Penggunaan Kartu Konsep W and H Question untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran Sejarah Mugiyatno
Abstract: This study was held on February until July 2006. It was aimed at increasing the achievement of History subject by using concept cards of W and H Question. The subjects of this research were the students of SMP Negeri 11 Balikpapan. The result of this research showed that the use of W and H question concept cards was very suitable to apply in History teaching on the material of ‘Kingdoms in Indonesia’, by modifying the material concept or card so it will encourage students to study History. Key Words: Concept Cards, W and H Question
Pemilihan strategi kegiatan belajar mengajar yang tepat, baik ditinjau dari efek instruksional maupun efek pengiring akan memberikan pengalaman belajar siswa untuk mewujudkan pembangunan manusia Indonesia yang berkompetensi jasmaniah dan rohaniah. Hal ini dapat dilaksanakan secara konsisten dan kontinu apabila guru memiliki wawasan kependidikan yang mantap dan menguasai pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Penerapan CBSA dengan pendekatan keterampilan proses akan memberikan peranan tanggung jawab yang seimbang, selaras antara guru dan siswa di dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian diharapkan secara kumulatif akan terpupuk sikap pola pikir dan perilaku kreatif, inovatif, kritis serta berkemampuan awal sebagai ilmuwan dan ciri lain dari manusia Indonesia sesuai dengan tujuan umum pendidikan nasional seperti mandiri, bekerja keras, demokratis, dan bertanggung jawab. Untuk itu perlu dirancang berbagai strategi belajar mengajar yang kaya dan bermakna bagi peserta didik. Seiring hal tersebut, pemberian prakarsa dan tanggung jawab sedini mungkin dan kemampuan belajar mandiri yang terus menerus akan sangat penting dalam upaya membangun diri sendiri. Dengan upaya yang inovatif dan berkelanjutan dalam sistem
pendidikan dan pembelajaran diharapkan dapat mewujudkan suatu masyarakat belajar, sebagai upaya penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong dilakukannya perubahan dan pembaruan sistem pendidikan. Pembaruan tingkat satuan pendidikan akan terkait erat dengan inovasi pembelajaran. Suatu kegiatan pembelajaran yang akan berlangsung di depan kelas kelas bukan semata-mata berdasarkan kemauan guru saja, tetapi harus melihat berdasarkan kebutuhan peserta didik dalam belajar. Tidak ada satupun metode maupun model pembelajaran yang paling baik dan tepat untuk mata pelajaran apapun termasuk IPS Sejarah. Hal ini terjadi karena tiap-tiap metode dan model mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Pembelajaran sejarah yang didominasi dengan ceramah kurang menarik minat siswa untuk belajar sejarah. Kenyataan ini perlu adanya pengkajian secara menyeluruh dari berbagai aspek yang perlu dijadikan solusi. Dalam komponen pendidikan aspek material, manusia, kurikulum dan metode bersifat saling menunjang. Salah satu dari aspek tersebut lemah maka output yang dihasilkan tidak
Mugiyatno adalah Guru IPS-Selajarah SMP Negeri 11 Balikpapan 30
Mugiyatno, Penggunaan Kartu Konsep W and H Question untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran Sejarah
akan maksimal. Manusia dalam hal ini guru dan siswa mempunyai peran yang sangat penting dalam tercapainya sebuah tujuan pembelajaran. Gaya belajar yang digemari adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan di sekolah dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Setiap orang mempunyai cara yang optimal dalam mempelajari informasi baru. Yang perlu kita pahami adalah murid perlu diajarkan cara-cara yang lain dari metode mengajar standar. Cara belajar banyak dipengaruhi oleh faktor fisik, emosional, sosiologis dan lingkungan. Sebagian siswa misalnya belajar sambil mendengarkan musik sedangkan yang lain tidak dapat konsentrasi kecuali dalam ruangan yang sepi. Ada siswa lain belajar berkelompok sedangkan yang lain memilih adanya figur otoriter dari guru dan orang tua. Sementara yang lain lagi merasa bahwa bekerja sendirilah yang paling efektif bagi mereka. Dalam penangkapan materi pelajaran siswa tertentu tertarik dengan pola menggunakan media permainan, namun siswa lebih tertarik dengan keseriusan membaca buku pelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran tidak terlepaskan dari skenario guru dalam membimbing anak ke dunia belajar, karena pembimbingan adalah kemampuan untuk membantu pertumbuhan dalam meraih sukses. Pembimbingan pengajaran adalah proses menggunakan pertanyaan, mendengarkan aktif sehingga menghasilkan sesuai yang direncanakan sebelumnya. Otak mengambil informasi campuran gambar, bunyi, aroma, pikiran dan perasaan dan memisahkan ke dalam linier, misal pidato dan karya tulis. Dengan beberapa temuan tersebut maka guru dituntut untuk menampilkan modelmodel pembelajaran yang dapat memudahkan siswa dapat menyerap materi pelajaran. Dalam upaya mewujudkan pengajaran yang medidik, perlu dikemukakan bahwa setiap keputusan dan tindakan guru dalam rangka kegiatan belajar. Sehingga peran guru dalam kelas merupakan sutradara yang mengatur skenario kegiatan belajar mengajar yang melibatkan seluruh peserta didik sehingga tercapai tujuan yang telah ditetapkan oleh sang sutradara (guru). Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kecakapan siswa dalam belajar. Kecakapan pada hakikatnya dapat dipandang sebagai sekumpulan kebiasaan yang terkoordinasi, apa yang kita pikirkan, rasakan dan kerjakan, agar suatu tugas terlaksana
31
(Ary Ginanjar, 2001). Pendapat ini sekiranya bisa menegaskan bahwa suatu kecakapan bukanlah hanya suatu pemahaman, tetapi merupakan metode internalisasi kebiasaan dan karakter. Kecakapan siswa dalam pembelajaran dapat kita amati mulai awal kegiatan pembelajaran tingkat pre test, proses pembelajaran sedang berlangsung , tingkat post test maupun evaluasi yang lain. Sehingga akan nampaklah hasil pemahaman terhadap konsep dan penerapan yang dilakukan siswa. Potensi manusia dan kemampuan yang dimiliki semua anak untuk belajar dan berprestasi merupakan suatu hal yang penting diperhatikan. Aspek-aspek keteladanan mental dan penampilan dalam pengajaran di depan kelas berdampak besar terhadap iklim belajar yang akan membentuk pola pemikiran pelajar yang diciptakan guru. Guru harus memahami bahwa perasaan dan sikap siswa akan terlibat dan berpengaruh kuat pada proses pembelajaran (Caine dan Caine, 1977). Peranan guru dalam memilih model pembelajaran di kelas sangat menentukan suasana kesuksesan proses kegiatan belajar mengajar. Sehingga untuk menarik siswa terhadap pengajaran guru harus membangun hubungan dengan menjalin rasa simpati dan saling pengertian. Hubungan baik akan membangun jembatan menuju suasana belajar yang bergairah, membuka jalan memasuki dunia baru mereka, minat kuat, keberhasilan dan kemampuan berpendapat (DePorter dan Reardon, 2000). Dengan adanya hubu-ngan jalinan simpati yang diciptakan dalam diskusi kelas, bertanya jawab akan memudahkan pengelolaan kelas. Menarik suasana belajar, kegembiraan, keseri-usan dan tercapainya tujuan pembelajaran. Sumber daya siswa mempunyai hierarki dengan karakteristik multi aspek dari kecerdasan praktis untuk sekolah atau Practical intelligence for school (PIFS) profil tinggi, sedang, atau rendah.(Gardner, 2003). Siswa dengan profil tinggi dan rendah amat bervariasi dalam kesadaran mereka dan penggunaan strategi untuk belajar, di samping keandalan mereka mencari bantuan. Siswa dengan profil tinggi memahami kekuatan dan kelemahan mereka dengan mengubah-ubah pendekatan mereka pada obyek yang berbeda sesuai dengan keperluan. Mereka meminta kepada guru, teman, orang tua dan siswa yang lebih tua untuk memberi motivasi, kritik dan instruksi. Siswa profil rendah
32
JURNAL PENDIDIKAN INOVATIF VOLUME 2, NOMOR 1, SEPTEMBER 2006
sebaliknya menganut strategi yang lebih global, mencoba lebih sungguh-sungguh dan belajar lebih tekun. Akhirnya siswa yang profil tinggi memperlihatkan rasa yang kuat memahami diri mereka sendiri sebagai pelajar. Sedangkan siswa profil rendah sering mendukung sudut pandang disipliner. Belajar merupakan proses berubahnya perilaku sebagai akibat pengalaman. Perubahan penambahan ilmu pengetahuan, kecakapan, keterampilan, pengertian dan minat peserta didik merupakan bentuk evaluasi hasil belajar yang pelaksanaannya senantiasa berpegang pada tiga prinsip keseluruhan, kesinambungan dan obyektifitas. Evaluasi hasil belajar itu tidak boleh dilakukan secara terpisah atau sepotong, melainkan harus dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh. Dengan kata lain evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri siswa sebagai makluk hidup. Dalam hasil belajar yang diharapkan dalam penelitian ini di samping dapat mengungkapkan aspek berfikir (cognitive domain) juga mengungkapkan aspek nilai dan sikap (affective domain) dan aspek keterampilan (psychomotor domain) Hasil belajar merupakan perubahan sikap pada siswa yang bersifat pemahaman konsep (kognitif) dan penerapan dapat diukur secara kualitatif dengan menampilkan skor dan nilai perolehan keseluruhan evaluasi. Data yang akan di analisis merupakan perolehan nilai proses (hasil diskusi) dan nilai ulangan. Dalam evaluasi kurikulum KBK hasil belajar siswa pelajaran IPS memuat dua aspek penilaian yakni pemahaman konsep dan penerapan. Dua aspek ini dapat diambil penilaiaan selama berlangsung diskusi yang merupakan penerapan dan hasil ulangan harian yang merupakan pemahaman konsep. Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti akan meninjau dari segi penyampaian materi pembelajaran dalam bentuk model pembelajaran. Model pembelajaran dengan metode diskusi dengan menggunakan media belajar kartu konsep. Kartu ini memuat konsep materi sesuai dengan karakter pembelajaran sejarah yang terkait dengan kalimat tanya: apa, kapan, dimana, siapa, mengapa, dan bagaimana. Dengan kerja sama kelompok akan memungkinkan perolehan informasi pelajaran semakin banyak dan mudah dimengerti. Kartu kon-
sep ini sangat cocok diterapkan dalam pengajaran sejarah terutama pada materi kerajaan-kerajaan yang banyak menuntut untuk dapat menjawab kalimat tanya tersebut. Untuk itu penggunaan kartu konsep W and H Questions dalam pembelajaran sejarah pada kompetensi dasar kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia dapat diterapkan sebagai alternatif dalam pengajaran agar tujuan pembelajaran tercapai. Kartu merupakan media grafis bidang datar yang memuat tulisan, gambar, dan simbol tertentu. Dalam fungsi media pembelajaran Kartu dapat dibuat dengan berbagai bentuk dan model. Konsep adalah suatu wujud dari kemampuan akal dalam membentuk gambaran baru yang bersifat abstrak berdasarkan atas data atau fakta-fakta konkret sehingga manusia dapat merekonstruksi atau membuat suatu gambaran atau pun mempersiapkannya (Kasdi,1991) Kartu konsep yang dimaksud adalah media kartu yang memuat tulisan konsep materi sejarah yang terkait dengan kalimat tanya: apa, dimana, siapa, kapan, mengapa, dan bagaimana, sehingga kartu ini diberi sebuta kartu konsep W and H Question. Kartu konsep hampir menyerupai bagan yang memuat satu daftar secara sistematis, herarkis, dan kronologis sebagai media yang menampung banyak data, konsep, fakta maupun deretan angka tahun dengan peristiwanya. Berbeda dengan bagan, kartu konsep ini memuat sebuah data dan konsep yang mengacu pada tiga unsur penting sejarah yang meliputi manusia, ruang, dan waktu. Tidak jarang karena daya abstraksi siswa yang terbatas, mereka mengalami kesulitan tatkala berhadapan dengan materi bacaan yang memuat data sedemikian banyak. Guna memudahkan siswa belajar maka data atau konsep materi pelajaran dituangkan dalam kartu dengan menyusun fakta berdasarkan kalimat tanya (question): what did happen, who did do, how did happen, when did happen, where did happen, dan why did happen.
METODE Populasi penelitian ini partisipan mengambil tempat pada SMP Negeri 11 Balikpapan. Waktu penelitian berlangsung selama 6 bulan di Semester II, mulai bulan Pebruari 2006 sampai Juli 2006.
Mugiyatno, Penggunaan Kartu Konsep W and H Question untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran Sejarah
Hal ini dilakukan menyesuaikan dengan kompetensi dasar yang telah disusun di silabus relevan dengan bahasan yang sedang di teliti. Populasi siswa SMP 11 Balikpapan terbagi dalam 18 rombongan kelas belajar dengan rincian, kelas 9 berjumlah 6 kelas, kelas 8 berjumlah 6 kelas, dan kelas 7 berjumlah 6 kelas. Sampel yang akan diteliti adalah kelas IC. Pada kelas rendah ini siswa perlu diberikan pemahaman konsep da-sar belajar sejarah, kegunaan sejarah dengan fakta-fakta dasar peristiwa sejarah. Pola belajar metode diskusi dengan media perlu dikondisikan mulai kelas 7. Dalam satu rombongan kelas belajar yang dijadikan sampel meliputi 38 siswa yang merupakan kelas campuran dan bukan kelas unggulan. Penelitian ini dirancang dengan langkahlangkah sebagai berikut: (1) Membuat langkahlangkah kegiatan belajar dengan metode diskusi. (2) Menetapkan batasan materi kerajaan Islam di Indonesia sebanyak 4 kerajaan. (3) Menuliskan konsep materi pelajaran dalam kartu, satu kerajaan dengan 6 data what, where, when, who, why, dan how. (4) Memasukkan data atau konsep materi esensial tentang kerajaan tersebut sesuai kapasitas kartu. (5) Mencetak kartu data pada kertas kafer, satu lembar berisi 10 kartu (2 Kerajaan) sehingga satu kelompok memerlukan dua lembar kertas kafer. (6) Mengkopi lembaran kartu konsep sebanyak 5 rangkap dengan warna yang berbeda untuk masing-masing kelompok. (7) Menggunting hasil cetakan sehingga menjadi kartu data atau konsep. (8) Mengelompokan kartu konsep sesuai dengan warna kertas yang dipakai. (9) Kartu konsep siap dipakai sesuai karakter pertanyaan pada pojok kiri atas. Pelaksanaan dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Pastikan pada anak sudah siap dengan materi yang akan dipelajari dengan memberi tugas membaca buku materi kerajaan-kerajaan Islam di rumah. (2) Kelas dibagi menjadi 5 kelompok masing-masing kelompok terdiri 8 siswa, tiap kelompok mendapatkan petunjuk langkah-langkah pelaksanaan diskusi. (3) Masing-masing Kelompok mendapatkan 24 kartu konsep yang berbeda warna. (4) Materi konsep yang tercantum dalam kartu memiliki kesamaan sesuai dengan cakupan materi yang akan dipelajari pada pertemuan tersebut. Tahapan Pembelajaran yang harus dilaku-
33
kan: (1) Mengurutkan kata tanya what, where, when, who, why, dan how secara benar sehingga merangkai menjadi karakteristik Kerajaan tertentu. (2) Membuat sebuah cerita singkat dalam buku catatan tentang kerajaan-kerajaan tersebut dengan 5 kata tanya yang telah disusun. (3) Mempresentasikan di depan kelas secara individu salah satu kerajaan yang ditunjuk secara acak. Selanjutnya peneliti melakukan observasi dengan menggunakan instrumen penelitian yaitu, (1) kartu konsep W and H, (2) lembar petunjuk pelaksanaan diskusi, (3) lembar kerja kelompok, (4) lembar pengamatan diskusi dengan menggunakan catatan-ca-tatan, (5) lembar penilaian tugas, dan (6) ulangan harian. HASIL Hasil prestasi belajar siswa akan terlihat dari hasil nilai diskusi setelah dibulatkan yang kemudian diujikan dalam ulangan harian. Perbandingan antara hasil nilai diskusi dengan hasil nilai ulangan harian dengan menggunakan kartu konsep yang diikuti oleh 38 siswa dalam kompetensi dasar kerajaan-kerajaan bercorak Islam dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1 Hasil Prestasi Siswa No
Aspek Nilai
1 2 3 4 5
Rata-rata Skor Tertinggi Nilai Terendah Nilai > 60 Prosentase
Hasil Diskusi 69.21 81 56 34 89.47%
Hasil Ulangan 69.47 90 55 35 92.11%
Catatan Naik Naik Turun Naik Naik
Dari tabel maka terlihat peningkatan yang cukup signifikan dari seluruh aspek penilaian pembelajaran sejarah dalam diskusi menggunakan kartu konsep W and H question. Dengan penggunaan kartu konsep nilai rata-rata naik 0,26, nilai tertinggi naik 9 angka, nilai terendah telah mencapai 55 terdapat penurunan 1 angka dan belum mencapai standar ketuntasan 60 yang berarti 3 orang harus diremidial. Persentase keberhasilan menunjukkan ada peningkatan 2.64 %. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kartu konsep W and H dalam diskusi sangat menunjang proses pembelajaran seja-
34
JURNAL PENDIDIKAN INOVATIF VOLUME 2, NOMOR 1, SEPTEMBER 2006
rah yang berpengaruh pada hasil ulangan harian.
pembelajaran terletak pada keaktifan, konsentrasi, ketelitian, perhatian, dan kerja sama.
KESIMPULAN Tercapaianya Indikator keberhasilan baik nilai hasil diskusi dan nilai hasil ulangan harian yang ditetapkan sebesar 85% mendapatkan nilai 60 (sesuai standar ketuntasan yang ditetapkan untuk pelajaran IPS) telah terlampaui mencapai 91 %. Terdapat korelasi yang positif signifikan antara nilai hasil diskusi dengan nilai hasil ulangan menunjukkan penggunaan kartu konsep berpengaruh dalam pencapaian hasil belajar siswa, mata pelajaran sejarah materi kerajaan-kerajaan bercorak Islam di Indonesia. Penggunaan kartu konsep W and H question sangat cocok diterapkan dalam pengajaran sejarah di Indonesia dengan memodifikasi konsep materi maupun kartu sehingga akan lebih merangsang siswa untuk belajar sejarah. Keberhasilan strategi pembelajaran ini pada siswa sangat nampak pula dalam kegiatan belajar mengajar yang menambah motivasi dan membangkitkan minat belajar anak. Variasi strategi pembelajaran harus sesering mungkin dilaksanakan dikelas untuk menciptakan suasana yang baru. Keberhasilan strategi
DAFTAR PUSTAKA Agustian, A. G. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual. Jakarta: Argo Atmadi, A. 2000. Transformasi Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius (IKAPI) Depdiknas. 2004. Standar Kompetensi. Jakarta: Depdiknas DePorter, B dan Reardon, M. 2000. Quantum Teaching. Bandung: Mizan Media Utama Gardner, H. 2003. Multiple Intelligences. Batam: Interaksara Hegel, G.W.F. 2005. Nalar dalam Sejarah. Bandung: Mizan Publika Sudijono, A. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Graifindo Persada. Sudjana, H.D. 2000. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production. Suparman. 1994. IPS Sejarah. Solo: Tiga Serangkai. Tirtarahardja, U. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta