MEMBANGUN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS KESESUAIAN LAHAN BERBASIS WEB UNTUK MENINGKATKAN LAYANAN INFORMASI DI PERUM PERHUTANI KUNINGAN Erlina Dayanti, M.Kom, Lili Jajuli Andriana ABSTRACT The forestry sector is resilient and sustainable will be realized if supported by the planning system is accurate and scalable. Because it’s all the factors that affect sustainable development, icluding supporting and limiting factors, was initially thought and poured in a product database and map forest development. A vast and fertile land with the quality of human resources is a forward thinking main supporting factor. However, with limited land conditions and land capability is unevan, then the development of sustainable forestry must consider the environmentt’s carrying capacity. Comon limiting factor is the lack of information and accurate data about the condition of natural resources, where data and information is a very important instrument in development planning. The development of natural resources use of land to date on the Brass district, has not fully contributed the maximum and abundant forest resources in order to remain need to be maintained sustainability. This is influenced by soil conditions very based on geography and topography, each of wich greatly affect crop productivity. Careful planning is needed in making decisions which plants will be planted. Planning and decision making should be based on the data and accurate information about the condition of the land. The use of computer-based technology to support those plans are sbsolutely necessary to analyze, manipulate and present information system (GIS) wich has the ability to create a model that gives an overview, and explanation and an estimate of a factual condition. Therefore it is to get the model, and image spatial information about the commodities that fits in the district Brass quckly and accurately, then do the activities and analysis making map kesesuaian GIS land use method. Key words: Forestry, Planning, GIS
I.
LATAR BELAKANG Hutan merupakan salah satu bentuk tataguna lahan yang lazim di jumpai dimana-mana, di daerah tropis maupun di daerah yang beriklim dingin, di negara yang sudah maju maupun di negara yang sedang berkembang, didaerah dataran rendah maupun pegunungan dan dipulau kecil sampai dibenua yang sangat luas, bahkan di daerah-daerah yang beriklim kering, hutan masih di jumpai. di Australia dan Afrika, kawasan hutan sering berbatasan dengan gurun-gurun pasir yang gersang. Bagi masyarakat umum, kesan pertama tentang pengertian hutan adalah kumpulan pohonpohonan yang tumbuh di suatu areal yang luas. Ada pula kesan bahwa hutan merupakan bentuk asli dari penutupan lahan di atas bumi ini, atau kesan bahwa hutan terletak jauh dari kota, jaur dari
Jurnal Online ICT STMIK IKMI – Vol. 1 Juli 2012
4
pusat-pusat pemukiman penduduk. Didalam kenyataannya hutan memang sangat bervariasi karena sifat-sifatnya di pengaruhi oleh banyak faktor seperti letak geografis, tinggi tempat dari permukaan laut, iklim, jenis dan kesuburan tanah, intensitas dan sifat dari campurtangan manusia di sekitarnya. Hutan merupakan bentuk penutupan lahan yang bersifat alami. Dengan perkemangan jumlah penduduk dan perkembangan tingkat sosial budaya manusia, sedikit demi sedikit hutan ditebang untuk berbagai kepentingan, misalnya untuk tempat pemukiman, areal pertanian, pertenakan, perkebunan, industri, jalan-jalan dan sebagainya. Laju kecepatan pembukaan hutan ini bervariasi dari suatu daerah ke daerah lain, bergantung pada jumlah penduduk dan aktivitasnya, kesuburan tanah, konvigurasi lapangan, iklim dan sifat daerah-daerah lain di sekitarnya. Adanya penebangan hutan di suatu wilayah menimbulkan perubahan-perubahan terhadap kondisi lingkungan hidup. Perubahan-perubahan yang timbul itu berbeda-beda dari daerah yang satu dengan daerah yang lain, karena adanya variasi kondisi wilayah dan variasi laju penebangan hutan tersebut. Dari sini masyarakat segera merasakan bahwa hutan mempunyai beberapa manfaat yang berguna bagi manusia dan lingkungan hidup . makin besar penebangan hutan yang terjadi, makin besar pula perubahan-perubahan kondisi lingkungan dan makin dirasakan adanya manfaat hutan. Sesuai dengan perkembangan teknologi dan keeratan hubungan antara manusia dan hutan, manfaat hutan dapat bersifat langsung atau tidak langsung. Masyarakat yang bertempat tinggal di dalam atau dekat kawasan hutan, dalam kehidupan sehari-hari selalu berhubungan dengan hutan. Oleh karena itu mereka memperoleh manfaat langsung dari kawasan hutan, misalnya dalam memperoleh lahan yang subur untuk menanam tanaman pangan, menggembalakan ternak atau memperoleh makanan ternak, mencari kayu bakar, kayu pekakas, obat-obatan tradisional, udara segar dan sebagainya. Bagi masyarakat modern yang tinggal di kota besar, mungkin sehari-hari tak pernah masuk hutan, tetapi mereka juga memperoleh manfaat hutan karena dapat membeli bahanbahan pembuat mebel yang idah, tidak terjadi banjir, dan sebaginya. Secara garis besar manfaat hutan bagi umat manusia dapat dipisahkan menjadi beberpa golongan. Pemisahan manfaat hutan ini dapat berbeda-beda bagi para ahli kehutanan, salah satu diantaranya ada yang menggolongkan manfaat hutan menjadi empat, yaitu manfaat ekonomi, manfaat perlindungan lingkungan, manfaat sosial budaya dan manfaat rekeeasi Sektor kehutanan yang tangguh dan lestari akan terwujud jika didukung oleh sistem perencanaan yang akurat dan terukur. Sementara itu akses terhadap informasi, terutama menyangkut posisi lahan dan data yang akurat tentang kondisi sumber daya alam (curah hujan, ketinggian, kelerengan, jenis tanah, kedalaman tanah, kesarangan), Sumber daya masnusia yang kurang kompeten dan alokasi biaya yang minim. Dimana data dan informasi merupakan instrument yang sangat penting dalam perencanaan pembangunan tersebut kurang memadai. Pembangunan dan pengusahaan tentu saja sulit dilakukan jika ternyata tidak terjadi pemahaman yang benar tentang posisi, luas dan kondisi lahan yang dimaksud. Untuk keperluan Kehutanan penggunaan lahan berkaitan dengan tujuan peningkatan produksi Kehutanan dan hasil yang tinggi serta lestari. Agar dicapai produksi kehutanan yang tinggi maka penggunaan lahan agar disesuaikan dengan kesesuaian lahannya. Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu, Lahan merupakan lahan fisik yang terdiri atas iklim, kontur, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Termasuk di dalamnya juga hasil kegiatan manusia dimasa lalu dan sekarang seperti pembersihan vegetasi dan juga hasil yang merugikan seperti tanah yang tersalinasi. (Adhitya Listyanto) Kurangnya pemahaman ini memicu berbagai kesalahan dalam pengelolaan dan memperlakukan. Sehingga banyak terjadi kegagalan tanaman yang berasal dari kesalahan jenis tanaman sehingga tanaman yang di tanam menjadi mati dan mengakibatkan erosi, longsor dan
Jurnal Online ICT STMIK IKMI – Vol. 1 Juli 2012
5
banjir yang sangat merugikan penduduk di sekitar hutan. Penggunaan teknologi berbasis komputer untuk mendukung perencanaan tersebut mutlak diperlukan untuk menganalisis, memanipulasi dan menyajikan informasi dalam bentuk tabel dan keruangan. Salah satu teknologi tersebut adalah Sistem Informasi Geografis (SIG) yang memiliki kemampuan membuat model yang memberikan gambaran, penjelasan dan perkiraan dari suatu kondisi faktual. Oleh karena itu maka untuk mendapatkan model, informasi dan gambaran keruangan tentang komoditas yang cocok di kabupaten Majalengka secara cepat dan akurat, maka dilakukan kegiatan Pembuatan Peta dan Analisis Kesesuain Lahan Menggunakan Metode GIS (Farid Yuniar, Febri Iswanto, Listyo Fitri , I Made Andi Arsana). Berdasarkan permasalahan diatas, maka dibuatlah suatu sistem yang berjudul: “sistem informasi geografis kesesuaian lahan berbasis web untuk meningkatkan layanan informasi di perum perhutani kuningan” Sehingga dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai alat pembantu dalam pengambilan keputusan dapat terwujudnya sebuah sarana pemberi informasi kepada para pengambil kebijakan untuk meningkatkan fungsi hutan dan berdampak terciptanya suatu komoditi kehutaan yang dapat meningkatan perekonomian masyarakat. Selain itu dengan adanya Sistem Informasi Geografis para pemangkuan hutan akan lebih mengetahui daerah mana saja yang berpotensi mengasilkan hasil panen yang lebih baik khususnya tanaman kehutanan. Dengan harapan: 1. Pemangku kehutan Majalengka dapat meningkatkan produktifitasnya baik dari hasil kayu maupun non kayu. 2. Agar para pengambil kebijakan dapat memberikan paradigma baru dalam pengambilan keputusan dan penyebaran informasi menyangkut kuota dan produk suatu komoditi. 3. Terciptanya hutan lestari dan masyarakat yang sejahtra. II.
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas maka Pokok permasalahan yang terjadi dalam penelitian ini adalah terletak pada: 1. Bagaimana meningkatkan hasil produksi kayu dan non kayu dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis sebagai sarana informasi guna mengetahui daerah lokasi penanaman kehutanan. 2. Terdapatnya keseimbangan produksi dan komoditi tanaman kehutanan, dan berdampak pada meningkatnya produktiftas dan perekonomian masyarakat dengan memanfaatkan hasil hutan non kayu. 3. Belum terdapatnya sebuah sistem informasi geografis yang menampilkan pemetaan daerah kehutanan di Kabupaten Majalengka. III. TINJAUAN PUSTAKA Sistem yaitu gabungan dari sekelompok komponen baik itu manusia dan/atau bukan manusia (non-human) yang saling mendukung satu sama lain serta diatur menjadi sebuah kesatuan yang utuh untuk mencapai suatu tujuan, sasaran bersama atau hasil akhir [1]. Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa “Sistem adalah kumpulan bagian-bagian atau subsistem-subsistem yang disatukan dan dirancang untuk mencapai suatu tujuan” Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat yang tertentu, antara lain: a.
Komponen Sistem (Components)
Jurnal Online ICT STMIK IKMI – Vol. 1 Juli 2012
6
Komponen-komponen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem yang saling berinteraksi, artinya saling bekerja sama membentuk satu kesatuan[1]. b. Batas Sistem (Boundary) Merupakan daerah yang membatasi suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai satu kesatuan[1]. c. Lingkungan Luar Sistem (Environments) Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun diluar batas sistem yang mempengaruhi operasi II-1atau menguntungkan sistem tersebut[1]. sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat merugikan d. Penghubung (Interface) Melalui penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari subsistem ke subsistem yang lainnya. Dengan penghubung, satu subsistem dapat berintegrasi dengan subsistem yang lainnya membentuk satu kesatuan[1]. e. Masukan (Input) Merupakan energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input) [1]. f. Keluaran (Output) Merupakan hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan. Keluaran dapat merupakan masukan untuk subsistem yang lain atau kepada supra sistem[1]. g. Pengolahan (Process) Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan mengubah masukan menjadi keluaran[1]. h. Sasaran (Objectives) dan Tujuan (Goal) Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuannya. Kalau suatu sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada gunanya [1]. Sedangkan pengertian Sistem Informasi menurut beberapa ahli, diantaranya : a. Sistem informasi (Information System) adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan, mengumpulkan atau mendapatkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk menunjang pengambilan keputusan dan pengawasan dalam suatu organisasi serta membantu manajer dalam mengambil keputusan [1]. b. Sistem Informasi adalah sebuah aplikasi komputer yang digunakan untuk mendukung operasi dari suatu organisasi serta merupakan aransemen dari orang, data dan proses yang terjadi di dalamnya yang berinteraksi satu sama lain dalam mendukung dan memperbaiki organisasi serta mendukung dalam pemecahan masalah dan kebutuhan pembuat keputusan. [2] John Burch dan Gary Grudnitski mengemukakan bahwa Sistem informasi terdiri dari komponenkomponen yang disebut dengan istilah blok bangunan (building block). Sebagai suatu sistem, blok bangunan tersebut masing-masing berinteraksi satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan untuk mencapai sasarannya. [2] Blok bangunan tersebut terdiri dari :
Jurnal Online ICT STMIK IKMI – Vol. 1 Juli 2012
7
1).
Blok Masukan (Input Block) Input mewakili data yang masuk ke dalam sistem informasi. Input disini termasuk metodemetode dan media untuk menangkap data yang akan dimasukkan, yang dapat berupa dokumen-dokumen dasar. [2]
2).
Blok Model (Model Block) Blok ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan model matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis data dengan cara yang sudah tertentu untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.
3).
Blok Keluaran (Output Block) Produk dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen serta semua pemakai sistem. [2]
4).
Blok Teknologi (Technology Block) Teknologi digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan. Terdiri dari 3 bagian utama, yaitu teknisi (humanware atau brainware), perangkat lunak (software) dan perangkat keras. [2]
5).
Blok Basis Data (Database Block) Basis data (database) merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Basis data diakses atau dimanipulasi dengan menggunakan perangkat lunak paket yang disebut dengan DBMS (Database Management Systems). [2] 6). Blok Kendali (Controls Block) Beberapa pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila terlanjur terjadi kesalahan-kesalahan dapat langsung cepat diatasi. [2]
IV. METODE PENGEMBANGAN Metode merupakan hal penting dalam pemecahan sebuah masalah, metode memberikan sebuah tahapan penyelesaian yang efektif dan efisien dan menciptakan sebuah solusi yang tepat pada sasaran. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan metode Prototyping Model, dengan tahapan – tahapan yang tepat pada pokok permasalahan untuk menyelesaikan masalah. Sesuai dengan situasi dan permasalahan yang ada saat ini tahapan penyelesaian masalah yaitu : a. Analysis Dalam melakukan analisis beberapa tahapan yang ditempuh adalah sebagai berikut : - Survey Lapangan Melakukan survey untuk proses pelayanan kesehatan masyarakat di puskesmas, dari mulai pendataan pasien baru, pendataan kunjungan pasien, proses pemeriksaan kesehatan dasar berupa penimbangan berat badan dan pemeriksaan tekanan darah pasien dan dicatat dalam buku pasien, pemeriksaan kesehatan pasien sampai dengan proses pengobatan pasien. - Mempelajari Sistem Pelayanan Yang Sedang Berjalan
Jurnal Online ICT STMIK IKMI – Vol. 1 Juli 2012
8
-
Mendefinisikan setiap proses yang dilakukan oleh petugas puskesmas dalam kegiatan pendataan kunjungan pasien sebagai sebuah proses administrative yang akan dilanjutkan pada proses pemeriksaan kesehatan pasien dan pengobatan. Menentukan Hardware (Perangkat Keras) Hardware yang digunakan dibagi dalam 2 (dua) kelompok, yaitu : 1). Kelengkapan Hardware Pada Komputer Server 2). Kelengkapan Hardware Pada Komputer Client. Pada kemputer server yang menyimpan sistem informasi data kunjungan pasien dapat menggunakan komputer PC yang dilengkapi dengan koneksi jaringan local (Local Area Network). Dan pada komputer Client harus digunakan PC atau Note Book yang dapat terhubung pada jaringan local (Local Area Network) serta dapat terhubung dengan baik pada Komputer Server.
b.
Design ( Perancangan ) Beberapa tahapan yang dilakukan dalam merangan sistem tersebut adalah : - Merancang Sistem Informasi Sistem informasi harus dapat mengelola setiap data pasien dan data kunjungan pasien untuk melakukan pelayanan kesehatan pada masyarakat baik pada pasien baru maupun pasien yang melakukan pemeriksaan ulang. Data yang tersimpan dikelompokkan sesuai waktu sehingga dapat digunakan sebagai laporan bulanan maupun harian. - Membangun Sistem Informasi Sistem dibangun sesuai dengan rancangan sistem informasi. Dimulai dengan penyusunan data base yang mengadaptasi dari dokumen yang digunakan sebelumnya agar konversi konsep data tidak terlalu sulit untuk diimplementasikan. Setelah proses ini dilaksanakan, maka design layout perlu dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan navigasi penggunaan aplikasi. Design Lay Out akan sangat penting karena merupakan nafigasi dari user. Design layout harus dapat mengkomunikasikan maksud dari alur system melaui grafik atau tampilan antarmuka, sehingga memudahkan dalam penggunaannya. Setelah layout terbentuk lalu dilakukan pemrograman, atau mengsinergikan tampilan dengan database melalui bahasa pemrograman.
c.
Coding Pengkodean merupakan proses menerjemahkan desain ke dalam suatu bahasa yang bisa dimengerti oleh komputer.
d.
Implementation Dalam rangka mengatasi permasalahan yang terjadi diatas maka perlu dikembangkannya sebuah sistem informasi geografis yang memungkinkan proses penghimpunan data, pengolahan data dan publikasi informasi mengenai lahan yang diperuntukan penanaman, pemeliharaan dan pemungutan hasil hutan, Sehingga dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG) berbasis ArcView sebagai alat pembantu dalam pengambilan keputusan dapat terwujudnya sebuah sarana pemberi informasi kepada para KRPH mengenai peningkatan produktifitas kehutanan dan berdampak terciptanya suatu kawasan hutan yang lestari.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jurnal Online ICT STMIK IKMI – Vol. 1 Juli 2012
9
Berdasarkan metode yang dipakai maka diperoleh suatu hasil rancangan “sistem informasi geografis kesesuaian lahan berbasis web untuk meningkatkan layanan informasi di perum perhutani kuningan” sebagai berikut : a.
Diagaram Konteks Diagram konteks ini menggambarkan proses secara umum mengenai Sistem Informasi Geografis Kesesuaian Lahan yang terdiri dari : 1) Masukan (input) berupa dari beberapa entitas luar dalam hal ini adalah entitas yang berfungsi sebagai penyuplai data bukan yang terlibat dalam penggunaan sistem adapun beberapa entitas itu terdiri dari : surveyor lapangan berupa data fungsi hutan, data jenis tanah, data kelas perusahaan, data jenis tanaman, data kelas hutan, data daerah aliran sungai, data desa pangkuan. dari Badan Meteorologi dan Geofisika berupa data curah hujan; dari BPS data jumlah penduduk, data jumlah ternak data pengusaha kayu. 2) Dari beberapa data tersebut diolah oleh SPH dan selanjutnya data – data tersebut diolah kedalam Sistem Informasi Geografis Kesesuain lahan. 3) Sistem Informasi Geografis Kesesuain lahan menghasilkan beberapa infomasi yang berkaitan dengan pemetaan atau penentuan lokasi yang sesuai dengan jenis tanaman yang terdiri dari informasi berbetuk peta (spasial) dan informasi berbentuk data (textual) , informasi tersebut terdiri dari : 1. Informasi Fungsi Hutan 2. Informasi Jenis Tanah 3. Informasi Kelas Perusahaan 4. Infomasi Jenis Tanam 5. Infomasi Kelas Hutan 6. Informasi Daerah aliran sungai 7. Informasi Desa Pangkuan Hutan
Jurnal Online ICT STMIK IKMI – Vol. 1 Juli 2012
10
Surveyor Lapangan
BMG
BPS
Data Fungsi Hutan Data Jenis Tanah Data Kelas Perusahaan Data Jenis Tanaman Data Kelas Hutan Data Daerah Aliran Sungai Data Desa Pangkuan Hutan
Data Curah Hujan
KPH SPH Peta Fungsi Hutan Peta Jenis Tanah Peta Kelas Perusahaan Peta Jenis Tanaman Peta Kelas Hutan Peta Daerah Aliran sungai Peta Desa Pangkuan Hutan
Sistim Imformasi Geografis Kesesuaian lahan KPH MAjalengka
Data Jumlah Desa Data Jumlah Penduduk Data Jumlah Ternak Data Jumlah Pengusaha
Login
Peta Fungsi Hutan Peta Jenis Tanah Peta Kelas Perusahaan Peta Jenis Tanaman Peta Kelas HutanJ Peta Daerah aliran sungai Peta Desa Pangkuan Hutan
KRPH
Gambar 1 Diagram Konteks Sistem Informasi Geografis Kesesuaian Lahan
Jurnal Online ICT STMIK IKMI – Vol. 1 Juli 2012
11
a.
Data Flow Diagram Level 0 Sistem Informasi Geografis Kesesuaian Lahan
Jurnal Online ICT STMIK IKMI – Vol. 1 Juli 2012
12
b. Tabel Relasi Sistem Informasi Geografis Kesesuaian Lahan BKPH Petak
petak Id_Fhtn
1
Fungsi Hutan
Id_Fhtn
Bkph
M
JENIS TANAH
terdiri
luas
KELAS PERUSAHAAN
M
shape shape
Id_KP
Id_kec 1
1
terdiri
Petak Id_desa
Id_jnstnh
RPH
Rph
Id_jnstnh
Bkph
Rph
petak jnstan
Bkph
Rph M
Jenis Tanaman
Id_jnstan
shape
M desa
Petak Id_Jnstan
Id_Jnstnh Id_ds
Petak
Id_das
Bkph 1
Desa Pangkuan
shape
KELAS HUTAN
Rph
Bkph
1
Id_Fhtn
CURAH HUJAN
Id_das
Rph
M
Id_klas
Shape
desa KLAS_LAHAN
shape luas
lokasi jenis_tanah
Gambar 3 Tabel Relasi Sistem Informasi Geografis Kesesuaian Lahan Dari hasil rancangan sistem diatas selanjutnya dibuat aplikasi sistem informasi geografis kesesuaian lahan berbasis web untuk meningkatkan layanan informasi di perum perhutani kuningan. Aplikasi yang dikembangkan perlu diuji, apakah aplikasi tersebut dapat memenuhi persyaratan dan bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Pengujian aplikasi juga berguna untuk mengetahui perbedaan antara hasil yang diharapkan dengan hasil sebenarnya, sehingga kesalahan-kesalahan yang mungkin timbul segera bisa diketahui dan diperbaiki. Pengujian perangkat lunak yang dikembangkan pada penelitian ini dilakukan secara white box, black box, dan user acceptance. Pengujian White Box Pengujian white box dilakukan untuk mengetahui cara kerja aplikasi secara internal untuk menjamin operasi-operasi internal sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan memakai struktur kendali dari prosedur-prosedur yang dirancang.
Jurnal Online ICT STMIK IKMI – Vol. 1 Juli 2012
13
a.
Input Data Fungsi Hutan
Pada gambar 4.1 di halaman berikutnya Txtid_Fhtn diuji pada path (1), apakah berfungsi atau tidak? jika berfungsi (“ya”) dilanjutkan pada path (2) dengan menempatkan kursor di Txtid_Fhtn, jika path (1) tidak berfungsi (“tidak”), dilanjutkan pada path (3) untuk menguji TxtShape. Pada path (3) TxtShape diuji apakah berfungsi atau tidak? jika berfungsi (“ya”) dilanjutkan pada path (4) dengan menempatkan kursor di TxtShape, jika tidak berfungsi (tidak) dilanjutkan pada path 5. Pada path (5) TxtPath diuji apakah berfungsi atau tidak? jika berfungsi (“ya”) dilanjutkan pada path (6) dengan menempatkan kursor di TxtPetak, jika path (5) tidak berfungsi dilanjutkan pada path (7). Pada path (7) TxtRph diuji apakah berfungsi atau tidak? jika berfungsi (“ya”) dilanjutkan pada path (8) dengan menempatkan kursor di TxtRph, jika path (8) tidak berfungsi langsung dilanjutkan pada path (9). Pada path (9) TxtRph diuji apakah berfungsi atau tidak? jika berfungsi (“ya”) dilanjutkan pada path (10) dengan menempatkan kursor di TxtRph. Jika path (9) tidak berfungsi (“tidak) langsung dilanjutkan pada path (11). Pada path (11) TxtLuas diuji apakah berfungsi atau tidak? jika berfungsi (“ya”) dilanjutkan pada path (12) dengan menempatkan kursor di TxtLuas. Jika path (11) tidak berfungsi (“tidak) langsung dilanjutkan pada path (13) untuk dilakukan proses input data Fungsi hutan.
Jurnal Online ICT STMIK IKMI – Vol. 1 Juli 2012
14
Tidak
Mulai
(1) Txt id_Fhtn =** ?
Ya
(2) Kursor ditempatkan di Txtid_Fhtn
Ya
(3) TxtShape =** ?
Tidak
(5) Txt Petak =** ?
Ya
(4) Kursor ditempatkan
Ya
diTxtShape
Tidak
Ya
(6) Kursor ditempatkan Di Txt Petak
Ya
(7) TxtRph =** ?
Tidak
(9) TxtBkph =** ?
Ya
(8) Kursor ditempatkan di Txt Rph
Ya
Tidak
Ya
(10) Kursor ditempatkan di TxtBkph
Ya
(11) TxtLuas =** ?
Ya
(12) Kursor ditempatkan di TxtLuas Ya Selesai
(13) Input Data Fungsi Hutan
Tidak
Gamba Path input Data fungsi hutan
Hasil pengujian white box pada path input data Fungsi hutan diperlihatkan pada tabel berikut
Jurnal Online ICT STMIK IKMI – Vol. 1 Juli 2012
15
Tabel. 4.1 Hasil pengujian white box pada path input data Fungsi hutan Path
Txtid_Fhtn
TxtShap e
TxtPeta k
TxtRph
TxtRph
TxtLuas
Hasil
1
Kosong
Kosong
Kosong
Kosong
Kosong
kosong
Berfungsi
2
Kosong
Kosong
Kosong
Kosong
Kosong
Isi
Berfungsi
3
Kosong
Kosong
Kosong
Kosong
Isi
Isi
Berfungsi
4
Kosong
Kosong
Kosong
Isi
Isi
Isi
Berfungsi
5
Kosong
Kosong
Isi
Isi
Isi
Isi
Berfungsi
6
Kosong
Isi
Isi
Isi
Isi
Isi
Berfungsi
7
Kosong
Isi
Kosong
Isi
Isi
Isi
Berfungsi
8
Kosong
Isi
Kosong
Kosong
Isi
Isi
Berfungsi
9
Isi
Isi
Kosong
Kosong
Kosong
Isi
Berfungsi
10
Isi
Kosong
isi
Kosong
Kosong
Kosong
Berfungsi
11
Isi
Kosong
Kosong
Kosong
Kosong
Kosong
Berfungsi
12
Isi
Isi
Kosong
Kosong
Kosong
Kosong
Berfungsi
13
Isi
Isi
Isi
Kosong
Kosong
Kosong
Berfungsi
14
Isi
Isi
Isi
Isi
Kosong
Kosong
Berfungsi
15
Isi
Isi
Isi
Isi
Isi
Kosong
Berfungsi
16
Isi
Isi
Isi
Isi
Isi
isi
Berfungsi
Keterangan isi : diisi data kosong : tidak diisi data VI. KESIMPULAN SARAN
a.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis yang didasari oleh rumusan masalah dan tujuan penelitian yang sebelumnya telah dijabarkan pada Bab I, maka dapat diambil kesimpulan yaitu: 1. Terdapatnya sebuah Sistem Informasi Geografis Kesesuaian Lahan Berbasis Web untuk meningkatkan layanan informasi di perum perhutani KPH Kuningan, sebagai salah satu sarana pemberi informasi yang berhubungan dengan pemetaan daerah kehutanan dengan memanfaatkan computer sebagai media pemberi informasi kepada para Kepala Resort Pemangkuan Hutan. 2. Adanya pemanfaatan dan penggunaan system informasi geografis kesesuaian lahan yang dilakukan oleh kesatuan pemangkuan hutan perum perhutani kuningan sebagai sarana untuk meningkatkan informasi dengan memanfaatkan system informasi geografis berbasis web sebagai media pemberi informasi guna mengetahui daerah keadaan hutan. 3. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan memanfaatkan system informasi geografis kesesuaian lahan berbasis web untuk meningkatkan layanan informasi dapat disimpulkan bahwa belum adanya hasil yang signifikan antara sebelum adanya system informasi dengan sesudah terdapatnya system informasi, adalah sebagai berikut:
Jurnal Online ICT STMIK IKMI – Vol. 1 Juli 2012
16
a.
b.
c.
b. 1.
2.
Berdasarkan hasil perhitungan paired sample t-test (uji beda dua samp;e berpasangan) dapat diketahui bahwa dari 44 responden yang melakukan tes diperoleh rata-rata sebesar 89,98 dan 90,40 atau selisih (89,98 – 90,40=-0,42). Hal ini menunjukkan terjadinya nilai penurunan nilai rata-rata angket sebesar (-0,42), yang berarti harapan responden terhadap system informasi geografis masih memiliki bentuk kekurangan atau tidak sesuai harapan. Berdasarkan hasil uji korelasinya pada korelasi pearson diperoleh koefisien korelasi 0,250 dan sig. 0,090 > 0,05. Dan jika dikonsultasikan dengan table harga kritik dari r product-moment dengan n=44 didapatkan nilai r table sebesar 0,297 maka dengan nilai - 1 kesimpulan bahwa nilai korelasinya rendah. r hitung = 0,250 < 0,288 dapatV ditarik Berdasarkan hipotesis diperoleh nilai t = -0,769 bernilai negative dengan derajat kebebasan 44-1=46, l=0,05 dan diperoleh nilai sig. (2-tailed) = 0,446 > 0,05. Berdasarkan hasil tersebut maka Ho diterima dan Ha ditolak ini berarti belum terdapatnya pengaruh peningkatan produksi baik itu sebelum menggunakan system maupun sesudah menggunakan system.
Saran Berdasarkan hasil penelitian di atas penulis mengajukan beberapa saran kepada : Perlu dikembangkan suatu system informasi geografis yang lebih luas dengan memanfaatkan content-content yang diperlukan oleh KRPH seperti waktu tanam, syarat tumbuh, jenis pupuk, kadar air serta waktu panen Agar pada penelitian selanjutnya bias digunakan atau dimanfaatkan system informasi geografis yang lebih tepat waktu dan keakuratannya lebih terjaga, hal ini dikarenakan system informasi geografis kesesuaian lahan dalam pengeditan databasenya masih berbasis desktop (offline) tidak langsung berbasis web alas an penulis menggunakan system informasi yang berbasis desktop (offline) dikarenakan system informasi geografis memerlukan emori yang besar sehingga tidak dapat di edit langsung di web, menjadi kendala dalam penggunaan system tersebut.
DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3] [4] [5]
Aditama T. Y, 2006. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi kedua, Jakarta: Universitas Indonesia Eko R, 2000. Manajemen Sistem Informasi dan Teknologi Informasi.Jakarta: PT Elex Media Komputindo Jogiyanto H. M, 2003. Sistem Teknologi Informasi. Yogyakarta: Andi Offset KepMenKes RI no. 269/MENKES/PER/III/2008. Rekam Medis. Jakarta: DepKes RI Sutedjo B, 2002. Perencanaan dan Pembangunan Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi Offset.
BIODATA PENULIS Penulis lahir di Padang, 29 Januari 1973. Penulis bekerja sebagai Dosen Tetap di STMIK IKMI Cirebon dengan kepangkatan akademik Asisten Ahli, mengajar dibidang Algoritma dan Sistem Informasi. Pendidikan yang telah di tempuh adalah Sarjana Komputer jurusan Teknik Informatika Lulus tahun 1999, dan Magister Komputer jurusan Teknik Informatika Lulus tahun 2010.
Jurnal Online ICT STMIK IKMI – Vol. 1 Juli 2012
17