PENGGUNAAN ANALISIS KOEFISIEN KORELASI DAN REGRESI GANDA DALAM SISTEM PENERIMAAN MAHASISWA BARU UNTUK PENJAMINAN MUTU LULUSAN PERGURUAN TINGGI Yeni Nuraeni Abstract Student admissions process at a college is a mechanism to control the input quality. More over, this admissions process can also be used to predict the output or graduates from these universities. A university must have a reliable strategy to determine standard requirement of new students who are eligible to participate in its university. Therefore, the university graduates could achieve a certain standard in accordance with quality standards that have been established nationally and internationally. University X has been applying 3 (three) stages of selection processes from the academic year 2000/2001 to 2007/2008 academic year. Those three processes are tests of academic potential, interviews and psychological tests. This research aims to conduct scientific studies of correlation between tests component to examined the new students and quality of graduates produced. This research is using statistical methods of correlation analysis and double-regression coefficient. The results will be used to evaluate and to improve the new admissions system in order to maintain quality of graduates. Keywords : Correlation analysis and double-regression coefficient, quality assurance sistem for university graduation
Pendahuluan Latar Belakang Sebuah perguruan tinggi harus memiliki standar, fokus dan komitmen yang tinggi terhadap mutu penyelenggaraan akademik (pendidikan, penelitian, dan pelayanan/pengabdian kepada masyarakat) dalam rangka memberikan kompetensi yang dibutuhkan mahasiswa untuk menjadi lulusan yang mampu bersaing. Mutu mahasiswa dan lulusan terkait erat dengan mutu calon mahasiswa. Sebuah perguruan tinggi harus memiliki sistem seleksi yang andal, akuntabel, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholders). Standar mutu mahasiswa dan lulusan yang disusun oleh sebuah perguruan tinggi harus mencakup segala urusan yang berkenaan dengan upaya untuk memperoleh mahasiswa yang bermutu tinggi salah satunya melalui sistem rekrutmen/seleksi mahasiswa baru. Sebuah Universitas yang berkualitas tentunya dimulai dari sistem rekrutmen mahasiswa baru yang baik dan berkeadilan buat semua pihak. Rekrutmen calon mahasiswa merupakan salah kunci utama untuk mendapatkan mahasiswa dan lulusan perguruan tingggi yang berkualitas dan memenuhi standar kompetensi yang diharapkan. Prestasi mahasiswa
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 1, April 2010: 59-76
selama mengikuti pendidikan maupun setelah menyelesaikan pendidikan program S1-nya juga merupakan salah satu butir penjaminan mutu perguruan tinggi yang ditentukan oleh badan akreditasi nasional (BAN – PT) maupun internasional. Elemen penilaian mutu mahasiswa dan lulusan berdasarkan standar BAN-PT tahun 2008 diantara berhubungan dengan sistem rekrutmen dan seleksi calon mahasiswa sbb : • Kebijakan sistem rekrutmen dan seleksi calon mahasiswa (mencakup mutu prestasi dan reputasi akademik serta bakat pada jenjang pendidikan sebelumnya, equitas wilayah, kemampuan ekonomi dan jender) dan pengelolaan lulusan dan alumni (mencakup layanan alumni, peran dalam asosiasi profesi atau bidang ilmu, dukungan timbal balik alumni). • Keefektifan implementasi sistem rekrutmen dan seleksi calon mahasiswa untuk menghasilkan calon mahasiswa yang bermutu yang diukur dari jumlah peminat, proporsi pendaftar terhadap daya tampung dan proporsi yang diterima dan yang registrasi (Depdiknas, 2008). Sistem rekrutmen mahasiswa yang berkualitas harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut (Dikti, 2008): 1. Penerimaan calon harus disesuaikan dengan permintaan nyata di lapangan dengan menggunakan prinsip supply and demand sehingga tidak ada lulusan yang tidak mendapat pekerjaan. 2. Mengutamakan kualitas calon mahasiswa dengan menentukan batas kelulusan minimal menggunakan acuan yang disesuaikan dengan standar kompetensi lulusan pada program studi yang bersangkutan, ini berarti bahwa calon mahasiswa hanya . akan diterima jika memenuhi persyaratan lulus minimal dan bukan berdasarkan alasan lain. Hanya calon terbaik yang dapat diterima. 3. Untuk memenuhi prinsip 1 dan 2 di atas maka penerimaan mahasiswa baru perlu dilakukan bekerjasama dengan stakeholders/pengguna lulusan. Kerjasama ini perlu dilakukan menyangkut jumlah calon, kualifikasi dan keahlian, sesuai dengan mata kuliah yang dibina dan benar-benar diperlukan. 4. Agar mendapatkan calon yang berkualitas tinggi maka proses penerimaan harus dilakukan berdasarkan metode yang telah diuji secara ilmiah, dilaksanakan secara fair, terbuka dan bertanggung jawab. 5. Rekrutmen dilakukan dengan: a. Seleksi administrasi b. Seleksi penguasaan bidang studi melalui tes penguasaan bidang studi yang akan diajarkan. c. Tes Potensi Akademik. d.Tes Penelusuran minat dan bakat melalui wawancara dan observasi kinerja e.Penguasaan/kemampuan bahasa Inggris (English for academic purpose) disesuaikan dengan mata pelajaran yang akan diajarkan. f. Tes kepribadian melalui wawancara/inventory. 60
Yeni Nuraeni Penggunaan Analisis Koefisien Korelasi dan Regresi Ganda Dalam Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru
Setiap tahun, sebuah universitas mengadakan penerimaan mahasiswa baru. Umumnya seleksi mahasiswa dilakukan berdasarkan nilai tes yang diperoleh calon mahasiwa setelah mengikuti serangkaian tes yang ada. Jika memenuhi kriteria maka calon mahasiswa tersebut diterima dan dapat mengikuti kuliah. Setiap akhir semester mahasiswa akan memperoleh nilai yang menunjukkan prestasi akademik yang diraihnya. Pertanyaan yang muncul, apakah ada hubungan antara nilai tes masuk calon mahasiswa dengan prestasi akademik yang diperolehnya setelah yang bersangkutan diterima. Untuk menganalisis hubungan antara nilai tes masuk calon mahasiswa dengan prestasi akademik, dalam hal ini digunakan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), dapat digunakan analisis statistik seperti analisis korelasi dan regresi. Dengan analisis korelasi dapat diketahui seberapa besar kekuatan hubungan antara variabel-variabel tersebut yang dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi sedangkan dengan analisis regresi dapat diketahui bagaimana bentuk hubungan antara variabelvariabel tersebut dalam bentuk persamaan regresi (Erinaldi, 2007). Rumusan Masalah Kesempurnaan sistem rekrutment mahasiswa baru ditentukan dari evaluasi diri yang dilakukan secara terus menerus terhadap metode yang telah digunakan dan dilanjutkan dengan upgrade sistem tersebut ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, penelitian terhadap sistem perekrutan mahasiswa baru sebagai input dalam proses pendidikan diperguruan tinggi merupakan suatu keharusan sebagai salah satu upaya untuk penjaminan mutu mahasiswa dan lulusannya. Secara khusus penelitian ini diarahkan untuk menjawab rumusan masalah, yaitu; Apakah tes potensi akademik, tes psikologi dan tes wawancara yang selama ini digunakan oleh Universitas X dalam proses rekrutment mahasiswa berkorelasi positif dengan IPK yang dicapai mahasiswa ketika berhasil penyelesaikan pendidikan S1–nya. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Melakukan evaluasi terhadap sistem rekrutment mahasiswa baru yang selama ini digunakan oleh Universitas X untuk dapat melakukan perbaikan di masa yang akan datang 2. Untuk menguji hubungan positif antara tes potensi akademik, tes psikologi dan tes wawancara terhadap hasil IPK mahasiswa ketiga lulus program S1 3. Untuk menilai tingkat konsistensi pengaruh variable amatan terhadap hasil penelitian. Adapun manfaat dari penelitian adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap upaya perbaikan proses rekrutement mahasiswa baru dalam rangka 61
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 1, April 2010: 59-76
memperbaiki mutu mahasiswa dan lulusan 2. Bahan dalam menyusun langkah strategis untuk pengambilan kebijakan perekrutan mahasiswa yang berkualitas 3. Bermanfaat dalam upaya mempersiapkan dan mengadakan input mahasiswa yang potensial, yang sudah teruji dari sisi potensi akademik dan non akademik, sehingga dalam proses pendidikan dapat berjalan dengan baik. Tinjuan Pustaka Konsep Seleksi Mahasiswa Baru Meneliti dan mempertimbangkan berbagai sumber informasi akademik dan non akademik sebelum memutuskan seorang kandidat dapat diterima atau ditolak sebagai mahasiswa PTN/PTS merupakan keharusan ilmiah. Setiap keputusan yang dibuat tentang siswa/calon mahasiswa seharusnya berdasar pada berbagai sumber informasi dari sejumlah hasil penilaian sehingga keputusan yang dibuat dapat memenuhi asas keadilan (fairness). Setiap instrumen penilaian pada umumnya hanya mampu mengukur kemampuan calon mahasiswa secara terbatas (representasi kemampuan mahasiswa), selain itu setiap instrumen penilaian hanya digunakan untuk tujuan tertentu. Itu sebabnya setiap keputusan tentang calon mahasiswa akan menjadi lebih adil (valid dan reliable) apabila didasarkan pada hasil bermacam-macam pengukuran dan penilaian (multiple measures). Secara pedagogis, sistem penilaian pendidikan tinggi (termasuk ketentuan tentang kelulusan dan seleksi) harus dibangun dengan memperhatikan kebutuhan dan perkembangan mahasiswa. Keputusan kelulusan hendaknya selalu dibuat setelah memperhatikan dan mempertimbangkan seluruh aspek yang berkaitan dengan pencapaian akademis dan nonakademis mahasiswa. Soal-soal yang disusun untuk ujian masuk PTN/PTS diambil dari materi dan domain skills yang dipandang sangat dibutuhkan bagi kandidat untuk belajar di PTN/PTS. Materi soal yang digunakan harus mampu menggali (elicit) kemampuan akademik dan applied thinking skills yang paling dibutuhkan untuk belajar di PTN/PTS. Lebih dari itu, hasil ujian masuk PTN/PTS diharapkan akan dapat memberikan kesimpulan bahwa siswa yang berhasil lolos memiliki kemampuan akademis, berpikir kritis, dan analisis yang sangat diperlukan dalam belajar di perguruan tinggi (Like, …). Metode Tes Penerimaan Mahasiswa Baru a. Tes Pencapaian / Achievement Test Terkait proses belajar mengajar, ujian dapat dipandang sebagai upaya pengukuran, tujuannya mengukur beberapa aspek terkait hasil proses belajar mengajar yang telah dijalankan. Bagi setiap aspek yang ingin diketahui, diperlukan alat ukur berupa soal ujian yang berbeda. Misalnya 62
Yeni Nuraeni Penggunaan Analisis Koefisien Korelasi dan Regresi Ganda Dalam Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru
untuk mengukur seberapa jauh peserta hafal materi yang telah diajarkan, diperlukan soal ujian berbeda dengan soal ujian yang ditujukan untuk mengetahui seberapa dalam pemahaman atas materi ajar (Susanto, 2008). Penyusunan soal ujian harus dilakukan secara cermat, sejalan dengan tujuan ujian. Ujian yang dilakukan setelah suatu kegiatan belajar mengajar selesai disebut tes capaian (achievement test). Tujuannya mengetahui ketercapaian sasaran pengajaran oleh tiap peserta uji, contohnya Ujian Nasional SMA, yang merupakan tes akhir tahap pendidikan menengah atas. Tes capaian ini harus disusun dengan memerhatikan ruang lingkup bahan ajar tahapan pendidikan menengah atas. b. Tes Ramalan / predictive test Bagi yang berminat melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi umumnya harus ditempuh lagi suatu ujian yang dikenal dengan ujian masuk perguruan tinggi. Tes untuk seleksi masuk ke jenjang pendidikan lebih tinggi pada umumnya memiliki tujuan untuk mengukur kemampuan calon menjalani proses pendidikan, tes ini dikategorikan ke dalam jenis predictive test. Ujian ini tidak dapat digolongkan sebagai tes capaian karena tidak didasarkan atas penyelesaian suatu mata pelajaran, kuliah, atau tahap pendidikan. Selain itu, tes capaian seperti Ujian Nasional (UN) diberikan setelah menjalani suatu tahapan pendidikan. Adapun tes masuk perguruan tinggi justru sebelum menjalani tahapan pendidikan tinggi. Pelaksanaan yang berbeda ini disebabkan perbedaan tujuan tes. Tes yang diberikan sebelum memasuki tahapan pendidikan tinggi disebut tes ramalan (predictive test). Tes ini dirancang untuk mengungkap kepemilikan latar belakang pengetahuan dan kompetensi kognitif yang diperlukan untuk menjalani pendidikan tinggi dengan berhasil. Berbeda dengan tes capaian yang disusun berdasarkan materi pelajaran yang pernah diajarkan, tes ramalan disusun berdasar rincian tentang materi yang perlu diketahui dan kompetensi kognitif yang harus dimiliki agar seseorang dapat menjalani pendidikan di tingkat perguruan tinggi dengan berhasil. Rincian kompetensi kognitif yang pada umumnya menjadi standar perguruan tinggi adalah memahami konsep, menerapkan konsep, melakukan analisis masalah, serta dalam kadar tertentu mensintesis gagasan dan melakukan evaluasi. Berbagai kompetensi kognitif itu dijaring melalui kerja kognitif, dengan peserta dibuat melakukan suatu proses pemecahan masalah, yang disusun sedemikian rupa sehingga hanya dapat dijawab jika dimilikinya kompetensi kognitif bersangkutan. Dengan demikian, tes capaian tidak dapat digunakan sebagai tes ramalan. yang dimaksudkan untuk menentukan tingkat kesiapan peserta didik untuk belajar, dan memprediksi kemajuan yang akan dicapai peserta didik (Susanto, 2008).
63
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 1, April 2010: 59-76
c. Penggabungan antara Tes Pencapaian dan Tes Ramalan Model pengujian yang mengabungkan sekaligus tes penguasaan materi dan pemilikan kompetensi kognitif digunakan lembaga tes terkemuka American College Testing (ACT), demikian pula di Indonesia metode ini digunakan pada ujian Sipenmaru, UMPTN, dan SPMB. Model ujian ini memiliki peran ganda, dimana agar berhasil, peserta harus menguasai materi soal (misalnya materi pelajaran SMA, yaitu bahasa, matematika, serta beberapa cabang bidang IPA dan IPS) dan harus memiliki kompetensi kognitif yang diperlukan (Susanto, 2008). d. Tes Psikologi Tes psikologi juga memiliki sasaran pengukuran, terkait berbagai kompetensi. Hanya, materinya disusun sedemikian rupa sehingga dapat diterapkan pada masyarakat umum. Tes psikologi perlu menggunakan persoalan sederhana, seperti berbagai operasi aritmatika, pembuatannya menjadi sulit karena harus melalui proses uji coba dan pembakuan sesuai norma tertentu, yang menjadikannya amat mahal. Materi tes baku juga harus dijaga jangan sampai tersebar sehingga berkas tes harus ditarik kembali. Mengingat beberapa bagian tes dilakukan dalam rentang waktu terkontrol, pelaksanaannya harus melibatkan tenaga terlatih. Ini mudah dilakukan bagi ujian kelompok kecil, tetapi sulit dijalankan bila ujian melibatkan ratusan ribu peserta (Susanto, 2008). Mengingat informasi yang sama dapat diperoleh melalui ujian yang menggabung penguasaan materi dan kognitif, penggunaan tes psikologi secara bersamaan dalam ujian masuk perguruan tinggi tidak akan banyak menambah informasi, kecuali bila informasinya komplementer, tetapi harus dibayar amat mahal. Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Universitas X SPBM di Universitas X bertujuan memilih calon mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik, kematangan pribadi, kemampuan penalaran, dan potensi untuk dapat mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program sarjana yang sesuai dengan minat dan bakatnya dalam batas waktu yang telah ditetapkan. SPMB Universitas X menyeleksi para calon mahasiswa yang diperkirakan dapat menyelesaikan pendidikan dengan hasil baik dan pada waktu yang telah ditetapkan dengan menggunakan model dimana dalam satu ujian menggabungkan penguasaan materi dan pemilikan kompetensi kognitif. Ujian seleksi meliputi 3 kelompok tes yaitu: A. Tes Potensi Akademik (TPA) Tes Potensi Akademik adalah tes yang biasa diperuntukkan untuk mengukur kemungkinan keberhasilan seseorang apabila yang bersangkutan melanjutkan ke dunia akademik yang lebih tinggi. TPA suatu tes yang diharapkan dapat mengukur dengan tepat kemampuan dan bakat 64
Yeni Nuraeni Penggunaan Analisis Koefisien Korelasi dan Regresi Ganda Dalam Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru
akademis seseorang yang diperoleh selama menempuh pendidikan formal. Universitas X menggunakan TPA sebagai salah satu jenis tes masuk calon mahasiswa dengan pertimbangan TPA memiliki kelebihan dibandingkan alat ukur lain dalam seleksi masuk pendidikan tinggi yang multidisiplin yaitu kemampuannya dalam mengukur potensi/bakat akademis tanpa membedakan latar belakang disiplin ilmu seseorang. Tes ini lebih dititik beratkan untuk menguji kecerdasan calon mahasiswa secara alamiah, bukan sekadar menguji kecerdasan yang bersifat kognitif. TPA yang digunakan oleh Universitas X sebagai ujian saringan masuk memiliki empat jenis soal, yaitu: a) tes verbal atau bahasa, b) tes numerik atau angka, c) tes logika, dan d) tes spasial atau gambar dengan fungsi masing-masing tes dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Tes verbal berfungsi untuk mengukur kemampuan calon mahasiswa dalam bidang kata dan bahasa. Tes ini meliputi tes sinonim (persamaan kata), tes antonim (lawan kata), tes padaan hubungan kata, dan tes pengelompokan kata. 2. Tes angka berfungsi untuk mengukur kemampuan calon mahasiswa dalam penalaran dan pemecahan persoalan secara logis atau masuk akal. 3. Tes logika meliputi tes logik berfungsi untuk mengukur kemampuan calon mahasiswa dalam penalaran dan pemecahan persoalan secara logis atau masuk akal. Meliputi tes logika umum, tes analisa pernyataan dan kesimpulan (silogisme), tes logika cerita, dan tes logika diagram. 4. Sedangkan tes spasial atau tes gambar berfungsi untuk mengukur daya logika ruang yang dimiliki calon mahasiswa. Tes ini meliputi antara lain tes padanan hubungan gambar, tes seri gambar, tes pengelompokan gambar, tes bayangan gambar, dan tes identifikasi gambar. B. Tes Psikologi/Psikotest Psikotest atau Tes Kepribadian yang digunakan sebagai ujian masuk Universitas X dimaksudkan untuk mengukur kepribadian dan kecenderungan atau kecocokan antara program studi yang dipilih dengan kepribadian calon mahasiswa. Tujuan psikotes antara lain untuk menentukan karakteristik-karakteristik kepribadian, minat (interested), sikap (attitude), dan nilai-nilai (value),menguji ketahanan berpikir, konsentrasi dan konsistensi, mengetahui tingkat kemampuan/kecerdasan dan sejauh mana karakteristik kepribadian calon mahasiswa cocok dengan program studi yang dipilih. Adapun komponen-komponen tes psikologi yang diterapkan adalah sebagai berikut : 1. Tes kecerdasan berupa pengukuran : potensi kecerdasan, daya tangkap, penalaran, daya analisis, fleksibilitas berpikir, kemampuan numerikal, daya ingat. 2. Tes kemampuan kerja berupa pengukuran : kapasitas energi, sistematika kerja, ketahanan kerja, ketelitian, hasrat berprestasi. 65
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 1, April 2010: 59-76
3. Tes emosi dan interaksi sosial berupa pengukuran : stabilitas emosi, penyesuaian diri, kepercayaan diri, kemampuan komunikasi, kemandirian, kerjasama. C. Tes Wawancara Berupa penelusuran minat dan bakat disesuaikan dengan program studi yang akan dituju, mengulas tentang kadar potensi dan harapan siswa bersangkutan di masa depan menjadi pertimbangan yang signifikan, meliputi aspek relevansi dan penguasaan bidang ilmu, motivasi, keuletan, dan kompetensi akademik serta permasalahan yang berhubungan dengan latar belakang keluarga dan lingkungan tempat tinggal dari calon mahasiswa. Metodologi Penelitian Penelitian ini ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut : 1 . Pemahaman domain Ingin menggali apakah ada asosiasi antara nilai tes masuk calon mahasiswa dengan, prestasi akademik yang diraih setelah mahasiswa tersebut diterima hingga menyeselesaikan pendidikan S1-nya. 2. Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Stratified Random Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan terlebih dahulu membagi populasi menjadi kelas-kelas atau sub populasi yang kemudian setiap sub populasi diambil sampelnya secara random (Susanto, 2008). Di Universitas X terdapat terdapat 351 lulusan S1 dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007. Dari 351 orang lulusan tersebut dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan nilai IPK saat kelulusannya. Dari masing-masing kelompok diambil sample secara random sehingga jumlah sampel seluruhnya adalah 50 orang. Pengambilan sampel sebanyak 50 orang didasari oleh pendapat Arikunto yang menyatakan “Jika jumlah subjek penelitian besar, sampel dapat diambil antara 10 - 15% atau 20 - 25% dari jumlah populasi”. Data sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 1 berikut : Tabel 1 : Sampel Lulusan berdasarkan Pengelompokan Nilai IPK
Sumber : Biro Akademik Universitas X 66
Yeni Nuraeni Penggunaan Analisis Koefisien Korelasi dan Regresi Ganda Dalam Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru
3. Pengukuran Variabel Penelitian Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil IPK kelulusan mahasiswa sebagai variabel dependen, nilai tes potensi akademik, tes psikologi dan tes wawancara saat pertama kali masuk sebagai variabel independen. Untuk lebih jelas persamaan regresi yang akan diolah dapat digambarkan pada gambar di bawah ini :
Gambar 1: Model Penelitian Analisis Hasil Tes Masuk Mahasiswa Baru Terhadap Nilai IPK Kelulusan
4. Model Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara Nilai Tes potensi akademik, tes psikologi dan tes wawancara yang diperoleh ketika mahasiswa baru masuk perguruan tinggi terhadap prestasi mahasiswa selama mengikuti pendidikan di perguruan tinggi tersebut. 5. Uji Asumsi klasik Uji asumsi klasik dilakukan, dimana, regeresi berganda dapat diterapkan jika tidak terdapat adanya pelanggaran asumsi klasik [7]. Pengujian atas keberadaan multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Jika VIF lebih kecil dari 0,10 atau lebih besar dari 10 maka terdapat gejala multikolinearitas[8]. Uji Autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin -Watson. Untuk pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan scatter plot. 6. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan korelasi product moment (product moment correlation) dan analisis regresi, dengan menggunakan perangkat lunak statistic SPSS 10 . Product moment correlation digunakan untuk menentukan seberapa kuat hubungan antar variabel penelitian [9] Analisis regeresi digunakan untuk menguji secara sistematis hubungan antar satu variabel dependen dengan beberapa 67
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 1, April 2010: 59-76
variabel independen. Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Multiple Linier Regression. Metode statistik yang akan digunakan adalah metode regresi linier ganda yang terdiri dari uji korelasi regresi secara simultan (Uji F) dan uji koefisien regresi secara individu (uji t). Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen mempengaruhi secara signifikan variabel dependen. Hasil dan Pembahasan 3.1 Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas Uji validitas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variante Inflation factor (VIF) [10]. Hasil pemprosesan data yang dilakukan mendapati nilai sebagai berikut: Tabel 2 : Uji Multikolinearitas Variabel Penelitian Nilai Tes Potensi Akademik (X1) Nilai Tes Psikologi (X2) Nilai Tes Wawancara (X3)
Nilai Tolerance 0.819 0.927 0.873
VIF 1.221 1.079 1.145
Keterangan Bebas Bebas Bebas
b. Uji Autokorelasi Uji korelasi dilakukan dengan menggunakan Durbin Watson. Dari hasil regresi yang dilakukan diperoleh nilai Durbin Watson sebesar 1.563, dimana batasan tidak terjadinya autokorelasi adalah du < d < 4 – du [10]. Nilai d table untuk observasi sebanyak 50 dengan variable independent sebanyak 3, didapat nilai dl = 1,246 dan nilai du = 1,497. Sehingga pertidaksamaan yang diperoleh adalah 1,497 < 1.563 < 2.505 dengan nilai yang signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai Durbin-watson berada di daerah penolakan autokorelasi. c. Uji Normalitas Data Uji normalitas dilakukan dengan mengamati kurva probabilitasnya. Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai sebaran datanya terletak disekitar garis lurus, sebaliknya jika data tersebut menjauhi nilai diagonal maka data tersebut dikatakan tidak berdistribusi normal. Dari hasil normal probability plot yang dilakukan menunjukkan bahwa sebaran data mengikuti pola distribusi normal dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal.
68
Yeni Nuraeni Penggunaan Analisis Koefisien Korelasi dan Regresi Ganda Dalam Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru
Gambar 2 : Hasil Uji Normalitas Data
d. Analisis Regresi Linier Berganda Uji ini digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel independen yaitu hasil tes potensi akademik, tes psikologi dan wawancara terhadap variabel dependen IPK Kelulusan Mahasiswa. Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan program aplikasi SPSS versi 10. dan metode yang digunakan adalah metode Enter sehingga dapat diketahui variabel independen yang mana saja yang memiliki tingkat signifikansi yang cukup berpengaruh terhadap variabel dependen. Sebelum melakukan analisis regresi linier tersebut, langkah pertama kita adalah melakukan uji anova (uji F) untuk mengetahui salah satu hipotesis yang akan diterima apakah H0 atau H1. H0 : Hasil tes masuk mahasiswa baru tidak mempengaruhi prestasi mahasiswa selama mengikuti pendidikan S1 H1 :Hasil tes masuk mahasiswa baru mempengaruhi prestasi mahasiswa selama mengikuti pendidikan S1 Secara statistik, hipotesis di atas dapat dinyatakan sebagai berikut: H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = β7 = β8 = β9 = β10 = β11 = β12 = 0 H1 : Paling sedikit ada satu βi ≠ 0 Hasil proses uji F untuk hipotesis 1 dengan menggunakan program aplikasi SPSS versi 10 dengan tingkat signifikansi (α) 0,05 (n = 50) disajikan dalam Tabel berikut:
69
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 1, April 2010: 59-76
Tabel 3 : Hasil Uji F
Hasil dari uji F ini menghasilkan indikasi tingkat signifikansi pengujiandimana nilai p-significance atau p-value (0,000) < α (0,050), yang berarti hipotesis nol ditolak. Jadi, paling sedikit ada salah satu dari variabel independen berikut ini, yaitu nilai tes potensi akademik, tes psikologi dan wawancara secara signifikan mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa selama mengikuti pendidikan S1 di Universitas X. Ringkasan hasil uji regresi linier berganda disajikan dalam Tabel berikut: Tabel 4 : Uji Regresi Linier Berganda
Hasil analisis regresi linier berganda ini menunjukkan tes potensi akademik dan tes wawancara secara signifikan mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa selama mengikuti pendidikan di Universitas X. Ini ditunjukkan oleh nilai p-value dari variabel-variabel tersebut yang lebih kecil daripada derajat signifikan α (p-value < 0,10). Sementara variabel tes psikologi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa selama mengikuti pendidikan di Universitas X. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel, dimana p-value dari variabel ini lebih besar daripada derajat signifikan (p-value > 0,10). Analisis koefisien korelasi dan koefisien determinasi untuk hipotesis ini ditunjukkan dalam Tabel berikut:
70
Yeni Nuraeni Penggunaan Analisis Koefisien Korelasi dan Regresi Ganda Dalam Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru
Tabel 5 : Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Besarnya R-value (0,656) adalah lebih dari nilai kritis (0,5) yang direkomendasikan. Jadi, R-value mengindikasikan bahwa korelasi antara tiga variabel independen berupa nilai tes masuk mahasiswa baru dengan nilai IPK kelulusan mahasiswa tersebut adalah kuat. Adjusted R Square-value mengindikasikan bahwa 39.3% variasi prestasi akademik mahasiswa selama mengikuti pendidikan di Universitas X dapat dijelaskan dengan variasi ketiga variabel independen yang berupa nilai tes masuk mahasiswa ke Universitas tersebut. Alasan digunakannya Adjusted R Square-value bukannya R Square-value adalah karena Adjusted R Squarevalue tidak dipengaruhi oleh jumlah variabel independen. e. Analisis Korelasi Besar korelasi antar variabel dependen dan independen diperlihatkan pada tabel berikut : Tabel 6 : Analisis Korelasi
Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : - Terjadi korelasi yang cukup kuat antara variabel bebas tes potensi akademik dengan variabel dependen IPK Kelulusan Mahasiswa karena korelasi antar variabel tersebut lebih dari 0.5 - Terjadi korelasi yang lemah antara variabel bebas tes psikologi dengan variabel dependen IPK Kelulusan Mahasiswa karena korelasi antar 71
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 1, April 2010: 59-76
-
-
variabel tersebut kurang dari 0.5 Terjadi korelasi yang lemah antara variabel bebas tes wawancara dengan variabel dependen IPK Kelulusan Mahasiswa karena korelasi antar variabel tersebut kurang dari 0.5 Tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen dimana korelasinya tidak ada yang melebihi 0.5 Tingkat signifikansi koefisien korelasi satu sisi dari output (diukur dari probabilitas) menghasilkan angka yang bervariasi, dan dapat diambil kesimpulan variabel independen tes psikolog tidak berkorelasi secara signifikan dengan variabel dependen IPK.
f. Analisis Korelasi Partial Korelasi yang digunakan untuk menguji hubungan dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen dan dilakukan pengendalian pada salah satu variabel independennya. Besar korelasi antar variabel dependen dan independen diperlihatkan pada tabel berikut : Tabel 8 : Korelasi Partial
72
Yeni Nuraeni Penggunaan Analisis Koefisien Korelasi dan Regresi Ganda Dalam Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru
Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : - Terjadi korelasi yang cukup kuat antara variabel independen tes potensi akademik dengan variabel dependen IPK Kelulusan Mahasiswa, dengan memasukkan tes psikologi dan wawancara sebagai kontrol karena korelasi antar variabel tersebut lebih dari 0.5. Ada hubungan yang signifikan antara hasil tes potensi akademik dengan nilai IPK kelulusan mahasiswa apabila tes psikologi dan wawancara dijadikan kontrol, hal ini ditunjukan dengan level signifikansi < 0.05 - Terjadi korelasi yang lemah antara variabel independen tes psikologi dengan variabel dependen IPK Kelulusan Mahasiswa, dengan memasukkan tes potensi akademik dan wawancara sebagai kontrol karena korelasi antar variabel tersebut kurang dari 0.5. Tidak ada hubungan yang signifikan antara hasil tes psikologi dengan nilai IPK kelulusan mahasiswa apabila tes potensi akademik dan wawancara dijadikan kontrol, hal ini ditunjukan dengan level signifikansi > 0.05 - Terjadi korelasi yang lemah antara variabel independen tes wawancara dengan variabel dependen IPK Kelulusan Mahasiswa, dengan memasukkan tes potensi akademik dan psikologi sebagai kontrol karena korelasi antar variabel tersebut kurang dari 0.5. Ada hubungan yang signifikan antara hasil tes wawawancara dengan nilai IPK kelulusan mahasiswa apabila tes potensi akademik dan psikologi dijadikan kontrol, hal ini ditunjukan dengan level signifikansi < 0.05 Kesimpulan 1. Sejak tahun 2000/2001 sampai penelitian ini dilaksanakan Universitas X menerapkan metode Predictive Test/ tes ramalan pada proses penerimaan mahasiswa baru, hal ini dilakukan sesuai dengan tujuan dari predictive test yaitu untuk mengungkap latar belakang pengetahuan dan kompetensi kognitif yang diperlukan selama menjalani pendidikan di Universitas X dengan prestasi yang baik, sehingga diperoleh mutu lulusan yang baik pula. 2. Dari hasil analisis pengujian korelasi dan regresi ganda menunjukkan bahwa dari tiga variabel independen yang digunakan untuk memprediksi prestasi mahasiswa di Universitas X, hanya satu variabel yang berpengaruh secara signifikan dengan nilai korelasi yang cukup kuat sebesar 0.611 yaitu jenis tes potensi akademik, Demikian pula dari uji korelasi partial hanya variabel tes potensi akademik yang menunjukkan nilai korelasi di atas 0.5 dan nilai signifikansi < 0.05, hal ini mengindikasikan bahwa tes potensi akademik cukup dapat diandalkan untuk menentukan tingkat kesiapan peserta didik untuk belajar di tingkat perguruan tinggi strata S1, dan dapat digunakan untuk memprediksi kemajuan dan prestasi yang akan dicapai peserta didik selama ngikuti pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini sesuai dengan keputusan yang diambil oleh beberapa PTN di Indonesia dimana mulai tahun 2009 TPA dijadikan 73
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 1, April 2010: 59-76
salah satu mata ujian SNMPTN sebagai mata ujian pengganti dari IPA Terpadu (IPA) dan IPS Terpadu (IPS), dengan pertimbangan Tes Potensi Akademik ini merupakan suatu standar tes secara umum untuk membandingkan satu individu dengan individu lain secara lebih objektif. 3. Walaupun TPA bukan satu-satunya standar penilaian yang sempurna dan tanpa cela dalam penerimaan mahasiswa baru, tetapi dengan menggunakan tes ini, diharapkan bisa mengetahui secara utuh dan komprehensif mengenai kemampuan komunikasi, analisis, dan berhitung calon mahasiswa baru. 4. Adapun tes psikologi dan wawancara dari hasil penelitian ini menunjukkan tingkat korelasi yang lemah yaitu di bawah 0.5. Hal ini dimungkinkan karena pada umumnya terdapat kelemahan yang biasa ditemukan dalam pelaksanaan kedua tes tersebut antara lain sbb : • Psikotest/tes kepribadian sangat berguna untuk mengetahui karakteristik kepribadian seperti minat, penyesuaian diri, motivasi, dan prasangka. Namun biasanya terdapat kelemahan pada alat-alat tes yang digunakan karena pada umumnya tidak ada yang sempurna dan masing-masing tes hanya menjelaskan satu atau beberapa aspek kepribadian. • Psikotes/tes kepribadian tidak dapat bersifat culture free, oleh karena itu aspek kultural harus di pertimbangkan, padahal nilainilai kultur selalu berubah, sedangkan di sisi lain psikotest diharapkan dapat memberikan profil kepribadian yang stabil. • Tes kepribadian terlalu sensitif terhadap perubahan, maka sulit memperoleh reliabilitas yang tinggi. • Alat tes yang digunakan kurang bervariasi hanya mengukur inteligensi, kepribadian dan sikap kerja, tidak dikaitkan dengan budaya perguruan tinggi yang memakai alat tes tersebut • Sangat tergantung dari waktu dan sumber daya yang dimiliki oleh biro psikologi yang melaksanakan tes • Pada saat wawancara pertanyaan-pertanyaan privasi menjadi concern utama dapat membuat ketidaknyamanan sehingga tidak dijawab dengan jujur oleh calon mahasiswa • Wawancara yang dilakukan tidak terstuktur sehingga hasilnya memiliki validitas rendah jika • Interviewer tidak memiliki keterampilan yang memadai dalam menggali informasi dari calon mahasiswa sesuai dengan tujuan dari wawancara. Penggunaan tes psikologi dan wawancara dalam ujian masuk Universitas X perlu dikaji dan dievaluasi lebih lanjut, apakah kedua tes ini akan banyak menambah informasi tentang
74
Yeni Nuraeni Penggunaan Analisis Koefisien Korelasi dan Regresi Ganda Dalam Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru
calon mahasiswa, dan apakah kedua tes ini bisa berfungsi sebagai komplementer dari tes potensi akademik. 5. Tes untuk peserta UN adalah tes hasil belajar dengan nomenklatur teknis achievement test. Tes untuk seleksi masuk ke jenjang pendidikan lebih tinggi, termasuk PTN, adalah tes mengukur kemampuan calon menjalani proses pendidikan, yang disebut predictive test. Dengan paradigma itu, adalah hak dan keharusan setiap lembaga pendidikan menyeleksi secara akademik calon mahasiswa atau calon siswanya. Premis pedagogisnya adalah, yang berhasil dalam achievement test tidak otomatis lulus predictive test. Mempertemukan hasil achievement test dan predictive test sebagai satu paket bertentangan dari sisi pedagogis-psikomotorik kependidikan[11]. _________________
Daftar Pustaka Departemen Pendidikan Nasional, Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, Buku II Standar dan Prosedur Akreditasi Program Studi Sarjana, Jakarta, 2008. Direktorat Ketenagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen, Panduan Pendidikan Profesi Guru, 2008. www.ditnaga-dikti.org/ditnaga/files/ PPG/Panduan_PPG.pdf Nur Emrinaldi, Analisis Pengaruh Kualitas Pembelajaran, Orientasi Profesional, dan Kesempatan Pembelajaran Organisasi Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa, Makalah Seminar Nasional, Riau, 2007. http://akuntansife.unri.ac.id/ index.php?option=com_content&view=article&id=67&Itemid=81 Sektiana Wiji Like, Hasil UN dan Barometer Masuk Perguruan Tinggi, http://fairyangle88.multiply.com/journal/item/6/Hasil_UN_dan_Barometer_Ma suk_Perguruan_Tinggi Rahayu Imam Susanto, Memaknai Ujian Masuk Perguruan Tinggi, http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/04/25/00062331/memaknai.ujian.masu k.perguruan.tinggi Basuki Harsono, Abdurachman Edi, Analisis Peranan Perangkat Lunak Komputer Bersifat Open Source Bagi Efisiensi dan Efektivitas Pemanfaatan Teknologi Informasi, Laporan Teknis, Universitas Bina Nusantara, Jakarta, 2001. Ernawati, Penggalian Kaidah Asosiasi Kuantitatif Prestasi Akademik Mahasiswa dengan Jenis Kelamin dan Nilai Tes Masuk Mahasiswa, Jurnal Teknologi Industri Vol XI. No.1 Januari , Yogyakarta, 2007. http://fti.uajy.ac.id/.../JurnalJanuari2007/05jurnal%20erna%20terakhir--00.pdf
75
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 1, April 2010: 59-76
Tondok Sampe Marselius, Andarika Rita, Hubungan Antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional dengan Kepuasan Kerja Karyawan, Jurnal Psyche Vol.1 No.1, Desember 2004. Alhusin, Syahri, Aplikasi Statistik Praktis Dengan SPSS 9, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2000 Santoso, Singgih, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. 2000. Sektiana Wiji Like, Karcis Masuk PTN, Tajuk Rencana Kompas, Sabtu 17 Januari 2009.
76