Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
PENGGUNAAN ALAT PERAJANG BAGI PETANI PENYEWA LAHAN PERUM PERHUTANI GROBOGAN USE OF CUTTING TOOLS FOR TENANT FARMERS LAND IN GENERAL FORESTRY COMPANY GROBOGAN Muh Amin1 dan Muhammad Subri2 1,2
Program Studi Teknik Mesin FakultasTeknik, Universitas Muhammadiyah Semarang. Jl Kedungmundu Raya No. 18 Semarang 50273 Telp. (024) 76740296 1 Email :
[email protected] ABSTRAK Grobogan adalah produsen jagung terbesar Nasional yang setiap tahunnya mampu memproduksi jagung sebanyak 699.000 ton, sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap Jawa Tengah dalam mengkonsumsi jagung sebesar 22,89%. Limbah yang dihasilkan dari pasca panen jagung berupa batang dan tongkol jagung belum dapat memanfaatkan oleh para petani. Oleh karena itu pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memanfaatkan batang dan tongkol jagung dengan menggunakan alat perajang sebagai bahan baku pupuk kompos. Metode yang dipergunakan dalam pengabdian ini adalah survey langsung di masyarakat melalui program Iptek bagi Masyarakat (IbM) DIKTI. Hasil pengabdian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang cukup signifikan dalam proses perajangan kompos dari kapasitas 70 kg/jam menjadi 380 kg/jam. Selain itu, dengan adanya alat perajang ini tanpa disengaja dapat memberikan peluang usaha baru bagi masyarakat setempat untuk memproduksi pakan ternak dari bahan batang dan tongkol jagung dalam bentuk bahan baku yang siap dikirim ke industry pakan ternak fermentasi di Kudus. Disimpulkan bahwa program pengabdian ini dapat membantu masyarakat dalam mempermudah pekerjaan yang ditekuni dan dapat memberikan peluang usaha baru. Kata kunci : Alat Perajang, Tongkol Jagung, Batang Jagung, Pupuk Kompos, Pakan Ternak
ABSTRACT Grobogan is the National largest corn producer who annually capable of producing as much as 699,000 tons of corn, so as to contribute to the Central Java in consuming maize by 22.89%. Waste generated in the form of post-harvest corn stalks and cobs of maize have not been able to exploit farmers. Therefore, community service aims to harness and cob corn stalks using cutting tools as raw material for compost. The method used in this devotion is a direct survey at society through science and technology program for the Community process of composting capacity of 70 kg / h to 380 kg / h. In addition to the tool's accidental chopper can provide new business opportunities for local communities to produce animal feed made from corn stalks and cobs in the form of raw materials are ready to be sent to the animal feed industry fermentation in Kudus. It was concluded that the service programs can help communities in facilitating job occupied and can provide new business opportunities. Keywords: Tool chopper, corn cobs, corn stems, Compost, Animal Feed PENDAHULUAN Grobogan merupakan daerah produsen jagung terbesar nasional yang setiap tahunnya mampu memproduksi jagung sebanyak 699.000 ton, sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap Jawa Tengah dalam mengkonsumsi jagung sebesar 22,89%. Selain itu Grobogan dapat dijadikan sebagai
210
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 barometer jagung nasional, artinya hasil panen jagung di Grobogan dapat mempengaruhi harga pasaran di Indonesia (Sudaryanto E, 2011). Berdasarkan Keputusan Direksi PERUM Perhutani Nomor 269/Kpts/Dir/2007 tentang Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat Plus maka hutan milik PERUM Perhutani Grobogan tersebut diserahkan pada masyarakat yang mau memanfaatkan lahan untuk dijadikan lahan bercocok tanam dengan syarat-syarat tertentu dengan sistem sewa. Persyaratan utama yang harus ditepati oleh semua penyewa lahan yaitu salah satunya keharusan menanam pohon rindang dengan jarak yang sudah ditentukan oleh Kelompok Pemangku Hutan (KPH) Grobogan dibawah pengawasan PERUM Perhutani Grobogan. Pohon rindang yang harus ditanam dilahan PERUM Perhutani Grobogan seperti jati, mahoni dan sengon. Sedangkan masyarakat penyewa dapat memanfaatkan lahan disekeliling pohon rindang tersebut seperti tampak pada Gambar 1.
Gambar 1. Model Penanaman Jagung disela-sela Pohon Utama Milik Lahan PERUM Perhutani Grobogan
Salah satu dukuh yang mayoritas warganya (lebih dari 90%) menyewa lahan miliki PERUM Perhutani adalah Dukuh Plosokerep Desa Prawoto Kecamatan Sukolilo Kab. Pati. Dukuh ini terdiri dari 10 RT, 641 Kepala Keluarga (KK) dan 1858 Jiwa ini terletak disebelah selatan kota Pati berjarak 50 km berbatasan dengan wilayah Kabupaten Grobogan. Lebih dari 90% warga masyarakat ini bermatapencaharian sebagai petani. Sisanya adalah pedagang dan sebagian kecil sebagai pegawai negeri sipil. Dukuh Plosokerep memiliki konsisi geografis pegunungan batu kapur tanpa ada saluran irigasi sehingga tanaman yang cocok adalah berbagai jenis palawija seperti: jagung, kacang, kentang, dan sejenisnya. Akan tetapi semua masyarakat pemilik lahan lebih banyak memilih menanam jagung karena dapat memanen sampai tiga kali dalam setahunnya. Sehingga dari tahun ke tahun hasil produksi jagung di Dukuh Plosokerep cenderung mengalami peningkatan karena selalu menambah luas area sewa lahan. Hal ini disebabkan PERUM Perhutani Grobogan selalu berusaha menambah lahan baru untuk dipergunakan oleh masyarakat sekitar (termasuk masyarakat di luar wilayah Kab. Grobogan) seperti pada Tabel 1.
Tahun 2007 2008 2009
Tabel 1. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pertanian Kab. Grobogan Jagung Padi Sawah Ubi Kayu Ubi Jalar Luas Luas Luas Luas Produksi Produksi Produksi Produksi Panen Panen Panen Panen (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) ( Ha) ( Ha) ( Ha) ( Ha) 105.297 518.676 98.991 603.422 1.874 35.709 123 1.174 113.137 723.747 101.990 646.074 1.922 43.349 108 1.032 132.302 705.691 108.217 719.495 1.945 28.627 116 1.354 Sumber: Bappeda Grobogan
211
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Masyarakat Dukuh Plosokerep yang mayoritas (lebih dari 90%) berpencaharian sebagai petani jagung telah membentuk Kelompok Tani “Sri Rejeki” dan “Sumber Makmur” yang sudah berdiri sejak 5 tahun yang lalu. Tujuan pembentukan dua kelompok tani tersebut adalah sebagai ajang pertemuan saling sumbang saran dan saresehan mengenai pertanian yang mereka tekuni selama ini. Berawal dari situlah kedua kelompok tani itu mulai muncul ide-ide untuk mendapatkan pendapatan selain dari petani jagung, seperti pembuatan kripik jagung dan kompos. Proses penanamam jagung di Dukuh Plosokerep dimulai dari pelobangan rencana tanam (kowak) yang diisi dengan pupuk kandang atau kompos. Lobang yang terisi pupuk organik dibiarkan sampai hujan turun. Setelah hujan tiba, barulah bijih jagung dimasukkan pada kowakan tersebut. Setelah itu dibiarkan sampai tumbuh besar dan dilakukan penyemprotan agar tahan terhadap penyakit. Apabila kondisi jagung dirasa masih kurang tumbuh subur, biasanya dilakukan pemupukan dengan pupuk anorganik, seperti urea dan TS. Biaya proses penanaman jagung yang dirasa sangat membebani masyarakat adalah pupuk anorgaik. Oleh karena itu melalui Kelompok Tani “Sri Rejeki” dan “Sumber Makmur” yang ada di Desa Prawoto ini, mulai mengembangkan pembuatan pupuk kompos sebagai pengganti pupuk anorganik. Kompos yang mereka kembangkan ini dengan bahan baku dari sampah organik berupa daun-daun, tongkol dan batang jagung (Gambar 2) yang terdapat di sekitar lingkungan mereka.
Gambar 2. Bahan Baku Pembuat Kompos Cara pembuatan kompos yang dilakukan oleh masyarakat masih secara manual dan dikerjakan tanpa bantuan peralatan yang memadai. Sehingga hasil produksi kompos masih dalam skala kecil. Sebagai contoh untuk menghancurkan sampah sebelum dijadikan kompos dilakukan dengan bantuan pisau perajang sehingga memakan banyak waktu dan menjadi tidak produktif. Selain itu, warga yang membuat kompos, hanya bisa mengolah kompos sebanyak 1 drum dalam jangka waktu 1 kali proses dengan waktu produksi selama 1,5-2 bulan. Hasil tersebut tentunya masih sangat kurang untuk digunakan memberi pupuk lahan dan tanaman yang mereka miliki. METODE KEGIATAN Kelompok sasaran kegiatan IbM ini adalah Kelompok Tani “Sri Rejeki” dan “Sumber Makmur” yang sudah berdiri sejak 5 tahun yang lalu. Target luaran kegiatan IbM ini adalah terwujudnya
212
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 mesin penghancur sampah organik dengan tujuan untuk mempercepat proses produksi penghancuran sampah. Pelaksanaan program IbM dilaksanakan menurut diagram alir pada Gambar 3. Mulai Persiapan Perancangan & Pembuatan Mesin
Uji Coba Alat
Apakah Hasil Baik ?
Tidak
Ya Aplikasi Teknologi Permentasi Pembuatan Pupuk
Proses Pembuatan Pupuk Pembongkaran Hasil Uji Coba Pupuk terhadap Tanaman
Apakah Hasil sudah berjalan Baik ?
Tidak
Ya Produksi Hasil Sosialisasi dan Disebarkan ke Anggota Kelompok Tani Selesai
Gambar 3. Diagram Alir Penggunaan Alat Perajang Kompos
213
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian masyarakat diawali dengan sosialisasi dengan mitra petani jagung penyewa lahan PERUM Perhutani Grobogan yaitu Kelompok Tani Sumber Makmur dan Sri Rejeki (Gambar 4). Kedua kelompok ini sebelumnya sudah mencoba-coba dalam pembuatan pupuk kompos dengan memanfaatkan sampah-sampah organik dari sayur-sayuran rumah tangga. Akan tetapi proses pembuatan kompos masih dilakukan dengan cara manual dalam perajangan bahan kompos. Berawal dari inilah kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan dengan mengaplikasikan mesin perajang kompos.
Gambar 4. Sosialisasi Program
Pembuatan alat perajang kompos dilakukan dengan bantuan mahasiswa dan UKM-UKM yang mendukung seperti bengkel pengelasan dan pekerjaan plat. Bentuk alat perajang yang disesain dapat memotong batang-batang kecil seperti batang jagung ini tampak seperti pada Gambar 5.
Gambar 5. Alat Perajang Kompos
Setelah alat perajang jadi, alat dikirim ke mitra untuk dipergunakan sebagaimana tujuan awal yaitu untuk memotong batang jagung sebagai bahan pembuat pupuk kompos. Akan tetapi sebelumnya diadakan sosialisasi tentang cara menggunakan alat, membuat alat sendiri dan membuat kompos dengan benar. Sosialisasi (Gambar 6) ini diikuti oleh warga dengan tekun mengikuti sesi demi sesi yang diprogramkan. Penyerahan alat perajang kompos ini juga diterima oleh masyarakat dengan senang seperti pada Gambar 7.
214
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
Gambar 6. Sosialisasi Alat Perajang Kompos
Gambar 7. Penyerahan Alat Perajang
Praktek pengoperasian alat perajang dalam pembuatan pupuk kompos juga dilakukan oleh mastyarakat dengan antusias seperti pada Gambar 8. Dalam perajangan batang jagung dengan alat perajang yang dibuat diakui oleh masyarakat mitra dapat mempercepat proses pemotongan sehingga dapat mempercepat proses pembuatan kompos. Sedangkan hasil perajangan berupa potongan-potongan kecil dari batang jagung seperti pada Gambar 9.
Gambar 8. Praktek Merajang dengan Alat Perajang
215
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
Gambar 9. Hasil Perajangan Batang Jagung Berdasarkan hasil pengamatan mitra dalam melakukan pemotongan batang jagung dengan menggunakan alat perajang dan tanpa alat perajang dapat dilihat seperti pada Tabel 2 dan Gambar 10. Tabel 2. Hasil Pengamatan Penggunaan Alat Perajang Jumlah (Kg/jam)
No. Tanpa alat perajang
Dengan alat perajang
1
75
384
2
67
387
3
72
381
4
64
375
5
68
369
69.2
379.2
Gambar 10. Grafik Hasil Pengamatan Penggunaan Alat Perajang
216
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Berdasarkan hasil pengamatan dalam melakukan perajangan kompos dari batang jagung dapat meningkatkan kapasitas perajangan dari 69,2 kg/jam menjadi 379,2 kg/jam. Dalam pengoperasian alat perajang yang menggunakan mesin diesel 8 PK sebagai sumber penggeraknya ini dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat mitra untuk mempermudah pekerjaan dalam proses pembuatan kompos.
KESIMPULAN 1.
Mesin perajang yang dihasilkan memiliki tenaga yang cukup kuat untuk melakukan pemotongan daun-daunan bahkan ranting pohon sekalipun karena diaplikasikan mesin diesel dengan daya 8 HP. Oleh karena itu, mesin perajang ini sudah mampu mendukung memperlancar dalam proses pembuatan kompos dari pohon batang tanaman jagung sebagai bahan bakunya.
2.
Dengan menggunakan alat perajang kompos, proses perajangan batang jagung dalam pembuatan pupuk kompos dapat meningkat dari kapasitas perajangan 69,2 kg/jam menjadi 379,2 kg/jam.
UCAPAN TERIMA KASIH Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) yang telah membiayai pengabdian masyarakat ini melalui skim Ipteks bagi Masyarakat (IbM) untuk Tahun Anggaran 2015. Kami juga berterimakasih kepada LPPM UNIMUS yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melakukan pengabdian pada masyarakat ini.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah K, 1990, Konsep Dan Gagasan Pengembangan Berbagai Teknologi Pengeringan Maju Dan Peluang Komoditas Hasil Pertanian Kering Dalam Pasar Domestik Dan Luar Negeri, Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengeringan Komoditi Pertanian, Jakarta (21- 23) November 1990. Bappeda Grobogan, Grobogan dalam Angka 2011, Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan, Penerbit CV. Prisma Kharisma, Grobogan. Sudaryanto E, 2011, Produksi Jagung Kabupaten Grobogan Tahun 2010 Surplus, Radar Kudus. Soewarno T. Soekarto, 1990, Harapan dan hambatan dalam penerapan teknologi pengeringan pada hasil pertanian di Indonesia, Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengeringan
217