU MTs Sunan Giri Probolinggo
Indonesia,
160
Lampiran 8
DATA PESERTA DIDIK TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Nama Sekolah
: MTs Sunan Giri Probolinggo
Alamat
: Jl. Sukapura No. 127 Probolinggo
Telepon
: (0335) 424313
Desa/Kelurahan
: Triwung Kidul
Kecamatan
: Kademangan
No Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
VII/A
22
17
39
2
VII/B
22
17
39
3
VII/C
22
13
35
4
VII/D
21
10
31
Jumlah
87
57
144
5
VIII/A
13
21
34
6
VIII/B
28
12
40
7
VIII/C
25
16
41
8
VIII/D
28
12
40
Jumlah
94
61
155
9
XI/A
15
19
34
10
XI/B
14
18
32
11
XI/C
19
15
34
Jumlah
48
52
100
Jumlah
229
170
399
keseluruhan
Sumber data : Kantor TU MTs Sunan Giri Probolinggo
161
LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF NAHDLATUL ULAMA’
MADRASAH TSANAWIYAH “ SUNAN GIRI “ TERAKREDITASI A SK BAP-S/M NOMOR : 058/BAP-SM/TU/XI/2008
NSM : 212357401002 TRIWUNG KIDUL KADEMANGAN PROBOLINGGO Sekretariat : Jalan Sukapura 127 Probolinggo 67224 Telp. ( 0335 ) 424313
DAFTAR NILAI KELAS VII C Hasil Nilai Belajar No.
No. Induk
Nama
1 2
2335 2235
3 4
2223 2289
5 6
2213 2323
7 8 9 10 11 12
2306 2252 2241 2228 2226 2290
13 14 15 16 17
2248 2308 2342 2217 2328
18
2343
Abdul Qodir Antoni Agus Sucianto Badrus Sholeh Khoirul Umam Sugianto Dini Ati Fathona Dewi Mazidah Fathona Rohman Fitriani Husnan Ida Rohmatulloh Irwan Wahyudi Laili Mukarromah Latifatul Aini Leni Hardiyanti Lukman hakim M. Abdul Rosid Moch. Andika Firdaus Muhammad Darto
L/P PPK
Praktek
Sikap
Angka
Angka
Huruf
Pencapaian Kompetensi Huruf
L L
6,5 7,0
7,0 7,5
C BS
S TS
L L
6,5 6,5
6,5 7,0
B B
S T
P P
8,0 7,5
7,5 7,5
BS BS
TS TS
P P L P L P
7,0 8,0 6,5 8,5 7,0 8,0
7,0 8,5 6,5 8,0 6,5 8,0
BS BS C BS B BS
T TS S TS T TS
L P P P L
7,5 7,0 7,5 6,5 6,5
7,0 6,5 7,0 7,0 7,0
B BS B C C
TS T T S S
L
7,0
6,5
B
T
162
19
2302
20
2310
21
2230
22 23
2288 2222
24 25 26 27 28
2246 2346 2349 2350 2321
29 30 31 32 33
2261 2304 2266 2287 2329
34 35
2250 2336
36
2239
Mohammad Ridwan Mochammad Rifa’at Ainul Munawir Muhammad Roni Mahroni Moh. Kholik Anwar Mutmainnah Nanang Ma’ruf Nur Halima Nur Hotijah Rafi Alvian Sadiyanto Risnia Solehuddin Sofi’ullah Srikanti Wahyu Wicaksono Yudianto Zulfi Naurir Firdausia Evi Atun Nur Hasanah
L
7,0
7,5
B
TS
L
7,5
7,0
B
TS
L
7,0
7,0
B
TS
L L
6,5 7,5
6,5 7,0
BS B
S TS
L L P L P
6,5 7,5 6,5 7,0 7,5
6,5 7,5 7,0 6,5 8,0
BS B BS BS C
S TS T T S
P L P L L
6,5 6,5 6,5 6,5 7,5
7,0 7,5 6,5 7,0 8,0
BS C B BS C
T S S S S
L P
7,0 7,5
7,5 7,0
C B
S TS
P
7,0
8,0
B
TS
163
Lampiran 10 INSTRUMEN PENELITIAN
A. PEDOMAN INTERVIEW 1. Kepala Sekolah a. Bagaimana sejarah berdirinya MTs Sunan Giri Probolinggo? b. Bagaimana Usaha sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran khususnya yang terkait dengan media pembelajaran? c. Faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya yang terkait dengan media pembelajaran di MTs Sunan Giri Probolinggo? 2. Guru Fiqih a. Faktor-faktor apa saja yang mendasari bapak atau ibu guru dalam menggunakan media audio visual untuk pembelajaran fiqih? b. Apa alas an bapak atau ibu guru menggunakan media audio visual dalam proses belajar mengajar fiqih? c. Menurut bapak atau ibu guru dalam menggunakan media audio visual, apakah siswa dapat menerima materi yang diberikan? d. Bagaimana menurut bapak atau ibu guru tentang hasil belajar siswa setelah menggunakan media audio visual? e. Apa
saja
yang
menjadi
kendala
dalam
penggunaan
media
pembelajaran pada pembelajaran fiqih? f. Bagaimana persiapan dan kesiapan (guru dan murid) dalam memanfaatkan media pembelajaran pada kegiatan mengajar?
164
3. Waka Sarana Prasarana a. Apa saja fasilitas atau sarana prasarana yang ada di MTs Sunan Giri Probolinggo? b. Bagaimana keadaan fasilitas yang ada di MTs Sunan Giri Probolinggo? c. Apakah media audio visual selalu digunakan guru dalam proses belajar mengajar? d. Bagaimana usaha bapak sebagai Waka sarana prasarana dalam meningkatkan pendidikan yang terkait dengan media audio visual? 4. Siswa a. Apakah dengan menggunakan media audio visual dalam proses belajar mengajar mata pelajaran fiqih memiliki keuntungan meningkatkan semangat belajarmu? b. Apakah setiap materi fiqih guru menggunakan media audio visual? c. Menurut anda apakah media audio visual dapat mempermudah dalam menerima materi fiqih, mengapa? d. Apakah anda dapat lebih memahami atau lebih mudah mengerti pelajaran ketika menggunakan media audio visual?
B. PEDOMAN OBSERVASI 1. Memperoleh data tentang kondisi MTs Sunan Giri Probolinggo a. kondisi fisik : lingkungan, gedung sekolah, ,media pembelajaran
165
b. kondisi non fisik: struktur organisasi, keadaan sarana prasarana sekolah 2. Mengamati suasana kerja kepala sekolah, guru fiqih, tata usaha, dan siswa 3. Pelaksanaan proses belajar mengajar fiqih dengan menggunakan media audio visual di MTs Sunan Giri Probolinggo? 4. Guru fiqih dalam persiapan proses belajar mengajar? 5. Sikap guru fiqih dalam proses belajar mengajar fiqih di MTs Sunan Probolinggo? 6. Sikap siswa dalam proses belajar mengajar fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo? 7. Interaksi yang ditimbulkan media audio visual dalam proses belajar mengajar fiqih?
C. PEDOMAN DOKUMENTASI Mengunpulakan data tentang jenis ruangan, sarana dan prasarana, data tentang daftar guru dan TU, tugas guru, jumlah siswa, daftar nilai fiqih kelas VII C, denah lokasi, denah sekolah, dan struktur.
166
Lampiran 11
Kepala Sekolah dan Jajaran Dewan Guru MTs. Sunan Giri Probolinggo
Musholla Putra dan Putri yang sering digunakan sebagai sarana dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
167
Guru PAI sedang menjelaskan bagaimana tata cara shalat ketika ruku’
Guru PAI mrnjelaskan bagaimana tata cara shalat ketika sujud
Guru PAI menjelaskan bagaimana tata cara shalat ketika tasyawud akhir
168
Siswa-siswi MTs Sunan Giri sedang melakukan evaluasi sesudah menggunakan media audio visual
Lab 3 Bahasa dan ruangan computer adalah salah satu fasilitas yang ada di MTs Sunan Giri Probolinggo
169
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Titin Dwi Jayanti, di lahirkan pada tanggal 30 Juni 1987 di Desa Sepuh Gembol Kecamatan Wonomerto Kabupaten Probolinggo; sebagai puteri kedua dari tiga bersaudara; yaitu dari pasangan Bapak H. Abdussalam dengan Ibu Indarwati. Penulis bertempat tinggal di JL. Sukapura Dusun Krajan II Sepuh Gembol Probolinggo. Selama berstudi di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Penulis hanya berpindah tempat sebanyak dua kali, pertama di Ma‟had Al-Ali Uin Maulana Malik Ibrahim Malang selama satu tahun, kemudian di Jl. Simpang Sunan Kalijaga Kav.8 hingga menyelesaikan gelar sarjananya. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari Pendidikan taman kanak-kanak yaitu TK Pertiwi II di Sepuh Gembol II lulus pada tahun 1994, dilanjutkan dengan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Sepuh Gembol II lulus pada tahun 2000, dilanjutkan dengan Pendidikan menengah pertama di MTs. Sunan Giri Probolinggo lulus pada tahun 2003, sekolah lanjutan tingkat atas di SMA Nurul Jadid Paiton Probolinggo selama 2 tahun, kemudian di lanjutkan di SMA Negeri 3 Probolinggo selama 1 tahun lulus pada tahun 2006 dan menyelesaikan pendidikan S1 Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang pada tahun 2010.