Penggunaan Material Fasad dan Kualitas Ruang Perpustakaan Universitas Indonesia Dewi Yuliandini Hasibuan, Antony Sihombing
[email protected] ,
[email protected] Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Indonesia Abstrak Pada bangunan gedung, fasad merupakan salah satu elemen arsitektural yang sangat penting. Fasad merupakan salah satu elemen arsitektur yang pertama kali terlihat dari luar yang dapat mengkomunikasikan fungsi dan nilai bangunan kepada para pengamat. Elemen–elemen pembentuk fasad dapat terlihat dari permukaan dinding, struktur, hingga ornamentasi. Semua elemen tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu menampilkan keindahan bangunan. Penggunaan fasad tidak hanya bertujuan untuk menampilkan estetika namun juga menciptakan ruang yang berkualitas. Salah satu unsur yang paling menonjol pada fasad gedung Perpustakaan Universitas Indonesia ialah penggunaan material yang mendominasi seluruh permukaan bangunan yang terdiri dari batu andesit, kaca, dan rumput. Dari penggunaan material tersebut kita dapat mengetahui bagaimana material tersebut membentuk view, bukaan dan orientasi dan melihat kualitas ruang di dalamnya. Penggunaan material pada fasad menjadi tepat atau tidak ketika kita melihat kualitas ruang yang terbentuk di dalamnya. Kata kunci: fasad bangunan; kualitas ruang; material; ruang. Abstract The facade is a very important architectural element of a building. It is one of the first architectural elements to be noticed from the outside which can also tell the observer the function and value of the building. The elements which form a facade start from the surface of walls, structures, to ornamentation. All these elements have the same purpose, which is to display beauty from a building. The facade’s purpose is not merely to display aesthetics but also to create space with quality. One of the most prominent features of the facade of Universitas Indonesia’s Library is the use of material which dominates the whole surface of the building, consisting of andesite, glass and grass. From the application of the materials, we are able to discover how the materials create views, openings, and orientation, as well as allowing us to see the quality of the space inside. The chosen facade materials become appropriate or inappropriate based on how we see the spatial qualities created inside. Keywords: building facade; spatial qualities, material; space
1 Universitas Indonesia
Penggunaan material..., Dewi Y Hasibuan, FT UI, 2013.
I.
Pendahuluan
Perpustakaan Universitas Indonesia mulai dibangun pada bulan Juni 2009 dan dibuka untuk publik pada bulan Mei 2011. Awal proses pembangunannya, perpustakaan ini cukup kontroversial. Perpustakaan ini diklaim sebagai yang terbesar, termegah dan terindah di dunia dengan sebutannya The Crystal of Knowledge. Setelah dibuka untuk umum, ada yang menyambut secara positif namun ada juga yang mengarah ketidaksetujuan yang menanyakan seberapa penting pembangunan tersebut. Beberapa civitas akademika mengatakan bahwa desain gedung perpustakaan ini indah, mulai dari komposisi material batu dengan kacanya, roof garden yang menyelimuti bangunan hingga sebutan rumah teletubies pernah disandarkan pada perpustakaan UI. Hal ini membuat desain bangunan ini berbeda dengan bangunan di sekitarnya dan kebanyakan bangunan di Jakarta. Selain itu ruang-ruang yang tersedia di dalam cukup membuat pengunjung betah untuk berlama-lama dan menjadi agenda harian untuk sekedar browsing, cari buku, baca buku, mengerjakan tugas hingga bertemu dengan teman. Isu kemegahan dan keindahan yang ingin ditampilkan salah satunya dapat dilihat melalui desain bangunannya. Dan penampilan bangunan dapat menjadi faktor utama bagaimana perpustakaan UI terlihat megah dan indah. Oleh karena itulah, penampilan berkaitan dengan keindahan dan memiliki peran penting untuk menciptakan suatu image akan suatu objek. Perancang mendesain penampilan luar bangunan untuk memberikan gambar kepada pengamat objek mengenai bangunan yang dirancangnya pada bagian luar bangunan. Citra bangunan menjadi penting bagi seorang arsitek untuk mendeskripsikan bangunan yang dirancangnya. Sebutan untuk penampilan luar suatu bangunan dinamakan fasad. Dari fasad kita dapat menilai suatu bangunan bagus atau tidak melalui apa yang terlihat dari luar, bisa dari teknologi bangunan, material yang digunakan, bagian mana saja yang terbuka, permainan massa yang diekspos, hingga membuat perkiraan berapa jumlah lantai di dalamnya. Pengolahan fasad dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya dari segi pemilihan material dan komposisinya. Pengolahan fasad yang dilakukan melalui pemilihan material disesuaikan dengan bentuk bangunan secara keseluruhan dan ekspresi struktural yang ingin ditonjolkan. Oleh karena itulah, pemilihan material menjadi sesuatu yang penting sebagai salah satu elemen pembentuk fasad. Dari pemilihan material kita dapat melihat bagaimana karakteristik material dapat berpengaruh terhadap kualitas cahaya ruang, suara ruang, view ruang, sirkulasi ruang, dan suhu ruang. Terkait dengan latar belakang di atas, ada dua pertanyaan / permasalahan utama yang coba dijawab dalam tulisan ini, yaitu mengenai aspek apa saja yang mempengaruhi kualitas ruang berkaitan dengan karakteristik material fasad yang digunakan dan bagaimanakah aspek tersebut diatas diimplementasikan dalam penataan ruang Perpustakaan UI berkaitan dengan kualitas ruang. Tujuan penulisan ini adalah mengkaji penggunaan material fasad dan kualitas ruang dalam bangunan, dimana bangunan yang diambil untuk menjadi studi kasus ialah Perpustakaan UI. Penggunaan material fasad dilihat kualitas cahaya ruang, suara ruang, view ruang, sirkulasi ruang, hingga bagaimana kenyamanan ruang tersebut terhadap penghuni bangunan. Sehingga dari analisa ini kita dapat memahami pentingnya pengetahuan akan penggunaan material fasad untuk menciptakan kualitas ruang yang lebih optimal dari segi pemilihan material.
2 Universitas Indonesia
Penggunaan material..., Dewi Y Hasibuan, FT UI, 2013.
Melalui tulisan ini saya berharap dapat menambah wawasan baru bagi para arsitek maupun calon arsitek mengenai pengaruh pemilihan material fasad terhadap kualitas cahaya ruang, suara ruang, view ruang, sirkulasi ruang, dan suhu ruang. II. Metode Pembahasan Metode yang dipakai dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode empiris melalui studi kepustakaan dan survei untuk mendapatkan data-data yang mendukung sehingga dapat membuat analisa dari studi kasus yang dipilih, yakni Perpustakaan Pusat UI. 1. Studi mengenai teori dan preseden melalui literatur atau media elektronik yang menjelaskan elemen-elemen pembentuk ruang, fasad bangunan, dan kualitas ruang. 2. Studi lapangan, yaitu pengamatan langsung terhadap kasus yang diangkat, dilengkapi dengan data arsitektural dan data visual berupa foto atau gambar. Studi hasil wawancara terhadap beberapa pihak berwenang yang mengerti akan kasus yang diangkat sehingga dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan. III.
Kajian Teori
3.1
Mengalami Ruang “Space constantly encompasses our being. Through the volume of space, we move, see forms, hear sounds, feel breezes, smell the fragrances of a flower garden in bloom. It is material subtance like wood or stone. As space begins to be captured, enclosed, molded, and organized by the element of mass, architecture comes into being” (D K Ching)
Gambar 2.1 Ilustrasi Mengenai Mengalami Ruang dalam Arsitektur Sumber: buku Architecture Form, Space and Order
Menurut Francis D. K. Ching (1979:110), terdapat dua elemen dasar arsitektur, yaitu form (bentuk) dan space (ruang). Form berbicara mengenai sebuah titik yang mengindikasikan posisi dalam space yang kemudian berekstensi menjadi garis, bidang dan volume. Sedangkan space berbicara mengenai respon indera manusia akan alam disekitarnya. Elemen pembentuk ruang arsitektur adalah elemen-elemen yang bersifat arsitektur, mulai struktur dan pembentuk ruang yang memberi bentuk pada bangunan, memisahkan dari luar dan membentuk pola tatanan ruang interior yang terdiri dari lantai, dinding, dan plafon. 3 Universitas Indonesia
Penggunaan material..., Dewi Y Hasibuan, FT UI, 2013.
Bisa disimpulkan bahwa ada 3 unsur pembentuk ruang, yaitu alas (lantai), batasan (dinding), dan naungan (plafon). Nilai sebuah ruang arsitektur dipengaruhi oleh elemen – elemen yang melingkupi ruang tersebut, sebagai berikut: 1. Dimensi: proporsi, skala 2. Wujud: bentuk 3. Permukaan ruang: warna, tekstur, dan pola 4. Bukaan: enclosure, cahaya, dan pandangan 3.2
Dinding dan Kontruksinya
Dinding merupakan salah satu elemen vertikal pembentuk ruang. Dinding dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: 1. Dinding masif Dinding masif bersifat kuat dalam pembentukan ruang karena material terlihat jelas dan rapat seperti: batu bata, beton, kayu, kaca dsb. 2. Dinding transparan Material pembentuknya agak renggang dan ada celah seperti: pohon, semak belukar, bambu dsb. 3. Dinding semu Suatu batasan yang terbentuk berdasarkan perasaan pengamat. Dinding semu dapat terbentuk oleh batas – batas seperti misalnya, garis batas laut. Konstruksi dan fungsi tidak dapat dipisahkan dari arsitektur secara keseluruhan. Konstruksi merupakan salah satu elemen naratif yang dapat semakin menghidupkan fasad. Konstruksi sangat erat hubungannya dengan fungsi (Rob Krier, Elements of Architecture). Rangka atau kerangka kerja struktural ditutup atau diisi oleh berbagai jenis material bangunan.
Gambar 2.8 Notasi Kontruksi Sumber: buku Komposisi Arsitektur 4 Universitas Indonesia
Penggunaan material..., Dewi Y Hasibuan, FT UI, 2013.
Terdapat tiga tipe prinsip konstruksi; 1. Konstruksi masif Tipe ini terdiri dari suatu sistem elemen dinding masif pendukung yang dibuat dari susunan balok maupun bahan – bahan alami yang monolit. Konstruksi dinding padat menuntut bukaan jendela yang harmonis dan proporsi yang baik. 2. Konstruksi rangka Dengan bentuk konstruksi ini, kolom dan balok pemikul secara fisik bebas dari dinding penutup luar. Keseluruhan kerangka kerja dapat berdiri sendiri dan tidak bergantung kepada pengisinya. Kolom dan balok harus menahan gaya luar agar seluruh kerangka kerja tidak runtuh. Dalam pemberian ekpresi terhadap suatu interior, model, bentuk, dan ukuran jendela memiliki makna yang besar. Skema fasad “layar” memiliki pengaruh fragmentasi yang negatif. Untuk mengendalikan cahaya matahari atau menyediakna penangkal matahari permanen, Le Corbusier menggunakan alat brise soleils dan loggia.
Gambar 2.9 Pusat Seni Visual, Cambridge Massachusetts, Le Corbusier Sumber: buku Komposisi Arsitektur
5 Universitas Indonesia
Penggunaan material..., Dewi Y Hasibuan, FT UI, 2013.
3. Konstruksi campuran
Gambar 2.10 Ilustrasi Kontruksi Campuran Sumber: buku Komposisi Arsitektur
Kehangatan suatu konstruksi campuran terletak pada kompleksitas struktur dan ruangnya. Hal – hal seperti pertimbangan mengenai pembagian ruang, pemerataan ruang dan penempatan pendukung struktural adalah untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan fungsional, struktural, dan estetika ruang yang juga berlaku untuk ketiga tipe konstruksi diatas. 3.3
Fasad Bangunan
Fasad merupakan salah satu elemen arsitektural paling penting yang mampu mengkomunikasikan fungsi dan nilai bangunan. Kata ‘fasad’ atau ‘façade’ berasal dari bahasa latin yaitu ‘facies’, yang berarti sama dengan kata ‘face’ dan ‘appearance’ (penampilan). Oleh karena itu, jika kita berbicara mengenai “the face of building”, façade, maka yang dimaksud ialah bagian depan bangunan yang menghadap jalan (Rob Krier, Elements of Architecture). Karena posisinya yang menghadap ke jalan, titik awal dimana orang mengakses bangunan, fasad memiliki peran sebagai berikut; 1. Menyuarakan fungsi dan nilai bangunan 2. Menunjukkan organisasi ruang di dalam bangunan 3. Menyuarakan keadaan budaya saat bangunan dibangun 4. Menunjukkan keindahan dalam ornamentasi dan dekorasi 5. Menyuarakan tentang penghuni bangunan dan memberikan identitas terhadap suatu / banyak komunitas.
6 Universitas Indonesia
Penggunaan material..., Dewi Y Hasibuan, FT UI, 2013.
Gambar 2.11 Contoh Fasad Bangunan Sumber: buku Building Skin
Secara keseluruhan fasad terdiri dari elemen tunggal, suatu kesatuan tersendiri dengan kemampuan untuk mengekspresikan diri mereka. Komposisi suatu fasad, dengan mempertimbangkan semua persyaratan fungsionalnya (jendela, bukaan pintu, pelindung matahari, bidang atap) pada dasarnya berkaitan dengan penciptaan kesatuan harmonis antara proporsi yang baik, penyusunan struktut vertikal horizontal, bahan, warna dan elemen dekoratif (Rob Krier, Elements of Architecture). Elemen-elemen pembentuk fasad dapat berbagai macam bagian mulai dari permukaan dinding, struktur, pengaturan bukaan dan ornamentasi (Ernest Burden, Building Facades). Fasad yang ingin menunjukkan karakter, fungsi dan makna bangunan dapat diwujudkan dengan berbagai cara. Mulai dari pemberian bentuk, irama, komposisi, ekspos struktur, hingga ornamentasi. Disini arsitek mengkombinasikan seluruh atau sebagaian untuk menampilakan estetika / keindahan bangunan yang dirancangnya. Fasad dapat diolah dengan bermain-main pada proporsi geometri untuk keselarasan tampilan fasad. 3.4
Persyaratan Kinerja Bangunan dan Kualitas Ruang
Sir Henry Wooten, humanis abad ke-15 yang mengadaptasi tulisan – tulisan Vitruvius dalam bukunya, The Elements of Architecture, menulis bahwa sebuah bangunan yang baik harus memenuhi tiga kondisi sebagai berikut; 1. Komoditas (kondisi lingkungan yang nyaman) 2. Ketegasan (tentang stabilitas dan keamanan) 7 Universitas Indonesia
Penggunaan material..., Dewi Y Hasibuan, FT UI, 2013.
3. Menyenangkan (berkaitan tentang estetika dan psikologis) A well constructed building reflects contemporary attitudes towards environmental control, structural concepts and aesthetic excellence. (Derek Osbourne, Introduction to Building)
Gambar 2.19 Ilustrasi Kinerja Bangunan Sumber: buku Introduction to Building
Bangunan diharapkan dapat menjadi mesin pendukung hidup manusia. Bangunan diperlukan untuk menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk metabolisme tubuh manusia, seperti udara bersih, air bersih, pembuangan limbah, pengontrol suhu dan kelembaban, privasi, keamanan dan kenyamanan visual atau akustik. Dalam waktu beberapa tahun terakhir terdapat isu mengenai isu ketersediaan sumber daya energi untuk produksi bahan bangunan, dan untuk pemanasan dan pencahayaan bangunan.
IV.
Pembahasan
4.1
Analisa Studi Kasus 1. Ruang Baca
8 Universitas Indonesia
Penggunaan material..., Dewi Y Hasibuan, FT UI, 2013.
Gambar 3.4 Analisa Kualitas Ruang Baca Lantai 3 Sumber: DCM telah diolah kembali
Unsur pembentuk ruang terdiri dari lantai, dinding, dan plafon. Pada lantai digunakan finishing material dari vinyl yang berwarna kayu yang natural dengan berbagai corak. Namun lantai vinyl memiliki kekurangan dari segi ketahanannya, mudah mengelupas, mudah menyerap air dan tidak tahan cuaca panas berlebih. Unsur pembentuk ruang berikutnya ialah dinding. Dalam buku Architecture Form, Space and Order, elemen vertikal ruang baca ini terbentuk dengan komposisi bidang – bidang sejajar membentuk suatu volume ruang diantaranya yang berorientasi terhadap kedua ujung yang terbuka, dimana area yang terbuka ini merupakan garis sirkulasi pengguna ketika berpindah ke ruang lainnya. Untuk olahan tampilan fasad pada bangunan Perpustakaan UI, berdasarkan buku Elements of Architecture, termasuk menggunakan proporsi geometris yang harmonis. Dimana batu andesit di-zoning terlebih dahulu dan di tiap zoning tersebut digunakan batu andesit dengan ukuran yang berbeda – beda mulai dari 30 x 60, 60 x 60, 60 x 90 secara acak vertikal keatas sepanjang kulit bangunan sehingga komposisi terlihat enak dilihat.
9 Universitas Indonesia
Penggunaan material..., Dewi Y Hasibuan, FT UI, 2013.
Gambar 3.5 Analisa Ruang Baca Lantai 3 Sumber: dokumentasi pribadi
Persyaratan Kinerja Bangunan dan Kualitas Ruang Rupa Menurut Derek Osbourn dalam bukunya Introduction of Building, rupa bangunan atau fasad pada dasarnya ditentukan oleh skala dan proporsi dari seluruh komposisi volume. Volume yang dimaksudkan disini ialah wujud ruang individu. Berdasarkan gambar diatas rupa untuk area lounge ukuran untuk tinggi dindingnya 4,8 meter, sudah termasuk plafon setebal 1 meter. Ukuran panjang ruang baca ± 16 meter, dan lebar 7 meter. Dengan ukuran ini proporsi ruang yang berfungsi untuk tempat membaca sudah cukup nyaman untuk pengguna duduk, dan meletakkan buku di atas meja. Dan tinggi plafon sudah skala dengan tinggi manusia. Komposisi fasad yang terdiri dari batu andesit dan tambahan kaca pada gambar dibawah ini secara komposisi, wujud, bentuk, tekstur, dan warna sudah tepat. (lihat gambar 3.4). Kemiringan fasad cukup untuk mengurangi efek langsung air hujan. Suara Secara keseluruhan sumber suara yang terdapat di sekitar dan dalam bangunan tidak ada yang mengganggu. Sumber suara berasal dari suara yang dihasilkan melalui sistem instalasi telepon yang digunakan untuk komunikasi dalam bangunan. Daya Tahan Untuk melihat seberapa kuat bangunan menghadapi ancaman – ancaman seperti iklim, hama dan serangan lainnya. Dampaknya dapat ditentukan oleh karakteristik material yang digunakan, termasuk kemampuannya dalam menyerap air, serta profil permukaan dinding terluar bangunan, orientasi, tekstur dan warna. (Introduction to Building, Derek Osbourn). Pencahayaan dan Pengudaraan Pencahayaan ruang ini berasal dari sinar matahari yang menembus bagian dinding kaca fasad, dari penyediaan lampu di semua titik plafon. Dilihat melalui tabel 2.2, daylight factor minimum untuk sebuah ruang sebesar 2 %. Pengudaraan bangunan semuanya disuplai dengan pengudaraan buatan menggunakan AC. Tidak adanya bukaan membuat angin tidak bisa masuk dalam bangunan. Cukup sejuk, namun memakan daya listrik yang besar untuk penggunaan AC nya, sehingga lebih boros. Dilihat melalui tabel 2. untuk ruang kerja, besar aliran udara minimum yang diterima tiap orang sebesar 22,6 m³ per hour per person. Landscape Pemandangan keluar gedung yang disediakan oleh gedung ini ialah pohon besar yang terletak di pusat lengkungan bangunan yang dikelilingi oleh amphiteater. Landscape memberikan batasan fisik antara ruang dalam perpustakaan berupa ruang – ruang fungsional dan ruang luar berupa amphiteater. Selain itu pohon tersebut berfungsi sebagai pelindung dari air, angin dan silau dari luar. Dan tingginya dapat mencapai lantai 3 bangunan hingga ke ruang baca dengan tinggi mencapai ± 15 meter. Sehingga warna hijau dari pohon rindang tersebut dapat menjadi kesejukan tersendiri ketika sudah lelah menatap laptop atau membaca buku.
10 Universitas Indonesia
Penggunaan material..., Dewi Y Hasibuan, FT UI, 2013.
2. Ruang Buku
Gambar 3.6 Analisa Kualitas Ruang Buku Lantai 2 Sumber: DCM telah diolah kembali
Unsur pembentuk ruang terdiri dari lantai, dinding, dan plafon. Pada lantai digunakan finishing material dari vinyl berukuran 75 x 900. Namun lantai vinyl memiliki kekurangan dari segi ketahanannya, dia mudah mengelupas, mudah menyerap air dan tidak tahan cuaca panas berlebih. Unsur pembentuk ruang berikutnya ialah dinding. Dalam buku Architecture Form, Space and Order, elemen vertikal ruang baca ini terbentuk dengan komposisi empat bidang tertutup membentuk batas – batas dari suatu ruang introvert, dimana fungsi area ini sebagai tempat orang mencari buku dan membaca sehingga diperlukan suatu privasi dan ruang yang kondusif. Material dinding perpustakaan UI menggunakan bata ringan. Material fasad yang berhubungan dengan ruang ini adalah roof garden, beberapa titik di ruang ini terdapat bocor yang disebabkan oleh kontruksi atapnya yang digunakan untuk menahan roof garden. Unsur pembentuk berikutnya, yaitu plafon. Material yang digunakan untuk plafon yaitu gypsum board fin. Waterbase paint pada plafon dengan tebal 9 mm menghasilkan finishing yang rapi pada interior ruang.
Gambar 3.7 Analisa Ruang Buku Lantai 2 Sumber: dokumentasi pribadi 11 Universitas Indonesia
Penggunaan material..., Dewi Y Hasibuan, FT UI, 2013.
Persyaratan Kinerja Bangunan dan Kualitas Ruang Rupa Berdasarkan gambar diatas tinggi dindingnya 4,8 meter, sudah termasuk plafon setebal 1 meter. Ukuran panjang ruang buku ± 25 meter, dan lebar 12 meter. Dengan ukuran ini proporsi ruang yang berfungsi untuk tempat rak buku, tempat membaca di dalam sudah cukup lapang. Dan tinggi plafon sudah skala dengan tinggi manusia. Suara Suara yang terdengar hanya berasal dari dalam, terutama saat petugas merapikan buku di rak. Selain itu suasana di dalam cukup kondusif untuk orang berkonsentrasi mencari buku. Daya Tahan Teknik kontruksi yang salah pada bagian roof garden membuat daerah dibawah roof garden (yang atap miring) bocor. Sehingga yang harusnya fungsi ruang dibawahnya dapat dijadikan untuk meja tempat membaca menjadi daerah mati karena terdapat genangan air. Pencahayaan dan Pengudaraan Pencahayaan ruang ini berasal dari penggunaan lampu 95 % dan sinar matahari yang menembus skylight roof garden (lihat gambar 3.6). Dilihat melalui tabel 2.2, daylight factor minimum untuk sebuah ruang sebesar 2 %. Pengudaraan bangunan semuanya disuplai dengan pengudaraan buatan menggunakan AC. Berkaitan dengan fungsi ruang yang sebagai tempat menyimpan koleksi buku, maka tidak adanya bukaan dimaksudkan untuk melindungi koleksi – koleksi tersebut dari debu agar tahan lama. Udara di dalam cukup sejuk, namun memakan daya listrik yang besar untuk penggunaan AC nya, sehingga lebih boros. Dilihat melalui tabel 2.4 untuk ruang kerja, besar aliran udara minimum yang diterima tiap orang sebesar 22,6 m³ per hour per person. 3. Ruang Diskusi
Gambar 3.8 Analisa Kualitas Ruang Diskusi Lantai 2 Sumber: DCM telah diolah kembali
Unsur pembentuk ruang terdiri dari lantai, dinding, dan plafon. Pada lantai digunakan finishing material dari vinyl yang berwarna kayu yang natural dengan berbagai corak. Namun lantai vinyl memiliki kekurangan dari segi ketahanannya, dia mudah mengelupas, mudah menyerap air dan tidak tahan cuaca panas berlebih. 12 Universitas Indonesia
Penggunaan material..., Dewi Y Hasibuan, FT UI, 2013.
Unsur pembentuk ruang berikutnya ialah dinding. Dalam buku Architecture Form, Space and Order, elemen vertikal ruang baca ini terbentuk dengan komposisi empat bidang tertututp membentuk batas – batas ruang yang tertutup atau introvert. Komposisi ruang membuat orang lebih nyaman untuk berdiskusi di dalamnya. Prinsip konstruksi yang digunakan pada dindingnya menggunakan konstruksi masif yang menggunakan batu andesit sebagai materialnya. Penggunaan material kaca untuk memasukkan cahaya alami ke dalam bangunan. Unsur pembentuk berikutnya, yaitu plafon. Material yang digunakan untuk plafon yaitu gypsum board fin. Waterbase paint pada plafon dengan tebal 9 mm.
Gambar 3.9 Analisa Ruang Diskusi Lantai 2 Sumber: dokumentasi pribadi
Persyaratan Kinerja Bangunan dan Kualitas Ruang Rupa Berdasarkan gambar diatas rupa untuk ruang diskusi ukuran untuk tinggi dindingnya 4,8 meter, sudah termasuk plafon setebal 1 meter. Ukuran panjang ruang baca ± 5 meter, dan lebar 3 meter. Dengan ukuran ini proporsi ruang yang berfungsi untuk tempat berdiskusi sudah cukup nyaman untuk penggun, tidak terganggu oleh ruang lain karena tertutup. Dan tinggi plafon sudah skala dengan tinggi manusia. Suara Suara dari luar tidak terdengar dari dalam ruang ini sehingga tidak mengganggu orang di dalam ketika berdiskusi di dalamnya. Pencahayaan dan Pengudaraan Pencahayaan ruang ini berasal dari sinar matahari yang menembus bagian dinding kaca fasad, dari penyediaan lampu di tengah ruang. Pengudaraan bangunan semuanya disuplai dengan pengudaraan buatan menggunakan AC. Tidak adanya bukaan membuat angin dan suara tidak bisa masuk dalam ruang. Suhu cukup ideal, karena luas ruang yang tidak terlalu besar pemakaian daya AC kecil. Kenyamanan Termal Suhu dalam ruang cukup seimbang, tidak membuat kepanasan atau kedinginan. Dalam bangunan ini tersedia teknologi solar panel yang dipasang di sepanjang titik skylight atas ruang komputer, namun belum difungsikan karena alasan kebutuhan biaya. Landscape 13 Universitas Indonesia
Penggunaan material..., Dewi Y Hasibuan, FT UI, 2013.
Pemandangan keluar gedung tidak ada. 4. Lounge atau Area Komersil
Gambar 3.12 Analisa Kualitas Ruang Lounge Lantai 1 Sumber: DCM telah diolah kembali
Unsur pembentuk ruang lounge, ada lantai, dinding dan plafon. Dimana pada lantai di ruang ini menggunakan finishing material keramik homogenious yaitu keramik yang memiliki struktur dan warna yang sama. Jenis yang digunakan adalah essenza. Unsur pembentuk ruang berikutnya ialah dinding. Dalam buku Architecture Form, Space and Order, elemen vertikal lounge terbentuk dengan komposisi bidang – bidang berbentuk U dimana volume ruang tersebut berorientasi menghadap ujung yang terbuka. Secara ruang mungkin bisa dikatakan orientasi menghadap ujung yang terbuka, namun secara personal atau penghuni, bisa jadi orientasi yang terjadi menghadap sisi kaca dengan view pohon dan situasi luar bangunan. Untuk olahan tampilan fasad pada bangunan Perpustakaan UI, berdasarkan buku Elements of Architecture, termasuk menggunakan proporsi geometris yang harmonis. Dimana batu andesit di-zoning terlebih dahulu dan di tiap zoning tersebut digunakan batu andesit dengan ukuran yang berbeda – beda mulai dari 30 x 60, 60 x 60, 60 x 90 secara acak vertikal keatas sepanjang kulit bangunan sehingga komposisi terlihat enak dilihat. Unsur pembentuk berikutnya, yaitu plafon. Material yang digunakan untuk plafon yaitu gypsum board fin. Waterbase paint pada plafon dengan tebal 9 mm menghasilkan finishing yang rapi pada interior ruang.
14 Universitas Indonesia
Penggunaan material..., Dewi Y Hasibuan, FT UI, 2013.
Gambar 3.13 Analisa Ruang Lounge Lantai 1 Sumber: dokumentasi pribadi
Persyaratan Kinerja Bangunan dan Kualitas Ruang Rupa Menurut Derek Osbourn dalam bukunya Introduction of Building, rupa bangunan atau fasad pada dasarnya ditentukan oleh skala dan proporsi dari seluruh komposisi volume. Volume yang dimaksudkan disini ialah wujud ruang individu. Berdasarkan gambar diatas rupa untuk area lounge ukuran untuk tinggi dindingnya 6 meter, sudah termasuk plafon setebal 1 meter. Ukuran panjang lantai per area lounge sekitar ± 25 meter dan lebar 5 meter. Dengan ukuran ini proporsi ruang secara keseluruhan sudah enak untuk penghuni beraktivitas seperti duduk – duduk santai, mengobrol di dalamnya. secara skala bisa dibilang tinggi dinding cukup tinggi, namun jika dilihat dari letak ruang ini yang berada di lantai dasar maka disinilah orang – orang masuk gedung, jalan, dan ke ruang – ruang di dalamnya. Oleh karena itu, ukuran besar diperlukan untuk sirkulasi pergerakan manusia, angin, dsb. Komposisi fasad yang terdiri dari batu andesit dan tambahan kaca pada gambar dibawah ini secara komposisi, wujud, bentuk, tekstur, dan warna sudah tepat. Namun untuk posisinya, area lounge ini kurang memperhatikan faktor cuaca. Karena konstruksinya yang miring, ketika hujan turun, air hujan langsung menghantam bagian kulit ruang ini. Intensitas hujan yang terkadang tinggi dan terus menerus membuat konstruksi bangunan ini rusak suatu saat nanti. Dan fakta di lapangan, saya melihat dinding ini sedang dalam perbaikan karena bocor dan air masuk melalui pori – pori dinding batu. Daya Tahan Untuk melihat seberapa kuat bangunan menghadapi ancaman – ancaman seperti iklim, hama dan serangan lainnya. Dampaknya dapat ditentukan oleh karakteristik material yang digunakan, termasuk kemampuannya dalam menyerap air, serta profil permukaan dinding terluar bangunan, orientasi, tekstur dan warna. (Introduction to Building, Derek Osbourn). Pencahayaan dan Pengudaraan Pencahayaan dalam gedung berasal dari sinar matahari yang menembus bagian dinding kaca fasad, terdapat di area lounge, ruang baca, sidang dan ruang komputer 15 Universitas Indonesia
Penggunaan material..., Dewi Y Hasibuan, FT UI, 2013.
berupa skylight, dan dari penyediaan lampu di semua titik plafon. Dilihat melalui tabel 2.2, daylight factor minimum untuk sebuah ruang sebesar 2 %. Pengudaraan bangunan semuanya disuplai dengan pengudaraan buatan menggunakan AC. Tidak adanya bukaan membuat angin tidak bisa masuk dalam bangunan. Cukup sejuk, namun memakan daya listrik yang besar untuk penggunaan AC nya, sehingga lebih boros. Dilihat melalui tabel 2.4 untuk ruang kerja, besar aliran udara minimum yang diterima tiap orang sebesar 22,6 m³ per hour per person. Landscape Pemandangan keluar gedung yang disediakan oleh gedung ini ialah pohon besar yang terletak di pusat lengkungan bangunan yang dikelilingi oleh amphitheater. Landscape memberikan batasan fisik antara ruang dalam perpustakaan berupa ruang – ruang fungsional dan ruang luar berupa amphitheater. Selain itu pohon tersebut berfungsi sebagai pelindung dari air, angin dan silau dari luar. Dan tingginya dapat mencapai lantai 3 bangunan perpustakaan dengan tinggi ± 15 meter. Sehingga warna hijau dari pohon rindang tersebut dapat menjadi kesejukan tersendiri ketika sudah lelah menatap laptop atau membaca buku. V.
Kesimpulan
Ketika mendesain bangunan, perancang memiliki pendekatan yang berbeda - beda untuk merancang. Pendekatan tersebut digunakan untuk memberikan ciri khas rancangan perancang tersebut. Pendekatan yang dimaksud ialah lebih ke aspek apa yang biasa si perancang tonjolkan. Aspek tersebut, antara lain: pendekatan fungsi ruang, pendekatan tektonik, pendekatan dekontruksi, hingga estetika. Mungkin sebutan pendekatan estetika kurang enak didengar, namun ketika estetika berdampak buruk pada kinerja bangunan maka pendekatan estetika bisa saja menjadi aspek utama perancang ketika merancang tanpa memperhatikan aspek lainnya yang dapat menurunkan kinerja bangunan itu sendiri. Dari analisa studi kasus yang saya bahas, saya mendapat kesimpulan bahwa keputusan arsitek untuk menggunakan material batu andesit dan kaca sebagai eksterior bangunan kurang tepat. Dengan bentuk bangunan yang miring dan fasad yang berbentuk kulit tanpa ada kanopi, membuat konsep desain gedung perpustakaan bermasalah. Air hujan yang turun langsung menghantam bagian fasad yang terdiri dari batu andesit dan kaca tersebut dan menyebabkan bocor di banyak ruang di dalam bangunan, yang paling terlihat ialah di area lounge starbucks. Bocor yang terjadi di lounge starbucks itu disebabkan oleh posisi bangunan yang ekstrim dan sangat rentan atau tidak kuat terhadap kondisi lingkungan sekitar seperti faktor cuaca dan iklim. Yang berikutnya ialah penggunaan rumput sebagai fasad belakang gedung. Arsitek telah melakukan survey dan analisa dampak dari penggunaan material tersebut dan telah diaplikasikan ke dalam desainnya sebelum perpustakaan dan berhasil. Namun kenapa ketika diaplikasikan di perpustakaan gagal? Hasil wawancara saya dengan salah satu pengelola gedung mengatakan bahwa kesalahan terjadi pada metode konstruksi ketika roof garden tersebut dibangun. Roof garden yang saat ini menyebabkan bocor di beberapa titik, seharusnya dalam tiap jarak tertentu dari luas roof keseluruhan terdapat penyokong untuk menahan beban yang terjadi ketika air hujan turun dan membuat struktur tanah di dalamnya turun. Kesalahan yang terjadi saat ini ialah tidak adanya penyokong membuat tanah dan air langsung terjebak di bagian paling bawah roof dan menyebabkan bagian tersebut bocor karena menahan beban yang cukup besar. 16 Universitas Indonesia
Penggunaan material..., Dewi Y Hasibuan, FT UI, 2013.
Iklim merupakan faktor utama yang harus diperhatikan perancang jika ingin hasil rancangannya dapat selaras dengan lingkungan dan bertahan lebih lama. Kita tidak bisa terpisah dari alam, kita harus menyatu dengannya karena dengan begitulah kita dapat bertahan lebih lama. Iklim merupakan salah satu faktor yang membedakan orientasi setiap bangunan pada setiap wilayah yang ada di bumi. Bentuk bangunan satu dengan lainnya berbeda karena iklim setiap tempat memerlukan perlakuan yang berbeda beda. Ada yang untuk bertahan dari badai salju, angin, hujan hingga gempa. Untuk di Indonesia yang beriklim tropis. Maka ada dua hal yang diperhatikan berkaitan dengan faktor iklim,, yakni; panas dan hujan. Dalam studi kasus didapatkan bahwa arsitek kurang memanfaatkan dan mengantisipasi akan pengaruh dari aspek iklim tersebut. Dari keseluruhan fasad bangunan, tidak ada bukaan yang memanfaatkan ventilasi alam dari luar sehingga daya listrik yang digunakan makin besar. Sedangkan bangunan yang baik ialah bangunan yang dalam pengoperasiannya ekonomis. Pada ruang apung, material fasad yang digunakan ialah kaca, tujuannya untuk meng-capture view danau di bagian luar. Namun karena tidak memperhatikan iklim sekitar yang panas hampir dari jam 7 pagi hingga jam 5 sore, maka kebutuhan akan pendingin ruangan, menjadi lebih besar dan boros. Daftar Pustaka DK Ching, Francis. 1943. Architecture. Form, Space and Order. New York: John Wiley & Sons, Inc. Osbourn, Derek. 1985. Introduction to Building. Great Britain: Mitchell Publishing Company Limited. Krier, Rob. 1983. Elements of architecture. Great Britain:Architectural Design. Latimer, Karen & Hellen Niegaard. 2007. IFLA Library Guidelines: Developments and Reflections. Munchen: Walter de Gruyter.
17 Universitas Indonesia
Penggunaan material..., Dewi Y Hasibuan, FT UI, 2013.
18 Universitas Indonesia
Penggunaan material..., Dewi Y Hasibuan, FT UI, 2013.